Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI 1

(Pemeriksaan HIV)

NAMA : AGUNG MAHEZA PUTRA


NIM : 18 3145 353 002
KELAS : 18 A
KELOMPOK : VI (Enam)

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Darah merupakan cairan tubuh yang berwarna merah dan terdapat di
dalam system peredaran darah tertutup dan sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia. Darah berfungsi memasukan oksigen dan
bahan makanan keseluruh tubuh serta mengambil karbondioksida dan
metabolic jaringan, (Oktari dan Silvia. 2016).
Serum adalah bagian yang ada di dalam darah serta memiliki komposisi
yang hampir sama dengan plasma darah, akan tetapi serum tidak
mengandung fibrinogen, sehingga serum tidak menggumpal seperti plasma
darah. Serum darah yang dihasilkan setelah melakukan proses sentrifugasi
akan digunakan untuk pengujian diagnostik penyakit atau untuk penentuan
penyakit dari pasien (Rahman, 2015).
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah infeksi yang
disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan
suatu penyakit yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh. Diseluruh dunia
pada tahun 2013 terdapat 35 juta orang dengan HIV yang meliputi 16 juta
perempuan dan 3.2 juta anak berusia < 15 tahun. Jumlah infeksi baru HIV
pada tahun 2013 sebesar 2.1 juta yang terdiri dari 1.9 juta dewasa dan
240.000 anak berusia < 15 tahun. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1.5
juta yang terdiri dari 1.3 juta dewasa dan 190.000 anak usia < 15 tahun. Di
Indonesia HIV sudah menyebar di 386 kabupaten/kota di seluruh provinsi di
Indonesia, (Ersha dan Ahamd. 2018).
Infeksi HIV dapat ditularkan melalui 3 cara utama yaitu hubungan
seksual, paparan produk darah yang terinfeksi virus HIV dan penularan
selama masa perinatal termasuk pada saat menyusui. Jenis penularan mana
yang mudah terjadi pada suatu kelompok masyarakat sangat dipengaruhi oleh
faktor sosial, kultural dan lingkungan yang sangat berbeda antar beberapa
negara. Namun hampir disemua negara, penularan melalui hubungan seksual
merupakan proses penularan yang paling banyak terjadi, (Ratih. 2012).
Kasus HIV / AIDS sudah menyebar diseluruh dunia. Di akhir tahun 2005
tercatat ada 40 juta orang dengan HIV dengan kematian akibat AIDS sekitar 3
juta. Menurut data di Ditjen PP & PL Kemenkes, jumlah kasus HIV di
Indonesia dari Januari s/d Juni 2012 tercatat 9.883 dan kasus AIDS adalah
2.224, sedangkan di Prop. DIY secara kumulatif sejak tahun 1987 sampai
dengan 2012 tercatat 1.519 kasus HIV dan 712 kasus AIDS, (Ratih. 2012).
Oleh karena itu, hal yang melatar belakangi di lakukannya praktikum kali
ini adalah untuk menetahui cara pemeriksaan HIV dan juga untuk mengetahui
apakah pasien terjangkit virus HIV.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui ada atau tidaknya Human Immunodeficiency Virus
(HIV) pada serum pasien menggunakan metode immunokromatografi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sexual Transmitted Disease (STD) atau lebih dikenal dengan penyakit
menular seksual (PMS) adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Sebagian besar PMS dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Diantaranya seperti sifilis, AIDS, gonorheae dan lainnya. STD disebabkan oleh
berbagai jenis agen infeksi, seperti bakteri, virus (baik virus yang memiliki asam
nukleat DNA/RNA), jamur, dan parasit. Penyakit ini dapat menimbulkan akibat
yang serius bahkan dapat menyebabkan kematian (Crisdina, dkk. 2015).
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus jenis retrovirus yang
memiliki asam nukleat berupa RNA dan memiliki enzim RNA-directed DNA
polymerase (Reverse Transkriptase) untuk memproduksi hibrid DNA di dalam sel
inang yang menyebabkan penyakit AIDS. HIV juga memiliki protein inner core
dengan dua rantai RNA yang identik, dikelilingi oleh selubung protein atau kapsid
dans ebuah envelope yang terdiri dari glikoprotein. Virus ini menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia sehingga bakteri, jamur, parasit mudah masuk dan
menginfeksi ke dalam tubuh. HIV pada umumnya menyerang sel CD4+ yang
menjadi faktor pengikat dengan sel inang yang terinfeksi. HIV juga menyerang sel
dendritik dan makrofag untuk memperbanyak reservoirnya (Crisdina, dkk. 2015).
Kejadian awal yang timbul setelah infeksi HIV disebut sindrom retroviral
akut atau Acute Retroviral Syndrome. Sindrom ini diikuti oleh penurunan jumlah
CD4 dan peningkatan kadar RNA HIV dalam plasma. CD4 secara perlahan akan
menurun dalam beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada
1,5 – 2,5 tahun sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load (jumlah
virus HIV dalam darah) akan cepat meningkat pada awal infeksi dan pada fase
akhir penyakit akan ditemukan jumlah CD4 < 200/mm3 kemudian diikuti
timbulnya infeksi oportunistik, berat badan turun secara cepat dan muncul
komplikasi neurulogis. Pada pasien tanpa pengobatan ARV, rata-rata kemampuan
bertahan setelah CD4 turun < 200/mm3 adalah 3,7 tahun, (Ersha dan Ahamd.
2018).
Virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara darah, semen
dan sekret vagina. Human Immunodeficiency Virus tergolong retrovirus yang
mempunyai materi genetik RNA yang mampu menginfeksi limfosit CD4 (Cluster
Differential Four), dengan melakukan perubahan sesuai dengan DNA inangnya.
Virus HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai
antigen CD4 terutama limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam
mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Virus juga dapat
menginfeksi sel monosit makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler
pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan
sel-sel mikroglia otak, (Ersha dan Ahmad. 2018).
Penularan HIV dapat terjadi melalui cairan tubuh yang terinfeksi seperti
melalui hubungan seksual, pengguanan jarum suntik yang terkontaminasi,
transfusi darah atau diturunkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anak-
anaknya. Human Immunodeficiency Virus (HIV) terbagi atas dua tipe, yaitu HIV-
1 dan HIV-2, (Crisdina, dkk. 2015).
Keberadaan virus HIV dalam tubuh manusia hanya dapat diketahui melalui
pemeriksaan laboratorium pada sampel cairan tubuh seperti darah, plasma dan
lainnya. Individu dengan HIV di dalam tubuhnya tidak menampakkan gejala
kecuali apabila individu tersebut masuk dalam fase AIDS. Ada tidaknya virus
HIV berdampak pada pemberian terapi anti retroviral (ARV). Dalam hal ini
pemeriksaan laboratorium memegang peranan yang sangat penting dalam
program pengendalian HIV, (Ratih. 2012).
HIV-1 memiliki Gen-gen utama yaitu gen gag, pol, dan env. Ketiga gen
tersebut memiliki fungsi masing-masing. Gen gag berfungsi untuk mengatur
proses replikasi virus dan protein struktural, gen pol berfungsi untuk mengkode
enzim-enzim yang dibutuhkan untuk proses replikasi virus. Dan gen nv berfungsi
mengatur pembentukan envelope (glikoprotein membran) HIV. Selain ketiga gen
tersebut, terdapat gen-gen lain yang berfungsi mengatur proses transkripsi HIV,
(Crisdina, dkk. 2015).
Beberapa parameter pemeriksaan laboratorium pada infeksi HIV bisa
dilakukan baik dengan tujuan diagnosis maupun monitoring pengobatan.
Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan anti
HIV. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya antibodi terhadap
HIV 1 dan atau HIV 2 pada seseorang yang dicurigai terinfeksi virus ini.
Sedangkan untuk pemantauan terapi, dapat dilakukan pemeriksaan CD4 dan
jumlah virus (viral load) pada penderita HIV yang mendapatkan terapi ARV,
(Ratih. 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. PRINSIP
Ultra rapid test device (serum maupun plasma) bersifat kualitatif karena
selaputnya memiliki kekebalan dengan sistem antigen ganda untuk
mendeteksi antibody terhadap antibody HIV (Human Immunodeficiency
Virus) dalam serum maupun plasma dari pasien
B. PRA-ANALITIK
1. Alat
a. Centrifuge
b. Rak tabung
c. Tourniquet
d. Pipet tetes
2. Bahan:
a. Reagen HIV/ buffer HIV
b. Strip HIV
c. Serum
d. Tabung merah
e. Spoit 3 cc
f. Alkohol swab
g. plester
B. ANALITIK
Cara Kerja:
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Dikeluarkan strip dari kantung aluminium dan segera digunakan
c. Diteteskan 1 tetes serum/plasma (sekitar 25 ul)
d. Ditambahkan 2 tetes larutan buffer atau sekitar 40 ul.
e. Diamati garis yang terbentuk
f. Dibaca hasil dalam waktu 10 menit.
D. PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil :
a) Hasil Negatif : Jika terdapat satu garis pada daerah control
b) Hasil Positif : Jika terdapat dua atau tiga garis berwarna pada
daerah T1 atau T2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN

Alat dan bahan Yang Akan Diambil Darah Vena


Digunakan

Dimasukkan Darah Kedalam Disentrifus


Tabung Serologi

Hasil Sentrifus Diteteskan Serum kedalam


Strip
Diteteskan Buffer HIV
Hasil
Kedalam Strip

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 09
Desember 2019, pukul 08.00-10.00 WITA yang bertempat di laboratorium
Patologi Klinik, Lantai 2 Gedung D Universitas Megarezky Makassar.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah agen penyebab Acquired
Immunodeficincy Syndrome (AIDS), virus ini menyerang sel darah putih yang
bersama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh yang pada
akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun masih
stadium ringan. Virus ini berkembang lewat lapisan luar lipid yang dibawah
dari membran sel inang.
Pemeriksaan HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu
pemeriksaan dengan menggunakan sampel serum pasien yang bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada
serum pasien menggunakan metode immunokromatografi.
Adapun prinsip kerja dari pemeriksaan kali ini adalah ultra rapid test
device (serum maupun plasma) bersifat kualitatif karena selaputnya memiliki
kekebalan dengan sistem antigen ganda untuk mendeteksi antibody terhadap
antibody HIV (Human Immunodeficiency Virus) dalam serum maupun plasma
dari pasien.
Adapun langkah awal yang harus dilakukan pada sat melakukan
pemeriksaan adalah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Adapun alat
dan bahan yang akan digunakan pada praktikum kali ini adalah sentrifus, rak
tabung, tourniquet, pipet tetes, reagen HIV/buffer HIV, strip, tabung serologi.
Serum dan spoit 3 cc.
Setelah itu, dilakukan flebotomi. Setelah didapatkan darah, darah
tersebut dimasukan ke dalam tabung serologi dan di diamkan beberapa saat
hingga membeku. Setelah itu, darah tersebut di sentrifuge dengan kecepatan
3000 rpm dalam waktu 15 menit. Kemudia darah yang telah di sentrifuge
diambil serum dan di masukan ke dalam tabung.
Setelah itu, diambil strip HIV kemudian diteteskan 2 tetes serum dan
2 tetes buffer HIV pada tempat penyimpanan sampel, setelah itu diamati
hasilnya dalam 10 menit. Jika terdapat 2 garis yang terlihat (digaris T dan
C) maka sampel tersebut dinyatakan positif, tapi jika hanya 1 garis yang
terlihat (digaris C) maka sampel tersebut dinyatakan negative, kemudian
jika tidak terdapat garis pada garis T dan C maka dinyatakan invalid.
Adapun hasil yang kami dapatkan yaitu pada sampel Tn “A”
dinyatakan negative karena hanya terdapat 1 garis yang terlihat.
Factor-faktor kesalahan yang dapat terjadi pada saat pembacaan hasil
yaitu, strip yang digunakan kadaluwarsa, reagen yang digunakan
kadaluwarsa, pembacaan hasil lebih dari 10 menit.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum pemeriksaan HIV dengan
menggunakan metode immunokromatografi dari sampel serum Ny “A” yaitu
terbentuknya satu garis pada control atau hasilnya negatif HIV.
B. SARAN
Diharapkan pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan metode
selain metode imonokromatografi dan diharapkan praktikan mengikuti SOP
yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Ersha dan Ahmad. 2018.“Human Immunodeficiency Virus – Acquired
Immunodeficiency Syndrome dengan Sarkoma Kaposi”. Jurnal Kesehatan
Andalas. Vol.7, No.3.

Maharani, dkk. 2017. “Perbedaan Hitung Jumlah Trombosit Metode Impedansi,


Langsung Dan Barbara Brown” Semarang : Universitas Muhammadiyah
semarang.

Oktari & Silvia.,2016. ”Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide
dengan Reagen Serum Golongan Darah A,B,O”. Vol.5, No. 2.

Rahman, dkk. 2015. “Pemeriksaan Ag P24 HIV Metode Rapid”. Semarang:


Universitas Muhammadiyah Semarang.

Ratih. 2012. “Strategi Pemeriksaan Laboratorium Anti HIV”. Yogyakarta:


BLKY. Vol.9, No.2.

Suseno Crisdina, dkk. 2013. “Proporsi Sifilis Dini Dan Karakteristik Wanita
Risiko Tinggi Di Kabupaten Karo”. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai