Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkam kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asas-asas Pendidikan” ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam
kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang benderang.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen kami yaitu ibunda


Ratika Nengsih S.Pd.I, M.Pd.I. yang telah membimbing dan memberikan tugas
makalah ini kepada kami, sehingga kami dapat mengetahui tentang asas-asas
pendidikan.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat berbagai


kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat kontruksif umtuk
penyempurnaan makalah ini.

Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca. Aamiin

Makassar, 18 November 2019

penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
C. Tujuan ..................................................................................................................... 3
BAB II................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4
A. Asas-asas Pendidikan .............................................................................................. 4
B. Macam-macam Asas Pendidikan ............................................................................ 5
C. Asas Pendidikan Islam .......................................................................................... 20
BAB III ............................................................................................................................. 28
PENUTUP ........................................................................................................................ 28
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 28
B. Saran ..................................................................................................................... 29
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 30

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu dan tekhnologi, terutama tekhnologi informasi
menyebabkan arus komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas, sehingga
rawan terhadap timbulnya gejolak sosial dan disintegrasi bangsa. Hal ini
membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (life skill),
yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian
kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga selalu mampu bertahan
dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam
kehidupannya.

Pendidikan adalah upaya sadar sistematis sistemik selalu bertolak


dari sejumlah asas-asas tertentu. Asas-asas tersebut sangat penting karena
pendidikan merupakan pilar uatama terhadap perkembangan manusia dan
masyarakat bangsa tertentu. Khusus untuk pendidikan di indonesia,
terdapat sejumlah asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang
dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara sejumlah asas tersebut, akan
dikaji lebih lanjut tiga buah asas. Ketiga asas itu dipandang sangat relevan
dengan upaya pendidikan, baik masa kini maupun masa depan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asas-asas pendidikan ?
2. Apa saja asas-asa pendidikan ?
3. Apa saja asas-asas pendidikan dalam islam itu ?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian asas pendidikan
2. Untuk menjelaskan macam-macam asas pendidikan
3. Untuk menjelaskan asas pendidikan dalam islam

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asas-asas Pendidikan
Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 1 menjabarkan
pengertian pendidikan yaitu: “ Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan pendidikan
nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. Dan sistem pendidikan nasional adalah keseluruh komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional”.

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis sistemik selalu bertolak


dari sejumlah landasan serta memerhatikan asas tertentu. Landasan asas tersebut
sangat penting, karena pendidikan merupakan pilihan utama perkembangan
manusia dan masyarakat suatu bangsa.

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau


tumpuan berpikir baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber baik dari kecenderungan umum
pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman
sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia.

4
B. Macam-macam Asas Pendidikan
1. Asas Tut Wuri Handayani

Tirtaraharja dan La Sulo {2005} menyatakan asas Tut Wuri Handayani


pada awalnya merupakan salah satu dari “ Asas 1922” , yakni tujuh buah asas dari
perguruan Nasional Taman Siswa yang didirikan pada 3 Juli 1922. Sebagai asas
pertama Tut Wuri Handayani merupakan inti dari sistem Pamong dan perguruan
itu.

Asas Tut Wuri Handayani berasal dari pemikiran Ki Hajar Dewantara


yang memiliki inti “ Memajukan Bangsa tanpa Membedakan Ras, Budaya, dan
Bangsa “. Asas ataupun semboyanTut Wuri Handayani yang disampaikan oleh Ki
Hajar Dewantara mendapat tanggapan positif dari Drs. R. M. P. Sastrokartono
dengan menambahkan dua semboyan untuk menanggapinya yakni Ing Ngarso
Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa. Ketiga semboyan tersebut telah
menjadi satu kesatuan asas, yakni :

 Ing Ngarsa Sung Tulada ( Jika di depan, menjadi contoh) Maksudnya


adalah seorang guru hendaknya memberi teladan yang baik kepada
murid-muridnya
 Ing Madya Mangun Karsa ( Jika di tengah-tengah, membangkitkan
kehendak, hasrat atau motivasi) Maksudnya adalah seorang guru harus
terus membuat inovasi dalam pembelajaran.
 Tut Wuri Handayani ( Jika di belakang, mengikuti dengan awas)
Maksudnya adalah seorang pendidik harus dapat membangkitkan
motivasi memberikan dorongan pada anak didiknya untuk terus maju,
berkarya, dan berprestasi.

Semboyan tersebut sampai saat ini masih sangat relevan, meskipun kalau
kita perhatikan ada beberapa guru yang tidak paham tentang falsafah tersebut.
Betapa mulianya ajaran tersebut. Bayangkan, seorang pendidik harus dapat
menjadi teladan bagi anak didiknya dalam berbagai hal sehingga guru dapat
menjadi panutan bagi anak didiknya.

5
Ki Hajar Dewantara mendirikan pendidikan kebangsaan yang terkenal
dengan Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922. Sifat,sistem, dan metode
pendidikan taman siswa diringkas dalam empat kemasan yaitu Asas Taman
Siswa, panca darma, adat istiadat, dan semboyan atau lambang. Asas Tut Wuri
Handayani merupakan konseptualisasi konsep tujuh asas perguruan nasional,
ketujuh asas tersebut secara singkat disebut “ Asas 1922” adalah sebagai berikut :

 Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri


dengan mengingat persatuan dalam prikehidupan umum.
 Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang
lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
 Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada
seluruh rakyat.
 Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya
Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan
sendiri.
 lahir maupun batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan
menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat baik berupa
ikatan lahir maupun ikatan batin.
 Bahwa sebagai kosekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak
harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
 Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin
untuk mengirbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan da
kebahagiaan anak-anak.

Banyak yang belum memahami betapa besar jasa Ki Hajar Dewantara.


Kekurangpahaman itu mungkin dapat dikikis dengan melalui mengenal tujuan
taman siswa, yakni:

a. Sebagai badan peruangan kebudayaan dan pmbangunan masyarakat tertib


dan damai.

6
b. Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin,
luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota
masyarakat yang bergun dan bertanggungjawab atas keserasian bangsa,
tanah air, serta manusia pada umumunya.
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat

Yang dimaksud dengan pendidikan seumur hidup / life long education


adalah proses continue pendidikan yang berlangsung semenjak lahir hingga
meninggal dunia, baik itu secara formal, informal, maupun nonformal, baik yang
terjadi dalam keluarga, sekolah, pekerjaan, ataupun masyarakat.

Pendidikan seumur hidup adalah segala aktivitas pembelajaran yang


terjadi secara terus-menerus dengan tujuan mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan kompetensi. Dimana pembelajaran tersebut bisa dilakukan
secara formal, non formal, atau informal.

Setiap manusia di Indonesia diharapkan untuk selalu berkembang


sepanjang hidupnya dan dilain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar
dapat menciptakan situasi yang menantang untuk belajar.

UNESCO menetapkan defenisi kerja pendidikan seumur hidup sebagai


konsep bahwa pendidikan harus menetapkan beberapa hal sebagai berikut :

 Meliputi seluruh hidup setiap individu


 Mengarah kepada pembentukan,pembaharuan,peningkatan, dan
penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
 Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu.
 Menigkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.
 Mengakui kontribusi dari semua pegaruh pendidikan yang mungkin terjadi,
termasuk yang formal, non formal, dan informal.
 Istilah pendidikan seumur hidup berkaitan erat dan, kadang-kadang
digunakan saling bergantian dengan makna yang sama dengan istilah belajar

7
sepanjang hayat. Kedua istilah ini memang tak dapat dipisahkan, tetapi dapat
dibedakan. Seperti diketahui, penekanan istilah belajar adalah perubahan
perilaku ( kognitif/afektif/psikomotorik ) yang relatif tetap karena pengaruh
pengalaman, sedangkan istilah pendidikan menekankan pada usaha sadar dan
sistematis untuk penciptaan suatu lingkungan yang memungkinkan pengaruh
pengalaman tersebut lebih efisien dan efektif.

Dalam asas pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar disekolah


mengemban dua misi yakni memberikan pembelajaran kepada peserta didik
dengan efisien dan efektif dan meningkatkan kemampuan belajar mandiri sebagai
basis dari belajar sepanjang hayat. Kurikulum yang dapat mendukung
terwujudnya belajar sepanjang hayat harus dirancang dan diimplementasikan
dengan memperhatikan dua dimensi sebagai berikut :

 Dimensi vertikal dari kurikulum sekolahyang meliputi keterkaitan antara


kurikulum dengan masa depan peserta didik, termasuk relevansi bahan ajar
dengan masa depan dan pengintekrasian masalah kehidupan nyata kedalam
kurikulum. Kurikulum dan perubahan sosial kebudayaan, kurikulum
seyogianya memungkinkan antisipasi terhadap perubahan sosial kebudayaan.
Perancangan kurikulum berdasarkan suatu prognosis, baik tentang perilaku
peserta didik pada saat menamatkan sekolahnya, pada saat hidup ia dalam
sistem yang sedang berlaku maupun pada saat ia hidup dalam sistem yang
telah berubah di masa depan. Keterpaduan bahan ajar dan pengorganisasian
pegetahuan, terutama dalam kaitannya dengan struktur pngetahuan yang
sedang dipelajari dengan penguasaan kerangka dasar untuk memperoleh
keterpaduan ide di bidang studi itu. Penyiapan untuk memikul
tanggungjawab, baik tentang dirinya sendiri maupun dalam bidang sosial
atau pekerjaan, agar kelak dapat membangun dirinya sendiri dan bersama-
sama membangun masyarakatnya.Pengintegrasian dengan pengalaman yang
telah dimiliki peserta didik, yakni pengalaman keluarga untuk pendidikan
dasar yang demikian seterusnya. Untuk mempertahankan motivasi belajar
secara permanen, peserta didik harus dapat melihat kemanfaatan yang akan

8
didapatnya dengan tetap mengikuti pendidikan itu, seperti kesempatan yang
terbuka baginya, mobilitas pekerjaan, pengembangan kepribadian, dan
sebagainya.
 Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah, yakni keterkaitan antara
pengalaman belajar disekolah dengan pengalaman diluar sekolah, yaitu
kurikulum sekolah merefleksi kehidupan diluar sekolah, kehidupan diluar
sekolah menjadi objek refleksi teoritis didalam bahan ajaran disekolah,
sehingga peserta didik lebih memahami persoalan pokok yang terdapat diluar
sekolah. Memperluas kegiatan belajar diluar sekolah, kehidupan diluar
sekolah dijadikan tempat kajian empiris, sehingga kegiatan belajar mengajar
terjadi didalam dan diluar sekolah. Melibatkan orang tua dan masyarakat
dalam kegiatan belajar mengajar, baik sebagai narasumber dalam kegiatan
belajar disekolah maupun dalam kegiatan belajar diluar sekolah.
Perancangan dan implementasi kurikulum yang memerhatikan kedua
dimensi itu akan mendekatkan peserta didik dengan berbagai sumber belajar
yang ada disekitarnya. Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber
belajar yang tersedia itu akan memberi peluang terwujudnya belajar
sepanjang hayat. Dan masyarakat yang memiliki semangat belajar sepanjang
hayat akan menjadi suatu masyarakat yang gemar belajar.

Ciri-ciri pendidikan seumur hidup :

1. Pendidikan seumur hidup menghilangkan tembok pemisah antara sekolh


dengan lingkungan kehidupan nyata.
2. Pendidikan seumur hiup menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian
integrak dari proses hidup yang berkesinambungan, sedangkan pendidikan
sekolah merupakan sebagian kecil dari keseluruhan proses belajar yang
dialami seseorang selama hidupnya.
3. Pendidikan seumur hidup lebih mengutamakan pembekalan sikap dan
metode daripada isi pendidikan, karena isi pendidikan bersifat statis, mudah
dilanda keusangan, dan senantiasa berubah.

9
4. Pendidikan seumur hidup menempatkan peserta didik sebagai pelaku utama
pendidikan dalam pendidikan diri sendiri.

Menurut Hasbullah (2015), pendidikan seumur hidup dipandang perlu


karena ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK), masyarakat serta dunia pada
umumnya bergerak sangat cepat dan dinamis.
Untuk mengimbangi dan mengadaptasinya, manusia perlu terus menerus
belajar, meningkatkan keahlian (skill) serta mengembangkan kepribadian
sepanjang hidup.
Berhubungan dengan hidup, memperbesar pemenuhan diri, melepaskan
individu dari kebodohan, kemiskinan, dan eksploitasi.

Implikasi Pendidikan Seumur Hidup

1. Para Buruh dan Petani

Mereka dengan pendidikan yang sangat rendah atau bahkan tanpa


pendidikan sama sekali merupakan golongan terbesar penduduk di negara-negara
yang sedang berkembang, mereka pada umumnya masih hidup dalam suasana
tradisional yang dikuasai oleh takhayul, tabu dan kebiasaan hidup menghambat
kemajuan

Cara hidup tradisonal ini merupakan hambatan-hambatan pdikologik bagi


pmbangunan. Bagi golongan pendidik ini program pendidikan barulah
memmpunyai arti, apabila program tersebut :

a) Menolong meningkatkan produktivitas mereka, baik hal itu dicapai


melalui pengajaran berbagai keterampilan baru maupun pemberian
metode bertani yang baru memungkinkan untuk memperbaiki kehidupan
mereka
b) Mendidik mereka agar dapat mengetahui kewajiban sebagai warga
negara dan sebagai kepala keluarga, sehingga mereka menyadari
pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.

10
c) Memberi jalan bagi mereka untuk dapat mengisi waktu senggangnnya
dengan kegiatan yang produktif dan menyenangkan sehingga mereka
menjadi lebih berarti.
2. Golongan Remaja yang Terganggu Pendidikan Sekolahnya

Golongan remaja yang menganggur karena tidak mendapatkan


pendidikan keterampilan karena kurangnya bakat dan kemampuannya,
memerlukan pendidikan vokasional yang khusus.

Demi perkembangan pribadinya, mereka perlu pula diberi pendidikan kultural


dan kegiatan-kegiatan yang kreatif.

Namun program yang paling terpenting bagi golongan anak didik ini
adalah pendidikan yang bersifat remedial. Mungkin mereka meninggalkan
pendidikan disekolah karena tidak tertarik, bosan atau tidak melihat manfaat
pendidkan sekolah itu bagi kehidupannya. Sebab itu program remedial yang
diberikan kepadanya harus dapat menarik, merangsang, dan relevan dengan
kebutuhan hidupnya.

3. Para Pekerja yang Berketerampilan

Meskipum golongan ini sama dengan golongan lainnya, memerlukan


program pendidikan kewargaan negara dan pendidikan untuk meningkatkan
waktu senggang secara produktif, namun golongan ini memerlukan program
khusus. Bagi golongan pekerja yang berketerampilan ini, program yang
disediakan baginya harus mengandung dua maksud, yaitu :

a) Program itu harus mampu menyelamatkan mereka dari bahaya


keusangan pengetahuannya dan otomasi, kepada mereka perlu
diberikan latian-;atihan kembali untuk mendapatkan keterampilan baru
b) Program itu harus membuka jalan bagi mereka untuk naik jenjang
dalam rangka promosi kedudukan yang lebih baik.

11
Program semacam itu tidak semata-mata bersifat vokasional dan
teknik melainkan merupakan peningkatan atas pengetahuan dan
keterampilan yang telah dimiliki agar mereka dapat menghadapi
tantangan-tantangan hari depan mereka.
4. Golongan Technicians dan Professionals
Program pendidikan seumur hidup itu terlebih sangat besar peranannya
bagi golongan itu. Mereka pada umumnya menduduki posisi-posisi penting
dalam masyarakat. Kemajuan masyarakat banyak tergantung pada
golongan ini. Agar mereka tetap berperan dalam masyarakatnya, maka
mereka harus senantiasa memperbarui dan menambah pengetahuan
keterampilannya. Untunglah pada umumnya golongan ini telah memiliki
kebiasaan dan motivasi yang kuat dalam self learning.
5. Para Pemimpin dalam Masyarakat
Para pemimpin dalam masyarakat (golongan politik, agama, sosial,
dsb) perlu selalu memperbaiki sikap dan ide-idenya agar mereka dapat
tetap berfungsi memimpin masyarakat sesuai dengan gerak kemajuan dan
pembangunan. Mereka harus mampu mensistensikan pengetahuan dan
berbagai macam keterampilan atau keahlian, karena tendesi spesialisasi
dalam masyarakat sekarang menjadi makin lama makin jauh. Kemampuan
mensistensikan itu tidak pernah diperoleh dari pendidikan sekolah biasa.
Sebab itu program pendidikan untuk mencapai tujuan tersebut perlu
diadakan.
6. Golongan Anggota Masyarakat yang Sudah Tua

Dengan bertambah panjangnya usia rata-rata manusia dan


kesehatanpun menjadi lebih baik, maka jumlah anggota golongan
masyarakat yang lanjut usia ini makin lama makin bertambah besar.
Mereka juga memerlukan program pendidikan dalam rangka pendidikan
seumur hidup.

Mungkin pendidikan ini merupakan kesempatan yang sangat


berharga karena belum pernah memperolehnya pada waktu masih muda.

12
Program pendidikan itu terlebih untuk memenuhi dorongannya untuk
mengetahui hal-hal yang baru, jadi tidak lagi penting dilihat dari kegunaan
dan keuntungan materilnya.

Dengan uraian mengenai pendidikan seumur hidup (life long


intagred education) ini mudah-mudahan konsep kita tentang pendidikan
sosial dapat dipandang dalam monteks yang lebih luas.

Berdasarkan uraian diatas, maka penerapan cara berpikir menurut


asas pendidikan seumur hidup itu akan mengubah pandangan kita tentang
status dan fungsi sekolah, dimana tugas uatama pendidikan sekolah adalah
mengajar anak didik bagaimana caranya belajar, peranan guru adalah
sebagai motivator, stimulator dan petunjuk jalan anak didik dalam hal
belajar, sekolah sebagai pusat kegiatan belajar ( laerning contre ) bagi
masyarakat sekitarnya. Sehingga dalam rangka pandangan mengenai
pendidikan seumur hidup, maka semua orang secara potensial merupakan
anak didik.

3. Asas Kemandirian dalam Belajar

Baik asas Tut Wuri Handayani maupun belajar sepanjang hayat secara
langsung berkaitan dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas Tut Wuri
Handayani pada perinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan peserta didik untuk
mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Asas belajar sepanjang hayat hanya
dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan
mampu mandiri dalam belajar.

Perwujudan atas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru,


dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator disamping peran-peran lain
seperti informator, organisator, dan sebagainya.

Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai


sumber belajar, sehingga memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan

13
sumber-sumber tersebut. Disisi lain sebagai motivator, guru mengupayakan
timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar.

Pengembangan pemandirian dalam belajar seogianya dimulai dalam


kegiatan intrakulikuler selanjutnya dalam kegiatan kokorikuler dan
ekstrakurikuler dalam bentuk kegiatan terstruktur dan mandiri.

Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar yang dapat mengembangkan


kemandirian dalam belajar, yaitu:

1. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).


2. Belajar dari modul, paket belajar, dan sebagainya.
3. Belajar dengan didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang
memadai. PSB memberi peluang tersedianya berbagai jenis sumber
belajar, di samping bahan di perpustakaan. Dengan dukungan PSB itu asas
kemandirian dalam belajar akan lebih dimantapkan dan dikembangkan
(Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).

Asas Alam Takambang Jadi Guru

Alam Takambang jadikan guru pengertian yang paling pas untuk


itu adalah “alam” (sama juga artinya dengan di dalam bahasa Indonesia
alam) yang “Takambang” (membentang luas tanpa batas) ini atau alam
raya ini dengan segala isinya. “Jadi“ diartikan dijadikan sebagai dan “guru
” ( sama dengan arti bahasa Inonesia ). “ Guru ” maksudnya adalah apa
saja yang ada yang dapat kita pelajari atau memberikan pengetahuan
kepada kita, atau apa yang dapat kita pelajari padanya. Maka guru disini
bermakna luas, berlaku untuk semua baik berupa orang dan alam sekitar di
segala tempat dan keadaan. Dengan kata lain maksud guru itu adalah
sumber belajar dan atau sumber pengetahuan. Sebagai sumber belajar dan
pengetahuan sangat baik untuk di sekolah maupun di luar persekolahan.
Anak dapat belajar dirumah dengan buku dan internet, anak dapat belajar
dengan binatang piaraan dan tanaman dikebun atau air yang mengalir
disungai.

14
AECT (Association for Education and Communication
Technology) menyatakan bahwa sumber belajar (learning resources)
adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang
dapat digunakan oleh siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun
secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan
belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar adalah bahan-
bahan yang dimanfaatkan dan diperlukan dalam proses pembelajaran,
yang dapat berupa buku teks, media cetak, media elektronik, narasumber,
lingkungan sekitar, dan sebagainya yang dapat meningkatkan kadar
keaktifan dalam proses pembelajaran.

Sumber pengetahuan adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar


atau di lingkungan belajar yang berfungsi menyediakan aneka
pengetahuan baik pengetahuan fiksika, sosial ataupun psikologis. Alm
sekitar sebagai sumber pengetahuan juga berfunsi untuk membantu
optimalisasi aktifitas belajar. Optimalisasi aktifitas belajar ini dapat dilihat
tidak hanya dari hasil belajar saja, namun juga dilihat dari proses
pembelajaran yang berupa interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar.
Sumber belajar dapat memberikan rangsangan untuk belajar dan
mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari.
Kegiatan belajarnya dapat berlansung dimana saja dan kapan saja, dengan
kata lain dengan sumber belajar yang bersifat sangat luas itu anak belajar
tidak terikat oleh ruang dan waktu.

Hal ini berarti bahwa bahwa alam sekitar yang dijadikan sumber
belajar bermakna jauh lebih luas dan lebih bervariasi jika dibandingan
“guru” dan perpustakaan di sekolah sebagai sumber belajar atau sumber
pengetahuan. Dengan hal yang seperti itu semua orang akan mendapat
peluang untuk belajar sepanjang hayat, karena didukung dengan
ketersediaan sumber belajar sekaligus sumber ilmu dimana-mana. Hal ini
juga mengandung makna bahwa seorang guru yang mengajar mengambil
bahan pelajaran juga berasal dari alam takambang ini. Alam Takambang

15
Jadikan Guru tantu saja merupakan sumber belajar yang maha lengkap,
jauh lebih lengkap jika dibandingkan dengan sumber belajar pendidikan
formal yang berupa pustaka, labortoriun dan work shop.

Belajar dengan alam takambang akan selalu serasi dan selaras


dengan perkembangan anak, perkembangan ilmu dan teknologi. Karena
belajar dengan alam takambang tidak akan ada dirumitkan oleh apa-apa
saja, yang disebut dengan keterikatan, keterbelakangan, keterbatasan ,
kadaluarsa dan lain sebagainya. Alam Takambang dijadikan guru tidak
jadi masalah terkait dengan jauh atau dekat objek, karena dengan bantuan
teknologi banyak hal menjadi sangat mudah. Pemerataan mendapatkan
pendidikan dan pengajaran, pemerataan peningfkatan mutu atau
memperluas peluang dan kesempatan mendapatkan pendidikan tidak ada
masalah yang penting penyesuaian penggunaan metodologi belajar atau
pembelajaran.

Dengan prinsip-prinsip belajar dengan alam takambang akan


menumbuhkan jiwa kemerdekaan, seseorang hanya patuh dan ta’at kepada
kebenaran dan patuh dan hormat kepada kebajikan, bukan patuh kepada
siapa-siapa kecuali kepada yang jujur atau berakhlak mulia.

Penerapan Asas Pendidikan (di Sekolah dan Luar Sekolah)


Dewasa

1. Asas Tut Wuri Handayani


a) Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan
keterampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan
profesinya dalam masyarakat.
b) Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan
yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki
lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya.Peserta didik yang

16
memiliki kelainan (cacat fisik atau mental) memperoleh kesempatan
untuk memilih pendidikan dan keterampilan sesuai dengan cacat yang
disandang agar dapat tumbuh menjadi manusia yang mandiri.
c) Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk
memperoleh pendidikan dan keterampilan agar dapat berkembang
menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai
sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah
normal sampai jauh diatas normal.

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat


a) Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami
peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun
ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal,
non formal, dan informal dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai
perguruan tinggi.
b) Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga
kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat
melaksanakan tugasnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat
meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air.
c) Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi
pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan
d) Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin
meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja,
sarana pelatihan dan keterampilan, dan sarana pendidikan jasmani.
e) Pengadaan buku ajar diperuntukkan bagi berbagai program pendidikan
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan sumber penghasilan
keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara berbudaya melalui
berbagai cara belajar.
f) Menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya.

17
g) Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda:
kepemimpinan dan keterampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap
patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara,
kepribadian dan budi luhur.

Permasalahan yang Dihadapi

1) Masalah pendekatan komunikasi oleh guru


Dewasa ini, masih terdapat kecenderungan bahwa peserta didik terikat
oleh penggunaan komunikasi satu arah dalam kegiatan pembelajaran
dengan mengandalkan metode ceramah. Dalam komunikasi demikian,
pendidik menempatkan dirinya dalam kedudukan yang lebih tinggi dari
peserta didik. Bahkan, tidak jarang peserta didik dijadikan objek
komunikasi oleh seorang guru. Akibatnya, arus komunikasi cenderung
satu arah dan rendahnya umpan balik dari peserta didik. Komunikasi yang
demikian memberikan implikasi yang negatif terhadap out put pendidikan,
yakni membuat peserta didik tidak terdorong untuk belajar mandiri,
mereka lebih bergantung kepada informasi yang diberikan pendidik (Tim
Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar
Pendidikan).
2) Masalah peranan pendidik
Sejalan dengan pendekatan komunikasi satu arah yang cenderung
digunakan pendidik, pendidik sering menempatkan dirinya sebagai orang
yang paling dominan. Tidak jarang seorang pendidik, apakah itu orang tua,
guru, atau dosen menempatkan dirinya sebagai orang yang paling dan
serba tahu dalam segala hal pada waktu kegiatan belajar berlangsung.
Padahal dalam era komunikasi canggih ini, sumber informasi datangnya
membanjir dari segala arah, tidak hanya dari sekolah atau sejenisnya,
tetapi juga bisa dari media massa seperti televisi, radio, koran, dan bahkan
dari internet. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bahwa orang
tua, guru, atau pun dosen ketinggalan informasi dibandingkan dengan
peserta didik. Sehingga dengan demikian, seorang pendidik harus

18
mendorong peserta didik untuk mencari informasi sendiri yang dikatakan
sebagai upaya belajar mandiri (Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan,
2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).
3) Masalah tujuan belajar
Learning to know dan learning to do belum cukup untuk dijadikan tujuan
belajar. Oleh karena kemajuan teknologi terutama kemajuan transpotasi
dan komunikasi membuat dunia semakin “sempit”, sehingga intensitas
interaksi antar manusia semakin tinggi tanpa dibatasi oleh perbedaan suku,
agama, ras, dan asal-usul. Oleh karena itu, tujuan belajar perlu diperluas
dengan learning to life together dan learnign to be, sehingga dengan
demikian apa yang dipelajari hari ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk
belajar lebih lanjut dalam rangka menyesuaikan diri dengan perubahan
lapangan kerja dan bahkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan
(Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar
Pengantar Pendidikan).

Pengembangan Penerapan Asas-asas Pendidikan

1 Mengembangkan komunikasi dua arah


Seorang guru harus mengembangkan komunikasi dua arah untuk
meningkatkan umpan balik dari siswa. Siswa tidak hanya
mendengarkan namun juga memberikan respon dalam setiap
permasalahan yang diberikan seorang pendidik. Dengan demikian,
peserta didik akan terdorong untuk belajar mandiri, tidak
tergantung kepada pendidik saja (Rangga, 2011, dalam Jurnal Ilmu
Pendidikan).
2 Menggeser peranan pendidik menjadi fasilitator, informator,
motivator, dan organisator
Fasilitator sebagai penyedia layanan misalnya memberikan kasus
yang harus dipecahkan atau didiskusikan. Informator sebagai
pemberi informasi terkini yang berkaitan dengan tujuan
pembelajaran. Motivator sebagai pemberi motivasi kepada peserta

19
didik. Sedangkan sebagai organisator, pendidik membimbing
peserta didik menyelesaikan tahap-tahap pembelajaran yang telah
ada (Rangga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).

3 Mengembangkan tujuan belajar menjadi LEARNING TO KNOW,


LEARNING TO DO, LEARNING TO LIFE TOGETHER, dan
LEARNING TO BE

Upaya Pemerintah dalam Penerapan Asas-asas Pendidikan

a) Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan


jenjang pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan.
b) Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan
ilmu dan teknologi.
c) Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan nilai-nilai
budaya bangsa.
d) Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan budaya
bangsa (Qym, 2009)

C. Asas Pendidikan Islam


Dr.M. Saleh Muntasir menjelaskan bahwa asas pendidikan dalam
penyampaian pembelajaran adalah menghindarkan ketegangan dan suasana yang
menakutkan pada peserta didik dengan menggunakan pelatihan-pelatihan yang
intensif, memberikan contoh dan tingkah laku yang baik, partisipasi yang
memadai pada peserta didik, serta memandang bahwa segala aktivitas yang
dilakukan merupakan ibadah, asal berangkatnya dengan “bismillah” segala
penghambaan tugas selaku wakil Allah SWT.

Prof.Dr. Mukhtar Yahya merumuskan empat asas umum pendidikan islam


yaitu sebagai berikut :

20
1. At-tawasu’ fi Al-Maqashid la fi Al-Alah

Prinsip yang mengarahkan agar mempelajari ilmu pengetahuan yang


ditiju, bukan ilmu yang berfungsi sebagai alat untuk mempeljari ilmu pengetahuan
tersebut. Prinsip ini dilakukan karena adanya suatu asumsi bahwa ilmu
pengetahuan diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu ilmu yang digunakan u
tuk dzat-nya sendiri seperti ilmu agama dan ilmu yang berfungsi sebagai alat
untuk membanrtu ilmu-ilmu lain seperti ilmu nahwu dan ilmu sorof.

2. Mura’at Al-Isti’dad wa Thab’i

Prinsip yang mengindahkan kecenderungan dan perwatakan atau


pembawaan peserta didik. Para ahli memandang bahwa Peserta didik mempunyai
kecenderungan dan pembawaan sejak lahir. Implikasi dalam metode ini adalah
bagaimana metode itu diterapkan dengan disesuaikan dan diseleraskan dengan
kecenderungan dan pebawaan peserta didik .

Al-Farabi dalam bukunya Asy-Syiasi menyatakan bahwa anak adakalnya


mempunyai bakat jelek, seperti mempunyai kecenderungan jahat dan bodoh,
sehingga sulit diharapkan kecerdasan dan kecakapan bagi anak model ini.
Demikian juga anak yang mempunyai pembawaan luhur sehingga mudah didik.

3. At-Tadarruj fi At-Talqin
Maksudnya adalah berangsur-angsur dalam memberikan pendidikan dan
pengajaran. Prinsip ini diterapkan berdasarkan asumsi bahwa penerimaan
pengetahuan kemampuan menguasai pada tahap awal. Hal ini disebabkan anak
mempunyai kekuatan otak yang masih sangat minim sehingga pemberian
pengetahuan dan keterampilan secara berangsur-angsur ( Ibnu Khaldun dalam
muqaddimahnya). Oleh karena itu, Al-Gazali menyatakan bahwa berilah pelajaran
anak didik sesuai dengan kekuatan otaknya.

Aplikasi prinsip ini merupakan Ibnu Khaldun dilakukan dalam tiga tahap
yaitu sebagai berikut.

21
a. Marhala ula, pendidik memberikan beberapa permasalahan yang menjadi
topik pokok suatu bab, lalu menerangkannya secara global dengan
memperhatikan kesanggupan otak peserta didik untuk memahaminya.
b. Marhalah tsaniyah, pengulangan mempelajari tiap'tiap bab dari suatu mata
pelajaran dengan keterangan dan penjelasan lebih luas sebagai tangga
untuk mempelajari secara mendalam.
c. Marhalah tsalitsah, dipelajari setiap mata pelajaran dengan mendalam,
sehingga peserta didik dapat menguasai setiap permasalahan dengan
sempurna.

4. Min Al’Mahsus ila Al-Ma’qul

Prinsip yang diterapkan dan pembahasan yang rasional. Proses belajar


mengajar dapat dilakukan dengan cara memberikan metode yang dimulai dari
pelajaran yang dapat ditangkap oleh pancaindra kemudian diteruskan pada
pelajaran yang rasional.

Dalam hal ini, seorang peserta didik dapat meneliti dan memperhatikan
bahanbahan yang dapat ditangkap dengan pancaindra kemudian diolah dengan
pelatihan olah pikir, sehingga mendapatkan pemahaman Yang rasional.

Untuk merealisasikan prinsip ini, AlJAbdari dalam bukunya Al’Madkhal


mengemukakan langkah’langkah praktis dalam Operasionalisasinya, yaitu sebagai
berikut.

a. Pendidik memulai dengan masalah pertama dari suatu pelajaran dengan


menguraikan isi buku yang akan diajarkan sehingga peserta didik
memahaminya.
b. Memaparkan pendapat ulama’ulama yang diketahui dalam masalah tersebut.
Apabila dalam pendapat tersebut terjadi pertentangan, pendidik dapat
menerangkan pendapatnya dengan dasar hukum dan alasan pendapat
masing’masing.

22
c. Kemudian pendidik kembali pada pendapatnya, sehingga pendapat lain
dapat diterangkan dengan sanggahan-sanggahan yang kemudian akan
diterima atau ditolak oleh peserta didik.
d. Setelah itu, bandingkan masalah tersebut dengan masalah- masalah yang
serupa, berbeda, atau mendekatinya.
e. Kemudian cabangkan permasalahan yang dipelajari sgbagai penerapannya.
f. Untuk menyelesaikan penerapan ini, pendidik dapat memberikan kebebasan
pada peserta didik untuk bertanya jawab serta mengemukakan keberatan
yang kemudian dijawab dan dijelaskan oleh pendidik.

Prof. Dr. Omar Muhammad Athoumy Asvayaibani menyatakan bahwa


seorang pendidik perlu memperhatikan tujuh prinsip pokok metode pendidikan
Islam, yaitu sebagai berikut.

l) Mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat peserta didiknya.

2) Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan


pendidikan.

3) Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan peserta didik.

4) Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam diri peserta didik.

5) Memperhatikan kepahaman, dan mengetahui hubungan’ hubungan, integrasi


pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaruan dan kebebasan berpikir.

6) Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi


peserta didik.

7) Menegakkan uswatun hasanah.

23
Asas Kurikulum Dalam Islam

1. Asas Agama
Dasar yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai ilahi yang tertuang dalam
Al-Qur’an maupun sunnah, karena kedua kitab tersebut merupakan nilai
kebenaran yang universal, abdi dan bersifat futuristik. Selain kedua
sumber tersebut masih ada sumber lain yaitu dasar yang bersumber dari
dalil ijtihad. Dalil ijtihad berupa ijma, qiyas, istihsan dll.

2. Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan islam, dengan
dasar filosofis, sehingga susunan kurikulum pendidikan agama islam
mengundang suatu kebenaran, terutama dari nilai-nilai sebagai pandangan
hidup yang diyakini kebenaran. Hal tersebut karena salah satu kajian
filsafat adalah sistem nilai, baik yang berkaitan dengan arti hidup, masalah
kehidupan, norma-norma yang muncul dari individu, sekelompok
masyarakat, maupun suatu bangsa yang dilatarbelakangi oleh pengaruh
agama, adat istiadat dan asas konsep individu tentang pendidikan.
3. Asas Psikologis
Dasar psikologis mempertimbangkan tahapan psikis anak didik, yang
berkaitan dengan perkembangan jasmaniah, kematangan, bakat-bakat
jasmaniah, intelektual, bahasa, emosi, sosial, kebutuhan dan keinginan
individu, minat dan kecakapan.
4. Asas Sosial
Dasar sosiologis memberikan implikasi bahwa kurikulm pendidikan
memegang peranan penting terhadap penyampaian dan perkembangan
kebudayaan, proses sosialisasi individu, rekontruksi masyarakat.

24
Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam

Adapun prinsip-prinsip kurikulum pendidikan Islam menurut Mujib (2006:


131-133) adalah sebagai berikut :

1. Prinsip yang berorientasi pada tujuan “ Al-umur bi maqashidiha”


merupakan adagium ushuliyah yang berimplikasi pada aktivitas kurikulum
yang terarah, sehingga tujuan pendidikan yang tersusun sebelumnya dapat
tercapai. Di samping itu, perlu adanya persiapan khusus bagi para
penyelenggara pendidikan untuk menetapkan tujuan-tujuan yang harus
dicapai oleh peserta didik seiring dengan tugas manusia sebagai hamba
dan khalifah Allah SWT
2. Prinsip relevansi, implikkasinya adalah mengusulkan agar kurikulum yang
ditetapkan harus dibentuk sedemikian rupa sehingga tuntutan pendidikan
dengan kurikulum tersebut dapat memenuhi jenis dan mutu tenaga kerja
yang dibutuhkan masyarakat, serta tuntutan vertikal dalam mengemban
nilai-nilai ilahi sebagai rahmatan lil a’lamin.
3. Prinsip efesiensi dan efektivitas. Implikasinya adalah mengumpulkan agar
kegiatan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, biaya, dan
sumber-sumber lain secara cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai
dan memenuhi harapan serta membuahkan hasil sebanyaknya.islam
mengajarkan agar menghargai waktu sebaik-baiknya, serta menghargai
serta menghargai tenaga dan aktivitas manusia. Disamping itu, islam juga
mengajarkan agar seseorang sedapatnya menggunakan hartanya
sesederhana mungkin, tidak boros, dan tidak menggunakannya untuk
sesuatu yang kurang bermanfaat.
4. Prinsip fleksibilitas program. Implikasinya adalah kurikulum disusun
begitu luwes, sehingga mampu disesuaikan dengan situasi setempat, waktu
dan kondisi yang berkembang tanpa mengubah tujuan pendidikan yang
dinginkan. Prinsip ini tidak hanya dilihat dari salah satu faktor, tetapi juga
dilihat dari totalitas ekosistem kurikulum, baik yang berkenaan dengan
perkembangan peserta didik (kecerdasan, kemampuan, dan pengetahuan

25
yang diperoleh), metode mengajar yang digunakan, fasilitas yang tersedia,
serta lingkungan yang mempengaruhinya.
5. Prinsip integritas, implikasinya adalah mengupayakan kurikulum agar
menghasilkan manusia seutuhnya, kawni (sunnah Allah)manusia yang
mampu mengintegrasikan antara fakulttas dzikir dan fakultas fikir, serta
manusia yang dapat menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat.
Disamping itu, pengupayaan kurikulum tersebut menghasilkan peserta
didik yang mampu menguasai ilmu-ilmu qur’ani (din Allah) dan ilmu
ilmu kawni (sunnah Allah) yang bertujuan untuk mencari ridha Allah
SWT. Prinsip ini dilakukan dengan cara memadukan semua komponen
kurikulum tanpa adanya pemenggalan satu dengan lainnya.
6. Prinsip kontinuitas (istiqomah), implikasinya adalah bagaimana susunan
kurikulum yang terdiri dari bagian yang berkesinambungan dengan
kegiatan-kegiatan kurikulum lainnya, baik secara vertikal ( penjenjangan,
tahapan), maupun secara horizontal.
7. Prinsip sinkronisme. Implikasinya adalah bagaimana suatu kurikulum
dapat seirama, searah, dan setujuan, serta jangan sampai terjadi kegiatan
kegiatan kurikulum lain yang menghambat, berlawanan, atau mematikan
kegiatan lain.
8. Prinsip objektivitas. Implikasinya adalah kurikulum tersebut dilakukan
melalui tuntutan kebenaran ilmiah yang objektif, dengan
mengesampingkan pengaruh-pengaruh emosi yang irasional.
9. Prinsip demokratis. Implikasinya adalah pelaksanaan kurikulum harus
dilakukan secara demokrasi. Artinya saling mengerti, memahami keadaan
dan situasi tiap-tiap subjek dan objek kurikulum. Segala tindakan
sebaiknya dilakukan melalui musyawarah untuk mufakat, sehingga
kegiatan itu didukung bersama dan apabila terjadi kegagalan maka tidak
menyalahkan satu dengan yang lain.
10. Prinsip analis kegiatan. Prinsip ini mengandung tuntutan agar kurikulum
dikonstruksikan melalui proses analisis isi bahan mata pelajran, serta
analisis tingkah laku yang sesuai dengan materi pelajaran.

26
11. Prinsip individualisasi. Prinsip kurikulum yang memperhatikan perbedaan
pembawaan dan lingkungan pada umumnya yang meliputi seluruh aspek
pribadi peseta didik, seperti perbedaan jasmani, watak, intelegensi, bakat,
serta kelebihan dan kekurangannya.
12. Prinsip pendidikan seumur hidup. Konsep ini diterapkan dalam kurikulum
mengingat kebutuhan potensi subjek manusia sebagai subjek yang
berkembang dan perlunya keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai
subjek yang sadar akan nilai (yang menghayati dan yakin akan cita-cita
dan tujuan hidup). Semual hal tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya
belajar yang berkesinambungan.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan adalah upaya untuk memanusiakan manusia.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis sistemik selalu bertolak
dari sejumlah landasan serta memerhatikan asas tertentu. Landasan asas
tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilihan utama
perkembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa.
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar
atau tumpuan berpikir baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan. Terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang
dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber baik dari
kecenderungan umum pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari
pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di
Indonesia.
Asas tut wuri handayani merupakan konseptualisasi dari konsep
tujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa yang lahir pada tanggal 3 Juli
1922 yang merupakan asas perjuan untuk menghadapi kolonial Belanda.
beberapa makna yang terkandung dalam asas Tut Wuri Handayani yaitu
Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri
Handayani.
Asas belajar sepanjang hayat / life long education adalah proses
continue pendidikan yang berlangsung semenjak lahir hingga meninggal
dunia, baik itu secara formal, informal, maupun nonformal, baik yang
terjadi dalam keluarga, sekolah, pekerjaan, ataupun masyarakat.
Asas kemandirian dalam belajar Perwujudan atas kemandirian
dalam belajar akan menempatkan guru, dalam peran utama sebagai
fasilitator dan motivator disamping peran-peran lain seperti informator,
organisator, dan sebagainya.

28
B. Saran
Penulis mengharapkan pembaca dapat memahami asas-asas pokok
pendidikan dan penerapan-nya dengan baik, penulis mengetahui makalah
ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun bagi
makalah dari pembaca.

29
Daftar Pustaka
Kadir,Abdul. 2014. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Sukardjo, M. & Ukim Komarudin. 2015. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rajawali


Pers.

Saidah, U. H. 2016. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Umar, Bukhari. 2017. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Ikhsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Mufran, Ali. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Lingkar Media


Yogyakarta

https://muhmdirpan.wordpress.com/2017/11/22/asas-asas-pendidikan-dan-
penerapannya/

30
31
32
33
34
35

Anda mungkin juga menyukai