Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIPERAKTIF

Dosen pembimbing : Tri Ratnaningsih,M.Kes

Disusun oleh kelompok 5:

Ahrul Putra Baktiar (201804020)

Vidia Aulia Ristianingsih (201804021)

Prajna Paramita Puspitasari (201804022)

Heni Rachmawati (201804023)

Ratna Yunia Indriani (201804024)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2A


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan nikmat,taufiq serta hidayahnya yang sangat benar sehingga
kami pada akhirnya bisa menyelesaikan makalah keperawatan anak dengan
hiperaktif tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing yaitu ibu Tri
Ratnaningsih,M.Kes yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya
sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.

Semoga makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya ilmu kepada
pembaca serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang


sempurna.Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu,kami mengharapkan saran serta masukan dari para
pembaca sekalian demi penyusunan makalah yang lebih baik lagi.

Mojokerto,2019-11-20

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover .............................................................................................................................................. 1

Kata pengantar ............................................................................................................................... 2

Daftar isi .......................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

I.1 Latar belakang................................................................................................................... 4

I.2 Rumusan masalah ............................................................................................................. 4

I.3 Tujuan penulisan ............................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6

II.1 Pengertian hiperaktif ....................................................................................................... 6

II.2 Penyebab hiperaktif......................................................................................................... 6

II.3 Klasifikasi hiperaktif...................................................................................7

II.4 Dampak hiperaktif........................................................................................................... 8

II.5 Manifestasi klinis ........................................................................................................... 9

II.6 Pathway .......................................................................................................................... 13

II.7 Diagnosa keperawatan .................................................................................................... 14

II.8 Intervensi keperawatan ................................................................................................... 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 17

III.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 17

III.2 Saran .............................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Hiperaktif merupakan gangguan pemusatan perhatian yang sering ditemukan pada
anak. Anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa berkonsentrasi lebih dari lima
menit, dengan kata lain ia tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah
teralihkan perhatiannya kepada hal lain. Gangguan hiperaktif ini tentunya
mengganggu atau menghambat segala proses yang ada ditubuhnya termasuk
metabolisme dan perilakunya.
Permasalahan anak hiperaktif yang mengalami gangguan perhtian perlu mendapat
penanganan serta mencari solusi bagaimana penanganan yang tepat agar anak dapat
bertumbuh kembang dengan baik.Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis
berkeinginan untuk mengumpulkan beberapa data dari sumber-sumber di buku
internet dan jurnal penelitian tentang penjelasan dan penanganan anak hiperaktif.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan hiperaktifitas pada anak?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan hiperaktifitas pada anak?
3. Bagaimana klasifikasi hiperaktifitas?
4. Apa saja dampak yang terjadi akibat hiperaktifitas?
5. Apa tanda dan gejala ketika anak mengalami hiperaktifitas?
6. Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul pada anak hiperaktifitas?
7. Bagaimana intervensi untuk anak hiperaktifitas?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengethui pengertian hiperaktifitas pada anak
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan hiperaktifitas pada anak
3. Untuk mengetahui klasifikasi hiperaktifitas
4. Untuk mengetahui dampak yang terjadi pada anak hiperaktifitas
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala hiperaktifitas pada anak
6. Untuk mengetahui diagnosakeperawatan pada anak hiperaktifitas

4
7. Untuk mengetahui intervensi untuk anak hiperaktifitas

5
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian hiperaktivitas

Awalnya ADHD dikenal dengan istilah ADD (attention deficit disorder).Pada


tahun 1994, istilah tersebut disempurnakan menjadi ADHD (attention deficit
hyperactivity disorder).Di Indonesia, orang lebih mengenal dengan istilah
“hiperaktif” saja. Hiperaktif adalah kelainan perilaku yang dialami kira-kira 8%
sampai 10% anak dari seluruh populasi anak-anak secara global (Andri, 2010). Porsi
anak laki-lki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan meskipun
sampai sekarang masih belum diketahui mengapa bisa begitu.
Anak yang mengalami hiperktif seringkali bertindak tanpa berpikir, hiperaktif dan
sulit untuk memusatkan perhatian. Mereka mungkin saja paham apa yang diharapkan
dari dirinya tetapi sulit untuk melaksanakan hal tersebut, karena mereka tidak mau
duduk diam, menaruh perhatian, dan menyimak detail-detail yang diperlukan dalam
menyelesaikan suatu tugas (Candraningtyas, 2012).

II.2 Penyebab hiperaktivitas

Penebab ADHD pada anak belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor yang
diperkirakan menyebabkan seorang anak menjadi ADHD adalah :
a. Faktor genetik
Dari beberapa pnelitian genetik ditemukan bahwa saudara kandung dari anak
dengan ADHD mempunyai resiko 5-7 kali lebih besar untuk mengalami gangguan
serupa jika dibandingkan dengan anak lain yang tidak mempunyai saudara
kandung dengan ADHD. Sedangkan orang tua yang menderita ADHD mempunyai
kemungkinan sekitar 50% untuk menurunkan gangguan ini pada anak mereka.
b. Kerusakan otak
Diperkirakan bahwa beberapa bahwa beberapa anak yang menderita ADHD
mengalami kerusakan ringan pada sistem saraf pusat dan perkembangan otak selama
periode janin dan perinatal.(Raraport, dkk) dari (The National Institute of Mental

6
Health) melakukan penelitian pada anak dengan ADHD menggunakan MRI
(Magnetic Resonance Imaging), menyatakan adanya pengecilan lobus prefrontal
kanan, nucleus kaudatus kanan, globus palidus kanan, serta vermis (bagian dari
serebelum) bila dibandingkan dengan anak tanpa ADHD. Sebagaimana diketahui
bahwa salah satu fungsi bagian-bagian otak tersebut adalah meregulasi fungsi
perhatian seseorang lobus prefrontal dikenal sebagai bagian otak yang terlibat dalam
proses editing perilaku, mengurangi distraktibilitas membantu kesadaran diri dan
waktu seseorang. Sedangkan nucleus kaudatus dan globus palidus berperan dalam
menghambat respon otomatik yang dating pada bagian otak sehingga koordinasi
rangsangan tersebut tetap optimal.Fungsi serebelum adalah mengatur keseimbangan.
c. Faktor Neurokimia
Obat yang paling luas dipelajari di dalam terapi ADHD yaitu stimulan yang
mempengaruhi neurotransmitter dopamine dan norepinefrin sehingga menimbulkan
hipotesis neurotransmitter yang mencakup kemungkinan disfungsi pada kedua
system adrenergic dan dopaminergic.Secara keseluruhan tidak ada bukti jelas yang
mengaitkan satu neurotransmitter saja di dalam timbulnya ADHD, tetapi banyak
neurotransmitter di dalam prosesnya.
d. Faktor psikososial
Peristiwa psikis yang memberikan stress, gangguan pada keseimbangan keluarga,
serta faktor pencetus ansietas lain turur berperan di Dalam mulainya atau
berlanjutnya ADHD. Faktor predisposisi dapt mencakup tempramen anak, faktor
familial-genetik, dan tuntutan masyarakat untuk patuh dengan cara berperilaku atau
berpenampilan dengan cara yang rutin.

II.3 Klasifikasi hiperaktivitas

Hiperaktif dapat digolongkan kedalam 3 tipe, yaitu: (1) Tipe inatentif ini
bercirikan: Ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada detail-detail atau
adanya kecenderungan untuk selalu berbuat “salah” saat melakukan tugas-tugas
untuk aktivitas lainnya. Sulit untuk menyimak apa yang sedang disampaikan
kepadanya. Sulit untuk mengikuti instruksi-instruksi, kesulitan dalam berorganisasi,

7
perilaku menghindar atau cenderung tidak suka pada tugas-tugas yang menysaratkan
kesabaran mental, cenderung gampang sekali kehilangan benda-benda milik
pribadinya, seperti: mainan, buku, atau hasil pekerjaan rumah yang telah
diselesaikannya. Mudah terpecah perhatiannya, sering lupa pada aktivitas-aktivitas
rutin hariannya. (2) Tipe hiperaktif implusif ini mempunyai ciri-ciri: Gemar
“mengoceh” dan cenderung “ramai”, tidak suka duduk, diam. Senang berlarian dan
memanjat-manjat. Sulit bermain dengan tenng.Tingkah polahnya selalu disetel dalam
sikap “on the go”.Banyak bicara.Suka menjawab pertanyaan sebelum pertanyaannya
selesai.Tidak suka biula harus menunggu atau antre.Bermaalah dengan interupsi atau
menyela.(3) Tipe Gabungan adalah tipe ini merupakan kombinasi dari dua tipe
sebelumnya dan merupakan tipe yang paling sering ditemukan (Candraningtyas,
2012).

II.4 Dampak hiperaktivitas

A. Dampak hiperaktivitas terhadap pendidikan anak :


1. Tidak dapat segera memulai suatu kegiatan
2. Prestasi menurun / kurang
3. Menyelesaikan pekerjaan terlalu lambat / terlalu cepat
4. Melupakan instruksi / penjelasan
5. Tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik
6. Selalu meninggalkan benda-benda yang telah dipakai
7. Kebingungan
8. Menangguhkan pekerjaan
9. Motivasi yang kurang
10. Kesulitan mengerjakan tugas
11. Berperilaku kacau

8
B. Dampak hiperaktifitas terhadap perilaku :
1. Menuntut
2. Turut campur dengan orang lain
3. Mudah frustasi
4. Tidak dapat mngendalikan diri
5. Tidak tenang / mudah gelisah
6. Banyak bicara dan banyak bertingkah
7. Suka menjadi pemimpin, mudah berubah pendirian
8. Suka mengganggu dan cenderung mengalami cedera

C. Dampak hiperaktifitas terhadap aspek sosial :


1. Mementingkan diri sendiri / egosentris
2. Berperilaku kasar dan tidak peka
3. Suka membuat keributan tanpa memandang kondisi
4. Tidak berfikir panjang
5. Harga diri rendah
6. Menarik diri dari kelompok
7. Tidak mau menunggu giliran

II.5 Manifestasi klinis

Gejala anak hiperaktif dapat bersifat ringan, sedang, atau berat, atau bergabung
dengan kondisi lain seperti kesulitan belajar khusus atau autisme. Gejala-gejla
hiperaktif, yaitu : (1) Ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian atau bersifat
ringan. Anak sering mendengarkan perintah atau instruksi dari orang lain, tidak
pernah menyelesaikan pekerjaan atau ugas yang diberikan, (2) Impulsif atau bersifat
sedang.Kadang-kadang anak memberikan respon yang tidak teliti, cepat, dan bertubi-
tubi, ceroboh, anak sering menyela ketika orang lain berbicara, Nampak sibuk, sulit
menunggu giliran dalam suatu permainan.Anak sering memulai terlebih dahulu
sebelum aktivitas kelompok dimulai, berbicara terus tanpa memerhatikan
konsekuensi social, (3) Hiperaktivitas atau bersifat berat. Secara ekstrim perilaku

9
hiperaktif nampak keluar, seperti tak bisa duduk diam, selalu mondar-mandir,
bergerak kesana kemari, berbicara berlebihan (Suharmini, 2005).
a. Diagnosa
Tanda utama hiperaktif dan impulasitvitas didasari pada riwayat pola
perkembangan awal prenatal yang rinci bersama dengan pengamatan langsung pada
anak. Terutama pada situasi yang memerlukan perhatian.Diagnosis GPPH diamati
juga dari gejala hiperaktif/impulsivitas yang persisten dan mengganggu atau keadaan
tanpa atensi yang menimbulkan hendaya pada sedikitnya dua keadaan yang berbeda.
Ciri ADHD yang lain adalah rentang atensi yang singkat serta mudah teralih
perhatiannya ke hal lain.
Diagnosis ADHD biasanya ditegakkan dengan menggunakan kriteria diagnosis
yang terdapat di dalam diagnostic and StatisTICAL Manual of Menta Disorder IV
(DSM IV) berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III
(PPDGJ III) yang sesuai dengan International Classification of Diseases X (IDC X).
Kriteria diagnostik gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif menurut DSM-I
adalah :
a. Gejala hiperaktif-impulsif atau tidak mampu memusatkan perhatian yang
menimbulkan masalah telah ada sebelum usia 7 tahun
b. Kegagalan yang ditimbulkan oleh gejala-gejala tersebut tampak pada dua atau
lebih tempat
c. Didpatkan bukti yang jelas adanya kegagalan yang bermakna secara klinis pada
fungsi social, akademik, dan okupasional

b. Penatalaksanaan
Penangan anak hiperaktif ada langkah-lngkah yang bisa ditempuh, langkah-lngkah
itu adalah :
1) Identifikasi masalah, berarti mengidentifikasi suatu kondisi atau hal yang
dirasakan kurang baik. Masalah-masalah pada anak ini dapat dari keluhan-
keluhan orangtua dan keluarganya, dan bisa didapat dari pengamatan-
pengamatan lapangan.

10
2) Assesment, adalah aktifitas-aktifitas yang mencoba untuk memperkirakan
kehidupan manusia yang kompleks. Assessment merupakan suatu kegiatan
untuk menafsirkan, meramalkan, menilai terhadap seorang individu dengan
perbedaan ciri-ciri, sift, atau data-data yang berhubungan dengan individual
yang bersangkutan.
3) Diagnosis, dalam menentukan diagnosis perlu mengevaluasi tentang gejala-
gejala dan melihat penyebabnya.
4) Perencanaan program terapi/treatment dalam menangani anak hiperaktif,
diantaranya :
a. Terapi perilaku
Merupakan pendekatan penerapan aneka ragam teknik dan prosedur
yang berlandaskan pada berbagai teori tentang belajar dalam usaha
melakukan pengubahan tingkah laku.Dalam penyelesaian masalah, kondisi
masalah harus dikhususkan.Saat ini, bentuk pendekatan ini banyak
digunakan karena penekanannya pada perubahan tingkh lku dimana
tingkah laku tersebut bisa didefinisikan secara opersional, diamati, dan
diukur.
b. Terapi permainan
Menurut Reynold, C. R. & Mann Lener dalam terjemahan Tin
Suharmini (2005: 148) menjelaskan bahwa terapi permainan adalah suatu
cara yang digunakan untuk menyembuhkan pada anak-anak melalui media
permainan sebagai pengganti komunikasi verbal atau percakapan antara
therapist danklien yang sudah dewasa.
c. Terapi musik
Menurut Lathom dan Eangle dalam Romala Dewi (2005 : 64)
mengatakan bahwa terapi musik adalah pemanfaatan musik yang
digunakan untuk membentuk dan merubah suatu perilaku dan
mengembangan kesehatan mental, perkembangan social dan penyesuaian
serta kondisi motorik.

11
d. Terapi vocational
Terapi ini berisi latihan keterampilan, disini yang difokuskan bukan
pad hasil ketermpilan tersebut tetapi lebih pada perbuatan perilaku dan
peningkatan kemampuan seperti pemusatan perhatian,konsentrasi pada
tugas, memahami, dan tidak mengganggu teman.
e. Terapi diet

50% anak ADHD membaik setelah menjalani diet tanpa makanan


pencetus alergi yaitu makanan yang mengandung zat-zat tertentu seperti
pengawet, pemanis, pewarna, dan penyedap.

12
II.6 Pathway

Zattoxic,Lingkung
Neurotransmiter Trauma an,dll
Dopamine Kelahiran

PenurunanNeuroBiologis

Lobus frontal ResikoGangguanTu


mengalamipenurunan mbuhKembang

ADHD
HargaDiriRenda
h
Sukarmemperhati
kan

Perilakuhiperaktif

GangguanInteraks
iSosial

RisikoCider GangguanPolaTi
a dur

13
II.7 Diagnosa keperawatan

1. Resiko gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek


ketidakmampuan fisik.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan kurangnya pengakuan dari orang lain.
3. Resiko cidera berhunugan dengan perubahan fungsi psikomotor.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur.
5. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan perilaku agresif.

II.8 Intervensi Keperawatan

1. Dx.1 Resiko gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek


ketidakmampuan fisik
Intervensi :
a. Berikan penguatan yang positif
Rasional : penguatan yang positif akan meningkatkan harga diri dan
memberi anak kesempatan untuk berpikir tentang perilakunya
b. Identifikasi kebutuhan spesial anak
Rasional : menghentikan untuk menentukan intervensi lanjutan
c. Ajak anak untuk berjalan-jalan
Rasional : mengajak anak jalan-jalan akan mengalihkan perhatiannya
kepada lingkungan sekitar, anak lebih mudah berinteraksi, dan mudah
untuk melatih fokusnya kembali
d. Berikan perhatian saat dibutuhkan
Rasional : Perhatian orangtua dapat mengalihkan fokus anak
2. Dx.2 Harga diri rendah berhubungan dengan kurangnya pengakuan dari
orang lain
Intervensi :
a. Dukungan perlindungan terhadap kekerasan
Rasional : dukungan yang lebih terhadap anak akan membuat anak
merasa diperhatikan, sehingga anak tidak akan mudah bertindak
kekerasan baik itu kepada teman bermain ataupun dirinya sendiri

14
b. Fasilitasi perasaan bersalah
Rasional : memberi fasilitas tentang perasaan akan membuat beban
pasir semakin berkurang
c. Peningkatan citra tubuh
Rasional :membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi
d. Dukungan emosional
Rasional : mendukung dengan memberi motivasi akan memberikan
pandangan diri secara positif dan mengurangi pandangan negatif
terhadap dirinya yang akan menambah rasa tidak percaya diri
3. Dx.3 Resiko cedera berhunugan dengan perubahan fungsi psikomotor
Intervensi :
a. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
Rasional : pola hidup yang sehat dan normal akan menjauhkan anak
dari resiko terjadinya luka atau kecelakaan
b. Pasien/keluarga akan mengidentifikasi resiko yang dapat
meningkatkan kerentanan terhadap cedera
Rasional : menghentikan resiko untuk menentukan intervensi
selanjutnya
c. Orang tua akan memilih permainan
Rasional : permainan yang tidak tepat akan melukai fisik anak, karena
anak akan banyak bergerak
d. Memberi perawatan dan kontak sosial lingkungannya dengan baik
Rasional : meningkatkan percaya diri anak dan memperbaiki interaksi
sosial anak
4. Dx.4 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
Intervensi :
a. Dukungan pengasuh
Rasional : adanya kesempatan untuk tidur akan membuat anak merasa
nyaman dan terkontrol pola tidurnya
b. Pemberian obat
Rasional : obat-obat membantu menekan SSP

15
c. Terapi relaksasi
Rasional : membuat sirkulasi darah lancar sehingga kebutuha. oksigen
dalam tubuh tercukupi
d. Manajemen lingkungan
Rasional : lingkungan yang baik akan memengaruhi perilaku anak
5. Dx.5 Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan perilaku agresif
Intervensi :
a. Peningkatan harga diri
Rasional : membantu meningkatkan percaya diri dan memperbaiki
interaksi anak dengan lingkungan sekitar
b. Peningkatan komunikasi
Rasional : komunikasi yang sering dan terasa akan membantu
meningkatkan konsentrasi dan fokus anak
c. Membangun hubungan yang kompleks
Rasional : membantu anak agar bisa melakukan hubungan sosial
terhadap lingkungannya
d. Peningkatan kecakapan hidup
Rasional : membuat anak mampu dalam melakukan semua hal

16
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Hiperaktif adalah kelainan perilaku yang dialami kira-kira 8% sampai 10% anak
dari seluruh populasi anak-anak secara global.Faktor yang menyebabkan hiperaktif
pada anak diantaranya adalah faktor genetic, kerusakan otak, neurokimia,
psikososial.Hiperaktif dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu tipe inatentif, tipe
hiperaktif impulsive, dan tipe gabungan.Hiperaktif tentunya memiliki dampak yang
besar bagi perkembangan anak, diantaranya bagi pendidikan anak, perilaku anak, dan
kegiatan social anak.Penanganan pada anak hiperaktif dapat dilakukan dengan
beberapa terapi, diantarana adalah terapi bermin dan terapi music.

III.2 Saran
Dari makalah yang telah dibuat kelompok tadi memiliki saran untuk
membantu menghadapi anak yang hiperaktif agar lebih tenang dan fokus yaitu :
1. Jauhkan anak dari gangguan yang mengganggu konsentrasi anak sebagai
contoh ketika anak hendak mengerjakan PR, jauhkan daerah dari area
pintu, jendela, dan segala hal yang menjadi sumber kebisingan
2. Ajarkan anak untuk menentukan kapan waktunya untuk makan, tidur, dan
bermain agar pola hidup anak terstruktur
3. Berikan peraturan yang jelas dan konsisten
4. Memiliki sifat sabar menghadapi anak hiperaktif, tidak disarankan dengan
kekerasan
5. Saran yang terakhir yaitu mengajak anak untuk berkonsultasi pada
psikiater agar anak diberi terapi dengan psikolog.

17
DAFTAR PUSTAKA

Andri, P. (2010). Not A Little Monster!(Memahami, Mengasuh Dan mendidik Anak


Hiperaktif). jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Candraningtyas, I. (2012). PENANGANAN ANAK HIPERAKTIF MELALUI


TERAPI PERILAKU PADA ANAK KELOMPOK B DI RA PERWANIDA
SINE SRAGEN. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3.

Suharmini, T. (2005). Penanganan Anak Hiperaktif. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional Dirjen Dikti.

18

Anda mungkin juga menyukai