KATA PENGANTAR
Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka laporan Praktikum Teknologi Pasca
salah satu persyaratan untuk Tugas Mata Kuliah Teknologi Pasca Panen. Dalam
Penulisan Laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini. Juga tidak lupa terima kasih penulis
ucapkan kepada Dosen mata kuliah Teknologi Pasca Panen Ir. Hj. T. Rosmawaty,
Msi dan Asisten Teknologi Pasca Panen Nursamsul Kustiawan. SP., MP dan
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................2
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................3
I. PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................7
B. Tujuan...........................................................................................................9
A. Tempat..........................................................................................................15
B. Waktu...........................................................................................................15
D. Cara Kerja....................................................................................................15
IV. PEMBAHASAN.........................................................................................16
G. Stasiun Klarifikasi.......................................................................................21
H. Stasiun Boiler..............................................................................................21
J. Stasiun WaterTratmant.................................................................................23
3
V. PENUTUP.........................................................................................................28
A. Kesimpulan.......................................................................................................28
B. Saran.................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
LAMPIRAN KEGIATAN.....................................................................................31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Dokumentasi...............................................................................................32
2. Riwayat Hidup...........................................................................................34
4
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tanaman perkebunan di indonesia yang memiliki masa depan yang cukup cerah.
Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia namun kedatangan kelapa sawit ke
kelapa sawit menjadi komoditas ekspor yang handal di Indonesia, pangsa pasr di
dalam negeri cukup besar dan pasaran ekspornya senantiasa terbuka. Asal
tanaman kelapa sawit, untuk secara pasti belum di ketahui, namun ada dugaan
kuat, tanaman kelapa sawit berasal dari dua tempat yaitu, amerika selatan ( untuk
spesies Elaeis melanococca atau Elaeis oleivera ) dan afrika ( guenia ) ( untuk
Sampai saat ini kedua spesies di atas sudah menyebar ke seluruh dunia
ber iklim tropis, termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman
keunggulannya antara lain, memiliki kadar kolesterol yang rndan bahkan non
kolestrol.
konsumen pun makin lama semakin banyak, tidak mungkin kebutuhan minyak
sawit ini dapat di penuhi oleh malasya, Nigeria, dan pantai gading saja, sebagai
yang akan dating akan lebih cerah dari pada kopi dan karet olahan, walaupun
ekspor ketiga di Indonesia, yaitu 203,5 juta US dollar ( menurut laporan biro pusat
statistic, 1990.
waktu yang cukup panjang , dari di datangkannya tanaman kelapa sawit pada
tahun 1848, dan baru di budidayakan secara komersial dalam bentuk perkebunan
pada tahun 1911. Jadi , kelahiran perkebunan kelapa sawit membutuhkan waktu
berperan sebagai tanaman hias langka di kebun raya bogor, itu terjadi mulai tahun
kelapa sawit dari Mauritius dan Amsterdam ( masing – masing dua batang )
ketahui. Pemerintah colonial belanda yang lebih tahu tentang segi ekonomis
muara enim ( tahun 1869 ), musi hulu ( 1870 ), dan di Belitung ( 1890 ), namun
komersial. Oramg yang merintis usaha ini adalah Adrien hallet, seorang belgia
Rintisan Hallet ini kemudian di ikuti oleh K. schadt, seorang jerman yang
kelapa sawit yang digunakan adalah kelapa sawit deli ( asumsi yang timbul karena
bahwa kelapa sawit deli ternyata lebih produktif, komposisi buahnya juga lebih
baik dibandingkan dengan kelapa sawit dari pantai barat afrika. Budidaya kelapa
sawit secara komersial oleh A. Hallet dan diikuti oleh K. Schadt ini, menandai
minyak ( PKO )masing – masing 576 ton dan 850 ton ( dari tahun 1919 hingga
1923 ) pada masa ini, permintaan minyak sawit di pasaran dunia memang sedang
prestasi bagus memang kemudian diraih oleh perkebunan besar kelapa sawit.
1916 seluas 1.272 ha, sedangkan tahun 1938 bertambah luas menjadi 92.307 ha ),
lalu banyak didirikan pabrik pengolahan kelapa sawit yang modern dan balai –
perkebunan bukan lagi suatu masalah, namun perkebunan kelapa sawit pernah
karena jepang lebih mengutamakan tanaman pangan dari pada tanaman industri,
Besar terdiri dari Perkebunan Besar Negara (PTPN) dan Perkebunan Besar
Besar Swasta Nasional dan Perkebunan Besar Swasta Asing. Pola Perkebunan Inti
Rakyat diterapkan agar Perusahaan Besar yang bertindak sebagai inti dapat
bagi investor domestik maupun asing. Hal ini dapat terlihat dari pesatnya
sawit terletak pada besarnya manfaat ekonomi (mikro dan makro), politik dan
sosial yang diperoleh dari usaha ini. Manfaat ini telah menempatkan komoditi
dan sosial dari perkebunan kelapa sawit, tetapi masih banyak kalangan yang
dengan prospek bisnis dan investasi. Hal ini mengakibatkan beberapa industri
merespon atau menindak lanjuti dengan cepat dan tepat perkembangan yang pesat
B. Tujuan
Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis giuneensis jack.) secara pasti belum
bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu
Amerika Selatan dan Afrika (Guenia). Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis
oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis berasal
diandalkan, karena minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan
dari kelapa sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun,
bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5
ton per tahun), tingkat produksi ini termasuk tinggi. Minyak nabati yang
dihasilkan dai pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO
atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm
kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan
sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun,
baja, tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan baker alternatife (minyak diesel).
Indonesia adalah kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non
migas, oleh karena itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak pengusaha
sampai dengan pecahnya perang pasifik pada tahun 1940. Kemajuan perkebunan
kelapa sawit ini didukung oleh lembaga-lembaga penelitian yang telah berdiri
Ke1apa sawit bukan tanaman asli Indonesia namun saat ini kelapa sawit
menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati
sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak goreng pada tahun 1980
yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Industri
olahan minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu dalam
kue, es krim, dan permen) dan dalam industri non pangan (misalnya pembuatan
Pada saat ini telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang
dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai
induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil
PT. Sampoerna Agro Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
pendekatan sosial dan lingkungan. Selain itu, luas areal yang dimiliki oleh
seiring dengan waktu Tanaman kelapa sawit berasal dari Guinea (pantai barat
Afrika). Tanaman kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq) termasuk anggota famili
yang memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman. Kedua jenis
bunga tersebut keluar dari ketiak pelepah daun dan berkembang secara terpisah.
sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri
atas akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif yang berfungsi sebagai
Deli Dura merupakan induk bagi sebagian besar tanaman kelapa sawit
komersial yang saat ini ditanam di dunia. Material genetik lain yang dimiliki
PPKS merupakan hasil introduksi dari Afrika maupun Amerika Selatan. Salah
satu material yang diintroduksi dari Zaire adalah Tenera/Pisifera Binga, dilakukan
pada 1987 oleh Balai Penelitian Perkebunan Medan. Material ini akan menjadi
fokus penelitian pada 2006 untuk tujuan karakterisasi dan eksploitasi, mengingat
yang diamati adalah seluruh bagian tanaman yang dapat diidentifikasi sebagai
11
pembeda dengan tanaman kelapa sawit lain. Pembeda yang dimaksud harus
Hal ini merupakan standar yang ditetapkan oleh Kantor Pusat PVT Jakarta untuk
pengajuan koleksi yang akan dilindungi, sedangkan keragaan hasil silang balik
antara Elaeis oleifera dan Elaeis guineensis antara lain laju pertumbuhan meninggi
yang lambat pada beberapa persilangan yang terbaik, yaitu berkisar antara 30-40
cm/thn, kemudian memiliki karakter tajuk kecil sehingga dapat ditanam dengan
densitas tinggi per hektar, memiliki kualitas minyak yang cukup baik jika ditinjau
dari kandungan oleat, asam lemak tidak jenuh, beta karoten yang lebih tinggi
dibandingkan Elaeis guineensis, dan apabila ditinjau dari hasil analisis pada satu
populasi silang balik generasi pertama maka dapat ditemukan rerata kandungan
beta karoten lebih tinggi dari 1000 ppm, bahkan nilai tertinggi dapat mencapai
2118.63 ppm.
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah tropikal basah di
sekitar lintang utara-selatan 12° pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut.
Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit
air, suhu optimal adalah 24-28° C dengan suhu minimum 18°C dan maksimal
32°C, kelembaban udara 80%, penyinaran matahari 5-7 jam/hari dan kecepatan
angin 5-6 km/jam. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah
dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit yaitu memiliki solum
setebal 80 cm, tekstur ringan, memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-
agak teguh dan permeabilitas sedang, pH tanah sekitar 5-5½, dan memiliki
tanaman) yang cukup panjang. Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang
tinggi (400 C selama 80 hari) untuk memutuskan masa dormansi agar bibit dapat
dengan temperatur 35 oC. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, optimal 2.000-
3.000 mm/tahun. Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah dengan struktur gembur
atau remah yang cukup tebal lapisannya dan banyak mengandung humus dan
mineral. Permukaan air tanah harus cukup dalam, sebab perakaran kelapa sawit
(Crude Palm Oil, CPO) dan inti sawit dilaksanakan melalui proses yang cukup
panjang. Secara ringkas urutan pengolahan kelapa sawit yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
sampai siap ditanam ke lapangan, yang terdiri dari 2 tahap yaitu 3 bulan
mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit
adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit.
memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah
untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang
baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen,
A. Tempat
B. Waktu
mulai dari jam 08’00 WIB berangkat dari Fakultas pertanian Universitas Islam
Riau dan sampai dilokasi pada pukul 09’30 WIB lalu langsung dimulai proses
Bahan
1. Pemateri
2. Alamater UIR
Alat
1. Camera
2. Buku
3. Alat tulis
4. Bus
D. Cara Kerja
IV. PEMBAHASAN
Dalam pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hingga menjadi
minyak CPO, ada proses yang harus dilalui dan proses tersebut pada intinya untuk
semua pabrik sama. Namun seiring dengan perkembangan teknologi maka ada
Dasar pengolahan TBS kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut;
kapasitas 30.000 kg menggunakan empat load cell, perlu disediakan dan dipasang
secara hydraulic dengan kapasitas + 12,5 ton TBS per pintu dipasang di ujung
bangunan.
a. Pemeriksaan kualitas
Buah yang masuk ke pabrik pada umumnya berasal dari kebun seinduk
dan dari pihak ketiga. Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat
TBS.
b. Pensortiran/Greading
ditentukan, dapat diproses menjadi CPO. Sedangkan buah yang mentah atau
belum kreteria untuk dijadikan CPO belum bisa diolah,karena kadar minyak
panjang+ 22.000 mm yang memuat 7 (tujuh) lorry sekali merebus termasuk yang
akan kami laksanakan. Lorry (fruit cages) mempunyai kapasitas 5 ton TBS dan
jumlah lorry yang kami usulkan 35 (tiga puluh lima) unit dengan memakai
pagar ).
Gambar 4: Sterilizer/Rebusan
18
dengan sekala yang besar. Buah yang telah direbus dikirim kestasiun thresing
untuk proses pemisahan brondolan dari tandan. 1 (satu) unit Hoisting Crane yang
hanya diangkat ± 50 cm diatas lantai jadi jauh lebih safety dari pada hoisting
crane yang tingginya 14,5 m, dalam stasiun ini terdapat 2 unit power thresing.
Untuk memisahkan fraksi padat dan cair yaitu fraksi padat campuran
antara nad dengan ampas. 2 (dua) unit Kempa (Screw Press) dengan kapasitas 15
ton TBS/jam, buatan local Medan yang akan digunakan. Berikut dengan 2 (dua)
Dalam proses distasiun kernel ini yaitu Cracked mixture akan diproses
dengan memakai proses kering yaitu “Dry Separation Coloumn”. Pada kolom
pertama, yang dikerjakan yaitu kernel utuh dikirim langsung ke kernel silo dan
pada kolom yang kedua yaitu kernel dan sebagian cangkang (shell) akan dikirim
memisahkan antara cangkang dengan inti. Jadi di sini terjadi 3 kali pemisahan
antara kernel dengan cangkang yaitu di kolom LTDS pertama, kolom LTDS kedua
I. Stasiun Klarifikasi
kasar, mengeringkan atau mengurangi kadar air minyak dan mengurangi kadar
kotoran. Proses ini adalah proses dimana dapat mengetahui bagus atau tidaknya
H. Stasiun Boiler
merebus air. 1 (Satu) unit ketel (Steam Boiler) diperlukan untuk proses pabrik
kelapa sawit. Ketel dengan kapasitas 20.000 kg/jam, merupakan ketel pipa air
(Water Tube Boiler) dan uapnya merupakan “Superheated Steam” dan mempunyai
pertama kali bahan bakar (kayu) dan chemical supaya disediakan sendiri oleh
Owner.
21
pabrik. 1 (Satu) unit Turbin kapasitas 900 KW dan 2 (dua) unit diesel generator
set 350 KW (400 KVA) dan 200 KW merupakan design yang di berikan untuk
Stasiun ini digunakan untuk mengelola air baku/waduk menjadi air yang
pertama untuk menjalakan proses pengolahan TBS. Air dari waduk akan disaring
Pengolahan air limbah ini adalah mengolah limbah cair untuk memenuhi
baku mutu. Yang perlu diperhatikan adalah memasang dan menyediakan cooling
tower, pompa recirculation, surface aerator dan pipa-pipa dari PVC (Leaflet
2 ( dua ) unit Kolam Pendingin yang akan berfungsi juga untuk dapat
mm ( pada bibir kolam atas ) dengan kedalaman 4.000 mm (finish level), dinding
kolam dibuat miring 1:1 ( 45 derajat ) dan dilapisi pasangan batu ( rip–rap )
dengan ukuran batu minimal 200 mm, demikian pula untuk lantainya dibuat
lay out di site pada posisi yang kontour tanah yang tinggi supaya dapat
dengan cara aliran gravitasi. Pengeluaran limbah cair yang sudah turun
pembiakan bakteri/mixing pond, valve yang digunakan adalah stainless steel ball
valve.
dilapisi pasangan batu ( rip–rap ) dengan ukuran batu minimal 200 mm, demikian
pula untuk lantainya dibuat dengan landasan pasangan batu. Pada kolam ini pH
Hal ini dilakukan pada waktu pertama kali effluent treatment dijalankan
Elevasi tanah atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi
kapasitas 30 ton TBS per jam hanya dibuat kolam 2 unit saja, tetapi area level
24
ukuran bibir atas kolam adalah 44.000 mm diameter dengan kedalaman kolam
Dinding kolam dilapisi dengan pasangan batu ukuran minmal 200 mm,
pasangan batu.
Elevasi tanah atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi
tanah atas kolam mixing sekurangnya adalah 3.500 mm, karena untuk dapat
gravitasi dari kolam mixing ke kolam anaerobic ini dengan menggunakan pipa
kapasitas minimal 40 m3 per jam, pipa yang digunakan adalah pipa HDPE
mengendapan solid terbawa cairan dari kolam anaerobic. Kolam ini dibuat dengan
kolam dibuat miring dan dilapisi pasangan batu (rip–rap) ukuran batu 200 mm,
Elevasi tanah area ini dibuat lebih rendah dari elevasi tanah area kolam
anaerobic tidak kurang dari 1.500 mm, hal ini untuk pengeluaran aliran limbah
Dua unit kolam pengendap ini bekerja secara seri yaitu aliran overflow
dari kolam anaerobic akan masuk dulu ke kolam pengendapan no 1 dan dari
dua unit kolam ini disediakan 2 unit pompa jenis slury pump untuk digunakan
Jenis pompa dengan kapasitas tidak kurang dari 40 m3 dan pipa yang
digunakan untuk mengembalikan solid dengan pipa HDPE diameter 152 mm dan
dengan oksigen dan membunuh bakteri anaerob. Kolam tanah ini dibuat dengan
kedalaman tidak kurang dari 3.000 mm dan panjang 150.000 X lebar tidak
kurang dari 50.000 mm, dinding kolam dibuat dengan kemiringan 1: 1 ( 45 derajat
Elevasi tanah area kolam ini dibuat lebih rendah dari area kolam pengendapan
· Kolam Pelepasan
dengan isi 3.000 m3 dan kedalaman 2 m.Kolam ini adalah kolam terakhir dalam
26
proses air limbah, selanjutnya cairan dibuang ke sungai dengan cara over flow,
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
tahap-tahap tersebut dengan baik akan menghasilkan minyak CPO yang dengan
B. Saran
CPO harus menggunakan SEPTI atau alat pelindung agar tidak terjadi kecelakaan
kecelakaan yang terjadi dan dalam tahap pengolahan CPO yang baik hingga dapat
CPO yang berkualitas/mutu yang baik untuk dipasarkan kepasar nasional atau
bahkan internasional.
28
DAFTAR PUSTAKA
kanisius.
Gunstone, F.D. dan F.A. Norris. 1983. Lipids in Foods Chemistry, Biochemistry
Hui, Y.H. 1996. Bailey’s Industrial Oil and fat Products. 5th Edition, Vol.
university of california.
Pengembangan Pertanian.
M Ragis, Rio dan Hariyadi. (2008). Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit
Riniarti, Dewi dan Bambang Utoyo. (2012). Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.
Yogyakarta.225,hal.
29
Pahan. I. 2008. Kelapa sawit: manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir.Penebar
LAMPIRAN KEGIATAN
dibawah ini :
Bulan
kegiatan
Mei
1 2 3 4 5
x
kunjungan ke PTPN V
x
TBM 1
x
TBM 2
x
Pabrik Kelapa Sawit PTPN
x
Pengumpulan laporan
Lampiran. Dokumentasi
31
32
33
RIWAYAT HIDUP
NPM : 174110258
AGAMA : ISLAM