Anda di halaman 1dari 13

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

MATERI TENTANG
WUDHU, MANDI WAJIB DAN TAYAMUM

Pembimbing : Nurramadhan, S.Pd.I, M.Pd

Disusun Oleh
Nama : Shafa Almira
NIM : 702018097

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2019

1
PENDAHULUAN
Bersuci merupakan hal yang sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan
dengan ibadah. Shalat dan haji misalnya, tanpa bersuci orang yang hadats tidak
dapat menunaikan ibadah tersebut. Banyak orang mungkin tidak tahu bahwa
sesungguhnya bersuci memiliki tata cara atau aturan yang harus dipenuhi. Kalau
tidak dipenuhi, tidak akan sah bersucinya dan secara otomatis ibadah yang
dikerjakan juga tidak sah. Terkadang ada problema ketika orang itu tidak
menemukan air, maka Islam mempermudah orang tersebut untuk melakukan
tayamum sebagai ganti dari mandi, yang mana alat bersucinya dengan mengunakan
debu. Tetapi bagaimana jika ada orang yang tidak menemukan kedua alat bersuci?
Lalu bagaimana orang tersebut bersuci? Tidak hanya orang yang tidak menemukan
kedua alat bersuci, yang dalam istilah fiqihnya disebut
dengan faaqiduth thohuuroini. Bagaimana tata cara bersuci yang benar bagi orang
sakit, misal kakinya diperban atau pasien rawat inap di rumah sakit yang biasanya
tidak boleh terkena air?
Pertanyaan-pertanyaan di atas sering kita jumpai di kalangan masyarakat, dan
bukan tidak mungkin kita pun akan mengalaminya. Saya mencoba menguraikan
hal-hal diatas, walau pun tidak dapat dikatakan menyeluruh.
Minimal dengan adanya makalah ini, kita mengetahui gambaran status hukum
kasus-kasus tersebut, semoga tergerak untuk melaksanakan studi yang mendalam
tentang hukum peribadatan Islam ini atau menarik hal positif lain yang nanti akan
berguna di kehidupan kita nanti. Aamiin.

2
PEMBAHASAN

1.1 Wudhu
2.1.1 Pengertian
Wudhu’ berasal dari bahasa arab yang artinya bersih atau indah.
Wudhu’ menurut syara’ berarti membersihkan anggota-anggota
wudhu’untuk menghilangkan hadast kecil dengan syarat dan rukun tertentu.
Wudhu’merupakan syarat sahnya shalat dan ibadah lainnya. Dari Ustman
bin Affan ra. Dia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang
berwudhu dan membaguskan wudhunya, maka akan keluarlah dosa-dosa
dari badannya, sampai-sampai ia akan keluar dari bawah kukunya”. (HR.
muslim dalam kitab at-thaharah).

1.1.2 Rukun-Rukun Wudhu’


Rukun adalah ketentuan yang harus dipenuhi dalam melakukan
suatu pekerjaan atau ibadah. Rukun wudhu’ ada 6 yaitu:
1. Niat
2. Membasuh seluruh muka.
3. Membasuh kedua tangan hingga siku-siku.
4. Mengusap sebagian rambut kepala.
5. Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki.
6. Tertib

1.1.3 Syarat-syarat wudhu’


Syarat-syarat wudhu’ ialah:
1. Islam
2. Tidak berhadats besar.
3. Dengan air suci lagi menyucikan.
4. Tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi air, sampai ke anggota
wudhu’.
5. Tamyiz, yakni dapat membedakan baik buruknya suatu pekerjaan.
6. Mengetahui mana yang wajib dan sunnah.

3
1.1.4 Tata cara berwudhu’
Tata cara Wudhu antara lain:
1. Bacalah basmalah
2. Dengan mengikhlaskan niat karena Allah
3. Basuhlah telapak tanganmu tiga kali
4. Gosoklah gigimu dengan kayu arok dengan sesamanya
5. Berkumurlah dan isaplah air dari telapak tangan sebelah dan
berkumurlah, kerjakan tiga kali
6. Sempurnakanlah berkumur dan menghisap air itu, jika kamu tidak
berpuasa
7. Basuhlah mukamu tiga kali
8. Dengan mengusap sudut dua matamu
9. Lebihkanlah membasuhnya
10. Dengan digosok-gosok
11. Sela-selailah jenggotmu
12. Basuhlah kedua tanganmu beserta dua sikumu dengan digosok tiga kali
13. Sela-selailah jari-jarimu
14. Dengan melebihkan membasuh kedua tanganmu mulai tangan kanan
15. Usaplah ubunmu dan atas sorbanmu
16. Dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka hingga
tengkuk dan kembali ke permulaan
17. Usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan ibu jari dan sebelah
dalamnya dengan dua telunjukmu
18. Lalu basuhlah kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok
tiga kali
19. Sela-selailah jari-jari kakimu dengan melebihkan membasuh keduanya.
20. Sempurnakanlah membasuh dua kaki itu, lalu ucapkanlah :
Syahadatain.

4
1.1.5 Yang membatalkan wudhu’
Hal yang dapat membatalkan wudhu’ ada 4 macam, yaitu:
1. Keluar sesuatu dari qubur dan dubur, misalnya buang air kecil
maupun besar, atau keluar angin dan sebagainya.
2. Hilang akal sebab gila, pingsan, mabuk dan tidur nyenyak.
3. Tersentuh antara kulit laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya
dengan tidak memakai tutup.
4. Tersentuh kemaluan (qubul dan dubul) dengan tapak tangan atau
jari- jarinya yang tidak memakai tutup, walaupun kemaluannya sendiri.

1.2 Mandi wajib


1.2.1 Pengertian
Yang dimaksud mandi disini ialah mengalirkan air ke seluruh badan
dengan niat. Mandi wajib disebut juga mandi janabah, yang wajib
dikerjakan oleh seseorang yang berhadats besar karena sebab-sebab
tertentu seperti keluar mani, haid dan sebagainya.

1.2.2 Dasar hukum mandi wajib


Dasar hukum disyariatkan mandi wajib adalah Firman Allah SWT
pada Q.S Al-Maidah ayat 6 :

Artinya: “Dan jika kamu dalam keadaan junub,maka mandilah.” (Al-


Maidah:6)
Ayat ini mengandung perintah untuk mensucikan (mandi) seluruh
badan, kecuali sesuatu anggota badan yang sulit untuk dibersihkannya
seperti biji mata, karena dengan membersihkannya justru akan
menimbulkan madhorot.

5
1.2.3 Sebab mandi wajib
Berikut adalah hal-hal yang mewajibkan mandi yang berjumlah lima
hal:
1. Kematian
Kematian adalah tidak adanya kehidupan pada seseorang yang
disebabkan karena terlepasnya ruh dari jasad. Apabila hal ini sudah berada
pada seorang muslim yang bukan karena mati syahid maka wajib
dimandikan. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadist: yang
mana Nabi Muhammad SAW berkata, ketika ada seseorang yang terjatuh
dari kendaraannya (kuda) kemudian dia terjatuh: “Dari Ibnu Abaas RA
telah berkata : Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW telah bersabda :
Basuhlah ( mandikanlah ) dia dengan air dan bubuk kayu bidara. Dan
kafanilah dia dalam balutan dua baju” (HR Bukhori muslim.).
Dari hadist di atas jelaslah ada perintah memandikan yang menunjukan
adanya kewajiban untuk memandikan orang yang sudah meninggal dunia

2. Keluar Mani
Keluar sperma merupakan salah satu yang mewajibkan mandi, jika
sperma itu memang sperma yang keluar dari dirinya sendiri pada yang
pertama kali, baik dari tempat biasanya seperti kemaluan laki-laki atau
wanita ataupun bukan dari tempat biasanya seperti tulang rusuk atau kaki
yang retak atau patah, walupun sperma itu keluarnya setelah selesai mandi,
tetap saja wajib mandi lagi. Hal ini berdasarkan sebuah hadist: Dari Ummi
Salamah RA telah berkata: Telah datang Ummi Sulaim kepada Rosulallah
SAW, kemudian dia berkata Sesungguhnya Allah tidak akan menganggap
malu dari kebenaran. Apakah atas wanita ada kewajiban mandi jinabat
apabila dia bermimpi? Beliau menjawab: ia wajib mandi jinabat jika
melihat air (sperma/ mani ) “ (HR Bukhori Muslim).

3. Bersetubuh
Bersetubuh, baik keluar mani ataupun tidak. “Dari Aisyah RA berkata:
Telah bersabda Rosulallah SAW: Apabila seseorang telah duduk diantara

6
cabang-cabang yang empat (dari badan wanita ) dan telah bersentuhan
khitan dengan khitan yang lainnya, maka sunguh telah
mewajibkan padanya akan mandi “ dalam satu riwayat Imam Muslim-
walaupun tidak sempat mengeluarkan sperma (HR Bukhori).

4. Haid dan Nifas


Apabila seorang wanita telah benar-benar suci dari darah haid dengan
cara meletakan kapas atau menempelkan pembalut lebih dalam pada
kemaluannya, sedangkan kapas dan atau pembalut itu tetap putih, maka
wajib baginya untuk bersuci dengan mandi jinabat.
Adapun Darah nifas, maka apabila sudah terputus/suci, maka wajib
pula wanita bersuci/ mandi, karena darah nifas adalah kumpulan darah
haid yang tidak keluar selama wanita hamil dan juga diharamkan bagi
wanita yang nifas, sholat, berpuasa dan bersetubuh. Oleh karena itu
diwajibkan mandi jika akan melakukan yang di atas (Al-Majmu’ 3/110).

5. Melahirkan
Apabila seorang wanita melahirkan, maka wajib mandi besar. Hal ini
dilakukan jika tidak langsung diiringi dengan keluarnya darah nifas,
namun dikarenakan biasanya wanita melahirkan senantiasa diiringi dengan
darah nifas, maka tidak diwajibkan baginya mandi besar. Karena
kewajiban mandi itu manakala akan melakukan hal-hal yang diwajibkan
yang terhalang kewajibannya dengan sebab adanya hadast besar. Oleh
karena itu seorang wanita yang baru melahirkan tidak perlu tergesa-
gesauntuk mandi besar kalau sekiranya setelah melahirkan langsung
diiringi nifas. Nanti saja mandinya setelah nifasnya suci dan cukup satu
kali mandi. Dalam hal wanita yang melahirkan wajib mandi ini tidak hanya
dikarenakan keluar jabang bayi secara utuh, tetapi jika keluar darah kental
(‘alaqoh ) ataupun daging keras ( mudghoh ), maka tetap wajib mandi
dengan cacatan di atas.

7
1.2.4 Rukun mandi wajib
1. Niat. Orang yang junub hendaklah berniat atau menyengaja
menghilangkan hedats junubnya perempuan yang baru habis
(selesai) haid atau nifas hendaklah berniat menghilangkan hadats
kotorannya.
2. Mengalirkan air ke seluruh badan.

1.2.5 Sunah-sunah mandi wajib


1. Membaca “bismillah” pada permulaan mandi
2. Berwudhu sebelum mandi.
3. Menggosok gosok seluruh badan dengan tangan.
4. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri.
5. Berturut-turut.

1.3 Tayamum
1.3.1 Pengertian
Ialah mengusapkan tanah ke muka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudu atau mandi,
sebagai rukhsah (keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air
karena beberapa halangan (uzur), yaitu:
1. Uzur karena sakit. Kalau ia memakai sakitnya atau lambat
sembuhnya,menurut keterangan dokter atau yang telah
berpengalaman tentang penyakit serupa itu.
2. Karena dalam perjalanan.
3. Karena tidak ada air

1.3.2 Syarat tayamum


1. Sudah masuk waktu salat. Tayamum disyariatkan untuk orang yang
terpaksa. Sebelum masuk waktu salat ia belum terpaksa, sebab
salat belum wajib atasnya ketika itu.

8
2. Sudah diusahakan mencari air, tetapi tidak dapat, sedangkan waktu
sudah masuk. Kita disuruh bertayamum bila tidak ada air sesudah
dicari dan kita yakin tidak ada; kecuali orang sakit yang tidak
diperbolehkan memakai air, atau ia yakin tidak ada air disekitar
tempat itu, maka mencari air tidak menjadi syarat baginya.
3. Dengan tanah yang suci dan berdebu. Menurut pendapat Imam
Syafii,tidak sah tayamum selain dengan tanah. Menurut pendapat
imam yang lain, boleh (sah) tayamum dengan tanah, pasir, atau batu.
4. Menghilangkan najis. Berarti sebelum melakukan tayamum itu
hendaklah ia bersih dari najis, menurut pendapat sebagian ulama
tetapi menurut pendapat yang lain tidak Fardu.
5. Telah masuk waktu shalat.

1.3.3 Rukun tayamum


1. Niat orang yang akan melakukan tayamum hendaklah berniat karena
hendak mengerjakan salat dan sebagainya, bukan semata-mata untuk
menghilangkan hadas saja, sebab sifat tayamum tidak dapat
menghilangkan hadas, hanya diperbolehkan untuk melakukan salat
karena darurat. Keterangan bahwa niat tayamum. hukumnya wajib ialah
hadis yang mewajibkan niat wudu yang lalu. Niat Tayamum antara lain:

2. Mengusap muka dengan tanah.


3. Mengusap kedua tangan sampai ke siku dengan tanah.
4. Menertibkan rukun rukun. Artinya mendahulukan muka dari tangan.
Alasannya sebagaimana keterangan menertibkan rukun wudu yang
telah lalu. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa tidak wajib
menertibkan rukun tayamum

9
1.3.4 Beberapa masalah yang bersangkutan dengan tayamum
 Orang yang tayamum karena tidak ada air, tidak wajib mengulangi
salatnya apabila mendapat air. Alasannya ialah ayat tayamum di
atas. Tetapi orang yang tayamum karena junub, apabila mendapat air
maka iawajib mandi bila ia hendak mengerjakan salat berikutnya,
sebab tayamum itu tidak menghilangkan hadas, melainkan hanya
boleh untuk keadaandarurat.
 Satu kali tayamum boleh dipakai untuk beberapa kali salat, baik salat
fardu ataupun salat sunat. Kekuatannya sama dengan wu du, karena
tayamum ituadalah pengganti wudu bagi orang yang tidak dapat
memakai air. Jadi,hukumnya sama dengan wudu. Demikian
pendapat sebagian ulama. Yang lain berpendapat bahwa satu kali
tayamum hanya sah untuk satu kali salat fardu dan beberapa salat
sunat, tetapi golongan ini tidak dapat memberikan dalil yang kuat
atas pendapat mereka.
 Boleh tayamum apabila luka atau karena hari sangat dingin, sebab
luka itu termasuk dalam pengertian sakit. Demikian juga bila
memakai air ketika hari sangat dingin, dikhawatirkan akan men jadi
sakit.

1.3.5 Sunah tayamum


1. Membaca bismillah. Dalilnya adalah hadis sunat wudu, sebab
tayamum pakan pengganti wudu.
2. Mengembus tanah dari dua tapak tangan supaya tanah yang di atas
tangan itu menjadi tipis.
3. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum,
sebagaimana sesudah selesai berwudu.
4. Mendahulukan anggota badan yang kanan dari pada yang kiri

10
1.3.6 Hal-hal yang membatalkan tayamum
1. Tiap-tiap hal yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum
2. Murtad
3. Ada air. Mendapatkan air sebelum salat, batallah tayamum bagi
orang yang tayamum karena ketiadaan air, bukan karena sakit

11
KESIMPULAN
Bersuci merupakan persyaratan dari beberapa macam ibadah, karena
itu bersuci memperoleh tempat yang utama dalam ajaran Islam. Berbagai aturan
dan hukum ditetapkan oleh syara’ dengan maksud antara lain agar manusia menjadi
suci dan bersih baik lahir maupun batin.
Bersuci juga sangat ditekankan dalam Islam, baik dari hadats kecil,
hadats besar, atau najis yang datangnya dari luar tubuh. Islam telah mengatur hal
ini dengan sebaik-baiknya, karena bersuci adalah kegiatan awal yang harus
dilakukan sebelum melakukan ibadah.
Cara mensucikan hadats kecil adalah dengan berwudhu atau
tayammum jika memang tidak menemukan air. Sedangkan mensucikan hadats ada
-lah dengan mandi, namun jika seorang yang junub tidak menemukan air, boleh
baginya untuk bertayammum seperti halnya berwudhu.
Wudhu adalah membasuh bagian tertentu yang boleh ditetapkan dari anggota
badan dengan air sebagai persiapan bagi seorang Muslim untuk menghadap Allah
SWT (mendirikan shalat) dan suatu syarat untuk sahnya shalat yang dikerjakan
sebelum seseorang mengerjakan shalat.
Tayamum adalah mengusapkan debu ke wajah dan kedua tangan dengan niat
untuk mendirikan shalat atau lainnya

12
DAFTAR PUSTAKA

Hasyim, Taufiq. 2016. Fiqih. Depok: CV Arya Duta

Rasjid, S. 2011. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Rifai, M. 1976. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha
Putra.

Suaidi, Ruskam., dkk. Al-Islam dan Kemuhammadiyahan 2: Fiqh Ibadah. Sumatera


Selatan: CV. Insan Cendekia Palembang

13

Anda mungkin juga menyukai