Anda di halaman 1dari 9

Bahan Bacaan Tentang Kebangsaan dan Pancasila

A. Amandemen UUD 1945


UUD 1945 di amandemen sebanyak 4 (empat) kali, sebagai berikut :
1. Amandemen I dilaksakan pada tanggal 14-21 Oktober 1999.
Pasal yang dilakukan amandemen yaitu : pasal 5, 7, 9, 13, 14, 15, 17, 20 dan 21.
2. Amandemen II dilaksanakan pada tanggal 07-18 Agustus 2000.
Pasal yang dilakukan amandemen yaitu : pasal 18, 18A, 18B, 19, 20, 20A, 22A, 22B, 25,
26, 27, 28A, 28B, 28C, 28D, 28E, 28F, 28G, 28H, 28I, 28J, 30 dan 36A, 36B, 36C.
3. Amandemen III dilaksanakan pada tanggal 01-09 November 2001.
Pasal yang dilakukan amandemen yaitu : pasal 1, 3, 6, 6A, 7, 7A, 7B, 7C, 8, 11, 17, 22C,
22D, 22E, 23, 23A, 23C, 23E, 23F, 23G dan 24, 24A, 24B, 24C.
4. Amandemen IV dilaksanakan pada tanggal 01-11 Agustus 2002.
Pasal yang dilakukan amandemen yaitu : pasal 2, 3, 6A, 8, 11, 16, 23B, 23D, 24, 25A, 31,
32, 33, 34, 37, Aturan peralihan (Pasal I, II dan III) dan Peraturan tambahan (Pasal I &
II).

B. Pancasila
Prof. Dr. Drs. Notonagoro, S. H. Dalam bukunya Pancasila Secara Ilmiah Populer (1975)
menyebutkan adanya beberapa macam asal mula atau sebab musabab Pancasila dapat dipakai
sebagai falsafah negara, yakni causa materialis, causa formalis, sebagai sambungan dari causa
formalis dan causa finalis, causa efisien atau asal mula.
 Causa Materialis
Causa materialis artinya asal mula bahan, yaitu bangsa Indonesia sebagai bahan terdapat
dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan agama-agama.
 Causa Formalis
Causa formalis, artinya asal mula bentuk atau bangun dan causa finalis atau asal mula
tujuan, yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sebagai pembentuk negara, BPUPKI adalah asal
mula bentuk atau bangun dan asal mula tujuan Pancasila sebagai calon dasar filsafat
Negara
 Sebagai Sambungan dari Causa Formalis dan Causa Finalis
Sebagai sambungan dari causa formalis dan causa finalis adalah sebagian dari causa
formalis dan causa finalis adalah sembilan orang anggota BPUPKI termasuk Bung Krno
dan Bung Hatta, sebagai asal mula sambungan dalam asal mula bentuk maupun asal mula
tujuan Pancasila sebagai calon dasar filsafat negara. Dengan cara menyusun rencana
Pembukaan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat Pancasila dan juga BPUPKI menerima
rencana tersebut dengan perubahan.
 Causa Efisien atau Asal Mula Karya
Causa efisien atau asal mula karya adalah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau
PPKI yang menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara (sebelum ditetapkan PPKI,
istilahnya masih calon dasar filsafat negara).

Menurut prof. Dr. Notonegoro, nilai-nilai pancasila dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau
kebutuhan ragawi manusia.
2. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian meliputi :
a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia;
b. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia;
c. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa)
manusia;
d. Nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang
bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Macam-Macam Nilai Menurut Waber G.Everet


1. Nilai-nilai ekonomi (economic values)
yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan sistem ekonomi. Hal ini berarti nilai-nilai
tersebut mengikuti harga pasar.
2. Nilai-nilai rekreasi (recreation values)
yaitu nilai-nilai permainan pada waktu senggang,sehingga memberikan sumbangan untuk
menyejahterakan kehidupan maupun memberikan kesegaran jasmani dan rohani.
3. Nilai-nilai perserikatan (association values)
yaitu nilai-nilai yang meliputi berbagai bentukperserikatan manusia dan persahabatan
kehidupan keluarga, sampai dengan tingkat internasional.
4. Nilai-nilai kejasmanian (body values)
yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan kondisi jasmani seseorang.
5. Nilai-nilai watak (character values)
nilai yang meliputi semua tantangan, kesalahan pribadi dan sosial termasuk keadilan,
kesediaan menolong, kesukaan pada kebenaran, dan kesediaan mengontrol diri.

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila


Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau disingkat BPIP adalah lembaga yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden yang memiliki tugas membantu Presiden dalam
merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila, melaksanakan koordinasi,
sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan
berkelanjutan, dan melaksanakan penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan,
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil
kajian terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga
tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan
komponen masyarakat lainnya. BPIP merupakan revitalisasi dari Unit Kerja Presiden Pembinaan
Ideologi Pancasila (UKP-PIP)
Yudi Latief yang menjabat sebagai ketua, bersama sembilan dewan pengarah lainnya yang
sebelumnya dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7 Juni 2017 di Istana Merdeka,
dengan adanya revitalisasi tersebut rencananya mereka akan dilantik kembali pada tanggal 22
Maret 2018. Namun pelantikan tersebut batal dilakukan setelah Ketua BPIP beserta jajarannya
menghadap presiden dan menyatakan tidak perlu lagi dilantik karena lembaga ini hanya berubah
secara nomenklatur.

Latar Belakang
Dalam rangka aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
pemerintah Republik Indonesia memandang perlu dilakukan pembinaan ideologi Pancasila
terhadap seluruh penyelenggara negara yang terencana, sistematis, dan terpadu. Pada 19 Mei
2017, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017
tentang Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila. Namun demikian, UKP-PIP dirasa
perlu disempurnakan dan direvitalisasi organisasi maupun tugas dan fungsinya dan Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2017 perlu diganti dalam rangka penguatan pembinaan ideologi
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Atas dasar pertimbangan
tersebut, pada tanggal 28 Februari 2018, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan
Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Dengan revitalisasi
dari bentuk unit kerja menjadi bentuk badan, diharapkan BPIP akan tetap existing walaupun
pemerintahannya terus berganti. Dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018, maka
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Tugas
BPIP memiliki tugas membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi
Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila
secara menyeluruh dan berkelanjutan, dan melaksanakan penyusunan standardisasi pendidikan
dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, serta memberikan rekomendasi
berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila
kepada lembaga tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial
politik dan komponen masyarakat lainnya.

Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, BPIP menyelenggarakan fungsi, antara lain:
 Perumusan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila;
 Penyusunan garis-garis besar haluan ideologi Pancasila dan peta jalan pembinaan ideologi
Pancasila;
 Penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja dan program pembinaan ideologi Pancasila;
 Koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila;
 Pengaturan pembinaan ideologi Pancasila;
 Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pengusulan langkah dan strategi untuk memperlancar
pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila;
 Pelaksanaan sosialisasi dan kerja sama serta hubungan dengan lembaga tinggi negara,
kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan komponen
masyarakat lainnya dalam pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila;
 Pengkajian materi dan metodologi pembelajaran Pancasila;
 Advokasi penerapan pembinaan ideologi Pancasila dalam pembentukan dan pelaksanaan
regulasi;
 Penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan Pancasila serta menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan; dan
 Perumusan dan penyampaian rekomendasi kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan
Pancasila.

Organisasi
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018, susunan organisasi BPIP terdiri atas:
 Dewan Pengarah, yang terdiri atas Ketua dan Anggota. Dewan Pengarah berjumlah paling
banyak 11 orang, yang terdiri atas unsur tokoh kenegaraan, tokoh agama dan masyarakat,
tokoh purnawirawan Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia,
pensiunan pegawai negeri sipil, dan akademikus. Dewan Pengarah mempunyai tugas
memberikan arahan kepada pelaksana terkait arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila.
 Pelaksana, yang terdiri atas Kepala, Wakil Kepala, Sekretariat Utama, Deputi Bidang
Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan, Deputi Bidang Hukum,
Advokasi, dan Pengawasan Regulasi, Deputi Bidang Pengkajian dan Materi, Deputi Bidang
Pendidikan dan Pelatihan, serta Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi. Kepala
mempunyai tugas memimpin dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi
BPIP, dan dalam melaksanakan tugasnya, Kepala memerhatikan arahan Ketuan Dewan
Pengarah.
Dewan Pengarah, Kepala, dan Wakil Kepala diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Masa
tugas Dewan Pengarah, Kepala, dan Wakil Kepala berlaku untuk 1 (satu) periode selama 5 (lima)
tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya. Kepala dan/atau Wakil
Kepala melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden melalui Ketua Dewan Pengarah
paling sedikit 1 (satu) kali setiap 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

Dewan Pengarah
Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila adalah unsur pimpinan BPIP yang secara
kelembagaan dipimpin oleh seorang Ketua yang memiliki tugas untuk memberikan arahan dan
panduan kepada Pelaksana terkait arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila. Dewan Pengarah
terdiri atas Ketua dan Anggota. Dewan Pengarah mempunyai tugas memberikan arahan kepada
pelaksana terkait arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila. Dewan Pengarah berjumlah
paling banyak orang 11 orang, yang terdiri atas unsur:
1. Tokoh kenegaraan;
2. Tokoh agama dan masyarakat;
3. Tokoh purnawirawan Tentara Nasional Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pegawai
Negeri Sipil dan akademisi.

Tata Urutan perundang-undangan


Tata urutan peraturan perundang-undangan dalam masyarakat berdasarkan UU No. 12 Tahun
2011 yang mengatur tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang / Perpu
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah

Konferensi Asia Afrika (KTT-KAA)


KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon),
India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini
berlangsung antara 18-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan
mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme
atau neokolonialisme Amerika Serikat, UniSoviet atau Negara imperialis lainnya.
Latar belakang dilaksanakannya KAA :
1. Banyak Negara di kawasan asia dan afrika masih dijajah Negara-negara eropa setelah perang
dunia ke-2.
2. Meningkatkan kesadaran berbangsa yang dimulai dari golongan elite atau terpelajar.
3. Perang dingin antara blok barat dengan blok timur.
4. Letaknya yang saling berdekatan dan melengkapi satu sama lain secara geografis.
5. Kekuatan pada faktor agama, sejarah dan budaya.
6. Perasaan senasib sepenanggungan.

Hasil Konferensi Asia-Afrika


Sepuluh poin deklarasi mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia,
dinamakan Dasasila Bandung, yang menggabungkan prinsip-prinsip Piagam PBB diadopsi
dengan suara bulat:
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam
piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil.
4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara
lain.
5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun
kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB.
6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi
kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara
lain.
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan
terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu Negara.
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan,
persetujuan, arbitrasi (penyelesaian masalah hukum) , ataupun cara damai lainnya, menurut
pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional.

Pertemuan kedua (2005)


Untuk memperingati lima puluh tahun sejak pertemuan bersejarah tersebut, para Kepala Negara
negara-negara Asia dan Afrika telah diundang untuk mengikuti sebuah pertemuan baru
di Bandung dan Jakarta antara 19-24 April 2005. Sebagian dari pertemuan itu dilaksanakan di
Gedung Merdeka, lokasi pertemuan lama pada 50 tahun lalu. Sekjen PBB, Kofi Annan juga ikut
hadir dalam pertemuan ini. KTT Asia–Afrika 2005 menghasilkan NAASP (New Asian-African
Strategic Partnership, Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika), yang diharapkan akan membawa
Asia dan Afrika menuju masa depan yang lebih baik berdasarkan ketergantungan-sendiri yang
kolektif dan untuk memastikan adanya lingkungan internasional untuk kepentingan para rakyat
Asia dan Afrika.

Pertemuan ketiga (2015)


Konferensi Asia-Afrika ke-60 dilaksanakan di 2 kota yaitu Jakarta pada 19-23 April 2015 dan
Bandung pada 24 April 2015 dengan agenda meliputi "Asia-Africa Business Summit" dan "Asia-
Africa Carnival". Tema yang dibawa adalah peningkatan kerja sama negara-negara di kawasan
Selatan, kesejahteraan, serta perdamaian. KTT Asia-Afrika 2015 diikuti sebanyak 89 kepala
negara/pemerintahan dari 109 negara di kawasan Asia dan Afrika, 17 negara pengamat dan 20
organisasi internasional, dan 1.426 perwakilan media domestik dan asing. Para peserta di
antaranya adalah Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, Presiden Tiongkok, Xi Jinping, Perdana
Menteri Malaysia, Najib Tun Razak, Presiden Myanmar, Thein Sein, Raja Swaziland, Mswati
III dan Perdana Menteri Nepal, Sushil Koirala.
Konferensi Asia Afrika 2015 telah menghasilkan 3 dokumen yaitu Pesan Bandung (Bandung
Message), Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) dan Deklarasi
kemerdekaan Palestina.

Politik Luar Negeri Indonesia


Tujuan Rumusan Politik Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia menurut DRS. MOH HATTA :
1. Mempertahankan kemerdekaan dan menjaga kedaulatan;
2. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar untuk memperbesar kemakmuran
rakyat jika barang-barang tersebut belum dapat dihasilkan dinegeri sendiri;
3. Meningkatkan perdamaian internasional, karena hanya dalam keadaan damai Indonesia dapat
membangun dan memperoleh syarat-syarat yang diperlukan untuk meningkatkan
kemakmuran;
4. Meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai pelaksanaan cita-cita yang tersimpul
dalam dasar negara Pancasila.

Politik Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia merupakan kumpulan kebijakan negara untuk
mengatur hubungan luar negeri Indonesia, yang menganut ideologi bebas aktif dimana:
1. Bebas artinya Indonesia tidak terikat oleh suatu ideologi atau politik dari negara manapun
sehingga Indonesia bebas berhubungan dengan negara manapun.
2. Bebas artinya negara Indonesia mempunyai hak penuh menentukan sikap dan kehendaknya
sendiri sebagai bangsa yang berdaulat sehingga negara boleh menentukan sikap tidak
memihak negara manapun dalam menghadapi pertentangan antara kekuasaan - kekuasaan
manapun didunia.
3. Aktif artinya Indonesia giat melaksanakan hubungan persahabatan dan kerjasama baik
regional maupun internasional, Indonesia turut bekerja untuk kepentingan bersama
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
4. Aktif artinya negara Indonesia dalam perannya didunia Internasional harus berperan dalam
menciptakan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Hakikat Politik Luar Negeri RI adalah:


1. Menghormati kedaulatan negara dan tidak mencampuri urusan negara lain;
2. Lepas dari ikatan blok militer dan bebas menentukan nasibnya sendiri;
3. Menentang segala bentuk penjajahan dan aktif berpartisipasi dalam mewujudkan perdamaian
dunia;
4. Kerjasama internasional yang saling menguntungkan diberbagai bidang;
5. Hidup berdampingan secara damai.

Landasan/Dasar Hukum Politik Luar Negeri Indonesia adalah sebagai


berikut:
1. Landasan Ideal
Landasan Ideal Politik Luar Negeri Indonesia merupakan pancasila, yaitu sila: “kemanusiaan
yang adil dan beradab"
2. Landasan Struktural
UUD 1945 yang terdapat pada bagian berikut:
a. Pembukaan UUD alinea I dan IV
Alinea I : .... Kemerdekaan ialah hal segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan
diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan.
Alinea IV : .. dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
b. Batang tubuh UUD 1945 Pasal 11 ayat (1), (2), dan (3)
3. Landasan Operasional
a. Undang Undang:
UU No.37 tahun 1999: tentang hubungan luar negeri
UU No.24 tahun 2000: tentang perjanjian internasional
b. Peraturan Presiden (Perpres)
No.7 tahun 2005: tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2004 - 2009: mengenai Politik Luar Negeri (PLN).
ASEAN
ASEAN didirikan 8 Agustus 1967, di Bangkok, Thailand, sesudah menandatangani Deklarasi
Bangkok, atau yang kini lebih dikenal sebagai Deklarasi ASEAN. Deklarasi itu ditandatangani
oleh 5 negara pendiri ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
ASEAN menggantikan ASA (Association of South East Asia), yang dulu pernah disusun pada
tahun 1961 oleh Filipina, Thailand, Malaysia. Berawal dari 5 (lima) anggota, ASEAN
berkembang seiring bergabungnya negara-negara lain laksana Brunei pada tahun 1984, Vietnam
pada tahun 1995, Laos dan Myanmar pada tahun 1997 dan terakhir Kamboja pada tahun 1999.
ASEAN Organisasi yang bertujuan membuat perdamaian, keamanan serta kerjasama ekonomi
yang membina antar negara anggotanya didirikan kala perang Vietnam dan kejatuhan Vietnam,
Laos dan Kamboja pada rezim komunis.

Bentuk kerja sama Negara-negara ASEAN sebagai berikut :


A. Dalam Bidang Ekonomi
1. Pembukaan pusat promosi ASEAN
Dengan adanya pusat promosi, ASEAN dapat membantu para negara anggota untuk
memasarkan produk mereka pada pangsa pasar yang lebih luas dan dengan demikian
dapat meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat.
2. Penyediaan cadangan pangan
Untuk menghindari risiko bahaya ekonomi akibat masalah pangan, ASEAN menetapkan
beberapa negara anggotanya sebagai lumbung cadangan pangan. Adapun negara yang
berkontribusi dalam langkah ini adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan
Singapura.
3. Penyelenggaraan proyek industri
Salah satu upaya ASEAN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah mendirikan
berbagai proyek industri, di antaranya:
 ASEAN Aceh Fertilizer Project -> pabrik pupuk di Aceh
 ASEAN Urea Project -> pabrik pupuk di Malaysia
 ASEAN Copper Fabrication project -> pabrik tembaga di Filipina
 ASEAN Vaccine Project -> produksi vaksin di Singapura
 Rock Salt Soda Ash Project -> produksi abu soda di Thailand
4. Kawasan Perdagangan Bebas
Untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan, ASEAN menetapkan
kawasan perdagangan bebas ASEAN (AFTA). Dengan cara ini, setiap negara anggota
ASEAN dapat berdagang dengan negara anggota lain tanpa harus mengkhawatirkan bea
impor.
5. Koperasi ASEAN
Koperasi ASEAN merupakan bentuk kerjasama yang bergerak di bidang koperasi dan
bertujuan meningkatkan kesejahteraan para negara anggota ASEAN.
Sebagai perhimpunan negara-negara yang berdomisili di kawasan Asia Tenggara,
ASEAN memantapkan diri untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dalam
berbagai bidang, salah satunya dalam bidang ekonomi.

B. Dalam Bidang Budaya


Berikut beberapa contoh kerjasama ASEAN dalam bidang budaya :
 Meningkatkan kerja sama menanggulangi perkembangan jumlah penduduk di wilayah
ASEAN.
 Meningkatkan kerja sama pencegahan dan penyalahgunaan narkotika.
 Memperkenalkan negara-negara anggota melalui sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga
pendidikan lainnya.
 Mengadakan pekan film dan Festival Film.
 Menyelenggarakan program pertukaran acara radio dan televisi antar anggota.
 Menyelenggarakan Festival Lagu.
 Menyelenggarakan Festival Seni.
 Menyelenggarakan Program Pertukaran artis radio/televisi.

C. Bidang politik dan keamanan


 Pengiriman duta dan konsulat antar negara ASEAN. Negara ASEAN saling mengirimkan
duta dan konsulat sebagai perwakilan dari negara asal. Dengan adanya perwakilan ini,
komunikasi antara negara ASEAN dapat terjalin dengan baik.
 Perjanjian ekstradisi antar negara ASEAN, dengan adanya kerjasama ektradisi ini banyak
para pelaku kejahatan yang melarikan diri ke negara anggota ASEAN lainnya dapat
dipulangkan ke negara asalnya. Dengan demikian stabilitas dan keamanan negara-negara
ASEAN dapat terjamin.
 Perjanjian kawasan bebas nuklir, kerjasama yang selanjutnya adalah perjanjian bebas
nuklir. Negara-negara ASEAN sepakat untuk melarang adanya persenjataan nuklir di
kawasan negara-negara ASEAN.
 Kerjasama kawasan yang damai, bebas dan netral. Kerjasama ini berarti negara-negara
ASEAN bebas untuk melakukan kerjasama dengan negara mana saja bahkan dengan
negara yang berasal dari luar ASEAN dengan syarat tidak melanggar peraturan yang ada.
 ASEAN Defense Ministers Meeting (ADMM) adalah suatu pertemuan rutin antara
negara-negara ASEAN yang membahas isu dan ancaman untuk kawasan ASEAN.

D. Dalam Bidang Pendidikan


Beberapa gerakan nyata yang dilakukan ASEAN dalam menjalin hubungan di bidang
pendidikan diantaranya :
 Dibentuknya The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) guna
memajukan bidang pendidikan terutama negara anggota ASEAN.
 Pensinkronisasian standar ijasah antar negara anggota ASEAN.
 Peningkatan ilmu pengetahuan kalangan pemuda ASEAN dalam proses integrasi regional.
Pembentukan kelompok peneliti antar negara.
 Pertukaran pelajar antar negara anggota.
 Peningkatan kualitas sumber daya manusia negara anggota ASEAN agar mampu bersaing
baik di tingkat regional maupun internasional.
 Pembentukan kurikulum sekolah di negara–negara ASEAN yang berprinsipkan
demokrasi, berorientasi pada perdamaian, serta menghargai HAM.

E. Dalam Bidang Sosial Budaya


 Adanya kerja sama di bidang sosial yang ditangani oleh Committee on Social
Development (COSD) atau Komite Pengembangan Sosial. Beberapa program yang
dijalankan berkaitan dengan sosial budaya negara-negara Asean, seperti program
peningkatan kesehatan, pertukaran budaya dan seni termasuk festival film ASEAN,
penandatanganan kesepakatan bersama di bidang pariwisata, yaitu ASEAN Tourism
Agreement (ATA), dan penyelenggaraan pesta olahraga Sea Games.
 Dibentuknya Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan Asia Tenggara atau The Southeast
Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO), yang bertujuan untuk memajukan
kerjasama di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan di daerah Asia
Tenggara.
 Menyelenggarakan kerja sama dalam bidang kebudayaan dan pendidikan seperti
pertukaran pelajar negara-negara Asean dalam Student Exchange Programme ASEAN,
mengadakan festival budaya negara-negara Asean pada ASEAN Culture Week.

Anda mungkin juga menyukai