Anda di halaman 1dari 6

SKRIP PROMOSI KESEHATAN

PRA-NIKAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan
Dosen Pengampu : Indah Julianti, SST, M. Kes

Kelompok 1 :
1. Dina Arenza Reka Dora
2. Dina Nefrianti
3. Fhika Amandilla Putri
4. Oktariliani
5. Pita Susanti
6. Putri Sutria Reni
7. Yessivo Intan Joesita
8. Yusmaneli

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


DARUL MA’ARIF AL-INSAN
BATURAJA
2016
PRA-NIKAH

Konsep : Penyiaran
Tema : Persiapan Pra-Nikah untuk Para Calon Pengantin
Judul : Pra-nikah
Anggota :
1. Dina Arenza Reka Dora sebagai Moderator/penyiar
2. Fhika Amandilla Putri sebagai Bidan/Narasumber 1
3. Oktariliani sebagai Bidan/Narasumber 2
4. Pita Susanti sebagai Calon Pengantin Pria
5. Putri Sutria Reni sebagai Calon Pengantin Wanita
6. Dina Nefrianti sebagai Audience 1
7. Yessivo Intan Joeista sebagai Audience 2
8. Yusmaneli sebagai Audience 3
Sumber : http://istanakeperawatan.blogspot.co.id/2013/02/promosi-kesehatan-
pra-nikah.html

PRA NIKAH

Penyiar : Assalamualaikum wr. Wb. Berjumpa bersama saya Dina Arenza dalam acara
Sehat Indonesia! Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang persiapan Pra Nikah
atau persiapan para calon pengantin sebelum menikah. Pada acara kali ini, seperti biasa kita
kedatangan mbak Bidan yang cantik-cantik dan katanya sih masih lajang. Hehee, Oke,
langsung saja kita sambut, bidan Fhika dan bidan Okta.
Bidan 1 & 2 : Assalamualaikum.......
Audience : waalaikumussalam....
Penyiar : silahkan duduk mbak, makin cantik-cantik aja nih.
Bidan 1 & 2 : ...(tersenyum)....
Penyiar : gimana tadi perjalanan kesini mbak ?
Bidan 2 : asyik mbak, banyak pemandangan yang indah.
Bidan 1 : iya mbak, sampe gak tidur selama perjalanan kesini. Gak rela mau mejemin
mata dengan pemandangan yang indah begitu.
Penyiar : syukurlah kalo perjalanan nya gak ngebosenin mbak. Oh iya mbak, katanya
hari ini kita akan membahasa tentang Pra Nikah ya mbak ?
Bidan 2 : oh iya, benar sekali. Kita akan membahasa tentang Pra Nikah.
Penyiar : apa sih mbak pra nikah itu ?
Bidan 1 : pra nikah itu, adalah masa dimana kita melakukan persiapan sebelum kita
melaksanakan pernikahan. Yang sebelumnya kita ketahui, bahwa persiapan untuk menikah itu
dimulai dari mempersiapkan pesta/acara resepsi pernikahan, mempersiapkan mahar dan
segala macamnya. Tetapi bukan Cuma itu saja yang harus di persiapkan para Catin (calon
pengantin) .
Bidan 2 : iya, benar sekali. Bukan Cuma persiapan materi yang kita persiapkan untuk
melaksanakan pernikahan bagi para Catin. Kesehatan juga harus kita persiapkan loh, bukan
sekedar imunisasi TT (Tetanus Toxoid) yang dilakukan 2 bulan sebelum pernikahan. Tetapi
terdapat tes kesehatan lain yang idealnya dilakukan pada 6 bulan sebelum pernikahan.
Penyiar : apa sih mbak guna kita melakukan tes kesehatan sebelum menikah ?
Bidan 1 : persiapan pra nikah dalam bentuk tes kesehatan berguna untuk mendeteksi
segala macam kemungkinan kelainan atau keadaan abnormal pada pasangan. Sehingga, jika
terdapat hal yang abnormal atau diluar batas normal, kita dapat mengatasinya segera sebelum
pernikahan.
Penyiar : oh begitu, trus apa aja mbak tes-tes kesehatan yang dilakukan ?
Bidan 2 : pertama, kita melakukan tes kesehatan Infeksi Saluran Reproduksi (Infeksi
Menular Seksual). Tes kesehatan untuk menghindari adanya penularan penyakit yang
ditularkan lewat hubungan seksual, seperti sifilis, gonorrhea, Human Immuno deficiency
Virus (HIV), dan penyakit hepatitis.
Bidan 1 : Perempuan sebenarnya lebih rentan terkena penyakit kelamin daripada pria.
Karena alat kelamin perempuan berbentuk V yang seakan "menampung" virus. Sedangkan
alat kelamin pria tidak bersifat "menampung" dan bisa langsung dibersihkan. Maksud disini,
bahwa alat kelamin wanita terdapat liang (lubang) yang jika terdapat cairan yang
terkontaminasi infeksi yang saya sebutkan akan segera menyebar. Sedangakn pada pria,
cairan yang terinfeksi akan mengenai bagian luar terlbeih dahulu dan dapat segera dibersihkan
sebelum masuk ke salurannya.
Penyiar : jika salah satu pasangan sudah menderita ISR/IMS, apa yang harus
dilakukan ?
Bidan 2 : Jika salah satu pasangan menderita ISR/IMS, sebelum menikah harus diobati
dulu sampai sembuh. Selain itu, jika misalnya seorang pria mengidap hepatitis B dan akan
menikah, calon istrinya harus dibuat memiliki kekebalan terhadap penyakit hepatitis B
tersebut. Caranya, dengan imunisasi hepatitis B. Jika sang pasangan belum sembuh dari
penyakit kelamin dan akan tetap menikah, meskipun tidak menjamin 100 persen namun
penggunaan kondom sangat dianjurkan.
Penyiar : setelah itu, tes kesehatan apa lagi yang akan dilakukan ?
Bidan 1 : kita melakukan tes Rhesus silang, yaitu kebanyakan bangsa Asia memiliki
Rhesus positif, sedangkan bangsa Eropa rata-rata negatif.
Bidan 2 : Terkadang, pasangan suami-isteri tidak tahu Rhesus darah pasangan masing-
masing. Padahal, jika Rhesusnya bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas keturunan. Jika
seorang perempuan (Reshus negatif) menikah dengan laki-laki (Rhesus positif), bayi
pertamanya memiliki kemungkinan untuk ber-Rhesus negatif atau positif. Jika bayi
mempunyai Rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi, jika ia ber-Rhesus positif, masalah
mungkin timbul pada kehamilan berikutnya. Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan
janin yang ber-Rhesus positif, kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari ibu
dapat memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya, tidak masalah jika si perempuan ber-
Rhesus positif dan si pria negatif.
Bidan 1 : jika ibu yang memiliki rhesus negatif memiliki bayi yang ber-rhesus positif,
maka akan membahayakan bayinya. Antibodi antirhesus dari ibu akan memasuki sel darah
merah janin yang dapat mengakibatkan janin meninggal dalam kandungan atau dalam bahasa
medis disebut IUFD (Intra Uterine Fetal Death).
Penyiar : setelah itu apalagi mbak yang harus di cek ?
Bidan 2 : selanjutnya kita akan melakukan pemeriksaan tentang penyakit keturunan.
Misalkan albino atau tidak adanya pigmentasi atau warna pada tubuh sehingga kulit bahkan
rambut pun berwarna putih. Ini sangat penting kita lakukan.
Penyiar : gunanya apa mbak dari pemeriksaan ini ?
Bidan 2 : kita memeriksa jika salah satu dari pasangan calon suami-istri memiliki
penyakit keturunan tersebut, maka kemungkinan satu dari anak mereka akan menjadi albino
juga. Dan jika pasangan calon suami istri tersebut keduanya albino, maka anaknya positif
albino juga. Pernikahan tidak harus dihentikan, hanya saja kesepakatan pasangan tersebut
untuk memiliki anak atau tidak. Jika tetap ingin mempunyai anak, maka harus menerima jika
sang anak juga albino.
Penyiar : oh begitu, jadi penyakit keturunan itu bisa menurun pada anak kita nanti. Dan
pemeriksaan itu dilakukan untuk kesepakatan calon pasutri.
Bidan 1 : iya, benar sekali mbak.
Penyiar : trus apa lagi sih mbak cek kesehatan selanjutnya ?
Bidan 1 : selanjutnya kita akan melakukan cek fertilitas atau kesuburan pasangan.
Penyiar : apa aja mbak yang di cek disitu ?
Bidan 1 : kita melakukan konseling fertilitas atau kesuburan pada pasangan jika
pasangan ingin segera punya anak. Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan dengan tujuan agar
kehamilan bisa dipersiapkan dan dijalankan dengan baik. Dibutuhkan riwayat kesehatan dan
kondisi sosialnya. Antara lain status ekonomi (bekerja atau tidak bekerja) dan suasana di
lingkungan keluarga. Termasuk perilaku-perilaku yang tidak mendukung kehamilan, semisal
merokok, minuman beralkohol, dan memakai obat-obatan psikotoprika. Selain itu, perlu juga
dievaluasi risiko yang bersifat individual yang mungkin timbul terhadap kehamilan. Antara
lain usia (masih reproduktif atau tidak), kondisi nutrisi, aktivitas fisik, tingkat pendidikan,
tingkat stres, dan bagaimana hubungan dengan pasangan.
Penyiar : trus, ada cek lain gak mbak selain dari konseling ?
Bidan 2 : ada mbak, yaitu pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui organ
reproduksi juga diperlukan. Antara lain, pap smear (jika seorang perempuan aktif secara
seksual), rahim, dan status kekebalan terhadap penyakit (rubella, toksoplasma). Ada juga
pemeriksaan sel telur jika sebelumnya pasangan yang bersangkutan dianggap infertil (sulit
punya anak). Penyebab ketidaksuburan 45 persen disebabkan oleh pria dan 55 persen oleh
wanita. Pemeriksaan dengan USG (Ultra Sonografi) bisa melihat apakah seorang perempuan
menderita kista, mioma, tumor, atau keputihan. Jika ada kelainan atau infeksi harus
dibersihkan dulu karena bisa menganggu proses kehamilan.
Penyiar : wah, ternyata banyak juga ya mbak yang harus di lakukan pemeriksaan
sebelum menikah.
Bidan 2 : iya mbak, selain itu juga para calon pasutri disarankan untuk melakukan
konseling. Baik untuk nutrisi, sex education atau pendidikan seks, personal hygiene atau
kebersihan diri.
Penyiar : apa aja mbak manfaat dari konseling-konseling tersebut ?
Bidan 2 : sangat bermanfaat mbak, seperti konseling nutrisi, agar calon pasutri dapat
mempersiapkan nutrisi yang cukup sebelum kehamilan sang istri dan juga berguna untuk
tingkat kesuburan pasutri tersebut.
Bidan 1 : nah, kalau sex education berguna untuk pendidikan seks bagi para calon
pasutri. Setidaknya mengetahui bagaimana cara yang baik agar tidak terjadi trauma pada
pasangan. Dimana sering terjadi trauma pada wanita, karna belum terlalu relaks melakukan
hubungan seksual, maka dapat menimbulkan nyeri sehingga sang istri akan merasa jera untuk
melakukan hubungan seksual.
Bidan 2 : nah, yang terakhir yaitu personal hygiene atau kebersihan diri. Sangat
bermanfaat untuk calon pasutri, agar kebersihan diri baik tubuh maupun organ kelamin terjaga
kebersihan nya. Serta terhindar dari penyakit maupun infeksi.
Bidan 1 : jadi, sangat disarankan untuk para calon pasutri, memeriksakan kesehatan
sebelum pernikahan yang idealnya saat 6 bulan sebelum pernikahan.
Penyiar : wah, sangat bermanfaat sekali nih penjelasan dari mbak-mbak bidan kita
yang cantik ini. Oh iya, kita kedatangan tamu nih, calon pengantin. Hehe, langsung kita
sambut yok, calon pengantin kita yang cantik dan ganteng ini.

Anda mungkin juga menyukai