Anda di halaman 1dari 36

1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Selada merupakan salah satu sayuran daun yang digemari oleh masyarakat.
Selada biasanya dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai lalapan. Restoran-restoran
serta hotel juga menggunakan selada dalam masakannya, misalnya salad, hamburger,
dan gado-gado. Selada memiliki berbagai kandungan gizi, seperti serat, vitamin A,
dan zat besi. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk serta kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan maka permintaan konsumen terhadap selada semakin
meningkat. Menurut data USDA (2010), kandungan zat besi dalam 100 g selada daun
sekitar 0,86 mg. Kandungan zat besi tersebut diduga masih dapat ditingkatkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia terhadap zat besi setiap harinya. (Zuhaida, dkk, 2011)
Selada merupakan sayuran daun yang berasal dari daerah (Negara) beriklim
sedang. Menurut sejarahnya, tanaman initelah dibudidayakan sejak 2500 tahun yang
lalu. Beberapa literatur menyebutkan, bahwa budidaya selada telah dilakukan tahun
500 SM. Jenis selada daun yang tidak membentuk krop telah dikenal 2000 tahun yang
lalu. (Rukmana, 2005)
Di Indonesia, selada merupakan sayuran yang tergolong baru dikenal oleh
masyarakat luas. Dahulu, jenis sayuran yang di dunia internasional dikenal dengan
nama lettuce ini hanya dinikmati oleh masyarakat Eropa dan Amerika saja. Namun,
kini selada sudah banyak dikenal di bergai lapisan masyarakat. Mula-mula sayuran
ini memang di impor, tetapi sekarang sudah banyak dibudidayakan, bahkan telah
diekspor (Novary, 2012)
Permintaan sayur khususnya pasar ekspor belum sepenuhnya terpenuhi. Hal
ini disebabkan oleh pola tanam yang tidak seragam dan teratur. Sebagai sumber
makanan, sayuran bermanfaat sebagai sumber energi. Untuk mencukupi kebutuhan,
peningkatan produksi dan konsumsi merupakan langkah strategis yang perlu diambil
pemerintah. (Anggraini, 2010)
Peningkatan produksi tanaman dapat dilakukan dengan teknik budidaya yang
memiliki efisien dan efektivitas yang tinnggi. Teknik budidaya secara hidroponik
2

merupakan salah satu upaya intensifikasi yang pada akhirnya akan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan lahan dan penggunaan pupuk. Hidroponik
sebagai suatu teknik budidaya tanaman tan pa tanah yang menggunakan prinsip
penyediaan larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman secara teratur (Sugara,
2012).
Minimnya ketersediaan unsur organik di dalam tanah menyebabkan
rendahnya produktivitas tanaman selada. Food Agriculture Organization (2007 dalam
Purwanti 2009) menyatakan bahwa pada tahun 2005 produksi selada di Indonesia di
bawah 1000 ton sedangkan konsumsi selada sebesar 300 ribu ton. Untuk dapat
memenuhi kebutuhan tersebut selada harus diimpor dari beberapa Negara asing.
(Wulandari, dkk, 2013)

I.2. Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk
Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanam Tanaman Caisim
(Brassica juncea L.)

I.3. Kegunaan Percobaan


Adapun kegunaan dari percobaan ini adalah sebagai salah satu komponen
penilaian di Laboratorium MPT Hortikultura Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, serta sebagai bahan informasi
bagi pihak yang membutuhkan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3

1.1. Botani Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

Klasifikasi dari tanaman selada (Lactuca sativa L.) yaitu:


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiosermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Lactuca
Spesies : Lactuca sativa L.
Tipe liar selada, sering memilliki daun dan batang yang berduri, tidak
membentuk kepala dan berasa pahit, dan mengandung banyak getah. Domestikasi
tanaman ini mungkin ditekantan untuk memperoleh tanaman yang tidak berduri,
lambat bolting, berbiji besar dan tidak menyebar, tidak bergetah, dan tidak pahit.
Yang lain meliputi: tunas liar lebih sedikit, daun lebih besar dan lebar, dan
membentuk kepala. Selada yang membentuk kepala adalah tanaman yang
dibudidayakan agak lebih kini, yang pertama kali dinamakan sebagai selada kubis
pada tahun 1543 (Rubatzky dan Yamaguuchi, 2005).
Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar
serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman
20-50 cm atau lebih. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap
oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi. (Sagala,
2010)
Tanaman selada memiliki batang sejati. Batang selada krop sangat pendek
dibanding dengan selada daun dan selada batang. Batangnya hampir tidak terlihat dan
terletak pada bagian dasar yang berbeda di dalam tanah. Diameter batang selada krop
juga lebih kecil yaitu berkisar antara 2-3 cm dibanding dengan selada batang yang
diameternya 5,6-7 cm dan selada daun yang diameternya 2-3 cm. (Sagala, 2010)
4

Bunga selada berbentuk dompolan (inflorescence). Tangkai bunga bercabang


banyak dan setiap cabang akan memebentuk anak cabang. Pada dasarnya bunga
terdapat daun-daun kecil, namun semakin ke atas daun tersebut tidak muncul.
Bunganya berwarna kuning. Setiap krop panjangnya antara 3-4 cm yang
dilindungi oleh beberapa lapis daun pelindung yang dinamakan volucre. Setiap krop
mengandung sekitar 10-25 floret atau anak bunga yang mekarnya serentak. (Sagala,
2010)
Biji selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, berwarna coklat, serta berukuran
sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan lebar satu milimeter. Biji selada
merupakan biji tertutup dan berkepinng dua, dan dapat digunakan untuk perbanyakan
tanaman. (Sagala, 2010)
Umur panen selada berbeda-beda menurut kultivar dan musim, berkisar antara
30 hari dan 85 hari setelah pindah tanam. Bobot selada sangat beragam mulai dari
100g sampai 400g, bobot ini dapat dicapai pada budidaya di lahan terbuka dengan
jarak tanam 20 cm antar tanaman. (Setiawan, 2007)

2.1.1. Syarat Tumbuh

1. Iklim

Tanaman ini umumnya ditanam pada penghujung musim penghujan, karena


termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Pada musim kemarau, tanaman ini
memerlukan enyiraman yang cuku teratur. Selain tidak tahan terhadap hujan, tanaman
selada juga tidak tahan terhadap sinar matahari yang terlalu panas. (Handayani, 2011)
Daerah yang cocok untuk penanaman selada sekitar ketinggian 500-2.000 m
dpl. Contoh sencra selada yaitu Batu dan Tengger (Jawa timur); Tawangmangu,
Bandungan, dan Dieng (Jawa Tengah). Di dalam dataran rendah, tanaman selada
juga bisa tumbuh, tetapi krop yang terbentuk kurang baik. (Pracaya, 2002)
5

Daerah-daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian 5-2.200


meter diatas permukaan laut. Selada krop biasanya memebentuk krop bila ditanam di
dataran tinggi, tapi ada beberapa varietas selada krop yang dapat membentuk krop di
dataran rendah seperti varietas great lakes dan Brando. (Handayani, 2011)

2. Tanah

Tanaman selada tumbuh baik pada tanah dataran tinggi tropik. Didataran
rendah, pembentukan krop kurang baik. Tanaman selada menghendaki tanah yang
remah, subur banyak mengandung bahan organik dan berdrainase baik. Tanaman
untuk pertumbuhan vegetatif membutuhkan air yang cukup banyak. (Ashari, 2005)
Selada tumbuh baik pada tanah yang subur dan banyak mengandung humus.
Tanah yang banyak mengandung pasir dan lumbur baik sekali untuk
pertumbuhannya. Mesikipun demikian tanah jenis lain seperti lempung berdebu dan
lempung berpasir juga dapat digunakan sebagai media tanam selada (Handayani,
2011)
Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah. Namun,
pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang
cukup mengandung bahan organik, gembur, remah, dan tidak mudah tergenang air.
Selada tumbuh baik dengan pH tanah 6,0-6,8 atau idealnya 6,5. Bila pH terlalu
rendah perlu dilakukan pengapuran (Pracaya, 2002)

2.1.2. Pupuk Kandang Sapi


Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air
dan lendir. Pupuk kandang selain ketersediaan unsur-unsur bagi tanaman, juga
mengembangkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Mikroorganisme
berperan mengubah seresah dan sisa-sisa tanaman menjadi humus yang melalui
6

proses dekomposisi, senyawa-senyawa tertentu disintesa menjadi bahan-bahan yang


berguna bagi tanaman.
Komposisi unsur hara pada pupuk kandang sapi padat terdiri atascampuran
0,40% N, 0,20% P2O5 Dan 0,10 K2O. Pupuk kandang yang sudah siap di gunakan
apabila tidak terjadi lagi penguraian oleh mikroba. Pupuk kandang di berikan sebagai
pupuk dasar, yakni dengan cara menebarkan secara merata di seluruh lahan.
Pupuk kandang dari kotoran sapi memiliki kandungan serat yang tinggi. Serat
atau selulosa merupakan senyawa rantai karbon yang akan mengalami proses
dekomposisi lebih lanjut. Proses dekomposisi senyawa tersebut memerlukan unsur N
yang terdapat dalam kotoran. Sehingga kotoran sapi tidak dianjurkan untuk
diaplikasikan dalam bentuk segar, perlu pematangan atau pengomposan terlebih
dahulu. Apabila pupuk diaplikasikan tanpa pengomposan, akan terjadi perebutan
unsur N antara tanaman dengan proses dekomposisi kotoran.Selain serat, kotoran
sapi memiliki kadar air yang tinggi. Atas dasar itu, para petani sering menyebut
kotoran sapi sebagai pupuk dingin. Tingginya kadar air juga membuat ongkos
pemupukan menjadi mahal karena bobot pupuk cukup berat. Kotoran sapi telah
dikomposkan dengan sempurna atau telah matang apabila berwarna hitam gelap,
teksturnya gembur, tidak lengket, suhunya dingin dan tidak berbau (Alamtani, 2013).
Pengaruh pemberian pupuk kandang sapi sebagai sumber bahan organik
terhadap sifat kimia tanah antara lain: sebagai salah satu sumber unsur hara,
meningkatkan KTK tanah, meningkatkan ketersediaan fosfor tanah. Bahan organik
juga berpengaruh terhadap sifat kimia tanah, terutama dalam hal menyerap dan
menyediakan kation bagi tanaman.Dilain pihak bahan organik yang telah melapuk
mempunyai kapasitas tukar kation lebih besar dibandingkan dengan koloida mineral,
sehingga koloid organik dapat berfungsi sebagai buffer dalam tanah.Dari rangkuman
beberapa hasil penelitian bahwa penambahan bahan organik kedalam tanah dapat
memperbaiki beberapa hal seperti meningkatkan N total, P tersedia, C organik, K-dd,
Ca-dd, KTK dan unsur mikro seperti Zn dan menurunkan Al-dd dibandingkan
terhadap tanpa perlakuan bahan organik. Terlihat bahwa semakin tinggi taraf bahan
organik dalam tanah cenderung semakin memperbaiki sifat kimia tanah.Tidak dapat
7

dihindari bahwa saat penambahan bahan organik kedalam tanah, sejumlah mikroba
juga ditambahkan ke dalam tanah.Agar produktivitas tanah dapat ditingkatkan, harus
ada usaha untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan kandungan bahan
organik tanah, penggunaan bahan organik di lahan kering, dapat memperbaiki
pertumbuhan dan produksi tanaman (Lumbanraja, 2012).
Sebagai pengaruh positif dari pemberian pupukkandang setara dengan 20
ton/ha terjadi pengaruh nyata kenaikan kadar air tanah pada pengamatan 72 jam
setelah penjenuhan untuk tanah dengan perlakuan inkubasi pupukkandang selama 30
hari adalah dengan terjadinya kandungan kadar air tanah yang meningkat, dalam hal
ini peningkatan kadar air yang terjadi adalah sebesar 6% dari tanah tanpa pemberian
pupuk kandang.
Kenaikan kadar air sebesar 6% sebagai pengaruh dari aplikasi pupukkandang
tersebut merupakan data yang menguatkan bahwa dari berbagai permasalahan tanah
berpasir satu dari antaranya yaitu peningkatan kapasitas pegang air tanah yang rendah
dapat teratasi. Meskipun peningkatan ini hanya terjadi pada satu kali saja dari
berbagai pengukuran kadar air tanah yang dilakukan, namun hal ini sudah merupakan
hal yang mendukung dalam hal adanya pengaruh yang memperbaiki kondisi tanah
berpasir dengan pemberian pupuk kandang tersebut.
Ini menjadi satu bukti yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui
bahwa pupuk kandang mampu menekan penguapan air secara langsung dari dalam
tanah. Berdasarkan hasil analisis kadar dan tingkat kandungan hara pupuk kandang
sapi adalah : C-organik 15,94% (sangat tinggi), N-total 1,36% (sangat tinggi), C/N
12,96, P-Bray 2 370,00 ppm (sangat tinggi), K-dapat tukar 2,40 m.e/100 g (sangat
tinggi), Na-dapat tukar 0,24 m.e/100 g (rendah), Ca-dapat tukar 5,14 m.e/100 g
(sedang), Mg-dapat tukar 1,30 m.e/100g (sedang), KTK 13,14 m.e/100 g (rendah)
(Lumbanraja dan Harahap, 2015).
Pupuk kandang sapi dianggap sebagai pupuk lengkap karena mempunyai
fungsi yang kompleks sebagai berikut:
a. Menyediakan unsur hara bagi tanaman dengan kandungan zat hara
yang lengkap dan berimbang,
8

b. memperbaki struktur tanah karena adanya bahan organik yang telah


mengalami penguraian oleh mikroorganisme sehingga memantapkan
agregat tanah,
c. memperbaiki daya serap tanah terhadap air, dimana kemampuan tanah
menyerap air lebih besar sehingga berpengaruh positif terhadap hasil
tanaman terutama pada musim kemarau,
d. memperbaiki sifat biologi tanah, dimana bahan organik dimanfaatkan
oleh mikroorganisme tanah sebagai sumber energi untuk menghasilkan
energi dalam proses penguraian bahan organik sebelum diserap oleh
akar tanaman dalam bentuk yang tersedia (Robentus, 2012).
Pemberian pupuk kandang sapi terhadap tanaman sangat dipengaruhi
olehdosis yang tepat.Untuk merangsang pertumbuhan tanaman guna mencapai hasil
yang maksimal, pemakaian pupuk kandang sebaiknya diimbangi dengan pupuk hayati
supaya keduanya saling melengkapi, sehingga tercipta tanah yang kaya zat hara,
dengan struktur tanah yang gembur. Media tanam harus berupa media tanah yang
baik (remah dan gembur) untuk pertumbuhan perakaran tanaman (Akiyat, dkk.,
2005).Ciri-ciri pupuk kandang sapi yang siap pakai adalah bentuknya sudah berupa
tanah yang gembur, tampak kering dengan warna cokelat tua dan tidak berbau
(Robentus, 2012).
Hasil penelitian Batubara (1997), diperoleh bahwa pemberian pupuk kandang
sapi sebanyak 15 ton per hektar pada tanaman selada memberikan peningkatan tinggi
tanaman sebesar 96,2%, berat basah panen 99,3%, berat basah jual 93,9%,
dibandingkan dengan tanpa
pemberian pupuk kandang sapi.
9

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu Dan Tempat


Praktikum mata kuliah MPT Hortikultura berjudul Pengaruh Pemberian
Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Produktivitas Tanaman
Selada (Lactuca sativa) yang di laksanakan pada bulan September-Oktober 2019
Puku 08.00 - 10:00 WIB. Tempat pratikum yaitu Di Lahan Praktek Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Kelurahan Tanjuang Gadang
Payakumbuh Barat.

3.2. Alat Dan Bahan


10

a. Alat

Adapun alat yang digunakan pada pratikum ini: Cangkul, Tali raffia,
Label Nama, Label Sampel, Gembor, Alat Tulis, Meteran.

a. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada pratikum ini antara lain : Air,
Lahan pratikum, Pupuk kandang sapi, pupuk UREA 12 g, SP36 6 g dan KCL
6 g, Bibit Selada.

3.3. Rancangan percobaan


Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan.
Dalam 1 petak terdapat tanaman caisim 8 dan dalam setiap tanaman di ambil 2 sampel.
A. 0 ton/Ha
B. 1.2 ton/Ha
C. 2.4 ton/Ha
D. 3.6 ton/Ha
Data hasil pengamatan dirata-ratakan dan dianalisis secara statistika dengan uji F
pada taraf nyata 5 % bila F hitung besar dari F tabel maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s
New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5 %.

3.4. Pelaksanaan Penelitian


a. Persiapan Bibit

Bibit selada yang digunakan adalah benih berasal dari pembibitan di


Tj. Pati purwajaya, syarat bibit selada yaitu, berumur 17 hari.

b. Penyiapan Lahan

Lahan percobaan dibersihkan dari gulma, kemudian dilakukan


pengolahan tanah pertama dengan cara mencangkul sampai kedalaman
30 cm dan dibiarkan selama 1 minggu. Selanjutnya dilakukan
pengolahan tanah ke dua dengan menghancurkan bongkahan tanah
sampai diperoleh tanah untuk petakan yang gembur dan di berikan
11

perlakuan, kemudian dibuat petak-petak percobaan dengan ukuran 120


cm x 100 cm dan tinggi petakan 40 cm, sedangkan jarak petak dalam
kelompok dan antar kelompok 50 cm.

c. Pemberian pupuk kandang sapi

Pemberian dengan cara mengaduk dan tanah dengan pupuk


kandang gunakan cangkul sesuai dengan perlakuan masing-masing, lalu
dibiarkan selama 1 minggu dengan dosis UREA 12 g, SP36 6 g, NPK 6
g.

d. Penanaman Benih
Sebelum ditanam tanah disiram dulu dengan air supaya lembab,
kemudian buat lubang dengan kedalaman 5 cm, kemudian sobek
polybag bibit selada, kemudian tanaman bibit selada dengan jarak
tanam 20 cm x 20 cm Kemudian dilakukan pemilihan tanaman sampel
secara acak.

e. Pemasangan Label

Label dipasang pada setiap petak-petak percobaan sesuai dengan


perlakuan. Label di pasang setelah pengolahan tanah.

3.4. Pemeliharaan
a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan cara menyeluruh sampai petak percobaan


menjadi lembab. Penyiraman dengan menggunakan gembor. Penyiraman di
lakukan pada pagi hari dan sore hari.

b.Penyulaman
12

Penyulaman dilakukan pada tanaman selada yang mati di sebabkan virus


yang menyerang.yang tidak tumbuh. Penyulaman dilakukan dengan
menanam kembali bibit selada kedalam lobang yang sama. Penyulaman
dilakukan sampai tanaman berumur 2 mst.

c. Penyiangan dan Pembumbunan


Penyiangan dan pembumbunan dilakukan bersamaan pada umur 7 hari
dan pada umur 14 hari dengan cara mengangkat tanah dan menumpukkan
sampai ke pangkal tanaman.

d.Pengendalian Hama dan Penyakit

Dilihat di lapangan tanaman tidak dilakukan penyemprotan karena


serangan hama dan penyakit belum melampaui ambang batas.

3.6. Parameter Pengamatan

Pengamatan pertumbuhan dilakukan pada saat pemanenan, pengamatannya meliputi:

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari permukaan tanah (pangkal batang)


sampai ujung daun tertinggi dari tanaman. Pengukuran tinggi tanaman
menggunakan rol atau meteran.

2. Panjang Daun Terpanjang (cm)

Pengukuran panjang daun terpanjang ini dilakukan dengan cara mengukur


daun tanaman selada yang terpanjang yaitu mulai dari pangkal tangkai daun
sampai ujung daun melalui ibu tulang daun.

3. Lebar Daun Terlebar (cm)


13

Pengukuran lebar daun terlebar dilakukan dengan memilih daun terlebar pada
saat pengamatan, pengukuran dimulai dari pinggir daun sebelah kiri sampai
pinggir daun sebelah kanan dan tegak lurus dengan ibu tulang daun.

4. Jumlah Daun Tanaman (helai)

Penghitungan jumlah daun dihitung berapa banyak daun tanaman selada yang
telah membuka pada saat pengamatan.

5. Berat Per Tanaman

Penimbangan berat per tanaman dilakukan setelah pemanenan yaitu dengan


mencabut tanaman secara hati-hati agar tanaman tidak rusak dan akar tidak putus.
Tanaman dibersihkan dengan air dari tanah-tanah yang menempel, setelah itu
tanaman dikering anginkan selama ± 15 menit kemudian ditimbang. Kemudian di
lakukan penimbangan per sampel, yaitu sampel 1 dan 2.

6. Berat Tanaman Per Petak

Penimbangan berat tanaman per petak dilakukan setelah pemanenan yaitu


dengan mencabut tanaman secara hati-hati agar tanaman tidak rusak dan akar
tidak putus. Tanaman dibersihkan dengan air dari tanah-tanah yang menempel,
setelah itu tanaman dikering anginkan selama ± 15 menit kemudian ditimbang.
Kemudian di lakukan penimbangan dengan menggabungkan semua tanaman per
petak dalam satu wadah.
14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Selada


1. Tinggi Tanaman

Kelompok
Perlakuan
I II III

A 12,00 13,50 15,00

B 17,00 16,00 16,00

C 15,00 15,00 15,50


D 12,50 15,00 11,50
15

Grafik Tinggi Tanaman Selada

2. Lebar Daun

Kelompok
Perlakuan

I II III

A 6,50 6,50 13,00

B 7,00 6,00 7,00

C 6,50 6,50 6,50

D
7,00 7,00 6,50

Grafik Lebar Daun Tanaman Selada


16

3. Jumlah Daun

Kelompok
Perlakuan

I II III

A 14,00 18,50 13,00

B 13,00 13,50 15,00

C 14,00 18,00 15,50

D
13,00 18,00 13,50

Grafik Jumlah Daun Tanaman Selada


17

4. Berat Tanaman Selada Per sampel

Kelompok
Perlakuan

I II III

A 95,00 100,00 100,00

B 75,00 115,00 75,00

C 95,00 75,00 115,00

D 125,00 75,00 75,00

Grafik Berat Tanaman Per Sampel


18

5. Berat Tanaman Per Petak

Kelompok
Perlakuan

I II III

A 4,00 4,00 4,00

B 5,00 5,00 3,50

C 5,00 5,00 6,00

D 3,00 3,50 4,00

Grafik Berat Tanaman Per Petak


19

6. Berat Tanaman Per Ha

Kelompok
Perlakuan

I II III

A 33,33 33,33 33,33

B 41,67 41,67 29,17

C 41,67 41,67 50,00

D 25,00 29,17 33,33


20

Grafik Berat Tanaman Per Ha

4.1.1. Analisis Data pada Tanaman Caisim


1. Tinggi Tanaman

Kelompok
Perlakuan Total Rerata
I II III

A 12,00 13,50 15,00 40,50 13,50

B 17,00 16,00 16,00 49,00 16,33

C 15,00 15,00 15,50 45,50 15,17


D 12,50 15,00 11,50 39,00 13,00

Total 56,50 59,50 58,00 174,00 58,00

Rerata 14,67 14,83 15,50 45,00 15,00

Tabel Sidik Ragam


21

Sumber D F F Tabel
JK KT Kesimpulan
Keragaman b Hitung 5%

Perlakuan
3 21,17 7,06 3,95 Ns 4,76
Kelompok
2 1,13 0,56 0,32 Ns 5,14
Galad
6 10,71 1,78
Total
11 33,00
Ns) Non signifikan

Kesimpulan :
 F hitung 3,95% <F tabel 4,76%
 F hitung 0,32 % < F tabel 5,14%
Maka data non signifikan

2. Lebar Daun

Kelompok
Perlakuan Total Rerata
I II III
A 6,50 6,50 13,00 26,00 8,67
B 7,00 6,00 7,00 20,00 6,67
C 6,50 6,50 6,50 19,50 6,50
D 7,00 7,00 6,50 20,50 6,83
Total 27,00 26,00 33,00 86,00 21,83
Rerata 6,75 6,50 8,25 21,83 7,28

Tabel Sidik Ragam


Sumber D Kesimpula F Tabel
JK KT F Hitung
Keragaman b n 5%
Perlakuan 3 9,17 3,06 0,84 Ns 4,76
22

Kelompok
2 7,17 3,58 0,98 Ns 5,14
Galad
6 21,83 3,64
Total
11 38,17
Ns) Non signifikan

Kesimpulan :
 F hitung 0,84% <F tabel 4,76%
 F hitung 0,98% < F tabel 5,14%
Maka data non signifikan

3. Jumlah Daun

Kelompok
Perlakuan Total Rerata
I II III

A 14,00 18,50 13,00 45,50 15,17

B 13,00 13,50 15,00 41,50 13,83

C 14,00 18,00 15,50 47,50 15,83


D 13,00 18,00 13,50 44,50 14,83
Total 54,00 68,00 57,00 179,00 14,92

Rerata 13,50 17,00 14,25 44,83 14,94

Tabel Sidik Ragam


Sumber D F Kesimpula F Tabel
JK KT
Keragaman b Hitung n 5%
Perlakuan
3 6,25 2,08 0,81 Ns 4,76
Kelompok
2 27,17 13,58 5,26 Ns 5,14
Galad
6 15,50 2,58
Total 11 48,92
23

Ns) Non Signifikan

Kesimpulan :
 F hitung 0.81% <F tabel 4.76%
 F hitung 5.26% < F tabel 5.14%
Maka data non signifikan

4. Berat Tanaman Per Sampel

Kelompok
Perlakuan Total Rerata
I II III
A 95,00 100,00 100,00 295,00 98,33
B 75,00 115,00 75,00 265,00 88,33
C 95,00 75,00 115,00 285,00 95,00
D 125,00 75,00 75,00 275,00 91,67
Total 390,00 365,00 365,00 1120,00 373,33
Rerata 97,50 91,25 91,25 280,00 93,33

Tabel Sidik Ragam


Sumber D Kesimpula F Tabel
JK KT F Hitung
Keragaman b n 5%
Perlakuan
3 166,67 55,56 0,10 Ns 4,76
Kelompok
2 104,17 52,08 0,09 Ns 5,14
Galad
6 3445,83 574,31
Total
11 3716,67
Ns) Non signifikan
24

Kesimpulan :
 F hitung 0,10% <F tabel 4,76%
 F hitung 0,09% < F tabel 5,14%
Maka data non signifikan

5. Berat Tanaman Per Petak

Kelompok
Perlakuan Total Rerata
I II III

A 4,00 4,00 4,00 12,00 4,00

B 5,00 5,00 3,50 13,50 4,50

C 5,00 5,00 6,00 16,00 5,33

D 3,00 3,50 4,00 10,50 3,50

Total 17,00 17,50 17,50 52,00 17,33

Rerata 4,25 4,38 4,38 13,00 4,33

Tabel Sidik Ragam


F F Tabel
Sumber D Kesimpula
JK KT Hitun
Keragaman b n 5%
g
Perlakuan
3 5,5 1,83 4,19 Ns 4,76
Kelompok
2 0,04 0,02 0,05 Ns 5,14
Galad
6 2,63 0,44
Total
11 8,17
Ns) Non signifikan
25

Kesimpulan :
 F hitung 0,10% <F tabel 4,76%
 F hitung 0,09% < F tabel 5,14%
Maka data non signifikan

6. Berat Tanaman Per Ha

Kelompok Total Rerata


Perlakuan
I II III

A 33,33 33,33 33,33 99,99 33,33

B 41,67 41,67 29,17 112,51 37,50

C 41,67 41,67 50,00 133,34 44,45

D 25,00 29,17 33,33 87,50 29,17

Total 141,67 145,84 145,83 433,34 144,45

Rerata 35,42 36,46 36,46 108,34 36,11

Tabel Sidik Ragam


F
Sumber D Kesimpula Tabel
JK KT F Hitung
Keragaman b n
5%
Perlakuan
3 382,14 127,38 0,05 Ns 4,76
Kelompok
2 2,89 1,45 0,00 Ns 5,14
Galad
6 15830,86 2638,48
Total
11 16215,89
Ns) Non signifikan
26

Kesimpulan :
 F hitung 0,05% <F tabel 4,76%
 F hitung 0,00% < F tabel 5,14%
Maka data non signifikan

4.2. Pembahasan
1. Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman selada pada pemberian beberapa


dosis pupuk kandang sapi setelah di analisis secara RAK (Rancangan Acak
Kelompok) dengan uji F pada taraf nyata 5% memperlihatkan bahwa pemberian
beberapa dosis pupuk kandang sapi 0 ton/ha, 1,2 ton/ha, 2,4 ton/ha, 3,6 ton/ha
menunjukkan perbedaan tidak nyata sesamanya terhadap tinggi tanaman selada, dapat
dilihat pada tabel 1, dan sidik ragamnya dapat dilihat pad lampiran 4.2.

Tabel 1. Tinggi Tanaman Selada Pada Pemberian Beberapa Dosis Pupuk


Kandang Sapi.

Dosis Pupuk Kandang Sapi Tinggi Tanaman (cm)


0 ton/Ha 13.50
1.2 ton/Ha 16.33
2.4 ton/Ha 15.17
3.6 ton/Ha 13.33
KK : 1.13%

Berbeda tidak nyatanya tinggi tanaman selada pada beberapa dosis pupuk
kandang sapi, di duga eratnya hubungannya dengan waktu penelitian yang singkat,
dimana pupuk kadang sapi yang diberikan belum tersedia bagi tanaman sehingga
belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Pupuk kandang merupakan pupuk yang
lambat bereaksi dan menyediakan unsur hara secara berangsur-angsur sehingga tidak
dapat diserap oleh tanaman secara lansung oleh tanaman.
27

Di samping itu pengolahan tanah yang baik, sehingga diperoleh media tanam
yang baik dan akar dapat tumbuh sebagaiman mestinya. Jika dilakukan pengolahan
tanah yang baik maka hara yang akan tersedia dengan baik untuk pertumbuhan
tanaman. Dan bibit yang digunakan bibit yang jenisnya sama, umurnya sama ketika
dipindahkan kelapangan, dengan demikian tanaman akan mendapatkan pertumbuhan
yang sama.

2. Lebar Daun
Hasil pengamatan terhadap lebar tanaman selada pada pemberian beberapa
dosis pupuk kandang sapi setelah di analisis secara RAK (Rancangan Acak
Kelompok) dengan uji F pada taraf nyata 5% memperlihatkan bahwa pemberian
beberapa dosis pupuk kandang sapi 0 ton/ha, 1.2 ton/ha, 2.4 ton/ha, 3.6 ton/ha
menunjukkan perbedaan tidak nyata sesamanya terhadap tinggi tanaman selada, dapat
dilihat pada tabel berikut:

Dosis Pupuk Kandang Sapi Lebar Daun (cm)


0 ton/Ha 8.67
1.2 ton/Ha 6.67
2.4 ton/Ha 5.50
3.6 ton/Ha 6.83
KK : 7.17

Angka-angka pada lajur di atas berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5 %

3. Jumlah Daun
Tabel 2. memperlihatkan bahwa pemberian beberapa dosis pupuk
kandang sapi 0 ton/ha, 1,2 ton/ha, 2,4 ton/ha, 3,6 ton/ha menunjukkan perbedaan
tidak nyata sesamanya terhadap tinggi tanaman selada.dapat di lihat pada tabel
berikut.
28

Dosis Pupuk Kandang Sapi Jumlah Daun


0 ton/Ha 15.17
1.2 ton/Ha 13. 83
2.4 ton/Ha 15.38
3.6 ton/Ha 14. 83
KK : 27.14%

Angka-angka pada lajur di atas berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5 %

Berbeda tidak nyatanya berat per sampel, berat tanaman per petak dan berat
tanaman per Ha pada beberpa dosis pupuk kandang sapi di duga erat kaitannya
dengan dengan pertumbuhan vegetatif sebelumnya seperti tinggi tanaman, jumlah
daun, lebar daun, semua parameter pengamatan ini menunjukkan perbedaan yang
tidak sesamanya.

3. Berat Per Sampel (gram), Berat Tanaman Per Petak (kg) Dan Berat Tanaman
per Ha
Hasil pengamatan terhadap berat pertanaman dengan berat tanaman per petak,
berat tanaman per Ha tanaman selada pad pemberian beberapa dosis pupuk
kandang sapi setelah di analisis secara statistika dengan uji F pada taraf 5% dapat
dilihat pada tabel 2.
29

Tabel 2. Berat Per Sampel (gram), Berat Tanaman Per Petak (kg) Dan Berat Tanaman per
Ha pada pemberian beberapa dosis pupuk kadang sapi.

Dosis Pupuk Berat Per Sampel Berat Tanaman Per Berat Tanaman per
Kandang Sapi (gram) Petak (Kg) Ha
0 ton/Ha 98.33 4.00 33.33
1.2 ton/Ha 88.33 4.50 37.50
2.4 ton/Ha 95.00 5.33 44,45
3.6 ton/Ha 91.67 3.50 29.17
KK 104.17% 0.04% 2.89%

Angka-angka pada lajur di atas berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5 %

Tabel 2. memperlihatkan bahwa pemberian beberapa dosis pupuk kandang


sapi 0 ton/ha, 1,2 ton/ha, 2,4 ton/ha, 3,6 ton/ha menunjukkan perbedaan tidak nyata
sesamanya terhadap tinggi tanaman selada.
Berbeda tidak nyatanya berat per sampel, berat tanaman per petak dan berat
tanaman per Ha pada beberpa dosis pupuk kandang sapi di duga erat kaitannya
dengan dengan pertumbuhan vegetatif sebelumnya seperti tinggi tanaman, jumlah
daun, lebar daun dan berat tanaman per sampel, semua parameter pengamatan ini
menunjukkan perbedaan yang tidak sesamanya.
30

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian beberapa
dosisis pupuk kandang 2.7 ton/ha telah meningkatkan berat per tanaman, berat
tanaman selada per petak dan berat tanaman per ha tanaman Selada.

5.2. Saran
Dalam percobaan ini dapat disarankan dalam budidaya tanaman selada dapat
diberikan pupuk kandang sapi 2.7 ton/ha.
31

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, T. 2010. Pengaruh Media Tanam Dan Pemberian Pupuk Organik Cair
Terhadap ertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Pada
Masa Tanam Ke-II. Universitas Muhammadiyah, Purwekerto.
Ashari, S. 2005. Hortikultura: Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.
Handayani, Y. 2011. Uji Kemiringan Talang Sistem Pertigasi Hidroponik NFT Pada
Budidaya Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). USU, Medan.
Haryanto, E, T. Suhartini, E. Rahayu, dan H.H. Sunarjo. 2007. Sawi dan Selada.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Nazari, A. P. D. 2010. Tanggap Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) terhadap
Pemberian Bokashi Kotoran Sapid an Air Kelapa. Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman. Samarinda.
Novary, E.W. Penangana dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik Di Kebun, Pot, Dan Polibag.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Rubatzky, V.E, dan M. Yamaguchi. 2005. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, dan
Gizi. ITB, Bandung.
Rukmana, R. 2005. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius, Yogyakarta.
Sagala, D.R. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Pada
Pemebrian Pupuk Organik Cair dan Kascing. USU, Medan.
Setiawan, L. 2007. Optimasi Konsentrasi Larutan Hara Pada Budidaya Selada
(Lactuca sativa L.) dengan Teknologi Hidroponik Sistem Teraung (THST).
IPB, Bogor.
32

Sugara, K. 2012. Budidaya Selada Keriting, Selada Lollo rossa Dana Selada Roaine
Secara Aeroponik Di Amazing Farm, Lembang, Bandung. IPB, Bogor.
Wulandari, R, Mulyati, Novi. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Jerami
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Selada Daun (Lactuca sativa L.). STKIP
PGRI, Sumatera Barat

Zuhaida, L, E. Ambarwati dan E. Sulistyaningsih. 2011. Pertumbuhan dan Hasil


(Lactuca sativa L.) Hidroponik Diperkaya Fe. Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
33

Lampiran 1. Denah Penempatan Petak Percobaan di Lapangan Menurut


Rancangan Acak Kelompok (RAK)

I II III

A B C
c
U
B C Db

C b
D A

D d d
A B
a

Keterangan :
I,II,III : kelompok
A,B,C : Perlakuan
a. Panjang petak : 120 cm (1.2 m)
b. Lebar petak : 100 cm (1 m)
c. Jarak petak dalam kelompok : 30 cm
d. Jarak petak antar perlakuan : 30 cm
34

Lampiran 3. Dokumentasi perlakuan D1, A2, D3


35

Lampiran 4. Dokumentasi Selama Melakukan Pengamatan Di Lapangan

Gambar 1 : Tanah yang selesai di olah Gambar 2 : Penanaman Bibit Selada

Gambar 1 : Penyiraman tanaman Gambar 4 : Selada Umur 2 minggu


36

Gambar 5 : Panen
Gambar 4 : Selada Umur 3 minggu

Anda mungkin juga menyukai