Anda di halaman 1dari 36

MATERI TRAINING

R & D Product
Management

Training Development Dept.


2019
Cirebon
2019
BAB 1
Research & Development Product

1. Pemahaman R & D

1.1 Pengertian R&D Produk

Penelitian dan pengembangan Produk adalah salah satu cara di mana suatu bisnis
dapat mengalami pertumbuhan di masa depan dengan mengembangkan produk baru untuk
meningkatkan dan memperluas operasi mereka. Dengan kata lain bahwa R&D Produk ini
merupakan tahap awal dan tahap eksplorasi yang harus dilakukan oleh sebuah lembaga /
perusahaan dengan melakukan riset dan pengembangan serta pengujian pada suatu produk
dan layanan untuk mengetahui seberapa efektif bagi perusahaan, sesuai dengan bidang kerja
perusahaan tersebut.

Hasil dari penelitian pengembangan ini tidak hanya untuk pengembangan sebuah
produk yang sudah ada saja, melainkan juga untuk menemukan suatu pengetahuan atau
jawaban atas permasalahan praktis. Dalam konteks bisnis, R&D sendiri merujuk pada
aktivitas yang berorientasi pada komersial untuk jangka panjang, baik dalam bidang ilmu
maupun teknologi. Dengan R&D, perusahaan bisa dengan mudah mengembangkan dan
melakukan pengujian suatu produknya. Terlebih jika ada masalah pada produk yang
dirancangnya.

1.2 Dasar R&D Produk

Penelitian dan pengembangan ( R & D ) pada dasarnya merupakan metode


penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan penelitian terapan.
Sering dihadapi adanya kesenjangan antara hasil-hasil penelitian dasar yang bersifat teoritis
dengan penelitian terapan yang bersifat praktis. Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau
disambungkan dengan penelitian dan pengembangan.
Sesuatu produk yang baik yang akan dihasilkan apakah itu perangkat keras atau
perangkat lunak, memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut
merupakan perpaduan dari sejumlah konsep, prinsip, asumsi, hipotesis, prosedur berkenaan
dengan sesuatu hal yang telah ditemukan atau dihasilkan dari penelitian dasar. Penerapan dari
produk-produk penelitian dan pengembangan diteliti dengan menggunakan penelitian
terapan. Dengan demikian, ketiga jenis penelitian ini terkait dan saling dukung satu sama
lain.

Penelitian yang menghubungkan antara penelitian dasar dan penelitian terapan adalah
penelitian dan pengembangan (R & D). Penelitian dan pengembangan bukanlah pengganti
penelitian dasar dan penelitian terapan, tetapi ketiga penelitian ini diperlukan untuk
mengadakan perubahan.

1.3 Tugas R&D Departemen

Bagian Research & Development (R&D) di suatu perusahaan bertanggung jawab


untuk segala aktivitas riset dan pengembangan di perusahaan tersebut. diantaranya :

1. Melakukan riset & tanggung jawab

Bagian R&D bertanggung jawab untuk memastikan kualitas performansi dalam


perusahaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Dan juga bertanggung
jawab pada semua sektor berkaitan dengan aktivitas riset dan pengembangan di perusahaan
tersebut.

2. Mengelola Dana

Bagian R&D biasanya bertanggung jawab mengelola sejumlah dana tertentu yang
telah dianggarkan perusahaan untuk riset dan pengembangan.
3. Melakukan Testing

Bagian R&D juga bertanggung jawab untuk memastikan kualitas performansi


berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. R&D melakukan test dan tak
jarang membuat alat test sendiri dan terus mengembangkan teknologi baru untuk
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan perusahaan.

4. Berkomunikasi dengan pihak luar

R&D juga merupakan bagian yang bertanggung jawab untuk berkomunikasi dan
memberikan pelayanan apabila pihak luar hendak melakukan kerjasama dengan perusahaan
tersebut berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa untuk aktivitas riset dan pengembangan
perusahaan.

Secara umum, demikianlah tugas dan tanggung jawab bagian R&D. Di dalam setiap
perusahaan dapat terjadi variasi tergantung dari jasa yang ditawarkan masing-masing
perusahaan serta ukuran perusahaan tersebut.

Jad secara umum, divisi R&D dalam perusahaan memiliki fungsi untuk melakukan penelitian
dan mengembangkan penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan menyangkut semua
kebutuhan perusahaan yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian
dilakukan untuk mengetahui produk yang dibutuhkan masyarakat, atau persepsi masyarakat
mengenai suatu produk. Hasil dari penelitian tersebut digunakan untuk menciptakan sistem
baru yang lebih baik bagi perusahaan.

2. Produk Development Management


2.1 Tujuan Pengembangan Produk

Suatu perusahaan yang melakukan pengembangan terhadap produknya terlebih


dahulu harus menyadari apa tujuan dilakukannya pengembangan tersebut dan bagaimana
proses pengembangan produk tersebut dilaksanakan sehingga dapat mencapai sasaran yang
diinginkan. Untuk memperoleh laba yang diinginkan melalui volume penjualan yang
ditingkatkan suatu perusahaan harus memperbaiki maupun menambah produk-produk yang
dihasilkan berdasarkan atas dua fungsi dasar yaitu pemasaran dan inovasi produk. Produk
baru secara keseluruhan, misalnya produk baru di rancang untuk menjaga posisi perusahaan
dalam pangsa pasar, atau untuk menjaga posisi perusahaan untuk mengembalikan investasi
disaat merintis posisi dalam pasar baru, sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan
pengembangan produk yang dilaksanakan oleh perusahaan.

Umumnya tujuan yang ingin di capai dari penciptaan produk baru adalah:

a. Untuk memenuhi kebutuhan baru dan memperkuat reputasi perusahaan sebagai investor,
yaitu dengan menawarkan produk yang lebih baru dari pada produk sebelumnya.

b. Untuk mempertahankan daya saing terhadap produk yang sudah ada, yaitu dengan jalan
menawarkan produk yang dapat memberikan jenis kepuasan yang baru. Bentuknya bisa
bertambah terhadap lini produk yang sudah ada maupun revisi terhadap produk yang telah
ada.

Pengembangan produk baru tidak terlepas dari biaya ketidakpastian, dan kegagalan.
Menurut Cooper(1993), mayoritas program pengembangan produk gagal mencapai pasar
sasaran dari produk baru yang benar-benar bisa mencapai pasar, sekitar 35% diantarannya
mengalami kegagalan. Oleh sebab itu, ketika sebelum perusahaan menetapkan tujuan untuk
mengembangkan produk baru perusahaan membutuhkan proses dan alat analisis yang cermat
dan andal dalam rangka pengembangan produk baru.tersebut.

Konsep produk baru dari dua perspektif, yakni :

 Baru bagi pasar (new to market) yang mengandung arti belum ada perusahaan yang
memproduksi atau memasarkan produk tersebut sebelumnya.

 Baru bagi perusahaan bersangkutan (new to deferm) artinya perusahaan-perusahaan


lain sudah membayarkan produk tersebut tetapi perusahaan bersangkutan belum
memasarkannya.

2.2 Bentuk Pengembangan Produk

Setelah kita mengetahui tujuan dari pengembangan produk yang akan kita
kembangkan. Maka kita juga harus tahu bentuk dari pengembangan produk itu sendiri.
Macam bentuk pengembangan produk yang perlu dikembangkan oleh perusahaan ada 3
macam menurut Prawiradijaya, yaitu :
a. Initial Development

Suatu usaha penggunaan barang sehingga mempunyai tingkat penggunaan yang lebih
tinggi dari tingkat sebelumnya.

b. Improvement Development

Adalah setiap perubahan barang yang berakibat barang tersebut mampu memenuhi
kebutuhan konsumen atau merupakan perubahan suatu barang pada wujud atau bentuk yang
lebih disukai konsumen.

c. New Use Application

Adalah merupakan suatu penggunaan barang dengan cara meningkatkan guna barang
tersebut. Penggunaan barang dalam bermacam-macam variasi adalah merupakan ciri dalam
pengembangan produk.

Dari bentuk pengembangan produk baru ini dibagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu
klasifikasi berdasarkan pengembangannya dan klasifikasi berdasarkan fungsinya dalam
strategi pemasaran.

a. Klasifikasi Produk Baru Berdasarkan Pengembangannya

 Produk Inovasi

Adalah produk dengan inovasi terbaru dan berbeda dengan produk sebelumnya. Produk-
produk dengan inovasi terbaru dapat dengan baik memulai daur hidupnya. Namun
pengembangan produk dengann menggunakan jalan inovasi ini sendiri memiliki resiko yang
tinggi tentunya memerlukan banyak investasi uang, waktu dan sumber-sumber lainnya dari
perusahaan tersebut. Contoh mesin cuci, mesin fax dan microwave.

 Produk Modifikasi

Produk yang telah ada sebelumnya di modifikasi sedemikian rupa, namun dalam hal ini
memodifikasi betul-betul dapat mendatangkan laba namun tidak beresiko tinggi.
 Produk Daur Ulang

Disebut dengan istilah produk daur ulang adalah produk yang telah beredar sebelumnya
namun ada pembaharuan baik dari nama produk itu sendiri. Misalnya saja kita telah
mengetahui sebelumnya mengenai produk makanan cepat saji, namun bagi perusahaan
tertentu seperti Mc. Donald hal ini adalah jenis usaha baru.

b. Klasifikasi Produk Baru Berdasarkan Fungsinya dalam Strategi Pemasaran

 Sebagai identitas baru

Dalam perusahaan biasanya produk baru tersebut memberikan identitas baru bagi perusahaan
tertentu sehingga perusahaan tersebut dikenal konsumennya sebagai perusahaan yang
memproduksi barang tersebut. Misalnya Seiko, konsumen akan mengenal perusahaan
tersebut sebagai perusahaan yang memproduksi jam.

 Sebagai penambah varietas baru

Perusahaan dapat memproduksi produk baru dengan cara menciptakan rasa baru, ukuran yang
baru dan model yang baru. Hal ini memungkinkan perusahaan dapat mempertahankan
existensinya dalam dunia bisnis.

 Sebagai ukuran kecanggihan teknologi

Dengan menggunakan strategi ini, perusahaan dapat meningkatkan penjualan produk baru di
pasaran misalnya saja penjualan komputer, tingkat kecanggihan komputer selalu berubah dan
semakin canggih.

 Sebagai produk Franchise

Dengan cara ini, perusahaan memproduksi produk tertentu dan memperluas penyebarannya
dengan sistem franchise, yaitu dengan menambah cabang baru untuk memasarkan produk
tersebut.
2.3 Faktor Pengembangan Produk

Salah satu alasan dasar sebuah perusahaan mengembangkan produk baru adalah untuk
menggantikan item-item yang telah kehilangan minat dari konsumen. Pengenalam item baru
membantu meningkatkan pendapatan dan keuntungan bagi perusahaan. Tentunya dalam
pengembangan sebuah produk sangat dipeharuhi oleh beberapa faktor yaitu faktor pendorong
dan faktor penghambat.

1. Faktor Pendorong

Ada beberapa faktor yang mendorong perusahaan untuk melakukan pengembangan


produk, faktor-faktor ini harus dipertimbangkan agar terlaksananya pengembangan produk
yang berhasil. Apabila dalm situasi persaingan yang ketat perusahaan tidak melakukan usaha
pengembangan produk, maka akan menghadapi resiko yang besar, sehingga akan kehilangan
pasar dan pelanggan potensial.

Menurut William J. Stanton, faktor-faktor yang mendorong perusahaan melakukan


pengembangan produk ada 6 diantaranya :

a. Perkembangan Teknologi : Perkembangan teknologi yang pesat memungkinkan


terciptanya sarana produksi yang baru untuk dimanfaatkan oleh perusahaan untuk membuat
dan menyempurnakan produk, sehingga kualitas produk menjadi lebih baik dan jumlah
produksi yang diperoleh akan dapat ditingkatkan.

b. Perubahan Selera Konsumen : Perubahan ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan,


tingkat perkembangan penduduk, tingkat pendidikan, serta kesetiaan konsumen terhadap
produk yang bersangkutan.

c. Persaingan : Adanya persaingan yang kuat di antara perusahaan yang sejenis akan
menyebabkan perusahaan berusaha untuk selalu mengembangkan produknya dengan harapan
dapat menyaingi volume produksi pesaing.

d. Adanya Kapasitas Produk Berlebihan : Dengan meningkatkan kapasitas mesin-mesin


yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan berusaha untuk menggunakan kelebihan
kapasitas tersebut dengan jalan memproduksi perusahaan.
e. Siklus Hidup Produk yang Pendek : Siklus kehidupan produk yang pendek mendorong
perusahaan untuk terus mengembangkan produknya, sehingga konsumen tidak bosan dengan
produk-produk yang diproduksi perusahaan.

f. Adanya Keinginan untuk Meningkatkan Laba : Perusahaan mempunyai keinginan


untuk memperkuat posisi produknya di pasar, serta untuk memperluas pasar.

2. Faktor Penghambat

Adapun faktor-faktor yan menghambat dalam melakukan pengembangan produk baru


menurut Philip Kotler yaitu:

a. Kekurangan gagasan : kurangnya ide / inovasi mengenai produk baru yang penting di
bidang tertentu. Mungkin hanya ditemukan sedikit cara untuk memperbaiki beberapa produk
dasar.

b. Pasar yang terbagi-bagi: persaingan yang ketat menyebabkan pasar menjadi terbagi-bagi
(market frugmentation). Perusahaan harus mengarahkan produk baru ke segmen pasar yang
lebih kecil, dan hal ini berarti penjuaan dan laba yang lebih rendah untuk tiap produk.

c. Kendala sosial dan pemerintah: produk baru harus memenuhi kriteria seperti keamanan
konsumen dan keseimbangan lingkungan.

d. Mahalnya proses pengembangan produk baru: sutau perusahaan pada umumnya harus
menciptakan berbagai gagasan tentang produk baru untuk menentukan hanya satu produk
yang layak dikembangkan.

e. Kekurangan modal: beberapa perusahaan yang memiliki gagasangagasan yang baik tidak
dapat mengumpulkan dana yang diperlukan untuk melakukan riset dan meluncurkan produk
baru.

f. Waktu pengembangan yang lebih singkat: perusahaan-perusahaan yang tidak dapat


mengembangkan produk-produk baru secara cepat akan berada di pihak yang tidak memiliki
keunggulan.

g. Siklus hidup produk yang lebih singkat: ketika suatu produk baru berhasil, pesaing
dengan cepat akan meniru.
BAB II

Proses & Strategi Pengembangan Produk

1. New Product Development Process


Menciptakan produk baru membutuhkan ide dan berbagai kreativitas yang tidak bisa
dianggap main-main. Butuh berbagai tahapan hingga akhirnya suatu organisasi atau
perusahaan mampu menciptakan pengembangan untuk produk baru yang bisa diterima oleh
masyarakat. Pengembangan untuk produk baru itu sendiri merupakan suatu hasil inovasi yang
mana keberhasilannya akan sangat ditentukan oleh kualitas dari produk yang dikembangkan.
Melalui beberapa proses penting untuk pengembangan produk baru, pastinya sangat bagus
untuk menjadi referensi dalam menciptakan suatu inovasi produk unggulan.
Perusahaan banyak yang menghadapi sebuah masalah, dimana mereka harus
menciptakan produk baru, tetapi kemungkinan berhasil sukses terhadap produk tersebut
sangat kecil. Secara keseluruhan, untuk menciptakan produk baru yang berhasil. Perusahaan
harus memahami pelanggannya, pasar, pesaing, serta pengembangan produk yang
memberikan nilai unggul bagi pelanggan. Perusahaan harus mempunyai rencana produk baru
yang kuat dan mempersiapkan proses pengembangan produk baru yang sistematis.
Menurut Kotler, langkah-langkah atau proses penting dalam pengembangan produk adalah
sebagai berikut :

1. Pemunculan gagasan (idea generation)

Pengembangan baru dimulai dengan penelitian terhadap berbagai gagasan produk


baru. Pemunculan gagasan baru harus sesuai dengan jenis usaha perusahaan dan konsumen
sebagai salah satu sumber yang paling logis untuk mencari gagasan-gagasan produk baru.
Sumber utama dari penciptaan ide termasuk sumber internal dan sumber eksternal seperti
konsumen, pesaing, distributor,dan pemasok, dll.

 Sumber Internal : Menggunakan sumber internal, perusahaan dapat menemukan ide


melalui riset dan pengembangan secara formal. Perusahaan mengadakan riset dan
pengembangan resmi, memilih ide dari karyawan mereka, dan mengadakan tukar
pikiran dalam rapat eksekutif

 Sumber Eksternal : Perusahan juga dapat mengambil keuntungan ide produk baru dari
beberapa sumber eksternal. Contohnya distributor dan pemasok. Distributor dekat
dengan pasar dan dapat menyalurkan informasi tentang konsumen dan kemungkinan
produk baru. Pemasok dapat memberitahukan perusahaan tentang konsep, teknik, dan
bahan baru yang dapat digunakan untuk mengembangkan produk baru. Pesaing juga
merupakan sumber yang penting. Perusahaan memperhatikan iklan pesaing untuk
mendapatkan petunjuk tentang produk baru dari mereka. Perusahaan melacak
penawaran pesaing dan menginspeksi produk baru, memilah produk, menganalisis
kinerja produk, dan memutuskan apakah mereka akan memperkenalkan produk yang
sama atau produk yang lebih baik.

2. Penyaringan Gagasan ( Idea Screening )

Tujuan penyaringan adalah mengurangi banyaknya gagasan dengan mencari dan


menghilangkan gagasan buruk sedini mungkin dengan kata lain perusahaan harus bisa
mengurangi jumlah ide-ide yang ada. Biaya pengembangan produk meningkat pesat pada
tahap selanjutnya, sehingga perusahaan ingin maju hanya dengan ide produk yang dapat
menjadi produk yang menguntungkan.

Banyak perusahaan menginginkan eksekutifnya untuk menulis ide produk baru pada
format standar yang dapat ditinjau oleh komite produk baru. Tulisan tersebut menjelaskan
produk, pasar sasaran, dan persaingan. Format itu mencakup perkiraan kasar dari ukuran
pasar, harga produk, waktu dan biaya pengembangan, biaya produksi dan tingkat
pengembaliannya. Komite kemudian mengevaluasi ide tersebut terhadap serangkaian kriteria
umum.

3. Pengembagan dan pengujian Konsep ( Concept Development and Testing )

Suatu ide atau gagasan yang lolos penyaringan selanjutnya dikembangkan menjadi
beberapa alternatif konsep produk. Dalam hal ini, konsep produk berbeda dengan gagasan
produk dan citra produk. Suatu konsep produk adalah versi terinci dari ide yang diungkapkan
dalam istilah konsumen yang punya arti. Sedangkan suatu citra produk (image) adalah
gambaran khusus yang diperoleh dari produk nyata atau calon produk.

Suatu gagasan produk adalah gagasan bagi kemungkinan produk yang oleh
perusahaan dianggap bisa ditawarkan ke pasar. Pada dasarnya konsumen tidak membeli
gagasan dari suatu produk melainkan konsep dari produk tesebut. Dari berbagai konsep
produk yang ada kemudian dilakukan pengujian yang pada akhirnya di pilih konsep produk
yang paling tepat.

4. Pengembangan strategi pemasaran (marketing strategy development)

Setelah pengembangan dan pengujian konsep, tahap selajutnya ialah Pengembangan


Strategi pemasaran, merancang strategi pemasaran awal untuk memperkenalkan produk ke
pasar. Pernyataan strategi pemasaran terdiri dari tiga bagian untuk memperkenalkan produk
ke pasar. Bagian pertama menjelaskan ukuran, struktur, dan tingkah laku pasar sasaran,
penempatan produk yang telah direncanakan, penjualan, bagian pasar, serta sasaran
keuntungan yang hendak dicari pada beberapa tahun pertama. Bagian kedua dari pernyataan
strategi pemasaran menguraikan harga produk yang direncanakan, strategi distribusi, dan
biaya pemasaran selama tahun pertama. Bagian ketiga menjelaskan penjualan jangka panjang
yang direncanakan, serta sasaran keuntungan dan strategi bauran pemasaran selama ini.

5. Analisis usaha (business analysis)

Bila manajemen telah menentukan konsep produk dan strategi pemasaran, perusahaan
bisa mengevaluasi daya tarik usulan usaha itu. Adapun cara mengevaluasi usulan dengan cara
membuat suatu perkiraan tentang tingkat penjualan, biaya produksi, dan keuntungan yang
diharapkan sesuai dengan sasaran peruahaan. Analisis usaha biasanya selalu berubah-ubah
dalam melakukan perbaikan, jika didapatkan informasi yang baru, sehingga perkiraan yang
dibuat semakin mendekati kebenaran. Manajemen harus menilai penjualan, biaya, dan
perkiraan laba untuk menentukan apakah mereka telah memenuhi tujuan perusahaan. Jika
telah memenuhi, produk bisa bergerak maju ke langkah pengembangan produk.

6. Pengembangan produk (product development)

Bila konsep produk lolos dari uji analisis usaha, konsep itu lalu menuju riset dan
pengembangan dan/atau rekayasa untuk dikembangkan menjadi produk fisik. Bagian riset
dan pengembangan membuat satu atau beberapa versi bentuk fisik dari konsep produk agar
bisa menemukan sebuah prototipe yang memenuhi konsep produk dan dapat diproduksi
dengan biaya produksi yang telah dianggarkan. Prototipe ini dapat menjadi sangat mahal,
yang sering kali memerlukan peralatan dan pengembangan komponen yang ekstensif.

7. Pengujian pasar (market testing)

Pengujian pasar ialah keadaan dimana produk dan program pemasaran diperkenalkan
kepada kalangan konsumen yang lebih otentik untuk mengetahui bagaimana konsumen dan
penyalur mengelola, memakai, dan membeli-ulang produk itu dan seberapa luas pasar yang
dimilikinya. Test pemasaran memberikan pemasar pengalaman dalam memasarkan produks
ebelum menuju pengenalan secara penuh. Hal ini membuat perusahaan mengugi produk dan
keseluruhan program pemasaran yang ada. Karena kampanye untuk promosi dan saluran
distribusi harus ditetapkan untuk uji pasar, tahap ini menjadi cukup mahal.

8. Komersialisasi (Commercialization)

Tahap komersialisasi menyangkut perencanaan dan pelaksanaan strategi peluncuran


(launching strategy) produk baru ke pasar. Dalam melemparkan suatu produk, perusahaan
harus memutuskan: kapan, dimana, pada siapa, dan bagaimana produk baru tersebut akan
diluncurkan ke pasar. Ketika perusahan menuju tahap ini, mereka akan menghadapi biaya
yang amat tinggi seperti biaya promosi pada billboard, dan pengiklanan rutin lainnya.
Perusahaan juga harus memperhatikan pemilihan waktu ketika memperkenalkan produk.
Disamping itu mereka juga harus memutuskan untuk memilih dimanakah produk akan
diperkenalkan. Entah dipasar lokal, nasional, maupun internasional.

2. Strategi Pengembangan Produk

Dalam melakukan pengembangan produk baru, perusahaan menghadapi berbagai


kendala. Untuk menghadapi kendala-kendala tersebut maka perusahaan harus mempunyai
seperangkat startegi dalam menghadapi setiap perubahan bisnis yang mungkin terjadi.
Menurut Philip Kotler ada tiga macam strategi di dalam pengembangan produk:

a. Strategi peningkatan kwalitas (quality improvement) Strategi ini bertujuan untuk


meningkatkan kinerja fungsional produk, daya tahan, keandalan, kecepatan, rasa, dll.
b. Strategi peningkatan keistimewaan (feature improvement) Strategi ini bertujuan untuk
menambah keistimewaan baru (seperti ukuran, berat, bahan, kelengkapan tambahan,
aksesoris) yang mempeluas keanekaragaman, keamanan atau kenyamanan produk.

c. Strategi peningkatan gaya (style improvement) Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan
daya tarik astetis suatu produk, seperti perusahaan memperkenalkan variasi warna, dan
tekstur serta sering merubah gaya kemasan.

2.1 Siklus Hidup Produk (Product Life cycle)

Selain strategi pengembangkan produk dari Philip Kotler, ada satu hal penting yang
harus kita ketahui sebelum mengembangkan sebuah produk baru, yaitu Siklus Hidup Produk
itu sendiri. Siklus hidup produk (Product life cycle) adalah suatu konsep penting yang
memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan
manusia, suatu produk juga memiliki siklus atau daur hidup.

Pada prinsipnya, Hampir setiap produk di dunia ini mengalami Siklus Hidup Produk.
Namun jangka waktu siklus hidup produk pada setiap produk tersebut berbeda-beda, ada
yang cepat hilang, ada juga yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama.
Apalagi pada produk-produk yang berorientasi pada Teknologi seperti pada produk-produk
Elektronika (Ponsel, Komputer, Televisi), Siklus Hidup suatu produk akan semakin terasa.
Mungkin banyak diantara kita yang kurang memperhatikannya, namun itulah yang sering
terjadi di kehidupan kita.

Oleh karena itu, mengerti dan memahami konsep Siklus Hidup Produk atau Product
Life Cycle ini merupakan suatu hal yang penting bagi setiap produsen untuk memproduksi
dan memasarkan produknya. Pada dasarnya, Siklus Hidup Produk adalah tahapan-tahapan
proses perjalanan hidup suatu produk mulai dari diperkenalkannya kepada pasar (market)
hingga pada akhirnya hilang dari pasaran. Untuk memperpanjang umur hidup suatu produk,
produsen harus bekerja keras melakukan berbagai strategi agar produknya dapat bertahan
lebih lama lagi di pasar (market).

2.1.1 Tahapan-Tahapan ( Product Life cycle )


Setiap produk mempunyai masa daur hidup yang berbeda, terdapat kenaikan maupun
penurunan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut merupakan tahapan-
tahapan siklus hidup sebuah produk, yaitu :
1. Tahap Perkenalan (introduction).
Tahap Pegenalan merupakan tahap dari siklus hidup produk di mana produk baru
pertama kali didistribusikan dan tersedia untuk dibeli (produk pertama kali diluncurkan).
Pada tahap ini, keuntungan masih negative atau rendah karena penjualan yag rendah dan
pengeluaran distribusi dan produksi yang tinggi. Pengeluaran yang ada pada tahap ini terkait
dengan biaya untuk menarik distributor, membangun persediaan, dan biaya promosi.
Perusahaan biasanya memfokuskan penjualan mereka pada pembeli yang siap untuk
membeli.
Pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume
penjualannya belum tinggi. Barang yang di jual umumnya barang baru (betul-betul baru)
Karena masih berada pada tahap permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi
terutama biaya periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan
menitikberatkan pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas
dan laba yang diperoleh masih rendah.
Sebagai perintis pasar seharusnya dapat memilih stategi peluncuran yang konsisten
dengan postioning produk yang direncanakan. Pada saat perusahaan perintis bergerak menuju
tahap berikutnya dari siklus hidup, ia harus senantiasa memformulasikan harga baru, promosi
dan strategi pemasaran lainnya. Apabila perusahaan dapat memasang strategi yang baik sejak
awal maka ia dapat mempertahankan dan membangun kepemimpinan pasarnya.

2. Tahap pertumbuhan (growth).


Tahap pertumbuhan merupakan tahap siklus hidup produk di mana penjualan produk
mulai menanjak dengan cepat. Pengguna awal akan melanjutkan pembelian da pembeli
selanjutnya akan memulai mengikuti langkah mereka, terutama bila mereka mendengarkan
pembicaraan dari mulut-mulut yang bagus. Pada saat ini perusahaan berkesempatan
memperkenalkan fitur baru produk dan pasar juga akan mengalami perkembangan. Di tahap
ini juga terjadi peningkatan persaingan dan penjualan, namun harga akan tetap atau turun
sedikit.
Dalam tahap pertumbuhani penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat. Karena
permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan,
maka usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Di
sini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain
yang dapat dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya adalah dengan
menurunkan harga jualnya.
Keuntungan meningkat selama tahap pertumbuhan karena biaya promosi tersebar
pada volume yang besar dan biaya produk per unit turun. Kualitas produk pun juga akan ikut
ditingkatkan oleh perusahaan. Tahap ini perusahaan berusaha untuk mengalihkan beberapa
iklan dari membangun kesadaran produk menjadi membangun keyakinan dan pembalian
produk, serta menurunkan harga pada saat yang tepat untuk menarik pembeli yang lebih
banyak.

3. Tahap kedewasaan (maturity)


Tahap kedewasaan adalah tahap siklus hidup produk di mana petumbuhan penjualan
mulai melambat dan menurun. Tahap kedewasaan ini biasanya bertahan lebih lama daripada
tahap sebelumnya, dan memberikan tantangan yang kuat kepada manajemen pemasaran.
Melambatnya pertumbhan penjualan mengakibatkan banyak produsen mempunyai banyak
produk untuk dijual, kelebihan kapasitas ini akan memicu persaingan yang lebih besar lagi.
Pesaing biasanya menurunkan harga, menambah ilan dan promosi penjualan, serta
meningkatkan anggaran R&D mereka untuk menemukan versi yang lebih baik dari produk
tersebut. Hal-hal ini akan menyebabkan penurunan keuntungan.
Walaupun banyak produk dalam tahap kedewasaan ini terlihat stagnan untuk waktu
yang lama, produk yang paling sukses akan berevolusi untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan keinginan pelanggan. Manajer produk harus melakukan sesuatu yang lebih
daripada hanya mengikuti atau mempertahankan produk mereka yang telah dewasa. Yang
harus diperhatikan adalah modifikasi pasar, produkm dan bauran pemasaran.
Dalam memodifikasi pasar, perusahaan berupaya untuk meningkatkan konsumsi dari
produk yang telah ada. Perusahaan dapat mencari pengguna baru dan segmen pasar baru atau
mencari jalan untuk meningkatkan pemakaian di antara pelanggan yang ada..
Selain memodifikasi pasar, perusahaan juga dapat mencoba memodifikasi produk,
yaitu mengubah karakteristik seperti kualitas, fitur, gaya, atau kemasan untuk menarik
pengguna baru dan menginspirasi kegunaan yang lebih bnyak. Perusahaan juga dapat
meningkatkan kualitas dan kinerja produk yang terkait dengan kekuatan, kehandalan,
kecepatan, dan rasanya
Adapun perusahaan mencoba untuk memodifikasi bauran pemasaran yaitu
meningkatkan penjualan dengan mengubah satu atau lebih elemen bauran pemasaran.
Perusahaan dapat melakukan pemotongan harga untuk menarik pengguna baru dan pelanggan
pesaing. Selain itu, perusahaan juga dapat meluncurkan kampanye iklan yang lebih baik dan
menggunakan promosi penjualan yang lebih agresif berupa perjanjian dagang, pengurangan
harga, pembelian premium, atau mengadakan kontes. Terakhir, perusahaan dapat
menawarkan layanan baru atau yang telah ditingkatkan para pembeli.
4. Tahap kemunduran (decline)
Tahap penurunan adalah tahap dari siklus hidup produk di mana penjualan produk
menurun. Penurunan penjualan dapat terjun menjadi nol, atau mereka dapat menurunka harga
hingga tingkat yang rendah dimana penurunan tersebut berlanjut untuk tahun-tahun
kemudian. Penurunan penjualan disebabkan oleh banyak alasan, termasuk kemajuan
teknologi, pergeseran selera konsumen, dan meningkatnya persaingan.
Perusahaan yang masih bertahan pada tahapan ini dapat meninggalkan segmen pasar
yang lebih kecil dan saluran perdagangangan marjinal, atau mereka dapat memotong
anggaran promosi dan mengurangi harga mereka lebih jauh lagi. Dalam tahap ini, barang
baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun
jumlah pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena
permintaan sudah jauh menurun.Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan tanpa
mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu
yang sangat terbatas
Membawa produk yang lemah dapat menjadi sangat mahal bagi perusahaan. Hal ini
dikarenakan produk yang lemah menggambil waktu manajemen yang terlalu banyak, produk
ini sering membutuhkan penyesuaian harga dan persediaan. Mempertahankan produk yang
lemah juga menghambat pencarian pengganti, menciptakan bauran pemasaran yang lemah,
merusak keuntungan saat ini, dan memperlemah kedudukan perusahaan di masa yang akan
datang.
Perusahaan perlu memberikan perhatian lebih bagi produk mereka yang sudah menua.
Tugas perusahaan pertama-tama adalah mengidentifikasi produk-produk yang berada dalam
tahap penurunan dengan rutin meninjau penjualan, pangsa pasar, biaya dan tren keuntungan.
Kemudian pihak manajemen harus memutuskan untuk memelihara, memanen, atau
membuang produk-produk yang menurun ini. Strategi yang diambil haruslah
dipertimbangkan dengan benar dan jangan sampai menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Adapun Altematif-alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen pada saat
penjualan menurun antara lain:
a. Memperbarui barang (dalam arti fungsinya).
b. Meninjau kembali dan memperbaiki progrcm pemasaran serta program produksiny a agar
lebih efisien.
c. Menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik.
d. Menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba optimum pada barang yang
sudah ada.
e. Meninggalkan sama sekali barang tersebut.
Atas dasar kondisi pada masing-masing tahap tersebut perusahaan dapat menyusun
strategi pemasaran yang sesuai. Perbedaan setiap tahap dalam daur hidup produk itu
memerlukan strategi pemasaran yang berbeda pula. Strategi pemasaran yang dikembangkan
didasarkan pada variabel bauran pemasaran dengan penekanan khusus pada salah satu
variabel tertentu. Pada tahap perkenalan lebih diutamakan promosi, pada tahap pertumbuhan
lebih diutamakan distribusi, pada tahap kedewasaan lebih diutamakan harga, dan pada tahap
penurunan lebih diutamakan pengurangan biaya.

BAB III
Analisis dan Riset
1. Analisis Konsumen

Saat ini konsumen begitu dimanjakan dengan berbagai produk yang dapat dipilih
untuk memenuhi kebutuhan. Era produsen mengendalikan konsumen telah berlalu dan telah
digantikan dengan era dimana konsumen memegang kendali. Konsumen yang mendikte
produk apa yang seharusnya diproduksi oleh perusahaan. Perusahaan harus berfokus pada
konsumen, konsumen adalah bagian terpenting dari perusahaan. Oleh karena itu perusahaan
perlu mengerti bagaimana konsumenya berperilaku. Pada dasarnya perilaku konsumen
merupakan tindakan atau perilaku, termasuk di dalamnya aspek-aspek yang mempengaruhi
tindakan itu, yang berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan produk (barang dan jasa)
guna memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen melibatkan interkasi antara pengaruh
(afeksi) dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar.

Untuk memahami konsumen dalam hal penelitian dan pengembangkan produk,


perusahaan harus bisa memahami apa yang dipikirkan (kognisi), apa yang dirasakan (afeksi)
dan apa yang mereka lakukan serta kejadian sekitar yang mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen. Perilaku konsumen adalah
dinamis artinya bahwa seorang individu konsumen, suatu komunitas konsumen, atau
masayarakat luas akan selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini berdampak tidak
hanya pada studi perilaku konsumen itu sendiri akan tetapi juga pada pengembangan strategi
pemasaran dan juga pengembangan produk yang akan dikembangkan dimasa depan.

1.1 Perilaku Konsumen


Perilaku konsumen merupakan suatu proses yang berkaitan erat dengan proses
pembelian, pada saat konsumen melakukan aktifitas-aktifitas seperti melakukan pencarian,
penelitian, dan pengevaluasian produk. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang
mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Yang termasuk ke dalam perilaku
konsumen selain mengenai kualitas produk, juga meliputi harga produk atau jasa tersebut.
Jika harga suatu produk tidak terlalu tinggi, maka konsumen tidak akan terlalu lama
membutuhkan waktu untuk memikirkan dan melakukan aktifitas perilaku konsumen. Namun
jika harga suatu barang atau jasa tersebut bisa dibilang tinggi, atau mahal, maka konsumen
tersebut akan memberikan effort lebih terhadap barang tersebut. Pembeli tersebut akan
semakin lama melakukan perilaku konsumen, seperti melihat, menanyakan, mengevaluasi,
dan mempertimbangkan.
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan
produk dan jasa, termasuk didalamnya adalah proses keputusan yang mengawali serta
mengikuti tindakan pembelian tersebut. Tindakan tersebut adalah terlibat secara langsung
dalam proses memperoleh, mengkonsumsi bahkan membuang atau tidak jadi menggunakan
suatu produk atau jasa tersebut. Sedangkan Menurut The American Marketing Association
Perilaku konsumen adalah proses membagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran,
perilaku dan lingkungan dimana seseorang melakukan pertukaran aspek kehidupannya.

1.1.1 Pengambilan Keputusan Konsumen

Pemahaman kebutuhan dan proses pembelian konsumen adalah sangat penting dalam
membangun Strategi Pengembangan dan Pemasaran suatu produk baru. Dengan mengerti
bagaimana Konsumen dalam pengambilan keputusan dalam membeli sebuah produk. Kita
dapat mengambil isyarat-isyarat penting bagaimana memenuhi kebutuhan pembeli /
Konsumen. Menurut Setiadi (2008:416), keputusan pembelian merupakan perilaku konsumen
dalam memperlakukan pengambilan keputusan konsumen sebagai pemecahan masalah yang
dihadapinya. Menurut Kotler dan Keller (2009:234) keputusan pembelian merupakan proses
psikologis dasar ini memainkan peran penting dalam memahami bagaimana konsumen secara
aktual mengambil keputusan pembelian.

Para pengembang produsen harus bisa memahami setiap sisi perilaku konsumen. Para
konsumen melewati lima tahap proses pembelian, yaitu

a.Pengenalan Masalah, Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Para pemasar
perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan
informasi dari sejumlah konsumen, para pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang
paling sering membangkitkan minat akan kategori produk tertentu. Para pemasar kemudian
dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen.

b.Pencarian Informasi, Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk


mencari informasi yang lebih banyak. Yang menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-
sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber
tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen
digolongkan ke dalam empat kelompok:
 Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan)

 Sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko)

 Sumber publik (media massa, organisasi penentu peringkat konsumen)

 Sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk)

Jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi itu berbeda-beda bergantung pada
kategori produk dan karakteristik pembeli. Melalui pengumpulan informasi, konsumen
tersebut mempelajari merek-merek yang bersaing serta fitur merek tersebut.

c.Evaluasi Alternatif, Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model


terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif,
yaitu model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat
sadar dan rasional. Beberapa konsep dapat membantu memahami proses evaluasi konsumen.
Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat
tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai
sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang
digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu. Atribut yang diminati oleh pembeli berbedabeda
tergantung jenis produknya.

d.Keputusan Pembelian, Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas


merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga dapat
membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Namun, dua faktor yang berada
diantara niat pembeli dan keputusan pembelian, yaitu:

 Sikap orang lain Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang
lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin mengubah niat
pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku.

 Faktor situasi yang tidak terantisipasi Faktor ini dapat muncul dan mengubah niat
pembelian. Hal ini terjadi mungkin karena konsumen kehilangan pekerjaan, beberapa
pembelian lain yang lebih mendesak, atau pelayanan toko yang dapat mengurungkan
niat pembelian.

e. Perilaku Pascapembelian.
Setelah membeli produk konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan
tertentu.

 Ketidakpuasan pasca pembelian


Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas produk
dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih
rendah daripada harapan, pelanggan akan kecewa, jika ternyata sesuai harapan pelanggan
akan puas dan jika melebihi harapan, pembeli akan sangat puas.

 Tindakan pasca pembelian


Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku konsumen
selanjutnya. Jika konsumen tersebut puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih
tinggi untuk membeli kembali produk tersebut.

 Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian


Jika para konsumen menyimpan produk itu ke dalam lemari untuk selamanya, produk
tersebut mungkin tidak begitu memuaskan, dan kabar dari mulut ke mulut tidak akan gencar.
Jika para konsumen tersebut menjual atau mempertukarkan produk tersebut, penjualan
produk baru akan menurun. Para konsumen dapat juga menemukan kegunaan baru produk
tersebut. Jika para konsumen membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara
mereka membuangnya, terutama jika produk tersebut dapat merusak lingkungan.

1.1.2 Loyalitas Merek

Tujuan dilakukan pemasaran salah satunya adalah bagaimana meningkatkan


kemungkinan dan frekuensi konsumen melakukan kontak dengan produk, membeli dan
menggunakannya dan melakukan pembelian ulang. Strategi yang bisa dilakukan adalah
dengan melalui kontak produk dan menciptakan serta meningkatkan loyalitas merek. Kontak
produk terjadi saat konsumen bersentuhan dengan produk yang ditawarkan. Kontak produk
dapat berupa seperti perilaku mencari lokasi suatu produk di dalam toko,mempelajarinya dan
membawanya ke kasir. Hal ini terjadi pada saat konsumen melakukan kunjungan ke toko.

Selain itu kontak produk dapat terjadi seperti melalui menerima contoh gratis di pusat
perbelanjaan, mengenali komputer pada saat di sekolah, melihat orang lain menggunakan
produk tersebut. Dengan demikian konsumen dapat mengelami kontak dan terlibat dengan
suatu produk melalui berbagai cara yang berbeda.Strategi yang dibutuhkan saat ini adalah
berkaitan dengan loyalitas merek agar perusahaan tetap bertahan hidup. Sebagai suatu
fenomena kognisi, loyalitas merek merupakan komitmen internal untuk membeli dan
membeli ulang suatu merek tertentu.Sebagai fenomena perilaku, loyalitas merek adalah
sekedar perilaku pembelian yang berulang.

Loyalitas merek menurut Peter (2000) adalah keinginan melakukan dan perilaku pembelian
ulang. Loyalitas merek terdiri dari berbagai macam antara lain

 Loyalitas merek tak terbagi yaitu karena alasan-alasan tertentu, konsumen benar-
benar hanya mau membeli satu macam merek saja dan membatalkan pembelian jika
merek tersebut ternyata tidak tersedia.

 Loyalitas merek berpindah sesekali, hal ini terjadi konsumen kadang-kadang


berpindah merek untuk berbagai macam alasan tertentu. Misalnya merek yang biasa
dipakai sedang habis, ada merek baru masuk ke pasar dan konsumen mencoba-coba
untuk memakainya, merek pesaing ditawarkan dengan harga khusus atau merek yang
berbeda dibeli untuk kejadian-kejadian tertentu saja.

 Loyalitas merek berpindah, disini konsumen pindah untuk membeli merek pesaing.
Hal ini terjadi pada sasaran bersaing di pasar yang pertumbuhannya lamban atau
sedang menurun.

 Loyalitas merek terbagi adalah pembelian dua atau lebih merek secara konsisten,
misalnya rumah tangga membeli berbagai macam merek sapho untuk anggota
keluarga yang berbeda atau tujuan yang berbeda.

 Pengabaian merek, pembelian yang tidak memiliki pola pembelian ulang yang jelas.

Menumbuh kembangkan loyalitas merek yang tinggi pada konsumen adalah sasaran penting
untuk strategi pemasaran dan dasar pengembangan sebuah produk baru. Ada suatu gambar yang
dapat digunakan sebagai perangkat strategis untuk memplot konsumen merek perusahaan
maupun merek pesaing dengan dasar loyalitas merek dan tingkat penggunaan.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan loyalitas
merek antara lain :
1. jika saru-satunya segmen yang paling menguntungkan adalah pengguna berat loyal
merek, berfokuslah pada pengalihan loyalitas konsumen kepada merek perusahaan.
2. jika ada pengguna sedang loyal merek yang cukup besar jumlahnya, berfokuslah untuk
meningkatkan tingkat penggunaan mereka atas merek perusahaan.
3. jika ada pengguna berat pengabai merek dengan jumlah yang cukup besar, cobalah
untuk membuat nama merek perusahaan sebagai ciri utama dan/atau kembangkan
keunggulan relatif
4. jika ada pengguna sedang pengabai merek dalam jumlah yang cukup, upayakan
membuat nama merek perusahaan sebagai suatu ciri yang utama dan tingkatkan
penggunaan merek perusahaan di antara konsumen, mungkin dengan menemukan
keunggulan relatif yang dapat bertahan lama.

2. Analisis Pesaing
Analisis pesaing merupakan suatu perbuatan menganalisa atau mengidentifikasi apa-
apa saja yang dilakukan oleh pihak pesaing atau perusahaan yang menghasilkan barang atau
jasa yang mirip dengan produk kita. Sebelum melakukan penelitian dan pengembangan
produk baru, analisis pesaing menjadi salah satu faktor penting disamping analisis konsumen.
Ketika kita akan mengembangkan produk baru hanya berfokus pada analisis konsumen dan
mengabaikan analisis terhadap pesaing/kompetitor. Maka kemungkinan produk baru yang
kita kembangkan tidak akan bertahan lama di pasaran.
2.1 Identifikasi Pesaing
Untuk mengetahui jumlah dan jenis pesaing serta kekuatan dan kelemahan yang mereka
miliki, perusahaan perlu membuat peta persaingan yang lengkap. Pembuatan peta persaingan
yang digunakan untuk melakukan analisis pesaing memerlukan langkah-langkah yang tepat.
Langkah-langkah ini perlu dilakukan agar analisis pesaing tepat sasaran dan tidak salah arah.
Langkah pertama yang perlu dilakukan perusahaan adalah dengan identifikasi seluruh
pesaing yang ada. Langkah ini perlu dilakukan agar kita mengetahui secara utuh kondisi
pesaing kita. Dengan demikian, memudahkan kita untuk menetapkan langkah selanjutnya.

Identifikasi pesaing meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Jenis produk yang ditawarkan

Kadang-kadang sebuah perusahaan tertentu memiliki produk yang beragam. Tugas


perusahaan adalah mengidentifikasikan secara lengkap dan benar produk apa saja yang
dimilki oleh pesaing-pesaingnya. Identifikasikan siapa pesaing utama yang terdekat serta
pesaing lainnya yang juga berpotensi mengancam perusahaan kita sekarang dan di masa yang
akan datang.

2. Melihat besarnya pasar yang dikuasai (Market Share) pesaing

Untuk melihat besarnya pasar yang dikuasai pesaing, dapat dilakukan melalui segmen
pasar yang akan dimasuki. Dalam hal ini perusahaan harus mengestimasi besarnya pasar
dan market share masing-masing pesaing. Market share yang harus diketahui adalah untuk
masa sekarang dan di masa yang akan datang, baik yang dikuasai pesaing maupun secara
keseluruhan.

3. Identifikasi peluang dan ancaman

Dengan mengestimasi besarnya market share, akan kelihatan peluang yang ada serta
ancaman yang mungkin timbul sekarang dan di masa yang akan datang. Setiap peluang harus
dimasuki dan diusahakan untuk menciptakan peluang baru yang sebesar-besarnya.
Kemungkinan ancaman atau masalah yang timbul pun harus segera diantisipasi sehingga
tidak menimbulkan masalah.

4. Identifikasi keunggulan dan kelemahan


Identifikasi kelemahan dan keunggulan berarti memetakan atau mencari tahu
keunggulan dan kelemahan yang dimilki pesaing. Identifikasikan kelemahan dan keunggulan
pesaing dalam berbagai bidang, misalnya dalam hal kelengkapan produk, mutu, kemasan,
harga, distribusi, lokasi, serta promosi.

2.2 Analisa Sasaran Pesaing


Setelah kita mengetahui pesaing dan market share yang dikuasai, kita perlu
mengetahui sasaran dari pesaing dan siapa yang menjadi target mereka selanjutnya. Sasaran
pesaing antara lain memaksimalkan laba, memperbesar market share, meningkatkan mutu
produk, atau mungkin juga mematikan atau menghambat pesaing lainnya.
Jika sasaran mereka memaksimalkan laba, perusahaan perlu mengetahui laba jangka
pendek atau laba jangka panjang dan apa tindakan yang akan mereka ambil. Sasaran untuk
memaksimalkan laba ini dapat dilakukan melalui peningkatan kepuasan konsumen dengan
berbagai cara, misalnya melalui pelayan atau harga yang relatif murah.
Jika sasarannya untuk memperbesar, maka perusahaaan perlu mengetahui apakah
pertumbuhan market share yang dimiliki cukup besar. Biasanya, meningkatkan market share
dapat dilakukan dengan promosi yang cukup gencar dengan diimbangi pembukaan cabang
baru yang gencar pula. Sebagai contoh perusahaan 3 atau axis yang begitu gencar dalam
mempromosikan produknya dengan diimbangi keunggulan dari masing-masing produk itu
sehingga cepat menarik konsumen. Peningkatan merker share juga dapat dilakukan dengan
cara penurunan harga mengingat mereka memiliki biaya operasional yang relatif lebih
rendah. Hal yang juga perlu diselidiki adalah bahwa peningkatan market share dapat pula
dilakukan dengan cara mengambil market share pesaing lainya.
Peningkatan mutu produk bertujuan untuk menggaet pelanggan milik pesaing.
Peningkatan mutu produk ini dapat dilakukan dengan memberikan berbagai kelebihan, baik
pelayanan atau kelebihan lainnya. Misalnya, produk plus, bunga yang kompetitif, frekuensi
penarikan, jumlah jaringan, atau teknologi yang dimiliki.

3. Riset
Riset ini sangat penting dilakukan agar kita mengetahui produk apa saja yang dibutuhkan
masyarakat serta bagaimana prospek keuntungannya bila dijual. Dengan melakukan riset
terlebih dahulu terhadap produk-produk yang akan kita jual, kita juga akan bisa melihat
seberapa besar potensi pasar produk tersebut, trendnya penjualannya saat ini dan bisa
memprediksi kira-kira bagaimana trend produk tersebut dalam beberapa bulan ke depan.

3.1 Tips Riset Produk Baru

1. Menggunakan Google Trends

Cara pertama yang patut untuk kita coba adalah dengan melakukan riset produk
menggunakan fitur dari Google Trend. Melalui fitur Google Trend ini, kamu bisa
mendapatkan informasi mengenai trend apa yang banyak ditelusuri oleh pengguna internet
dalam satu negara dalam kurun waktu tertentu. Kunjungi laman Google Trend, kemudian
silahkan masukan kata kunci yang ingin dicari. Misalnya, kamu hendak menjual masker
jerawat, maka isilah kotak pencarian dengan kata kunci ‘Cara menghilangkan jerawat’.
Jangan lupa ubah lokasi pencarian menjadi Indonesia serta waktu pencarian yang sesuai
kebutuhan.
Nantinya akan muncul grafik yang menunjukkan berapa jumlah pencarian pengguna
Google untuk kata kunci tersebut. Bila grafiknya mengalami peningkatan, maka produk yang
digunakan untuk menghilangkan jerawat sedang laris di pasaran. Jika grafiknya cenderung
turun, maka produk tersebut sedang sepi peminat.
Selain itu, melalui Google Trend, akan muncul dimana saja daerah yang paling banyak
memakai kata kunci tersebut di mesin pencari. Ini bisa kamu jadikan referensi sebagai target
pasar yang potensial untuk produk yang nanti akan kamu jual.

2. Survei Produk di Marketplace

Langkah selanjutnya untuk mengetahui produk yang sedang laris yakni kunjungi
beberapa marketplace yang sering menjadi tempat berbelanja online. Beberapa situs yang
menjadi destinasi belanja populer di Indonesia yakni Bukalapak, Lazada, Tokopedia,
serta Shopee. Biasanya pada masing-masing marketplace, tersedia informasi mengenai apa
saja produk yang masuk dalam kategori paling laris (best seller). Biasanya produk yang
terjual lebih dari 400 produk dalam kurun waktu 1 hingga 2 minggu termasuk kategori laris.
Agar lebih meyakinkan, bandingkan hasil pencarian antara situs satu dengan yang lainnya
kemudian tentukan mana produk yang paling sering dibeli. Dengan menjual jenis produk
yang sedang naik daun, Anda akan meminimalkan kerugian karena sepinya peminat.
Ketika melakukan riset produk di marketplace, kamu juga bisa mendapatkan
informasi mengenai karakteristik toko yang sering dikunjungi pelanggan. Pelajari jenis
produk dan harga barang kompetitor tersebut sebagai referensi sebelum membuka
toko online. Biasanya riset seperti ini banyak dilakukan oleh pelaku bisnis dropship yang
sangat membutuhkan riset mendalam di marketplace untuk mengetahui produk yang bagus
serta supliernya untuk dipasarkan.

3. Riset Keyword di Google

Cara riset yang satu ini memang tergolong mudah, cepat, serta datanya akurat. Kamu
bisa menggunakan fasilitas Google Keyword Planner untuk mendapatkan data mengenai
berapa banyak orang yang mencari produk yang hendak kamu jual dalam kurun waktu
tertentu.
Fasilitas ini juga akan memberimu berbagai referensi keyword terkait yang biasanya
dicari oleh konsumen di berbagai tempat. Jika kamu tidak menemukan data mengenai produk
yang hendak dijual, itu bukanlah pertanda baik. Di sisi lain, Google akan memberikanmu
informasi tambahan mengenai keyword yang sering dicari konsumen. Ini bisa menjadi acuan
Anda untuk menentukan produk yang akan dijual. Google Keyword Planner baru dapat Anda
gunakan jika minimal ada 1 campaign yang aktif di Google Ads.

4. Gunakan Kuesioner
Meskipun cara imi agak terkesan kuno, namun membagikan kuesioner
merupakan cara melakukan riset produk yang cukup efektif. Pastikan kamu membuat
pertanyaan di kuesioner yang tepat sasaran dan tak berbelit-belit. Pilihlah responden yang
sekiranya mau bekerja sama untuk mengisi kuesioner secara benar dan jujur. Untuk menarik
perhatian, berikan hadiah sebagai ucapan terima kasih.

5. Cermati Iklan di Surat Kabar


Meskipun perkembangan dunia digital semakin pesat, namun kebanyakan orang
masih rutin membaca surat kabar setiap harinya. Bagi kamu yang ingin membuka
toko online dan ingin melakukan riset produk, cermatilah intensitas iklan tertentu di surat
kabar. Biasanya iklan yang muncul terus-menerus pada setiap edisi surat kabar,
mengindikasikan produk tersebut sedang digandrungi banyak orang. Namun untuk
mendapatkan referensi yang valid, pilihlah jenis surat kabar yang paling sering dibaca oleh
masyarakat.

6. Mengacu pada Ulasan Produk

Cara lain untuk mengetahui manakah produk yang sedang laris adalah dengan
mengacu pada ulasan produk baik dalam bentuk tulisan di marketplace, blog maupun video
YouTube. Biasanya produk yang sedang laris juga mendapatkan banyak ulasan.
Misalnya, kamu berencana untuk menjual produk kosmetik bagi kulit berjerawat. Sebaiknya
kunjungi channel YouTube para beberapa vloger kecantikan untuk mengetahui manakah
produk yang mereka rekomendasikan. Biasanya ulasan positif para vloger ini memicu para
pengikutnya untuk beramai-ramai membeli produk tersebut.

7. Gunakan Tool Riset Berbayar


Meski harus membayar sejumlah dana untuk mendapatkan hasil riset, namun kamu tak perlu
repot dan bisa mendapatkan data yang lebih lengkap. Ada banyak tool layanan riset produk di
Indonesia yang Anda gunakan & pilih sendiri.

Setelah membayar biaya berlangganan tool, Anda akan mendapatkan informasi secara detail.
Tak hanya mengenai produk mana yang sedang laris, namun juga soal jumlah penjualan serta
data statistik produk dalam kurun waktu tertentu. Informasi ini akan sangat membantu kalian
yang hendak memulai bisnis online untuk memilih produk yang tepat.
BAB IV

New Product Forecasting (Peramalan Produk Baru)

1. Apa itu Forecasting ?


Forecasting atau perkiraan adalah kegiatan yang bertujuan untuk meramalkan atau
memprediksi segala hal yang terkait dengan produksi, penawaran, permintaan ,dan
penggunaan teknologi dalam sebuah industri atau usaha. Perkiraan ini pada akhirnya akan
digunakan oleh perusahaan maupun pihak manajemen operasional untuk membuat
perencanaan terkait kegiatan usaha dalam beberapa periode tertentu.

Menurut Heizer (2005) Peramalan/forecasting adalah seni dan ilmu untuk


memperikirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan
pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu
bentuk model yang matematis, dan bisa juga dalam bentuk prediksi intuisi yang bersifat
subjektif. Ataupun bisa juga dengan menggunakan kombinasi model matematis yang
disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer.
Kemudian apakah perbedaannya peramalan dengan perencanaan?? Jelas berbeda, Rencana
adalah penentuan apa yang akan dilakukan oleh perusahaan pada waktu yang akan datang,
sedang dengan peramalan hanya perkiraan apa yang akan terjadi , namun belum tentu dapat
di laksanakan.

Jadi, pada dasarnya, forecasting ini merupakan suatu teknik analisa perhitungan yang
dilakukan dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Tujuannya untuk memperkirakan
kejadian di masa depan dengan menggunakan referensi data-data di masa lalu. Analisa atau
peramalan ini bertujuan untuk memperkirakan prospek ekonomi dan kegiatan usaha serta
pengaruh lingkungan terhadap prospek tersebut untuk mencapai target yang diharapkan.
Peramalan ini sendiri juga bisa menjadi dasar bagi perencanaan jangka pendek, menengah
maupun panjang suatu perusahaan dalam mengembangkan produk bisnis.
2. Jenis-jenis Forcasting

2.1 Forecasting Berdasarkan Waktu

Berdasarkan waktu, perkiraan atau forecasting dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
(Herjanto, 2008:78):
– Perkiraan jangka panjang, mencakup waktu lebih dari 18 Bulan. Misalnya, perkiraan
yang diperlukan dalam kaitannya dengan penanaman modal, perencanaan fasilitas, dan
perencanaan untuk kegiatan litbang (penelitaian dan pengembangan).
– Perkiraan jangka menengah, mencakup waktu antara 3-18 Bulan. Misalnya, perkiraan
perencanaan penjualan, perencanaan produksi, dan perencanaan tenaga kerja tidak tetap.
– Perkiraan jangka pendek
Mencakup jangka waktu kurang dari 3 Bulan. Misalnya, perkiraan yang berhubungan dengan
perencanaan pembelian material, penjadwalan kerja, dan penugasan karyawan.

2.2 Forcasting Berdasarkan Operasi di Masa Depan

Berdasarkan fungsi dan perencanaan operasi di masa depan, perkiraan atau forecasting dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu (Heizer dan Render, 2009:47).
– Perkiraan ekonomi (economic forecast), menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksi
tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan dan
indikator perencanaan lainnya.
– Perkiraan teknologi (technological forecast), memperhatikan tingkat kemajuan teknologi
yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan
yang baru.
– Perkiraan permintaan (demand forecast), proyeksi permintaan untuk produk atau
layanan suatu perusahaan. Perkiraan ini juga disebut perkiraan penjualan yang
mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi
perencanaan keuangan, pemasaran, serta sumber daya manusia.
2.3 Forcasting Berdasarkan Jenis Data yang Disusun

Berdasarkan jenis data perkiraan yang disusun, perkiraan dibagi menjadi dua jenis, yaitu
(Saputro dan Asri, 2000:148).
– Perakiraan kualitatif, yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hasil prediksi
yang dibuat sangat tergantung pada orang yang menyusunnya. Biasanya perkiraan ini
didasarkan atas hasil penyelidikan, seperti pendapat salesman, pendapat sales manajer
pendapat para ahli, dan survey konsumen.
– Perkiraan kuantitatif, yaitu perkiraan yang didasarkan atas data penjualan pada masa lalu.
Hasil perkiraan yang dibuat sangat tergantung pada metode yang digunakan dalam perkiraan
tersebut. Penggunaan metode yang berbeda akan diperoleh hasil yang berbeda pula.

2.4 Forcasting Berdasarkan Sifat Penyusun

Berdasarkan sifat penyusunannya, perkiraan dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Ginting, 2007)
– Perkiraan subjektif, yang didasarkan atas perasaan atau intuisi dari orang yang
menyusunnya.
– Perkiraan objektif, didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu, dengan
menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam penganalisaan data tersebut.

3. 10 Langkah Product Forecasting

1. Penentuan Tujuan

Pada tahap ini penentuan tujuan dari setiap peramalan harus disebutkan secara tertulis,
formal dan eksplisit. Sebelum membuat suatu ramalan kita harus bertanya lebih dahulu
mengapa peramalan tersebut dibutuhkan dan bagaimana menggunakan hasil ramalan tersebut.
Peramalan disipkan sedemikian rupa sehingga manajemen dapat membuat keputusan-
keputusan yang tepat mengenai alokasi sumber daya yang ada sekarang dan oleh karena itu si
pembuat ramalan harus memahami kegunaan-kegunaan dari proyeksi-proyeksi manajerial
yang telah ditetapkan.

2. Pemilihan Teori Yang Relevan


Setelah tujuan peramalan ditetapkan, langkah berikutnya adalah menentukan
hubungan teoritis yang menentukan perubahan-perubahan variabel yang diramalkan. Suatu
teori yang tepat guna akan selalu membantu seorang peramal dalam mengidentifikasi setiap
kendala yang ada untuk dipecahkan dan dimasukkan ke dalam proses peramalan.

3. Pencarian Data Yang Tepat

Tahap ini biasanya merupakan tahap yang cukup rumit dan seringkali merupakan
tahap yang paling kritikal karena tahap-tahap berikutnya dapat dilakukan atau tidak
tergantung pada relevansi data yang diperoleh tersebut.

4. Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan penyeleksian data karena dalam proses peramalan seringkali
kita mempunyai data yang berlebihan atau bisa juga terlalu sedikit. Beberapa data mungkin
tidak relevan dengan masalah yang akan kita analisis sehingga mungkin dapat mengurangi
akurasi dari peramalan. Data yang lain mungkin tepat guna tetapi hanya untuk beberapa
periode waktu saja.

5. Pengestimasian model awal

Tahap ini adalah tahap di mana kita menguji kesesuaian (fitting) data yang telah kita
kumpulkan ke dalam model peramalan dalam artian meminimumkan kesalahan peramalan.
Semakin sederhana suatu model biasanya semakin baik model tersebut dalam artian bahwa
model tersebut mudah diterima oleh para manajer yang akan membuat proses pengambilan
keputusan perusahaan.

6. Evaluasi dan Revisi Model

Sebelum kita melakukan penerapan secara aktual, suatu model harus diuji lebih
dahulu untuk menentukan akurasi, validitas dan keandalan yang diharapkan. Jika berbagai uji
keandalan dan akurasi telah diterapkan pada model tersebut, mungkin revisi perlu dilakukan
dengan memasukkan faktor-faktor kausal dalam model tersebut.

7. Penyajian Ramalan Sementara Kepada Manajemen

Demi keberhasilan suatu peramalan, maka dibutuhkan input dari manajemen. Pada
tahap ini dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian jugdemental untuk melihat pengaruh dari
resesi suatu perekonomian, pengaruh perubahan inflasi, kemungkinan pemogokan tenaga
kerja atau perubahan kebijakan pemerintah dan sebagainya.
8. Revisi Terakhir

Seperti telah dikemukakan tidak ada ramalan yang bersifat statis. Penyiapan suatu
ramalan yang baru akan dilakukan tergantung pada hasil evaluasi tahap-tahap sebelumnya.

9. Pendistribusian Hasil Peramalan

Pendistribusian hasil peramalan kepada manajemen harus pada waktu tepat dan dalam
format yang konsisten. Jika tidak, nilai ramalan tersebut akan berkurang. Peramal harus
menentukan siapa yang harus menerima hasil ramalan tersebut, tingkat kerincian ramalan
sesuai dengan para penggunanya dan berapa kali para penggunanya harus diberikan dan
diperbaiki. Setelah itu peramal harus selalu melakukan diskusi dengan para pengguna
ramalan tersebut berkenaan dengan kegunaan dari informasi peramalan tersebut.

10. Penetapan Langkah Pemantauan

Suatu kegiatan peramalan yang baik membutuhkan penetapan langkah-langkah


pemantauan untuk mengevaluasi peramalan ketika sedang berlangsung dan langkah
pematauan yang memungkinkan seorang peramal untuk mengantisipasi perubahan yang tak
terduga. Peramalan harus dibandingkan dengan hasil aktual untuk mengetahui akurasi
metodologi yang digunakan. Evaluasi pada tahap ini harus dipandang sebagai suatu proses
pengendalian dan merupakan langkah yang diperlukan untuk menjaga keandalan estimasi
masa datang. Jika ramalan meleset, seorang harus mencari apa sebabnya dan segera
memperbaikinya.

Anda mungkin juga menyukai