Hamdan BPTPBKL
Hamdan BPTPBKL
Hamdan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
dhan_firas@yahoo.co.id
ABSTRAK
Berbagai permasalahan yang dihadapi subsektor tanaman pangan menyebabkan terjadinya penurunan produksi
padi di Bengkulu. Kondisi iklim global, degradasi lahan, akses terhadap input usahatani yang semakin sulit menyebabkan
turunnya motivasi pahlawan pangan dalam mengelola usahataninya. Lebih lanjut, pelandaian produksi yang terus terjadi
menyebabkan perubahan orientasi usahatani utama, misalnya dari tanaman pangan ke tanaman perkebunan. Kondisi ini
dipengaruhi oleh pengelolaan usahatani dan alokasi sumberdaya yang belum efektif dan ekonomis. Untuk itu perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui alokasi sumberdaya dalam usahatani padi dan pengaruhnya terhadap tingkat
produksi. Selain itu juga perlu diperoleh alokasi ekonomis dari penggunaan sumberdaya tersebut. Penelitian ini dilakukan di
3 kabupaten yaitu Seluma, Bengkulu Selatan, dan Bengkulu Utara. Analisis data menggunakan fungsi produksi Cobb-
Douglas yang diestimasi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan fungsi keuntungan yang diturunkan dari fungsi
produksi tersebut. Hasil analisis regresi menunjukkan pengaruh penggunaan benih, pupuk urea, dan pupuk NPK yang
signifikan terhadap produksi padi. Secara ekonomi penggunaan input benih, pupuk urea, dan pupuk NPK belum optimal.
Penambahan penggunaan masing-masing input masih memungkinkan untuk meningkatkan produksi padi sawah.
Kata kunci: faktor produksi, efisiensi, padi, sawah, usahatani
PENDAHULUAN
Penelitian dilakukan di daerah sentra produksi padi sawah Provinsi Bengkulu, yaitu di
Kabupaten Bengkulu Utara (Kecamatan Argamakmur, Kerkap dan Padang Jaya), Bengkulu Selatan
(Kecamatan Kedurang dan Seginim), dan Seluma (Kecamatan Seluma Selatan). Lokasi penelitian
ditentukan secara sengaja (purposive), yaitu daerah persawahan dengan irigasi yang mengalami
konversi lahan menjadi perkebunan. Pengumpulan data dilakukan dua tahap, yaitu bulan April 2011
sampai dengan Juli 2011 untuk Kabupaten Seluma, dan Kabupaten Bengkulu Selatan dan Bengkulu
Utara bulan Mei 2012 sampai dengan Juni 2012 yang melibatkan 67 responden. Data yang
dikumpulkan adalah keragaan usahatani padi sawah pada periode tanam musim hujan (MH) dan
keragaan responden melalui wawancara dengan panduan kuesioner.
Analisis Data
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah menggunakan pendekatan
fungsi produksi Cobb-Douglas. Agar fungsi produksi di atas dapat ditaksir, maka persamaan tersebut
perlu ditransformasikan ke dalam bentuk linier sehingga menjadi:
LnY = β0 + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 + … + β5LnX5 + ε ............................. 1
Di mana: Y = Produksi padi (kg)
X1 = Penggunaan bibit (kg)
X2 = Penggunaan pupuk Urea (kg)
X3 = Penggunaan pupuk NPK (kg)
X4 = Dummy variabel Penggunaan pupuk SP-36 (1= menggunakan; 0=tidak)
X5 = Dummy variabel (1= ada kendala; 0= tidak ada)
β0 = Intersep
β1… β5 = Koefisien regresi
ε = Error, faktor lain yang berpengaruh dan tidak tertampung dalam model
Pengujian Model
Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh kepastian tentang konsistensi model estimasi
yang dibentuk berdasarkan teori ekonomi yang mendasarinya. Pengujian dilakukan terhadap nilai R2
untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh variansi dari variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh
variansi dari variabel bebas. F-hitung untuk melihat pengaruh variabel bebas yang digunakan secara
keseluruhan terhadap model yang dihasilkan dan uji dan t-hitung untuk untuk mengetahui koefisien
(peubah bebas X) yang berpengaruh nyata terhadap Y.
Karakteristik Petani
Umur rata-rata responden tergolong pada kelompok usia produktif, yaitu rata-rata sekitar
48,37 tahun, secara fisik cukup potensial untuk mendukung aktivitas kegiatan usahatani padi yang
membutuhkan curahan tenaga yang banyak. Jumlah anggota keluarga rata-rata 2,78 jiwa (3
orang/KK), artinya pengelolaan usahatani umumnya hanya dilakukan oleh kepala keluarga dan 1
orang anggota keluarga (Tabel 1).
Tabel 1 Keragaan karakteristik petani responden padai sawah di Provinsi Bengkulu.
Variabel Kisaran Rata-rata
Umur KK (tahun) 27 - 83 48,37
Pendidikan KK (tahun) 0 -16 8,30
Tanggungan (jiwa) 1-6 2,78
Pengalaman usahatani padi (tahun) 1 - 50 19,57
Luas kepemilikan sawah (hektar) 0,14 – 4,00 0,70
Sumber : data primer (diolah), 2011.
Pengalaman rata-rata usahatani padi sekitar 19,57 tahun, artinya petani sudah sangat
memahami seluk beluk usahatani padi sehingga dapat mengelolanya secara efektif dan efisien.
Tingkat pendidikan bervariasi dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi dengan lama pendidikan
rata-rata 8,30 tahun (tidak menamatkan SMP). Tingkat pendidikan responden tergolong rendah,
faktor ini akan berpengaruh pada kemampuan adopsi teknologi dan kemampuan berinovasi serta
manajerial petani dalam berusahatani padi.
Pada Tabel 2.tergambar rata-rata produksi padi sebanyak 4,062 kg/ha dengan penerimaan
sebesar Rp 12.250.528,-/ha/musim. Alokasi biaya terbesar adalah untuk tenaga kerja sebesar Rp
4.188.929,-/ha atau 65,67 persen dan biaya untuk pembelian pupuk sebesar Rp 1.152.083,-/ha/musim
atau 18,03% dari total biaya produksi. Tingginya biaya tenaga kerja ini berasal dari sistem panen yang
dilakukan petani, biaya panen dibayarkan dalam bentuk natura dengan perhitungan 1:7 atau 1:8.
Artinya setiap 7 karung gabah bersih yang telah dikerjakan maka upahnya dibayarkan sebanyak 1
karung dengan berat per karung berkisar antara 45-50 kg GKP.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi
Hasil analisis terhadap penggunaan faktor produksi (input) dan pengaruhnya terhadap
produksi padi sawah menggunakan software SPSS 17 disajikan pada Tabel 3. Dimana berdasarkan
output SPSS, maka secara matematis dapat ditulis model regresi antara variabel produksi dengan
variabel yang mempengaruhinya dalam persamaan berikut:
LnY= 3,323 + 0,459LnX1 + 0,396LnX2 - 0,019LnX3 + 0,211LnX4 - 0,090LnX5
Model yang dihasilkan cukup baik, uji normalitas dengan melihat rasio Skewness dan
Kurtosis diperoleh nilai – 0,56 dan – 0,66. Nilai ini berada diantara -2,00 dan 2,00 maka dapat
disimpulkan distribusi data adalah normal (Santoso, 2000). Selanjutnya untuk uji autokorelasi
menggunakan uji Durbin-Watson (DW-Test), diperoleh nilainya 2,020 (nilai dU= 1,768, dan dL= 1,449
dengan derajat kepercayaan 5% dan 67 observasi serta 5 variabel penjelas). Nilai DW-Test berada
diantara dU sampai 4-dU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol (tidak ada autokorelasi).
Tabel 3 Hasil analisis regresi faktor produksi pada usahatani padi sawah di Provinsi Bengkulu.
Variabel β t sig VIF
(Constant) 3,323 9,842 0,000
Penggunaan benih (X1) 0,459 5,274 0,000*) 1.,478
Penggunaan pupuk urea (X2) 0,396 4,868 0,000*) 1,707
Penggunaan pupuk SP-36 (X3) -0,019 -0,256 0,799 1,101
Penggunaan pupuk NPK (X4) 0,211 2,918 0,005*) 1,664
Masalah Irigasi (X5) -0,090 -1,227 0,225 1,042
R Square 0,758
F-hitung 38,110
Durbin-Watson 2,020
Keterangan: *) Signifikan pada α = 0,01
Sumber : Data primer (diolah), 2011
Berdasarkan output SPSS pada Tabel di atas, maka secara matematis dapat ditulis model
regresi antara variabel produksi dengan variabel yang mempengaruhinya dalam persamaan berikut:
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat di
antara variabel-variabel independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model. Untuk
mendeteksi apakah model regresi linier mengalami Multikolinearitas dapat diperiksa menggunakan
Variance Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing veriabel independen, yaitu jika suatu variabel
independen mempunyai nilai VIF > 10 berarti telah terjadi multikolinearitas. Hasil analisis diperoleh
nilai VIF bi bawah 10, berarti tidak terdapat multikolinieritas dalam model. Untuk uji
Heteroskedatisitas dilakukan dengan Uji Glejser, hasil penggujian dengan program SPSS diperoleh
nilai variabel penjelas yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap residual sehingga dapat
disimpulkan model bebas dari masalah Heteroskedastisitas.
Nilai koefisien determinasi (R2) diperoleh sebesar 0,758, artinya 75,80% keragaman
produksi padi sawah dapat dijelaskan variabel Penggunaan benih (X 1), Penggunaan pupuk urea (X2),
Penggunaan pupuk SP-36 (X3), Penggunaan pupuk NPK (X4), dan Masalah Irigasi(X5), sedangkan
sisanya 24,20% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Nilai Fhitung diperoleh 38,11 dan nilai signifikan 0,000, artinya bahwa variabel-variabel yang
diduga secara keseluruhan berpengaruh terhadap produksi padi. Secara parsial variabel yang
berpengaruh secara significant adalah penggunaan benih (X1), penggunaan pupuk urea (X2), dan
penggunaan pupuk NPK (X4). Sedangkan penggunaan pupuk SP-36 dan kendala irigasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap produksi padi.
Penggunaan benih yang tepat secara kuantitas dan kualitasnya berpengaruh sangat besar
dalam keberhasilan usahatani. Faktor produksi benih berpengaruh signifikan terhadap produksi secara
positif, artinya setiap penambahan satu satuan input mampu menaikkan produksi sebesar 45,90%
dengan kondisi faktor lain tetap. Rata-rata penggunaan benih petani sebanyak 47,84 kg/ha, jumlah ini
jauh lebih tinggi dari yang direkomendasi sebanyak 30 - 35 kg/ha untuk cara pindah dan jajar legowo
35 - 40 kg/ha. Tingginya penggunaan benih disebabkan benih yang digunakan umumnya hasil
penangkaran sendiri dan dalam proses penyemaian belum dilakukan sesuai anjuran terutama luas
lahan semaian.
Penggunaan pupuk urea ditingkat petani sebanyak 250,79 kg/ha, jumlah ini lebih banyak
dibandingkan rekomendasi yaitu 228 kg/ha untuk Bengkulu Selatan, 192 kg/ha untuk Seluma dan 150
kg/ha untuk Bengkulu Utara (BPTP 2010). Secara statistik penambahan input pupuk urea masih
memungkinkan dengan nilai elatisitas sebesar 0,396, artinya penambahan 1 satuan input pupuk urea
akan menaikan produksi sebesar 39,60%.
Penggunaan rata-rata pupuk NPK sebanyak 147,40 kg/ha, lebih rendah dibandingkan
rekomendasi yaitu 174 kg/ha untuk Bengkulu Selatan, 186 kg/ha untuk Seluma dan 150 kg/ha untuk
Bengkulu Utara (BPTP 2010). Penambahan input pupuk NPK masih memungkinkan dengan nilai
elatisitas sebesar 0,211, artinya penambahan 1 satuan input pupuk NPK akan menaikan produksi
sebesar 21,10,60%.
Penggunaan pupuk oleh petani belum sesuai anjuran, hal ini disebabkan rendahnya
pengetahuan petani tentang pupuk dan waktu pengaplikasian yang tidak tepat. Selain itu faktor
ketersediaan ditingkat petani dan harga pupuk juga ikut mempengaruhi jumlah pupuk yang
digunakan.
Faktor produksi pupuk urea dan pupuk NPK memiliki nilai indek efisiensi lebih besar dari 1,
berarti penggunaan kedua faktor produksi pupuk ini masih dapat ditingkatkan pengggunaannya
dengan waktu pemupukan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tahap pertumbuhan tanaman untuk
memperoleh produksi yang optimum. Menurut Pirngadi dan Abdulrachman (2005) penggunaan NPK
15-15-15 dengan dosis 300 kg/ha mampu menghasilkan 6,25 ton GKG. Pupuk diberikan diberikan
tiga kali, yaitu pada umur 7 hari setelah tanam (HST), 21 HST dan saat primordial bunga.
Hal sebaliknya diungkapkan oleh Dewi et.al (2012), penggunaan benih, pupuk urea, pupuk
NPK, pestisida, dan tenaga kerja dalam usahatani padi di Subak Pacung Babakan sudah tidak efisien,
artinya penggunaan input harus dikurangi untuk mencapai efisiensi usahatani.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Teknologi budidaya pada usahatani padi sawah didaerah penelitan telah diadopsi oleh petani,
namun belum dilaksanakan sesuai rekomendasi sehingga produktivitas usahatani masih rendah,
yaitu 4,062 kg/ha/musim. Sedangkan biaya usahatani yang dibutuhkan cukup tinggi sehingga
keuntungan yang diperoleh juga relatif rendah sebesar Rp 5,862,048/ha/musim.
2. Hasil analisis regresi diperoleh pengaruh faktor penggunaan benih, penggunaan pupuk urea, dan
penggunaan pupuk NPK yang signifikat pada α=0,01 terhadap produksi padi. Sedangkan faktor
penggunaan pupuk SP-36 dan masalah ketersediaan air irigasi tidak berpengaruh terhadap
produksi padi. Secara teknis penggunaan faktor-faktor produksi belum efisien, sehingga masih
ada peluang untuk meningkatkan produksi melalui penambahan faktor produksi tersebut.
3. Dalam upaya mempertahankan ketersediaan pangan dan keberlanjutan usahatani padi guna
meningkatkan pendapatan petani, maka disarankan peningkatan sosialisasi rekomendasi
teknologi budidaya yang telah dihasilkan dengan melibatkan penyuluh pertanian. Penekanan dari
sosialisasi ini adalah alokasi penggunaan input, seperti benih unggul, penggunaan pupuk sesuai
kebutuhan tanaman, serta penggunaan pestisida secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Basorun JO, Fasakin JO. 2012. Factors influencing rice production in Igbemo-Ekiti Region of
Nigeria. Journal of Agriculture, Food and Environmental Sciences ISSN 1934-7235 Volume 5,
Issue 1.
BPS Prov. Bengkulu. 2011. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi
Bengkulu. Bengkulu.
BPTP Bengkulu. 2010. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.
Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Pedoman
bagi Penyuluh Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Dewi IGAC, Suamba IK dan Ambarawati IGAA. 2012. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah.
Studi kasus di Subak Pacung Babakan Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. E-journal
Agribisnis dan Agrowisata vol. 1, no. 1.
Effendy 2010. Efisiensi Faktor Produksi dan Pendapatan Padi Sawah di Desa Masani Kecamatan
Poso Pesisir Kabupaten Poso. Jurnal Agroland 17 (3) :233 – 240.
Irawan, Sanim B., Siregar H. dan Kurnia U. 2006. Evaluasi Ekonomi Lahan Pertanian: Pendekatan
Nilai Manfaat Multifungsi Lahan Sawah dan Lahan Kering. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
vol. 11 no. 3 hal 32-41.
Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor.
Mahananto, Sutrisno S dan Ananda C.F. 2009. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi
Studi Kasus di Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah. Wacana Vol. 12 No.1.
Moses J, Adebayo EF. 2007. Efficiency of factors determining rainfed rice production in Ganye Local
Government Area, Adamawa State. Jurnal Of Sustainable Development in Agriculture &
Environment Vol. 3.
Notarianto D. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi
Organik dan Padi Anorganik (studi kasus: Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen). [skripsi]
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang
Pirngadi K dan Abdulrachman S. 2005. Pengaruh Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah. Jurnal Agrivigor 4 (3) hal 188-197.
Soekartawi. 2001. Ilmu Usahatani. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Santoso S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta