Anda di halaman 1dari 2

DIALOG

DRA HJ SITI NOORDJANNAH DJOHANTINI MM, MSI

PIONEER
PAUD
T
aman Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) tahun ini genap 1 Abad. Untuk
membicarakan hal ini, Suara Muhammadiyah mewawancarai Ketua Umum PP
‘Aisyiyah Dra Hj Siti Noodjannah Djohantini MM, MSi. Berikut pembicaraannya
tentang TK ABA:

TK ABA telah genap seratus tahun?


Ya, Tahun 1919 ‘Aisyiyah sudah menggagas sekaligus mempraktikkan pendidikan
anak usia dini dalam bahasa sekarang. Yang pada waktu itu dimulai dengan Frobel yang
selanjutnya disebut Taman Kanak Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal, tetapi poin
pentingnya dengan 2019 ini berarti usianya sudah seratus tahun.

Hikmah apa yang dapat diambil?


Ada beberapa hal yang harus kita refleksikan dalam
perjalanan seratus tahun ini. Yang pertama, usia seratus
tahun ini kita syukuri dengan kesyukuran yang luar
biasa. Di mana ‘Aisyiyah dengan tokoh awalnya
isudah melampui zamannya. Mereka memikirkan
bagaimana generasi yang akan datang itu dimulai
dengan pembimbingan, pendampingan pendidikan
dengan caranya pada waktu itu. Dengan cara-cara
yang lebih menggembirakan itu sudah berjalan
sedemikian rupa yang konon akhir-akhir ini,
belum terlalu lama ya 10 hingga 20 tahun ini,
baru agak menjadi perhatian dan sekarang
baru menjadikan perhatian banyak pihak
tetapi ‘Aisyiyah sudah mengawalinya.
Itu kesyukuran kita bahwa ‘Aisyiyah itu
menjadi pioneer dalam menggagas,
melakukan dan mengusahakan adanya
PAUD dalam bahasa sekarang.

Yang kedua?
Yang kedua, kesyukuran kita, di zaman
yang kita dalam kondisi terjajah itu para tokoh-
tokoh kita berfikir bahwa perjuangan melawan
penjajah itu salah satunya di antaranya harus dimulai dari

14 SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 104 | 3 - 17 RABIUL AWWAL 1441 H


DIALOG

pendidikan anak. Di mana ada masyarakat bumiputra yang waktu itu dilakukan. Jadi ini refleksi kesyukuran kami di satu
pada waktu itu masih sangat langka, kecuali para elit, yang bisa abad.
mengenyam pendidikan. Tetapi ‘Aisyiyah melalui para tokohnya
sudah berfikir bahwa pendidikan itu menjadi salah satu cara Kenapa TK ABA berkembang begitu meluas?
untuk membuka mata, membuka pikiran, membuka wawasan Nah yang juga menggembirakan itu ikhtiar keberadaan TK
bahwa bumiputra itu harus juga mendapatkan pendidikan itu. ini cepat sekali berkembang di daerah-daerah dan percepatan
Dan itu menjadi cikal bakal dari ikhtiar kemerdekaan itu ternyata setelah kita tengok sejarah adalah selaras dengan
bangsa Indonesia dari apa yang dilakukan Muhammadiyah, percepatan berkembangnya organisasi ‘Aisyiyah di daerah.
‘Aisyiyah pada waktu itu. Tetapi pada poin kedua dengan Jadi ketika ada organisasi ‘Aisyiyah selain ada pengajian-
memulai pemerataan, memperhatikan pendidikan bumiputra. pengajian, karena itu memang tumbuh subur di dalam
Ini sesungguhnya suatu pemikiran yang luar biasa dan jangka berorganisasi dan berkegiatan sosial dan saling berta'awun,
panjang dan akhirnya kita dapat memperoleh nilai kebaikannya bersapa dan menyapa bagi mereka yang memerlukan itu di situ
dari ikhtiar seperti itu. Jadi salah satu perlawanan terhadap amal usaha yang paling awal ya Taman Kanak-Kanak. Artinya,
penjajah adalah dengan pendidikan. Dan pendidikan juga dimulai pada saat itu ibu-ibu ini melalui pergerakannya memang sangat
dengan pendidikan anak usia dini ini dengan caranya dengan konsens perhatiannya terhadap bagaimana mendidik insan
penuh bermain. yang mulia itu sudah sejak awal.

Selanjutnya? Tantangan TK ABA mendatang?


Yang ketiga, kesyukuran dan refleksi kami di satu abad ini, Tentu ada babak berikutnya yang kita harus sudah memulai
bahwa sejak awal para tokoh awal ‘Aisyiyah ini menanamkan di memfokuskan dinamika pertumbuhan ini dalam berbagai
dalam frobelnya itu, dalam pendidikan anak usia dini itu, adalah tempat dengan meningkatkan kualitas cara pendidikan, fasilitas
nilai-nilai agama. Nilai-nilai Islam, akidah, keimanan sebagaimana Persyarikatan Muhammadiyah selalu ingin berubah
yang kuat melalui caranya karena memang dan menuju kemajuan terus dilakukan. Babak akhir setelah kita
dengan mengaji dan kemudian bermain, punya sekitar 20 ribu taman kanak-kanak, PAUD, Kelompok
berpuisi, berlagu dan sebagainya, Bermain dan semacamnya, sejenis pendidikan yang lima tahun
tetapi itu penanaman nilai yang ke bawah itu, termasuk Day Care, memang ‘Aisyiyah harus
sangat fundamental dan memang menguatkan amal usaha ini dengan satu, tetap punya basis nilai-
sudah seharusnya dilakukan sejak nilai Islam yang berkemajuan.
usia dini. Dan itu pendidikannya, Artinya meningkatkan gurunya, kualitas pengelolanya
pendampingannya yang dikelola dan sebagainya. Harus sudah bersinergi dengan lingkungan
oleh ‘Aisyiyah itu ada mata sebaik mungkin tetapi harus tetap mengikuti dinamika
rantai hubungannya dengan perkembangan dan cara mendidik anak usia dini yang sebegitu
pendidikan keluarga. Karena dinamisnya. Tetapi hal yang lain, iman. Ilmu dan amal juga
di ‘Aisyiyah di mana konsep harus teraktualisasi dan menjadi pondasi amaliahnya anak-
keluarga sakinah itu salah anak. Karena itu, sejak awal juga sudah ditanamkan bagaimana
satu dengan pendidikan beramal, punya jiwa sosial.
anak-anak di keluarga Kemudian di sana ada jiwa qaulan layinan, bagimana sih
dengan penanaman nilai- cara berkomunikasi, bertutur dengan halus, dengan sesama
nilai Islam yang kuat. saling menghargai. Kalau saya sering mengatakan bagaimana
Nah selain itu, cara di taman kanak-kanak kita itu mengaktualisasikan surat Lukman.
yang dilakukan di Frobel Lukman memberikan pelajaran pada puteranya agar tidak
dan TK itu cara-cara musyrik berarti keimanan dengan kekokohan akidah. Kemudian
yang oleh ahli pendidikan hormat kepada orang tua, tentu itu dengan orang yang dewasa.
saat ini masih menjadi Juga akhak tidak sombong sehingga anak-anak itu juga akan
perhatian dan on the menjadi anak yang toleran. Dia akan membawa perdamaian,
track, dengan cara bermain dia punya jiwa yang halus. Sekaligus jiwa yang merdeka karena
dan dengan cara bergembira, prinsip tidak boleh musyrik itu. Tentu juga harus ditambah asupan
dengan cara bernyanyi dengan cara dia bisa cinta lingkungan. Yang sekarang tantangannya luar biasa. Itu
berkomunikasi dan bersosialisasi itu juga pada harus menjadi ciri khas taman kanak-kanak kita.• (Lutfi)

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 104 | 1 - 15 NOVEMBER 2019 15

Anda mungkin juga menyukai