Anda di halaman 1dari 40

BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 6

BAB II

DASAR TEORI BETON PRATEGANG

2.1 Umum

Beton adalah suatu material atau bahan yang mempunyai kekuatan tekan

yang tinggi tetapi lemah terhadap kekuatan tarik. Sedangkan baja adalah material

yang sangat kuat terhadap tarik. Beton sendiri memiliki kekuatan tarik pada

umumnya berkisar antara 8 – 14 % dari kekuatan tekannya. Pada beton bertulang

( reinforced concrete ) beton hanya memikul tegangan tekan, sedangkan

tegangan tarik dipikul oleh baja sebagai tulangan ( rebar). Sehingga pada beton

bertulang,penampang beton tidak efektif 100% digunakan,karena bagian yang

tertarik tidak diperhitungkan sebagai pemikul tegangan. Pada struktur dengan

bentang yang panjang, struktur beton bertulang biasa tidak cukup untuk menahan

tegangan lentur sehingga terjadi retak – retak di daerah yang mempunyai tegangan

lentur,geser, atau puntir yang tinggi. Retak lentur sendiri dapat terjadi pada beton

di taraf pembebanan yang masih rendah. Apabila tegangan tarik tersebut dapat

diperkecil atau bahkan ditiadakan dengan membuat keseluruhan tinggi

penampang beton mengalami gaya tekan maka retak dapat dihindari. Hal tersebut

dapat dilkukan dengan memberikan gaya konsentris atau eksentris dalam arah

longitudinal elemen structural. Gaya longitudinal tersebut ialah gaya prategang.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 7

Beton prategang sendiri ialah beton yang menalami tegangan internal

dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai

batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal.

2.2 Prinsip Dasar Beton Prategang

Ada tiga konsep yang berbeda-beda yang dapat dipakai untuk menjelaskan

dan menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang. Hal ini penting bagi

perancang untuk mendesain beton prategang dengan sebaik – baik dan seefisien –

efisiennya .

2.2.1 System Prategang Untuk Mengubah Beton Yang Getas Menjadi Bahan

Yang Elastis

Eugene Freyssinet menggambarkan bahwa beton pteregang pada dasarnya

adalah beton yang ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan yang

elastis dengan memberikan tekanan terlebih dahulu pada beton. Dengan

memberikan tekanan ( dengan menarik baja mutu tinggi ), beton yang bersifat

getas dan kuat memikul tekanan, akibat adanya tekanan internal ini dapat

memikul tegangan tarik akibat beban eksternal. Dari konsep ini lahir kriteria

“tidak ada tegangan tarik” pada beton. Umumnya telah diketahui bahwa jika tidak

ada tegangan tarik pada beton, maka tidak akan terjadi retak, dan beton bukan

merupakan bahan yang getas lagi melainkan berubah menjadi bahan yang elastis.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 8

Gambar 2.1 Akibat Gaya Prategang Konsentris ditambah Beban Eksternal

Sumber : Konstruksi Beton Pratekan, Ir. Soetoyo

Akibat diberi gaya tekan ( gaya prategang ) P yang bekerja pada pusat berat

penampang beton, akan memberikan tegangan tekan yang merata diseluruh

penampang beton sebesar :

𝑃
𝑓=
𝐴

dimana A adalah luas penampang beton tersebut. Jika M adalah momen eksternal

atau momen lentur pada penampang akibat beban dan berat sendiri balok, maka

tegangan pada setiap titik sepanjang penampang akibat M adalah :

𝑀𝑦
𝑓=
𝐼

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 9

Dimana y adalah jarak dari sumbu yang melalui titik berat dan I adalah momen

inersia penampang. Jadi distribusi tegangan yang dihasilkan adalah :

𝑃 𝑀𝑦
𝑓= ±
𝐴 𝐼

Diatas garis netral tidak boleh melampaui tegangan hancur beton :

𝑃 𝑀𝑐
𝑓= +
𝐴 𝐼

Dibawah garis netral tidak boleh lebih kecil dari nol :

𝑃 𝑀𝑐
𝑓= −
𝐴 𝐼

Jadi dengan adanya gaya internal tekan ini, maka beton akan dapat memikul

beban tarik.

Penyelesaian ini sedikit lebih rumit bila tendon ditempatkan secara

eksentrisitas terhadap titik berat penampang beton. Disini resultan gaya tekan P

pada beton bekerja pada titik tendon yang berjarak e dari garis netral.

Tegangan beton akibat gaya prategang P dengan eksentrisitas e sama untuk

kedua penampang tanpa memperhatikan variasi bentuk balok atau profil kabel di

luar penampang.

Hal ini hanya berlaku pada konstruksi statis tertentu saja dimana reaksi

eksternal tidak dipengaruhi oleh gaya prategang internal.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 10

Sumber : Design of Prestressed Concrete Structures, T.Y Lin – Ned H Burns

Jika momen yang dihasilkan oleh system prategang adalah P e dan tegangan –

tegangan akibat momen ini adalah

𝑃𝑒𝑦
𝑓=
𝐼

Maka distribusi tegangan yang dihasilkan adalah

𝑃 𝑃𝑒𝑦 𝑀𝑦
𝑓= ± ±
𝐴 𝐼 𝐼

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 11

2.2.2 Sistem Prategang untuk Kombinasi Baja Mutu Tinggi dengan Beton Mutu

Tinggi

Konsep ini hampir sama dengan konsep beton bertulang biasa, yaitu beton

prategang merupakan kombinasi kerja sama antara baja prategang dan beton,

dimana beton menahan beban tekan dan baja prategang menahan beban tarik

dengan demikian kedua bahan membentuk kopel penahan untuk melawan momen

eksternal

Gambar 2.4 Momen penahan internal pada balok prategang dan beton bertulang

Sumber : Design of Prestressed Concrete Structures, T.Y Lin – Ned H Burns

Pada beton prategang, baja prategang ditarik dengan gaya prategang T

yang mana membentuk suatu kopel momen dengan gaya tekan pada beton C

untuk melawan momen akibat beban luar. Sedangkan pada beton bertulang biasa,

besi penulangan menahan gaya tarik T akibat beban luar, yang juga membentuk

kopel momen dengan gaya tekan pada beton C untuk melawan momen luar akibat

beban luar.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 12

2.2.3 Sistem Prategang Untuk Mencapai Keseimbangan Beban

Konsep ini mengutamakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat

seimbang gaya-gaya pada balok. Pada design struktur beton prategang, pengaruh

dari prategang dipandang sebagai keseimbangan berat sendiri, sehingga batang

yang mengalami lendutan seperti plat, balok dan gelagar tidak akan mengalami

tegangan lentur pada kondisi pembebanan yang terjadi.

Gambar 2.5 Kabel rategang dengan tendon parabola

Sumber : Konstruksi Beton Pratekan, Ir. Soetoyo

Suatu balok beton diatas dua perletakan ( simple beam ) yang diberi gaya

prategang P melalui suatu kabel prategang dengan lintasan parabola. Beban akibat

gaya prategang yang terdistribusi secara merata kearah atas dinyatakan :

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 13

8𝑃ℎ
𝑊𝑏 =
𝐿²

Dimana :

Wb : beban merata kearah atas, akibat gaya prategang P

h : eksentrisitas maksimum kabel prategang.

L : bentangan balok.

P : gaya prategang.

Jadi beban merata akibat beban ( mengarah kebawah ) diimbangi oleh gaya

merata

akibat prategang wb yang mengarah keatas.

Inilah tiga konsep dari beton prategang ( pratekan ), yang nantinya dipergunakan

untuk menganalisa suatu struktur beton prategang.

2.3 Material Beton Prategang

2.3.1 Beton

Beton yang digunakan untuk beton prategang adalah yang mempunyai

kekuatan tekan yang cukup tinggi dengan nilai fc’ antara 30-45 MPa. Kuat tekan

yang tinggi diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan,

pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan, mempunyai modulus

elastisitas yang tinggi dan mengalami rangkak lebih kecil. Dalam prakteknya

diisyaratkan kekuatan beton yang lebih rendah pada saat peralihan dari pada

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 14

kekuatan beton pada umur 28 hari. Ini dikehendaki untuk memungkinkan

penarikan gaya prategang yang lebih dini ke beton. Saat peralihan, beton tidak

dibebani oleh beban-beban eksternal yang berlebih,dan kekuatan hanya perlu

untuk menjaga keruntuhan pengangkuran dan rangkak yang berlebihan. Kuat tarik

beton mempunyai harga yang jauh lebih rendah dari kuat tekannya. Untuk tujuan

desain, SNI 03- 2074-2002 menetapkan kuat tarik beton sebesar σts = 0.5 √𝑓𝑐 ′ ,

sedangkan ACI 318 sebesar σts = 0.6 √𝑓𝑐 ′ .

Modulus elastisitas beton E dalam SNI 03 – 2874 – 2002 ditetapkan :

Ec = (wc )1.5 x 0,043 �𝑓𝑐′

Dimana : Ec : modulus elastisitas beton ( MPa )

wc : berat volume beton ( kg/m3 )

fc’ : tegangan tekan beton ( MPa )

Sedangkan untuk beton normal diambil : Ec = 4700 √𝑓𝑐′ MPa. Pengembangan

regangan sepanjang waktu disebabkan oleh susut (shrinkage) dan rangkak (creep).

Susut tidak disebabkan oleh tegangan, tetapi merupakan akibat dari hilangnya air

dalam proses pengeringan beton,sementara rangkak disebabkan oleh bekerjanya

tegangan.

Table.2.1 Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur beton (benda
uji)

Umur benda uji beton


(hari) 3 7 14 21 28 90 365

Perbandingan kekuatan 0.40 0.65 0.88 0.95 1.00 1.20 1.35

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 15

Sumber: Desain Praktis Beton Prategang, Andri Budiadi

Gambar 2.6 Diagram tegangan regangan beton

Sumber: Desain Praktis Beton Prategang, Andri Budiadi

2.3.2 Baja Prategang

Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum untuk menghasilkan gaya

prategang dan mensuplai gaya tarik pada beton prategang. Karena baja prategang

mengalami kehilangan gaya-gaya prategang yang cukup besar dalam masa

layannya.

Salah satu standar yang umum dipakai dalam pembuatan baja prategang adalah

ASTM. Berikut tiga jenis baja prategang yang umum digunakan dengan standar

spesifikasi ASTM :

1) Kawat baja tunggal

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 16

Kawat untuk system prategang umumnya disesuaikan dengan spesifikasi

ASTM A-421 untuk “Uncoated Stress- Relieved Wire for Prestressed

Concrete” kawat tersebut dibuat dari batang yang dihasilkan oleh proses

open hearth atau tungku listrik. Kawat – kawat disuplai dalam bentuk

gulungan atau coil. Kawat- kawat tersebut dipotong dengan panjang

tertentu dan dipasang di pabrik atau dilapangan. Beberapa jenis baja harus

bebas dari lemak dan dibersihkan terlebih dahulu sebelum dipasang,untuk

menjamin rekatan yang baik pada beton. Karat yang lepas atau sisik harus

dibuang, tetapi lapisan karat yang merekat kuat dianggap menguntungkan

untuk menambah rekatan.

Gambar 2.7 Diagram Tegangan Regangan Kawat Tunggal

Sumber: Desain Praktis Beton Prategang, Andri Budiadi

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 17

2) Untaian kawat (Strand) baja

Untaian kawat (strand ) untuk system prategang umumnya disesuaikan

dengan spesifikasi ASTM A-416 untuk “Uncoated seven-wire Stress-

relieved for Prestressed Concrete”, yang digunakan adalah dua

derajat,1724 MPa, dan 1862 MPa, dimana kata “derajat” menunjukan

tegangan putus minimum yang dijamin. Spesifikasi ini ditunjukkan untuk

beton prategang pratarik yang terekat. Juga dapat dipakai untuk konstruksi

pasca tarik baik jenis terekat atau pun tidak terekat.

Gambar 2.8 Diagram Tegangan Regangan Untaian Baja

Sumber: Desain Praktis Beton Prategang, Andri Budiadi

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 18

Tabel 2.2 Karakteristik Strand

Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga

3) Baja Batang

Spesifikasi ASTM A-322 dan A-29 sering dipakai untuk campuran batang

baja mutu tinggi. Biasanya disyaratkan bahwa semua batang baja dicoba

ditegangkan sampai 90% kekuatan batas yang ditentukan. Meskipun

kekuatan batas sesungguhnya seringkali mencapai 1100 MPa, nilai

minimum yang ditentukan adalah 1000 MPa. Batang – batang baja mutu

tinggi tersedia dengan panjang lebih dari 24.4 m, karena kesulitan dalam

pengapalan, panjangnya kemudian dibatasi. Khusus untuk batang ulir

mutu tinggi dengan kekuatan batas 1100 MPa tersedia dalam ukuran

diameter 25.4 sampai 34.9 mm. kekuatan batas 1600 MPa tersedia untuk

batang-batang ini dengan diameter 15.9 mm.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 19

Gambar 2.9 Diagram Tegangan Regangan Baja Batang

Sumber: Desain Praktis Beton Prategang, Andri Budiadi

2.3.3 Baja Non-Prategang

Tulangan ini dapat terbuat dari kawat tegangan tarik tinggi, strand kawat,

batang, atau sekedar batang baja lunak biasa. Jika tulangan prategang dan non-

prategang dikombinasikan dalam suatu struktur,baja non- prategang hampir selalu

tidak efektif,sampai terjadinya retak. Pengaruhnya terhadap permukaan retak

rambut dan terhadap lendutan elastis dari balok cukup kecil. Tetapi setelah retak

terjadi,baja non- prategang tersebut akan mendistribusikan retak secara merata

dan mencegah pembentukan retak besar dan keruntuhan akibat tekan. Selain itu

dapat meningkatkan kekuatan batas,memperkuat bagian yang tidak terjangkau

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 20

oleh baja prategang dan memberikan keamanan tambahan untuk kondisi

pembebanan yang tak terduga. Tulangan non- prategang dapat ditempatkan pada

posisi yang berbeda dalam balok prategang untuk tujuan atau fungsi yang berbeda

dan untuk membantu memikul beban pada tahap yang berbeda.

Pendesainan tulangan non- prategang dengan teori elastis, tegangan tarik

pada tulangan sangat kecil. Tetapi studi mengenai tegangan elastis tetap penting

untuk membantu memahami perilaku balok yang demikian dan untuk melakukan

desain dengan semestinya. Sebelum retak, tulangan tersebut sama sekali tidak

akan berfungsi sebagaimana mestinya. Baja non- prategang akan meningkatkan

kekuatan batas balok dan mengurangi lendutan setelah terjadinya retak.

Karena hampir semua balok prategang didesain untuk tanpa retak dalam

batas beban kerja,tulangan non- prategang tidak berfungsi dalam batas beban

kerja,tulangan tersebut umumnya sama efektifnya dengan tulangan prategang di

sekitar beban batas. Sehingga, jika kekuatan batas merupakan hal yang lebih

diutamakan ketimbang kekuatan elastis,tulangan non- prategang dapat digunakan

secara menguntungkan. Singkatnya, dapat diasumsikan bahwa baja non-

prategang akan bekerja hingga titik leleh pada saat balok runtuh.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 21

Gambar 2.10 Grafik Tegangan Regangan pada Baja

Sumber : Design of Prestressed Concrete Structures, T.Y Lin – Ned H Burns

2.3.4 Komponen Prategang

Komponen prategang adalah material-material yang dibutuhkan untuk

mendukung pemberian gaya prategang pada struktur.

1) Selubung Tendon (duct)

Biasa digunakan untuk prategang pascatarik sebagai ruang untuk

meletakkan strand, Menurut SK SNI T-15-1991-03, selonsong untuk tendon yang di-

grout atau tanpa lekatan harus kedap air dan tidak reaktif dengan beton, tendon atau

bahan pengisinya. Apabila digunakan kawat majemuk, kawat untai atau batang tendon

yang digrout, selonsong harus mempunyai diameter paling sedikit 6 mm lebih besar dari

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 22

diameter tendon dan mempunyai luas penampang dalam paling sedikit dua kali luas dari

tendon.

Ada dua macam selubung (conduit/duct), yaitu sistem prategang dengan lekatan

(bonded) dan yang untuk tanpa lekatan (unbonded). Untuk system prategang dengan

lekatan sendiri biasanya mengunakan Formed Duct atau Cored Duct.

Formed Duct ialah selongsong yang dibuat dengan menggunakan lapisan tipis

yang tetap ditempat. Harus berupa bahan yang tidak memungkinkan tembusnya pasta

semen. Selongsong tersebut harus mentransfer tegangan lekatan yang dibutuhkan dan

harus dapat mempertahankan bentuknya pada saat memikul berat beton. Selongsong

logam harus berupa besi beton atau logam baja yang digalvanisasi,selubung plastic

berulir atau selubung karet.

Cored Duct ialah selongsong yang harus dibentuk tanpa adanya tekanan yang

dapat mencegah aliran suntikan.

Sedangkan apabila tendon harus tanpa lekatan, biasanya dipakai plastik atau kertas

tebal sebagai pembungkus dan tendon diberi minyak (grease) untuk mempermudah

penarikan dan mencegah terjadinya karat.

Ukuran dari selongsong sendiri untuk tendon yang terdiri dari kawat, batang atau

strands, diameter selongsongannya harus sedikitnya ¼ lebih besar dari diameter nominal

kawat, batang atau strands.

Sesudah selongsong diletakkan dan pencetakan selesai, harus dilakukan

pemeriksaan untuk menyelidiki kerusakan selongsongan yang mungkin ada.

Selongsongan harus dikencangkan dengan baik pada jara-jarak yang cukup dekat, untuk

mencegah peralihan selama pengecoran beton.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 23

Gambar 2.11 Plastic Corrugated Duct and Flat Duct

Sumber : VSL Filed Manual

2) Angkur (anchorages)

Suatu alat yang digunkan untuk menjangkarkan tendon kepada komponen

struktur beton dalam system pasca tarik, atau suatu alat untuk menjangkangkar

tendon selama proses pengerasan beton dalam system pratarik. Biasanya

angkur dirancang untuk menerapkan kekuatan menekankan awal hingga

80% dari beban maksimum yang ditentukan karakteristik, dengan kekuatan

beton minimum 28 MPa (silinder) atau 35 MPa (cube).

Pemilihan angkur sendiri tergantung pada tujuan penggunaannya dan

persyaratan struktur, juga pada jumlah dan kualitas yang diperlukan untuk

menerapkan untai gaya yang dibutuhkan per unit kabel. Pada system pascatarik

pengangkuran menggunakan blok angkur (anchor block) atau angkur mati (dead

end anchor).

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 24

Angkur mati adalah angkur yag didesain tidak untuk ditarik. Sedangkan blok

angkur pada multi-strand tendon terdiri dari wedges,anchor block, dan anchor

guide. Nantinya setelah proses penarikan selesai strand yang telah tertegangi akan

dijepit oleh wedge pada anchor block yang bersandar pada anchor guide yang

kemudian akan mentransfer tegangan kepada beton. Pada anchor guide juga

terdapat lubang untuk memasang pipa untuk pelaksanaan grouting.

Gambar 2.12 block anchor pada multistrand tendon

Sumber : VSL Filed Manual

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 25

Gambar 2.13 Angkur mati

Sumber : VSL Filed Manual

3) Dongkrak Penegang (Stressing Jack)

Suatu alat yang digunakan untuk menegangkan tendon. Gaya jacking

sendiri ialah gaya sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan tarik

pada beton prategang. Umumnya jack menggunakan pompa hidrolis untuk dapat

menarik tendon. Selang hidrolik tidak boleh membungkuk terlalu tajam selama

operasi dan harus diletakkan sehingga mereka memiliki kebebasan maksimum

yang mungkin dari gerakan. Jack sendiri memiliki banyak type yang dapat

digunakan untuk menarik tendon,tergantung dari besarnya gaya yang diperlukan

untuk menarik tendon.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 26

Table 2.2 Standar jack VSL untuk berbagai tipe tendon

Sumber : VSL Filed Manual

Gambar 2.14 Stressing Jack VSL type II (ZPE-19)

Sumber : VSL Filed Manual

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 27

4) Perlengkapan Grouting (grouting equipment)

Untuk memberikan proteksi permanen pada baja pasca tarik,dan untuk

mengembangkan lekatan antara baja dengan beton disekitarnya,saluran prategang

harus diisi dengan bahan grout. Tahap pekerjaan grouting dilakukan dengan cara

menyuntikkan semen (grout) dan memompanya kedalam duct. Bahan grout

dipompa melalui pipa yang dipasang pada lubang yang ada di anchor guide.

Gambar II.15 Standard tool box for grout testing

Sumber : VSL Filed Manual

2.4 Metode Prategang

Ada beberapa macam sistem beton prategang ditinjau dari berbagai segi, yaitu :

2.4.1 Ditinjau dari Cara Penarikan :

1) Pratarik (Pre-tension Metode)

Pada metode ini tendon kabel ( Tendon ) prategang ditarik atau diberi gaya

prategang kemudian diangker pada suatu abutment tetap. Beton dicor pada

cetakan ( formwork) dan landasan yang sudah disediakan sedemikian sehingga

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 28

melingkupi tendon yang sudah diberi gaya prategang dan dibiarkan mengering.

Jika kekuatan beton sudah mencapai yang disyaratkan atau cukup umur kuat

untuk menerima gaya prategang maka tendon dipotong atau angkurnya dilepas.

Pada saat baja yang ditarik berusaha untuk berkontraksi, beton akan tertekan.

Pada cara ini tidak digunakan selongsong tendon. Setelah gaya prategang

ditransfer kebeton, balok beton tersebut akan melengkung keatas sebelum

menerima beban kerja. Setelah beban kerja bekerja, maka balok beton tersebut

akan rata.

Gambar 2.16 Proses Pembuatan Beton Prategang Pratarik

Sumber : Konstruksi Beton Pratekan, Ir. Soetoyo

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 29

2) Pasca Tarik (Post-Tension Metode)

Dengan cetakan ( formwork ) yang telah disediakan lengkap dengan

saluran/selongsong kabel prategang ( tendon duct ) dapat diletakkan dibagian

dalam maupun luar penampang beton yang dipasang melengkung sesuai bidang

momen balok,apabila selubung diletakkan dibagian dalam maka selubung harus

sudah dirangkai sebelum dilakukan pengecoran. Setelah beton cukup umur dan

kuat memikul gaya prategang, tendon atau kabel prategang dimasukkan dalam

selongsong ( tendon duct ) kemudian ada yang diisi dengan campuran semen, air,

dan additive yang disebut grout, selubung tersebut disebut tendon terlekat

(bonded tendon). Fungsi dari grout sendiri untuk melindungi baja prategang dari

karat, juga untuk membuat ikatan antara tendon dengan beton.selubung yang tidak

diisi dengan semen grout disebut tendon tidak terlekat (unbounded tendon), untuk

mencegah baja prategang tidak berkarat maka umumnya digunakan greas.

kemudian ditarik untuk mendapatkan gaya prategang. Methode pemberian gaya

prategang ini, salah satu ujung kabel diangker, kemudian ujung lainnya ditarik (

ditarik dari satu sisi ). Ada pula yang ditarik dikedua sisinya dan diangker secara

bersamaan.Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya prategang

telah ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya

prategang tendon memberikan beban merata kebalok yang arahnya keatas

(camber), akibatnya balok melengkung keatas.

Karena alasan transportasi dari pabrik beton kesite, maka biasanya beton

prategang dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental ( balok

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 30

dibagi-bagi, misalnya dengan panjang 1~1,5m ), kemudian pemberian gaya

prategang dilaksanakan disite, setelah balok segmental tersebut dirangkai.

Gambar 2.17 Proses Pembuatan Beton Prategang Pascatarik

Sumber : Konstruksi Beton Pratekan, Ir. Soetoyo

2.4.2 Ditinjau dari Keadaan Distribusi Tegangan Pada beton

1) Prategang Penuh ( Fully Prestressing )

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 31

Suatu sistem yang dibuat sedemikian rupa,sehingga tegangan yang

terjadi adalah tekanan pada seluruh tampang. Untuk komponen-kompenen

struktur dari beton prategang penuh, maka komponen tersebut

direncanakan untuk tidak mengalami retak pada beban layan, jadi pada

komponen tersebut ditetapkan tegangan tarik yang terjadi = nol ( σtt = σts

= 0 ).

Gambar.2.18 Penampang Balok Prategang

Sumber : SNI Beton 03-2847-2002

Dimana :

σtt : tegangan tarik ijin pada saat transfer gaya prategang

σts : tegangan tarik ijin pada saat servis

Momen nominal jika penampang prategang penuh :

Mn = Tp (dp – a/2 )

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 32

sehingga secara teoritis tidak diperlukan penggunaan tulangan lunak pada system

ini.

2) Prategang Sebagian ( Partial Prestressing )

Metode desain yang mengijinkan adanya sejumlah tegangan tarik pada

member beton prategang pada beban layan penuh. Untuk menyediakan keamanan

tambahan untuk beton prategang sebagian,tulangan non-prategang (tulangan

biasa) sering ditambahkan untuk memberi kekuatan batas yang lebih tinggi, pada

balok dan untuk memikul tegangan tarik pada beton.

Untuk kompomen struktur yang direncanakan sebagai beton prategang

sebagian, maka komponen tersebut dapat didesain untuk mengalami retak pada

beban layan dengan batasan tegangan tarik pada saat layan diperbolehkan

maksimum

σts = 0.50√𝑓𝑐′

Gambar 2.19 Penampang Persegi beton Prategang Sebagian dalam Keadaan Lentur

Batas

Sumber : SNI Beton 03-2847-2002

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 33

Dimana :

a = tinggi balok tekan

C’s = gaya pada tulangan tekan

C’c = gaya tekan pada beton

d = jarak pusat tulangan non prategang keserat tekan terluar

dp = jarak pusat tulangan prategang ke serat tekan terluar

fps = tegangan total pada baja prategang

ɛpi = regangan awal kabel prategang

Tp= gaya pada kabel prategang

Ts = gaya pada tulangan tarik

X = jarak garis netral dari serat tekan terluar

Δɛpi = regangan kabel prategang akibat lentur

Keseimbangan Penampang :

a). C’s + C’c = Tp + Ts

C = Tp + Ts

0,85 fc’ b.a = Aps. f

𝐴𝑝𝑠.𝑓𝑝𝑠+𝐴𝑠.𝑓𝑦
a=
0.85.𝑓𝑐 ′ .𝑏

Dimana :

Aps = luas tulangan baja prategang

As = luas tulangan baja non prategang

fc’ = kuat tekan pada beton

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 34

fy = tegangan leleh baja

b). Mn = C’c (h/2 – a/2) + C’s (h/2 – d’) + Ts (d – h/2) + Tp (dp – h/2)

jika tulangan tekan diabaikan :

Mn = Ts (d – a/2) + Tp (dp – a/2)

Keterangan :

Ts (d – a/2) = momen nominal yang dipikul oleh tulangan tarik

Tp (dp – a/2) = momen nominal yang dipikul oleh kabel prategang

Persentase prategang :

𝑎
𝑇𝑝(𝑑𝑝− 2 )
p= 𝑎 2
𝑇𝑝 �𝑑𝑝− �+𝑇𝑠(𝑑− )
2 2

Bila tidak dihitung secara teliti SNI 03-2847-2002 memperbolehkan penggunaan

formula berikut asalkan tegangan efektif fse tidak kurang dari 0,5 fpu

Ɣ𝑝 𝑓𝑝𝑢 𝑑
𝑓𝑝𝑠 = 𝑓𝑝𝑢 �1 − �𝜌𝑝 ′ + (⍵ − ⍵′ )��
𝛽1 𝑓𝑐 𝑑𝑝

Dimana:

⍵ = ρ.fy / fc’

⍵’ = ρ’.fy / fc’

ρp = Aps/b.dp

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 35

Ɣp = factor yang memperhitungkan tipe tendon prategang

= 0.55 untuk fpy/fpu tidak kurang dari 0.80

= 0.40 untuk fpy/fpu tidak kurang dari 0.85

= 0.28 untuk fpy/fpu tidak kurang dari 0.90

Suatu keuntungan dari prategang sebagian adalah berkurangnya lendutan

ke atas (camber). Pengurangan lendutan ke atas menjadi minimum adalah penting,

khususnya bila beban mati relative kecil dibandingkan dengan beban rencana

total,pengurangan lendutan ke atas awal juga berarti mengurangi pengaruh

rangkak-lentur dan kemudahan dalam pengendalian keseragaman lendutan ke

atas.

2.5 Kehilangan Gaya Prategang

Kehilangan tegangan adalah berkurangnya gaya yang bekerja pada tendon

dalam tahap-tahap pembebanan.di dalam suatu system struktur beton prategang

selalu terdapat kehilangan gaya prategang, baik akibat system penegangan

maupun akibat pengaruh waktu.

2.5.1 Kehilangan Prategang Jangka Pendek (Immediate elastic losses)

Kehilangan prategang jangka pendek adalah kehilangan prategang yang

disebabkan oleh kondisi beton setelah diberi gaya prategang. Kehilangan gaya

tersebut disebabkan oleh :

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 36

1) Perpendekan Elastic Beton ( Elastic shortening )

Ketika tendon yang telah terikat dengan beton juga ikut memendek secara

bersamaan dengan memendeknya beton. Antara sistem pra-tarik dan pasca tarik

pengaruh kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis beton berbeda.

Pada sistem pra-tarik perubahan regangan pada baja prategang yang diakibatkan

oleh perpendekan elastis beton adalah sama dengan regangan beton pada baja

prategang tersebut.

a. Pratarik

Secara umum, kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis (elastic shortening)

tergantung pada rasio modular dan tegangan beton dimana baja prategang terletak.

Dapat dinyatakan sebagai berikut :


𝐸𝑠𝑝
Δ 𝑓𝑝 = n . 𝑓𝑐’ , dengan nilai n = 𝐸𝑐

Dimana :

Δ fp = kehilangan prategang

fc’ = tegangan beton ditempat baja prategang

n = ratio antara modulus elastisitas baja prategang dan modulus

elastisitas beton.

Esp = modulus elastisitas baja prategang

Ec = moulus elastisitas beton

Jika gaya prategang ditransfer ke beton, maka beton akan memendek (

perpendekan elastis ) dan di-ikuti dengan perpendekan baja prategang yang

mengikuti perpendekan beton tersebut. Dengan adanya perpendekan baja

prategang maka akan menyebabkan terjadinya kehilangan tegangan yang ada pada

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 37

baja prategang tersebut. Tegangan pada beton akibat gaya prategang awal ( Pi )

adalah :

𝑃𝑖
fc’ = ⟶ jika luas penampang kabel diperhitungkan
𝐴𝑐+𝑛.𝐴𝑠𝑝

Sehingga kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis dapat dirumuskan

sebagai berikut :

𝑛. 𝑃𝑖
Δ𝑓𝑝 =
𝐴𝑐 + 𝑛. 𝐴𝑠𝑝

Prosentase kehilangan prategang :

𝛥𝑓𝑝 𝑃
Es = 𝑓𝑝
𝑥 100% , dengan nilai 𝑓𝑝 = 𝐴𝑠𝑝

Dimana :

Pi = gaya prategang awal

P = gaya prategang

fp = prategang

Ac = luas penampang beton

Asp = luas penampang baja prategang

Es = prosentase kehilangan prategang akibat perpndekan elastis

Jika kabel prategang dipasang eksentris seperti gambar dibawah ini :

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 38

Gambar 2.20 penampang dengan kabel eksentris

Sumber : Konstruksi Beton Pratekan, Ir. Soetoyo

Maka kehilangan gaya prategangnya adalah :

ES = n fc’

Dimana : fc adalah tegangan beton akibat gaya prategang Pi dilevel ( posisi )

kabel prategang. Jadi dalam hal ini besarnya tegangan beton pada level kabel

prategang adalah :

𝑃𝑖 𝑃𝑖. 𝑒. 𝑦
𝑓𝑐 ′ = +
𝐴𝑐 𝐼
𝑃𝑖 𝑃𝑖.𝑒.𝑦
∆𝑓𝑝 = 𝑛 � + �
𝐴𝑐 𝐼

Dimana :

e = eksentrisitet gaya prategang terhadap cgc

I = momen inersia penampang

y = jarak dari serat dimana tegangan beton fc diukur dari cgc. disini kebetulan y =

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 39

b. Pasca tarik

Kehilangan prategang pada system pasca tarik hanya berlaku jika menggunakan

lebih dari satu kabel prategang, kehilangan gaya ditentukan dari kabel yang

pertama ditarik dan memakai harga setengahnya untuk mendapatkan harga rata-

rata semua kabel. Sedangkan jika hanya menggunakan kabel tunggal tidak ada

kehilangan prategang akibat perpendekan elastis beton, karena gaya prategang

diukur setelah perpendekan elastis beton terjadi.

Kehilangan tegangan dapat dihitung dengan persamaan :

𝐸𝑠
∆𝑓𝑝 = 0.5 𝑓𝑐′
𝐸𝑐
Dimana :

Δfp = kehilangan prategangan

fc’ = tegangan pada penampang beton pada level baja prategang.

Es = modulus elastisitas kabel/baja prategang

Ec = modulus elastisitas beton

2) Gesekan Pada Tendon atau Geseran ( Friksi ) sepanjang kelengkungan

Pada struktur beton prategang dengan tendon yang dipasang melengkung

ada gesekan antara sistem penarik ( jacking ) dan angkur, sehingga tegangan yang

ada pada tendon atau kabel prategang sehingga akan lebih kecil dari pada yang

terdapat pada alat baca tegangan ( pressure gauge ).

Kehilangan tegangan akibat gesekan menurut ACI 318 dapat dihitung

menggunakan persamaan :

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 40

Ps = Px. e−µ(αt+βp Lpa)

Dimana :

Ps = gaya prategang di-ujung angkur

Px = gaya prategang pada titik yang ditinjau

Lpa = jarak dari tendon yang ditarik

αt = jumlah nilai absolut pada semua deviasi angular dari tendon

sepanjang Lpa dalam radian.

βp = deviasi angular atau dalam wobble, nilainya tergantung pada

diameter selongsong ( ds ).

3) Slip pada Angkur

Slip pada angkur terjadi pada waktu dilepaskan dari mesin penarik dan

ditahan baji dipengangkuran dan gaya prategang ditransfer dari mesin penarik ke

angkur. Pada kebanyakan angkur system pasca tarik, setelah gaya prategang

diberikan wedge akan tergelincir hingga jarak tertentu sampai wedge terkunci.

Harga rata-rata panjang slip adalah 2,5 mm.

Kehilangan prategang akibat slip pada angkur dapat dihitung dengan persamaan :

S rata − rata
ANC = x 100%
∆L

Dimana:

ANC = prosentasi kehilangan gaya prategang akibat slip diangkur

Srata-rata = harga rata-rata slip diangkur

ΔL = deformasi pada angkur

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 41

2.5.2 Kehilangan Prategang Jangka Panjang (Time dependent Losses)

Kehilangan prategang jangka panjang merupakan kehilangan prategang

yang dipengaruhi oleh waktu. Diakibatkan oleh proses penuaan beton selama

dalam pemakaian. Kehilangan gaya tersebut diakibatkan oleh :

1) Rangkak (creep) pada beton

Rangkak ialah bertambahnya deformasi beton secara bertahap pada

tegangan tertentu sebagai fungsi waktu. Pada struktur beton prategang, rangkak

mengakibatkan berkurangnya tegangan pada penampang.

Kehilangan gaya prategang akibat rangkak pada beton dapat dihitung

dengan dua cara :

a. Metode regangan rangkak batas

CR = ɛce . fc. Es

Dimana : CR = Kehilangan tegangan akibat creep ( rangkak )

ɛce = Regangan elastis

Es = Modulus elastisitas baja prategang

fc = tegangan tekan beton pada level baja prategang

b. Metode koefisien rangkak

ɛcr
𝜑=
ɛce
𝑓c
ɛcr = 𝜑 ɛce = 𝜑 =
Ec

𝐸𝑠
𝑛=
𝐸𝑐

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 42

𝑓c 𝐸𝑠
CR = ɛcr . Es = 𝜑 = Ec 𝐸𝑠 = 𝜑 𝑓𝑐 𝐸𝑐
= 𝜑 𝑓𝑐 . 𝑛

Dimana ∶

𝜑 = koefisien rangkak

ɛcr = Regangan akibat baja

Ec = modulus elastisitas beton

n = Angka rasio modular

Sedangkan untuk struktur dengan lekatan yang baik antara tendon dan

beton (bonded members), kehilangan tegangan akibat rangkak dapat dihitung

dengan persamaan :

𝐸𝑠
𝐶𝑅 = 𝐾𝑐𝑟 (𝑓𝑐𝑖 − 𝑓𝑐𝑑)
𝐸𝑐

Dimana :

Kcr = Koefisien rangkak, yang besarnya :

 Pratarik ( pretension ) : 2,0

 Pasca tarik ( post-tension ) : 1,6

fci = Tegangan beton pada posisi/level baja prategang sesaat

fcd = Tegangan beton pada pusat berat tendon akibat beban mati (

dead load ).

2) Akibat Susut pada beton

Susut pada beton diakibatkan oleh rasio volume yang disebabkan

menguapnya air pada adukan beton setelah dicor,sehingga mengakibatkan beton

memendek yang berpengaruh terhadap luas permukaan beton. Selain itu

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 43

kelembaban relative dan waktu antara akhir pengecoran dan pemberian gaya

prategang juga mempengaruhi susutnya beton, sehingga baja prategang pun ikut

memendek dan mengakibatkan baja prategang kehilangan sebagian tegangannya.

Kehilangan tegangan akibat susut pada beton dapat dihitung dari persamaan

berikut :

SH = ɛcs . ES

Dimana : SH = Kehilangan tegangan akibat penyusutan beton

Es = Modulus elastisitas baja prategang

ɛcs = Regangan susut sisa total beton

Untuk pra-tarik ( pre-tension )

ɛcs = 300 x 10-6

Untuk pasca tarik ( post-tension )

200 𝑥 10−6
ɛcs =
𝑙𝑜𝑔10 (𝑡+2)

dengan t adalah usia beton pada waktu transfer gaya prategang, dalam

hari.

3) Relaksasi Baja

Relaksasi baja prategang terjadi pada baja prategang dengan perpanjangan

tetap selama suatu periode yang mengalami pengurangan gaya prategang.

Pengurangan gaya prategang ini akan tergantung pada lamanya waktu berjalan

dan rasio antara prategang awal ( fpi ) dan prategang akhir ( fpy ).

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 44

Besarnya kehilangan tegangan pada baja prategang akibat relaksasi baja prategang

dapat dihitung dengan persamaan berikut :

RE = C [ Kre – J (SH + CR + ES)]

Dimana :

RE = Kehilangan tegangan akibat relaksasi baja prategang

C = Faktor Relaksasi yang besarnya tergantung pada jenis kawat/ baja

prategang.

Kre = Koefisien relaksasi, harganya berkisar 41 ~ 138 N/mm2

J = Faktor waktu, harganya berkisar antara 0,05 ~ 0,15

SH = Kehilangan tegangan akibat penyusutan beton.

CR = Kehilangan tegangan akibat rangkak ( creep ) beton

ES = Kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis

2.5.3 Kehilangan Total dalam Desain

Karena sulitnya untuk memprediksi kehilangan tegangan total,maka pada

tahap awal perencanaan struktur, harus mengestiminasi kehilangan tegangan total

dengan menggunakan nilai-nilai tipikal dari setiap kehilangan tegangan yang

terjadi pada kondisi normal.

Menurut Prof. T.Y. Lin Ned (1982) kehilangan tegangan total sebagai

berikut:

Untuk struktur pratarik terdiri dari 4% perpendekan elastis 6% rangkak

pada beton, 7% susut pada beton, dan 8% relaksasi baja. Sehingga kehilangan

tegangan total untuk struktur pratarik adalah 25%.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.
BAB II- DASAR TEORI BETON PRATEGANG 45

Untuk struktur pascatarik terdiri dari 1% perpendekan elastis, 5% rangkak

pada beton, 6% susut pada beton, dan 8% relaksasi baja. Sehingga kehilangan

total untuk struktur pascatarik adalah 20%.

Kehilangan total tersebut didasarkan pada penegangan lebih sementara

(temporary overstressing) yang dilakukan untuk mengurangi relaksasi dan untuk

memberi kompensasi pada friksi dan kehilangan pada angkur,sehingga angka

kehilangan tegangan total diatas dapat dikurangi dengan factor pengurangan

kehilangan tegangan η, nilai η biasanya diambil 0.85 untuk struktur pratarik dan

0.8 untuk struktur pascatarik,dan biasa digunakan untuk perkiraan awal harga

total kehilangan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Perhitungan Portal dengan Balok Beton Prategang Parsial pada Bangunan Satu Tingkat
Poppy Maria Ulfa
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2013 telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194.

Anda mungkin juga menyukai