Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
15 Votes
Ukuran/satuan
Jumlah
3/1
Pipet tetes
Panjang
8
Larutan KMnO4
0,1 M
3 ml
0,1 M
3 ml
Larutan Formaldehid
5%
1 ml
Larutan Na2S2O3
0,1 M
3 ml
0,1 M
3 ml
Larutan AgNO3
0,1 M
3 ml
1M
3 ml
Larutan H2SO4
4M
3 ml
Cara Kerja :
1.Masukkan ± 3ml larutan Asam oksalat (H2C2O4) o,1 M ke dalam sebuah tabung reaksi, tambahkan
± 3 ml H2SO4 4 M. Kemudian tambahkan 1 tetes larutan KMnO4. Aduk campuran itu dengan
mengguncangkan tabung. Tunggu sampai terjadi perunahan warna, kemudian tambahkan lagi 1
tetes larutan KMnO4. Lanjutkan penetesan larutan KMnO4 sampai tidak terjadi perubahan warna.
2.Masukkan ± 3 ml larutan AgNO3 0,1 M ke dalam tabung reaksi. Tetesi larutan itu dengan larutan
NH3 1 M tetes demi tetes sampai endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali. Kemudian
tambahkan ± 1 ml larutan Formaldehid 5%. Aduk campuran dengan mengguncangkan tabung
kemudian diamkan. Kemudian catat pengamatan Anda.
3.Masukkan ± 3 ml Na2S2O3 ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes larutan kanji. Kemudian
tetesi dengan larutan Iodin (I2) tetes demi tetes hingga campuran berwarna biru ungu (warna biru
ungu menunjukkan bahwa Na2S2O3 telah habis bereaksi).
Hasil Pengamatan :
Larutan AgNO3 + larutan NH3 setelah dicampur dengan larutan Formaldehid → hitam.
Reaksi Ionisasi :
•Larutan menjadi berwarna biru ungu karena molekul-molekul pati pada kanji mengandung lebih
banyak amilosa daripada amilopektin.
•Larutan Na2S2O3 berfungsi untuk melarutkan I2. Setelah bereaksi dengan Na2S2O3 menjadi 2 NaI.
Kesimpulan :
Larutan yang mengalami perubahan warna seperti larutan di atas merupakan contoh suatu reaksi
redoks. Dalam reaksi redoks larutan itu akan bereaksi dengan larutan lain (adanya perubahan
warna), seperti pada:
2.Larutan AgNO3 + NH3 + larutan Formaldehid → hitam, silver, membentuk lapisan kaca.
2.Logam seng.
3.Paku besi.
4.Larutan CuSO4 1 M.
Cara Kerja :
1.Siapkan alat dan bahan.
2.Masukkan larutan CuSO4 sebanyak 100 ml ke dalam gelas kimia 250 ml.
3.Siapkan sepotong logam seng berukuran ± 4×2 cm yang telah diamplas bersih. Kemudian
masukkan ke dalam larutan CuSO4.
Pengamatan :
1.Seng yang berada di dalam larutan CuSO4 berubah menjadi berkarat dan menjadi rapuh (rontok).
Kesimpulan :
Seng pada larutan CuSO4 menjadi berkarat, hal ini membuktikan adanya reaksi redoks. Begitu pula
pada paku. Paku dan larutan CuSO4 mengalami reaksi redoks. Terbukti dari adanya perubahan biloks
(reduksi/oksidasi) dan paku menjadi berkarat.
Praktikum Kimia XI
6
19 Votes
6. Labu takar
11. Corong
7. Pengaduk
8. Cawan
Cara Kerja :
•Percobaan I
2.Tuangkan NaOH (s) ke dalam gelas kimia dan larutkan dengan air ± 100 ml. Kemudian aduk hingga
larut.
3.Tuangkan larutan NaOH dari gelas kimia ke labu takar. Kemudian tambahkan air hingga
volumenya 250 ml.
•Percobaan II
4.Tuangkan larutan tersebut ke dalam labu takar dan tambahkan air sampai volumenya 250 ml.
Kemudian kocok.
•Percobaan III
3.Tuangkan sedikit demi sedikit H2SO4 pekat ke dalam gelas kimia sambil diaduk hingga rata.
4.Tuangkan larutan tersebut ke labu takar dan tambahkan air sampai volumenya 250 ml. Kemudian
kocok.
Perhitungan Percobaan :
•Percobaan I
Untuk membuat larutan 250 ml NaOH dari NaOH padat, maka pertama kali yang dilakukan adalah
menimbang NaOH padat.
Jawab :
•Percobaan II
Untuk membuat larutan 250 ml HCl 0,5 M dari HCl 3 M, pertama kali yang dilakukan adalah
menghitung volume HCl.
V1.M1 = V2.M2
250.0,5 = V2.3
V2 = 41,7 ml
•Percobaan III
Untuk membuat larutan 250 ml H2SO4 dari H2SO4 padat dengan kadar air 98% adalah melakukan
perhitungan sebagai berikut.
Jawab :
M= M
V1.M1 = V2.M2
250.0,2 = V2.18
50 = 18V2
V2 = 2,8 ml
Jadi, volume H2SO4 yang diperlukan adalah 2,8 ml (warna sama persis dengan air).
Kesimpulan :
1.Konsentrasi pereaksi.
2.Suhu.
3.Luas permukaan.
4.Katalis.
5.Tekanan.
Daftar Pustaka
•Purba, Michael. 2006. Kimia 2 untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Tujuan :
1.Menentukan konsentrasi NaOH dengan cara menetrasikan larutan HCl yang volume dan
konsentrasinya tertentu dengan larutan NaOH yang akan ditentukan konsentrasinya.
5. Corong
2. Labu elmeyer
3.Gelas ukur
7. Larutan NaOH x M
4. Gelas kimia
8. Indikator PP
Cara Kerja :
1.Mengambil HCl 0,1 M sebanyak 20 ml lalu tuangkan ke dalam labu elmeyer dan beri 2-3 tetes
indikator PP.
2.Mengambil NaOH secukupnya dengan gelas kimia lalu tuangkan menggunakan corong ke dalam
buret setelah ditutup krannya sampai angka nol (0).
3.Membuka kran sedikit demi sedikit sehingga NaOH menetes ke labu elmeyer yang berisi HCl
sambil diguncang-guncangkan. Menghentikan tetesan NaOH sampai warna larutan di labu elmeyer
tepat akan merah.
Pengamatan :
No.
Volume NaOH x M
1.
20 ml
17,5 ml
2.
20 ml
17 ml
3.
20 ml
17,5 ml
Rata-rata
52/3 = 17,3 ml
•Warna larutan tepat akan merah TAT (Titik Akhir Titrasi)
V1.M1 = V2.M2
20.0,1 = 17,3.M2
M2 = 0,12 M
M: 2,4 2
B: 2 2 2 2
S: 0,4 0 2 2
[OH-] = 10-2
pOH = 2
pH = 12
Kurva :
Volume HCl
pH Campuran
0 ml
20 ml
5 ml
20 ml
2 – log 56
10 ml
20 ml
15 ml
20 ml
3 – log 5
20 ml
20 ml
12
25 ml
20 ml
12 + log 2
30 ml
20 ml
11 + log 32
35 ml
20 ml
12 + log 4
40 ml
20 ml
12 +log 46
45 ml
20 ml
11 + log 52
50 ml
20 ml
11 + log 57
Kesimpulan :
•Titrasi asam basa adalah titrasi yang berdasarkan reaksi penetralan asam dan basa.
•Titik akhir adalah pH saat indicator berubah warna (tepat akan merah).
•Jika pH pada asam ditetesi basa maka pH larutan akan naik, dan sebaliknya jika basa ditetesi asam
maka pH larutan akan turun.
Daftar Pustaka
•Purba, Michael. 2006. Kimia 2 untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
HIDROLISIS BEBERAPA JENIS GARAM (KELAS XI)
1. Plat
7. Larutan NH4Cl 1 M
2. Pipet tetes
8. Larutan KCl 1 M
9. Larutan Na2CO3 1 M
6. Tabel pH
Cara Kerja :
1.Menetesi masing-masing kertas lakmus merah dan biru berturut-turut dengan larutan KCl, NH4Cl,
CH3COONa, Na2CO3, dan Na3PO4. Mencatat perubahan warna yang terjadi.
2.Menetesi masing-masing kertas indicator universal dengan berturut-turut dengan larutan KCl,
NH4Cl, CH3COONa, Na2CO3, dan Na3PO4. Mencatat perubahan warna yang terjadi dan pH yang
sesuai dengan warna tersebut.
Pengamatan :
Larutan 1 M
pH
Lakmus Merah
Lakmus Biru
Indikator Universal
KCl
Merah
Biru
Kuning
± 4-6
6
Netral
NH4Cl
Merah
Merah
Jingga
±3
Asam
CH3COONa
Biru
Biru
Hijau
±8
Basa lemah
Na2CO3
Biru
Biru
Hijau
±9
Basa
Na3PO4
biru
biru
hijau
± 10
10
Basa
Pembahasan :
•Netral : KCl
•Asam : NH4Cl
•Basa : Na2CO3, Na3PO4, dan CH3COONa
Garam
Basa Pembentuk
Pembentuk Asam
Rumus
Jenis
Rumus
Jenis
KCl
KOH
Basa kuat
HCl
Asam kuat
NH4Cl
NH4OH
Basa lemah
HCl
Asam kuat
CH3COONa
NaOH
Basa kuat
CH3COOH
Asam lemah
Na2CO3
NaOH
Basa kuat
H2CO3
Asam lemah
Na3PO4
NaOH
Basa kuat
H3PO4
Asam lemah
1.Sifat larutan garam Amonium asetat (CH3COONH4)
Sifat garam Amonium asetat tergantung oleh harga Ka atau Kb karena terhidrolisis total yang tidak
menghasilkan ion H+ atau OH-.
Kesimpulan :
•Garam dalam air akan terurai membentuk kation dan anion seperti dari asam basa semulanya.
•Jika terjadi hidrolisis sempurna, sifat tergantung pada harga Kb atau Ka.
•Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis parsial.
•Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat mengalami hidrolisis parsial.
•Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah akan mengalami hidrolisis total.
•Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat tidak terhidrolisis.
43 Votes
1. Neraca
6. Air
2. Tabung reaksi
7. Es batu
3. Sendok
8. Urea 1 M dan 2 M
4. Pengaduk
9. Garam
5. Gelas kimia
Cara Kerja :
1.Masukkan butiran-butiran es batu dalam gelas kimia plastic sampai kira-kira ¾ nya. Tambahkan 4
sendok makan garam dapur. Aduk campuran ini dengan pengaduk. Campuran ini ada campuran
pendingan.
2.Isi tabung reaksi dengan air suling sebanyak 5 ml. Masukkan tabung ke dalam gelas kimia berisi
campuran pendingin sambil mengaduk campuran pendingin sampai air membeku seluruhnya.
3.Keluarkan tabung reaksi dari campuran pendingin. Dengan hati-hati aduklah campuran dari
tabung itu dengan menggunakan termometer secara naik turun. Bacalah termometer dan catat suhu
campuran es dan air. Ulangi cara kerja 2 dan 3 dengan menggunakan larutan urea 1 M dan 2 M,
larutan NaCl 1 M dan 2 M sebagai pengganti air suling.
Pengamatan :
Zat
Tf °C
Δ Tf °C
Air
Urea 1 M
Urea 2 M
-2
4
NaCl 1 M
-2
NaCl 2 M
-5
Δ Tf = Tfp – Tfl
Dasar Teori :
Titik beku adalah suhu pada P tertentu di mana terjadi perubahan wujud zat cair ke padat. Pada
tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0 °C karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan
tekanan uap es. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik
beku (Δ Tf = freezing point depression). Pada percobaan ini ditunjukkan bahwa penurunan titik beku
tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel dalam larutan. Oleh
karena itu, penurunan titik beku tergolong sifat koligatif.
Pengamatan dan Perhitungan :
No.
Zat Terlarut
Titik Beku
Rumus
Massa
Mol
Kemolaran
Air
Larutan
1.
CO (NH2)2
180
2.
CO (NH2)2
180
3
2
-2
3.
NaCl
117
-2
4
4.
NaCl
117
-5
Kesimpulan :
1.Titik beku adalah suhu pada P tertentu di mana terjadi peristiwa perubahan wujud zat cair ke
padat.
2.Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (Δ Tf = Tfp
– Tfl).
3.Penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentarsi
partikel dalam larutan.
5.Larutan elektrolit memiliki titik beku lebih rendah dibanding larutan nonelektrolit.
Daftar Pustaka
•Purba, Michael. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Tujuan : Untuk mempelajari perubahan yang terjadi pada elektrolisis larutan garam Natrium sulfat
dan Kalium yodida.
Ukuran/satuan
Jumlah
Tabung U
-
0,5 m
2/2
Baterai/catudaya
1,5 V
4/1
Jepit buaya
4
Statif dan klem
1/1
4/1
Pipet tetes
1
Gelas kimia
100 cm3
0,5 M
50 cm3
0,5 M
50 cm3
Fenoftalein
-
Sebotol
Indikator universal
Larutan kanji/amilum
Cara Kerja :
Tambahkan 10 tetes indikator universal ke dalam ± 50 cm3 larutan Na2SO4 dalam gelas kimia.
Tuangkan larutan ini ke dalam tabung U sampai 1,5 cm dari mulut tabung. Celupkan elektroda
karbon ke dalam masing-masing tabung U, dihubungkan kedua elektroda dengan sumber arus
searah 6 V selama beberapa menit. Catat perubahan warna yang terjadi dalam kedua kaki tabung U
itu.
2.Masukkan larutan KI ke dalam tabung U sampai 1,5 cm dari mulut tabung. Celupkan kedua
elektroda karbon ke dalam masing-masing kaki tabung U dan hubungkan elektroda itu dengan
sumber arus searah 6 V selama ± 5 menit. Catat perubahan yang terjadi pada tiap-tiap elektroda.
5.Ulangi cara kerja ini dengan larutan dari ruang anoda. Amati dan catat yang terjadi. 1.Elektrolisis
larutan Na2SO4.
1.Sebelum dielektrolisis?
2.Sesudah dielektrolisis
Pembahasan :
A (+) : 2 H2O → 4 H+ + O2 + 4 e
2. KI → K+ + I-
A (+) : 2 I- → I2 + 2 e
K (-) : 2 H2O + 2 e → 2 OH- + H2
2 KI + 2 H2O → 2 K+ + I2 + 2 OH- + H2
2 KI + 2 H2O → 2 KOH + I2 + H2
Dasar Teori :
Sel elektrolisis merupakan kebalikan dari sel volta. Dalam sel elektrolisis, listrik digunakan untuk
melangsungkan reaksi redoks tak spontan. Sel elektrolisis terdiri dari sebuah electrode, elektrolit,
dan sumber arus searah. Electron memasuki sel elektrolisis melelui kutub negatif (katoda). Spesi
tertentu dalam larutan menyerap electron dari katoda dan mengalami reduksi. Sedangkan spesi lain
melepas electron di anoda dan mengalami oksidasi.
Reaksi elektrolisis terdiri dari reaksi katoda, yaitu reduksi, dan reaksi anoda, yaitu oksidasi. Spesi
yang terlibat dalam reaksi katoda dan anoda bergantung pada potensial elektroda dari spesi
tersebut. Ketentuannya sebagai berikut.
•Spesi yang mengalami reduksi di katoda adalah spesi yang potensial reduksinya terbesar.
•Spesi yang mengalami oksidasi di anoda adalah spesi yang potensial oksidasinya terbesar.
Kesimpulan :
1.Reaksi elektrolisis terdiri dari reaksi katoda (reduksi) dan reaksi anoda (oksidasi).
2.Sel elektrolisis terbagi menjadi 2, yaitu elektrolisis larutan elektrolit dan elektrolisis leburan
elektrolit.
3.Elektroda dalam sel elektrolisis terbagi menjadi 2, yaitu elektroda inert dan elektroda selain inert.
Daftar Pustaka
•Purba, Michael. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Tujuan : Mempelajari daya oksidasi halogen terhadap Fe2+ dan daya reduksi ion halide terhadap
Fe3+.
Ukuran/satuan
Jumlah
Tabung reaksi
Pipet tetes
Larutan Klorin
-
1 ml
Larutan Bromin
1 ml
Larutan Iodin
1 ml
0,1 M
2 ml
Larutan Besi (III) sulfat
0,1 M
2 ml
0,1 M
1 ml
0,1 M
1 ml
Larutan Kalium Iodida
0,1 M
1 ml
0,1 M
2 ml
Cara Kerja :
Ambil dua tabung reaksi, masukkan 10 tetes larutan FeSO4 0,1 M ke dalam tabung pertama dan
masukkan 10 tetes larutan Fe2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung kedua. Tambahkan 5 tetes larutan
KSCN 0,1 M pada masing-masing tabung, guncangkan tabung, amati, dan catat pengamatan Anda.
2.Siapkan tiga tabung reaksi bersih dan masukkan ke dalam tabung reaksi berturut-turut 10 tetes
larutan Klorin pada tabung pertama, 10 tetes larutan Bromin pada tabung kedua, 10 tetes larutan
Iodin pada tabung ketiga, dan amati warna tabung masing-masing larutan. Kemudian tambahkan
pada masing-masing tabung reaksi 10 tetes larutan FeSO4 0,1 M.
3.Apakah pada ketiga tabung di atas terjadi oksidasi ion Fe2+ ujilah dengan larutan KSCN 0,1 M
masing-masing 3 tetes. Catat warna setelah ditambah dengan larutan KSCN 0,1 M. untuk
mengetahui banyak sedikitnya ion Fe3+ yang ada dalam tabung dapat dilakukan dengan menambah
aquades pada tabung reaksi yang berisi ion Fe3+ hingga penuh. 1.Daya reduksi halida.
Ambil tiga tabung reaksi dan masukkan 10 tetes larutan Fe2(SO4)3 0,1 M ke dalam masing-masing
tabung reaksi, kemudian 10 tetes larutan NaCl 0,1 M ke dalam tabung 1, 10 tetes larutan NaBr 0,1 M
ke dalam tabung 2, 10 tetes larutan KI 0,1 M ke dalam tabung 3, bandingkan warna. Cermati dan
catat mana yang terjadi reduksi ion Fe3+.
Hasil Pengamatan :
Pekat
Lebih pekat
1.Daya pengoksidasi halogen
Larutan Halogen
Larutan FeSO4
Larutan Fe2(SO4)3
Cl2
Bening
Coklat kemerahan
Br2
Bening
Coklat oranye
I2
Coklat
Coklat pekat
Ditambah Larutan
Bening
NaCl
Kuning muda
Bening
NaBr
Kuning oranye
Bening
KI
oranye
Dasar Teori :
Halogen berasl dari bahasa Yunani yang berarti “pembentuk garam”. Dinamai demikian karena
unsure-unsur tersebut bereaksi dengan logam membentuk garam. Unsure-unsur halogen
mempunyai 7 elektron valensi pada subkulit ns2 np5. Konfigurasi elektron yang demikian membuat
unsur-unsur halogen bersifat sangat reaktif. Halogen cenderung menyerap 1 elektron membentuk
ion bermuatan negatif satu.
Dalam bentuk unsur, halogen (X) terdapat sebagai molekul diatomik (X2). Molekul X2 mengalami
disosiasi menjadi atom-atomnya. X2(g) → 2 X(g). Pada suhu kamar, fluorin dan klorin berupa gas,
bromin berupa zat cair yang mudah menguap, sedangkan iodin berupa zat padat yang mudah
menyublim. Halogen mempunyai warna dan aroma tertentu. Fluorin berwarna kuning muda, Klorin
berwarna hijau muda, Bromin berwarna merah tua, Iodin padat berwarna hitam, sedangkan uap
Iodin berwarna ungu. Semua halogen berbau rangsang dan menusuk, serta bersifat racun. Kata
Klorin, Iodin, dan Bromin berasal dari bahasa Yunani yang artinya berturut-turut adalah hijau, violet
(ungu), dan bau pesing (amis). Larutan halogen juga berwarna. Larutan Klorin berwarna hijau muda,
larutan Bromin berwarna coklat merah, dan larutan Iodin berwarna coklat. Dalam pelarut tak
beroksigen, seperti Tetraklorida (CCl4) atau Kloroform, Iodin berwarna ungu.
X2 + L → I A LX
II A LX2
III A LX3
H2 + X2 → 2 HX
3) Reaksi halogen dengan nonlogam dan metalloid tertentu. Reaksi dengan Fosfarus, Arsen, dan
Antimon menghasilkan trihalida jika halogennya terbatas, atau pentahalida jika halogennya
berlebihan.
P4 + 6 Cl2 → 4 PCl3
P4 + 10 Cl2 → 4 PCl5
5) Reaksi halogen dengan basa Klorin, Bromin, dan Iodin mengalami reaksi disproporsional dalam
basa.
6) Reaksi antarhalogen.
X2 + n Y2 → 2 XYn
Hasil Pengamatan :
Merah coklat
Larutan Halogen
Larutan FeSO4
Larutan Fe2(SO4)3
Cl2
Putih bening
Lebih tua
Br2
Kuning jernih
Agak muda
I2
Merah betadine
Lebih muda
Ditambah Larutan
Bening
NaCl
Bening
NaBr
Bening
KI
Kesimpulan :
1.Daya reduksi halogen dari Cl ke I makin bertambah terlihat dari warna larutan yang semakin tua
sehingga mendekati larutan Fe2(SO4)3 padahal warna yang diharapkan menuju FeSO4.
2.Daya oksidasi halogen dari Cl ke I makin berkurang terlihat dari warna larutan yang semakin muda
sehingga mendekati larutan FeSO4 padahal warna yang diharapkan menuju Fe2(SO4)3
Daftar Pustaka
•Purba, Michael. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Tujuan :
Gelas kimia
Agar-agar
Pipet tetes
Gelatin
Tabung reaksi
Kapas
Penjepit tabung
Gelas Ukur
Susu
Larutan CH3COOH 3 M
Cara Kerja :
1.Uji biuret
•Masukkan 1 ml putih telur ke dalam tabung reaksi. Tambahkan ± 2-3 tetes CuSO4. Kemudian
masukkan 1 ml NaOH 0,1 M. amati perubahan yang terjadi.
•Ulangi cara kerja tersebut menggunakan susu, gelatin, agar-agar, dan kapas. Bila ada yang tidak
larut setelah ditambahkan NaOH, panaskan dahulu beberapa menit hingga semua larut, lalu
dinginkan.
1.Tes Xanthoproteat
•Masukkan 1 ml putih telur ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes HNO3 pekat, panaskan
selama ± 2 menit. Kemudian dinginkan, setelah dingin masukkan NaOH 6 M tetes demi tetes hingga
berlebih. Amati perubahan yang terjadi.
•Ulangi cara kerja tersebut dengan menggunakan susu, gelatin, agar-agar, dan kapas.
•Masukkan 1 ml putih telur ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml NaOH 6 M dan panaskan ± 2
menit. Kemudian dinginkan, setelah itu masukkan 2 ml CH3COOH 3 M. tutup tabung reaksi dengan
kertas saring yang sudah dibasahi dengan Pb(CH3COO)2. Panaskan ± 2 menit. Amati perubahan
yang terjadi.
•Ulangi langkah kerja tersebut menggunakan susu, gelatin, agar-agar, dan kapas.
Hasil Pengamatanm :
Bahan
Uji Biuret
Uji Xanthoproteat
Ungu (+)
Oranye (+)
Susu
Ungu (+)
Oranye (+)
Hitam (+)
Gelatin
Ungu (+)
Kuning (+)
Hitam (+)
Agar-agar
Ungu (+)
Oranye (+)
Hitam (+)
Kapas
Biru (-)
Hitam (+)
Kesimpulan :
1.Ikatan peptida bereaksi dengan larutan biuret akan berwarna ungu. Sedangkan yang tidak
berwarna ungu berarti mengandung glikosida.
2.Inti benzena bereaksi dengan larutan Xanthoproteat akan berwarna kuning jingga.
3.Ikatan S bereaksi dengan larutan Timbal asetat akan berwarna hitam pada kertas saring.