Bahan Bacaan Tentang Kebangsaan Dan Pancasila
Bahan Bacaan Tentang Kebangsaan Dan Pancasila
B. Pancasila
Prof. Dr. Drs. Notonagoro, S. H. Dalam bukunya Pancasila Secara Ilmiah Populer (1975)
menyebutkan adanya beberapa macam asal mula atau sebab musabab Pancasila dapat dipakai
sebagai falsafah negara, yakni causa materialis, causa formalis, sebagai sambungan dari causa
formalis dan causa finalis, causa efisien atau asal mula.
Causa Materialis
Causa materialis artinya asal mula bahan, yaitu bangsa Indonesia sebagai bahan terdapat
dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan agama-agama.
Causa Formalis
Causa formalis, artinya asal mula bentuk atau bangun dan causa finalis atau asal mula
tujuan, yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sebagai pembentuk negara, BPUPKI adalah asal
mula bentuk atau bangun dan asal mula tujuan Pancasila sebagai calon dasar filsafat
Negara
Sebagai Sambungan dari Causa Formalis dan Causa Finalis
Sebagai sambungan dari causa formalis dan causa finalis adalah sebagian dari causa
formalis dan causa finalis adalah sembilan orang anggota BPUPKI termasuk Bung Krno
dan Bung Hatta, sebagai asal mula sambungan dalam asal mula bentuk maupun asal mula
tujuan Pancasila sebagai calon dasar filsafat negara. Dengan cara menyusun rencana
Pembukaan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat Pancasila dan juga BPUPKI menerima
rencana tersebut dengan perubahan.
Causa Efisien atau Asal Mula Karya
Causa efisien atau asal mula karya adalah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau
PPKI yang menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara (sebelum ditetapkan PPKI,
istilahnya masih calon dasar filsafat negara).
Menurut prof. Dr. Notonegoro, nilai-nilai pancasila dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau
kebutuhan ragawi manusia.
2. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian meliputi :
a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia;
b. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia;
c. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa)
manusia;
d. Nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang
bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Latar Belakang
Dalam rangka aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
pemerintah Republik Indonesia memandang perlu dilakukan pembinaan ideologi Pancasila
terhadap seluruh penyelenggara negara yang terencana, sistematis, dan terpadu. Pada 19 Mei
2017, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017
tentang Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila. Namun demikian, UKP-PIP dirasa
perlu disempurnakan dan direvitalisasi organisasi maupun tugas dan fungsinya dan Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2017 perlu diganti dalam rangka penguatan pembinaan ideologi
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Atas dasar pertimbangan
tersebut, pada tanggal 28 Februari 2018, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan
Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Dengan revitalisasi
dari bentuk unit kerja menjadi bentuk badan, diharapkan BPIP akan tetap existing walaupun
pemerintahannya terus berganti. Dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018, maka
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Tugas
BPIP memiliki tugas membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi
Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila
secara menyeluruh dan berkelanjutan, dan melaksanakan penyusunan standardisasi pendidikan
dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, serta memberikan rekomendasi
berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila
kepada lembaga tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial
politik dan komponen masyarakat lainnya.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, BPIP menyelenggarakan fungsi, antara lain:
Perumusan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila;
Penyusunan garis-garis besar haluan ideologi Pancasila dan peta jalan pembinaan ideologi
Pancasila;
Penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja dan program pembinaan ideologi Pancasila;
Koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila;
Pengaturan pembinaan ideologi Pancasila;
Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pengusulan langkah dan strategi untuk memperlancar
pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila;
Pelaksanaan sosialisasi dan kerja sama serta hubungan dengan lembaga tinggi negara,
kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan komponen
masyarakat lainnya dalam pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila;
Pengkajian materi dan metodologi pembelajaran Pancasila;
Advokasi penerapan pembinaan ideologi Pancasila dalam pembentukan dan pelaksanaan
regulasi;
Penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan Pancasila serta menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan; dan
Perumusan dan penyampaian rekomendasi kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan
Pancasila.
Organisasi
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018, susunan organisasi BPIP terdiri atas:
Dewan Pengarah, yang terdiri atas Ketua dan Anggota. Dewan Pengarah berjumlah paling
banyak 11 orang, yang terdiri atas unsur tokoh kenegaraan, tokoh agama dan masyarakat,
tokoh purnawirawan Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia,
pensiunan pegawai negeri sipil, dan akademikus. Dewan Pengarah mempunyai tugas
memberikan arahan kepada pelaksana terkait arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila.
Pelaksana, yang terdiri atas Kepala, Wakil Kepala, Sekretariat Utama, Deputi Bidang
Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan, Deputi Bidang Hukum,
Advokasi, dan Pengawasan Regulasi, Deputi Bidang Pengkajian dan Materi, Deputi Bidang
Pendidikan dan Pelatihan, serta Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi. Kepala
mempunyai tugas memimpin dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi
BPIP, dan dalam melaksanakan tugasnya, Kepala memerhatikan arahan Ketuan Dewan
Pengarah.
Dewan Pengarah, Kepala, dan Wakil Kepala diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Masa
tugas Dewan Pengarah, Kepala, dan Wakil Kepala berlaku untuk 1 (satu) periode selama 5 (lima)
tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya. Kepala dan/atau Wakil
Kepala melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden melalui Ketua Dewan Pengarah
paling sedikit 1 (satu) kali setiap 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Dewan Pengarah
Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila adalah unsur pimpinan BPIP yang secara
kelembagaan dipimpin oleh seorang Ketua yang memiliki tugas untuk memberikan arahan dan
panduan kepada Pelaksana terkait arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila. Dewan Pengarah
terdiri atas Ketua dan Anggota. Dewan Pengarah mempunyai tugas memberikan arahan kepada
pelaksana terkait arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila. Dewan Pengarah berjumlah
paling banyak orang 11 orang, yang terdiri atas unsur:
1. Tokoh kenegaraan;
2. Tokoh agama dan masyarakat;
3. Tokoh purnawirawan Tentara Nasional Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pegawai
Negeri Sipil dan akademisi.
Politik Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia merupakan kumpulan kebijakan negara untuk
mengatur hubungan luar negeri Indonesia, yang menganut ideologi bebas aktif dimana:
1. Bebas artinya Indonesia tidak terikat oleh suatu ideologi atau politik dari negara manapun
sehingga Indonesia bebas berhubungan dengan negara manapun.
2. Bebas artinya negara Indonesia mempunyai hak penuh menentukan sikap dan kehendaknya
sendiri sebagai bangsa yang berdaulat sehingga negara boleh menentukan sikap tidak
memihak negara manapun dalam menghadapi pertentangan antara kekuasaan - kekuasaan
manapun didunia.
3. Aktif artinya Indonesia giat melaksanakan hubungan persahabatan dan kerjasama baik
regional maupun internasional, Indonesia turut bekerja untuk kepentingan bersama
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
4. Aktif artinya negara Indonesia dalam perannya didunia Internasional harus berperan dalam
menciptakan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.