Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kompor merupakan salah satu alat utama yang digunakan dalam rumah tangga.

Alat ini digunakan untuk memasak makanan maupun minuman yang dibutuhkan

untuk berlangsungnya hidup, serta digunakan pula untuk mengahangatkan makanan -

makanan yang telah matang, contoh nya seperti sayur sop atau pun pindang ikan.

Untuk memasak makanan maupun minuman, suhu standar yang dibutuhkan agar

makanan maupun minuman itu matang adalah 100 oC. Karena umumnya pada titik didih

air tersebut, bakteri maupun kuman yang terdapat pada makanan maupun minuman

tersebut akan mati, contohnya ketika kita hendak memasak air yang membutuhkan

suhu sebesar 1000C. Tetapi suhu tersebut tidak berlaku pada semua jenis masakkan,

karena ketika kita hanya akan menghangatkan makanan yang sebelumnya telah dimasak

dan diletakkan di kulkas kita hanya membutuhkan suhu sekitar 700C - 900C. Karena

apabila suhu terlalu tinggi, maka makanan tersebut akan menjadi terlalu matang sehingga

tidak nikmat lagi untuk dikonsumsi, contoh dari makanan yang dihangatkan yaitu sayur

sop. Selain itu, dalam kesehariannya ibu-ibu rumah tangga sering kali meninggalkan

masakan diatas kompor untuk melakukan kegiatan lainnya sembari menunggu makanan

maupun minuman tersebut matang. Hal ini akan membuat suatu pemborosan energy

yang digunakan, dan merusak kualitas masakan sehingga menjadi terlalu matang.

Penelitian ini dilakukan untuk pengganti bahan bakar kompor minyak atau kompor

gas menjadi kompor listrik dengan memanfaatkan sinar matahari menggunakan panel

surya. Panel surya adalah alat pengkonversi panas menjadi listrik yang nantinya akan

diterapkan pada kompor listrik sebagai pengganti kompor minyak atau kompor gas,

dalam makalah ilmiah ini perlu adanya rancang bangun kompor listrik tenaga surya.
Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang Chaorui dan Zhang

Ying Jun (2016), yang mempelajari penempatan optimal panel surya pada microgrid yang

terhubung ke jaringan untuk meminimalkan biaya energi selama operasi sehari-hari.

Setelah dilakukan simulasi numerik ditunjukkan penghematan biaya yang signifikan

karena penempatan panel surya yang optimal dan akurat. Masih banyak penggunaan

bahan bakar fosil yang dipergunakan secara langsung atau tidak langsung untuk

memasak, hal ini berpengaruh pada lingkungan global. Penelitian penggunaan energi

untuk memasak sebagian besar dipasok dari panel surya dalam aliansi dengan jaringan

grid nasional.

Berdasarkan latar belakang tersebut, pemasalahan yang dirumuskan dalam

pengajuan untuk perencanaan ulang desain kompor listrik tenaga surya ini yaitu

bagaimana cara rancang bangun kompor listrik tenaga surya? Tujuan dari penelitian ini

yaitu untuk membuat rancang bangun kompor listrik tenaga surya. Manfaat yang di

peroleh dari makalah ilmiah ini antara lain: (1) Untuk membuat rancang bangun kompor

listrik tenaga surya, (2) Sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

rancang bangun kompor listrik yang ramah lingkungan, dan (3) Mampu menggantikan

bahan bakar gas maupun minyak dengan energi alternatif.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan pada latar belakang yaitu pemasalahan

yang dirumuskan dalam pengajuan untuk perencanaan ulang desain kompor listrik tenaga surya

ini yaitu bagaimana cara rancang bangun kompor listrik tenaga surya ?

1.3 Batasan Masalah

Dalam penyusunan makalah ilmiah ini agar tidak terjadi penyimpangan maka penulis

membatasi permasalahan yaitu :

1. Memasak masakan yang akan diuji coba adalah air dan beras.

2. Memanaskan masakan yang akan diuji coba adalah sayur sop.

1.4 Tujuan

1. Mencari alternatif energi selain energi fosil sebagai sumber energi untuk kebutuhan

rumah tangga, dalam hal ini kompor listrik berbasis tenaga surya.

2. Membuat kompor listrik tenaga surya.

3. Mensimulasikan cara kerja sistem sollar cell pada aplikasi kompor listrik

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ilmiah ini antara lain:

1. Untuk membuat rancang bangun kompor listrik tenaga surya.

2. Sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan rancang bangun

kompor listrik yang ramah lingkungan.

3. Mampu menggantikan bahan bakar gas maupun minyak dengan energi alternatif.

4. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan aplikasi panel surya sebagai energi

alternatif dan aplikatif.

5. Menambah pengetahuan tentang energi baru dan terbarukan, khususnya panel

surya beserta aplikasinya.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kompor listrik

Kompor listrik adalah kompor yang bekerja dengan prinsip induksi sehingga kompor

tidak akan mengeluarkan panas tetapi masakan bisa cepat matang. Karena kompor listrik ini

diatur oleh sebuah chip mikro kontroler yang menggunakan energi listrik. Teknologi ini

diadaptasi dari teknik permanen elektro magnetik dari Jerman.

2.1.1. Charge controller

Solar charge controller, adalah komponen penting dalam Pembangkit Listrik Tenaga

Surya.Solar charge controller berfungsi untuk:

1. Charging mode: Mengisi baterai(kapan baterai diisi, menjaga pengisian kalau baterai

penuh).

2. Operation mode: Penggunaan baterai ke beban (pelayanan baterai ke beban diputus

kalau baterai sudah mulai 'kosong. Charging Mode Solar Charge Controller Dalam

charging mode, umumnya baterai diisi dengan metoda three stage charging:

3. Fase bulk: baterai akan di-charge sesuai dengan tegangan setup (bulk -antara 14.4 -14.6

Volt) dan arus diambil secara maksimum dari panel surya / solar cell.Pada saat baterai

sudah pada tegangan setup (bulk) dimulailah fase absorption.

4. Fase absorption: pada fase ini, tegangan Baterai akan dijagasesuai dengan tegangan

bulk, sampai solar charge controller timer (umumnya satu jam) tercapai,arus yang

dialirkan menurun sampai tercapai kapasitas dari baterai.

5. Fase flloat: baterai akan dijaga pada tegangan float setting (umumnya 13.4 -13.7 Volt).

Beban yang terhubung ke baterai dapat menggunakan arus maksimun dari panel surya /

solar cell pada stage ini.


2.1.2. Sensor Temperatur Baterai

Untuk solar charge controller yang dilengkapi dengan sensor temperatur

baterai.Tegangan charging disesuaikan dengan temperatur dari baterai. Dengan sensor ini

didapatkan optimun dari charging dan juga optimun dari usia baterai.Apabila solar charge

controller tidak memiliki sensor temperature baterai,maka tegangan charging perlu diatur,

disesuaikan dengan temperatur lingkungan dan jenis baterai.

2.1.3. Power inverter

Power inverter adalah suatu alat elektronik yang bisa merubah arus/tenaga aki menjadi

arus listrik PLN, sehingga fungsi power inverter adalah sebagai listrik cadangan karena apabila

arus aki/tenaga dari aki sudah habis/kosong maka aki yang sudah kosong perlu diisi ulang

kembali dengan alat yang bernama charger aki atau bisa juga mengecas aki dengan solar panels.

Power inverter juga ada 2 macam:

1. Power inverter dengan charger aki

2. Power inverter tanpa charger aki

Power inverter yang dilengkapi charger aki ini sudah satu paket dengan charger aki sehingga

selain bisa merubah arus aki menjadi PLN maka juga bisa untuk mengecas aki. Namun perlu

diingat power inverter yang dilengkapi charger aki ini tetap membutuhkan listrik PLN untuk

mengecas aki karena memang power inverteryang dilengkapi charger aki ini bukanlah

pembangkit listrik.Bagi orang awam biasanya output inverter dimasukkan input charger aki

dengan tujuan agar bisa mengecas tanpa listrik PLN dan tanpa panel surya, namun yang terjadi

adalah power inverter akhirnya meletus/meledak karena kesalahan berpikir orang awam

tersebut. Perlu dicatat bahwa power inverter bukanlah pembangkit listrik. fungsi power inverter

hanyalah merubah arus aki menjadi PLN dan untuk mengecas aki tetap membutuhkan charger

aki yang dialiri dari arus PLN.


2.1.4. Kelebihan Kompor listrik

Cara menggunakannya dengan mudah. Cukup dengan menghubungkan kompor listrik

ini ke listrik. Meskipun temperaturnya panas, kompor listrik ini tidak akan berasa panas bila

dipegang pancinya.

Kenapa bisa cepat matang? Rahasianya terdapat pada panel yang terbuat dari bahan

keramik. Sehingga bisa melawan suhu panas.

Jadi meskipun dipegang dengan tangan tidak akan terasa panas. Kompor ini akan hanya

akan berefek panas pada dasar logam tempat kita memasak. Adapun kelebihan lainnya adalah:

1. Bertenaga (Powerful) dan Efisien

Energi yang terbuang hampir tidak ada, pengubahan energi listrik ke

panas berlangsung dengan efektif. Sehingga dengan daya listrik lebih kecil,

kompor listrik mampu mendidihkan air lebih cepat dari kompor gas. Tetapi, jika

dibandingkan dengan sistem pembakaran seperti pada kompor gas yang

menyebabkan daerah sekeliling panci juga ikut panas, sistem IH hanya

memanaskan daerah sekitar alas. Sehingga akan ada beberapa jenis masakan

yang kurang cocok jika menggunakan sistem IH ini. Kesimpulannya adalah:

efektifitas panas yang dihasilkan di sini tidak selalu disertai dengan efektifitas

dalam proses memasak.

2. Tidak mengeluarkan api

Berbeda dengan pemanasan yang menggunakan api, sistem IH yang tidak

menggunakan api ini menghasilkan kemungkinan terjadi kecelakaan luka bakar

yang rendh dan tingkat keamanan yang tinggi. Selain itu, proses ini juga tidak

memanaskan udara di sekitarnya, sehingga orang yang sedang berada di dekat

alat masak IH tidak akan merasa kepanasan.


3. Mudah dalam mengatur temperatur

Melalui pengaturan jumlah arus listrik yang mengalir di kumparan,

tingkat kepanasan IH dapat dengan mudah disesuaikan dengan panas yang

dibutuhkan.

4. Tingkat keamanan yang tinggi

Hal ini sesuai dengan keuntungan no 2 di atas, karena tidak

mengeluarkan api resiko luka bakar hampir tak ada. Resiko kebakaran karena

jilatan api yang menari-nari karena angin juga bisa dikatakan mendekati nol.

Selain itu, dalam keadaan kumparan teraliri arus listrik, permukaan IH tidak

akan terasa panas jika disentuh dengan jari yang hanya akan teraliri listrik dalam

jumlah kecil (dalam kondisi tidak sedang menggunakan logam seperti cincin,

gelang, dll). Tidak adanya proses pembakaran menyebabkan tidak adanya risiko

terjadinya kekurangan oksigen dalam ruangan. Tapi ingat, menyentuh panci,

wajan atau alat masak dalam keadaan panas tentu saja bisa menyebabkan luka

bakar.

5. Ekonomis

Kemampuan yang tak jauh berbeda dengan kompor gas, kompor induksi

ini memerlukan lebih sedikit energi untuk keperluan yang sama sehingga tagihan

listrik juga lebih murah. Tetapi, untuk panci berbahan aluminium yang

bertahanan listrik rendah, kurang cocok untuk kompor jenis ini.

6. Kompor Tetap Dingin

Adapun pada kompor induksi, energi listrik digunakan untuk

menciptakan medan magnet, yang menginduksi wajan atau panci. Akibat induksi

magnetik, molekul saling bertabrakan pada frekuensi tinggi. Friksi antarmolekul

ini menciptakan panas secara cepat.


7. Mudah perawatannya

Hanya dgn modal kain lap bersih dan cairan pembersih saja, kompor

bersih seketika. Tenaga yang dikeluarkan jauh lebih sedikit.

2.1.5. Kekurangan Kompor listrik

1. Masih harus di kembangkan lagi

2. Harga bahan atau material mahal

3. Beban atau berat yg mampu di tompang terbatas

2.2. Pengertian Panel surya

Panel surya adalah alat yang terdiri dari sel surya yang mengubah cahaya menjadi

listrik. Mereka disebut surya atas Matahari atau "sol" karena Matahari merupakan sumber

cahaya terkuat yang dapat dimanfaatkan. Panel surya sering kali disebut sel photovoltaic,

photovoltaic dapat diartikan sebagai "cahaya-listrik". Sel surya atau sel PV bergantung pada

efek photovoltaic untuk menyerap energi Matahari dan menyebabkan arus mengalir antara dua

lapisan bermuatan yang berlawanan.Dalam system PLTS kita memerlukan beberapa komponen

lain :

1. Charge controller

2. Power inverter

3. ACCU / Batre

2.2.1. Panel surya

Energi / jam efektif sinar matahari = 600 Wh / 5 jam = 120 watt Dalam hal ini kami

menggunakan panel surya 120 Wp,dengan panel surya 100 W + 20 W dipasang seri. Maka

selama sehari dengan waktu efektif penyimpanan 5 jam/hari,panel listrik ini mampu mensuplay

kebutuhan listrik sebesar 120 watt x 5 jam = 600 watt/jam.

2.2.2. Daya Beban


Setelah mengetahui kapasitas panel surya yang terpasang, langkah selanjutnya yang

dilakukan adalah menentukan daya maksimal yang bisa dipakai beban. Dari besarnya daya

yang dihasilkan panel surya bisa diketahui besarnya berapa daya maksimal yang dapat

digunakan beban. Panel surya yang terpasang dapat menghasilkan daya maksimal 120Watt

selama 5 jam penyinaran matahari. PLTS yang dirancang mensuplai sebesar 100% dari energi

keseluruhan. Karena rugi-rugi (losses)dianggap 15% (Bien, Kasim, & Wibowo, 2008:41 dalam

bukunya Mark Hankins, 1991: 68), sehingga besar energi beban mampu disuplai oleh PLTS

adalah sebesar:

EB= EP-rugi-rugi system

= EP-(15% x EP)

= 120 Watt jam -(15% x 120Wattjam)

= 102 Watt jam

Keterangan :

EB = Energi beban (Wattjam)

EP = Energi panel surya (Wattjam)

Jadi total energi sistem yang digunakan sebesar 102 Wh.

2.2.3. Kebutuhan Baterai

Battery yang digunakan adalah battery yang khusus untuk solar system, dari jenis Seak

Lead Acud (SLA) atau Valve Regulated Lead Acid (VRLA).Ukuran battery ditentukan

berdasarkan tegangan dalam satuan Volt (V) dan daya dalam satuan Ampere Jam (AH),

dipasaran yang umum digunakan adalah battery dengan daya 12V atau 24 Volt. Kebutuhan

battery harus juga mempertimbangkan hari otonomi, atau hari - hari dimana matahari tidak bisa

terbit karena cuaca, biasanya diperhitungkan agar system tetap aktif walaupun cuaca mendung,

sehingga PV system tidak bisa mengkonversi daya matahari adalah selama 3 hari, karenanya

kebutuhan daya perhari harus dikalikan dengan 3. Disamping itu juga harus diperhitungkan

faktor efesiensi battery dan pada saat pemakaian battery tidak boleh dipakai sampai semua daya

habis.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan

Dalam penelitian ini dilakukan di halaman Fakultas Tekni Universitas Teuku Umar.

Adapun Waktu Perancangan selama 3 (tiga) Bulan mulai dari April 2018 sampai dengan Bulan

April tahun 2018.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam menyelesaikan masalah yang diangkat, diperlukan data-data dalam rangka

penyusunan makalah ilmiah ini. Dalam Pengumpulan data penulis mengunakan (tiga) metode

yaitu :

a. Studi Linteratur

Yaitu melalui buku-buku pendoman yang bersangkutan dengan penelitian dan melalui

Laman Website sebagai penunjang.

b. Analisa Gambar

Yaitu dengan menganalisa gambar terhadap proses pengerjaan.

c. Persiapan Alat Kerja dan Bahan

Yaitu dengan menyediakan peralatan kerja yang digunakan sesuai dengan kebutuhan

yang diperlukan.
3.3 Bahan penelitian

1. Panel surya 120 WP

Gambar 3.1 Panel surya

(Sumber : Penelitian)

2. Glow plug (busi pemanas)

Gambar 3.2 Glow plug

(Sumber : Penelitian)
3. Kabel NYA 1 x 2.5 mm

Gambar 3.3 Kabel NYA

(Sumber : Penelitian)

4. Charge controller

Gambar 3.4 Charge controller

(Sumber : Penelitian)

5. Power inverter
Gambar 3.5 Power inverter

(Sumber : Penelitian)

6. Battrey

Gambar 3.6 Battrey

(Sumber : Penelitian)

7. Mur baut

Gambar 3.7 Mur baut

(Sumber : Penelitian)
8. Saklar

Gambar 3.8 Saklar

(Sumber : Penelitian)

9. Aluminium plat

Gambar 3.9 Aluminium plat

(Sumber : Penelitian)

3.4 Peralatan penelitian

1. Mesin Las listrik

2. Mesin Bor Duduk

3. Mesin Bor Tangan

4. Mesin Gerinda Duduk

5. Mesin Gerinda Tangan


6. Solder Listrik

Gambar 3.10 Solder Listrik

(Sumber : Penelitian)

7. Multimeter

Gambar 3.11 Multimeter

(Sumber : Penelitian)
8. Thermometer

Gambar 3.12 Thermometer

(Sumber : Penelitian)

9. Meteran

Gambar 3.13 Meteran

(Sumber : Penelitian)

10. Obeng + -
Gambar 3.14 Obeng + -

(Sumber : Penelitian)

11. Obeng tespen (obeng listrik)

Gambar 3.15 Obeng tespen (obeng listrik)

(Sumber : Penelitian)

12. Tang rivet

Gambar 3.16 Tang rivet

(Sumber : Penelitian)
13. Tang potong

Gambar 3.17 Tang potong


(Sumber : Penelitian)
14. Tang jepit

Gambar 3.18 Tang jepit

(Sumber : Penelitian)

15. Gunting
Gambar 3.19 Gunting

(Sumber : Penelitian)

3.5 Cara kerja

a. Analisis data dan penghitungan kebutuhan panel surya.

b. Pengumpulan material projek panel surya.

c. Konstruksi system panel surya pada rumah tangga.

d. Penentuan titik / lokasi pemasangan panel surya.

e. Penggecekan output voltage dan ampere pada panel surya (sampai posisi aki terisi

penuh).

f. Trial / simulasi penggunaan kompor listrik secara direct by solar cell (mengecek output

pada kompor listrik) apakah terjadi drop tegangan.

g. Trial/ simulasi penggunaan kompor listrik secara direct by ACCU (mengecek

kemampuan aki sebagai back up source) sampai aki dalam keadaan kosong (mengetahui

lama pemakaian, apakah sesuai dengan perhitungan).h. Diagram alir penelitian.

3.6. Cara Analisa Data

a. Menganalisis stabilitas output voltase dan arus pada panel surya sebagai sumber voltase

dan arus listrik.

b. Menganalisis stabilitas voltase dan arus pada kompor listrik, serta kemampuan kompor

dari segi fungsi.

c. Menganalisis kemampuan ACCU / Batre sebagai penyimpan arus listrik saat panel surya

tidak beroperasi (daya tahan ACCU).

3.7. Flowchart dari penelitian kompor listrik tenaga surya

sebagai berikut:
`
Mulai

Pengumpulan Data

Perancangan Alat

Pembuatan Alat

baik
Selesai

Gambar: 3.20 Flowchart Penelitian

(Sumber:Penelitian)
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Desain kompor listrik

Gambar:4.1.Kompor listrik

Sumber: Penelitian

4.2. Desain Panel Surya Untuk Kompor Listrik

Gambar:4.2. Desain Panel Surya

(Sumber: Penelitian)

7
4.3. Desain Penempatan Kompor Listrik Dan Panel Surya

Gambar:4.2. Desain Penempatan Kompor Listrik Dan Panel Surya

(Sumber: Penelitian)

4.4. Cara Kerja Kompor Listrik

1. Kalau kawat konduktor dialiri arus listrik, maka di sekelilingnya akan terbentuk

garis gaya magnet.

2. Jika kawat konduktor itu dibentuk kumparan dan di dekatnya diletakkan materi

yang dapat menghantarkan listrik (biasanya logam), maka logam tersebut akan

menerima pengaruh garis gaya magnet lalu di dalam logam tersebut akan

mengalir arus eddy.

3. Jadi, setiap logam biasanya memiliki hambatan listrik, dan arus yang mengalir

dalam logam tersebut akan menghasilkan joule heating sebesar P = I^2 × R,

Dimana P adalah daya, I untuk arus, dan R untuk hambatan, daya inilah yang

keluar sebagai panas dan proses yang berlangsung dinamai pemanasan lewat

induksi.

8
4. Besaran yang paling dominan adalah arusnya (karena secara perhitungan

kuadrat)

Daya kompor menunjukkan kapasitas dari kompor.

Semakin besar dayanya akan semakin besar pula kapasitas untuk memasaknya dan

waktu pemanasannya juga akan semakin cepat.

4.5. Hasil pengukuran tegangan dan arus pada panel surya

Pengukuran tegangan dan arus menggunakan alat ukur multimeter pada panel

surya 120 WP, pengukuran dengan waktu yang berbeda sehingga diperoleh hasil

yang berbeda dengan tempat yang sama.

Tabel 4.1. Nilai Tegangan pada Panel Surya

Waktu 4 panel 3 panel 2 panel 1 panel


(volt) (volt) (volt) (volt)
10.00 19,0 19,2 19,8 19,8
11.00 19,0 19,5 19,5 19,0
12.00 19,2 19,5 19.0 19,2
13.00 19,0 19,0 19,0 18,5

Hasil pengukuran dari tabel 4.1 dapat dianalisa bahwa perolehan tegangan

berbeda setiap waktu diperoleh hasil dengan tegangan (Vtb) berbeda pada setiap

panel surya. Pada saat jam 10.00 dengan menggunakan 4 panel surya menghasilkan

19,0V; 3 panel surya menghasilkan 19,2V; 2 panel surya menghasilkan 19,8V; dan

untuk 1 panel

surya menghasilkan 19,8V. Pada saat jam 11.00 dengan menggunakan 4 panel surya

menghasilkan 19,0V; 3 panel surya menghasilkan 19,5V; 2 panel surya

menghasilkan

9
19,5V; kemudian 1 panel surya menghasilkan 19,0V. Pada saat jam 12.00 dengan

menggunakan 4 panel surya menghasilkan 19,2V; 3 panel surya menghasilkan

19,5V;

2 panel surya menghasilkan 19,0V; menggunakan 1 panel surya menghasilkan

19,2V. Pada saat jam 13.00 dengan menggunakan 4 panel surya menghasilkan

19,2V; 3 panel surya menghasilkan 19,0V; 2 panel surya menghasilkan 19,0V; serta

menggunakan 1 panel surya menghasilkan 18,5V. Pada kenyataannya semakin

banyak jumlah panel surya maka akan menghasilkan tegangan yang lebih besar, jika

pada tabel menunjukkan penurunan tegangan maka hal tersebut dikarenakan

intensitas cahaya yang kurang maksimal / mendung.

4.6. Hasil Pengujian

Tabel 4.2. Hasil Pengukuran dengan 1 Panel Surya

Keadaan Vtb I Suhu Waktu

Jumlah pemanas
1 pemanas (volt)
12,0 (ampere)
5,2 (°C)
- pencairan
-
2 pemanas 19,1 5,2 - -

(menit)
Mengacu dari hasil pengujian tabel 4.2 dapat diketahui keadaan alat pada saat

kondisi pengukuran dengan 1 panel surya belum mampu menghidupkan pemanas.

Kemudian ketika diterapkan untuk 2 pemanas juga tidak mampu menghidupkan

pemanas karena arus yang dibutuhkan masih kurang.

Tabel 4.3. Hasil Pengukuran dengan 2 Panel Surya

10
Keadaan Vtb I Suhu Waktu

(ampere) pencairan

Jumlah pemanas (volt) (°C) (menit)


1 pemanas 17,0 10,4 58,2 40,0
2 pemanas 15,0 10,4 >110 7,0

Mengacu dari hasil pengujian tabel 4 . 3 dapat diketahui keadaan alat

saat kondisi pengukuran dengan 2 panel surya. Pada keadaan 1 pemanas dapat

menghasilkan tegangan 17,0V, arus 10,4A dengan suhu mencapai 58°C dan waktu

pencairan malam atau lilin yaitu 40,0 menit. Saat keadaan 2 pemanas dapat

menghasilkan tegangan 15,0V, arus sebesar 10,4A, dengan suhu mencapai >110°C

dan waktu pencairan malam atau lilin yaitu 7,0 menit.

Tabel 4.4. Hasil Pengukuran dengan 3 Panel Surya

Keadaan Vtb I Suhu Waktu

Jumlah pemanas
1 pemanas (volt)
19,0 (ampere)
15,6 (°C)
78,9 pencairan
33,0
2 pemanas 16,3 15,6 >110 7,0

(menit)
Mengacu dari hasil pengujian tabel 4.4 dapat diketahui keadaan alat pada

kondisi pengukuran dengan 3 panel surya. Saat keadaan 1 pemanas dapat

menghasilkan tegangan 19,0V, arus sebesar 15,6A dengan suhu mencapai 78,9°C

dan waktu pencairan malam atau lilin 33,0 menit. Kemudian pada keadaan 2

pemanas dapat menghasilkan tegangan 16,3V, arus sebesar 15,6A, dengan suhu

mencapai >110°C serta waktu pencairan malam atau lilin 7,0 menit.

11
Tabel 4.5. Hasil Pengukuran dengan 4 Panel Surya

Keadaan Vtb I Suhu Waktu

pencairan

Jumlah pemanas (menit)

1 pemanas 18,2 20,8 78 29,0

2 pemanas 17,0 20,8 >110 6,0


(volt) (ampere) (°C)

Mengacu dari hasil tabel 4.5. dapat diketahui keadaan alat saat kondisi

pengukuran dengan 4 panel surya. Saat keadaan 1 pemanas dapat menghasilkan

tegangan 18,2V, arus sebesar 20,8A dengan suhu mencapai 78°C dan waktu

pencairan malam atau lilin 29,0 menit. Kemudian pada keadaan 2 pemanas dapat

menghasilkan tegangan 17,0V, arus sebesar 20,8A, dengan suhu mencapai >110°C

serta waktu pencairan malam atau lilin selama 6,0 menit.

Tabel 4.6. Hasil Pengukuran dengan 4 Panel Surya Memasak Telur Ayam

Keadaan Vtb I Suhu Waktu matang

(ampere) telur (menit)


1 pemanas 18,0 20,8 78 43,0
Jumlah pemanas
2 pemanas (volt)
17,0 20,8 (°C)
>110 18,0

Mengacu dari hasil pengujian tabel 6 dapat diketahui keadaan alat pada kondisi

pengukuran dengan 4 panel surya untuk memasak telur ayam. Saat keadaan 1

pemanas dapat menghasilkan tegangan 18,0V, arus sebesar 20,8A dengan suhu

mencapai 78°C dan waktu telur ayam matang selama 43,0 menit. Saat keadaan 2

pemanas dapat menghasilkan tegangan 17,0V, arus sebesar 20,8A, dengan suhu

mencapai >110°C dan waktu telur ayam matang selama 18,0 menit

12
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Perancangan ulang kompor listrik berbasis solar panel sebagai alternatif

pengganti kompor gas

2. Dari segi desain kompor listrik berbasis solar panel masih terdapat kekurang

3. Pengaruh kemiringan solar panel

4. Pengaruh cauaca

5.2 Saran
Dengan adanya penelitian atau pengembangan teknologi kompor listrik

berbasis solar panel sebagai alternatif pengganti kompor gas yang cukup sederhana

ini diharapkan semakin banyak masyarakat yang bisa mengaplikasikannya untuk

memenuhi kebutuhan memasak, sehingga permasalahan gas yang langka dapat

segera diatasi. Dukungan pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah sangat

diperlukan untuk mendukung pemanfaatan teknologii ini, khususnya dalam

mendatangkan tenaga-tenaga ahli yang memahami teknologi kompor listrik berbasis

solar panel Sehingga permasalahan kompor gas yang seringkali melanda beberapa

wilayah dapat teratasi dengan lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Islam, S. dkk. 2014. Development of Electric Stove for The Smart Use of Solar

Photovoltaic Energy, 1(1), 94-98.

2. Sabbir, Humayra, Shariful. 2013, Development of Electric Stove for Smart

use of Solar Photovoltaic Energi with Nasional Gied. Thesis,BRAC University,

Dhaka.

3. Siddiqua, S. dkk. 2016. Development of Double Burner Smart Electric Stove

Powered by Solar Phothovoltaic Energy, 1(1), 451-458.Tesfay,

4. Asfafaw Haileselassie, dkk. 2014. Energy Storage Integrated Solar Stove: A

Case of Solar Injera Baking in Ethiopia, 1(1), 659-666.Virargo, 2015,

5. Zhang Chaurui dan Zhang Ying Jun. 2016. Optimal Solar Panel Placement in

Microgrids, 1(1), 376-381.

14
15

Anda mungkin juga menyukai