Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT

Disusun oleh:
DEDE DHAZREKA
19400010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA
YOGYAKARTA
2019
i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Anatomi Fisiologi.......................................................................... 1
B. Definisi Penyakit............................................................................ 5
C. Epidemiologi.................................................................................. 5
D. Etiologi.......................................................................................... 6
E. Klasifikasi...................................................................................... 7
F. Patofisiologi.................................................................................... 8
G. Manifestasi Klinis.......................................................................... 9
H. Pemeriksaan Penunjang................................................................. 10
I. Penatalaksanaan.............................................................................. 11
J. Pathway........................................................................................... 12
K. Asuhan Keperawatan..................................................................... 12
L. Discharge Planning........................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 16

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KELOLAAN....................................


A. Pengkajian...................................................................................................
B. Problem List................................................................................................
C. Rumusan Diagnosa Keperawatan................................................................
D. Perencanaan/Nursing Care Plan...................................................................
E. Catatan Keperawatan/Nursing Note.............................................................
F. Catatan Perkembangan/Progress Note.........................................................
1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi Fisiologi
Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di
antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus (Sherwood, 2010).
Lambung merupakan ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah
diafragma, terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada
regio abdomen.
Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak,
fundus, badan (body), antrum, dan pilori (gambar 2.1). Kardia adalah daerah
kecil yang berada pada hubungan gastroesofageal (gastroesophageal junction)
dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung Fundus adalah daerah berbentuk
kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia. Badan (body) adalah suatu
rongga longitudinal yang berdampingan dengan fundus dan merupakan bagian
terbesar dari lambung. Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan
badan (body) ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat. Pilorik adalah suatu
struktur tubular yang menghubungkan lambung dengan duodenum dan
mengandung spinkter pilorik.
Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel
yang bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak di lapisan mukosa
lambung. Secara umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi dua bagian
terpisah : (1) mukosa oksintik yaitu yang melapisi fundus dan badan (body),
(2)daerah kelenjar pilorik yang melapisi bagian antrum. Sel-sel kelenjar
mukosa terdapat di kantong lambung (gastric pits), yaitu suatu invaginasi atau
kantung pada permukaan luminal lambung. Variasi sel sekretori yang melapisi
invaginasi ini beberapa diantaranya adalah eksokrin, endokrin, dan parakrin
(Sherwood, 2010).
Ada tiga jenis sel tipe eksokrin yang ditemukan di dinding kantung dan
kelenjar oksintik mukosa lambung, yaitu :
1. Sel mukus yang melapisi kantung lambung, yang menyekresikan mukus
yang encer.
2. Bagian yang paling dalam dilapisi oleh sel utama (chief cell) dan sel parietal.
Sel utama menyekresikan prekursor enzim pepsinogen.
2

3. Sel parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik. Oksintik


artinya tajam, yang mengacu kepada kemampuan sel ini untuk menghasilkan
keadaan yang sangat asam.
Semua sekresi eksokrin ini dikeluarkan ke lumen lambung dan mereka
berperan dalam membentuk getah lambung (gastric juice ).
Sel mukus cepat membelah dan berfungsi sebagai sel induk bagi semua sel
baru di mukosa lambung. Sel-sel anak yang dihasilkan dari pembelahan sel
akan bermigrasi ke luar kantung untuk menjadi sel epitel permukaan atau
berdiferensiasi ke bawah untuk menjadi sel utama atau sel parietal. Melalui
aktivitas ini, seluruh mukosa lambung diganti setiap tiga hari.
Kantung-kantung lambung pada daerah kelenjar pilorik terutama
mengeluarkan mukus dan sejumlah kecil pepsinogen, yang berbeda dengan
mukosa oksintik. Sel-sel di daerah kelenjar pilorik ini jenis selnya adalah sel
parakrin atau endokrin. Sel-sel tersebut adalah sel enterokromafin yang
menghasilkan histamin, sel G yang menghasilkan gastrin, sel D menghasilkan
somatostatin. Histamin yang dikeluarkan berperan sebagai stimulus untuk
sekresi asetilkolin, dan gastrin. Sel G yang dihasilkan berperan sebagai stimuli
sekresi produk protein, dan sekresi asetilkolin. Sel D berperan sebagai stimuli
asam (Sherwood, 2010).
Rondhianto (2016) menjelaskan bahwa usus halus memiliki panjang
sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum (±
25 cm), jejunum (± 2,5 m), dan ileum (± 3,6 m). Fungsi usus halus adalah
mengabsorbsi makanan. Di usus halus terdapat pencernaan kimiawi, yaitu
senyawa yang dihasilkan usus halus dan dari pankreas.
Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :
- Disakaridase, menguraikan disakarida menjadi monosakarida,
- Erepsinogen, erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin,
erepsin mengubah pepton menjadi asam amino,
- Hormon Sekretin, merangsang kelenjar pankreas mengeluarkan senyawa
kimia yang dihasilkan ke usus halus, dan
- Hormon CCK (kolesistokinin), erangsang hati untuk mengeluarkan cairan
empedu ke dalam usus halus.
Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :
- Bikarbonat, menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari
lambung,
3

- Enterokinase, mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta


mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin, tripsin mengubah pepton menjadi
asam amino,
- Amilase, mengubah amilum menjadi disakarida,
- Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol,
- Tripsinogen, merupakan tripsin yang belum aktif,
- Kimotripsin, mengubah pepton menjadi asam amino,
- Nuklease, menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat,
- Hormon Insulin, menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar
normal, dan
- Hormon Glukagon, menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar
normal.

Gambar 1. Anatomi Usus Halus

Usus besar berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi
tiga daerah, yaitu kolon asenden, kolon transversum, dan kolon desenden.
Fungsi kolon adalah :
- menyerap air selama proses pencernaan,
- tempat dihasilkannya vitamin K dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil
simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli,
- membentuk massa feses,
- mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh, dan
- pengeluaran feses dari tubuh defekasi.
4

Gambar 2. Anatomi Usus Besar

Rektum adalah penampungan feses setelah dari usus besar. Apabila feses sudah
siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan
anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada dua, yaitu otot polos dan otot
lurik. Sedangkan anus adalah saluran pembuangan feses setelah dari rektum.

Gambar 3. Anatomi Rektum & Anus


B. Definisi Penyakit
5

Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus


halus. Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus,
muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. (Lynn
Betz,2009)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /
setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO
(1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2
berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,1999).

C. Epidemiologi
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) prevalensi
diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD
(4,2%) dan terendah di DI Yogyakarta (18,9%), berdasarkan kelompok umur,
prevalensi tertinggi diare terjadi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%,
prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan
9,1% pada perempuan, prevalensi diare lebih banyak di perdesaan
dibandingkan perkotaan, yaitu sebesar 10% di perdesaan dan 7,4 % di
perkotaan, penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak
adalah diare (31,4%), dan penyebab kematian anak balita (usia 12-59 bulan),
terbanyak adalah diare (25,2%).

D. Etiologi
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe) disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium
perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang
disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan
makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis
(ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan
sebagainya.
6

b. Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang


mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan
jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a. Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin
dan mineral.
b. Kurang kalori protein.
c. Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam


beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi
bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie).
Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing
(ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida
albicous).
b. Infeksi parenteral
Ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis
Diare akut karena infeksi (gastroenteritis) dapat ditimbulkan oleh:
1. Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi
A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio
eltor, Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfrigens, Campilobacter
(Helicobacter) jejuni, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia
intestinalis, Coccidiosis.
2. Parasit : Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis, Isospora sp) dan Cacing ( A. lumbricodes, A.
7

duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T.


saginata dan T. solium)
3. Virus : Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.

E. Klasifikasi
Diare dibedakan menjadi dua, yaitu diare akut dan diare kronis. Diare akut
adalah diare yang terjadi 3 kali atau lebih dalam satu hari sampai kurang dari
dua minggu. Sedangkan diare kronis adalah diare yang terjadi selama lebih dari
dua minggu.
Menurut Soenarto, S. S. (2011) organisme penyebab diare biasanya
berbentuk renik dan mampu menimbulkan diare yang dapat dibedakan menjadi
tiga jenis berdasarkan gejala klinisnya. Jenis yang pertama adalah diare cair
akut dimana balita akan kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang besar
sehingga mampu menyebabkan dehidrasi dalam waktu yang cepat. Jenis kedua
adalah diare akut berdarah yang sering disebut dengan disentri. Diare ini
ditandai dengan adanya darah dalam tinja yang disebabkan akibat kerusakan
usus. Balita yang menderita diare berdarah akan menyebabkan kehilangan zat
gizi yang berdampak pada penurunan status gizi. Jenis yang ketiga adalah diare
persisten dimana kejadian diare dapat berlangsung ≥14 hari. Diare jenis ini
sering terjadi pada anak dengan status gizi rendah, AIDS, dan anak dalam
kondisi infeksi (WHO, 2010).

F. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya Gastroenteritis adalah
dehidrasi yang disebabkan karena makanan terkontaminasi dengan
mikroorganisme dan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan sehingga
menyebabkan iritasi pada mukosa lambung sehingga makanan tidak dapat
diabsorbsi dan keluar melalui kolon yang berbentuk cair.
Yang kedua karena gangguan keseimbangan asam-basa, hal ini terjadi karena :
1. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
2. Adanya ketosis kelaparan
3. Terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
8

4. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat


dikeluarkan oleh ginjal
5. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler ke dalam cairan intra seluler.

Gangguan gizi disebabkan karena :


a. makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah berat.
b. walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran dan susu
encer diberikan terlalu lama
c. makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena hiperperistaltik
Faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit masuk kedalam tubuh manusia
melalui makanan dan minuman yang tercemar, tertelan lalu masuk kedalam
lambung yang akan dinetralisir oleh asam lambung. Mikroorganisme akan mati
atau bila jumlahnya banyak maka akan ada yang lolos sampai usus duabelas
jari (duodenum) dan akan berkembangbiak di usus halus bakteri memproduksi
enzim mucinosa yang akan berkembangbiak di usus halus. Bakteri
memproduksi enzim mucinosa yang mana mencairkan cairan lendir sel epitel.
Di dalam membrane bakteri mengeluarkan sehingga penyerapan makanan/ air
terganggu terjadilah hipersekresi sehingga terjadilah diare.
Faktor non infeksi (malabsorbsi) merupakan makanan yang tidak dapat
diserap oleh lambung yang terdapat keseimbangan mikrofora melalui prses
fermentasi, mikroflora usus metabolisme berbagai macam substrat terutama
komponen dari diet dengan hasi akhir asam lemak dan gas sehingga tekanan
osmotik dari rongga usus meningkat dan terjadi perpindahan cairan dari rongga
usus yang berakibat mobilitas usus meningkat sehingga menimbulkan diare.
Faktor psikologi (takut dan cemas) menyebabkan pengeluaran hormon
adrenalin meningkat dan akan mempengaruhi kerja saraf parasimpatik
sehingga terjadi hiperperistaltik yang akhirnya timbul diare.

G. Manifestasi Klinis
9

Gejala awal :
1. Anak menjadi cengeng
2. Gelisah
3. Suhu badan meningkat
4. Nafsu makan menurun atau tidak ada
5. Tinja cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
6. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu
Gejala lain :
1. (dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)
2. Gejala dehidrasi
3. Berat badan menurun
4. Ubun-ubun cekung (pada bayi)
5. Tonus dan turgor kulit berkurang
6. Selaput lendir dan bibir kering
Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
1. Ringan (kehilangan 2,5% BB)
Dehidrasi Kesadaran Komposmetis, nadi kurang dari 120 kali per menit,
pernafasan biasa, ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung, turgor dan
tonus biasa, mulut kering.
2. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9% BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-
ubun besar cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak berkurang,
mulut kering.
3. Dehidrasi berat (kehilangan > 10% BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali per menit, pernafasan
kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut
ering dan sianosis. (Mansjoer, 2000)

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan diare adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- PH dan kadar gula dalam tinja
- Uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Natrium, Kalium, Kalsium, dan
Fosfat.

I. Penatalaksanaan
a) Farmakologi
10

Pemberian cairan per oral berupa cairan NaCl dan NaHCO 3 dan glukosa
pada diare ringan. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula
garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak
mengandung NaCl dan sukrosa. Pada diare sedang hingga berat dapat
diberikan obat melalui parenteral, seperti ondansentron, dioctahedral
smectite, racecordil, nifuroxazide, dan obstipansia. Pemberian obat
parenteral, yaitu sebagai berikut :
- Zat-zat penekan peristaltik usus, seperti atropin, belladonnae ekstrak,
difenoksilat, dan loperamid
- Adstringensia untuk menurunkan produksi selaput lendir usus, seperti
garam-garam bismuth dan aluminium tanin
- Adsorbensia untuk menyerap zat-zat beracun yang berada dalam usus,
seperti carbo adsorben (norit)

b) Non Farmakologi
Pemberian pendidikan kesehatan mengenai cara memberikan cairan dan
obat di rumah saat terjadi diare. Pengobatan diet etik dengan pemberian
ASI, susu rendah laktosa, dan suplemen zinc pada bayi umur kurang dari
satu bulan.
11

J. Pathway
12

Gambar 4. Pathway Diare

K. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, faktor
psikologis dan pola hidup menjadi faktor utama hipertensi yang
diderita pasien.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami diare selama 3 hari dengan intensitas 3-4 kali
sehari, pasien mengalami diare setelah memakan makanan yang pedas
dan kecut bersama teman-teman sekolahnnya. Ia merasa mual dan
muntah. Pasien rutin berolahraga di pagi hari dan tidak merokok.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah pasien adalah seorang pekerja swasta yang biasa merokok 1-2
pack sehari, ayah pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 30 tahun
yang lalu, ayah pasien juga jarang berolahraga.
b. Pengkajian Keperawatan
- Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa berolahraga dapat menghindarkan diri dari
penyakit
- Pola Nutrisi/Metabolik
Pasien memiliki BB 60 kg, TB 170 cm, dan IMT 21
Pasien mengatakan dapat mengkonsumsi makanan apapun 3-4 kali
sehari
- Pola Eliminasi
a. BAK
- Frekuensi : 3-4 kali sehari
- Jumlah : 200 cc
- Warna : kuning pekat
- Bau : bau khas urine
- Karakter : encer
- BJ : 1,03
- Alat Bantu : tidak menggunakan alat bantu apapun
- Kemandirian : pasien dapat BAK secara mandiri
- Lain : pasien tidak merasakan nyeri atau keluhan
apapun saat BAK
b. BAB
- Frekuensi : 4 kali sehari
- Jumlah : 350 cc
13

- Konsistensi : encer
- Warna : kuning kehijauan
- Bau : bau khas BAB
- Karakter : encer
- BJ : 1,00
- Alat Bantu : Tidak menggunakan alat bantu apapun
- Kemandirian : Pasien dapat BAB secara mandiri
- Lain : Pasien merasakan nyeri saat BAB
c. Balance Cairan
- Input : Infus RL 1500 cc, ranithidin 50 mg,
ondansentron 50 mg, minum 1000 cc, total
2600 cc
- Output : BAK 700 cc, feses 1400 cc, total 2100 cc
- Balance : input-output = 2600-2100 = 500 cc
- Pola Aktivitas & Latihan
Pasien mengalami gangguan aktivitas karena diare yang
berulang, lemas dan cepat lelah
- Pola Tidur & Istirahat
Pasien tidur selama 6-8 jam sehari tanpa ada gangguan berarti
saat tidur
- Pola Kognitif & Perseptual
Pasien dalam keadaan baik mengenai sikap dan perilaku
- Pola Persepsi Diri
Pasien memiliki gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal
diri, peran diri sesuai dengan usianya
- Pola Seksualitas & Reproduksi
Pasien dalam keadaan baik dan tidak memiliki gangguan
reproduksi
- Pola Peran & Hubungan
Pasien berperan sebagai anak dalam keluarga
- Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien dapat mengontrol stres yang dialami dengan cara
mengalihkan stres kepada aktivitas sehari-hari
- Sistem Nilai & Keyakinan
Pasien mengikuti ajaran agama sesuai ketentuan agama
c. Pengkajian Fisik
- Kepala :
Bentuk : mesocepal, tidak ada benjolan
Rambut : berwarna hitam, persebaran atas-samping kepala,
kebersihan cukup
- Mata : bentuk kedua mata simetris, sklera ikterik, pupil kanan dan kiri
bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva anemis
14

- Telinga : bentuk simetris, pendengaran tidak ada gangguan ataupun


hambatan, tidak menggunakan alat bantu pendengaran
- Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip, kebersihan cukup
- Mulut : bentuk simetris, kebersihan cukup
- Leher : bentuk simetris, tidak ada benjolan
- Dada : bentuk simetris, terlihat hangat, kering, dan merah, tidak ada
benjolan, perkembangan dada normal
- Abdomen : bentuk simetris, teraba bising usus, terdengar bising usus
- Urogenital : tidak terpasang kateter, kebersihan cukup baik
- Ekstremitas : bentuk simetris pada ekstremitas atas maupun bawah
dan kanan maupun kiri, tidak ada gangguan pada ekstremitas
- Kulit dan kuku : turgor kulit baik, tidak ada lesi pada punggung,
warna kulit sawo matang, kuku jernih
- Keadaan lokal : pasien mengalami buang air besar sebanyak 4 kali
sehari teraba bising usus, terdengar bising usus
2) Diagnosa
a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
banyak cairan (diare berat dan muntah).
b. Ketidakseimbangan nutrisi tubuh : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan absorbsi nutrient.
c. Intoleransi aktifitas b.d imobilitas
12

3) Intervensi
Perencanaan
No. Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Risiko kekurangan Setelah dilakukan perawatan - Awasi masukan dan haluan, karakter dan - Memberikan informasi tentang
volume cairan selama 1x24 jam pasien dapat jumlah feses Keseimbangan cairan
- Kaji tanda vital - Hipotensi (termasuk postoral),
berhubungan dengan mencukupi kebutuhan cairan
- Observasi kulit kering berlebihan dan
takikardia demam dapat
kehilangan banyak dengan kriteria hasil :
membrane mukosa, penurunan turgor Kulit,
1. intake cairan adekuat menunjukkan terhadap Efek /
cairan (diare berat
2. volume cairan adekuat pengisapan kapiler lambat.
kehilangan cairan
dan muntah) - Berikan cairan parenteral sesuai indikasi
- Menunjukkan kehilangan
- Berikan obat sesuai indikasi antidiare
cairan berlebih atau dehidrasi.
- Mempertahankan istirahat usus
akan memerlukan penggantian
cairan untuk memperbaiki
kehilangan /anemia
- Menurunkan kehilangan cairan
dari usus
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan perawatan - Tentukan status gizi dan kemampuan memenuhi - Data acuan untuk meningkatkan
nutrisi tubuh : selama 1x24 jam pasien dapat kebutuhan gizi nutrisi pasien dan menjadi data
kurang dari mencukupi kebutuhan cairan - Bantu pasien menentukan pedoman makanan berkelanjutan
kebutuhan tubuh b.d dengan kriteria hasil : yang paling cocok dalam memenuhi kebutuhan - Bantuan dan mengajarkan pasien
1. kebutuhan nutrisi adekuat
faktor biologis nutrisi untuk menentukan cara mencukupi
2. ditandai dengan
- Tentukan jumlah nutrisi yang diperlukan nutrisi pasien
adekuatnya fungsi tubuh
- Atur diet yang diperlukan - Meningkatkan nutrisi pasien
- Monitor diet dan status nutrisi pasien - Cara peningkatan status nutrisi
- Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian pasien
13

terapi ranithidin 1500 cc/8 jam dan ondansentron - Data evaluasi pasien
1500 cc/8 jam melalui IV - Diberikan untuk menurunkan
sekresi lambung dan anti muntah
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan perawatan - Monitor kemampuan pasien melakukan aktivitas - Digunakan untuk data acuan berapa
b.d imobilitas selama 1x24 jam nyeri pasien mandiri aktivitas mandiri yang dapat
- Monitor kebutuhan pasien untuk melakukan
dapat mencukupi kebutuhan dilakukan pasien
aktivitas mandiri - Digunakan untuk menentukan
cairan dengan kriteria hasil :
- Bantu pasien menyusun jadwal aktivitas mandiri
1. aktivitas sehari-hari aktivitas mandiri yang belum
- Berikan lingkungans terapeutik saat melakukan
menjadi adekuat tercapai oleh pasien
2. ditunjukkan dengan aktivitas mandiri
- Mengajak pasien berdiskusi agar
meningkatnya aktivitas - Monitor status aktivitas mandiri pasien
lebih memahami mengenai jadwal
sehari-hari seperti normal
untuk aktivitas mandiri
- Agar pasien merasa aman dan
nyaman saat melakukan aktivitas
mandiri
- Monitor secara rutin sebagai data
perkembangan aktivitas mandiri
pasien
16

DAFTAR PUSTAKA

Cecily Lynn Betz & Linda A.Gowden.2009.Buku Saku Keperawatan Pediatrik,ed


5.Jakarta : EGC

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Buletin Jendela Data &


Informasi Kesehatan. Volume 2 Triwulan 2. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Ngastiyah.1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

Pemila, U. (2015). Konsep Discharge Planning. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Perintis Padang.

Rondhianto. (2016). Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan. Program Studi Ilmu


Keperawatan Universitas Jember.

Soenarto, S. S. (2011). Vaksin Rotavirus untuk Pencegahan Diare. Fakultas


Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Sherwood, L., 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai