ULKUS DIABETIKUM
Penyaji:
Supervisor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai :
PIMPINAN SIDANG
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Ulkus Diabetikum”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan
dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya.Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................2
1.3 Manfaat....................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................3
2.1Definisi.....................................................................................................3
2.2Epidemiologi............................................................................................3
2.3 Etiologi....................................................................................................4
2.4 Patofisiologi.............................................................................................4
2.5 Diagnosis.................................................................................................5
2.6 Diagnosis Banding...................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................9
2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................10
2.9 Komplikasi............................................................................................17
2.10 Prognosis.............................................................................................17
BAB III. STATUS ORANG SAKIT ..............................................................18
BAB IV. FOLLOWUP.....................................................................................32
BAB V. DISKUSI KASUS...............................................................................34
BAB VI. KESIMPULAN................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................37
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
kendali luka, kendali tekanan, kendali infeksi, dan edukasi mengenai perawatan
kaki mandiri.3
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan
pembaca terutama yang terlibat dalam bidang medis dan juga memberikan
wawasan kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami Ulkus
Diabetikum.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
3
Angka survival jangka panjang untuk pasien dengan amputasi buruk, terutama
pada pasien dengan peripheral artery disease (PAD) atau insufisiensi renal.
Prediktor kematian yang signifikan pada pasien dengan amputasi adalah usia,
kelamin laki-laki, insufisiensi renal kronik, dialisis, dan PAD.15
Amputasi untuk ulkus diabetes menyebabkan morbiditas yang tinggi; sekitar
0.03% -1.5% pasien dengan ulkus diabetik akan memerlukan amputasi. 1,3 Pada
pasien dengan neuropati, bila manajemen yang baik telah sukses menyembuhkan
ulkus diabetikum, tingkat rekurensi adalah 66% dan tingkat amputasi meningkat
menjadi 12%.3
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
4
Penyakit arteri perifer (peripheral arterial disease/PAD) merupakan faktor yang
berkontribusi terhadap perkembangan ulkus diabetikum hingga 50% kasus.
Disfungsi sel endotel dan kelainan sel otot polos terjadi di arteri perifer sebagai
konsekuensi dari keadaan hiperglikemik yang terus-menerus, sehingga
mengakibatkan penurunan resultan pada vasodilator endotelium yang
menyebabkan penyempitan. Selanjutnya, hiperglikemia pada diabetes dikaitkan
dengan peningkatan tromboksan A2, agonis agregator vasokonstriktor dan
platelet, yang menyebabkan peningkatan risiko hiperkoagulabilitas plasma. Ada
juga potensi perubahan dalam matriks ekstraselular vaskular yang menyebabkan
stenosis lumen arteri. Selain itu, merokok, hipertensi, dan hiperlipidemia adalah
faktor lain yang umum terjadi pada pasien diabetes dan berkontribusi pada
perkembangan PAD. Secara kumulatif, hal ini mengarah pada penyakit arteri
oklusif yang menyebabkan iskemia pada ekstremitas bawah dan peningkatan
risiko ulserasi pada pasien diabetes.3,4
Neuropati mempengaruhi saraf motorik, sensorik, dan otonom. Kelainan
motorik dapat menyebabkan kelemahan otot, atrofi, dan paresis. Kemudian
kelainan sensoris mempengaruhi daya sensasi nyeri, tekanan, dan panas. Karena
hal ini, banyak luka yang terjadi tidak diketahui oleh pasien sehingga terus-
menerus terkena trauma atau tekanan yang repetitif. Kelainan saraf otonom juga
berkontribusi untuk meningkatkan risiko infeksi karena mengurangi produksi
keringat dan vasodilatasi.1,2,3
2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesis
5
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Pemeriksaan fisik pada ulkus diabetikum sebaiknya menilai kondisi ulkus yang
ada, tanda neuropati perifer, tanda penyakit arteri perifer dan deformitas kaki.3,6
1. Pemeriksaan Ekstremitas
Lakukan pemeriksaan ekstremitas untuk mencari luka dan deformitas, karena
pasien terkadang tidak menyadari. Ulkus dapat ditemukan di:
Area yang menopang beban seperti tumit/heel, area plantar metatarsal,
ujung-ujung jari kaki yang paling menonjol (jari kaki ke-1 atau ke-2), dan
ujung hammer toes. Jangan lupa untuk memeriksa area di antara jari-jari.
Area yang menanggung tekanan/stress seperti bagian dorsal hammer toes.3
6
Pemeriksaan fisik juga dapat menemukan kalus hipertrofik, kuku-kuku
rapuh, hammer toes, fisura, atau kaki Charcot.3
Pemeriksaan Luka
Ulkus dapat dibagi menjadi dua; akut dan kronik. Ulkus akut dapat
dikategorikan disebabkan oleh dua hal yaitu abrasi dermal atau ulkus plantar di
daerah penopang beban. Ulkus diperiksa untuk drainase, bau, ada/tidak jaringan
granulasi, dan jaringan yang terekspos seperti tendon, kapsul sendi, atau tulang.
Periksa tanda-tanda inflamasi pada kaki, seperti eritema, kehangatan, nyeri,
edema, indurasi, dan cairan purulen. Periksakan juga tanda-tanda sistemik seperti
demam, hipotensi, atau takikardia yang dapat menandakan infeksi sistemik.5,6
Tingkat/
Deskripsi Lesi
Grade
Tidak ada lesi pada kaki berrisiko tinggi; bisa ada deformitas atau
0
selulitis
Ulkus diabetikum superfisial (dapat mencakup ketebalan kulit
1
parsial atau full)
Ulkus menyebar hingga ke ligamen, tendon, kapsul sendi, atau
2
fascia dalam tanpa abses atau osteomyelitis
3 Ulkus dalam dengan abses, osteomyelitis, atau sepsis tulang
4 Gangren yang terlokalisasi ke bagian tumit atau kaki depan
5 Gangren ekstensif yang mencakup seluruh kaki
Tabel 1. Klasifikasi ulkus diabetes Wagner6
Pasien juga perlu dilakukan pemeriksaan osteomyelitis, karena hal ini dapat
terjadi dengan atau tanpa gejala infeksi jaringan. Pada pasien dengan ulkus kaki
diabetekum, osteomyelitis dapat dicurigai pada luka yang berukuran lebih dari 2
cm 2 dan kedalaman yang mencapai tulang (sampai tulang terekspos atau
pemeriksa dapat merasakan tulang saat pemeriksaan dalam luka).5
7
2. Pemeriksaan Insufisiensi Arteri Perifer
Pemeriksaan fisik insufisiensi arteri perifer seringkali menunjukkan nadi
perifer yang tidak teraba atau berkurang. Periksa pulsasi perifer dorsalis pedis
yang dapat ditemukan pada lateral dari tendon extensor halluces longus, dan tibia
posterior, yang berada di atas dan di belakang malleolus medial.3,4
Pemeriksaan lain yang dapat menandakan insufisiensi arteri adalah bruit yang
terdengar di atas arteri iliaka/femoral, atrofi kulit, hilangnya pertumbuhan rambut
di pedis, sianosis jari-jari kaki, ulkus atau nekrosis iskemik, dan warna pucat di
kaki.3
8
2.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding ulkus diabetikum dapat dibuat dari aspek ulkus, aspek
nyeri, dan aspek neuropati. Ulkus diabetikum dapat dibandingkan dengan
kelainan lain yang dapat muncul pada pasien diabetes; seperti dermopati
diabetikum, diabetikorum bulosa, xanthoma eruptif, lipoidika nekrobiosis, dan
granuloma annulare.3
Proses inflamasi yang terjadi di kulit dapat menyerupai gejala infeksi.
Beberapa diagnosis banding yang sesuai dengan kategori ini mencakup trauma,
artritis, artropati Charcot akut, fraktur, thrombosis, dan stasis vena. Namun proses
infeksi juga dapat terjadi bersamaan dengan inflamasi, bila penyebab gejala belum
dapat dipastikan, dapat dipertimbangkan pemberian antibiotik empiris.5
9
rate (ESR) dan C-reactive protein (CRP) dapat digunakan untuk memonitor
respon terhadap terapi.5
Pemeriksaan kultur dilakukan setelah debridement dan sebelum pemberian
terapi antibiotik empiris. Bahan kultur sebaiknya didapat dari luka menggunakan
kuretase dibandingkan swab atau irigasi agar hasil microbial lebih akurat.7
Pemeriksaan radiologis dasar dapat digunakan untuk melihat deformitas
tulang, keberadaan benda asing, dan gas di jaringan lunak. Bila diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut, dapat dilakukan magnetic resonance imaging (MRI)
untuk mengevaluasi kelainan jaringan lunak dan osteomyelitis.5
2.8 Penatalaksanaan
10
Secara umum, setiap kali pasien berobat sebaiknya dilakukan perbandingan
dan catatan perkembangan; klasifikasi dan ukuran luka. Area permukaan dari
sebuah ulkus diabetikum yang sembuh dengan baik seharusnya berkurang sekitar
1 % per hari.7
11
oklusi yang panjang, dianjurkan operasi bedah pintas terbuka. Untuk oklusi yang
pendek, dapat dipikirkan untuk prosedur endovascular - PTCA. Pada keadaan
sumbatan akut dapat pula dilakukan tromboarterektomi. Dengan berbagai teknik
bedah tersebut, vaskularisasi daerah distal dapat diperbaiki, sehingga hasil
pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik.12
Kendali luka dilakukan dengan cara perawatan luka dengan konsep TIME:
Tissue Debridement (Membersihkan Luka Dari Jaringan Mati). Debridemen ulkus
diabetikum merupakan langkah awal yang penting dalam pengelolaan luka.
Beberapa manfaat dapat dihasilkan dari debridemen yang tepat termasuk
pemotongan jaringan nekrotik yang tidak dapat bertahan serta menjaga agar luka
tetap terjaga. Kita harus berhati-hati dalam menilai ulkus jika diduga iskemia.
Intervensi revaskularisasi mungkin diperlukan sebelum debridemen dilakukan.
Debridemen juga merangsang pelepasan faktor pertumbuhan untuk
mempromosikan penyembuhan ulkus. Debridement bedah adalah metode standar
emas pada ulserasi diabetikum. Untuk mendapatkan hasil yang optimal,
pemotongan jaringan sehat harus diminimalkan dan kelainan bentuk yang dapat
memicu kekambuhan ulkus harus dicegah. Debridemen bedah biasanya dilakukan
untuk ulkus dengan jaringan nekrotik yang luas.
12
Moisture Balance (Menjaga Kelembaban)
13
atau dengan pembenahan deformitas.13 Secara umum, modalitas yang dapat
digunakan dalam kendali tekanan adalah:
14
Removable cast walker: Alat cast walker adalah sebuah
penyangga/brace yang dipasang di kaki, tidak harus custom, dan dapat
mendistribusikan beban seperti gips kontak total. Alat ini harus dilepas untuk
mengganti verban, dan dapat mempengaruhi kepatuhan (compliance) pasien
karena ia bisa melepaskannya. Beberapa penelitian melihat distribusi beban pada
kaki sehat yang dipasangkan cast walker, dan hasilnya serupa dengan gips kontak
total. Namun data untuk distribusi beban pada kaki dengan deformitas/ulkus
belum tersedia.7,8
Kendali Infeksi
15
Untuk memberikan tatalaksana infeksi, luka dapat dikalsifikasikan menjadi
tidak mengancam tungkai/ekstremitas, dan mengancam tungkai/ekstremitas.
Untuk kategori pertama, ditandai dengan adanya selulitis <2 cm dan tidak
menyebar ke tulang atau persendian. Kategori mengancam tungkai memiliki ciri-
ciri adanya selulitis >2 cm dan infeksi menyebar ke tulang, persendian, ataupun
sistemik. Infeksi yang tidak mengancam luka umumnya disebabkan oleh infeksi
Staphyloccus dan Streptococcus. Pemberian pengobatan sebaiknya disesuaikan
dengan hasil kultur dan resistensi bila memungkinkan.7,12
Belum ada pedoman klinis umum yang menentukan jenis antibiotik yang
superior untuk dipakai, dan hasil-hasil penelitian masih terbatas.7,12 Saat ini untuk
infeksi ringan-sedang tanpa risiko mengancam tungkai, pengobatan antibiotik
dapat diberikan secara oral seperti cephalexin, amoxilin clavulanate, moxifloxin,
atau clindamycin. Infeksi berat yang kemungkinan mengandung infeksi
polimikrobial sebaiknya dirawat inap dan diberikan antibiotik multi-regimen
sambil menunggu hasil uji kultur dan resistensi.7,12
2.9 Komplikasi
2.10 Prognosis
Prognosis ulkus diabetikum tergantung dari derajat ulkus ketika mencari
pengobatan, pada ulkus diabetikum derajat Wagner 0-2 maka prognosisnya
adalah dubia dan derajat 3-5 adalah dubia ad malam.14
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
16
Tanggal Masuk: 11-11-2018 Dokter Ruangan:
ANAMNESA PRIBADI
Nama : NS
Umur : 59 tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Suku : Jawa
Agama : Islam
ANAMNESIS PENYAKIT
Telaah : Hal ini dialami pasien kurang lebih sudah sejak 20 hari ini.
Luka yang dialami pasiem dikarenakan tertusuk paku
pada saat pasien sedang menyapu rumah. Awalnya hanya
17
berupa kemerahan dan bengkak namun semakin lama
muncul luka melepuh dan keluar cairan nanah, Pasien
mengobati luka dengan menggunakan Iodine tapi tidak
kunjung sembuh. Pasien tidak merasa nyeri. Pasien
sering merasa kesemutan pada kaki kiri kurang lebih
selama 1 tahun sebelumnya. Pasien kesulitan dalam
berjalan dan beraktivitas. Nyeri ulu hati dijumpai, hal ini
sudah dialami kurang lebih 1 minggu, riwayat mual
dijumpai, muntah tidak ada. Pada saat belum makan
perut terasa nyeri, dan jika makan perut cepat terasa
penuh. Nyeri perut tidak terus menerus dan sering diikuti
dengan perasaan panas. Pasien mengaku sering telat
makan dan makan tidak teratur. Demam dijumpai, hal ini
dialami Pasien sudah sejak 1 minggu yang lalu, demam
awalnya cukup tinggi. Lemas dijumpai, sering merasa
lapar dijumpai. Pasien mengeluhkan sering merasa haus,
sering kencing pada malam hari diatas 3 kali sehari
dengan jumlah urine cukup. Penurunan berat badan
dijumpai, dan Pasien mengeluhkan mata kabur. Riwayat
batuk dan sesak tidak dijumpai. Riwayat BAK dan BAB
dalam batas normal. Riwayat Diabetes dijumpai, kira-
kira sudah selama 15 tahun, KGD tertinggi yang pernah
dialami Pasien adalah 700 mg/dl. Riwayat pemakaian
obat insulin teratur 3 kali sehari. Riwayat Hipertensi
tidak dijumpai, Riwayat penyakit gula tidak dijumpai.
RPT : Diabetes
ANAMNESIS ORGAN
18
Jantung
Edema :-
Saluran Pernapasan
Batuk :- Asma :-
Dahak :- lain-lain :-
Saluran Pencernaan
Saluran Urogenital
19
Endokrin
Polifagi :+ Lain-lain :-
Saraf Pusat
Sakit Kepala :-
Hoyong :-
Lain-lain :-
Pucat :- Perdarahan :-
Petechie :- Purpura :-
Lain-lain :-
Sirkulasi Perifer
STATUS PRESENS
20
Sensorium : Compos Mentis Pancaran Wajah : Lemas
Temperatur : 37,1°C
Keadaan Gizi
BB : 70 Kg
TB : 158 cm
PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA
LEHER
21
Pembesaran kelenjar limfa (-)
Trakea : Medial, pembesaran KGB (-), struma (-), TVJ: R-2 cm H2O
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Paru
Peranjakan : ± 1cm
Jantung
22
Auskultasi
Paru
Suara Tambahan :-
Jantung
THORAKS BELAKANG
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Gerakan Lambung/usus : -
Vena Kolateral :-
Caput medusa :-
Lain-lain :-
Palpasi
23
Dinding Abdomen : soepel
HATI
Pembesaran :-
Permukaan : reguler
Pinggir : tumpul
Nyeri Tekan :-
LIMFA
Pembesaran : (-)
GINJAL
Ballotement : (-)
TUMOR
Perkusi
Pekak hati :-
Pekak beralih :-
Auskultasi
Lain-lain : (-)
24
PINGGANG
Lokasi : (-)
Sianosis : (-)
Kiri Kanan
Edema - -
Arteri Femoralis + +
25
Arteri tibialis posterior + +
Refleks KPR + +
Reflkes APR + +
Refleks Fisiologis + +
Refleks patologis - -
Lain-lain - -
Hb : 8,5 g/dl
Ht : 25 %
Hitung Jenis
Eosinofil : 0, 20%
Basofil : 0,1 %
Neutrofil segmen :
82,5%
Limfosit : 9,7%
26
Monosit : 7,%
RESUME
RPT : Diabetes
27
HR : 96x/i
Kepala
Leher
Trakea : di tengah
Thoraks
I : Simetris Fusiformis
P : Sonor
Abdomen
I : Simetris Membesar
P : Timpani
P : Soepel
A : normoperistaltik
Extremitas
28
Superior : (-)
Hb: 8,5
Eritrosit : 2,98
Leukosit : 16,77
Trombosit : 393.000
Diet : Diet DM
Medikamentosa:
29
1. Darah rutin 6. Funduskopi
BAB IV
FOLLOW UP
O Sens: CM TD: 130/70 mmHg HR: 88x/i RR: 20x/i Temp: 37,0C
30
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
Leher : TVJ R-2 cmH2O
Thorax : I: Simetris,
P: Stem fremitus normal ka=ki
P: Sonor melemah,
A: SP: Vesikuler ST: Ronki (-/-)
Abdomen : I: Simetris
P: Timpani
P: Soepel, H/L/R: tidak teraba
A: Peristaltik (+) N
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik. Edema (-) ulkus pada kaki
kiri (+)
Pem.Lab:HB 8.5 g/dL
Ht 25.5 %
Leu 16770 /µL
PLT 393000/µL
Neutrofil 82.5%
KGDs 589 mg/dl
P -Tirah baring
- Diet DM
- Nacl 0.9% 20gtt
- Inj. Ceftriaxone 2 gr/24 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam
- Inj. Novorapid 18-18-18 IV
- Inj. Levomir 0 – 0 – 18 IV
- Inj. Ketorolac 1 amp k/p
- PCT 3 x 500 mg
- Clindamycin 3 x 300 mg
- Ganti Verban / hari
O Sens: CM TD: 130/70 mmHg HR: 80x/i RR: 20x/i Temp: 36,5C
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
Leher : TVJ R-2 cmH2O
Thorax : I: Simetris,
31
P: Stem fremitus normal ka=ki
P: Sonor melemah,
A: SP: Vesikuler ST: Ronki (-/-)
Abdomen : I: Simetris
P: Timpani
P: Soepel, H/L/R: tidak teraba
A: Peristaltik (+) N
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik. Edema (-)
Pemeriksaan Lab : KGD Puasa : 476 mg/dl
KGD PP : 326 mg/dl
HbA1C : 13,5 %
P -Tirah baring
- Diet DM 1800 Kkal
- Nacl 0.9% 20gtt
- Inj. Ceftriaxone 2 gr/24 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam
- Inj. Novorapid 20 – 20 – 20 IV
- Inj. Levomir 0 – 0 – 24 IV
- Inj. Ketorolac 1 amp k/p
- PCT 3 x 500 mg
- Clindamycin 3 x 300 mg
- Ganti Verban / hari
BAB V
DISKUSI KASUS
32
TEORI PASIEN
33
mengurangi tekan/beban di
ulkus, dan kontrol infeksi.
Belum ada pedoman klinis
umum yang menentukan jenis
antibiotik yang superior untuk
dipakai, dan hasil-hasil
penelitian masih terbatas. Saat
ini untuk infeksi ringan-sedang
tanpa risiko mengancam
tungkai, pengobatan antibiotik
dapat diberikan secara oral
seperti cephalexin, amoxicilin
clavulanate, moxifloxin, atau
clindamycin.
BAB VI
KESIMPULAN
34
Pasien perempuan berusia 59 tahun bernama NS dirawat di RS USU
denganUlkus Diabetikum Grade II. Pasien telah dirawat selama 3 hari dan telah
ditatalaksana dengan tirah baring, Diet DM 1800 Kkal, Nacl 0.9% 20gtt, Inj.
Ceftriaxone 2 gr/24 jam, Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam, Inj. Novorapid 20 – 20-
20 IV, Inj. Levomir 0 – 0 – 24 IV, Inj. Ketorolac 1 amp k/p, PCT 3 x 500 mg,
Clindamycin 3 x 300 mg, Ganti Verban / hari.
DAFTAR PUSTAKA
35
care physicians. See http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24755412
for further details.
7. Widyahening, I. S.; van der Graaf, Y.; Soewondo, P.; Glasziou, P.; van
der Heijden, G. J. Awareness, agreement, adoption and adherence to
type 2 diabetes mellitus guidelines: a survey of Indonesian primary
care physicians. See http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24755412
for further details.
8. Lipsky BA, Berendt AR, Cornia PB, et al. 2012 Infectious Diseases
Society of America clinical practice guideline for the diagnosis and
treatment of diabetic foot infections. Clin Infect Dis.
2012;54(12):e132-e173.
36
11. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI dan Persadia.
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus pada Layanan Primer, ed.2, 2012.
(Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Indonesia FKUI, 2012)
12. Faries PL, Teodorescu VJ, Morrissey NJ, Hollier LH, Marin ML. The
role of surgical revascularization in the management of diabetic foot
wounds. Am J Surg. 2004 May. 187(5A):34S-37S.
13. Snyder, R.J., et al., The management of diabetic foot ulcers through
optimal off-loading building consensus guidelines and practical
recommendations to improve outcomes. J Am Podiatr Med Assoc,
2014. 104(6): p. 555–67.
14. Lee, L. T. Glycemic control in the diabetic patients after stroke., Crit
Care Nurs Clin N Am. 2009, 21, 507-515.
37