Abstrak
Pemantauan kondisi lingkungan pertanian secara periodik diperlukan agar pertumbuhan tanaman
menjadi lebih baik sehingga akan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari hasil produksi pertanian
tersebut. Salah satu cara pemantauan kondisi lingkungan secara periodik adalah dengan sistem akuisisi
data. Sistem akuisisi data memerlukan minimal dua node, yaitu sensor node dan gateway. Sensor node
berfungsi untuk mengambil data dari sensor dan mengirimkan data kepada gateway, sedangkan gateway
berfungsi untuk menerima data dan menyimpan data. Selain itu juga diperlukan protokol komunikasi
agar kedua node dapat saling terhubung dan untuk mengirimkan data secara wireless agar
memungkinkan pemantauan jarak jauh, salah satunya adalah LoRa. LoRa merupakan teknologi dimana
memiliki daya jangkau yang luas dengan daya konsumsi baterai rendah sehingga cocok untuk
melakukan pemantauan pertanian di Indonesia yang dikenal dengan negara agraris karena luasnya lahan
pertanian. Terdapat dua pengujian yang dilakukan, yaitu pengujian fungsional dan pengujian kinerja.
Pada pengujian fungsional, sistem dapat berjalan dengan baik dimana sistem dapat mengambil data
hingga menyimpannya. Pengujian kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja dari perangkat modul
LoRa HopeRF-RFM9x berdasarkan packet loss dan delay dengan pengaruh jarak, ukuran paket, dan
interval waktu pengiriman. Hasil dari pengujian, modul HopeRF-RFM9x dapat mengirimkan paket
dengan baik pada jarak 200 meter, 300 meter dan jarak 400 meter.
Kata kunci: sistem akuisisi data, pemantauan, Long Range
Abstract
Periodic monitoring of agricultural environmental condition is needed to growth the plant will be better,
so it will improve the quality and quantity of agricultural products. The way of monitor environmental
conditions periodically is an acquisition data system. The system requires minimum of two nodes,
namely sensor nodes and gateways. Sensor node has function to put the data from the sensor and
transmit it to the gateway, while the gateway receives the data and store it. Beside that a communication
protocol is needed to connect both of nodes and to transmit the data wirelessly to remote monitoring,
which one of it is LoRa. LoRa is a technology which has a wide range with low battery consumption, so
it is suitable for monitoring agriculture in Indonesia, which is known as an agricultural country because
of the wide area of agricultural land. There are two tests had been done, that are functional testing and
performance testing. In the functional testing, the system can run properly where the system can put the
till save it. The performance testing was hold to see the performance of the LoRa HopeRF-RFM9x
module based on packet loss and delay with the influence of distance, packet size, and interval of delivery
time. The result of the performance is the HopeRF-RFM9x module can transmit the packets well for
200, 300 and 400 meters.
Keywords: data acquisition system, monitoring, Long Range
2017). Tingginya jumlah penduduk yang komunikasi LoRa untuk mengirimkan data dari
berprofesi sebagai petani menjadikan sensor node kepada gateway yang digunakan
pertumbuhan tanaman sebagai hal yang penulis adalah HopeRF-RFM9x. Adanya
terpenting dalam menyiapkan kebutuhan penelitian ini diharapkan dapat melakukan
pangan. Salah satu faktor penting untuk pemantauan lingkungan lahan pertanian secara
menentukan pertumbuhan tanaman adalah faktor periodik.
kondisi lingkungan lahan pertanian itu sendiri.
Kondisi lingkungan lahan pertanian dapat 2. PENELITIAN TERKAIT
diketahui dengan melakukan pemantauan. Oleh Pada penelitian sebelumnya yang telah
karena itu diperlukan suatu sistem yang dapat dilakukan oleh Muhammad Misbahul Munir,
melakukan pemantauan kondisi lingkungan berjudul “Implementasi Wireless Sensor Node
lahan pertanian tersebut secara periodik, yaitu Untuk Pemantauan Lahan Pertanian Berbasis
dengan menggunakan sistem akuisisi data. Protokol 802.15.4” yang mana dalam
Sistem akuisisi data berfungsi untuk mengambil penelitiannya telah menerapkan sistem Wireless
dan mengumpulkan data dari lingkungan lahan Sensor Node untuk pemantauan lahan pertanian.
pertanian. Sistem akuisisi data juga Pada penelitian ini, sistem terdiri dari 3 jenis
memungkinkan untuk melakukan pemantauan node, yaitu End Device, Coordinator, dan PAN
jarak jauh dengan menggunakan model Coordinator. End device merupakan node yang
client/server terdistribusi (Saptadi, 2013), digunakan untuk mengambil data menggunakan
sehingga sistem akuisisi data memerlukan sensor dimana sensor yang digunakan adalah
minimal dua node yang saling terhubung untuk sensor seperti sensor suhu dan kelembaban
mengirimkan data secara wireless agar udara, sensor kelembaban tanah, dan sensor
memungkinkan pemantauan jarak jauh. Node hujan. Seteleh data diambil oleh sensor
tersebut terdiri dari sensor node dan gateway. selanjutnya End Device akan mengirimkan data
Agar sensor node dapat mengirimkan data ke ke Coordinator. Data sensor yang telah diterima
gateway secara wireless maka diperlukan sebuah oleh Coordinator kemudian dikirimkan ke PAN
protokol komunikasi yang mendukung. Coordinator. Setelah PAN Coordinator
Salah satu contoh protokol komunikasi mendapatkan data sensor, maka data tersebut
yang dapat digunakan adalah protokol long akan disimpan dan ditampilkan oleh PAN
range atau LoRa sebagai protokol komunikasi Coordinator yang juga berperan sebagai
dalam pengiriman data dengan daya jangkau gateway pada jaringan WSN. Pada penelitian ini
yang luas. Long range adalah teknologi nirkabel juga menggunakan protokol 802.15.4 sebagai
berdaya rendah yang menggunakan spektrum protokol untuk pengiriman data. Namun daya
radio dengan pita frekuensi 433 MHz, 868 Mhz jangkau protokol 802.15.4 untuk pengiriman
atau 915 MHz tergantung pada regulasi masing- data tidak terlalu luas, sehingga dibutuhkan
masing negara (Wixted, A.J. et al., 2016). Untuk topologi tree dimana Coordinator berperan untuk
di Asia, frekuensi yang digunakan adalah 433 meneruskan pengiriman data dar i End Device ke
MHz. LoRa memiliki daya jangkau yang luas PAN Coordinator.
dengan konsumsi daya baterai rendah, sehingga Pada penelitian yang dilakukan
LoRa sangat cocok untuk memantau lingkungan Konstantinos Tzortzakis, et al, berjudul
lahan pertanian di Indonesia yang dikenal “Wireless Self Powered Environmental
dengan negara agraris karena luasnya lahan Monitoring System for Smart Cities based on
pertanian yang dimiliki. LoRa” telah mengimplementasikan protokol
Berdasarkan permaparan tersebut, penulis komunikasi LoRa untuk pemantauan lingkungan
akan melakukan penelitian mengenai perkotaan. Pada penelitian ini, sistem terdiri dari
“Implementasi Sistem Akuisisi Data Sensor peripheral nodes yang berguna untuk
Pertanian Menggunakan Protokol Komunikasi mengambil data kondisi lingkungan perkotaan
LoRa”. Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa sensor dan gateway
mengimplementasikan sistem akuisisi data yang berguna untuk menerima data dari
sensor dimana sistem terdiri dari 2 jenis node, peripheral nodes. Pada penelitian ini juga
yaitu sensor node dan gateway. Sensor node menggunakan protokol komunikasi LoRa untuk
digunakan untuk mengambil data menggunakan pengiriman data dimana protokol komunikasi
sensor. Setelah mendapatkan data, sensor node LoRa ini berdaya rendah. Selain berdaya rendah,
kemudian mengirimkan data tersebut kepada protokol komunikasi LoRa ini juga memiliki
gateway untuk disimpan. Perangkat protokol
daya jangkau yang luas, sehingga pengiriman MongoDB didalam Raspberry Pi 3 untuk
data dapat dikirimkan secara langsung dari penyimpanan data.
peripheral nodes ke gateway. Dengan adanya
pengiriman secara langsung dari peripheral 4. IMPLEMENTASI
nodes ke gateway, maka tidak diperlukan lagi Berdasarkan perancangan perangkat sensor
perantara untuk meneruskan pengiriman data node, perangkat terdiri dari dari sensor suhu
agar dapat dikirimkan secara jauh. udara dan kelembaban udara, sensor kelembaban
tanah dan sensor hujan yang terhubung dengan
3. PERANCANGAN SISTEM
Arduino Nano melalui pin-pin yang tersedia
Sistem harus memenuhi tujuan penelitian menggunakan kabel jumper, lalu Arduino Nano
dibuat yaitu sensor node dapat mengambil data yang terhubung secara serial dengan Raspberry
dan mengirimkannya kepada gateway untuk Pi 3 dan Raspberry Pi 3 yang terhubung dengan
menyimpan data. Perancangan sistem secara modul HopeRF-RFM9x melalui pin
umum akan digambarkan dalam perancangan menggunakan kabel jumper. Pada gambar 2
arsitektur sistem sebagaimana dapat dilihat pada menunjukkan hasil implementasi dari
Gambar 1. perancangan sensor node.
Tabel 5. Hasil pengujian fungsional sistem pengujian dapat dilihat pada tabel 6, tabel 7, dan
No. Fungsi Hasil tabel 8.
Pengujian Tabel 6. Hasil penghitungan packet loss dengan
1. Membaca nilai suhu dan Berhasil interval waktu pengiriman 0.5 detik
kelembaban udara
Persentase packet loss berdasarkan
2. Membaca nilai kelembaban Berhasil besar ukuran paket data
tanah Jarak
82 217 251
157 byte
3. Membaca nilai curah hujan Berhasil byte byte byte
4. Mengambil data dari Berhasil 200 meter 24% 11% 32% 33%
Arduino Nano
300 meter 27% 0% 3% 71%
5. Menerima data dari sensor Berhasil
400 meter 62% 10% 100% 55%
node
600 meter Data diterima tidak sesuai ukuran paket
6. Menyimpan data kedalam Berhasil
database 800 meter Data diterima tidak sesuai ukuran paket
Kemudian pengujian kinerja dilakukan 1 kilometer 100%
untuk mengetahui kinerja dari modul HopeRF-
Tabel 6 merupakan hasil pengitungan
RFM9x berdasarkan packet loss dan delay
packet loss berdasarkan hasil pengujian kinerja
dengan pengaruh jarak, ukuran paket, dan
dengan interval waktu pengiriman 0.5 detik.
interval waktu pengiriman paket antara sensor
Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa
node dan gateway. Pengujian kinerja dari modul
persentase packet loss terkecil ada pada jarak
HopeRF-RFM9x berdasarkan packet loss untuk
300 meter dengan ukuran paket 157 byte dimana
mengetahui berapa banyak data yang hilang saat
persentase packet loss sebesar 0% yang berarti
dikirimkan dari sensor node ke gateway,
100 paket yang dikirimkan sensor node dapat
sedangan delay untuk mengetahui waktu yang
diterima seluruhnya oleh gateway. Kemudian
diperlukan sistem dari sensor node ke gateway
persentase packet loss terbesar ada pada jarak
dalam mengirimkan data. Jarak yang diujikan
400 meter dengan ukuran paket data 217 byte
yaitu 200 meter, 300 meter, 400 meter, 600
dan ada pada jarak 1 kilometer dengan semua
meter, 800 meter, dan 1 kilometer. Selanjutnya
ukuran paket data dimana persentase packet loss
ukuran paket data yang diujikan yaitu 82 byte,
sebesar 100% yang berarti 100 paket data yang
157 byte, 217 byte dan 251 byte. Data yang
dikirimkan tidak ada yang diterima oleh
dikirimkan dalam format struct, sehingga data
gateway.
hanya bisa dibuka dari format struct apabila data
yang diterima sesuai dengan ukuran yang telah Tabel 7. Hasil penghitungan packet loss dengan
ditentukan. Kemudian jumlah data yang interval waktu pengiriman 1 detik
dikirimkan untuk pengujian kinerja adalah 100 Persentase packet loss berdasarkan besar
paket setiap ukuran paket dengan interval waktu ukuran paket data
Jarak
yang pengiriman 0.5 detik, 1 detik, dan 5 detik. 251
Selain itu, pengujian ini dilakukan di desa 82 byte 157 byte 217 byte
byte
Tegalgondo, Kecamatan Karangploso, 200 meter 2% 0% 41% 30%
Kabupaten Malang dengan pertimbangan lokasi
yang masih terdapat lokasi persawahan yang 300 meter 67% 47% 32% 8%
luas, sehingga gangguan untuk menguji kinerja 400 meter 0% 0% 1% 24%
modul HopeRF-RFM9x dapat diminimalisir. 600 meter Data diterima tidak sesuai ukuran paket
Pada pengujian ini gateway dapat menerima
data dengan baik pada jarak 200 meter, 300 800 meter Data diterima tidak sesuai ukuran paket
meter dan 400 meter. Pada jarak 600 meter dan 1 kilometer 100%
800 meter, gateway menerima data tidak sesuai
Tabel 7 merupakan hasil pengitungan
ukuran data yang telah ditentukan. Sedangkan
packet loss berdasarkan hasil pengujian kinerja
pada jarak 1 kilometer, tidak ada data yang
dengan interval waktu pengiriman 1 detik. Pada
diterima oleh gateway. Hasil pengujian kinerja
tabel tersebut menunjukkan bahwa persentase
berdasarkan packet loss dari modul HopeRF-
packet loss terkecil ada pada jarak 200 meter
RFM9x didapat dari penghitungan persentase
dengan ukuran paket 157 byte dan pada jarak
packet loss yang diterima gateway. Hasil
400 meter dengan ukuran paket 82 byte dan 157
byte dimana persentase packet loss sebesar 0% 200 meter 182,99 310,69 411,44 446,89
yang berarti 100 paket yang dikirimkan sensor ms ms ms ms
300 meter 188,87 286,29 365,74 411,11
node dapat diterima oleh gateway. Sedangkan ms ms ms ms
persentase packet loss terbesar ada pada 1 Tidak
kilometer dengan semua ukuran paket data 400 meter 207,95 314,43 dapat 452,04
dimana tidak ada data yang diterima oleh ms ms dihitung ms
gateway. 600 meter Tidak dapat dihitung
Tabel 8. Hasil penghitungan packet loss dengan 800 meter Tidak dapat dihitung
interval waktu pengiriman 5 detik
1 kilometer Tidak dapat dihitung
Persentase packet loss berdasarkan
besar ukuran paket data
Jarak Tabel 9 merupakan hasil pengitungan rata-
82 157 217 251 rata delay berdasarkan pengaruh jarak dan
byte byte byte byte ukuran paket dengan interval waktu pengiriman
200 meter 17% 32% 1% 1% 0.5 detik. Tabel tersebut menunjukkan bahwa
300 meter 71% 27% 49% 58% rata-rata delay terkecil ada pada jarak 200 meter
dengan ukuran paket 82 byte dimana rata-rata
400 meter 6% 0% 2% 0% delay sebesar 182,99 ms dan rata-rata delay
600 meter Data diterima tidak sesuai ukuran paket terbesar ada pada jarak 400 meter dengan ukuran
800 meter Data diterima tidak sesuai ukuran paket paket 251 byte dimana rata-rata delay sebesar
452,04 ms. Sedangkan pada jarak 400 meter
1 kilometer 100% dengan ukuran paket data 217 byte rata-rata
Tabel 8 merupakan hasil pengitungan delay tidak dapat dihitung karena tidak ada paket
packet loss berdasarkan hasil pengujian kinerja yang diterima.
dengan interval waktu pengiriman 5 detik. Pada Tabel 10. Hasil penghitungan rata-rata delay dengan
tabel tersebut menunjukkan bahwa persentase interval waktu pengiriman 1 detik
packet loss terkecil ada pada jarak 400 m dengan
Rata-rata delay dari berdasarkan ukuran
ukuran paket 157 byte dan 251 byte dimana besar paket
persentase packet loss sebesar 0% yang berarti Jarak
100 paket yang dikirimkan sensor node dapat 82 157 217 251
byte byte byte byte
diterima oleh gateway. Sedangkan persentase
packet loss terbesar ada pada 1 kilometer dengan 200 meter 184,9 297,89 396,05 464,97
semua ukuran paket data dimana tidak ada data 5 ms ms ms ms
300 meter 199,4 289,64 375,10 438,04
yang diterima oleh gateway. 3 ms ms ms ms
Kemudian hasil pengujian kinerja dari 170,4 267,20 372,03 440,99
400 meter
modul HopeRF-RFM9x berdasarkan delay 6 ms ms ms ms
didapat dari penghitungan rata-rata delay dari 600 meter Tidak dapat dihitung
paket yang berhasil diterima, namun pada jarak
600 meter 800 meter dan 1 kilometer 800 meter Tidak dapat dihitung
penghitungan tidak dapat dilakukan dikarenakan 1 kilometer Tidak dapat dihitung
pada jarak 600 meter dan 800 meter, paket data
Tabel 10 merupakan hasil pengitungan rata-
yang diterima tidak sesuai dengan ukuran paket
rata delay berdasarkan pengaruh jarak dan
yang ditentukan, sehingga paket data yang
ukuran paket dengan interval waktu pengiriman
dikirimkan dalam bentuk format struct tidak
1 detik. Tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-
dapat dibuka, sedangkan pada jarak 1 kilometer
rata delay terkecil ada pada jarak 400 meter
tidak ada paket yang diterima oleh gateway.
dengan ukuran paket 82 byte dimana rata-rata
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 9, tabel
delay sebesar 170,46 ms dan rata-rata delay
10, dan tabel 11.
terbesar ada pada jarak 200 meter dengan ukuran
Tabel 9. Hasil penghitungan rata-rata delay dengan paket 251 byte dimana rata-rata delay sebesar
interval waktu pengiriman 0.5 detik 464,97 ms.
Rata-rata delay dari berdasarkan ukuran Tabel 11. Hasil penghitungan rata-rata delay dengan
besar paket interval waktu pengiriman 5 detik
Jarak
82 157 251 Rata-rata delay dari berdasarkan ukuran
217 byte
byte byte byte
kerja-indonesia-ada-di-sektor-
pertanian> [Diakses 13 Februari 2018].
Munir, M.M., Akbar, S.R., & Bhawiyuga, A.,
2018. Implementasi Wireless Sensor
Node Untuk Pemantauan Lahan
Pertanian Berbasis Protokol 802.15.4.
S1. Universitas Brawijaya.
Saptadi, A.H., 2013. Sebuah Tinjauan Terhadap
Teknologi Akuisisi Data Dan
Pemantauan Jarak Jauh. Prosiding SNST
ke-4 Tahun 2013.
Tzortzakis, K., Papafotis, K., & Sotiriadis, P.P.,
2017. Wireless Self Powered
Environmental Monitoring System for
Smart Cities based on LoRa. 2017
Panhellenic Conference on Electronics
and Telecommunications (PACET).
Wixted, A. J. et al., 2016. Evaluation of LoRa
and LoRaWAN for Wireless Sensor
Networks. Orlando: IEEE SENSORS,
pp. 1–3.