Anda di halaman 1dari 19

5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Meningitis tuberkulosa merupakan penyakit inflamasi non supuratif dari

meninges duramater dan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh

basil tuberkel.5

2.2 Epidemiologi

Tuberkulosis merupakan salah satu infeksi dengan prevalensi tertinggi

diseluruh dunia. Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui pernafasan

dan infeksi paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak di negara

berkembang. Keterlibatan susunan saraf pusat merupakan manifestasi

tuberkulosis ekstrapulmonal yang paling mengancam jiwa, dan 1% sampai

2% anak dengan tuberkulosis yang tidak diterapi akan berkembang menjadi

meningitis. Meningitis TB jarang terjadi pada anak di bawah usia tiga bulan
4,20
namun meningkat dalam rentang usia sampai dengan lima tahun. Puncak

insidensinya adalah pada anak usia dua sampai empat tahun. 2,21 Riwayat

kontak dengan penderita tuberkulosis sering ditemukan pada anak dengan

meningitis TB. Pada sebuah penelitian di India tahun 2014 dilaporkan bahwa

meningitis TB merupakan penyebab infeksi SSP yang terbanyak sebesar

55% dibandingkan jenis infeksi SSP yang lain, pada penelitian ini juga

dilaporkan bahwa anak usia kurang dari 15 tahun paling banyak menderita

meningitis.22

Universitas Sumatera Utara


6

Ada tiga faktor pemberat yang menjadi alasan mengapa anak-anak

lebih mudah menderita penyakit ini: pertama karena anak lebih mudah terjadi

TB ekstrapulmoner yang berat seperti meningitis; kedua, lebih cenderung

untuk terjadinya TB paru yang berat dengan obstruksi bronkial; ketiga, pada

anak lebih mudah untuk munculnya penyakit setelah anak terinfeksi. 23

2.3 Patogenesis

Tuberkulosis pada susunan saraf pusat merupakan penyebaran tuberkulosis

setelah infeksi primer, biasanya di paru. Saat primer, atau saat terjadinya

reaktivasi kembali selama hidup, basil tuberkel dapat menyebar ke ruang

subarachnoid dari lesi kaseosa subependymal. Perbanyakan organisme

merangsang meningitis basiler namun juga dapat menyebabkan infeksi

parenkim fokal (tuberkuloma). Eksudat inflamasi dari ruang sub arakhnoid

yang mempengaruhi pembuluh darah serebral dan saraf kranial

menyebabkan iskemia dan kelumpuhan saraf kranial. 4 Meningitis TB terjadi

tiga sampai enam bulan setelah infeksi primer. Kejadian yang terbanyak

adalah pada lima tahun pertama kehidupan dan 75% terjadi enam bulan

setelah infeksi primer.24

2.4 Gejala dan tanda

Meningitis tuberkulosa biasanya diawali dengan gejala yang tidak jelas

ditandai dengan anak terlihat sakit, iritabilitas dan apatis (stadium I). Pada

anak yang lebih kecil, demam, batuk dan penurunan kesadaran, fontanel

anterior yang membonjol, dan kejang umum tonik-klonik adalah gejala yang

Universitas Sumatera Utara


7

sering ditemukan. Pada anak yang lebih besar, demam yang tidak terlalu

tinggi, mual, muntah, sakit kepala, sakit yang menyerupai flu sering muncul,

sehingga riwayat kontak serumah dengan penderita TB aktif dan persistensi

dari keluhan merupakan petunjuk yang sangat penting. 2,4,21 Kaku kuduk

bukan merupakan gejala yang paling menonjol. Pada stadium II, gangguan

saraf unilateral atau bilateral terjadi akibat meningitis basiler. Perubahan

neuro-optalmologis, termasuk neuritis retrobulbar, gangguan pandangan, dan

lesi dari korioretina sering ditemukan. Saat penyakit berkembang ke stadium

III, pada pasien terjadi penurunan kesadaran, kejang, papiledema, dan defisit

neurologis yang luas. Tuberkulosis berpengaruh terhadap sumsum tulang

belakang secara langsung, melalui penekanan dari abses vertebra, dan

produksi dari arachnoiditis. Banyak pasien dengan gejala hiponatremia,

Syndrome Inappropriate Anti Diuretic Hormone (SIADH), dan yang jarang

adalah dengan cerebral salt-wasting syndrome (CSW).4,25

Defisit neurologis fokal lebih sering dijumpai pada pasien dengan

meningitis TB dibandingkan dengan meningoensefalitis lainnya. Rigiditas

ekstrapiramidal dan gangguan pergerakan, postur deserebrasi dan neuritis

optik juga lebih sering dijumpai pada kasus meningitis TB, hal ini mungkin

dikarenakan meningitis TB menghasilkan eksudat basal yang lebih banyak,

sehingga mempengaruhi struktur ganglia basal, batang otak dan saraf

kranialis.12

Universitas Sumatera Utara


8

21
Tabel 1. Gambaran klinis meningitis TB pada anak

Gejala Tanda

batuk, demam, muntah (tanpa apatis dan irritabilitas yang

diare), malaise, penurunan berat berkembang menjadi meningismus,

badan penurunan kesadaran, tanda-tanda

peningkatan tekanan intra kranial

(bulging fontanella anterior,

kelumpuhan saraf abdusens), tanda

neurologis fokal (paling sering

hemiplegia)

2.5 Diagnosis

Penegakan diagnosis meningitis tuberkulosa cukup sulit karena gejala dan

tanda awal dari meningitis TB yang tidak spesifik. Faktor lain yang membuat

sulitnya diagnosis adalah karena jumlah basil yang sedikit di CSS akan

mengurangi sensitivitas dari pemeriksaan bakteriologis yang konvensional,

sehingga cara lain untuk dapat menegakkan diagnosis dini adalah dengan

respon klinis yang baik terhadap obat anti tuberkulosis. 26

2.5.1 Laboratorium

Diagnosis pasti dari meningitis TB adalah ditemukannya pertumbuhan bakteri

M. tuberculosis pada medium padat Lowenstein-Jansen dan atau

ditemukannya bakteri pada CSS dengan pewarnaan Erlich-Ziehl-Nielsen.12,25

Universitas Sumatera Utara


9

Pada sebuah penelitian di Italia tahun 2015 didapatkan hasil kultur yang

positif hanya 13 persen dari seluruh pasien yang didiagnosa dengan

meningitis TB.7,11 Cara penegakan diagnosis yang lain seperti Nucleid Acid

Amplification (NAA), Polymerase Chain Reaction (PCR), deteksi antibodi dan

antigen, Adenosin Deaminase (ADA) dan pengukuran Tuberculostearic Acid.7

Cairan serebrospinal dalam jumlah besar (10 mL, jika mungkin) harus

dikumpulkan untuk pemeriksaan Acid Fast Bacilli (AFB). Kultur dan deteksi

genom M. tuberculosis dapat menyebabkan tertundanya diagnosis, namun

pada umumnya, semua tes memberikan hasil negatif. Pemeriksaan ulang

CSS dapat membantu penegakan diagnosa.20

2.5.2 Hasil analisa cairan serebrospinal

Tekanan CSS biasanya meningkat. Cairan serebrospinal biasanya

mengandung lebih dari 500 sel/mm3, sebagian besar terdiri dari limfosit.

Kandungan protein meningkat, namun jarang lebih dari 500 mg/dL.

Konsentrasi glukosa biasanya menurun. 20

Universitas Sumatera Utara


10

Tabel 2. Analisa CSS pada infeksi SSP4

Parameter Organisme
Virus Bakteri Mycobacterium Jamur
Jumlah sel n-↑↑ ↑-↑↑ ↑-↑↑ n-↑↑

Tipe sel Limfosit PMN Limfosit Campuran

Kadar protein n-↑ ↑-↑↑↑ n-↑↑ n-↑↑

Kadar glukosa n-↓ ↓-↓↓↓ n-↓ n-↓

Jumlah sel :n<5; ↑:10-100/mm3 ; ↑↑:100-1000/mm3 ; ↑↑↑:>1000/mm3


Kadar protein:n<50mg/dL; ↑:50-100mg/dL;↑↑:100-500mg/dL;↑↑↑: > 500mg/dL
Kadar glukosa (rasio CSS/serum): n:>0,6; ↓:<0,4; ↓↓↓:0

2.5.3 Pencitraan

Lebih dari 50% kasus TB anak adalah asimtomatik dan sebagian besar tidak

terdiagnosa di negara berkembang karena tidak adanya fasilitas radiografi.

Radiografi berperan sangat penting dalam menegakkan diagnosis meningitis

TB melalui Computed Tomography (CT) scan dan Magneto Resonance

Imaging (MRI), serta foto dada yang memberikan gambaran TB mendukung

diagnosis meningitis TB pada anak.23

Hasil CT scan kepala dan MRI khususnya pada daerah basal otak,

dengan gambaran lesi parenkim, infark, dan tuberkuloma. Hidrosefalus

dijumpai pada sebagian besar pasien. Tuberkuloma intrakranial, yang

selanjutnya sering ditemukan pada negara dengan prevalensi tuberkulosis

yang tinggi ditandai dengan gambaran space occupying lesion, sakit kepala,

kejang, dan gejala neurologis fokal lainnya. Sebagian besar tuberkuloma

Universitas Sumatera Utara


11

akan hilang seiring dengan pemberian obat anti tuberkulosis dan

kortikosteroid. Kontras dengan pseudoabses TB yang tidak respon dengan

terapi standar. Tindakan drainase dan eksisi harus dilakukan, namun lokasi

lesi pada sisterna basal dan fasilitas bedah saraf yang tidak memadai

menyebabkan tindakan pembedahan tidak dapat dilakukan. Sebuah

penelitian di Afrika Selatan tahun 2015 melaporkan bahwa pseudoabses TB

respon dengan pemberian thalidomide, inhibitor tumor necrosis factor (TNF)-

α yang poten.18,27

Pencitraan sangat penting dalam mendiagnosis keterlibatan sumsum

tulang. CT atau MRI tulang belakang diindikasikan pada anak dengan

sangkaan tuberkulosis dan gejala neurologis yang melibatkan sumsum

tulang. Tiga puluh persen anak pada stadium awal meningitis TB akan

menunjukkan gambaran CT scan yang normal.21 Foto toraks umumnya

abnormal, dengan limfadenopati dan infiltrat namun dapat juga normal. 4

Pemeriksaan dengan MRI kepala lebih sensitif di bandingkan CT scan,

khususnya untuk melihat lesi-lesi yang melibatkan batang otak dan selaput

otak.5,21

Universitas Sumatera Utara


12

Gambar 1. CT scan yang menunjukkan gambaran tuberkuloma (A) dan


gambaran hidrosefalus, basal meningeal enhancement dan infark (B)2,28

Penelitian di Afrika Selatan tahun 2014 dilaporkan bahwa penggunaan

Transcranial Doppler Imaging (TCDI) dapat digunakan sebagai perangkat

untuk melihat peningkatan tekanan intrakranial dan vaskulopati serebral.

Pemeriksaan ini aman, portable, non-invasif, tidak mahal dan dapat

digunakan sebagai monitoring serial.18

2.6 Tatalaksana

Adanya resistensi terhadap obat anti tuberkulosis menyebabkan berbagai

masalah diseluruh dunia. Isoniazid (INH), rifampisin (RMP), ethambutol,

pirazinamid (PZA), dan streptomisin merupakan obat pilihan untuk

meningitis TB. Fluoroquinolones juga sangat aktif dalam melawan

tuberkulosis. Meskipun perannya dalam pengobatan meningitis tuberkulosa

belum cukup jelas, namun dapat menjadi pilihan antibiotik untuk kasus yang

Universitas Sumatera Utara


13

sulit untuk diterapi. Terapi inisial dimulai dengan empat obat selama dua

bulan (isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan ethambutol atau streptomisin).

Setelah dua bulan, terapi diturunkan menjadi dua jenis obat. Dengan

rifampisin dan isoniazid sebagai obat pilihan pertama. Piridoksin

direkomendasikan pada anak malnutrisi untuk mencegah neuropati perifer.

Respon terhadap pengobatan antituberkulosis biasanya terjadi dalam waktu

dua minggu. Terapi harus dilanjutkan selama 9 sampai 12 bulan. Dan pada

pasien dengan respon yang lambat, penyakit yang berat, atau resistensi

organisme membutuhkan membutuhkan terapi lini kedua, selama 18 sampai

24 bulan. Pengobatan tuberkulosis paru pada anak menurunkan insiden

infeksi SSP.20

Pemberian obat antituberkulosis pada 2 bulan pertama diberikan

bersama-sama dengan terapi glukokortikoid selama satu bulan pertama

yang kemudian di tappering off. Pemberian mannitol, antikonvulsan dan

terapi bedah dilakukan jika diperlukan. 7

Rekomendasi terkini dari WHO merekomendasikan anak dengan

meningitis TB mendapat terapi 2 bulan INH, RMP, PZA dan ethambutol

dilanjutkan dengan 10 bulan pemberian INH dan RMP.29

Universitas Sumatera Utara


14

Tabel 3. Rekomendasi WHO untuk pengobatan lini pertama meningitis TB

anak21

OAT dosis harian rute durasi


isoniazid 10-20 mg/kg oral 12 bulan

(max 500 mg)

rifampisin 10-20 mg/kg oral 12 bulan

(max 600 mg)

pirazinamid 15-30 mg/kg oral 2 bulan

(max 2 gr)

ethambutol 15-20 mg/kg oral 2 bulan

kortikosteroid

prednisolon 4 mg/kg iv/oral 4 minggu kemudian tapp off

deksametason 0.6 mg/kg iv/oral 6-8 minggu

Kasus meningitis TB dengan hidrosefalus non-komunikan

ditatalaksana dengan ventriculoperitoneal (VP) shunting, sementara

hidrosefalus komunikan ditatalaksana dengan menggunakan obat-obatan,

asetazolamid 50 mg/kg/hari dan furosemid 1 mg/kg/hari. Obat-obat ini

bekerja menurunkan tekanan intrakranial dengan mengurangi produksi CSS

di pleksus koroid. Anak dengan gejala herniasi dilakukan pemasangan VP

shunt emergensi, tindakan lumbal pungsi merupakan suatu

kontraindikasi.30,31

Universitas Sumatera Utara


15

2.7 Prognosis dan komplikasi

Saat ini dengan meningkatnya resistensi terhadap M. tuberculosis,

keterlambatan dalam pemberian obat anti TB dan meningkatnya jumlah

pasien dengan HIV, morbiditas dan mortalitas pasien-pasien dengan

tuberkulosis juga meningkat.5,30,31

Angka kematian pada meningitis tuberkulosa adalah 10-20 persen.

Gejala sisa terutama muncul dan paling sering terjadi pada stadium tiga.

Gangguan visual dan pendengaran sering terjadi, demikian juga

hemiparesis, retardasi mental dan kejang. Keterlibatan hipotalamus dan

sisterna basal menyebabkan endokrinopati, seperti diabetes insipidus,

gangguan pertumbuhan, seksual prekoks dan obesitas.4 Gejala sisa jangka

panjang yang dapat terjadi berupa epilepsi, gangguan belajar dan

gangguan tingkah laku.32 Sekitar sepertiga dari semua anak dengan

meningitis TB yang berat akan mengalami stroke. Sebagian besar stroke ini

terjadi karena lokasi infark di wilayah middle cerebral artery (MCA), yang

sering disebut dengan “zona TB” yang meliputi kaudatus, talamus anterior,

dan anterior kapsula interna.33

2.8 Faktor risiko mortalitas pada pasien meningitis tuberkulosa

2.8.1 Status imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG)

Imunisasi BCG meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi

Mycobacterium tuberculosis yang virulen. Imunitas yang terbentuk dengan

imunisasi BCG untuk mencegah penyebaran tuberkulosis secara

Universitas Sumatera Utara


16

hematogen bukan mencegah penyebaran secara perkontinuitatum dan

limfogen. Imunitas yang terbentuk tidaklah mutlak mencegah infeksi

Mycobacterium tuberculosis, namun infeksi yang terjadi tidak progresif dan

tidak menimbulkan komplikasi yang berat dan berakibat fatal terutama pada

anak, seperti TB milier, kavitas paru, TB tulang dan sendi serta meningitis

TB.24

Efektivitas imunisasi BCG untuk mencegah TB primer bervariasi

antara 0-80%. Penelitian di Jakarta tahun 1982 melaporkan, efektivitas

BCG untuk mencegah semua bentuk infeksi TB adalah 34 %, sementara

penelitian sebelumnya di Medan tahun 2000, dijumpai empat dari 16

pasien dengan meningitis TB tidak mendapatkan vaksinasi BCG sehingga

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penderita meningitis TB tidak

mendapat imunisasi BCG.6,24 Penelitian lainnya di Italia tahun 2015

melaporkan bahwa dijumpai insidensi yang relatif rendah pada pasien

dengan stadium III, tujuh orang dari 45 orang penderita meningitis TB

dengan BCG yang positif, menunjukkan bahwa vaksinasi BCG berperan

protektif terhadap terjadinya meningitis TB yang berat. 7

2.8.2 Usia

Usia sangat berpengaruh terhadap prognosis anak dengan meningitis

tuberkulosa. Penelitian di Tunisia melaporkan bahwa usia yang lebih

muda berhubungan dengan luaran yang buruk. Semua pasien dengan

luaran yang buruk pada penelitian ini berusia di bawah 4 tahun. 34

Universitas Sumatera Utara


17

Penelitian di Afrika Selatan tahun 2009 melaporkan bahwa sebagian

besar pasien yang menderita meningitis TB berusia di bawah lima tahun.

Hal ini berhubungan dengan gejala yang tidak spesifik yang mungkin

dapat dijumpai pada penderita sehingga sulit untuk mendiagnosis

penyakit ini sejak dini. Pada penelitian ini juga dilaporkan bahwa usia

anak di bawah dua tahun berhungan dengan luaran yang buruk. 10

2.8.3 Status nutrisi

Menurut laporan WHO tahun 2016, sekitar 45 persen penyebab mortalitas

anak usia kurang dari lima tahun berhubungan dengan keadaan

malnutrisi, dimana anak-anak menjadi lebih rentan untuk menderita

penyakit yang berat.35

Berat badan yang menurun merupakan petunjuk yang penting dalam

mendiagnosis meningitis TB anak pada daerah endemis tuberkulosis.

Pada sebuah penelitian di Afrika Selatan menunjukkan bahwa 90%

pasien dengan riwayat penurunan berat badan selama beberapa minggu

hingga beberapa bulan sebelum terdiagnosa.10

Pada penelitian sebelumnya di Medan tahun 2000, dilaporkan bahwa

status gizi buruk tidak mempengaruhi untuk terjadinya meningitis

tuberkulosa, namun penelitian lainnya di Afrika Selatan tahun 2009

melaporkan bahwa status gizi yang buruk berhubungan dengan luaran yang

buruk pada pasien-pasien meningitis TB. Pada penelitian ini dijumpai 91%

atau 504 dari 554 anak yang diteliti dengan berat badan yang rendah 10,24

Universitas Sumatera Utara


18

2.8.4 Gejala dan tanda klinis

Gejala dan tanda klinis berhubungan dengan luaran pada pasien-pasien

meningitis TB. Gejala dan tanda berupa demam, sakit kepala, penurunan

berat badan, batuk, penurunan kesadaran, irritabilitas, papiledema, defisit

motorik, gerakan involunter, kelumpuhan saraf kranial, rangsang meningeal

dan kejang.10,36

Penelitian di Taiwan tahun 2002 melaporkan bahwa ditemukannya basil

tuberkel di CSS berhubungan dengan prognosis yang buruk dengan

penjelasan bahwa peningkatan jumlah kuman di CSS berhubungan dengan

peningkatan risiko gangguan kesadaran.37

Penelitian di Taiwan tahun 1999 melaporkan bahwa sakit kepala dan

demam berhubungan dengan luaran yang buruk.36 Penelitian di India tahun

1998 juga melaporkan bahwa kelumpuhan saraf kranial dan defisit neurologis

fokal berpengaruh terhadap luaran.38 Penelitian di Equador tahun 2013

melaporkan bahwa dari 57 pasien yang meninggal, 55 orang mengalami

penurunan kesadaran, 22 orang dengan papiledema, 41 orang defisit

motorik, 25 orang mengalami kelumpuhan saraf kranial dan 55 orang dengan

rangsang meningeal yang positif berhubungan dengan luaran yang buruk. 39

Penelitian di Afrika Selatan tahun 2009 melaporkan bahwa dari 554

pasien dijumpai 269 pasien dengan muntah, 240 pasien dengan kejang, 128

pasien dengan sakit kepala dan 194 pasien dengan GCS ≤ 8 berhubungan

dengan luaran yang buruk (p-value < 0.001).9

Universitas Sumatera Utara


19

Penelitian di India tahun 2013 melaporkan bahwa GCS merupakan

prediktor luaran yang terpenting. Dimana nilai GCS yang rendah

memprediksikan terjadinya kematian dan kecacatan dalam enam bulan

pemantauan.19

2.8.5 Hasil analisa CSS

Penelitian di India tahun 2013 melaporkan bahwa limfositosis pada CSS

dijumpai pada semua pasien dengan dugaan meningitis tuberkulosa. Kadar

glukosa CSS yang rendah dan peningkatan nilai protein merupakan

karakteristik abnormal lainnya dari meningitis tuberkulosa.39

Penelitian di Turki tahun 2013 melaporkan bahwa leukositosis, kadar

protein yang tinggi serta rasio glukosa CSS dan darah yang rendah

merupakan prediktor mortalitas, dari 27 orang yang meninggal, 16 orang

diantaranya dengan kadar protein pada CSS ≥ 150 mg/dL serta rasio glukosa

CSS dan darah kurang dari 0.3 dijumpai pada 16 orang pasien, sehingga

pada keadaan ini berisiko empat sampai sembilan kali lebih besar untuk

terjadinya mortalitas.15

Penelitian di Afrika Selatan tahun 2009 melaporkan bahwa pada analisa

CSS dijumpai jumlah sel limfosit yang abnormal (>10 sel/µL) pada 464 dari

554 pasien, protein > 0.8 gr/L pada 419 pasien dan rerata kadar glukosa CSS

1.7 mmol/L. Sementara pada penelitian di Tunisia tahun 2012 melaporkan

bahwa pada pasien dengan luaran yang buruk, nilai analisa CSS untuk

Universitas Sumatera Utara


20

leukosit berkisar antara 33 sampai 647 sel/µL, protein 0.5 sampai 3.3 gr/L

dan glukosa 0 sampai 0.3 gr/L.10,34

2.8.6 Stadium

Stadium meningitis TB ditetapkan berdasarkan rekomendasi British Medical

Research Council yang membagi meningitis TB berdasarkan derajat

keparahan. Stadium I merupakan fase prodromal tanpa adanya gejala

neurologis yang nyata. Stadium II ditandai dengan adanya rangsang

meningeal dengan sedikit penurunan kesadaran dan kelumpuhan saraf

kranial yang ringan. Stadium III dengan penurunan kesadaran yang berat,

kejang, adanya defisit neurologi fokal dan gerakan involunter. 13,17,39

Luaran yang buruk berhubungan dengan stadium dari meningis TB. Pada

sebagian besar studi yang dilakukan, tiga per empat dari pasien saat

didiagnosis berada pada stadium II dan III,keterlambatan pengobatan karena

keterlambatan diagnosis akan menyebabkan progresivitas penyakit ke

stadium II dan III yang akhirnya menghasilkan luaran yang buruk.7,10

Penelitian di China tahun 2015 melaporkan bahwa 42.4% pasien stadium III

meninggal dalam waktu 12 bulan setelah pengobatan. 5

2.8.7 Gambaran radiologis

Meningitis TB biasanya terjadi dalam dua sampai enam bulan setelah

terjadinya infeksi primer di paru. Sehingga dijumpainya TB pulmoner dapat

membantu dalam memastikan diagnosis meningitis TB. Namun gambaran

foto dada saja tidak cukup dalam mendiagnosa meningitis TB, penelitian di

Universitas Sumatera Utara


21

Italia tahun 2015 melaporkan bahwa 52% pasien meningitis TB tidak

menunjukkan adanya gambaran abnormalitas dari foto dada. Dijumpai

infiltrasi parenkim pada 24.9% pasien, limfadenopati 19.5%, milier 13.5%,

efusi pleura 1.1% dan atelektasis 1.1%. limfadenopati sering tumpang tindih

dengan gambaran infiltrasi parenkim. CT scan dada dilaporkan lebih sensitif

dalam melihat gambaran limfadenopati.7

Hidrosefalus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada

meningitis tuberkulosa, dijumpai pada 57% sampai 99% pasien. Hidrosefalus

yang tidak menjadi terkompensasi setelah satu bulan terapi dengan obat-

obatan maka ditatalaksana dengan Ventriculoperitoneal Shunt (VPS). Luaran

klinis pada pasien yang segera dilakukan shunt dan pasien yang mendapat

terapi obat-obatan terlebih dahulu tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan.9 Pada sebuah penelitian di China tahun 2009 dilaporkan

hidrosefalus merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya luaran yang

buruk pada pasien meningitis TB karena berhubungan dengan obstruksi dari

CSS dan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial, pada penelitian

tersebut juga dilaporkan bahwa pemberian steroid dosis tinggi ≥ 60 mg/hari

meningkatkan prognosis pada pasien-pasien dengan hidrosefalus, sementara

penggunaan mannitol dan prosedur pembedahan kurang berpengaruh

terhadap prognosis dari meningitis TB.5

Penelitian di India tahun 2013 melaporkan bahwa gambaran eksudat

basal dan infark pada CT scan kepala berhubungan dengan kecacatan yang

signifikan dalam enam bulan pemantauan. Eksudat basal berhubungan

Universitas Sumatera Utara


22

dengan terjadinya gangguan penglihatan dan infark berhubungan kuat

dengan terjadinya defisit motorik, serta pada penelitian di Equador tahun

2013 dilaporkan bahwa hidrosefalus dan infark berhubungan dengan luaran

yang buruk.39

Universitas Sumatera Utara


23

2.9 Kerangka Konseptual

- Status imunisasi BCG

- Usia

- Status nutrisi

- Gejala klinis

- Hasil analisa CSS


Hidup Meninggal
- Stadium

- Gambaran radiologis

IMUNITAS LUARAN

MENINGITIS TB

: yang diamati dalam penelitian

Gambar 2. Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai