Anda di halaman 1dari 636

1-100

1. C. Situational use

• An. Labil, 17 tahun


• 3 hari terakhir sering mengonsumsi alkohol.
• Baru putus dari pacarnya.
• Minum alkohol dapat mengurangi perasaan
galau merana yang pasien rasakan.

• Tingkatan penggunaan NAPZA?


Tingkatan Pemakaian NAPZA
• Pemakaian coba-coba (experimental use):
pemakaian NAPZA yang tujuannya ingin
mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu.
• Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use):
pemakaian NAPZA dengan tujuan bersenang-
senang,pada saat rekreasi atau santai.
• Pemakaian situasional (situasional use): pemakaian
pada saat mengalami keadaan tertentu seperti
ketegangan, kesedihan, kekecewaan, dengan maksud
menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.
Tingkatan Pemakaian NAPZA
• Penyalahgunaan (abuse): pemakaian sebagai suatu pola
penggunaan yang bersifat patologik/klinis
(menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang
hari, tak mapu mengurangi atau menghentikan,
berusaha berulang kali mengendalikan, terus
menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh. Keadaan
ini akan menimbulkan gangguan fungsional atau
okupasional.
• Ketergantungan (dependence use) : telah terjadi
toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian NAPZA
dihentikan atau dikurangi dosisnya.
Jadi, tingkatan penggunaan NAPZA
pasien ini adalah…
1. C. Situational use
E. Sindroma Neuroleptik
2.
Maligna
• Tn. Ahmad, 35 tahun
• Skizofrenia (+)
• Dosis obat dinaikkan
• Sesak, pucat, gemetar
• PF:
• Suhu : 39 C (adanya instabilitas otonom pada
pasien ini)
• Lead pipe rigidity (+)
• Diagnosis?
Sindroma Neuroleptik Maligna
• Suatu bentuk efek samping ekstrapiramidal yang
jarang terjadi namun mengancam nyawa sebagai
reaksi terhadap pengobatan neuroleptik yang
umumnya digunakan untuk pengobatan skizofrenia
dan keadaan psikotik lainnya. Onset rata-rata 4-14
hari setelah pajanan obat.
• Karakteristik : demam, rigiditas terutama leadpipe,
gangguan kesadaran, dan disfungsi otonom.
• Paling sering disebabkan oleh antipsikotik generasi
1 namun generasi 2 (atipikal) juga dapat
mencetuskan SNM terutama apabila dosis tinggi
Sumber : medscape
atau baru saja dinaikkan dosisnya.
Sindroma Neuroleptik Maligna
• Tanda dan gejala
• Rigiditas otot (lead pipe)
• Hipertermia ( > 38oC)
• Instabilitas otonom (takikardia, hipertensi)
• Gangguan kesadaran
• Diaforesis
• Pucat
• Disfagia
• Dispneu
• Tremor
• Inkontinensia Sumber : medscape
• Shuffling gait
Tatalaksana
• Umumnya suportif berupa kontrol rigiditas dan
hipertermia serta mencegah komplikasi
• Menghentikan semua agen neuroleptik
(antipsikotik)
• Terapi suportif: seperti antipiretik/kompres jika
hipertermia
• Terapi medikmentosa dapat diperlukan, seperti
muscle relaxant dan benzodiazepin
• Pada umumnya gejala akan membaik dalam 1-2
minggu
BMJ Best Practice
Sindrom Ekstrapiramidal
Akut / Tardif Gejala Tatalaksana

DISTONIA Dapat akut maupun Torsi, twisting, Benztropin /


kronis (tardif) kontraksi, spasme difenhdiramin
otot, krisis (efek
okulogirik antikolinergik)

AKATISIA Dapat akut maupun Kaki tidak dapat Lorazepam,


kronis (tardif) diam propanolol,
difenhdiramin
PSEUDO- Dapat akut maupun Tremor, rigiditas, Benztropin, ganti
PARKINSON kronis (tardif) akinesia/ anti-psikotik
bradikinesia
(TRAP)

DISKINESIA TARDIF Gerakan Prognosis buruk,


(= tardive dyskinesia) mengecap-ngecap ganti antipsikotik
mulut jadi klozapin dapat
dipertimbangkan
Jawaban Lainnya
• A. Tardive diskinesia  gangguan gerakan
involunter (mioklonus, tik, korea, dll), terutama
manifestasi dalam bentuk mulut mengecap-ngecap
 efek samping ireversibel
• B. Distonia akut  kontraksi spastis otot (bisa
terjadi di mata, leher, punggung, dan lain-lain)
• C. Parkinsonisme  tremor, bradikinesia, rigiditas
• D. Akatisia  perasaan gelisah yang menyebabkan
pasien tidak bisa diam (restless leg syndrome).
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
E. Sindroma neuroleptik
2.
maligna
A. Risperidone 2 x 2 mg
3.
PO
• Ny. Jean Doe, 39 tahun
• Gelisah sejak 3 bulan terakhir
• Yakin bahwa jika suaminya keluar rumah,
suami akan selingkuh, padahal suami sedang
bekerja (delusion of jealousy)
• Tidak ada halusinasi pada pasien
• Diagnosis: gangguan waham menetap
• Tatalaksana?
Gangguan Waham Menetap
• Kriteria Diagnosis (DSM V):
• Ada satu (atau lebih) waham dengan durasi lebih dari
sama dengan 1 bulan
• Kriteria skizofrenia tidak boleh ada (jika halusinasi ada,
halusinasi tidak boleh menonjol)
• Terpisah dari waham, pasien tidak boleh mengalami
gangguan dalam kehidupannya, dan tidak ditemukan
perilaku yang ganjil
• Jika terdapat episode manik atau depresi, hanya terjadi
dalam durasi singkat dibanding periode waham
• Gangguan tidak disebabkan oleh penyakit lain atau
penggunaan zat dan tidak dapat dijelaskan oleh penyakit
kejiwaan lainnya
Tatalaksana Gangguan Waham
Menetap
• Tatalaksana medikamentosa:
• Antipsikotik  lebih terpilih antipsikotik generasi 2, dengan
efek samping yang minimal
• An antipsychotic agent with as few side effects as possible
(consider aripiprazole or ziprasidone) should be used. Start the
medication at a low dose and increase gradually over a several
days or weeks to assure tolerability. Once a therapeutic dose is
achieved, examine for evidence of response at two weeks before
increasing the dose further or changing the medication.
• Olanzapin 3x10 mg PO
• Risperidone 2x2 mg PO
• Clozapine 1x12,5 mg PO
• Haloperidol 3x5 mg PO

• Tatalaksana non-medikamentosa:
• Psikoterapi suportif
Jawaban Lainnya
• B. Haloperidol 3x5 mg PO  antipsikotik generasi I,
efek samping EPS
• C. Olanzapin 3x50 mg PO  antispikotik generasi II,
dosis terlalu tinggi
• D. Trihexyphenidyl 3x10 mg PO  bukan antipsikotik,
digunakan untuk mengatasi efek samping
ekstrapiramidal dari penggunaan antipsikotik
• E. Alprazolam 1x1 mg PO  anxiolitik
Jadi, tatalaksana yang tepat untuk
pasien adalah…
3.
A. Risperidone 2 x 2 mg PO
4. A. Clonidine 1x0,2 mg

• Ny. Jean Doe, 39 tahun


• Keluhan mata berkedip-kedip sendiri.
• Keluhan sudah dialami selama 6 bulan.
• Riwayat kejang disangkal

• Diagnosa: transient tic disorder


• Tatalaksana?
Tic disorder

Tics adalah kedutan atau gerakan mendadak, atau suara yang


dilakukan berulang kali. Pasien dengan tic tidak dapat
menhentikan tubuhnya untuk tidak dapat melakukan hal
tersebut.
DSM-5 Tic disorder
• Tourette’s disorder/Tourette Syndrome
• minimal 2 motor tic (contoh : kedipan mata dan kedutan
kepala) DAN minimal 1 vocal tic (contoh: suara mendeham
atau suara ngorok)
• Durasi >1 tahun
• onset saat usia < 18 thn
• Tidak memiliki riw. penggunaan obat-obatan atau kondisi
medis lain (contoh: kejang, huntington disease)
• Persistent (chronic) motor or vocal tic disorder
• minimal 1 motor tic ATAU 1 vocal tic
• Durasi >1 tahun
• onset saat usia < 18 thn
• Tidak memiliki riw. penggunaan obat-obatan atau kondisi
medis lain (contoh: kejang, huntington disease)

• Provisional (transient) tic disorder


• 1 motor tics ATAU 1 vocal tics
• Durasi <1 tahun
• onset saat usia < 18 thn
• Tidak memiliki riw. penggunaan obat-obatan atau kondisi
medis lain (contoh: kejang, huntington disease
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2701289/
Jawaban lainnya
• B. Risperidone 2x10 mg  dosis berlebih
• C. Haloperidol 3x10 mg  dosis berlebih
• D. Alprazolam 1x0,5 mg  anxiolitik
• E. Carbamazepin 2x200 mg  untuk epilepsi
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

4. A. Clonidine 1x0,2 mg
5. A. Narkolepsi

• Tn. Boen, 27 tahun


• Sering tiba-tiba tidur dimana saja kapan saja
• Tanpa diawali rasa kantuk

• Diagnosa?
Narkolepsi
• Serangan kantuk mendadak yang bisa terjadi
berkali-kali dalam sehari
• Di luar serangan, pasien tidak merasa mengantuk
(bedakan dengan hipersomnia, dimana kantuk
dirasakan sepanjang hari)
• Bisa disertai katapleksi, paralisis tidur, dan
halusinasi hipnagogik

• Bedakan dengan hipersomnia


• Adanya rasa mengantuk yang berlebihan pada waktu siang
hari atau waktu tidur malam yang lebih panjang yang
terjadi setidaknya 3 bulan sebelum ditegakkan diagnosis
Jawaban Lainnya
• B. Somnabulisme  Sleepwalking
• C. Hipersomnia  rasa mengantuk berlebihan
• D. Insomnia  kesulitan untuk memulai ataupun
mempertahankan tidur
• E. Night terror  Terbangun malam hari dengan
“ketakutan”, umumnya lupa setelah terbangun
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

5. A. Narkolepsi
6. B. Nightmare disorder
• Ny. Aulia, 28 tahun
• Sering terbangun malam hari
• Muncul setiap kali bermimpi selingkuhan
suaminya hendak membunuhnya dengan
menusukkan pisau di dada kirinya

• Diagnosis?
Gangguan Tidur
PARASOMNIA
• Sleep terror: pasien terbangun mendadak dari tidur
sambil berteriak ketakutan, tapi dia tidak mengingat ada
mimpi
• Somnambulisme: berjalan atau beraktivitas sambil tidur
BEDAKAN Narkolepsi dan hipersomnia:
Narkolepsi: Serangan kantuk mendadak yang bisa terjadi
berkali-kali dalam sehari. Namun, di luar serangan,
pasien tidak merasa mengantuk. Bisa disertai katapleksi,
paralisis tidur, dan halusinasi hipnagogik
Hipersomnia: sering merasa mengantuk meskipun
kuantitas dan kualitas tidur di malam hari optimal.
Insomnia: tidak bisa/kekurangan tidur
Sumber: Buku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ - III
Gangguan tidur
• Nightmare disorder:
• Berulang, gambaran mimpi sangat jelas, biasanya
berhubungan dengan ancaman.
• Bangun dan sadar dengan cepat tanpa gejala otonom

• Tatalaksana :
• Medikamentosa: prazosin pilihan utama,
• Psikoterapi: nightmare-focused cognitive behavioral
therapy (image rehearsal therapy)
Jawaban Lainnya
A. Sleep terror  pasien terbangun mendadak dari
tidur sambil berteriak ketakutan, tapi dia tidak
mengingat ada mimpi
C. Somnabulisme  berjalan atau beraktivitas sambil
tidur
D. Gangguan cemas menyeluruh  kecemasan
ambang, tidak jelas pencetusnya
E. Reaksi stress akut  ada suatu event tramatic,
kejadian <2 minggu
Jadi, diagnosis yang tepat untuk
6. pasien adalah…
B. Nightmare disorder
7. E. IADL score
• Tn. Angelo, 68 tahun
• Luka sulit sembuh di kakinya sejak 4 bulan
(kemungkinan ulkus pedis DM)
• Cenderung menjauhi orang dan murung
• Pasien sering mengamuk
• Ada “sosok” menganggu (halusinasi visual)

• Diagnosis multiaxial, kecuali?


Diagnosis Multiaksial
• Aksis 1 :
• a. Gangguan klinis
• b. Kondisi lain yang menjadi perhatian klinis
• Aksis 2 :
• A. Gangguan kepribadian
• B. Retardasi mental
• Aksis 3 : kondisi medik umum
• Aksis 4 : masalah psikososial, pekerjaan dan
lingkungan
• Aksis 5 : penilaian fungsi secara global (GAF)
Axis 5 : Global Assesment of
Fungtioning Scale (GAF)
• 100-91 : gejala tidak ada, fungsi maksimal dan tidak ada masalah yang terganggu.
• 90-81 : gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, cuma masalah harian yang biasa.
• 80-71 : gejala sementara, dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah
dan lainnya.
• 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan secara fungsi tapi secara
umum baik.
• 60-51 : gejala sedang, disabilitas sedang.
• 50-41 : gejala berat, disabilitas berat.
• 40-31 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas
berat dalam beberapa fungsi.
• 30-21 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir di
semua bidang.
• 20-11 : bahaya mencidera diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan
mengurus diri.
• 10-1 : seperti di atas dan lebih serius.
Jawaban Lainnya
• A. Diabetes melitus  Aksis III (kondisi medik
umum)
• B. Depresi dengan episode psikotik  Aksis I
(gangguan psikiatri klinis)
• C. Retardasi mental sedang  Aksis II
• D. Global Assessment Functional Score  Aksis V
Jadi, yang tidak termasuk diagnosis
multiaxial adalah…
7.

E. IADL score
Instrumental activities of daily living
(biasa untuk skoring pasien geriatri)
8. B. Gangguan aversi seksual

• Tn. Lelah, 25 tahun


• Menikah 3 bulan yang lalu.
• Istri tidak ingin berhubungan seksual dengan
dirinya.
• Pasien merasa senang dicium dan dipeluk oleh
pasien, tetapi tidak ingin aktivitas seksnya
berlanjut.
• Diagnosa?
Disfungsi seksual
• Gangguan hasrat seksual:
• Gangguan hasrat seksual hipoaktif : kurangnya minat atau
hasrat seksual
• Gangguan aversi seksual : keengganan untuk, dan
penghindaran terhadap kontak genital seksual
• Gangguan rangsangan seksual
• Gangguan rangsangan seksual wanita : kesulitan menjadi
terangsang atau mempertahankan rangsangan seksual atau
kegairahan selama aktivitas seksual
• Gangguan ereksi pria : kesulitan untuk mencapai
atau mempertahankan ereksi selama aktivitas seksual.
Disfungsi seksual
• Gangguan orgasme
• Gangguan orgasme wanita : kesulitan mencapai orgasme
• Gangguan orgasme pria : kesulitan mencapai orgasme
• Gangguan nyeri / rasa sakit seksual
• Dispareunia : rasa sakit saat atau setelah berhubungan
seksual yang tidak dapat dijelaskan secara medis.
• Vaginismus : kontraksi tak sengaja/involunter dari otot
vagina, sehingga penetrasi penis menjadi
menyakitkan atau tidak mungkin dilakukan.
Tatalaksana
• Terapi kognitif-perilaku dapat diberikan pada
perempuan yang mempunyai pikiran atau pandangan
irasional tentang seks atau fungsi seks dalam
perkawinan.
• Hubungan interpersonal antara suami dan istri, antara
lain dalam komunikasi, kedekatan psikologik,
kurangnya toleransi karena berbagai perbedaan, maka
dapat diberikan konseling perkawinan atau terapi
marital sebelum atau bersamaan dengan terapi seks.
• Teknik terapi seks yang digunakan terdiri atas sensate
focus, edukasi, stimulus control, cognitive
restructuring, dan latihan komunikasi.
Jadi, diagnosa yang tepat untuk
8. pasien adalah…
B. Gangguan aversi seksual
B. Ciri Kepribadian
9.
ambang
• Nn. Ambar, 30 tahun
• Tiap bertengkar selalu mengancam ingin
bunuh diri
• Penyebab kemarahan: terlambat 5 menit
(sesuatu yang relatif sepele)
• Kalau senang, bisa sangat berlebihan

• Diagnosis?
Gangguan Kepribadian
• Kluster A
• Skizoid : lebih senang menyendiri dan tidak suka
berhubungan dengan orang lain
• Paranoid : penuh rasa tidak percaya dan curiga terhadap
orang lain
• Skizotipal: memiliki pikiran, persepsi, dan perilaku yang
aneh

Sumber : Panduan pelayanan


4/9/2018 medis Departemen Psikiatri
RSCM
Gangguan Kepribadian
• Kluster B
• Antisosial : tidak peduli hak orang lain dan senang
melanggar peraturan
• Ambang : impulsivitas serta hubungan interpersonal
dan mood yang intens tapi tidak stabil
• Histrionik : mencari perhatian, suka menggoda
• Narsisistik : melebih-lebihkan diri, merendahkan orang
lain, mudah iri

Sumber : Panduan pelayanan


4/9/2018 medis Departemen Psikiatri
RSCMv
Gangguan Kepribadian
• Kluster C
• Cemas (menghindar) : sangat pemalu, merasa tidak
layak
• Dependen : merasa tidak mampu bertanggung jawab
atas diri sendiri, sehingga terlalu bergantung pada orang
lain, apapun konsekuensinya
• Obsesif-kompulsif: preokupasi dengan keteraturan,
perfeksionisme yang berlebihan, terlalu kaku dalam
memandang suatu hal

Sumber : Panduan pelayanan


4/9/2018 medis Departemen Psikiatri
RSCM
Jawaban Lainnya
• A. Ciri kepribadian narsistik  suka memuji dirinya
sendiri
• C. Ciri kepribadian antisosial  suka melanggar
peraturan atau norma yang berlaku
• D. Ciri kepribadian histrionik  suka menggoda,
mencolok
• E. Ciri kepribadian anankastik  suka keteraturan,
kesempurnaan
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

9. B. Ciri Kepribadian
Ambang
10. A. Gangguan penyesuaian

• Tn. Rambak, 38 tahun


• Merasa tidak ada gairah hidup sejak 2 bulan
terakhir.
• Malas bangun pagi, nafsu makan, dan
terkadang sering berdebar-debar dan
cemas.
• Terjadi sejak ia dipecat dari tempatnya
bekerja.
• Diagnosis?
Adjustment disorder
Gangguan Penyesuaian
• Ada stresor  timbul gejala (sedih, insomnia,
cemas), namun gejala tersebut tidak cukup kuat
untuk dikategorikan depresi. Jadi, gejalanya biasanya
ringan, muncul dalam 3 bulan pasca stresor.

• Gejalanya bisa berupa sedih, cemas, maupun


campuran.

• Setelah stresor hilang  keluhan akan membaik


dalam 6 bulan.

• Tatalaksana : psikoterapi + farmakoterapi sesuai


dengan mood dominannya.
Jawaban lainnya
• B.Gangguan cemas menyeluruh  objek
kecemasannya banyak, masa depan, menetap
minimal 6 bulan
• C.Gangguan stres pasca trauma  cemas patologis
disertai flashback akan kejadian traumatik,
berlangsung > 1 bulan
• D.Gangguan panik  muncul gejala gejala saraf
simpatetik, hilang timbul, bisa disertai agorafobia
maupun tanpa agorafobia
• E.Gangguan obsesif kompulsif  perilaku berulang
dan pikiran yang mengganggu
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

10. A. Gangguan penyesuaian


11. C. Siklotimia

• Nn. Cantik, 18 tahun,


• Sikap mudah berubah-ubah sejak 2 tahun yll
• Terkadang tampak murung, hanya berdiam diri
di kamar selama 2-3 hari  bisa menjadi sangat
bersemangat belajar dan senang sepanjang hari
• Pernah terlihat membaik sekitar 1 bulan
• PF : dalam batas normal.
• Diagnosa?
Gangguan Bipolar
• Gangguan bipolar I
Terdapat satu atau lebih episode manik. Episode
depresi dan hipomanik tidak diperlukan untuk
diagnosis tetapi episode tersebut sering terjadi.

• Gangguan bipolar II
Terdapat satu atau lebih episode hipomanik atau
episode depresif mayor tanpa episode manik.
• Siklotimia
Bentuk ringan dari gangguan bipolar. Terdapat
episode hipomania dan depresi yang ringan yang
tidak memenuhi kriteria episode depresif mayor.

• Gangguan bipolar YTT


Gejala-gejala yang dialami penderita tidak
memenuhi kriteria Gangguan bipolar I dan II.
Gejala-gejala tersebut berlangsung tidak lama atau
gejala terlalu sedikit sehingga tidak dapat
didiagnosa Gangguan bipolar I dan II
Gangguan Siklotimia
• Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan
gejala-gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala
depresi yang tidak memenuhi criteria untuk Gangguan depresi mayor.
Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling sedikit satu tahun.
• Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari
gejala-gejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
• Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran,
selama dua tahun Gangguan tersebut
• Gejala-gejala pada criteria A bukan skizoafektif dan tidak
bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham,
atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
• Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medic umum
• Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan atau aspek
fungsi penting lainnya.
Jawaban Lainnya
• A. Bipolar tipe 1episode depresi  tidak memenuhi
gejala depresi untuk bipolar
• B. Bipolar tipe 2 episode depresi  tidak
memenuhi gejala depresi untuk bipolar
• C. Siklotimia
• D. Hipomania  pada pasien terdapat fase depresi
• E. Distimia  pada pasien terdapat fase mania
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

11. C. Siklotimia
A. Menghambat reuptake
12.
serotonin di presinaps
• Ny. Elsa, 45 tahun
• Berdebar-debar dan berkeringat secara tiba-
tiba.
• Terkadang keluhan disertai dengan nyeri dada,
sesak nafas, seperti tersekik.
• Keluhan ini berulang bila pasien berjalan-jalan di
taman seorang diri
• Pasien takut keluar rumah sendirian.

• Diagnosa: panik dengan agoraphobia


• Mekanisme obat?
DSM IV
F40.0 Agorafobia (PPDGJ III)
Semua kriteria di bawah ini harus terpenuhi :
• Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang
timbul harus merupakan manifestasi primer dari
anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala
lain seperti waham atau pikiran obsesif
• Anxietas yang timbul harus terbatas pada (mini 2
situasi): banyak orang, temapt umum, bepergian
keluar rumah, bepergian sendiri.
• Penderita menjadi house bound
Tatalaksana
• Psikoterapi :CBT
• Farmakoterapi :
• Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) (e.g., citalopram,
escitalopram, fluoxetine, sertraline, paroxetine and paroxetine
controlled release, fluvoxamine) are generally used as first-line
pharmacologic agents in panic disorder, followed remotely by tricyclic
antidepressant agents (TCAs) (e.g., imipramine, desipramine,
nortriptyline, clomipramine).
• TCAs such as imipramine or clomipramine may be considered for the
management of panic disorder if an SSRI is not suitable or if there is no
improvement after a 12-week course of SSRI treatment
• Benzodiazepines can be reasonably used as an initial adjunct while
SSRIs are titrated to an effective dose; that is, these agents can then be
tapered over 4-12 weeks while the SSRI is continued.

Medscape
Jawaban Lainnya
• B. Menghambat aktivitas dopamine  antipsikotik
• C. Menghambat reuptake serotonin dan
norepinefrin di presinaps  antidepresan trisiklik,
bukan pilihan utama
• D. Menghambat pemecahan enzim
asetilkolinesterase di sinaps  neostigmin
• E. Menghambat enzim GABA transaminase
gabapentin
Jadi, mekanisme obat untuk kondisi
pasien ini adalah…
12. A. Menghambat reuptake
serotonin di presinaps
13. B. Relaps jarang

• An. Borneo, 8 tahun,


• Bengkak di kelopak mata dan kantung pelir
• BAK berbusa.
• PF : edema pada periorbita, skrotum, dan
kedua tungkai minimal.
• Lab: proteinuria ++++ dan kolesterol total
279 mg/dL.
• Riwayat keluhan serupa 7 bulan yang lalu.

• Klasifikasi sindrom nefrotik?


Sindrom Nefrotik
• Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang
ditandai dengan gejala:
1. Proteinuria masif (> 40 mg/m2 LPB/jam atau 50
mg/kg/hari atau rasio protein/kreatinin pada urin
sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik = 2+)
2. Hipoalbuminemia < 2,5 g/dL
3. Edema
4. Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200 mg/dL
• Patogenesis terjadi SN adalah kerusakan filter
terhadap protein albumin di glomerulus ginjal (yang
disebabkan berbagai etiologi). Kerusakan ini
mengakibatkan protein loss via urin (menimbulkan
proteinuria; hipoalbumin). Hilangnya protein ini
Sindrom Nefrotik
• Remisi: proteinuria negatif atau trace (proteinuria <
4 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1
minggu
• Relaps: proteinuria = ≥2+ (proteinuria >40 mg/m2
LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu
• Relaps jarang: relaps kurang dari 2 x dalam 6 bulan
pertama setelah respons awal atau kurang dari 4 x per
tahun pengamatan
• Relaps sering (frequent relaps): relaps ≥ 2 x dalam 6
bulan pertama setelah respons awal atau ≥ 4 x dalam
periode 1 tahun
• Dependen steroid: relaps 2 x berurutan pada saat
dosis steroid diturunkan (alternating) atau dalam
Tatalaksana SN (PPM IDAI)
• Medikamentosa • Suportif
Prednison dengan dosis - tirah baring
awal 60 mg/m2/hari - diet protein normal
atau 2 mg/kgbb/hari (1,5-2 kgbb/hari)
(maksimal 80 mg/hari)
dibagi 3 dosis selama 4 - diet rendah garam (1-
minggu dilanjutkan 2 g/hari)
dengan 2/3 dosis awal - diuretik
dosis tunggal pagi - jika hipertensi,
selang sehari tambah obat hipertensi
(alternating) 4-8
minggu - albumin 20-25% 1
g/kgbb selama 2-4 jam
Jadi, klasifikasi sindrom nefrotik
pasien ini adalah…
13. B. Relaps jarang
E. Kotrimoksasol 2x960 mg
14.
selama 14 hari
• Ny. Apel, 26 tahun
• Nyeri pinggang kanan sejak 2 hari
• Demam dan menggigil
• PF:
• Suhu 39oC
• Nyeri ketok CVA kanan (+)
• Urinalisa: warna urin keruh, leukosit (+),
nitrat (+), eritrosit 2-5/LPB, leukosit 25-
30/LPB

• Tatalaksana?
tmedweb.tulane.edu
Etiologi Tata laksana
•Non-komplikata: E. coli • Sistitis: fluorokuinolon atau
•Komplikata: E. coli, cotrimoxazole PO selama 3
enterococci, pseudomonas hari (non-komp) atau 2
•Uretritis: C. trachomatis, N. minggu (komplikata)
gonorrhoeae • Uretritis: ceftriaxon 125 mg
IM 1x (untuk Neisseria) +
Penunjang doxycycline 2x100 mg PO
•Urinalisis: pyuria, atau azithromycin 1 g PO 1x
bakteriuria (untuk Chlamydia)
•Urinalisis penting pada • Prostatitis: fluorokuinolon
wanita hamil untuk mencari atau cotrimoxazole PO 2-4
bakteriuria asimptomatik minggu
• Pielonefritis: ceftriaxone IV
selama 14 hari
Tatalaksana Pielonefritis
• Ambulatory younger women who present with signs
and symptoms of uncomplicated acute pyelonephritis
may be candidates for outpatient therapy. They must
be otherwise healthy and must not be pregnant. In
addition, they must be treated initially in the
emergency department (ED) with vigorous oral or IV
fluids, antipyretic pain medication, and a dose of
parenteral antibiotics.
• Admission is usually appropriate for patients who are
severely ill, pregnant, or elderly or who have
comorbid disorders that increase the complexity of
management or the complication rate (eg, diabetes
mellitus, chronic lung disease, congenital or acquired
Outpatient treatment
Inpatient Treatment
Jawaban Lainnya
• A. Ceftriaxone 2 gr IV selama 14 hari  pasien bisa
rawat jalan, antibiotik IV diberikan single dose saja
di awal
• B. Levofloxacin 750 gr IV selama 5 hari  untuk
pasien rawat inap
• C. Ciprofloxacin 2x500 mg PO selama 14 hari 
durasi tidak tepat, hanya 7 hari saja
• D. Amoksisilin 3x500 mg PO selama 14
haripilihan utama pada ibu hamil
Jadi, tatalaksana yang tepat pada
kasus ini adalah…
14. E. Kotrimoksasol 2x960 mg
selama 14 hari
E. Ceftriaxone 250 gram IM
15.
single dose
• Tn. Sultan, 56 tahun
• Sering kencing pada malam hari disertai kencing
putus-putus
• Kencing harus mengedan
• Riwayat kencing nanah  curiga infeksi GO
• PF: TTV febris, RT : prostat membesar dan
nyeri pada penekanan serta terdapat nyeri
pada perineal
• Urinalisis: bakteriuria dan piuria
• Diagnosa: prostatitis akut
• Tatalaksana?
Gejala retensi urin
Penyakit Demam RT Hematuria
BPH - Prostat teraba -
lunak, Pool atas
tidak teraba, nyeri
tekan (-)

Prostatitis + Prostat teraba -


kenyal, pool atas
teraba, nyeri
tekan (+)

Ca prostat - Prostat teraba +


keras, dapat
berbenjol-benjol,
pool atas bisa
teraba atau tidak,
nyeri tekan (+/-)
ISK
• Infeksi pada saluran kemih, terdiri atas sistisis,
prostatitis, pyelonefritis, asimptomatik bakteriuria
 patofisiologi infeksi ascenden
• Klasifikasi:
• Uncomplicated  tanpa instrumen di saluran kemih,
tanpa abnormalitas struktural, tidak hamil dan rawat
jalan
• Complicated  all other
• Penyebab tersering  E. coli
• Pemeriksaan urinalisis  urin pancar tengah,
pungsi suprapubik atau kateter
Acute vs Chronic Bacterial
Prostatitis
Tatalaksana prostatitis
• Pemasangan kateter bila obstruksi
• Antibiotik dalam bentuk fluorokuinolon atau
kotrimoksazol atau ampisilin + gentamisin
• Drain abses (bila ada)
• Alpha blocker dapat dipertimbangkan untuk
mengurangi obstruksi
Jawaban Lainnya
• A. Ciprofloxacin 2x500 mg selama 7 hari  untuk
kasus bukan curiga IMS, durasi tidak tepat
• B. Cefixime 1x400 mg single dose  harus
dikombinasi dengan doksisiklin atau azitromisin
• C. Klotrimazol 2x960 mg selama 10 hari  durasi
tidak tepat
• D. Amoxicilin 3x500 mg selama 7 hari  DOC pada
ibu hamil
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
E. Ceftriaxone 250 gram IM
15.
single dose
16. C. Orchidektomi

• Tn. Ibrahim, 20 tahun


• Nyeri pada buah zakar sebelah kiri
• Onset mendadak
• PF:
• Testis sebelah kiri lebih tinggi
• Refleks kremaster (-)
• Phren sign (-)

• Diagnosis: torsio testis


• Tatalaksana?
Torsio Testis
• Dipikirkan diagnosis pada kasus ini adalah torsio
testis (“bell-clapper deformity”)
• Merupakan satu kegawatan dalam bidang urologi
• Insidens tertinggi saat baru lahir dan usia pubertas
• Dapat disertai gejala mual dan muntah
• Posisi testis cenderung
horizontal (dibandingkan
vertikal pada kondisi
normal)
Diagnosis Banding Scrotal Pain
Pemeriksaan Fisik terkait Nyeri
Testis Akut
• Phren sign • Refleks Kremaster
• Elevasi testis akan • Positif pada epididimitis
mengurangi nyeri pada • Negatif pada torsio
epididimitis, tidak pada testis
torsio testis
Tatalaksana
• Immediate surgical exploration is indicated for
patients with testicular torsion. For reliable salvage of
the testicle, surgical repair must occur within 6 hours
of symptom onset. [35, 40] If treatment is delayed, the
patient may experience decreased fertility or may
require orchiectomy.
• Surgical detorsion is the definitive treatment for
testicular torsion. Manual detorsion of the torsed
testis may be attempted but is usually difficult
because of acute pain during manipulation.
• Color Doppler ultrasonography can be used to
determine the direction of testicular torsion and
guide manual detorsion.
Jawaban Lainnya
• A. Antibiotik  untuk kasus infeksi
• B. Kortikosteroid  tidak ada indikasi
• D. Orchidopeksi  kemungkinan skrotum sudah
nekrosis
• E. Aspirasi cairan seminalis  tatalaksana hidrokel
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

16. C. Orchidektomi
17. C. Ruptur Ginjal Grade III

• Tn. Yoyo, 28 tahun


• Jejas pada punggung kiri (+)
• Hematuria makroskopis (+)
• CT scan: laserasi korteks renalis 2 cm, tanpa
mengenai tubulus pengumpul
Ruptur
Ginjal
CT Scan Ruptur Ginjal
• Grade 1 • Grade 2
CT Scan Ruptur Ginjal
• Grade 3 • Grade 4 • Grade 5
Ruptur organ
Organ Gejala
Ginjal Nyeri di pinggang, hematuria
Ureter Nyeri dapat menjalar ke selangkangan,
jarang terjadi, hematuria

Buli/kandung kemih Nyeri di suprapubik, hematuria


Uretra anterior Nyeri di selangkangan, paling sering
karena straddle injury, butterfly
hematoma
Uretra posterior Nyeri di selangkangan, biasanya
disebabkan fraktur pelvis, floating
prostate
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

17. C. Ruptur Ginjal Grade III


18. E. Oligoastenoteratozoospermia

• Sepasang suami istri


• 3 tahun menikah belum memiliki anak
• Analisis sperma: vol semen 5 cc, jumlah
spermatozoa 3 juta/cc, motilitas baik 10%,
bentuk normal 3%

• Diagnosis?
Analisis Semen WHO 2010
Parameter Cut Off
Volume semen (ml) 1,5
Konsentrasi sperma (106/ml) 15
Jumlah sperma total (106/ejakulat) 39
Motilitas progresif (%) 32
Motilitas total (%) 40
Vitalitas (live sperms, %) 58
Morfologi normal (%) 4
pH ≥7,2
Leukosit (106/ml) <1
MAR/Immunobead test (%) <50

Sumber : WHO Human Semen


Analysis, 2010
Jawaban Lainnya
A. Oligozoospermia  jumlah sperma kurang
B. Astenozoospermia sperma dengan motilitas
bagus kurang dari cut off
C. Teratozoospermia  sperma dengan morfologi
baik kurang dari cut off
E. Oligoastenozoospermia  jumlah sperma kurang,
sperma dengan motilitas progresif kurang, dan
sperma dengan morfologi baik normal
Jadi, diagnosis yang sesuai kondisi
pasien adalah…
18. E.Oligoastenoteratozoosper
mia
C. Nefrotoksisitas
19.
tenofovir
• Nn. Munaroh, 18 tahun
• Terapi antiretroviral berupa efavirenz, tenofovir
dan lamivudine
• Mendapat kotrimoksazol
• Sebelum memulai terapi, fungsi ginjal dan
urinalisis normal
• 6 minggu kemudian, BUN 60 mg/dl, dan
creatinin 1,9 mg/dl
• Urinalisis : berat jenis 1,015, pH 5, sedikit
protein, glukosa +2, pada mikroskopik
didapatkan gambaran keruh dengan granul
coklat dan sel-sel tubular ginjal, tidak ada
Gagal Ginjal Akut (AKI)
• Perburukan fungsi ginjal yang cepat dan tiba-tiba,
ditandai dengan oligouira/anuria serta peningkatan
kreatinin. Biasanya disebabkan hipovolemik (karena
nekrosis tubular akut).
• Penyebab dapat dibagi menjadi:
• Pre renal
• Intrinsic Renal
• Post renal

Buku ajar IPD


Medscape
Diagnosis
Manifestasi klinis

• Oligo/anuria
• Azotemia
• Mual dan
muntah
• Sesak Napas
• Edema
• Kelelahan
• Dehidrasi
• Pruritus
Drug Induced Nephrotoxicity
• 6 mekanisme :
1. mengubah hemodinamik intraglomerular 
tacrolimus, ARB, ACE-I
2. toksik pada sel-sel tubulus : aminoglikosida,
amphotericin B, tenofovir, adefovir, cidofovir
3. inflamasi  glomerulonefritis : NSAID, litium,
hidralazine, PTU
4. nefropati kristal : ampisilin, ciprofloxacin,
asiklovir, foscarnet
Aafp.org
5. rabdomiolisis : statin, cocaine , heroin
Uptodate.com
6. trombotik mikroangiopati : clopidogrel,
Jawaban Lainnya
• A. Nefropati HIV  kronik, muncul dalam jangka
waktu pengobatan bertahun-tahun, protein
meningkat/banyak pada urin
• B. Nefritis interstitial alergi oleh karena
trimetophrim-sulphamethoxazole  rash, fever,
eosinofilia, eosinofiluria
• D. Deposit kompleks imun pada GBM  GNAPS
• E. Minimal change nephropathy  sindroma
nefrotik
Jadi, etiologi gagal ginjal akut pasien
ini adalah…
C. Nefrotoksisitas
19.
tenofovir
20. A. Tumor Wilms

• An. Ramos, 5 tahun


• Nyeri perut selama 1 minggu
• BAK kemerahan
• Massa pada abdomen kanan
• Lab: warna urin kemerahan, eritrosit (+++),
protein (-)
• CT scan : massa solid pada ginjal kanan
dengan diameter kurang lebih 8 cm.
Wilms Tumor = Nefroblastoma
• Nefroblastoma, umumnya unilateral
• Muncul pada anak usia <5 tahun
• Dengan presentasi klinis abdomen membesar, nyeri
abdomen, demam, mual, muntah, darah dalam
urin, dan kadang tekanan darah tinggi.
• Diagnosis dengan USG, CT scan, jarang perlu biopsi.
• 5-year survival rate: 90%
Stadium Tumor
Wilms
Jawaban Lainnya
• B. Sindrom Nefrotik  edema anasarka,
hiperkolesterolemia, proteinuria, hipoalbuminemia
• C. Karsinoma sel ginjal tumor yang berasal dari
epitel tubulus ginjal terutama terletak di korteks,
umumnya mengenai usia dewasa
• D. Neurofibromatosis tipe I  tumor jaringan saraf,
sering pada anak-anak
• E. Rabdomiosarkoma  kanker otot rangka
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

20. A. Tumor Wilms


C. Gagal ginjal akut tahap
21.
failure
• Tn. Girang, 40 tahun
• Tidak ada BAK sejak 24 jam
• Riwayat: diare dengan frekuensi mencapai 20
x/hari
• TD 100/70 mmHg, nadi 110 x/menit, suhu
37,2 C dan laju napas 24 x/menit
• Mata cekung, kulit kering, dan turgor
kembali sangat lambat
• Diagnosa?
Diare akut  dehidrasi  hipovolemia
 gagal ginjal akut
Gagal Ginjal Akut (AKI)
• Perburukan fungsi ginjal yang cepat dan tiba-tiba,
ditandai dengan oligouira/anuria serta peningkatan
kreatinin. Biasanya disebabkan hipovolemik (karena
nekrosis tubular akut).
• Penyebab dapat dibagi menjadi:
• Pre renal
• Intrinsic Renal
• Post renal

Buku ajar IPD


Medscape
Diagnosis
Manifestasi klinis

• Oligo/anuria
• Azotemia
• Mual dan
muntah
• Sesak Napas
• Edema
• Kelelahan
• Dehidrasi
• Pruritus
Jawaban Lainnya
• A. Gagal ginjal akut tahap risk  UO < 0,5 ml/kgbb
selama 6 jam
• B. Gagal ginjal akut tahap injury  UO < 0,5
ml/kgbb selama 12 jam
• D. Gagal ginjal akut tahap loss  persisten selama
4 minggu
• E. Gagal ginjal kronis dengan gangguan ginjal akut
 persisten 3 bulan
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
C. Gagal ginjal akut tahap
21.
failure
22. C. Biopsi

• Tn. Nangka, 70 tahun


• Sulit BAK
• terasa tidak puas
• pancaran kencing terputus
• Tidak nyeri
• RT : prostat konsistensi keras, permukaan
bernodul-nodul, asimetris

• Diagnosis: Ca prostat
• Pemeriksaan penunjang?
Gejala retensi urin
Penyakit Demam RT Hematuria
BPH - Prostat teraba -
lunak, Pool atas
tidak teraba, nyeri
tekan (-)
Prostatitis + Prostat teraba -
kenyal, pool atas
teraba, nyeri tekan
(+)
Ca prostat - Prostat teraba +
keras, dapat
berbenjol-benjol,
pool atas bisa
teraba atau tidak,
nyeri tekan (+/-)
Karsinoma prostat
• Karsinoma yang cukup sering dijumpai pada laki-
laki
• Gejala umum
• Retensi urin, tanda-tanda obstruksi  mirip BPH
• Hematuria
• Sering disertai nyeri saat berkemih  membedakan
dengan ca buli
• Nafsu makan dan berat badan turun
• RT  prostat keras, berbenjol, bisa disertai nyeri
• Pemeriksaan lab  PSA (prostate specific antigen),
normal = 4 ng/mL
• Measurement of serum Prostate Specific Antigen (PSA) level is
useful to detect early prostate cancer. PSA-screening may reduce
the mortality rate from prostate cancer, but this is associated with
a high rate of overdiagnosis and overtreatment.
• Transrectal Ultrasound (TRUS) has only moderate accuracy in the
detection of prostate carcinoma, but is very useful in the
estimation of prostate volume and thus calculation of PSA-
density.
• The role of Magnetic Resonance Imaging (MRI) in diagnosis and
staging of prostate carcinoma is rapidly increasing.
• The gold standard for diagnosis of prostate carcinoma is
histological assessment obtained by transrectal ultrasound-
guided systematic core needle biopsy.
• Computed Tomography (CT) and positron emission tomography
(PET) have no value in early prostate cancer detection and the
indications are limited to lymph node staging and detection of
distant metastases.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20524513
Jawaban Lainnya
• A. PSA  hanya untuk pemeriksaan awal,
menentukan prognosis
• B. USG abdomen  seharusnya usg transrectal
• D. BNO IVP  bukan pilihan dalam pemeriksaan
prostat
• E. CT scan  untuk melihat metastasis
Jadi, pemeriksaan penunjang pada
pasien ini adalah…
22. C. Biopsi
23. C. Stress incontinence

• Ny. Hesti, 56 tahun


• Tidak dapat menahan BAK
• Saat batuk, bersin, tertawa

• Diagnosis?
Inkontinensia Urin (IU)
Definisi: Gangguan kontrol buang air kecil
• Stress: berkaitan dengan peningkatan tekanan
intraabdomen seperti tertawa, bersin, batuk, naik
tangga
• Urge: BAK involunter bersamaan dengan keinginan
kencing yang tidak bisa ditahan; disebabkan
overaktifitas otot detrusor yang menyebabkan
kontraksi buli yang tidak dapat ditahan (detrusor
overactivity).
• Mixed: kombinasi stress dan urge
• Overflow: keadaan dimana terjadi kegagalan
Faktor Resiko IU Tipe Stress
• Age > 40 th
• Ras
• BMI > 30
• Diabetes
• Merokok
• Paritas
• Riw. histerektomi
Tatalaksana IU
• Stress incontinence: Pelvic floor physiotherapy,
anti-incontinence devices, and surgery
• Urge incontinence: Changes in diet, behavioral
modification, pelvic-floor exercises, and/or
medications and new forms of surgical intervention
• Mixed incontinence: Pelvic floor physical therapy,
anticholinergic drugs, and surgery
• Overflow incontinence: Catheterization regimen or
diversion
• Functional incontinence: Treatment of the
underlying cause
Jawaban Lainnya
• A. Overflow  keadaan dimana terjadi kegagalan
pengosongan buli secara komplit akibat gangguan
kontraksi otot detrusor dan atau bladder outlet
obstruction
• B. Urge  BAK involunter bersamaan dengan
keinginan kencing yang tidak bisa ditahan; disebabkan
overaktifitas otot detrusor yang menyebabkan
kontraksi buli yang tidak dapat ditahan
• D. Mixed  kombinasi overflow dan urge
• E. Functional  ketidakmampuan untuk menahan BAK
karena alasan selain masalah neurourologi dan
disfungsi LUT
Jadi, diagnosis yang tepat pada pasien
23. adalah…

C. Stress incontinence
C. Iuran tertunda + denda rawat inap
24. 2,5%

• Tn. Afgan, 50 tahun


• Peserta BPJS non PBI kelas 3
• Menunggak pembayaran sejak bulan Desember
2017
• Keluarga bermaksud untuk menggunakan kartu
BPJS yang dimiliki pasien

• Berapakah iuran yang harus dibayarkan


untuk pengaktifan kembali kepesertaan
BPJS?
Pembayaran Iuran BPJS
• Kewajiban peserta BPJS yaitu membayar iuran
setiap bulan sesuai dengan kelas yang dipilih, dan
hak peserta yaitu mendapatkan layanan kesehatan
di faskes yang telah dipilih.
• Iuran peserta paling lambat tanggal 10 setiap
bulannya, jika ternyata pada tanggal 10 nya jatuh
pada hari libur maka bisa iuran bisa dibayar pada
hari kerja berikutnya.
• Saat ini denda telat bayar sudah tidak ada, namun
bagi peserta yang telat bayar iuran sejak tanggal 10
maka status kepesertaan akan dihentikan sampai
tagihan iuran dilunasi.
• Untuk mengaktifkan kembali cukup lunasi iuran yang
tertunggak, maksimal 12 bulan. Maksudnya : Jika telat
lebih dari 12 bulan maka cukup bayar 12 bulan saja.
• Saat ini tidak ada denda terlambat bayar iuran, ingat
!! tidak ada. Terhitung tanggal 1 Juli 2016 denda
telah dihapus, namun diganti dengan denda rawat
inap. Maksudnya akan dikenakan denda jika peserta
yang bersangkutan menjalani rawat inap.
• BPJS tidak mengenakan denda bagi peserta yang
menunggak kecuali jika menggunakan layanan rawat
inap sebelum 45 hari setelah status keanggotaan
diaktifkan kembali.
• Denda yang berlaku yaitu peserta akan dikenakan
biaya 2,5 persen dari biaya pelayanan kesehatan
untuk setiap bulan tertunggak maksimal 12 bulan
Jumlah Iuran BPJS
Iuran yang harus dibayarkan
adalah…
24. C. Iuran tertunda + denda rawat
inap 2,5%
B. Memberi pelayanan kesehatan
yang sesuai sambil meminta
25. pasien/keluarga untuk mengurus
kartu BPJS PBI
• Ny. Susan, 68 tahun
• Batuk sejak 7 hari
• Riwayat stroke dan tirah baring 2 tahun
• PF: TD 80/60 mmHg, nadi 120, napas 38,
suhu 37,9oC
• Dokter memutuskan untuk rawat inap
• Pasien dan keluarga tidak mampu secara
ekonomi
BPJS
• Dari jarak pembuatan kartu hingga kartu dapat
digunakan adalah 14 hari
• Namun, bila ada kondisi darurat, dapat dilakukan
pembuatan kartu BPJS darurat dan dalam 1 hari
dapat aktif dan digunakan
• Pengecualian tersebut ditujukan untuk golongan
masyarakat kurang mampu (Penerima Bantuan
Iuran, dan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS).

www.panduanbpjs.com
Syarat membuat kartu BPJS
darurat
• 1. Membuat surat keterangan tidak mampu dari RT
dan kelurahan
• 2. Meminta surat rekomendasi pembuatan kartu
BPJS darurat ke Dinas Sosial
• 3. Mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS
Kesehatan Kelas III di kantor BPJS setempat
• Langkah –langkah ini harus diselesaikan dalam
waktu 3x 24 jam sejak dirawat di rumah sakit.
Selain itu, pasien hanya boleh dirawat di kelas III.
Jawaban Lainnya
• A. Membebaskan biaya pasien di IGD dan setelah
pasien pulang, mendaftarkan pasien ke BPJS
Kesehatan  tidak tepat
• C. Memberi pelayanan terbaik sesuai standar dan
menagihkan biaya pengobatan kepada pasien 
tidak tepat, pasien tidak mampu
• D. Melaporkan kondisi ini ke pihak manajemen RS
dan Komite Medik  tidak relevan
• E. Melaporkan kasus ini kepada Dinas Sosial dan
Dinas Kesehatan untuk berkoordinasi dengan pihak
BPJS  tidak ada langkah seperti ini
Sikap dokter yang paling tepat terkait
kondisi pasien adalah…
25.
B. Memberi pelayanan kesehatan
yang sesuai sambil meminta
pasien/keluarga untuk mengurus
kartu BPJS PBI
D. Nicardipine 0,5
26
mcg/kgBB/menit
• Laki-laki, 56 tahun
• Nyeri kepala
• TD 220/120 mmHg, nadi 80/menit, napas
20/menit, suhu afebris
• Tidak ditemukan defisit neurologis
• Diagnosis: krisis hipertensi (hipertensi
urgensi)

• Terapi medikamentosa?
Dasar Teori
• Krisis hipertensi: Keadaan hipertensi yang
membutuhkan penurunan TD segera. TD sistolik >180
mmHg atau diastolik >120 mmHg.

• Hipertensi emergensi
• Adanya kerusakan organ target akut atau progresif
(nyeri dada, sesak nafas, nyeri kepala, pandangan
kabur)
• Hipertensi urgensi
• Peningkatan TD bermakna tanpa gejala berat atau
kerusakan organ target progresif
• Krisis hipertensi ada 2  emergensi dan urgensi
• Perbedaan utamanya bukan pada tekanan darah, namun
keberadaan Target Organ damage
• Target organ damage harus dilihat secara objektif:
(lab/pf/pnunjang lain) jantung (ekg/enzim), paru (edem paru
akut), otak (papil edem,ct scan,pf motori/sensorik), ginjal
(kreatinin)
• Obat utama untuk emergensi: nicardipine. Alasan:
efek cepat, TD tidak langsung cepat drop, dapat diatur
dengan infusion pump.

• Nifedipine tidak baik karena menyebabkan penurunan


TD yang berlebihan (refleks takikardia berlebihan, dan
bisa rebound)

• Pilihan tepat lainnya: nitroprusside

• Captopril, furosemide, klonidin, juga dapat dipakai,


namun bukan first Drug of Choice
Target Penurunan TD
• Hipertensi emergensi
• Diastolik ± 110 mmHg atau berkurangnya MAP 25%
dalam 2 jam
• Setelah itu penurunan dilanjutkan dalam 12-16 jam
hingga mendekati normal
• Hipertensi urgensi
• Penurunan bertahap dalam 24 jam

Medscape, 2016
Hipertensi Urgensi
Obat Dosis Awitan
Kaptopril 6,25-50 mg oral atau sublingual 15 menit
Klonidin Awal per oral 0,15 mg, selanjutnya 0,15 mg 0,5-2 jam
tiap jam, dosis total 0,9 mg
Labetalol 100-200 mg per oral 0,5-2 jam
Furosemid 20-40 mg per oral 0,5-1 jam
HipertensiEmergensi
Obat Dosis Awitan Lama Kerja
Nicardipine Mulai dgn dosis 5mg/jam, 5-20 menit 1-4 jam
naikkan 2,5mg/jam tiap 15 menit
bila target belum tercapai

Furosemid 20-40 mg (hanya bila ada retensi 5-15 menit 2-3 jam
cairan)
Nitrogliserin Infus 5-100 mcg/menit 2-5 menit 5-10 menit
Diltiazem Bolus IV 10 mg (0,25mg/kgBB)
dilanjutkan infus 5-10 mg/jam

Klonidin 6 ampul dalam 250 ml cairan


infus, dosis titrasi
Jawaban Lainnya
• A. Captopril 25 mg SL  tidak dapat dititrasi
• B. Amlodipin 10 mg PO  tidak dapat dititrasi
• C. Nifedipine 10 mg SL  tidak dapat dititrasi
• E. Nitrogliserin 5 mcg/menit  bukan pilihan OAH
26 Jadi, terapi medikamentosa yang
sebaiknya diberikan adalah…

D. Nicardipine 0,5
mcg/kgBB/menit
C. Candesartan 1x8 mg
27
PO
• Perempuan, 60 tahun
• TD 150/100 mmHg, nadi 78, napas 20, suhu
afebris
• Rutin konsumsi captopril 3x25 mg PO

• Obat yang tidak dapat diberikan


bersamaan dengan obat rutin?
• Penegakan diagnosis hipertensi: 2 pengukuran
pada 2 kunjungan yang berbeda

• Klasifikasi Berdasarkan JNC 7

JNC VII, 2003


JNC VIII, 2015
Kemungkinan kombinasi OAH
27 Jadi, obat yang tidak boleh diberikan
bersamaan dengan obat rutin
adalah…
C. Candesartan 1x8 mg
PO
A. Asam asetilsalisilat
28
1x80 mg PO
• Laki-laki, 27 tahun
• Nyeri dada kiri sejak 14 hari terakhir
• Nyeri dada muncul saat beraktivitas berat,
mereda dengan istirahat (angina)
• PF: TD 120/80 mmHg, nadi 100, napas 20,
suhu afebris
• EKG: sinus rhythm
• Diagnosis?  Stable angina pectoris

• Terapi medikamentosa yang paling tepat


Angina Pektoris Stabil
• Aterosklerosis di pembuluh darah koroner jantung
• Saat aktivitas  Penyempitan pembuluh darah 
supply darah tidak adekuat  timbul gejala
Angina Pektoris Stabil
• Gejala “nyeri dada” yang muncul dapat diprediksi
oleh pasien
• Saat aktivitas fisik
• Saat stres emosional
• Nyeri dada “kardiak” berlangsung sebentar, dapat
diredakan dengan nitrat.
• Perlu pemeriksaan lebih lanjut: EKG exercise
(treadmill)
• Tatalaksana: aspirin, betabloker
Algoritma tatalaksana
Stable Angina Pectoris

SC Guideline, 2006
Jawaban Lainnya
• B. Clopidogrel 1x75 mg PO  antiplatelet, namun
bukan drug of choice
• C. Ticagrelor 2x80 mg PO  antiplatelet, namun
bukan drug of choice
• D. ISDN 2x5 mg PO  antiangina, tidak menjadi
annjuran
• E. Simvastatin 1x20 mg PO  untuk tatalaksana
dyslipidemia
28 Jadi, terapi medikamentosa yang
paling tepat diberikan untuk
mengatasi penyebab kondisi Tn.
Dimas adalah…
A. Asam asetilsalisilat
1x80 mg PO
29 C. Left circumflex artery

• Perempuan, 50 tahun
• Nyeri ulu hati sejak 2 jam
• Nyeri ulu hati diserati keringat dingin, mual,
dan muntah (angina equivalent)
• PF: TD 100/60 mmHg, nadi 112, napas 24,
suhu afebris
• EKG
Acute Coronary Syndrome
• ACS  spektrum gejala klinis PJK akibat
penurunan mendadak aliran darah ke jantung 
iskemi miokard •Nyeri dada
• Kriteria diagnosis (2/3): •Di dada, terasa berat
•Menjalar ke lengan kiri, punggung, dan
• Gejala Iskemik rahang
-Lama Nyeri 1 jam
• Perubahan EKG -Gejala sistemik: mual + keringat dingin
• Kenaikan marker enzim jantung
(Troponin/CKMB)
• Tatalaksana awal : MONACO ; Morfin-‐oksigen-‐
nitrogliserin -‐aspirin -‐clopidogrel
N Segmen Jantung Lead EKG Pembuluh darah
o yang mengalami
gangguan

1 Anteroseptal V1 – V4 LAD
2 Anterior V3 – V4 LAD
3 Anterior ekstensif V1 – V6 LMA
4 Anterolateral V5 – V6, I, dan aVL LCA (LCX)

5 Inferior II, III, aVF RCA


6 Posterior V1 – V2 (tall R RCA
wave, not Q wave),
V7-‐V9
Jawaban Lainnya
• A. Right coronary artery  II, III, aVF
• B. Left anterior descending artery  V1-V4
• D. Internal mammary artery
• E. Sinus coronarius
29 Jadi, berdasarkan gambaran EKG,
arteri koroner yang mengalami
kelainan adalah…

C. Left circumflex artery


E. Norepinefrin 0,05
30
mcg/kgBB/menit
• Laki-laki, 40 tahun
• Lemah seluruh tubuh
• Riwayat penyakit jantung koroner, hipertensi
dan DM
• PF: TD 60/palpasi, nadi 120, napas 28, suhu
afebris, akral dingin, CRT>2 detik

• Tatalaksana paling tepat dilakukan oleh


dokter IGD?
Klasifikasi syok
• Syok hipovolemik  kurangnya sirkulasi darah
yang biasanya ditandai dengan berkurangnya
tekanan diastolik
• Syok kardiogenik  masalah pompa jantung
akibat terganggunya kontraktilitas
miokardium/gangguan anatomik yang ditandai
dengan meningkatnya tekanan diastolik dan
volume
• Syok distributif  masalah kontrol vasomotor
yang berdampak pada dilatasi arteriol dan venula
yang ditandai (walaupun sudah dilakukan resusitasi
Society of Critical Care Medicine
cairan) dengan meningkatnya cardiac output dan
• 3 tanda syok:
• Peningkatan
peripheral
vascular
resistance (kulit
pucat, akral
dingin, oliguria)
• Peningkatan tonus
adrenergik
(takikardia)
• Hipoperfusi organ
vital (nyeri dada,
sesak napas,
penurunan
kesadaran)
Jawaban Lainnya
• A. loading kristaloid 20-40 cc/kgBB  pasien
memiliki riwayat jantung koroner, kemungkinan
syok karena masalah pompa, bukan volume
• B. loading koloid 10 cc/kgBB  pasien memiliki
riwayat jantung koroner, kemungkinan syok karena
masalah pompa, bukan volume
• C. Dopamine 5 mcg/kgBB/menit  untuk TD 70-
100 mmHg
• D. Dobutamine 2 mcg/kgBB/menit  untuk TD 70-
100 mmHg
30 Jadi, tatalaksana paling tepat
dilakukan oleh dokter IGD adalah…

E. Norepinefrin 0,05
mcg/kgBB/menit
31 A. Melakukan RJP 30:2

• Seorang perempuan tiba-tiba terjatuh dan


tidak sadar
• Tidak teraba nadi dan napas
• EKG monitor

• Dokter kemudian defibrilasi 360 J


• Tindakan selanjutnya?
4 Gambaran EKG yang wajib diingat saat
kasus Henti jantung / Cardiac arrest

Ventricular
Tachycardia (VT)

Ventricular
Fibrillation (VF)
4 Gambaran EKG yang wajib diingat saat kasus
Henti jantung / Cardiac arrest

Asystole

Pulseless Electric
Activity (PEA)
Semua gambaran EKG tanpa nadi;
kecuali VT dan VF adalah PEA
Jawaban Lainnya
• B. Memeriksa nadi spontan  tidak tepat
• C. Memeriksa napas spontan  tidak tepat
• D. Mengecek kesadaran  tidak tepat
• E. Mengecek monitor  dilakukan sebelum
melakukan DC shock
31 Jadi, tindakan yang seharusnya
selanjutnya dilakukan adalah…

A. Melakukan RJP 30:2


32 C. UAP

• Laki-laki, 62 tahun
• Nyeri dada sejak 3 jam, durasi 30 menit,
disertai keringat dingin, mual, muntah (khas
angina)
• EKG: T inversi II, III, aVF
• Troponin I: 0,5 ng/ml

• Diagnosis?
Acute Coronary Syndrome
• ACS  spektrum gejala klinis PJK akibat
penurunan mendadak aliran darah ke jantung 
iskemi miokard •Nyeri dada
• Kriteria diagnosis (2/3): •Di dada, terasa berat
•Menjalar ke lengan kiri, punggung, dan
• Gejala Iskemik rahang
-Lama Nyeri 1 jam
• Perubahan EKG -Gejala sistemik: mual + keringat dingin
• Kenaikan marker enzim jantung
(Troponin/CKMB)
• Tatalaksana awal : MONACO ; Morfin-‐oksigen-‐
nitrogliserin -‐aspirin -‐clopidogrel
N Segmen Jantung Lead EKG Pembuluh darah
o yang mengalami
gangguan

1 Anteroseptal V1 – V4 LAD
2 Anterior V3 – V4 LAD
3 Anterior ekstensif V1 – V6 LMA
4 Anterolateral V5 – V6, I, dan aVL LCX

5 Inferior II, III, aVF RCA


6 Posterior V1 – V2 (tall R RCA
wave, not Q wave),
V7-‐V9
Acute Coronary Syndrome
• ACS  spektrum gejala klinis PJK akibat
penurunan mendadak aliran darah ke jantung 
iskemi miokard •Nyeri dada
• Kriteria diagnosis (2/3): •Di dada, terasa berat
•Menjalar ke lengan kiri, punggung, dan
• Gejala Iskemik rahang
-Lama Nyeri 1 jam
• Perubahan EKG -Gejala sistemik: mual + keringat dingin
• Kenaikan marker enzim jantung
(Troponin/CKMB)
• Tatalaksana awal : MONACO ; Morfin-‐oksigen-‐
nitrogliserin -‐aspirin -‐clopidogrel
Unstable
Angina NSTEMI STEMI

Trombus Sumbatan trombus  Oklusi trombus secara


parsial/intermiten kerusakkan jaringan total
dan nekrosis minimal
miokard

EKG tidak spesifik ST depresi +/- ST elevasi atau


T inversi, atau EKG yang LBBB baru pada EKG
tidak spesifik lainnya
Enzim jantung
normal Peningkatan enzim Peningkatan enzim
Jantung Jantung
Jawaban Lainnya
• A. NSTEMI  enzim jantung meningkat
• B. STEMI inferior  ST elevasi
• D. Angina pectoris stabil  resting ECG normal
• E. Typical angina  nyeri dada kiri, memberat
dengan aktivitas, mereda dengan istirahat
32 Jadi, diagnosis yang sesuai dengan
kondisi Tn. Dono adalah…

C. UAP
C. Gelombang u di setiap
33
lead
• Perempuan, 52 tahun
• Muntah dan BAB encer lebih dari 10 kali
• PF: TD 80/60 mmHg, nadi120, napas 24,
suhu afebris, akral dingin, CRT>2 detik
• Kadar K: 2,60 (hypokalemia)

• Gambaran EKG yang mungkin muncul?


EKG Hipokalemia

• T depression and flattening of the T wave


• Negative T waves
• A U-wave may be visible
EKG Hipokalsemia

• Narrowing of the QRS • Prolongation of the QT-


complex interval (salah satu yang
• Reduced PR interval paling dominan)
• Prominent U-wave
EKG Hiperkalsemia

• Mild: broad based tall peaking T waves


• Severe: extremely wide QRS, low R wave,
disappearance of p waves, tall peaking T waves.
EKG Hiperkalemia

• P-waves are widened and of low amplitude due to


slowing of conduction
• QRS complex:
• QRS widening
• fusion of QRS-T
Jawaban Lainnya
• A. Elevasi segmen ST di lead II, III, aVF  STEMI
inferior
• B. Gelombang T hiperakut di lead V1-V4  gejala
awal ACS
• D. Gelombang p mitral di lead II dan V1  poin
gagal jantung
• E. Gambaran Torsades de Pointes  VT polimorfik
33 Jadi, gambaran EKG yang dapat
diharapkan adalah…

C. Gelombang u di setiap
lead
34 C. Peningkatan afterload

• Laki-laki, 67 tahun
• Sesak memberat sejak 2 minggu terakhir
• Tidur dengan menggunakan 2 bantal
ditumpuk (orthopnea)
• Riwayat hipertensi
• PF: TD 170/110 mmHg, nadi 112, napas 28,
JVP meningkat, bising pansistolik di apex, S3
gallop
• Diagnosis: HHD dengan klinis CHF
Gagal jantung akut
• Merupakan kejadian atau perubahan yang cepat
dari tanda dan gejala gagal jantung
• Dapat berupa gagal jantung akut yang baru terjadi
pertama kali (de novo) atau dekompensasi pada
gagal jantung kronik (ADHF on CHF)
Gagal jantung akut
• Pada prinsipnya dicetuskan oleh gangguan pada hal
berikut :
• Preload  peningkatan volume akibat retensi cairan;
penurunan preload karena aritmia
• Contractilty  kontraktilitas menurun misalnya akibat
infark; aritmia meningkatkan demand oksigen
• Afterload  peningkatan resistensi vaskular misalnya
pada HT
Jawaban Lainnya
• A. Peningkatan frekuensi nadi  kompensasi
turunnnya CO pada kasus shock
• B. Peningkatan curah jantung  tidak jadi gagal
jantung
• D. Peningkatan kontraktilitas jantung  tidak jadi
gagal jantung
• E. Peningkatan isi sekuncup  tidak jadi gagal
jantung
34 Jadi, penyebab kondisi gagal jantung
pada Tn. Dono adalah…

C. Peningkatan afterload
B. Gambaran p wave
35 lebih tinggi 3 kotak pada
EKG 12 lead
• Perempuan, 54 tahun
• Sesak memberat sejak 1 bulan terakhir
• Sesak disertai batuk berdahak, riwayat
merokok  PPOK
• Sesak disertai mual dan perut kembung
• PF: JVP meningkat, asites, edema pretibial
pitting
• Diagnosis: gagal jantung kanan ec/ cor
pulmonale
Cor Pulmonale
Cor pulmonale
• Perubahan struktur dan fungsi ventrikel kanan akibat
gangguan pada sistem respirasi

• Gangguan paru  peningkatan tekanan arteri


pulmonal  HT pulmonal  RVH  gagal jantung
kanan
• Gangguan paru yang dimaksud dapat berupa PPOK,
penyakit paru interstisial, OSA (obstructive sleep apnea),
dan lainnya

• Gejala:
• Gejala gangguan paru: sesak napas, batuk lama
• EKG
– Right axis deviation
– P pulmonal
– Low QRS voltages (most obvious in
the limb leads).
– RVH
• Pemeriksaan
• PF jantung: S2 mengeras, murmur e.c insufisiensi
trikuspid dan pulmonal, gallop S3 dan S4 mengeras saat
inspirasi

• Rontgen:
• Gangguan paru yang mendasari: PPOK paling sering
• Pembesaran ventrikel kanan
• Pembesaran arteri pulmonal
Jawaban Lainnya
• A. Gambaran p wave lebih lebar dari 3 kotak pad
EKG 12 lead  p mitral, tidak khas pada cor
pulmonale
• C. Gambaran sudut costofrenicus menumpul pada
CXR  efusi pleura
• D. Gambaran pinggang jantung menghilang pada
CXR  LAE
• E. Gambaran EKG S di V1+R di V5/V6 lebih dari 35
mm  LVH
35 Jadi, hasil pemeriksaan penunjang
yang dapat diharapkan ditemukan
pada Ny. Dini adalah…

B. Gambaran p wave
lebih tinggi dari 3 kotak
pada EKG 12 lead
36 E. Gambaran bootshaped heart

• Anak, 3 bulan
• Biru setiap kali menangis
• Didiagnosis Tetralogy of Fallot

• Hasil pemeriksaan penunjang yang


mungkin ditemukan?
PJB - Klasifikasi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB)

Asianotik Sianotik

L-R Shunt R-L shunt


PDA
ASD TOF, TGA
VSD
Tetralogy of Fallot (TOF)
• R-L shunt  Cyanotic
• VSD, pulmonary stenosis,
overriding aorta and right
ventricular hypertrophy
• Cyanotic spell: biru 
sistemik perifer resistance
↓ (nangis). Dapat
diperbaiki dengan cara ↑
resistensi perifer (jongkok)
• PF: single S2 (akibat
stenosis pulmonal)
• Foto thoraks: boot shape

• ejeksi sistolik 3/6 pada sela iga II kiri  murmur akibat


stenosis pulmonal
Ventricular septal defect (VSD)
• Left to right shunt
• LA, LV, dan PA
enlargement 
pulmonary vascular
obstructive disease
 pulmonary
hypertension (PH) 
eisenmenger
syndrome
• PF: murmur
pansistolik di sela iga
Atrial Septal Defect (ASD)
• Left to right shunt
• RA, RV, dan PA enlargement
 pulmonary vascular
obstructive disease 
pulmonary hypertension (PH)
 eisenmenger syndrome
• Tidak bergejala s/d 20-30 th
• PF: Fixed split S2, sistolik
ejection murmur (relative
pulmonal stenosis [PS]), mid
diastolic murmur (relative
tricuspid stenosis [TS])
Paten Duktus Arteriosus (PDA)

• Duktus arteriosus yang


menghubungkan aorta
dan arteri pulmonal
tidak menutup saat
lahir
• Left to right shunt
• PF: continuous
murmur
Koarktasio aorta

• Obstruksi aorta akibat


penyempitan yang sebagian
besar terletak di distal
percabangan a. subclavia
sinistra

• Cepat lelah, nyeri dada, sakit


kepala, perbedaan tekanan
darah antar ekstremitas atas
dan bawah

• Foto thorax: rib notching 


pelebaran arteri interkostal

Medscape
Transposition of Great Arteries
TGA
• Kesalahan posisi 
• Aorta yang keluar dari ventrikel
kanan
• Arteri Pulmonalis yang keluar
dari ventrikel kiri
• Sianosis dari lahir
• Darah kotor dari sistemik melewati
RV dan kembali ke sistemik
• Darah bersih dari vena pulmonalis
melewati LV dan kembali ke arteri
pulmonalis ke paru, tanpa
melewati aliran sistemik
Transposition of Great Arteries
Signs:
• S2 tunggal dan keras 
katup aorta berada di
depan pulmonal
• Murmur (-)  tidak ada
perbedaan tekanan
bermakna di dalam
jantung setelah bayi
dilahirkan
• Foto  Egg shaped Heart
(khas untuk TGA)

Pathophysiology of heart
disease Lilly
Jawaban Lainnya
• A. Splitting S2  ASD
• B. Murmur middiastolik
• C. Continuous murmur  PDA
• D. Gambaran eggshaped heart  TGA
36 Jadi, hasil pemeriksaan penunjang
yang mungking ditemukan pada An.
Dodi adalah…

E. Gambaran bootshaped
heart
37 A. Arthralgia

• Anak, 12 tahun
• Nyeri sendi disertai demam tinggi sejak 5
hari
• Didiagnosis mengalami penyakit jantung
rematik

• Kriteria mayor demam rematik, kecuali?


Rheumatic heart RHD merupakan komplikasi dari Rheumatic
disease fever (RF). Salah satu gejala RF yaitu faringitis
yang disebabkan oleh group A beta-
hemolytic streptococcal.
Manifestasi RHD: poliartritis, karditis, nodul
subkutan, eritema marginatum, dan
Sydenham chorea

Bacterial Infeksi pada endocardial jantung,


endocarditis menyebabkan gangguan katup. FR: riwayat
cabut gigi  katup mitral (Strep. Viridans),
riwayat jarum suntik  katup tricuspid
(Staph. Aureus)
Demam reumatik yang sudah menyebabkan kerusakan struktur
katup jantung  RHD
37 Jadi, yang tidak termasuk kriteria
mayor demam rematik adalah…

A. Arthralgia
38 C. Katup trikuspid

• Perempuan, 27 tahun
• Lemah seluruh tubuh disertai demam tinggi
• Bekerja sebagai penghibur dunia malam
(faktor risiko)
• PF: murmur diastolik di sela iga III-IV
parasternal kiri

• Katup jantung yang bermasalah?


Rheumatic heart RHD merupakan komplikasi dari Rheumatic
disease fever (RF). Salah satu gejala RF yaitu faringitis
yang disebabkan oleh group A beta-
hemolytic streptococcal.
Manifestasi RHD: poliartritis, karditis, nodul
subkutan, eritema marginatum, dan
Sydenham chorea

Bacterial Infeksi pada endocardial jantung,


endocarditis menyebabkan gangguan katup. FR: riwayat
cabut gigi  katup mitral (Strep. Viridans),
riwayat jarum suntik  katup tricuspid
(Staph. Aureus)
Demam reumatik yang sudah menyebabkan kerusakan struktur
katup jantung  RHD
PSL : Parasternal Line
MCL : Midclavicular Line
Pendekatan diagnosis kelainan
katup
1. Lihat lokasinya
2. Tentukan katup apa yang bermasalah
3. Tentukan apa fase murmurnya?
(sistolik/diastolik/continuous)
4. Ingat :
• Pada sistolik  aorta dan pulmonal membuka, mitral dan
trikuspid menutup
• Diastolik : saat menutup aorta dan pulmonal menutup,
mitral dan trikuspid membuka
5. Ingat:
• Gangguan saat katup harusnya membuka  stenosis
Pada kasus tersebut:
1. Lokasi  apeks
2. Katup yang terlibat  mitral
3. Jenis murmur  diastolik
4. Pada diastolik harusnya katup mitral terbuka
5. Gangguan saat katup harusnya tertutup 
stenosis
Singkatnya…

Katup Murmur Sistolik Murmur diastolik

Mitral dan Regurgitasi Stenosis


Trikuspid

Aorta dan Stenosis Regurgitasi


Pulmonal
Lily, 2011
Lily, 2011
Lily, 2011
Lily, 2011
Jawaban Lainnya
• A. Katup aorta
• B. Katup mitral
• D. Katup pulmonal
• E. Katup vena cava
38 Jadi, katup jantung yang mungkin
mengalami masalah adalah…

C. Katup trikuspid
39 E. Faring
• Anak 4 tahun
• Batuk2, riw tersedak makanan
• Sadar, TD 90/60, HR 120x/m, RR 24x/m
• PF paru dbn KA

• Lokasi obstruksi?
• Sumbatan di orofaring dan
hipofaring  tidak ada gejala
respirasi biasanya. Keluhan
odinofagia (+)
• Sumbatan di supraglotis  stridor
inspiratorik, muffled voice,
pemanjangan inspirasi
• Sumbatan di epiglottis  stridor
inspiratorik dengan suara kasar dan
lemah
• Sumbatan di subglotis  wheezing
ekspiratorik
• Karina hingga bawah  suara
napas tambahan akan terdengar
asimetris, lebih dominan ke satu
sisi (biasanya kanan)
Ajar THT FKUI
ric Airway Foreign Body, Medscape
/www.srems.com/site/cme/AcuteUpperAirwayObstruction_Pediatrics.pdf
Jawaban Lainnya
• A. Bronkus  suara napas tambahan akan
terdengar hanya di 1 sisi
• B. Karina  suara napas tambahan akan terdengar
hanya di 1 sisi, dapat menyebabkan atelektasis
• C. Trakea  wheezing pada fase ekspirasi
• D. Laring  tempat dimana adanya pita suara,
biasanya suara menjadi kasar, inspiratory stridor
Jadi, lokasi obstruksi yg paling
mungkin adalah...
39 E. Faring
C. Tonsilitis kronik eksaserbasi
40
akut
• Perempuan 25 thn
• Nyeri saat menelan, onset 3 hari
• Pemeriksaan fisik:
• TD 110/70 mmHg, HR 80 x/menit, RR 20x/menit, T 38 oC
KA
• Tonsil hiperemis, T2/T3, kripta melebar, detritus +

• Diagnosis?
Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronik

Etiologi EBV atau streptococcus β hemolitikus Streptococcus β hemolitikus, dengan risk


factor: perokok berat, higien mulut,
makanan tertentu, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik, pengobatan tonsilitis akut
yang inadekuat

Gejala nyeri tenggorokan, odinofagia, demam, Mengganjal ditenggorokan, rasa kering,


lesu, nyeri sendi, otalgia napas berbau
PF Tonsil bengkak, hiperemis, detritus Tonsil membesar, permukaan tidak rata,
(leukosit PMN): folikel/lakuna, membran kriptus melebar, kripti yang terisi
semu, KGB Submandibula teraba, nyeri detritus
tekan (+)

Terapi Viral: istirahat, minum cukup, analgetik Menjaga higien mulut, tonsilektomi jika:
or antivirus jika berat. infeksi berulang, gejala sumbatan, curiga
Bakteri: penisilin, eritromisin, antipiretik neoplasma
dan obat kumur.
Jawaban Lainnya
• A. Tonsilitis akut  tonsil hiperemis +, kripta tidak
melebar
• B. Tonsilitis kronik  kripta melebar, tonsil tidak
hiperemis
• D. Abses peritonsil  uvula bergeser
• E. Tonsilofaringitis akut  + faring hiperemis
Jadi, diagnosis yg sesuai adalah...

C. Tonsilitis kronik
40
eksaserbasi akut
41 D. Antihistamin
• Anak 3 tahun
• Batuk 2 minggu
• Whoop sound (+), diikuti muntah
• Riwayat imunisasi tdk lengkap  faktor resiko KA
• PF: Perdarahan subkonjungtiva

• Dx: Pertusis
• Tatalaksana?
Pertusis
• Diagnosis: klinis (batuk persisten, whooping cough,
konjungtiva kemerahan).
Pertusis
• Etiologi: Bordetella pertusis

http://www.cdc.gov/pertussis/images/pertussis-timeline.jpg
Pertusis
• Tatalaksana • Perawatan penunjang
• Antibiotik: eritromisin oral (12.5 • Hindarkan sejauh mungkin segala
mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) tindakan yang dapat merangsang
terjadinya batuk
selama 10 hari atau jenis • Jangan memberi penekan batuk,
makrolid lainnya. obat sedatif, mukolitik atau
• Oksigen: bila pernah terjadi antihistamin.
• Obat antitusif dapat diberikan bila
sianosis atau berhenti napas atau batuk amat sangat mengganggu.
batuk paroksismal berat. • Jika anak demam (≥ 39º C) yang
• Tatalaksana jalan napas: Selama dianggap dapat menyebabkan
distres, berikan parasetamol.
batuk paroksismal, letakkan anak
• Beri ASI atau cairan per oral. Jika
dengan posisi kepala lebih anak tidak bisa minum, pasang
rendah dalam posisi telungkup, pipa nasogastrik dan berikan
atau miring, untuk mencegah makanan cair porsi kecil tetapi
sering untuk memenuhi
aspirasi muntahan dan kebutuhan harian anak.
membantu pengeluaran sekret.
ttp://www.ichrc.org/47-pertusis
Jadi, terapi yg dapat diberikan
kecuali...
41 D. Antihistamin
A. Konsolidasi di hemitoraks
42
kanan
• Laki-laki 60 tahun
• Sesak, Batuk, hemoptu, ↓BB
• Onset 5 bulan
• Riwayat merokok  faktor resiko KA
• Pemeriksaan Fisik:
• TD 100/70 mmHg, HR 70 x/menit, RR 36 x/menit, T 37.3 oC
• Ekspansi dinding dada kanan tertinggal, fremitus taktil
meningkat pada dada kanan, dan suara napas kanan
menurun  susp massa, mungkin disertai efusi

• Pemeriksaan Penunjang?
Karsinoma paru
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Batuk-batuk dengan / • hemitoraks kiri
tanpa dahak (dahak tertinggal, fremitus kiri >
putih, dapat juga kanan, suara napas paru
purulen) kiri menghilang.
• Batuk darah • Pemeriksaan KGB
• Sesak napas
• Suara serak • Foto Thorax: konsolidasi
• Sakit dada (massa), efusi pleura,
atelektasis
• Sulit / sakit menelan
• Benjolan di pangkal PDPI
PDPI
Jawaban Lainnya
• B. Bercak halus di apeks kanan  TB, batuk kronik,
sesak hemoptu, BB turun, keringat malam ronki (+),
sputum BTA (+), ro infiltrat di apex
• C. Sputum 3 lapis  BE, ro honeycomb
• D. Sputum BTA positif  TB, batuk kronik, sesak
hemoptu, BB turun, keringat malam ronki (+),
sputum BTA (+), ro infiltrat di apex
• E. Diafragma mendatar  PPOK, riwayat merokok,
barrel chest, Ro sela iga melebar, gambaran jantung
pendulum, diafragma mendatar.
Jadi, temuan penunjang yg anda
harapkan...
A. Konsolidasi di hemitoraks
42
kanan
43 B. Atelektasis paru
• Laki-laki 50 tahun
• Hemoptu 3 hari, batuk kronik 2 bulan
• Riw merokok
• Pemeriksaan Fisik: KA
• TD 140/90 mmHg, HR 90 x/menit, RR 24 x/menit, T 36.5 oC
• Ronki +/-
• Rontgen:
• Radioopak di hemitoraks kanan
• Trakea tertarik ke sisi kanan

• Diagnosis?
Deviasi Trakea
• Trakea tertarik ke sisi paru yang bermasalah
• Atelektasis
• Fibrosis paru
• Aplasia paru
• Pneumonektomi
• Trakea terdorong menjauhi sisi paru yang
bermasalah
• Pneumotoraks
• Efusi pleura
• Keganasan
Atelektasis
• Definisi
• Ekspansi tidak lengkap/kolapsnya sebagian atau semua
bagian paru

• Etiologi :
• Obstruktif : foreign body, tumor, and mucous plugging
• Non-obstruktif
• loss of contact between the parietal and visceral pleurae  efusi
pleura, pneumotoraks
• Compression  tumor
• loss of surfactant ARDS
• replacement of parenchymal tissue by scarring or infiltrative
disease  TBC
• Manifestasi klinis
• Sesak napas
• Batuk
• Takikardi
• Sianosis
• Berkurangnya pergerakan dada di sisi yang sakit
• Vokal fremitus berkurang
• Penurunan suara napas satu sisi
• Ingat: atelektasis menarik jaringan di sekitarnya
sedangkan massa/cairan/udara mendorong jaringan
di sekitarnya
Jawaban Lainnya
• A. Abses paru  kavitas dengan air fluid level
• C. Karsinoma paru  konsolidasi di paru,
mendorong jaringan di sekitarnya
• D. Pneumotoraks  sesak, nyeri dada, suara napas
menghilang, hipersonor, deviasi trakea menjauhi,
pleural line
• E. Efusi pleura  sesak, suara napas melemah,
redup, deviasi trakea menjauhi, sudut costofrenicus
tumpul
Jadi, diagnosis yg paling sesuai...
43 B. Atelektasis paru
44 E. Etambutol
• Laki-laki 31 tahun
• Pandangan buram, sulit membedakan warna onset 1
minggu
• Os penderita TB dalam pengobatan minum + suntik 
KA
OAT kat 2

• OAT yg menyebabkan keluhan di atas?


NPK TB Nasional, 2014
Jadi, obat yg menyebabkan keluhan
pasien...
44 E. Etambutol
45 A. Inhalasi B2 agonis kerja cepat
• Perempuan 19 tahun
• Sesak napas 2 jam SMRS
• Riw keluhan serupa hilang timbul, biasa konsumsi
salbutamol  riw. Asma
KA
• Pemeriksaan Fisik
• TD 130/80 mmHg, HR 120 x/menit, RR 30 x/menit, T 37.0 oC
• Wheezing ekspirasi +/+

• Tatalaksana?
Asma
• Anamnesis Asma:
• Gejala episodik
• Reversibel, dengan atau tanpa pengobatan
• Timbul/memburuk pada malam/dini hari
• Respons terhadap bronkodilator
• Terdapat faktor risiko yang bersifat individual

• Pemeriksaan fisis:
• PF dapat normal
• Konsensus Asma PDPI
PDPI Asma
PDPI Asma
PDPI Asma
Jawaban Lainnya
• B. Injeksi kortikosteroid IV  jika serangan berat
atau tidak mempan dengan SABA untuk pemberian
di ICU
• C. Injeksi aminofilin IV  bukan tatalaksana awal,
diberikan pada kasus serangan sedang ke atas
• D. Inhalasi B2 agonis kerja cepat dan kortikosteroid
 inhalasi CS sebagai controller, terutama utk
asma persisten
• E. Lakukan pemeriksaan spirometri  tdk dilakukan
dalam kondisi serangan akut
Jadi, tatalaksana selanjutnya
adalah...
A. Inhalasi B2 agonis kerja
45
cepat
46 C. Uji Rivalta
• Laki-laki 58 th
• Sesak memberat sejak 3 hari
• Batuk dan sesak 2 bulan
• Pemeriksaan Fisik KA
• TD 110/70 mmHg, HR 70 x/menit, RR 30 x/menit, T 37 oC
• Suara napas kiri berukurang dan perkusi dada kiri redup

• Dr hendak melakukan pemeriksaan analisis cairan


pleura  jenis pemeriksaan yg anda sarankan?
• Light criteria
Jawaban Lainnya
• B. Uji mantoux  diagnosis TB anak
• C. Nonne dan Pandy  pemeriksaan cairan
serebrospinal, melihat ada tidaknya peningkatan
albumin dan globulin, biasa untuk menunjang
diagnosis meningitis
• D. CT scan toraks  bisa untuk menilai adanya
cairan atau massa, tapi tidak bisa membedakan
jenis cairan pleura
• E. Light test  nama kriteria yang digunakan,
bukan pemeriksaannya
Jadi, pemeriksaan yg anda sarankan
adalah...
46 C. Uji Rivalta
A. Campuran penyakit paru
47
restriktif – obstruktif
• Hasil bacaan spirometri:
• FEV1: prediksi 52%
• FVC: prediksi 64%
• FEV1/FVC: 60%
KA
• Bagaimana interpretasi pemeriksaan di atas?
Jadi, interpretasi yg sesuai adalah...
A. Campuran penyakit paru
47
restriktif – obstruktif
48 B. VTP saja
• Bayi baru lahir
• Merintih, retraksi sela iga dan sianosis ekstremitas
atas dan bawah
• Telah dilakukan tind pembebasan jalan napas
KA
(asumsikan sudah dg dikeringkan dan dihangatkan)
• HR 80 x/m, RR 60 x/m

• Tindakan selanjutnya?
Algoritma
Resusitasi
Neonatus

Sumber : Neonatal
Resuscitation Program, AHA,
6th ed
RESUSITASI NEONATUS
• VTP/PPV  jika bayi tetap apnu atau megap-
megap, atau jika frekuensi denyut jantung kurang
dari 100 per menit setelah langkah awal resusitasi,
VTP dimulai.

• CPAP  pada bayi yang bernapas spontan tetapi


mengalami kesulitan setelah lahir.

• Kompresi dada (3:1)  jika frekuensi denyut


jantung kurang dari 60 per menit setelah ventilasi
adekuat dengan oksigen selama 30 detik
• Epinefrin  Secara intravena dengan dosis
intravena 0,01 – 0,03 mg/kg. Konsentrasi epinefrin
yang digunakan untuk neonatus ialah 1:10.000 (0,1
mg/mL).

• Perawatan pasca resusitasi  Setelah resusitasi


dan sudah menunjukkan tanda-tanda vital normal.
Tetapi bayi mempunyai risiko untuk perburukan
kembali. Oleh karena itu setelah ventilasi dan
sirkulasi adekuat tercapai, bayi harus diawasi ketat
dan antisipasi jika terjadi gangguan.
Jawaban Lainnya
• A. Dihangatkan, keringkan  dilakukan di awal bila
menangis kuat, tonus baik
• C. Kompresi dada dan VTP  kompresi dada jika HR
dibawah 60
• D. Kompresi dada dan injeksi epinefrin  epinefrin
diberikan setelah VTP dan kompresi HR <60
x/menit (tidak respon)
• E. Perawatan pasca resusitasi  setelah resusitasi
dan sudah menunjukkan tanda-tanda vital normal
Jadi, tindakan selanjutnya adalah...

48 B. VTP saja
49 C. TB Kasus Polyresistance
• Laki-laki 42 thn
• Batuk 3 bulan, sesak, nyeri dada
• Riw TB 1 tahun lalu, konsumsi OAT 3 bulan stop
• Tes sputum BTA saat ini ++/+++/+ KA
• Uji resistensi: resisten thd isoniazid dan etambutol

• Diagnosis?
Jawaban Lainnya
• A. TB kasus kambuh  dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB
• B. TB kasus monoresistance salah satu OAT
• D. TB kasus MDR  resisten isoniazid dan
rifampisin
• E. TB kasus XDR  TB MDR dengan salah satu obat
golongan fluorokuinolon dan salah satu OAT injeksi
lini ke 2
Jadi, diagnosis nya adalah...

49 C. TB Kasus Polyresistance
50 D. Epiglotitis Akut
• Anak 2 thn
• Sesak 1 jam SMRS
• Drooling, hot potato voice (+)
• PF: KGB servikal membesar KA
• Ro: thumbprint sign

• Diagnosis?
Epiglotitis
• Pada orang dewasa, organisme penyebab
utama epiglotitis akut adalah Haemophilus
influenzae (25%), kemudian H
parainfluenzae, Streptococcus
pneumoniae, and group A streptococci.

• GEJALA terdiri dari : sulit menelan, air liur


keluar berlebihan (drooling), odinofagi,
stidor, suara serak, demam

• PEMERIKSAAN PENUNJANG
dapat dilakukan foto polos leher lateral.
Dimana dapat terlihat obstruksi
supraglotis karena pembengkakan
epiglottis (thumb sign).

http://emedicine.medscape.com/article/763
612-overview#a4
• Laringotrakeobronkitis (croup)
• Penyebab utamanya parainfluenza virus type 1
• inflamasi larynx dan trakea, gejala khas adalah barking
cough (batuk menggonggong)
• gambaran “steeple sign / wine bottle”
Jawaban Lainnya
• A. Croup  batuk menggonggong, steeple sign
• B. Laringitis akut  disfagia, suara serak/hilang
sama sekali
• C. Laringotrakeobronkitis  croup
• E. Aspirasi benda asing  terutama pada pasien
imobilisasi lama atau gangguan dalam menelan,
dapat timbul choking, auskultasi abnormal di satu
sisi
Jadi, diagnosis nya adalah...

50 D. Epiglotitis Akut
C. Amankan jalan napas
51.
dan oksigen
• Tn. Norton, usia 28 tahun
• kejang yang sudah berlangsung selama 30
menit sebanyak 3 kali  kemungkinan
status epileptikus
• Penanganan awal yang paling tepat
adalah...
Definisi
Pilihan lain
• A. Diazepam IV  setelah ABC aman
• B. Diazepam supp  setelah ABC aman
• D. Fenobarbital  sesuai algoritma setelah
diazepam dan fenitoin
• E. Rehidrasi intravena bila perlu, tapi akses iv
wajib dipasang
Jadi, tatalaksana awal pasien ini
51. adalah…
C. Amankan jalan napas dan
oksigen
52. C. Status epileptikus

• An. Toto, usia 7 tahun


• kejang selama 20menit  pasien tidak sadar
 kejang kelojotan kembali kurang lebih 15
menit = diantara dua kejang pasien tidak
sadar
• Diagnosis yang tepat untuk kasus ini
adalah...
Definisi
Tipe-tipe Bangkitan Kejang

Kejang parsial (fokal) : Bermula SATU HEMISFER


• Sederhana : Tidak ada penurunan kesadaran. Gejala
bisa sensoris, motoris, otonom, atau psikis.
• Kompleks : Ada penurunan kesadaran (amnesia).
Gejalanya biasanya berupa bengong mendadak yang
diikuti dengan aura, automatisme dan kebingungan
pasca-serangan.
• Kejang tonik-klonik umum sekunder : kejang parsial
yang berlanjut menjadi kejang tonik klonik umum
Kejang umum
Kejang umum : berasal dari DUA HEMISFER

• Absens/lena (petit mal) : Bengong mendadak,


tanpa aura, umumnya tanpa kebingungan pasca-
serangan, bisa disertai automatisasi maupun tidak.
• Mioklonik : kedutan motorik tidak teratur 
Jerking movement
• Klonik : kedutan motorik teratur
• Tonik : ekstensi atau fleksi mendadak pada kepala,
badan, atau ekstremitas
• Tonik-klonik umum primer (grand mal) : berawal
Pilihan Lain
• A. Grand Mal Seizure = tonik klonik
• B. Petit Mal Seizure = absans
• D. Kejang demam kompleks = didahului demam,
lebih dari 15 menit, ada defisit neurologis, parsial
• E. Tonic-clonic seizure = grand mal
52. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

C. Status epileptikus
53. C. Prednison 1x60 mg PO

• Tn. Afgan, 35 tahun


• bibir mencong sebelah disertai alis tidak bisa
terangkat dan dahi tidak bisa berkerut
• didapatkan parese N VII perifer
• Tatalaksana yang tepat untuk pasien ini
adalah...
Bell’s Palsy

Gejala:
• Dahi tidak bisa
digerakkan
• Lagoftalmus
(tidak bisa
menutup mata)
• Tidak bisa
menggembungk
an pipi
• Tidak bisa
TATALAKSANA
• Tetes mata artifisial dan plester mata malam hari
perlu mengingat lagotfalmus dapat menyebabkan
mata terbuka dan kering
• Kortikosteroid (prednison) adalah terapi utama (1
mg/kgBB/hari atau 60-80 mg/hari) selama 7 hari
lalu tappering down.
• Fisioterapi diperlukan
Pilihan lainnya
• A. Asiklovir 5x800 mg PO  diperbolehkan
memberikan asiklovir 5x400 mg, namun secara
evidence based tidak bermakna
• B. Dexametason 1x8 mg PO  perlu konversi
• D. Methylprednisolone 3x0,5 mg PO  perlu
konversi
• E. Ciprofloxacin 2x500 mg PO  tidak perlu
antibiotik
53. Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

C. Prednison 1x60 mg PO
54 D. Oral

• Anak tidak bisa berjalan


• Sebelumnya pasien sempat diare cair
• Atrofi di tungkai kiri, kekuatan motorik 0,
tanda gower (-).

• Bagaimana cara pemberian vaksinasi untuk


mencegah keluhan tersebut ?
Virus polio  kerusakan kornu
anterior  kelumpuhan asimetris
LMN
• PENCEGAHAN :
Vaksinasi polio :
- Oral
- IPV

Vaksin oral memacu


imunitas IgA saluran
cerna.
Paling sedikit 1 dosis IPV
perlu diberikan.
Pilihan lainnya
• A. Intravena  tidak ada
• B. Subkutan  campak
• C. Intrakutan  BCG
• E. Intramuskular  DPT
Jadi, cara pemberian vaksinasi untuk
54. mencegah keluhan pasien ini adalah…

D. Oral
55. A. Von Reckhlinghausen

• Muncul bintil-bintil di seluruh tubuh


• Gambaran bintik kulit berwarna cokelat di
dada, punggung, siku dan lutut.
• Pada pemeriksaan radiologi ditemukan
skoliosis dengan sudut cobb < 25 derajat.

• Diagnosis yang tepat ?


Penyakit neurokutaneus
F : cafe au lait
G : neurofibroma
H : nodul Lisch
Neurofibroma yang luas
Sudut Cobb
Derajat Skoliosis
Pilihan Lain
• B. Dandy-walker syndrome  gangguan fossa
posterior serebelum, memicu penumpukan cairan
(hidrosefalus) dan kerusakan serebelum
• C. Ehler-danlos syndrome  gangguan jaringan
ikat, memicu hiperfleksibilitas kulit
• D. Plummer disease  toksik multinodular goiter,
memicu hipertiroidisme
• E. Pott’s disease  spondilitis TB
55. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

A. Von Reckhlinghausen
56. C. 3

• Lemas pada tangan dan kaki kiri sejak 3 jam


lalu.
• Tangan kiri pasien dapat terangkat namun
jatuh kembali sesaat setelah diberi tahanan

• Berapa kekuatan motoriknya ?


Pilihan Lain
• A. 1  hanya teraba kontraksi otot
• B. 2  bisa digerakkan, tetapi tidak dapat melawan
gravitasi
• D. 4  bisa melawan tahanan ringan
• E. 5  bisa melawan tahanan seluruhnya dari
pemeriksa
Jadi, kekuatan motorik pasien ini
56. adalah…
C. 3
57. C. Pungsi lumbal

• An. Dodot, 8 tahun kejang kelojotan


• demam tinggi, sakit kepala yang disertai
gelisah
• gizi buruk
• ibu pasien sedang menjalani pengobatan TB
BTA (+) hari ke-20.
• Kesadaran : somnolen (penurunan
kesadaran), kaku kuduk (+)  susp
meningoensefalitis TB
• Pemeriksaan penunjang apa yang paling
Meningiensefalitis TB
• Reaksi peradangan yang mengenai selaput otak dan
juga parenkim oleh kuman tuberkulosa
• Tanda rangsang meningeal + sering disertai paresis
nervus kranial
• Pecahnya Rich Foci ke subarachnoid
• Pemeriksaan penunjang : lumbal pungsi untuk menilai
LCS
• Pleiositosis, namun tidak setinggi pada kasus infeksi
bakterial purulenta, dominan mononuklear (misal:
limfosit), protein naik, glukosa turun 50-60% GDS
• CT scan : sebelum pungsi – menyingkirkan kemungkinan
tekanan intra-kranial yang dapat membahayakan proses
pungsi lumbal
Diagnosis Banding Infeksi SSP

Klinis/Lab. Ensefalitis Meningitis Mening.TBC Mening.virus Ensefalopati


bakterial

Onset Akut Akut Kronik Akut Akut/kronik


Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari/(-)
Kejang Umum/fokal Umum Umum Umum Umum

Penurunan Somnolen- Apatis Variasi, apatis - CM - Apatis Apatis - Somnolen


kesadaran sopor sopor

Paresis +/- +/- ++/- - -


Perbaikan Lambat Cepat Lambat Cepat Cepat/Lambat
kesadaran

Etiologi Tidak dpt ++/- TBC/riw. kontak - Ekstra SSP


diidentifikasi
Cairan Serebrospinal pada Infeksi SSP
Bact.men Viral men TBC men Encephalitis Encephalopa
thy
Tekanan ↑↑ Normal/↑ ↑ ↑ ↑
Makros. Keruh Jernih Xantokrom Jernih Jernih

Lekosit > 1000 10-1000 500-1000 10-500 < 10


PMN (%) +++ + + + +
MN (%) + +++ +++ ++ -
Protein ↑↑ Normal/↑ ↑ Normal Normal

Glukosa ↓↓ Normal ↓↓ Normal Normal


Gram /Rapid Positif Negatif
Sumber : www.emedicine.Medscape.com
Negatif Negatif Negatif
T.
Jawaban Lainnya
• A. EMG  CTS, myasthenia gravis
• B. MRI  HNP
• D. EEG  epilepsi
• E. Foto schaedel  foto rontgen kepala
Jadi, pemeriksaan penunjang untuk pasien
57. ini adalah…

C. Pungsi lumbal
B. Lesi hiperdens
58.
berbentuk lentikular
• Penurunan kesadaran setelah jatuh dari
sepeda motor.
• Pasien sempat pingsan namun segera
bangun kembali, namun tiba-tiba pasien
jatuh pingsan.
• Pada pemeriksaan kaku kuduk (-), jejas di
temporal (+).

• Apa hasil CT-scan yang Anda harapkan


pada kasus di atas?
Pilihan Lain
• A. Lesi hiperdens seperti bulan sabit  perdarahan
subdural
• C. Lesi hiperdens pada parenkim otak 
perdarahan intraserebral
• D. Lesi hiperdens pada sisterna otak  perdarahan
subaraknoid
• E. Lesi hipodens  bukan menunjukkan
perdarahan otak akut
Jadi, hasil CT scan yang paling
58. mungkin pada pasien ini adalah…
B. Lesi hiperdens
berbentuk lentikular
(bikonveks)
E. Afasia transkortikal
59.
motorik
• Tn. Hitler, 65 tahun,
• mengerti isi pembicaraan dan mampu
mengulang kata sesuai perintah seperti
menyebut ulang kata “bola”.
• Namun pasien tidak mengeluarkan kalimat
spontan lainnya.
• Diagnosis yang paling mungkin adalah...
Jawaban Lainnya
• A. Afasia global  tidak fluent, tidak comprehend,
tidak repeat
• B. Afasia wernicke  tidak bisa memahami
perkataan orang lain dan tidak bisa mengulang
kata, tetapi bisa bicara lancar
• C. Afasia broca  tidak bisa bicara dan tidak bisa
mengulang kata, tetapi bisa memahami perkataan
orang lain
• D. Afasia transkortikal sensorik seperti afasia
wernick tetapi pengulangan kata masih bagus
59. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
E. Afasia transkortikal
motorik
C. Methylprednisolone 30
60. mg/kgbb bolus IV dalam
15 menit
• terjatuh dari sepeda motor sejak 2 jam yang
lalu
• Tidak dapat menggerakan kedua tungkai
bawah pasien
• Pada PF ditemukan kesan paraplegia dengan
kesan sensori kedua tungkai bawah
berkurang
• Dari pemeriksaan radiologi tampak kelainan
pada medulla spinalis
• Tatalaksana yang tepat diberikan pada
pasien adalah...
Potong lintang medula spinalis

• Lesi dapat bersifat: total, sentral, anterior, posterior,


dan hemiseksi
• Total : semua fungsi hilang (motorik, nyeri dan
Central Cord Syndrome
• Paling sering terutama orang tua, trauma ekstensi
• Kelemahan ekstremitas atas lebih buruk
dibandingkan ekstremitas bawah, “hands more
deficit than arms”
Anterior cord
• Karena kompresi dari anterior spinal cord, burst
fracture, trauma arteri spinalis anterior
• Manifestasi
• Eks Bawah lebih berat dibandingkan ekst atas
• Motoric, pain, temperature loss
• Proriosepsi, Vibratory baik (posterior)
Hemiseksi/ Brown Sequard
Syndrome
• Trauma penetrasi
• Ipsilateral defisit : motor, propriosepsi, vibratory
• Kontralateral defisit: pain, temperature 2 level
dibawah (jaras spinothalamikus menyeberang
medula spinalis)
Posterior
• Jarang
• Hilangnya propriosepsi
• Fungsi lainnya baik
Jawaban lainnya
• A. Pirasetam 3x1 gr IV
• B. Nicardipin 2-10 mcg/kgbb/menit IV  HT
emergency
• D. Manitol 20% 0,5-1 g/kgbb IV  stroke
hemoragik
• E. Asam traneksamat 3x500 mg IV  perdarahan
Jadi, tatalaksana yang tepat untuk pasien
60. adalah...
C. Methylprednisolone 30
mg/kgbb bolus IV dalam
15 menit
61. A. Demensia alzheimer

• Mudah lupa dengan nama orang


• Sering kehilangan barang
• Sulit melakukan aktivitas harian secara
mandiri
• Ibu pasien juga mengalami hal serupa
dengan pasien.
• HT dan DM disangkal
Tipe demensia
Demensia
• Demensia Alzheimer
• Manifestasi klinis:
• (A)nterograde amnesia
• (A)phasia : gangguan berbahasa
• (A)praxia : gangguan motorik, walaupun struktur anatomis
intak
• (A)gnosia : gangguan identifikasi objek tanpa adanya gangguan
sensorik
• (D)istrubance in executive functio
• Demensia Vaskular
• Manifestasi klinis:
• Gangguan memori yang disertai dengan bukti penyakit
serebrovaskular
Demensia
• Demensia Lewi-Bodies
• Manifestasi klinis:
• Gejala parkinsonism: (T)remor, (R)igidity, (A)kinesia, (P)ostural
instability
• Gangguan fungsi kognitif dan gangguan atensi sifatnya
fluktuatif
• Halusinasi visual rekuren yang jelas dan detil
• Demensia Frontotemporal
• Manifestasi klinis:
• Gangguan disinhibisi
• Apatis
• Hilangnya simpati dan empati
• Munculnya perilaku yang stereotipik, kompulsif
• Hyperorality/perubahan pola diet (peningkatan konsumsi
Inhibitor asetilkolinesterase
pilihan utama
Jawaban Lainnya
• B. Picks disease = Demensia frontotemporal 
penyakit Pick, demensia + gangguan fungsi
eksekutif (perubahan kepribadian) + gangguan
bahasa
• C. Demensia with lewy bodies  ada gejala
parkinson dan depresi
• D. Demensia vaskular  onset perlahan memberat,
riwayat gangguan vaskular (HTN, DM, dislipidemia)
• E. Mild cognitive impairment  demensia ringan,
biasanya belum ada hendaya dalam aktivitias sehari
hari.
61. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

A. Demensia alzheimer
62. C. Verapamil

• Tn. Lemon, 50 tahun


• nyeri kepala
• Nyeri dirasakan di sisi kanan khususnya
belakang bola mata kanan hingga
menimbulkan mata kemerahan, berair dan
hidung tersumbat
• Sebelumnya pasien tidak ada keluhan batuk
atau pilek
• Apa tatalaksana yang tepat untuk
mencegah kekambuhan pada pasien di
atas?
Tiga tipe nyeri kepala primer :
• TTH  terikat, tertekan, bilateral, berkaitan dengan stress,
disertai ketegangan otot leher, intensitas ringan-sedang.
• Migrain  berdenyut, biasanya unilateral, disertai mual,
muntah, fotofobia, fonofobia, dapat disertai aura (classic
migrain) ataupun tidak (common migrain), intensitas sedang-
berat.
• Cluster  seperti ditusuk, unilateral, periorbita, dapat
menjalar ke temporal/retroorbita, gejala tambahan:
lakrimasi, diplopia, rinore, kongesti nasal, edema palpebra,
injeksi konjungtiva.
Sumber : Konsensus nasional penanganan nyeri kepala di Indonesia
Tension Migraine headache Cluster headache
headache
Kualitas Ditekan/diikat Berdenyut Menusuk

Intensitas Ringan atau Sedang atau berat Berat sekali


sedang
Lokasi Bilateral Unilateral Unilateral
Memberat dengan Tidak Ya Tidak
aktivitas

Mual Ada/tidak Ada Tidak ada


Muntah Tidak ada Ada Tidak ada
Fotofobia Ada/tidak Ada Tidak ada
Fonofobia Ada/tidak Ada Tidak ada
Aura Tidak ada Ada (classic)/tidak Tidak ada
(common)
Gejala penyerta Lakrimasi, injeksi
konjungtiva, rinorea,
dan perspirasi wajah
Tatalaksana nyeri kepala
(ringkasan)
• Tension headache
• Akut: NSAID (ibuprofen adalah DOC), aspirin, dan parasetamol
• Preventif: antidepresan trisiklik (amitriptilin atau nortriptilin)
• Migraine headache
• hindari pencetus
• terapi abortif:
• non spesifik: acetaminofen, NSAID
• spesifik: triptan, ergotamine, DHE
• Bila tidak respon  opioid dan analgetik yang mengandung
butalbital
• Cluster headache
• Akut: oksigen dosis tinggi, triptan atau ergot dengan
metoclopramide
• Preventif: Calcium channel blockers, amitriptilin
Tatalaksana Sakit Kepala Klaster
• Abortif/simptomatik :
- oksigen, triptan, ergot alkaloids, anestetik
• Pencegahan/ profilaksis:
- calcium channel blockers, mood stabilizers, anti kejang
• Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/1142459-treatment

Oksigen:
100% pada 10-12 L/menit selama 15 menit
 efektif dan aman untuk sakit kepala klaster akut
http://www.achenet.org/assets/2/7/GoadsbyCluster.pdf
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cluster-headache/basics/treatment/con-20031706

Oksigen 7 L/m -> pilihan terapi klaster  guidelines lama tahun 2005 (AFP)
Jawaban lainnya
• A. Sumatriptan  tx akut migrain
• B. Oksigen 10 lpm  tx akut cluster
• D. Steroid
• E. Fenobarbital  kejang neonatus, status
epileptikus
Jadi, tatalaksana profilaksis pasien ini
62. adalah…
C. Verapamil
63. A. Migrain dengan aura

• nyeri kepala berdenyut sejak 4 jam yang lalu


• Sebelumnya melihat kilatan selama 20 menit
• mual dan muntah
Diagnosis ?
Migrain
• Kriteria diagnosis
• Nyeri kepala 4 – 72 jam
• Disertai 2 dari gejala berikut
• Diperberat oleh aktivitas
• Nyeri sedang hingga berat
• Pulsatil
• Unilateral
• Salah satu: mual muntah atau fotofobia/afonofobia
Migrain dengan Aura (Classic)
• Sakit kepala berulang mengikuti gejala neurologis
yang muncul perlahan 5- 20 menit dan bertahan
hingga 60 menit
• Aura, dapat berupa (tanpa kelemahan motor)
• Gangguan bicara disfasik yang reversible
• Gejala sensoris reversible: ditusuk tusuk (pin and
needles) atau kebas
• Gejala visual: melihat cahaya atau garis, atau kehilangan
penglihatan
Prinsip dasar melibatkan
sistem trigeminovaskular
Vasokonstriksi pemb darah
intrakranial  aura
Vasodilatasi pemb darah meninges
 nyeri pulsatil
Nyeri kepala primer
Tatalaksana nyeri
kepala
Tension headache
Akut: NSAID (ibuprofen adalah DOC), aspirin, dan parasetamol
Preventif: antidepresan trisiklik (amitriptilin atau nortriptilin)

Migraine headache
hindari pencetus
terapi abortif:
non spesifik: acetaminofen, NSAID
spesifik: triptan, ergotamine, DHE
Bila tidak respon  opioid
Terapi preventif : propanolol, amitriptilin, as valproat.

Cluster headache
Akut: oksigen 7-10 lpm
Preventif: Calcium channel blockers (verapamil), amitriptilin
Jawaban Lainnya
• B. Migrain basiler  migrain yang muncul dari
regio brainstem: dizzy, double vision, lack of
coordination
• C. Migrain tanpa aura  pada soal ada kilatan
selama 20 menit
• D. Migrain hemiplegik  saat serangan migrain,
pasien mengalami kelemahan temporer disalah
satu sisi tubuh
• E. Migrain oftalmoplegik  sangat jarang, migrain +
kelemahan otot mata  dilatasi pupil, tidak bisa
menggerakkan mata ke arah atas dsb
63. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

A. Migrain dengan aura


64. D. Sindrom konus
medularis
• Jatuh terduduk saat berkuda
• Paraparesis kekuatan motorik ekstremitas
bawah 3333/3333 (simetris), perianal
anestesia (+), dengan parestesi di bawah
umbilicus.
• Lower back pain dominan

• Apa diagnosis yang tepat?


• Sindrom Conus
medularis  lesi
setinggi lumbal

• Sindrom kauda equina


 lesi setinggi sakrum
Perbedaan
Pilihan Lain
• A. Sindrom guilain barre  paralisis asending
• B. Myasthenia Gravis  paralisis progresif
• C. Sindrom kauda equina  paralisis asimetrik +
anestesi saddle
• E. Lumbosacral mielitis
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
64.
D. Sindrom konus
medularis
B. TIA sistem
65.
vertebrobasiler
• Tn. Derreck, 60 tahun
• nyeri kepala sebelah kanan
• gangguan penglihatan, kepala terasa
melayang dan tidak stabil ketika berjalan
• Riwayat hipertensi dan kolesterol (+)
• Keluhan membaik setelah setengah hari.
Diagnosis yang paling mungkin pada pasien
adalah...
TIA dan RIND
• Etiologi : iskemia otak
yang tidak
menyebabkan infark
• 10 % vertebrobasiler, 80%
carotid, 10% uncertain, 17%
amaurosis fugax
• Tampilan klinis :
• TIA: Defisit neurologis
akut yang kembali
menjadi normal dalam
waktu 24 jam.
• RIND : Gejala lebih dari
24 jam, tapi membaik
dalam 72 jam
• Tatalaksana : Aspirin
atau clopidogrel
(untuk mencegah
TIA vertebrobasiler/ VBI
(vertebrobasiler insufficiency)
• Merupakan gangguan iskemia pada otak bagian
posterior
• Durasi < TIA karotis
• Simptoms:
• Vertigo
• Defek visual
• Defek pendengaran
• Parestesia
Jawaban Lainnya
• A. TIA sistem karotis komunis  hemiparesis,
disfasia, apraxia, amaurosis fugax
• C. BPPV  ada mual dan muntah, tidak ada
gangguan penglihatan
• D. Cluster headache  ada gejala hiperlakrimasi
dan mata merah
• E. Stroke hemorhagik  manifestasi lebih parah
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
65.
B. TIA sistem
vertebrobasiler
66. B. Mal-union

• Ny. Melisa, 35 th
• sensasi aneh pada tungkai bawah kiri saat
berjalan
• riwayat fraktur 10 bulan lalu namun hanya
kontrol 2 bulan pertama
• rontgen ditemukan adanya angulasi.
Diagnosis yang paling mungkin pada kasus
di atas adalah?
Bone healing
• Early inflammatory stage ( 1
minggu)
• hematoma, disertai dengan
infiltrasi sel radang dan
fibroblas  jaringan granulasi
• Repair stage (4- 6 minggu)
• Pertumbuhan pembuluh
darah
• Pembentukan matriks (soft
callus)
• Remodelling stage (3-6
bulan)
• Dibantu stres mekanik
Komplikasi fraktur
• Malunion
• Tulang yang patah mengalami penyembuhan pada posisi
yang tidak seharusnya

• Delayed union
• Fraktur yang butuh waktu lebih lama untuk sembuh

• Non-union
• Fraktur yang gagal mengalami penyembuhan dalam 3
bulan
• Menyisakan sendi palsu (pseudoarthrosis)
Non union – mal union
Pilihan Lain
• A. Non-union tidak menyambung, membentuk
gambaran pseudoartrosis
• C. Single union  tidak ada istilah itu
• D. Delayed union  saat 3-6 bulan belum
menyambung sempurna, baru terlihat kalus.
• E. Multiple union  tidak ada istilah ini
66. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

B. Mal-union
C. Sprain ligamen
67.
talofibular
• Tn. Uncle Ben, 32 tahun
• nyeri di sekitar mata kaki tungkai kirinya
setelah salah mendaratkan kaki saat berebut
bola rebound
• edema (+), ekimosis (+), tidak ditemukan
krepitasi
• Nyeri diperberat dengan gerakan inversi
• Diagnosis yang paling tepat adalah...
TATALAKSANA
HINDARI
Jawaban Lainnya
• A. Ruptur tendon achilles  thompson test (+)
• B. Fraktur tibia fibula sinistra  krepitasi (+)
• D. Dislokasi talocruralis  deformitas (+)
• E. Tarsal tunnel syndrome  heel pain (+)
67. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

C. Sprain ligamen
talofibular
68. B. Rickets

• An. Simian, 5 tahun


• lebih pendek dibandingkan teman-teman
seusianya
• tampak kedua kaki melengkung membentuk
busur dan terdapat rosary beads pada dada
di regio costochondral junction
• Diagnosis yang paling mungkin adalah...
Jawaban Lainnya
• A. Ricketsia  rocky mountain
spotted fever, epidemic thypus
• C. Osteogenesis imperfecta 
fraktur patologis, sklera biru
• D. Marasmus  gizi buruk
dominan kekurangan energi
karbohidrat, sangat kurus, iga
gambang
• E. Akondroplasia  dwarfisme,
ujung tangan dan kaki lebih
pendek
68. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

B. Rickets
B. Dislokasi anterior
69.
articulatio glenohumerale
• nyeri pada bahu kiri dan tidak dapat
digerakan
• terjatuh dengan bahu menjadi tumpuan dan
posisi lengan terentang, ROM sendi bahu (-),
kontur bahu hilang
• Diagnosis ?
DISLOKASI BAHU
• Dikatakan dislokasi bahu bila os humerus terlepas
dari scapula pada glenohumeral joint.
• Sendi pada bagian bahu adalah sendi yang memiliki
area pergerakan (ROM) yang paling luas dibanding
seluruh sendi yang ada di tubuh manusia. Sebagian
besar dislokasi sendi yang terjadi adalah dislokasi
pada sendi bahu.
• Berdasarkan arah dislokasinya, dapat terjadi kea rah
anterior, posterior dan inferior
GEJALA KLINIS DISLOKASI BAHU
• Sendi bahu tidak dapat digerakan
• Korban menggendong tangan yang sakit dengan
tangan yang lain
• Korban tidak bisa memegang bahu yang
berlawanan
• Kontur bahu hilang
• Bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya
REPOSISI HENNIPEN
• Secara perlahan dielevasikan sehingga bongkol
sendi masuk kedalam mangkok sendi.
• Pasien duduk atau tidur dengan posisi 45 derajat,
siku pasien ditahan oleh tangan kanan penolong
dan tangan kiri penolong melakukan rotasi arah
keluar (eksterna) sampai 90 derajat dengan lembut
dan perlahan.
• Jika korban merasa nyeri, rotasi eksterna sementara
dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian
dilanjutkan.
• Sesudah relaksasi eksterna mencapai 90 derajat
maka reposisi akan terjadi.
REPOSISI STIMSON
• Pasien tidur tengkurap, kemudian tangan yang
dislokasi digantung tempat tidur diberi beban 10-15
pound selama 30 menit biasanya akan terjadi
reposisi jika tidak berhasil dapat ditolong dengan
pergerakan rotasi dan kemudian interna.
Jawaban Lainnya
• A. Fraktur 1/3 medial klavikula  ada tonjolan di
bahu, krepitasi
• C. Sprain M Deltoideus  ROM +
• D. Strain coracoclaviculare  ROM +
• E. Dislokasi
acromioclaviculare 
ROM (+) namun terbatas
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
69.
B. Dislokasi anterior articulatio
glenohumerale
70. E. Ewing sarkoma

• Anak 16 tahun dengan keluhan benjolan


pada lutut yang makin lama makin besar
• ROM sendi lutut terbatas.
• Gambaran onion skin.

• Diagnosis yang tepat?


Ewing sarkoma
• Tumor tulang tersering
pada usia 5-25 tahun
• Dapat metastasis 
prognosis buruk
• Gejala tidak khas :
bengkak, nyeri, hangat
 mirip infeksi
• Gambaran radiologi :
onion skin
Osteosarkoma
• Tumor tulang pada usia
10-20 tahun
• Dapat metastasis
• Predileksi : distal femur,
proksimal tibia
• Gambaran khas : sun
burst, codman triangle
Kondrosarkoma
• Tumor tulang pada usia
> 40 tahun
• Di daerah medula,
meluas ke korteks 
fraktur patologis
• Nyeri
• Gambaran khas :
kalsifikasi intrameduler
menyerupai popcor
Jawaban Lainnya
• A. Osteomyelitis kronik sequestrum, involucrum
• B. Osteomyelitis akut  sequestrum, involucrum <
2 mgu
• C. Osteosarkoma  codman triangle
• D. Kondrosarkoma  popcorn appearance
70. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

E. Ewing sarkoma
71. D. Displasia panggul

• Presentasi sungsang
• Saat lahir kaki kanan lebih pendek dari kaki
kiri.
• Tes barlow dan ortolani (+).

• Apa kemungkinan penyebab keluhan


pasien tersebut?
Developmental Displasia of Hip
Tes Barlow dan ortolani
Sebaiknya dikoreksi sebelum 6
minggu
71. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

D. Displasia panggul
72. C. Deformitas varus

• Nyeri pada kedua lutut sejak 3 tahun lalu


• Deformitas varus, bengkak, penebalan
tulang, nyeri lateral.
• Gambaran osteofit.

• Apa indikasi rujukan bedah yang paling


tepat?
OA RA Gout
Awitan Perlahan Perlahan Akut
Peradangan - + +
Patologi Degenerasi Pannus Tofus
Jumlah sendi Poli Poli Mono, kdg2 poli
Tipe sendi Kecil atau besar Kecil Kecil atau besar
Lokasi Pinggang, lutut, MCP, PIP, MTP, kaki,
vertebra, CMC 1, pergelangan tangan, pergelangan kaki,
DIP, PIP kaki, pergelangan lutut
kaki

Temuan sendi Nodus Bouchard, Deviasi ulnar, swan Kristal urat


khusus nodus Heberden neck, boutonniere

Perubahan tulang Osteofit Osteopenia, erosi Erosi

Fitur ekstra-artikular Nodul subkutan, Tofus, bursitis


pulmonal, kardiak, olecranon, batu
splenomegali ginjal

Pemeriksaan Foto polos RF (+), anti CCP (+), Asam urat ↑


penunjang Foto polos Gold standar : kristal
Grading (K-L system)
INDIKASI RUJUKAN BEDAH
Jadi, indikasi rujukan bedah pasien ini
72. adalah…

C. Deformitas varus
C. Pemasangan collar neck
73.
dan long spine board
• Terjatuh dari gedung dan mengeluh lemah
pada tangan dan kaki.
• TD 110/70, HR 100 x/m. Kekuatan motorik
atas 2/2, bawah 1/1.
• Gangguan berkemih, buli terasa penuh,
terasa kebas dan kesemutan pada kaki.

• Penatalaksanaan awal yang dilakukan?


Preventing secondary
spine injury. Primary
injury is inevitable
Pilihan Lain
• A. Pemasangan infus
• B. Melakukan foto rontgen
• D. Membuka jalan nafas dengan teknik head tilt
chin lift  tidak boleh dilakukan, karena curiga
cedera servikal
• E. Memasang kateter
73. Jadi, tatalaksana awal pasien ini adalah…

C. Pemasangan collar neck


dan long spine board
74. D. Fasciotomi

• Tn. Westlife, 42 tahun


• fraktur pada lengan kanan atas yang sudah
dilakukan imobilisasi dengan circular cast
dari bahu hingga olekranon
• Beberapa jam kemudian pasien
mengeluhkan tangan kanannya kesemutan
dan nyeri
• Jari tangan kanan terlihat pucat dengan CRT
< 2 detik dan nadi sulit diraba  curiga
sindroma kompartemen
• Tatalaksana yang paling tepat adalah...
Sindrom Kompartemen 
kegawatan
Sindrom Kompartemen
• Peningkatan tekanan kompartemen oseofasial
melebihi tekanan perfusi
• Golden period : sebelum 4- 6 jam
• Bisa terjadi dimana saja
• Kaki anterior, lengan bawah, tangan, kaki, paha, bokong
• Etiologi
• Trauma : (Fraktur, Crush injury, Kontusio, Luka tembak)
• Ekstravasasi IV
• Luka bakar
• Bengkak pos iskemik
• Trauma arteri
Manifestasi
• Pain : nyeri yang out of proportion (nyeri melebihi
tampilan klinis yang terlihat),
• paling pertama muncul
• Muncul bila peregangan pasif
• Paresthesia : pins and needle
• Pulseless : late finding
• Pallor : late finding
• Paralysis : late finding
Diagnosis dibuat secara klinis atau tekanan
kompartmen melebihi 30 mmHg
Evaluasi
• Pemeriksaan fisis: edema, pulsus
• Pengukuran tekanan
• Tekanan melebihi 30 mmHg
• Atau tekanan diastoik –
• kompartemen < 30 mmHg

• Tatalaksana
• Emergency Fasiotomi
Pilihan Lain
• A. Kortikosteroid dosis tinggi
• B. RICE
• C. ORIF
• E. Loading cairan kristaloid 2L
Jadi, tatalaksana yang paling tepat untuk
74. pasien ini adalah…

D. Fasciotomi
75. D. Surgery

• Ny. Alila, 48 tahun,


• nyeri punggung
• tulang belikat kanan lebih
menonjol dan bahu
asimetris
• Bila didapatkan sudut
cobbs sebesar 75◦, terapi
yang tepat adalah...
Sudut Cobb pada Scoliosis
Sudut Cobb pada Kasus
Derajat Skoliosis
Jawaban Lainnya
• A. Observasi  < 20 derajat
• B. Watchful waiting  20-45 derajat
• C. Bracing  20-45 derajat
• E. Fisioterapi
75. Jadi, tatalaksana yang tepat adalah…

D. Surgery
76 A. Tes Jaeger
• Laki-laki 50 tahun
• Pandangan dekat
kabur perlahan
• Onset 5 tahun
KA
• Mata tenang
• Dx: Presbiopia
• Pemeriksaan yg
dianjurkan?
• Daya akomodasi mata
lemah
• Usia tua
• Sulit melihat jarak dekat
• Tatalaksana: lensa
positif

ADISI LENSA
Usia 40 – 45 th Usia 46-50 th Usia 51 – 55 th Usia 56 – 60 th > Usia 60 th

+1.0 D +1.5 D +2.0 D +2.5 D +3.0 D


Jaeger Test
• Untuk pemeriksaan
visus jarak dekat/
membaca.
• Terdiri dari 7 paragraf;
ukuran J10 (terbesar)
sampai J1 (terkecil).
• Jarak baca sekitar 14
inch
Jawaban Lainnya
• B. Tes Ishihara  buta warna
• C. Pemeriksaan kampimetri  lapang
pandang
• D. Pemeriksaan tonometri  tekanan
intraokular
• E. Pemeriksaan perimetri  lapang
pandang
Jadi, pemeriksaan yang dianjurkan…

76 A. Tes Jaeger
77 D. Ulkus kornea sentral
• Laki-laki, 29 tahun
• Mata kiri merah, gatal, terasa seperti berpasir, silau,
berair, onset 2 minggu
• Riwayat mata kiri terkena ranting pohon  FR
KA
• OS : visus 6/30, tes fluoroscein (+) terdapat hipopion
pada bilik mata depan
• Diagnosis?
Keratitis fungal
• Riwayat trauma
tumbuhan
• Mata merah, visus
turun
• Injeksi silier
• Lesi satelit
• Hipopion
• Komplikasi keratitis fungal :
- Ulkus kornea
- Perforasi kornea
- Endoftalmitis

• Untuk cegah komplikasi, tatalaksana segera keratitis


jamur dengan antijamur selama 12 minggu
(amfoterisin topikal, oral flukonazol)
• Tambahkan antibiotik topikal bila disertai infeksi
campuran
Lesi dapat berbentuk koin
FAKTOR RISIKO
• Pengguna Lensa kontak
• Penderita varisela
• Penggunaan tetes mata
steroid berlebihan
• Penderita dry eye
• Penderita kelainan
kelopak mata
(lagoftalmus)
• Trauma pada kornea
Lokasi

• Sentral : akibat infeksi, trauma


Bila mencapai stroma membran
descement  descemetokel  risiko
perforasi kornea.
Perforasi kornea dideteksi dengan tes
seidel (tes fistel).
• Perifer : akibat penyakit inflamasi
maupun autoimun (Rheumatoid arthritis
paling sering)
• Inflamasi stroma kornea mengakibatkan
progresif nekrosis, perforasi dan kebutaan
Tatalaksana
Medical care is frequently ineffective  perlu rujukan
untuk tindakan bedah
• Systemic immunosuppressive agents (eg,
azathioprine, metilprednisolone, cyclophosphamide,
methotrexate, cyclosporine) are occasionally helpful.
These medications must be prescribed by a
rheumatologist or internist who is familiar with their
dosages and adverse effects.Methotrexate 7.5-10 mg
PO once a week administered with 1 mg/d folic acid
• Azathioprine 2 mg/kg/d
• Cyclophosphamide 2 mg/kg/d
• Cyclosporine A 3-5 mg/kg/d
Jawaban Lainnya
• A. Endophtalmitis  pasca operasi katarak, mata
merah, visus turun, hipopion, nyeri tidak ada saat
pergerakan bola mata
• B. Panophtalmitis  endoftalmitis + nyeri saat
pergerakan bola mata
• C. Keratitis Bakterial  akut, sekret purulen, fr
pemakaian lensa kontak
• E. Ulkus kornea perifer  ulkus di tepi , faktor
risikonya biasanya karena penyakit autoimun
Jadi, diagnosis yang tepat…

77 D. Ulkus Kornea Sentral


A. Herpes simpleks
78
keratitis
• Laki-laki 30 tahun, mata kiri merah, nyeri,
pandangan buram
• Demam (+) sebelumnya
• PF: VOS 6/12 sekitar mata, palpebra
hiperemis, konjungtiva hiperemis, kemosis,
kornea lesi dendritik, dan sensibilitas
menurun

• Diagnosis?
Keratitis
• Inflamasi pada kornea  kornea
edema, injeksi silier, mata nyeri, Bacterial keratitis
visus turun.
• Etiologi: virus, bakteri, jamur,
parasite, atau non infeksi
(trauma, garukan, defisiensi
vitamin A, dll)
• Pemeriksaan penunjang keratitis:
Fluorescent test atau pewarnaan
Rose Bengal. Lesi dendritic khas pada
• Fluorescent dye: tidak menetap keratitis herpetic (HSV)
Pada herpes zoster oftalmikus,
pada strome/ epitel kornea yg ditemukan pseudodendritik
intak  jadi kalau ada defek
kornea (inflamasi, ulkus,
Etiologi Keratitis
ETIOLOGI KARAKTERISTIK TATALAKSANA
Keratitis bakterial Sekret purulen , antibiotik topikal
pemakaian lensa kontak

Keratitis herpes Lesi dendritik antiviral topikal


simpleks

Keratitis fungal Riwayat trauma dengan antifungal topikal


tumbuhan
Lesi satelit
Keratitis amuba Riwayat berenang + amebisida (tidak
diperberat jika memakai tersedia bebas), sebagai
lensa kontak alternatif dapat
diberikan antibiotik
Keratitis herpes simpleks
• Gejala: nyeri, fotofobia, penurunan visus, merah,
vesikel, lesi dendritik (paling sering), erosi pungtata
(tanda paling awal), hingga necrotizing stromal
keratitis
• Diagnosis:
• Giemsa: multinucleated giant cells
• Papanicolau: intranuclear eosinophilic inclusion bodies
• Kultur virus
• Antigen virus
• PCR
• Tatalaksana: sebagian besar kasus self limiting
dalam 3 minggu, terapi antivirus topical/oral
Jawaban Lainnya
• B. Keratitis mikosis  factor
risiko adalah trauma dengan
tumbuhan
• C. Herpes zoster keratitis 
tidak ada
• D. Keratitis bakteri  factor
risiko lensa kontak
• E. Keratitis pungtata 
keratitis dengan infiltrat halus
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

78
A. Herpes simpleks
keratitis
79 C. Retinoblastoma

• 5 tahun  bola matanya terlihat bintik putih


bila disorot dengan lampu senter.
• Riwayat demam saat kehamilan disangkal
oleh ibu.
• Pada pemeriksaan fisik mata ditemukan
esotropia dextra.

• Diagnosis?
Retinoblastoma
• Retinoblastoma is caused by the so-called retinoblastoma
gene, which is a mutation in the long arm of chromosome 13.

http://emedicine.medscape.com/article/1222849-
clinical
Flexner-Wintersteiner
rosettes in
retinoblastoma

http://emedicine.medscape.com/article/1222849-clinical
Pilihan Lain
• A. Katarak kongenital  riwayat demam saat hamil
(infeksi rubella), tanpa ada strabismus
• B. Buftalmus  glaukoma kongenital, TIO
meningkat, diameter kornea membesar, Cow’s eye
• D. Ulkus kornea  tes fluorescein (+)
• E. Episkleritis  pelebaran pembuluh darah
episklera, berkurang dengan fenilefrin
79 Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

C. Retinoblastoma
C. Subkapsular posterior
80
lensa
• Laki-laki 50 tahun, buram sejak 3 bulan
• Penderita DM 15 tahun, tidak terkontrol
• PF: visus tidak membaik dengan pinhole,
lensa keruh, reflex fundus sulit dinilai

• Letak kelainan??
Katarak traumatik

Jenis Katarak

• Katarak didapat:
• Katarak senilis (age-related cataract) – seringnya katarak
nuklear
• Katarak traumatik – bentuk kekeruhan lensa stelata /
bintang
• Katarak sekunder – kekeruhan kapsul posterior pasca
operasi katarak
• Katarak komplikata – katarak akibat penyakit lain,
misalnya diabetes melitus sering mengakibatkan
katarak subkapsular posterior
• Katarak kongenital
• Berdasarkan morfologi:
• Katarak nuklear  senilis
• Katarak kapsular
• Katarak subkapsular posterior  terkait DM, tetes mata
steroid
• Berdasarkan maturitas:
• Katarak imatur
• Katarak matur
• Katarak hipermatur

Imatur Matur Hipermatur/


Morgagni
Kekeruhan Sebagian Seluruh Lensa jatuh
Shadow test Positif Negatif Pseudopositif
Visus > 6/60 < 6/60 <6/60
Komplikasi Diabetes pada
Mata
• Komplikasi diabetes pada • Faktor risiko:
mata: • Diabetes
• Retinopati • Kehamilan
• Hordeolum rekuren • Hipertensi
• Katarak  seringnya • Nefropati
berupa katarak • Hiperlipidemi
subkapsular posterior • Merokok
• Glaukoma • Obesitas
• Neovaskularisasi iris
• Dan lain lain
Katarak Komplikata akibat Diabetes
• Lensa mendapat nutrisi (oksigen dan glukosa) dari aqueous
humor.
• Diabetes  kadar glukosa di aqueous humor dan lensa
tinggi  lensa bengkak dan keruh.
• Dalam lensa terdapat enzim yang mengubah glukosa
menjadi sorbitol (aldose reduktase) akumulasi sorbitol
intraseluler (dalam lensa)  tekanan osmotic lensa
meningkat, lensa cepat keruh.
Aldosa reduktase berperan
meningkatkan sorbitol
Lokasi katarak
• Kortikal  berbentuk
seperti jeruji di tepi,
penglihatan terganggu
terutama saat malam
hari.
• Nuklear  tampak
kekuningan mengeras di
tengah. Terjadi
pergeseran refraksi :
hipermetropinya
membaik, lama lama
menjadi miop.
• Subkapsular posterior 
Jawaban Lainnya
• A. Polus anterior lensa  bentuk diskoid
• B. Polus posterior lensa  bentuk diskoid
• D. Perikortikal lensa  bukan jawaban tepat
• E. Sentral lensa  bukan jawaban tepat
Jadi, letak kelainan pasien ini adalah…
80
C. Subkapsular posterior
lensa
81 A. Strabismus monokular

• An. 5 th
• Pandangan buram ketika melihat jauh, sejak 2
minggu
• Hobi menonton televisi dengan jarak sangat
dekat
• PF: VOD 5/60 dikoreksi dg lensa S-4,5D
menjadi 6/30, VOS 5/12 dikoreksi dg lensa S-
0,75D menjadi 6/6

• Diagnosis: Ambliopia
AMBLIOPIA
• Adalah kondisi visus turun pada salah satu/kedua mata
akibat gangguan perkembangan jaras saraf visus penglihatan
sejak kecil  otak hanya ‘belajar/ mengenali’ visus dengan
tajam penglihatan yang normal.
• Mata dengan visus kabur ‘terbiasa’ tidak digunakan 
istilah = MATA MALAS

Tipe: strabismic amblyopia, deprivation amblyopia (cth:


katarak kongenital), dan refractive amblyopia (cth:
anisometropi).
TATALAKSANA
• Tatalaksana amblyopia: sedini mungkin (efektif pada usia
<14 tahun) oklusi/ patching mata yang normal, agar mata
yang mengalami gangguan ‘belajar’ untuk memperbaiki
visusnya.
• Bisa digunakan fulltime/ parttime.
• Selama beberapa bulan
STRABISMUS

• Strabismus is any misalignment of the eyes


• Monokular  mengenai 1 mata
• Binokular  mengenai 2 mata
• Laten  trofia
Pilihan Lain
• B. Strabismus laten  strabismus yang dapat
terlihat pada cover-uncover test
• C. Aniseikonia  kelengkungan kornea yang tidak
merata
• D. Anisoforia  normal
• E. Kebutaan  visus nol
Jadi, kemungkinan penyebab pada
pasien ini adalah…
81
A. Strabismus monokular
D. Dengan S-3.00D pasien
82
harus berakomodasi
• Laki-laki 28 tahun, nyeri kepala berulang 5
bulan lalu
• Kacamata berukuran S-3.00D
• Visu ulang: S-2.50D, VODS 6/6

• Dx: Miopia
• Penyebab keluhan?
Miopia
• Rabun jauh
• Bayangan jatuh di depan retina
• Etiologi:
• Kurvatura kornea atau lensa terlalu besar
• Diameter aksial bola mata terlalu panjang
• Indeks refraksi nukleus lensa
• Posisi lensa terlalu di depan
• Klasifikasi:
• Ringan: - 1.00 sampai 3.00
• Sedang: > -3.00
• Berat: > -6.00
• Sangat berat: >-9.00
• Tatalaksana:
• Koreksi lensa negatif, pilih sferis
terkecil agar bayangan jatuh tepat di
retina, bukan di belakang retina.
ANALISIS
• Pasien memakai kacamata berukuran -3.00 Dioptri.
Padahal seharusnya cukup dengan sferis terkecil,
yakni S-2.50 dioptri.
• Akibat bila menggunakan Sferis minus terbesar,
bayangan akan jatuh terlalu ke belakang  mata
perlu terus berakomodasi agar bayangan tepat
jatuh di retina kembali  memicu sakit kepala
kronik.
Jawaban lainnya
• A. Pasien menderita miopia tambahan  tidak
tepat
• B. Pasien menderita miopia berat  masih ringan
• C. Dengan S-2.5D pasien harus berakomodasi 
dengan sferes negatif lebih kuat. Jika menggunakan
ukuran ini, justru ideal
• E. Adanya anisometropia pada kedua mata  tidak
tepat
Jadi, penyebab keluhan pasien ini
82 adalah…
D. Dengan S-3.00D pasien
harus berakomodasi
83 C. Atriovenous nicking

• Laki-laki, 59 tahun
• Penurunan penglihatan kedua mata 9 bulan
terakhir, sejak 2 bulan lalu memberat
• Riwayat HT tidak terkontrol
• PF: cotton wool spot, copper wire (+)

• Dx: Retinopati hipertensi


Retinopati Hipertensif
• Termasuk dalam mata tenang visus turun perlahan.
• Patologi pada retinopati HT:
Terjadi pada penderita dengan tekanan darah tinggi
kronik (>140/90 mmHg)  pembuluh darah retina kaku
dan sempit.
Iskemik retina  membentuk cotton wool spot dan
papiledema / edema optic disc (bila iskemik di area optic
disc)
Nekrosis  pendarahan retina (flame shaped dan dot
blot hemorrhage)  akumulasi lipid (eksudat)
Funduskopi Retinopati HT
Copper wire

AV crossing
Jawaban lainnya
• A. bone spicule pigmentation  pada retinitis
pigmentosa
• B. cherry red spot  pada oklusi arteri retina
sentral
• D. macular star  pada neuroretinitis, retinopati
diabetikum
• E. Drusen Bodies  age-related macular
degeneration
Jadi, gambaran khas pasien ini
83 adalah…

C. Atriovenous nicking
84 B. Antimetropia

• Perempuan, 30 tahun
• Nyeri kepala, pandangan kabur
• Penguna kacamata:
• Mata kanan: S-3.00D
• Mata kiri: S+1.50D

• Diagnosis?
Anisometropia
• Kekuatan refraksi kedua mata berbeda, baik
perbedaan besar miopia, hipermetropia, atau
antimetropia, serta astigmatisma.
• Keluhan utama mata cepat lelah dan diplopia.
Komplikasi: ambliopia karena secara alamiah mata
SSP akan ”menekan” fungsi mata yang jauh dari
emetropia.
• Tatalaksana: kacamata dengan koreksi iseikonik
(penyesuaian besar gambar yang dihasilkan kedua
mata) atau lensa kontak.
Antimetropia
• Merupakan subklasifikasi dari anisometropia
• Kondisi jarang
• Salah satu mata myopia, mata satunya hyperopia
• Kondisi menyebabkan perbedaan besar bayangan
dari kedua mata (aniseikonia)  tetap nyeri
kepala/eyestrain meski dengan kacamata
• Tatalaksana:
• Sama seperti anisometropia pada umumnya: kacamata
iseikonia
Jawaban lainnya
• A. Hipermetropia dan astigmatisa  tidak tepat
• C. Ambliopia  mata malas karena stimulasi
kurang
• D. Anisometropia  betul, namun ada jawaban
yang lebih spesifik
• E. Miopia kompleks  istilah tidak lazim
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
84
B. Antimetropia
A. Eyelid hygine dengan
85 air hangat + salep mata
tetrasiklin 3%
• An. 10 tahun, merah, nyeri kelopak mata
kanan 2 hari
• PF: edema, eritema palpebral, sisik-sisik
kecil sepanjang margo palpebral bilateral,
krusta, sebagian bulu mata rontok

• Diagnosis: blefaritis anterior


• Tatalaksana awal?
Blefaritis: peradangan kelopak mata
(1) anterior : ulseratif (karena stafilokokus), nonulseratif (karena
seboroik)
(2) Posterior (kelainan kelenjar meibom)
• Terdapat dua tipe:
• ulseratif (karena
stafilokokus)
• nonulseratif (karena
Kelainan kelenjar meibom seboroik)
Blefaritis
• Gejala dan Tanda:
• Gatal tepi palpebral, rasa terbakar, iritasi, mata merah,
krusta menggantung
• Blefaritis posterior: gejala dirasakan jika sudah berat
• Terapi:
• Seka dengan air hangat untuk mempermudah evakuasi
pus (kompres hangat)
• Bersihkan tepi palpebra untuk membersihkan dengan
krusta (juga dengan kain hangat)  eyelid hygiene
• Antibiotik: salep bacitracin/polimiksin B/eritromisin 
untuk penyebab staphylococcus aureus
• Atasi seboroik  pada penyebab seboroik
• Blefaritis posterior: + salep tetrasiklin 3x/hari, doksisiklin
Jawaban Lainnya
• B. Paracetamol 3 x 250 mg + salep mata
chloramphenicol  dipertimbangkan, ada pilihan
yang lebih tepat
• C. Amoxicilin 3 x 250 mg karena antibiotik topikal
saja tidak cukup  tidak tepat
• D. Asam mefenamat 3 x 250 mg + amoxicillin 3 x
250 mg  tidak tepat
• E. Edukasi bahwa penyakit ini paling sering self-
limiting  tidak tepat
Jadi, tatalaksana awal pasien ini
85 adalah…
A. Eyelid hygine dengan air
hangat + salep mata
tetrasiklin 3%
B. Beri air mata buatan,
86
lalu rujuk ke SpM
• Laki-laki 67 tahun, mata
merah mudah berair 1
minggu
• Mudah iritasi
• Berulang, apasien
pernah mengalami mata
buram, membaik setelah
diberi salep antibiotic
• PF: visus normal
Ektropion
• Berputarnya kelopak mata (margo palpebra)
menjauhi bola mata, biasanya terjadi di palpebral
bawah
• Klasifikasi:
• Ektropion kongenital  pemendekan lamel anterior
kelopak mata
• Ektropion senilis/involusional  kekenduran kelopa
mata horizontal, biasa karena penuaan
• Ektropion paralitik  paralisis N VII
• Ektropion sikatrik  kontraktur lamella anterior atau
kehilangan lapisan kulit, karena trauma, kimia, operasi,
inflamasi kronis
Ektropion (2)

• Gejala dan tanda: tepi kelopak mata menjauhi bola


mata, mata merah, mudah iritasi, berair
• Dapat menjadi keratitis
• Tatalaksana
• Artificial tears/lubrikan
• Rujuk untuk pembedahan
• Prognosis
• Baik setelah pembedahan
Jawaban Lainnya
• A. Berikan salep tetrasiklin 3% lalu kontrol 5 hari
lagi  pasien harus dirujuk
• C. Edukasi pada pasien bahwa keluhan disebabkan
usia  betul, tapi ada jawaban yang lebih utama
• D. Berikan air mata buatan, salep mata tetrasiklin
3%, kontrol ulang  pasien harus dirujuk
• E. Berikan parasetamol 3 x 500 mg, rujuk SpM 
analgesic dapat dipertimbangkan, namun ada
jawaban yang lebih tepat
Jadi, tatalaksana awal pasien ini
86 adalah…
B. Berikan air mata
buatan, lalu rujuk ke SpM
87 A. Glaukoma Fakolitik

• Perempuan, 60 tahun
• Kedua mata nyeri, merah, pandangan buram,
nyeri kepala, dan mual
• Onset 1 jam yll KA
• PF: VODS 3/60, injeksi sklera, BMD normal, lensa
keruh, nucleus lensa di dasar, shadow test
pseudopositif, TIO 45 mmHg
• Dx?
Katarak traumatik

Jenis Katarak

• Katarak didapat:
• Katarak senilis (age-related cataract) – seringnya katarak
nuklear
• Katarak traumatik – bentuk kekeruhan lensa stelata /
bintang
• Katarak sekunder – kekeruhan kapsul posterior pasca
operasi katarak
• Katarak komplikata – katarak akibat penyakit lain,
misalnya diabetes melitus sering mengakibatkan katarak
subkapsular posterior
• Katarak kongenital
• Berdasarkan morfologi:
• Katarak nuklear  terkait usia
• Katarak kapsular
• Katarak subkapsular
• Berdasarkan maturitas:
• Katarak imatur
• Katarak matur
• Katarak hipermatur

Imatur Matur Hipermatur/


Morgagni
Kekeruhan Sebagian Seluruh Lensa jatuh
Shadow test Positif Negatif Pseudopositif
Visus > 6/60 < 6/60 <6/60
Jenis Glaukoma
• Glaukoma Primer: idiopatik
• Sudut terbuka
• Sudut tertutup
• Glaukoma Sekunder: akibat penyakit / kondisi lain
yang menyertai
• Sudut tertutup
• Sudut terbuka
Lens induced glaucoma
• Adalah glaukoma akibat lensa, bisa berupa sudut
terbuka maupun sudut tertutup.
• Glaukoma fakomorfik  glaukoma sekunder sudut
tertutup akibat katarak imatur/lensa intumesen,
dislokasi lensa
• Glaukoma fakolitik  glaukoma sekunder
sudut terbuka akibat partikel lensa yang bocor pada
katarak hipermatur.
• Glaukoma fakoanafilaktik  akibat reaksi kompleks
imun terhadap partikel lensa akibat operasi katarak
• Tatalaksana awal: turunkan TIO, pada glaucoma
fakoanafilaktik berikan steroid untuk mengatasi
Jawaban Lainnya
• B. Glaukoma Fakomorfik  glaukoma sekunder
sudut tertutup akibat katarak imatur/lensa
intumesen, dislokasi lensa
• C. Glaukoma Fakoanafilaktik  akibat reaksi
kompleks imun terhadap partikel lensa akibat
operasi katarak
• D. Glaukoma Primer  idiopatik
• E. Glaukoma Sekunder  kurang spesifik
Jadi, diagnosis yg tepat…

87 A. Glaukoma Fakolitik
88 C. Pupil Marcus Gunn
• Pemeriksaan refleks pupil.
• Swinging light test  tampak refleks kedua pupil
tidak sama.

Apakah istilah untuk kelainan refleks pupil pada


pasien tersebut?
Relative Afferent Pupillary
Defect (RAPD) or Marcus Gunn
pupil
• Saat pemeriksaan refleks pupil dengan penlight/ cahaya
(swinging-flashlight test)  pupil tampak dilatasi
mengindikasikan adanya kerusakan/ penurunan respon
cahaya.
• Normalnya: kedua pupil (baik yang disinari secara langsung
dan tidak) konstriksi/ miosis.
• Etiologi tersering: kerusakan nervus optikus (antara retina
dan kiasma optikum) atau kerusakan retina berat 
kerusakan pada jaras aferen. Misal: neuritis optikus, neuritis
retrobulbar, dll.
Jawaban lainnya
A.Reaksi pupil negative: tidak ada respon apapun terhadap cahaya, contoh
akibat obat midriatikum/miotikum, ruptur sfingter, sinekia posterior, dll.
B.Pupil Argyll Robertson: diameter pupil kecil dan tidak merespon
terhadap cahaya baik direk maupun indirek, namun respon pupil cepat
mengecil saat membaca jarak dekat (akomodasi; light near dissociation),
sering pada kasus neurosifilis, diabetik neuropati,
D.Pupil indirek: refleks pupil konsensual.
E.Pupiltoni Adie (adie’s tonic pupil): refleks pupil terhadap cahaya sangat
lembat, namun cepat terhadap akomodasi/ baca jarak dekat, dan lambat
untuk redilatasi; terjadi akibat kerusakan jaras parasimpatik postganglion,
sering pada wanita dan unilateral.
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…

88 C. Pupil Marcus Gunn


E. Keratokonjungtivitis sika;
89
air mata buatan
• Wanita, 54 tahun, mata mengganjal dan berpasir
sejak 3 bulan.
• PF mata: tampak dalam batas normal.

Diagnosis dan terapi yang sesuai adalah...


Keratokonjungtivitis Sika
Dry Eye Syndrome
• Adalah kondisi permukaan kornea dan konjungtiva kering
akibat berkurangnya fungsi air mata.
• Keluhan: mata gatal, berpasir, silau, penglihatan kabur, sulit
menggerakkan kelopak mata, bisa terjadi erosi kornea.
• Tatalaksana: sesuai etiologic (misalnya keratitis, sindrom
sjogren, dll) dan berikan air mata buatan.
Jawaban Lainnya
A. Konjungtivitis alergi ; antihistamin topikal: mata merah dan
gatal, atopi (+), visus normal
B. Konjungtivitis virus ; air mata buatan: mata merah, gatal,
berair, sekret cair, , visus normal, self limiting, jarang perlu
antivirus, terapi simptomatik
C. Keratitis virus ; antivirus topikal: mata merah, gatal, berair,
sekret cair, visus turun
D. Keratitis bakterial ; antibiotik topikal: mata merah gatal,
sekret purulent, visus turun

Keratokonjungtivitis
bakterial
Jadi, diagnosis dan terapi yang
sesuai adalah…
E. Keratokonjungtivitis sika ;
89
air mata buatan
90 B. Retinitis pigmentosa
• Laki-laki 26 tahun, pandangan semakin buram terutama senja
hari  niktalopia
• Kakak laki-laki dan paman pasien mengeluhkan hal serupa 
X-linked
• Visus dan mata bagian depan tidak tampak kelainan
• Tes perimetri: lapang pandang menyempit.
• Funduskopi: bone spicules (+).

Diagnosis yang sesuai adalah…


Retinitis Pigmentosa (RP)
• Adalah kumpulan penyakit genetik (mutasi gen
rodopsin) yang menyebabkan kerusakan retina
terutama sel batang.
• Jarang = 1:5000
• Bisa diturunkan secara autosom dominan, resesif,
maupun x-linked.
• Khas: niktalopia dan lapang pandangan perifer
menyempit (tunnel vision)  akibat kerusakan
utama pada sel batang
• Pemeriksaan:
Perimetri : lapang pandang perifer menyempit.
Funduskopi : bone spicule (khas)  deposit pigmen
epitelium di bagian perifer.
Elektroretinogram : amplitudo gelombang B hilang/berkurang.
Pemeriksaan genetik.
• Komplikasi: kebutaan
• Belum ada tatalaksana yang bisa menyembuhkan.
• Penelitian mengenai RP: terapi stem sel dan proses
inflamasi diperkirakan turut berperan dalam
patofisiologi penyakit selain berkaitan dengan
genetik.
Jawaban lainnya
A. Retinopati diabetikum: riwayat DM (+),
mikroaneurisma, neovaskularisasi, pendarahan
vitreus
C. Retinopati hipertensi: riwayat Htn (+),
pendarahan retina, AV crossing, cooper wire
D. Xeroftalmia: kulit kering bersisik, niktalopia,
bitot spot, keratomalasia
E. Ablasio retina: myopia berat, floaters, visus
turun mendadak, seperti tertutup tirai.
Jadi, diagnosis yang sesuai adalah…

90 B. Retinitis pigmentosa
91 C. Consecutive sampling

• Penelitian: perilaku dan pengetahuan


dengan kejadian ISPA.
• Membagikan kuesioner kepada 50
orang pertama yang datang ke poli.
(tidak ada sampling frame)

• Metode sampling?
Teknik Pengambilan Sampel
Probability – berdasarkan peluang
• Acak sederhana
• Acak sistematik
• Acak stratifikasi
• Kluster sederhana
Non Probabel – tidak berdasarkan peluang
• Convenient / accidental
• Consecutive
• Purposive
• Snowball
Probability
Probability (2)
• Simple random sampling: pengambilan sampel
secara acak sederhana
• Pada populasi homogen yang kerangka sampelnya jelas
• Stratified random sampling: dikelompokkan, lalu
diambil beberapa bagian dari kelompok itu
• Cluster random sampling: populasi terbagi menjadi
cluster dan dipilih cluster secara acak. Cluster
dianalisis secara utuh
• Systematic random sampling: pengambilan acak
dengan metode tertentu (misal urutan genap)
Non Probability
• Convenient = memilih siapa
yang “kebetulan” ada, ada
sampling frame
• Consecutive = setiap yang
memenuhi kriteria inklusi
langsung dijadikan sampel,
tidak ada sampling frame
• Purposive = berdasarkan
keputusan peneliti semata
(umumnya untuk uji kualitatif)
• Snowball = satu subjek
merekrut subjek yang lain 
biasanya untuk kasus yang
langka
Jawaban Lainnya
• A. Convenience sampling  berdasarkan
kenyamanan peneliti
• B. Purposive sampling  berdasarkan tujuan
tertentu
• D. Random sampling  randomisasi
• E. Systematic sampling  tidak ada metode ini
Jadi, metode sampling yang dilakukan
adalah…
91 C. Consecutive sampling
92 D. Kolmogorov Smirnov
• Penelitian: efektivitas atorvastatin dibandingkan
simvastatin dalam menurunkan angka LDL.
• Angka LDL dinyatakan dalam bentuk angka

• Uji normalitas?
Uji normalitas
• Data numerik sebelum dilakukan pengujian
hipotesis perbandingan (dengan uji T, ANOVA, dan
lainnya) perlu dipastikan terdistribusi secara normal
• Uji yang dimaksud adalah uji normalitas
• Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-
Smirnov
• Variabel bebas : dua jenis antihipertensi -- kategorik
• Variabel tergantung : tekanan darah sebelum dan sesudah --
numerik berpasangan

Variabel tergantung
Jumlah variabel bebas Jenis variabel Tidak Berpasangan
tergantung berpasangan

Variabel 2 Nominal Chi square McNemar


bebas : kelompok Ordinal Mann Wilcoxon
kategorik Whitney
Numerik T-Unpair T-pair
>2 Nominal Chi square Cochran
kelompok Ordinal Kruskal-wallis Friedman

Numerik ANOVA Related-


ANOVA
Jawaban Lainnya
• A. Uji T  uji komparatif
• B. Regresi logistik  uji korelatif
• C. Chi square  uji komparatif
• E. Wilcoxon  uji komparatif
Jadi, uji yang perlu dilakukan dokter
tersebut adalah…
92 D. Kolmogorov Smirnov
C. Paparan timah tidak
berpengaruh terhadap
93 kejadian sindrom
metabolik
• Seorang dokter ingin membuat penelitian tetang
pengaruh paparan timah terhadap kejadian
sindrom metabolik.
• Pada penelitian tersebut didapatkan relative risk 1.

• Apa kesimpulannya ?
Menghitung risiko relatif
Pilihan Lain
• A. Paparan timah dan sindrom metabolik memiliki
hubungan sebab akibat yang lemah  bila RR > 1
• B. Paparan timah dan sindrom metabolik memiliki
hubungan sebab akibat yang kuat  bila RR > 1
• D. Paparan timah merupakan faktor protektif
terhadap kejadian sindrom metabolik  bila RR < 1
• E. Peluang pasien menderita sindrom metabolik
karena paparan timah adalah satu kali lipat lebih
tinggi dari seharusnya
Jadi, interpretasinya adalah…
C. Paparan timah tidak
berpengaruh terhadap
93
kejadian sindrom
metabolik
94 B. Korelasi
• Seorang dokter ingin melakukan penelitian tentang
hubungan antara kolesterol (asumsi mg/dl) dengan
obesitas (asumsi IMT)
• Untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh antara
kolesterol dan obesitas.

• Uji apakah yang paling tepat dilakukan dokter


tersebut ?
Prinsip Dasar
• Mencari seberapa besar hubungan antara variabel
bebas dengan variabel tergantung  uji korelasi.
• Uji korelasi akan menghasilkan koefisien korelasi (r).

Variabel 1 Variabel 2 Uji hipotesis


Numerik Numerik Pearson
Ordinal Spearman
• Sistem Regresi analog dengan persamaan garis.
Kata kuncinya adalah untuk mem“prediksi”. Selain
itu regresi juga mencari faktor mana yang paling
berperan di antara sekumpulan faktor yang
mempengaruhi.
• Sistem scoring di dunia kedokteran banyak
dikembangkan dengan metodologi regresi.
• Regresi logistik memiliki “variabel tergantung” berupa
nominal (ya, tidak).
• Regresi linear memiliki “variabel tergantung” berupa
numerik.
Uji Komparatif  dipakai jika
ingin mencari perbedaan
antarkategori kelompok
Variabel tergantung
Jumlah variabel bebas Jenis variabel Tidak berpasangan
tergantung berpasangan

Variabel 2 kelompok Nominal Chi square McNemar


bebas : Ordinal Mann Wilcoxon
kategorik Whitney
Numerik T-Unpair T-pair
>2 Nominal Chi square Cochran
kelompok Ordinal Kruskal-wallis Friedman

Numerik ANOVA Related-


ANOVA
Jadi, uji yang tepat adalah

94 B. Korelasi
97
95 A. Uji Exact Fisher
• Seorang peneliti hendak melakukan penelitian
tentang hubungan kejadian DM (dibedakan menjadi
sakit DM dan tidak sakit DM) dengan kejadian
Penyakit jantung (dibedakan menjadi sakit dan tidak
sakit).
• Ternyata, data penelitian tersebut tidak memenuhi
kriteria uji chi square.

• Apa alternatif uji yang sesuai ?


Uji Hipotesis
PRINSIP SEDERHANA
• Pasangan alternatif uji bila syarat normalitas tidak
terpenuhi :
- Uji T unpair  uji Mann whitney
- Uji T pair  uji wilcoxon
- Uji Anova 1 way  Uji Kruskal wallace
- Uji anova repeated  uji Friedman
Jadi, uji yang tepat adalah…

95 A. Uji Exact Fisher


96
96 B. Odds ratio
• Studi tentang frekuensi tumor otak dan riwayat
penggunaan telepon seluler.
• Dikumpulkan 30 orang penderita glioblastoma
multiformis dan 30 orang normal, ditelusuri faktor
risiko penggunaan telepon selular

• Parameter yang diukur adalah ?


ANALISIS
• Studi observasional tentang frekuensi tumor otak
dan riwayat penggunaan telepon seluler 
penyakitnya langka dan ingin mencari faktor risiko
• Dikumpulkan 30 orang penderita glioblastoma
multiformis dan 30 orang normal  mulai dari
responden yang sehat dan sakit

• Jadi, mengarahkan ke desain penelitian case control


Case report DESKRIPTIF:
tidak ada
pembanding
Case series

Cross
Observasional
sectional
Desain ANALITIK: ada
Penelitian Eksperimental pembanding
: ada Case control
perlakuan

Cohort
POTONG
LINTANG
• Deskriptif, sewaktu
• HUBUNGAN ASOSIASI 
TIDAK KAUSALITAS
• CEPAT DAN MURAH
• Menghitung RELATIF RISK
(RR)
KASUS
KONTROL
• Retrospektif
• Dapat melihat
kausalitas
• Umum digunakan
pada KASUS
LANGKA
• Menghitung ODDS
KOHORT
RATIO (OR)
• 2 Jenis:
• Prospective cohort
• Retrospective/historic
al cohort
• Subjek diikuti untuk
periode tertentu
• SANGAT BAIK
menilai KAUSALITAS
• Relatif LAMA dan
MAHAL
• Menghitung RELATIF
ODDS RATIO

penyakit Odds Ratio

+ - axd
risiko + a b
Faktor bxc
- c d
Jadi, parameternya adalah…

96 B. Odd ratio
97 A. Interobserver reliability
• Dua orang pemeriksa antropometri
• Data pemeriksa pertama dan kedua berbeda 0,1 cm

• Termasuk apakah kondisi di atas?


Jenis
• Inter-Rater or Inter-Observer Reliability
Used to assess the degree to which different
raters/observers give consistent estimates of the
same phenomenon.
• Test-Retest Reliability
Used to assess the consistency of a measure from one
time to another.
• Parallel-Forms Reliability
Used to assess the consistency of the results of two
tests constructed in the same way from the same
content domain.
• Internal Consistency Reliability
Inter-observer reliabilitas
 menguji konsistensi antar
pengamat
Test-retest reliability
 menguji konsistensi pada 2
kesempatan berbeda
Paralel form reliability
 menguji konsistensi 2 jenis
form dalam 1 kesempatan
Internal consistency reliability
 menguji konsistensi dalam
memilih antar item
Jadi, istilahnya adalah…

97 A. Interobserver reability
D. Melakukan informed consent
98
prosedur RT
• Pasien suspek BPH  dokter hendak
melakukan RT

Apakah yang harus dokter lakukan sebelum


RT?
Jenis Consent
Jenis Keterangan Contoh
Informed consent Adalah persetujuan Istilah umum/
tindakan medis oleh ‘umbrella term’. Di
pasien setelah pasien dalamnya tercakup jenis
menerima penjelasan consent lain.
(jenis tindakan, prosedur,
tujuan, risiko, dan lain
lain).

Expressed consent Pernyataan persetujuan Pasien menandatangani


secara eksplisit, baik surat persetujuan
lisan maupun tertulis. operasi.
Pasien mengiyakan saat
hendak dilakukan
pemeriksaan VT.
Jenis Keterangan Contoh
Implied consent Persetujuan pasien yang Pasien mengangguk saat
diberikan secara implisit, hendak di-PF.
tersirat. Pasien membuka pakaian
ketika akan diperiksa
leopold.

Presumed consent Persetujuan pasien yang Pasien kecelakaan lalu


diberikan secara implisit lintas tidak sadar dibawa
namun berdasarkan ke UGD kemudian dokter
‘dugaan’ dokter bahwa melakukan pemeriksaan
pasien tidak menolak. dan merawat lukanya.
Kesimpulan dari perkiraan Pasien tidak menolak
dokter. Sering digunakan perawatan luka sehingga
untuk tindakan yang tindakan tersebut
merupakan ‘general dianggap tindakan umum
knowledge’. yang disetujui oleh pas
Jawaban lainnya
A. Mempersiapkan alat RT  sesudah informed consent
B. Membuat surat keterangan tertulis dan lisan mengenai
prosedur RT  tidak perlu surat tertulis, cukup penjelasan
lisan
C. Meminta keluarga pasien menemani dokter selama
tindakan RT  kurang tepat
E. Langsung melakukan RT karena bukan tindakan invasif 
kurang tepat
Jadi, jawaban yang tepat adalah…

D. Melakukan informed
98 consent prosedur RT
A. Dokter melakukan
99 tindakan sesuai triase
kegawatdaruratan
• Korban yang dilarikan ke RS sebanyak 10 orang.
• Di RS tersebut terdapat 1 orang dokter dan 2 orang
perawat yang sedang berjaga.
• 5 orang korban lagi masih dalam perjalanan ke RS.
Salah satunya merupakan anak bupati.

• Tindakan dokter apakah yang paling tepat


dilakukan?
Kaidah Dasar Bioetik
by Beauchamp and Childress

Beneficence

• Dokter mengupayakan yang ‘terbaik’ untuk pasien.


• Sering dalam kondisi dokter memiliki banyak waktu dan
banyak pilihan untuk memilih yang terbaik.
• Contoh: memberikan obat generik

Non-maleficence

• First do no harm.
• Sering dalam keadaan cito.
• Dokter harus memberikan yang terbaik diantara yang buruk.
• Contoh: menolak aborsi tanpa indikasi medis
Autonomi

• Dokter menghormati hak/ keputusan pasien (yang


kompeten).
• Contoh: menjaga rahasia medis pasien.

Justice

• Dokter memegang prinsip sama rata.


• Menghormati hak masyarakat/ kepentingan bersama.
• Prinsip keadilan.
• Contoh: dokter memberikan pelayanan medis yang sama
dengan pasien yang berbeda suku maupun agama.
ANALISIS
• Dalam kasus, ditekankan mengenai banyaknya pasien
kecelakaan dan salah satunya anak bupati  hanya ada 1
dokter dan 2 perawat  pasien yang harus didahulukan
harus tetap menurut prinsip justice, yaitu sesuai kegawat
daruratannya, tidak memandang status sosialnya.
Jadi, tindakan yang tepat adalah…
A. Dokter melakukan
99 tindakan sesuai triase
kegawatdaruratan
100 D. Istri
• Laki-laki, 30 tahun
• Dibawa ke IGD oleh keluarga dan polisi
• Tidak sadarkan diri, post KLL
• Dokter memberi penjelasan dan meminta informed
consent

• Kepada siapa dokter meminta persetujuan?


Peraturan Menteri Kesehatan No. 290 Tahun
2008

• Semua tindakan harus dengan persetujuan pasien yang


kompeten
– Kompeten: usia cukup (18 tahun ke atas) atau telah/pernah menikah,
sadar, tidak cacat mental
– Bila pasien tidak kompeten, maka persetujuan berhak diberikan oleh
keluarga terdekat (suami/istri, orang tua kandung, anak kandung,
saudara kandung) atau wali

• Tindakan berisiko tinggi harus dengan persetujuan tertulis


• Untuk keadaan gawat darurat (mengancam jiwa) dimana pasien
tidak kompeten dan tidak ditemukan yang berhak mewakilinya,
dokter dapat melakukan tindakan tanpa persetujuan
• PerMenKes No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 pasal 3
ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3 :
setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar,
mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah
sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang kuat
tentang perlunya tindakan medis serta resiko yang berkaitan
dengannya (telah terjadi informed consent).
Jadi, dokter meminta persetujuan
untuk melakukan tindakan medis
100 kepada…

D. Istri

Anda mungkin juga menyukai