LAPORAN PENELITIAN Getar, Ridho.
LAPORAN PENELITIAN Getar, Ridho.
Oleh :
memperoleh gelar sarjana teknik kimia konsentrasi teknik kimia. Selain itu, untuk
komposisi parafin terhadap hasil pembatikan. Laporan ini juga dapat mengangkat
batik sebagai kebudayaan Indonesia yang harus tetap dilestarikan oleh generasi
dari bimbingan, dorongan, dan bantuan baik material maupun spiritual dari
berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah kami mengucapkan terimakasih dan
laporan
Penulis menyadari semua tidak dapat berjalan lancar tanpa adanya bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kritik dan saran yang
laporan penelitian ini. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan
Kimia.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ xi
LAMPIRAN ..............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.5 Hasil dari Proses Pembatikan dengan Menggunakan Lilin ..............29
Gambar 4.1 Alat Tenso Lab (Uji Kekuatan dan Kemuluran Kain) ......................44
Gambar 4.2 Alat Crockmeter (Uji Kelunturan Zat Warna Kain) .........................45
Gambar 4.4 Hasil Uji Keluturan Zat Warna pada Crockmeter ............................46
DAFTAR TABEL
Tabel 4.3 Hasil Uji Nilai Kelunturan dan Nilai Penodaan ...................................47
ABSTRAK
Batik adalah salah satu warisan budaya leluhur, bangsa Indonesia dan
mempunyai macam-macam motif. Batik memiliki berbagai macam motif yang
sangat beragam. Corak batik di Indonesia sangat banyak, sesuai filosofi dan budaya
masing-masing daerah di Indonesia. Lilin merupakan bahan baku penting untuk
membuat batik, fungsi dari bahan ini ialah untuk menutupi bagian tertentu pada
kain agar tidak terkena pewarna. Lilin tembokan lilin batik untuk tembokan batik
dan lilin batik klowong untuk klowong batik. Klowong batik memiliki garis dan
titik motif as decoration dan ornamen pada kain batik. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui komposisi Parafin yang dibutuhkan pada lilin batik dan
Mengetahui pengaruh komposisi Parafin terhadap hasil pewarnaan pada batik.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan teknik bahan
pengukuran, pengamatan hasil dengan menggunakan alat, pengisian kuesioner.
Komposisi ini digunakan pada proses pembuatan klowong lilin batik adalah tawon
malam, damar mata kucing, parafin putih dan gondorukem. Sampel parafin dan
gondorukem dibuat berbeda dalam penelitian ini sampel terdiri dari sampel A,
sampel B, sampel C, dan sampel D. Tingkat hasil pewarnaan pada batik berdasarkan
sampel diuji untuk melihat hasil kerja batik. Tes dilakukan dengan memberikan
kuesioner kepada responden untuk melihat secara visual dan memilih sampel
terbaik menurut pendapat mereka.
Batik is one of Indonesia's cultural heritage, the nation of Indonesia and has a
variety of motives. Batik has a variety of very diverse motifs. Batik patterns in
Indonesia are very numerous, according to the philosophy and culture of each
region in Indonesia. Wax is an important raw material for making batik, the
function of this material is to cover certain parts of the fabric so it is not exposed
to dyes. Batik candles for batik candles and batik candles for batik klowong
klowong. Klowong batik has lines and points as decoration motifs and ornaments
on batik cloth. The purpose of this study was to determine the composition of
Paraffin needed in batik wax and determine the effect of the composition of Paraffin
on the coloring results in batik. This study uses qualitative and quantitative methods
with material measurement techniques, observing results using tools, filling out
questionnaires. This composition is used in the process of making batik wax
klowong are night wasps, cat eye resin, white paraffin and gondorukem. The
paraffin and gondorukem samples were made differently in this study. The samples
consisted of sample A, sample B, sample C and sample D. The level of dyeing results
on batik based on the sample was tested to see the work of batik. The test is carried
out by giving a questionnaire to respondents to see visually and choose the best
sample in their opinion.
PENDAHULUAN
Malam atau yang sering disebut sebagai lilin, merupakan salah satu bahan
baku penting untuk membuat batik, khususnya batik tulis dan batik cap. Fungsi dari
bahan ini dalam proses pembuatan batik adalah untuk menutupi bagian tertentu agar
tidak terkena pewarna. Proses kerja malam dan pewarna pada pembuatan batik pada
mengandung air. Bagian-bagian tertentu yang diberi lilin secara otomatis tidak bisa
Pada jaman dulu, orang jawa banyak memanfaatkan sarang lebah untuk
membatik, karena bagian dalam dari sarang lebah tersebut terdapat kumpulan
struktur berbentuk heksagonal yang terbuat dari semacam lilin, lilin ini tersusun
dari ester asam lemak dan berbagai senyawa alkohol rantai panjang. Orang jawa
menyebut sarang lebah adalah “Malam”, oleh karena itu hingga saat ini lilin untuk
membatik sering disebut malam. Lilin batik secara umum terbuat dari berbagai
(kendal, gajih), minyak kelapa, lilin tawon, lilin Lanceng dan lainnya. Adapun
komposisi bahan pembuatnya disesuaikan agar saat lilin digunakan memiliki daya
tahan terhadap air, dapat meleleh saat panas (akan meleleh kira-kira pada suhu 59
derajat celcius), tidak mudah pecah saat kering dan mampu menempel pada kain
secara baik.
Tidak ada aturan baku dalam mengatur komposisi saat membuat lilin batik,
yang berpengalaman, lilin batik yang dibeli di pasaran tidak begitu saja digunakan
namun akan diproses terlebih dahulu sesuai ukuran yang ia inginkan. Secara umum
lilin batik terdiri dari tiga macam, yakni malam klowong, tembok dan bironi.
Malam klowong digunakan untuk nglowongi atau pelekatan pertama pada motif
untuk nemboki/ngeblok atau mengisi bidang yang luas pada sebuah pola.
Sedangkan malam bironi digunakan untuk menutupi warna biru serta isen-sen.
Untuk efisiensi bahan, para pembatik pada umumnya dapat mendaur ulang
sisa malam yang telah digunakan. Setelah batik dilorod (direbus), maka malam
yang terlepas dari kain dapat dikumpulkan, diolah dan dimanfaatkan kembali.
sebagai berikut:
batik ?
batik.
penelitian ini menjadi lebih terarah dan lebih jelas. Oleh sebab itu, penulis
sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dijelaskan sebagai kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan
atau menerakan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan
Secara etimologi, kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, “amba”, yang
berarti lebar, luas, kain; dan “titik” yang berarti titik atau matik (kata kerja membuat
menghubungkan titik titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar.
Dalam bahasa Jawa, “batik” ditulis dengan “bathik”, mengacu pada huruf
jawa “tha” yang menunjukan bahwa batik adalah rangkaian dari titik titik yang
tidak dapat diartikan sebagai satu atau dua kata, maupun satu padanan kata tanpa
malam adalah salah satu bentik seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa
teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan ditemukannya kain
pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk motif. Di Asia,
teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa semasa Dinasti Tang (618-
907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik
seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof
dan menjadi sangat popular akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang
dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru
Walaupun kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa
sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik batik ini
kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di
sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (sejarawan
Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores,
Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang
batik.
G.P. Rouffaer juga menjelaskan bahwa motif gringsing sudah dikenal sejak
abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa motif seperti ini hanya
motif batik dikenalkan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari
Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan motif sulur tumbuhan dan
kembang-kembang rumit yang mirip dengan motif batik tradisional Jawa yang
dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat motif batik yang rumit
hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau
untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan motif
40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu,
dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam
perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat
sang Sultan kecewa..Oleh beberapa penafsiran serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literature Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku
History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah
1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang
pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu
otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap atau batik cetak,
menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Hugh Clifford merekam
industry di Pekan tahun 1895 bagi menghasilkan batik, kain pelangi, dan kain
telepok.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Kala itu, system kerja
tukang batik sangat diperngaruhi oleh siklus pertanian. Saat berlangsung masa
tanam atau masa panen padi, mereka sepenuhnya bekerja di sawah. Namun,
diantara masa tanam dan masa panen, mereka sepenuhnya bekerja sebagai tukang
batik. Akan tetapi seiring perkembangan jaman, pekerja batik tidak lagi didominasi
para petani. Mereka berasal dari berbagai kalangan yang sepenuhnya tergantung
mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu
bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang
memiliki garis maskulin seperti yang bias dilihat pada motif “Mega Mendung”,
dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum
lelaki.
sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.
Beberapa motif dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini,
beberapa motif batik tradisional hanya dipakai oleh keluarga keratin Yogyakarta
dan Surakarta.
Ragam motif dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing.
Awalnya, batik memiliki ragam motif dan warna yang terbatas, dan beberapa motif
hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai
pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada
akhirnya, para penjajah. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada
batik, dan hasilnya adalah motif bebungaan yang sebelumnya belum dikenal
(seperti bunga tulip) dan termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti
warna biru. Batik tradisional tetap membertahankan motifnya, dan masih dipakai
perlambangan masing-masing.
ini motif batik ikut dimodernisasi dan dikreasikan sesuai perkembangan jaman.
Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan.
1. Motif sawat
2. Motif ceplok
5. Motif truntum
9. motif slobog
17. Motifkawung
18. Motif nitik karawitan
beredar di pasaran batik. Terlebih di masakini, motif batik sudah demikian modern
dan dikreasikan dengan berbagai motif, warna serta bentuk. Sering kali modifikasi
tersebut tidak sesuai dengan pakem dan nilai-nilai filosofis yang terkandung di
batik dengan motif tertentu untuk melestarikan nilai-nilai filosofis yang terkandung
didalamnya. Mereka masih menggunakan batik sesuai dengan pakem dan aturan,
proses pembuatan kain batik. Malam adalah komponen untuk membuat motif batik,
yang memiliki fungsi untuk menutup bidang sesuai motif supaya tidak terkena
warna atau mempertahankan warna agar tidak terwarnai dalam pemberian warna
berikutnya. Bahan utama malam adalah lilin lebah (bee wax) yag tentunya
diperoleh dari sarang lebah. Setelah melalui beberapa proses pembuatan kemudian
lilin dijual dalam bentuk bongkahan kepada pengusaha atau perajin batik. Dalam
pengolahan malam batik para pengerajin memiliki teknik pegolahan malam yang
cenderung dirahasiakan.
Lilin batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain
menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak
atau resist terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut. Lilin batik ini bukan
merupakan terdiri dari satu macam bahan, tetapi campuran dari berbagai bahan
itu sudah merupakan kombinasi dari bahan-bahan pokok lilin. Zaman dahulu dalam
pembuatan batik, sebagai penutup kain menggunakan bubur dari ketan dan kain
yang dibuat dengan cara ini disebut sebagai kain simbut. Namun setelah
motif menggunanakan lilin dari tawon atau lanceng. Lililn dari binatang ini menurut
orang Jawa disebut dengan “malam”, maka lilin batik masih sering disebut pula
murni dari binatang sebangsatawon itu dengan bahan dari tumbuhan seperti
lemak atau minyak, gajih binatang atau minyak kelapa. Pada proses pembuatan
batik yang terkahir, seluruh lilin batik dihilangkan dengan kain tersebut dimasukkan
ke dalam air panas, sehingga lilin batik tersebut lepas dan setelah air lorodan dingin
liln batik menjadi beku kembali dan dapat diambil. Lilin yang diperoleh dari
lorodan ini disebut “lilin bekas” atau lilin hitam karena warnanya kehitaman.Lilin
Lilin Batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain mori
menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak
atau resist terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut. Lilin batik ini bukan
merupakan terdiri dari satu macam bahan, tetapi campuran dari berbagai bahan
pokok lilin. Sebagai bahan pokok lilin misalnya adalah; Gondorukem, Damar,
Matakucing, Parafin (putih dan kuning), Microwax, lemak binatang (kendal, gajih),
untuk nembok dan lilin biron untuk mbironi. Masing-masing lilin batik digunakan
sesuai dengan tahap pembuatan batik, yaitu nglowong dan ngisen-iseni, nembok
dan mbironi. Sesuai cara penempelannya, untuk batik tulis digunakan alat yang
disebut canting, untuk batik tulis menggunakan canting tulis sedangkan untuk batik
cap digunakan canting cap. Jumlah bahan pokok komposisi dasar suatu lilin batik
merupakan kombinasi dari bahan-bahan pokok lilin batik. zaman dahulu dalam
pembuatan batik, sebagai penutup kain menggunakan bubur dari ketan dan kain
yang dibuat dengan cara ini disebut sebagai kain simbut. Namun setelah
khusus yang berbeda. Adapun perbedaan dari lilin batik dapat dilihat sebagai
berikut :
Kalau merunut pada penggunaan nama dan istilah, tentu lilin ini seperti
halnya tembok yang merintang maka lilin ini digunakan untuk menjaga agar kain
Lilin ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut : pada saat dipanaskan lilin ini
terbilang cukup lama untuk bisa cair dan bila tidak dijaga kestabilannya dapat cepat
sekali membeku, lilin ini mudah sekali melekat pada kain sehingga daya ikatnya
kuat, tahan terhadap larutan alkali, sangat sukar lepas dari rendaman air sehingga
sangat sulit sekali untuk dilorod, namun keuntungannya tidak meninggalkan bekas
Berfungsi untuk menutupi ragam hias dan desain batik yang dilakukan
secara rengreng dan nerusi (bolak-balik di dua sisi permukaan kain). Kerangka
motif yang menggunakan lilin ini biasnya merupakan isen-isen yang merupakan
penghias dan ornament pada kain batik, misalnya seperti cecek, sawut, dan lain-
lain.
Lilin dengan jenis ini memiliki ciri-ciri yaitu mudah sekali encer bila
dipanaskan dan juga cepat sekali membeku bila tidak dijaga kestabilan panas dan
suhu kompor, dapat membuat garis motif yang tajam dan daya lekatnya sendiri
cukup kuat. Sama dengan lilin tembokan, lilin ini tidak tahan terhadap larutan
alkali, mudah sekali dilorod dan tidak meninggalkan bekas setelah dilorot. Hanya
saja, lilin jenis ini mudah sekali hancur dan remuk bila kita tidak hati-hati dan
kain pada kain setelah dicelup atau dicolet. Ciri-cirinya yakni : mudah cair dan
membeku, mudah dilorod, daya lekat cukup kuat, tidak tahan terhadap alkali.
Bahan-bahan lilin tersebut sedikit banyak pun dipengaruhi oleh sifat bahan
binatang, minyak nabati dan lain-lain. Maka tak heran, bila komposisi dan kualitas
bahan lilin, juga berpengaruh pada kualitas kain batik yang dihasilkan.
batik didalam didalam campuran lilin batik, maka ada baiknya bila ditinjau secara
1. MALAM TAWON
Malam tawon disebut juga “kote” atau lilin tawon. Lilin tawon yang
2. GONDORUKEM
disuling untuk memisahkan terpentin dan air didalamnya, maka yang tinggal
Pekalongan.
c. Yang melekat dan setelah dingin membeku pada kain mudah patah.
Maksud pemakaian gondo dalam campuran lilin batik ialah agar lilin batik
menjadilebih keras, tidak cepat membeku sehingga bentuk lilin batik (tapak,
Gondo dipakai untuk campuran lilin klowong maupun untuk lilin tembokan.
makin kurang baik. Berturut-turut dari yang baik ke kurang baik ialah Gondo
3. DAMAR MATAKUCING
Damar matakucing diambil dari pohon Shorea spec, dan bahan ini
campuran lilin agar lilin batik dapat membentuk bekas atau garis-garis yang
baik (ngawat, Jw), melekat pada kain dengan baik. Ciri-cirinya adalah :
a. Sukar meleleh
b. Lekas membeku
4. PARAFIN
Parafin atau lilin BPM berupa putih bersih atau kuning muda, dipakai
dalam campuran lilin batik, agar lilin batik mempunyai daya tahan tembus
basah yang baik dan mudah lepas waktu dilorod, serta sebagai bahan pengisi
karena harga paraffin relative lebih murah dari pada bahan-bahan lilin yang
d. Titik leleh rendah, paraffin kuning maupun putih pada 60o – 56o C.
Lilin Parafin cocok untuk campuran lilin yang dipakai pada hawa yang
basah atau musim hujan. Dipakai pada campuran lilin klowong maupun
Untuk membuat campuran lilin batik kecuali beberapa bahan yang sudah
disebutkan diatas, masih ada beberapa bahan lain yang dapat dipergunakan
misalnya Gondoselo yang diperoleh dari galian seperti bahan tambangan dari dalam
Malam atau lilin batik adalah bahan yang digunakan untuk menutup permukaan
kain menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut
menolak atau resisten terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut. Dari segi
warna, sifat dan fungsinya malam dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu, malam
Jenis lilin batik yang kami gunakan disini yaitu lilin batik
tembokan/popokan yang berfungsi menutup bagian motif yang akan tetap putih,
pinggiran pada kain panjang (seret). Lilin tembok mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
6) Sukar dilorod
METODOLOGI PENELITIAN
dengan uji laboratorium dengan menggunakan alat dan bahan sebagai berikut :
- Pensil
- Timbangan
- Gelas Arloji
- Kompor
Listrik
- Alat pengaduk
- Tempat/cetakan untuk
Membuat batik :
- Canting klowong
- Wajan
- Kompor Listrik
- Gelas beker
- Jepitan
Bahan- bahan secara keseluruhan dibuat dalam 4 Sampel :
Bahan Percobaan
Resep sampel :
Sampel A :
- 45 gr gondorukem
- 10 gr paraffin putih
- 20 gr malam tawon
Sampel A
Sampel B :
- 50 gr gondorukem
- 15 gr paraffin putih
- 20 gr malam tawon
Sampel B
Sampel C :
- 55 gr gondorukem
- 20 gr paraffin putih
- 20 gr malam tawon
SSamp
el C
Sampel D :
- 60 gr gondorukem
- 25 gr paraffin putih
- 20 gr malam tawon
Sampel D
persiapan bahan baku hingga menjadi sesuatu yang dapat diamati sesuai dengan
masing bahan.
- Gondorukem : 650C
dilelehkan terlebih dahulu karena memiliki titik leleh paling tinggi diantara
bahan yang lainnya. Selanjutnya bahan yang harus dilelehkan yaitu
dilelehkan yaitu paraffin putih karena memiliki titik leleh yang paling
mencetaknya pada cetakan lilin. Lilin yang sudah dicetak dibiarkan selama
satu malam agar menjadi keras sehingga dapat digunakan. Sampel lilin yang
sebagai dasar untuk proses pembatikan. Pola yang digunakan yaitu pola
menggunakan jenis batik klowong yang mana biasanya pola yang dipakai
berbentuk garis dan titik. Adapun pola tersebut dapat dilihat pada Gambar
3.3 berikut :
proses pembatikan, sampel lilin batik yang telah dicetak dipanaskan dengan
harus dijaga agar lilin tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Hal ini
Apabila suhu lilin sudah tidak terlalu panas, maka pembatikan dapat
dimulai dengan mengikuti pola yang telah ada.Setelah satu sampel selesai,
maka dilanjutkan untuk sampel berikutnya dengan langkah kerja dan resep
Maksudnya yaitu membatik bagian depan dan bagian belakang dari kain
batik tersebut. Hal ini dilakukan agar pada proses pewarnaan bagian
belakang kain batik sama seperti bagian depannya. Hasil dari proses
TRO dan larutan kedua terdiri dari garam naphtol Biru BByang merupakan
garam untuk memberikan warna pada kain. Untuk setiap larutan, air yang
jelas dapat dilihat pada Gambar 3.6 dan Gambar 3.7 berikut:
dicampur dengan air dingin sebanyak 950 ml hingga terbentuk air sebanyak
bahan untuk larutan kedua dilarutkan dalam air dingin tersebut hingga
tercampur rata. Larutan kedua dapat dilihat pada Gambar 3.9 berikut :
Gambar 3.9 Larutan pewarna kedua
larutan merata pada kain. Pencelupan harus dilakukan dengan teliti agar lilin
pada sampel tidak rusak atau patah karena tekstur dari lilin tersebut mudah
patah. Selanjutnya sampel dijemur hingga sedikit kering atau tidak ada air
kali hingga larutan dapat benar-benar terserap oleh kain. Setiap selesai
dicelup, sampel harus dijemur hingga tidak ada air yang menetes lagi.
Proses pencelupan pada larutan pertama dapat dilihat pada Gambar 3.10
berikut ini:
berulang-ulang hingga warna naptol tersebut merata pada seluruh kain agar
lebih. Jumlah air untuk proses ini harus sedikit lebih banyak dari proses
sebelumnya agar lilin tersebut mudah dilorod. Setelah air tersebut mendidih,
dapat terlepas semua. Proses pelorodan atau pelepasan lilin batik dapat
air dingin. Hal ini bertujuan agar lilin-lilin sisa pelorodan pada sampel dapat
dibersihkan. Sampel yang telah bersih dari lilin dijemur kembali hingga
tingkat ketajaman motif paling baik. Adapun bentuk angket yang akan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
kuisioner yang digunakan untuk menilai secara visual hasil dari “Pengaruh
Komposisi Parafin pada Pembuatan Batik terhadap Kualitas Hasil Pewarnaan Kain
Batik” maka didapatkan hasil sebagai berikut. Lihat pada Tabel 4.1.
Sampel A 11 8
Sampel B 15 4
Sampel C 11 7 1
Sampel D 8 7 4
Berdasarkan hasil uji lab mengenai kekuatan uji tarik kain batik dan uji
kemuluran kain batik yang dilakukan di Laboratorium Evaluasi Tekstil FTI UII
maka didapatkan hasil sebagai berikut dengan test parameter nya adalah jarak jepit
200 mm, kecepatan tarik 40 mm/menit, kekuatan alat maksimal 300 kg.
tarik arah Lusi dan Mulur kain arah Lusi yaitu sebesar 21.900 kg dan 10.783
%. Dan kain A memiliki kekuatan tarik arah Pakan dan Mulur arah Pakan
yaitu sebesar 12.233 kg dan 18.283 %. Uji kekuatan tarik dan kemuluran
kain ini menggunakan alat yang dinamakan tenso lab yang ada di
alat yang digunakan dalam proses pengujian kekuatan dan kemuluran kain
batik.
Gambar 4.1 Alat Tenso Lab (Uji kekuatan dan kemuluran kain)
Selain uji tarik dan kemuluran kain batik dilakukan uji kelunturan kain batik
dengan basic warna biru dengan menggunakan uji alat Tanso Lab. Uji kelunturan
warna kain batik ini dilakukan dengan dua metode yaitu metode basah dan metode
Kering Basah
kain batik. Alat yang digunakan adalah crockmeter. Cara kerja alat ini adalah
dengan menjepit kain yang akan diuji setelah itu mesin dinyalakan dan bagian atas
mesin akan menggosokkan kain yang telah dijepit sebelumnya. Penggunaan alat ini
sebelumnya metode yang dipakai untuk pengujian alat ini adalah metode basah dan
metode kering.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kain dari keempat sampel ini memiliki
kelunturan warna yang berbeda beda. Semakin kecil nilai nya maka akan semakin
baik penyerapan zat warna tersebut pada kain. Nilai kelunturan warna ini dapat
dilihat dengan menggunakan alat yaitu staning scale. Berikut adalah gambar kertas
bagian bawah merupakan hasil pengujian dari metode kering. Dapat dilihat secara
visual bahwa hasil dengan meggunakan metode basah lebih terlihat jelas daripada
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada hasil uji yang dilakukan oleh beberapa koresponden menunjukan bahwa
sampel B memiliki hasil yang lebih dominan dalam pewarnaan dari pada keempat
sampel lainya.
2. Sampel B memiliki hasil pewarnaan batik yang baik menurut survey koresponden.
3. Kain C memiliki kekuatan tarik arah Lusi dan Mulur kain arah Lusi yaitu sebesar
4. Kain A memiliki kekuatan tarik arah Pakan dan Mulur arah Pakan yaitu sebesar
5. Perbedaan Hasil kekuatan tarik dan mulur kain disebabkan ketika pada proses
pemotongan kain.
1.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya dapat divariasikan lagi komposisi komponen lilin yang
akan digunakan untuk membatik dan memilih variabel yang dapat dengan mudah
diamati. Pemotongan kain mori untuk membatik juga berpengaruh ketika pengujian
di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Susanto, Gumbolo Hadi. 2015. Batik dan Zat Warna. Yogyakarta: Ardana
Media
Yogyakarta.