Anda di halaman 1dari 22

EKONOMI SYARIAH

REVIEW JURNAL THE FUTURE OF ISLAMIC ECONOMICS


DAN THE IMPACT OF THE FINANCIAL CRISIS ON THE
GLOBAL ECONOMY: CAN THE ISLAMIC FINANCIAL
SYSTEM HELP?
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Syariah
Dosen Pengampu: Khresna Bayu Sangka, S.E, M.M, Ph.D

Disusun Oleh Kelompok 8/ Kelas B:


Nur Adinda Windi A (K7617057)
Fike Meidiva (K7617035)
Intan Nuryawati (K7617044)
Ilmi Ghaniya Rahayu (K7617042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
REVIEW JURNAL

THE FUTURE OF ISLAMIC ECONOMICS

Judul The Future Of Islamic Economics


Volume & Halaman 0016-3287/91/030248-1 & 248 – 261
Tahun 1991
Penulis Muhammad Akram Khan
Reviewer Nur Adinda Windi A, Intan Nuryawati, Fike Meidiva, Ilmi
Ghaniya
Tanggal 24 September 2019

Abstrak Ekonomi Islam adalah disiplin ilmu yang baru lahir.


Namun, belum menarik perhatian profesi ekonomi.
Permasalahan ekonomi banyak bermunculan seperti
pengangguran, kemiskinan, inflasi, utang public, dan
sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menunjukkan bahwa ekonomi Islam mampu menjawab
tantangan di masa depan. Hasil penelitian adalah ekonomi
Islam hadir sebagai solusi adanya permasalahan ekonomi
dikarenakan ekonomi neoklasik yang tidak dapat
menjawab masalah tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan
memanfaatkan lembaga – lembaga ekonomi islam yang
ada.

Masalah yang Adanya masalah ekonomi di zaman sekarang yang


diangkat semakin kompleks dan ketidakmampuan ekonomi
neoklasik untuk menganalisisnya, maka ekonomi Islam
dapat dijadikan sebagai solusi permasalahan tersebut
karena ekonomi Islam memegang janji untuk masa depan.
Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pandangan dunia Islam dan tujuan


ekonomi Islam?
2. Apakah ekonomi Islam memiliki potensi untuk
merespon masalah ekonomi di masa depan?
3. Bagaimana keberadaan lembaga-lembaga
ekonomi Islam utamanya yang ada saat ini?
4. Apa masalah dan tantangan lembaga-lembaga
ekonomi islam saat ini dan di masa depan?

Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian dan penyusunan jurnal


tersebut adalah sebagai berikut.

1. Memperkenalkan pandangan dunia Islam dan


tujuan ekonomi Islam.
2. Menunjukkan bahwa ekonomi Islam memiliki
potensi untuk merespon masalah ekonomi di masa
depan.
3. Memperkenalkan lembaga-lembaga ekonomi
Islam utamanya yang ada saat ini
4. Menunjukkan masalah dan tantangan lembaga-
lembaga ekonomi islam saat ini dan di masa depan.

Pembahasan A. Konsep dasar ekonomi Islam

Berdasarkan hasil penelitian, ekonomi Islam masuk ke


dalam visi Islam tentang sifat manusia. Dikatakan oleh
penulis bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan untuk
bertindak sebagai wakilnya dan menganggap manusia
secara inheren egois, serakah dan berdosa serta mengakui
bahwa manusia memiliki ketertarikan sangat kuat akan
harta benda. Berdasarkan hasil tersebut, maka ekonomi
Islam memberikan aturan ekonomi yang manusiawi
sebagai berikut.

1. Islam mengakui kepemilikan pribadi tetapi diatur


dengan kerangka hukum dan tradisi Islam.
Maksudnya, seseorang bebas untuk terlibat dalam
hal pekerjaan tetapi tidak berdaulat untuk
menghabiskan segala sesuatu yang dihasilkannya,
karena terdapat batasan pasti atas kebebasan
seseorang untuk mengkonsumsi, menabung, dan
berinvestasi. Implikasinya adalam manusia
diwajibkan untuk kelebihan penghasilan (dengan
porsi tertentu) disalurkan untuk zakat.
2. Larangan bunga modal. Islam menerima pasar
bebas tetapi memiliki peraturan khusus untuk
mengontrol dan mengawasi sistem keuangannya.
Dengan demikian terdapat mekanisme yang
mencegah munculnya monopoli dan konsentrasi
kekuatan ekonomi.
3. Perilaku konsumen dalam masyarakat Islam
sangat dipengaruhi oleh norma moral, sosial dan
budaya Islam. Oleh karena itu, kedaulatan mutlak
untuk konsumen tidak ada dalam ekonomi Islam.
Namun, semua orang mendapat perlindungan
jaminan sosial di tiga tingkatan yaitu keluarga,
komunitas dan negara.
4. Tujuan ekonomi masyarakat Islam
memvisualisasikan, membangun dan
mempertahankan masyarakat dalam keadaan
sejahtera (falah). Falah tidak berarti 'kesejahteraan
materi' saja. Seseorang bisa dalam keadaan falah
jika memiliki cara untuk bertahan hidup ekonomi,
sosial, budaya, kondisi politik dan spiritual. Falah
dapat dimiliki dengan atau tanpa kekayaan materi.

B. Potensi Ekonomi Islam

Dalam artikel tersebut peneliti menuliskan faktor – Faktor


munculnya kembali Ekonomi Islam di era masa kini
sebagai berikut.

1. Ada ketidakpuasan besar mengenai masalah


ekonomi dunia yang telah dianalisis dan
diselesaikan oleh arus utama ekonomi. Misalnya,
pengangguran dengan inflasi, kemiskinan yang
meluas di negara-negara berkembang, dan masalah
– masalah lain yang muncul.
2. Ekonomi arus utama didasarkan pada asumsi yang
sempit dan tidak realistis tentang sifat dan perilaku
manusia.
3. Selama era kolonial, ketika kapitalisme
berkembang, terdapat pendekatan kejam terhadap
nilai-nilai budaya asli, lembaga sosial dan
teknologi lokal.
4. Tatanan ekonomi internasional yang muncul
menimbulkan kesenjangan orang kaya terhadap
orang miskin. Jarak antara keduanya meningkat
meskipun semua layanan diberikan untuk
keadilan.
Ekonomi neoklasik belum mampu menyelesaikan segala
permasalahan karena beberapa hal sebagai berikut.

1. Ekonomi neoklasik tidak memainkan peran


aktif dalam mengarahkan atau mengendalikan
perilaku manusia atau peristiwa ekonomi.

2. Keegoisan manusia yang melekat


menyebabkan tidak terselesaikannya masalah
ekonomi.

Oleh karena Ekonomi Neoklasik tidak dapat menjawab


permasalahan yang ada, maka solusi dari masalah
ekonomi saat ini membutuhkan ekonomi islam, karena
ekonomi Islam memiliki potensi untuk memimpin masa
depan masyarakat saat ini menjadi lebih yang adil.

Yaitu dalam Artikel dicontohkan Ekonomi Islam


menjawab masalah Pengangguran dan inflasi sebagai
berikut.

Penyebab Pengangguran: Menurut pandangan


Islam, penyebab utama pengangguran adalah bunga
atas modal yang memperlambat tingkat investasi,
meninggalkan sumber daya fisik dan manusia menjadi
pengangguran.

Solusi Pengangguran: Pengurangan tingkat bunga


nol (hapuskan bunga atas modal). Setelah itu, investasi
meningkat secara maksimal. Hal ini akan
meningkatkan tingkat ketenagakerjaan dan
mengurangi kebutuhan untuk pengeluaran jaminan
sosial.
Penyebab Inflasi: Adanya bunga masuk ke dalam
biaya produksi dan sudah termasuk dalam harga
produk.

Solusi Inflasi: Menghapus bunga maka harga akan


turun sejauh bunga masuk ke dalam biaya produksi
yang telah dihapuskan, memberikan dorongan untuk
investasi dan untuk produksi barang dan jasa sehingga
harga akan turun. Selain itu, peneliti menuliskan
bahwa zakat Islam dikumpulkan dan didistribusikan di
tingkat lokal untuk memberikan bantuan kepada
mereka yang membutuhkannya serta Islam
menentukan gaya hidup sederhana.

Langkah terpenting adalah penghapusan bunga,


anggaran berimbang, lembaga zakat dan perilaku
konsumen ditulis dalam pola budaya Islam.
Pendekatan neoklasik untuk memecahkan masalah ini
kacau-balau. Pendekatan neoklasik tidak mau
meninggalkan bunga, yang merupakan penyebab
utama pengangguran. Namun demikian ingin
mempertahankan pembiayaan defisit untuk
menyediakan asuransi layanan sosial dan utang, yang
mendorong inflasi. Dengan demikian Ekonomi Islam
menjadi solusi mengatasi pengangguran dan inflasi.

Utang publik

Penyebab Utang Publik: Pemerintah merasa


kesulitan untuk memenuhi pengeluaran mereka dari
pajak dan pendapatan lainnya. Oleh karena itu,
menggunakan hutang publik yang diperoleh dari
warga mereka sendiri juga sebagian dari luar negeri.
Solusi: Penghapusan semua bunga masa lalu atas
modal yang dipinjamkan. Sehingga akan segera
mengurangi total beban utang.

Pembangunan

Perspektif Islam memiliki konsep pembangunan sebagai


berikut.

1. Tujuan akhirnya adalah untuk mencapai falah dan


tidak harus kesejahteraan materi.
2. Islam menekankan keadilan ekonomi dalam
pendapatan dan distribusi kekayaan.
3. Islam mengandung filosofi pembangunan yang
dibangun di atas tradisi budaya dan sosial lokal,
bergantung pada bakat lokal dan sumber daya
fisik, dan melibatkan seluruh populasi dalam
proses strategi.

Untuk menggambarkan strategi Islam dalam


pengembangan, penulis mengambil dua kasus ekstrim.

1. Dalam kasus pertama, sebuah negara miskin di


Afrika sub-Sahara atau Asia Selatan dengan padat
populasi dan tingkat pendapatan yang rendah.
Upaya pengembangan akan berkonsentrasi
pengembangan sumber daya manusia,
pembangunan infrastruktur yang diperlukan
seperti jalan atau pelabuhan dan pengembangan
teknologi tepat guna. Upaya ini akan dilengkapi
dengan sebuah program untuk pengembangan
spiritual orang melalui persuasi, pendidikan
formal, kebijakan publik, dan pelembagaan nilai-
nilai moral.
2. Kasus kedua dapat diambil dari negara kaya
seperti negara OPEC. Pembangunan akan fokus
pada pengembangan industri dan pengenalan
teknologi tinggi, memberikan gaya hidup yang
makmur secara materi bagi masyarakatnya.
Namun pertimbangan keseluruhan Keadilan
ekonomi, pertumbuhan spiritual, pengambilan
keputusan partisipatif dan pengembangan bakat
lokal akan tetap menjadi pertimbangan dominan.
Negara seperti itu dapat menyisihkan beberapa
sumber daya untuk memberikan pinjaman atau
hibah tanpa bunga kepada negara orang lain atau
untuk pengembangan industri pertahanan.

C. Lembaga Ekonomi Islam dan Tantangannya

Berdasarkan hasil penelitian pada sub bab sebelumnya,


dikatakan bahwa Ekonomi Islam menjadi jawaban atas
permasalahan yang ada. Lembaga Ekonomi Islam tersebut
adalah sebagai berikut.

Bank Syariah

Saat ini ada lebih dari 60 bank syariah di berbagai


bagian dunia . Bank - bank Islam menjalankan bisnis
mereka berdasarkan ekuitas partisipasi
(musharakah, dan mudarabah), leasing (ijarah),
sewa-beli (ijarah wa iktina), pembiayaan biaya-plus
(bai murabahah), dan pembagian sewa.

Lembaga-lembaga ini juga telah berinovasi dalam


merancang beberapa instrumen keuangan baru
seperti Term Term Participatory Certificate, Term
Term Certificate, Obligasi Muqaradah, Sertifikat
Penyewaan, dll.

Bank syariah menghadapi sejumlah tantangan.

1. Belum berhasil merancang mekanisme bebas


bunga untuk menempatkan dana dalam jangka
pendek.
2. Risiko yang terlibat dalam pembagian
keuntungan tampaknya begitu tinggi sehingga
sebagian besar bank telah menggunakan teknik -
teknik pembiayaan tersebut yang membawa
pengembalian mereka tetap terjamin. Akibatnya,
ada banyak kritik murni bahwa bank - bank ini
tidak menghapuskan bunga pada kenyataannya
tetapi hanya mengubah nomenklaturnya.
3. Bank syariah tidak punya dukungan hukum dari
bank sentral di masing-masing negara (kecuali
untuk Pakistan dan Iran) yang membuat mereka
berisiko.
4. Bank Islam tidak memiliki keahlian yang
diperlukan dan tenaga kerja terlatih untuk
menilai, memantau, mengevaluasi, dan
mengaudit proyek. Akibatnya mereka tidak bisa
berkembang walaupun memiliki likuiditas
keuangan.

Dari tantangan tersebut, penulis memberikan solusi


menghadapi tantangan tersebut dengan bank syariah perlu
meningkatkan kemampuan manajerial mereka dengan
melatih personel dalam proyek penilaian, pemantauan,
evaluasi dan audit kinerja. Selain itu, juga mempraktikkan
standar akuntansi yang memberikan informasi tepat waktu
dan dapat diandalkan dari jenis yang akan dibutuhkan
bank syariah untuk pembagian keuntungan, berbagai sewa
atau untuk pembiayaan biaya-plus.

Zakat

Zakat adalah pungutan finansial wajib atas semua


surplus kekayaan dan pendapatan umat Islam.

Beberapa negara seperti Bangladesh, Pakistan,


SaudiSaudi, Sudan, Iran, Libya, UEA, Kuwait, dll,
meloloskan undang-undang formal. Secara
konseptual, zakat seharusnya menjadi tonggak
dalam menyediakan keamanan sosial , memberantas
kemiskinan, dan merangsang ekonomi. Tapi tidak
ada negara-negara di mana zakat telah
diperkenalkan dan diakui untuk memainkan
wewenangnya. Pemerintah negara-negara ini belum
mengizinkan lembaga inin untuk menempati posisi
penting yang dimilikinya .

Wakaf

Lembaga wakaf mengacu pada yayasan yang


didirikan dengan menjaga properti dalam
keberadaan abadi dan membuat pendapatannya
tersedia untuk penerima manfaat tertentu. Lembaga
ini telah ada sejak awal Islam. Property Wakaf
secara tradisional membiayai pengeluaran untuk
masjid, sekolah, penelitian, rumah sakit, layanan
sosial dan pertahanan.
Saat ini hampir setiap Negara Muslim memiliki
beberapa bentuk wakaf tetapi manajemennya telah
jatuh ke dalam tangan yang tidak kompeten. Karena
manajemen yang buruk dan campur tangan
pemerintah, insentif untuk mendirikan wakaf swasta
juga melemah.

AI-hisba

Lembaga al-hisba berakar pada masa awal Islam


ketika Negara-negara Muslim mendirikan kantor
terpisah untuk mengawasi pasar, menyediakan
layanan kota, dan untuk menyelesaikan sengketa
kecil.

Pakistan telah mendirikan kantor Muhtasib yang


memiliki yurisdiksi atas ekses administratif
pemerintah federal departemen dan lembaga. Ini
memberikan perlindungan kepada warga biasa
terhadap kesalahan administrasi. Namun, kantor ini
memiliki peran terbatas tidak mencakup departemen
dan fungsionaris pemerintah provinsi atau daerah,
juga tidak melindungi warga negara terhadap
malpraktek perusahaan bisnis.

Meski telah mengetahui potensi ekonomi Islam,


namun pengembangan teoritis ekonomi Islam belum
berkembang (1991) dikarenakan:

1. Umat Islam yang seharusnya menjadi yang


pertama mengembangkan ini subjek menderita
trauma intelektual.
2. Masalah ruang intelektual juga berkontribusi
terhadap fenomena ini.
3. Hanya ada sedikit data empiris untuk menguji atau
memalsukan dalil ekonomi Islam.

Kesimpulan Kesimpulan

1. Ekonomi Islam memiliki potensi untuk


menyelesaikan beberapa masalah ekonomi yang
serius, dan bahwa potensi ini akan membawa dunia
memperoleh manfaat di masa depan
2. Sudah saatnya para ekonom Muslim mulai
menangani umat manusia dengan ekonomi Islam
3. Ekonomi Islam memiliki potensi untuk membujuk
para ekonom dunia karena semua ajaran ekonomi
Islam adalah rasional dan di zaman ini ada banyak
ketidakpuasan di antara mereka ekonom
profesional tentang asumsi ekonomi neoklasik
4. Ekonomi Islam memberi secercah harapan.
5. Ekonom Muslim perlu mengubah fokus mereka
agar dapat tumbuh dengan asumsi yang valid,
metodologi yang memadai dan teori ekonomi yang
mampu mengatur ekonomi manusia secara
manusiawi.

Komentar Artikel ini disusun dengan 23 referensi dari berbagai


Penelitian terkait sumber bacaan sehingga, cukup direkomendasikan
Kelebihan, dan sebagai jurnal rujukan bagi pihak yang berkepentingan,
Kelemahan Artikel susunan topik dalam artikel runtut dan mudah untuk dicari
Jurnal keterkaitannya. Namun, artikel jurnal ini tidak menuliskan
secara tertulis terkait metode dan subjek penelitian yang
digunakan. Selain itu, artikel ini sudah cukup lama yaitu
1991 sehingga banyak yang berbeda dengan kondisi saat
ini.
REVIEW JURNAL

The Impact Of The financial Crisis On The Global Economy: Can The Islamic
financial System Help?
Judul The Impact Of The financial Crisis On The Global
Economy: Can The Islamic financial System Help?
Volume & Halaman 12 Iss 1 pp 15 -. 25
Tahun 2011
Penulis Mohamed Ali Trabelsi
Sekolah Tinggi Bisnis Tunis, Universitas Manouba,
Ariana, Tunisia.

Reviewer Nur Adinda Windi A, Intan Nuryawati, Fike Meidiva, Ilmi


Ghaniya
Tanggal 24 September 2019

Abstrak Krisis keuangan terjadi dalam kurun waktu tertentu di


suatu negara. Krisis keuangan internasional semakin
menyebar dan mendorong sebagian besar negara maju
menurunkan tingkat perbankan dan menerapkan suku
bunga nol-perkiraan. Tujuan makalah ini adalah untuk
menganalisis langkah-langkah berbeda yang diambil oleh
para pemimpin G7 dan G20 untuk menghadapi krisis
keuangan global saat ini dan untuk menunjukkan apakah
keputusan tersebut mewakili pengembalian
proteksionisme. Namun, proteksionisme menurut
beberapa ahli justru akann memperburuk masalah. Oleh
karena itu, bank syariah merupakan solusi tepat menjawab
permasalahan tersebut.
Masalah yang Krisis keuangan mendorong sebagian besar negara maju
diangkat untuk menurunkan tingkat perbankan mereka dan untuk
menerapkan suku bunga nol-perkiraan, suatu langkah
yang mereplikasi prinsip yang diadopsi oleh bank Islam.

Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana krisis ekonomi dan keuangan yang


telah terjadi?
2. Bagaimana lahirnya proteksionisme?
3. Bagaimana mengatasi krisis ekonomi dan
keuangan?

Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian dan penyusunan jurnal


tersebut adalah sebagai berikut.

1. Menggambarkan krisis keuangan yang telah


terjadi.
2. Menjelaskan sejarah lahirnya proteksionisme.
3. Menjelaskan cara mengatasi krisis ekonomi dan
keuangan.

Pembahasan A. Krisis Ekonomi dan Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian, krisis ekonomi dan


keuangan yang disaksikan dunia saat ini menciptakan
ketidakstabilan dan ketidakpastian. Dikutip penulis dari
pendapat Allais (2002) menggambarkan bahwa penyebab
krisis keuangan saat ini adalah dari krisis yang terjadi
sebelumnya.

Mulai dari Juni 1997, krisis moneter dan keuangan telah


dipicu di Asia tetapi masih dapat bertahan. Kemajuan dari
krisis ini, yang tidak diprediksi oleh siapa pun secara tiba-
tiba sudah sangat kompleks. Yaitu dijabarkan sebagai
berikut.

Fase pertama, dari Juni hingga Desember 1997, murni di


Asia, spekulasi lebih tinggi tentang penurunan mata uang
Thailand. Periode ini telah dicap oleh penurunan mata
uang dan saham negara-negara Asia

Fase kedua, dari Desember 1997 hingga Juni 1998. Ciri


khas periode ini adalah repatriasi pinjaman jangka pendek
terikat Amerika Serikat dan Eropa, yang mendorong
kenaikan tingkat saham di Amerika Serikat dan Eropa.
Akhir periode ini ditandai dengan penurunan yang tinggi
pada bahan baku dan jatuhnya Pasar Saham Moskwa
sebesar 60 persen. Selama periode ini , kesulitan perantara
keuangan di Jepang telah meningkat dan yen terus
terdepresiasi. Ketegangan moneter yang tinggi juga
muncul di Amerika Latin.

Fase ketiga dimulai pada Juli 1998, dengan politik,


ekonomi dan moneter yang tinggi . Situasi Ketegangan di
Rusia menyebabkan penurunan stok penting di AS dan
Eropa. Krisis telah cepat menyebar ke seluruh dunia. Di
negara - negara Asia, yang mengalami penurunan
substansial , di Indonesia mata uang dan pasar saham
mereka mengalami kebocoran modal spekulatif yang
menyebabkan masalah sosial serius.

B. Lahirnya Proteksionisme

Proteksionisme sebagai kebijakan perlindungan barang


untuk menghadapi kompetisi asing dan mempertahankan
dan mengembangkan mekanisme produksi dalam negeri.
Gerakan proteksionis dikembangkan di negara Barat
setelah perang dunia kedua terutama di Amerika Serikat
dan Inggris.

Kebijakan perdagangan periode ini adalah karakteristik


oleh: Generalisasi tindakan proteksionis atas barang
pertanian, dan perbanyakan instrumen proteksionis. Selain
bea cukai, ada penggunaan pembatasan dan kontrol
kuantitatif.

Dalam kebijakan proteksionisme terdapat agregasi dan


negosiasi antara kekuatan untuk membangun sistem
koordinasi kebijakan ekonomi yang memungkinkan
menghindari pengulangan pengalaman antar perang. Hasil
negosiasi adalah penciptaan dua lembaga keuangan:

(1) Bank Dunia untuk kebangkitan dan pengembangan


untuk memainkan peran bank kredit jangka panjang.

(2) Dana Moneter Internasional yang berkaitan dengan


jangka pendek penyesuaian masalah pembayaran.

Peran Proteksionisme

Proteksionisme disajikan sebagai kejahatan mutlak karena


menutup peluang ekspor, menekan ekonomi dunia, dan
melempar dunia menjadi lingkaran setan resesif infernal.

Kaum sosialis membangkitkan istilah proteksionisme


yang baik dan kompetitif. Proteksionisme kompetitif
berfungsi dengan baik ketika ada peluang ekspor. Posisi
yang baik dalam hal kualitas maupun biaya
memungkinkan akses ekonomi dunia tumbuh dan
bermanfaat.
Tujuan utama proteksionisme adalah untuk
memungkinkan remunerasi kerja yang lebih baik di biaya
modal untuk merangsang permintaan global.
Proteksionisme akan mengarah pada pengurangan margin,
laba, dan dividen.

Meski demikian, di negara berkembang, proteksionisme


diperlukan untuk melindungi industri dalam negeri dari
persaingan asing.

Beberapa langkah proteksionis telah dilakukan seperti,


embargo pada beberapa barang dan beberapa batasan
teknis atau sanitasi. Ketika dalam pertemuan puncak di
Brussels, para kepala negara bagian dan pemerintah telah
mengadopsi sebuah dokumen di mana mereka
menekankan bahwa proteksionisme bukanlah solusi krisis
saat ini. Namun, luasnya krisis dan dampak sosial-
ekonominya telah memaksa mereka untuk melakukan
intervensi besar-besaran. Deklarasi Menteri Ekonomi
Prancis Christine Lagarde di Davos sangat mengejutkan:
“proteksionisme mungkin merupakan kejahatan yang
diperlukan di saat krisis meskipun ada tentangan keras
dari yang lain ”. Di sisi lain, pengusaha kecil dan
menengah Jerman ingin menerapkan tindakan
proteksionis. Sementara itu, India telah menerapkan dua
langkah proteksionis; satu untuk baja dan melarang
mainan China (menimbulkan risiko kesehatan). China
telah menurunkan PPN ekspor. Indonesia memaksa
beberapa barang asing melewati pelabuhan tertentu.

Semua sejarawan mengakui bahwa pada tahun 1929


proteksionisme adalah salah satu faktor yang
memperburuk krisis. Proteksionis saat ini, jika berubah
menjadi proteksionisme umum, akan menjadi kesalahan
yang tidak dapat diperbaiki. Sedangkan kredit harus
dialokasikan untuk investasi dengan pengembalian yang
lebih baik, pekerjaan tambahan dan pelatihan dengan tarif
yang sangat rendah. Hal ini bahkan membangkitkan
pinjaman dengan tingkat nol.

Bank Syariah sebagai solusi krisis ekonomi dan


keuangan

Dalam nada yang sama, umat Islam tampaknya memiliki


solusi yang sangat sederhana; bunga bank harus
dibatalkan. Yang paling dikenal dan penyebab paling
penting dari hampir semua krisis adalah pinjaman bank
yang berlebihan dan tidak bijaksana. Menurut pennulis
dari kutipan pendapat Chong dan Liu (2009) mencatat
bahwa perbankan syariah adalah berbeda dari perbankan
konvensional karena riba [bunga] dilarang dalam Islam,
seperti bank tidak diizinkan menawarkan tingkat
pengembalian atas deposito yang tetap dan tidak diizinkan
membebankan bunga atas pinjaman. Kebijakan ini
memungkinkan bank syariah untuk meminjamkan pada
jangka panjang untuk proyek-proyek dengan lebih tinggi
profil pengembalian risiko dan, dengan demikian, untuk
mempromosikan pertumbuhan ekonomi.

Kesimpulan 1. Krisis keuangan global yang melanda dunia telah


memberikan komunitas keuangan tanda bahwa
betapa rapuhnya sistem keuangan global yang
hanya bergantung pada pasar keuangan.
2. Krisis keuangan terutama hasil dari tindakan
pengaturan yang tidak pantas yang menargetkan
perlindungan konsumen, transparansi keuangan
dan produk yang dihasilkan dari sekuritisasi kredit.
3. Krisis keuangan menyebabkan otoritas publik
melakukan intervensi yang melahirkan debat
tentang kembalinya proteksionisme dan peran
Negara mengusulkan pengenalan sistem ekonomi
yang baru berdasarkan prinsip bank syariah yang
menyerukan pembatalan bunga.

Komentar Artikel jurnal tersebut menyajikan isi dengan runtut mulai


Penelitian terkait dari pemaparan masalah hingga penyelesaiannya, selain
Kelebihan, dan itu penulis juga mencantumkan pendapat dari para ahli
Kelemahan Artikel ekonomi dunia.
Jurnal

BERITA DARI KEMENTERIAN KEUANGAN

(www.kemenkeu.go.id)

Judul Presiden: Saatnya Ekonomi Syariah Indonesia Bangkit


dan Menjadi Pusat Dunia
Sumber https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/presiden-
saatnya-ekonomi-syariah-indonesia-bangkit-dan-
menjadi-pusat-dunia/
Tahun 2019
Penulis Kementerian Keuangan RI
Reviewer Nur Adinda Windi A, Intan Nuryawati, Ilmi Ghaniya
Rahayu, Fike Meidiva
Tanggal 26 September 2019

Pembahasan Berdasarkan berita yang ditulis oleh penulis, bahwa


Presiden Joko Widodo yakin bahwa ekonomi syariah
mampu mengentaskan kemiskinan, meningkatkan
kesejahteraan rakyat, serta mendorong keadilan sosial.
Dengan demikian, ekonomi syariah memiliki potensi
untuk terkemuka di tingkat dunia. Namun, posisi ekonomi
syariah di Indonesia masih jauh dari Malaysia, Uni Emirat
Arab, Bahrain, Arab Saudi, Oman, Pakistan, Yordan,
Qatar, dan Kuwait. Pemerintah tidak tinggal diam dan
membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS)
yang mengawal pelaksanaan ekonomi syariah di
Indonesia. Selain itu, pemerintah akan terus menguatkan
ekonomi syariah melalui nilai halal terhadap berbagai
sector seperti makanan & minuman, kosmetik, dll.
Komentar terkait Berita mengenai ekonomi syariah ini dikemas secara
Kelebihan dan singkat dan padat serta dipublikasikan di media internet
Kelemahan sehingga mudah dalam mengaksesnya. Namun, konten
dalam berita belum menuliskan upaya untuk menguatkan
keuangan syariah sebagai pendukung rantai nilai halal.

KETERKAITAN ISI JURNAL DAN BERITA

Jurnal The Future Of Islamic Economics menjelaskan mengenai potensi


ekonomi Islam dalam menghadapi tantangan di masa depan. Potensi ini dimulai
dengan adanya kebijakan ekonomi Islam yang salah satunya adalah penghapusan
bunga modal serta dengan lembaga – lembaga ekonomi Islam yang menjawab
tantangan ekonomi di masa depan. Sedangkan jurnal The Impact Of The Financial
Crisis On The Global Economy: Can The Islamic Financial System Help?
Menjelaskan mengenai krisis ekonomi dan keuangan global serta menunjukkan
bahwa bank syariah adalah solusi yang paling tepat untuk menghadapi krisis
ekonomi global dibandingkan dengan proteksionisme dan intervensi. Hal ini
dikarenakan selain memiliki prinsip tidak ada bunga modal, juga adanya prinsip
PLS (Profit Loss Sharing) dalam operasional bank syariah.

Dengan demikian, trend ekonomi Islam kembali hidup untuk menjawab


tantangan ekonomi di masa sekarang dan di masa depan. Hal ini dibuktikan dengan
hasil penelitian dari kedua jurnal tersebut yang menyimpulkan bahwa ekonomi
Islam dalam hal ini penghapusan sistem bunga merupakan solusi yang paling tepat
untuk menyelesaikan masalah ekonomi. Hal ini diperkuat dengan berita yang
dipublikasikan di website resmi kementerian keuangan Indonesia bahwa, ekonomi
syariah turut mengentaskan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan
mendorong keadilan sosial yang didukung dengan adanya Komite Nasional
Keuangan Syariah (KNKS).

Anda mungkin juga menyukai