Anda di halaman 1dari 21

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Dosen Pengampu : Yananto Mihadi Putra, SE, M.Si

Disusun oleh :

Ressa Theresia

43217010119

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

2018
Pembahasan

SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1.1 Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan

SIM adalah sistem yang memberikan informasi untuk digunakan dalam pembuatan keputusan guna
menyelesaikan masalah bagi para penggunanya.

a. Pemecahan Masalah

Kepner-Tregoe melihat pemecahan masalah dan pengambilan keputusan melalui suatu langkah
dalam proses yang rasional. Adapun langkah dalam pemecahan masalah dapat diartikan sebagai
suatu proses dari mengamati dan pengenalan serta usaha mengurangi perbedaan antara situasi
sekarang dengan yang akan datang (LAN RI 2008, Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan).

b. Pengambilan Keputusan

Keputusan (decision) berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih
alternatif/kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan
penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata karena pilihan
diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu,
apakah pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan Wilson lebih melihat pada kaitannya
dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang
diberi label pengambilan keputusan. Dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktifitas
yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana.

Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah
dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang lain
dikesampingkan.

Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang
efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi.
Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah
diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan mempercepat
diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill,1979).

Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses memilih tindakan dari beberapa alternatif
untuk mencapai tujuan/sasaran (proses mengakhiri suatu masalah).
Oleh karena itu ’Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan’ dapat diartikan sebagai suatu
proses identifikasi, mencari penyebab, pemilihan alternatif dan mengantisipasi hambatan yang
mungkin menghalangi terlaksananya keputusan. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk
memberikan gambaran secara teoritis dan realistis, bagaimana cara membuat suatu keputusan.

Fase Pemecahan masalah

Menurut Simon, orang yang memecahkan masalah terlibat dalam :

 Aktivitas Intelijen. Mencari di sekitar lingkungan kondisi yang harus dipecahkan.


 Aktivitas perancangan. Menemukan, mengembangkan, dan menganalisis tindakan-tindakan
yang mungkin dilakukan.
 Aktivitas pemilihan. Memilih tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia.
 Aktivitas Pengkajian. Memeriksa pilihan-pilihan yang lalu.

Proses Pengambilan Keputusan

Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi (Brinckloe,1977)
yaitu :

1. Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun alternatif-alternatif,
memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi. Sesudah itu
memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan, mempertimbangkan
dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan dan
kemudian menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan prioritas lalu dibuat keputusan.
Keputusan yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya telah memperhitungkan semua faktor
yang berkaitan dengan keputusan tersebut.

2. Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal memuaskan
ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing dikembangkan oleh Simon
(Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan terhadap rasionalitas terbatas (bounded
rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang membatasi
pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran manusia tidak
megolakan dan memiliki kemampuan untuk memisahkan informasi yang tertumpuk.
Menurut Frank Harison (Hitt, 1970), faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rasionalitas terbatas
antara lain informasi yang datang dari luar sering sangat kompetitif atau informasi itu tidak
sempurna, kendala waktu dan biaya, serta keterbatasan seorang mengambil keputusan yang
rasional untuk mengerti dan memahami masalah dan informasi, terutama informasi dan teknologi.

Membangun Konsep dan Elemen Proses Pemecahan Masalah

Kebanyakan masalah yang dipecahkan manajer dapat dianggap sebagai permasalahan sistem.
Sebagai contoh, perusahaan sebagai suatu sistem tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Atau,
terdapat masalah dengan sistem persediaan, sistem komisi penjualan, dan seterusnya. Solusi
masalah sistem adalah solusi yang membuat sistem tersebut memenuhi tujuannya dengan paling
baik, seperti yang dicerminkan dalam standar kinerja sistem. Standar ini menggambarkan situasi
yang diinginkan (desired state) apa yang harus dicapai sistem tersebut. Sebagai tambahan, manajer
tersebut harus memiliki informasi yang menggambarkan keadaan saat ini (current state) apa yang
dicapai sistem tersebut sekarang ini. Jika dua keadaan ini berbeda, maka ada masalah yang menjadi
penyebabnya dan harus dipecahkan.

Perbedaan antara keadaan saat ini dengan keadaan yang diinginkan disebut dengan kriteria solusi
(solution criterion), atau apa yang harus terjadi agar situasi saat ini berubah menjadi situasi yang
diinginkan. Tentu saja, jika situasi saat ini menunjukkan tingkat kinerja yang lebih tinggi
dibandingkan dengan keadaan yang diinginkan, maka tugas yang harus dilakukan bukanlah
menyamakan keadaan saat ini. Melainkan, tugas yang harus dilakukan adalah menjaga agar situasi
saat ini tetap berada pada tingkatan yang lebih tinggi. Jika kinerja tingkat tinggi dapat dipertahankan,
maka situasi yang diinginkan harus ditingkatkan.

Tanggung jawab manajer adalah mengidentifikasi solusi alternatif, yang selalu ada. Ini merupakan
satu langkah dari proses penyelesaian masalah di mana komputer tidak terlalu banyak membantu.
Manajer biasanya mengandalkan pengalaman sendiri atau mencari bantuan dari pemroses informasi
nonkomputer, seperti input dari pihak lain baik di dalam maupun di luar perusahaan.

Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, sistem informasi dapat digunakan untuk mengevaluasinya.
Evaluasi ini harus mempertimbangkan batasan (constraint) yang ada, yang dapat berasal baik dari
internal maupun lingkungan. Batasan internal (internal constraint) biasanya berbentuk sumber daya
yang terbatas yang ada di dalam perusahaan. Sebagai contoh, unit TI tidak dapat merancang sistem
CRM karena kurangnya keahlian dalam OLAP. Batasan lingkungan (environmental constraint)
berbentuk tekanan dari berbagai elemen lingkungan yang membatasi aliran sumber daya dari dan
keluar perusahaan. Salah satu contoh adalah peningkatan suku bunga oleh Federal Reserve Board
yang meningkatkan biaya ekspansi pabrik.

a. Memilih Solusi yang Terbaik

Pemilihan solusi yang terbaik dapat dicapai dengan berbagai cara. Herry Mintzberg, seorang ahli
teori manajemen, telah mengidentifikasi tiga pendekatan :

• Analisis

Evaluasi atas pilihan-pilihan secara sistematis, dengan mempertimbangkan konsekuensi pilihan-


pilihan tersebut pada tujuan organisasi.

Salah satu contohnya adalah pertimbangan yang dilakukan oleh para anggota komite pengawas SIM
untuk memutuskan pendekatan mana yang harus diambil dalam mengimplementasikan sistem
informasi eksekutif.

• Penilaian

Proses pemikiran yang dilakukan oleh seorang manajer. Sebagai contoh, manajer produksi
menerapkan pengalaman dan intuisi dalam mengevaluasi gambar pabrik baru yang diusulkan dari
model matematika.

• Penawaran

Negosiasi antara beberapa manajer. Salah satu contoh adalah proses memberi dan menerima yang
berlangsung antara para anggota komite eksekutif mengenai pasar yang mana yang harus dimasuki
selanjutnya. Di sinilah tempat di mana pengaruh politik dalam perusahaan dapat dilihat dengan
jelas.

b. Permasalahan versus Gejala

Penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara masalah dan gejala dari suatu masalah. Jika
tidak demikian, kita dapat menghabiskan banyak waktu dan uang untuk menyelesaikan
permasalahan yang salah atau sesuatu yang sesungguhnya bukanlah suatu masalah. Gejala
(symptom) adalah kondisi yang dihasilkan masalah. Sering kali seorang manajer melihat gejala dan
bukan masalah.
c. Struktur Permasalahan

Model matematika yang disebut formula EOQ (economic order quantity) dapat memberitahu
bagaimana masalah tersebut harus diselesaikan. Masalah seperti ini disebut masalah terstruktur
(structured problem) karena terdiri atas unsur dan hubungan antara berbagai elemen yang
semuanya dipahami oleh orang yang memecahkan masalah.

Masalah yang tidak terstruktur (unstructured problem) adalah masalah yang tidak memiliki elemen
atau hubungan antarelemen yang dipahami oleh orang yang memecahkan masalah. Salah satu
contoh dari masalah yang tidak terstruktur adalah memutuskan film yang mana yang paling kita
sukai. Manajer bisnis sering kali tidak memiliki perangkat yang cukup untuk mendefinisikan masalah
seperti ini dengan cara yang terstruktur.

Sebenarnya, hanya sedikit permasalahan dalam suatu organisasi yang benar-benar terstruktur atau
benar-benar tidak terstruktur. Kebanyakan masalah adalah permasalahan di mana manajer memiliki
pemahaman yang kurang sempurna akan berbagai elemen dan hubungan di antaranya. Masalah
semiterstruktur (semistructured problem) adalah masalah yang terdiri atas beberapa elemen atau
hubungan yang dipahami oleh si pemecah masalah dan beberapa yang tidak dapat dipahami. Salah
satu contoh adalah pemilihan lokasi untuk membangun sebuah pabrik baru.

Beberapa elemen, seperti harga tanah, pajak, dan biaya-biaya untuk mengirimkan bahan baku,
dapat diukur dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Tetapi elemen-elemen lain, seperti bahaya dari
lingkungan dan perilaku masyarakat sekitar, sulit untuk diidentifikasi dan diukur.

Setelah prosedur ditentukan, komputer dapat memecahkan masalah yang terstruktur tanpa
keterlibatan manajer. Namun, manajer sering kali harus melakukan semua pekerjaan untuk
memecahkan masalah yang tidak terstruktur. Dalam wilayah masalah semiterstruktur yang luas,
manajer dan komputer dapat bekerja sama dalam menemukan solusi.

d. Jenis Keputusan

Selain memberikan tahap-tahap pemecahan masalah, Herbert A.Simon juga menemukan metode
untuk mengklasifikasikan keputusan, yaitu :

• Keputusan terprogram (programmed decision) bersifat “repetitif dan rutin, dalam hal
prosedur tertentu digunakan untuk menanganinya sehingga keputusan tersebut tidak
perlu dianggap de novo (baru) setiap kali terjadi.”
• Keputusan yang tidak terprogram (nonprogrammed decision) bersifat “baru, tidak
terstruktur, dan penuh konsekuensi. Tidak terdapat metode yang pasti untuk menangani
masalah seperti ini karena masalah tersebut belum pernah muncul sebelumnya, atau
karena sifat dan strukturnya sulit dijelaskan dan kompleks, atau karena masalah tersebut
demikian penting sehingga memerlukan penanganan khusus.”

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Istilah sistem keputusan terstruktur (structured decision system-SDS) digunakan untuk


mendeskripsikan sistem-sistem yang mampu menyelesaikan masalah yang teridentifikasi. Masalah-
masalah di bawah garis menyulitkan pemrosesan komputer, dan Gorry dan Scott-Morton
menggunakan istilah sistem pendukung pengambilan keputusan (decision support system-DSS)
untuk menggambarkan sistem yang dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan.

Sejak 1971, DSS telah menjadi jenis sistem informasi yang paling sukses dan kini menjadi aplikasi
komputer untuk pemecahan masalah yang paling produktif.

Tahapan dan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Menurut Simon, proses pengambilan keputusan meliputi tiga fase utama yaitu inteligensi, desain,
dan kriteria. Ia Kemudian menambahkan fase keempat yakini implementasi (Turban, 2005).

a. Fase Inteligensi

Intelegensi dalam pengambilan keputusan meliputi scanning (Pemindaian) lingkungan, entah secara
intermiten ataupun terus-menerus. Inteligensi mencakup berbagai aktivitas yang menekankan
identifikasi situasi atau peluang-peluang masalah. Tahapan dalam fase intelegensi antara lain
identifikasi masalas (peluang), klasifikasi masalah, dan kepemilikan masalah.

b. Fase Desain

Fase desain meliputi penemuan atau mengembangkan dan menganalisis tindakan yang mungkin
untuk dilakukan. Hal ini meliputi pemahaman terhadap masalah dan menguji solusi yang layak.
Tahapan dalam fase intelegensi antara lain memilih sebuah prinsip pilihan, mengembangkan
(menghasilkan) alternatif-alternatif, dan mengukur hasil akhir.
c. Fase Pilihan

Pilihan merupakan tindakan pengambilan keputusan yang kritis. Fase pilihan adalah fase di mana
dibuat suatu keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen untuk mengikuti suatu tindakan
tertentu. Batas antara fase pilihan dan desain sering tidak jelas karena aktivitas tertentu dapat
dilakukan selama kedua fase tersebut dank arena orang dapat sering kembali dari aktivitas pilihan ke
aktivitas desain. Sebagai contoh, seseorang dapat menghasilkan alternatif baru selagi mengevaluasi
alternatif yang ada. Fase pilihan meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu solusi
yang tepat untuk model.

d. Fase Implementasi

Pada hakikatnya implementasi adalah solusi yang diusulkan untuk suatu masalah atau inisiasi
terhadap hal baru, dan pengenalan terhadap perubahan. Definisi implementasi sedikit rumit karena
implementasi merupakan sebuah proses yang panjang dan melibatkan batasa-batasan yang tidak
jelas. Pendek kata, implementasi berarti membuat suatu solusi yang direkomendasikan bisa bekerja.

Model DSS

Ketika DSS untuk pertama kalinya dirancang, model ini menghasilkan laporan khusus dan berkala
serta output dari model matematika. Laporan khusus ini berisikan respons terhadap permintaan ke
basis data. Setelah DSS diterapkan dengan baik, kemampuan yang memungkinkan para pemecah
masalah untuk bekerja sama dalam kelompok ditambahkan ke dalam model tersebut. Penambahan
peranti lunak groupware memungkinkan sistem tersebut untuk berfungsi sebagai sistem pendukung
pengambilan keputusan kelompok (group decision support system-GDSS). Yang terbaru,
kemampuan kecerdasan buatan juga telah ditambahkan beserta kemampuan untuk terlibat dalam
OLAP.

a. Pemodelan Matematika

Model adalah abstraksi dari sesuatu. Model mewakili suatu objek atau aktivitas, yang disebut entitas
(entity). Manajer menggunakan model untuk mewakili permasalahan yang harus diselesaikan. Objek
atau aktivitas yang menyebabkan masalah disebut dengan entitas.
b. Jenis Model

Terdapat empat jenis dasar model, yaitu :

1. Model Fisik (Physical model)

Merupakan gambaran tiga dimensi entitasnya. Model fisik yang digunakan di dunia bisnis mencakup
model skala untuk pusat perbelanjaan dan prototipe mobil baru.

Model fisik dibuat untuk mencapai tujuan yang tidak dapat dipenuhi oleh benda sesungguhnya.
Sebagai contoh, model fisik memungkinkan desainer untuk mengevaluasi desain objek, seperti
pesawat terbang, dan membuat perubahan-perubahan sebelum konstruksi sesungguhnya. Ini akan
menghemat waktu dan uang.

2. Model Naratif

Salah satu jenis model yang digunakan oleh manajer setiap hari adalah model naratif (narrative
model) yang menggambarkan entitas dengan kata-kata yang terucap atau tertulis. Pendengar atau
pembaca dapat memahami entitas tersebut dari naratifnya. Semua komunikasi bisnis adalah model
naratif, sehingga membuat model naratif jenis model yang paling populer.

3. Model Grafis

Jenis model lain yang terus digunakan adalah model grafis. Model grafis (graphic model)
menggambarkan entitasnya dengan abstraksi garis, simbol, atau bentuk. Jumlah pemesanan
ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah jumlah optimum penambahan stok yang harus
dipesan dari pemasok. EOQ menyeimbangkan biaya pembelian stok dan biaya untuk menyimpannya
hingga stok tersebut digunakan atau dijual.

Model grafis juga digunakan dalam desain sistem informasi. Kebanyakan perangkat yang digunakan
oleh pengembang sistem bersifat grafis. Diagram relasi entitas, diagram kelas, dan diagram aliran
data merupakan beberapa contoh.

4. Model Matematis

Setiap rumus atau persamaan matematika adalah model matematis (mathematical model).
Kebanyakan model matematika yang digunakan manajer bisnis sama kompleksnya dengan yang
digunakan untuk menghitung EOQ.

Biaya penyimpanan mencakup semua biaya yang terjadi dalam penyimpanan barang, seperti
asuransi, kerusakan, dan kehilangan karena pencurian.
Beberapa model matematika menggunakan ratusan atau bahkan ribuan persamaan. Sebagai contoh,
model perencanaan keuangan yang dirancang Sun Oil Company pada tahun-tahun pertama
penggunaan SIM-nya menggunakan sekitar 2.000 persamaan. Model besar seperti ini cenderung
lamban dan sulit untuk digunakan. Tren yang berlangsung saat ini adalah penggunaan model yang
lebih kecil.

a. Penggunaan Model

Keempat jenis model memberikan pemahaman dan memfasilitasi komunikasi. Selain itu, model
matematis memiliki kemampuan prediktif.

a) Memberikan pengertian.

Model biasanya lebih sederhana dibandingkan entitasnya. Entitas adalah objek atau proses. Entitas
dapat lebih mudah dimengerti jika berbagai elemen dan hubungan yang terdapat di dalamnya
ditampilkan secara lebih sederhana. Setelah model yang sederhana dapat dipahami, model tersebut
secara bertahap dapat dibuat lebih kompleks sehingga dapat mewakili entitasnya secara lebih
kompleks. Tetapi, model tersebut hanya dapat mewakili entitasnya. Model tersebut tidak dapat
benar-benar berlaku seperti entitas sesungguhnya.

b) Memfasilitasi Komunikasi

Keempat jenis model dapat mengomunikasikan informasi secara akurat dan cepat kepada orang-
orang yang memahami makna bentuk, kata-kata, grafis, dan matematis.

c) Memprediksi masa depan

Ketepatan yang ditunjukkan model matematis untuk mewakili merupakan kemampuan yang tidak
terdapat pada model lain. Model matematis dapat memprediksi apa yang akan terjadi di masa
depan, namun tidak 100 persen akurat. Tidak ada model yang sebaik itu. Karena asumsi biasanya
harus dibuat berdasarkan banyaknya data yang dimasukkan ke dalam model tersebut, manajer harus
menggunakan penilaian dan intuisi dalam mengevaluasi outputnya.

b. Kelas Model Matematis

Model matematis dapat diklasifikasikan ke dalam tiga dimensi : pengaruh waktu, tingkat keyakinan,
dan kemampuan untuk mencapai optimisasi.
a) Model Statis atau Dinamis

Model Statis (static model) tidak melibatkan waktu sebagai salah satu variabel. Model ini berkenaan
dengan situasi pada waktu tertentu. Dengan kata lain, bersifat seperti cuplikan keadaan. Model yang
melibatkan waktu sebagai salah satu variabel disebut model dinamis (dynamic model). Model ini
menggambarkan perilaku entitas seiring dengan waktu, seperti gambar bergerak atau film.

b) Model Probabilitas atau Deterministik

Cara lain untuk mengklasifikasikan beragam model didasarkan pada apakah suatu formula
melibatkan probabilitas atau tidak. Probabilitas (Probability) adalah kesempatan bahwa sesuatu
akan terjadi. Probabilitas berkisar dari 0,00 (Untuk sesuatu yang tidak memiliki kesempatan terjadi)
hingga 1,00 (untuk sesuatu yang pasti terjadi). Model yang melibatkan probabilitas disebut model
probabilitas (probability model). Jika tidak, maka model tersebut adalah model deterministik
(deterministic model).

c) Model Optimisasi atau Suboptimisasi

Model optimisasi (optimizing model) adalah model yang memilih solusi terbaik dari berbagai
alternatif yang ditampilkan. Agar suatu model dapat melakukan hal ini, masalah tersebut harus
terstruktur dengan amat baik.

Model Suboptimisasi (suboptimizing model) yang sering kali disebut model pemuas (satisficing
model) memungkinkan seorang manajer untuk memasukkan seperangkat keputusan. Setelah
langkah ini diselesaikan, model tersebut akan memproyeksikan hasil.

Tingkat-Tingkat Keputusan

Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu (1) automatic decisions, (2)
expected information decisions, (3) factor weighting decisions dan (4) dual uncertainty decisions.

1. Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat sederhana,
meski sederhana informasi tetap diperlukan.

2. Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information decision), tingkat


informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk
mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera diambil karena informasi tersebut perlu
dipelajari.
3. Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weighting decisions), informasi-informasi
yang telah dikumpulkan dianalisis, lalu dipertimbang kan dan diperhitungkan sebelum keputusan
diambil.

4. Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual uncertainty decisions), dalam setiap informasi
yang ada masih diharapkan terdapat ketidakpastian artinya semakin luas ruang lingkup dan semakin
jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak informasi yang dibutuhkan semakin tinggi
ketidakpastian itu.

Klasifikasi Keputusan

1. Keputusan Terprogram.

Menurut Siagian, S.P. (1993), Keputusan Terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang
berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dam organisasi. Biasanya menyangkut
pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari tingkat
manajemen yang lebih tinggi. Biasanya langkah-langkah dan prosedur yang perlu ditempuh telah
dituangkan dalam buku pedoman, yang biasanya terdapat dalam organisasi yang dikelola secara
rapi. Pengambilan keputusan terprogram akan berlangsung dengan efektif apabila empat criteria
dasar dipenuhi :

a. Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
b. Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
c. Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan yang kuat untuk
secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu
berubah.
d. Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk tuntutan
operasional yang harus dipenuhi.

Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan terprogram yang dibuat sebagai respon
terhadap masalah-masalah organisasi yang repetitif atau yang sudah baku, mencakup keputusan
operasional dan keputusan pada tingkat menengah dari Morgan dan Cerello, keputusan operasinal
dan taktis dari Sutherland serta dari Mangkusubroto dan Trisnadi dan keputusan terstruktur dari
Mintzberg dan Brinckloe;
2. Keputusan yang tidak Terprogram.

Biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dialami
sebelumnya, tidak bersifat repetitif (berulang-ulang), tidak terstruktur, dan sukar mengenali bentuk,
hakikat dan dampaknya. Sebagai akibat keadaan demikian, para ahli belum mampu menyajikan
teknik pemecahan yang sudah terbukti efektif di masa lalu, baik karena sifatnya yang baru itu
maupun karena sukar untuk mendefinisikan hakikatnya secara tepat. Keputusan yang tidak
Terprogram tidak menyangkut hal-hal yang sifatnya operasional, akan tetapi menyangkut
kebijaksanaan organisasi dengan dampak yang strategis bagi eksistensi organisasi. (Siagian, S.P.;
1993), Keputusan Terprogram.

Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan tidak terprogram, dibuat sebagai respon
dari masalah-masalah unik, yang jarang dijumpai dan yang tidak dapat didefinisikan secara tepat,
keputusan ini biasanya dikenal dengan nama keputusan strategik, meliputi keputusan strategik dari
Morgan dan Cerello, Mangkusubroto dan Trisnadi, keputusan strategik dan tujuan (goal) Sutherland,
serta keputusan tidak terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe.

Dari segi struktur keputusan tertinggi adalah yang berhubungan dengan cita-cita, tujuan, menyusul
keputusan strategik lalu keputusan taktis dan yang paling bawah adalah keputusan operasional.
Keputusan tertinggi hanya dibuat satu atau dua kali makin ke bawah tingkat keputusan makin tinggi
frekuensi pembuatannya.

Kategori Keputusan

Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi, keputusan dibagi empat
kategori (Nutt, 1989) :

1. Keputusan Representasi, pengambilan keputusan menghadapi informasi yang cukup


banyak dan mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasikan data tersebut.
Keputusan ini banyak menggunakan model-model matematik seperti operation
research, cost-benefit analysis dan simulasi.
2. Keputusan Empiris, suatu keputusan yang sedikit informasi tetapi memiliki cara yang
jelas untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh.
3. Keputusan Informasi, suatu situasi yang banyak informasi tetapi meliputi kontroversi
tentang bagaimana memproses informasi tersebut.
4. Keputusan Eksplorasi, suatu situasi yang sedikit informasi dan tidak ada kata sepakat
tentang cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.
Pendekatan terhadap Pengambil Keputusan

Berbagai model tentang pendekatan terhadap pengambilan keputusan telah diperkenalkan oleh
para ahli teori pengambilan keputusan, diantaranya adalah :

1. Model Brinckloe (1977)

Keputusan yang menggunakan pendekatan (i) Fakta, secara sistematis akan mengumpulkan semua
fakta mengenai masalah dan hasilnya ialah kemungkinan keputusan akan lahir dengan sendirinya; (ii)
Pengalaman, seseorang yang sudah memiliki pengalaman tentu lebih matang dalam membuat
keputusan daripada seorang yang sama sekali belum mempunyai pengalaman apa-apa namun perlu
diperhatikan bahwa peristiwa-peristiwa yang lampau tidak akan pernah sama dengan pada saat
ini;(iii) Intuisi, tidak jarang keputusan yang diambil berdasarkan intuisi dikarenakan kurang
mengadakan analisis yang terkendali maka perhatian hanya ditujukan pada beberapa fakta; (iv)
Logika, pengambilan keputusan yang berdasar logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semua
unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan; (v) Analisis Sistem, kecanggihan dari
komputer telah merangsang banyak orang untuk mengambil keputusan secara kuantitatif.

2. Model Mc Grew (1985)

Mc Grew hanya melihat adanya tiga pendekatan yaitu proses pengambilan keputusan rasional,
model proses organisasional dan model tawar-menawar politik (political bargaining model) yaitu (i)
Pendekatan proses pengambilan keputusan rasional memberi perhatian utama pada hubungan
antara keputusan dengan tujuan dan sasaran dari pengambilan keputusan; (ii) Model proses
organisasional menangani masalah yang jelas tampak perbedaannya antara pengambil keputusan
individu dan organisasi; (iii) Model tawar-menawar politik melihat kedua pendekatan itu
mengatakan bahwa pengambilan keputusan kolektif sesungguhnya dilaksanakan melalui tawar-
menawar namun hasil akhir keputusan itu sesungguhnya tergantung pada proses memberi dan
menerima di antara individu dalam kelompok tersebut.

Teknik-teknik Pengambilan Keputusan. (Siagian, S.P. (25-26;1993).

1. Brainstorming

Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi problematic yang tidak
terlalu rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka mengadakan diskusi dimana setiap
orang yang terlibat diharapkan turut serta memberikan pandangannya. Pada akhir diskusi berbagai
pandangan yang dikemukakan dirangkum, sehingga kelompok mencapai suatu kesepakatan tentang
cara-cara yang hendak ditempuh dalam mengatasi situasi problematic yang dihadapi. Penting
diperhatikan dalam teknik ini yaitu :

a. Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
b. Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas pandanganlah
yang lebih diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan.
c. Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat atau gagasan
yang dilontarkan, dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat atau gagasan anggota
kelompok lainnya.
d. Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan yang telah
dikemukakan oleh orang lain.
e. Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga kelompok tiba
pada suatu sintesis pendapat yang kemudian dituangkan dalam bentuk keputusan.

2. Synetics

Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi. Diantara para
peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan. Apakah ahli itu anggota
organisasi atau tidak, tidak dipersoalkan. Pimpinan mengajak para peserta untuk mempelajari suatu
situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian masing-masing anggota kelompok
mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang tepat untuk ditempuh.
Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang dipandang bermanfaat
dalam pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan penilaian atas berbagai gagasan
emosional dan tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi serta kemudian
menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah pengambilan keputusan dan tindakan
pelaksanaan yang diambil.

3. Consensus thinking

Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang hakikat, batasan dan
dampak suatu situasi problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model yang
hendak digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki pengetahuan
yang sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan yang seyogyanya
digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang telah ditentukan sebelumnya.
Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang hendak ditempuh pada skala yang
lebih kecil dari situasi problematik yang sebenarnya.
4. Delphi

Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang diperhitungkan akan
dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok pengambil keputusan yang tidak
berada di satu tempat.

Pengambil keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu situasi
peramalan dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut ditugaskan untuk
meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau mungkin terjadi atau tidak. Jawaban dari anggota
kelompok tadi dikumpulkan dan masing-masing anggota ahli mempelajari ramalan yang dibuat oleh
masing-masing rekannya yang tidak pernah ditemuinya. Pada kesempatan berikutnya, rangkaian
pertanyaan yang sama dikembalikan kepada para anggota kelompok dengan melampirkan jawaban
yang telah diberikan oleh para anggota kelompok pada putaran pertama serta hal-hal yang
dipandang sudah merupakan kesepakatan kelompok. Apabila pendapat seseorang ahli berbeda
maka memberikan penjelasannya secara tertulis. Tiap-tiap jawaban diberikan kode tertentu
sehingga tidak diketahui siapa yang memberikan jawaban.

Jawaban tersebut di atas dilakukan dengan beberapa putaran. Pengedaran daftar pertanyaan dan
analisa oleh beberapa ahli dihentikan apabila telah diperoleh bahan tentang ramalan kemungkinan
terjadi sesuatu peristiwa di masa depan.

5. Fish bowling

Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah lingkaran ditaruh
sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang boleh bicara untuk
mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu permasalahan. Para anggota lain
mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat. Apabila pandangan orang yang duduk di tengah
tersebut telah dipahami oleh semua anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan digantikan oleh
orang yang lain untuk kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan didiskusikan sampai
ditemukan cara yang dipandang paling tepat.

6. Didactic interaction

Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”. Dibentuk dua kelompok,
dengan satu kelompok mengemukakan pendapat yang bermuara pada jawaban “ya” dan kelompok
lainnya pada jawaban “tidak”. Semua ide yang dikemukakan baik pro maupun kontra dicatat dengan
teliti. Kemudian kedua kelompok bertemu dan mendiskusikan hasil catatan yang telah dibuat. Pada
tahap berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok yang tadinya mengemukakan pandangan pro
beralih memainkan peranan dengan pandangan kontra.

7. Collective bargaining

Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu masalah
duduk di satu meja dengan saling menghadap. Masing-masing pihak datang dengan satu daftar
keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data, informasi dan alasan-alasan yang
diperhitungkan dapat memperkuat posisinya dalam proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada
akhirnya ditemukan bahwa dukungan data dan informasi serta alasan-alasan yang dikemukakan oleh
kedua belah pihak mempunyai persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai kesepakatan.
Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian sering diikuti dengan timbulnya
masalah yang lebih besar.

Metode Pengambil Keputusan

Gortner (1987) lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan dari sudut metode. Ada empat
metode pengambilan keputusan yang dianggap lazim dipergunakan dalam pengambilan keputusan
organisasional.

a. Metode pertama adalah metode rasional yang disebut juga model rasional. Ini adalah
metode klasik yang secara implicit mencakup model birokratik dari pengambilan keputusan.
b. Metode kedua, adalah metode tawar-menawar incremental (incremental-bargaining) yang
dipandang sebagai model paling dasar aktifitas politik, yaitu penyelesaian konflik melalui
negosiasi. Karakteristik dari incremental ialah bahwa keputusan tentang suatu kebijakan
terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil karenanya tidak terlalu jauh dari status quo.
c. Metode ketiga yang disebut metode agregatif (aggregative methods) mencakup antara lain
teknik Delphi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Konsensus dan
peran serta merupakan karakteristik utama dari metode agregatif.
d. Metode keempat adalah metode keranjang sampah (the garbage-can) atau nondecision-
making model yang dikembangkan oleh March dan Olsen (1979). Model keranjang sampah
menolak model rasional bahkan rasional-inkremental yang sederhana sekalipun. Ia lebih
tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam keputusan, pada isu yang bermacam-macam
dari peserta pengambil keputusan dan masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Sering
kali keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam
kelompok.
1.2 Langkah-langkah manajemen dalam mengatasi konflik kepentingan yang
terjadi di perusahaan

Didalam hubungan komunikasi di suatu lingkungan kerja atau perusahaan konflik antar individu akan
sering terjadi. Konflik yang sering terjadi biasanya adalah karena masalah kominikasi yang kurang
baik. Sehingga cara mengatasi konflik dalam perusahaan harus benar-benar dipahami management
inti dari perusahaan, untuk meminimalisir dampak yang timbul.

Permasalahan atau konflik yang terjadi antara karyawan atau karyawan dengan atasan yang terjadi
karena masalah komunikasi harus di antisipasi dengan baik dan dengan system yang terstruktur.
Karena jika masalah komunikasi antara atasan dan bawahan terjadi bias-bisa terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan, misalnya mogok kerja, bahkan demo.

Sehingga untuk mensiasati masalah ini bias dilakukan dengan berbagai cara.

1. Membentuk suatu system informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam
komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui
loudspeaker.

2. Buat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancer dan harmonis,
misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan intens akan
mengurangi masalah di lapangan

3. Beri pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan
memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan
masalah dalam hal komunikasi

Biasanya masalah timbul karena lingkungan yang kurang kondusif di suatu perusahaan. Misalnya,
kondisi cahaya yang kurang, atau sirkulasi yang kurang baik, dan temperature ruangan yang tinggi
sangat mungkin untuk meningkatkan emosi seseorang, jadi kondisi dari lingkungan juga harus di
perhatikan

Konflik dalam perusahaan juga sering terjadi antar karyawan, hal ini biasanya terjadi karena masalah
diluar perusahaan, misalnya tersinggung karena ejekan, masalah ide yang dicuri, dan senioritas.
Perusahaan yang baik harus bisa menghilangkan masalah senioritas dalam perusahaan. Hal ini dapat
meminimalisir masalah yang akan timbul, kerena dengan suasanya yang harmonis dan akrab maka
masalah akan sulit untuk muncul.

1.3 Dampak Sistem Pengambilan Keputusan dalam Sistem Informasi


Perusahaan

Sistem Pengambilan Keputusan pada suatu Perusahaan sangat dibutuhkan terutama pada manajer
yang akan mengambil keputusan untuk menentukan jalan keluar dari suatu keputusan yang akan
diambil dalam menentukan Sistem Informasi Perusahaan yang akan digunakan. Banyak manajer
yang bergantung pada metode penyelesaian masalah secara informal dan manajer juga masih
percaya pada tradisi yang menyebabkan para manajer mengambil keputusan yang sama dengan
keputusan terdahulu untuk masalah atau kesempatan yang sama, meminta saran kepada yang
berwenang dan mengambil keputusan berdasarkan saran seorang ahli atau manajer yang lebih
tinggi.

Sehingga Sistem Pengambilan Keputusan sangat diperlukan supaya tidak terjadi kesalahan seperti
yang pernah diambi terdahulu.Diharapkan dengan Sistem Pengambilan Keputusan pada perusahaan
diharapkan manajer yang memakai pendekatan rasional dapat mencapai solusi lebih baik dalam
menjalankan Sistem Informasi yang akan diterapkan dalam perusahaan.

Abstrak

Evolusi pada Sistem Pendukung Keputusan (DSS) dan hubungannya dengan Sistem Informasi
Perusahaan dengan area bisnis Intellijen. Hal tersebut mengidentifikasika open source dan produk
bisnis intellijen komersial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data yang diakses oleh aplikasi bisnis
Intellijen harus tepat jika manajer dari perusahaan pengetahuan untuk membuat keputusan.
Kemitraan yang efektif untuk entitas bisnis dan informasi harus diamati ketika alat – alat bisnis
intellijen diperkenalkan kepada perusahaan. Proses pembelian dari manajemen puncak mutlak
diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan alat bisnis intellijen.

Tujuan

Dengan menggunakan Sistem Pengambilan Keputusan pada Perusahaan akan meningkatkan bisnis
intellijen yaitu dapat melakukan penghitungan cepat pada sistem perusahaan dengan biaya yang
lebih rendah, komunikasi dan kerja sama para manajer menjadi lebih baik, meningkatkan
produktivitas pada perusahaan, dan mempu melihat banyak alternatif fan menganalisanya sehingga
meminimalkan resiko pada keputusan yang akan diambil oleh praktisi atau manajer.
Daftar Pustaka

Putra, Yananto Mihadi. (2018). Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen: Implementasi Sistem
Informasi. FEB - Universitas Mercu Buana: Jakarta.)

http://diklat.jogjaprov.go.id/v2/kegiatan/artikel/item/87-pemecahan-masalah-dan-pengambilan-
keputusan

http://maksumpriangga.com/cara-mengatasi-konflik-dalam-perusahaan.html

http://kat0kb0l0ng.blogspot.com/2011/09/dampak-sistem-pengambilan-keputusan.html

Anda mungkin juga menyukai