PENDAHULUAN
Lilin batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain
menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak
atau resist terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut. Lilin batik ini bukan
terdiri dari satu macam bahan, tetapi campuran dari beberapa bahan pokok lilin.
gajih), Minyak Zaitun, Lilin Tawon, Lilin Lanceng. Jumlah bahan pokok yang
Awal mula pemakaian lilin dalam proses penutup dakian saat membuat
motif menggunakan lilin dari tawon atau lancing. Lilin dari binatang ini menurut
orang jawa disebut dengan “malam”, maka lilin batik masih sering disebut pula
murni dari binatang sebangsa tawon itu dengan bahan dari tumbuhan seperti
lemak atau minyak, gajih binatang atau minyak zaitun. Pada proses pembuatan
batik yang terakhir, seluruh lilin batik dihilangkan dengan kain tersebut dengan
dimasukkan kedalam air panas, sehingga lilin batik tersebut lepas dan setelah air
1
lorodan dingin lilin batik menjadi beku kembali dan dapat diambil. Lilin yang
diperoleh dari lorodan ini disebut “lilin bekas” atau lilin hitam, karena warnanya
kehitaman. Lilin bekas ini dicampurkan kembali pada pembuatan campuran lilin
baru.
Proses kerja malam dan pewarna pada pembuatan batik pada prinsipnya
memanfaatkan dua sifat bahan yang saling bertolak belakang sebagaimana minyak
dan air, lilin mengandung minyak sedangkan pewarna mengandung air. Bagian-
bagian tertentu yang diberi lilin secara otomatis tidak bisa ditembus oleh pewarna.
Pada jaman dulu, orang jawa banyak memanfaatkan sarang lebah untuk
membatik, karena bagian dalam dari sarang lebah tersebut terdapat kumpulan
struktur berbentuk heksagonal yang terbuat dari semacam lilin, lilin ini tersusun
dari ester asam lemak dan berbagai senyawa alkohol rantai panjang. Orang jawa
menyebut sarang lebah adalah “Malam”, oleh karena itu hingga saat ini lilin
sebagai berikut:
lilin batik?
2
1.3 BATASAN MASALAH
penelitian ini menjadi lebih terarah dan lebih jelas. Oleh sebab itu, penulis
batik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Malam atau lilin adalah salah satu bahan baku yang sangat penting dalam proses
pembuatan kain batik. Malam adalah komponen untuk membuat motif batik, yang
memiliki fungsi untuk menutup bidang sesuai motif supaya tidak terkena warna
berikutnya.
tidak habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali pada
proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain.
Kualitas malam bervariasi, dari kualitas biasa sampai kualitas bagus. Malam
dengan kualitas biasa gampang retak setelah ditorehkan pada kain dan banyak
malam kualitas bagus karena tidak mudah retak dan bersih dari kotoran. Malam
yang dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam biasa. Malam untuk
membatik bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika
proses pelorodan.
4
Ada berbagai macam jenis malam (lilin) yang biasa digunakan, dan tiap
jenis malam berpengaruh pada hasil dari batik. Jenis malam yang biasa digunakan,
antara lain:
a. Malam tawon (lebah) yang berasal dari sarang lebah (tala tawon). Tala
Bahan utama malam adalah lilin lebah (bee wax) yang tentunya diperoleh
dari sarang lebah. Setelah melalui beberapa proses pembuatan kemudian lilin
dijual dalam bentuk bongkahan kepada pengusaha atau pengrajin batik. Dalam
pengolahan malam batik para pengrajin memiliki teknik pengolahan malam yang
cenderung dirahasiakan.
5
A. Lilin Batik Tembokan
Lilin tembokan digunakan untuk menjaga agar kain bergambar motif dapat
5. Sukar lepas dari rendaman air sehingga sangat sulit untuk dilorod.
lorodnya.
Lilin Batik Klowong digunakan untuk menutupi ragam hias dan desain
batik yang dilakukan secara reng-reng dan nerusi (bolak balik di dua sisi kain).
Kerangka motif yang memakai lilin batik ini merupakan isen-isen untuk penghias
dan ornament pada kain batik, seperti cecek, sawut, dll. Ciri-ciri batik ini antara
lain:
2. Cepat membeku bila tidak dijaga kestabilan panas pada suhu kompor.
6
6. Mudah sekali dilorod dan tidak meninggalkan bekas setelah proses
pelorotan.
7. Lilin jenis ini mudah sekali hancur dan remuk bila tidak hati-hati dan
Lilin tutupan (biron) digunakan untuk menutupi warna motif tertentu yang
dipertahankan pada kain setelah proses celup dan dicolet. Ciri-ciri batik ini antara
lain:
2. Mudah dilorod.
7
2.2 SIFAT-SIFAT BAHAN POKOK LILIN BATIK
batik didalam campuran lilin batik, maka baiknya bila secara singkat sifat-sifat
1. MALAM TAWON
Malam tawon disebut juga “kote” atau lilin tawon. Lilin tawon yang terkenal
diperoleh dari daerah Timor (Sumbawa, Sumba, dsb) dan Palembang. Sebangsa
malam tawon yang lain adalah malam lancing. Adapun sifat-sifat dari pada malam
tawon yaitu:
8
2. GONDORUKEM
Gondorukem adalah berasal dari pinus-merkusii. Getah pinus ini disuling untuk
memisahkan terpentin dan air didalamnya, maka yang tinggal ialah gondorukem.
Gondorukem dalam perdagangan disebut pula Gondo, Songka, Harpus atau Hars.
c. Yang melekat dan setelah dingin membeku pada kain dan mudah patah.
9
Maksud pemakaian gondodalamcampuran lilin batik ialah agar lilin batik
menjadi lebih keras, tidak mudah membeku sehingga bentuk lilin batik (tapak,
Gondo dipakai untuk campuran lilin klowong maupun untuk lilin tembokan.
Dari beberapa macam gondorukem yang dikenal dalam pembatikan, makin jernih
kurang baik. Berturut-turut dari yang baik kekurang baik ialah Gondo Amerika,
3. DAMAR MATAKUCING
Damar mata kucing diambil dari pohon Shorea spec, dan bahan ini setelah diambil
saja. Damar dipakai dalam pembatikan sebagai campuran lilin batik dengan
perbandingan tertentu disesuaikan dengan sifat dan penggunaan lilin batik yang
dikehendaki. Mata kucing dipakai sebagai campuran lilin agar lilin batik dapat
10
membentuk bekas atau garis-garis yang baik (Ngawat, Jw), melekat pada kain
a. Sukar meleleh.
b. Lekas membeku.
4. PARAFIN
Paraffin atau lilin BPM berupa putih bersih atau kuning muda, dipakai dalam
campuran lilin batik, agar lilin batik mempunyai daya tahan tembus basah yang
baik dan mudah lepas waktu di lorod, serta sebagai bahan pengisi karena harga
paraffin relatif lebih murah dari pada bahan-bahan lilin lainnya. Sifat-sifat
11
d. Titik leleh rendah, paraffin kuning maupun putih pada 56-60oC.
Lilin paraffin cocok untuk campuran lilin yang dipakai pada hawa yang basah
atau musim hujan. Dipakai pada campuran lilin klowong maupun tembokan,
5. Microwax
Microwax atau lilin mikro adalah jenis parafin yang lebih halus. Warnanya kuning
muda. Microwax memiliki sifat menyerupai lilin lebah yaitu lemas/lentur/ulet dan
mudah di-lorod. Keadaanya lemas (flexible) menyerupai lilin tawon (kote). Maka
(kote).
12
d. Sukar menembus kain
lilin klowong maupun lilin tembokan untuk pembuatan batik berkualitas tinggi.
6. Macrowax
Macrowax ini berasal dari lilin-lilin yang telah digunakan kemudian di daur ulang
dikeringkan kembali untuk dikeraskan lalu jadilah lilin macrowax. Warna dari
macrowax ada yang berwarna kuning kecoklatan dan hitam. Macrowax ini sendiri
lilin yang ada dalam pencampuran lilin pada saat pelorodan tersebut.
13
2.3 TITIK LELEH LILIN BATIK
atau melorod lilin batik. Misalnya, tidak akan mungkin lilin itu dilepaskan,
apabila titik leleh lilin batik mendekati atau sama dengan titik didih air. Maka
makin rendah titik leleh batik akan makin mudah dilepaskan dari kain secara
lorodan. Maka dalam membuat campuran lilin diberikan bahan-bahan pokok yang
merendahkan titik leleh. Bagaimana cara menghitung atau menentukan titik leleh
lilin batik itu? Laboratorium Balai Penelitian Batik pernah mencoba menghitung
Dimana:
𝐴 𝑥 𝑎+𝐵 𝑥 𝑏+ 𝐶 𝑥 𝑐
TKhit = 𝑎+𝑏+𝑐
Contoh:
14
500 gram gondorukem (titik leleh 80oC)
Maka bila dihitung dengan rumus akan diperoleh titik leleh lilin batik tersebut:
Untuk membuat campuran lilin batik kecuali beberapa bahan yang sudah
disebutkan diatas, masih ada beberapa bahan lain yang dapat digunakan misalnya
Gondoselo yang diperoleh dari galian seperti bahan tambangan dari dalam tanah,
dan mentega sebagai pengganti Kendal, minyak kelapa, atau minyak zaitun.
Didalam proses penelitian ini, kami menggunakan malam/lilin batik. Malam atau
lilin batik adalah bahan yang digunakan untuk menutup permukaan kain menurut
gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak atau
resisten terhadap warna yang diberikan kepada kain tersebut. Dari segi warna,
sifat dan fungsinya malam dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu, malam
Jenis lilin batik yang kami gunakan disini yaitu lilin batik klowong yang berfungsi
menutup bagian motif yang akan tetap putih, menutup dasaran kain agar tetap
15
Lilin tembok mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
6. Sukar dilorod.
2.4.1 Cara Kerja Pengujian Tahan Luntur Warna Terhadap Gosokan kain
(CROCKMETER)
2. Contoh uji kain yang telah diwarnai dipotong sesuai ketentuan dengan
ukuran 7,5x25 cm dan 5x5 cm untuk kain yang putih untuk penggosok
tersebut
4. Pasang kain putih ukuran 5x5 cm pada selubung yang ada pada bagian
penggosokan
-Uji Gosok Kering kain putih ukuran 5x5 cm pasang pada selubung yang
16
- Kalau uji Gosok basah putih ukuran 5x5 cm dibasahi dengan dicelup di
air kemudian keringkan dengan tisu supaya keadaan masih lembap dan
5. Nol-kan angka pada counter dan letakkan penggosok diatas bahan yang
hendak diuji
7. Bila jumlah gosokan telah sesuai dengan rencan yaitu sepuluh kali
8. Pengetesan tahan luntur warna bisa penggosokan dengan sistem kering dan
penggosokan basah yaitu yang dibasahi kain yang putih dengan ukuran
5x5 cm
9. Setelah selesai pengetesan, bahan tadi yang telah diuji kemudian dinilai
penodaan warna yang telah menempel terhadap kain putih tadi dengan
10. Setelah selesai uji, mesin crockmeter yang telah tersambung dengan arus
17
Gambar 2.4.1 Crockmeter
Langkah Kerja:
listrik
4. Kemudian klik 2x pada gambar program UV-PC yang sudah ada di layar
monitor
5. Buka menu CONFIGURE pilih PARAMETER keluar keluar menu dan diisi
(artinya: didalam UV-PC lampu sinar harus menyala/aktif semula) lalu tunggu
sampai tanda warna hijau dimonitor menyala semua ± 10 menit, kemudian baru
klik OK
18
7. Buka Menu CONFIGURE pilih PARAMETER keluar menu dan diisi, umpana
pilih (T%) lalu ring grafiknya diisi untuk kolom star diisi 780nm dan untuk
blangko, Serat yang ASLI/STANDAR yang lilitkan tebal pada media kertas
ukuran 5x5 cm dijepit pada kotak ISR didalam UP-PC lalu klik BASELINE
9. Awal uji masukan sampel Serat yang sudah divariasi atau yang sudah
Proses ukuran 5x5 cm dipejepit pada kotak ISR pada UV-PC lalu diklik
keluar menu file name, kolom 1 diberi nama kode sampel dan kolom 2 diberi
11. Untuk mencari grafik yang belum kelihatan dalam layar monitor buka menu
PRESENTASE pilih RADAR otomatis akan kelihatan gambar grafik yag telah
diuji tadi
12. Untuk mencari file yang telah diuji buka MANIPULE piih PEAK PICK diklik
dan akan keluar menu gambar alu dimove keatas biar kelihatan gambar grafik
13. Untuk mencari nilai yang diambil angka R % urutan yang terakhir atau
yang paling bawah, makin nilai R % nya kecil warna serat makin
19
tua/gelap, sebaliknya kalau nilai R% nya besar warna seratnya makin
14. cara mengeprint, buka OUTPUT di PEAK PICK pilih menu grafik plot diklik
Warna)
1.3. Hidupkan komputer yang sudah diinstall dengan program color analisis
komputer
1.5. Buka menu CONFIGURE pilih UTILITAS keluar menu UV-PC pilih ON
lalu diklik OK , tunggu sampai lampu tanda warna hijau di monitor menyala
siap dipakai
untuk jenis teks printer diisi jenis printernya, grafik: diisi juga jenis printer
20
1.7. Langkah 1: buka CONFIGURE pilih SCAN PARAMETER keluar menu
dan diisi, umpama pilih (R%, T%) ring grafiknya diisi, untuk kolom star
diisi 780 nm dan untuk kolom finis diisi 380 nm lalu diklik OK
kwmudian klik OK
1.9. Langkah 3: buka CONFIGURE pilih color scales diisi pilih yang CIELAB
1.10. Untuk mengenolkan grafik, kain yang asli warna putih ukuran 5x5 cm
1.11. Pertama kain yang putih asli dicari nilai standarnya degan mengklik
STDREAD
1.12. Selanjutnya masukan sampel kain yang sudah diwarnai ukuran 5x5 cm
dijepitkan dan masukan kedalam UV-PC lalu diklik UNK READ, tunggu
sampai proses penyinaran selesai ± 2 menit dan akan keluar menu file name,
untuk kolom 1 diberi nama sampel yang diuji tadi, dan untuk kolom 2 diberi
1.13. Kemudaian pengujian selanjutnya dengan sampel kain warna yang sudah
begitu seterusnya
21
1.14. Untuk mencari print out data nilai saja yang sudah diuji tadi dibuka menu
presentasion pilih tabel data print diklik 1 x print out grafik buka menu
PENGUJIAN
Dalam Evaluasi tekstil bagian kimia, pengujian tahan luntur warna memang
peranan penting, karena pengujian tahan luntur warna selain untuk menilai:
ketahanan hasil dari pencelupan kain, dapat juga dipergunakan sebagai alat
Sebagai standard penilaian hasil pengujian tahan luntur warna digunakan standard
SCALE).
Staining scale dipakai untuk menilai penodaan warna pada kain putih yang
Untuk penilaian penodaan pada kain sama seperti penilaian grey scale.
Staining scale terdiri dari sepasang lempeng standard putih dan 8 lempeng
standard putih abu-abu yang pada tiap pasang menunjukan perbedaan dan
22
Pada staining scale penilain penodaan pada kain putih pengujian pada tahan luntur
warna, dilakukan dengan membandingkan dari kain putih yang dinodai terhadap
terhadap perbedaan yang di gambarkan oleh staining scale dan dinyatakan juga
Arti = L*a*b*
23
a* dan b* = menunjukan cromaticity coordinat.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
dengan uji laboratorium dengan menggunakan alat dan bahan sebagai berikut:
- Pensil
- Penggaris
- Timbangan
- Gelas Arloji
- Kompor Listrik
- Alat pengaduk
Membuat batik:
- Canting klowong
- Wajan
- Kompor Listrik
25
- Wajan besar
- Gelas beker
- Jepitan
sampel :
- 75 gram microwax
- 50 gram microwax
- 75 gram macrowax
26
3.2 Bahan Penelitian
Resep sampel:
Sampel A:
- 80 gr gondorukem
- 40 gr paraffin
- 20 gr malam tawon
- 10 gr microwax
- 5 gr macrowax
Sampel B:
- 80 gr gondorukem
- 40 gr paraffin
- 20 gr malam tawon
- 10 gr microwax
- 10 gr macrowax
27
Sampel C:
- 80 gr gondorukem
- 40 gr paraffin
- 20 gr malam tawon
- 10 gr microwax
- 15 gr macrowax
Sampel D:
- 80 gr gondorukem
- 40 gr paraffin
- 20 gr malam tawon
- 10 gr microwax
- 20 gr macrowax
28
Sampel E:
- 80 gr gondorukem
- 40 gr paraffin
- 20 gr malam tawon
- 10 gr microwax
- 25 gr macrowax
Air dingin
29
3.3 Prosedur Penelitian
1. Bahan lilin batik yang mempunyai titik leleh yang paling tinggi
pokok dimasukkan dan menjadi cair, diaduk yang baik dan rata, agar
3. Campuran lilin batik yang masih cair disaring dengan kain, kemudian
dicetak pada tempat yang baik dan kemudian didinginkan satu malam.
Setelah semua masuk dan mencair, diaduk sampai campur dan dipanaskan
untuk beberapa saat, kemudian disaring pakai kain, kain yang bersih serta
dicetak pada cetakkan lilin batik. Pada keesokan harinya lilin campuran ini
30
3.5 Pelaksanaan Penelitian
Cara Kerja
malam
pewarnaan
31
Alur
Pencampuran
Penyaringan
Pencairan
malam
Pewarnaan
Pelepasan
malam
Evaluasi
Berhasil Tidak
Membandingkan
Hasil Pewarnaan
32
BAB IV
hingga pelorodan:
33
Gambar 4.1.3 Hasil Pelorodan Sampel C
34
Gambar 4.1.6 Sampel – sampel sebelum pelorodan
35
Dari penelitian didapatkan hasil pengujian sebagai berikut:
Tabel 4.1.1 Hasil uji TLW terhadap gosokan kain (basah dan kering)
No Kode Sampel Nilai Uji Gosok Kering Nilai Uji Gosok Basah
Pada analisa Tahan Luntur Warna (TLW) dapat dilihat dari tabel
4.1.1 bahwa di dapatkan hasil nilai uji gosok kering dan nilai uji gosok
yaitu 4, untuk uji gosok basah yaitu 4-5. Untuk sampel B dengan
basah yaitu 4-5, tidak ada perubahan dari sampel A. Sedangkan untuk
lebih menurun dari hasil uji gosok kering lainnya yaitu 3-4 dan uji gosok
basah tetap sama (tidak mengalami penurunan) yaitu 4-5. Pada sampel D
kenaikan kebambali sama seperti sampel A dan B yaitu 4 lalu uji gosok
36
uji gosok kering 4 dan uji gosok basah juga sama dengan sampel
Baik
kering, hal itu di buktikan dengan adanya penurunan hasil uji gosok
gr. Dan pada parameter uji gosok basah angka yang ditunjukan pada
37
setiap komposisi di dalam grafik adalah angka 4-5, yang mana itu
Sabun dengan variasi macrowax yang dapat dilihat pada tabel 4.1.2 untuk
38
ketahanan luntur hasil dari pencelupan kain, dapat juga di pergunakan
Grafik 4.1.2 Hubungan antar komposisi macrowax dengan uji cuci sabun
3.5
3
2.5
2
A (5gr) B (10 gr) C (15 gr) D (20 gr) E (25 gr)
KOMPOSISI MACROWAX
KELUNTURAN SABUN
mempengaruhi kualitas warna ketika diuji kelunturan cuci sabun, hal itu
mengalami kenaikan kembali lalu stabil dinilai uji 4-5 yang mana
merupakan hasil yang baik pada parameter uji kelunturan cuci sabun.
39
g. Hasil Uji Ketuaan Warna ( R %)
2 A (5 gr Macrowax) 80,59
pada tabel 4.1.3. Pada tabel nilai standard kain katun putih yaitu 105,64 ,
warna dari kain yang akan diuji. Untuk sampel A dengan macrowax 5 gr
86,76, terdapat penurunan hasil uji ketuaan warna dari sampel C dan D.
warnanya yaitu 96,08. Semakin nilai R% nya kecil berarti warna serat
40
Grafik 4.1.3 Hasil Uji Ketuaan Warna (R%)
94
91
88
85
82
79
NILAI A (5gr) B (10 gr) C (15 gr) D (20 gr) E (25 gr)
STANDAR KOMPOSISI MACROWAX
KAIN KATUN
PUTIH (0 gr)
KETUAAN WARNA
kain. Semakin nilai R% nya kecil berarti warna serat makin Tua/gelap,
sebaliknya kalau nilai R% nya besar warna seratnya makin terang menuju
warna putih, dimana nilai standard kain katun putih adalah 105,64 atau
bisa disebut dengan blanko. Naik turunnya angka pada hasil cukup
41
h. Hasil Uji Beda Warna ( R %)
pakai
1 Microwax L* a* b* dE*ab
dapat dilihat di tabel 4.1.4. untuk L* nilai uji beda nya semakin turun dari
keaikan. Untuk dE*ab nilai uji beda warnanya juga mengalami kenaikan
42
Tabel 4.1.5 Hasil Uji Beda Warna Non macrowax ( R %)
pakai
Microwax L* a* b* dE*ab
dapat dilihat di tabel 4.1.4. untuk L* nilai uji beda nya semakin turun dari
keaikan. Untuk dE*ab nilai uji beda warnanya juga mengalami kenaikan
43
Grafik 4.1.4 Hubungan antara Lilin menggunakan Macrowax dengan
87
84
81
78
75
72
69
66
NILAI A (5gr) B (10 gr) C (15 gr) D (20 gr) E (25 gr)
STANDAR
KOMPOSISI MACROWAX
KAIN KATUN
PUTIH (0 gr) HASIL UJI BEDA WARNA
beda warna dengan macrowax. Dari grafik menunjukan nilai uji beda
menunjukan warna yang diuji semakin gelap seiring turunnya angka uji
tersebut. Pengujian beda warna terdapat skalanya yaitu dari skala 0-100,
sebaliknya angka yang mendekati angka 0 berarti semakin gelap. Hal ini
44
Grafik 4.1.5 Hubungan antara Lilin tanpa menggunakan Macrowax
angka uji tersebut. Pengujian beda warna terdapat skalanya yaitu dari
skala 0-100, angka yang mendekati angka 100 berarti semakin terang
45
i. Hasil uji kualitas batik dari kuisioner
sebagai berikut:
25%
50%
25%
0%
sampel dengan hasil malam paling baik yaitu sebanyak 50%. Diikuti sampel B
46
Grafik 4.1.7 Hasil kuisioner pertanyaan 2
20% 20%
10%
40%
10%
sampel dengan hasil pola batik paling baik yaitu sebanyak 40%. Diikuti sampel A
KUALITAS PEWARNAAN
A B C D E
20%
50%
30%
0% 0%
sampel dengan hasil pewarnaan paling baik yaitu sebanyak 50%. Diikuti sampel B
47
4.2 Pembahasan
Dari penelitian yang kami lakukan dapat dibahas sebagai berikut, bahwa
malam batik. Macrowax merupakan bahan baku malam yang berasal dari lilin
bekas yang terdiri dari campuran lilin malam tawon, gondorukem, damar
menjadi satu sehingga menjadi lilin bekas yang disebut macrowax. Warna dari
macrowax adalah kuning muda, sifat dari macrowax sendiri menyerupai lilin
Dari sifat-sifat tersebut macrowax sangat cocok menjadi bahan malam yang
berfungsi untuk menutup pola malam ketika dalam pewarnaan kain. Dimana
bahan sangat mudah dilorod tetapi baik dalam menutup pola kain dalam
tawon daripada microwax. Dari segi harga malam tawon jauh lebih mahal
48
daripada macrowax, karena macrowax menggunakan bahan dari malam yang
batik. Untuk bisa mendapat hasil yang berbeda pada tiap variabel, kami membuat
gram, 10 gram, 15 gram, 20 gram, 25 gram. Dari variasi tersebut akan terlihat
perbedaan kualitas dari tiap sampel sehingga dapat dilihat juga pengaruh
macrowax terhadap kualitas malam. Dengan variabel lain dibuat sama tiap
dengan titik leleh lebih tinggi dilelehkan terlebih dahulu. Pada perhitungan suhu
titik leleh didapat angka titik leleh berturut-turut 57,51 oC, 57,25 oC, 57 oC, 56,76
o
C, dan 56,52 oC.
Dari segi analisa kualitatif, dengan adanya kuisioner. Didapat hasil malam
yang berbeda dari segi warna dan tekstur. Semakin banyak komposisi macrowax,
warnanya semakin terang dan bening. Sedangkan dari segi tekstur semakin
banyak komposisi macrowax membuat malam semakin lembut dan lebih mudah
mengering. Sedangkan dari segi penutupan pola, relatif sama. Semua sampel
Pada proses pembuatan malam dan pola. Kami juga melakukan langkah-
langkah dengan sangat teliti. Terutama ketika proses mencanting. Kami membuat
pola agar terlihat indah tetapi tetap dengan pola yang bisa mudah diuji ketika
49
proses pengujian. Pada proses pewarnaan kami menggunakan pewarna naphtol
orange agar warna yang didapat memiliki warna yang kuat dan jelas sehingga
terlihat perbedaan warna dengan kain yang ditutup malam. Proses pewarnaan 5
sampel dilakukan dengan perlakuan yang sama yaitu dengan kadar naphtol yang
sama,waktu perendaman yang sama dan waktu pengeringan yang sama. Sehingga
dari 5 sampel tersebut didapat hasil yang relatif sama. Setelah pewarnaan selesai
Untuk menguji seberapa baik malam tersebut menutup pola dari pewarnaan.
Pada proses pelorodan dilakukan dengan air yang mendidih dan tambahan
soda kaustik agar malam dapat lepas dengan sempurna tanpa menyisakan lelehan
malam di sekitar kain. Setelah kain di lorod lalu dilakukan uji gosok kain (basah
dan kering), pencucian sabun, kelunturan cuci sabun, uji ketuaan warna dan uji
beda warna. Untuk menguji seberapa baik warna yang dihasilkan apakah luntur ke
1. Nilai uji gosok baik basah atau kering menunjukkan hasil berubah atau tidak
gosok
2. Nilai uji kelunturan sabun menunjukkan hasil yang naik turun naik kembali
kelunturan sabun
3. Nilai uji ketuaan warna menunjukkan nilai yang fluktuatif. Hal ini
dikarenakan bedanya ketuaan warna orange pada kain. Disini kami tidak
50
menjadikan pewarnaan sebagai variable. Sehingga perbedaan nilai pada
pengujian ini tidak bisa ditarik kesimpulan akan kualitas malam batik. Nilai
4. Nilai uji beda warna menunjukkan nilai yang turun naik lalu turun kembali
bila komposisi macrowax semakin banyak atau besar. Angka yang didapat
Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa macrowax merupakan salah
satu bahan utama untuk membuat malam. Fungsinya dapat menggantikan fungsi
dari malam tawon yang ketersediaannya sulit untuk didapatkan dan harganya
lebih mahal. Tetapi perlu diperhatikan juga komposisi dari macrowax tersebut.
benar tepat. Karena berdasar hasil uji. Semakin banyak komposisi macrowax pada
sampel maka semakin bening dan halus. Sehingga kemampuan untuk menutup
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang kami lakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
dari titik leleh pada saat proses pelelehan bahan baku menjadi malam.
semakin bening dan lembut pada hasil malam bila dilihat secara visual.
5. Macrowax memiliki kegunaan yang sama pada fungsi dari malam tawon.
52
5.2 Saran
A. Pada proses penulisan malam pada pola batik. Harus lebih hati-hati agar
C. Pada saat melelehkan bahan bahan utama dan macrowax harus dalam suhu
D. Proses pelorodan yang dilakukan harus bersih agar tidak ada bekas lilin
53
DAFTAR PUSTAKA
Kusrianto, Adi., 2013, Batik Filosofi, Motif dan Kegunaan, CV. ANDI OFFSET,
Yogyakarta.
Gumbolo HS., 2015, Batik dan Zat Warna Alam, Ardana Media. Yogyakarta
Ari Wulandari., 2011, Batik Nusantara Makna Filosofis, Cara Pembuatan, dan
Wikipedia.,”Gondorukem”.http://www.pgtgarahan.com/?PRODUKSI/GONDOR
UKEM
kucing
Wikipedia.,”MalamBatik”.https://muhtadinbatik.wordpress.com/2014/12/23/mala
m-batik/
54
LAMPIRAN
55
PERHITUNGAN
Dimana:
𝑇𝑐𝑎𝑚
56
A.1. Suhu titik leleh campuran sampel A
𝑇𝑐𝑎𝑚
(80 𝑥 80) + (90 𝑥 80) + (59 𝑥 20) + (56 𝑥 40) + (70 𝑥 10) + (60 𝑥 5)
= 0.75 𝑥 ( )
80 + 80 + 20 + 40 + 10 + 5
= 57,51 oC
𝑇𝑐𝑎𝑚
(80 𝑥 80) + (90 𝑥 80) + (59 𝑥 20) + (56 𝑥 40) + (70 𝑥 10) + (60 𝑥 10)
= 0.75 𝑥 ( )
80 + 80 + 20 + 40 + 10 + 10
= 57,25 oC
A.3 Suhu titik leleh campuran sampel C
𝑇𝑐𝑎𝑚
(80 𝑥 80) + (90 𝑥 80) + (59 𝑥 20) + (56 𝑥 40) + (70 𝑥 10) + (60 𝑥 15)
= 0.75 𝑥 ( )
80 + 80 + 20 + 40 + 10 + 15
= 57 oC
𝑇𝑐𝑎𝑚
(80 𝑥 80) + (90 𝑥 80) + (59 𝑥 20) + (56 𝑥 40) + (70 𝑥 10) + (60 𝑥 20)
= 0.75 𝑥 ( )
80 + 80 + 20 + 40 + 10 + 20
= 56,76 oC
A.4 Suhu titik leleh campuran sampel E
𝑇𝑐𝑎𝑚
(80 𝑥 80) + (90 𝑥 80) + (59 𝑥 20) + (56 𝑥 40) + (70 𝑥 10) + (60 𝑥 25)
= 0.75 𝑥 ( )
80 + 80 + 20 + 40 + 10 + 25
= 56,52 oC
57