Anda di halaman 1dari 23

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Infark miokard adalah suatu proses dimana jaringan miokard mengalami


kerusakan (nekrosis) dalam region jantung yang mengurangi suplai darah adekuat
karena penurunan aliran darah koroner. Infark miokard dengan gambaran khas pada
hasil EKG dimana terjadi elevasi pada segmen ST disebut sebagai ST Elevation
Myocardial Infarction (STEMI). STEMI adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim
jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh
darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar
terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati (Smeltzer
& Bare, 2013).

STEMI merupakan sindroma klinis yang dididefinisikan dengan tanda gejala dan
karakteristik iskemi miokard dan berhubungan dengan persisten ST elevasi dan
pengeluaran biomarker dari nekrosis miokard. Cardiac troponin merupakan biomarker
yang digunakan untuk diagnosis infark miokard. IMA diklasifikasikan berdasarkan
EKG 12 lead dalam dua kategori, yaitu ST elevation infark miocard (STEMI) dan non
ST- elevation infark miocard (NSTEMI). STEMI merupakan oklusi total dari arteri
koroner yang menyebabkan area infark yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan
miokardium, yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST pada EKG. Sedangkan
NSTEMI merupakan oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh
ketebalan miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG.STEMI
terjadi karena sumbatan yang komplit pada arteri koroner. Jika tidak dilakukan
pengobatan dapat menyebabkan kerusakan miokardium yang lebih jauh. Pada fase
akut pasien beresiko tinggi untuk mengalami fibrilasi ventrikel atau takhikardi yang
dapat menyebabkan kematian(AHA, 2013).

B. ETIOLOGI
Gangguan pada arteri koronaria berkaitan dengan atherosclerosis, kekakuan, atau
penyumbatan total pada arteri oleh emboli atau trombus. Menurunnya suplai oksigen
disebabkan oleh tiga faktor, antara lain:
1. Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah
mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan
pembuluh darah diantaranya: atherosclerosis (arteroma mengandung kolesterol),
spasme (kontraksi otot secara mendadak/ penyempitan saluran), dan arteritis
(peradangan arteri). Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi dan biasanya
dihubungkan dengan beberapa hal antara lain : (i) mengkonsumsi obat-obatan
tertentu, (ii) stress emosional atau nyeri, (iii) terpapar suhu dingin yang ekstrim,
(iv) merokok.
2. Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung ke seluruh
tubuh sampai lagi ke jantung. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada
sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis (penyempitan aorta dekat katup)
maupun insufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung (aorta, maupun
trikuspidalis) menyebabkan menurunnya cardiak out put (COP)
3. Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Hal-hal
yang menyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain : anemia,
hipoksemia, dan polisitemia. Penurunan aliran darah system koronaria
menyebabkan ketidakseimbangan antara myocardial O2 Supply dan kebutuhan
jaringan terhadap O2. Pada penderita penyakit jantung, meningkatnya kebutuhan
oksigen tidak mampu dikompensasi, diantaranya dengan meningkatnya denyut
jantung untuk meningkatkan COP. Oleh karena itu, segala aktivitas yang
menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya infark.
Misalnya : aktivitas berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain.
Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel
yang harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksigen menurun akibat dari
pemompaan yang tidak efektive.

Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi:


1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Suku bangsa dan warna kulit
4. Genitik
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi:
1. Hipertensi
2. Hiperlipidemia
3. Merokok
4. Diabetes mellitus
5. Kegemukan
6. Kurang gerak dan kurang olahraga
7. Konsumsi kontrasepsi oral. (Muttaqin, 2009).

C. TANDA DAN GEJALA

1. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus tidak mereda, biasanya diatas
region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.

2. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak dapat
tertahankan lagi.

3. Nyeri ini sangat sakit, seperti ditusuk-tusuk yang dapat menjalar kebahu dan terus
ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).

4. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari.

5. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.

6. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau
kepala terasa melayang dan mual serta muntah.

7. Pasien dengan diabetes mellitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor
(menumpulkan pengalaman nyeri).

8. Dari ausklutasi prekordium jantung, ditemukan suara jantung yang melemah.


Pulsasinya juga sulit dipalpasi. Pada infark daerah anterior, terdengar pulsasi
sistolik abnormal yang disebabkan oleh diskinesis otot-otot jantung. Penemuan
suara jantung tambahan (S3 dan S4), penurunan intensitas suara jantung
dan paradoxal splitting suara jantung S2 merupakan pertanda disfungsi ventrikel
jantung. Jika didengar dengan seksama, dapat terdengar suara friction rub perikard,
umumnya pada pasien infark miokard transmural tipe STEMI.

D. PATOFISIOLOGI

STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis
arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu
STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika
trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian
besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau
ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi
thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner.
Penelitian histology menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture jika
mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core). Infark
Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai endokardium
sampai epikardium,disebut infark transmural.namun bisa juga hanya mengenai daerah
subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan,
infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut terus rata-rata
dalam 4 jam telah terjadi infark transmural. Kerusakan miokard ini dari endokardium
ke epikardium menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam.Meskipun nekrosis
miokard sudah komplit, proses remodeling miokard yang mengalami injury terus
berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah
non infark mengalami dilatasi (Price, 2008).
E. PATHWAYS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Elektrokardiografi (EKG) Adanya elevasi segmen ST pada sadapan tertentu

a) Lead II, III, aVF : Infark inferior.

b) Lead V1-V3 : Infark anteroseptal.

c) Lead V2-V4 : Infark anterior.

d) Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral.

e) Lead I, aVL : Infark high lateral

f) Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas

g) Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral.

h) Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu.

2. Echocardiogram

Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung khususnya


fungsi vertrikel dengan menggunakan gelombang ultrasounds.

3. Foto thorax

Rontgen tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat pada bendungan
paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi ventrikel.

4. Kreatin kinase (creatine kinase/CK)

Enzim ini terdapat pada jaringan tubuh seperti otot rangka, serta organ jantung dan
otak. Peningkatan enzim CK dapat menandakan kondisi serangan jantung. Kadar
CK mulai terdeteksi di darah dalam waktu 4-6 jam setelah otot jantung rusak, dan
akan meningkat hingga 24 jam setelah serangan jantung.Meski begitu, CK juga
bisa meningkat pada beberapa kondisi lain, seperti rhabdomyolisis, infeksi,
kerusakan ginjal, dan distrofi otot.
5. Troponin

Troponin adalah sejenis protein yang terdapat pada jantung dan otot. Ada 3
jenis troponin, yaitu troponin T, C, dan I, namun yang diperiksa secara spesifik
berbarengan dengan enzim jantung adalah troponin T dan Kadar troponin dapat
meningkat dalam waktu 2-26 jam setelah kerusakan otot jantung.Selain karena
serangan jantung, kadar troponin juga bisa meningkat ketika terjadi peradangan dan
kerusakan otot jantung akibat penyakit lain, seperti miokarditis. Oleh karena itu,
kini tersedia pemeriksaan troponin khusus yang disebut high-sensitivity cardiac
troponin (hs-cTn). Jenis pemeriksaan ini dapat mendeteksi kerusakan jantung
akibat serangan jantung dengan lebih baik.

6. Myoglobin

Merupakan protein yang terdapat pada otot rangka dan otot jantung. Kadar
myoglobin akan meningkat dalam waktu 2-12 jam setelah serangan jantung, dan
kembali menurun ke kadar normalnya dalam waktu 24-36 jam setelah serangan
jantung.Karena bisa meningkat pada kondisi penyakit lain, kadar myoglobin sering
kali diperiksa bersamaan dengan enzim jantung dan pemeriksaan jantung lain,
misalnya EKG untuk mendiagnosis serangan jantung.Dalam prakteknya, diagnosis
serangan jantung tak hanya didasari dari hasil pemeriksaan enzim jantung saja,
namun juga membutuhkan pemeriksaan fisik oleh dokter, ditambah tes penunjang
lain, seperti EKG, angiografi, dan kateterisasi jantung.

G. KOMPLIKASI

Menurut Kumar (2010), ada beberapa komplikasi yang disebabkan oleh ST elevation
infark miocard (STEMI) adalah sebagai berikut:
1. Aritmia
2. Bradikardia sinus
3. Irama nodal
4. Gangguan hantaran atrioventrikular
5. Gangguan hantaran intraventrikel
6. Asistolik
7. Takikardia sinus
8. Kontraksi atrium premature
9. Takikardia supraventrikel
10. Flutter atrium
11. Fibrilasi atrium
12. Takikardia atrium multifocal
13. Kontraksi prematur ventrikel
14. Takikardia ventrikel
15. Tromboembolisme
16. Perikarditis
17. Aneurisme ventrikel
H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan STEMI (ST Elevasi Miocard Infark) terdiri dari terapi


farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi ada tiga kelas obat-obatan yang
biasa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen: vasodilator, antikoagulan, dan
trombolitik. Analgetik dapat diberikan untuk mengurangiatau menghilangkan nyeri
dada, nyeri dikaitkan dengan aktivasi simpatis yang menyebabkan vasokonstriksi dan
meningkatkan beban jantung. Antikoagulan (heparin) digunakan untuk membantu
mempertahankan integritas jantung. Heparin memperpanjang waktu pembekuan
darah, sehingga dapat menurunkan kemungkinan pembentukan trombus. Trombolitik
adalah untuk melarutkan setiap trombus yang telah terbentuk di arteri koroner,
memperkecil penyumbatan dan juga luasnya infark. Tiga macam obat trombolitik:
streptokinase, aktifator plasminogen jaringan (t-PA = tissue plasminogen activator),
dan anistreplase. Pemberian oksigen dimulai saat awitan nyeri, oksigen yang dihirup
akan langsung meningkatkan saturasi darah. Analgetik (morfin sulfat), pemberian
analgetik dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif diobati dengan nitrat dan
antikoagulan, respon kardiovaskuler terhadap morfin dipantau dengan cermat
khususnya tekanan darah yang sewaktuwaktu dapat turun. Terapi non farmakologi
yang biasanya digunakan adalah dengan prosedur PTCA (angiplasti koroner
transluminal perkutan) dan CABG (coronary artery bypass graft). PTCA 20
merupakan usaha untuk memperbaiki aliran darah arteri koroner dengan memecah
plak atau ateroma yang telah tertimbun dan mengganggu aliran darah ke jantung.
Kateter dengan ujung berbentuk balon dimasukkan ke areteri koroner yang mengalami
gangguan dan diletakkan diantara daerah aterosklerosis. Balon kemudian
dikembangkan dan dikempiskan dengan cepat untuk memecah plak (Mutaqin, 2009).
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. DATA DEMOGRAFI
Nama : Tn. H
Tanggal Lahir : 17-09-1967
Jenis Kelamin : LAKI-LAKI
No. Rekam Medik : 01.90.89.12
Tanggal Masuk RS : 17 September 2019
Tanggal Pengkajian : 17 September 2019
B. KELUHAN UTAMA : Rasa tertimpa berat pada dada bagian kiri
C. TRIAGE PRIMER : ESI Level 2 (Merah)
D. SURVEI PRIMER
1. Airways
a. Look : Tidak ada sumbatan benda asing, tidak terdapat fraktur
atau laserasi pada wajah, laring, leher atau region
maxillofacial.
b. Listen : Snoring
c. Feel : Ada aliran udara pernafasan namun pergerakan udara lemah
Kondisi jalan nafas : Paten
2. Breathing
a. Look
 Tidak terdapat fraktur, laserasi atau memar pada dinding dada
 Pergerakan dada simetris
 Pernafasan 25x/menit (Takipneu)
 Menggunakan otot pernafasan tambahan dada
 Kondisi warna pasien coklat, pucat
b. Listen : Tidak adanya penurunan suara nafas
c. Feel
 Kondisi Pernafasan : Nafas cepat dan kuat
 Sianosis
 Auskultasi : kanan dan kiri sama
 Saturasi oksigen (95%)
3. Circulation
a. Circulation
Look : Kulit tidak sianosis dan tidak pucat
Tingkat kesadaran : komposmentis
 Feel : suhu: 36,6oC
 Nadi : - Kuat
 Kulit : - Normal
 CRT : 2 (Detik)
b. Disability:
 Tingkat kesadaran dengan GC
E : 4 (Membuka mata spontan)
V : 5 (Berbicara jelas)
M : 5 (Melokalisasi nyeri serta menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
Pupil : Akomodatif
Reflek cahaya : Merefleks dengan baik
Konjungtiva : Pucat
c. Tanda-tanda Vital :
TD: 101/57(mmHg) N: 73 (x/menit)
S : 36,2 OC R: 25 (x/menit)

P : Nyeri secara tiba-tiba


Q : Nyeri seperti tertimpa benda berat
R : Nyeri pada dada bagian kiri hingga tembus kebelakang
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri sejak kemarin sore, hilang timbul > 30 menit

E. SURVEI SEKUNDER
1. Keluhan Utama : Rasa tertimpa benda berat didada bagian kiri
2. Riwayat penyakit sekarang : Tn. H datang ke RS dengan keluhan nyeri dada juga
dirasakan sangat nyeri seperti tertindih benda berat.
Keluhan dirasakan menjalar ke bagian belakang tetapi
keluhan agak berkurang jika digunakan untuk ber
istirahat. Klien mengatakan nyeri datang secara tiba-
tiba. Klien saat beraktifitas lama atau berjalan lama
mengalami sesak. Nyeri dada sudah dirasakan dari
kemarin sore. Klien mengatakan tidak bisa tidur jika
tidak menggunakan bantal ditumpuk 3. Klien
mengatakan skala nyeri 5 dari 10 skor.
3. Pemeriksaan fisik
 Kepala : Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih tidak ada luka,
pertumbuhan rambut menyebar merata, warna rambut hitam,
struktur wajah simetris, tidak ada benjolan pada kepala.
Mata : Simetris, konjungtiva anemis, refleks pupil baik, pasien tidak
menggunakan alat bantu.
Hidung : Tidak ada pembengkakan pada hidung, tidak ada sumbatan.
Telinga : Bentuk telinga simetris, pasien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
Mulut : Tidak sianosis
 Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
 Thoraks : Bentuk dada simetris, pernafasan menggunakan retraksi dinding
dada, saat diperkusi suara pekak, saat diauskultasi suara snoring.
 Abdomen: Bentuk buncit, tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen,
 Ekstermitas: Pada ekstermitas bawah kaki pasien terdapar luka setelah oprasi,
pada ekstermitas bagian atas simetris

F. TES DIAGNOSTIK

Jenis Tanggal Tanggal Nilai


No Hasil Analisa & Interpretasi
Pemeriksaan Pemeriksaan Hasil Normal
1 Hematokrit 17 Oktober 17 38,6 40.0- Dilakukan untuk
2019 Oktober % 54.0% mendeteksi apakah
2019 seseorang menderita
anemia, selain dengan
pemeriksaan kadar
hemoglobin (Hb).
Pemeriksaan hematokrit
juga bisa dilakukan untuk
mengetahui seperti apa
respons tubuh terhadap
pengobatan yang sedang
dijalankannya.
2 RDW-SD 17 Oktober 17 50,3 35.0-45.0 RDW yang tinggi dapat
2019 Oktober fL fL mengindikasikan ukuran
2019 eritrosit yang heterogen,
dan biasanya ditemukan
pada anemia defisiensi
besi, defisiensi asam folat
dan defisiensi vitamin
B12.
3 MPV 17 Oktober 17 11,1 7,2-10,4 Mpv adalah ukuran rata-
2019 Oktober fl fl rata trombosit/platelet.
2019 Trombosit baru lebih
besar, dan peningkatan
MPV terjadi ketika
peningkatan jumlah
paltelet yang sedang
diproduksi.
4 Netrofil % 17 Oktober 17 83,9 50,0- Neutrofil untuk membantu
2019 Oktober % 70,0% melawan infeksi, sekaligus
2019 melindungi tubuh dari
ancaman berbagai
penyakit. Sel darah putih
sangat berperan dalam
sistem kekebalan tubuh.
5 Limfosit % 17 Oktober 17 10,7 18,0- Limfosit tinggi pertanda
2019 Oktober % 42,0% infeksi, termasuk yang
2019 disebabkan virus atau
bakteri.
6 Albumin 17 Oktober 17 2,59 3,40 - Hipoalbuminemia adalah
2019 Oktober g/dL 5,00 g/dL kondisi ketika
2019 kadar albumin dalam
darah di bawah normal.
Kondisi ini biasanya
terjadi pada seseorang
dengan penyakit yang
berat atau sudah
berlangsung lama (kronis).
7 Sgot/ast 17 Oktober 17 650 15-37U/L SGOT dan SGPT adalah
2019 Oktober U/L enzim yang dihasilkan
2019 secara alami oleh tubuh
dan berada pada beberapa
organ, seperti hati,
jantung, ginjal, otot tubuh,
hingga otak. Kedua jenis
enzim ini kerap kali
dianggap sebagai enzim
hati, sehingga jika
kadarnya tinggi di dalam
tubuh, dicurigai terdapat
gangguan fungsi
hati. Namun, ketikaorgan
mengalami kerusakan,
maka enzim ini akan
keluar dari sel organ
tersebut lalu masuk ke
pembuluh darah. Saat itu
terjadi maka Anda akan
menemukan hasil SGOT
dan SGPT tinggi.
8 Glukosa 17 Oktober 17 160m 74-
Gula darah tinggi atau
Sewaktu 2019 Oktober g/dL 140mg/d hiperglikema adalah
2019 L kondisi ketika kadar
glukosa di
dalam darah mengalami ke
naikan.
Kondisi yang umumnya se
ring dialami oleh mereka
yang menderita diabetes.
Kondisi tersebut dapat
terjadi pada mereka yang
mengalami serangan
jantung, menderita infeksi
yang cukup parah, stres
berat, mengalami stroke.

G. TERAPI SAAT INI

NAMA OBAT DOSIS INDIKASI KONTRA EFEK


INDIKASI SAMPING
CLOPIDOGRE 300 mg Mencegah - Harap berhati- - Lebam dan
L (CRG) penggumpalan hati bagi penderita perdarahan bawah
gangguan organ kulit
darah pada
hati, gangguan
penderita ginjal, tukak - Mimisan
lambung, dan
serangan jantung,
gangguan - Nyeri perut.
stroke iskemik pembekuan darah
seperti hemofilia. - Konstipasi atau
(akibat
diare.
penyumbatan), - Hati-hati saat
penyakit arteri konsumsi dengan - Gangguan
aspirin atau pencernaan.
perifer, penyakit obat antikoagulan,
jantung koroner, karena - Kelemahan
meningkatkan lengan atau
dan pemasangan risiko perdarahan.
tungkai.
ring, baik pada
- Obat ini akan
pembuluh darah membuat perdarah - Buang air besar
atau buang air
arteri jantung atau lebih sulit kecil berdarah.
berhenti,
pembuluh darah
arteri lainnya
Atorvytatin 80 mg Atorvastatin - Hindari - Hidung
mengonsumsi tersumbat
adalah obat yang
atorvastatin jika
digunakan untuk memiliki alergi - Sakit
terhadap obat ini. tenggorokan
menurunkan
kolesterol jahat - Hati-hati - Nyeri sendi
(LDL) dan konsumsi
atorvastatin - Nyeri di bagian
trigliserida, serta bersama dengan lengan atau
meningkatkan obat antivirus tungkai
atau antijamur gol
jumlah kolesterol ongan azole, serta - Diare
baik (HDL) di dengan obat
kolesterol
dalam darah. Jika golongan fibrat,
kolesterol dalam ciclosporin, atau
antibiotik makroli
darah tetap terjaga d.
dalam nilai
- Beri tahu dokter
normal, maka jika menderita
akan menurunkan atau memiliki
riwayat gangguan
risiko stroke hati, gangguan
dan serangan ginjal, diabetes,
gangguan otot,
jantung. serta gangguan
kelenjar tiroid.
- Hindari
mengonsumsi
minuman
beralkohol karena
dapat
meningkatkan
kadar trigliserida
dan meningkatkan
risiko kerusakan
pada organ hati.
Furosemide 2 Ampul Furosemide -Harap berhati-
- - Diare
hati bagi penderita
adalah obat untuk
penyakit ginjal, - Pusing, sensasi
mengurangi cairan gangguan prostat, berputar
gangguan hati,
berlebih dalam
penyakit asam - Gatal atau ruam
tubuh (edema) urat, kolesterol ringan
tinggi, lupus dan
yang disebabkan
diabetes. - Reaksi kulit
oleh kondisi
hebat – demam,
seperti gagal - Harap waspada
bagi yang sakit tenggorokan,
jantung, penyakit mengalami
bengkak wajah
hati, dan ginjal. dehidrasi, sulit
buang air kecil, atau lidah, rasa
Obat ini juga memiliki tingkat
terbakar pada
digunakan untuk natrium dan
kalium rendah mata Anda, nyeri
mengobati dalam darah, atau
kulit, diikuti ruam
tekanan darah gangguan
keseimbangan merah atau ungu
tinggi. Furosemid kadar elektrolit.
yang menyebar
e adalah obat
-Hindari (khususnya pada
diuretik yang penggunaan obat
jika Anda wajah atau tubuh
menyebabkan
memiliki alergi bagian atas) dan
Anda menjadi antibiotik
menyebabkan
lebih sering buang golongan sulfa.
Konsultasikan lepuhan dan
air kecil untuk dengan dokter
untuk mengetahui mengelupas.
membantu
obat pengganti
membuang air dan yang tepat untuk
garam yang kondisi Anda.
berlebihan - Jika Anda
dari tubuh. disarankan untuk
menjalani
pemeriksaan MRI
atau pemindaian
yang melibatkan
penyuntikan zat
radioaktif ke
dalam pembuluh
vena, beri tahu
dokter bahwa
Anda sedang
menjalani
pengobatan
dengan
furosemide.
Kombinasi
furosemide
dengan tes-tes
tersebut dapat
berbahaya bagi
ginjal.

H. ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi


1. DS : Klien mengtakan “nyeri dada i Domain 12 Agen Cedera
seperti tertindih benda berat. Keluhan Kenyamanan Biologis
dirasakan menjalar ke bagian belakang Kelas 1
tetapi keluhan agak berkurang jika
Kenyamanan Fisik
digunakan untuk ber istirahat”
Nyeri Akut (00132)
Klien mengatakan “Nyeri dada sudah
dirasakan dari kemarin sore’.
Klien mengatakan “nyeri datang secara
tiba-tiba”.
Klien mengatakan “skala nyeri 5 dari 10
skor”.
Do : Pasien terlihat meringis kesakitan.
Pasien terlihat memengangi dada bagian
kiri.
2. DO : TD: 101/57(mmHg) Domain4 Perubahan Irama
N: 73 (x/menit)
S : 36,6 OC Aktifitas/Istirahat Jantung
R: 25 (x/menit) Kelas 4 Respon
Hasil EKG menunjukan
gelombang ST lebih tinggi dari Kardiovaskular/Pul
normalnya.
monal
Penurunan Curah
Jantung (00029)
3. DS : Klien mengatakan “datang ke RS Domain 4 Ketidak
dengan keluhan nyeri dada juga Aktifitas/Istirahat seimbangan antara
dirasakan sangat nyeri seperti tertindih Kelas 4 Respon suplai dan
benda berat. Keluhan dirasakan menjalar
Kardiovaskular.Pul kebutuhan oksigen
ke bagian belakang tetapi keluhan agak
monal
berkurang jika digunakan untuk ber
Intoleransi
istirahat.
Aktifitas(00092)
Klien saat beraktifitas lama atau berjalan
lama mengalami sesak.

I. DIAGNOSIS

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis


2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
J. PERENCANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400)
berhubungan keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Monitor tekanan darah, nadi dan
dengan agens diharapkan nyeri dapat berkurang status pernapasan
cedera biologis dengan kriteria hasil : 2. Lakukan pengkajian nyeri
Kontrol Nyeri (1605) komprehensif yang meliputi lokasi,
1. Mengenali kapan nyeri terjadi karakteristik, onset/durasi,
kadang – kadang menunjukkan frekuensi, kualitas,
(3) ditingkatkan ke sering intensitas/beratnya nyeri, dan faktor
menunjukkan dengan skor (4) pencetus
2. Menggambarkan faktor penyebab 3. Ajarkan penggunaan teknik non
ke kadang – kadang farmakologi (teknik distraksi)
menunjukkan (3) ditingkatkan ke 4. Kelola pemberian obat analgesik
sering menunjukkan dengan skor Ketorolac 30mg/12 jam
(4)
3. Menggunakan tindakan
pengurangan nyeri tanpa
analgesik kadang – kadang
menunjukkan (3) ditingkatkan ke
sering menunjukkan dengan skor
(4 )
2. Penurunan Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung(4040)
keperawatan selama 1x8 jam 1. Monitor tanda – tanda vital secara
curah jantung
diharapakan curah jantung tidak rutin
berhubungan mengalami penurunan dengan 2. Monitor disritmia jantung, termasuk
kriteria hasil : gangguan ritme dan konduksi jantung
dengan
[0400] keefektifan pompa jantung 3. Instruksikan pasien tentang
perubahan Tekanan darah dalam batas normal pentingnya untk segera melaporkan
Devisiasi sedang dari kisaran bila merasakan nyeri dada
irama jantung
normal (3) 4. Pastikan tingkat aktivitas pasien yang
Tidak ada edema paru (5) tidak membahayakan curah jantung
Tidak mengalami kelelahan (5) atau memprovokasi serangan jantung
Tidak dyspnea dengan aktivitas 5. Lakukan terapi relaksasi
ringan (5) 6. Monitor EKG, adakah perubahan ST
sebagaimana mestinya

3. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (0180)


keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Kaji status fisiologis pasien yang
aktivitas
diharapkan tidak mengalami menyebabkan kelelahan
berhubungan intoleransi aktivitas: 2. Monitor sistem kardiorespirasi
Toleransi terhadap aktivitas pasien ( takikardia, disritmia yang
dengan
(0005): lain, dyspnea,pucat, tekanan
ketidakseimban Kemudahan bernafas ketika hemodinamik, frekuensi
beraktivitas ditingkatkan ke cukup pernafasan)
gan antara
terganggu dengan skor (3) 3. Tingkatkan tirah baring/pembatasan
suplai dan Kekuatan tubuh bagian bawah kegiatan
ditingkatkan cukup terganggu (3)
kebutuhan
Kemudahan dalam melakukan
oksigen Aktivitas Hidup Harian
ditingkatkan cukup terganggu (3)
K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


1 Nyeri akut berhubungan dengan Pukul 17.00 WIB S:
agens cedera biologis 1. Memonitor tekanan darah, nadi dan Pasien mengatakan “ nyeri dada dibagian kiri hingga tembus kebelakang”
status pernapasan Pasien mengatakan “nyeri seperti tertimpa benda berat”
2. Melakukan pengkajian nyeri Pasien mengatakan “nyeri seperti ditusuk-tusuk”
komprehensif yang meliputi lokasi, Pasien mengatakan “nyeri datang secara tiba-tiba”
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, Pasien mengatakan “lebih nyaman menggunakan teknik nafas dalam
kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan untuk mengurangi nyeri”
faktor pencetus WIB
Pukul 17.10 O:
3. Mengajarkan penggunaan teknik non TD : 105/62 mmHg N : 71x/Menit RR : 26x/Menit
farmakologi (teknik distraksi) Pengkajian Nyeri :
4. Mengelola pemberian obat analgesik P : Nyeri secara tiba-tiba
Ketorolac 30mg/12 jam Q: Nyeri seperti tertimpa benda berat
R : Nyeri pada dada bagian kiri hingga tembus kebelakang
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri sejak kemarin sore
Telah dilakukan injeksi keterolak 30mg

A : Nyeri akut belum teratasi

P : Memonitor tekanan darah, nadi dan status pernapasan setiap 1 jam


Mengelola pemberian obat analgesik Ketorolac 30mg pada pukul 05.00
WIB

17-10-2019
Perawat

2 Penurunan curah jantung Pukul 17.15 WIB S:


berhubungan dengan perubahan 1. Menginstruksikan pasien tentang “Pasien mengatakan sesak nafas”
irama jantung pentingnya untk segera melaporkan bila
merasakan nyeri dada O:
2. Memastikan tingkat aktivitas pasien yang Pernafasan retraksi dinding dada
tidak membahayakan curah jantung atau Terpasang oksigen nasal canul 3liter
memprovokasi serangan jantung Melakukan rekam jantung dengan EKG dengan hasil St Elevasi tinggi
Pukul 17.25
3. Memonitor EKG, adakah perubahan ST A:
sebagaimana mestinya Masalah penurunan curah jantung belum teratasi

P:
Memonitor TTV
Memonitor EKG

17-10-2019
Perawat

3 Intoleransi aktivitas Pukul 17.45 S:


1.Mengkaji status fisiologis pasien yang Pasien mengatakan “cepat merasakan kelelahan saat beraktifitas”
berhubungan dengan menyebabkan kelelahan
ketidakseimbangan antara 2.Memonitor sistem kardiorespirasi pasien O:
( takikardia, disritmia yang lain, RR : 26x/Menit
suplai dan kebutuhan oksigen dyspnea,pucat, tekanan hemodinamik,
frekuensi pernafasan) A:
3.Meningkatkan tirah baring/pembatasan Intoleransi Aktifitas belum teratasi
kegiatan
P:
Memonitor respirasi

17-10-2019
Perawat
DAFTAR PUSTAKA

ACCF/AHA Guideline for the Management of ST-Elevation Myocardial Infarction: A


Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart
Association Task Force on Practice Guidelines. 2013.

Jhonson, Marion, Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC).


St. Loui: Mosby.

Kumar, V., Cotran, R.S., dan Rokbbins S.L. 2010. Buku Ajar Patofisiologi 7., Alih
Bahasa, Brahm U, Pendt; editor Bahasa Indonesia Huriawati Hartanto, Nurwany
Dermania, Nanda Wulandari, -ed. 7-Jakarta : EGC

McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. (1996). Nursing Intervensions


Classification (NIC). St. Loui: Mosby.

Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda. (2017). Nursing Diagnoses: Definitions&Classification 2017-2018.


Philadelphia: NANDA Internasional.

Price, S. A., & Wilson, L. M. 2008. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Smeltzer.S.C.(2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddart. Edisi 12.


Jakarta: Kedokteran ECG.

Anda mungkin juga menyukai