Anda di halaman 1dari 4

Untuk kelompok bentuk-U, serat-serat yang dikepang ditempatkan pada dinding bagian bawah dan

lateral cetakan. Jenis penempatan ini mengubah arah awal serat dari pabrik; serat dalam pita menyebar
dan terpisah satu sama lain dan menjadi lebih berorientasi pada arah transversal (horizontal kiri-kanan)
terkait dengan sumbu longitudinal (tegak lurus) sampel.

The evaluation of the final tensile strength reveals that the braided polyethylene fibres assure a better
flexural strength compared with glass-fibres. In the groups of Construct fibres, one can notice that the
disposition of the fibres is the main factor that makes the difference, the dimension being the second
one (Tables 5 and 6). The best cross-sectional design is U-shape followed by the placement of the fibres
on the tensile side (Tension groups): C3T = 427.41±52.94 MPa and C2T = 377.41±45.42 MPa. Also, C2D
(Double fibres on tensile side) showed an increased toughness (284.99±5.0 MPa), but significantly lower
than C2T.

bahwa penempatan serat, dengan mengabaikan jenisnya, pada sisi tarik, meningkatkan kekuatan lentur
sampel. Dalam hal ini, pola fraktur untuk sampel serat polietilen berubah menjadi lebih kuat dan
memanjang dibandingkan dengan serat gelas atau sampel yang tidak diperkuat yang rapuh.

Penempatan bentuk U dari serat polietilena braided biaksial pada sisi tarik (tensile side) sampel
menghasilkan kekuatan lentur (flexural strenght) terbaik..

Results obtained from the optimization suggested that the fibres should be placed
at the bottom of the pontic, forming a U-shape substructure that extended into the connectors
linking the teeth and the pontic. FE analyses of the optimized design indicated stress
reduction in both the veneering composite and at the interface between the veneer and the
FRC substructure
Serat-serat penguat harus dapat diimpregnasikan dengan baik, artinya resin harus berkontak
dengan keseluruhan permukaan serat agar mendapatkan ikatan yang adekuat terhadap polymer
matrix. Dengan impregnasi yang baik, akan didapatkan penguatan secara optimal dan distribusi
tekanan dari polymer matrix ke serat penguat. Impregnasi yang tidak baik akan menimbulkan
beberapa masalah seperti peningkatan penyerapan air sehingga mengarah kepada penurunan sifat
mekanis FRC, dan juga diskolorasi FRC dan penghambatan oksigen dari polimerisasi radikal dalam
resin. Selain level impregnasi, ikatan pada kontak antara serat dengan matrix bergantung pada
interaksi antar komponen, yang dapat berupa mekanikal ataupun kimia. Perlekatan mekanikal
bergantung pada morfologi serat. Perlekatan kimia antara polymer dan serat lebih mengarah
kepada sifat kovalennya (Freilich dkk., 2000).

Fiber reinforced composite disemenkan ke saluran akar dengan menggunakan resin semen
kemudian dilakukan build-up inti dengan menggunakan resin komposit. Banyak literatur yang
melaporkan bahwa sifat biomekanik dari fiber reinforced composite adalah mendekati dentin. Fiber
reinforced composite memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan pasak metal
konvensional yaitu memiliki estetik yang baik, berikatan baik dengan struktur gigi, memiliki modulus
elastisitas yang hampir sama dengan dentin, dan memiliki resiko yang lebih kecil terhadap fraktur
(Belli, 2008).

Pasak fiber polyethylene dan konsep monoblock


Anyaman fiber ini memiliki modulus elastisitas yang hampir sama dengan dentin dan menciptakan
sistem monoblock dentin-pasak-inti yang dapat mendistribusikan tekanan di sepanjang akar dengan
baik (Belli, 2008). Mulai dari bahan pasak, sealer , sistem adhesif, semen luting dan restorasi inti dan
mahkota memiliki sifat yang sama yaitu berbasis resin. Modulus elastisitas semua komponen
mendekati modulus elastisitas dentin sehingga tekanan terdistribusi dengan baik

kelebihan dari pasak polyethylene fiber reinforced composite adalah sebagai beriku

1. Material pasak polyethyelene fiber reinforced composite

 fiber polyethylene memiliki kekuatan yang jauh lebih tinggi dibanding fiber glass sehingga
membutuhkan gunting khusus untuk memotongnya (Terry, 2003

 Pita dari polyethylene fiber ini adalah suatu bahan dengan bentuk anyaman yang sangat kuat
yang disebut locked-stitched threads yang efektif menyalurkan tekanan melalui anyaman
tanpa menyalurkan tekanan kembali ke resin

2. Retensi pasak yang maksimal

 Sistem pasak polyethylene fiber reinforced menggunakan anatomi internal, area permukaan
dan ketidakteraturan bentuk saluran akar untuk meningkatkan ikatan dengan dentin, untuk
memperbaiki integritas struktur dentin radikular yang tersisa dan meningkatkan retensi dan
resistansi terhadap pergerakan (Terry, 2003).
3. Konservasi struktur gigi

 Polyethylene fiber post memberikan pemeliharaan terhadap struktur saluran akar dan
merupakan suatu metode yang dapat digunakan dalam perawatan saluran akar yang
memiliki konfigurasi tidak teratur karena sistem pasak ini tidak membutuhkan pembentukan
jalan masuk. Sebagai tambahan, sistem pasak ini dapat digunakan dengan preparasi yang
minimal karena sistem ini mempergunakan undercut dan permukaan yang tidak teratur
untuk meningkatkan ikatan. Pemeliharaan struktur dentin ini mengurangi kemungkinan
terjadinya fraktur pada gigi selama kegiatan fungsional maupun jika terjadi traumatic injury
(Terry, 2003).

4. Estetik yang optimal

 Sifat optik sekunder dari polyethylene fiber post memungkinkan sifat optik cahaya untuk
melewati gigi dan material restorasi untuk merefleksikan, membiaskan, mengabsorbsi, dan
meneruskan cahaya sesuai dengan kepadatan optik dari kristal hydroxyapatite, enamel rod,
dan tubulus dentin. Untuk itu, dalam menciptakan harmonisasi yang optimal dengan gigi di
sekitarnya, bahan polyethylene fiber post dapat secara langsung memperngaruhi restorasi
akhir di atasnya (Terry, 2003).

5. Modulus Elastisitas Yang Mendekati Dentin

 Desain restorasi yang ideal untuk suatu sistem pasak membutuhkan modulus elastisitas
yang mendekati dentin yaitu 14-18 GPa (Belli, 2008)

 Polyethylene fiber post memiliki modulus elastisitas 1.397 GPa dan apabila bergabung
dengan flowable resin dan adhesif resin, modulus elastisitas meningkat menjadi 23.6 GPa
(Belli, 2008).

6. Flexural dan tensile strenght yang menyerupai struktur akar

 Bahan penguat yang digunakan untuk pasak polyethylene fiber meliputi jalinan fiber
polyethylene yang diberi perlakuan dengan cold-gas plasma. Fiber penguat ini meningkatkan
aspek mekanis dari kompleks gigi-restorasi dengan meningkatkan kekuatan flexural dan
tensile

 Leno weave dari RIBBOND® (USA) dilaporkan mampu menahan pergeseran di bawah
tekanan lebih banyak dari jalinan sederhana dan meminimalkan perjalanan crack micro di
dalam matriks resin menjadi crack stoper yang dapat mengakibatkan kegagalan restorasi
(Gambar.2.11) (Belli, 2008).

7. Adaptasi internal yang mempengaruhi terjadinya initial crack

 Penggunaan bahan luting dual-cure dengan polyethylenen fiber post memiliki interaksi fisik
dan kimia yang baik dengan material dan dentin yang meningkatkan kontinuitas adhesif
interfasial. Penggunaan semen resin di antara sistem adhesif dan bahan reinforcement
memastikan kontak yang lebih kuat dengan bahan dentin bonding karena viskositas yang
lebih rendah dan menghasilkan peningkatan adaptasi morfologi intraradikular. Modulus
elastisitas yang rendah akan berperan sebagai buffer elastis yang mengkompensasi tekanan
polimerisasi shrinkage , menghilangkan pembentukan celah, dan mengurangi kebocoran
mikro

Semen resin dual cured direkomendasikan sebagai semen luting pada pasak fiber reinforced
composite (FRC). Hal ini dikarenakan semen resin memiliki daya tahan terhadap fraktur yang lebih
tinggi dibandingkan dengan semen yang lainnya. Dentin saluran akar dietsa terlebih dahulu
sehingga akan menghasilkan adhesi yang lebih kuat. Hal ini disebabkan karena proses pengetsaan
menyebabkan tubulus dentin terbuka dan kolagen fiber akan terekspos sehingga bahan bonding
akan berpolimerisasi dengan tubulus dentin sehingga akan menghasilkan ikatan yang kuat

Anda mungkin juga menyukai