Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Indah Wulandari
Jumarni
Muhammad Taha
Novita sari
Nur hanisa
Peni Lismita
Umi Nur Afifah
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada baginda alam yakni
Nabi Besar Muhammad SAW. Tak lupa juga kepada para thabi‟in yang senantiasa
mengikuti ajaran-Nya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama Islam 3.
Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penyajian materi-materi
pembahasan, seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena
itu, kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ini di masa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2
A. Pengertian Al-„Aadah Muhakkamah...........................................................2
B. Dasar-Dasar Kaidah Al‟Aadah Muhakkamah.............................................3
C. Makna Kaidah..............................................................................................4
D. Kaidah-Kaidah Cabang Dari Al-'Aadah Muhakkamah serta
Implementasinya..........................................................................................6
E. Perbedaan antara antara al-‟Aadah dengan al-‟Urf....................................9
F. Kedudukan „adah dan „urf dalam pandangan fuqaha................................11
BAB III PENUTUP............................................................................................ 13
A. Simpulan.....................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Qawaidul fiqhiyah (kaidah-kaidah fiqih) adalah suatu hukum kully
(menyeluruh) yang mencakup intisari hukum-hukum fiqih. Qawa‟id fiqhiyah
mempunyai beberapa kaidah, diantaranya adalah seperti pembahasan dalam
makalah ini yaitu al-„adah al-muhakkamah (adat atau kebiasaan itu bisa menjadi
dasar dalam menetapkan suatu hukum) yang diambil dari kebiasaan-kebiasaan
baik yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat sehingga dapat dijadikan
dasar dalam menetapkan suatu hukum sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang
di dalam masyarakat. Dengan menguasai kaidah-kaidah fiqih kita akan
mengetahui segala permasalahan fiqih, karena kaidah fiqih menjadi titik temu dari
masalah-masalah fiqih sehingga dapat dengan bijak dalam menerapkan
hukum fiqih dalam waktu, tepat, situasi dan kondisi yang seringkali berubah-
ubah.
Dan dengan memahami kaidah fiqih, kita akan lebih bijak di dalam
menyikapi masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, dan lebih khususnya budaya
(adat atau kebiasaan ) serta lebih mudah mencari solusi terhadap masalah-masalah
yang terus muncul dan berkembang dalam masyarakat. Didasari itulah pemakalah
merasa tertarik untuk mengkaji salah satu kaidah fiqih khususnya berkaitan
dengan kehidupan kita sehari-hari atau yang sering kita jumpai yaitu tentang adat
(kebiasaan) dengan kaidah, al-„adah al-muhakkamah dengan arti adat atau
kebiasaan itu bisa menjadi dasar dalam menetapkan suatu hukum. Dalam makalah
ini akan dikaji mengenai pengertian al-„aadah, dasar-dasar hukum, cabang kaidah
al-a‟aadah muhkamah
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian kaidah Al-‘Aadah Muhakkamah?
2. Bagaimana implementasi dan apa saja cabang kaidah Al’Aadah
Muhakkamah?
3. Apa perbedaan antara al-ad dan ‘urf?
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi maksud kaidah ini bahwa sebuah tradisi baik umum atau yang khusus
itu dapat menjadi sebuah hukum untuk menetapkan hukum syariat islam (hujjah)
terutama oleh seorang hakim dalam sebuah pengadilan, selama tidak atau belum
ditemukan dalil nash yang secara khusus melarang adat itu, atau mungkin
ditemukan dalil nash tetapi dalil itu terlalu umum, sehingga tidak bisa
mematahkan sebuah adat.
Namun bukan berarti setiap adat kebiasaan dapat diterima begitu saja,
karena suatu adat bisa diterima jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Tidak bertentangan dengan syari'at.
2. Tidak menyebabkan kemafsadatan dan tidak menghilangkan kemashlahatan.
3. Telah berlaku pada umumnya orang muslim.
4. Tidak berlaku dalam ibadah mahdah
5. Urf tersebut sudah memasyarakat ketika akan ditetapkan hukumnya.6
۞ووٱٱلس و لو كوللتت َّيتسركضسعون َّأٱسولولسودتهنن َّوح سول و س كي َّوك كملو س ك يي َّكلوم سن َّأٱوراَود َّأٱنَ َّي ت ك نتس َّٱٱلنروضساَعو وةة َّووعوولس َّٱٱلسومسوتلسوكد َّ و تلسۥُهَ َّكرسزتقتهسنن َّووككسسسوو تتتنن
َلس َّوفساَسن كبا ٱلسومسعتروةكف َّول َّتتوكنتف َّن وسفسس َّاَنل َّتوسسوعوهاَة َّول َّتتوضا انر َّوو ك ولةتة َّكبوو و كلوهاَ َّووول َّومسوتلودد َّ ن تلۥُهَ َّكبوو و كلكهةۦ َّووعوول َّٱٱلسوواَكركث َّكمسثستل َّوذل ك و ل
ل
أٱوراَوداَ َّكفوصاَلل َّوعن َّتووراَرض َّكمم سنت وإماَ َّووت ووشاَتورر َّفوول َّتجنواَوح َّعولو كسيوماَ ل َّوواَسنَ َّأٱورد ت ستس َّأٱنَ َّت وسس و ستكضسستعاوااَ َّأٱسولولسسسود ت سك َّفوول َّتجنوساَوح َّعولوسيستكسس َّاَإذاَو
إ
٢٣٣َّ وسل نسمتت َّنما ا َّوءاَتويستت َّكبا ٱلسومسعترو إلكف َّووٱٱت نتقوااَ َّٱٱونل َّووٱٱسعلوتماوااَ َّأٱننَ َّٱٱونل َّكبوماَ َّتوسعومتلوونَ َّب وكصدي
Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa
yang kamu kerjakan.
“Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam maka baik pula di sisi
Allah, dan apa saja yang dipandang buruk oleh orang Islam maka
menurut Allah pun digolongkan sebagai perkara yang buruk” (HR.
Ahmad, Bazar, Thabrani dalam Kitab Al-Kabiir dari Ibnu Mas'ud).7
C. Makna Kaidah
Berdasarkan dalil di atas kita menemukan dua kata kunci yakni Al-„Aadah
dan Al-„Urf. Para ulama ushul fikih (ushuliyyun) menggunakan dua kata ini
secara bergantian untuk menjelaskan kebiasaan. Al-„aadah (adat) di definisikan
suatu perbuatan yang dikerjakan secara berulang tanpa hubungan rasional
(Musthafa Ahmad Al-Zaqra, 1978: 838-39). Sedangkan al-„urf didefinisikan
sebagai kebiasaan mayoritas umat, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Jadi
makna kaidah al-„aadah wa al-„urf itu sesuatu yang telah biasa berlaku, diterima
dan dianggap baik oleh masyarakat (Al Syatibi, tt: 197).
Al-„aadah dan al-„urf yang menjadi salah satu aspek penting dalam
penetapan hukum Islam itu bukan merupakan prilaku individual tetapi sudah
berlaku pada kebanyakan masyarakat di daerah tertentu. Misalnya di daerah
tertentu dalam menetapkan keperluan rumah tangga, diambil dari mahar yang
diberikan suami. Jika kebiasaan ini sudah menjadi bagian dari cara kehidupan
masyarakat tertentu maka kebiasaan seperti ini dapat dijadikan sebagai kaidah
untuk menetapkan kebolehan penggunaan mahar yang seharusnya milik istri.
Kaidah cabang adalah kaidah turunan yang lebih sepesifik dari pada kaidah asasi
yang lebih umum.
“Semua yang telah dikenal karena urf seperti yang disyaratkan karena suatu
syarat”
Maksudnya adat kebiasaan dalam bermu‟amalah mempunyai daya ikat
seperti suatu syarat yang dibuat, meskipun tidak secara tegas dinyatakan, dan
sesuatu yang telah dikenal (masyhur) secara „urf (adat) dalam sebuah komunitas
masyarakat adalah menempati posisi (hukumnya) sama dengan sebuah syarat
yang disyaratkan (disebutkan dengan jelas), walau sesuatu itu tidak disebut dalam
sebuah akad (tsansaksi) atau ucapan, sehingga sesuatu itu harus diposisikan
(dihukumi) ada, sebagaimana sebuah syarat yang telah disebut dalam sebuah akad
haruslah ada atau dilakukan. Namun dengan syarat sesuatu yang makruf atau
masyhur itu tidak bertentangan dengan syariat Islam.8
Contoh: jika menurut kebiasaan umum seorang penjual AC bertanggung jawab
atas pemasangannya dan dianggap sebagai syarat dalam kontrak jual beli, maka
itu merupakan tanggung jawabnnya walaupun tak ada dalam kontrak.
Contoh selanjutnya yaitu kasus menjual buah dipohon, menurut qiyas, hukumnya
tidak boleh dan tidak sah, karena jumlahnya tidak jelas (majhul), tetapi karena
sudah menjadi kebiasaan yang umum dilakukan ditengan masyarakat , maka
ulama membolehkannya.9
العععرف الععى فيع عه يرجععع ا لغععة وال فيع عه لع عه ضععابط وال مطاقععا الشععرع بع عه ورد ما كععل
Artinya: Setiap ketentuan yang dikeluarkan oleh syara‟ secara mutlak dan
tidak ada pembatasannya dalam syara‟ dan dalam ketentuan bahasa,
dikembalikan kepada „urf.
“Yang ditetapkan oleh (adat) „urf sama dengan yang ditetapkan oleh nash”.
Contoh lainnya dalam kaidah ini yaitu, apabila orang memelihara sapi orang lain,
maka upah memeliharanya adalah anak dari sapi itu dengan perhitungan, anak
pertama untuk yang memelihara dan anak yang kedua utuk yang punya, begitulah
selanjutnya secara beganti-ganti.13
B. Saran
Mudah-mudahan makalah ini bisa dijadikan tambahan pengetahuan
khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca. Untuk memastikan keabsahan isi
materi, disarankan kepada para pembaca untuk meng-cross check langsung dari
sumber bacaan (referensi). Karena tidak menutup kemungkinan makalah ini
banyak kesalahan, kekeliruan yang perlu diperbaiki dan disistematiskan.
DAFTAR PUSTAKA