Anda di halaman 1dari 73

Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

BAB I
PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1. Umum
Pada tahap persiapan harus disiapkan program mobilisasi, penyerahan lapangan,
persiapan base camp, serta program mutu.
Program mutu harus disepakati bersama antara pejabat pembuat komitmen dan
penyedia jasa dan minimal berisi hal-hal seperti :
 Informasi pengadaan;
 Organisasi proyek Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia jasa
 Jadual pelaksanaan pekerjaan
 Prosedur pelaksanaan pekerjaan
 Prosedur instruksi kerja

1.2 Pengendalian lalu lintas


a) Selama pelaksanaan pekerjaan semua jalan lama tetap terbuka untuk lalu lintas
dan dijaga dalam kondisi aman dan dapat digunakan, dan pemukiman di
sepanjang dan yang berdekatan dengan pekerjaan disediakan jalan masuk yang
aman dan nyaman ke pemukiman mereka.
b) Dalam keadaan khusus Penyedia Jasa dapat mengalihkan lalu lintas ke jalan alih
sementara. Pengalihan ini harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
c) Yang dimaksud dengan “lalu lintas” harus berarti semua lalu lintas kendaraan dan
pejalan kaki.
d) Pedoman Rujukan :
Pd T-12-2003 : Perambuan sementara pada pekerjaan jalan
e. Perlindungan Pekerjaan Terhadap Kerusakan Akibat Lalu Lintas
 Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan sedemikian rupa sehingga pekerjaan
tersebut terlindungi dari kerusakan akibat lalu lintas umum maupun proyek.
 Pengendalian lalu lintas dan pengalihan lalu lintas harus dilaksanakan sebagaimana
diperlukan untuk melindungi pekerjaan.
 Pengendalian lalu lintas harus mendapat perhatian khusus, pada saat kondisi cuaca
yang buruk, pada saat lalu lintas padat, dan selama periode dimana pekerjaan
yang sedang dilaksanakan sangat peka terhadap kerusakan.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 1
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

 Penyedia Jasa harus membangun dan memelihara jembatan dan jalan samping
sementara untuk jalan masuk umum dari dan ke jalan raya pada semua tempat
bilamana jalan masuk tersebut sudah ada sebelum Pekerjaan dimulai dan pada
tempat lainnya yang diperlukan atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

1.3 Pemeriksaan letak lokasi jembatan dan muka air banjir


a. Alinyemen jembatan
Alinyemen jalan yang telah direncanakan mempunyai pengaruh besar pada geometri
jembatan secara keseluruhan termasuk juga biayanya. Alinyemen yang akhirnya
diputuskan tentu harus dapat diterima baik untuk rencana jalan maupun jembatan
serta efisien dari segi pembiayaannya.

b. Posisi jembatan pada aliran sungai


 Penempatan posisi jembatan pada ketinggian rendah dilakukan apabila ada
pertimbangan ekonomis pada daerah kering dimana banjir besar jarang terjadi
 Penempatan posisi jembatan diatas ketinggian air adalah hal yang umum
khususnya dilakukan pada sungai dalam dan sempit yang mana bangunan atas
dilaksanakan diatas rencana banjir keadaan batas ultimate, bebas dari hanyutan
terapung dan aksi gelombang.
Posisi bangunan atas juga harus berada pada suatu ketinggian yang menyediakan
ruang kebebasan pelayaran yang memadai untuk kapal diatas muka air biasa yang
dapat diambil sebagai ketinggian banjir yang terjadi sekali dalam 2 (dua) tahun,
bila tidak tersedia cukup keterangan setempat.

Panjang jembatan diatas ketinggian air harus demikian rupa sehingga penampang
basah mampu melewati rencana banjir keadaan batas ultimate tanpa
membahayakan jembatan atau struktur sekitarnya dengan gerusan atau gaya
aliran air. Bentang juga harus cukup panjang untuk melewati jumlah hanyutan
tidak terduga.

Pada waktu yang sama, panjang jembatan harus sedemikian rupa sehingga pada
rencana aliran banjir keadaan batas layanan, kecepatan dan pusaran yang
disebabkan oleh pilar-pilar tidak menjadi bahaya untuk pelayaran dan peluapan

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 2
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

yang disebabkan oleh konstruksi pada aliran kelayanan harus dapat diterima untuk
penggunaan daratan sisi atas arus.

1.4 Pengukuran dan pematokan


a. Umum
 Pembangunan suatu jembatan membutuhkan pelaksanaan seluruh elemen-elemen
strukturnya pada posisi yang benar.
 Untuk memindahkan suatu Gambar Rencana dari atas kertas ke suatu bangunan di
lapangan , maka dibutuhkan :
 Disana harus ada sejumlah titik kontrol pengukuran yang harus diikat pada suatu
system koordinat yang tetap;
 Perencanaan jembatan harus dikaitkan pada system koordinat yang sama.
 Titik-titik kontrol sementara setempat dapat ditentukan di sekitar lokasi jembatan
dengan melakukan pengukuran baik vertical maupun horizontal dan dari titik-titik
kontrol tersebut posisi akhir dari elemen dapat ditetapkan.

b. As dan patok
Sebelum pekerjaan dilaksanakan, harus dibuat dahulu patok centerline dan patok
lainnya. Selain itu harus dibuat patok transfer (patok referensi) yang posisinya dekat
lokasi jembatan tetapi bebas dari arena kegiatan untuk menghindari dari gangguan
akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian peralatan. Demikian juga tanda-
tanda (patok) harus dibuat pada posisi abutmen dan pilar untuk menentukan as dan
dasar abutmen

c. Patok pada tiang pancang


Untuk pematokan pada pekerjaan tiang pancang perlu lakukan hal-hal sbb :
 Periksa jarak antara beton kopel (pile cap)
 Pada tiang pancang miring (40° – 60°), posisi tiang pancang dipermukaan harus
diukur untuk mendapatkan perbedaan antara bagian bawah beton kopel/kepala
jembatan dan permukaan asli
 Pemancangan tiang miring pertama kali dapat digunakan untuk memeriksa
pergeseran yang terjadi pada pemancangan berikutnya

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 3
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

d. Patok pada telapak pondasi dan kopel tiang/pile caps


 Posisi garis referensi harus tetap terletak pada telapak atau garis poros beton kopel
dan garis poros kolom, setelah pemancangan harus diperiksa kembali apakah titik –
titik tersebut mengalami gangguan
 Demikian juga ujung/pangkal kolom harus pada posisi yang tepat

e. Patok kolom-kolom
 Ketegakan kolom dikontrol dari pangkal/ujung kolom, dapat digunakan unting-
unting yang digantung sepanjang kolom untuk memeriksa ketegak-lurusan kolom,
atau dengan theodolit dari 2 arah
 Ketinggian kolom dikontrol dengan pita ukur atau dengan cara pengukuran beda
tinggi

f. Patok balok melintang ujung (crosshead)


Posisi horizontal crosshead ditentukan dari titik tetap di puncak kolom,atau dari posisi
garis poros yg ditransfer dari dasar

g. Patok untuk landasan


landasan ditempatkan secara tepat pada dasarnya yg telah diberi tanda garis tengah

h. Patok balok dan gelagar


 Bangunan atas yang dicor setempat ditentukan dan dipatok dari posisi tetap pada
balok melintang pada kolom-kolom
 Untuk kontrol ketinggian harus diperhitungkan penurunan dan lendutan acuan dan
perancah

i. Patok lantai dan parapet jembatan


 Pengukuran horizontal lantai ditentukan dari garis tengah jembatan yang ditransfer
ketempat yang sesuai pada pekerjaan tetap seperti balok melintang /crosshead,
dinding, pelat lantai dsb
 Kerb dan parapet sebaiknya tidak ditentukan dan dipatok terlebih dahulu sampai
acuan dan perancah untuk soffit lantai telah dibongkar dan telah ada penurunan
yang terjadi

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 4
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

1.5 Mutual check


a. Pada tahap awal pelaksanaan kontrak, setelah penerbitan SPMK, direksi teknik
bersama-sama dengan panitia peneliti pelaksanaan kontrak dan penyedia jasa
melaksanakan pemeriksaan lapangan bersama dengan melakukan pengukuran dan
pemeriksaan detail kondisi lapangan untuk setiap rencana mata pembayaran guna
menetapkan kuantitas awal
b. Hasil pemeriksaan lapangan bersama dituangkan dalam berita acara. Apabila
dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak maka harus
dituangkan dalam bentuk addendum kontrak
c. Selanjutnya pemeriksaan lapangan bersama terhadap setiap mata pembayaran
harus dilakukan oleh direksi teknik dan penyedia jasa selama periode pelaksanaan
kontrak untuk menetapkan kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan guna
pembayaran hasil pekerjaan.

1.6 Pekerjaan pendukung lainnya


Dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian juga adalah pekerjaan jalan pendekat
(Bridge Aproach) dan bangunan pelengkap jembatan

Bangunan pelengkap jembatan mencakup masalah keamanan bagian bawah jembatan


yang sangat dipengaruhi oleh perubahan aspek – aspek dinamik morfologi sungai,
khususnya masalah hidraulik dan muatan sediment antara lain :
a. Masalah pelimpasan (over trapping) terhadap gelagar jembatan dan terhadap oprit.
b. Arah aliran sungai yang tidak serasi dengan lokasi arah pilar dan pangkal jembatan.
c. Degradasi dasar sungai.
d. Pendangkalan alur atau palung sungai.
e. Local scouring di sekitar pilar dan pangkal jembatan.
f. Benturan dan abrasi batu/pasir terhadap pilar dan pangkal jembatan.
g. Sampah.
Dalam konteks tersebut tentu diperlukan pengaman struktur dan bangunan pengaman
sungai.
Pengaman struktur jenis fender biasanya dipasang pada sekeliling pilar guna
melindungi pilar dari sampah/kotoran atau tumbukan perahu. Fender dapat berupa

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 5
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

satu buah tiang yang dipasang pada bagian hulu pilar maupun dipasang mengelilingi
pilar.
Bangunan pengaman sungai meliputi semua bentuk pengaman diantaranya adalah:
 Krib
 Bronjong atau matras
 Pengamanan Tebing Dinding Beton dan Pasangan Batu Kali
 Turap baja
 Dinding Penahan Tanah
 Bangunan Pengatur Dasar Sungai ( Bottom Controller )
Pengaman scouring merupakan bagian yang sangat penting dari jembatan. Kegagalan/
keruntuhan bangunan pengaman dapat menyebabkan runtuhnya jembatan.

Hal lain yang perlu dipersiapkan juga adalah tentang keperluan utilitas, penerangan,
nomor jembatan serta rambu dan marka.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 6
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

BAB II
PEKERJAAN PONDASI & BANGUNAN BAWAH

Bangunan bawah jembatan dalam hal ini terdiri dari pondasi dan kepala jembatan.
Terdapat berbagai macam pondasi yang digunakan di Indonesia. Kaison beton yang
dicor ditempat, tiang pancang baja, tiang pancang beton bertulang dan pratekan, serta
tiang bor, kesemuanya dipakai secara luas.
Kepala jembatan yang digunakan umumnya susunan pile cap serta pilar berkolom
tunggal atau majemuk dan balok melintang ujung (cross head).

2.1. PONDASI JEMBATAN

Pondasi merupakan sumber masalah tersendiri bagi para pelaksana konstruksi


jembatan, sehubungan dengan kondisi tanah yang jarang dapat diketahui secara tepat,
walaupun sampai saat ini telah kita kenal suatu methode pendekatannya yaitu dengan
adanya penyelidikan tanah (Soil Investigation) untuk memprediksi daya dukung tanah.
Cara pelaksanaan pondasi terdiri atas dua jenis utama, pertama adalah jenis yang
dapat dilaksanakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Pondasi jenis ini termasuk
pondasi telapak (pondasi langsung) dan kaison beton yang dicor di tempat. Jenis
kedua termasuk pondasi tiang, kaison beton pracetak atau shell baja. Pondasi tiang
dapat dilaksanakan secara dipancang atau dibor dan tiangnya terbuat dari baja atau
beton.

2.1.1. PONDASI TIANG PANCANG (PILE FOUNDATION)


Pondasi tiang pancang popular dipergunakan di Indonesia karena pelaksanaannya
yang relatif mudah dan sesuai dengan kebanyakan kondisi tanah di Indonesia.
Demikian juga jenis pondasi tiang pancang ini tahan terhadap penggerusan aliran
sungai/aliran air mengingat pemancangan tiang mencapai titik dalam, adapun jenis-
jenis tiang pancang meliputi berikut ini :
 Tiang Kayu, termasuk Cerucuk.
 Tiang Baja Struktur
 Tiang Pipa Baja

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 7
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

 Tiang Beton Bertulang Pracetak


 Tiang Beton Pratekan, Pracetak
 Tiang Bor Beton Cor Langsung Di Tempat
 Tiang Turap
Perhatian perlu diberikan terhadap sambungan antar tiang/bahan, karena
penyambungan yang kurang baik beresiko tinggi yang dapat menyebabkan kegagalan
tiang yang seharusnya berfungsi mendukung konstruksi diatasnya.
Peralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang baja, beton atau kayu pada
dasarnya sama yaitu berbentuk dari yang paling sederhana (manual) sampai diesel
hammer, tergantung dari jenis tiang yang digunakan, berat tiang dan kedalaman yang
harus dicapai.

2.1.1.1 TIANG PANCANG KAYU

a. Umum

Kayu untuk tiang pancang penahan beban (bukan cerucuk) dapat diawetkan atau tidak
diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk penampang yang tegak lurus
terhadap panjangnya atau berupa batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya. Selanjutnya
semua kulit kayu harus dibuang.
Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras (sound) dan bebas dari kerusakan, mata
kayu, bagian yang tidak keras atau akibat serangan serangga.
Tiang pancang kayu yang menggunakan kayu lunak memerlukan pengawetan, yang
harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 - 86 dengan menggunakan instalasi
peresapan bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, maka dilakukan
pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin. Beberapa kayu keras dapat
digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan
kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan.
Sebelum pemancangan, diperlukan tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang
pancang yaitu dengan cara pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang
melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja
atau besi yang kuat. Dan setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 8
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan diberi bahan
pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.

b. Kepala Tiang Pancang

Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang


harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang
pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap
panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya
yang lebih efektif.
Setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap
panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile
cap) dipasang.
Bilamana tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan akan
dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus harus diberikan
untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah
permukaan air tanah yang terendah yang diperkirakan.
Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam
dalam pur dengan ke dalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal
beton di sekeliling tiang pancang paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan
untuk mencegah terjadinya keretakan.

c. Sepatu Tiang Pancang

Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung tiang
selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang
lunak. Sepatu harus benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat tiang
pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan
kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 9
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar 2.1.1 – Sepatu tiang pancang kayu)

d. Pemancangan

Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan
menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu
dan jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan
beratnya tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan
selama pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu
berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan
bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya.

e. Penyambungan

Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau
lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadapa
panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang.
Pada tiang pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 10
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

pelat penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas
menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang
diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan pipa penyambung. Sambungan
di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan.

(Gambar 2.1.2 – Sambungan tiang pancang kayu)

2.1.1.2. TIANG PANCANG BETON PRACETAK & PRATEKAN PRACETAK

a. Umum

Tiang pancang beton pracetak harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh
kekuatan yang diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan
tekanan akibat pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang segi empat harus
mempunyai sudut-sudut yang ditumpulkan. Pipa pancang berongga (hollow piles) harus
digunakan bilamana panjang tiang pancang yang luar biasa diperlukan, selimut beton
yang digunakan minimum 40 mm dan bilamana tiang pancang terekspos terhadap air laut
atau pengaruh korosi lainnya, selimut beton minimum 50 mm.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 11
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

b. Pembuatan Tiang
Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari pelaksanaan struktur
beton . Tiang dapat dicetak pada landasan dengan menggunakan acuan pinggir yang
dapat dibongkar dari bahan kayu atau baja. Jenis landasan dan pilihan bahan untuk
acuan pinggir tergantung pada jumlah tiang yang akan dicetak. Dasar pencetakan tiang
harus ditempatkan pada tanah yang kokoh untuk mencegah melenturnya tiang pada
waktu dan sesudah pengecoran, suatu landasan beton yang masif masih sering
digunakan untuk keperluan pengecoran tersebut.

Pangkal tiang (stop end) harus dibuat benar-benar tegak lurus pada sumbu tiang untuk
menjamin distribusi yang merata dari pukulan penumbuk pada waktu pemancangan.
Penggetar digunakan untuk mendapatkan kepadatan yang teliti pada beton, dan beton
diantara penahan baja (bearer) atas dan adukan beton harus dikerjakan menggunakan
alat pemotong untuk meniadakan bercak-bercak keropos (honey comb)

(Gambar 2.1.3 - Susunan pencetakan untuk tiang beton)

Jika tiang dicor dengan acuan samping dari kayu, acuan harus dibongkar sesegera
mungkin (24 jam setelah pengecoran) dan perawatan basah dengan menggunakan

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 12
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

penyemprotan air dan karung dipertahankan untuk jangka waktu tujuh hari. Segera
setelah pengujian kekuatan tekan pada kubus beton (4 benda uji) menunjukan bahwa
tiang cukup kuat untuk diangkat, tiang harus dimiringkan secara hati-hati dengan batang
pengungkit dan diganjal dengan baji untuk melepaskan lekatan antara tiang dengan
landasan. Tali pengangkat (lifting sling) atau baut pegangan dapat dipasang dan tiang
diangkat untuk pengangkutan ke tempat penumpukkan. Pekerjaan pemiringan dan
pengangkatan harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena tiang masih mempunyai
kekuatan rendah, dan retakan atau awal retakan yang terjadi pada tahap ini akan
memperbesar akibat tegangan pada saat pemancangan.
Pada bagian dekat kepala tiang harus di beri tanda yang jelas dengan suatu nomor
referensi, dengan panjang dan tanggal pengecoran pada waktu atau sebelum
pengangkutan, untuk menjamin bahwa pemancangan dilakukan dengan urutan yang
benar. Tiang harus dilindungi dari matahari dengan cara menutupi tumpukan tiang
menggunakan terpal atau lembaran lain. Tidak ada tiang pancang yang akan dipancang
sebelum berumur paling sedikit 28 hari atau telah mencapai kekuatan minimum yang
disyaratkan
Selama operasi pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada titik seperempat
panjangnya. Bilamana tiang pancang tersebut akan dibuat 1,5 m lebih panjang dari pada
panjang yang disebutkan dalam Gambar, maka agar menggunakan baja tulangan dengan
diameter yang lebih besar dan/atau memakai tiang pancang dengan ukuran yang lebih
besar dari yang ditunjukkan dalam Gambar.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 13
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar 2.1. 4 – Titik Angkat Tiang Beton)


Tiang pancang beton pratekan pracetak sering dipakai pada proyek-proyek konstruksi
termasuk proyek pembangunan jembatan. Tiang pancang beton pratekan pracetak
biasanya ditegangkan dengan pemberian tegangan tekan pada saat dilepas (induced
compressive stress at release) sebesar antara 4 dan 11 Mpa (40-110 Kg/cm²).
Panjang standar dari tiang tersebut adalah dari 6 meter hingga 20 meter, berdiameter
600 mm. Penyambungan (splicing) dari tiang tersebut dilakukan dengan pelat baja pada
ujung bagian yang akan disambung.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 14
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar. 2.1.5 – Tiang Pancang Beton)

(Gambar 2.1.6 – Tiang Pancang Pratekan)

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 15
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

c. Perpanjangan Tiang Pancang

Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk memperpanjang tiang pancang


beton. Memperpanjang tiang setelah pemancangan selesai adalah cara yang paling
mudah, karena sambungan tidak perlu menahan tegangan yang besar yang ditemui
selama pemancangan. Panjang sambungan normal untuk penulangan dan pekerjaan
beton biasa dapat digunakan.
Jika tiang akan dipancang lebih dalam setelah penyambungan, sambungan harus dapat
menahan tegangan tekan dan torsi yang terdapat pada waktu pemancangan dan harus
mampu meneruskan (transmit) momen di dalam tiang melewati sambungan. Meskipun
sejumlah sambungan buatan pabrik telah dikembangkan namun yang paling umum untuk
penyambungan tiang adalah pemakaian lengan baja di atas dan dibawah tempat
sambungan. Beberapa tiang mempunyai pelat baja yang tertanam di dalam beton yang
memungkinkan penyambungan mudah dilakukan dengan cara mengelas pelat pada
segmen atas dan bawah dari tiang. Praktek ini tidak lazim untuk tiang yang difabrikasi di
lokasi. Keuntungan dari pada lengan lengan baja atau pelat yang dilas adalah bahwa
tiang dapat dipancang dalam waktu singkat setelah penyambungan selesai. Penting untuk
diperhatikan bahwa kedua muka yang bertemu harus cock satu sama lain sedekat
mungkin pada bidang yang sama. Penggunaan lengan baja dan merekatkan epoxy akan
menutupi/mengkonpensasikan kekurang cocokan. Akan lebih baik bila menggunakan
lengan baja, untuk memasukan dan merekat dengan epoxy batang dowel ke dalam
lubang yang dibor pada bagian atas dan bawah dari tiang. Hal ini akan memungkinkan
terjadinya perpindahan (transfer) momen lewat sambungan sesuai dengan asumsi
perencana.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 16
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar 2.1.7 - Detail Tipikal Sambungan Tiang Pancang Pratekan)

(Gambar 2.1.8 - Sambungan Tiang Pancang Pratekan)

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 17
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar 2.1.9 - Tipikal sambungan tiang pancang beton)

(Gambar 2.1.10 - Tipikal sambungan tiang pancang beton)

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 18
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar 2.1.11 - Tipikal sambungan tiang pancang beton)

(Gambar 2.1.12 - Tipikal sambungan tiang pancang beton)

Cara lain yaitu, perpanjangan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan
penyambungan tumpang tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada kepala tiang

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 19
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

pancang akan dipotong hingga baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang paling
sedikit 40 kali diameter tulangan.
Perpanjangan tiang pancang beton harus dilaksanakan dengan menggunakan baja
tulangan yang sama (mutu dan diameternya) seperti pada tiang pancang yang akan
diper-panjang. Baja spiral harus dibuat dengan tumpang tindih sepanjang 2 kali lingkaran
penuh dan baja tulangan memanjang harus mempunyai tumpang tindih minimum 40 kali
diameter.
Bilamana perpanjangan melebihi 1,50 m, acuan harus dibuat sedemikian hingga tinggi
jatuh pengecoran beton tak melebihi 1,50 m.
Sebelum pengecoran beton, kepala tiang pancang harus dibersihkan dari semua bahan
lepas atau pecahan, dibasahi sampai merata dan diberi adukan semen yang tipis. Mutu
beton yang digunakan sekurang-kurangnya harus beton K400. Semen yang digunakan
haruslah dari mutu yang sama dengan yang dipakai pada tiang panjang yang akan
disambung.
Acuan tidak boleh dibuka sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran. Perpanjangan
tiang pancang akan dirawat dan dilindungi dengan cara yang sama seperti tiang pancang
yang akan disambung. Bilamana tiang pancang akan diperpanjang setelah operasi
pemancangan sedang berjalan, kepala tiang pancang direncanakan tertanam dalam pur
(pile cap), maka perpanjangan baja tulangan yang diperlukan harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana tidak disebutkan dalam Gambar, maka panjang
tumpang tindih baja tulangan harus 40 kali diameter untuk tulangan memanjang.

d. Sepatu Tiang Pancang


Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau mempunyai sumbu yang
sama (co-axial), jika dipancang masuk ke dalam atau menembus jenis tanah seperti batu,
kerikil kasar, tanah liat dengan berangkal, dan tanah jenis lainnya yang mungkin dapat
merusak ujung tiang pancang beton. Sepatu tersebut dapat terbuat dari baja atau besi
tuang. Untuk tanah liat atau pasir yang seragam, sepatu tersebut dapat ditiadakan. Luas
ujung sepatu harus sedemikian rupa sehingga tegangan dalam beton pada bagian tiang
pancang ini masih dalam batas yang aman.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 20
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar 2.1.13 – Sepatu Tiang Pancang Beton Pracetak)

Gambar diatas adalah jenis sepatu untuk berbagai jenis tanah : (a) soft ground, (b) stiff
to hard clay, compact sands dan gravels, (c) Ground mengandung cobbles or bolders, (d)
Rock Point untuk penetrasi lapisan bedrock surface, (e) Oslo Point untuk sloping bedrock
surface

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 21
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Gambar 2.1.14 – Sepatu Tiang Pancang Beton Pratekan)

e. Pengupasan Kepala Tiang Pancang

Beton tiang pancang biasanya dikupas sampai pada elevasi yang sedemikian sehingga
beton yang tertinggal akan masuk ke dalam pur (pile cap) sedalam 50 mm sampai 75
mm. Untuk tiang pancang beton bertulang, baja tulangan yang tertinggal setelah
pengupasan harus cukup panjang sehingga dapat diikat ke dalam pur (pile cap) dengan
baik. Untuk tiang pancang beton pratekan, kawat pra-tegang yang tertinggal setelah
pengupasan harus dimasukkan ke dalam pur (pile cap) paling sedikit 600 mm.
Penjangkaran ini harus dilengkapi, jika perlu, dengan baja tulangan yang dicor ke dalam
bagian atas tiang pancang. Sebagai alternatif, pengikatan dapat dihasilkan dengan baja
tulangan lunak yang dicor ke dalam bagian atas dari tiang pancang pada saat
pembuatan. Pengupasan tiang pancang beton harus dilakukan dengan hati-hati untuk
mencegah pecahnya atau kerusakan lainnya pada sisa tiang pancang. Setiap beton yang
retak atau cacat harus dipotong dan diperbaiki dengan beton baru yang direkatkan
sebagaimana mestinya dengan beton yang lama.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 22
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar 2.1.15 – Kepala Tiang Pancang)

(Gambar 2.1.16 – Kepala Tiang Pancang)

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 23
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

2.1.1.3 TIANG PANCANG BAJA

a. Umum

Tiang baja mempunyai keuntungan yaitu kuat ringan untuk ditangani, mempunyai
kemampuan daya dukung tekan (kompresif) yang tinggi bila dipancang pada lapisan
tanah keras dan mampu dipancang dengan keras untuk penetrasi yang dalam hingga
mencapai lapisan dukung, atau untuk mendapatkan daya dukung tahanan geser yang
tinggi. Biaya per meter lebih tinggi daripada tiang beton pracetak. Mudah dipotong atau
diperpanjang untuk menyesuaikan dengan variasi ke dalaman lapisan dukung (bearing
stratum)
Pipa dapat dipancang dengan ujung terbuka atau tertutup. Tiang yang harus mendukung
beban tekan tinggi biasanya dipancang dengan ujung tertutup. Tiang dengan ujung
terbuka mungkin mempunyai pelat penguat yang ditambahkan pada ujung tiang (pada
bagian dalam atau bagian luarnya) jika diperkirakan akan terdapat lapisan yang sulit
ditembus pada waktu pemancangan.
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas biasa, tetapi
tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak
digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250
dengan kadar semen sesuai ketentuan.
Tiang yang akan diisi dengan beton dipasang dengan ujung tertutup, dan pengisian beton
pada pipa baja dilakukan setelah selesai pemancangan. Pipa baja biasanya ditinggalkan
didalam tanah sebagai bagian dari tiang yang permanen (tetap).

b. Penyambungan Tiang
Penyambungan antara potongan tiang baja memerlukan pengelasan standar tinggi dan
harus dilakukan oleh tukang las yang bersertifikat. Pengelasan harus dikerjakan
sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan.
Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat
menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas tiang pancang. Pengelasan
harus diuji secara visual dan dengan cara non destructive.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 24
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Biasanya perlu memotong 300 mm hingga 500 mm dari puncak bagian tiang
dipancang untuk meratakan ujungnya dan untuk membuang bagian baja keras yang
sukar dilas.
Sambungan yang dilas harus mampu meneruskan momen penuh dalam tiang (dan
untuk pipa baja) biasanya merupakan las ujung penetrasi penuh di sekeliling
permukaan pipa.

(Gambar 2.1.17 - Tipikal Sambungan Tiang Baja)

c. Perlindungan Terhadap Korosi

Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau
ruas-ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan pengecatan
menggunakan lapisan pelindung yang telah disetujui dan/atau digunakan logam yang
lebih tebal bilamana daya korosi dapat diperkirakan dengan akurat dan beralasan.
Umumnya seluruh panjang tiang baja yang terekspos, dan setiap panjang yang terpasang
dalam tanah yang terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.

d. Kepala Tiang Pancang

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 25
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap
panjangnya dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk mempertahankan
sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu. Setelah pemancangan, pelat topi,
batang baja atau pantek harus ditambatkan pada pur, atau tiang pancang dengan
panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam pur (pile cap).

e. Sepatu Tiang Pancang

Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau profil baja gilas
lainnya. Namun bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras, maka ujungnya
dapat diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat
atau siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang pancang pipa atau kotak dapat
juga dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana ujung dasar tertutup diperlukan, maka
penutup ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu yang
telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.

((Gambar 2.1.18 – Sepatu Tiang Baja)

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 26
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar 2.1.19 – Sepatu Tiang Baja)

f. Pengecoran Dalam Tiang

Sebagian besar pekerjaan tiang pancang pada proyek jembatan adalah pipa baja yang
dipancang didalam tanah dan kemudian diisi dengan beton. Suatu jalinan penulangan
(reinforcing cage) ditempatkan di dalam pipa sebelum pengecoran. Batang-batang
penulangan akan keluar di atas permukaan pemotongan tiang dan berfungsi untuk
mengikat tiang pada kepala jembatan atau cap pilar.
Seringkali tidak praktis memadatkan beton dengan getaran pada bagian bawah tiang
yang dicor di tempat. Beton pada bagian atas setinggi 2 atau 3 meter dari puncak harus
dipadatkan dengan menggunakan cara penggetaran yang biasa dilakukan.
Penulangan harus diletakan di tengah pipa dengan selimut yang disyaratkan. Hal ini dapat
dicapai dengan menempatkan pengatur jarak (spacer) yang sesuai pada bagian luar
jalinan penulangan. Perhatikan bahwa pengatur jarak tersebut mungkin akan berputar
pada waktu jalinan diturunkan kedalam tiang. Pengatur jarak harus dipasang setiap 90º

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 27
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

di sekeliling jalinan penulangan, dan harus diberi jarak antara setiap 2 atau 2,5 meter
menurut arah memanjang tiang.

2. 1.1.4 PEMANCANGAN

1) Umum

Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang pancang
tersebut dapat menembus masuk pada ke dalaman yang telah ditentukan atau mencapai
daya dukung yang telah ditentukan, tanpa kerusakan.

Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli,
maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus
harus diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu oleh penggalian di luar batas-batas
yang ditunjukkan dalam Gambar.

Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel dan
kepala tiang kayu harus dilindungi dengan cincin besi tempa atau besi non-magnetik.
Palu, topi baja, bantalan topi, katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu yang
sama dan harus terletak dengan tepat satu di atas lainnya. Tiang pancang termasuk tiang
pancang miring harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga dalam posisi
yang tepat. Semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan atau
wakilnya, dan palu pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan dari kepala tiang
pancang tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan atau wakilnya.

Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau ditentukan dengan
pengujian pembebanan sampai mencapai ke dalaman penetrasi akibat beban pengujian
tidak kurang dari dua kali beban yang dirancang, yang diberikan menerus untuk
sekurang-kurangnya 60 menit. Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala tiang pancang
tidak boleh lebih tinggi dari yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan setelah pemancangan tiang pancang uji. Posisi
tersebut dapat lebih tinggi jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 28
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan untuk menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok tersebut
sehingga beban yang dapat didukung setiap tiang pancang tidak melampaui kapasitas
daya dukung yang aman, atau Direksi Pekerjaan dapat mengubah rancangan bangunan
bawah jembatan bilamana dianggap perlu.

Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau diesel. Untuk tiang
pancang beton, umumnya digunakan jenis uap atau diesel. Berat palu pada jenis gravi-
tasi sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, tetapi sama
sekali tidak boleh kurang dari setengah jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, dan
minimum 2 ton untuk tiang pancang beton. Untuk tiang pancang baja, berat palu harus
dua kali berat tiang beserta topi pancangnya.

Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap atau diesel yang
disetujui, harus mampu memasukkan tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap
pukulan pada 15 cm dari akhir pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan
sebagaimana yang ditentukan dari rumus pemancangan yang disetujui, yang digunakan
oleh Kontraktor. Enerji total alat pancang tidak boleh kurang dari 970 kgm per pukulan,
kecuali untuk tiang pancang beton sebagaimana disyaratkan di bawah ini.

Alat pancang uap, angin atau diesel yang dipakai memancang tiang pancang beton harus
mempunyai enerji per pukulan, untuk setiap gerakan penuh dari pistonnya tidak kurang
dari 635 kgm untuk setiap meter kubik beton tiang pancang tersebut.

Penumbukan dengan gerakan tunggal (single acting) atau palu yang dijatuhkan harus
dibatasi sampai 1,2 meter dan lebih baik 1 meter. Penumbukan dengan tinggi jatuh yang
lebih kecil harus digunakan bilamana terdapat kerusakan pada tiang pancang. Contoh-
contoh berikut ini adalah kondisi yang dimaksud :

 Bilamana terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah yang harus ditem-bus
pada saat awal pemancangan untuk tiang pancang yang panjang.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 29
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

 Bilamana terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian hingga penetrasi yang
dalam terjadi pada setiap penumbukan.

 Bilamana tiang pancang diperkirakan sekonyong-konyongnya akan mendapat


penolakan akibat batu atau tanah yang benar-benar tak dapat ditembus lainnya.

Bilamana serangkaian penumbukan tiang pancang untuk 10 kali pukulan terakhir telah
mencapai hasil yang memenuhi ketentuan, penumbukan ulangan harus dilaksanakan
dengan hati-hati, dan pemancangan yang terus menerus setelah tiang pancang hampir
berhenti penetrasi harus dicegah, terutama jika digunakan palu berukuran sedang. Suatu
catatan pemancangan yang lengkap harus dilakukan

Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang tidak dapat dianggap
sebagai perubahan biasa dari sifat alamiah tanah harus dicatat dan penyebabnya harus
dapat diketahui, bila memungkinkan, sebelum pemancangan dilanjutkan.

Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 6 m dari beton yang
berumur kurang dari 7 hari. Bilamana pemancangan dengan menggunakan palu yang
memenuhi ketentuan minimum, tidak dapat memenuhi Spesifikasi, maka Kontraktor
harus menyediakan palu yang lebih besar dan/atau menggunakan water jet atas biaya
sendiri.

2) Penghantar Tiang Pancang (Leads)

Penghantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan kebebasan
bergerak untuk palu dan penghantar ini harus diperkaku dengan tali atau palang yang
kaku agar dapat memegang tiang pancang selama pemancangan. Kecuali jika tiang
pancang dipancang dalam air, penghantar tiang pancang, sebaiknya mempunyai panjang
yang cukup sehingga penggunaan bantalan topi tiang pancang panjang tidak diperlukan.
Penghantar tiang pancang miring sebaiknya digunakan untuk pemancangan tiang
pancang miring.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 30
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar 2.1.20 – Alat Pancang Crane)

3) Bantalan Topi Tiang Pancang Panjang (Followers)

Pemancangan tiang pancang dengan bantalan topi tiang pancang panjang sedapat
mungkin harus dihindari, dan hanya akan dilakukan dengan persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan.

4) Tiang Pancang Yang Naik

Bilamana tiang pancang mungkin naik akibat naiknya dasar tanah, maka elevasi kepala
tiang pancang harus diukur dalam interval waktu dimana tiang pancang yang berdekatan
sedang dipancang. Tiang pancang yang naik sebagai akibat pemancangan tiang pancang
yang berdekatan, harus dipancang kembali sampai ke dalaman atau ketahanan semula,
kecuali jika pengujian pemancangan kembali pada tiang pancang yang berdekatan
menunjukkan bahwa pemancangan ulang ini tidak diperlukan.

5) Pemancangan Dengan Pancar Air (Water Jet)


Pemancangan dengan pancar air dilaksanakan hanya seijin Direksi Pekerjaan dan de-
ngan cara yang sedemikian rupa hingga tidak mengurangi kapasitas daya dukung tiang
pancang yang telah selesai dikerjakan, stabilitas tanah atau keamanan setiap struktur
yang berdekatan.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 31
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Banyaknya pancaran, volume dan tekanan air pada nosel semprot haruslah sekedar
cukup untuk melonggarkan bahan yang berdekatan dengan tiang pancang, bukan untuk
membongkar bahan tersebut. Tekanan air harus 5 kg/cm2 sampai 10 kg/cm2 tergantung
pada kepadatan tanah. Perlengkapan harus dibuat, jika diperlukan, untuk mengalirkan air
yang tergenang pada permukaan tanah. Sebelum penetrasi yang diperlukan tercapai,
maka pancaran harus dihentikan dan tiang pancang dipancang dengan palu sampai
penetrasi akhir. Lubang-lubang bekas pancaran di samping tiang pancang harus diisi
dengan adukan semen setelah pemancangan selesai.

6) Tiang Pancang Yang Cacat

Prosedur pemancangan tidak mengijinkan tiang pancang mengalami tegangan yang


berlebihan sehingga dapat mengakibatkan pengelupasan dan pecahnya beton,
pembelahan, pecahnya dan kerusakan kayu, atau deformasi baja. Manipulasi tiang
pancang dengan memaksa tiang pancang kembali ke posisi yang sebagaimana mestinya,
menurut pendapat Direksi Pekerjaan, adalah keterlaluan, dan tak akan diijinkan. Tiang
pancang yang cacat harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.
Bilamana pemancangan ulang untuk mengembalikan ke posisi semula tidak
memungkinkan, tiang pancang harus dipancang sedekat mungkin dengan posisi semula,
atau tiang pancang tambahan harus dipancang sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

7) Catatan Pemancangan (Calendering)

Sebuah catatan yang detil dan akurat tentang pemancangan harus disimpan oleh Direksi
Pekerjaan dan Kontraktor harus membantu Direksi Pekerjaan dalam menyimpan catatan
ini yang meliputi berikut ini : jumlah tiang pancang, posisi, jenis, ukuran, panjang aktual,
tanggal pemancangan, panjang dalam pondasi telapak, penetrasi pada saat penumbukan
terakhir, enerji pukulan palu, panjang perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang
akhir yang dapat dibayar.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 32
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

8) Rumus Dinamis untuk Perkiraan Kapasitas Tiang Pancang


Kapasitas daya dukung tiang pancang harus diperkirakan dengan menggunakan rumus
dinamis (Hiley). Kontraktor dapat mengajukan rumus lain untuk mendapat persetujuan
dari Direksi Pekerjaan.

efWH W + n2Wp
Pu = --------------------------- X -------------

S + (C1 + C2 + C3)/2 W+P

2.1.1.5. TIANG UJI

1. Pengujian dengan Static Load Test (SLT)

Pu : Kapasitas daya dukung batas (ton)


Pa : Kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
ef : Efisiensi palu
ef = 1,00 untuk palu diesel
ef = 0,75 untuk palu yang dijatuhkan dengan tali dan gesekan katrol
W : Berat palu atau ram (ton)
Wp : Berat tiang pancang (ton)
n : Koefisien restitusi
n = 0,25 untuk tiang pancang beton
H : Tinggi jatuh palu (m)
H = 2 H’ untuk palu diesel (H’ = tinggi jatuh ram)
S : Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir, atau “set” (m)
C1 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan pur (m)
C2 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastis dari batang tiang
pancang (m)
C3 Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada lapangan (m)
N : Faktor Keamanan

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 33
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

a). Umum
Tiang uji dilaksanakan untuk mengetahui dengan pasti daya dukung dari jenis pondasi
pada setiap jembatan. Jumlah tiang pancang yang diuji tidak kurang dari satu atau tidak
lebih dari empat untuk setiap jembatan. Tiang uji dapat dilaksanakan di dalam atau di
luar keliling pondasi, dan dapat menjadi bagian dari pekerjaan yang permanen.
Beban-beban untuk pengujian pembebanan tidak boleh diberikan sampai beton mencapai
kuat tekan minimum 95 % dari kuat tekan beton berumur 28 hari, namun dapat juga
menggunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi (high-early-strength-cement),
jenis III atau IIIA untuk beton dalam tiang pengujian pembebanan dan untuk tiang tarik.

b). Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang disetujui dan cocok untuk mengukur
beban tiang dan penurunan tiang pancang dengan akurat dalam setiap peningkatan
beban, peralatan tersebut harus mempunyai kapasitas kerja tiga kali beban rancangan
untuk tiang yang akan diuji yang ditunjukkan dalam Gambar. Titik referensi untuk
mengukur penurunan (settlement) tiang pancang harus dipindahkan dari tiang uji untuk
meng-hindari semua kemungkinan gangguan yang akan terjadi. Semua penurunan tiang
pancang yang dibebani harus diukur dengan peralatan yang memadai, seperti alat peng-
ukur (gauges) tekanan, dan harus diperiksa dengan alat pengukur elevasi.

(Gambar 2.1.21 Peralatan Percobaan Pembebanan)

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 34
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

c). Pelaksanaan Pembebanan

Peningkatan lendutan akan dibaca segera setelah setiap penambahan beban diberikan
dan setiap interval 15 menit setelah penambahan beban tersebut. Beban yang aman dan
diijinkan adalah 50 % beban yang telah diberikan selama 48 jam secara terus menerus
menyebabkan penurunan tetap (permanent settlement) tidak lebih dari 6,5 mm yang
diukur pada puncak tiang. Beban pengujian harus dua kali beban rancangan yang
ditunjukkan dalam Gambar.

Beban pertama yang harus diberikan pada tiang percobaan adalah beban rancangan
tiang pancang. Beban pada tiang pancang dinaikkan sampai mencapai dua kali beban
ran-cangan dengan interval tiga kali penambahan beban yang sama. Setiap penambahan
beban harus dalam interval waktu minimum 2 jam, kecuali jika tidak terdapat penam-
bahan penurunan kurang dari 0,12 mm dalam interval waktu 15 menit akibat penam-
bahan beban sebelumnya. Bilamana kekuatan tiang uji untuk mendukung beban
pengujian diragukan, penambahan beban harus dikurangi sampai 50 % masing-masing
beban pengujian, sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan agar kurva keruntuhan yang
halus dapat digambar. Beban pengujian penuh harus dipertahankan pada tiang uji dalam
waktu tidak kurang dari 48 jam. Kemudian beban ditiadakan dan penurunan permanen
dibaca. Bilamana diminta oleh Direksi Pekerjaan, pembebanan diteruskan melebihi 2 kali
beban rancangan dengan penambahan beban setiap kali 10 ton sampai tiang runtuh atau
kapasitas peralatan pembebanan ini dilampaui. Tiang pancang dapat dianggap runtuh bila
penurunan total akibat beban melebihi 2,5 cm atau penurunan permanen melebihi 6,5
mm.

Setelah pengujian pembebanan selesai dilaksanakan, beban-beban yang digunakan harus


disingkirkan, dan tiang pancang, termasuk tiang tarik dapat digunakan untuk struktur
bilamana oleh Direksi Pekerjaan dianggap masih memenuhi ketentuan untuk digunakan.
Tiang uji yang tidak dibebani harus digunakan seperti di atas. Jika setiap tiang pancang
setelah digunakan sebagai tiang uji atau tiang tarik dianggap tidak memenuhi ketentuan
untuk digunakan dalam struktur, harus segera disingkirkan bilamana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, atau harus dipotong sampai di bawah permukaan tanah atau dasar
pondasi telapak, mana yang dapat dilaksanakan.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 35
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Jumlah dan lokasi tiang uji untuk pengujian pembebanan akan ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan. Untuk tiang dengan diameter lebih dari 600 mm jumlah ini tidak boleh kurang
dari satu dan tidak lebih dari tiga untuk setiap jembatan; untuk tiang dengan diameter
kurang dari dan sampai dengan 600 mm jumlah tiang tidak boleh kurang dari satu untuk
setiap 30 tiang.

d). Pelaporan

Laporan yang harus dibuat untuk setiap pengujian pembebanan meliputi dokumen-
dokumen berikut ini :
 Denah pondasi
 Lapisan (stratifikasi) tanah
 Kurva kalibrasi alat pengukur tekanan
 Gambar diameter piston dongkrak
 Grafik pengujian dengan absis untuk beban dalam ton dan ordinat untuk penu-
runan (settlement) dalam desimal mm.
 Tabel yang menunjukkan pembacaan alat pengukur tekanan dalam atmosfir,
beban dalam ton, penurunan dan penurunan rata-rata dimana semua itu
merupakan fungsi dari waktu (tanggal dan jam).

Bilamana kapasitas daya dukung yang aman dari setiap tiang pancang, diketahui
kurang dari beban rancangan, maka tiang pancang harus diperpanjang atau
diperbanyak sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2. Pengujian dengan Dynamic Load Test (DLT)

a). Umum

Test dengan beban statis merupakan metode terbaik dan juga merupakan yang
termahal untuk menentukan daya dukung suatu tiang. Pembebanan secara static yang
merupakan uji skala penuh dilakukan dengan memberikan beban yang lebih besar dari

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 36
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

beban rencana seperti yang telah dijelaskan diatas. Metode Static Load Test (SLT) ini
memerlukan banyak waktu (time consuming).
Test dengan beban dinamis atau Dynamic Load Test (DLT) adalah metode lain yang
lebih ekonomis dan efisien. Test pembebanan tiang secara dinamis ini menggunakan
peralatan FPDS (Foundation Pile Diagnostic System) berikut software PDA (Pile Driving
Analyis) tertentu misalnya PDI dari USA, TNO dari Belanda, CEBTP dari Perancis dan
PID dari Swedia).
Dengan menggunakan system ini, beban diberikan secara dinamik pada kepala tiang
dengan menggunakan hammer pemancang. Dengan memberikan blow (pukulan) dari
hammer pemancang, signal acceleration (percepatan) dan strain (regangan) dari tiang
dicatat dan direkam oleh computer. Dari dua signal tersebut dapat diperoleh signal
velocity-time dan force-time dan kemudian tahanan pemancangan dinamis (dynamic
driving resistance) dapat ditentukan.
b). Peralatan dan Persiapan

Bahan-bahan dan hal-hal yang harus dipersiapkan adalah :


 Siapkan peralatan DLT dengan mengisi cek list dan lakukan test peralatan dengan
menggunakan test box
 Siapkan file input data dengan memperhatikan form yang sudah diisi dan data
kalibrasi sensor-sensor
 Record pemancangan untuk tiang yang akan ditest (kalendering)
 Blowrecord untuk tiang yang ditest (Blowcount)
 Data soil investigasi dapat berupa SONDIR, atau SPT dan data BORING
 Gambar desain jembatan
 Tiang yang akan ditest dipilih salah satu tiang dari kelompok tiang dan dapat tiang
dengan kondisi kalendering yang besar atau tiang yang jauh dari titik berat
kelompok tiang (pilar atau abutment)
 Tiang yang akan ditest harus dibiarkan beberapa hari (2-7 hari) agar tegangan air
tanah (pore pressure) kembali pada kondisi sebelum pemancangan (setting)
 Tiang yang akan ditest minimal 2 meter harus muncul dari permukaan tanah asli
atau air yang ada saat pengujian
 Tersedia Power Supply untuk computer dan bor listrik minimum 1000VA

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 37
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

 Tersedia hammer dengan kapasitas yang sama dengan yang digunakan pada saat
pemancangan

c). Pelaksanaan Test DLT I Lapangan

 Tiang yang akan ditest dilubangi (dibor) untuk meletakan sensor dan sensor harus
dipasang pada tiang yang akan ditest secara simetris
 Pasang sensor dan hubungan kabel-kabel pada signal conditioning dan perangkat
komputer yang dioperasikan dengan paket software DLT atau PDA tertentu
 Cek kelurusan hammer dengan tiang pancang
 Monitoring signal dari hammer blow
 Cek signal velocity dan force dengan memperhatikan hammer centricity (sekitar
100%) dan kedua signal force channel 3 dan channel 4 harus tekan (positif)
 Jika telah memenuhi persyaratan teknis lakukan monitoring untuk kurang lebih 15
pukulan
 Jika belum memenuhi persyaratan cek kembali kelurusan hammer dengan tiang
dan lanjutkan langkah selanjutnya
 Pilih signal yang mewakili untuk digunakan pada signal matching

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 38
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar 2.1.22- Peralatan DLT)

d). Signal matching

Tiang yang ditest dipasang transducer strain dan acceleration, pengukuran strain
dilakukan pada saat adanya tumbukan hammer dan bersamaan itu juga pergerakan
tiang dicatat sebagai acceleration. Data test dari setiap hammer blow atau dari blow
hammer tertentu dicatat untuk dianalisa lebih lanjut. Suatu hal yang mendasar dari
tiang yang ditest secara dynamic bahwa tahanan (soil resistance) pada pergerakan
tiang dianggap sebagai baik statik (elasto-plastic) dan dynamic (damped).
Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengevaluasi static resistance pada
waktu test, tetapi hal ini sangat tergantung pada asumsi soil damping resistance dan
biasanya hanya digunakan bilamana soil damping resistance sudah dievaluasi dan
divalidasi dengan menggunakan cara lain seperti static load testing suatu tiang.
Umumnya dianjurkan dari data yang didapatkan dari dynamic load test diikuti dengan
analisa yang teliti yang mana biasanya dilakukan jauh dai lokasi tiang yang ditest
(biasanya dilakukan di kantor). Analisa tersebut didasarkan pada ”wave equation

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 39
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

philosopy” dan menggunakan program komputer dalam uraian ini diambil sebagai
contoh adalah TNOWAVE dengan pilihan SIGNAL MATCHING. Analisa teliti ini
memberikan hasil yang lebih detail dibandingkan dengan yang didapat langsung dari
lokasi. Cara ini dapat menentukan daya dukung tiang dan karakteristik deformasi tiang
seketika akibat beban statik.

2.1.1.6. PONDASI TIANG BOR (BORED PILE)

a). Umum

Di Indonesia pondasi jenis ini cukup populer juga meskipun peralatan yang tersedia
masih terbatas dan umumnya terkonsentrasi di pulau jawa. Jenis pondasi ini prinsip
kerjanya hampir sama dengan pondasi tiang pancang. Perbedaannya terletak pada
cara pemasangannya, kalau tiang pancang masuk kedalam tanah dengan kekuatan
tumbukan sehingga menimbulkan suara yang keras, tetapi lain halnya dengan bored
pile yang suaranya tidak mengganggu lingkungan, sehingga jenis pondasi ini banyak
digunakan di daerah perkotaan dalam pembangunan apartemen, mall, dan gedung
pencakar langit.
Contoh bahan yang digali harus disimpan untuk semua tiang bor. Pengujian penetrometer
untuk bahan di lapangan harus dilakukan selama penggalian dan pada dasar tiang bor
sesuai dengan yang diminta oleh Direksi Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan ini harus
selalu dilakukan pada tiang bor pertama dari tiap kelompok.

b) Pelaksanaan pengeboran :

 Dibuat lubang dengan dibor sampai kedalaman sesuai gambar rencana


 Sebelum pengecoran semua lubang harus utuh, dasar casing harus dipertahankan
tidak lebih dari 150 cm dan tidak kurang dari 30 cm dibawah permukaan beton
selama penarikan dan operasi penempatan, kecuali ditentukan lain oleh direksi
 Sampai kedalaman 3 m dari permukaan, beton yg dicor harus digetarkan dengan
alat penggetar, dan sebelumnya semua kotoran dibersihkan, demikian juga bila ada
air dalam lubang bor harus dikeluarkan

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 40
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

 Saat pencabutan casing digetarkan untuk menghindari menempelnya beton pada


dinding casing
 Apabila pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur maka digunakan
cara tremie
 Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang
akan dipotong, semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari
bagian puncak tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai
panjang yang cukup sehingga memungkinkan pengikatan yang sempurna kedalam
pur atau struktur di atasnya

(Gambar 2.1.23- Pelaksanaan Tiang Bor)

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 41
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

c) Pengecoran Beton Tiang Bor (Bored Pile)

Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Dimanapun beton


digunakan harus dicor ke dalam suatu lubang yang kering dan bersih. Beton harus dicor
melalui sebuah corong dengan panjang pipa. Pengaliran harus diarahkan sedemikian rupa
hingga beton tidak menimpa baja tulangan atau sisi-sisi lubang. Beton harus dicor
secepat mungkin setelah pengeboran dimana kondisi tanah kemungkinan besar akan
memburuk akibat terekspos. Bilamana elevasi akhir pemotongan berada di bawah elevasi
muka air tanah, tekanan harus dipertahankan pada beton yang belum mengeras, sama
dengan atau lebih besar dari tekanan air tanah, sampai beton tersebut selesai mengeras.

d) Pengecoran Beton di Bawah Air

Bilamana pengecoran beton di dalam air atau lumpur pengeboran, semua bahan lunak
dan bahan lepas pada dasar lubang harus dihilangkan dan cara tremie yang telah dise-
tujui harus digunakan.
Cara tremie harus mencakup sebuah pipa yang diisi dari sebuah corong di atasnya. Pipa
harus diperpanjang sedikit di bawah permukaan beton baru dalam tiang bor sampai di
atas elevasi air/lumpur.
Bilamana beton mengalir keluar dari dasar pipa, maka corong harus diisi lagi dengan
beton sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru. Pipa tremie harus kedap air, dan
harus berdiameter paling sedikit 15 cm. Sebuah sumbat harus ditempatkan di depan
beton yang dimasukkan pertama kali dalam pipa untuk mencegah pencampuran beton
dan air.

e) Penanganan Kepala Tiang Bor Beton

Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang akan
dipotong. Semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian
puncak tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang
cukup sehingga memungkinkan pengikatan yang sempurna ke dalam pur atau struktur di
atasnya.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 42
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

f) Tiang Bor Beton Yang Cacat

Tiang bor harus dibentuk dengan cara dan urutan sedemikian rupa hingga dapat dipasti-
kan bahwa tidak terdapat kerusakan yang terjadi pada tiang bor yang dibentuk
sebelumnya. Tiang bor yang cacat dan di luar toleransi harus diperbaiki atas biaya
Kontraktor.

g) Pengujian Tiang Bor


Perkembangan dan penggunaan metode Load Cell test untuk pengujian static dengan
kapasitas tinggi pada pondasi tiang bor memberikan pengaruh dan konstribusi yang
sangat besar bagi para perencana struktur pondasi untuk dapat mengevaluasi
kapasitas dari struktur pondasi yang direncanakan dan mengakaji pemilihan teknik
konstruksi pada pondasi tiang bor. Objektif dari Load Cell test adalah untuk mengukur
pergerakan tiang pondasi melalui alat load cell yang dihubungkan dengan peralatan
elektronik sistem data yang terkomputerisasi dengan akurat.
Saat ini, perencana struktur pondasi tidak lagi memerlukan dan bergantung kepada
penggunaan tiang pondasi uji dengan skala lebih kecil dari ukuran aktual-nya
(diperkecil dari ukuran sebenarnya) dan biaya yang besar untuk dapat melakukan
pengujian beban pada pondasi tiang bor berdiameter besar yang biasanya menjadi ciri
khas dari metode pengujian statik konvensional.
Proses perubahan skala ukuran tiang uji secara konservatif dapat di-eliminasi dengan
menggunakan ukuran aktual dari tiang uji pada pengujian beban dengan metode Load
Cell test yang mampu memobilisasi beban lebih dari 200 MN.
Load Cell adalah alat pengangkat yang dimobilisasi dengan mekanisme hidrolis selama
proses pengujian beban. Alat ini ditanamkan dan merupakan bagian pada struktur
pondasi dan bekerja pada dua arah (bi-directictional), keatas (upward) melawan
tahanan geser selimut (side shear resistance) dan kebawah (downward) melawan
tahanan dasar (end bearing), load cell secara otomatis akan merekam kedua
karakteristik tahanan tersebut secara terpisah. Penggunaan alat ini pada struktur
pondasi tidak diharuskan untuk menggunakan struktur balok tambahan dan tiang-tiang
pengikat (tie-down piles). Load Cell menjabarkan semua reaksi yang bekerja pada
tiang pondasi dari tanah dan batuan yang mengelilingi pondasi. Pada suatu kondisi

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 43
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

dimana komponen-komponen tahanan tanah dan alat ini telah mencapai kapasitas
maksimumnya maka proses pengujian beban dapat dihentikan.

(Gambar 2.1.24- Pelaksanaan Tiang Bor)

Setiap alat load cell secara khusus dilengkapi dengan komponen peralatan yang
berkemampuan untuk dapat mengukur secara langsung dan otomatis adanya
pergerakan pada dirinya. Kapasitas beban yang dapat dimobilisasi selama pengujian
beban adalah 0.7 - 27 MN. Dengan menggunakan satu (single) atau lebih (multiple)
alat load cell pada satu bidang horisontal, maka kapasitas yang dapat tersedia dapat
mencapai lebih dari 220 MN (22000 ton); sedangkan penggunaan multiple cells pada
bidang yang berbeda (elevasi yang berbeda) dalam satu struktur tiang pondasi akan

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 44
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

memungkinkan segmen-segmen pada tiang tersebut dapat dianalisa dan diketahui


hasil-hasil keluarannya secara terpisah.
Pelaksanaan pengujian beban pada metode load cell mengacu kepada Peraturan
ASTM, Quick Testing Method - D1143. Meskipun para perencana juga menetapkan
beberapa metode statik lainnya akan tetapi metode ini sudah menjadi metode yang
umum digunakan dan menjadi pilihan yang baku. Dibawah ini adalah peralatan yang
umum digunakan pada pelaksanaan load cell test, yaitu meliputi:

1. Load Cell set: perangkat alat berat komposit yang terdiri dari 2 plat baja yang
berbentuk lingkaran dan silinder baja untuk menggambungkan kedua plat tersebut.
Perangkat ini merupakan alat utama dari unit load cell.
2. Hydraulic supply line: pipa baja yang digunakan untuk menyalurkan tekanan
hidrolis dari pompa hidrolik kepada perangkat Load Cell dengan tekanan yang telah
ditetapkan
3. Hydraulic pump: sumber tekanan yang digunakan untuk memobilisasi Load Cell.
4. Pressure gauge: merupakan salah satu komponen bagian dari alat sumber
tekanan hidrolis yang berfungsi untuk membaca besarnya tekanan hidrolis yang
telah disalurkan pada Load Cell.
5. Telltale casing: pipa baja yang digunakan sebagai selongsong dari steel telltale
rods.
6. Stainless Steel Telltale Rods: kawat baja yang digunakan untuk menghubungkan
perangkat Load Cell set dengan Data Acquisition System melalui Digital Indicator.
Kawat ini berfungsi untuk mengirimkan displacement atau expansion yang terjadi
pada Load Cell set.
7. Data Acquisition System: perangkat lunak elektronik yang berfungsi sebagai
perantara antara Computer dan Data gatherer. Data (reading) yang dibaca
kemudian disaring sebelum dianalisa dan ditampilkan pada Computer.
8. Displacement transducers: alat yang berfungsi untuk membaca adanya
displacement yang terjadi pada Load Cell melalui telltale rods.
9. Data gatherer: alat yang berfungsi untuk mengumpulkan data hasil reading yang
dikirimkan dari displacement transducers dan grating sensors.
10.Grating sensors: alat yang digunakan untuk mengukur tegangan pada setiap
lapisan tanah

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 45
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

2.1.1.7. TOLERANSI TIANG PANCANG DAN TIANG BOR

a. Lokasi kepala tiang


Pergeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan : < 75 mm dalam
segala arah
b. Kemiringan tiang pancang
Penyimpangan arah vertikal/ kemiringan yang dipersyaratkan : < 20 mm per meter (1
: 50)
c. Kelengkungan (BOW)
Kelengkungan tiang pancang beton cor langsung ditempat : < 0,01 panjang tiang
dalam segala arah;
Kelengkungan lateral tiang pancang baja : < 0,0007 panjang total tiang pancang
d. Garis tengah lubang bor tanpa selubung (casing) : 0 sd +5% dari diameter nominal
pada setiap posisi

2.1.1.8. TURAP

a) Umum

Umumnya ketentuan yang mengatur pemancangan tiang pancang penahan beban harus
berlaku juga untuk turap. Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan

b). Turap Kayu

Tiang pancang kayu sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar baik yang
dipotong dari bahan yang utuh (solid) maupun dibuat dari tiga papan yang diikat jadi satu
dengan kokoh. Ujung bagian bawah tiang pancang harus diruncingkan agar dapat
mendesak ke dalam sedemikian hingga tiang-tiang yang berdekatan mempunyai ikatan
yang rapat. Puncak tiang pancang harus dipotong pada suatu garis lurus pada elevasi
yang telah ditunjukkan dan harus diperkaku dengan balok yang ditumpang-tindihkan dan

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 46
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

disambung pada semua sambungan dan sudut-sudut. Balok-balok pengaku sebaik-nya


dipasang untuh antara sudut-sudut dan harus dibaut di dekat puncak tiang pancang.

c) Turap Beton

Dinding turap beton harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar.

d) Turap Baja

Turap baja harus mempunyai jenis dan berat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
Bilamana dipasang dalam struktur yang telah selesai, turap baja harus kedap air pada
sambungannya. Pengecatan turap baja harus memenuhi ketentuan Spesifikasi.

2.1.1.9. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran

a) Cerucuk

Cerucuk harus diukur untuk pembayaran dalam jumlah meter panjang untuk penyediaan
dan pemancangan cerucuk memenuhi garis dan elevasi yang ditunjukkan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

b) Dinding Turap

Dinding turap kayu, baja atau beton yang permanen, harus diukur sebagai jumlah dalam
meter persegi yang dipasang memenuhi garis dan elevasi yang ditunjukkan pada Gambar
atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Luas dinding turap merupakan
panjang turap yang diukur dari ujung turap sampai elevasi bagian pucak turap yang
dipotong, dikalikan dengan panjang struktur yang diukur pada elevasi bagian puncak
turap yang dipotong. Batang tarik, tiang jangkar atau balok, balok ganjal dasar dan
sebagainya yang ditunjukkan dalam Gambar tidak akan diukur untuk pembayaran.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 47
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Dinding turap sementara, dalam bahan apapun untuk cofferdam, pengendalian drainase,
penahan lereng galian atau penggunaan tidak permanen lainnya tidak akan diukur untuk
pembayaran, tetapi harus dianggap telah dicakup dalam berbagai mata pembayaran
untuk galian, drainase, struktur dan lain-lain.

c) Penyediaan Tiang Pancang

Satuan pengukuran untuk pembayaran tiang pancang kayu dan beton pracetak
(bertulang atau pratekan) harus diukur dalam meter kubik dari tiang pancang yang
disediakan dalam berbagai panjang dari setiap ukuran dan jenisnya. Tiang pancang baja
diukur dalam kilogram dari tiang pancang yang disediakan dalam berbagai panjang dari
setiap ukuran dan jenisnya. Dalam segala hal, jenis dan panjang yang diukur adalah
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, disediakan sesuai dengan
ketentuan bahan dari Spesifikasi ini dan disusun dalam kondisi baik di lapangan dan
diterima oleh Direksi Pekerjaan. Kuantitas dalam meter kubik atau kilogram yang akan
dibayar, termasuk panjang tiang uji dan tiang tarik yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, tetapi tidak termasuk panjang yang disediakan menurut pendapat Kontraktor.

Tiang pancang yang disediakan oleh Kontraktor, termasuk tiang uji tidak diijin-kan untuk
menggantikan tiang pancang yang telah diterima sebelumnya oleh Direksi Pekerjaan,
yang ternyata kemudian hilang atau rusak sebelum penyelesaian Kontrak selama
penumpukan atau penanganan atau pemancangan, dan akan yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan untuk disingkirkan dari tempat pekerjaan atau dibuang dengan cara
lain.

Bilamana perpanjangan tiang pancang diperlukan, panjang perpanjangan akan dihitung


dalam meter kubik atau kilogram, dan akan diukur untuk pembayaran.

Baja tulangan dalam beton, penyetelan, sepatu dan penyambungan bilamana diperlukan,
acuan tidak akan diukur untuk pembayaran.

Bilamana Kontraktor mengecor tiang pancang beton pracetak lebih panjang dari yang
diperlukan, sebagaimana seluruh panjang baja tulangan untuk memudahkan

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 48
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

pemancangan, maka tidak ada pengukuran untuk bagian beton yang harus dibongkar
agar supaya batang baja tulangan itu dapat dimasukkan ke dalam struktur yang
mengikatnya.

d) Pemancangan Tiang Pancang

Tiang pancang kayu, baja dan beton akan diukur untuk pemancangan sebagai jumlah
meter panjang dari tiang pancang yang diterima dan tertinggal dalam struktur yang telah
selesai. Panjang dari masing-masing tiang pancang harus diukur dari ujung tiang pancang
sampai sisi bawah pur (pile cap) untuk tiang pancang yang seluruh panjangnya masuk ke
dalam tanah, atau dari ujung tiang pancang sampai permukaan tanah untuk tiang
pancang yang hanya sebagian panjangnya masuk ke dalam tanah.

e) Tiang Bor Beton Cor Langsung Di Tempat

Pengukuran tiang bor beton cor langsung di tempat harus merupakan jumlah aktual
dalam meter panjang tiang bor yang telah selesai dibuat dan diterima sebagai suatu
struktur. Panjang untuk pembayaran harus diukur dari ujung tiang bor sebagaimana yang
dibuat atau disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan, sampai elevasi bagian atas tiang bor
yang akan dipotong seperti ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang dirancang
oleh Direksi Pekerjaan.

f) Pelaksanaan Tiang Bor Beton Cor Langsung Di Tempat Yang Berair

Pengukuran untuk biaya tambahan terhadap tiang bor beton cor langsung di tempat yang
dilaksanakan di bawah air harus dihitung dalam meter panjang, dari ujung tiang bor
yang dirancang atau disetujui sampai elevasi bagian atas tiang bor yang akan dipotong
bilamana kepala tiang bor berada di bawah permukaan air normal. Bilamana elevasi
bagian atas tiang bor yang akan dipotong di atas permukaan air normal, panjang yang
dihitung harus dari ujung tiang bor yang dirancang atau disetujui sampai elevasi
permukaan air normal.

g) Tiang Uji

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 49
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Tiang uji akan diukur dengan cara yang sama, untuk penyediaan dan peman-cangan
seperti yang telah diuraikan di atas.
2) Pembayaran

Kuantitas yang ditentukan seperti diuraikan di atas, akan dibayar dengan Harga Kontrak
per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjuk-
kan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan, penanganan, pemancangan, penyam-
bungan, perpanjangan, pemotongan kepala tiang, pengecatan, perawatan, pengujian,
baja tulangan atau baja pra-tegang dalam beton, penggunaan peledakan, pengeboran
atau peralatan lainnya yang diperlukan untuk penetrasi ke dalam lapisan keras, dan juga
termasuk hilangnya selubung (casing), semua tenaga kerja dan setiap peralatan yang
diperlukan dan semua biaya lain yang perlu dan biasa untuk penyelesaian yang
sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan.

(Tabel 2.1.1 – Pengukuran dan Pembayaran Pondasi Tiang )

Nomor
Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayar
an

7.6.(1) Pondasi Cerucuk, Penyediaan & Meter Panjang


Pemancangan

7.6.(2) Dinding Turap Kayu Tanpa Pengawetan Meter Persegi

7.6.(3) Dinding Turap Kayu Dengan Pengawetan Meter Persegi

7.6.(4) Dinding Turap Baja Meter Persegi

7.6.(5) Dinding Turap Beton Meter Persegi

7.6.(6) Penyediaan Tiang Pancang Kayu Tanpa Meter Kubik


Pengawetan.

7.6.(7) Penyediaan Tiang Pancang Kayu Dengan Meter Kubik


Pengawetan.

7.6.(8) Penyediaan Tiang Pancang Baja Kilogram

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 50
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

7.6.(9) Penyediaan Tiang Pancang Beton Meter Kubik


Bertulang Pracetak

7.6.(10) Penyediaan Tiang Pancang Beton Meter Kubik


Pratekan Pracetak

7.6.(11) Pemancangan Tiang Pancang Kayu Meter Panjang

7.6.(12) Pemancangan Tiang Pancang Pipa Baja : Meter Panjang


Diameter 400 mm

7.6.(13) Pemancangan Tiang Pancang Pipa Baja : Meter Panjang


Diameter 500 mm

7.6.(14) Pemancangan Tiang Pancang Pipa Baja : Meter Panjang


Diameter 600 mm

7.6.(15) Pemancangan Tiang Pancang Beton Meter Panjang


Pracetak :
30 cm x 30 cm atau diameter 300 mm

7.6.(16) Pemancangan Tiang Pancang Beton : Meter Panjang


40 cm x 40 cm atau diameter 400 mm

7.6.(17) Pemancangan Tiang Pancang Beton : Meter Panjang


50 cm x 50 cm atau diameter 500 mm

7.6.(18) Tiang Bor Beton, diameter 600 mm Meter Panjang

7.6.(19) Tiang Bor Beton, diameter 800 mm Meter Panjang

7.6.(20) Tiang Bor Beton, diameter 1000 mm Meter Panjang

Nomor
Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayar
an

7.6.(21) Tiang Bor Beton, diameter 1200 mm Meter Panjang

7.6.(22) Tiang Bor Beton, diameter 1500 mm Meter Panjang

7.6.(23) Tambahan Biaya untuk Nomor Mata Meter Panjang


Pembayaran 7.6.(11) s/d 7.6.(17) bila
Tiang Pancang Beton dikerjakan di
Tempat Yang Berair.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 51
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

7.6.(24) Tambahan Biaya untuk Nomor Mata Meter Panjang


Pembayaran 7.6.(18) s/d 7.6.(22) bila
Tiang Bor Beton dikerjakan di Tempat
Yang Berair.

7.6.(25) Pengujian Pembebanan Pada Tiang Buah


Dengan Diameter sampai 600 mm.

7.6.(26) Pengujian Pembebanan Pada Tiang Buah


Dengan Diameter di atas 600 mm.

2.1.2. PONDASI SUMURAN (CAISSON)

a). Umum

Pondasi ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum digunakan
pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang dengan
diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm. Pekerjaan ini mencakup penyediaan
dan penurunan dinding sumuran yang dicor di tempat atau pracetak yang terdiri unit-unit
beton pracetak. Penurunan dilakukan dengan menggali sedikit demi sedikit di bawah
dasarnya. Berat beton pada sumuran memberikan gaya vertical untuk mengatasi gesekan
(friction) antara tanah dengan beton, dan dengan demikian sumuran dapat turun.

Ketepatan pematokan pada sumuran sangat penting karena tempat yang digunakan oleh
sumuran sangat besar. Akibat kesalahan pematokan, bersama-sama dengan kemiringan
yang terjadi pada waktu sumuran diturunkan, dapat menyebabkan sumuran itu berada di
luar daerah kepala jembatan atau pilar. Hal ini merupakan tambahan pekerjaan untuk
memperbesar kapala jembatan atau pilar, dan akan meneruskan beban vertical dari
bangunan atas kepada bangunan bawah secara eksentris.

Garis tengah memanjang jembatan dan garis tengah melintang dari sumuran harus
ditentukan dan dioffset sejauh jarak tertentu untuk memastikan bahwa titik-titik referensi
tersebut tidak terganggu pada saat pembangunan sumuran.

Harus diperhatikan penentuan letak tiap segmen untuk memastikan bahwa segmen baru
akan mempunyai alinyemen yang benar sepanjang sumbu vertical.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 52
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Hal ini penting terutama pada waktu suatu segmen ditambahkan pada sumuran yang
tidak (keluar dari) vertical. Secara ideal kemiringan ini harus diperbaiki sebelum
penambahan segmen berikutnya. Setelah pekerjaan pematokan selesai, dilakukan
penggalian pendahuluan untuk memberikan jalan awal melalui mana sumuran akan
diturunkan. Sisi galian ini harus sedapat mungkin vertical.

(Gambar 2.1.25 - Jenis Pondasi Sumuran)

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 53
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar 2.1.26 - Bentuk Detail Pondasi Sumuran)

b). Pembuatan Pondasi Sumuran

1). Unit Beton Pracetak

Unit beton pracetak harus dicor pada landasan pengecoran yang sebagaimana mestinya.
Cetakan harus memenuhi garis dan elevasi yang tepat dan terbuat dari logam. Cetakan
harus kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 hari setelah pengecoran. Unit
beton pracetak yang telah selesai dikerjakan harus bebas dari segregasi, keropos, atau
cacat lainnya dan harus memenuhi dimensi yang disyaratkan.

Unit beton pracetak tidak boleh digeser paling sedikit 7 hari setelah pengecoran, atau
sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton telah mencapai 70 persen dari
kuat tekan beton rancangan dalam 28 hari.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 54
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Unit beton pracetak tidak boleh diangkut atau dipasang sampai beton tersebut mengeras
paling sedikit 14 hari setelah pengecoran, atau sampai pengujian menunjukkan kuat
tekan mencapai 85 persen dari kuat tekan rancangan dalam 28 hari.

2) Dinding Sumuran dari Unit Beton Pracetak


Beton pracetak yang pertama dibuat harus ditempatkan sebagai unit yang terbawah.
Bilamana beton pracetak yang pertama dibuat telah diturunkan, beton pracetak berikut-
nya harus dipasang di atasnya dan disambung sebagimana mestinya dengan adukan
semen untuk memperoleh kekakuan dan stabilitas yang diperlukan. Penurunan dapat
dilanjutkan 24 jam setelah penyambungan selesai dikerjakan.

3) Dinding Sumuran Cor Di Tempat


Cetakan untuk dinding sumuran yang dicor di tempat harus memenuhi garis dan elevasi
yang tepat, kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 hari setelah pengecoran.
Beton harus dicor dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Penurunan
tidak boleh dimulai paling sedikit 7 hari setelah pengecoran atau sampai pengujian
menunjukkan bahwa kuat tekan beton mencapai 70 persen dari kuat tekan rancangan
dalam 28 hari.

c) Penggalian dan Penurunan

Bilamana penggalian dan penurunan pondasi sumuran dilaksanakan, perhatian khusus


harus diberikan untuk hal-hal berikut ini :

1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan aman, teliti, mematuhi undang-


undang keselamatan kerja, dan sebagainya.

2. Penggalian hanya boleh dilanjutkan bilamana penurunan telah dilaksanakan


dengan tepat dengan memperhatikan pelaksanaan dan kondisi tanah. Gangguan,
pergeseran dan gonjangan pada dinding sumuran harus dihindarkan selama
penggalian.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 55
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

3. Dinding sumuran umumnya diturunkan dengan cara akibat beratnya sendiri,


dengan menggunakan beban berlapis (superimposed loads), dan mengurangi
ketahanan geser (frictional resistance), dan sebagainya.

4. Cara mengurangi ketahanan geser :


Bilamana ketahanan geser diperkirakan cukup besar pada saat penurunan din-
ding sumuran, maka disarankan untuk melakukan upaya untuk mengurangi
geseran antara dinding luar sumuran dengan tanah di sekelilingnya.

5. Sumbat Dasar Sumuran


Dalam pembuatan sumbat dasar sumuran, perhatian khusus harus diberikan
untuk hal-hal berikut ini :

i) Pengecoran beton dalam air umumnya harus dilaksanakan dengan cara


tremies atau pompa beton setelah yakin bahwa tidak terdapat fluktuasi muka
air dalam sumuran.

ii) Air dalam sumuran umumnya tidak boleh dikeluarkan setelah pengecoran
beton untuk sumbat dasar sumuran.

6. Pengisian Sumuran
Sumuran harus diisi dengan beton siklop K175 sampai elevasi satu meter di
bawah pondasi telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi dengan beton K250,
atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar.

7. Pekerjaan Dinding Penahan Rembesan (Cut-Off Wall Work)


Dinding penahan rembesan (cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu
menahan gaya-gaya dari luar seperti tekanan tanah dan air selama proses
penurunan dinding sumuran, dan harus ditarik setelah pelaksanaan sumuran
selesai dikerjakan.

8. Pembongkaran Bagian Atas Sumuran Terbuka

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 56
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Bagian atas dinding sumuran yang telah terpasang yang lebih tinggi dari sisi dasar
pondasi telapak harus dibongkar. Pembongkaran harus dilaksanakan dengan
menggunakan alat pemecah bertekanan (pneumatic breakers). Peledakan tidak
boleh digunakan dalam setiap pembongkaran ini.
Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam pondasi telapak harus
mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.

d). Pengukuran dan Pembayaran

1) Cara Pengukuran

Kuantitas sumuran yang disediakan sesuai dengan ketentuan bahan dalam Spesifikasi ini
diukur untuk pembayaran, haruslah jumlah panjang sumuran dalam meter seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar dan diperintahkan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
Satuan pengukuran untuk penurunan sumuran haruslah jumlah meter panjang
penurunan yang diterima, diukur dari tumit sumuran sampai sisi dasar pondasi telapak.

Tidak ada pengukuran terpisah untuk pembayaran yang akan dilakukan untuk peng-
galian, pemompaan, acuan dan setiap pekerjaan sementara untuk pembuatan sumuran,
dimana semua pekerjaan tersebut dipandang telah termasuk dalam pengukuran dan
pembayaran sumuran.

2) Pembayaran

Pembayaran untuk yang disebutkan di atas harus dilakukan dengan Harga Satuan
Kontrak menurut Mata Pembayaran yang terdafatar di bawh dan ditunjukkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut merupakan
kompensasi penuh untuk penyediaan semua pekerja, bahan, peralatan, perkakas, galian
untuk penurunan termasuk pembuangan bahan yang digali, pembongkaran (jika
diperlukan) bagian atas sumuran untuk memperoleh elevasi yang disyaratkan,
penghubung, sambungan dan semua pekerjaan kecil dan sementara yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 57
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Tabel 2.1.2 – Pengukuran dan Pembayaran Pondasi Sumuran)

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

7.7.(1) Penyediaan Dinding Sumuran Silinder, Meter Panjang


Diameter 250 cm

7.7.(2) Penyediaan Dinding Sumuran Silinder, Meter Panjang


Diameter 300 cm

7.7.(3) Penyediaan Dinding Sumuran Silinder, Meter Panjang


Diameter 350 cm

7.7.(4) Penyediaan Dinding Sumuran Silinder, Meter Panjang


Diameter 400 cm

7.7.(5) Penurunan Dinding Sumuran Silinder, Meter Panjang


Diameter 250 cm

7.7.(6) Penurunan Dinding Sumuran Silinder, Meter Panjang


Diameter 300 cm

7.7.(7) Penurunan Dinding Sumuran Silinder, Meter Panjang


Diameter 350 cm

7.7.(8) Penurunan Dinding Sumuran Silinder, Meter Panjang


Diameter 400 cm

2.1.3. PENJANGKARAN TANAH (GROUND ANCHOR)

a). Umum

Penjelasan tentang Penjangkaran Tanah ini seluruhnya disadur dari buku “Mekanika
Tanah dan Teknik Pondasi oleh Ir. Suyono Sosrodarsono dan Kazuto Nakazawa Edisi ke
7 Tahun 2000” sebagai berikut . Metode penjangkaran tanah disebut juga dengan nama
Alluvian Anchor, Ground Anchor atau Tieback Anchor. Dalam metode ini pemboran
dilakukan di dalam tanah pondasi yang baik terdiri dari lapisan berpasir, lapisan kerikil,
lapisan berbutir halus ataupun batuan yang lapuk, serta suatu bagian yang menahan
gaya tarik seperti campuran semen dengan kabel baja atau semen dengan batang baja

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 58
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

dimasukkan ke dalam lubang hasil pemboran tersebut, kemudian disertai suatu gaya tarik
setelahnya untuk memperkuat konstruksinya. Dalam banyak hal dipergunakan untuk
melawan tekanan tanah seperti turap ataupun tembok penahan tanah. Kadang-kadang
juga dipergunakan untuk konstruksi yang permanent tetapi pada dasarnya hanyalah
dipakai untuk konstruksi sementara. Apabila suatu dinding turap dipasang di suatu daerah
di mana sedang dikerjakan penurapan sedangkan penopang ataupun tiang-tiang antara
tidak dibutuhkan maka akan diperoleh daerah yang lebih luas di antara dinding turap,
yang memungkinkan penggalian dengan alat-alat berat.

(Gambar 2.1.27 – Gambaran Umum Jangkar )

b). Tipe Jangkar

Penjangkaran dengan tahanan geser. Jenis ini memakai batang jangkar yang silindris
yang digrout di dalam lubang bor dan gaya tarik ditimbulkan dari tahanan geser yang
bekerja sekelilingnya.
Penjangkaran dengan plat pemikul. Jenis ini menggunakan suatu plat massif yang
dipasang di dalam tanah sehingga tekanan tanah pasipnya yang bekerja dapat menahan
gaya tarik.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 59
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Penjangkaran gabungan. Di mana ada bagian-bagian yang diperbesar dan tekanan pasip
bersama-sama tahanan geser batangnya yang menahan gaya tarik, sehingga dapat
disebut sebagai gabungan dari kedua metode terdahulu. Untuk membuat penjangkaran
dengan diameter besar pembuatan lubangnya perlu menggunakan mata bor khusus atau
semburan air bertekanan tinggi.

(Gambar 2.1.28 – Tipe Jangkar)

c). Metode Penjangkaran

Beberapa metode penjangkaran yang dipakai dapat dijelaskan berikut ini :

1. Metode penjangkaran dengan grouting : Setelah suatu batang PC baja atau kabel
baja terpasang sebagai batang tarik di dalam lubang hasil pemboran, dilaksanakan
grouting dan batang tarik ini dijangkar. Untuk menghindari mengalir keluarnya
adukan semen dari lubang waktu sedang digrouting, perlu dipasang alat khusus
didalam lubang tersebut yaitu ” packer” untuk menahan tekanan tinggi. Cara ini

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 60
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

dimaksudkan untuk mengeraskan dinding lubang secukupnya, yang agak urai karena
adanya grouting dengan suatu kekuatan leleh yang besar.

2. Metode penjangkaran dengan lubang bertekanan (jangkar PS) : Adalah metode


dimana suatu tabung yang dapat mengembang dimasukkan ke dalam lubang hasil
pemboran dan adukan mengisi bagian luar dari dinding tabung dan kemudian air
bertekanan dimasukkan kedalam tabung tersebut agar mengembang, sehingga
bagian luar tabung tertekan dan dapat menjadi keras. Setelah mengeras tabung
tersebut dikeluarkan dan batang tarik dimasukkan mengganti tempat tabung tadi dan
diberi tambahan adukan.

(Gambar 2.1.29 – Metode Jangkar Tabung Tekan)

3. Metode penjangkaran dengan penekanan (jangkar baji): Suatu batang PC baja


dimasukkan kelubangnya dan adukan diisikan ke dalam dasar lubang, lalu beton
bertulang yang berlubang ditengahnya sebagai inti dari jangkar ini dengan batang
baja tadi sebagai pengarahnya dipukul masuk ke dalam adukkannya menyebabkan

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 61
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

adukan ini memperbesar dinding lubangnya, sehingga tahanan cabut dari jangkar
tersebut diperbesar.

(Gambar 2.1.30 – Metode Jangkar Dengan Inti Yang Dipancang)

4. Metode penjangkaran plat : Metode ini disebut metode penjangkaran mekanis, terdiri
dari batang baja dan bagian jangkar yang terbuat dari plat baja dan dimasukkan
kedalam tanah dengan dipukul. Setelah dimasukkan batang-batang baja itu ditarik
sehingga plat tadi berputar dan menjadi plat penahan. Dalam metode penjangkaran
mekanis ini ada juga suatu jenis yang jangkarnya dimasukkan kedalam lubang bor,
sebagai tambahan dari jenis jangkar yang dipukul seperti metode jangkar dengan plat
tadi. Jenis jangkar yang dipukul biasanya dipergunakan untuk beban rencana yang
agak kecil dimana gaya tarik kurang dari 20 ton. Hal ini ditandai dari cara
pelaksanaannya yang mudah dan prinsipnya sederhana.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 62
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar 2.1.26 – Metode Pelat Jangkar)

5. Metode jangkar UAC : Metode ini adalah dengan pembesaran lubang. Telah
dikembangkan di Inggris dan banyak digunakan disana. Caranya berdasarkan bahwa
setelah dibor sampai kedalaman yang diperlukan, suatu mata bor khusus dipakai
untuk memperbesar bagian dasar lubang yang mengakibatkan meningkatnya tahanan
cabut jangkar tersebut. Metode pelaksanaannya setelah dasar lubang dibesarkan
adalah seperti metode jangkar gabungan.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 63
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

(Gambar 2.1.31 - Metode Jangkar UAC)

d). Metode Penjangkaran Prategang Pratekan dengan Grouting

1. Umum

Metode penjangkaran pratekan prategang dengan grouting (prestressed grouted


ground anchor) adalah komponen konstruksi yang ditanam pada tanah atau batu
(rock) yang digunakan untuk menyalurkan gaya ke bumi. Grouting diisi ke lubang hasil
pengeboran.
Penjangkaran dengan grouting terdiri dari 3 (tiga) bagian penting yaitu :
a. Anchorage
b. Free stressing (unbonded) length
c. Bond length

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 64
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

(Gambar 2.1.32 - Metode Jangkar UAC)

Anchorage merupakan kombinasi dari anchor head, bearing plate dan trumpet yang
mempunyai kapasitas mentransfer gaya prategang dari baja prategang (bar atau
strand) ke bumi atau konstruksi pendukung.
Unbonded length adalah bagian baja prategang yang bebas untuk mengalami
perpanjangan atau pemuluran secara elastis (elongate elastically) dan mentransfer
gaya perlawanan dari “bond length” ke struktur. Sebuah bondbreaker dari plastik
ditempatkan pada tendon di bagian unbonded length untuk mencegah baja prategang
tersebut dari pengikatan akibat rembesan grouting. Hal tersebut memungkinkan baja
prategang pada unbonded length untuk mengalami perpanjangan tanpa hambatan
saat testing dan stressing dan tetap dalam keadaan unbonded setelah lock-off.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 65
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Tendon bond length adalah panjang baja prategang yang diikat oleh grouting dan
mempunyai kemampuan mentransfer tegangan yang terjadi akibat beban yang bekerja
ke bumi.
Untuk selanjutnya istilah Tendon berarti termasuk baja prategang (strand atau bar),
perlindungan terhadap karat, sheaths (sheatings), centralizer, spacer dan dalam hal ini
tidak termasuk anchorage dan grouting.
Sheats adalah lapisan pembungkus bergelombang yang melindungi baja prategang
dari karat pada unbonded length. Posisi tendon harus ditengah pada lubang bor agar
minimum grouting yang menutupinya tercapai.
Spacer digunakan untuk menyekat antar baja prategang atau bar agar masing-masing
terikat dengan cukup terhadap anchor grout.

2. Grouting

Grouting untuk soil dan rock adalah jenis grouting murni atau tanpa agregat dan
mengacu pada ASTM C150, dengan water cement ratio antara 0,4 – 0,55 terhadap
berat dan semen yang dipakai type I dan semen grouting harus mencapai kekuatan 21
Mpa pada saat akan stressing serta dapat pula memakai additive untuk mengatasi
masalah panas yang timbul dan jauhnya jarak pompa saat dilakukan penekanan
grouting. Grouting ini adalah suatu campuran portland cement yang menyalurkan
gaya dari tendon ke bumi dan juga memberikan perlindungan terhadap karat.

3. Material Tendon

Spesifikasi steel bar dan strand tendons mengacu pada ASTM A722 dan ASTM A416
sedangkan strand yang digunakan seven wire diameter 15,2 mm (0,6 in) grade 270,
sedangkan bar tendon umumnya diameter 26 mm, 32 mm, 36 mm, 45 mm dan 64 mm
dengan panjang tanpa sambungan ± 18 m. Desain angker dengan beban ± 2077 kN
dapat digunakan bar tendon dengan diameter 64 mm single. Apabila digunakan
sambungan maka harus diperhatikan perlindungan karatnya.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 66
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

4. Spacers and Centralizers

Unit spacer/centralizers ditempatkan secara teratur dengan interval biasanya 3 m


sepanjang daerah anchor bond. Untuk strand tendon, spacer biasanya dipasang untuk
memberikan jarak/spasi antar strand minimum 6 – 13 mm dan terhadap bagian terluar
grouting minimum 13 mm. Spacer dan Centralizer dibuat dari bahan anti karat dan
mudah untuk mengalirkan bahan grouting

2.2. KEPALA DAN PILAR JEMBATAN

2.2.1. UMUM

Kepala jembatan, umumnya dari jenis dinding dan balok beton, diperlukan sebagai
landasan jembatan dan menahan timbunan dibelakang kepala jembatan. Jika kepala
jembatan spill-through, kepala jembatan bertindak sebagai cap dan dudukan bagi
landasan.
Kepala jembatan dengan tipe gaya berat (gravity), yang menggunakan pasangan batu
serta dudukan dan dinding belakang beton juga sering digunakan.
Pilar-pilar dapat berupa susunan rangka pendukung (trestle), yaitu topi beton yang
bertindak sebagai balok melintang (cross beam) dengan kepala tiang tertanam pada
topi, atau susunan kolom, yang menggunakan sistem beton kopel (pile cap) yang
terpisah, sistem kolom dan balok melintang terpisah.

Pada umumnya di Indonesia dipakai susunan rangka pendukung untuk pondasi tiang.
Pada susunan tersebut tiang diteruskan langsung pada balok melintang ujung (cross
head) pilar. Kelebihan utama dari susunan ini adalah biaya, kemudahan pelaksanaan
dan kurangnya kemungkinan penggerusan sungai. Kekurangan utama susunan ini
adalah penampilannya yang kurang menarik terutama pada waktu muka air rendah.
Tambah lagi, pile cap sering ditempatkan sangat tinggi diatas muka air.
Jika pondasi sumuran digunakan untuk pilar, sistem topi beton, kolom dan balok
melintang ujung dipakai. Sistem kolom dapat berupa kolom tunggal atau majemuk
atau dapat berupa dinding penuh. Kepala jembatan dengan pondasi sumuran biasanya

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 67
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

menempatkan bangunan kepala jembatan langsung pada pondasi sumuran. Sistem ini
kadang-kadang dipakai juga untuk pondasi tiang.

Kepala Jembatan dan Pilar menyalurkan gaya – gaya vertikal dan horisontal dari
bangunan atas pada pondasi. Bentuk umum digambarkan pada Gambar B.2.1 berikut
ini. Beda dengan abutmen yang jumlahnya 2 buah dalam satu jembatan, maka pilar ini
belum tentu ada dalam suatu jembatan.
TINGGI TIPIKAL (m)
JENIS PILAR
0 10 20 30
Pilar Balok Cap Tiang Sederhana
Dua baris tiang adalah umumnya minimal

Pilar Kolom Tunggal

5 15

Dianjurkan kolom sirkuler pada aliran arus

Pilar Tembok

Ujung bundar dan alinemen tembok 5 25


sesuai arah aliran membantu mengurangi
gaya aliran dan gerusan lokal

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 68
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Pilar Portal Satu Tingkat Kolom


Ganda atau Majemuk
Dianjurkan kolom sirkuler pada aliran arus
Pemisahan kolom dengan 20 atau lebih 5 15
Membantu kelancaran aliran arus

Pilar Portal Dua Tingkat

15 25

Pilar Tembok Penampang I

Penampang ini mempunyai karakteristik 25


Tidak baik terhadap aliran arus dan untuk
Penggunaan di darat

(Gambar 2.2.1- Jenis Pilar Tipikal)


Pilar jembatan pada umumnya terkena pengaruh aliran sungai sehingga harus
diperhatikan segi kekuatannya dan segi keamanan.

Gambar B.2.2. menunjukkan bentuk – bentuk lain dari pilar yang karena pertimbangan
– pertimbangan pelaksanaan (misalnya pilar normal yang cukup tinggi, sehingga sulit
untuk melaksanakan kistdam), bila poer dibuat di atas tinggi normal. Juga hal yang
perlu diperhatikan tekanan barang – barang hanyutan pada permukaan air.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 69
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Sebagai Abutmen (Jangka Pendek)

Sebagai Pilar (Jangka Panjang)

Dasar Sungai Setelah Diperlebar

(Gambar B.2.2 – Bentuk Lain Pilar)

Kepala Jembatan (Abutmen) dan pilar – pilar dilengkapi dengan blok landasan beton
dan baut – baut dan sebagainya, untuk memasang rangka baja dan perletakan –
perletakan gelagar beton pracetak – pratekan.

2.2.2. TOLERANSI

Kepala Jembatan dan pilar harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan spesifikasi
umum yang diterbitkan secara terpisah, dan harus dikerjakan sesuai dengan denah

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 70
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

dan elevasi (permukaan atas) yang ditujukkan pada Gambar Rencana dalam toleransi
sebagai berikut:

a. Denah
1. abutmen atau pilar (diukur dari garis perletakan) 2.0 cm
2. Baut angker bila telah digrouting 0.5 cm

b. Posisi akhir pusat ke pusat perletakan


1. Panjang bentang 1.0 cm
2. Jarak melintang dari perletakan – perletakan 0.5 cm
pada tiap abutmet atau pilar

c. Elevasi Permukaan
1. Permukaan abutment atau pilar + 2.0 cm
2. Permukaan atas balok landasan balok + 0.5 cm

d. Penahan Horisontal
Titik pusat perletakan sampai ke permukaan dinding 0 + 0.5 cm

e. Perletakan
1. Elevasi / Permukaan + 0.5 cm
2. Lokasi 2.0 cm

Ukuran – ukuran yang ditunjukkan pada gambar didasarkan pada asumsi adanya 5 cm
aspal beton yang akan digelar di atas lantai beton dan jika lapisan aspal beton ini
dihilangkan, ukuran – ukuran yang ada harus disesuaikan.

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 71
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum, Desember 2005;
2. Panduan Pengawasan Pelaksanaan Jembatan Bridge Management System,
Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 1993;
3. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Kazuto Nakazawa dkk, PT Pradnya Paramita,
Th 2000;
4. Foundation Design and Construction, MJ Tomlinson, Fourth Edition, the Pitman
Press London, 1983;
5. Principles of Foundation Engineering, Braja M.Das, PWS Publishing Company
Boston, Second Edition, 1990;
6. Bahan Publikasi, PC Pile, PT. Wijaya Karya Beton;
7. Ground Anchors and Anchored Systems, Geotechnical Engineering Circular No.4,
Publication FHWA, June 1999;
8. Load Cell Test Pada Pondasi Bored Pile Jembatan Suramadu, SKS Pembinaan
Teknik Pembangunan Jembatan Suramadu Core Team-Manajemen Konstruksi
Tahap II;
9. Test Daya Dukung Tiang Pancang Dengan Metode Beban Dinamis (DLT), Pile
Foundation Diagnostic Services;
10. Modul Pelatihan Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan, Pembinaan
Manajemen Kebinamargaan , Direktorat Jenderal Bina Marga, Mei 2006;

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 72
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan

Diklat Fungsional Pengangkatan Pertama Teknik Jalan & Jembatan Tk. Ahli 73

Anda mungkin juga menyukai