Materi ASKEB Nifas Ibu Ramayani
Materi ASKEB Nifas Ibu Ramayani
Definisi
Pembengkakan pada wajah dan ekremitas merupakan salah satu gejala dari adanya
preeklampsi walaupun gejala utamanya adalah protein urine. Hal ini biasanya terjadi pada akhir-
akhir kehamilan dan terkadang masih berlanjut sampai ibu postpartum. Oedem dapat terjadi
karena peningkatan kadar sodium dikarenakan pengaruh hormonal dan tekanan dari pembesaran
dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam
sela-sela jaringan dan rongga serosa (jarinagn ikat longgar dan rongga badan). Oedema dapat
bersifat setempat (local) dan umum (general). Oedema yang bersifat local seperti terjadi hanya di
dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrothorax), dibawah kulit
(oedema subkubitis atau hidops anasarca), pericardium jantung (hydropericardium) atau di dalam
pengumpulan cairan oedema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan oedema di
Cairan oedema diberi istilah transundat, memiliki berat jenis dan kadar protein
rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang encer atau
mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma. Jika mengalami edema
biasanya akan mudah merasa lelah setelah melakukan aktivitas fisik harian atau ketika berjalan
dalam jarak yang dekat. Jika edema ini belum parah maka masih dapat diobati dengan diet dan
3. Volume air kencing yang dikeluarkan sangat sedikit meskipun minuman air dalam takaran
normal harian.
5. Pada tahapan yang parah, tanda-tanda edema dapat berupa kesulitan bernapas, napas pendek-
pendek ketika berbaring, batuk, dan tangan serta kaki jika di sentuh atau dipegang terasa dingin.
C. Penyebab Terjadinya Pembengkakan Pada Wajah Dan Ektermitas Pada Ibu Nifas
Penyebab (causa) edema adalah adanya kongesti, obstruksi limfatik, permeabilitaskapiler yang
bertambah, hipoproteinemia, tekanan osmotic koloid dan retensi natrium dan air. Diantaranya:
1. Adanya kongesti pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan
hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja
pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan
plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan
2. Obstruksi limfatik apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah
(obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil
metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini
sering terjadi akibat mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau
akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar
inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan
permeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma
hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe.
Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada
keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas
kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan
osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah.
Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan
edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi
anafilaktik.
daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula
sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis
oleh cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar
(abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria
(proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini
5. Tekanan osmotic koloid, tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali,
sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan
tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler
bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema.
Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan
ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak
mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema.
6. Retensi natrium dan air, retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari
pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni.
Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler
Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan aldosteron pada
cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan
Cara meringankannya :
2. Hindari posisi berdiri untuk waktu yang lama, istirahat dengan berbaring miring kekiri dengan
3. Jika perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk atau berdiri
NIFAS
A. DEMAM
Demam adalah naiknya temperature tubuh diatas normal. Temperature tubuh yang
normal adalah sekitar 970F sampai 990F (36-370C). kenaikan suhu badan sampai 1060F (410c)
atau lebih biasanya akan mengalami muntah-muntah dan bila demam mencapai 1080F (420C)
seringkali menyebabkan kejang dan kerusakan otot yang tidak dapat disembuhkan. Demam
Demam nifas dikenal sebagai febris puerperalis atau morbiditas puerperalis adalah
keadaan peningkatan suhu badan yang terjadi dalam jangka waktu antara mulai dilahirkannya
hasil konsepsi yang mungkin dapat hidup sampai dengan 42 hari atau 6 minggu setelah
persalinan, yang disebabkan oleh apapun. Demam nifas merupakan manisfestasi dari infeksi
nifas, jika tidak diobati secara tepat dan cepat dapat berlanjut menjadi sepsis nifas dan kematian
maternal. Demam nifas Morbiditas Puerperalis meliputi demam pada masa nifas oleh sebab apa
pun. Menurut Joint Committee on Maternal Welfare, Amerika Serikat morbiditas puerperalis
ialah kenaikan °C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum suhu sampai 38°C
dengan mengecualikan hari pertama. Suhu diukur dari mulut sedikit-dikitnya 4 kali sehari.
Ibu yang pada masa nifas (selama 42 hari sesudah melahirkan ) mengalami demam tinggi lebih
dari 2 hari, dan disertai keluarnya cairan (dari lubang rahim) yang berbau, mungkin mengalami
infeksi jalan lahir. Pada keadaan ini cairan liang rahim tetap berdarah. Keadaan ini mengancam
jiwa ibu.
meliputi fase awal, proses, dan fase pemulihan (defesvescence). Tanda-tanda ini muncul sebagai
hasil perubahan pada titik tetap dalam mekanisme pengaturan suhu tubuh. Fase-fase Terjadinya
Demam :
Peningkatan denyut jantung, Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan, Menggigil akibat
tegangan dan kontraksi otot, Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi, Merasakan sensasi
dingin, Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi, Rambut kulit berdiri, Pengeluaran
Proses menggigil lenyap, Kulit terasa hangat / panas, Merasa tidak panas atau dingin,
Peningkatan nadi dan laju pernafasan, Peningkatan rasa haus, Dehidrasi ringan hingga berat,
Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf, Lesi mulut herpetik, Kehilangan nafsu
makan ( jika demam memanjang ), Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat
katabolisme protein.
Kulit tampak merah dan hangat, Berkeringat, Menggigil ringan, Kemungkinan mengalami
dehidrasi.
Penyebab Demam
• Adanya infeksi seperti infeksi saluran kemih (sering buang air kecil atau buang air kecil disertai
rasa pedih), infeksi streptokokus pada tenggorokan (sering kali disertai dengan radang
tenggorokan), infeksi sinus (rasa sakit di atas atau di bawah kedua mata), dan abses gigi
(bengkak di bagian mulut).
• Penolong persalinan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menolong persalinan.
• Ibu tidak menggunakan obat pencegah demam sewaktu dan pasca persalinan.
Demam biasanya terjadi karena tubuh terpapar infeksi Mikroorganisme (virus, bakteri, parasit).
Kemudian MO masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin/racun tertentu yang
dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan
dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan “tentara pertahanan tubuh” antara lain berupa
Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengelurkan “senjata”
berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang
berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-
sel endotel hipotalamus (sel penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni
asam arakhidonat. Asam arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.
Proses selanjutnya asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu
pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan campur
Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh
(di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa
bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/
menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih
banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang “setting” hipotalamus
yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau
febris.
Penatalaksanaan Demam
• Kenakan pakaian tipis meskipun tubuh terasa dingin. Pakaian tebal dan selimut akan
• Istirahatlah di rumah di ruangan dengan ventilasi yang baik. Gunakan kipas angin atau alat
pendingin udara.
• Minumlah banyak air putih, sari buah, susu, atau sup bening. Minuman dingin akan membantu
menurunkan suhu tubuh. Cara mudah untuk mengetahui apakah sudah cukup minum atau tidak
adalah dengan melihat urin berwarna terang ataukah kuning tua. Kalau berwarna terang, pertanda
sudah cukup minum. Banyak minum air putih atau minuman berelektrolit juga berguna untuk
lemah.
• Periksalah suhu tubuh setiap empat jam sekali. Janganlah makan atau minum selama setengah
• Kompreslah tubuh dengan air hangat dan menggunakan kain basah. Tidak hanya pada bagian
kepala saja, tetapi juga seluruh tubuh. Mengompres harus dengan air hangat karena salah satu
bagian otak kita (hipotalamus) terdapat pusat pengatur suhu (termoregulator). Jika suhu tubuh
meningkat, pusat pengatur suhu ini berusaha menurunkannya begitu juga sebaliknya. Bila tubuh
demam dikompres dengan air dingin atau es, maka tubuh menjadi lebih demam saat kompres
dihentikan. Hal ini disebabkan karena saat penderita demam dikompres dengan air dingin atau
es, pusat pengtur suhu menerima sinyal bahwa suhu di sekitarnya sedang dingin dan tubuh harus
segera dihangatkan (kontra dengan yang diharapkan). Lain halnya jika dikompres dengan air
hangat, pusat suhu akan menerima informasi bahwa suhu disekitarnya sedang hangat dan akan
segera diturunkan, inilah efek yang diharapkan. Tindakan ini akan membantu menurunkan suhu
tubuh.
• Minum obat penurun panas jika suhu tubuh mencapai 38 – 40 derajat. Berbagai obat penurun
• Hindari makanan berlemak atau yang sulit dicerna karena demam menurunkan aktivitas
lambung.
B. MUNTAH
Muntah adalah aktivitas mengeluarkan isi lambung/perut melalui esophagus dan mulut
yang disebabkan oleh kerja motorik dari saluran pencernaan. Kemampuan untuk muntah dapat
membalikan dirinya dari dalam keluar – memaksakan dirinya kedalam bagian bawah dari
Penyebab Muntah
• Gangguan pada system syaraf (neurologic) bisa karena gangguan pada struktur (misalnya
hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis dan ensefalitis), maupun karena keracunan
(misalnya keracunan syaraf oleh asiodosis dan hasil samping metabolisme lainnya)
• Stress Psikologi: menyebabkan rangsangan saraf otak pada SNC untuk memproduksi asam
lambung (HCl). asam lambung yang berlebih dapat menyebabkan reflek muntah yang
• Trauma abdomen (misalnya terkena pukulan) yang menyebabkan isi perut tergoncang yang
• Faktor Hormonal. pada orang hamil trimester pertama 28 % wanita indonesia mengalami
morning sickness (muntah2 dipagi hari) dimana hormon estrogen dan hypochorionic
Penatalaksanaan Muntah
Untuk penatalaksanaan muntah disesuaikan dengan penyebab muntah, terapi yang dapat di
berikan baik non farmakologi dan farmakologi misalnya antasid, histamine 2 antagonis seperti
Sering kali ibu-ibu setelah melahirkan merasa enggan untuk melakukan buang air kecil.
Apalagi bila proses persalinan tersebut dilakukan dengan tindakan. Para ibu kerap takut buang
air kecil karena merasa khawatir akan terjadi nyeri atau perih pada vagina yang baru dijahit.
Pada saat Kehamilan biasanya disertai peningkatan cairan ekstraseluler yang cukup bermakna,
dan deurisis masa nifas adalah kebalikannya. Deurisis terjadi pada hari kedua dan kelima.
Peningkatan tekanan vena pada setengah bagian bawah tubuh akan berkurang setelah melahirkan
dan hipervolumia akan menghilang. Kandung kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang
bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika. Overdistensi
pengosongan tidak sempurna serta urine residual sering dijumpai. Pengaruh anestesi juga dapat
menjadi penyebab gangguan pada tractus urinarius ini. Ureter dan pelvis renalis yang mengalami
dilatasi akan kembali kekeadaan sebelum haamilmulai dari minggu ke 2-8 post Jartum.
Setelah persalinan, Uretra dan Kandung Kemih Rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat
dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah reflek
berkemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah melahirkan dapat menyebabkan
perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada
masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih
lebih peka terhadap infeksi sehingga menggganggu proses berkemih. Apabila terdapat distensi
berlebih pada kandung kemih dalam jangka waktu lama, dinding kandung kemih dapat
mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara
adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah
bayi lahir.
Dalam waktu kurang dari enam jam pascapersalinan ibu bersalin harus berkemih. Jika
tidak bisa berkemih dalam 24 jam atau urine yang keluar hanya sedikit dan tersendat-sendat
berarti ibu mengalami gangguan fungsi berkemih yang disebut dengan retensio urine. Biasanya
urine yang keluar kurang dari 50 persen dari kapasitas kantong urine. Gangguan ini juga sering
dicirikan dengan adanya pembengkakan pada daerah abodemen. Adanya gangguan fungsi
veksika urinaria. Gangguan juga bisa dakibatkan adanya resistensi pada uretra serta kegagalan
Salah satu pemicu yang menyebabkan adanya gangguan berkemih pascapersalinan adalah
proses persalinan yang lama. Proses persalinan yang lambat menyebabkan ibu terlalu lama
menahan buang air kecil. Hal itu membuat otot kandung kemih terlalu lama diregangkan
sehingga terjadi kontraksi yang terus menerus. Selain itu, saat persalinan ibu juga sering kali
menunda proses buang air kecil karena khawatir terjadi perih. Padahal pada umumnya dorongan
untuk melakukan buang air kecil selalu ada setelah melahirkan. Apabila dibiarkan akan terjadi
Peregangan yang terlalu lama dibiarkan sampai berhari-hari bisa menyebabkan kerusakan
pada saraf otot kandung kemih tersebut sehingga menjadi lumpuh untuk sementara. Oleh karena
itu, pada ibu-ibu yang mengalami gangguan ini sering kali secara spontan melakukan buang air
kecil saat tertawa maupun batuk karena ototnya tidak bisa menahan.
Tidak keluarnya urine dengan sempurna juga menyebabkan kandung kemih menjadi
berukuran lebih besar daripada biasanya. Pada ibu hamil atau setelah melahirkan, bisanya
kandung kemih menampung sekitar 600 cc urine. Apabila terjadi gangguan ini, kandung kemih
bisa menggelembung sampai batas tampungan maksimal yaitu mencapai 3.000 cc.
Seorang Dokter atau Bidan memegang peranan penting dalam melakukan deteksi dini terhadap
gangguan berkemih pascapersalinan tersebut. Caranya yaitu dengan menanyakan pada pasiennya
enam jam setelah melahirkan apakah sudah bisa melakukan buang air kecil atau belum selain itu,
tenaga medis yang membantu persalinan juga sebaiknya melakukan evaluasi dan pengukuran
urine sisa enam jam pascapersalinan. Apabila urine yang keluar kurang dari 50 persen, berarti
pasien tersebut mengalami gangguan. Obat anti nyeri juga harus diberikan pada ibu bersalin yang
mengalami penjahitan pada vaginanya. Hal itu berguna untuk mengurangi nyeri saat melakukan
peranan. Hal itu berguna untuk mencegah lamanya proses persalinan sehingga peregangan urine
hanya sebentar.
Faktor predisposisi :
1. Penggunaan kateter pada saat kehamialn atau persalinan
2. Air kemih yang tertahan karena perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan atu
luka pada jalan lahir
Gejala dan tanda :
1. Disuria
2. Demam tinggi
3. Sering kencing
4. Nyeri perut
5. Nyeri suprapubik
6. Nyeri pinggang
7. Nyeri dada belakang
8. Anoreksia
Mual/muntah
Pinatalaksanaan :
1. Ambil sampel urin tengah, untuk pemeriksaan urin. Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah
pengeluaran urin untuk menilai fungsi kandung kencing. Inspeksi warna urin ( hematuria ), bau,
kekeruhan ( kental atau encer )
2. Menganjurkan ibu untuk berkemih setiap 2 – 4 jam, dan mengosongkan kandung kemih secara
tuntas, sediakan kompres es untuk perineum selama 1 jam setelah kelahiran, untuk mengurangi
pembentukan edema dan memfasilitasi berkemih.
3. Kaji bila terdapat rasa sakit menyengat dan rasa panas pada saat berkemih
4. Ibu sebaiknya sedikitnya minum 8 gelas cairan khususnya air setiap hari
5. Kaji bila ada keluhan ketidaknyaman pada area suprapubik atau abdomen bagian bawah, nyeri
punggung bagian bawah atau nyeri berat pada panggul.
6. Bila ibu mengalami demam, anjurkan mandi dengan air hangat dan berikan obat antipiretik
7. Menjelaskan pada ibu, bahwa obat – obatan yang diresepkan bisa merubah warna urin
8. Kaji tanda – tanda vital 4 jam dan bila ada pengaruh pada tanda sistemik
9. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal higiene
Pada masa nifas payudara akan menglami beberapa perubahan sebagai berikut :
A. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau
oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu
(Mochtar, 1996).
Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau
saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena
produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari pertama lahir masih sedikit.
Patologi :
Faktor hormon
Hisapan bayi
Pengosongan payudara
Cara menyusui
Faktor gizi
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat
ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar,
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu
kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).
Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan.
Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase)
B. Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada payudara. Mastitis terjadi akibat infasi jaringan payudara misalnya
glandular, jaringan ikat, aerola, lemak oleh mikroorganisme infeksius atau adanya cedera
cedera payudara mungkin di sebabkan memar karena manipulasi yang kasar, pembesaran
payudara, fisura puting susu. Bakteri dapat berasal dari beberapa sumber sebagai berikut :
1. Tangan ibu
3. Bayi
4. Duktus laktiferus
Mastitis hampir selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala actual mastitis meliputi:
3. Menggigil
4. Sakit kepala
Penanganan
menggunakan sabun anti bakteri dengan cermat, posisi yang tepat saat menyusui bayi,
membersihkan payudara dengan benar dan menghindari kontak langsung dengan orang yang
Putingsusu yang pecah atau pisura dapat menjadi jalan masuk terjadinya infeksi S.aureus .
pengolesan beberapa tetes susu dapat meningkatkan penyembuhan fisura tersebut. Jika di
duga mastitis interfensi dini dapat mencegah perburukan. Interfensi meliputi beberapa
4. Masase
6. Istirahat
C. Abses Payudara
Abses payudara adalah kelanjutan atau komplikasi dari mastitis hal ini di sebabkan karena
Gejala
Adanya pus/nanah.
Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan.
Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
Saluran tersumbat hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan khusus antara 24
hingga 48 jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu masih ada, bayi mungkin saja rewel
ketika menyusu di payudara tersebut karena aliran ASI akan lebih lambat dari biasanya. Hal
ini mungkin disebabkan karena adanya tekanan dari benjolan yang menekan saluran lain.
a. Teruskan menyusui pada payudara yang sakit, dan kosongkan payudara dengan lebih
Letakkan tangan di sekitar saluran yang tersumbat dan jika tidak terlalu sakit, tekan saat bayi
sedang menyusui.
Susui bayi dengan posisi sedemikian rupa sehingga dagu bayi ”mengarah” pada saluran yang
tersumbat. Jadi, bila saluran tersumbat ada pada bagian luar bawah payudara (arah jam 7),
Anda bisa melakukan ini dengan bantalan penghangat atau botol berisi air panas, tetapi hati-
hati untuk tidak membakar kulit dengan menempelkan yang terlalu panas untuk waktu yang
terlalu lama.
untuk tidur. Bawa bayi bersama Anda ke tempat tidur dan susui dia di sana.
Sebanyak 57% ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putting.
Penyebab
Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai areola tertutup oleh mulut
bayi. Bila bayi hanya menyusui pada putting susu, maka bayi akan mendapatkan ASI sedikit,
karena gusi bayi tidak menekan pada sinus latiferus, sedangkan pada ibunya akan menjadi
Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu.
Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci putting
susu.
Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingual), sehingga menyebabkan bayi sulit
menghisap sampai ke kalang payudara dan isapan hanya pada putting susu saja.
Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan kurang berhati –
hati.
Penatalaksanaan
Bayi harus disusuikan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya lebih sedikit.
Untuk menmghindari tekanan local pad puting maka posisi menyusu harus sering diubah,
untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Di samping
itu, kita harus yakin bahwa teknik menyusui yang diguanakan bayi benar, yaitu harus
menyusu sampai ke kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI
dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas, dan pipet.
Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-anginkan
Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk membersihkan payudara.
Pada puting suus bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak
terlebih dahulu.
Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai terlalu
penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus.
Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat menyebabkan lecet pada
puting susu ibu. Jika ditemukan gejala moniliasis dapat diberikan nistatin.
Pencegahan
Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alcohol, krim, atau zat-zat iritan lainnya.
Sebainya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi selesai menyusu, tidak
dengan memaksa menarik puting tetapi dengan menekan dagu atau dengan memasukkan jari
Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara dan
F. Payudara Bengkak
Pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa
ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara
bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Statis pada
pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakaudal, yang
akan memengaruhi segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat.
Akibatnya, payudara serign terasa penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti oleh
penurunan produksi ASI dan penuruna let down. Penggunaan bra yang ketat juga bisa
menyebabkan segmental engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat
Gejala
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi, karena
kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan sulit diisap oleh bayi, kulit pada
payudara nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara terasa nyeri. Oleh
karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan atau pompa
terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusui.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang payudaranya bengkak adalah sebagai
berikut:
Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri.
Bila dilakukan selang-seling dengan kompres panas untuk melancarkan pembuluh darah.
Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan aliran
Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pembengkakan pada payudara
Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi.