PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kaum Muslim dewasa ini, menurut Muhammad al-Ghazâli, telah melakukan
kesalahan (menzalimi) terhadap agamanya dua kali. Pertama, ketika mereka tidak mampu
mengaplikasikan ajaran agamanya dengan baik dan benar, dan kedua, ketika mereka tidak
sanggup menyampaikan ajaran agamanya kepada orang “di luar” mereka.[1] Ketika kaum
Muslim melakukan kesalahan yang pertama, ketika itulah mereka mereduksi ajaran serta
menampilkannya dalam bentuk yang dapat mengundang tuduhan “mereka” bahwa Islam
berjalan berseberangan dengan fitrah, kebebasan dan akal. Dan ketika mereka melakukan
kesalahan yang kedua, ketika itu mereka sedang membiarkan penduduk bumi di belahan
barat dan timur tidak mengenal Islam.
Adalah kenyataan, masih banyak di kalangan kaum Muslim yang menyikapi dan
memperlakukan al-Qur’an sebatas kitab keramat penangkal bala. Adapun al-Qur’an sebagai
mukjizat terbesar Nabi Saw., pilar pokok ajaran Islam, pegangan utama setiap Muslim dalam
segala aspek kehidupannya, masih luput dari pemahaman sebagian kaum Muslim. Intrekasi
sebagian besar kaum Muslim dengan al-Qur’an tidak melampaui pembacaan lahiriah untuk
mendatangkan keberkahan, pengulangan kata tanpa merasakan makna yang dimuatnya, dan
masih jarang sampai kepada tahap tadabbur.
Ini berarti bahwa sebagian umat Islam belum mampu memahami kedudukan al-
Qur’an sebagai risâlah samâwiyah nan kekal abadi yang Allah peruntukkan bagi manusia dan
kemanusiaannya. Risalah al-Qur’an yang mencakup semua aspek kehidupan itu terjamin
keabadian, keutuhan, orisinalitas serta kesinambungannya. Menurut penulis, itulah arti
sebenarnya dari i’jâz (kemukjizatan) al-Qur’an, dan pengertian ideal dari statemen “Al-
Qur’an adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw.,” yang setiap orang Islam pintar
melafalkannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mukjizat al-Quran ?
2. Apa saja macam-macam mukjizat ?
3. Aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengrtian kemukjizatan al-Quran.
2. Mengetahui macam-macam mukjizat.
3. Mengetahui unsur-unsur mukjizat.
4. Mengetahui segi-segi kemukjizatan al-Quran.
5. Dalil tentang kemukjizatan al-quran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mukjizat
Menurut bahasa kata Mu’jizat berasal dari katai’jaz diambil dari kata kerja a’jaza-
i’jaza yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang
melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol
sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mu’jizat.
Menurut istilah Mukjizat adalah peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang
yang mengaku Nabi, sebagai bukti kenabiannya. Dengan redaksi yang
berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai suatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah
SWT. Melalui para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian
dan kerasulannya.
Kata I’jaz dalam bahasa Arab berarti menganggap lemah kepada orang lain.
Sebagimana Allah berfirman:
(يْ س ْو َءةَ أ َ ِخ َ ب فَأ ُ َو ِار
َ ي ْ َ)أ َ ْع َجزَ تُ أ َ ْن أ َ ُك ْونَ ِمثْ َل َهذ31 :المائدة
ِ االغُ َرا
“…Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat
menguburkan mayat saudaraku ini” (QS. Al Maidah (5): 31)
Maksud kumukjizatan Al-Qur’an bukan semata mata untuk melemahkan manusia
atau menyadarkan mereka atas kelemahanya untuk mendatangkan semisal Al-Qur’an akan
tetapi tujuan yang sebenarnya adalah untuk menjelaskan kebenaran Al-Qur’an dan Rasul
yang membawanya dan sekaligus menetapkan bahwa sesuatu yang dibawa oleh mereka
hanya sekedar menyampaikan risalah Allah SWT, mengkhabarkan dan menyerukan.
B. Macam-Macam Mukjizat
Menurut syahrur mukjizat dapat diklarifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Mu’jizat Material Indrawi
Artinya Mukjizat yang tidak kekal, maksudnya mukjizat jenis ini hanya berlaku pada Nabi
selain Nabi Muhammad Saw dan juga mukjizat ini juga berlaku untuk jaman tertentu, kapan
mukjizat itu di turunkan. Oleh karena itu wajar kalau sifat mukjizat tersebut tidak kekal.
Secara umum dapat diambil contoh adalah mukjizat nabi Musa AS dapat membelah lautan,
mukjizat nabi Daud AS dapat melunakkan besi, mukjizat nabi Isa AS dapat menghidupkan
orang mati, mukjizat nabi Ibrahim AS tidak hangus oleh api saat di bakar dan mukjizat-
mukjizat nabi lainnya.
2. Mukjizat Immaterial
Artinya Mukjizat ini bersifat kekal dan berlaku sepanjang jaman. Mukjizat tersebut adalah al-
Quran al-Karim. Hal ini, menurut Syahrur karena Muhammad (sebagai penerima mukjizat
ini) nabi terkhir sehingga mukjizatnya harus memiliki sifat abadi dan berlaku sampai dunia
ini hancur, secara lebih gampang Syahrur membedakan mukjizat Nabi Muhammad dengan
nabi-nabi sebelumnya. Pertama, aspek rasionalitas kenabian Muhammad yang berupa al-
Quran dan al-sab’ul al-matsanimendahului pengetahuan inderawi, yaitu dalam
bentuk mutasyabih. Setiap jaman berubah, konsepsi-konsepsi al-Quran masuk kedalam
wilayah pengetahuan inderawi yang disebut sebagai takwil langsung yaitu kesesuaian antara
teks pengetahuan terhadap hal iderawi. Kedua, al-Quran memuat hakikat wujud mutlak yang
dapat di fahami secara relatif sesuai dengan latar belakang pengetahuan. Pada masa yang di
dalamya usaha pemahaman al-Quran dilakukan. Ketiga, kemukjizatan al-Quran bukan
hanaya bentuk redaksinya saja, tetapi juga kandungannya.
C. Unsur-Unsur Mukjizat
M. Quraish Shihab dalam tulisan Rosihan menjelaskan empat unsur mukjizat yaitu:
1. Hal atau peristiwa yang luar biasa. Peristiwa-peristiwa alam atau kejadian sehari-hari
walaupun menakjubkan tidak dinamakn mukjizat. Ukuran “luar biasa” tersebut adalah tidak
bertentangan dengan hukum alam, namun akal sehat pada waktu terjadinya peristiwa tersebut
belum bisa memahaminya.
2. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang Nabi Artinya sesuatu yang luar biasa tersebut muncul
dari atau berkenaan dengan seorang Nabi. Peristiwa besar yang muncul dari seorang calon
Nabi tidak dikatan mukjizat, apalagi dari manusia biasa seperti kita.
3. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian. Mikjizat terkait erat dengan
tantangan dan jawaban terhadap orang-orang yang meragukan kenabian. Jadi peristiwa yang
terkait dengan Nabi, tapi tidak berkenaan dengan kenabian tidak bisa dikatakn sebagai
mukjizat.
4. Tantangan tidak mampu gagal dilayani. Mukjizat merupakan tantangan terhadap orang-
orang yang meragukan atau mengingkari kenabian dan mereka tidak mampu melayani
tantangan tersebut. Oleh karena itu, kalau tantangan tersebut mampu dilawan atau
dikalahkan, maka tantangan tersebut bukanlah bentuk mukjizat.
Keempat unsur tersebut menjadi Syarat bagi peristiwa tertentu sehingga peristiwa ini
bisa dinamakan mukjizat. Kalau salah satu unsur tersebut tidak ada, maka peristiwa itu tidak
bisa dikatakan sebagai mukjizat. Untuk memahami esensi keempat unsur mukjizat tersebut,
kita mesti memahami segi-segi kemukjizatan, khususnya kemukjizatan al-Quran.
Dari sekian aspek kemukjizatan al-Qur’an tersebut di atas, ada tiga sisi yang penulis
anggap perlu dibahas secara tersendiri, yaitu al-i’jâz al-‘ilmî (kemukjizatan al-Qur’an dalam
aspek ilmu pengetahuan kealaman), al-i’jâz al-lughawî(kemukjizatan al-Qur’an dalam aspek
kebahasaan, uslub yang digunakan dan susunan serta tertib ayatnya) dan al-i’jâz al-
tasyrî’î (kemukjizatan al-Qur’an dalam aspek ajaran syariat yang dikandungnya).
1. Al-I’jâz al-‘Ilmî
Tentang hubungan al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan, Quraish Shihab menyatakan
bahwa ada sekian kebenaran ilmiah yang dipaparkan oleh al-Qur’an, tetapi tujuan pemaparan
ayat-ayat tersebut adalah untuk menunjukkan kebesaran Tuhan dan keesaan-Nya, serta
mendorong manusia seluruhnya untuk mengadakan observasi dan penelitian demi lebih
menguatkan keimanan dan kepercayaan kepada-Nya. Quraish lalu mengutip pendapat
Mahmûd Syaltut yang mengatakan bahwa sesungguhnya Tuhan tidak menurunkan al-Qur’an
untuk menjadi satu kitab yang menerangkan kepada manusia mengenai teori-teori ilmiah,
problem-problem seni serta aneka warna pengetahuan.
Tentang hal ini, Quraish menyimpulkan enam hal:
Sentuhan serta nuansa kata-kata al-Qur’an yang indah dan menawan, seperti terlihat
dalam keindahan bunyi dan nada yang ditimbulkan serta bahasa yang elok menarik.
Membuat rela dan puas semua kalangan, baik khalayak awam maupun kalangan
khusus tertentu. Dalam arti, semua sepakat mengakui keagungannya dan merasakan
keindahannya.
Memberikan kepuasan bagi akal dan emosi secara berbarengan. Ia menyentuh akal
dan hati serta memadukan kebenaran dan keindahan secara apik dan indah.
Kualitas pemaparan yang tinggi serta cara penuangan makna-makna yang kokoh.
Keseluruhan al-Qur’an bak satu jalinan yang memikat dan memesona akal serta
mengundang perhatian pandangan hati.
Kelihaiannya dalam mengolah kata dan menuangkan aneka ragam penyampaian.
Artinya, ia kerap menuangkan satu makna dengan beragam kata dan cara penuturan.
Semua mempunyai nilai keindahan yang amat tinggi.
Memadukan antara penuturan global dengan penjelasan detil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an memuat multidimensi yang kesemuanya diperuntukkan bagi kebaikan
umat manusia. Sebanyak dimensi yang dikandung al-Qur’an sebanyak itu pula mukjizat yang
dimilikinya. Itu tidak lain karena setiap dimensi yang dimilikinya, pada saat yang sama juga
merupakan dimensi-dimensi kemukjizatan al-Qur’an. Dari sini kita dapat dengan tegas
mengatakan bahwa al-Qur’an adalah seluruhnya mukjizat. Tidak ada pemilahan. Tidak ada di
antara muatan al-Qur’an yang bukan mukjizat.
Unsur mukjizat ada empat, yaitu hal yang atau peristiwa yang luar biasa, terjadi atau
dipaparkan oleh seorang nabi, mengandung tantangan terhadap yang meragukan, dan
tantangan tersebut tidak mampu di layani.
Menurut Syeikh Muhammad Ali al- Shabuniy, segi-segi kemukjizatan al-quran ada
sebelas. Beberapa dalil tentang kemukjizatan al-quran:
1. Al-quran tersebar luas dimuka bumi ini, termasuk di jazirah Arab, khususnya di Kota
Mekkah, yang merupakan daearah yang belum mengenal peradaban dan kebudayaan
metroplis sebagaimana yang telah dihasilkan oleh berbagai masyarakat yang dianggap maju.
2. Al- quran dibawa oleh rasulullah Saw dan juga disebarluaskan kepada penduduk bumi ini
oleh salah seorang penduduk Mekkah yang belum pernah mengecap pendidikan dan
pengajaran meski hanya sedikit. Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-quran
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-quran) sesuatu kitab pun dan kamu
(tidak) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andai kata (kamu pernah membaca dan
menulis), benar-benar ragulah orang-orang yang mengingkari (mu).
B. Saran
Demikian tugas pembuatan makalah ini meskipun jauh dari kesempurnaan, harapan
kami dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui tentang kemukjizatan al-quran yang
sangat luar biasa tersebut. Dan semoga dengan adanya pembuatan makalah ini kita dapat
mengambil manfaatnya khususnya bagi para pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Abû Thâlib, Masmû Ahmad, Khulashah al-Bayân fî Mabâhits min ‘Ulûm al-Qur’ân,Cairo: Dâr al-
Thibâ’ah al-Muhammadiyah, cet. I, 1994.
Al-‘Aqqâd, ‘Abbâs Mahmûd, al-Falsafah al-Qur’âniyah,Cairo: Dâr al-Hilâl, tt.
Al-Ghazâlî, Muhammad, al-Mahâwir al-Khamsah lî al-Qur’ân al-Karîm, Mansoura: Dâr al-Wafâ`,
cet. I, 1989.
Al-Qaththân, Mannâ’, Mabâhits fî ‘Ulûm al-Qur’ân,Beirut: Mansyûrât al-‘Ashr al-Hadîts, cet. III,
1973.
Al-Shabûnî, Muhammad ‘Alî, al-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur’ân,Beirut: Mu`assasah Manâhil al-‘Irfân,
cet. II, 1980.
Al-Suyûthî, Jalâluddîn, al-Itqân fî ‘Ulûm al-Qur’ân,Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, cet. III, 1995.
Baiquni, Achmad, al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman,Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Primayasa, cet. I, 1996.
Ismâ’îl, Fâthimah, al-Qur’ân wa al-Nazhr al-‘Aqlî, Virginia: International Institute of Islamic
Though, cet. I, 1993.
Khalaf, ‘Abdul Wahhâb, ‘Ilm Ushûl al-Fiqh,Cairo: Maktabah al-Da’wah al-Islâmiyah, cet. VIII,
1990.
Muhammad, Mamdûh Hasan, I’jâz al-Qur’ân lî al-Bâqilânî,Cairo: Dâr al-Amîn, cet. I, 1993.
Ridhâ, Muhammad Rasyîd, al-Wahy al-Muhammadî,Beirut: al-Maktab al-Islâmî, cet. X, 1985.
Shihab, Muhammad Quraish, Membumikan al-Qur’an,Bandung: Mizan, cet. XIII, 1996.
http://kumpulanmakalah94.blogspot.co.id/
http://firmankumai.blogspot.co.id/2014/10/makalah-ulumul-quran-tentang.html
http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.co.id/2012/03/makalah-mukjizat-al-quran.html
http://adeeeeeeee.blogspot.co.id/p/makalah-kemukjizatan-al-quran.html