I. PENDAHULUAN
merupakan salah satu upaya intensifikasi yang pada akhirnya akan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan lahan dan penggunaan pupuk. Hidroponik
sebagai suatu teknik budidaya tanaman tan pa tanah yang menggunakan prinsip
penyediaan larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman secara teratur (Sugara,
2012).
Minimnya ketersediaan unsur organik di dalam tanah menyebabkan
rendahnya produktivitas tanaman selada. Food Agriculture Organization (2007 dalam
Purwanti 2009) menyatakan bahwa pada tahun 2005 produksi selada di Indonesia di
bawah 1000 ton sedangkan konsumsi selada sebesar 300 ribu ton. Untuk dapat
memenuhi kebutuhan tersebut selada harus diimpor dari beberapa Negara asing.
(Wulandari, dkk, 2013)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1. Iklim
2. Tanah
Tanaman selada tumbuh baik pada tanah dataran tinggi tropik. Didataran
rendah, pembentukan krop kurang baik. Tanaman selada menghendaki tanah yang
remah, subur banyak mengandung bahan organik dan berdrainase baik. Tanaman
untuk pertumbuhan vegetatif membutuhkan air yang cukup banyak. (Ashari, 2005)
Selada tumbuh baik pada tanah yang subur dan banyak mengandung humus.
Tanah yang banyak mengandung pasir dan lumbur baik sekali untuk
pertumbuhannya. Mesikipun demikian tanah jenis lain seperti lempung berdebu dan
lempung berpasir juga dapat digunakan sebagai media tanam selada (Handayani,
2011)
Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah. Namun,
pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang
cukup mengandung bahan organik, gembur, remah, dan tidak mudah tergenang air.
Selada tumbuh baik dengan pH tanah 6,0-6,8 atau idealnya 6,5. Bila pH terlalu
rendah perlu dilakukan pengapuran (Pracaya, 2002)
dihindari bahwa saat penambahan bahan organik kedalam tanah, sejumlah mikroba
juga ditambahkan ke dalam tanah.Agar produktivitas tanah dapat ditingkatkan, harus
ada usaha untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan kandungan bahan
organik tanah, penggunaan bahan organik di lahan kering, dapat memperbaiki
pertumbuhan dan produksi tanaman (Lumbanraja, 2012).
Sebagai pengaruh positif dari pemberian pupukkandang setara dengan 20
ton/ha terjadi pengaruh nyata kenaikan kadar air tanah pada pengamatan 72 jam
setelah penjenuhan untuk tanah dengan perlakuan inkubasi pupukkandang selama 30
hari adalah dengan terjadinya kandungan kadar air tanah yang meningkat, dalam hal
ini peningkatan kadar air yang terjadi adalah sebesar 6% dari tanah tanpa pemberian
pupuk kandang.
Kenaikan kadar air sebesar 6% sebagai pengaruh dari aplikasi pupukkandang
tersebut merupakan data yang menguatkan bahwa dari berbagai permasalahan tanah
berpasir satu dari antaranya yaitu peningkatan kapasitas pegang air tanah yang rendah
dapat teratasi. Meskipun peningkatan ini hanya terjadi pada satu kali saja dari
berbagai pengukuran kadar air tanah yang dilakukan, namun hal ini sudah merupakan
hal yang mendukung dalam hal adanya pengaruh yang memperbaiki kondisi tanah
berpasir dengan pemberian pupuk kandang tersebut.
Ini menjadi satu bukti yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui
bahwa pupuk kandang mampu menekan penguapan air secara langsung dari dalam
tanah. Berdasarkan hasil analisis kadar dan tingkat kandungan hara pupuk kandang
sapi adalah : C-organik 15,94% (sangat tinggi), N-total 1,36% (sangat tinggi), C/N
12,96, P-Bray 2 370,00 ppm (sangat tinggi), K-dapat tukar 2,40 m.e/100 g (sangat
tinggi), Na-dapat tukar 0,24 m.e/100 g (rendah), Ca-dapat tukar 5,14 m.e/100 g
(sedang), Mg-dapat tukar 1,30 m.e/100g (sedang), KTK 13,14 m.e/100 g (rendah)
(Lumbanraja dan Harahap, 2015).
Pupuk kandang sapi dianggap sebagai pupuk lengkap karena mempunyai
fungsi yang kompleks sebagai berikut:
a. Menyediakan unsur hara bagi tanaman dengan kandungan zat hara
yang lengkap dan berimbang,
8
a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada pratikum ini: Cangkul, Tali raffia,
Label Nama, Label Sampel, Gembor, Alat Tulis, Meteran.
a. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada pratikum ini antara lain : Air,
Lahan pratikum, Pupuk kandang sapi, pupuk UREA 12 g, SP36 6 g dan KCL
6 g, Bibit Selada.
b. Penyiapan Lahan
d. Penanaman Benih
Sebelum ditanam tanah disiram dulu dengan air supaya lembab,
kemudian buat lubang dengan kedalaman 5 cm, kemudian sobek
polybag bibit selada, kemudian tanaman bibit selada dengan jarak
tanam 20 cm x 20 cm Kemudian dilakukan pemilihan tanaman sampel
secara acak.
e. Pemasangan Label
3.4. Pemeliharaan
a. Penyiraman
b.Penyulaman
12
Pengukuran lebar daun terlebar dilakukan dengan memilih daun terlebar pada
saat pengamatan, pengukuran dimulai dari pinggir daun sebelah kiri sampai
pinggir daun sebelah kanan dan tegak lurus dengan ibu tulang daun.
Penghitungan jumlah daun dihitung berapa banyak daun tanaman selada yang
telah membuka pada saat pengamatan.
Kelompok
Perlakuan
I II III
2. Lebar Daun
Kelompok
Perlakuan
I II III
D
7,00 7,00 6,50
3. Jumlah Daun
Kelompok
Perlakuan
I II III
D
13,00 18,00 13,50
Kelompok
Perlakuan
I II III
Kelompok
Perlakuan
I II III
Kelompok
Perlakuan
I II III
Kelompok
Perlakuan Total Rerata
I II III
Sumber D F F Tabel
JK KT Kesimpulan
Keragaman b Hitung 5%
Perlakuan
3 21,17 7,06 3,95 Ns 4,76
Kelompok
2 1,13 0,56 0,32 Ns 5,14
Galad
6 10,71 1,78
Total
11 33,00
Ns) Non signifikan
Kesimpulan :
F hitung 3,95% <F tabel 4,76%
F hitung 0,32 % < F tabel 5,14%
Maka data non signifikan
2. Lebar Daun
Kelompok
Perlakuan Total Rerata
I II III
A 6,50 6,50 13,00 26,00 8,67
B 7,00 6,00 7,00 20,00 6,67
C 6,50 6,50 6,50 19,50 6,50
D 7,00 7,00 6,50 20,50 6,83
Total 27,00 26,00 33,00 86,00 21,83
Rerata 6,75 6,50 8,25 21,83 7,28
Kelompok
2 7,17 3,58 0,98 Ns 5,14
Galad
6 21,83 3,64
Total
11 38,17
Ns) Non signifikan
Kesimpulan :
F hitung 0,84% <F tabel 4,76%
F hitung 0,98% < F tabel 5,14%
Maka data non signifikan
3. Jumlah Daun
Kelompok
Perlakuan Total Rerata
I II III
Kesimpulan :
F hitung 0.81% <F tabel 4.76%
F hitung 5.26% < F tabel 5.14%
Maka data non signifikan
Kelompok
Perlakuan Total Rerata
I II III
A 95,00 100,00 100,00 295,00 98,33
B 75,00 115,00 75,00 265,00 88,33
C 95,00 75,00 115,00 285,00 95,00
D 125,00 75,00 75,00 275,00 91,67
Total 390,00 365,00 365,00 1120,00 373,33
Rerata 97,50 91,25 91,25 280,00 93,33
Kesimpulan :
F hitung 0,10% <F tabel 4,76%
F hitung 0,09% < F tabel 5,14%
Maka data non signifikan
Kelompok
Perlakuan Total Rerata
I II III
Kesimpulan :
F hitung 0,10% <F tabel 4,76%
F hitung 0,09% < F tabel 5,14%
Maka data non signifikan
Kesimpulan :
F hitung 0,05% <F tabel 4,76%
F hitung 0,00% < F tabel 5,14%
Maka data non signifikan
4.2. Pembahasan
1. Tinggi Tanaman
Berbeda tidak nyatanya tinggi tanaman selada pada beberapa dosis pupuk
kandang sapi, di duga eratnya hubungannya dengan waktu penelitian yang singkat,
dimana pupuk kadang sapi yang diberikan belum tersedia bagi tanaman sehingga
belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Pupuk kandang merupakan pupuk yang
lambat bereaksi dan menyediakan unsur hara secara berangsur-angsur sehingga tidak
dapat diserap oleh tanaman secara lansung oleh tanaman.
27
Di samping itu pengolahan tanah yang baik, sehingga diperoleh media tanam
yang baik dan akar dapat tumbuh sebagaiman mestinya. Jika dilakukan pengolahan
tanah yang baik maka hara yang akan tersedia dengan baik untuk pertumbuhan
tanaman. Dan bibit yang digunakan bibit yang jenisnya sama, umurnya sama ketika
dipindahkan kelapangan, dengan demikian tanaman akan mendapatkan pertumbuhan
yang sama.
2. Lebar Daun
Hasil pengamatan terhadap lebar tanaman selada pada pemberian beberapa
dosis pupuk kandang sapi setelah di analisis secara RAK (Rancangan Acak
Kelompok) dengan uji F pada taraf nyata 5% memperlihatkan bahwa pemberian
beberapa dosis pupuk kandang sapi 0 ton/ha, 1.2 ton/ha, 2.4 ton/ha, 3.6 ton/ha
menunjukkan perbedaan tidak nyata sesamanya terhadap tinggi tanaman selada, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Angka-angka pada lajur di atas berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5 %
3. Jumlah Daun
Tabel 2. memperlihatkan bahwa pemberian beberapa dosis pupuk
kandang sapi 0 ton/ha, 1,2 ton/ha, 2,4 ton/ha, 3,6 ton/ha menunjukkan perbedaan
tidak nyata sesamanya terhadap tinggi tanaman selada.dapat di lihat pada tabel
berikut.
28
Angka-angka pada lajur di atas berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5 %
Berbeda tidak nyatanya berat per sampel, berat tanaman per petak dan berat
tanaman per Ha pada beberpa dosis pupuk kandang sapi di duga erat kaitannya
dengan dengan pertumbuhan vegetatif sebelumnya seperti tinggi tanaman, jumlah
daun, lebar daun, semua parameter pengamatan ini menunjukkan perbedaan yang
tidak sesamanya.
3. Berat Per Sampel (gram), Berat Tanaman Per Petak (kg) Dan Berat Tanaman
per Ha
Hasil pengamatan terhadap berat pertanaman dengan berat tanaman per petak,
berat tanaman per Ha tanaman selada pad pemberian beberapa dosis pupuk
kandang sapi setelah di analisis secara statistika dengan uji F pada taraf 5% dapat
dilihat pada tabel 2.
29
Tabel 2. Berat Per Sampel (gram), Berat Tanaman Per Petak (kg) Dan Berat Tanaman per
Ha pada pemberian beberapa dosis pupuk kadang sapi.
Dosis Pupuk Berat Per Sampel Berat Tanaman Per Berat Tanaman per
Kandang Sapi (gram) Petak (Kg) Ha
0 ton/Ha 98.33 4.00 33.33
1.2 ton/Ha 88.33 4.50 37.50
2.4 ton/Ha 95.00 5.33 44,45
3.6 ton/Ha 91.67 3.50 29.17
KK 104.17% 0.04% 2.89%
Angka-angka pada lajur di atas berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5 %
5.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian beberapa
dosisis pupuk kandang 2.7 ton/ha telah meningkatkan berat per tanaman, berat
tanaman selada per petak dan berat tanaman per ha tanaman Selada.
5.2. Saran
Dalam percobaan ini dapat disarankan dalam budidaya tanaman selada dapat
diberikan pupuk kandang sapi 2.7 ton/ha.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, T. 2010. Pengaruh Media Tanam Dan Pemberian Pupuk Organik Cair
Terhadap ertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Pada
Masa Tanam Ke-II. Universitas Muhammadiyah, Purwekerto.
Ashari, S. 2005. Hortikultura: Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.
Handayani, Y. 2011. Uji Kemiringan Talang Sistem Pertigasi Hidroponik NFT Pada
Budidaya Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). USU, Medan.
Haryanto, E, T. Suhartini, E. Rahayu, dan H.H. Sunarjo. 2007. Sawi dan Selada.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Nazari, A. P. D. 2010. Tanggap Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) terhadap
Pemberian Bokashi Kotoran Sapid an Air Kelapa. Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman. Samarinda.
Novary, E.W. Penangana dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik Di Kebun, Pot, Dan Polibag.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Rubatzky, V.E, dan M. Yamaguchi. 2005. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, dan
Gizi. ITB, Bandung.
Rukmana, R. 2005. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius, Yogyakarta.
Sagala, D.R. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Pada
Pemebrian Pupuk Organik Cair dan Kascing. USU, Medan.
Setiawan, L. 2007. Optimasi Konsentrasi Larutan Hara Pada Budidaya Selada
(Lactuca sativa L.) dengan Teknologi Hidroponik Sistem Teraung (THST).
IPB, Bogor.
32
Sugara, K. 2012. Budidaya Selada Keriting, Selada Lollo rossa Dana Selada Roaine
Secara Aeroponik Di Amazing Farm, Lembang, Bandung. IPB, Bogor.
Wulandari, R, Mulyati, Novi. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Jerami
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Selada Daun (Lactuca sativa L.). STKIP
PGRI, Sumatera Barat
I II III
A B C
c
U
B C Db
C b
D A
D d d
A B
a
Keterangan :
I,II,III : kelompok
A,B,C : Perlakuan
a. Panjang petak : 120 cm (1.2 m)
b. Lebar petak : 100 cm (1 m)
c. Jarak petak dalam kelompok : 30 cm
d. Jarak petak antar perlakuan : 30 cm
34
Gambar 5 : Panen
Gambar 4 : Selada Umur 3 minggu