Panduan Code Blue
Panduan Code Blue
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan buku ”CODE BLUE” dengan sebaik- baiknya. Buku ini diperuntukkan untuk
tenaga kesehatan, khususnya perawat yang diharapkan dapat membantu dalam mengatasi
masalah cardiac arrest dengan cepat dan tepat.
Dalam penyusunan buku ini penulis telah berusaha untuk menyajikan dengan sebaik mungkin,
tetapi penulis menyadari bahwa kemungkinan buku ini masih banyak kekurangan sehingga
penulis membuka diri untuk segala masukan dan saran yang sifatnya membangun.
Semoga buku ini memberikan manfaat bagi profesi keperawatan pada umumnya, dan perawat
RS Sentosa pada khususnya. Sehingga perawat dapat memberikan pelayanan yang bermutu.
Bogor, 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ....................................................... ii
Daftar Isi ................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ................................................ 1
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1Definisi............................................................. 4
2.2Tujuan Code Blue ............................................. 5
2.3Organisasi Tim Code Blue................................ 6
2.4Pendidikan, Pelatihan, dan Jaminan Kualitas Anggota
Code Blue ........................................................ 8
BAB III RUANG LINGKUP ............................. 10
BAB IV TATA LAKSANA
4.1Fase Code Blue................................................. 13
4.2Komunikasi ...................................................... 21
4.3Koordinasi dengan Ruangan Lain .................... 21
4.4Algoritma Code Blue ......................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit
jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah
penyakit jantung koroner. Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac
arrest yang ditangani baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit di Unites State
(American Heart Asociation, 2012). WHO (2008) menerangkan bahwa penyakit jantung,
bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat
teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan jantung dan problem seputarnya
masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen kematian global setiap
tahun. Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 1986
dan 1991, penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit infeksi merupakan
penyebab kematian utama di Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118,
2010).
Kematian jantung mendadak atau cardiac arrest adalah berhentinya fungsi jantung
secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum diketahui menderita penyakit
jantung. Waktu dan kejadiannya tidak terduga, yakni segera setelah timbul keluhan
(American Heart Association, 2010). Kematian otak dan kematian permanen terjadi
dalam jangka waktu 8 sampai 10 menit setelah seseorang mengalami cardiac arrest
(Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010). Cardiac arrest dapat dipulihkan jika
tertangani segera dengan cardiopulmonary resusitation dan defibrilasi untuk
mengembalikan denyut jantung normal. Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup
berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit yang berjalan tanpa cardiopulmonary
resusitation dan defibrilasi (American Heart Assosiacion, 2010). Berdasarkan hasil
penelitian dari American Heart Association pada bulan Juni 1999 didapatkan data bahwa
64% pasien dengan cardiac arrest yang mendapatkan penanganan segera dapat
bertahan hidup tanpa kerusakan otak.Inti dari penangan cardiac arrest adalah
kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera
mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah terjadinya
kematian otak dan kematian permanen. Penanganan secara cepat dapat diwujudkan jika
terdapat tenaga yang memiliki kemampuan dalam melakukan chain of survival saat
cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang selama ini menjadi
masalah/pertanyaan besar, bahkan di rumah sakit yang notabene banyak terdapat
tenaga medis dan paramedis. Tenaga medis dan paramedis di Rumah Sakit sebenarnya
sudah memiliki kemampuan dasar dalam melakukan life saving, akan tetapi belum
semuanya dapat mengaplikasikannya secara maksimal. Dan seringkali belum terdapat
pengorganisian yang baik dalam pelaksanaannya. Masalah inilah yang kemudian
memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam penanganan arrest segera, yang
disebut Code Blue.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Definisi
1. Code Blue
Code blue adalah dan stabilisasi kondisi darurat medis yang terjadi di dalam area
rumah sakit. Kondisi darurat medis ini membutuhkan perhatian segera. Sebuah code
blue harus segera dimulai setiap kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac atau
respiratory arrest (tidak responsif, nadi tidak teraba, atau tidak bernapas) misalnya
pasien yang membutuhkan resusitasi kardiopulmoner (CPR)
2. Code Blue Team
Code blue team adalah tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang ditunjuk
sebagai "code-team", yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan
penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart, kursi roda/tandu, alat - alat penting
seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obat-obatan
resusitasi (adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien.
3. BLS atau Bantuan Hidup Dasar
BLS atau Bantuan Hidup Dasar merupakan awal respons tindakan gawat darurat. BLS
dapat dilakukan oleh tenaga medis, paramedis maupun orang awam yang melihat
pertama kali korban. Skills BLS haruslah dikuasai oleh paramedis dan medis, dan
sebaiknya orang awam juga menguasainya karena seringkali korban justru ditemukan
pertamakali bukan oleh tenaga medis. BLS adalah suatu cara memberikan bantuan/
pertolongan hidup dasar yang meliputi bebasnya jalan napas (airway/A), pernapasan
yang adekuat (breathing/B), sirkulasi yang adekuat (circulation/C).
4. Advanced Cardiac Life Support (ACLS)
Advanced Cardiac Life Support (ACLS) adalah bantuan hidup lanjut atau pertolongan
pertama pada penyakit jangtung.
Setiap anggota tim code blue akan memiliki tanggung jawab yang ditunjuk seperti
pemimpin tim, manajer airway, kompresi dada, IV line, persiapan obat dan defibrilasi.
Setiap anggota tim yang ditunjuk harus membawa hand phone.
BAB III
RUANG LINGKUP
Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi darurat medis
kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon terbagi dalam
2 tahap.
1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang berada di
sekitarnya, dimana terdapat layanan Basic Life Support (BLS).
2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang berasal dari
departemen yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit.
Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas pelayanan
yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal tersebut yang dilakukan adalah :
1. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS untuk menunjang
kecepatan respon untuk BLS di lokasi kejadian.
2. Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan rumah sakit,
misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang rawat inap, dimana
peralatan dapat dipindah atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat.
BAB IV
TATA LAKSANA
Sebuah respon code blue untuk seluruh daerah Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi tidak
dapat ditangani oleh Unit Gawat Darurat (UGD) sendiri karena kesulitan jarak dan lokasi yang
tidak terjangkau padahal idealnya waktu antara aktivasi code blue sampai kedatangan code blue
Team adalah 5 menit. Sehingga diharapkan setiap regio rumah sakit mempunyai tim yang dapat
melakukan BLS awal sambil menunggu kedatangan tim code blue rumah sakit untuk
meningkatkan harapan hidup pasien.
Tim dibentuk dengan ketentuan tiap tim terdiri dari 3 sampai 5 anggota yang terlatih
dalam BLS. Peralatan resusitasi darurat yang mudah untuk dibawa, harus ditempatkan di lokasi
strategis di seluruh kawasan rumah sakit terutama di daerah di mana probabilitas tinggi terjadi
kondisi darurat medis atau di mana tim rumah sakit telah dilatih dalam keterampilan BLS.
Setidaknya satu kit resusitasi dasar harus ditempatkan di setiap area kerja satu departemen
sehingga tim dapat dengan cepat memobilisasi dan memanfaatkan peralatan resusitasi. Jika
tersedia peralatan resusitasi yang lebih maka efektifitas dan waktu respon dari Code Blue Tim
akan lebih baik dan harapan hidup pasien meningkat.
Hal ini sama pentingnya bahwa semua personil rumah sakit, terutama tenaga non-
dokter dan non-medis, dilatih BLS sehingga mereka juga dapat memberikan resusitasi awal
kehidupan (CPR) di lokasi kejadian sambil menunggu respon primer atau Code Blue tiba, dengan
demikian juga meningkatkan kemungkinan hasil yang baik bagi para korban darurat medis.
Pelatihan tim rumah sakit dalam keterampilan BLS dan penggunaan AED juga dapat dilakukan
oleh ETD.
Anggota tim respon code blue primer yang telah ditentukan di sekitar tempat
terjadinya kegawatdaruatan medis akan menanggapi situasi code blue sesegera
mungkin. Anggota tim akan memobilisasi alat resusitasi mereka dan bergegas ke lokasi
darurat medis. Tim ETD code blue juga akan menanggapi situasi code blue. Jika semua
tim tidak yakin apakah lokasi darurat medis tersebut tercakup di daerah cakupan
mereka, mereka tetap harus merespon alarm 'code blue'.
Standar layanan untuk durasi waktu yang dibutuhkan antara menerima pesan 'code
blue' (code blue aktivasi) dan kedatangan tim code blue di lokasi kejadian adalah 5
sampai 10 menit.
Standar layanan akan diberi batas waktu & dikaji kinerja dan pemeriksaan jaminan
kualitas untuk menentukan ‘perangkap’ dalam sistem peringatan dan menjaga efisiensi
dan penyebaran cepat dari tim code blue.
1. Tanggung jawab dari Medical Emergency Call Center (MECC) terhadap Code Blue
line
Anggap setiap panggilan di code blue line adalah code blue kasus yang
sebenarnya (sampai bisa dibuktikan)
Panggilan code blue harus dijawab secepatnya (< 3 kali dering)
Informasi vital adalah:
Nama dan nama orang/ tim rumah sakit/ paramedis/ dokter
tertentu
Lokasi pasti
Trauma atau kasus medis
Dewasa atau anak-anak
Pengumuman kepada ETD tim code blue- CODE BLUE 3x di area cakupan
Tim code blue harus meninggalkan pekerjaannya dan berlari dengan
membawa perlengkapan jika zona ETD bisa dijangkau dengan jalan kaki.
Rekaman dan dokumen dalam sensus code blue
4. Perawatan Definitif
a. Keadaan darurat medis yang terjadi di setiap daerah baik klinis atau non-klinis dan
baik melibatkan rawat inap atau rawat jalan (umum) akan dihadiri oleh para tim
tanggap code blue, pasien ini akan diangkut ke ETD untuk resusitasi lanjut dan
perawatan definitif dimana tempat-tempat ini biasanya tidak memiliki infrastruktur
yang memadai dan peralatan untuk perawatan lanjutan.
b. Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP), korban masih perlu
ditransfer ke ETD untuk dokumentasi lebih lanjut atau konfirmasi kematian.
c. Setiap kasus code blue akan menerima perawatan definitif setelah perawatan pasca
integrasi serangan jantung dan diskusi dalam ETD.
Ketika muncul code blue, tim dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai "code-team",
bergegas ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart,
kursi roda / tandu, yang berisi alat - alat penting seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction,
oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk
menstabilkan pasien. Tim akan mempraktekkan keterampilan BLS dan Advanced Cardiac Life
Support (ACLS) untuk resusitasi pasien.
Peralatan resusitasi diletakkan di area yang sering membutuhkan bantuan resusitasi
sehingga bila code blue muncul tim yang ditunjuk sebagai code blue Tim akan segera dapat
mengakses peralatan tersebut. Jika code blue disebut di suatu daerah tanpa crash- cart, tim yang
ditunjuk code blue akan membawa crash-cart atau kit resusitasi.
B. Komunikasi
Tersedia
Panggilan akan diperoleh dari ruangan lain yang Medical Emergency Call Centre (MECC)
yaitu panggilan khusus yang mengaktifkan tim Code Blue Respon Primer