Anda di halaman 1dari 18

KONSEP PERKEMBANGAN MANUSIA

Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Dosen pembimbing:
Ade Pifianti, M.Si

Disusun oleh :
Mailatun Jazilah
Nur’aini
Rian Adista Pratama

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ALHIKMAH
JAKARTA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat yang
tiada terkira kepada kita semua seluruh makhluk-Nya. Setiap hari, setiap waktu
terus rahmat dan karunia-Nya kita rasakan. Shalawat dan salam semoga tercurah
kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, manusia utama yang menjadi
panutan setiap insan di dunia, yang menjadi pembawa alqur’an untuk menjadi
rahmad bagi semesta alam.
Dengan mengucap syukur atas pertolongan dan karunia-Nya lah, makalah
tentang “ Konsep Perkembangan Manusia ” dapat kami selesaikan. Makalah ini
kami perbuat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan.
Makalah yang kami buat ini kiranya menjadi bahan yang berguna untuk
pembelajaran.
Kami memohon maaf jika masih banyak kekurangan dalam makalah yang
kami sajikan ini. Kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT. Senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Jakarta, 20 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan ....................................................... 3
B. Aspek – Apek Perkembangan ................................................. 3
C. Fase – Fase Perkembangan ...................................................... 5
D. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan ............................ 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu dilahirkan di dunia dengan membawa hereditas tertentu yang
diperoleh melalui warisan dari pihak orang tuanyanya yang menyangkut
karakteristik fisik dan psikis atau sifat-sifat mental. Lingkungan (environment)
merupakan factor penting di samping hereditas yang menentukan perkembangan
individu yang meliputi fisik, psikis, social dan relegius.
Manusia adalah makhluk-makhluk hidup yang lebih sempurna bila
dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur
kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami
perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisologik maupun
perubahan-perubahan dalam segi psikologik.
Bahwa setiap anak secara kodrat membawa variasi dan irama
perkembangannya sendiri, perlu diketahui setiap orang tua, agar ia tidak bertanya-
tanya bahkan bingung atau bereaksi negatif yang lain dalam menghadapi
perkembangan anaknya. Bahkan ia harus bersikap tenang sambil mengikuti terus
menerus pertumbuhan anak, agar pertumbuhan itu sendiri terhindar dari gangguan
apap pun, yang tentu saja akan merugikan. Dalam kesempatan ini akan kami
paparkan mengenai pengertian perkembangan, faktor-faktor yang akan
menentukan dalam perkembangan manusia, dan faktor-faktor perkembangan
manusia menurut para ahli.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkembangan ?
2. Apa aspek – aspek perkembangan ?
3. Apa fase – fase perkembangan ?
4. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan ?

1
2

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan.
2. Untuk mengetahui aspek - aspek perkembangan
3. Untuk mengetahui fase – fase perkembangan
4. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi perkembangan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, perkembangan adalah
perihal berkembang, mekar, terbuka membentang, menjadi besar, luas, banyak,
dan sebagainya. Kata berkembang tidak saja meliputi aspek yang bersifat abstrak
dalam hal kualitas, seperti pikiran dan pengetahuan, namun juga bersifat konkret
yang menunjukkan perkembangan positif.
Perkembangan menurut istilah adalah development, yang merupakan
rangkaian yang bersifat progresif dan teratur dari fungsi jasmaniah dan ruhaniah
sebagai sebab pengaruh kerja sama antara kematangan (maturation) dan pelajaran
(learning).
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak
bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada
segi materiil, melainkan pada segi fungsional. Dari uraian ini perkembangan dapat
diartikan sebagai perubahan kualitatif dari fungsi-fungsi. Perubahan sesuatu
fungsi adalah disebabkan oleh adanya suatu proses pertumbuhan materiil yang
memungkinkan adanya fungsi itu, dan disamping itu, disebabkan oleh karena
perubahan tingkah laku hasil belajar. Maka akan salah apabila kita beranggapan
bahwa perkembangan adalah semata-mata sebagai perubahan atau proses
psikologis.1

B. Aspek yang Mengalami Perubahan dalam Perkembangan


Stabilitas dan perubahan juga terjadi pada berbagai ranah, atau dimensi
diri. Dan ada 3 aspek perubahan yang saling terkait dan tak lepas dari
perkembangan maupun pertumbuhan, diantaranya:

1
Ahmad Mudzakkir & Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan Untuk Fakultas Tarbiyah
Komponen MKDK, h. 72.

3
4

1. Aspek Fisik
Segala yang dapat mempengaruhi domain perkembangan lainnya adalah
pertumbuhan tubuh dan otak, kapasitas sensoris, keterampilan motorik, dan
kesehatan merupakan bagian dari perkembangan fisik. .2
2. Aspek Kognitif
Perkembangan Kognitif adalah perubahan dan stabilitas dalam
kemampuan mental, perhatian, ingatan, bahasa, pemikiran, logika, dan
kreativitas. Perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatnya
kemampuan berpikir (thinking), memecahkan masalah (problem Solving),
mengambil keputusan (decision making), kecerdasan (intelegence), bakat
(aptittude).
Optimalisasi perkembangan kognitif sangat dipengaruhi oleh kematangan
fisiologis, terutama pada bayi dan anak. Sehingga perkembangan kognitif
makin baik dan koordinatif.
3. Aspek Psikososial
Perkembangan psikososial adalah perubahan dan stabilitas dalam emosi,
kepribadian, dan hubungan sosial. Perkembangan inilah yang dapat
mempengaruhi fungsi fisik dan kognitif. Kecemasan menghadapi masalah
misalnya, dapat berakibat pada penurunan prestasi. Dukungan sosial dapat
menolong seseorang untuk menghadapi potensi efek negatif stres terhadap
kesehatan fisik dan mental.
Walaupun telah dipilah-pilah perkembangan fisik, kognitif, dan
psikososial, akan tetapi seseorang akan lebih dari sekedar sekumpulan elemen-
elemen yang terpisah satu dengan yang lain. Dan semua elemen tersebut akan
memberi kontribusi besar pada kepercayaan diri, dapat mempengaruhi
penerimaan sosial, pilihan kerja, dll.

2
Diane E. Papalia, dkk, Human Development, Psikologi Perkembangan (Jakarta:
Kencana, 2008), h. 10.
5

C. Fase-Fase Perkembangan
Oswald Kroch menggunakan ciri-ciri psikologis yang dipandang terdapat
pada anak-anak umumnya adalah pengalaman keguncangan jiwa yang
dimanifestasikan dalam bentuk sifat trotz atau sifat keras kepala. Atas dasar ini, ia
membagi fase perkembangan mnjadi 3, yaitu :
1. Fase anak awal: umur 0-3 tahun. Pada akhir fase ini terjadi trotz pertama yang
di tandai dengan anak serba membantah atau menentang orang lain. Hal ini
disebabkan mulai timbulnya kesadaran akan kemampuannya akan berkemauan
sehingga ia ingin menguji kemauannya itu.
2. Fase keserasian sekolah : umur 3-13 tahun. Pada akhir masa ini timbul sifat
trotz kedua, diman anak mulai serba membantah lagi, suka menentang kepada
orang lain, terutama pada orang tuanya. Gejala ini sebenarnyamerupakan gejala
yang biassa , sebagai akibat kesadaran fisiknya, sifat berfikir yang dirasa lebih
maju dari pada orang lain, keyakinannya yang dianggapnya benar dan
sebagainya tetapi yang dirasakan sebagai keguncangan.
3. Fase kematangan : umur 13-21 tahun,yaitu mulai setelah berakhirnya gejala
gejala trotz kedu.Anak mulai menadari kekurangan-kekurangan dan kelebihan-
kelebihannya ,yang dihadapi dengan sikap yang sewajarnya.Ia mulai dapat
menghargai pendapat orang lain,dapat memberikan toleransi terhadap
keyakinan orang lain,karena menyadari bahwa orang lainpun mempunya hak
yang sama masa inilah yang merupakan masa bangkitnya atau terbentuknya
kepribadian menuju kemantapan.3
Fase-fase pekembangan yang didasarkan pada gejala-gejala perubahan fisik
anak atau didasarkan pada proses biologis tertentu di antaranya dikemukakan
oleh:
a. Aristoteles
Ia membagi fase perkembangan manusia sejak lahir sampai usia 21 tahun
ke dalam tiga masa ,dimana setiap fase meliputi masa tujuh tahun yaitu;
1) Fase anak kecil atau masa bermain (0-7) tahun,yang diakhiri dengan
tanggal (pergantian) gigi.

3
Sumadi Surya Brata, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Rosda Karya). h. 56-67.
6

2) Fase anak sekolah atau masa belajar (7-14) tahun, yang dimulai dengan
tumbuhnya gigi baru sampai timbulnya gejala berfungsinya kelenjar-
kelenjar kelamin.
3) Fase remaja (pubertas) atau masa peralihan dari anak menjadi dewasa
(14-21) tahun,yang dimulai dari mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar
kelamin sampai akan memasuki masa dewasa.
b. Elizabet B.Hurlock
Elizabet membagi perkembngan individu berdasarkan konsep biologis atas
lima fase,yaitu;
1) Fase prenatal (sebelum lahir),mulai masa konsepsi sampai konsep
kelahiran ,lebih kurang 280 hari.
2) Fase infancy (orok),mulai lahir sampai usia 14 hari
3) Fase babyhood (bayi) ,mulai usia 2 minggu sampai usia 2 tahun
4) Fase childhood (kanak-kanak) ,mulai usia 2 tahun sampai usia pubertas.
5) Fase Adolescence (remaja), mulai usia 11 dan 13 tahun sampai usia 21
tahun
Menurut Muhibbin Syah, perkembangan manusia berlangsung secara berurutan
atau berkesinambungan melalui periode atau masa, yaitu:
a. Periode Sebelum Kelahiran
Periode ini merupakan masa kehidupan individu dimulai dari masa konsepsi
(pembuahan) hingga kelahiran,sikitar 9 bulan dalam kandungan.Periode ini
merupakan saat pertumbuhan yang sangat luar biasa,dari satu sel tunggal (yang
beratnya kira-kira 1/20 juta ons) menjadi organism yang sempurna dengan
kemampuan otak dan tingkah lakunya.
b. Periode Bayi
Periode bayi merupakan masa perkembanganya yang merentang dari kelahiran
hingga 18 atau 24 bulan.Masa ini ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut:
1) Masa dasar pembentukan pola perilaku,sikap,ekspresi emosi.
2) Masa pertumbuhan dan perubahan berjalan cepat,baik fisik maupun
psikologis..
3) Masa kurangnya ketergantungan.
7

4) Masa meningkatnya individualitas


5) Masa permualaan sosialisasai.
6) Masa permulaan berkembangnya penggolongan peran seks,seperti terkait
dengan pakaian yang dipakainya.
7) Masa yang menarik baik bentuk fisik maupun perilakunya.
8) Masa permulan kreativitas.
9) Masa berbahaya,baik fisik (seperti kecelakaan) atau psikologis (karena
perlakuan yang buruk).
c. Periode Awal Anak
Periode awal anak adalah periode perkembangan yang merentang dari
akhir masa bayi hingga usia 5 atau 6 tahun;periode ini kadang-kadang disebut
masa persekolahan.Selama masa ini,anak belajar untuk lebih menjadi mandiri
dan memperhatikan dirinya.Mereka mengembangkan kesiapan sekolah (seperti
mengikuti perintah,dan mengenal huruf) dan menghabiskan banyak waktunya
untuk bermain dengan teman sebayanya.
d. Periode Pertengahan dan Akhir Anak
Periode ini adalah masa perkembangan yang merentang dari usia sekitar 6
hingga 10 atau 11 tahun.Anak masa ini sudah menguasai keterampilan-
keterampilan dasar membaca,menulis,dan matematik.Yang terjadi tema sentral
periode ini adalah prestasi (achievement )dan perkembangan pengendalian diri
(self-control)
e. Periode Remaja
Periode remaja adalah masa transisi antara masa anak dengan masa
dewasa,terentang dari usia sekitar 12/13 tahun sampai usia 19/20 tahun yang
ditandai dengan perubahan dalam aspk biologis, kognitif, dan
sosioemosional.Yang menjadi tugas kunci remaja adalah persiapan
menghadapi masa dewasa.
f. Periode Dewasa
Periode ini terdiri atas tiga masa yaitu awal,pertengahan,dan akhir dewasa
dimulai dari usia sekitar 20 tahun hingga 30/35 tahunan.Masa ini merupakan
saatnya individu membangun independensi (kemandirian) pribadi dan
8

ekonomi,serta peningkatan perkembangan karier.Masa pertengahan dewasa


dimulai sekitar usia 35 hingga 45 tahun,dan berakhir pada usia 55 dan 66
tahun.Periode ini merupakan saat pningkatan minat untuk menanam nilai-nilai
kehidupan,dan meningkatkan perhatian terhadap tubuhnya sndiri.Semenatara
akhir dewasa adalah terentang dari usia 60 atau 70 tahun sampai mati.Periode
ini merupakan saat penyesuaian diri terhadap melemahnya kekuatan dan
kesehatan fisik,masa pensiun,dan berkurangnya penghasilan.4

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


Para ahli (ilmu jiwa, pendidikan, sosiologi, kriminologi dan lain-lain)
banyak mempersoalkan mengenai hal-hal atau faktor-faktor yang memungkinkan
atau mempengaruhi perkembangan seseorang. Pada dasarnya ada dua faktor
utama yang menjadi sorotan mereka, yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan.
Mereka berbeda pendapat tentang fakor mana yang dominan pengaruhnya
terhadap seseorang dalam perkembangannya.5
Dalam hal ini, pendapat mereka tersebut dapat digolongkan menjadi tiga
golongan, yaitu:
1. Nativisme
Nativisme merupakan kata dasar dari bahasa latin, natus yang artinya lahir
atau natives yang mempunyai arti kelahiran, pembawaan. Nativisme (nativism)
merupakan sebuah doktrin yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran
psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Atrhur Schopenhauer (1788-1860),
seorang filosof Jerman. Aliran filsafat nativisme konon dijuluki sebagai aliran
pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan “kacamata hitam”. Karena
para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia
ditentukan oleh pembawannya.
Aliran nativisme mengemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan
telah memiliki bakat dan pembawaan, baik karena berasal dari keturunan orang

4
Muhibbin Syah, Psiokologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 13-21

5
Mubin, Ani Cahyadi, Psikologi Perkembangan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), h.
33
9

tuanya, nenek moyangnya maupun karena memang ditakdirkan


demikian. Manakala pembawaannya itu baik, baik pula anak itu kelak. Begitu
pula pada masa kedewasaannya. Oleh karena itu, menurut aliran ini,
pendidikan tidak dapat diubah dan senantiasa berkembang dengan sendirinya.
Pendidikan, pengalaman atau segala pengaruh dari luar dianggap tak berdaya
mengubah kekuatan-kekuatan yang dibawa sejak lahir atau pembawaan,
dengan kata lain yakni tidak berpengaruh apa-apa. 6
Teori ini menimbulkan pandangan bahwa seakan-akan manusia telah
ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak dapat diubah. Sehingga
individu akan sangat tergantung pada sifat-sifat yang diturunkan oleh orang
tuanya. Jadi, teori ini dalam pendidikan menimbulkan pandangan
yang pesimistis.7
Asumsi yang mendasari aliran ini menurut Hurlock adalah pada diri anak
dan orang tua terdapat kesamaan, baik fisik maupun psikis. Setiap manusia
memiliki gen. Gen adalah butiran kecil yang terdapat di dalam sel-sel kelamin
manusia yang dipindahkan dari orang tua atau nenek moyang kepada
keturunannya dan merupakan sifat-sifat yang diwariskan. Sel-sel seks pria dan
wanita adalah sama, dalam arti bahwa keduanya mengandung kromosom. Setiap
sel seks yang matang mempunyai 23 kromosom. Tiap-tiap kromosom
mengandung gen, yaitu pembawaan keturunan. Setiap kromosom mengandung
sekitar 3000 gen. Gen-gen diturunkan dari orang tua kepada keturunannya.
Tokoh terkemuka aliran ini adalah Schopenhauer, Plato, Descartes, dan
beberapa ahli kriminologi yang mendukungnya yaitu Lambroso, E. Ferri dann R.
Garofalo.
b. Empirisme
Aliran empirisme merupakan kebalikan dari aliran nativisme. Para ahli
yang mengikuti aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu
sepenuhnya ditentukan oleh factor lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor

6
M. Nur Ghufron, Psikologi, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2011), h. 51-52.

7
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 1981), h. 44
10

dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran ini menjadikan factor


lingkungan dalam menentukan perkembangan seorang individu.
Aliran empirisme mengemukakan bahwa anak yang baru lahir laksana
kertas kosong (blank slate/black table) yang putih bersih atau semacam tabula
rasa (tabula=meja, rasa=lilin), yaitu meja yang bertutup lapisan lilin. Kertas putih
bersih dapat ditulis dengan tinta warna apa pun, dan warna tulisannya akan sama
dengan warna tinta tersebut. Begitu halnya dengan meja berlilin, dapat dicat
dengan warna-warni, sebelum ditempelkan. Anak diumpamakan bagaikan kertas
putih yang bersih, sedangkan warna warna tinta, diumpamkan sebagai lingkungan
(pendidikan) yang akan memberi pengaruh padanya, sudah pasti tidak mungkin
tidak, pendidikan dapat memegang peranan penting dalam perkembangan anak,
sedangkan bakat pembawaan bisa ditutup dengan serapat-rapatnya oleh
pendidikan itu.
Teori tabula rasa ini diperkenalkan oleh John Locke untuk
mengungkapkan pentingnya pengaruh pengalaman dan lingkungan hidup terhadap
perkembangan anak. Ketika dilahirkan, seorang anak adalah pribadi yang masih
bersih dan peka terhadap rangsangan yang berasal dari lingkungan. Orang tua
menjadi tokoh penting yang mengatur rangsangan-rangsangan dalam mengisi
“secarik kertas” yang bersih ini. Ini disebut juga dengan sosiologisme, karena
sepenuhnya mementingkan atau menekan pengaruh dari luar.8
Aliran empirisme menimbulkan optimisme dalam bidang pendidikan.
Segala sesuatu yang terdapat pada jiwa manusia dapat diubah oleh pendidikan.
Watak, sikap dan tingkah laku manusia dapat diubah oleh pendidikan. Pendidikan
dipandang mempunyai pengaruh yang tidak terbatas.
Keburukan yang timbul dari pandangan ini adalah anak tidak diperlakukan
sebagai anak, tetapi diperlakukan semata-mata menurut keinginan orang dewasa.
Pribadi anak sering diabaikan dan kepentingannnya dilalaikan.9

8
M. Nur Ghufron, Psikologi, h. 53-54

9
http://hotmaidasari.blogspot.co.id/2011/04/faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan.h
tml, akses tanggal 14 Oktober 2019
11

Mereka tetap mengakui bahwa faktor bawaan sejak lahir setiap orang itu
ada, tetapi pembawaan ini akan dapat ditutupi/ dilapisi oleh pengaruh lingkungan
atau pendidikan sehingga hal-hal bawaan tadi tidak muncul. Oleh karenanya bagi
mereka, lingkungan atau usaha pendidikan itulah yang sangat penting dan
menentukan bagi perkembangan seseorang menuju kedewasaannya. Malah bukan
hanya perkembangan kejiwaan saja yang yang ditentukan oleh lingkungan, tetapi
bagi mereka keadaan fisik (seperti bentuk tubuh, otot-otot dan lain-lain) banyak
dibentuk oleh lingkungan dimana ia tinggal.
Tokoh aliran Empirisme ini adalah John Locke dan diperkuat oleh Sigaud
dan Mac Aulife.
c. Konvergensi
Bisa dilihat dari teori nativisme dan empirisme merupakan teori-teori yang
saling bertentangan satu dengan yang lain. Nativisme sangat menitikberatkan pada
keturunan atau pembawaan, sedangkan empirisme menitikberatkan pada
lingkungan. Berhubungan dengan hal tersebut adanya usaha untuk
menggabunggakan kedua teori ini menjadi teori konvergensi.
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan individu akan ditentukan baik
oleh faktor yang dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan,
termasuk pengalaman dan pendidikan (faktor eksogen).
Aliran ini menggabungkan arti hereditas (pembawaan) dengan lingkungan
sebagai pengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh aliran ini Louis William
Stern (1871), seorang filosof sekaligus psikolog Jerman. Dalam menetapkan
factor yang mempengaruhi perkembangan manusia, tidak hanya berpegang pada
pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor yang sama pentingnya.
Factor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa factor pengalaman. Demikian pula
sebaliknya, factor pengalaman tanpa factor pembawaan tidak akan mampu
mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
Di Indonesia sendiri, teori konvergensi inilah yang dapat diterima dan
dijadikan pedoman seperti yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara:
“Tentang hubungan antara dasar dan keadaan ini menurut ilmu pendidikan
ditetapkan adanya “konvergensi” yang berarti bahwa kedua-duaya saling
12

mempengaruhi, sehingga garis dasar keadaan itu selalu tarik-menarik dan


akhirnya satu”.
Faktor bawaan dan lingkungan bekerja sama untuk menghasilkan
kecerdasan temperamen, tinggi badan, berat badan, kecakapan membaca, dan
sebaginya. Tanpa gen, tidak aka nada perkembangan, tanpa lingkungan tidak ada
pula perkembangan karena pengaruh lingkungan tergantung pada karakteristik
genetic bawaan, jadi dapat kita katakana bahwa factor-faktor di atas saling
berinteraksi.10

10
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 56
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian Perkembangan
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, perkembangan
adalah perihal berkembang, mekar, terbuka membentang, menjadi besar,
luas, banyak, dan sebagainya. Perkembangan menurut istilah
adalah development, yang merupakan rangkaian yang bersifat progresif
dan teratur dari fungsi jasmaniah dan ruhaniah sebagai sebab pengaruh
kerja sama antara kematangan (maturation) dan pelajaran (learning).
2. Aspek yang Mengalami Perubahan dalam Perkembangan
a. Aspek Fisik
b. Aspek Kognitif
c. Aspek Psikososial
3. Fase-Fase Perkembangan
a. Fase anak awal
b. Fase keserasian sekolah
c. Fase kematangan
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
a. Aliran nativisme mengemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan
telah memiliki bakat dan pembawaan, baik karena berasal dari
keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena memang
ditakdirkan demikian. Manakala pembawaannya itu baik, baik pula
anak itu kelak.
b. Aliran empirisme mengemukakan bahwa anak yang baru lahir laksana
kertas kosong (blank slate/black table) yang putih bersih atau
semacam tabula rasa (tabula=meja, rasa=lilin), yaitu meja yang
bertutup lapisan lilin.
c. Dalam menetapkan factor yang mempengaruhi perkembangan manusia,
tidak hanya berpegang pada pembawaan saja, tetapi berpegang pada

13
14

kedua faktor yang sama pentingnya. Factor pembawaan tidak berarti


apa-apa tanpa factor pengalaman.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

15

Anda mungkin juga menyukai