Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

SYOK KARDIOGENIK

Disusun Oleh:
Rika Kusumawardhani S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2019/2020
A. Pengertian
Syok kardiogenik adalah suatu kondisi dimana jantung secara tiba-tiba tidak mampu
memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini merupakan
kegawatdaruratan medis dan memerlukan penanganan secara cepat. Penyebab paling umum syok
kardiogenik adalah kerusakan otot jantung akibat serangan jantung. Namun, tidak semua pasien
dengan serangan jantung akan mengalami syok kardiogenik. Rata-rata, sekitar 7% pasien dengan
serangan jantung akan mengalami kondisi ini (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).
Syok merupakan sindroma klinis yang kompleks yang mencakup sekelompok keadaan
dengan manifestasi hemodinamika yang bervariasi, tetapi petunjuk yang umum adalah tidak
memadainya perfusi jaringan ketika ketidakmampuan jantung untuk memompa darah mengalami
kerusakan (Muttaqin, 2010).
Syok kardiogenik adalah suatu sindroma yang diakibatkan oleh gangguan sirkulasi,
akibat utama dari aktivitas pompa jantung yang lemah. Biasanya terjadi secara tiba-tiba dan
mengakibatkan efek yang sangat besar terhadap organ-organ vital (Eliastam et al., 1998 dalam
Muttaqin 2010).
Syok kardiogenik merupakan keadaan gawat darurat jantung yang menuntut
penatalaksanaan cepat dan tepat. Syok ini dapat timbul akibat infak miokard akut (IMA) atau
sebagai fase terminal beberapa penyakit jantung lainnya. Syok kardiogenik adalah kelainan
jantung primer yang mengakibatkan perfusi jaringan tidak cukup untuk mendistribusi bahan-
bahan makanan dan pengambilan sisa-sisa metabolik tubuh.

B. Faktor Resiko
Faktor risiko paling utama timbulnya syok kardiogenik adalah serangan jantung. Jika pasien
pernah mengalami serangan jantung, faktor yang dapar meningkatkan risiko terjadinya syok
kardiogenik antara lain:
a. Umur yang relative lebih tua > 60 tahun : dengan bertambah umur produksi hormone,
enzim dan daya imun biasanya juga menurun.
b. Telah terjadi payah jantung sebelumnya.
c. Adanya infark yang lama ataupun baru
d. IMA yang meluas secara progresif
e. Komplikasi IMA : septum sobek, disenergi ventrikel
f. Gangguan irama jantung
g. Factor factor ekstramiokardial : obat obatan yang menyebabkan hipotensi atau
hipovolemi .

C. Etiologi
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak fungsi jantung
atau akibat penurunan fungsi kontraktilitas jantung kronik. Secara praktis, syok
kradiogenik timbul karena gangguan mekanik atai miopatik. Etiologi syok kardiogenik
adalah (Bakta dan Suastika, 1999 dalam Mayoclinic, 2014):
1. Infark miokard akut
Kebanyakan IMA terjadi akibat dari PJK. Plak menurunkan aliran darah ke jantung
sehingga akan menyebabkan sumbatan.
2. Miokarditis akut
3. Tamponade jantung akut
4. Endokarditis infektif
5. Trauma jantung
6. Ruptur septal ventrikular (biasanya terjadi karena komplikasi post-IMA_
7. Ruptur korda tendinea spontan
8. Kardiomiopati tingkat akhir
9. Stenosis valvular berat
10. Regurgitasi valvular akut
11. Miksoma atrium kiri
12. Komplikasi bedah jantung

D. Tanda dan Gejala


Timbulnya syok kardiogenik dalam hubungan dengan infark miokard akut dapat
dikategorikan dalam:
a. Timbul tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setelah infark akibat gangguan miokard masif atau
ruptur dinding ventrikel kiri.
b. Timbul secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat dari infark yang berulang.
c. Timbul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark disertai timbulnya nising mitral sistolik,
ruptur septum atau disosiasi elektromekanik. Episode ini daoat disertai atau tanpa nyeri
dada, tapi sering disertai dengan sesak napas akut.
Keluhan nyeri dada pada IMA biasanya di daerah substernal, rasa seperti ditekan,
diperas, seperti diikat, rasa dicekik. Rasa nyeri menjalar ke leher, rahang, lengan, dan
punggung, nyeri biasanya hebat, ebrlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang dengan
obat-obatan nitrat. Syok kardiogenik yang berasal dari penyakit jantung lainnya,
keluhannya sesuai dengan penyakit dasarnya (Eliastam et al., 1998 dalam Muttaqin
2010).

Kekurangan oksigen pada otak, ginjal, kulit, dan bagian tubuh lainnya akan menimbulkan
tnda dan gejala syok kardiogenik. Bebarapa tanda gejala dibawah ini biasanya timbul dua
atau lebih ttanda gejala, yaitu:
a. Penurunan kesadaran sampai kehilangan kesadaran
b. Denyut jantung yang tiba-tiba cepat
c. Diaforesis
d. Kulit pucat
e. Nadi lemah
f. Napas cepat
g. Penurunan atau tidak ada produksi urin
h. Tangan dan kaki dingin (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011)

Menurut Mubin (2010), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan


1) Keluhan Pokok
• Oliguri (urin < 20 mL/jam).
• Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
• Nyeri substernal seperti IMA.
2) Tanda Penting
• Tensi turun < 80-90 mmHg
• Takipneu dan dalam
• Takikardi
• Nadi cepat
• Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
• Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
• Sianosis
• Diaforesis (mandi keringat)
• Ekstremitas dingin
• Perubahan mental
3) Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
• Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
• Produksi urin < 20 mL/jam.
• Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
• Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi (Mubin, 2010).

E. Patofisiologi

Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan jantung pada fase
termimal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke aliran darah koroner berdampak pada
supply O2 kejaringan khususnya pada otot jantung yang semakin berkurang, hal ini akan
menyababkan iscemik miokard pada fase awal, namun bila berkelanjutan akan menimbulkan
injuri sampai infark miokard. Bila kondisi tersebut tidak tertangani dengan baik akan
menyebabkan kondisi yang dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi syok, metabolisme yang
pada fase awal sudah mengalami perubahan pada kondisi anaerob akan semakin memburuk
sehingga produksi asam laktat terus meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebat seperti
terbakar maupun tertekan yang menjalar sampai leher dan lengan kiri, kelemahan fisik juga
terjadi sebagai akibat dari penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah. Semakin
Menurunnya kondisi pada fase syok otot jantung semakin kehilangan kemampuan untuk
berkontraksi utuk memompa darah. Penurunan jumlah strok volume mengakibatkan
berkurangnnya cardiac output atau berhenti sama sekali. Hal tersebut menyebakkan suplay
darah maupun O2 sangatlah menurun kejaringan, sehingga menimbulkan kondisi penurunan
kesadaran dengan akral dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari otot jantung dengan
meningkatkan denyut nadi yang berdampak pada penurunan tekanan darah Juga tidak
memperbaiki kondisi penurunan kesadaran. Aktifitas ginjal juga terganggu pada penurunan
cardiac output,yang berdampak pada penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR ). Pada kondisi ini
pengaktifan system rennin, angiotensin dan aldostreron akan , menambah retensi air dan
natrium menyebabkan produksi urine berkurang( Oliguri < 30ml/jam. Penurunan kontraktilitas
miokard pada fase syok yang menyebabkan adanya peningkatan residu darah di ventrikel, yang
mana kondisi ini akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun stenosis valvular
.Hal tersebut dapat mennyebabkan bendungan vena pulmonalis oleh akumulasi cairan maupun
refluk aliran darah dan akhirnya memperberat kondisi edema paru.

F. Pathway
(Terlampir)

G. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi akibat dari syok kardiogenik adalah:
 Gagal ginjal
 Kerusakan hati
(National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011)

H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Bakta dan Suastika (1999) dalam Mayoclinic (2014), sebagai pegangan diagnosis
syok kardiogenik adalah:
a. Hipotenssi
Tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau 60 mmHg dibaah tekanan darah yang biasa
sebelumnya.
b. Gejala hipoperfusi jaringan:
1) Kulit (gejala vasokonstriksi perifer)  pucat, basah, dingin, sianosis, vena-vena pad
punggung tangan dan kaki kolaps.
2) Ginjal  oliguria, prosukdi urine < 30 ml/jam.
3) Otak  gangguan fungsi mental, gelisah, berontak, apatis, bingung, penurunan
kesadaran hingga koma.
4) Seluruh tubuh  asidosis metabolik.
c. Tanpa penyebab hipotensi lainnya (misalnya aritmia jantung primer atau bradikardia
berat, berkurangnya volume intravaskuler, nyeri hebat, hipoksemia, asidosis, efek toksik
obat-obatan seperti vasodilator antihipertensi atau obat anti-arithmia).
d. Sindrom syok menetap setelah:
1) Aritmia diatasi
2) Rasa nyeri dihilangkan
3) Pemberian oksigen
4) Trial of c\volume expansion

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan (Bakta dan Suastika, 1999) (National Heart, Lung,
and Blood Institute, 2011):
Langkah pertama dalam mendiagnosa syok kardiogenik adalah dengan
mengidentifikasi apakah pasien tersebut benar-benar dalam keadaan syok. Pada waktu
tersbut, penatalaksanaan emergensi harus segera dilakukan. Kemduian diidentifikasi
penyebab syok tersebut. Jika penyebab terjadinya syok karena jantung tidak dapat
memompa darah secara adekuat, berarti diagnosisnya merupakan syok kardiogenik.
Prosedur untuk mendiagnosa yok dan penyebabnya adalah:
a. Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami
hiptensi. Ini merupakan tanda ayok yang paling umum.
b. Foto toraks
 Umumnya normal atau kardiomegali ringan hingga sedang
 Edema paru intersisial/alveolar
 Mugnkin ditemukan efusi pleural
c. Elektrokardiogram
 Umumnya menujukkan infark miokard akut dengan tau tanpa gelombang Q
 Electrical alternans menunjukkan adanya efusi perikardial dengan tamponade jantung
d. Elektrokardiografi
Ekokardiogram menggunakan gelombang usra untuk membentuk sebuha gambaran
jantung. Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai ukuran dan bentuk jantung dan
bagaimana kinerja jantung. Pemeriksaan ini penting untuk menilai:
 Hipokinesis berat ventrikel difus atau segmental (bila berasal dari infark miokard)
 Efusi perikardial
 Katup mitral dan aorta
 Ruptur septum
e. Kateterisasi jantung
 Umumnya tidak perlu kecuali pad aksus tertentu untuk mengetahui anatomi pembuluh
darah koroner dan fungsi ventrikel kiri untuk persiapan bedah pintas krooner atau
angioplastu koroner transluminal perkutan.
 Untuk menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel atau regurgitasi mitrala
kiabat disfungsi atau ruptur otot papilaris.
f. Cardiac Enzyme Test
Ketika sel jantung ada yang mengalami kematian, maka tubuh akan mengelurakan enzim
ke darah. Enzim tersebut disebut biomarker. Pemeriksaan enzim ini dapet menunjukkan
apakah jantung mengalami kerusakan.
g. Tes darah
 Pemeriksaan gas darah arteri  pemeriksaan ini mengukur kadar oksigen, karbon
dioksida, dan pH dalam darah.
 Pemeriksaan untuk mengukur fungsi beberapa organ, misalnya ginjal dan hati. Jika
organ-organ tersebut tidak bekerja dengan baik, maka mungkin menunjukkan bahwa
organ terebut tidak mendapatkan suplai nutrisi dan oksigen yang cukup dan hak
tersebut bisa menunjang tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik.

I. Penatalaksanaan dan pengobatan


1. Etiologi syok harus ditentukan secapat mungkin
2. Pemantauan hemodinamik ( kalau mungkin memakai kateter Swan Ganz )
3. Pemberian oksigen( kalau mungkin oksigen 28-48 % dengan venture face mask )
4. Menghilangkan nyeri dengan morfin bisa diberikan 4-8 mg intravena
5. Berikan dopamin 2-15µg /kg/m, norepineprin2-20 µg /kg/m atau dobotamin2,5-10 µg
/kg/m untuk meningkatkan tekanan perfusi arterial dan kontraktilitas. Boleh juga
diberikan amrinor intravena ( kalau ada )
6. Cairan intavena mutlak diberikan , kalau mungkin berikan dextran 40.
7. Furosemid 40 – 80 mg atau asam etakrinik 50 mg( bila ada bendungan paru )
.Diuretik diberikan untuk membantu vasodilatasi vena dan diuresis, hingga
bendungan paru dan kelebihan volume cairan tubuh dapat berkurang sehinga
oksigenasi darah meningkat.
8. Digitalis hanya diberikan pada takikardia supraventrikel dan fibrilasi atrial
9. Vasodilatasi hanya diberikan bila dijumpai vasokontriksi perifer hebat dan penderita
dipantau ketat secara hemodinamik.
10. Tindakan pintas koroner dan angioplasty darurat kalu perlu
11. Bila mungkin pasang CVP.

J. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang sering timbul :
1. Gejala hipoperfusi jaringan kulit ; dioforesis (Kulit Lembab), pucat, akral dingin,
sianosis, vena-vena pada punggung tangan dan kaki kolaps.
2. Gangguan fungsi mental, gelisah, berontak,apatis, bingung.penurunan kesadaran
hingga koma
3. Oliguria(<30/jam )
4. Pernapasan cepat ( Takipnea) dan dalam, Ronki akibat bendungan paru.
5. Denyut nadi cepat ( Kecuali dijumpai blok A-V)
6. Bunyi jantung lemah dengan bunyi jantung S 3
7. Prikardium diskinetik
8. Bising jantung berasal dari disfungsi valvular ( Aorta atau Mitral )
9. Pulsus paradoksus pada infark atau tamponade jantung.
10. Tekanan arterial sistolik < 90 mmHG (hipotensi absolute) atau paling tidak 60 mmHg
dibawah tekan basal ( hipotensi relative ).

K. Asuhan Keperawatan
Data dasar pengkajian pasien dengan syok kardiogenik , dengan data fokus pada :
1. Aktivitas
- Gejala : kelemahan, kelelahan
- Tanda : takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas, perubahan warna
kulit kelembaban, kelemahan umum
2. Sirkulasi
- Gejala : riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah
TD, diabetes mellitus
- Tanda : tekanan darah turun <90 mmhg atau dibawah, perubahan postural
dicatat dari tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak kuat atau lemah,
tidak teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau
penurun an kontraktilitas ventrikel, Gejala hipoperfusi jaringan kulit ;
dioforesis ( Kulit Lembab ), pucat, akral dingin, sianosis, vena – vena pada
punggung tangan dan kaki kolaps
3. Eliminasi
- Gejala : Produksi urine < 30 ml/ jam
- Tanda : oliguri
4. Nyeri atau ketidaknyamanan
- Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak dan sangat hebat, tidak hilang
dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi tipikal pada dada anterio substernal,
prekordial, dapat menyebar ketangan, rahang, wajah, Tidak tentu lokasinya
seperti epigastrium, siku, rahang,abdomen,punggung, leher, dengan kualitas
chorusing, menyempit, berat,tertekan , dengan skala biasanya 10 pada skala
1- 10, mungkin dirasakan pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialami.
- Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang, mengeliat,
menarik diri, kehilangan kontak mata, perubahan frekuensi atau irama
jantung, TD,pernafasan, warna kulit/ kelembaban ,bahkan penurunan
kesadaran.
5. Pernafasan
- Gejala : dyspnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk dengan
atau tanpa produksi sputum,penggunaan bantuan pernafasan oksigen atau
medikasi,riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
- Tanda : takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret ; penggunaan otot
aksesori pernafasan, nasal flaring, batuk ; kering/ nyaring/nonprodoktik/
batuk terus – menerus,dengan / tanpa pembentukan sputum: mungkin
bersemu darah, merah muda/ berbuih ( edema pulmonal ). Bunyi nafas;
mungkin tidak terdengar dengan crakles dari basilar dan mengi peningkatan
frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau sianosis, akral
dingin.

L. Diagnosis Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas miokard

2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler

3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh


M. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Standart Intervensi TT
Dx Keperawatan
1. Penurunan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Cardiac care.
curah jantung selama 3x24 jam, terdapat perbaikan 1.1 Auskultasi suara jantung
b.d penurunan curah jantung 1.2 Pastikan level aktivitas yang tidak mempengaruhi kerja
kontraktilitas NOC jantung yang berat
miokard 1. Cardiac pump effectiveness 1.3 Tingkatkan secara bertahap aktivitas ketika kondisi klien stabil,
No Indikator 1 2 3 4 5 misal aktivitas ringan yang disertai masa istirahat
1 TD 1.4 Monitor TTV secara teratur
1.5 Monitor kardiovaskuler status
2 Kelelahan 1.6 Atur periode aktifitas dengan istirahat untuk menghindari
kelelahan.
3 Sianosis 1.7 Instrusikan pasien untuk melaporkan adanya
ketidaknyamanan di dada.
Keterangan Penilaian : 1.8 Lakukan penilaian sirkulasi perifer (edema, CRT, warna,
1 : Severe deviation from normal range. temperature dan nadi perifer)
2 : Substantial deviation from normal 1.9 Instrusikan pasien dan keluarga tentang pembatasan dan
range. progres aktifitas klien.
3 : Moderate deviation from normal 1.10 Kolaborasi pada pemeriksaan ulang EKG , foto dada,
range. pemeriksaan data laboratorium (enzim jantung,GDA,elektrolit).
4 : Mild deviation from normal range. 1.11 Kolaborasi dalam pemberian obat antidisritmia sesuai
5 : No deviation from normal range. indikasi, dan bila digunakan bantu
pemasangan/mempertahankan pacu jantung.
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Standart Intervensi TT
Dx Keperawatan
2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Ventilation Assistance
pertukaran gas b.d 3x24 jam, terdapat perbaikan oksigenasi jaringan. 1. Pertahankan kepatenan airway
perubahan 2. posisikan klien untuk mengurangi
membrane kapiler NOC dispnea
1. Cardiopulmonary Status. 3. posisikan untuk meringankan
2. Respiratory status respirasi klien ( meninggikan bed)
No Indikator 1 2 3 4 5 4. monitor efek dari posisi terhadap
1 RR saturasi Oksigen
5. auskultasi suara nafas
2 Saturasi Oksigen 6. monitor otot bantu nafas.
7. monitor status respirasi dan
3 Tekanandarah oksigen
sistole dan diastole 8. ajarkan teknik pursed lip-breathing
9. ajarkan pola nafas efektif.
Keterangan Penilaian :
1 : Severe deviation from normal range.
2 : Substantial deviation from normal range.
3 : Moderate deviation from normal range.
4 : Mild deviation from normal range.
5 : No deviation from normal range.
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Standart Intervensi TT
Dx Keperawatan
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Activity Theraphy
b.d 3x24 jam, kemampuan aktifitas klien membaik 1.1 Monitoring kemampuan pasien untuk
ketidakseimbangan NOC melakukan aktivitas spesifik seperti
pemenuhan O2 1. activity tolerance duduk di tempat tidur, berjalan, buang
terhadap No Indikator 1 2 3 4 5 air kecil di kamar mandi.
kebutuhan tubuh. 1 TD 1.2 Bantu pasien dan keluarga
mengidentifikasi ketidakadekuatan
2 RR aktifitas.
1.3 Bantu pasien untuk mengembangkan
3 Nadi dengan motivasi dan berikan pujian.
aktifitas
4. 2. Energy management
Kemampuan 2.1 Monitor status fisiologis pasien seperti
beraktifitas TTV (nadi, TD, RR) yang
mengindikasikan kelelahan.
Keterangan Penilaian : 2.2 Monitor respon kardio respirasi
1 : Severe deviation from normal range. terhadap aktivitas seperti adanya
2 : Substantial deviation from normal range. takikardi, disritmia, gelompang EKG,
3 : Moderate deviation from normal range. dispeneu, sesak, RR
4 : Mild deviation from normal range.
5 : No deviation from normal range.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A. 2010. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Bakta, I M. dan Suastika, I K. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Eliastam, M., Sternbach, L. S., dan Bresler, M. J. 1998. Penuntun Kedruratan Medis. Jakarta:
EGC.
National Heart, Lung, and Blood Institute. 2011. What is Cardiogenic Shock? (Online)
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/shock (Diakses 26 September
2015).
Smeltzer, S. C. dan Bare, B. G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Mayoclinic. 2014. Diseases and Conditions: Cardiogenic Shock Treatments and Drugs (Online)
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cardiogenic-
shock/basics/treatment/con-20034247 (Diakses 26 September 2015).
Panja, M., Panja, M., Madal, S., dan Kumar, D. 2010. Cardiogenic shock-management,
Medicine Update, 20 (3): 301-308.
PATHWAY

Anda mungkin juga menyukai