Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM EVALUASI SENSORIS

ACARA II
UJI PEMBEDAAN

OLEH

KINANTY DILLA HUMAIRA


J1A 013 059
KELOMPOK XIV

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Mataram, 23 Mei 2015
Mengetahui,
Co. Assisten Praktikum Evaluasi Sensoris Praktikan,

Kharisma Dayanti Putri Kinanty Dilla Humaira


NIM. C1C011042 NIM. J1A013059

ACARA II
UJI PEMBEDAAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Evaluasi sensorik atau organoleptik adalah ilmu pengetahuan
yangmenggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur, penampakan, aroma
danflavor produk pangan. Uji organoleptik yang menggunakan panelis dianggap yangpaling
peka sehingga sering digunakan untuk menilai mutu berbagai jenismakanan. Uji
panel sangat berperan penting dalam pendiskripsian danpengembangan suatu
produk. Saat ini tersedia berbagai metode analisaorganoleptik. Pada prinsipnya
terdapat 3 jenis uji organoleptik, yaitu uji pembeda, uji deskripsi, dan uji afektif
(Pastiniasih, 2011).
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan
sifat sensorik atau organoleptik antara dua contoh.. Uji-uji ini digunakan untuk
menilai pengaruh macam-macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam
pengolahan pangan bagi industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau
persamaan antara dua produk dan komoditi yang sama. Terutama dari segi
konsumen. Untuk mempertentangkan contoh-contoh yang diuji dapat
menggunakan bahan pembanding (reference) tetapi dapat pula tanpa bahan
pembanding (Hastuti, 1987).
Uji pembedaan terdiri dari uji perbandingan pasangan, dimana para panelis
diminta untuk menyatakan apakah ada perbedaan antara dua contoh yang
disajikan. Uji duo trio dimana ada tiga jenis contoh (dua sama, satu
berbeda)disajikan dan para panelis diminta untuk memilih contoh yang sama
dengan standar. Uji lainnya adalah uji segitiga, yang sama dengan uji duo trio,
tetapi tidak ada standar yang telah ditentukan dan panelis harus memilih satu
produk yang berbeda (Pastiniasih, 2011). Oleh karena itu dilaksanakan uji
pembedaan ini.

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperkenalkan contoh
uji, dan berlatih tata cara penyelenggaraan uji pembedaan, pengindraan contoh uji,
dan berlatih menganalisis respon ujinya.
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis sensori adalah suatu proses identifikasi, pengukuran ilmiah,
analisis dan intepretasi atribut-atribut produk melalui lima panca indra manusia;
indra pengelihatam, penciuman, pencicipan, peraba, dan pendengaran. Analisis
sensori juha melibatkan suatu pengukuran yang dapat bersifat kuantitatif ataupun
kualitatif. Tujuan analisa sensori adalah untuk mengetahui respon atau kesan yang
diperolah pancaindra manusia terhadap suatu rangsangan yang ditimbulkan oleh
suatu produk. Analisis sensori umumnya digunakan untuk menjawab pertanyaan
mengenai kualitas suatu produk dan pertanyaan yang berhubungan dengan
pembedaan, deskripsi, dan kesukaan atau penerimaan (afeksi) (Setyaningsih,
2010).
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan
sifat sensorik atau organoleptik antara dua contoh. Meskipun demikian dalam
pengujian dapat saja sejumlah contoh disajikan bersama tetapi merupakan
untuk melaksanakan pembedaan selalu dua contoh yang dapat dipertentangkan.
(Soekarto, 1985). Uji pembedaan digunakan untuk membedakan atau untuk
memberitahu perbedaan keseluruhan antara satu atau lebih produk. Ada beberapa
uji untuk memilih dari dan setiap uji memiliki kekuatan dan kelemahan. Dalam
literature ilmu daging, uji pembedaan tidak umum digunakan. Mereka lebih
umum digunakan dalam industry untuk mendeteksi perbedaan antara satu atau
lebih sampel (Leo, et al., 2012). Metode uji pembedaan menyeluruh
menggunakan uji segitiga (Triangle Test) dilakukan terhadap contoh untuk
mengetahui perbedaan di antara beberapa contoh secara keseluruhan. Metode uji
pembedaan atribut untuk mengetahui perbedaan di antara contoh secara spesifik
(Suryaningrum, dkk, 2010).
Pengujian pembedaan digunakan untuk menilai pengaruh macam-macam
perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri,
atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari
komoditi yang sama. Yang terakhir ini terutama dari segi konsumen. Keunggulan
(reliability) dari uji pembedaan tergantung dari pengenalan sifat mutu yang
diinginkan, tingkat latihan, dan kepekaan masing-masing anggota panelis. Jumlah
anggota panelis mempengaruhi derajat keandalan hasil pengujian. Meskipun
demikian uji pembedaan yang dilakukan secara saksama dengan menggunakan
panelis yang terlatih akan memberikan hasil pembedaan yang jauh lebih baik
daripada yang dilakukan tanpa menggunakan panelis terlatih meskipun dengan
anggota panelis yang besar jumlahnya. Uji pembedaan biasanya menggunakan
anggota panelis yang ber jumlah 15-30 orang yang terlatih. Dengan panelis
demikian biaya penyelenggaraan lebih kecil dan hasil pengujiannya cukup peka.
Sedangkan kelemahannya ialah bahwa hasil pengujiannya tidak dapat memberi
petunjuk apakah perbedaan itu dikehendaki atau tidak (Soekarto, 1985).
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada
perbedaansifat sensorik atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun dapat saja
disajikansejumlah sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang dipertentangkan. Uji
ini jugadipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan
modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu industri, atau
untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari
komoditi yang sama. Jadi agar efektif sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas
dandipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari uji pembedaan ini tergantung
daripengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan panelis dan
kepekaanmasing-masing panelis (Susiwi, 2009).
Pengujian duo-trio ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
dua buah sampel atau mendeteksi. Perbedaan sifat yang tingkat perbedaannya
hanya sedikit, misalnya untuk mendeteksi perbedaan sifat-sifat hasil yang
diperoleh dari dua kondisi yang sedikit berbeda. Uji duo-trio merupakan salah
satu uji pembeda.Uji pembeda ini biasanya digunakanuntuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan antara sampel yangdisajikan. Pada duo-trio ini digunakan
sampel pembanding (Kartika, dkk., 1987).
Uji triangle atau uji segitiga adalah suatu metode yang bertujuan untuk
menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua
contoh. Dimana terdapat tiga sampel pada uji triangle dan dua dari tiga sampel
tersebut sama. Panelis diminta untuk memilih satu diantara tiga contoh yang
berbeda dari dua yang lain. Dalam uji ini tidak ada sampel baku atau sampel
pembanding (Soekarto, 1985). Pembedaan dalam uji triangle tidak terarah, tidak
perlu disertai pernyataan sifat yang satu lebih dari yang lainnya, cukup
menyatakan ada perbedaan atau tidak. Pengujian ini lebih banyak digunakan
karena lebih peka daripada uji berpasangan. Dalam pengujian ini kepada masing-
masing panelis disajikan secara acak tiga contoh produk dengan kode berbeda.
Keseragaman tiga contoh sangat pentingseperti ukuran atau bentuk. Sifat contoh
yang tidak sama dimiliki dari ketiga contoh tersebut dibuat sama (Soekarto, 1985
dalam Tjahjaningsih, 1998). Mula-mula metode ini dikembangkan oleh Bengtsson
untuk pengendalian mutu dan riset,selanjutnya juga digunakan untuk seleksi
panelis (Raharjo, 1998). Uji triangle ini ada yang bersifat sederhana, artinya
hanya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dua macam sampel, tetapi ada
yang sifatnya lebih terarah, untuk mengetahui sejauh mana perbedaan antara
dua sample tersebut. Pengujian ini menggunakan tiga sample berkode secara acak.
Dua dari tiga sample tersebut sama dan sample yang ketiga berbeda. Panelis
diminta memilih satu diantara tiga sample yang berbeda dari dua sample yang
lain. Dalam uji ini tidak ada contah baku atau pembanding (Kartika, 1988).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Mei 2015 di
Laboraturium Pengendalian Mutu Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum


Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah piring, gelas
sloki, sendok, dan kertas label.

Bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air
galon, kacang atom SUKRO, kacang atom GARUDA, sirup ABC, sirup
MARJAN, dan roti tawar.

Prosedur Kerja
a. Uji Duo Trio pada Kacang Atom

Disiapkan sampel uji

Diberi kode tiga digit angka acak pada tiga piring saji.

Dituangkan kacang atom pada piring saji.

Dilakukan pengujian oleh panelis.

Diberi tanda benar untuk dua kode sampel yang sama

Dihitung jumlah panelis yang memberi nilai benar lalu dibandingkan


dengan tabel jumlah terkecil uji duo-trio.
b. Uji Segitiga pada Sirup

Disiapkan sampel uji.


Diberi kode tiga digit angka acak pada tiga gelas sloki.

Dituangkan larutan sirup pada gelas sloki.

Dilakukan pengujian oleh panelis.

Diberi tanda benar untuk satu kode sampel yang berbeda.

Dihitung jumlah panelis yang memberi nilai benar lalu dibandingkan


dengan tabel jumlah terkecil uji segitiga.

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Uji Pembedaan Duo-Trio
Parameter
Nama
No Rasa Kerenyahan Warna
Panelis
242 371 641 242 371 641 242 371 641
  
1. Atul S B S B S B
  
2. Jaya S B S B S B
  
3. Ulfa S B S B S B
  
4. Fidya S B S B S B
  
5. Gita S B S B S B
  
6. Cici S B S B S B
  
7. Via S B S B S B
  
8. Ade S B S B S B
  
9. Dilla S B S B S B
  
10. Tika S B S B S B
  
11. Penina S B S B S B
  
12. Fina S S S B S S
  
13. Uki S B S B S B
  
14. Wandi S B S S S B
  
15. Clara S B S S S B
  
16. Aluh S B S B S B
  
17. Yuyun S B S B S B
  
18. Yuli S B S B S B
  
19. Nayla S B S B S B
  
20. Halil S S S S S S
21. Mesir  S B  S B  S B
  
22. Made S B S B S B
Jumlah panelis 22 22 22
JKB 20 19 20
α =5% 16 16 16
Keterangan: 242 : Kontrol (GARUDA)
371 : SUKRO
641 : GARUDA

Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Uji Duo-Trio pada Kacang Atom


Parameter
Rasa Kerenyahan Warna
Jumlah Panelis 22 22 22
JKB 20 19 20
α= 5% 16 16 16

Tabel 2.3 Hasil Pengamatan Uji Pembedaan Segitiga


Paramete
Nama
No Kekentalan Kemanisan Warna
Panelis
745 645 772 745 645 772 745 645 772
1. Atul S S B S S B S S B
2. Jaya S S S S S S S S S
3. Ulfa S S S S S S S S S
4. Fidya S S S S S S S S S
5. Gita S S B S S B S SS B
6. Cici S S B S S B S S B
7. Via S S B S S B S S B
8. Ade S S B S S B S S B
9. Dilla S S B S S B S S B
10. Tika S S B S S B S S B
11. Penina S S B S S B S S B
12. Fina S S B S S B S S B
13. Uki S S B S S B S S B
14. Wandi S S B S S B S S B
15. Clara S S B S S B S S B
16. Auh S S B S S B S S B
17. Yuyun S S S S S S S S S
18. Yuli S S B S S B S S B
19. Naila S S S S S S S S S
20. Halil S S S S S S S S S
21. Mesir S S B S S B S S B
22. Made S S B S S S S S S
Jumlah Panelis 22 22 22
JKB 16 15 15
α=5% 9 9 9
Keterangan: 745 : Sirup ABC
645 : Sirup ABC
772 : Sirup MARJAN

Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Uji Segitiga pada Sirup


Parameter
Kekentalan Kemanisan Warna
Jumlah Panelis 22 22 22
JKB 16 15 15
α =5% 12 12 12

PEMBAHASAN

Pengujian pembedaan digunakan untuk menilai pengaruh macam-macam


perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri,
atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari
komoditi yang sama. Yang terakhir ini terutama dari segi konsumen. Keunggulan
(reliability) dari uji pembedaan tergantung dari pengenalan sifat mutu yang
diinginkan, tingkat latihan, dan kepekaan masing-masing anggota panelis. Jumlah
anggota panelis mempengaruhi derajat keandalan hasil pengujian. Meskipun
demikian uji pembedaan yang dilakukan secara saksama dengan menggunakan
panelis yang terlatih akan memberikan hasil pembedaan yang jauh lebih baik
daripada yang dilakukan tanpa menggunakan panelis terlatih meskipun dengan
anggota panelis yang besar jumlahnya. Uji pembedaan biasanya menggunakan
anggota panelis yang ber jumlah 15-30 orang yang terlatih. Dengan panelis
demikian biaya penyelenggaraan lebih kecil dan hasil pengujiannya cukup peka.
Sedangkan kelemahannya ialah bahwa hasil pengujiannya tidak dapat memberi
petunjuk apakah perbedaan itu dikehendaki atau tidak (Soekarto, 1985).
Praktikum kali ini dilakukan pengujian pembedaan yaitu uji duo-trio dan
uji segitiga. Sampel yang digunakan adalah kacang atom dan sirup dengan dua
merk yang berbeda. Panelisnya adalah mahasiswa ITP Unram yang sedang
melakukan praktikum evaluasi sensoris. Di dalam pengujian, sampel disajikan
secara acak dengan penggunakan pengkodean. Kode yang diberikan berupa kode
3 digit angka. Pengkodean dimaksudkan untuk mengurangi informasi yang
diberikan kepada panelis. Pemilihan tiga digit kodeuntuk meminimalkan logical
error karena angka satu digit seperti 1, 2, 3 dan seterusnya memberikan bias
bahwa angka 1 konsentrasinya lebih rendah dari angka 2 atau 3 dan seterusnya
(Setyaningsih, 2010).
Uji duo trio dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perbedaan yang
kecil antara dua contoh. Uji ini relatif lebih mudah karena adanya contoh baku
atau pembanding dalam pengujian. Biasanya uji duo trio digunakan untuk melihat
perlakuan baru terhadap mutu produk ataupun menilai keseragaman mutu bahan
(Muda 2011). Sampel yang digunakan dalam uji duo-trio adalah kacang atom
dengan dua merk yang berbeda yaitu kacang atom GARUDA dan kacang atom
SUKRO dengan pengkodean yaitu kode 242 sebagai kontrol (GARUDA), kode
641 untuk kacang dengan merk yang sama dan kode 371 untu kacang atom merk
berbeda (SUKRO). Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan untuk uji duo-
trio didapatkan bahwa dari 22 orang panelis, untuk parameter rasa sebanyak 20
panelis memberikan keputusan benar, untuk parameter kerenyahan sebanyak 19
panelis memberikan keputusan benar, dan parameter warna sebanyak 20 panelis
memberikan keputusan benar atas adanya kesamaan antara sampel kontrol (242)
dan sampel kode 641. Jumlah keputusan benar untuk parameter rasa, kerenyahan
dan warna lebih besar daripada nilai pada tabel uji duo-trio dengan α=5%
sehingga dapat dikatakan berbeda nyata. Artinya panelis dapat mendeteksi adanya
perbedaan pada ketiga sampel dan dapat mengetahui sampel mana yang sama
dengan sampel kotrol. Dalam uji duo trio ini tidak semua panelis dapat
membedakan antara pembanding dengan sampel yang ada, hal tersebut terjadi
karena beberapa faktor misalnya panelis yang belum memahami prosedur
pengujian, tidak dapat mengingat pembanding dalam penilaian, dan mungkin
terjadi karena kurang telitinya panelis dalam memberikan keputusan benar yang
sesuai dengan kriteria yang diberikan. Faktor yang juga mempengaruhi
penerimaan adalah rasa yang tertinggal yang diberikan oleh sampel setelah
pengujian (Kartika, dkk., 1987).
Uji segitiga dilakukan dengan menggunakan sampel yaitu sirup dengan
dua merk yang berbeda yaitu sirup ABC dan sirup MARJAN pengkodean yaitu
kode 745 sirup ABC, kode 645 sirup ABC dan kode 772 untuk sirup MARJAN.
Berdasarkan hasil pengamatan untuk uji segitiga didapatkan bahwa dari 22 orang
panelis, sebanyak 16 panelis menyatakan benar atas adanya perbedaan kekentalan,
15 panelis menyatakan benar atas adanya perbedaan kemanisan dan 15 panelis
menyatakan benar atas adanya perbedaan warna untuk sampel dengan kode 772.
Jumlah terkecil uji segitiga untuk 22 orang panelis dengan α=5% adalah 12
orang. Maka jumlah keputusan benar adalah sangat signifikan atau berbeda nyata
terhadap nilai pada tabel. Kekentalan, kemanisan dan warna dari kedua sampel
sirup ABC dan sirup MARJAN berbeda nyata pada taraf 5% karena jumlah
keputusan benar lebih besar daripada nilai tabel uji segitiga α = 5% sehingga
dapat dikatakan panelis sudah dapat mendeteki adanya perbedaan diantara ketiga
sampel sirup. Hal-hal yang mempengaruhi penilaian panelis kemungkinan
disebabkan kurangnya latihan indra perasa dan juga disebabkan karena panelis
terpacu oleh data dari parameter lainnya yang dikarenakan keterburu-buruan
dalam melakukan pengujian sensori.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa pada uji duo-trio, jumlah
keputusan benar panelis lebih tinggi daripada uji segitiga, sehingga dapat
dikatakan pada uji duo-trio panelis lebih dapat mampu mendeteksi perbedaan
yang terdapat dalam beberapa sampel. Pengujian pembedaan digunakan untuk
menilai pengaruh macam-macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam
pengolahan pangan bagi industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau
persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama (Soekarto, 1985). Secara
umum metode duo trio-kurang efektif dibanding uji triangle tetapi lebih mudah
untuk melaksanakan dengan panelis. Metode ini bisa digunakan ketika perbedaan
sifat alami tidak diketahui. Metode ini hanya dapat digunakan jika produk
homogen. Uji duo-trio di dalam industri pangan dapat digunakan salah satunya
adalah untuk reformulasi suatu produk baru, sehingga dapat diketahui ada atau
tidaknya perbedaan antara produk lama dan baru. Kelemahan dari pengujian duo-
trio ini adalah berdasarkan daya ingat dari panelis terhadap atribut yang dinilai,
oleh karena itu akan banyak sekali pengaruh dari human eror akibat pengaruh
psikologis atau pun fisiologis. Karena dari itu uji duo-trio lebih sulit dari pada uji
triangle. Tipe pengujian duo-trio ini juga dapat digunakan untuk seleksi panelis.
Untuk keperluan ini disajikan beberapa kali pengujian untuk seorang calon panelis
yang diseleksi. Calon panelis yang dapat mendeteksi perbedaan dengan benar
lebih dari 60%, maka seluruh penyajian dapat diambil sebagai panelis (Kartika,
dkk., 1987)
Dalam melakukan pengujian organoleptik, komposisi bahan
mempengaruhi atribut-atribut mutu yang terdapat pada suatu produk. Atribut mutu
pada produk pangan antara lain kekentalan, kerenyahan, warna, aroma dan rasa.
Komposisi kacang atom GARUDA adalah tepung tapioka, kacang tanah, minyak
nabati, bawang putih, gula, garam, penguat rasa mononatrium glutamate, pemanis
buatan asesulfame-K 563 ppm, dan aspartam 211 ppm. Komposisi kacang
SUKRO adalah Kacang tanah, tepung tapioka, bawang putih, garam, penguat rasa
mononatrium glutamate, gula, pemanis buatan asesulfame-K, aspartam.
Sedangkan pada sampel yang digunakan untuk uji segitiga yaitu sirup ABC dan
sirup MARJAN, memiliki komposisi yang hampir sama. Komposisi pada sirup
MARJAN rasa cocopanda adalah gula pasir, air, ekstrak kelapa, pengatur
keasaman, asam sitrat,perisa cocopandan, pewarna (Tartrazin (Cl 191410)
Ponceau 4R (Cl 16255). Sedangkan komposisi sirup ABC adalah gula, air, perisa
cocopandan, pengawet natrium benzoat, pengatur keasaman, sari kelapa, sari
pandan, pewarna ponceau 4 R CI 16255 dan tartrazin CI 19140. Perbedaan dari
komposisi bahan penyusun produk inilah yang menyebabkan adanya perbedaan
yang dapat diidentifikasi baik dalam segi warna, rasa, kerenyahan, kekentalan dan
kemanisan.
Panelis memiliki jawaban yang berbeda-beda itu berarti panelis memiliki
kepekaan yang berbeda. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh warna pada
sirup. Meskipun warna paling cepat dan mudah memberi kesan, tetapi paling sulit
dideskripsikan serta untuk pengukurannya. Maka penilainnya masih subjektif
(Soekarto, 1985). Ada beberapa hal yang mempengaruhi penilaian. Faktor yang
mempengaruhi ada dua, yaitu internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah
faktor luar yang mempengaruhi proses inderawi. Faktor internal yaitu kondisi
kesehatan serta kondisi kejiwaan panelis dapat mempengaruh proses pengukuran
sifat inderawi (Lawless, 1999). Faktor eksternal disini bisa saat pengujian,
ruangan kurang kondusif dan bising. Untuk faktor internal misalnya sakit. Saat
sakit maka organ indera kita tidak bekerja secara efektif. Rasa yang dihasilkan
saat seseorang sakit akan berbeda jika orang itu sehat. Sensitivitas panelis yang
berbeda juga mempengaruhi penilaian.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat
sensorik atau organoleptik antara dua sampel.
2. Uji pembedaan terdiri dari tiga macam yaitu uji pasangan, uji duo trio, dan uji
segitiga.
3. Rasa, kerenyahan dan warna dari kedua sampel kacang GARUDA dan kacang
SUKRO berbeda nyata pada taraf 5% karena JKB > α = 5% dengan nilai
terkecil sebesar 16 panelis.
4. Kekentalan, kemanisan dan warna dari kedua sampel sirup ABC dan sirup
MARJAN berbeda nyata pada taraf 5% karena JKB > α = 5% dengan nilai
terkecil sebesar 12 panelis.
5. Masing-masing panelis memiliki tingkat kehandalan yang berbeda-beda.
Kehandalan (reliability) dari uji pembedaan tergantung dan pengenalan sifat
mutu yang diinginkan, tingkat latihan, dan kepekaan masing-masing anggota
panelis.
DAFTAR PUSTAKA

Hastuti, P., 1987. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi.
Yogyakarta.

Kartika, B., Pudji, H. dan Wahyu, S., 1987. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta.

Koswara, E., 2006. Pengujian Organoleptik (Evaluasi Sensoris) Dalam Industri


Pangan. www.e-bookpangan.com. (Diakses pada tanggal 15 Mei 2015).

Lawless, L.T., Heyman H., 1999. Sensory Evaluation of Food principles


andpractices. Kluwer Academic. New York.

Leo M. L. Nollet, et al., 2012. Handbook of Meat, Poultry and Seafood Quality,
Second Edition (Google Book).Wiley-Blackwell.

Muda M., 2011. Uji duo trio. http://achmadgusfahmi.blogspot.com. (Diakses pada


tanggal 21 Mei 2015).

Pastiniasih L., 2011. Uji pembeda. http://www.scribd.com.. (Diakses pada tanggal


21 Mei 2015).

Suryaningrum, T.D., Muljanah, I., Tahapari, E., 2010. Profil Sensori Dan Nilai
Gizi Beberapa Jenis Ikan Patin dan Hibrid Nasutus. Jurnal Pascapanen
dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 5( 2): 152-164.

Susiwi S., 2009. Penilaian organoleptik. Bandung: Fakultas Matematika dan IPA,
Uniersitas Pendidikan Indonesia. http://www.scribd.com. (Diakses pada
tanggal 21 Mei 2015).

Setyaningsih, D., 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. IPB
Press. Bogor.

Soekarto, S.T., 1985. Penilaian Organoleptik. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai