Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Meningkatnya penggunaan anti-perspirant dan deodorant disebabkan

pergaulan modern, sehingga dirasa perlu untuk mengurangi atau menghilangkan

bau badan, yang disebabkan perubahan kimia keringat oleh bakteri (Gros dan

Keith, 2009).

Bau keringat yang menusuk disebabkan hasil peruaian sekresi apokrin oleh

bakteri permukaan kuliat. Bau tidak enak itu dapat dikurangi atau dicegah dengan

pemeliharaan hygiene yang baik, misalnya mandi secara teratur, sehingga

pertumbuhan bakteri dihambat dan hasil peruraian yang telah terjadi dapat hilang.

Kebersihan badan (personal hygiene) adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikis (Tarwoto dan Wartonh, 2006). Seseorang akan mempunyai kepercayaan

diri yang lebih tinggi bila badannya berbau harum dan menyegarkan (Hasby,

2001).

Setiap hari badan dibersihkan dnegan frekuensi tidak terbatas sesuai

kebutuhan. Kosmetika pembersihan dan perawatan badan sehari-hari seperti: body

shampoo, body lotion, body talk, serta deodorant antiperspirant (lotion, spray,

stick, talk dan lain-lain) (Anonim, 2014). Atau Bahan pembersih yang paling

umum digunakan adalah air. Pembersih dengan air atau bahan dasar air

mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah air dapat

1
melunakkan lapisan tanduk sehingga mudah dibersihkan, tidak toksik, tidak

menimbulkan efek samping, mudah didapat dan murah harganya. Tetapi dari

sudut kosmetik modern, air memiliki kekurangan, tidak mempunyai daya

pembasah yang kuat karena ditolak oleh keratin dan sebum yang sedikit menyerap

air, tidak dapat membersihkan seluruh kotoran yang melekat pada kulit, tidak

membersihkan jasad renik pada permukaan kulit, bukan merupakan pembersih

kulit yang baik dn sukar mencapai lekuk dan pori kulit dan kurang efektif

mencegah bau badan (Wasitaatmaja, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007).

Menggunakan deodorant / anti-perspirant pada ketiak adalah alternative

yang sering digunakan. Dengan deodorant yang mengandung antiseptic yang

dapat menekan pertumbuhan bakteri dan antiperspirant mengandun bahan yang

dapat mengurangi keluarnya keringat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan deodorant dan anti-perspirant ?

2. Berapa perhitungan dan penimbangan untuk pembuatan deodorant ?

3. Bagaimana cara pembuatan deodorant ?

4. Bagaimana Evaluasi deodorant ?

1.3 Manfaat

Mahasiswa mengetahui, mengerti cara perhitungan dan penimbangan, cara

pembuatan, dan evaluasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan

Kosmetik paling tua yang dikenal sebagai pembersih badan dan

pengharum kulit adalah sabun. Deodorant dalam sabun mulai dipergunakan sejak

tahun 1950, namun oleh Karen efek samping penggunaannya dibatasi. Sabun

digunakan untuk membersihkan kotoran pada kulit baik berupa kotoran yang larut

dalam air maupun kotoran yang larut dalam lemak (Wasitaatmaja, 1997).

Deodorant merupakan jawaban atas kebutuhan tersebut, karena dapat

mencegah dan menghilangkan bau badan dengan cara menghambat dekomposisi

dan penguraian keringat oleh bakteri (Young, 1972). Bau badan biasanya

berhubungan erat dengan peningkatan keluarnya keringat (perspirasi) baik

kelenjar keringat ekrin maupun apokrin, maka antiperspirant yang menekan

perspirasi kulit, dibutuhkan untuk melengkapi kosmetik ini (Wasitaatmaja, 1997).

Bentuk sediaan deodorant anti-perspirant dapat berupa bedak, cairan atau

losio, krim, stick, spray atau aerosol (Leon dan David, 1954), dermatitis akibat

deodorant anti-perspirant biasanya disebabkan oleh senywa-senyawa aluminium,

antiseptic dan zat pewangi. Iritasi ini dapat berkurang jika penggunaan dikurangi,

iritasi terjadi karena pH yang rendah, kandungan klorida yang tinggi dan adanya

pelarut alkohol dalam sediaan (Swaile, dkk., 2011) reaksi yang terjadi biasanya

dalam bentuk iritasi, bukan sensitisasi. Reaksi terjadi di ketiak dan bagian-bagian

badan lainnya dimana deodorant digunakan. Penghentian pemakaianbiasanya

meredakan reaksi dengan cepat (Tranggono dan Latifah, 2007).

3
Perbedaan antara anti-perspiran dan deodorant, antiperspirant

diklasifikasikan sebagai kosmetik medisinal atau obat karena mempengaruhi

fisiologi tubuh yaitu fungsikelenjar keringat ekrin dan apokrin dengan mengurangi

laju pengeluaran keringat. Sedngakan deodorant membiarkan pengeluaran

keringat, tetapi mengurangi bau badan dengan mencegah penguraian keringat oleh

bakteri (efek antibakteri) dan menutupi bau dengan parfum. Penggunaan

deodorant bukan hanya pada ketiak saja, tetapi bias juga pada seluruh bagian

tubuh. Deodorant tidak mengontrol termoregulasi, sehingga deodorant

digolongkan sebagai sediaan kosmetik (Butler, 2000; Egbuobi, dkk., 2013).

Sediaan deodorant bukanlah sediaan anti-perspiran tetapi sediaan anti-perspiran

secara otomatis adalah sediaan deodorant juga. Hal ini karena sediaan anti-

perspiran dapat mengurangi populasi bakteri ketika pengeluaran keringat

dihambat sehingga bau badan berkurang.

ANTIPERSPIRAN

Antiperspiran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menekan

produksi keringat, baik ekrin maupun apokrin (Gros dan Keith, 2009) mekanisme

antiperspiran dapat berupa (Wasitaatmaja, 1997) :

1. Penyumbatan saluran keringat atau muara saluran keringan dengan cara :

a. Membentuk endapan protein keringat

b. Membentuk endapan keratin epidermis

c. Membentuk infiltrate dinding saluran keringat , contoh garam-garam

aluminium seperti (Rahayu, 2009) :

4
i. Aluminium kalium sulfat (tawas/alum)

ii. Aluminium klorohidrat

iii. Aluminium klorida

iv. Aluminium zirconium tetrachlorohydrex

DEODORAN

Deodorant adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap

keringat, menutupi bau badan dan mengurangi bau badan (Rahayu, dkk., 2009).

Deodorant dapat juga diaplikasikan pada ketiak, kaki, tangan dan seluruh tubuh

biasanya dalam bentuk spray (Egbuobi, dkk., 2013). Bahan aktif yang digunakan

dalam deodorant dapat berupa : (Wasitaatmaja, 1997, Butler, 2000).

1. Pewangi (parfum): untuk menutupi bau badan yang tidak disukai.

Dengan adanya pewangi maka deodorant dapat digolongkan dalam

kosmetik pewangi (perfumery).

2. Pembunuh mikroba yang dapat mengurangi jumlah mikroba pada

tempat asal bau badan.

a. Antiseptik, pembunuh kuman apatogen atau pathogen, misalnya

heksalorofen, triklosan. Sirih merupakan antiseptic yang banyak

digunakan.

b. Antibiotik topical, pembunuh segala kuman, misalnya neomisin,

aureomisin. Pemakaian antibiotic tidak diajurkan Karen dapat

menimbulkan resistensi dan sensitisasi.

5
c. Antienzim yang berperan dalam proses pembentukan bau,

misalnya asam malonat, metal chelating, klorofil. Dosis yang

diperlukan terlalu tinggi sehingga dapat menimbulkan efek

samping.

3. Eliminasi bau (odor eliminator), yang dapat mengikat, menyerap atau

merusak struktur kimia bau menjadi struktur yang tidak bau, misalnya

seng risinoleat, sitronelik senesiona.

DEODORAN ANTIPERSPIRAN STICK

Deodorant antiperspiran stick berbentuk batang padat, mudah dioles dan

merata pada kulit, bau sedap, stick transparan atau berwarna. Pembuatannya

berbeda dengan pembuatan lipstick karena deodorant ini merupakan gel sabun.

Pembuatannya mirip denga pembuatan emulsi, yaitu satu fase minyak (fatty acid)

diadukkan dalam suatu fase larutanalkali dalm air/alkohol pada suhu sekitar 70◦c.

gel panas yang terbentuk diisikan ke dalam cetakan pada suhu sekitar 60 – 65◦c

dan dibiarkan memadat (Ditjen POM, 1985; Tranggono dan Latifah, 2007).

Deodorant antiperspirant stick adalah kosmetika yang berbahan dasar

natrium stearat (asam sterat dan natrium hidroksida) dan sebagai pelarut

menggunakan propilen glikol atau alkohol (Butler, 2000). Untuk mencegah

kristalisasi garam aluminium maka digunakan gliserin atau propilen glikol dan

untuk alasan yang sama maka hanya sejumlah kecil alkohol yang ditambahkan

pada formula (Poucher, 1978). Garam kompleks aluminium dibuat dengan

penambahan laktat ke dalam aluminium klorhidrat. Garam kompleksnatrium

aluminium klorhidrosilaktat dapat bercampur dengan natrium stearat atau sabun

6
lain, karena ionisasi aluminium dapat ditekan jika pH larutan meningkat (Ditjen

POM, 1985). Pertengahan tahun 10950, diperkenalkan natrium aluminium

klorhidrosilaktat kompleks yang stabil di dalam dasar deodorant stik. Sediaan

yang mengandung kompleks ini mempunyai aktifitas antibakteri tetapi, efektifitas

sebagai antiperspirant menjadi berkurang (Butler, 2000).

2.2 Formulasi

2.3 Perhitungan dan penimbangan

Formulasi A

10
Tawas 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 10 gram
100

0,5
Asam Laktat 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,5 gram
100

7
11,19
Etanol 96% 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 11,19 gram
100

11,90
Asam Stearat 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 11,90 gram
100

0,728
Natrium Hidroksida 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,728 gram
100

Parfum = 2 tetes

Propilen Glikol 100 − 34,318 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 65,682 ml

Formulasi B

15
Tawas 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 15 gram
100

0,75
Asam Laktat 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.75 gram
100

10,53
Etanol 96% 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 10,53 gram
100

11,21
Asam Stearat 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 11,21 gram
100

0,68
Natrium Hidroksida 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,68 gram
100

Parfum = 2 tetes

Propilen Glikol 100 − 38,17 = 61,83 ml

Formulasi C

20
Tawas 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 20 gram
100

1
Asam Laktat 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1 gram
100

8
9,88
Etanol 96% 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 9,88 gram
100

10,51
Asam Stearat 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 10,51 gram
100

0,64
Natrium Hidroksida 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,64 gram
100

Parfum = 2 tetes

Propilen Glikol 100 − 42,03 = 57,97 ml

Formulasi D

25
Tawas 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 25 gram
100

1,25
Asam Laktat 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,25 gram
100

9,22
Etaol 96% 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 9,22 gram
100

9,81
Asam Stearat 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 9,81 gram
100

0,6
Natrium Hidroksida 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,6 gram
100

Parfum = 2 tetes

Propilen Glikol 100 − 45,88 = 54,12 ml

Formulasi E

30
Tawas 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 30 gram
100

0,5
Asam Laktat 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,5 gram
100

9
11,19
Etanol 96% 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 8,56 gram
100

11,90
Asam Stearat 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 9,11 gram
100

0,728
Natrium Hidroksida 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,56 gram
100

Parfum = 2 tetes

Propilen Glikol 100 − 49,73 = 50,27 ml

2.4 Cara Pembuatan

Cara pembuatan deodorant adalah masing-masing formula sediaan dibuat

menjadi 100 gram. Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Tawas digerus halus

dalam lumping, kemudian diayak menggunakan ayakan 100 mesh. Tawas

dilarutkan dalam propilen glikol dan asam laktat sambil dipanaskan di atas

penangas air (larutan tawas). NaOH dilarutkan dalam alkohol dimasukkan ke

dalam larutan tawas. Asam stearat dilebur di atas penangas air, kemudian

dimasukkan ke dalam larutan tawas. Diaduk perlahan sambil terus dipanaskan di

atas penangas air. Kemudian dimasukkan parfum. Lalu, dimasukkan dalam wadah

dan dibiarkan memadat.

2.5 Evaluasi Sediaan Kosmetik

1. Pemeriksaan Mutu Fisik

a. Penerimaan pH

Sediaan penentuan pH sediaan dilakukan dengan

menggunakan alat pH meter. Hasil pemeriksaan pH menunjukkan

10
bahwa sediaan perspiran yang dibuat memiliki pH rata-rata 3,7. pH

ini mendekati pH fisiologis kulit yaitu 3,5 – 5. Dengan demikian

formula tersebut dapat digunakan untuk sediaan antiperspiran.

Penggunaan garam aluminium dalm sediaan dianggap

mempunyia efek antibakteri Karen menghasilkan pH asam dari

proses penguraian oleh air (Ditjen POM, 1985). Hal ini disebabkan

penambahan propilen glikol pada saat pembuatan sediaa, propilen

glikol mengabsorpsi air dan udara ke dalam sediaan sehingga kadar

air bertambah (Soeratri, dkk., 2004). Selain itu garam aluminium

dapat menciutkan pori sehingga dapat emngurangi pengeluaran

keringat (Eiri Board of Consultans & Engineers, 2000). Oleh

karena itu garam-garam aluminium memiliki efek deodorant dan

antiperspirant. Hasilnya dapat dilihat pada table di bawah :

b. Pemeriksaan Homogenitas

Masing-masing sediaan deodorant antiperspirant batang

yang dapat diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan

11
sejumlah tertentu sediaan pada kaca yang transparan. Sediaan harus

menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya utir-

butir kasar (Ditjen POM, 1979).

Pengamatan sampai pada minggu ke 12 formula A, B dan

C, menunjukkan bahwa sediaan tetap tidak memperlihatkan adanya

butiran-butiran kasar terbukti pada saat sediaan dioleskan pada

kaca transparan menunjukkan susunan yang tidak 37 homogen dan

terasa kasar pada saat dioleskan dipermukaan kulit. Hal ini

disebabkan karena konsentrasi tawas terlalu tinggi sehingga

partikel tawas kembali membentuk Kristal-krital kecil (Ditjen

POM, 1985; Butler, 2000). Hasil dapat dilihat pada tabe dibawah

ini :

c. Pemeriksaan stabilitas

Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna dan

bau dari sediaan deodorant antiperspirant batang dilakukan

12
terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu

kamar pada minggu ke 2, 4, 6 dan selanjutnya setiap 2 minggu

hingga minggu ke 12.

Hasil uji stabilitas sediaan antiperspirant bentuk batang

menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat tetap stabil dalam

penyimpanan pada suhu kamar selam 12 minggu pengamatan.

Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi

perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Hasil dapat dilihat pada

table dibawah :

2. Uji iritasi kulit

Uji iritasi kulit dilakukan terhadap sediaan yang dibuat dengan

maksud untuk mengetahui bahwa deodorant antiperpiran batang yang

dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985)

13
3. Uji efek pada kain

Uji efek terhadap kain dilakukan pada akain rayon dan dilihat

apakah ada pengaruh konsentrasi tawas terhadap kerusakan kain.

Suatu sediaan antiperspirant dikatakan tidak merusak kain apabila

memenuhi criteria sebagai berikut :

a. Kekuatan kain tidak berubah (kain tidak rapuh) setelah kain

diolesi sediaan dan dicuci, kain tetap kuat seperti sebelum kain

diolesi sediaan.

b. Tidak ada noda yang terlihat baik pada kain putih maupun kain

yang berwarna setelah diolesi sediaan dan sebanyak lima kali.

c. Tidak menghilangkan warna kain ataupun mengubah warna kain.

(Navarre, 1975).

Efek samping yang sering terjadi pada pengunaan sediaan

deodorant antiperspirant yang mengandung zat aktif garam-garam

aluminium adalah kerusakan pada kain dan iritasi pada kulit akibat

pH sediaan yang asam (Navarre, 1975)

4. Uji bau badan

Pengujian ini dilakukan dengan cara penciuman secara langsung

pad kain kasa yang digunakan relawan dan pada kain yang

dikenakan oleh relawan. Uji ini dilakukan oleh 6 orang relawan,

sebelum pengujian relawan dianjurkan tdiak menggunakan produk

14
deodorant lainnya sehari sebelum pengujian dilakukan (Ditjen

POM, 1985).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 deodoran adalah sediaan kosmetik ynag digunakan untuk menyerap

keringat, menutupi bau badan dan mengurangi bau badan.

 Antiperspirant adalahs ediaan kosmetika yang digunakan untuk

menekan produksi keringat, baik ekrin maupun apokrin.

 Evaluasi yang dilakukan pada sediaan ini adalah pemeriksaan mutu

fisik yang meliputi pemeriksaan pH sedian, homogenitas, stabilitas :

uji iritasi kulit, uji efek pada kain, uji bau badan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Butler, H. (ed). 2000. Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps, 10th Edn.

Britain: Kluwer Academic Publishers. Hal. 69-100

Ditjen POM,. (1979). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. Hal. 81

Ditjen POM,.(1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. Hal. 83, 85, 106-132.

Egbuobi, R. C., Ojiegbe, G. C., Dike-ndudim, J. N., dan Enwun, P. C. (2013).

Antibacterial Activities of different brands of deodorants marketed

in owerri, imo state. Nigeria. African journal of clinical and

experimental microbiologi 14 (1): 14-16

17

Anda mungkin juga menyukai