JUDUL PROGRAM
MONOPOLI SEX
BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN
DIUSULKAN OLEH :
BOGOR
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit yang memiliki jalur penularan utama
melalui hubungan seksual. Beberapa gejala penyakit IMS tidak menunjukkan gejala atau sulit
ditandai pada awal masa infeksi. Durasi sejak pertama kali infeksi sampai timbul gejala
membutuhkan waktu yang lama, diantara dapat mencapai bertahun-tahun baru mengalami
gejala spesifik (Marr, 1998). Namun menurut WHO pada tahun 2013 saat ini sebanyak 433
juta kasus baru IMS disembuhkan (WHO, 2013).
Perilaku berisiko, Alvina Rakmawati, FKM-UI, 2013 Penyebaran IMS dapat terjadi melalui
faktor-faktor sebagai berikut : Tidak berperilaku seks aman, terlambat dalam melakukan
pengobatan, pemakaian antibiotik yang tidak rasional, serta kegagalan dalam mengajak mitra
seks berobat. Hal-hal tersebut terkait erat dengan budaya ataupun lingkungan sosial dimana
seseorang berada. Seringkali IMS masih dianggap sebagai penyakit yang diakibatkan oleh
perilaku yang tidak baik. Sehingga banyak yang terkena IMS cenderung untuk
menyembunyikannya dari orang lain. Dalam berbagai situasi di masyarakat, seringkali
masyarakat menganggap orang yang terkena IMS merupakan orang yang berdosa dan telah
melanggar norma yang ada di masyarakat, sehingga dalam hal ini banyak orang yang tidak
mengakses layanan kesehatan, sehingga terlambat menerima pertolongan, dan banyak pula
yang menutup diri dari mencari pengetahuan mengenai IMS. IMS memiliki banyak agen
penularan. Menurut WHO (2013), IMS dapat ditularkan melalui lebih dari 30 jenis bakteri,
jamur, dan parasit. Marr (1998) mengklasifikasikan beberapa jenis IMS yang biasa
ditemukan beserta penyebabnya.
Pertama adalah IMS yang disebabkan oleh bakteri, yaitu: klamidia disebabkan oleh
(Chlamydia trachomatis), granuloma inguinale (Klebsiella granulomatis), gonore (Neisseria
gonorrhoeae), sifilis (Treponema pallidum). Kedua merupakan IMS yang disebabkan oleh
jamur, yaitu kandidiasis, vulvovaginalis. Ketiga IMS yang diakibatkan oleh virus. Terdiri dari
hepatitis B, herpes simplex (Virus herpes Simplek tipe 1 dan virus herpes simplek tipe 2),
HIV, dan kutil kelamin (Human Papilloma Virus). Serta IMS yang disebabkan oleh protozoa,
yaitu trikomoniasis (Trichomonas vaginalis). Berdasarkan Daili (1997), IMS juga memiliki
sindroma spesifik, yaitu duh tubuh uretra (gonore dan klamidia), ulkus (sifilis, chancroid,
donovanosis, herpes), duh vagina (trikomoniasis, Bacterial vaginosis, kandidiasis, gonore,
klamidia), dan nyeri perut dalam (gonore, klamidia, infeksi bakteri anaerob lainnya).
Diagnosis IMS secara umum dilakukan melalui 2 metode, yaitu : diagnosis etiologi untuk
menentukan penyebab. Diagnosis ini dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
laboratorium untuk menentukan agen penyebab penyakit. Serta diagnosis berdasarkan
sindroma untuk menentukan kemungkinan terjadi IMS. Diagnosis ini dilakukan dengan
menanyakan gejala klinis yang muncul dan keluhan spesifik untuk IMS. Waria dalam istilah
Indonesia merupakan kependekan kata ‘wanita-pria’, atau dalam istilah internasional dikenal
sebagai transgender, yaitu seseorang yang memiliki identitas gender berbeda dari jenis
kelamin biologisnya pada saat dilahirkan.. Menurut Atmojo (Atmojo, 1986), waria memiliki
kondisi fisik antara lain: Memiliki bentuk tubuh seperti pria, yaitu memiliki rahang kuat,
lengan berotot, bentuk paha, dan lain-Perilaku berisiko..., (Alvina Rakmawati, FKM-UI,
2013)
Waria tidak memancarkan feromon dari dalam tubuh seperti wanita. Waria memiliki
kecenderungan memakai pakaian yang sama dengan wanita untuk menarik sesama jenisnya,
dan waria tidak memiliki organ tubuh wanita, yaitu rahim dan payudara. Dalam hubungan
seksual, meskipun waria pada dasarnya adalah laki-laki, mereka mempunyai perilaku seksual
yang menyerupai wanita, yaitu berhubungan sesual dengan laki-laki. Berbeda dengan MSM
(male who have Sex with male), waria cenderung melakukan hubungan seks dengan
bertindak sebagai wanita, sedangkan MSM peranan wanita atau pria dilakukan berdasarkan
kesepakatan antara penyedia jasa seks dan pelanggan. Pelanggan seks waria pada umumnya
adalah laki-laki heteroseksual.
Hubungan seksual biasanya dilakukan dengan melakukan seks orogenital dan anogenital
yang biasanya dilakukan tanpa pelindung (Joesoef, 2003). Menurut T. Nemoto, Luke D,
Marno L, Ching A, dan Patria J. waria sering melakukan seks tanpa proteksi sebab adanya
penolakan pelanggan dalam menggunakan kondom atau bayaran yang lebih mahal apabila
bersedia melakukan hubungan seks tanpa menggunakan kondom (Nemoto, Luke, Marno
Ching, Patria, 1999) Berdasarkan hal diatas, waria merupakan satu kelompok yang rentan
dengan terjadinya IMS. Selain berisiko dalam perilaku seksualnya yang terdiri dari tidak
menggunakan proteksi, lama menjajakan seks komersial, jumlah pasangan seks, cara
melakukan hubungan seksual, waria juga melakukan perilaku berisiko IMS lainnya, yaitu
tidak mengakses pelayanan kesehatan, mengkonsumsi alkohol, menggunakan napza suntik,
menggunakan silikon suntik, dimana dalam praktiknya seringkali jarum yang digunakan
dalam menyuntik napza dan silikon digunakan bersama-sama.Metode Penelitian
1. Bagaimana perubahan prilaku terhadap waria dengan edukasi sex dengan metode game
monopoli?
1.3 Tujuan
Peneliti ingin menganalisis tingkat pengetahuan preceed dan proceed dengan metode game
monopoliDan perubahan prilaku terhadap kaum Waria dengan menggunakan game monopoli.
Urgensi dari penelitian ini yaitu mengedukasi waria untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang bahaya penyakit menular yang diakibatkan oleh seks bebas sesama jenis
sehingga mereka dapat menekan jumlah penularan penyakit menular seksual.
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh lembaga-lembaga tertentu sebagai bahan
pertimbangan atau bahan acuan untuk membantu mengedukasi waria tentang bahaya
penyakit menular seksual guna menekan jumlah penularan penyakit seksual
2. Hasil penelitian ini untuk merubah perilaku waria dalam menyikapi bahaya penyakit
menular sexsual dan penyimpang seksual.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara khusus istilah model di artikan sebagai kerangka konseptual yang di gunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang di sajikan secara khas oleh
guru (Aunurrahman,2009 : 152).
Monopoli adalah salah satu permainan papan yang paling terkenal di dunia. Tujuan
permainan ini adalah untuk menguasai semua petak di atas papan melalui pembelian,
penyewaan dan pertukaran properti dalam sistem ekonomi yang disederhanakan.
Setiap pemain melemparkan dadu secara bergiliran untuk memindahkan bidaknya, dan
apabila ia mendarat di petak yang belum dimiliki oleh pemain lain, ia dapat membeli petak
itu sesuai harga yang tertera. Bila petak itu sudah dibeli pemain lain, ia harus membayar
pemain itu uang sewa yang jumlahnya juga sudah ditetapkan.
Interaksi adalah saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan yang lain. Interaksi
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sehingga manusia harus mampu melakukan
interaksi dengan pihak lain (Suprijono, 2012: 57).
Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi
satu sama lain baik itu dalam hubungan antara individu, antar kelompok maupun antar
individu dan kelompok (Hayati, 2013: 20-21).
Kebutuhan ingin di perhatikan oleh teman atau orang-orang di sekeliling akan terpengaruh
apabila suasana kelompok atau kelas memiliki interaksi sosial yang baik. Adapun indikator-
indikator dari interaksi sosial (Hamzah:2008) adalah sebagai berikut :.
1.waria bisa mengetahui bahayanya infeksi menular seksual dari setiap permainan monopoli
tersebut dengan cara metode dikelompokan 1tim yang terdiri dari 4 atau 6 orang waria.
2. waria bisa memberikan respon dalam pembelajaran dan metode perubahan perilaku
terhadap waria serta dukungan dari lingkungan waria tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model S-O-R (Stimulus, Organism,
Respon). Teori SOR sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek materialnya
adalah manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi,
afeksi dan konasi.Menurut model ini, organism menghasilkan perilaku tertentu jika ada
kondisi stimulus tertentu pula, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus
khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan
dan reaksi komunikan.Asumsi dasar dari model ini adalah : media massa menimbulkan efek
yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R
theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya
model ini mengasumsi bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu
akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu.
3.2 Setting Penelitian
Setting penelitian ini meliputi: tempat penelitia, waktu penelitian, dan siklus
a. Tempat penelitian
Penelitian tindakan diruangan dan dilaksanakan di taman topi khususnya tempat para waria
berkerja
b. Waktu penelitian
Waktu :
Tempat :
c. Siklus S-O-R
SOR ini dilakukan melalui dua siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur yaitu
observasi dan edukasi.
c. Variabel output : Peningkatan perubahan perilaku serta pengetahuan waria terhadap infeksi
menular seksual.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
1 Monopoli bergambar
2 Kertas HVS
3 ATK
3 Kertas Warna
4.2