Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

“PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DALAM


SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI”

KELOMPOK :

DANIEL DESTIAWAN A1A 014 021

HARMAIN A1A 014 045

KHAIRULLAH A1A 014 059

M. SAHITUDIN A1A 014 075

RUPAWAN A1A 014 123

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “PELAKSANAAN PEMERINTAHAN
DALAM SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI” ini tepat pada waktunya.

Makalah PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DALAM


SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI ini kami susun dengan mengacu pada
beberapa sumber, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada sumber-sumber
yang telah menjadi referensi kami.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun
ini tak pernah lepas dari kekurangan. Dengan itu kami sangat mengharapkan
masukan dari para pembaca, sebagai acuan kami dalam menyusun makalah-
makalah kami selanjutnya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah PELAKSANAAN


PEMERINTAHAN DALAM SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI ini
dapat bermanfaat, bagi kami khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.

Mataram, 12 Oktober 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I

PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

Latar Belakang ......................................................................................................... 1

Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Istilah Dan Pengertian Sentralisasi ................................................................. 3


B. Kebaikan Dan Kelemahan Sentralisasi ........................................................... 3
C. Dampak Positif Dan Dampak Negatif Sentralisasi ......................................... 4
D. Faktor Negara Melaksanakan Sentralisasi ..................................................... 6
E. Hakikat Sentralisasi........................................................................................... 6
F. Istilah Dan Pengertian Desentralisasi .............................................................. 10
G. Manfaat Desentralisasi ...................................................................................... 12
H. Tujuan Desentralisasi ........................................................................................ 13
I. Kategori Desentralisasi...................................................................................... 14
J. Kelebihan Desentralisasi ................................................................................... 15
K. Kekurangan Desentralisasi ............................................................................... 16
BAB III
KESIMPULAN ........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era otonomi daerah sesuai dengan ketentuan dalam UU No 22 Tentang
Pemerintahan Daerah, maka kewenangan daerah akan sedemikian kuat dan luas
sehingga diperlukan suatu peraturan perundang-undangan yang ketat untuk
menghindari ketidakteraturan dalam menyusun kebijakan dalam bidang lingkungan
hidup terutama dalam masalah penanganan penegakan hukum lingkungan dalam era
otonomi daerah.
Kewenangan pemerintah Daerah menurut UU No 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah sangatlah besar sehingga tuntutan untuk meningkatkan kinerja
dan penerapan kebijakan dalam bidang lingkungan hidup sangatlah dibutuhkan.
Sistem Pemerintahan Daerah otonom sebelum UU No 22 tahun 1999 terbagi
dalam Sistem Pemerintahan Administratif dan Otonomi, dalam Sistem
Pemerintahan Administratif Pemerintah Daerah berperan sebagai pembantu dari
penyelenggaraan pemerintah pusat yang dikenal sebagai azas dekonsentrasi dalam
UU No 54 tahun 1970 tentang Pemerintah Daerah, hal ini diaplikasikan dalam
Pemerintahan Daerah Tingkat I dan Pemerintahan Daerah tingkat II.
Sedangkan dalam Sistem Pemerintahan Otonomi Pemerintahan Daerah
adalah mandiri dalam menjalankan urusan rumah tangganya. Pemerintahan Daerah
memerlukan alat-alat perlengkapannya sendiri sebagai pegawai/pejabat-pejabat
daerah dan bukan pegawai/pejabat pusat. Memberikan wewenang untuk
menyelenggarakan rumah tangga sendiri berarti pula membiarkan bagi daerah
untuk berinisiatif sendiri dan untuk merealisir itu, daerah memerlukan sumber
keuangan sendiri dan pendapatan-pendapatan yang diperoleh dari sumber keuangan
sendiri memerlukan pengaturan yang tegas agar di kemudian hari tidak terjadi
perselisihan antara pusat dan daerah mengenai hal –hal tersebut diatas. Tetapi
dalam UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maka terjadi perubahan
besar dalam kewenangan Pemerintahan Daerah.

1
Pengelolaan lingkungan hidup sangatlah penting untuk dilihat dalam era
otonomi daerah sekarang ini karena lingkungan hidup sudah menjadi isu
internasional yang mempengaruhi perekonomian suatu negara.
Pemerintahan Daerah diberikan kekuasaan yang sangat besar dalam
mengelola daerahnya terutama sekali Pemerintahan Kota atau Kabupaten. Dalam
makalah ini akan dibahas masalah lingkungan hidup di era otonomi daerah dan
bagaimana Kewenangan daerah terhadap lingkungan hidup juga akibat
kewenangan yang besar tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Sentralisasi dan Desentralisasi
2. Hakikat sentralisasi
3. Kebaikan dan kelemahan sentralisasi dan Desentralisasi
4. Dampak sentralisasi
C. Tujuan
1. Mengetahui Perbedaan Sistem Sentralisasi dan Desentralisasi
2. Mengetahui Kelebihan dan kekurangan Sistem Sentralisasi dan
Desentralisasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Istilah dan Pengertian Sentralisasi


Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang atas segala urusan yang
menyangkut pemerintahan kepada tingkat pusat. Sentralisasi banyak digunakan
pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah. Bahkan
pada zaman kerajaan, pemerintahan kolonial, maupun di zaman kemerdekaan.
Istilah sentralisasi sendiri sering digunakan dalam kaitannya dengan kontrol
terhadap kekuasaan dan lokasi yang berpusat pada satu titik.
Di Indonesia, oleh karena tidak semua urusan pemerintahan dapat di
serahkan kepada pemerintah daerah maka penyelenggaraan berbagai urusan
pemerintah di laksanakan oleh perangkat pemerintah pusat yang ada di daerah
berdasarkan asas dekonsentrasi.
Dekonsentrasi tidak terlalu tepat di identikkan dengan sentralisasi,karena
memang dekonsentrasi itu adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat
kepada pejabatnya di daerah. Menurut UU No.5 Tahun 1974 Kepala Wilayah yang
merupakan aparat pemerintahan pusat yang berada di daerah terdiri dari gubernur,
bupati, walikota madya, walikota administratif dan camat.
Dewasa ini, urusan- urusan yang bersifat sentral adalah :
1) Luar Negeri
2) Peradilan
3) Hankam
4) Moneter dalam arti mencetak uang, menentukan nilai uang, dan
sebagainya
5) Pemerintahan Umum

B. Kebaikan-kebaikan dan Kelemahan Sentralisasi


1) Kebaikan-kebaikan sentralisasi :
1) Timbulnya rasa persatuan dan kesatuan yang kuat dan kokoh,karena
paham kebangsaan dan nasionalisme senantiasa di gembar-gemborkan.

3
2) Keseragaman terjadi di seluruh wilayah negara,karena memang di buat
sedemikian rupa,jadi selain kebersamaan dalam berbagai segi termasuk
uniform.
3) Kesatuan melengkapi pemerintah pusat,karena pemerintah pusat di
perkuat oleh peraturan perundang-undangan untuk tidak di ganggu-
gugat.
4) Paham separatisme dapat di tekan karena dengan berpijak kepada
persatuan dan kesatuan bangsa,segala isme-isme kedaerahan dapat di
hilangkan dan jauh-jauh sebelumnya di kikis.
5) Kontrol dapat di teliti,karena aparat pemerintah pusat pada unit-unit
departemen-departemen ataupun instansi-instansi sangat kecil,dan
kalaupun ada departemen-departemen dan sebagainya itu tunduk pada
peraturan perundang-undangan sentral.
6) Pengawasan mudah karena di dukung oleh UU dan peraturan,bahkan
konstitusi sendiri mengenai sentralisasi ini.
7) Cocok untuk mempertahankan kekuasaan karena bila puncak
pemerintahan di pusat adalah rezim yang otoriter maka cara ini tepat
dipakai sebagai sistem pemerintahan yang berlaku.
2) Kelemahan sentralisasi
Pelaksanaan sentralisasi dimana sebuah kebijakan dan keputusan pemerintah
daerah di hasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat sehingga
waktu untuk memutuskan suatu hal menjadi lebih lama.

C. Dampak Positif dan Negatif Sentralisasi


1) Segi Ekonomi
Dari segi ekonomi, efek positif yang di berikan oleh sistem sentralisasi ini
adalah perekonomian lebih terarah dan teratur karena pada sistem ini hanya pusat
saja yang mengatur perekonomian. Sedangkan dampak negatifnya adalah daerah
seolah-olah hanya di jadikan sapi perahan saja dan tidak dibiarkan mengatur
kebijakan perekonomiannya masing-masing sehingga terjadi pemusatan keuangan
pada Pemerintah Pusat.

4
2) Segi Sosial Budaya
Dengan di laksanakannya sistem sentralisasi ini, perbedaan-perbedaan
kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia dapat di persatukan. Sehingga, setiap
daerah tidak saling menonjolkan kebudayaan masing-masing dan lebih menguatkan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang di miliki bangsa Indonesia.
Sedangkan dampak negatif yang di timbulkan sistem ini adalah pemerintah
pusat begitu dominan dalam menggerakkan seluruh aktivitas negara. Dominasi
pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah telah menghilangkan eksistensi
daerah sebagai tatanan pemerintahan lokal yang memiliki keunikan dinamika sosial
budaya tersendiri, keadaan ini dalam jangka waktu yang panjang mengakibatkan
ketergantungan kepada pemerintah pusat yang pada akhirnya mematikan kreasi dan
inisiatif lokal untuk membangun lokalitasnya.
3) Segi Keamanan dan Politik
Dampak positif yang dirasakan dalam penerapan sentralisasi ini adalah
keamanan lebih terjamin karena pada masa di terapkannya sistem ini, jarang terjadi
konflik antar daerah yang dapat mengganggu stabilitas keamanan nasional
Indonesia. Tetapi, sentralisasi juga membawa dampak negatif di bidang ini. Seperti
menonjolnya organisasi-organisasi kemiliteran. Sehingga, organisasi-organisasi
militer tersebut mempunyai hak yang lebih daripada organisasi lain.
Dampak positif yang dirasakan di bidang politik sebagai hasil penerapan
sistem sentralisasi adalah pemerintah daerah tidak harus pusing-pusing pada
permasalahan yang timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena
seluruh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.
Sehingga keputusan yang dihasilkan dapat terlaksana secara maksimal karena
pemerintah daerah hanya menerima saja.
Sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya kemandulan dalam diri
daerah karena hanya terus bergantung pada keputusan yang di berikan oleh pusat.
Selain itu, waktu yang dihabiskan untuk menghasilkan suatu keputusan atau
kebijakan memakan waktu yang lama dan menyebabkan realisasi dari keputusan
tersebut terhambat.

5
D. Faktor Negara Melaksanakan Sentralisasi
1) Faktor Bentuk Negara
Negara kesatuan lebih tepat melaksanakan sentralisasi dalam menjaga
kesatuan negara.
2) Faktor rezim yang berkuasa
Kalau rezim yang berkuasa dalam suatu negara adalah rezim otoriter,maka
cenderung untuk melaksanakan sentralisasi.
3) Faktor geografis
Negara kontinental mudah mengatur dengan menggunakan sentralisasi.
4) Faktor Warga Negara
Warga negara yang homogen penduduknya cenderung untuk melaksanakan
sentralisasi.
5) Faktor Sejarah
Negara yang sering terjadi pemberontakan di imbangi dengan adanya
sentralisasi begitu juga Negara yang sering melakukan peperangan.
6) Faktor Efektivitas
Untuk mencapai efektivitas di lakukan sentralisasi misalnya untuk
keperluan-keperluan politik dan ekonomi.
7) Faktor Politik
Kebijaksanaan pemerintah di bidang politik,misalnya alasan ekonomi yaitu
untuk menyelenggarakan pembangunan atau untuk membentuk kekuatan fisik
strategi militer maka di laksanakan sentralisasi.

E. Hakikat Sentralisasi
Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 tentang
Perubahan atas PP No 6/2005 tentang pemilihan dan pemberhentian Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah membawa Indonesia pada titik di mana masalah peran
pusat dan daerah masuk kembali pada wacana publik.
Sentralisasi sebagai bentuk penyelenggaraan negara adalah persoalan
pembagian sumber daya dan wewenang. Pembahasan masalah ini sebelum tahun
1980-an terbatas pada titik perimbangan sumber daya dan wewenang yang ada pada

6
pemerintah pusat dan pemerintahan di bawahnya. Dan tujuan "baik" dari
perimbangan ini adalah pelayanan negara terhadap masyarakat.
Seperti telah diketahui, pemahaman dan tujuan "baik" semacam itu sudah
dipandang ketinggalan zaman. Saat ini sentralisasi dikaitkan pertanyaan apakah
prosesnya cukup akuntabel untuk menjamin kesejahteraan masyarakat lokal.
Semata birokrasi untuk pelayanan tidak cukup untuk menjamin kesejahteraan
masyarakat, bahkan sering merupakan medium untuk melencengkan sumber daya
publik. Kontrol internal lembaga negara sering tak mampu mencegah berbagai
macam pelanggaran yang dilakukan pejabat negara.
Di Indonesia sejak tahun 1998 hingga baru-baru ini, pandangan politik yang
dianggap tepat dalam wacana publik adalah bahwa desentralisasi merupakan jalan
yang meyakinkan, yang akan menguntungkan daerah. Pandangan ini diciptakan
oleh pengalaman sejarah selama masa Orde Baru di mana sentralisme membawa
banyak akibat merugikan bagi daerah. Sayang, situasi ini mengecilkan kesempatan
dikembangkannya suatu diskusi yang sehat bagaimana sebaiknya desentralisasi
dikembangkan di Indonesia. Jiwa desentralisasi di Indonesia adalah "melepaskan
diri sebesarnya dari pusat" bukan "membagi tanggung jawab kesejahteraan daerah".
Karena takut dianggap tidak politically correct, banyak orang enggan
membahas peran pusat dan daerah secara kritis. Kini sudah saatnya proses
pembahasan dibuka kembali dengan mempertimbangkan fakta-fakta secara lebih
jujur.
Sentralisasi dan desentralisasi tidak boleh ditetapkan sebagai suatu proses
satu arah dengan tujuan pasti. Pertama- tama, kedua "sasi" itu adalah masalah
perimbangan. Artinya, peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan selalu
merupakan dua hal yang dibutuhkan. Tak ada rumusan ideal perimbangan. Selain
proses politik yang sukar ditentukan, seharusnya ukuran yang paling sah adalah
argumen mana yang terbaik bagi masyarakat.
Kedua, batas antara pusat dan daerah tidak selalu jelas. Kepentingan di
daerah bisa terbelah antara para elite penyelenggara negara dan masyarakat lokal.
Adalah mungkin pemerintah pusat memainkan peran menguatkan masyarakat lokal
dalam menghadapi kesewenangan kekuasaan. Ketiga, dalam suatu masyarakat yang
berubah, tanggung jawab pusat maupun daerah akan terus berubah pula.

7
Dalam penyelenggaraan negara selalu ada aspek dan definisi baru tentang
peran pusat dan daerah. Misalnya, globalisasi akan meningkatkan kembali campur
tangan pusat di daerah di sisi-sisi tertentu. Karena itu, desentralisasi dan sentralisasi
dapat terjadi bersamaan pada aspek-aspek berbeda.
Pusat mempunyai kecenderungan untuk mendorong sentralisasi karena
berbagai alasan. Untuk alasan "negatif" dapat disebut alasan seperti kontrol sumber
daya dan menjadikan daerah sebagai sapi perah. Namun, ada alasan-alasan yang
dapat bersifat "positif", seperti kestabilan politik dan ekonomi, menjaga batas
kesenjangan agar tidak terlalu buruk, dan mendorong program secara cepat.
Harus diingat, dalam banyak negara, termasuk Indonesia, pusat mempunyai
sumber daya manajerial, kecakapan lebih banyak dalam berinteraksi secara global,
dan ada pada domain di mana pengaruh etik pembangunan yang diterima secara
internasional. Pemerintah pusat juga berada pada hot spot proses politik. Adalah
lebih mungkin terjadi situasi di mana pemerintah di bawah tekanan jika kekuatan
masyarakat sipil bersatu.
Bagaimana hal-hal itu dapat menghasilkan sesuatu yang positif atau negatif
tergantung pada situasinya. Pertama yang penting adalah legitimasi politik
pemerintah pusat. Secara sederhana, harus dibedakan antara legitimasi terhadap
para pemimpin di tingkat nasional dan legitimasi terhadap birokrasi. Pemerintah
pusat sering harus mengandalkan birokrasi untuk programnya terhadap daerah.
Kepopuleran individu selalu tidak bertahan lama dan dapat segera dirusak oleh
ketidakmampuan memperbaiki mutu birokrasi.
Di Indonesia, birokrasi yang sebenarnya memiliki kompetensi dan orientasi
lumayan pada awal reformasi kini mulai dibelokkan kekuatan politik partai dan
kelompok. Penyelenggara negara di tingkat pusat terdiri dari beberapa partai
politik. Kombinasi antara partai politik yang hampir seluruhnya punya masalah
akuntabilitas dan sistem politik representasi (oleh partai politik yang dapat
dikatakan sama di DPRD) yang tidak akuntabel di tingkat lokal membuat
masyarakat lokal tidak mudah memercayai "pusat". Jika ingin memperbaikinya,
pemerintah pusat harus mampu membuat standar akuntabilitas sendiri agar
mendapat dukungan masyarakat lokal.

8
Indonesia kini mulai mengalami apatisme terhadap desentralisasi. Situasi
ini bisa dimanfaatkan pemerintah pusat untuk melakukan perubahan di tingkat
daerah. Kasus Argentina dan Brasil yang bersifat federalis menunjukkan jatuhnya
legitimasi para elite politik lokal memberikan kesempatan kepada elite nasional
untuk melakukan resentralisasi di bidang ekonomi untuk bidang- bidang tertentu.
Kedua pemerintahan banyak menggunakan struktur internal (birokrasi) untuk
mengubah arah, tanpa terlalu banyak berurusan dengan struktur politik yang ada.
Kembali kepada persoalan awal, masalah sentralisasi dan desentralisasi
bukan lagi dipandang sebagai persoalan penyelenggara negara saja. Pada akhirnya
kekuatan suatu bangsa harus diletakkan pada masyarakatnya. Saat ini di banyak
wilayah, politik lokal dikuasai selain oleh orang-orang partai politik juga
kelompok-kelompok yang menjalankan prinsip bertentangan dengan pencapaian
tujuan kesejahteraan umum. Kekuatan kelompok pro pembaruan lemah di banyak
daerah dan langsung harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan politik lokal
dengan kepentingan sempit.
Pemerintah pusat seharusnya memperkuat elemen masyarakat untuk
berhadapan dengan kekuatan tadi. Sebagai contoh, KPU daerah diberi wewenang
untuk merekomendasikan penghentian pilkada, bukan melalui gubernur dan DPRD.
Namun, sebagai institusi KPU daerah harus diperkuat secara institusional dan
organisatoris. Meskipun pemerintah pusat mungkin tidak diharapkan untuk ikut
mendorong perubahan sistem politik yang ada sekarang, perbaikan penegakan
hukum di daerah-daerah sangat membantu kekuatan masyarakat pro perubahan.
Birokrasi sekali lagi adalah alat pemerintah pusat untuk melakukan
perbaikan daerah. Birokrasi, jika dirancang secara sungguh-sungguh, bisa berperan
sebagai alat merasionalisasikan masyarakat. Pemerintah pusat, misalnya,
membantu pemerintah daerah dalam mendesain pelayanan publik yang akuntabel.
Pemerintah daerah sering pada situasi terlalu terpengaruh dengan kepentingan
perpolitikan lokal.
Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah representasi persoalan daerah
di tingkat pusat. Sekarang ini sistem perwakilan daerah yang ada baik di DPR
maupun asosiasi bersifat elitis. Tetap yang berlaku antara hubungan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Persoalan daerah harus ditangani oleh sesuatu badan

9
yang lebih independen dari kepentingan yang ada di pusat dan daerah. Badan ini
seharusnya mampu membahas apa peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah
yang paling diperlukan untuk kesejahteraan daerah. Perlu dipikirkan suatu badan
yang otoritatif untuk membuat advokasi, rekomendasi kebijakan, dan pemonitoran
yang mewakili orang-orang kompeten baik unsur pemerintah pusat, pemerintah
daerah, maupun masyarakat.

F. Istilah Dan Pengertian Desentralisasi

Desentralisasi saat ini telah menjadi asas penyelenggaraan pemerintahan


yang diterima secara universal di setiap Negara, dengan berbagai macam bentuk
penerapan dan permasalahannya. Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan bahwa
tidak semua urusan pemerintahan dapat diselenggarakan secara monopoli oleh
sentralisasi, hal ini mengingat kondisi geografis, kompleksitas perkembangan
masyarakat, kemajemukan struktur sosial dan budaya lokal serta adanya tuntutan
demokratisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Definisi tentang desentralisasi sendiri telah ditulis oleh para ahli yang
jumlahnya sangat banyak. Menurut Devas (1997), pengertian dan penafsiran
terhadap desentralisasi ternyata sangat beragam dikarenakan perbedaan latar
belakang politik, pengalaman dan pengaruh bentuk negara di mana masing-
masing mereka tinggal dan berkembang, serta pendekatan terhadap
desentralisasipun juga sangat bervariasi dari negara yang satu ke negara yang lain.

Pendapat Ahli beberapa diantaranya yaitu, Soenobo Wirjosoegito yang


memberikan definisi Desentralisasi sebagai penyerahan wewenang oleh badan-
badan umum yang lebih tinggi kepada badan-badan umum yang lebih rendah untuk
secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri mengambil
keputusan pengaturan dan pemerintahan, serta struktur wewenang yang terjadi dari
itu.

Soejito (1990) menjelaskan bahwa desentralisasi sebagai suatu sistem


dipakai dalam bidang pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi , dimana

10
sebagian kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak lain untuk
dilaksanakan.

Pendapat Bank Dunia (1999) menjelaskan bahwa desentralisasi merupakan


alat mencapai tujuan pemberian pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan
proses pengambilan keputusan yang lebih demokratis.

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974 : Desentralisasi adalah penyerahan


urusan pemerintah dari pusat kepada daerah. Pelimpahan wewenang kepada
Pemerintahan Daerah, semata- mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang
efisien. Pelimpahan wewenang tersebut menghasilkan otonomi. Otonomi itu sendiri
adalah kebebasan masyarakat yang tinggal di daerahnya itu sendiri untuk mengatur
dan mengurus kepentingannya sendiri.

Bentuk aplikasi Desentralisasi = Otonomi. Kewenangan dan tanggung


jawab jadi milik daerah itu sendiri, baik dari segi implementasi kebijakan,
perencanaan dan pendanaan.

Dari pengertian diatas, maka secara umum dapat dijelaskan bahwa


Desentralisasi mengandung beberapa hal yaitu :

 Adanya pelimpahan wewenang dan urusan dari Pemerintah pusat.


 Adanya Daerah-Daerah yang menerima pelimpahan wewenang dari
penyerahan urusan.
 Daerah-Daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban untuk
mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.
 Kewenangan dari urusan yang dilimpahkan adalah kewenangan dari
urusan rumah tangga Daerah yang bersangkutan.

Agar diperoleh pandangan yang kontekstual dan holistik, di dalam


menjelaskan definisi desentralisasi, tim penulis selain mengambil dari beberapa
pendapat para ahli ,juga mengemukakan definisi menurut undang-undang yang
saat ini digunakan di Indonesia yaitu UU Nomor 32 Tahun 2004. Jika ditinjau dari
sudut formal, menurut pasal 1 ayat (7) UU Nomor 32 Tahun 2004, diartikan sebagai
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk

11
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

G. Manfaat Desentralisasi

Para pakar-pakar menyimpulkan bahwa melalui desentralisasi tugas-tugas


pemerintahan dan pembangunan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :

 Efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas pemerintahan.


a) Efisiensi

Melalui desentralisasi, kesejahteraan masyarakat di daerah diharapkan akan


lebih cepat terwujud karena pemerintah daerah akan lebih cepat dan fleksibel untuk
bertindak atas respons perubahan lingkungan dan kebutuhan masyarakat di daerah.
Desentralisasi juga lebih melibatkan partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan
ketimbang menunggu keputusan dari pemerintah pusat sehingga kehidupan
demokrasi lebih terwujud, lebih memberi ruang untuk berkreasi dan berinovasi, dan
menghasilkan semangat kerja, komitmen dan produktivitas yang lebih tinggi

b) Efektivitas

Dengan desentralisasi, ujung tombak pemerintahan yaitu aparat di daerah


akan lebih cepat mengetahui situasi dan masalah sehingga dapat mencarikan
jawaban bagi pemecahan masalah yang ada. Hal ini artinya harus dibarengi dengan
penerapan manajemen partisipasi, yaitu selalu melibatkan aparat tersebut dalam
pemecahan masalah.

 Memungkinkan melakukan inovasi

Dengan diberikannya kepercayaan kepada pemerintah daerah untuk


mengurus rumah tangganya sendiri, secara tidak langsung akan mendorong mereka
untuk menggali potensi-potensi baru yang dapat mendukung pelaksanaan urusan
pemerintahan dan pembangunan sehari-hari terutama dari sisi ekonomi serta
penciptaan iklim pelayanan publik yang dapat memuaskan masyarakat sebagai
pembayar pajak atas jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah.

 Meningkatkan motivasi moral, komitmen dan produktivitas.

12
Melalui desentralisasi, aparat pemerintah daerah diharapkan akan
meningkatkan kesadaran moral untuk memelihara kepercayaan yang diberikan oleh
pemerintah pusat, kemudian akan timbul suatu komitmen dalam diri mereka
bagaimana melaksanakan urusan-urusan yang telah dipercayakan kepada mereka,
serta bagaimana menunjukkan hasil-hasil pelaksanaan urusan melalui tingkat
produktivitas yang mereka miliki.

H. Tujuan Desentralisasi

Terdapat 3 (tiga) tujuan desentralisasi , yaitu yang pertama tujuan politik,


untuk menciptakan suprastruktur dan infrastruktur politik yang demokratis dan
berbasis pada kedaulatan rakyat. Hal ini diwujudkan dalam bentuk pemilihan
kepala daerah, dan legislatif secara langsung oleh rakyat.

Selanjutnya yaitu tujuan administrasi, agar pemerintahan daerah yang


dipimpin oleh kepala daerah dan bermitra dengan DPRD dapat menjalankan
fungsinya untuk memaksimalkan nilai 4E yakni efektivitas, efisiensi, equity
(kesetaraan), dan ekonomi.

Terakhir yaitu tujuan sosial ekonomi, berupaya untuk mewujudkan


pendayagunaan modal sosial, modal intelektual dan modal finansial masyarakat
sehingga dapat tercipta kondisi kesejahteraan masyarakat secara luas

Selain itu, preferensi penduduk lebih terakomodasikan (Oates 1972; Manin,


Przeworski and Stokes 1999), tingkat akuntabilitas ditingkat lokal akan menjadi
lebih baik karena lebih mudah mempertanggungjawabkan kinerja pemerintah
daerah terhadap dewan perwakilan setempat (Peterson, 1997), manajemen fiskal
menjadi lebih baik (Meinzen-Dick, Knox and Gregorio 1999), dan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan jaminan pasar akan menjadi lebih baik (Wibbels 2000).
Pendek kata, cukup banyak literatur sangat optimis bahwa tingkat efisiensi menjadi
lebih baik, tingkat korupsi juga akan berkurang (Fisman, dkk. 2002), dan akan
terjadi peningkatan demokratisasi dan partisipasi (Crook and Manor 1998).

13
I. Kategori Desentralisasi

Rondinelli (1989) mengklasifikasikan desentralisasi berdasarkan tujuannya


menjadi empat bentuk, yaitu desentralisasi politik, desentralisasi fiskal,
desentralisasi pasar, dan desentralisasi administratif.

a) Desentralisasi politik, digunakan oleh pakar ilmu politik yang menaruh


perhatian besar di bidang demokratisasi dan masyarakat sipil untuk
mengidentifikasi transfer kewenangan pengambilan keputusan kepada unit
pemerintahan yang lebih rendah atau kepada masyarakat atau kepada
lembaga perwakilan rakyat.
Dengan demikian desentralisasi politik juga melimpahkan kewenangan
pengambilan keputusan kepada tingkat pemerintahan yang lebih rendah, agar
mendorong masyarakat dan perwakilan mereka untuk berpartisipasi di dalam
proses pengambilan keputusan. Dalam suatu struktur desentralisasi,
pemerintah tingkat bawahan merumuskan dan mengimplementasikan
kebijakan-kebijakan secara independen, tanpa intervensi dan tingkatan
pemerintahan yang lebih tinggi.
Desentralisasi politik bertujuan memberikan kekuasaan yang lebih besar
dalam pengambilan keputusan kepada masyarakat melalui perwakilan yang
dipilih oleh masyarakat sehingga dengan demikian masyarakat dapat terlibat
dalam penyusunan dan implementasi kebijakan. Biasanya desentralisasi
dalam bidang politik merupakan bagian dan upaya demokratisasi sistem
pemerintahan.

b) Desentralisasi pasar, umumnya digunakan oleh para ekonom untuk


menganalisis dan melakukan promosi barang dan jasa yang diproduksi
melalui mekanisme pasar yang sensitif terhadap keinginan dan melalui
desentralisasi pasar barang-barang dan pelayanan publik diproduksi oleh
perusahaan kecil dan menengah, kelompok masyarakat, koperasi, dan
asosiasi swasta sukarela. desentralisasi ekonomi, bertujuan lebih memberikan
tanggung jawab yang berkaitan sektor publik ke sektor swasta.

14
c) Desentralisasi administratif, memusatkan perhatian pada upaya ahli hukum
dan pakar administrasi publik untuk menggambarkan hierarki dan distribusi
kewenangan serta fungsi-fungsi di antara unit pemerintah pusat dengan unit
pemerintah non pusat (sub-national government). Desentralisasi
administratif, memiliki tiga bentuk utama yaitu dekonsentrasi, delegasi dan
devolusi, bertujuan agar penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan efektif
dan efisien
d) Desentralisasi fiskal, bertujuan memberikan kesempatan kepada daerah
untuk menggali berbagai sumber dana, meliputi pembiayaan mandiri, dan
pemulihan biaya dalam pelayanan publik, peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD), bagi hasil pajak dan bukan pajak secara lebih tepat, transfer
dana ke daerah, utamanya melalui Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) secara lebih adil, kewenangan daerah untuk
melakukan pinjaman berdasar kebutuhan daerah.

J. Kelebihan Desentralisasi

Dalam prakteknya, asas desentralisasi sebagai sistem penyelenggaraan


pemerintah di daerah memiliki beberapa kelebihan seperti :

1) Struktur organisasinya merupakan pendelegasian wewenang dan


memperingan manajemen pemerintah pusat.
2) Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintah.
3) Pemerintah daerah tak perlu menunggu instruksi dari pusat untuk
menuntaskan masalah.
4) Hubungan antar pemerintah pusat dengan daerah dapat meningkatkan
gairah kerja
5) Efisien dalam segala hal.
6) Mengurangi Birokrasi dalam arti buruk karena keputusan dapat segera
dilaksanakan

15
K. Kekurangan Desentralisasi

Ada juga kelemahan dari asas desentralisasi, diantaranya :

1) Besarnya organ pemerintahan sehingga membuat struktur pemerintahan


menjadi tambah kompleks dan bisa mengakibatkan lemahnya koordinasi.
2) Keseimbangan dan kesesuaian antara macam-macam kepentingan.

16
BAB III
KESIMPULAN

Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang atas segala urusan yang


menyangkut pemerintahan kepada tingkat pusat. Sentralisasi banyak digunakan
pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah. Bahkan
pada zaman kerajaan, pemerintahan kolonial, maupun di zaman kemerdekaan.
Istilah sentralisasi sendiri sering digunakan dalam kaitannya dengan kontrol
terhadap kekuasaan dan lokasi yang berpusat pada satu titik.
Sedangkan Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pusat
kepada daerah. Pelimpahan wewenang kepada Pemerintahan Daerah, semata- mata
untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Pelimpahan wewenang tersebut
menghasilkan otonomi. Otonomi itu sendiri adalah kebebasan masyarakat yang
tinggal di daerahnya itu sendiri untuk mengatur dan mengurus kepentingannya
sendiri.

17
DATAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Sentralisasi

https://id.wikipedia.org/wiki/Desentralisasi

http://ramaitugas.blogspot.com/2014/03/makalah-sentralisasi.html

http://www.eduspensa.com/2015/12/pengertian-sentralisasi-desentralisasi-
dekonsentrasi.html

http://finaslv.blogspot.com/2014/11/makalah-sentralisasidesentralisasi-
dan.html

18

Anda mungkin juga menyukai