Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

CF(CLOSE FRACTURE) HUMERUS

Disusun Oleh :

FULGENSIUS NDORI WARA


003.19.048

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

(Ns. Nurhayanto. S.Kep) (Ns.Rizki Sari Utami Muchtar, S.Kep,M.Kep)

PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


AWAL BROS BATAM
A. Defenisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arief, et al, 2000).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang dating lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Linda
Juall C).
Berdasarkan pengertian fraktur di atas maka fraktur humerus adalah
fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan atau trauma
langsung maupun tidak langsung (De Jong, 2010).
Fraktur batang humerus tertutup adalah terputusnya hubungan tulang
batang humerus tanpa disertai luka terbuka fragmen tulang yang disebabkan
oleh cidera dari trauma langsung atau tidak langsung yang mengenai lengan
atas, dan kondisi fraktur patologis akibat metastasis pada tulang humerus
(Muttaqin, 2011).
B. Etiologi
Kebanyakan fraktur dapat saja terjadi karena kegagalan tulang
humerus menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar, dan
tarikan. Trauma dapat bersifat :
a. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat
kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
b. Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang
lebih jauh dari daerah fraktur. Tekanan pada tulang dapat berupa :
 Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau
spiral
 Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal
c. Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur
impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi
d. Kompresi vertikal yang dapat menyebabkan fraktur kominutif atau
memecah
e. Trauma oleh karena remuk
f. Trauma karena tarikan pada ligament atau tendon akan menarik sebagian
tulang
C. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah
terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. ini merupakan dasar penyembuhan tulang
D. Manifestasi Klinis
Secara umum tanda dan gejala fraktur yang terjadi biasanya seperti
menurut M. Clevo & Margareth, tahun 2012 :
 Pada tulang traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri.
Setelah terjadi patah tulang terjadi spasme otot yang menambanh rasa
nyeri. Fraktur patologis mungkin tidak disertai nyeri
 Bengkak dan nyeri tekan: edema muncul secara cepat dari lokasi dan
ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
 Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang
berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi
seperti : i. Rotasi pemendekan tulang ii. Penekanan tulang
 Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ekstermitas yang tidak alami
 Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
 Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
 Tenderness/keempukan
 Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
 Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
saraf/perdarahan)
 Pergerakan abnormal
 Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
 Krepitas
E. Pathway

Fraktur pada humerus

Fraktur humerus terbuka Fraktur humerus tertutup

Ketidakmampuan
Port de entree menggerakan lengan
Spasme otot Penurunan kekuatan otot
Gerakan fragmen tulang
Cedera jaringan lunak
Perubahan sirkulasi Trauma jaringan
Embolisme lemak Hambatan mobilitas fisik
Defisit perawatan diri
Nyeri
Risiko tinggi infeksi Ansietas
F. Penatalaksanaan
1. Gips menggantung (hanging cast). Fraktur tersebut tidak membutuhkan
reduksi yang sempurna atau imobilisasi, beratnya lengan beserta gips
luarnya biasanya cukup untuk menarik fragmen sehingga berjajar. Gips
menggantung dipasang dari bahu sampai pergelangan tangan dengan siku
yang berfleksi 90˚ dan bagian lengan bawah tergantung pada kain
gendongan yang melingkar pada leher klien. Gips ini dapat diganti setelah
2-3 minggu dengan gips yang pendek (dari bahu ke siku) atau suatu
penahan polipropilen fungsional yang dipakai selama 6 minggu
selanjutnya. Pergelangan tangan dan jari diberi latihan sejak awal. Latihan
bahu dengan pemberat dimulai dalam seminggu, tetapi abduksi aktif
ditunda hingga telah menyatu.
2. Traksi, pilihan lainnya, fraktur dapat dipertahankan tereduksi dengan
fiksator luar dan memulai pembebanan dini (pembebanan membantu
penyembuhan). Traksi yang digunakan adalah double skin traction.
3. Tindakan operatif dengan pemasangan plate atau screw atau pin dengan
adanya indikasi operasi, yaitu terjadi lesi nervus radialis setelah dilakukan
reposisi (jepitan nervus radialis), non-union, dank lien yang segera ingin
kembali bekerja secara aktif. Terapi operatif terdiri dari :
 Reposisi terbuka, fiksasi interna (open reduction internal fixation)
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal
fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur. Fungsi orif untuk
mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak
mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa intra medullari nail
biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur
transversal
 Reposisi tertutup dengan control radiologis diikuti dengan fiksasi
eksterna (open reduction external fixation) OREF adalah metode
alternative manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal biasanya
pada ekstremitas dan untuk fraktur lama.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen
Menentukan lokasi atau luasnya faktur atau trauma, dan jenis fraktur.
2. Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI
Memperlihatkan tingkat keparahan fraktur, juga dapat untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram
Dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.
4. Pemeriksaan darah lengkap
Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multiple trauma).
Peningkatan jumlah SDP adalah proses stress normal setelah trauma.
5. Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple atau
cidera hati
H. Pengkajian Fokus
1. Pengumpulan data
 Identitas klien
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluargaRiwayat psikososial
 Pola-pola fungsi kesehatan
2. Pemeriksaan fisik
 Gambaran umum
 Keadaan umum : baik atau buruknya yang dicatat adalah
tanda-tanda vital, seperti :
- Kesadaran penderita : apatis, spoor, koma, gelisah,
komposmentist ergantung pada keadaan klien
- Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik, ringan, sedang,
berat dan pada kasus fraktur biasanya akut
- Tnda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik
fungsi maupun bentuk
 Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
- Sistem integument : terdapat erytema, suhu sekitar daerah
trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan
- Kepala : tidak ada gangguan yaitu, normo cephalic,
simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala
- Leher : tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada
penonjolan, reflek menelan ada
- Muka : wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada
perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris,
tak oedema
- Mata : tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis
(karena tidak terjadi perdarahan)
- Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan
normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan
- Hidung : tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping
hidung
- Mulut dan faring : tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak
terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat
 Keadaan lokal
- Look (inspeksi)
- Fell (palpasi)
- Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
I. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang,
kompresi saraf, cedera neuromuscular, trauma jaringan, dan reflex
spasme otot sekunder.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan tulang, nyeri sekunder akibat pergerakan fragmen tulang.
3. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya port de entree
luka operasi pada lengan atas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular
dan penurunan kekuatan lengan atas.
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, akan menjalani operasi,
status ekonomi, dan perubahan fungsi peran.
J. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut yang Nyeri berkurang, hilang,  Kaji nyeri dengan skala 0-4.
berhubungan dengan atau teratasi Rasional : nyeri merupakan respon
pergerakan fragmen tulang, subjektif yang dapat dikaji dengan
kompresi saraf, cedera Kriteria Hasil : menggunakan skala nyeri. Klien
neuromuscular, trauma Secara subjektif, klien melaporkan nyeri biasanya di atas
jaringan, dan reflex spasme melaporkan nyeri tingkat cidera.
otot sekunder berkurang atau dapat  Atur posisi imobilisasi pada lengan
diatasi, mengidentifikasi atas.
aktivitas yang Rasional : imobilisasi yang adekuat
meningkatkan atau dapat mengurangi pergerakan fragmen
mengurangi nyeri. Klien tulang yang menjadi unsure utama
tidak gelisah. Skalanyeri penyebab nyeri pada lengan atas.
0-1 atau teratasi  Bantu klien dalam mengidentifikasi
faktor pencetus.
Rasional : nyeri dipengaruhi oleh
kecemasan, ketegangan, suhu, distensi
kandung kemih, dan berbaring lama.
 Jelaskan dan bantu klien terkait dengan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi
dan noninvasife.
Rasional : pendekatan dengan
menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi lainnya efektif dalam
mengurangi nyeri.
 Ajarkan relaksasi: tenik untuk
menurunkan ketegangan otot rangka
yang dapat mengurangi intensitas nyeri.
Tingkatkan relaksasi masase.
Rasional : teknik ini akan melancarkan
peredaran darah sehingga O2
padajaringan terpenuhi dan nyeri
berkurang.
 Ajarkan metode distraksi selama nyeri
akut.
Rasional : mengalihkan perhatian klien
terhadap nyeri ke hal-hal yang
menyenakan.
 Berikan kesempatan waktu istirahat bila
terasa nyeri dan berikan posisi yang
nyaman, misalnya waktu tidur,
belakang tubuh klien dipasang bantal
kecil.
Rasional: istirahat merelaksasi semua
jaringan sehingga semua akan
meningkatkan kenyamanan.
 Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-
sebab nyeri dan hubungkan dengan
berapa lama nyeri akan berlangsung.
Rasional : pengetahuan tentang sebab-
sebab nyeri membantu mengurangi
nyeri. Hal ini dapat membantu
meningkatkan kepatuhan klien terhadap
rencana teraupetik.
 Pantau keadaan pemasangan gips.
Rasional : gips harus tergantung
(dibiarkan tergantung bebas tanpa
disangga) karena berat gips dapat
digunakan sebagai traksi terusmenerus
pada aksis panjang lengan. Klien
dinasihati untuk tidur dalam posisi
tegak sehingga traksi dari berat gips
dapat dipertahankan secara konstan.
 Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesic.
Rasional : analgesic memblok lintasan
nyeri sehingga nyeri akan berkurang.
2. Hambatan mobilitas fisik Klien mampu  Kaji mobilitas yang ada dan observasi
yang berhubungan dengan melaksanakan aktivitas adanya peningkatan kerusakan. Kaji
diskontinuitas jaringan fisik sesuai dengan secara teratur fungsi motorik.
tulang, nyeri sekunder akibat kemampuannya. Rasional : mengetahui tingkat
pergerakan fragmen tulang kemampuan klien dalam melakukan
Kriteria Hasil: aktivitas.
Klien dapat ikut seta  Atur posisi imobilisasi pada lengan
dalam program latihan, atas.
tidak mengalami Rasional : imobilisasi yang adekuat
kontraktur sendi, dapat mengurangi pergerakan fragmen
kekuatan otot bertambah, tulang yang menjadi unsure utama
dan klien menunjukan penyebab nyeri pada lengan atas.
tindakan untuk  Ajarkan klien melakukan latihan gerak
meningkatkan mobilitas aktif pada ekstermitas yang tidak sakit.
Rasional : gerakan aktif memberikan
massa, tonus, dan kekuatan otot, serta
memperbaiki fungsi jantung dan
pernapasan.
 Bantu klien melakukan ROM dan
perawatan diri sesuai toleransi.
Rasional : untuk mempertahankan
fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
 Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
untuk melatih fisik klien.
Rasional : kemampuan mobilisasi
ekstremitas dapat ditingkatkan dengan
latihan fisik dan tim fisisoterapi.

3. Risiko tinggi infeksi yang Infeksi tidak terjadi  Kaji dan monitor luka operasi setiap
berhubungan dengan adanya selama perawatan. hari.
port de entrée luka operasi Rasional : mendeteksi secara dini
pada lengan atas Kriteria Hasil : gejala-gejala inflamasi yang mungkin
Klien mengenal faktor timbul secara sekunder akibat adanya
risiko, mengenal luka pasca operasi.
tindakan  Lakukan perawatan luka secara steril.
pencegahan/mengurangi Rasional : teknik perawatan luka secara
faktor risiko infeksi, dan steril dapat mengurangi kontaminasi
menunjukan/mendemons kuman.
trasikan teknik-teknik  Pantau/batasi kunjungan.
untuk meningkatkan Rasional : mengurangi risiko kontak
lingkungan yang aman infeksi dari orang lain.
 Bantu perawatan diri dan keterbatasan
aktivitas sesuai toleransi. Bantu
program latihan.
Rasional : menunjukan kemampuan
secara umum, kekuatan otot, dan
merangsang pengembalian system
imun.
 Berikan antibiotic sesuai indikasi.
Rasional : satu atau beberapa agens
diberikan yang bergantung pada sifat
pathogen dan infeksi yang terjadi.
4. Defisit perawatan diri Perawatan diri klien  Kaji kemampuan dan tingkat penurunan
berhubungan dengan dapat terpenuhi dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
kelemahan neuromuscular Rasional : memantau dalam
dan penurunan kekuatan Kriteria Hasil : mengantisipasi dan merencanakan
lengan atas Klien dapat menunjukan pertemuan untuk kebutuhan individual.
perubahan gaya hidup  Hindari apa yang tidak dapat dilakukan
untuk kebutuhan klien dan bantu bila perlu.
merawat diri, mampu Rasional : hal ini dilakukan untuk
melakukan aktivitas mencegah frustasi dan menjaga harga
perawatan diri sesuai diri klien karena klien dalam keadaan
dengan tingkat cemas dan membutuhkan bantuan
kemampuan, dan orang lain.
mengidentifikasi  Ajak klien untuk berpikir positif
individu yang dapat terhadap kelemahan yang dimilikinya.
memmbantu Berikan klien motivasi dan izinkan ia
melakukan tugas, kemudianb beri
umpan balik positif atas uasaha yang
telah dilakukan.
Rasional : klien memerlukan empati
dan perawatan yang konsisten.
Intervensi tersebut dapat meningkatkan
harga diri, memandirikan klien, dan
menganjurkan klien untuk terus
mencoba.
 Rencanakan tindakan untuk
mengurangi pergerakan pada sisi
lengan yang sakit, seperti tempatkan
makanan dan peralatan dalam suatu
tempat yang belawanan dengan sisi
yang sakit.
Rasional : klien akan lebih mudah
mengambil peralatan yang diperlukan
karena lebih dekat dengan lengan yang
sehat.
 Identifikasi kebiasaan BAB. Ajurkan
minum dan tingkatkann latiahan.
Rasional : meningkatkan latihan dapat
mencegah konstipasi.
5. Ansietas berhubungan Ansietas hilang atau  Kaji tanda verbal dan nonverbal
dengan krisis situasional, berkurang. ansietas. Dampingi klien dan lakukan
akan menjalani operasi, tindakan bila klien menunjukan
status ekonomi, dan Kriteria Hasil : perilaku merusak
perubahan fungsi peran Klien mengenal Rasional : reaksi verbal/nonverbal
perasaannya, dapat dapat menunjukan rasa agitasi, marah
mengidentifikasi dan gelisa.
penyebab atau faktor  Hindari konfrontasi
yang mempengaruhi, dan Rasional : konfrontasi dapat
menyatakan ansietasnya meningkatkan rasa marah, menurunkan
berkurang kerja sama, dan mungkin
memperlambat penyembuhan.
 Mulai lakukan tindakan untuk
mengurangi ansietas. Beri lingkungan
yang tenang dan suasana penuh
istirahat.
Rasional : mengurangi rangsangan
eksternal yang tidak perlu.
 Tingkatkan control sensasi klien.
Rasional : kontrol sensasi klien (dalam
mengurangi ketakutan) denga cara
membberikan informasi tentang
keadaan klien, menekankann
penghargaan terhadap sumber-sumber
koping (pertahanan diri) yang positif,
membantu latihan relaksasi dan teknik-
teknik pengalihan, serta memberikan
umpan balik yang positif.
 Orientasikan klien terhadap tahap-tahap
prosedur operasi dan aktivitas yang
diharapkan.
Rasional : orientasi terhadap prosedur
operasi dapat mengurangi ansietas.
 Beri kesempatan klen mengungkapkan
ansietasnya
Rasional : dapat menghilangkann
ketegangan terhadap kekhawatiran
yang tidak diekspresikan.
 Berikan privasi kepada klien dengan
orang terdekat.
Rasional : memberi waktu untuk
mengekspresikan perasaan,
menghilangkan ansietas, dan perillaku
adaptasi. Adanya keluarga dan teman-
teman yang dipilih klien untuk
melakukan aktivitas pengalihan
perhatian akan mengurangi perasaan
DAFTAR PUSTAKA
a. Adi Mahartha Gde Rastu, Dkk. 2013. Manajemen Fraktur Pada Trauma
Muskuloskeletal. Fakultas Kedokteran Universitas
b. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta
c. Mansjoer Arif, dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
d. Rendy, M clevo dan Margareth TH. 2012. Patofifisiologi Konsep klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
e. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9 Nanda Nic Noc. Jakarta: EGC
f. https://bangsalsehat.blogspot.com/2018/08/laporan-pendahuluan-lp-fraktur-
humerus.html (di akses pada tanggal 10 Desember 2019 17:00 Wib)

Anda mungkin juga menyukai