Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur hanya layak tercurahkan kepada allah SWT,
Karena atas limpahan karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda kita rasulullah SAW,
manusia yang paling kuat imannya, paling indah ketaqwaannya, ia yang maha jujur cer-
das, dan amanah.

Saya sangat tertarik untuk mengajukan judul : KOROSI. Banyak kesulitan dan hambatan
yang saya hadapi dalam membuat tugas mandiri ini, namun dengan semangat dan bimbingan dari
segala pihak sehingga saya mampu menyelesaikan mandiri ini dengan baik, oleh karena itu pada
kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orangtua yang senantiasa selalu mendukung kegiatan saya


2. Ibu Suryati Spd.Mpd

Bandung,14 November 2015

Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korosi merupakan perkaratan logam.korosi ini juga biasa diterjadi pada logam besi (Fe),reaksi
yang terjadi pada korosi ini adalah reaksi redoks karena besi jika didiamkan atau disimpan dialam
akan mengalami oksidasi sedangkan oksigen akan mengalami reduksi.Reaksi redoks adalah reaksi
kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi atau yang didalamnya terdapat serah terima elec-
tron antar zat.
Ternyata dalam kehidupan sehari-hari juga korosi ini sangat merugikan sekali bagi masyara-
kat.karena, jika logam besi terkena korosi nilai jual besi tersebut akan turun drastis.bahkan di Nega-
ra Amerika Serikat dirugikan oleh korosi sampai 70 milyar dolar setiap tahunnya. maka dari itu
orang ahli kimia melakukan penelitian agar dapat mengetahui logam apa saja yang dapat mencegah
korosi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Mengapa korosi bisa terjadi?
b. Logam apa saja yang bisa mengalami korosi?
c. Bagaimana pencegahan korosi?
d. Bagaimana dampak korosi dalam kehidupan sehari-hari?
e. Apakah korosi bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan
a. Bisa mengetahui logam-logam yang mudah berkorosi dan tidak mudah berkorosi
b. Bisa mencegah proses perkaratan lebih lama
c. Bisa mengetahui penyebab terjadinya korosi

2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Korosi
Nama lain korosi disebut dengan karatan. Korosi sendiri umumnya terjadi
pada benda-benda logam seperti besi,seng dll. Korosi adalah reaksi antara logam
dengan zat-zat disekitarnya misalnya udara dan air sehingga menimbulkan
senyawa baru. Dalam perkaratan senyawa baru yang dimaksud ialah zat padat
berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.Rumus kimia dari
karat besi adalah Fe2O3.xH2O

Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Maka sangat lazim jika besi
mengalami korosi. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa
korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang mempunyai sifat
rapuh serta berpori.

Korosi terjadi pada proses elektrokimia umumnya pada reaksi redoks disini
korosi yang kita ambil misalnya korosi pada besi,besi ini akan terkorosi jika
logam besi bukan merupakan logam besi murni melainkan logam besi yang cam-
puran. besi tersebut akan teroksidasi dan akan menuju anoda(-) sedangkan oksi-
gen akan tereduksi dan akan menuju katoda(+).

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi.
Besi bisa bertindak sebagai anode atau sebagai katode, bergantung pada berbagai
faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

3
Korosi dapat juga diartikan serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungannya. Ada definisi lain yang
mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dariproses ekstrasi.

Contohnya biji mineral logam besi dialam bebas berbentuk senyawa besi
oksida atau besi sulfida, setelah diolah akan menghasilkan besi untuk pembuat ba-
ja, selama pemakaian baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang me-
nyebabkan korosi menjadi senyawa besi oksida.
Kita dapat mengetahui terjadinya korosi melalui Deret Volta dan Hukum Nernst.

Kecepatan peristiwa korosi sangat bergantung pada beberapa faktor, salah


satunya seperti ada tidaknya lapisan oksida (O), karena lapisan oksida dapat
menghalangi beda potensial terhadap elektroda lain yang akan sangat berbeda ka-
lau logam tersebet masih bersih dari oksida (O).

4
2.2 Macam-macam Korosi
1. Uniform/General Corrosion (Korosi Menyeluruh)

Gambar 1.1 Uniform Corrosion

Pada korosi jenis korosi menyeluruh, seluruh permukaan logam yang terek-
spose dengan lingkungan( terkorosi secara merata). Jenis korosi ini mengakibat-
kan rusaknya konstruksi secara total.
Mekanisme Uniform Corrosion : dengan distribusi seragam dari reaktan
katodik atas seluruh permukaan logam yang terekspose. Pada lingkungan asam
(pH < 7), terjadi reduksi ion hidrogen dan pada lingkungan basa (pH > 7) atau
netral (pH = 7), terjadi reduksi oksigen. Kedua berlangsung secara "seragam" dan
tidak ada lokasi preferensial atau lokasi untuk reaksi katodik atau anodik. Katoda
dan anoda terletak secara acak dan bergantian dengan waktu.
2.Crevice Corrosion (Korosi Celah)

Gambar 1.2 korosi celah

5
Korosi celah mengacu pada serangan lokal pada permukaan logam pada, atau
berbatasan langsung dengan kesenjangan atau celah antara dua permukaan
bergabung. Kesenjangan atau celah dapat terbentuk antara dua logam atau logam
dan bahan non-logam. Di luar kesenjangan atau tanpa celah, kedua logam yang ta-
han terhadap korosi. Kerusakan yang disebabkan oleh korosi celah biasanya di-
batasi pada satu logam yang dekat dengan permukaan yang bergabung.
Mekanisme Crevice Corrosion : dimulai dari perbedaan konsentrasi beberapa
kandungan kimia, biasanya oksigen, yang membentuk konsentrasi sel elektrokimia.
Di luar dari celah (katoda), kandungan oksigen dan pH lebih tinggi - tetapi klorida
lebih rendah.

Gambar 1.3 mekanisme korosi celah


3. Pitting Corrosion (Korosi Sumuran)

6
Gambar 1.4 korosi sumuran

Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam yang dibatasi pada
satu titik atau area kecil, dan membentuk rongga. Korosi sumuran adalah salah sa-
tu bentuk yang paling merusak dari korosi, selain korosi uniform.

Mekanisme Pitting Corrosion : Untuk material bebas cacat, korosi sumuran


disebabkan oleh lingkungan kimia yang mungkin berisi unsur kimia agresif seper-
ti klorida. Klorida sangat merusak lapisan pasif (oksida) sehingga pitting dapat
terjadi pada oksida. Lingkungan juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi (tetesan
air pada permukaan baja, misal) dan pitting dapat dimulai di lokasi anodik (pusat
tetesan air).

Gambar 1.5 mekanisme pitting korosi


4 . Intergranular Corrosion (korosi interdentik)

Gambar 1.6 korosi interdentik

7
Intergranular corrosion kadang-kadang juga disebut "korosi interden-
dritik". Dengan adanya tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang batas
butir dan jenis korosi ini sering disebut "intergranular retak korosi tegangan
(IGSCC)" atau hanya "intergranular stress corrosion cracking".

Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari


beda potensial dalam komposisi, seperti sampel inti “coring” biasa ditemui
dalam paduan casting. Pengendapan pada batas butir, terutama kromium
karbida dalam baja tahan karat, merupakan mekanisme yang diakui dan
diterima dalam korosi intergranular.
5. Korosi Erosi

Gambar 1.7 korosi erosi

Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi
mekanis misalnya erosi (pengikisan). Immpingement attack dan cavitation
adalah bentuk extrem dari tipe korosi ini. Korosi erosi cenderung
mengarah pada penghilangan lapis protektif dari permukaan metal oleh
aksi partikel abrasive yang ada di dalam air. Umumnya laju serangan
korosi membesar dengan membesarnya kecepatan. Ada lagi bentuk erosi

8
atau mekanisme lain, misalnya korosi lembaran baja yang terpancang di
pantai, dipengaruhi oleh aksi abrasive dari pasir, dibantu oleh aksi
pasang/surut atau angin.
Mekanisme erosion corrosion : efek mekanik aliran atau kecepatan fluida
dikombinasikan dengan aksi cairan korosif menyebabkan percepatan
hilangnya dari logam. Tahap awal melibatkan penghapusan mekanik film
pelindung logam dan kemudian korosi logam telanjang oleh cairan
korosif yang mengalir. Proses siklus ini sampai pelubangan komponen
terjadi.

6. Korosi Kavitasi

Gambar 1.8 Korosi kavitasi

Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan


pecahnya gelembung di dalam air laut, pada permukaan metal. Kondisi
pada kecepatan tinggi dan perubahan tekanan cenderung menimbulkan
korosi cavitasi. Serangan biasanya terlokalisir dan terjadi di daerah
tekanan rendah, air bergejolak dan terbentuk dari partikel vacum. Bila air

9
kembali ke tekanan normal, cavity pecah, dengan membebaskan energi.
Hal ini dapat merusakan permukaan paduan logam.
Kavitasi biasa terjadi pada propeller kapal dan impeller pompa.
Cara kerjanya adalah ketika fluida air melewati foil maka bagian atas foil
akan mempercepat diri karena pengaruh bentuk foil (konsep Cf dan Cd
Foil). ketika kecepatan menambah maka tekanan menjadi turun. aliran flu-
ida yang terjadi berbentuk swing yang sangat cepat. Apabila teman-teman
ingat diagram T-s pada thermodinamika ada bagaian liquid dikanan dan
vavor dikiri kubah uap, karena tekanan turun maka memuat fluida
melewati batas saturasi dan timbulah gelembung berisi vavor. mem-
besarnya vavor dipengaruhi oleh konsep heat transfer seperti proses ter-
jadinya pendidihan (kalau teman-teman ingin mendalami saya recommend
buku “Fenomena Pendidihan” karya Prof Raldi). Proses kavitasi yang
dapat merusak pinggik foil karena pecahnya gelembung-gelembung secara
continue.

Gambar 1.9 Mekanisme korosi kavitasi

10
7. Stress Corrosion Cracking (SCC)

Gambar 2 korosi SCC

Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang memerlukan


aksi secara bersamaan dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan
dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk pengurangan bagian yang
terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga termasuk intercrys-
talline atau transkristalin korosi, yang dapat menghancurkan paduan tanpa
tegangan yang diberkan atau tegangan sisa. Retak korosi tegangan dapat
terjadi dalam kombinasi dengan penggetasan hidrogen.

Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor kom-


ponen, yaitu (1) Bahan rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan elektrolit
(lingkungan) dan (3) adanya tegangan. Sebagai contoh, tembaga dan pad-
uan rentan terhadap senyawa amonia, baja ringan rentan terhadap larutan
alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida.

Gambar 2.1 mekanisme korosi SCC

11
2.3 Faktor Penyebab Korosi
Korosi sendiri terjadi karena adanya logam dan zat-zat di sekitarnya.
Berikut faktor-faktornya

1. Keberadaan Zat Pengotor

Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya


reaksi reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang tero-
ksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil pemba-
karan BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi
gas oksigen pada permukaan logam yang mengakibatkan proses korosi
semakin cepat pula.

2. Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2

Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung


reaksi redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta. sebagai con-
toh, korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi
tidak murni, melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar
secara tidak merata dalam logam tersebut. Hal ini menyebabkan adanya
perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C).
Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode.
Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air
sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada
peristiwa korosi. Jika jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak dengan
permukaan logam semakin banyak, maka semakin cepat berlangsungnya
korosi pada permukaan logam tersebut.

12
3. Temperatur (Suhu)

Semakin tinggi suhu maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini
disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi
kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada
reaksi redoks semakin besar dan laju korosi pada logam semakin mening-
kat. Efek korosi yang disebabkan karena pengaruh temperatur dapat kita
lihat di perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya
menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai
panas secara langsung (seperti mesin kendaraan mobil, motor dsb).

4. pH

Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7


.peristiwa korosi akan semakin besar, karena adanya reaksi reduksi tam-
bahan yang berlangsung pada katode yaitu:

2H+ + 2e– → H2

Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih


banyak atom logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan
logam semakin besar.

5. Metalurgi

a. Permukaan logam

Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda poten-


sial dan memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.

b. Efek Galvanic Coupling

Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-


atom unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu ter-

13
jadinya efek ini, yakni karena timbulnya perbedaan potensial pada per-
mukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang
berbeda dan Efek ini memicu korosi pada permukaan logam melalui pen-
ingkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.

6. Bakteri
Tipe bakteri tertentu dapat mempercepat korosi, karena mereka
akan menghasilkan karbondioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S),
selama masa putaran hidupnya. CO2 akan menurunkan pH dengan cukup
signifikan sehingga akan menaikan kecepatan korosi. H2S dan besi sulfida,
Fe2S2, hasil reduksi sulfat (SO42-) oleh bakteri pereduksi sulfat pada kondisi
anaerob, dapat mempercepat korosi bisa sulfat ada didalam air. Zat-zat ini
dapat menaikan kecepatan korosi. Jika terjadi korosi logam besi maka hal
ini dapat mendorong bakteri besi( iron bacteria) untuk berkembang karena
mereka senang dengan air yang mengandung besi.

Bakteri yang menimbulkan korosi

Korosi dipengaruhin oleh mikroba, karena mikroba merupakan ak-


tifitas proses dari korosi. Contohnya tangki air stainless steel dinding da-
lam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga
para industrawan menyadari bahwa korosi yang dipengaruhi mikroba
cukup serius. Dari fenomena tersebut, banyak institusi mempelajari dan
memecahkan maslah ini dengan penelitian untuk mengurangi bahan korosi
tersebut.

Korosi ini hanya disebabkan oleh suatu bakteri anaerobik yang


hanya bertahan dalam kondisi tanpa ada zat asam. Bakteri ini disebut
mikroba korosi. Mikroba sendiri merupakan suatu mikroorganisme yang
hidup dilingkungan yang luas pada habitat-habitatnya dan dapat memben-
tuk koloni dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan per-
tumbuhan mikroba itu terjadi.mikroorganisme yang mempengaruhi korosi
antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa.

14
Dalam korosi ini disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Bak-
teri ini mengubah garam sulfat menjadi asam yang reaktif dan menyebab-
kan karat.
Mikroorganisme bakteri yang membentuk lapisan berlendir men-
nyebabkan deposisi besi. Bakteri ini melubangi filter dan menyebabkan
karat dengan cara membuntu pipa-pipa dingin

Macam- macam bakteri yang dapat menimbulkan korosi :

- Bakteri besi mangan oksida


Bakteri memperoleh energi dari oksidasi Fe2+ Fe3+ dimana berhubungan
dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan diatas lubang
pit pada permukaan baja

- Bakteri oksida sulfur-sulfida


Bakteri ini merupakan jenis bakteri aerob yang mendapatkan energi dari
oksidasi sulfit atau sulfur. Beberapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi
sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1.

- Bakteri reduksi sulfat


Bakteri ini merupakan bakter jenis anaerob yang membutuhkan ling-
kungan bebas oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersikulasi di
air. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh di daerah
kanal, air tenang yang tergantung dengan lingkungannya

15
2.4 Logam yang Dapat Mengalami Korosi

A. Seng
1. Pengertian Senyawa Seng

Seng diambil dari bahasa Belanda yaitu zink adalah unsur kimia
dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39.
Ia merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa
aspek kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion
kedua unsur ini berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga
memiliki keadaan oksidasi +2. Seng merupakan unsur paling melimpah
ke-24 di kerak Bumi dan memiliki lima isotop stabil. Bijih seng yang
paling banyak ditambang adalah sfalerit (seng sulfida).

2 Sifat Kimia Seng


Reaktivitas seng memiliki konfigurasi elektron [Ar]3d104s2 dan
merupakan unsur golongan 12 tabel periodik. Seng cukup reaktif dan
merupakan reduktor kuat. Permukaan logam seng murni akan dengan
cepat mengusam, membentuk lapisan seng karbonat, Zn5(OH)6CO3,
seketika berkontak dengan karbon dioksida. Lapisan ini membantu
mencegah reaksi lebih lanjut dengan udara dan air. Seng yang dibakar
akan menghasilkan lidah api berwarna hijau kebiruan dan mengeluarkan
asap seng oksida. Seng bereaksi dengan asam, basa, dan non-logam
lainnya Seng yang sangat murni hanya akan bereaksi secara lambat
dengan asam pada suhu kamar. Asam kuat seperti asam klorida maupun
asam sulfat dapat menghilangkan lapisan pelindung seng karbonat dan
reaksi seng dengan air yang ada akan melepaskan gas hidrogen.
Sifat kimiawi seng mirip dengan logam-logam transisi periode
pertama seperti nikel dan tembaga. Ia bersifat diamagnetik dan hampir tak
berwarna. Jari-jari ion seng dan magnesium juga hampir identik. Oleh
karenanya, garam kedua senyawa ini akan memiliki struktur kristal yang

16
sama. Pada kasus di mana jari-jari ion merupakan faktor penentu, sifat-
sifat kimiawi keduanya akan sangat mirip. Seng cenderung membentuk
ikatan kovalen berderajat tinggi. Ia juga akan membentuk senyawa
kompleks dengan pendonor N- dan S-.

3. Sifat Fisika Seng


Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau,
dan bersifat diamagnetik. Walaupun begitu, kebanyakan seng mutu
komersial tidak berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan
berstruktur kristal heksagonal.
Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun
menjadi dapat ditempa antara 100 sampai dengan 150 °C. Di atas 210 °C,
logam ini kembali menjadi rapuh dan dapat dihancurkan menjadi bubuk
dengan memukul-mukulnya. Seng juga mampu menghantarkan listrik.
Dibandingkan dengan logam-logam lainnya, seng memiliki titik lebur
(420 °C) dan tidik didih (900 °C) yang relatif rendah. Dan sebenarnya
pun, titik lebur seng merupakan yang terendah di antara semua logam-
logam transisi selain raksa dan kadmium.

4. Sifat Korosi pada Seng

` Seng lebih tahan korosi daripada baja di atmosfer, pengecualian


kondisi ini jika atmosfer dalam ruangan dimana lingkungannya korosi baik
baja dan seng sangat rentan terkena korosi.

17
5. Korosi seng pada korosif atmosfer

Perbandingan yang tepat dari perilaku seng pada lingkungan


atmosfer yang korosif sedikit kompleks karena banyak faktor yang
terlibat, seperti :
1. intensitas asap korosif,
2. arah angin
3. periode relatif dari kelembaban atau kondensasi dan kekeringan.
4. jumlah garam diudara

Secara umum diketahui jika laju korosi seng rendah; itu berkisar
dari 0,13 pM / tahun di atmosfer pedesaan kering untuk 0,013 mm / tahun
di lebih lingkungan atmosfer industri yang lembab. Lebih rendah
dibandingkan dengan besi.
Faktor-faktor penting yang mengontrol tingkat di korosi seng
dalam paparan atmosfer adalah:

1. Durasi dan frekuensi kelembaban


2. Tingkat di mana permukaan mengering
3. Tingkat polusi industri atmosfer.

Pada udara kering, seng secara perlahan diserang oleh oksigen at-
mosfer. Sebuah lapisan tipis oksida padat terbentuk pada permukaan
seng, dan kemudian membentuk lapisan luar di atasnya. Meskipun ka-
dang-kadang lapisan luar tersebut melepaskan diri, lapisan bawah tetap
dan melindungi logam membatasi interaksi dengan oksigen. Dengan
kondisi tersebut, yang terjadi di beberapa daerah beriklim tropis, seng
teroksidasi dengan sangat lambat.

18
6. Korosi Seng dalam Air

Hampir semua air di bumi memiliki pengotor, bahkan air hujan


sekalipun menggandung pengotor yaitu nitrogen,oksigen, CO2, debu dan
lain-lain.
Ketahanan seng terhadap air sama seperti terhadap atmosfer. Membentu
suatu pelindung dan di reaksikan dengan lingkungan. Dalam air suling,
yang tidak dapat membentuk skala pelindung untuk mengurangi akses
oksigen ke permukaan seng.
Kemampuan membentuk skala-air terutama tergantung pada tiga
faktor: konsentrasi ion hidrogen (nilai pH), kandungan kalsium total dan
alkalinitas total.

Jadi intinya korosi seng terhadap air dapat di pengaruhi oleh :


1. Zat pengotor dalam air
2. pH (tingkat keasaman maupun basa)
3. waktu lamanya seng terdapat dalam air
4. Suhu
5. Gerakan air serta agitasinya

19
B. Alumunium

Alumunium merupakan logam yang ringan dan di perlukan bagi ke-


hidupan manusia di muka bumi, alumunium juga tahan terhadap karat dan
mempunyai daya hantar listrik yang baik. Alumunium merupakan golongan
IIIA dalam unsur periodik, mempunyai nomor atom 13 dan berat atom
26,98gr/mol. ). Di udara bebas aluminium mudah teroksidasi membentuk
lapisan tipis (Al2O3) yang tahan terhadap korosi. Saat ini korosi di ke-
banyakan dalam berupa campuran.

Aluminium memiliki kelebihan yaitu tahan terhadap korosi, ringan dan


mudah dibentuk. Aluminium mempunyai lapisan Al2O3 yang bisa melindungi
logam terhadap pengkorosi pada pH antara 4 - 9 diluar kisaran itu aluminium bisa
terkorosi, baik pada suasana asam maupun basa.
Korosi pada alumunium umumnya korosi sumuran, korosi sumuran pada
alumunium terjadi karena alumunium bereaksi dengan udara lembab
Reaksi kimia pada aluminium yang terkorosi pada suasana asam:
Cara pencegahan korosi alumunium dapat di lakukan dengan beberapa cara

 Perlindungan katodik dan anodik

 Pemilihan material
 Pelapisan
 Penggunaan inhibitor

20
2.4 Pecegahan Korosi
a. Mencegah dengan oksigen atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka
peristiwa korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah denganmelapisi
besi dengan cat, oil, logam yang lain yang tahan korosi(logam yang lebih
aktif seperti seng dan krom). Logam lain yang kurang aktif( timah dan
tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur
ditanah. Timah atau tembaga bersifat mempercepat proses korosi.

b. Perlindungan katoda
Besi yang dilapisi atau dihubungkan dengan logam lain yang lebih aktif
akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Disini ber-
fungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain ber-
peran sebagai anoda dan mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi
sebagai katoda,terlindung oleh logam lain(sebagai anoda, dikorbankan).
Besi akan aman melindungi selama logam masih memeliki pelindungnya
atau belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa
bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, logam ini secara berka-
laharus dikontrol dan harus diganti

c. Pengecetan
Jembatan dan pagar biasanya dicat, dicat menghindarkan kontak dengan
udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink atau seng akan lebih
baik, karena keduannya melindungi besi terhadap korosi.

d. Melumuri oli
Cara ini digunakan untuk berbagai perkakas dan mesin . oli dan gemuk
mencegah kontak dengan air

e. Dibalut dengan plastik


Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda
dibalut dengan plastik. Plastik dapat mencegah udara dan air.

f. Tin plating
Kaleng-kaleng kemasan yang biasa terbuat dari besi dan dilapisi oleh ti-
mah. Pelapisan dapat dilkukan dengan cara elektrolisis yang disebut elec-
21
tro planting. Timah tergolong logam yang tahan karat, akan tetapi lapisan
timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh atau tidak cacat.
Apabila lapisan timah itu rusak atau tergores, maka timah akan memper-
cepat korosi besi. Hal itu terjadi karenapotensial reduksi besi lebih
negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah
akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anoda.
Dengan demikian timah mendorong korosi besi. Akan tetapi hal ini justru
diharapkan sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.

g. Galvanisasi (pelapisan dengan zink)


Pipa besi, tian telefon, dan berbagai barang lain yang dilapisi dengan
zink. Zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak
utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanismeyang disebut perlindungan
katode. Karena potensial reduksi besi lebih positifdaripada zink. Dengan
demikian besi terlindungi dari zink yang mengalami oksidasi berkarat.
Badan mobil-mobilbaru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga ta-
han karat.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam perkaratan senyawa baru yang dimaksud ialah zat padat
berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.Rumus kimia
dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O

Korosi juga ada beberapa macam yaitu korosi uniform, korosi su-
muran,korosi interdentik, korosi kavitasi, korosi erosi dan korosi scc.

Selain korosi besi, ada juga korosi alumunium dan korosi seng.
Faktor yang mempengaruhi korosi alumunium dan korosi seng juga sama
seperti korosi pada besi. Yaitu keberadaan zat pengotor, kontak langsung
dengan H2O dan O2, pH, temperatur atau suhu, metagluri dan bakteri.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
oleh sebab itu kamu sangat mengharapkan kritik dan saran yang mem-
bangun agar memperluas wawasan kami.

3.3 Daftar Pustaka


http://sainsforhuman.blogspot.co.id/2013/07/apa-itu-korosi-penyebab-dan-
cara.html#sthash.L8q2F1oG.dpuf

http://nasrahanjani.blogspot.co.id

http://brainly.co.id/tugas/1720547

http://perpustakaancyber.blogspot.co.id

http://m10mechanicalengineering.blogspot.co.id

Fauziah,Nenden.2006.Kimia.Bandung:CV Habsa Jaya

23

Anda mungkin juga menyukai