Dasar Teori Beton Prategang
Dasar Teori Beton Prategang
BAB II
2.1 Umum
Beton adalah suatu material atau bahan yang mempunyai kekuatan tekan
yang tinggi tetapi lemah terhadap kekuatan tarik. Sedangkan baja adalah material
yang sangat kuat terhadap tarik. Beton sendiri memiliki kekuatan tarik pada
tegangan tarik dipikul oleh baja sebagai tulangan ( rebar). Sehingga pada beton
bentang yang panjang, struktur beton bertulang biasa tidak cukup untuk menahan
tegangan lentur sehingga terjadi retak – retak di daerah yang mempunyai tegangan
lentur,geser, atau puntir yang tinggi. Retak lentur sendiri dapat terjadi pada beton
di taraf pembebanan yang masih rendah. Apabila tegangan tarik tersebut dapat
penampang beton mengalami gaya tekan maka retak dapat dihindari. Hal tersebut
dapat dilkukan dengan memberikan gaya konsentris atau eksentris dalam arah
dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai
Ada tiga konsep yang berbeda-beda yang dapat dipakai untuk menjelaskan
dan menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang. Hal ini penting bagi
perancang untuk mendesain beton prategang dengan sebaik – baik dan seefisien –
efisiennya .
2.2.1 System Prategang Untuk Mengubah Beton Yang Getas Menjadi Bahan
Yang Elastis
adalah beton yang ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan yang
memberikan tekanan ( dengan menarik baja mutu tinggi ), beton yang bersifat
getas dan kuat memikul tekanan, akibat adanya tekanan internal ini dapat
memikul tegangan tarik akibat beban eksternal. Dari konsep ini lahir kriteria
“tidak ada tegangan tarik” pada beton. Umumnya telah diketahui bahwa jika tidak
ada tegangan tarik pada beton, maka tidak akan terjadi retak, dan beton bukan
merupakan bahan yang getas lagi melainkan berubah menjadi bahan yang elastis.
Akibat diberi gaya tekan ( gaya prategang ) P yang bekerja pada pusat berat
𝑃
𝑓=
𝐴
dimana A adalah luas penampang beton tersebut. Jika M adalah momen eksternal
atau momen lentur pada penampang akibat beban dan berat sendiri balok, maka
𝑀𝑦
𝑓=
𝐼
Dimana y adalah jarak dari sumbu yang melalui titik berat dan I adalah momen
𝑃 𝑀𝑦
𝑓= ±
𝐴 𝐼
𝑃 𝑀𝑐
𝑓= +
𝐴 𝐼
𝑃 𝑀𝑐
𝑓= −
𝐴 𝐼
Jadi dengan adanya gaya internal tekan ini, maka beton akan dapat memikul
beban tarik.
eksentrisitas terhadap titik berat penampang beton. Disini resultan gaya tekan P
pada beton bekerja pada titik tendon yang berjarak e dari garis netral.
kedua penampang tanpa memperhatikan variasi bentuk balok atau profil kabel di
luar penampang.
Hal ini hanya berlaku pada konstruksi statis tertentu saja dimana reaksi
Jika momen yang dihasilkan oleh system prategang adalah P e dan tegangan –
𝑃𝑒𝑦
𝑓=
𝐼
𝑃 𝑃𝑒𝑦 𝑀𝑦
𝑓= ± ±
𝐴 𝐼 𝐼
2.2.2 Sistem Prategang untuk Kombinasi Baja Mutu Tinggi dengan Beton Mutu
Tinggi
Konsep ini hampir sama dengan konsep beton bertulang biasa, yaitu beton
prategang merupakan kombinasi kerja sama antara baja prategang dan beton,
dimana beton menahan beban tekan dan baja prategang menahan beban tarik
dengan demikian kedua bahan membentuk kopel penahan untuk melawan momen
eksternal
Gambar 2.4 Momen penahan internal pada balok prategang dan beton bertulang
yang mana membentuk suatu kopel momen dengan gaya tekan pada beton C
untuk melawan momen akibat beban luar. Sedangkan pada beton bertulang biasa,
besi penulangan menahan gaya tarik T akibat beban luar, yang juga membentuk
kopel momen dengan gaya tekan pada beton C untuk melawan momen luar akibat
beban luar.
seimbang gaya-gaya pada balok. Pada design struktur beton prategang, pengaruh
yang mengalami lendutan seperti plat, balok dan gelagar tidak akan mengalami
Suatu balok beton diatas dua perletakan ( simple beam ) yang diberi gaya
prategang P melalui suatu kabel prategang dengan lintasan parabola. Beban akibat
8𝑃ℎ
𝑊𝑏 =
𝐿²
Dimana :
L : bentangan balok.
P : gaya prategang.
Jadi beban merata akibat beban ( mengarah kebawah ) diimbangi oleh gaya
merata
Inilah tiga konsep dari beton prategang ( pratekan ), yang nantinya dipergunakan
2.3.1 Beton
kekuatan tekan yang cukup tinggi dengan nilai fc’ antara 30-45 MPa. Kuat tekan
yang tinggi diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan,
elastisitas yang tinggi dan mengalami rangkak lebih kecil. Dalam prakteknya
diisyaratkan kekuatan beton yang lebih rendah pada saat peralihan dari pada
penarikan gaya prategang yang lebih dini ke beton. Saat peralihan, beton tidak
untuk menjaga keruntuhan pengangkuran dan rangkak yang berlebihan. Kuat tarik
beton mempunyai harga yang jauh lebih rendah dari kuat tekannya. Untuk tujuan
desain, SNI 03- 2074-2002 menetapkan kuat tarik beton sebesar σts = 0.5 √𝑓𝑐 ′ ,
regangan sepanjang waktu disebabkan oleh susut (shrinkage) dan rangkak (creep).
Susut tidak disebabkan oleh tegangan, tetapi merupakan akibat dari hilangnya air
tegangan.
Table.2.1 Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur beton (benda
uji)
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum untuk menghasilkan gaya
prategang dan mensuplai gaya tarik pada beton prategang. Karena baja prategang
layannya.
Salah satu standar yang umum dipakai dalam pembuatan baja prategang adalah
ASTM. Berikut tiga jenis baja prategang yang umum digunakan dengan standar
spesifikasi ASTM :
Concrete” kawat tersebut dibuat dari batang yang dihasilkan oleh proses
open hearth atau tungku listrik. Kawat – kawat disuplai dalam bentuk
tertentu dan dipasang di pabrik atau dilapangan. Beberapa jenis baja harus
menjamin rekatan yang baik pada beton. Karat yang lepas atau sisik harus
beton prategang pratarik yang terekat. Juga dapat dipakai untuk konstruksi
3) Baja Batang
Spesifikasi ASTM A-322 dan A-29 sering dipakai untuk campuran batang
baja mutu tinggi. Biasanya disyaratkan bahwa semua batang baja dicoba
minimum yang ditentukan adalah 1000 MPa. Batang – batang baja mutu
tinggi tersedia dengan panjang lebih dari 24.4 m, karena kesulitan dalam
mutu tinggi dengan kekuatan batas 1100 MPa tersedia dalam ukuran
diameter 25.4 sampai 34.9 mm. kekuatan batas 1600 MPa tersedia untuk
Tulangan ini dapat terbuat dari kawat tegangan tarik tinggi, strand kawat,
batang, atau sekedar batang baja lunak biasa. Jika tulangan prategang dan non-
rambut dan terhadap lendutan elastis dari balok cukup kecil. Tetapi setelah retak
dan mencegah pembentukan retak besar dan keruntuhan akibat tekan. Selain itu
pembebanan yang tak terduga. Tulangan non- prategang dapat ditempatkan pada
posisi yang berbeda dalam balok prategang untuk tujuan atau fungsi yang berbeda
pada tulangan sangat kecil. Tetapi studi mengenai tegangan elastis tetap penting
untuk membantu memahami perilaku balok yang demikian dan untuk melakukan
desain dengan semestinya. Sebelum retak, tulangan tersebut sama sekali tidak
Karena hampir semua balok prategang didesain untuk tanpa retak dalam
batas beban kerja,tulangan non- prategang tidak berfungsi dalam batas beban
sekitar beban batas. Sehingga, jika kekuatan batas merupakan hal yang lebih
prategang akan bekerja hingga titik leleh pada saat balok runtuh.
meletakkan strand, Menurut SK SNI T-15-1991-03, selonsong untuk tendon yang di-
grout atau tanpa lekatan harus kedap air dan tidak reaktif dengan beton, tendon atau
bahan pengisinya. Apabila digunakan kawat majemuk, kawat untai atau batang tendon
yang digrout, selonsong harus mempunyai diameter paling sedikit 6 mm lebih besar dari
diameter tendon dan mempunyai luas penampang dalam paling sedikit dua kali luas dari
tendon.
Ada dua macam selubung (conduit/duct), yaitu sistem prategang dengan lekatan
(bonded) dan yang untuk tanpa lekatan (unbonded). Untuk system prategang dengan
Formed Duct ialah selongsong yang dibuat dengan menggunakan lapisan tipis
yang tetap ditempat. Harus berupa bahan yang tidak memungkinkan tembusnya pasta
semen. Selongsong tersebut harus mentransfer tegangan lekatan yang dibutuhkan dan
harus dapat mempertahankan bentuknya pada saat memikul berat beton. Selongsong
logam harus berupa besi beton atau logam baja yang digalvanisasi,selubung plastic
Cored Duct ialah selongsong yang harus dibentuk tanpa adanya tekanan yang
Sedangkan apabila tendon harus tanpa lekatan, biasanya dipakai plastik atau kertas
tebal sebagai pembungkus dan tendon diberi minyak (grease) untuk mempermudah
Ukuran dari selongsong sendiri untuk tendon yang terdiri dari kawat, batang atau
strands, diameter selongsongannya harus sedikitnya ¼ lebih besar dari diameter nominal
Selongsongan harus dikencangkan dengan baik pada jara-jarak yang cukup dekat, untuk
2) Angkur (anchorages)
struktur beton dalam system pasca tarik, atau suatu alat untuk menjangkangkar
persyaratan struktur, juga pada jumlah dan kualitas yang diperlukan untuk
menerapkan untai gaya yang dibutuhkan per unit kabel. Pada system pascatarik
pengangkuran menggunakan blok angkur (anchor block) atau angkur mati (dead
end anchor).
Angkur mati adalah angkur yag didesain tidak untuk ditarik. Sedangkan blok
angkur pada multi-strand tendon terdiri dari wedges,anchor block, dan anchor
guide. Nantinya setelah proses penarikan selesai strand yang telah tertegangi akan
dijepit oleh wedge pada anchor block yang bersandar pada anchor guide yang
kemudian akan mentransfer tegangan kepada beton. Pada anchor guide juga
sendiri ialah gaya sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan tarik
pada beton prategang. Umumnya jack menggunakan pompa hidrolis untuk dapat
menarik tendon. Selang hidrolik tidak boleh membungkuk terlalu tajam selama
yang mungkin dari gerakan. Jack sendiri memiliki banyak type yang dapat
harus diisi dengan bahan grout. Tahap pekerjaan grouting dilakukan dengan cara
dipompa melalui pipa yang dipasang pada lubang yang ada di anchor guide.
Ada beberapa macam sistem beton prategang ditinjau dari berbagai segi, yaitu :
Pada metode ini tendon kabel ( Tendon ) prategang ditarik atau diberi gaya
prategang kemudian diangker pada suatu abutment tetap. Beton dicor pada
melingkupi tendon yang sudah diberi gaya prategang dan dibiarkan mengering.
Jika kekuatan beton sudah mencapai yang disyaratkan atau cukup umur kuat
untuk menerima gaya prategang maka tendon dipotong atau angkurnya dilepas.
Pada saat baja yang ditarik berusaha untuk berkontraksi, beton akan tertekan.
Pada cara ini tidak digunakan selongsong tendon. Setelah gaya prategang
menerima beban kerja. Setelah beban kerja bekerja, maka balok beton tersebut
akan rata.
dalam maupun luar penampang beton yang dipasang melengkung sesuai bidang
sudah dirangkai sebelum dilakukan pengecoran. Setelah beton cukup umur dan
kuat memikul gaya prategang, tendon atau kabel prategang dimasukkan dalam
selongsong ( tendon duct ) kemudian ada yang diisi dengan campuran semen, air,
dan additive yang disebut grout, selubung tersebut disebut tendon terlekat
(bonded tendon). Fungsi dari grout sendiri untuk melindungi baja prategang dari
karat, juga untuk membuat ikatan antara tendon dengan beton.selubung yang tidak
diisi dengan semen grout disebut tendon tidak terlekat (unbounded tendon), untuk
prategang ini, salah satu ujung kabel diangker, kemudian ujung lainnya ditarik (
ditarik dari satu sisi ). Ada pula yang ditarik dikedua sisinya dan diangker secara
telah ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya
Karena alasan transportasi dari pabrik beton kesite, maka biasanya beton
direncanakan untuk tidak mengalami retak pada beban layan, jadi pada
komponen tersebut ditetapkan tegangan tarik yang terjadi = nol ( σtt = σts
= 0 ).
Dimana :
Mn = Tp (dp – a/2 )
sehingga secara teoritis tidak diperlukan penggunaan tulangan lunak pada system
ini.
member beton prategang pada beban layan penuh. Untuk menyediakan keamanan
biasa) sering ditambahkan untuk memberi kekuatan batas yang lebih tinggi, pada
sebagian, maka komponen tersebut dapat didesain untuk mengalami retak pada
beban layan dengan batasan tegangan tarik pada saat layan diperbolehkan
maksimum
σts = 0.50√𝑓𝑐′
Gambar 2.19 Penampang Persegi beton Prategang Sebagian dalam Keadaan Lentur
Batas
Dimana :
Keseimbangan Penampang :
C = Tp + Ts
𝐴𝑝𝑠.𝑓𝑝𝑠+𝐴𝑠.𝑓𝑦
a=
0.85.𝑓𝑐 ′ .𝑏
Dimana :
b). Mn = C’c (h/2 – a/2) + C’s (h/2 – d’) + Ts (d – h/2) + Tp (dp – h/2)
Keterangan :
Persentase prategang :
𝑎
𝑇𝑝(𝑑𝑝− 2 )
p= 𝑎 2
𝑇𝑝 �𝑑𝑝− �+𝑇𝑠(𝑑− )
2 2
formula berikut asalkan tegangan efektif fse tidak kurang dari 0,5 fpu
Ɣ𝑝 𝑓𝑝𝑢 𝑑
𝑓𝑝𝑠 = 𝑓𝑝𝑢 �1 − �𝜌𝑝 ′ + (⍵ − ⍵′ )��
𝛽1 𝑓𝑐 𝑑𝑝
Dimana:
⍵ = ρ.fy / fc’
⍵’ = ρ’.fy / fc’
ρp = Aps/b.dp
khususnya bila beban mati relative kecil dibandingkan dengan beban rencana
atas.
disebabkan oleh kondisi beton setelah diberi gaya prategang. Kehilangan gaya
Ketika tendon yang telah terikat dengan beton juga ikut memendek secara
bersamaan dengan memendeknya beton. Antara sistem pra-tarik dan pasca tarik
Pada sistem pra-tarik perubahan regangan pada baja prategang yang diakibatkan
oleh perpendekan elastis beton adalah sama dengan regangan beton pada baja
prategang tersebut.
a. Pratarik
tergantung pada rasio modular dan tegangan beton dimana baja prategang terletak.
Dimana :
Δ fp = kehilangan prategang
elastisitas beton.
prategang maka akan menyebabkan terjadinya kehilangan tegangan yang ada pada
baja prategang tersebut. Tegangan pada beton akibat gaya prategang awal ( Pi )
adalah :
𝑃𝑖
fc’ = ⟶ jika luas penampang kabel diperhitungkan
𝐴𝑐+𝑛.𝐴𝑠𝑝
sebagai berikut :
𝑛. 𝑃𝑖
Δ𝑓𝑝 =
𝐴𝑐 + 𝑛. 𝐴𝑠𝑝
𝛥𝑓𝑝 𝑃
Es = 𝑓𝑝
𝑥 100% , dengan nilai 𝑓𝑝 = 𝐴𝑠𝑝
Dimana :
P = gaya prategang
fp = prategang
ES = n fc’
kabel prategang. Jadi dalam hal ini besarnya tegangan beton pada level kabel
prategang adalah :
𝑃𝑖 𝑃𝑖. 𝑒. 𝑦
𝑓𝑐 ′ = +
𝐴𝑐 𝐼
𝑃𝑖 𝑃𝑖.𝑒.𝑦
∆𝑓𝑝 = 𝑛 � + �
𝐴𝑐 𝐼
Dimana :
y = jarak dari serat dimana tegangan beton fc diukur dari cgc. disini kebetulan y =
b. Pasca tarik
Kehilangan prategang pada system pasca tarik hanya berlaku jika menggunakan
lebih dari satu kabel prategang, kehilangan gaya ditentukan dari kabel yang
pertama ditarik dan memakai harga setengahnya untuk mendapatkan harga rata-
rata semua kabel. Sedangkan jika hanya menggunakan kabel tunggal tidak ada
𝐸𝑠
∆𝑓𝑝 = 0.5 𝑓𝑐′
𝐸𝑐
Dimana :
ada gesekan antara sistem penarik ( jacking ) dan angkur, sehingga tegangan yang
ada pada tendon atau kabel prategang sehingga akan lebih kecil dari pada yang
menggunakan persamaan :
Dimana :
diameter selongsong ( ds ).
Slip pada angkur terjadi pada waktu dilepaskan dari mesin penarik dan
ditahan baji dipengangkuran dan gaya prategang ditransfer dari mesin penarik ke
angkur. Pada kebanyakan angkur system pasca tarik, setelah gaya prategang
diberikan wedge akan tergelincir hingga jarak tertentu sampai wedge terkunci.
Kehilangan prategang akibat slip pada angkur dapat dihitung dengan persamaan :
S rata − rata
ANC = x 100%
∆L
Dimana:
yang dipengaruhi oleh waktu. Diakibatkan oleh proses penuaan beton selama
tegangan tertentu sebagai fungsi waktu. Pada struktur beton prategang, rangkak
CR = ɛce . fc. Es
ɛcr
𝜑=
ɛce
𝑓c
ɛcr = 𝜑 ɛce = 𝜑 =
Ec
𝐸𝑠
𝑛=
𝐸𝑐
𝑓c 𝐸𝑠
CR = ɛcr . Es = 𝜑 = Ec 𝐸𝑠 = 𝜑 𝑓𝑐 𝐸𝑐
= 𝜑 𝑓𝑐 . 𝑛
Dimana ∶
𝜑 = koefisien rangkak
Sedangkan untuk struktur dengan lekatan yang baik antara tendon dan
dengan persamaan :
𝐸𝑠
𝐶𝑅 = 𝐾𝑐𝑟 (𝑓𝑐𝑖 − 𝑓𝑐𝑑)
𝐸𝑐
Dimana :
fcd = Tegangan beton pada pusat berat tendon akibat beban mati (
dead load ).
kelembaban relative dan waktu antara akhir pengecoran dan pemberian gaya
prategang juga mempengaruhi susutnya beton, sehingga baja prategang pun ikut
Kehilangan tegangan akibat susut pada beton dapat dihitung dari persamaan
berikut :
SH = ɛcs . ES
200 𝑥 10−6
ɛcs =
𝑙𝑜𝑔10 (𝑡+2)
dengan t adalah usia beton pada waktu transfer gaya prategang, dalam
hari.
3) Relaksasi Baja
Pengurangan gaya prategang ini akan tergantung pada lamanya waktu berjalan
dan rasio antara prategang awal ( fpi ) dan prategang akhir ( fpy ).
Besarnya kehilangan tegangan pada baja prategang akibat relaksasi baja prategang
Dimana :
prategang.
Menurut Prof. T.Y. Lin Ned (1982) kehilangan tegangan total sebagai
berikut:
pada beton, 7% susut pada beton, dan 8% relaksasi baja. Sehingga kehilangan
pada beton, 6% susut pada beton, dan 8% relaksasi baja. Sehingga kehilangan
kehilangan tegangan η, nilai η biasanya diambil 0.85 untuk struktur pratarik dan
0.8 untuk struktur pascatarik,dan biasa digunakan untuk perkiraan awal harga
total kehilangan.