Gadar Stemi
Gadar Stemi
A. DEFINISI
STEMI merupakan sindroma klinis yang dididefinisikan dengan tanda gejala dan
karakteristik iskemi miokard dan berhubungan dengan persisten ST elevasi dan
pengeluaran biomarker dari nekrosis miokard. Cardiac troponin merupakan biomarker
yang digunakan untuk diagnosis infark miokard. IMA diklasifikasikan berdasarkan
EKG 12 lead dalam dua kategori, yaitu ST elevation infark miocard (STEMI) dan non
ST- elevation infark miocard (NSTEMI). STEMI merupakan oklusi total dari arteri
koroner yang menyebabkan area infark yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan
miokardium, yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST pada EKG. Sedangkan
NSTEMI merupakan oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh
ketebalan miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG.STEMI
terjadi karena sumbatan yang komplit pada arteri koroner. Jika tidak dilakukan
pengobatan dapat menyebabkan kerusakan miokardium yang lebih jauh. Pada fase
akut pasien beresiko tinggi untuk mengalami fibrilasi ventrikel atau takhikardi yang
dapat menyebabkan kematian(AHA, 2013).
B. ETIOLOGI
Gangguan pada arteri koronaria berkaitan dengan atherosclerosis, kekakuan, atau
penyumbatan total pada arteri oleh emboli atau trombus. Menurunnya suplai oksigen
disebabkan oleh tiga faktor, antara lain:
1. Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah
mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan
pembuluh darah diantaranya: atherosclerosis (arteroma mengandung kolesterol),
spasme (kontraksi otot secara mendadak/ penyempitan saluran), dan arteritis
(peradangan arteri). Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi dan biasanya
dihubungkan dengan beberapa hal antara lain : (i) mengkonsumsi obat-obatan
tertentu, (ii) stress emosional atau nyeri, (iii) terpapar suhu dingin yang ekstrim,
(iv) merokok.
2. Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung ke seluruh
tubuh sampai lagi ke jantung. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada
sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis (penyempitan aorta dekat katup)
maupun insufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung (aorta, maupun
trikuspidalis) menyebabkan menurunnya cardiak out put (COP)
3. Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Hal-hal
yang menyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain : anemia,
hipoksemia, dan polisitemia. Penurunan aliran darah system koronaria
menyebabkan ketidakseimbangan antara myocardial O2 Supply dan kebutuhan
jaringan terhadap O2. Pada penderita penyakit jantung, meningkatnya kebutuhan
oksigen tidak mampu dikompensasi, diantaranya dengan meningkatnya denyut
jantung untuk meningkatkan COP. Oleh karena itu, segala aktivitas yang
menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya infark.
Misalnya : aktivitas berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain.
Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel
yang harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksigen menurun akibat dari
pemompaan yang tidak efektive.
1. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus tidak mereda, biasanya diatas
region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
2. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak dapat
tertahankan lagi.
3. Nyeri ini sangat sakit, seperti ditusuk-tusuk yang dapat menjalar kebahu dan terus
ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
4. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari.
6. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau
kepala terasa melayang dan mual serta muntah.
7. Pasien dengan diabetes mellitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor
(menumpulkan pengalaman nyeri).
D. PATOFISIOLOGI
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis
arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu
STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika
trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian
besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau
ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi
thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner.
Penelitian histology menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture jika
mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core). Infark
Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai endokardium
sampai epikardium,disebut infark transmural.namun bisa juga hanya mengenai daerah
subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan,
infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut terus rata-rata
dalam 4 jam telah terjadi infark transmural. Kerusakan miokard ini dari endokardium
ke epikardium menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam.Meskipun nekrosis
miokard sudah komplit, proses remodeling miokard yang mengalami injury terus
berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah
non infark mengalami dilatasi (Price, 2008).
E. PATHWAYS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Echocardiogram
3. Foto thorax
Rontgen tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat pada bendungan
paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi ventrikel.
Enzim ini terdapat pada jaringan tubuh seperti otot rangka, serta organ jantung dan
otak. Peningkatan enzim CK dapat menandakan kondisi serangan jantung. Kadar
CK mulai terdeteksi di darah dalam waktu 4-6 jam setelah otot jantung rusak, dan
akan meningkat hingga 24 jam setelah serangan jantung.Meski begitu, CK juga
bisa meningkat pada beberapa kondisi lain, seperti rhabdomyolisis, infeksi,
kerusakan ginjal, dan distrofi otot.
5. Troponin
Troponin adalah sejenis protein yang terdapat pada jantung dan otot. Ada 3
jenis troponin, yaitu troponin T, C, dan I, namun yang diperiksa secara spesifik
berbarengan dengan enzim jantung adalah troponin T dan Kadar troponin dapat
meningkat dalam waktu 2-26 jam setelah kerusakan otot jantung.Selain karena
serangan jantung, kadar troponin juga bisa meningkat ketika terjadi peradangan dan
kerusakan otot jantung akibat penyakit lain, seperti miokarditis. Oleh karena itu,
kini tersedia pemeriksaan troponin khusus yang disebut high-sensitivity cardiac
troponin (hs-cTn). Jenis pemeriksaan ini dapat mendeteksi kerusakan jantung
akibat serangan jantung dengan lebih baik.
6. Myoglobin
Merupakan protein yang terdapat pada otot rangka dan otot jantung. Kadar
myoglobin akan meningkat dalam waktu 2-12 jam setelah serangan jantung, dan
kembali menurun ke kadar normalnya dalam waktu 24-36 jam setelah serangan
jantung.Karena bisa meningkat pada kondisi penyakit lain, kadar myoglobin sering
kali diperiksa bersamaan dengan enzim jantung dan pemeriksaan jantung lain,
misalnya EKG untuk mendiagnosis serangan jantung.Dalam prakteknya, diagnosis
serangan jantung tak hanya didasari dari hasil pemeriksaan enzim jantung saja,
namun juga membutuhkan pemeriksaan fisik oleh dokter, ditambah tes penunjang
lain, seperti EKG, angiografi, dan kateterisasi jantung.
G. KOMPLIKASI
Menurut Kumar (2010), ada beberapa komplikasi yang disebabkan oleh ST elevation
infark miocard (STEMI) adalah sebagai berikut:
1. Aritmia
2. Bradikardia sinus
3. Irama nodal
4. Gangguan hantaran atrioventrikular
5. Gangguan hantaran intraventrikel
6. Asistolik
7. Takikardia sinus
8. Kontraksi atrium premature
9. Takikardia supraventrikel
10. Flutter atrium
11. Fibrilasi atrium
12. Takikardia atrium multifocal
13. Kontraksi prematur ventrikel
14. Takikardia ventrikel
15. Tromboembolisme
16. Perikarditis
17. Aneurisme ventrikel
H. PENATALAKSANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN
A. DATA DEMOGRAFI
Nama : Tn. H
Tanggal Lahir : 17-09-1967
Jenis Kelamin : LAKI-LAKI
No. Rekam Medik : 01.90.89.12
Tanggal Masuk RS : 17 September 2019
Tanggal Pengkajian : 17 September 2019
B. KELUHAN UTAMA : Rasa tertimpa berat pada dada bagian kiri
C. TRIAGE PRIMER : ESI Level 2 (Merah)
D. SURVEI PRIMER
1. Airways
a. Look : Tidak ada sumbatan benda asing, tidak terdapat fraktur
atau laserasi pada wajah, laring, leher atau region
maxillofacial.
b. Listen : Snoring
c. Feel : Ada aliran udara pernafasan namun pergerakan udara lemah
Kondisi jalan nafas : Paten
2. Breathing
a. Look
Tidak terdapat fraktur, laserasi atau memar pada dinding dada
Pergerakan dada simetris
Pernafasan 25x/menit (Takipneu)
Menggunakan otot pernafasan tambahan dada
Kondisi warna pasien coklat, pucat
b. Listen : Tidak adanya penurunan suara nafas
c. Feel
Kondisi Pernafasan : Nafas cepat dan kuat
Sianosis
Auskultasi : kanan dan kiri sama
Saturasi oksigen (95%)
3. Circulation
a. Circulation
Look : Kulit tidak sianosis dan tidak pucat
Tingkat kesadaran : komposmentis
Feel : suhu: 36,6oC
Nadi : - Kuat
Kulit : - Normal
CRT : 2 (Detik)
b. Disability:
Tingkat kesadaran dengan GC
E : 4 (Membuka mata spontan)
V : 5 (Berbicara jelas)
M : 5 (Melokalisasi nyeri serta menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
Pupil : Akomodatif
Reflek cahaya : Merefleks dengan baik
Konjungtiva : Pucat
c. Tanda-tanda Vital :
TD: 101/57(mmHg) N: 73 (x/menit)
S : 36,2 OC R: 25 (x/menit)
E. SURVEI SEKUNDER
1. Keluhan Utama : Rasa tertimpa benda berat didada bagian kiri
2. Riwayat penyakit sekarang : Tn. H datang ke RS dengan keluhan nyeri dada juga
dirasakan sangat nyeri seperti tertindih benda berat.
Keluhan dirasakan menjalar ke bagian belakang tetapi
keluhan agak berkurang jika digunakan untuk ber
istirahat. Klien mengatakan nyeri datang secara tiba-
tiba. Klien saat beraktifitas lama atau berjalan lama
mengalami sesak. Nyeri dada sudah dirasakan dari
kemarin sore. Klien mengatakan tidak bisa tidur jika
tidak menggunakan bantal ditumpuk 3. Klien
mengatakan skala nyeri 5 dari 10 skor.
3. Pemeriksaan fisik
Kepala : Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih tidak ada luka,
pertumbuhan rambut menyebar merata, warna rambut hitam,
struktur wajah simetris, tidak ada benjolan pada kepala.
Mata : Simetris, konjungtiva anemis, refleks pupil baik, pasien tidak
menggunakan alat bantu.
Hidung : Tidak ada pembengkakan pada hidung, tidak ada sumbatan.
Telinga : Bentuk telinga simetris, pasien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
Mulut : Tidak sianosis
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Thoraks : Bentuk dada simetris, pernafasan menggunakan retraksi dinding
dada, saat diperkusi suara pekak, saat diauskultasi suara snoring.
Abdomen: Bentuk buncit, tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen,
Ekstermitas: Pada ekstermitas bawah kaki pasien terdapar luka setelah oprasi,
pada ekstermitas bagian atas simetris
F. TES DIAGNOSTIK
H. ANALISA DATA
I. DIAGNOSIS
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400)
berhubungan keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Monitor tekanan darah, nadi dan
dengan agens diharapkan nyeri dapat berkurang status pernapasan
cedera biologis dengan kriteria hasil : 2. Lakukan pengkajian nyeri
Kontrol Nyeri (1605) komprehensif yang meliputi lokasi,
1. Mengenali kapan nyeri terjadi karakteristik, onset/durasi,
kadang – kadang menunjukkan frekuensi, kualitas,
(3) ditingkatkan ke sering intensitas/beratnya nyeri, dan faktor
menunjukkan dengan skor (4) pencetus
2. Menggambarkan faktor penyebab 3. Ajarkan penggunaan teknik non
ke kadang – kadang farmakologi (teknik distraksi)
menunjukkan (3) ditingkatkan ke 4. Kelola pemberian obat analgesik
sering menunjukkan dengan skor Ketorolac 30mg/12 jam
(4)
3. Menggunakan tindakan
pengurangan nyeri tanpa
analgesik kadang – kadang
menunjukkan (3) ditingkatkan ke
sering menunjukkan dengan skor
(4 )
2. Penurunan Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung(4040)
keperawatan selama 1x8 jam 1. Monitor tanda – tanda vital secara
curah jantung
diharapakan curah jantung tidak rutin
berhubungan mengalami penurunan dengan 2. Monitor disritmia jantung, termasuk
kriteria hasil : gangguan ritme dan konduksi jantung
dengan
[0400] keefektifan pompa jantung 3. Instruksikan pasien tentang
perubahan Tekanan darah dalam batas normal pentingnya untk segera melaporkan
Devisiasi sedang dari kisaran bila merasakan nyeri dada
irama jantung
normal (3) 4. Pastikan tingkat aktivitas pasien yang
Tidak ada edema paru (5) tidak membahayakan curah jantung
Tidak mengalami kelelahan (5) atau memprovokasi serangan jantung
Tidak dyspnea dengan aktivitas 5. Lakukan terapi relaksasi
ringan (5) 6. Monitor EKG, adakah perubahan ST
sebagaimana mestinya
17-10-2019
Perawat
P:
Memonitor TTV
Memonitor EKG
17-10-2019
Perawat
17-10-2019
Perawat
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, V., Cotran, R.S., dan Rokbbins S.L. 2010. Buku Ajar Patofisiologi 7., Alih
Bahasa, Brahm U, Pendt; editor Bahasa Indonesia Huriawati Hartanto, Nurwany
Dermania, Nanda Wulandari, -ed. 7-Jakarta : EGC