Anda di halaman 1dari 3

mencanangkan Kampanye Imunisasi Japanese Encephalitis (JE) di halaman SMP

Negeri 1 Tabanan Bali. Kampanye ini merupakan dari kegiatan introduksi


imunisasi JE untuk mencegah penyakit radang otak (Ensefalitis) dengan
meningkatkan kekebalan spesifik individu terhadap virus JE.

''Hari ini kita akan canangkan dimulainya kampanye Imunisasi Japanese


Encephalitis di seluruh Provinsi Bali. Kegiatan ini akan berlangsung selama dua
bulan penuh dengan sasarannya adalah anak berusia 9 bulan sampai kurang dari
15 tahun'', tutur Menkes.

Tahun ini, introduksi imunisasi JE akan dimulai di provinsi Bali. Kegiatan introduksi
ini didahului dengan Kampanye Imunisasi JE yakni upaya pemberian imunisasi JE
secara massal pada Maret sampai dengan April 2018, termasuk sweeping.
Kegiatan sweeping dilakukan untuk menjangkau sasaran yang belum diberikan
imunisasi karena sakit, sedang bepergian, orang tua yang sibuk, atau tidak
mengetahui mengenai adanya kampanye imunisasi JE maupun alasan lainnya.
Sebagai bagian dari catch up campaign di daerah endemis JE di Indonesia,
imunisasi JE diberikan pada seluruh anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari
15 tahun. Untuk selanjutnya, imunisasi JE akan masuk ke dalam jadwal imunisasi
rutin di Bali dan diberikan pada anak usia 10 bulan.

Kampanye imunisasi JE dilaksanakan dengan tujuan untuk mengendalikan


penyakit JE di daerah berisiko JE. Secara khusus, diharapkan introduksi imunisasi
JE mampu menurunkan angka kasus AES dan menurunkan angka kesakitan akibat
penyakit JE.

Pelayanan imunisasi dilakukan di pos pelayanan imunisasi yang telah ditentukan,


antara lain Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak,
SD/MI/sederajat, SDLB dan SMP/MTs/sederajat dan SMPLB, Posyandu, Polindes,
Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.

Dalam pelaksanaannya, anak-anak akan diberikan 1 dosis (0,5 mL) secara suntikan
subkutan. Pada anak usia 9-12 bulan, penyuntikan dilakukan pada paha lateral
kanan sedangkan pada anak usia >12 bulan, penyuntikan dilakukan pada area
deltoid di lengan kanan. Vaksin yang digunakan sudah mendapatkan rekomendasi
atau Pre Qualified (PQ) dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan sertifikat
pelulusan bets/lot(batch/lot release certificate) dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM). Vaksin ini terbukti aman dan efektif untuk mencegah penyakit
JE serta telah digunakan di berbagai negara di dunia. Meski demikian, tetap perlu
dipastikan bahwa anak yang akan diimunisasi berada dalam kondisi sehat dan
dapat menerima imunisasi JE.

Virus JE merupakan penyebab utama kejadian penyakit Ensefalitis virus di Asia,


termasuk di Indonesia. Manusia dapat terinfeksi virus JE karena ini merupakan
penyakit bersumber binatang (zoonosis) yang ditularkan melalui vektor penyebar
virus JE yaitu nyamuk Culex yang terinfeksi virus JE. Jenis nyamuk yang banyak
ditemukan di sekitar rumah antara lain area persawahan, kolam atau selokan
(daerah yang selalu digenangi air). Sedangkan reservoarnya adalah babi, kuda dan
beberapa spesies burung. Jadi manusia merupakan inang terakhir (dead-end
hosts).

''JE dapat menimbulkan kematian, bila bertahan biasanya terdapat gejala sisa
yang berat termasuk kelumpuhan dan keterbelakangan mental'', ujar Menkes.

Hasil surveilans sentinel tahun 2016 yang dilakukan di 11 provinsi di Indonesia


menunjukkan bahwa terdapat 326 kasus Acute Encephalitis Syndrome (AES)
dengan 43 kasus (13%) diantaranya positif JE. Seperti kita ketahui bahwa tanda
klinis dari JE tidak dapat dibedakan dengan penyebab lain dari Acute Encephalitis
Sindrom (AES), sehingga konfirmasi laboratorium menjadi sangat penting. Kasus
JE adalah kasus AES yang telah dikonfirmasi positif dengan pemeriksaan
laboratorium (IgM) positif.

Sebanyak 85% kasus JE di Indonesia terdapat pada kelompok usia 15 tahun dan
15% pada kelompok usia >15 tahun. Data surveilans kasus JE di Indonesia tahun
2016 menunjukkan bahwa terdapat sembilan provinsi yang melaporkan adanya
kasus JE, diantaranya adalah Provinsi Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Nusa
Tenggara Timur, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat,
dan Kepulauan Riau, dengan kasus JE terbanyak terdapat di provinsi Bali.

Data tersebut menguatkan langkah pemerintah dalam hal ini Kementerian


Kesehatan untuk melakukan introduksi atau pengenalan vaksin baru untuk
mencegah infeksi JE. Introduksi imunisasi JE ini telah direncanakan sejak lama dan
matang oleh Pemerintah.

Dalam sambutannya, Menkes menekankan bahwa keberhasilan suatu negara


untuk bersaing di dunia internasional sangat ditentukan oleh kualitas sumber
daya manusianya. Oleh karena itu, salah satu upaya dari Pembangunan Kesehatan
adalah mewujudkan Bangsa Indonesia yang sehat, bermutu, produktif dan
berdaya-saing. Upaya ini harus dimulai sejak bayi masih dalam kandungan,
dilanjutkan setelah bayi lahir, ketika masa kanak-kanak, hingga masa dewasa.
Salah satu cara efektif dalam mencegah penyakit adalah dengan memberikan
imunisasi pada masa bayi, kanak-kanak, dan dewasa.

''Sampai saat ini belum ada obat untuk JE dan imunisasi adalah cara yang paling
efektif untuk mencegah JE pada manusia. Karena itu, diperlukan upaya sungguh-
sungguh untuk mensukseskan Kampanye Imunisasi JE ini'', tandas Menkes.

Di akhir sambutannya, Menkes optimis bahwa kampanye ini bisa mencakup 95%
dari total sasaran 962.810 anak, sehingga tercipta kekebalan terhadap virus JE
seperti yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai