Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

EDUKASI PASIEN POST OPERASI

Oleh:

D3 Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI

Kelompok: 16

1. Robby Azizy Alhaq (201704017)


2. Diah Novitasari (201704052)
3. Santi Gita Nirmala (201704009)
4. Siti Nur Hotima (201704035)
5. Khoirotun Nisa (201704089)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
KAB. MOJOKERTO
2019
SAP EDUKASI PASIEN POST OPERASI

Pokok Bahasan : Edukasi pasien post operasi

Sub Pokok Bahasan : Menjelaskan tentang cara mengedukasi pasien pada saat

post operasi

Sasaran : Keluarga pasien di lingkungan Ruang Bedah Cempaka

RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Tempat : Ruang Bedah Cempaka

Hari, Tanggal : Kamis, 19 Desember 2019

Waktu : 09.00 WIB

A. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien di ruang
Bedah Cempaka dapat mengerti tentang merawat pasien post operasi.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah di beri penyuluhan 1×30 menit sasaran di harapkan mampu:

a. Menjelaskan pengertian mobilisasi pasien post operasi


b. Menyebutkan makan dan minum untuk pasien post operasi dalam
waktu berapa jam.
c. Menyebutkan apa yang menjadi resiko jatuh pada pasien post operasi
d. Menyebutkan apa tujuan dipasang syringe pump
e. Menyebutkan tujuan dipasang NGT, CVC, kateter, draine

B. Materi Penyuluhan
Materi tentang edukasi pasien post operasi di ruang Bedah Cempaka

a. Menjelaskan pengertian mobilisasi pasien post operasi


b. Menyebutkan makan dan minum untuk pasien post operasi dalam waktu
berapa jam.
c. Menyebutkan apa yang menjadi resiko jatuh pada pasien post operasi
d. Menyebutkan apa tujuan dipasang syringe pump
e. Menyebutkan tujuan dipasang NGT, CVC, kateter, draine

C. Kegiatan penyuluhan
1. Pembukaan selama 10 menit
a. Menyebutkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Kontrak waktu
d. Mengkondisi keluarga dan pasien
e. Apersepsi
2. Kegiatan inti selama 15 menit

a. Menjelaskan pengertian mobilisasi pasien post operasi


b. Menyebutkan makan dan minum untuk pasien post operasi dalam waktu
berapa jam.
c. Menyebutkan apa yang menjadi resiko jatuh pada pasien post operasi
d. Menyebutkan apa tujuan dipasang syringe pump
e. Menyebutkan tujuan dipasang NGT, CVC, kateter, draine

3. Kegiatan penutup selama 5 menit


Salam penutup

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media

1. Laptop
2. Leaflet

F. Evaluasi

1. Evaluasi persiapan
a. Materi sudah siap dan dipelajari 3 hari sebelum penkes
b. Media sudah siap 2 hari sebelum penkes
c. Undangan untuk peserta disampaikan 3 hari sebelum penkes
d. Tempat sudah siap 2 hari sebelum penkes
e. SAP sudah siap 2 hari sebelum penkes
2. Evaluasi proses
a. 75 % peserta datang tepat waktu
b. Peserta memperhatikan penjelasan penyaji
c. Peserta aktif bertanya dan memberikan pendapat
d. Media dapat digunakan secara aktif
3. Evaluasi hasil (bisa berisi pertanyaan untuk memperoleh hasil di bawah)
a. Menjelaskan pengertian mobilisasi pasien post operasi
b. Menyebutkan makan dan minum untuk pasien post operasi dalam waktu
berapa jam.
c. Menyebutkan apa yang menjadi resiko jatuh pada pasien post operasi
d. Menyebutkan apa tujuan dipasang syringe pump
e. Menyebutkan tujuan dipasang NGT, CVC, kateter, draine
MATERI PENYULUHAN

1. Mobilisasi fisik pada pasien Post Operasi (sesudah operasi )


1. Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan
setelah operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan
bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar
kamar (Brunner & Suddarth, 2002).
Mobilisasi dini juga didefenisikan sebagai suatu pergerakan, posisi
atau adanya kegiatan yang dilakukan pasien setelah beberapa jam post/pasca
operasi.
2. Tujuan Mobilitas Fisik dini Post Operasi
Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004), antara
lain:
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mempercepat proses penutupan jahitan operasi
g. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali
normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
h. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau
berkomunikasi.
3. Macam-macam mobilitas fisik post op
Menuruit Priharjo, 2000, mobilisasi dibagi menjadi dua yakni :
a. Mobilisasi secara pasif
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan
cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan.
Berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b. Mobilisasi secara aktif
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan
secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain. Untuk melatih
kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan
kakinya.
4. Manfaat mobilisasi fisik post operasi
Menurut Mochtar (2005), manfaat mobilisasi bagi anak post operasi
adalah :
a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal
sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi
rasa sakit, membantu memperoleh kekuatan, mempercepat
kesembuhan, terutama penutupan luka jahitan. Faal usus dan
kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang
peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu
mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
b. dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko
terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.
5. Kerugian bila tidak melakukan mobilitas fisik
Berikut beebrapa kerugian bila tidak melakukan mobilisasi post operasi :
a. Penyembuhan luka menjadi lama
b. Menambah rasa sakit
c. Badan menjadi pegal dan kaku
d. Kulit menjadi lecet dan luka
e. Memperlama perawatan dirumah sakit

6. Kontraindikasi Dilakukannya Mobilisasi Dini :


Pada kasus tertentu istirahat di tempat tidur diperlukan dalam periode
tidak terlalu lama seperti pada pada kasus infark Miokard akut, Disritmia
jantung, atau syok sepsis, kontraindikasi lain dapat di temukan pada kelemahan
umum dengan tingkat energi yang kurang.

7. Tahap-tahap Mobilisasi Fisik Dini


Menurut Kasdu (2003) mobilisasi dini dilakukan secara bertahap
berikut ini akan dijelaskan tahap mobilisasi dini antara lain :
a. Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien harus tirah baring dahulu.
Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan,
tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan
kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan
menggeser kaki.
b. Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring kekiri dan
kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli.
c. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk
duduk.
d. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan.
e. Kebanyakan dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh
digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi
luka pasca operasi. Dengan bergerak, hal ini akan mencegah
kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin
kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme
tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada
akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka.
f. Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam setelah pembedahan,
tentu setelah pasien sadar atau anggota gerak tubuh dapat digerakkan
kembali setelah dilakukan pembiusan regional. pergerakan fisik bisa
dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki
yang bisa ditekuk atau diluruskan, mengkontraksikan otot-otot dalam
keadaan statis maupun dinamis termasuk juga menggerakkan badan
lainnya, miring ke kiri atau ke kanan.
2. Nutrisi dalam penyembuhan luka pada Post Operasi
1. Pengertian nutrisi
Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga
untuk perkembangan dan pemeliharaan kesehatan secara ptimal. Diet pasca
operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani
pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada
macam pembedahan dan jenis penyerta.
2. Tujuan pemenuhan nutrisi
Untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal
untuk mempercepat proses penyembuhan dan peningkatan daya tahan tubuh
pasien dengan cara sebagai berikut :
a. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
b. Menggantikan protein, glukosa, zat besi, dan zatgizi lain.
c. Memperbaiki ketidak seimbangan elektrolit dan cairan
d. Mencegah dan menghentikan perdarahan
3. Jenis makanan yang baik untuk penyuluhan luka post operasi
Diantara makan yg mengandung karbohidrat, pretein, lemak, vitamin,
mineral, dan air yang cukup, maka yang paling penting untuk penyembuhan
luka adalah proten dan vitamin C (penyembuhan luka, berperan untuk
pencegahan infeksi dan perdarahan luka).
4. Tata cara pelaksanaan untuk pemenuhan nutrisi
a. Tingkatan n utrisi yg mengandung protein dan vitamin C
b. Bila mual :
1) Makan sedikit tapin sering
2) Sajiakan ketika masih hangat
3) Sebelum makan minumlah air hangat
4) Hindari makanan dengan berbumbu tajam
5. Tips perawatan pasca operasi
Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan
pemulihan kondisi pasien pasca perasi, perlu kita perhatikan tips dibawah
ini :
a. Makan makanan bergizi
b. Komsumsi makanan berprotein tinggi ( daging, ayam, ikan, telor, dan
sejenisnya)
c. Minum sedikmitnya 8-10 gelas perhari
d. Usahakan istirahat cukup
e. Mobilitas bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa
f. Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan
kondisi tuuh
g. Minum obat sesuai anjuran dokter
6. Kapan pasien boleh diberi makan dan minum setelah post operasi
Sebelum dilakukan pembedahan pasien dianjurkan untk berpuasa selama
kurang lebih selama 6 jam. Setelah itu akan dilakukan pembiusan, pada saat
terjadi pembiusan fungsi tubuh akan dimatikan tentu saja kecuali jantung.
Ketika operasi selesai obat bius mulai meredah secara perlahan organ tubuh
pasien juga akan mulai bangun namun pemulihan kinerja organ tubuh belum
tentu bisa secara serentak bangun, bisa jadi kondisi usus pasien belum pulih
sehingga belum siap untuk dimasuki makanan dan minuma. Namun ketika
klien sudah bisa kentut artinya usus telah pulih normal untuk beraktivitas
seperti sedia kala. Setelah itu pasien boleh diberikan makanan dan minuman
namun dengan porsi sedikit tapi sering.
Namun bila pasien belum kentut tapi sudah diberi minum maka biasanya
dapat menyebabkan kembung dan mual karena oegan dalam tubuh yang
masih belum siap kondisi masih dalam keadaan mengkerut namun sudah
dimasuki minuman dan makanan maka makanan dan minuman tidak dapat
diperoses dan dicerna seperti biasanya sehingga akan menumpuk dibagian
pemasukan usus.

3. Resiko Jatuh pada Post Operasi


1. Pengertian Resikon Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata, yang melihatkejadian mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk dilantai/tempat yanglebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka (Rouben, 1996).
2. Faktor Resiko Jatuh
Secara singkat, faktor resiko jatuh pada lansia itu dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik
a. Faktor Instinsik, misalnya:
1) Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darah : Penurunan sirkulasi
darah ke otak secara tiba-tiba, kehilangan kesadaran yang tiba-tiba,
masalah pada jantung yang menyebabkan sesak nafas sehingga tidak
dapat mentoleransi aktivitas dan hipertensi.
2) Gangguan sistem susunan saraf : SSP akan memberikan respons
motorik untuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti
stroke, parkinson, hodrosealus tekanan normal, sering diderita oleh
lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon
tidak baik terhadap input sensorik. Nyeri kepala dan atau vertigo,
pusing.
3) Gangguan sistem anggota gerak dan gangguan gaya berjalan seperti
nyeri persendian, kelumpuhan, ketidaklengkapan anggota gerak,
bentuk kaki yang tidak normal, penurunan kekuatan otot, kekakuan
jaringan penyambung , berkurangnya massa otot, edema pada kaki.
4) Gangguan penglihatan dan pendengaran
5) Gangguan psikologis : stres, kurang konsentrasi, lupa dengan
keterbatasan.
b. Faktor Ekstrinsik, misalnya:
1) Cahaya ruangan yang kurang terang
2) Lingkungan yang asing bagi lanjut usia
3) Lantai yang licin
4) Obat-obatan yang diminum (diuretik, antidepresan, sedatif, anti- psikotik,
alkohol, dan obat hipoglikemi)
5) Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya.
3. Komplikasi atau Akibat Dari Jatuh
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti berikut ini :
a. Luka (Injury) : merusak jaringan lunak, fraktur, hematom subdural
b. Perawatan Rumah Sakit : imobilisasi, resiko penyakit
c. Disabilitas : penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaaan
fisik, penurunan mobilitas akibat jatuh, penurunan kepercayaan diri dan
pembatasangerak.
d. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan
e. Meninggal
4. Cara Pencegahan Jatuh Pada Lansia
Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat
menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang
sedangdiderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan
gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. dibawah ini akan di
uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua :
a. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan
kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan
meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa
mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan
yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah
satunya adalah berjalan kaki.
b. Managemen obat-obatan
1) Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik.
2) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat.
3) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama
pengobatan.
4) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama
terutama sedatif dan tranquilisers.
5) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat.
6) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan.
c. Modifikasi lingkungan
1) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk
menghindari pusing akibat suhu.
2) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada
dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu.
3) Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
4) Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
5) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
6) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan
untuk daerah tangga.
7) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang
biasa untuk melintas.
8) Gunakan lantai yang tidak licin.
9) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghin dari
tersandung.
10) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya
dikamar mandi.
11) Hindari penggunaan furnitur yang beroda.
f. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia, misalnya :
1) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
2) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
3) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
4) Hindari olahraga berlebihan.
g. Alas kaki
1) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar.
2) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk
menjagakeseimbangan.
3) Pakai sepatu yang antislip
h. Alat bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskanuntuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang
mendasarinya. Pada penggunaannya, alat bantu jalan memang membantu
meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang
terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu
tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual. Apabila pada lansia yang kasus gangguan
berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-obatan maupun
pembedahan.Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan
seperti cane(tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya
1ekstremitas atasyang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan
cane type apa yangdigunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi
menunjang berat badan.Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat
yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan,
maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam
menunjang berat badan.
4. Syringe Pump
1. Penegertian syring pump
Salah satu alat yang digunakan untuk memasukkan obat dengan
system berkala dan teratur secara otomatis, dengan perhitungan yang
tepat sehingga mempermudahkan dan lebih efektif terutama dalam
pemberian obat dan cairan.
2. Fungsi syringe pump
a. Sebagai alat yang digunakan untuk memasukkan obat dan cairan
dengan tingkat ketepatan yang tinggi ke dalam tubuh pasien
b. Sebagai alat yang digunakan secara kontinyu sesuai aturan tanpa
memberikan efek kadar obat yang terlalu rendah atau tinggi karena
dilakukan dengan tepat dan akurat
c. Pemasukan obat yang efektif terutama bagi pasien yang memiliki
kesulitan memasukkan obat dalam bentuk tablet atau kapsul.
3. Langkah-langkah penggunaan syring pump
a. Melakukan pengisisna daya selama kisaran 15 jam sebelum
digunakan
b. Hidupkan alat
c. Melakukan pengaturan setelah alat selesai melakukan kalibrasi dan
dalam bentuk workmode dengan menekan tombol menu. Anda bisa
melakukan kecepatan wakt dan berat
d. Pelakukanj pengaturan injection rate dan injeksi volume
e. Setelah alarm berbunyi anda bisa menekan tombole silence dan
memeriksa apa yang menyebabkan alarm berbunyi
f. Matikan alat jika alat berbunyi pencet tombol stop .
5. Tujuan dipasang NGT, CVC, Draine, Kateter
1. NGT
a. Tujuan Pemasangan NGT sebagai berikut:
1. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang
mengalami kesulitan menelan.
2. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak
sadar.
3. Untuk melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan.
b. Indikasi Pemasangan NGT sebagai berikut:
1. Pasien tidak sadar.
2. Pasien Karena kesulitan menelan.
3. Pasien yang keracunan.
4. Pasien yang muntah darah.
5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut.
2. CVC
a. Tujuan pemsangan CVC sebagai berikut:
1. Untuk pengobatan jangka panjang
b. Indikasi pemsangan CVC sebagai berikut:
1. Pengambilan sampel darah yang akan dilakukan berkali-kali
2. Pemberian obat-obatan kemoterapi
3. Cuci darah atau hemodialisa
4. Transfusi darah
5. Infus nutrisi
6. Pemberian lebih dari satu jenis obat di satu waktu
3. Kateter
a. Tujuan pemasangan kateter sebagai berikut:
1. Membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk mengosongkan
kandung kemih
2. Menjaga agar kandung kemih tetap kosong
3. Mengukur jumlah produksi urine oleh ginjal secara akurat
4. Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian
kandung kemih secara normal.
b. Indikasi pemsangan kateter sebagai berikut:
1. Tidak dapat buang air kecil sendiri
2. Tidak bisa mengendalikan frekuensi buang air kecilnya atau aliran
urinnya.
3. Memiliki masalah kesehatan kemih.
4. Dirawat inap untuk operasi.
5. Sedang dalam koma.
6. Dibius dalam jangka waktu
7. Retensi kemih akut atau kronis
8. Tidak diperbolehkan untuk banyak bergerak, misalnya akibat
cedera atau setelah operasi.
9. Frekuensi dan volume produksi dan aliran keluarnya urin perlu
dimonitor, misalnya pada pasien penyakit ginjal.
4. Drain
a. Tujuan pemasangan Drain sebagai berikut:
1. Untuk membuang adanya cairan dari kulit, sehingga menurunkan
bahaya iritasi kulit
2. Menurunkan banyaknya mikroorganisme yang ada dan
kemungkinan infeksi.
3. Mempercepat proses penyembuhan luka.

Anda mungkin juga menyukai