Anda di halaman 1dari 33

1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamiin, Puji syukur penulis penjatkan kehadirat

Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka laporan Praktikum Teknologi Pasca

Panen ini dapat diselesaikan. Penulisan laporan ini adalah merupakan

salah satu persyaratan untuk Tugas Mata Kuliah Teknologi Pasca Panen. Dalam

Penulisan Laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis

penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki.

Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi

penyempurnaan pembuatan laporan ini. Juga tidak lupa terima kasih penulis

ucapkan kepada Dosen mata kuliah Teknologi Pasca Panen Ir. Hj. T. Rosmawaty,

Msi dan Asisten Teknologi Pasca Panen Nursamsul Kustiawan. SP., MP dan

Carmon Ramos Sirait SP serta teman-teman yang telah membantu dalam

menyelesaikan laporan Teknologi Pasca Panen ini.

Semoga Laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran

bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang

diharapkan dapat tercapai, Amiin.

Pekanbaru, Juni 2019

Dimas Aji Pangestu


2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................1

DAFTAR ISI.....................................................................................................2

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................3

I. PENDAHULUAN.........................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................7

B. Tujuan...........................................................................................................9

II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................15

III. TEMPAT DAN WAKTU............................................................................15

A. Tempat..........................................................................................................15

B. Waktu...........................................................................................................15

C. Bahan dan Alat.............................................................................................15

D. Cara Kerja....................................................................................................15

IV. PEMBAHASAN.........................................................................................16

A. Stasuin Penerimaan TBS.............................................................................16

B. Penerimaan TBS dan Sortasi/Greading Pada TBS......................................17

C. Stasiun Rebusan (STERILIZER)................................................................18

D. Stasuin Penebah (Thresing Stasiun)...........................................................19

E. Stasiun press ( Pressing Station )...............................................................20

F. Stasiun Kernel (KERNEL RECOVERY PLANT)......................................21

G. Stasiun Klarifikasi.......................................................................................21

H. Stasiun Boiler..............................................................................................21

I. Pembangkit Tenaga Listrik (Power Plant Station) ......................................22

J. Stasiun WaterTratmant.................................................................................23
3

K. Instalasi Pengolahan Air Limbah (EFLUENT TREATMENT PLANT).........23

V. PENUTUP.........................................................................................................28

A. Kesimpulan.......................................................................................................28

B. Saran.................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

LAMPIRAN KEGIATAN.....................................................................................31

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Dokumentasi...............................................................................................32

2. Riwayat Hidup...........................................................................................34
4

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit ( Elaeis guineensis jacq ) merupakan salah satu

tanaman perkebunan di indonesia yang memiliki masa depan yang cukup cerah.

Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia namun kedatangan kelapa sawit ke

Indonesia malah menambah komoditas ekspor di Indonesia. Minyak olahan

kelapa sawit menjadi komoditas ekspor yang handal di Indonesia, pangsa pasr di

dalam negeri cukup besar dan pasaran ekspornya senantiasa terbuka. Asal

tanaman kelapa sawit, untuk secara pasti belum di ketahui, namun ada dugaan

kuat, tanaman kelapa sawit berasal dari dua tempat yaitu, amerika selatan ( untuk

spesies Elaeis melanococca atau Elaeis oleivera ) dan afrika ( guenia ) ( untuk

spesies Elaeis guineen sis ).

Sampai saat ini kedua spesies di atas sudah menyebar ke seluruh dunia

ber iklim tropis, termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman

komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia karena masa depannya

yang cukup menguntungkan. Kelapa sawit adalah tanaman pengahasil minyak

nabati yang dapat di andalkan , karena minyak yang di hasilkan memiliki

keunggulan jika di bandingkan dengan minyak hasil olahan lainnya,

keunggulannya antara lain, memiliki kadar kolesterol yang rndan bahkan non

kolestrol.

Konsumsi minyak sawit makin lama semakin meningkat, dan permintaan

konsumen pun makin lama semakin banyak, tidak mungkin kebutuhan minyak

sawit ini dapat di penuhi oleh malasya, Nigeria, dan pantai gading saja, sebagai

produsen utama.Beberapa pengkaji social – ekonomi komoditas perkebunan


5

menyatakan optimism lain, bahwa, prospek perkembangan minyak sawit di masa

yang akan dating akan lebih cerah dari pada kopi dan karet olahan, walaupun

sekarang minyak kelapa sawit masih memberikan sumbangsih devisa perolehan

ekspor ketiga di Indonesia, yaitu 203,5 juta US dollar ( menurut laporan biro pusat

statistic, 1990.

Untuk mencapai semuanya tanaman kelapa sawit harus melewati rentang

waktu yang cukup panjang , dari di datangkannya tanaman kelapa sawit pada

tahun 1848, dan baru di budidayakan secara komersial dalam bentuk perkebunan

pada tahun 1911. Jadi , kelahiran perkebunan kelapa sawit membutuhkan waktu

sekitar 63 tahun.Awal mulanya tanaman kelapa sawit di Indonesia , hanya sekedar

berperan sebagai tanaman hias langka di kebun raya bogor, itu terjadi mulai tahun

1848, ketika pemerintah kolonial belanda mendatangkan empat batang bibit

kelapa sawit dari Mauritius dan Amsterdam ( masing – masing dua batang )

kelapa sawit di tanam di jalan – jalan karena potensi sesungguhnya belum di

ketahui. Pemerintah colonial belanda yang lebih tahu tentang segi ekonomis

kelapa sawit, berusaha menarik minat masyarakat Indonesia dengan melakukan

beberapa percobaan pembudidayaan kelapa sawit beserta penyuluhannya, di

muara enim ( tahun 1869 ), musi hulu ( 1870 ), dan di Belitung ( 1890 ), namun

hasilnya belum meaksimal, masyarakat perkebunan masih ragu - ragu terhadap

prospek ekonomis perkebunan kelapa sawit, juga terhadap cara pemrosesan

kelapa sawit menjadi minyak sawit.

Mulai tahun 1911, barulah kelapa sawit mulai di budidayakan secara

komersial. Oramg yang merintis usaha ini adalah Adrien hallet, seorang belgia

yang telah belajar banyak tentang tanaman kelapa sawit di afrika. Ia

mengusahakan perkebunannya di sungai liput ( aceh ) dan di pulu radja ( asahan ).


6

Rintisan Hallet ini kemudian di ikuti oleh K. schadt, seorang jerman yang

mengusahakan perkebunannya di tanah itan ulu ( deli ). Kemungkinan bibit

kelapa sawit yang digunakan adalah kelapa sawit deli ( asumsi yang timbul karena

perkebunan K. schadt diselenggarakan di deli ) A. Hallet punya pendapat menarik,

bahwa kelapa sawit deli ternyata lebih produktif, komposisi buahnya juga lebih

baik dibandingkan dengan kelapa sawit dari pantai barat afrika. Budidaya kelapa

sawit secara komersial oleh A. Hallet dan diikuti oleh K. Schadt ini, menandai

lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Ekspor minyak ( CPO ) dan

minyak ( PKO )masing – masing 576 ton dan 850 ton ( dari tahun 1919 hingga

1923 ) pada masa ini, permintaan minyak sawit di pasaran dunia memang sedang

meningkat sejalan dengan makin berkembangnya industry di Eropa, beberapa

prestasi bagus memang kemudian diraih oleh perkebunan besar kelapa sawit.

Areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia bertambah luas ( pada tahun

1916 seluas 1.272 ha, sedangkan tahun 1938 bertambah luas menjadi 92.307 ha ),

lalu banyak didirikan pabrik pengolahan kelapa sawit yang modern dan balai –

balai penelitian kelapa sawit, sehingga teknis budidaya dan managemen

perkebunan bukan lagi suatu masalah, namun perkebunan kelapa sawit pernah

mengalami perhentian produksi, pada masa pendudukan jepang di Indonesia,

karena jepang lebih mengutamakan tanaman pangan dari pada tanaman industri,

untuk kebutuhan logistik perang, selama masa pendudukan jepang di Indonesia,

kelapa sawit kehilangan 16% dari lahan perkebunannya.

Seluruh areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikelola dalam bentuk

Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar dan Perkebunan Inti Rakyat. Perkebunan

Besar terdiri dari Perkebunan Besar Negara (PTPN) dan Perkebunan Besar

Swasta. Selanjutnya Perkebunan Besar Swasta dibagi lagi menjadi Perkebunan


7

Besar Swasta Nasional dan Perkebunan Besar Swasta Asing. Pola Perkebunan Inti

Rakyat diterapkan agar Perusahaan Besar yang bertindak sebagai inti dapat

membantu meningkatkan kinerja Perkebunan Rakyat melalui kerjasama yang

saling menguntungkan sehingga dalam era globalisasi Perkebunan Rakyat

mampu bertahan menghadapi persaingan yang sangat tinggi.

Perkebunan kelapa sawit merupakan bidang usaha yang sangat menarik

bagi investor domestik maupun asing. Hal ini dapat terlihat dari pesatnya

pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Daya tarik perkebunan kelapa

sawit terletak pada besarnya manfaat ekonomi (mikro dan makro), politik dan

sosial yang diperoleh dari usaha ini. Manfaat ini telah menempatkan komoditi

kelapa sawit sebagai salah satu unggulan dalam perekonomian nasional.

Secara nyata, rakyat indonesia telah merasakan manfaat ekonomi, politik

dan sosial dari perkebunan kelapa sawit, tetapi masih banyak kalangan yang

jarang akurat menterjemahkan manfaat-manfaat tersebut terutama dalam kaitan

dengan prospek bisnis dan investasi. Hal ini mengakibatkan beberapa industri

terkait ke k hilir (forward-linkage industry) maupun industri terkait ke

hulu (backward-linkage industry) dengan perkebunan kelapa sawit tidak mampu

merespon atau menindak lanjuti dengan cepat dan tepat perkembangan yang pesat

dalam perkebunan kelapa sawit.

B. Tujuan

1. untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan minyak kelapa sawit ( CPO )

2. untuk mengetahui alat-alat mesin yang digunakan dalam mengolah buah

kelapa sawit menjadi CPO.

3. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dari alat-alat mesin yang

digunakan untuk mengolah buah kelapa sawit menjadi CPO.


8

II. TINJAUAN PUSTAKA

Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis giuneensis jack.) secara pasti belum

bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu

Amerika Selatan dan Afrika (Guenia). Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis

oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis berasal

dari Afrika (Guenia).

Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat

diandalkan, karena minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan

dari kelapa sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun,

bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5

ton per tahun), tingkat produksi ini termasuk tinggi. Minyak nabati yang

dihasilkan dai pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO

atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm

kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan

sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun,

baja, tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan baker alternatife (minyak diesel).

Komoditi perkebunan memiliki peranan yang nyata dalam

memajukanperekonomian dan pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja,

dan meningkatkan devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan penting di

Indonesia adalah kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non

migas, oleh karena itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak pengusaha

untuk menanamkan modalnya.Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak

tahun 1911 di Sumatra Utara.


9

Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mengalami banyak kemajuan

sampai dengan pecahnya perang pasifik pada tahun 1940. Kemajuan perkebunan

kelapa sawit ini didukung oleh lembaga-lembaga penelitian yang telah berdiri

sampai dengan sekarang ini.

Ke1apa sawit bukan tanaman asli Indonesia namun saat ini kelapa sawit

menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati

nasional menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di Indonesia minyak kelapa

sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak goreng pada tahun 1980

ketika terjadi kelangkaan minyak goreng.

Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya

yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Industri

olahan minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu dalam

industri pangan (misalnya pembuatan minyak goreng, lemak pangan, margarin,

kue, es krim, dan permen) dan dalam industri non pangan (misalnya pembuatan

sabun, detergen, dan surfaktan, pelunak, pelapis, ramuan komponen karet,

pelumas, dan kosmetik.

Pada saat ini telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang

dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-barietas unggul tersebut

dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai

induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil

pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut

mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya.

PT. Sampoerna Agro Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

dalam industri kelapa sawit. Pelaksanaan pembudidayaan yang telah bertahun-

tahun ini membuat perusahaan telah berpengalaman dalam pengembangan,


10

pendekatan sosial dan lingkungan. Selain itu, luas areal yang dimiliki oleh

perusahaan tersebut membuktikan bahwa perusahaan tersebut terus berkembang

seiring dengan waktu Tanaman kelapa sawit berasal dari Guinea (pantai barat

Afrika). Tanaman kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq) termasuk anggota famili

Palmae yang merupakan golongan tanaman keras penghasil minyak nabati.

Berdasarkan taksonominya, tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam divisi

Tracheophita, kelas Angiospermeae, subkelas Monocotyledoneae, ordo

Cocoideae, famili Palmae, subfamili Elaeis, spesies Elaies guineensis Jacq.

Kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu (monocious) yaitu tanaman

yang memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman. Kedua jenis

bunga tersebut keluar dari ketiak pelepah daun dan berkembang secara terpisah.

Bunga dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk bersilang. Tanaman kelapa

sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri

atas akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif yang berfungsi sebagai

alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah.

Deli Dura merupakan induk bagi sebagian besar tanaman kelapa sawit

komersial yang saat ini ditanam di dunia. Material genetik lain yang dimiliki

PPKS merupakan hasil introduksi dari Afrika maupun Amerika Selatan. Salah

satu material yang diintroduksi dari Zaire adalah Tenera/Pisifera Binga, dilakukan

pada 1987 oleh Balai Penelitian Perkebunan Medan. Material ini akan menjadi

fokus penelitian pada 2006 untuk tujuan karakterisasi dan eksploitasi, mengingat

mempunyai prospek dan potensi untuk dikembangkan terutama dari karakter

kandungan minyak yang tinggi dan pertumbuhan meninggi yang lambat.

Kegiatan karakterisasi mengacu pada Descriptor for Oil Palm. Karakter

yang diamati adalah seluruh bagian tanaman yang dapat diidentifikasi sebagai
11

pembeda dengan tanaman kelapa sawit lain. Pembeda yang dimaksud harus

mengacu pada kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan suatu varietas.

Hal ini merupakan standar yang ditetapkan oleh Kantor Pusat PVT Jakarta untuk

pengajuan koleksi yang akan dilindungi, sedangkan keragaan hasil silang balik

antara Elaeis oleifera dan Elaeis guineensis antara lain laju pertumbuhan meninggi

yang lambat pada beberapa persilangan yang terbaik, yaitu berkisar antara 30-40

cm/thn, kemudian memiliki karakter tajuk kecil sehingga dapat ditanam dengan

densitas tinggi per hektar, memiliki kualitas minyak yang cukup baik jika ditinjau

dari kandungan oleat, asam lemak tidak jenuh, beta karoten yang lebih tinggi

dibandingkan Elaeis guineensis, dan apabila ditinjau dari hasil analisis pada satu

populasi silang balik generasi pertama maka dapat ditemukan rerata kandungan

beta karoten lebih tinggi dari 1000 ppm, bahkan nilai tertinggi dapat mencapai

2118.63 ppm.

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah tropikal basah di

sekitar lintang utara-selatan 12° pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut.

Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit

air, suhu optimal adalah 24-28° C dengan suhu minimum 18°C dan maksimal

32°C, kelembaban udara 80%, penyinaran matahari 5-7 jam/hari dan kecepatan

angin 5-6 km/jam. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah

seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol

dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit yaitu memiliki solum

setebal 80 cm, tekstur ringan, memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-

50%, kemudian memiliki perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai

agak teguh dan permeabilitas sedang, pH tanah sekitar 5-5½, dan memiliki

kandungan unsur hara dalam tanah yang tinggi.


12

Benih kelapa sawit mengalami dormansi (keadaan sementara istirahat

tanaman) yang cukup panjang. Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang

tinggi (400 C selama 80 hari) untuk memutuskan masa dormansi agar bibit dapat

berkecambah. Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaaban 60-80 %

dengan temperatur 35 oC. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, optimal 2.000-

3.000 mm/tahun. Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah dengan struktur gembur

atau remah yang cukup tebal lapisannya dan banyak mengandung humus dan

mineral. Permukaan air tanah harus cukup dalam, sebab perakaran kelapa sawit

tidak berkembang baik pada air tanah yang dangkal.

Pengolahan tandan buah segar sampai diperoleh minyak sawit kasar

(Crude Palm Oil, CPO) dan inti sawit dilaksanakan melalui proses yang cukup

panjang. Secara ringkas urutan pengolahan kelapa sawit yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

a) Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik

b) Perebusan buah (sterilisasi)

c) Pelepasan buah (stripping) dari tandan dan pelumatan (digesting)

d) Pengeluaran minyak (ekstraksi)

e) Pemurnian dan penjernihan minyak (klarifikasi)

f) Pemisahan biji dari sisa-sisa daging buah

g) Pengeringan dan pemecahan biji

h) Pemisahan inti dari cangkang

Pembibitan kelapa sawit biasanya memerlukan waktu selama 12 bulan

sampai siap ditanam ke lapangan, yang terdiri dari 2 tahap yaitu 3 bulan

pembibitan awal (pre-nursery) dan 9 bulan pembibitan utama (main-


13

nursery) kemudian pembibitan dilakukan pemupukan dengan dosis yang

ditentukan. (Siregar dan Purba,1992).

Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan

budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk

mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit

adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit.

Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong

tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke

tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan perlu

memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah

untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang

baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen,

alat panen, rotasi dan system panen, serta mutu panen.


14

III. TEMPAT DAN WAKTU

A. Tempat

Praktikum teknologi pasca panen ini dilaksanakan bertempat di PTPN V

PKS sungai pagar Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

B. Waktu

Praktikum teknologi pasca panen dilaksanakan pada tanggal 24 April 2014,

mulai dari jam 08’00 WIB berangkat dari Fakultas pertanian Universitas Islam

Riau dan sampai dilokasi pada pukul 09’30 WIB lalu langsung dimulai proses

praktikum dengan dibimbing oleh perwakilan dari PKS PTPN V Sei,Pagar.

C. Bahan dan Alat

Bahan

1. Pemateri

2. Alamater UIR

Alat

1. Camera

2. Buku

3. Alat tulis

4. Bus

D. Cara Kerja

1. Pengumpulan mahasiswa di fakultas jam 07:00

2. Pemberian arahan dari dosen dan asisten dosen

3. Pergi ke PTPN V Sei Pagar

4. Sambutan dari pihak PTPN V Sei Pagar.


15

IV. PEMBAHASAN

Dalam pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hingga menjadi

minyak CPO, ada proses yang harus dilalui dan proses tersebut pada intinya untuk

semua pabrik sama. Namun seiring dengan perkembangan teknologi maka ada

beberapa modifikasi pada masing-masing stasiun pengolahan, untuk mendapatkan

hasil yang optimal.

Dasar pengolahan TBS kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut;

A. Stasuin Penerimaan TBS

2 (dua) unit timbangan, jembatan timbangan (weighbridge)dengan

kapasitas 30.000 kg menggunakan empat load cell, perlu disediakan dan dipasang

di kantor. Loading Ramp (tempat penimbun) dengan 20 pintu dan digerakkan

secara hydraulic dengan kapasitas + 12,5 ton TBS per pintu dipasang di ujung

bangunan.

Gambar 1:Timbangan TBS

B. Penerimaan TBS dan Sortasi/Greading Pada TBS


16

a. Pemeriksaan kualitas

Buah yang masuk ke pabrik pada umumnya berasal dari kebun seinduk

dan dari pihak ketiga. Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat

kematangannya.Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya adalah Jenis

Tenera dan Jenis Dura dengan spesifikasi berbeda.Kriteria matang panen

merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah di stasiun penerimaan

TBS.

Gambar 2: Pemeriksaan Kualitas TBS

b. Pensortiran/Greading

Sebelum TBS diproses menjadi CPO dilakukan terlebih dahulu

penyeleksian/pemilihan TBS. Buah yang masak dari kreteria yang telah

ditentukan, dapat diproses menjadi CPO. Sedangkan buah yang mentah atau

belum kreteria untuk dijadikan CPO belum bisa diolah,karena kadar minyak

kurang bagus untuk dijadikan CPO.


17

Gambar 3: Sortasi TBS

E. Stasiun Rebusan (STERILIZER)

2 (dua) unit sterilizer dengan ukuran diameter 2700 mm, dengan

panjang+ 22.000 mm yang memuat 7 (tujuh) lorry sekali merebus termasuk yang

akan kami laksanakan. Lorry (fruit cages) mempunyai kapasitas 5 ton TBS dan

jumlah lorry yang kami usulkan 35 (tiga puluh lima) unit dengan memakai

“bronze bushing” dan Roller Bearing. Sterilizer akan dioperasikan secara

automatic. Dengan system automatic bisa melaksanakan perebusan “triple peak”

yang kebanyakan dilaksanakan di pabrik-pabrik minyak kelapa sawit di riau ( sei

pagar ).

Gambar 4: Sterilizer/Rebusan
18

F. Stasuin Penebah (Thresing Stasiun)

Power threshing digunakan untuk memisahkan brondolan dari tandan

dengan sekala yang besar. Buah yang telah direbus dikirim kestasiun thresing

untuk proses pemisahan brondolan dari tandan. 1 (satu) unit Hoisting Crane yang

dioperasikan di atas lantai Marshalling Yard dengan ketinggian + 7 m. Fruit Cages

hanya diangkat ± 50 cm diatas lantai jadi jauh lebih safety dari pada hoisting

crane yang tingginya 14,5 m, dalam stasiun ini terdapat 2 unit power thresing.

Gambar 5: Power Thresing

G. Stasiun press ( Pressing Station )

Untuk memisahkan fraksi padat dan cair yaitu fraksi padat campuran

antara nad dengan ampas. 2 (dua) unit Kempa (Screw Press) dengan kapasitas 15

ton TBS/jam, buatan local Medan yang akan digunakan. Berikut dengan 2 (dua)

unit mesin pelumat (Digester) dengan kapasitas 3500 L.


19

Gambar 6 : stasiun press.

H. Stasiun Kernel (KERNEL RECOVERY PLANT)

Dalam proses distasiun kernel ini yaitu Cracked mixture akan diproses

dengan memakai proses kering yaitu “Dry Separation Coloumn”. Pada kolom

pertama, yang dikerjakan yaitu kernel utuh dikirim langsung ke kernel silo dan

pada kolom yang kedua yaitu kernel dan sebagian cangkang (shell) akan dikirim

ke hydrocyclone untuk pemisahan selanjutnya pada kolom ketiga yaitu untuk

memisahkan antara cangkang dengan inti. Jadi di sini terjadi 3 kali pemisahan

antara kernel dengan cangkang yaitu di kolom LTDS pertama, kolom LTDS kedua

kemudian di Hydrocyclone atau claybath.

Gambar 7: Stasiun Kernel/Pemisahan Cangkang Biji Sawit


20

I. Stasiun Klarifikasi

Stasiun klarifikasi digunakan untuk memisahkan minyak dari minyak

kasar, mengeringkan atau mengurangi kadar air minyak dan mengurangi kadar

kotoran. Proses ini adalah proses dimana dapat mengetahui bagus atau tidaknya

minyak yang dihasilkan dari pengolahan yang dilakukan.

Gambar 8 : stasiun klarifikasi

H. Stasiun Boiler

Stasiun ini digunakan untuk menghasilkan uap yuang digunakan untuk

merebus air. 1 (Satu) unit ketel (Steam Boiler) diperlukan untuk proses pabrik

kelapa sawit. Ketel dengan kapasitas 20.000 kg/jam, merupakan ketel pipa air

(Water Tube Boiler) dan uapnya merupakan “Superheated Steam” dan mempunyai

temperatur 260°C dan tekanan 21 kg/cm².

Pada waktu mulai mengadakan “Pengeringan (Drying Out)” ketel waktu

pertama kali bahan bakar (kayu) dan chemical supaya disediakan sendiri oleh

Owner.
21

Gambar 9:Stasiun Boiler

I. Pembangkit Tenaga Listrik (Power Plant Station)

Power plant digunakan untuk pembangkit listrik yang digunakan untuk

penerangan diseluruh pabrik serta untuk menjalankan mesin-mesin pengolahan di

pabrik. 1 (Satu) unit Turbin kapasitas 900 KW dan 2 (dua) unit diesel generator

set 350 KW (400 KVA) dan 200 KW merupakan design yang di berikan untuk

start up/shut down boiler gensetnya buatan Inggris.

Gambar 10 : stasiun power plant


22

J. Stasiun Water Tratmant

Stasiun ini digunakan untuk mengelola air baku/waduk menjadi air yang

memenuhi persyaratan untuk digunakan. Air waduk ini merupakan persyaratan

pertama untuk menjalakan proses pengolahan TBS. Air dari waduk akan disaring

ketempat water tratmant kemudian air akan dialirkan ke seluruh stasiun.

Gambar 11 : stasiun water plant

K. Instalasi Pengolahan Air Limbah (EFLUENT TREATMENT PLANT)

Pengolahan air limbah ini adalah mengolah limbah cair untuk memenuhi

baku mutu. Yang perlu diperhatikan adalah memasang dan menyediakan cooling

tower, pompa recirculation, surface aerator dan pipa-pipa dari PVC (Leaflet

terlampir). Pembuatan kolam-kolam di Effluent Treatment seperti Anaerobic Pond

dan lain-lain, serta pembuatan parit-parit menjadi tanggung jawab Pemilik.

Akan ada limbah 8 (delapan) kolam yaitu masing-masing untuk :

Kolam Pendingin ( Cooling Pond )

2 ( dua ) unit Kolam Pendingin yang akan berfungsi juga untuk dapat

melakukan pengutipan minyak apabila terjadi kandungan minyak pada limbah

tampak terlihat . Kolam pendingin dibuat dengan ukuran 22.000 mm X 22.000


23

mm ( pada bibir kolam atas ) dengan kedalaman 4.000 mm (finish level), dinding

kolam dibuat miring 1:1 ( 45 derajat ) dan dilapisi pasangan batu ( rip–rap )

dengan ukuran batu minimal 200 mm, demikian pula untuk lantainya dibuat

dengan landasan pasangan batu.

Pekerjaan penggalian tanah untuk kolam pendingin ini akan ditunjukkan

lay out di site pada posisi yang kontour tanah yang tinggi supaya dapat

memungkinkan proses selanjutnya dari kolam pendingin ke kolam berikutnya

dengan cara aliran gravitasi. Pengeluaran limbah cair yang sudah turun

temperaturnya dengan pipa HDPE diameter 300 mm dialirkan ke kolam

pembiakan bakteri/mixing pond, valve yang digunakan adalah stainless steel ball

valve.

· Kolam Pembiakan Bakteri ( Mixing Pond )

3 ( tiga ) unit Kolam Pembiakan Bakteri ( mixing pond ) dibuat dengan

ukuran 22.000 mm X 22.000 mm ( pada bibir kolam atas ) dengan kedalaman

4.000 mm ( finish level ), dinding kolam dibuat miring 1: 1 ( 45 derajat ) dan

dilapisi pasangan batu ( rip–rap ) dengan ukuran batu minimal 200 mm, demikian

pula untuk lantainya dibuat dengan landasan pasangan batu. Pada kolam ini pH

akan terkoreksi dari 4,2 akan menjadi 5,5 s/d 6.

Hal ini dilakukan pada waktu pertama kali effluent treatment dijalankan

selanjutnya menaikkan pH dapat dilakukan dengan daur ulang ( sirkulasi ) cairan

yang sudah matang dimana pH-nya sudah diatas kurang lebih 6.

Elevasi tanah atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi

tanah atas kolam pendingin sekurangnya 3.000 mm ( perbedaan kontour )

sehingga dapat memungkinkan aliran gravitasi . Untuk tahap pertama pabrik

kapasitas 30 ton TBS per jam hanya dibuat kolam 2 unit saja, tetapi area level
24

tanah disini dibuat untuk memungkinkan menjadi 4 kolam pada saat

pengembangan kapasitas pabrik menjadi 60 ton TBS per jam.

· Kolam Anaerobic ( Anaerobic Pond )

2 ( dua ) unit Kolam Anaerobic primer dengan bentuk bulat lingkaran,

ukuran bibir atas kolam adalah 44.000 mm diameter dengan kedalaman kolam

tidak kurang dari 5.000 mm.

Dinding kolam dilapisi dengan pasangan batu ukuran minmal 200 mm,

kemiringan dinding adalah 1: 1 ( 45 derajat ), lantai dasar kolam dilapisi dengan

pasangan batu.

Elevasi tanah atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi

tanah atas kolam mixing sekurangnya adalah 3.500 mm, karena untuk dapat

memungkinkan aliran proses effluent treatment dengan aliran gravitasi.Aliran

gravitasi dari kolam mixing ke kolam anaerobic ini dengan menggunakan pipa

HDPE diameter 300 mm dan valve jenis sounder yang digunakan.

Untuk proses sirkulasi umpan bakeri aktif ke kolam mixing ( back

mixing ) dengan menggunakan pompa type centrifugal pump ( 2 unit ) dengan

kapasitas minimal 40 m3 per jam, pipa yang digunakan adalah pipa HDPE

diameter 152 mm.

· Kolam Pengendapan ( contact pond )

2 ( dua ) unit Kolam pengendapan ( contact pond ) yang berfungsi untuk

mengendapan solid terbawa cairan dari kolam anaerobic. Kolam ini dibuat dengan

ukuran 18.000 mm X 18.000 mm dengan kedalaman 3.000 mm, dimana dinding

kolam dibuat miring dan dilapisi pasangan batu (rip–rap) ukuran batu 200 mm,

perbandingan kemiringan adalah 1 : 1 ( 45 derajat ).


25

Elevasi tanah area ini dibuat lebih rendah dari elevasi tanah area kolam

anaerobic tidak kurang dari 1.500 mm, hal ini untuk pengeluaran aliran limbah

yang diproses di kolam anaerobic dapat dialirkan secara overflow.

Dua unit kolam pengendap ini bekerja secara seri yaitu aliran overflow

dari kolam anaerobic akan masuk dulu ke kolam pengendapan no 1 dan dari

kolam pengendapan no 1 akan overflow ke kolam pengendapan no 2 . Diantara

dua unit kolam ini disediakan 2 unit pompa jenis slury pump untuk digunakan

mengembalikan endapan solid kembali ke kolam anaerobic.

Jenis pompa dengan kapasitas tidak kurang dari 40 m3 dan pipa yang

digunakan untuk mengembalikan solid dengan pipa HDPE diameter 152 mm dan

sounder valve yang digunakan.Sedangkan pengeluaran aliran cairan dari kolam

pengendapan no 2 ke kolam selanjutnya dengan aliran overflow.

· Kolam Aerasi ( areasi pond )

1 ( satu ) unit Kolam Aerasi dipakai untuk memperkaya cairan limbah

dengan oksigen dan membunuh bakteri anaerob. Kolam tanah ini dibuat dengan

kedalaman tidak kurang dari 3.000 mm dan panjang 150.000 X lebar tidak

kurang dari 50.000 mm, dinding kolam dibuat dengan kemiringan 1: 1 ( 45 derajat

). Untuk memperkaya pemasukan oksigen terhadap cairan limbah ini, maka di

kolam ini dilengkapi dengan 3 unit Arerator system 3Kw.

Elevasi tanah area kolam ini dibuat lebih rendah dari area kolam pengendapan

(contact pond ), karena aliran yang diharapkan adalah dengan overflow.

· Kolam Pelepasan

Satu ( 1 ) unit Kolam pelepasan dipakai untuk memberikan kesempatan

perbaikan pH sebelum limbah dilepaskan keluar.Kolam tanah ini dibuat dangkal

dengan isi 3.000 m3 dan kedalaman 2 m.Kolam ini adalah kolam terakhir dalam
26

proses air limbah, selanjutnya cairan dibuang ke sungai dengan cara over flow,

dan dilengkapi dengan basculator untuk perhitungan debit pembuangan limbah.

Gambar 12 : Pengolahan Limbah Menjadi Tanah Solid


27

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk memperoleh CPO yang baik dilakukan langkah-langkah yang benar

sehingga mendapatkan hasil yang maximal, diantaranya adalah sortasi buah,

perebusan buah, melakukan tressing, dilakukan pressing pada tandan,

memisahkan cangkang dari inti ( kernel ), memisahkan minyak kasar

( klarifikasi ), menghasilkan uap ( boiler ), pembangkitan tenaga listrik ( power

plant ), pengolahan air waduk ( water tratmant ) sehingga dengan melakukan

tahap-tahap tersebut dengan baik akan menghasilkan minyak CPO yang dengan

kualitas yang baik.

B. Saran

Bahwa dalam melakukan kegiatan pengolahan buah kelapa sawit menjadi

CPO harus menggunakan SEPTI atau alat pelindung agar tidak terjadi kecelakaan

selama mengolah dengan menggunakan mesin sehingga untuk menimallisir

kecelakaan yang terjadi dan dalam tahap pengolahan CPO yang baik hingga dapat

CPO yang berkualitas/mutu yang baik untuk dipasarkan kepasar nasional atau

bahkan internasional.
28

DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2014. Makalah Panen dan Pasca Panen

Cahyono, B. (1999). Usaha Tani Dan Penanganan Pasca Panen. Yogyakarta:

kanisius.

Gunstone, F.D. dan F.A. Norris. 1983. Lipids in Foods Chemistry, Biochemistry

and Technology. Pergamon Press, New York.

Hui, Y.H. 1996. Bailey’s Industrial Oil and fat Products. 5th Edition, Vol.

1. Edible Oil and Fat Products : General Applications. A Wiley-

Interscience Publication, John Wiley and Sons Inc., New York.

Kader, A. A. (2002). post harvest tecnology of horticultural crops. california:

university of california.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Pangan. UI Press, Jakarta.

Kiswanto, Purwanta, Jamhari Hadi Purwanta dan bambang Wijayanto. (2008).

Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Lampung: Balai Pengkajian Dan

Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan

Pengembangan Pertanian.

M Ragis, Rio dan Hariyadi. (2008). Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit

(Elaeis Guineensis Jacq.) Di Gunung Kemasan Estate, Pt. Bersama

Sejahtera Sakti, Minamas Plantation,Pulau Laut, Kalimantan Selatan.

Riniarti, Dewi dan Bambang Utoyo. (2012). Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.

Malang: Wineka Media.

Risza, S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Kanisius.

Yogyakarta.225,hal.
29

Sumardjo. 2010. Komunikasi organisasi p.291-309. Dalam A.V.S Hubeis (Ed).

Dasar - Dasar Komunikasi. Sains KPM IPB Press. Bogor

Sudiarto, F. (2000). Dasar Pengawetan Pangan. yogyakarta: kanisius.

Panca wardanu, Adha.2009.Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit.

Pahan. I. 2008. Kelapa sawit: manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir.Penebar

swadaya. Jakarta. 411 hal.

Winarno, F.G. 1981. Fisiology Lepas Panen. Sastra Hudaya Jakarta..

Wahyudi, Roni. (2013). Panen dan Proses Panen Kelapa Sawit.


30

LAMPIRAN KEGIATAN

Adapun jadwal selama melakukan praktikum dapat dilihat dari tabel

dibawah ini :

Bulan

kegiatan
Mei

1 2 3 4 5

x
kunjungan ke PTPN V

x
TBM 1

x
TBM 2

x
Pabrik Kelapa Sawit PTPN

x
Pengumpulan laporan

Lampiran. Dokumentasi
31
32
33

RIWAYAT HIDUP

NAMA LENGKAP : DIMAS AJI PANGESTU

NPM : 174110258

TEMPAT, TANGGAL, LAHIR : Sei Rumbia, 19 November 1998

AGAMA : ISLAM

ASAL DAERAH : Kota Pinang, Labuhanbatu Selatan

Anda mungkin juga menyukai