Cara kerja alat ini dengan memberikan stimulus bunyi yang masuk ke liang telinga
melalui insert probe, dengan bagian luarnya dilapisi karet lunak (probe tip) yang ukurannya
dapat dipilih sesuai besarnya liang telinga, menggetarkan gendang telinga, selanjutnya melalui
telinga tengah akan mencapai koklea. Saat stimulus bunyi mencapai OHC koklea yang sehat,
OHC akan memberikan respon dengan memancarkan emisi akustik yang akan dipantulkan ke
arah luar (echo) menuju telinga tengah dan liang telinga. Emisi akustik yang tiba di liang telinga
akan direkam oleh mikrofon mini yang juga berada dalam insert probe, selanjutnya diproses oleh
mesin OAE sehingga hasilnya dapat ditampilkan pada layar monitor mesin OAE. Kerusakan
pada OHC misalnya akibat virus, obat-obat ototoksik, kuranganya oksigenasi dan perfusi yang
menuju koklea menyebabkan OHC tidak dapat memproduksi gelombang OAE. OAE tidak
muncul pada hilangnya pendengaran lebih dari 30-40 dB. Pemeriksaan OAE dapat menentukan
penilaian klinik telinga perifer/jalur preneural, namun tidak dapat memeriksa adanya gangguan
saraf pendengaran atau respon otak/jalur neural terhadap suara. OAE dipengaruhi oleh verniks
kaseosa, debris, dan kondisi telinga tengah (cavum tympani). Neonatus usia kurang dari 24 jam
liang telinga terisi verniks kaseosa yang akan keluar dalam 24-48 jam setelah lahir, sehingga
hasil refer 5-20% bila skrining dilakukan 24 jam setelah lahir. Angka refer <3% dicapai bila
skrining dilakukan usia 24-48 jam Karena perjalanan stimulus bunyi menuju koklea maupun
emisi akustik yang dipancarkan oleh koklea ke liang telinga harus melewati telinga tengah; maka
sebelum pemeriksaan OAE harus dipastikan bahwa telinga tengah dalam kondisi normal dengan
pemeriksaan timpanometri. Kelainan pada telinga tengah akan memberikan hasil positif palsu. 1
Faktor lain yang mempengaruhi hasil tes OAE yaitu ukuran probe (harus sesuai dengan
ukuran liang telinga), posisi penempatan probe (tidak ada kebocoran atau celah udara dan posisi
probe harus lurus ke arah gendang telinga) serta kebisingan eksternal maupun internal1
Gambar 8 Hasil Tes Pemeriksaan OAE1
Pemeriksaan OAE sensitif untuk mengetahui adanya kerusakan pada disfungsi outer
haircell pada koklea. Pemeriksaan OAE juga cukup efektif sebagai alat screening karena selain
sensitif juga cukup murah. Minesota Newborn Hearing Screening Program memakai OAE
sebagai standar pemeriksaan awal, apabila didapatkan abnormalitas baru diperiksa dengan ABR.
Otoacoustic Emission atau OAE merupakan skrining pendengaran secara obyektif, namun tidak
dapat memberikan informasi tentang derajat gangguan pendengaran seorang bayi atau anak. 1
a. Jenis pemeriksaan OAE
Dikenal 2 jenis pemeriksaan OAE, yaitu Spontan dan Evoked OAE. Spontan OAE dapat timbul
tanpa adanya stimulus bunyi, namum tidak semua manusia memiliki Spontan OAE sehingga
manfaat klinisnya tidak diketahui. Evoked OAE adalah OAE yang terjadi pasca pemberian
stimulus, dibedakan menjadi Stimulus Frequency OAE (SFOAE), Transient Evoked OAE
(TEOAE) dan Distortion Product OAE (DPOAE).
1. SFOAE
Merupakan respon yang dibangkitkan oleh nada murni yang panjang dan terus menerus,
jenis ini tidak mempunyai arti klinis, dan jarang digunakan. 5
2. TEOAE
Untuk memperoleh emisi TEOAE digunakan stimulus bunyi click yang onsetnya sangat
cepat (milidetik) dengan intensitas sekitar 40 desibel. Secara otomatis akan diperiksa 4–6 jenis
frekuensi. Spektrum frekuensi yang dapat diperiksa TEOAE adalah 500 - 4500 Hz untuk orang
dewasa dan 5000–6000 Hz pada bayi. TEOAE tidak terdeteksi pada ketulian >40 dB. Bila
TEOAE pass berarti tidak ada ketulian kohlea, sebaliknya bila TEOAE reffer berarti ada ketulian
kohlea lebih dari 40 dB. Umumnya hanya digunakan untuk skrining pendengaran bayi/anak.5,22
3. DPOAE
Mempergunakan 2 buah stimulus bunyi nada murni sekaligus, yang berbeda frekuensi
maupun intensitasnya. Spektrum frekuensi yang dapat diperiksa lebih luas dibandingkan dengan
TEOAE, dapat mencapai frekuensi tinggi (10.000 Hz). DPOAE (+BERA) digunakan untuk
mendiagnosis auditori neuropati, monitoring pemakain obat ototoksik dan pemaparan
bising,menentukan prognosis tuli mendadak (sudden deafness) dan gangguan pendengaran
lainnya yang disebabkan oleh kelainan koklea.5
3) Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)
BERA merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai integritas sistem auditorik,
bersifat obyektif, tidak invasif. Dapat memeriksa bayi, anak, dewasa, penderita koma. BERA
merupakan cara pengukuran evoked potential (aktivitas listrik yang dihasilkan N.VIII, pusat-
pusat neural dan traktus didalam batang otak) sebagai respon terhadap stimulus auditorik.
Stimulus bunyi yang digunakan berupa bunyi click atau toneburst yang diberikan melalui
headphone, insert probe, bone vibrator. Respon terhadap stimulus auditorik berupa evoked
potential yang sinkron, direkam melalui elektroda permukaan (surface electrode) yang
ditempelkan pada kulit kepala (dahi dan prosesus mastoideus), kemudian diproses melalui
program komputer dan ditampilkan sebagai 5 gelombang defleksi positif (gelombang I sampai
V) yang terjadi sekitar 2 – 12 ms setelah stimulus diberikan. Analisis gelombang BERA
berdasarkan morfologi gelombang, masa laten, dan amplitude gelombang.5
Gambar 10 Jalur pendengaran dan lokasi anatomi yang berkaitan dengan gelombang yang
ditimbulkan oleh BERA. Saraf pendengaran (gelombang I-inti koklea, gelombang II- nucleus
kokhlea, gelombang III-Superior olive, gelombang IV-Lateral lemniscus, gelombang V-
Colliculus inferior) Thalamus dan lobus temporal membentuk gelombang tengah dan akhir dari
BERA20
Gelombang BERA I dan II berkaitan dengan potensial aksi yang benar. Gelombang
selanjutnya mungkin menggambarkan aktivitas postsinaptik pada pusat auditori batang otak
utama yang secara bersamaan menimbulkan bentuk gelombang puncak dan palung. Puncak
positif dari bentuk gelombang menunjukkan aktivitas aferen kombinasi (dan kemungkinan juga
eferen) dari jalur axonal pada batang otak auditory.6
Gambar 11 Ambang audiometri didefinisikan sebagai intensitas minimum yang diperlukan
untuk mendapatkan gelombang V yang jelas, yaitu biasanya pada 20 dB. Pada 70 dB tercatat 5
gelombang yang jelas, respon latensi meningkat dan amplitudo gelombang berkurang20
Di Ameriksa Serikat, bentuk gelombang biasanya di plot dengan elektroda pada vertex
dengan amplifier tegangan input positif, sehingga menimbulkan gelombang puncak pada I, III,
dan V. Di negara-negara lainnya, gelombangnya di plot dengan tegangan negatif. 21
Reaksi yang timbul sepanjang jaras-jaras saraf pendengaran dapat dideteksi berdasarkan
waktu yang dibutuhkan (satuan milidetik) mulai dari saat pemberian impuls sampai
menimbulkan reaksi dalam bentuk gelombang. Gelombang yang terjadi sebenarnya ada 7 buah,
namun yang penting dicatat adalah gelombang I, III,dan V.18
Komponen Bentuk Gelombang
1. Gelombang I : Respon gelombang BERA I merupakan gambaran yang luas dari potensial aksi
saraf auditori gabungan pada bagian distal dari nervus kranialis VIII. Respon tersebut berasal
dari aktivitas aferen dari serabut saraf VIII (neuron urutan pertama) saat meninggalkan
koklea dan masuk ke kanalis auditori internal.
2. Gelombang II : gelombang BERA II ditimbulkan oleh nervus VIII proksimal saat memasuki
batang otak.
3. Gelombang III : gelombang BERA III ditimbulkan pada bagian caudal dari pons auditori.
Nukleus koklearis mengandung hampir 100.000 neuron, kebanyakan dipersarafi oleh
sembilan serabut saraf.
4. Gelombang IV : gelombang BERA IV, memiliki puncak yang sama dengan gelombang V,
muncul dari neuron urutan ketiga pontin yang kebanyakan terletak pada kompleks olivary
superior, tetapi kontribusi tambahan untuk terbentuknya gelombang IV dapat datang dari
nukleus koklearis dan nucleus dari lemniskus lateral.
5. Gelombang V : pembentukan gelombang V terbentuk dari aktivitas dari struktur auditori
anatomik multipel. Gelombang BERA V merupakan komponen yang paling sering di analisa
pada aplikasi klinis BERA. Meskipun terdapat beberapa data mengenai hal yang tepat dalam
pembentukan gelombang V, gelombang V berasal dari sekitar kollikulus inferior. Aktivitas
neuron urutan kedua mungkin secara sekunder mempengaruhi beberapa hal dalam
pembentukan gelombang V. Kollikulus inferior merupakan sebuah struktur yang kompleks,
dengan lebih dari 99% akson dari regio auditori batang otak bawah melewati lemniskus
lateral ke kollikulus inferior.
6. Gelombang VI dan VII : Gelombang VI dan VII dianggap berasal dari thalamus (medial
geniculate body), tetapi tempat pembentukan sebenarnya masih diragukan.
Evaluasi Pemeriksaan BERA
Gelombang I, yang ditimbulkan oleh ujung koklear CN VIII, memberikan informasi
yang berharga mengenai aliran darah ke koklea. Karena iskemik merupakan penyebab
kehilangan pendengaran yang berkaitan dengan pembedahan, gelombang I di monitor secara
seksama untuk melihat adanya perubahan pada latensi atau penurunan amplitudo.18
Interval puncak gelombang I-II dan I-III dapat memberikan informasi distal dan proksimal
selama pembedahan CN VIII. Gelombang V dan latensi interval puncak gelombang I-V di
monitor untuk melihat adanya perubahan pada latensi dan amplitudo. Latensi gelombang I-V
memberikan informasi mengenai integritas CN VIII terhadap batang otak auditori.18
Dalam hal patologi retrokoklear, banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan BERA, termasuk derajat kehilangan pendengaran sensorineural, kehilangan
pendengaran asimetris, batasan pengujian, dan faktor-faktor pasien lainnya. Pengaruh ini dapat
terjadi saat melakukan pemeriksaan maupun saat menganalisa hasil pemeriksaan BERA.18
Penemuan yang menandakan adanya patologi retrokoklear dapat meliputi satu atau lebih
dari tanda berikut ini: 18
1. Perbedaan latensi gelombang V interaural absolut (IT5) ± memanjang
2. Interval antar puncak gelombang I-V interaural-memanjang
3. Latensi absolut dari gelombang V ± memanjang dibandingkan dengan data normatif
4. Latensi absolut dan latensi interval antar puncak gelombang I-III, I-V, III-V ± memanjang
dibandingkan dengan data normatif
5. Tidak adanya respon auditori batang otak pada telinga yang dilakukan pemeriksaan.
4) Timpanometri
Pemeriksaan ini diperlukan untuk menilai kondisi telinga tengah. Gambaran
timpanometri yang abnormal (adanya cairan atau tekanan negative di telinga tengah)
merupakan pentunjuk adanya gangguan pendengaran konduktif.
Melalui probe tone (sumbat liang telinga) yang dipasang pada liang telinga dapat
diketahui besarnya tekanan di liang telinga berdasarkan energi suara yang dipantulkan
kembali (ke arah luar) oleh gendang telinga. Pada orang dewasa atau bayi berusia diatas 7
bulan digunakan probe tone frekuensi 226 Hz. Khusus untuk bayi dibawah usia 6 bulan tidak
digunakan probe tone 226 Hz karena akan terjadi resonansi pada liang telinga sehingga harus
digunakan probe tone frekuensi tinggi (668, 678, atau 1000 Hz).18
2. Tuli Konduktif
Diagnosis gangguan dengar konduktif ditegakkan berdasarkan prinsip bahwa gangguan
konduktif (telinga tengah) menyebabkan gangguan hantaran udara yang lebih besar daripada
hantaran tulang. Pada keadaan tuli konduktif murni, keadaan koklea yang baik (intak)
menyebabkan hantaran tulang normal, yaitu 0 dB pada audiogram. 5,17
Pengecualian adalah pada tuli konduktif karena fiksasi tulang stapes (misalnya pada
otosklerosis). Disini terdapat ambang hantaran tulang turun menjadi 15 dB pada 2000Hz.
Diperkiran keadaan ini bukan karena ketulian sensorineural, tapi belum diketahui
sebabnya. Penyebab ketulian koduktif seperti penyumbatan liang telinga, contohnya
serumen, terjadinya OMA, OMSK, penyumbatan tuba eustachius. Setiap keadaan yang
menyebabkan gangguan pendengaran seperti fiksasi kongenitalm fiksasi karena trauma,
dislokasi rantai tulang pendengaran, juga akan menyebabkan peninggian amabang hantaran
udara dengan hantaran tulang normal. Gap antara hantran tulang dengan hantaran udara
menunjukkan beratnya ketulian konduktif. 17
Derajat ketulian yang disebabkan otitis media sering berfluktuasi. Eksarsebasi dan remisi
sering terjadi pada penyakit telinga tenga terutama otitis media serosa. Pada orang tua sering
mengeluhkan pendengaran anaknya bertambah bila sedang pilek, sesudah berenang atau
sedang tumbuh gigi. dapat juga saat perubahan pada musim tertentu karena alergi.Penurunan
Pendengaran akan menetap sekitar 55-60 dB pada pasien otitis media. Selama koklea normal,
gangguan pendengaran maksimum tidak melebihi 60 dB. Konfigurasi audiogram pada tuli
konduktif biasanya menunjukkan pendengaran lebih pada frekuensi rendah. Dapat pula
berbentuk audiogram yang datar. 17
4. Tuli Campuran
Kemungkinan tarjadinya kerusakan koklea disertai sumbatan serumen yang padat dapat
terjadi. Level konduksi tulang menunjukkan gangguan fungsi koklea ditambah dengan
penurunan pendengaran karena sumbatan konduksi udara mengambarkan tingkat ketulian yang
disebabkan oleh komponen konduktif. 11
Perbedaan anatara level hantaran udara dan tulang dikenal sebagai “jarak udara-
tulang” atau “air-bone gap”. Jarak udara-tulang merupakan suatu ukuran dari komponen
konduktif dari suatu gangguan pendengaran. Level hantaran udara menunjukkan tingkat
patologi koklea, kadang disebut sebagai “cochlear reserve” atau cabang koklea.
Saat ini sudah banyak metode untuk menilai fungsi pendengaran anak baik secara
subyektif maupun obyektif Tes pendengaran secara obyektif dibidang audiologi dengan
peralatan elektrofisiologik saat ini sudah banyak dikembangkan di beberapa Rumah Sakit dan
klinik seperti ABR yang sangat berharga dalam diagnostik fungsi pendengaran . Keuntungan
pemeriksaan- pemeriksaan tersebut tidak tergantung usia , sehingga masalah gangguan
pendengaran dapat dideteksi secara dini. Tes pendengaran pada anak tidak bisa ditunda hanya
dengan alasan usia anak belum memungkinkan untuk dilakukan tes pendengaran.
Yang perlu dipertimbangkan adalah penilaian fungsi pendengaran pada anak-anak merupakan
proses yang dilakukan secara berkelanjutan dan harus dipandang sebagai bagian yang integral
dalam menangani gangguan pendengaran pada anak .