Anda di halaman 1dari 38

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DENGAN

TEKNOLOGI BIOFILTER SEBAGAI INOVASI PENGENDALI


PENCEMARAN AIR SUNGAI
(Studi Lapangan Di Desa Bapang kabupaten Jombang)

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Tingkat


SMA Sederajat yang Diadakan Oleh Jaring-Jaring Komunikasi Pemantauan
Kualitas Air (JKPKA)

Oleh:
Ahmad Idris
Anisa Mu’asomah
Yekti Indriana Sari

SMA A. WAHID HASYIM


Tebuireng Jombang Jawa timur
Jln. Irian jaya 10 tromol pos 5

1
YAYASAN HASYIM ASY’ARI
SMA. A. WAHID HASYIM
TEBUIRENG – JOMBANG
STATUS : TERAKREDITASI ” A ” NSS : 304050402007
Tomol Pos 5 Jombang 61471. Telp (0321) 874289,Fax. 864110. Email : sma_awh@tebuireng.net
LEMBAR PENGESAHAN
Judul :
Pengelolaan Limbah Cair Tahu dengan Teknologi Biofilter sebagai Inovasi
Pengendali Pencemaran Air Sungai
(Studi Lapangan Di Desa Bapang kabupaten Jombang)

Oleh : Ahmad Idris, Anisa Mu’asomah,Yekti Indriana Sari

Setelah mengadakan pemeriksaan, pembenahan dan koreksi di dalamnya,


maka Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini kami setujui, dan kami sahkan untuk diajukan
sebagai persyaratan mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah yang diadakan oleh
Jaring-Jaring Komunikasi Pemantauan Kualitas Air (JKPKA).

Jombang, 30 Oktober 2013


Pembimbing Ketua Kelompok

Achmad Fauzi, MSi Ahmad Idris

MENGESAHKAN
Kepala Sekolah

Drs. Achmad Fathoni

2
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
taufik serta hidayah-Nya kami dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang
berjudul “Pengelolaan Limbah Cair Tahu dengan Teknologi Biofilter sebagai
Inovasi Pengendali Pencemaran Air Sungai (Studi Lapangan di Desa Bapang
Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang)”.
Penulisan ini kami buat dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis
Ilmiah tingkat SMA sederajat yang diadakan oleh Jaring-Jaring Komunikasi
Pemantauan Kualitas Air (JKPKA).
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi kesempurnaan dalam penulisan selanjutnya.
Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
terutama kepada orang tua yang sudah memberikan doa dan restunya kepada
kami baik berupa moril maupun materiil hingga terselesaikan karya tulis ini.
Akhirnya, penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Jombang, 30 Oktober 2013

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
ABSTRAKSI................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................... 3
1.5. Hipotesa...................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Limbah ……………………………………………………………………. 5
2.1.1. Limbah Pabrik Tahu.............................................................................. 6
2.2. Teknologi Biofilter……………………………………............................. 7
2.2.1. Tumbuhan Eceng gondok....................................................................... 8
2.2.2. Kulit pusang……………………………………………………………. 9
2.2.3. Arang Kayu…………………………………………………………… 10
2.2.4. Pasir dan Kerikil……………………………………………………… 11

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian ...........................................................................
………….12
3.2. Tempat dan Waktu .......................................................................................12
3.3 Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 12
3.4 Sumber Data................................................................................................. 12
3.5. Observasi.................................................................................................... 13

4
3.6. Alat dan Bahan............................................................................................ 14

3.7. Perancangan Proses Biofiltrasi.................................................................. 14


3.8. Pengamatan Hasil Dan Pencatatan Data ................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Teknik Pembuatan Biofilter ...................................................................... 17
4.2 Hasil Pengolahan Limbah Cair Tahu......................................................... 18
4.3 Manajemen Pengolahan Limbah Terintegrasi............................................ 19
4.4 Penerapan Teknologi Tepat Guna Biofilter............................................... 20

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan................................................................................................ 21
5.2. Saran-Saran................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22
LAMPIRAN..................................................................................................... 23

5
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data produksi dan jumlah limbah tahu desa Bapang kabupaten
Jombang……..………………………………………………………...6

6
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema teknik pembuatan biofilter……………………………………13


Gambar 2. Rancangan peletakan biofilter………………………………………..15

Gambar 3. Skema Manajamen Proses Biofilter ...................................................19

7
ABSTRAKSI
Pengolahan Limbah Cair Tahu dengan Teknologi Biofilter
sebagai Inovasi Pengendalian Pencemaran Air Sungai
(Studi Lapangan Di Desa Bapang Jogoroto kabupaten Jombang)

Oleh :
Ahmad Idris
Anisa Mu’asomah
Yekti Indriana Sari

Industri kecil (home industry) telah banyak berkembang di Jogoroto


kabupaten Jombang salah satunya adalah industri tahu. Industri tahu memiliki
peran yang positif sekaligus negatif, peran positif industri tahu adalah dapat
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat karena industri tahu menghasilkan
produk yang ikut berperan dalam roda pangan masyarakat, peran negatifnya
adalah industri tahu menghasilkan zat sisa produksi yag berupa limbah baik
limbah padat maupun limbah cair. Limbah memiliki banyak kandungan zat
berbahaya dan pada umumnya limbah yang berbentuk cair akan dibuang kesungai
tanpa ada pengolahan. Sehingga, zat berbahaya yang terkandung didalam limbah
akan mencemari sungai. Maka dari itu, pengolahan limbah cair industri tahu perlu
dilakukan agar zat berbahaya dalam limbah tahu tidak mencemari sungai.
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif sehingga
memberikan gambaran menyeluruh target yang ingin dicapai. Perlakuan awal
pada limbah cair tahu adalah penampungan limbah yang dilakukan pada kolam-
kolam penampungan, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendinginkan suhu
limbah serta mengendapkan suspense yang tidak terlarut.
Berdasarkan data hasil analisis, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut : Pengolahan limbah cair industri tahu yang ramah lingkungan perlu
disosialisasikan guna menjaga kelestarian lingkungan dan sungai serta memberi
solusi kepada industri tahu agar tidak langsung membuang limbah kesungai,
selain itu secara mandiri industri tahu mampu mengolah limbah dan menghasilkan
limbah yang ramah lingkungan.

8
Kata kunci : Pengolahan limbah cair tahu, Perlakuan awal, hasil pengolahan
limbah.

9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pada saat ini pertumbuhan industri di tingkat daerah menunjukkan


perkembangan yang sangat cepat. Perkembangan industri berdampak positif
karena dapat membantu pendapatan daerah serta menciptakan lapangan kerja,
akan tetapi industri juga berdampak negatif karena berpotensi memberikan
kontribusi besar pada pengotoran perairan, salah satunya pabrik tahu. Kondisi
yang demikian itu disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kurangnya pengetahuan
pengusaha tentang pencemaran lingkungan, teknologi proses produksi, serta tidak
adanya unit sarana pengolahan limbah cair (Nurtiyani, 2000).
Tahu adalah makanan yang kaya protein, lemak nabati, kalsium dan
mudah menyerap rasa dari berbagai bumbu masakan. Tahu berasal dari Tiongkok
dan dibawa masuk ke Jepang pada masa Dinasti Tang (Watanabe, 1996). Di Asia
Tenggara, selain Vietnam dan Thailand yang berbatasan langsung dengan
Tiongkok, tahu masuk juga ke Indonesia, Malaysia. Di Indonesia, tahu
memperkaya budaya Indonesia dan melahirkan berbagai jenis. Tahu memiliki
peran penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia karena disamping harganya
murah, tahu juga mempunyai nilai protein yang tinggi sehingga mampu
memperbaiki nilai gizi masyarakat.
Industri tahu menghasilkan zat sisa produksi yakni berupa limbah organik
baik dalam bentuk cair maupun padat, namun kebanyakan industri tahu
membuang limbahnya secara langsung ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih
dahulu sehingga menimbulkan bau busuk dan mencemari lingkungan. Sedangkan
karakteristik dari limbah cair tahu adalah warna limbah putih kekuningan dan
keruh, pH < 7, COD (Chemical Oxygen Demand) 1534 mg/L, BOD (Biochemical
Oxygen Demand) 950 mg/L, TSS (Total Suspended Solid) 309 mg/L
(undergraduate, 2011).

1
Penelitian mengenai pengolahan limbah cair tahu terus dikembangkan,
bahkan menjadi salah satu program penting karena untuk mengurangi tingkat
pencemaran air sungai sehingga kualitas air sungai kembali layak untuk dipakai.
Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurai kandungan bahan
pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi,
mikroorganisme patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme yang terdapat di alam (Hidayat, 2008).
Limbah cair industri tahu memiliki beban pencemar yang tinggi. Padatan
tersuspensi maupun terlarut yang terdapat pada limbah tidak diolah maka akan
mengalami perubahan fisik, kimia dan hayati yang menghasilkan zat toksin atau
zat cemar lingkungan. Juga apabila dibiarkan dilingkungan akan menjadi busuk
dan menimbulkan bau tidak sedap (Nurhasan,1991). Akibatnya, limbah ini
mengurangi kenyamanan masyarakat yang tinggal disekitar Daerah Aliran Sungai
(DAS). Selain itu, limbah tersebut limbah dapat menurunkan kadar oksigen (O2)
yang terlarut dalam air, sehingga apabila pencemaran terus dilakukan akan
mengancam ekosistem perairan dan membunuh organisme perairan.
Melihat realita tersebut, perlu dilakukan kegiatan pengolahan limbah tahu
sebelum akhirnya limbah tersebut dibuang kelingkungan terutama sungai.
Pengolahan limbah cair tahu dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya
dengan menggunakan teknologi biofilter yang mudah diaplikasikan, efektif,
ekonomis, dan ramah lingkungan, dengan tujuan untuk menanggulangi masalah
pencemaran sungai akibat limbah cair tahu di desa Bapang kecamatan Jogoroto
kabupaten Jombang sebagai sampel observasi lapang.
Menurut Icha (2011), biofilter dapat mengurangi zat berbahaya yang
terkandung didalam limbah serta dapat menetralisir bau tidak sedap yang
dihasilkan oleh limbah. Biofilter dapat bekerja secara maksimal bergantung pada
bahan penyusun pembuatannya, salah satu bahan yang efektif dalam mengatasi
pencemaran adalah eceng gondok dan kulit pisang yang dipadu dengan arang,
sabut kelapa, pasir dan batu kerikil. Menurut hasil penelitian bahan tersebut dapat
menetralisir zat berbahaya serta bau tidak sedap yang ditimbulkan limbah.

2
1.2. Rumusan Masalah
Untuk menghindari penyimpangan atau kesalahan dalam penafsiran
terhadap masalah yang dibahas, maka diperlukan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana teknik pembuatan biofilter?
2. Bagaimana hasil pengolahan limbah dengan menggunakan teknologi biofilter?
3. Bagaimana manajemen pengolahan limbah cair tahu?
4. Bagaimana penerapan tepat guna biofilter?

1.3. Tujuan Penelitian


Dalam penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui teknik pembuatan biofilter.
2. Untuk mengetahui hasil pengolahan limbah dengan menggunakan
teknologi biofilter.
3. Untuk mengetahui manajemen pengolahan limbah cair tahu.
4. Untuk mengetahui penerapan tepat guna biofilter dalam mengendalikan
pencemaran air sungai.

1.4. Manfaat Penelitian


Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Memperoleh alternatif pengolahan limbah industri tahu sehingga dapat
mengatasi pencemaran sungai serta meningkatkan kualitas air.
2. Mendapatkan pengetahuan secara langsung tentang pemanfaatan limbah
industri tahu.
3. Memberikan pemikiran mengenai industri bebas limbah berbahaya secara
alami.
4. Memberikan informasi pada masyarakat umum tentang peran eceng
gondok dan kulit pisang dalam menjernihkan air
5. Memberi input atau masukan pada pengusaha industri tahu agar dapat
mengelola limbah secara efisien dan maksimal.
6. Menciptakan lingkungan hidup yang sehat, nyaman dan terbebas dari
pencemaran limbah

1.5. Hipotesa
Dalam penelitian ini diasumsikan penggunaan biofilter dalam pengolahan
limbah cair tahu dapat dijadikan inovasi dalam pengendalian pencemaran air
sungai yang efektif, ramah lingkungan dan aplikasinya mudah.

3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah
Limbah adalah buangan hasil suatu proses produksi maupun domestik
(rumah tangga). Limbah terdiri dari limbah cair, padat, dan gas. Dampak negatif
yang ditimbulkan antara lain pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran
tanah, efek rumah kaca, dan peningkaatan panas bumi, hujan asam (Chynoweth,
2001).
Batasan lainnya mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari
cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan,
perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman dan air
hujan yang mungkin ada (Haryoto, 1985). Dari batasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia,
baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan
sebagainya. Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar, karena kurang
lebih 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari
tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor. Selanjutnya air limbah ini
akhirnya akan kembali ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi.
Oleh karena itu, air buangan ini harus diolah secara baik agar kualitas air tetap
terjaga
Limbah memiliki karakteristik organik maupun anorganik yang
sebenarnya masih bisa dimanfaatkan dan dipergunakan kembali guna mengurangi
dampak negatif limbah. pengolahan limbah baik padat, cair, dan gas merupakan
salah satu solusi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh limbah
tersebut. Untuk meningkatkan kualitas lingkungan, maka perlu dilakukan
pengolahan limbah dengan tujuan menetralisir zat berbahaya yang terkandung
dalam limbah. Selain itu sistem pengelolaan limbah juga perlu diperhatikan agar
tercipta integrasi pengelolaan limbah yang tepat, dan ramah lingkungan.

5
Pengelolaan limbah tahu dengan teknologi biofiltrasi sebagai inovasi
dalam pengendalian pencemaran air sungai menjadi pilihan dalam topik penelitian
ini mengingat biofiltrasi merupakan cara yang mudah, sederhana, ekonomis,
ramah lingkungan, serta daya kerja dan hasilnya maksimal dalam mengatasi
pecemaran air sungai sehingga kualitas air sungai menjadi lebih baik serta
menghasilkan air siap pakai.
2.1.1. Limbah Pabrik Tahu
Berdasarkan data primer tim KTI AWH tahun 2013, bahwa data produksi
dan limbah industri tahu desa Bapang Jogoroto Jombang disajikan dalam tabel
berikut ini :
Tabel 1. Data produksi dan limbah industri tahu desa Bapang Jogoroto Jombang
( Sumber : Data Primer Tim KTI AWH 2013)
Keterangan Jumlah perhari
Jumlah kedelai 2 ½ ton
Jumlah produksi tahu 16.000 biji
Jumlah limbah padat 2 ton
Jumlah limbah cair 12 m3

Berdasarkan tabel 1, desa Bapang memiliki industri tahu yang setiap


harinya menghabiskan 2 ½ ton kedelai, menghasilkan sekitar 16.000 biji tahu dan
menghasilkan limbah sisa produksi dalam bentuk padat sekitar 2 ton per hari dan
limbah dalam bentuk cair sekitar 12 m3(12000 liter) per hari. Industri tahu ini
menghasilkan limbah yang cukup besar baik limbah padat maupun cair.
Sedangkan pihak industri belum sepenuhnya mengetahui cara pengolahan limbah
yang benar sehingga limbah sisa produksi yang tidak bernilai langsung dibuang ke
lingkungan terutama sungai. Pembuangan limbah tersebut mengakibatkan
beberapa dampak negatif yakni pencemaran air dan polusi bau. Jumlahnya yang
cukup besar perlu penanganan khusus dan tidak bisa hanya dibuang begitu saja.

6
Limbah industri tahu dibagi menjadi dua yakni limbah padat dan limbah
cair. Limbah padat adalah limbah yang dihasilkan dari penggilingan kedelai,
limbah padat industri tahu belum dirasakan dampaknya karena limbah padat
industri tahu bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, dan pembuatan tempe
gembus. Limbah cair industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dari bekas
pencucian kedelai, perendaman kedelai, air bekas pembuatan tahu dan air bekas
perendaman. Komposisi air limbah sebagian besar terdiri dari air (99,9%) dan
sisanya terdiri dari partikel-partikel padat terlaraut (dissolved solid) dan tidak
terlarut (suspended solid) sebesar 0,1%. Partikel-partikel padat dari zat organik (±
70%) dan zat anorganik (± 30%). Zat-zat organik terdiri dari protein (± 65%),
karbohidrat (± 25%), lemak (± 25%). (Udin Djabu, 1991).

Menetralisir zat berbahaya limbah cair tahu dapat diolah dengan mudah
yakni dengan menggunakan teknologi biofilter (komponen dari sistem sirkulasi
air tertutup hingga timbul pergantian senyawa terlarut yg terjadi akibat kegiatan
mikroba). Hal ini diperkirakan mampu mengurangi dampak negatif limbah cair
industri tahu serta memberikan inovasi teknologi yang ramah lingkungan, murah,
serta dapat mengurangi jumlah pencemaran pada lingkungan, khususnya sungai.

2.2 Teknologi Biofilter


Biofilter adalah komponen dari sistem sirkulasi air tertutup hingga timbul
pergantian senyawa terlarut yg terjadi akibat kegiatan mikroba (Anonim, 2008).
Biofilter merupakan alat penyaring atau penjernih air dari bahan-bahan organik
seperti kelor, eceng gondok kulit pisang dan bahan lain yang memiliki fungsi
sebagai penyerap polutan air. biofilter sangat efektif digunakan dalam mengolah
limbah. Proses filterisasi menghasilkan air bersih, terbebas dari bau, bahan
organik dan bahan anorganik yang terdapat didalamnya.

Biofilter pertama kali diperkenalkan di Inggris pada tahun 1893 sebagai filter
menetes untuk pengelolaan air limbah dan sejak itu telah berhasil digunakan untuk
pengolahan berbagai jenis air. Pengelolaan biologis telah digunakan di Eropa
untuk menyaring air permukaan untuk keperluan minum sejak awal 1900-an dan

7
sekarang pengolahan biologis telah berkembang di seluruh dunia . Biofiltrasi juga
sering digunakan pada pengolahan air limbah, budidaya dan daur ulang greywater
sebagai cara untuk meminimalkan penggantian air dan meningkatkan kualitas air.

Pada awalnya biofilter dikembangkan menggunakan batu atau slag sebagai


media filter, tetapi pada saat ini telah menggunakan berbagai jenis bahan yang
dijadikan sebagai media filter. Biofilter berkerja sesuai pada jenis bahan yang
digunakan sebagai media filter. Bahan-bahan biofilter dikategorikan menjadi dua,
yakni media yang anorganik (pasir, kerikil, berbagai bentuk media plastik, manik-
manik kaca, dan lain-lain) dan media organik (gambut, serpihan kayu, kompos,
dan lain-lain). Eceng gondok dan kulit pisang menjadi bahan utama pembuatan
biofilter pada penelitian ini, kemudian eceng gondok dan kulit pisang dipadu
dengan arang, pasir dan kerikil, yang bertujuan agar proses filtrasi limbah dapat
bekerja maksimal.

2.2.1 Tumbuhan Eceng Gondok

Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar


dalam lumpur. Tingginya sekitar 0,4 – 0,8 meter. Tidak mempunyai batang.
Daunnya tunggal dan membentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing.
Pangkal tangkai daun mengelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna
hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya
berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya
kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Nama latin dari eceng gondok adalah Eichhornia crassies (Mart) Sloms.

Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh


seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang
botanis kebangsaan Jerman pada tahun 1824, ketika sedang melakukan
eskpedisi di Sungai Amazon Brasil (Sirojul Falah, 2003). Eceng gondok
memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap
sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan
mudah menyebar melalui saluran air kebadan air lainnya.

8
Eceng gondok merupakan gulma pengganggu yang tumbuh di kolam-
kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat
penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang
ekstrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH,
temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan ecek gondok yang cepat
terutama disebabkan oleh air yang mengadung nutrien tinggi, terutama yang
kaya dengan nutrien, fosfat, dan potasium (FAO). Akibat negatif yang
ditimbulkan eceng gondok antara lain : Menurunnya jumlah cahaya yang
masuk ke dalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat
kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens) . Dan Tumbuhan eceng
gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perariran sehingga
mempercepat terjadinya proses pendangkalan.

Selain memiliki dampak negatif, eceng gondok juga memiliki dampak


positif yaitu mempunyai kemampuan menyerap unsur hara, senyawa organik dan
unsur kimia lain dari air limbah dalam jumlah yang besar. Tanaman eceng gondok
(Eichhornia crassipes (Mart) Solms) memiliki selulosa mencapai 72,63 % yang
dapat dimanfaatkan sebagai penyerap bahan-bahan tertentu. Selulosa sendiri
merupakan polimer sederhana yang terdiri dari 300 sampai 15000 D glukosa
membentuk ikatan kimia yang memiliki permukaan rantai selulosa seragam dan
membentuk lapisan berpori. Material padat berpori inilah yang menyerap bahan-
bahan disekelilingnya (Lowe, 1991), sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
material penyerap bahan berbahaya bagi lingkungan. Kelebihan eceng gondok
dalam mengurangi polutan diantaranya eceng.gondok mampu menjernihkan air
limbah secara biofiltrasi, tidak hanya itu kemampuan lainnya adalah mampu
menyerap logam-logam berat seperti Pb, Cd, Hg, Zn, Fe, Mn, Ni, Au, Co, dan Sr.
Sedangkan pada senyawa organik, eceng gondok mampu mengabsorpsi senyawa
organik dan kandungan lain (Suspended Solids, SS).

9
2.2.2 Kulit Pisang

Pisang termasuk salah satu buah yang mudah dijumpai di mana-mana.


Indonesia memang Negara tropis dan buah pisang adalah salah satu komoditas
tanaman yang tumbuh subur di daerah tropis. Karena melimpah, buah pisang
dijual dengan harga yang cukup terjangkau. Kulit pisang biasanya hanya dianggap
sebagai sampah dan pada umumnya tidak dimanfaatkan lagi oleh masyarakat.
penelitian terhadap kulit pisang mengubah nilai kulit pisang yang awalnya tidak
berguna menjadi lebih bermanfaat dan ternyata kulit pisang dapat mengikat logam
berat dari air limbah yang berasal dari proses pertambangan dan aktifitas-aktifitas
lain.

Kulit pisang merupakan bagian yang paling baik dari buahnya, dimana
sebagian besar nutrisi dan protein terdapat di kulitnya. Ia memutuskan untuk
meneliti komposisi dari kulit pisang dan mendapatkan bahwa kulit pisang
mengandung nitrogen, sulfur dan senyawa organik seperti asam karboksilat. Asam
karboksilat memiliki sifat dapat mengikat logam yang bermuatan positif yang
terlarut dalam air (Sao Paulo States University). Kulit pisang yang telah
dikeringkan dan dipotong kemudian dicampur dengan air yang tercemar, maka
kulit pisang akan mengikat senyawa berbahaya yang terdapat pada air, dan kulit
pisang memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan bahan penyaring yang
biasa digunakan seperti karbon dan silica. Selain itu, kulit pisang merupakan
bahan yang murah, mudah didapatkan dan kulit pisang dapat digunakan hingga
11 kali proses penjernihan.

2.2.3 Arang Kayu

Arang adalah kayu yang telah dikarbonisasi dengan pembakaran sebagian


dengan sedikit udara itu, terdiri atas dua jenis, yakni arang hitam dan arang putih
(suara merdeka, 2002). Masyarakat dunia telah menggunakan arang kayu sejak
ribuan tahun, kegunaannya lebih banyak dikonsumsi untuk bahan bakar memasak.
Karena perkembangan teknologi yang memanfaatkan sumber gas alam, listrik dan

10
bensin untuk bahan bakar, sehingga tingkat konsumsi masyarakat terhadap arang
semakin berkurang.

Kemajuan teknologi modern telah meneliti manfaat arang bagi


kepentingan manusia. Salah satu manfaat arang adalah untuk menjernihkan air
minum karena melepaskan klorin dan zat-zat berbahaya lainnya (suara merdeka,
2002). Arang dibungkus dengan kain agar tidak ada serbuk yang bertebaran.
Kalau memasukkan 50 sampai 60 gram arang ini ke dalam satu liter air ledeng,
berarti Anda menambah kandungan mineral dan membuatnya lebih basa,
menjadikan air minum yang baik. Arang yang digunakan untuk penjernih air,
dicuci dulu lalu disterilkan dalam air mendidih, kemudian dikeringkan dibawah
matahari.

2.2.4 Pasir dan Kerikil

Dalam proses pengolahan limbah media pasir berfungsi untuk menyaring


suspensi terlarut dengan ukuran 0,2-0,8 mm. Sedangkan kerikil berfungsi sebagai
penyaring akhir sebelum air limbah dibuang kesungai. Untuk menjaga kebersihan
biofilter serta menjaga kualitas hasil filtrasi, setiap 2-3 hari sekali alat dan lapisan
kerikil, pasir, dan potongan arang dikeluarkan dan dicuci ulang sampai bersih,
sedangkan eceng gondok dan kulit pisang diganti dengan yang baru.

11
12
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dimana penelitian
menekankan pada pengungkapan makna (meaning) dan proses yang merupakan
hal yang esensial, latar belakang alami (natural setting) sebagai sumber data
langsung, dan peneliti sendiri merupakan instrumen kunci (Lincoln dan Cuba,
1985). Penelitian ini banyak disebut sebagai penelitian terpancing (Embedded
qualitative research) atau lebih dikenal sebagai penelitian studi kasus.

3.2 Tempat dan Waktu


Selama penelitian berlangsung dilakukan di desa Bapang, kecamatan
Jogoroto, kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur. Waktu penelitian dilakukan
mulai tanggal 22 Oktober –29 Oktober 2013.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini pengumpulan data diperoleh secara langsung melalui
observasi, wawancara mendalam (indepth interview), dan dokumentasi untuk
memperoleh data tentang industri tahu di desa Bapang.

3.4 Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer
dan jenis data sekunder. Data primer yang kami gunakan dalam penelitian ini
adalah hasil wawancara yang kami lakukan baik dengan pemilik industri tahu di
desa Bapang. Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh peneliti,
melainkan melalui dokumentasi, media massa dan lain-lain.

13
3.5 Observasi
Penelitian dilakukan dengan mengadakan percobaan sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan. Adapun teknik yang ditempuh sebagai berikut :
Teknik Pembuatan Biofiltrasi

Memodifikasi tabung sebagai


tempat bahan filtrasi

Meletakkan bahan-bahan filtrasi


ketabung sesuai urutan

Bagian bawah tabung berisi


kerikil dan pasir

Bagian tengah berisi arang

Bagian atas berisi eceng gondok


dan kulit pisang yang sudah
dikeringkan

Bagian ujung tabung ditutup Limbah cair industri tahu


dengan kain kasa

Biofiltrasi

Air limbah melalui beberapa


proses penyaringan

Air limbah menjadi steril

Gambar. 1 skema teknik pembuatan biofilter

14
3.6 Alat dan Bahan
Alat
Alat-alat yang digunakan meliputi tabung(botol minuman),
gunting, cutter, dan lem.
Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan yakni limbah cair industri tahu,
eceng gondok, kulit pisang, sabut kelapa, arang, pasir, kerikil.

3.7 Perancangan Proses Biofiltrasi


Pertama, limbah cair tahu yang dihasilkan dari proses produksi
akan dialirkan kekolam penampungan pertama yang telah disediakan oleh
pihak industri, penampungan limbah dilakukan selama 12 jam bertujuan
untuk menurunkan suhu limbah serta mengendapkan suspensi. Kemudian
limbah cair tahu akan dialirkan kekolam penampungan yang kedua dan
didiamkan selama 12 jam, dalam kolam penampungan kedua terjadi proses
pengendapan suspensi yang lebih banyak dibanding pada kolam
penampungan pertama sehingga jumlah suspensi terlarut akan berkurang.
Limbah yang sudah dingin dan jumlah suspensi terlarut berkurang akan
dialirkan ke pipa lalu dialirkan kealat biofilter yang telah dipasang.
Limbah yang berada pada alat biofilter akan mengalami tahap-tahap
penyaringan. Tahap awal penyaringan akan melalui kain kasa yang
berfungsi untuk menyaring suspensi terlarut yang tidak dapat mengendap,
selanjutnya akan memasuki media kulit pisang dan eceng gondok yang
berfungsi menyerap kandungan berbahaya dalam limbah, kemudian
melalui arang kayu yang berfungsi menyerap bau tidak sedap, dan terakhir
akan melalui media pasir dan kerikil, media pasir dan kerikil berfungsi
untuk menyaring benda-benda yang berukuran mikro sehingga air akan
menjadi jernih dan steril.

15
Gambar 2. Peta Industri Tahu serta Rancangan peletakan Biofilter

16
3.8 Pengamatan Hasil dan Pencatatan Data

Pengamatan dilakukan dengan mengetahui kondisi air limbah


sebelum dan sesudah mengalami proses filtrasi. Kemudian dilakukan tes
sederhana dengan setengah gelas air yang akan diperiksa dicampurkan
dengan segelas air teh. Selanjutnya didiamkan dalam keadaan terbuka
hingga satu malam. Kemudian memeriksa perubahan warna, lendir dan
lapisan seperti minyak di permukaan.Semakin cepat perubahan yang
terjadi pada air teh menunjukkan semakin tinggi kandungan kimiawi air
tersebut.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Teknik Pembuatan biofilter

Biofilter adalah komponen dari sistem sirkulasi air tertutup hingga timbul
pergantian senyawa terlarut yg terjadi akibat kegiatan mikroba (Anonim, 2008).
Biofilter merupakan alat penyaring atau penjernih air dari bahan-bahan organik
seperti kelor, eceng gondok kulit pisang dan bahan lain yang memiliki fungsi
sebagai penyerap polutan air. biofilter sangat efektif digunakan dalam mengolah
limbah. Proses filterisasi menghasilkan air bersih, terbebas dari bau, bahan
organik dan bahan anorganik yang terdapat didalamnya.

Cara kerja biofilter bergantung pada bahan-bahan penyusunnya, Bahan-


bahan biofilter dikategorikan menjadi dua, yakni media yang anorganik ( pasir,
kerikil, berbagai bentuk media plastik, manik-manik kaca, dan lain-lain ) dan
media organik ( gambut, serpihan kayu, kompos, dan lain-lain ). Pada penelitian
ini Eceng gondok dan kulit pisang menjadi bahan utama pembuatan biofilter,
kemudian eceng gondok dan kulit pisang dipadu dengan arang, pasir dan kerikil,
yang bertujuan agar proses filtrasi limbah dapat bekerja maksimal.

Teknik pembuatan biofilter diawali dengan modifikasi tabung yang


berfungsi sebagai media peletakan bahan-bahan biofilter. Sebelum dimasukkan,
ketiga bahan harus dicuci sampai bersih. Jika dilihat dari paling bawah, bahan
yang dimasukkan pertama adalah lapisan kerikil, pasir, potongan arang, eceng
gondok, kulit pisang dan kain kasa. Enam bahan inilah yang berfungsi sebagai
penyaring air. pada tabung penyaring, susun media penyaringan dengan kerikil
setinggi 10 cm pada dasar bak, pasir setinggi 20 cm kemudian arang batok
setinggi 10 cm, eceng gondok dan kulit pisang setinggi 20cm, dan terakhir tutup
ujung botol dengan kain kasa. Fungsi kain kasa adalah sebagai media penyaring

18
pertama. Fungsi eceng gondok dan kulit pisang adalah untuk menyerap zat
berbahaya dalam limbah. Fungsi dari pasir di sini adalah untuk menyaring
bantalan menyaring partikel kecil. Sedangkan potongan arang yang terbuat dari
tempurung kelapa atau kayu yang dibakar, berguna untuk mengurangi warna dan
bau. Kerikil sendiri berfungsi sebagai penyaring akhir, sebelum meneteskan air ke
tempat pembuangan akhir. Untuk menjaga kebersihan, setiap 2-3 hari sekali
lapisan kerikil, pasir, dan potongan arang dikeluarkan dan dicuci ulang sampai
bersih atau diganti. Dan lapisan eceng gondok dan kulit pisang harus diganti.

4.2. Hasil Pengolahan Limbah Cair Tahu

Pengolahan limbah cair tahu dengan sistem biofiltrasi ternyata mampu


menetralisir kandungan berbahaya, menyaring partikel kecil, menghilangkan bau
dan warna sehingga menghasilkan air limbah yang steril dan ramah lingkungan.
Hal ini sangat positif untuk pengembangan biofiler ke arah yang lebih besar,
selain ekonomis biofilter juga mudah diaplikasikan. Biofilter juga memiliki
keefektifan yang baik untuk mengolah limbah industri tahu sehingga beban
pencemar akibat limbah cair tahu dapat berkurang.

Biofilter merupakan alat penyaring yang tersusun dari material


organik(eceng gondok+kulit pisang+arang+pasir+kerikil) yang berfungsi untuk
mengolah limbah cair tahu. Dalam tabung biofilter terdapat tanaman eceng
gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solms) yang memiliki selulosa mencapai
72,63 % yang dapat dimanfaatkan sebagai penyerap bahan-bahan tertentu.
Selulosa sendiri merupakan polimer sederhana yang terdiri dari 300 sampai 15000
D glukosa membentuk ikatan kimia yang memiliki permukaan rantai selulosa
seragam dan membentuk lapisan berpori. Material padat berpori inilah yang
menyerap bahan-bahan disekelilingnya, sedangkan limbah cair tahu memiliki
kandungan organik yang tinggi sehingga tanaman ini tepat untuk dijadikan
indicator penetralisir kandungan organic yang terdapat pada limbah cair tahu.
Jadi, dalam proses pengolahan limbah cair tahu ini akan menghasilkan limbah
yang semula berbahaya bagi lingkungan menjadi ramah lingkungan.

19
4.3. Manajemen pengolahan limbah terintegrasi

Kombinasi eceng gondok, kulit pisang, arang, pasir, dan kerikil menjadi
biofilter dan menghasilkan limbah yang ramah lingkungan memerlukan
pengaturan dan pengontrolan mulai dari proses penyiapan bahan penyaring,
penyusunan bahan penyaring, proses penyaringan hingga menghasilkan limbah
yang ramah lingkungan.

Manajemen proses diperlukan untuk mengatur susunan bahan penyaring,


limbah cair tahu yang akan diproses dan sirkulasi limbah setelah proses biofilter.
Berikut sistem manajemen pengolahan limbah yang terintegrasi;

Proses penyaringan limbah


cair tahu

Penampungan air limbah hasil


penyaringan

Penyaluran air limbah melalui


pipa menuju ke sungai
20
Gambar 3. Skema manajamen proses biofiltrasi

4.4. Penerapan Teknologi Tepat Guna Biofilter

Pengolahan limbah cair industri tahu dengan penerapan teknologi tepat


guna biofilter diharapkan menjadi inovasi pengendalian pencemaran air sungai
yang ramah lingkungan dan terbarukan, sehingga industri tahu pada umumnya
mampu berkembang menjadi industri yang ramah lingkungan. Penerapan
teknologi tepat guna biofilter ini memerlukan sarana dan prasarana yang
memadai sehingga biofilter mampu mengolah limbah serta memberikan solusi
dalam mengatasi pencemaran sungai akibat limbah cair tahu. Penerapan
teknologi tepat guna biofilter memberi kontribusi kepada pengusaha industri tahu
agar dapat mengolah limbah dengan baik dan benar.

21
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Limbah cair tahu yang tidak diolah terlebih dahulu kemudian dibuang
kesungai, memiliki potensi besar dalam menyebabkan pencemaran air sungai.
Pengolahan limbah cair industri tahu dengan menggunakan teknologi biofilter
cukup sederhana dan tidak memerlukan banyak biaya. Biofilter merupakan alat
penyaring yang tersusun dari beberapa komponen yang memiliki fungsi efektif
dalam mengikat kandungan berbahaya limbah cair tahu, serta dapat menetralisir
bau tidak sedap dan warna limbah. Namun usaha untuk mengolah limbah cair
tahu belum maksimal karena kurangnya pengetahuan pengusaha industri tahu
akan cara pengolahan limbah cair yang tepat dan efektif dan pada akhirnya limbah
hanya dibuang dan diabaikan, Akibatnya limbah dapat mencemari air sungai,
membunuh biota yang ada didalam sungai, dan mengganggu pemukiman warga
yang berada pada daerah aliran sungai karena limbah dapat menimbulkan bau
tidak sedap. Padahal jika dapat mengembangkan biofilter dengan bahan utama
eceng gondok dapat mengurangi dampak buruk eceng gondok terhadap sungai.

5.2. Saran

1. Pengolahan limbah cair industri tahu dengan teknologi


biofilter diharapkan menjadi inovasi pengendalian pencemaran
air sungai yang ramah lingkungan dan terbarukan, sehingga

22
industri tahu pada umumnya mampu berkembang menjadi industri
yang ramah lingkungan.
2. Pengolahan limbah cair industri tahu membutuhkan
penanganan yang serius, karena itu perlu kerjasama antara ahli
teknologi biofiltrasi dengan pihak industri untuk menawarkan
inovasi baru biofilter dari bahan alami.

DAFTAR PUSTAKA

ABK.2011.http://AirBersihKeluargaAirSiapPakaiDenganMenggunakanFilterbiologi.ht
m. Diunduh pada hari sabtu 26 Oktober 2013, pukul 19.34 WIB.

Anonim. 2012. http://detailArtikel.php.htm. Diunduh pada hari Senin tanggal 27


Oktober 2013 , pkl 14.24 WIB.

Anonim.2012.http://tanamanpenyaringdanpenjernihairsecaraalamiinfoportalberita
komunitas.htm. Diunduh pada hari Senin tanggal 28 Oktober 2013 , pukul
14.24 WIB.

Anonim.2004.http://Chem-MediaPemurnianAirDenganKulitPisang.htm. . Diunduh pada


hari sabtu 26 Oktober 2013, pukul 19.34 WIB.

Chynoweth, D. P. 2001. Renewable energy 22,1 - 8. Diunduh pada hari sabtu 26 Oktober
2013, pukul 19.34 WIB.

Nala.2009. http://BIOFILTERCaraAlamiMenjernihkanAir.htm. Diunduh pada hari sabtu


26 Oktober 2013, pukul 19.34 WIB.

Suara merdeka.2002.manfaat arang. Diunduh pada hari sabtu 26 Oktober 2013, pukul
19.34 WIB.

23
Watanabe.1996.http://SejarahSingkatTahuDariTiongkokKeSeluruhDuniaParahyangan.ht
m. Diunduh pada hari Senin tanggal 28 Oktober 2013 , pukul 14.24 WIB.

24
LAMPIRAN

Sungai yang tercemar oleh limbah


tahu (lokasi di sungai Jogoroto)

Proses Pembuatan Tahu

25
Bentuk tahu yang hampir jadi

Kolam penampungan
limbah cair tahu

26
Alat penempatan bahan
biofilter

Bahan-bahan penyaringan

27
28
29

Anda mungkin juga menyukai