Anda di halaman 1dari 32

OPTIMASI PENJADWALAN PROYEK

VASAKA RESIDENCE DENGAN METODE RSM


(REPETITIVE SCHEDULING METHOD)

TUGAS AKHIR

Oleh :
Anak Agung Gde Surya Astika
NIM. 1605511093

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekarang ini, kontraktor seringkali dihadapkan dengan proyek konstruksi
yang mencakup unit-unit yang serupa atau identik, seperti unit-unit rumah pada
pembangunan perumahan, segmen lantai pada pembangunan apartemen, ruas-ruas
jalan pada proyek jalan raya dan lain-lain. Proyek multiunit seperti ini memiliki ciri
di mana didalam-nya terdapat paket kegiatan yang dikerjakan berulang atau
pekerjaan repetitive. Pelaksanaan proyek konstruksi yang memiliki paket pekerjaan
berulang/repetitive membutuhkan sebuah metode penjadwalan yang mampu
memfasilitasi kegiatan yang tak terputus dari satu unit ke unit berikutnya. Metode
penjadwalan yang umum digunakan dirasa belum mampu menyesuaikan dengan
karakteristik proyek tersebut, sehingga berbagai aspek pengolahannya diperlukan
suatu teknis atau analisis khusus.

Proyek pembangunan Vasaka Residence, yang terletak di jalan WR.


Supratman, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar merupakan proyek yang
dibangun secara horizontal dan memiliki kegiatan yang bersifat berulang
diantaranya adalah 100 unit rumah lantai 2 Cluster Evara dengan, 67 unit rumah
lantai 2 Cluster Dhama, 60 unit rumah lantai 3 Cluster Asta, dan 74 unit rumah
lantai 3 Cluster Bhava. Pada pelaksanaan proyek tersebut terjadi perpindahan
tenaga kerja dari unit satu ke unit lain yang tidak teratur dikarenakan tidak adanya
penjadwalan yang mengatur perpindahan pekerjaan dari unit ke unit, hal tersebut
dapat mengganggu kontinyuitas dan produktivitas pekerja pada proyek tersebut.

Metode Repetitive Scheduling Method (RSM) merupakan salah satu metode


penjadwalan yang dapat diaplikasikan pada proyek yang memiliki karakteristik
berulang (repetitive). Keuntungan utama dari metode RSM adalah terjaminnya
kontinyuitas pekerjaan setiap tim pekerja sehingga bisa menghemat upah total
tenaga kerja, selain itu bentuk diagramnya lebih mudah dibaca karena merupakan
diagram berskala waktu (time schedule network)(Laksito, 2005).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan optimasi penjadwalan


pada proyek Vasaka Residence sebagai tugas akhir didasarkan karena memiliki

2
kegiatan yang berulang (repetitive), sehingga memungkinkan dianalisis dari segi
waktu perancangan dengan menggunakan Repetitive Schedule Method (RSM).
Optimasi penjadwalan yang dimaksud adalah capaian waktu kerja yang mendekati
waktu kontrak dengan kebutuhan kelompok kerja yang paling sedikit.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang diangkat
dalam penelitian tugas akhir ini yaitu “Bagaimanakah optimasi penjadwalan
terhadap pekerja, biaya dan waktu pada proyek Vasaka Residence dengan metode
RSM (Repetitive Schedule Method)?”

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk merencanakan penjadwalan
yang optimum terhadap pekerja, biaya dan waktu pada proyek Vasaka Residence
dengan metode RSM (Repetitive Schedule Method)

1.4 Manfaat Penelitian


Dalam penulisan Tugas Akhir ini, bagi penulis adalah untuk menambah
pengetahuan dan wawasan terkait dengan penjadwalan menggunakan metode RSM
(repetitive Schedule Method) dan diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak
kontraktor dalam menerapkan metode penjadwalan kegiatan yang sesuai dengan
jenis proyek sehingga mampu meningkatkan pengendalian waktu dalam
pekasanaan proyek.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan waktu proyek, jenis item pekerjaan, biaya pelaksanaan
proyek yang akan dibahas merupakan tinjauan dari sudut pelaksana
proyek/
2. Pengadaan bahan bangunan pada setiap unit adalah sama tanpa ada
permasalahan ketersediaan bahan dan keterlambatan pengiriman bahan
3. Pekerjaan yang dilaksanakan sesuai jadwal proyek normal.
4. Pengadaan sumber daya manusia yang akan dilibatkan pada setiap unit
adalah sama dan bekerja secara kontinyu

3
5. Tinjauan unit yang dikerjakan untuk analisis sebanyak 100 unit rumah
lantai 2 Cluster Evara
6. Aplikasi terhadapa program computer Microsoft Project 2016 diperlukan
untuk tampilan keterkaitan masing-masing kegiatan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berkaitan
dan berlangsung dalam kurun waktu tertentu dengan alokasi sumber daya yang
terbatas untuk mencapai hasil yang direncanakan. Pada proses penyelesaian suatu
proyek harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain), yaitu : tepat biaya,
tepat waktu, dan tepat mutu.(Ervianto, 2005) Merencanakan suatu proyek adalah
suatu masalah yang harus ditangani dengan baik. Suatu perencanaan yang baik dan
mendetail akan mempermudah proses pengendalian nantinya. Perencanaan dan
pengendalian pada proyek konstruksi akan selalu terkait dengan waktu/jadwal yang
harus dipenuhi, besarnya biaya yang dialokasikan, dan mutu disyaratkan, dimana
titik keseimbangan antara aspek tersebut adalah merupakan tujuan utama yang akan
dicapai(Soeharto, 1999).

Membuat rencana kegiatan adalah proses pertama dari pelaksanaan proyek


konstruksi yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan proyek konstruki. Proses ini
mencakup metode perencanaan, menguraikan pekerjaan kebentuk yang lebih .detail
dan membuat urutan-urutan ketergantungan pada proses konstruksi, menghitung
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Waktu pelaksanaan dan
kegiatan dipengaruhi langsung oleh jenis dan jumlah sumber daya yang tersedia.
Penempatan dan pemanfaatan sumber daya secara tepat adalah mutlak dalam
mencapai tujuan proyek, sehingga dari kegiatan perencanaan waktu yang efisien
dapat diperoleh biaya yang minimum dengan tepat memperhatikan persyaratan
kualitas yang ditetapkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi.

Penjadwalan kegiatan-kegiatan suatu proyek juga dapat digunakan untuk


mengetahui banyaknya sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dalam proses konstruksi. Perencanaan dan pengendalian memerlukan
beberapa jenis kemampuan antara lain(Santoso, 1996).

1. Kemampuan dalam melihat ke depan akan berbagai jenis pekerjaan


yang harus diselesaikan.
2. Kemampuan dalam menyusun metode pelaksanaan konstruksi.

5
3. Konsistensi dalam memonitor perkembangan proyek.
4. Kemampuan dalam melakukan langkah perbaikan.
Selain faktor tersebut diatas, juga terdapat hal-hal yang harus diperhatikan,
diantaranya:

1. Lokasi proyek
2. Situasi dan kondisi proyek
3. Jumlah dan jenis sumber daya
4. Jenis dan volume pekerjaan
5. Keahlian tenaga kerja
6. Iklim dan kondisi cuaca di lokasi proyek
7. Metode pelaksanaan konstruksi yang digunakan
Merencanakan suatu proyek menjadi masalah yang harus ditangani dengan
baik, dimana sering kali ditemui adanya kegiatan yang tidak dapat dimulai jika
kegiatan yang lain belum selesai dikerjakan. Perencanaan waktu pada proyek
konstruksi merupakan penjadwalan dari kegiatan-kegiatan yang ada pada proyek
tersebut. Penjadwalan waktu kegiatan proyek berisi:

1. Jenis-jenis pekerjaan
2. Urutan-urutan pekerjaan
3. Waktu suatu pekerjaan
Penelitian dan pengalaman di industri konstruksi memperlihatkan bahwa
sebagian besar pekerjaan konstruksi direncanakan dengan menggunakan teknik
yang berdasarkan salah satu dari dua model berikut ini:

1. Model pertama : proyek sebagai serangkaian kegiatan yang terpisah


(Non Repetitive Activities)
Model pertama mengasumsikan bahwa proyek konstruksi
merupakan sekumpulan kegiatan dalam durasi waktu tersendiri dan
sejumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
tersebut.
2. Model kedua : proyek sebagai serangkaian kegiatan yang berulang
(Repetitive Activities)

6
Model kedua mengasumsikan bahwa proyek konstruksi
merupakan sekumpulan kegiatan berulang, dimana setiap kegiatan
memiliki produktivitas sendiri.

Beberapa cara telah dikembangkan untuk merencanakan proyek konstruksi,


baik untuk proyek dengan model pertama maupun model kedua.

Dimana masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-


masing. Pemilihan teknik didasarkan pada karakteristik kegiatan pada proyek
tersebut.

Optimasi
Optimasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik(KBBI, 2014). Dalam
penelitian ini, optimasi adalah suatu proses penguraian durasi proyek untuk
mendapatkan durasi yang paling baik (optimal) dengan menggunakan berbagai
alternatif yang ditinjau dari segi waktu dan pengalokasian kelompok kerja.

Teknik dan Cara Penentuan Durasi Proyek


Terdapat beberapa teknik dalam menentukan durasi proyek, salah satunya
adalah Parametric Estimating. Teknik tersebut mengestimasi jangka waktu
ditetapkan secara kuantitatif yaitu dengan mengalikan kuantitas pekerjaan yang
akan dikerjakan dengan productivity rate(Dep Pu, 2005).

Contoh : productivity rate bisa diestimasikan pada project design dengan


jumlah lembar gambar yang diselesaikan dikalikan berapa jam Drafter per
lembar gambar. Atau hasil pemasangan kabel dalam meter dikalikan jam
kerja orang per meter.

Perencanaan Waktu Proyek dengan Kegiatan Tidak Berulang (Non


Repetitive Activities)
Pada proyek konstruksi sering ditemui adanya kegiatan yang tidak dapat
dimulai sebelum kegiatan yang lain selesai dikerjakan. Perencanaan waktu
memegang peranan yang sangat penting, maka penjadwalan harus dilakukan

7
dengan baik pada proyek non-repetitive telah dikenal dengan beberapa metode
perencanaan waktu, tetapi yang paling banyak dikenal diantaranya ada dua macam:

1. Bagan balok (Bar Chart)


2. Jaringan kerja (Network)

2.4.1 Metode Bagan Balok (Bar Chart)


Metode bagan balok diperkenalkan oleh HL Gantt pada tahun 1917
dianggap belum pernah ada prosedur yang sistematis dan analitis dalam aspek
perencanaan dan pengendalian proyek. Bagan balok disusun dengan maksud
mengidentifikasikan unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan
yang terdiri dari waktu mulai, dan waktu penyelesaian(Arianto, 2010). Dewasa ini
metode bagan balok masih digunakan secara luas, baik berdiri sendiri maupun
dikombinasikan dengan metode lain, misalnya digunakan bersama-sama kurva-S
sebagai alat pengendali.

Bagan balok tersusun pada koordinat X dan Y. Pada sumbu tegak Y, dicatat
pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu proyek,
dan digambar sebagai balok. Sedangkan pada sumbu horizontal X, tertulis satuan
waktu, misalnya hari, minggu, atau bulan. Disini waktu mulai dan waktu akhir
masing-masing pekerjaan adalah ujung kiri dan kanan dari balok-balok yang
bersangkutan. Pada waktu membuat bagan balok telah diperhatikan urutan
kegiatan, meskipun belum terlihat hubungan ketergantungan antara satu dengan
yang lain.

Pada bagan balok terdapat beberapa keterangan yang minimal harus


dimiliki:

1. Jenis kegiatan

Jenis kegiatan diletakkan sejajar sumbu vertical yang


menjelaskan urutan-urutan pekerjaan.

2. Durasi (Waktu)

8
Durasi atau rencana waktu kegiatan, diletakkan sejajar sumbu
horizontal dan digambarkan dengan garis tabel.

Contoh bagan balok (Bar Chart) terdapat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Contoh Bar Chart


Sumber: Soeharto (1999)

Dari penelitian dan pengalaman pada industri konstruksi, terlihat bagan


balok mudah dibuat dan dikerjakan. Metode ini sangat berguna sebagai alat
perencanaan dan komunikasi. Meskipun memiliki segi-segi keuntungan tersebut,
namun penggunaan bagan balok terbatas karena beberapa hal berikut:

1. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara


satu kegiatan dengan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui
dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan suatu kegiatan terhadap
jadwal seluruh proyek.
2. Sulit melakukan perbaikan, karena umumnya harus dilakukan dengan
membuat bagan baru.
3. Untuk proyek besar dan kompleks, penggunaan bagan balok akan
mengalami kesulitan. Hal ini karena dengan menyusun sedemikian
besar jumlah kegiatan memiliki keterkaitan tersendiri antar kegiatan.

2.4.2 Jaringan kerja (Network)


Metode jaringan kerja adalah suatu metode penjadwalan kegiatan-kegiatan
dengan menghubungkan kegiatan-kegiatan tersebut dalam suatu rangkaian.

9
Jaringan kerja dipandang sebagai penyempurnaan metode bagan balok, karena
metode jaringan kerja memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:

1. Mampu menunjukkan urutan kegiatan proyek yang memiliki banyak


komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks.
2. Memperlihatkan kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis. Metode
jaringan kerja merupakan metode penjadwalan kegiatan dengan
menghubungkan kegiatan-kegiatan tersebut dalam suatu rangkaian.
Metode jaringan kerja sering digambarkan dengan menggunakan anak
panah dan lingkaran atau kotak.
Metode jaringan kerja diperkenalkan pada akhir decade 1950-an, oleh suatu
tim insinyur dan ahli matematika dari perusahaan Du-Pont bekerjasama dengan
Rand Cooperation, dalam usaha mengembangkan suatu sistem control manajemen.
Sistem ini dimaksudkan untuk merencanakan atau mengendalikan sejumlah besar
kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks dalam masalah
desain eingeneering, konstruksi dan pemeliharaan. System tersebut dikenal dengan
Metode Jalur Kritis (Critical Path Method-CPM)(Arianto, 2010). CPM memakai
teknik penyajian dengan memakai diagram anak panah, lingkaran, serta kaidah-
kaidah dasar logika ketergantungan. CPM menggunakan satu angka estimasi dan
dalam prakteknya lebih banyak digunakan oleh kalangan industry atau proyek-
proyek engineering konstruksi.

Selanjutnya diperkenalkan pula konsep dasar Precedence Diagram Method


(PDM) oleh J.W.Fondhal dari Universitas Stanford-USA pada awal dekade 1960-
an. Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh perusahaan IBM dalam rangka
penggunaan komputer untuk memproses hitungan-hitungan yang berkaitan dengan
metode PDM. Bila CPM digambarkan sebagai kegiatan pada anak panah atau
Activity on Arrow (AOA), maka PDM adalah kegiatan pada node Activity on Node
(AON). Disini kegiatan dituliskan dalam node yang urrumnya berbentuk segi
empat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan antara kegiata
yang bersangkutan. Dengan demikian, dummy dalam CPM merupakan tanda yang
penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, didalam PDM tidak
diperlukan. Metode PDM menghasilkan jaringan kerja yang lebih sederhana
dibandingkan CPM(Soeharto, 1999).

10
2.4.3 Metode Diagram Perseden
Metode Diagram Preseden / Precedence Diagram Method (PDM)
merupakan penyempurnaan dari CPM, karena pada prinsipnya CPM hanya
menggunakan satu jenis hubungan aktivitas yaitu hubungan akhir awal dan sebuah
kegiatan dapat dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai. Metode
preseden diagram adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON (Activity
off Node).

Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis dalam node
yang berbentuk kotak segiempat. Kotak-kotak tersebut menandai suatu kegiatan,
dimana harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Sedangkan
peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node memiliki dua peristiwa
yaitu awal dan akhir.

Kotak-kotak segiempat dalam metode preseden diagram menjadi ruangan-


ruangan kecil yang memberikan keterangan spesifik dari kegiatan dan peristiwa
yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Beberapa atribut yang sering
dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan, identitas kegiatan (nomor
dan nama), dan terkadang pula dicantumkan progress pelaksanaan kegiatan yang
dapat mempermudah dalam memonitor. Denah yang lazim pada node PDM dapat
dilihat pada Gambar 2.2.

Nomor Urut

ID Durasi

Tgl. Mulai Tgl. Selesai

ID dan Nama Kegiatan

11
T Mulai : ES/LS Durasi
gl.

T Selesai : Total Float


gl. EF/LF

Progress penyelesaian %

Gambar 2.2 Denah yang lazim pada node PDM


Sumber: Soeharto (1999)

Keterangan :

ES : waktu mulai paling awal suatu kegiatan (Earliest Start Time). Bila
waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam hari, maka waktu
ini adalah hari paling awal kegiatan dimulai.

EF : waktu selesai paling awal suatu kegiatan (Earliest Finish Time).

Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan


terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya.

LS : waktu paling akhir kegiatan boleh mulai (Latest Allowable Start Time),
yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat
proyek secara keseluruhan.

LF : waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (Latest Allowable Finish


Time) tanpa memperlambat penyelesaian proyek.

ID : nomor identitas kegiatan pada jaringan kerja.

Durasi : kurun waktu penyelesaian kegiatan. Dinyatakan dalam satuan waktu


seperti jam, hari, atau minggu.

Total Float : tenggang waktu total

Progress Penyelesaian : presentase kemajuan proyek

12
1. Konstrain Pada Metode Diagram Preseden

Pada preseden diagram hubungan antar kegiatan berkembang menjadi


beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar
kegiatan dengan satu garis dari node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat
menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal
atau mulai (S) dan ujung akhir (F), maka ada empat macam konstrain yaitu awal ke
awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF) dan akhir ke awal (FS). Pada
garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului (lead) atau
terlambat / tertunda (lag). Bila kegiatan (i) mendahului kegiatan (j) dan satuan
waktu adalah hari:

a. Konstrain selesai ke mulai - FS

Kostrain ini memberikan penjelasan hubungan mulainya suatu


kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai FS(i-j)
= a yang berarti kegiatan (j) mulai a satuan waktu, setelah kegiatan yang
mendahuluinya (i) selesai. Notasi waktu a disebut lag time. Penggambaran
konstrain Finish to Start ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Kegiatan Kegiatan
(i) (j)
FS (i-j) = a

Gambar 2.3 Konstrain Finish to Start


Sumber: Soeharto (1999)

b. Konstrain mulai ke mulai - SS

Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya


suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Atau SS(i-j) = b, yang
berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah b satuan waktu kegiatan terdahulu (i)
mulai. Besarnya angka b tidak boleh melebihi kurun waktu kegiatan

13
terdahulu, karena per definisi b adalah sebagian dari kurun waktu kegiatan
yang terdahulu, jadi disini terjadi kegiatan tumpang tindih. Notasi waktu b
disebut lead time. Contohnya kegiatan pembersihan lapangan dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pembuatan Direksi Keet. Penggambaran
konstrain Start to Start ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Kegiatan
(i)

Kegiatan
SS (i-j) - b (j)

Gambar 2.4 Konstrain Start to Start


Sumber: Soeharto (1999)

c. Konstrain selesai ke selesai - FF

Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara selesainya


suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Atau FF(i-j) = c yang
berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c satuan waktu kegiatan terdahulu
(i) selesai. Besarnya angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu
kegiatan yang bersangkutan (j). Notasi waktu c disebut lag time. Contohnya
kegiatan pembuatan taman selesai bersamaan dengan kegiatan pembuatan
pagar. Penggambaran konstrain Finish to Finish ini dapat dilihat pada
Gambar 2.5.

Kegiatan FF (i-j) = c

(i)
Kegiatan
(j)

14
Gambar 2.5 Konstrain Finish to Finish
Sumber: Soeharto (1999)

d. Konstrain mulai ke selesai - SF

Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara selesainya


kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF(i-j) =
d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d satuan waktu kegiatan (i)
terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu
harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh
diselesaikan. Notasi waktu d disebut lead time. Contohnya kegiatan
pembuangan sampah ke dalam lubang diakhiri bila kegiatan penimbunan
lubang akan dimulai. Penggambaran konstrain Start to Finish ini dapat
dilihat pada Gambar 2.6.

Kegiatan
(i)
SF (i-j) = d

Kegiatan
(j)

Gambar 2.6 Konstrain Start to Finish


Sumber: Soeharto (1999)

Perencanaan Waktu Proyek dengan Kegiatan Berulang ( Repetitive


Activities )
Suatu proyek dikatakan bersifat repetitive jika proyek tersebut memiliki
kegiatan yang sama dan berulang(Harris et al, 1998). Beberapa proyek yang bersifat

15
repetitive antara lain proyek konstruksi bangunan yang bertingkat tinggi,
pembangunan jalan raya, pembangunan perumahan, pembangunan jembatan
dengan bentang yang panjang.

Pada proyek gedung bertingkat, kegiatan repetitive-nya antara lain:


pengerjaan lantai yang dibangun, dimana lantai tersebut tipical. Pada pembangunan
jalan raya, unit repetitive-nya adalah pengerjaan seksi ruas jalan, dimana setiap ruas
jalan memiliki panjang dan bentuk yang sama. Pada proyek yang bersifat berulang
(Repetitive), metode yang dipakai dalam merencanakan kegiatan adalah dengan
metode linear dengan berbagai bentuk variasinya.

Linear Scheduling Method (LSM) adalah metode penjadwalan dengan


menggunakan sumbu koordinat yaitu absis dan ordinal, absis menunjukkan waktu
kerja dan ordinat menunjukkan jumlah unit pekerjaan atau lokasi kegiatan yang
dilaksanakan. Sedangkan garis miring menyatakan jenis kegiatan sekaligus
menunjukkan kecepatan dari kegiatan tersebut. Kemiringan dari setiap garis aliran
kegiatan menunjukkan tingkat produktivitas dari kegiatan itu. Semakin tegak garis
alir tersebut maka semakin tinggi tingkat produktivitasnya. Contoh diagram LSM
terdapat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Contoh diagram LSM


Sumber : Harris et al (1998)

Dimana :

Da = durasi kegiatan A

16
Db = durasi kegiatan B

Untuk proyek yang bersifat repetitive, metode ini sangat tepat digunakan.

Ada beberapa hal yang sering ditemukan LSM, yaitu :

1. Interupsi

Interupsi adalah adanya penghentian atau penundaan kegiatan untuk


suatu waktu tertentu yang ditunjukkan dengan garis mendatar pada garis alir
kegiatan. Banyak penyebab terjadinya interupsi, antara lain : sumber daya yang
terhenti, kesulitan teknis dan Iain-lain. Penggambaran Interupsi ini dapat
dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Interupsi


Sumber : Harris et al(1998)

Dimana:

--- = Interupsi

2. Restraint

Restraint adalah waktu tunggu antara selesainya suatu kegiatan dengan


mulainya kegiatan yang lain. Hal ini terjadi antara lain karena kedua kegiatan
mempunyai sumber daya yang sama dan jumlahnya terbatas sehingga

17
diperlukan waktu transfer sumber daya dari kegiatan sebelumnya.
Penggambaran Restraint ini dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Restraint


Sumber : Harris el al (1998)

Dimana :

= Restraint

3. Buffer

Buffer adalah jarak yang diperlukan antara dua kegiatan. Jarak dapat
berupa lokasi (buffer lokasi) maupun waktu (buffer waktu). Buffer waktu
mempunyai dua konsep yaitu : buffer waktu minimum dan buffer waktu
maksimum. Penggambaran Buffer ini dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Buffer Waktu dan Buffer Lokasi


Sumber : Harris et al (1998)

18
Dimana :

= buffer waktu

= buffer lokasi

4. Interval

Interval adalah suatu waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu


kegiatan pada lokasi tertentu.

Repetitive Scheduling Method (RSM)


Repetitive Scheduling Method (RSM) berupaya mengintegrasikan metode-
metode yang sudah ada menjadi satu yang lebih umum dan simpel, yang menjamin
ketersediaan sumber daya yang digunakan. Repetitive Scheduling Method (RSM)
direpresentasikan dalam sebuah bentuk grafik X-Y dimana sumbu mendatar
menyatakan waktu dan sumbu tegak menyatakan unit(Harris et al, 1998). Unit-unit
berulang digambarkan pada salah satu sumbu.

2.7.1 Elemen-elemcn RSM


Untuk memahami Repetitive Scheduling Method perlu dikenali beberapa
elemen dasarnya diantaranya(Harris et al, 1998):

1. Tingkat Produktivitas

2. Parameter Sistem Sumbu

3. Interupsi dan Restrain

4. Buffer dan Interval

5. Waktu Tenggang

6. Rangkaian Pengontrol

7. Titik Kontrol

19
2.7.2 Tingkat Produktivitas
Pada pelaksanaan proyek yang bersifat repetitive, terkadang ditemui
sejumlah sumber daya yang diharuskan bekerja bersama-sama, contohnya antara
peralatan dan operator. Repetitive Scheduling Method mengasumsikan bahwa
sumber daya yang dibutuhkan untuk setiap unit berulang adalah sama(Harris et al,
1998). Sebagai salah satu contoh, sebuah aktivitas pada setiap unit yang
membutuhkan sejumlah tukang kayu akan membutuhkan jumlah tukang kayu yang
sama pula untuk aktivitas yang sama pada unit berikutnya.

Karena setiap sumber daya memiliki tingkat produktivitas yang berbeda,


perlu dikenali dua jenis tingkat produktivitas yang akan digunakan pada RSM,
kedua jenis tingkat produktivitas yang sering kali membingungkan itu adalah :

1. Tingkat produktivitas sumber daya

2. Tingkat produktivitas unit

2.7.3 Tingkat Produktivitas Sumber Daya


Yang dimaksud dengan tingkat produktivitas sumber daya untuk sebuah
aktivitas adalah jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh suatu jenis sumber
daya pada satu periode waktu, dan dapat dijelaskan dalam sebuah bentuk persamaan
yaitu(Harris et al, 1998) :

Q Ai
........................................................................................... RprA =
TAt

(2.1)

Dimana:

rprA =Tingkat produktivitas sumber daya pada aktivitas A

QAi =Volume/kuantitas pekerjaan pada aktivitas A dalam unit berulang

TAi =Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas A dalam unit


berulang i

20
Persamaan ini sering dipergunakan untuk memperkirakan durasi aktivitas
(TAi) sedangkan volume pekerjaan (QAi) diperoleh dari rencana dan spesifikasi
serta standar yang telah ditetapkan. Sedangkan tingkat produksi sumber daya (rprA)
diperoleh dari database perusahaan atau dari panduan pelaksanaan konstruksi yang
sering digunakan pada industri konstruksi.

2.7.4 Tingkat Produktivitas Unit


Yang dimaksud dengan rata-rata tingkat produktivitas unit adalah jumlah
unit serupa yang bisa diselesaikan oleh suatu sumber daya selama waktu tertentu,
untuk sebuah aktivitas (a), pada setiap unit berulang (i), rata-rata produksi unit
dapat dinyatakan sebagai berikut(Harris et al, 1998):

I
........................................................................................... uprAi =
T Ai

(2.2)

Dimana :

UprAi = Tingkat produktivitas unit pada aktivitas A dalam unit berulang i

TAi = Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas A dalam


unit berulang i

Tingkat produktivitas unit (bukan tingkat produktivitas sumber daya) adalah


sebuah derajat kemiringan dari garis produksi pada diagram RSM jika persamaan
(1) disubtitusikan pada persamaan (2) dan diterapkan pada setiap unit berulang,
maka persamaannya menjadi:

rprA
........................................................................................... uprAi =
Q At

(2.3)

Tingkat produktivitas unit sebanding dengan tingkat produktivitas sumber


daya, dan berbanding terbalik dengan jumlah pekerjaan pada unit. Sebagai contoh,
jika rprA dinyatakan dalam meter persegi perhari dan QAi dalam meter persegi
perlantai, maka uprAt adalah dalam lantai perhari (Harris et al, 1998).

21
2.7.5 Parameter Sistem Sumbu
Diagram RSM digambarkan dengan sumbu mendatar (sb.X) yang
menyatakan waktu dan sumbu tegak (sb.Y) yang menyatakan unit. Satuan waktu
yang bisa digunakan jam, hari, minggu, atau bulan tergantung lama waktu proyek
dan ketelitian pemantauan yang diinginkan. Unit dinyatakan dengan beberapa cara
tergantung pada jenis proyek. Perencanaan dipilih berdasarkan kenyamanan dan
kemudahan memperoleh informasi.

Misalnya unruk bangunan bertingkat tinggi, unit diukur terhadap ketinggian


bangunan atau jumlah lantai. Unruk proyek yang lain, seperti proyek jalan
dinyatakan dalam jarak yang diukur dengan satuan mili, feat, meter, atau kilometer.

2.7.6 Buffer dan Interval


Buffer adalah jarak yang diperlukan antara dua kegiatan. Jarak dapat berupa
lokasi (Buffer Lokasi) maupun waktu (Buffer Waktu). Buffer waktu mempunyai
dua konsep yaitu : buffer minimum, seperti waktu menunggu pada pengecoran
precast dinding, saat proses penuangan beton dari truk mixer ke pouring bucket,
dan buffer maximum seperti waktu yang tersedia pada saat campuran beton
dituangkan pada campuran precast, dimana tidak boleh terlalu lama agar tidak
terjadi pengerasan beton.

Interval adalah waktu yang menunjukkan antara dimulainya suatu kegiatan


sampai selesai kegiatan tersebut pada lokasi tertentu, misalnya waktu pada erection
slab sampai terpasang seluruh slab untuk lokasi. Interval dapat ditunjukkan dengan
menggambarkan suatu jalur yang memiliki lebar tertentu dan besarnya bisa berubah
sebagai ganti suatau garis. Dapat juga digambarkan dengan dua garis yang masing-
masing menunjukkan garis mulai dan garis selesai kegiatan pada setiap lokasi.

Buffer waktu dan jarak dapat disisipkan diantara kegiatan-kegiatan


berinterval. Kadang-kadang buffer tersebut berpotongan dengan interval, sehingga
lebih baik digabungkan dengan buffer menjadi satu.

22
2.7.7 Waktu Tenggang
RSM ditentukan besarnya waktu tenggang atau float. Ada dua macam float,
yaitu free float dan total float. Free float adalah tenggang yang masih
memungkinkan penundaan dan pelaksanaan suatu kegiatan tanpa mempengaruhi
saat mulai kegiatan yang mengikutinya pada satu lokasi yang sama.

Total float adalah waktu tenggang yang masih memungkinkan penundaan


pelaksanaan suatu kegiatan tanpa mempengaruhi penyelesaian suatu proyek secara
keseluruhan.

2.7.8 Rangkaian Pengontrol


Dalam jaringan lintasan kritis, apabila aktivitas kritis terhambat maka akan
menghambat aktivitas seluruh proyek dan rantai dan aktivitas kritis ini terentang
dari awal sampai akhir proyek yang disebut dengan lintasan kritis. Menambah
durasi dan aktivitas-aktivitas kritis sepanjang lintasan ini membuat durasi proyek
minimum konsisten dengan kendala teknik serta ketersediaan sumber daya yang
ditunjukkan dalam jaringan. Bagaimanapun, penetuan durasi proyek dari lintas
kritis tidak dipakai dalam Repetitive Scheduling Method karena persyaratan
kekontinyuan sumber daya tambahan. Persyaratan ini memaksa aktivitas yang tidak
kritis bisa menjadi kritis dan sebaliknya bisa menyebabkan aktivitas yang tidak
kritis dimasukkan dalam rantai aktivitas yang mengontrol durasi proyek.

Dalam Repetitive Scheduling Method, rantai atau urutan aktivitas yang


membangun durasi minimum proyek disebut urutan pengontrolan. Urutan ini
menjaga semua kendala teknik yang diutamakan, ketersediaan sumber daya dan
kekontinyuan sumber daya dan memulai titik kontrol yang memindahkan urutan
dari satu garis produksi ke garis produksi lainnya(PMBOK, 2004).

Langkah Penyusunan Diagram RSM


Langkah pertama dalam penyusunan diagram RSM adalah menentukan
hubungan antara setiap kegiatan pada setiap unit. Untuk itu dapat digunakan metode
CPM atau PDM untuk menggambarkan hubungan pada setiap unit yang sama, jika
perlu untuk setiap unit yang tidak tipikal. Setelah itu kegiatan-kegiatan tersebut
digambarkan dalam bentuk Bar Chart, sehingga urutan kegiatan dapat dengan jelas

23
dipahami. Dan terakhir Bar Chart yang sudah terbentuk digambarkan pada diagram
RSM.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas akan diambil sebuah contoh
yang terdiri dari dua buah kegiatan yang berbeda pada satu unit yang berulang,
seperti terlihat pada gambar 2.11. Gambar 2.11 (a) menggambarkan sepasang
kegiatan, Al dan Bl dimana hubungan antara kegiatan bersifat finish-to-start (FTS).
Durasinya dilambangkan dengan T, penempatan resource/sumber daya dengan R,
hari mulai awal BSD (Earliest Start Duration) dan mulai akhir EFD (Earliest
Finish Duration) ditunjukkan dalam legenda. Nilai R ditunjukkan dengan simbol
alpabhet untuk mengidentifikasikan sumber daya tertentu yang dipakai oleh sebuah
aktivitas.

( 2.11 a )

( 2.11 b )

( 2.11 c )

24
Gambar 2.11 Contoh Penggambaran Diagram RSM
Sumber : Harris et al (1998)

Kemudian aktivitas ini digambarkan dalam bentuk bar chat seperti Gambar
2.11 (b). dan kemudian digambarkan lagi pada sebuah diagram RSM seperti
Gambar 2.11 (c). Pada contoh ini, hanya terdapat satu kegiatan berulang. Titik nol
pada sumbu-Y memilki tanda S sebagai awal unit, dan akhir dari unit diberi tanda
huruf F.

Garis miring dari awal kegiatan Al sampai akhir kegiatan Al pada unit 1
menggambarkan rata-rata produktivitas kegiatan pada Al. Demikian juga pada
kegiatan Bl, garis miring dimulai dari akhir hari ke-13 sampai akhir unit yaitu pada
hari ke-15, menggambarkan rata-rata produktivitas kegiatan Bl. Hubungan antara
FTS antar kegiatan Al dan Bl digambarkan dengan menggunakan garis panah
putus-putus. Catalan bahwa ukuran produksi untuk aktivitas Al adalah 1/3 unit per
hari dan untuk aktivitas Bl adalah ½ unit per hari. Ukuran ini akan dikenal sebagai
kemiringan matematis pada masing-masing garis produksi.

Untuk lebih memahami metode ini, masih akan digunakan ilustrasi


sepasang kegiatan A dan B untuk satu unit, namun kali ini akan digunakan 3 unit
yang berulang. Dimana tingkat produktivitas A dimisalkan 1/3 u/d, dan tingkat
produktivitas unit kegiatan B sebesar '/a u/d pada Gambar 2.12 (a) diperlihatkan bar
chart untuk kegiatan A dan B pada unit yang berulang, pada bar chart terlihat bahwa
kegiatan B memiliki lag time yang mempengaruhi diagaram RSM. Setelah
diperoleh bar chart, dilanjutkan dengan memplot kegiatan tersebut pada sebuah
diagram RSM seperti terlihat Gambar 2.12 (b). Hubungan FTS antar kegiatan
ditunjukkan oleh garis panah putus-putus. Pada diagram RSM terlihat bahwa
kegiatan A memiliki garis yang lurus dan tidak terputus, hal ini menjamin
pemanfaatan sumber daya yang tidak terganggu pula. Lain halnya dengan garis
kegiatan B, garis tersebut tidak memperlihatkan sebuah garis lurus dan
menyambung karena adanya lag time pada aktivitas B. Untuk membuat garis
produksi B menjadi lurus, tidak terputus dan menjamin pemanfaatan sumber daya
yang tidak terganggu, awal kegiatan B pada unit 1 harus ditunda selama 2- hari dan

25
awal kegiatan B2 harus ditunda selama 1 hari. Garis produksi B yang baru
digambarkan dengan menggunakan garis putus-putus yang dimulai pada akhir ke-
15 yang berlanjut melewati unit 2 dan menyambung dengan garis tebal pada unit 3
yang berakhir pada hari ke-21.

(2.12a)

( 2.12 b )

26
( 2.12 c )

Gambar 2.12 Bar Chart dan Diagram RSM


Sumber : Harris el al (1998)

2.9 Perencanaan Waktu Dengan Microsoft Project


Microsoft Project merupakan program yang sangat baik untuk menyusun
sebuah perencanaan proyek konstruksi, selain itu didalamnya juga terdapat
berbagai aplikasi yang dapat dipergunakan untuk proses pengendalian maupun
penyusunan laporan sebuah proyek (Kusrianto, 2013). Dalam menyusun rencana
sebuah proyek konstruksi, terlebih dahulu masukkan data-data kegiatan. Data-data
tersebut meliputi: jenis kegiatan (Task Name), durasi kegiatan (Duration), awal
kegiatan (Start), serta hubungan masing-masing kegiatan dimasukkan dalam
lembaran kerja (Spread Sheet). Dan secara otomatis, Microsoft Project akan
membuat Gantt Chart (Diagram Balok) dari kegiatan-kegiatan tersebut.

Selain itu, Microsoft Project memberi kemudahan dalam membuat suatu


laporan, karena program ini tersedia beberapa format dasar sebuah laporan yang
terdapat dalam beberapa kelompok besar, diantaranya (Kusrianto, 2013):

1. Over View, memuat beberapa bentuk laporan umum proyek secara


keseluruhan, berupa kegiatan-kegiatan utama, kegiatan-kegiatan kritis,
Milestone, dan sebagainya.

2. Current Activity, memuat laporan mengenai kegiatan proyek baik yang


akan dikerjakan maupun yang sudah dikerjakan.

3. Cost, memuat beberapa bentuk laporan mengenai biaya proyek.

4. Assignment, memuat beberapa jenis laporan mengenai pemakaian


sumber daya.

5. Work Load, memuat laporan mengenai beban yang ditanggung oleh


sumber daya dan proyek yang bersangkutan.

27
6. Custom, memuat laporan-laporan yang ingin ditambahkan serta
ditentukan oleh pembuat laporan.

28
BAB III
METODE
3.1 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian akan diuraikan secara ringkas pada Gambar 3.1:

Mulai

Permasalahan

Objek Studi

Studi Pustaka

Pengumpulan Data Sekunder:


-RAB dan Daftar Analisa Harga Satuan
-Time Schedule
-Gambar Kerja
Pengolahan Data:
- Penjadwalan untuk 1 unit rumah menggunakan
Microsoft Project.
- Perhitungan tingkat produktivitas sumber daya
dan unit
- Perhitungan jumlah tenaga kerja
- Evaluasi Time Schedule untuk 1 unit villa
Analisis Data:
- Menentukan Zone Untuk 100 unit rumah
- Membuat diagram RSM dan rangkaian
pengontrol
- Evaluasi Diagram RSM
Hasil

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

29
3.2 Obyek Studi
Sebagai objek studi dalam penulisan tugas akhir ini dipilih pembangunan
100 unit rumah lantai 2 Cluster Evara pada proyek Vasaka Residance yang terletak
di jalan WR. Supratman, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Pemilihan tipe
tersebut sebagai objek studi didasarkan karena memungkinkan untuk analisa variasi
penjadwalan dengan metode RSM yang beragam.

3.3 Tinjauan Pustaka


Pada penyusunan tugas akhir ini, terlebih dahulu dipelajari teori-teori yang
berhubungan dengan penjadwalan khusus penjadwalan berulang. Metode yang
digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah menggunakan Repetitive
Scheduling Method (RSM). Studi pustaka ini diperoleh dari berbagai literatur yang
erat hubungannya dengan masalah yang diteliti agar dapat dipakai sebagai bahan
acuan/tolak ukur pembahasan masalah.

3.4 Pengumpulan Data


Secara umum, dalam suatu penelitian digunakan dua jenis data yang terdiri
dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang di peroleh
langsung dari responden (objek penelitian) sedangkan data sekunder merupakan
data yang digunakan untuk menunjang data primer, dimana data sekunder tersebut
di dapat dari instansi-instansi terkait. Dalam penyusunan tugas akhir ini jenis data
yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dengan
menghubungi langsung instansi terkait yang menangani dan terlibat dalam
pelaksanaan proyek.

Data sekunder yang diperlukan meliputi:

1. Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Daftar Analisa Harga Satuan.


Dari data ini dapat diketahui uraian pekerjaan, volume pekerjaan,
harga satuan bahan dan upah tenaga kerja, harga satuan pekerjaan serta
jenis bahan yang digunakan. Data ini dapat diliha pada lampiran

30
2. Time Schedule
Dari data ini dapat diketahui urutan pelaksanaan pekerjaan, durasi
tiap aktivitas, waktu mulai dan waktu selesai dan ketergantungan masing-
masing pekerjaan dari proyek tersebut. Data ini dapat dilihat pada
lampiran
3. Gambar Kerja
Dari data ini dapat diketahui site plan rumah sehinga mengetahui
lokasi, dan jumlah rumah identik yang memungkinkan untuk dilakukan
penjadwalan berulang. Data ini dapat dilihat pada lampiran

3.5 Pengolahan Data


Dalam penelitian ini semua data yang telah terkumpul akan diolah terlebih
dahulu. Langkah-langkah dalam pengolahan adalah sebagai berikut:

1. Penjadwalan untuk 1 unit rumah menggunakan Microsoft Project.


2. Menghitung rata-rata produktivitas unit.
3. Menghitung jumlah tenaga kerja.
4. Mengevaluasi Time Schedule untuk 1 unit rumah.
3.6 Analisis Data
Setelah dilakukan pengolahan data kemudian dianalisis untuk mendapatkan
hasil yang optimal. Langkah-langkah dalam menganalisis data adalah sebagai
berikut:

1. Menentukan zone untuk 100 unit rumah


2. Membuat diagaram RSM dan rangkaian pengontrol.
3. Evaluasi diagram RSM
4. Hasil
5. Kesimpulan
3.7 Sampel

Subbab tsb hanya sebagai contoh, penerapannya bisa disesuaikan dengan


keperluan tiap judul TA.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arianto, A. 2010. Eksplorasi Metode Bar Chart, CPM, PDM, PERT, Line Of
Balance Dan Time Chainage Diagram Dalam Penjadwalan Proyek Konstruksi.
Universitas Diponegoro, .

Dep Pu. 2005. Sistem Manajemen Waktu. In Sistem Manajemen Waktu Proyek
Kode : INA.56303.13.09.12.07.

Ervianto, W.I. 2005. Manajemen proyek konstruksi. Yogyakarta: Andi Ofset.

Harris, R.B., Ioannou, P.G. 1998. Repetitive scheduling method.

KBBI. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online - Definisi Kata.
Potensi, .

Kusrianto, A. 2013. Panduan Lengkap Memakai Microsoft Office Project 2007. In


Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53). Elex Media
Komputindo.

Laksito, B. 2005. Repetitif Menggunakan Metode Penjadwalan Berulang ( Rsm )


Dan Metode Diagram Preseden ( Pdm ). 85–92.

PMBOK. 2004. A Guide To The Project Management Body Of Knowledge. In


Project Management Institute (Vol. 3).

Santoso, B. 1996. Manajemen Proyek Edisi Pertama. PT. Guna Widya, Yakarta.

Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek dari Konsep Sampai Operasional. Jakarta:


Erlangga.

32

Anda mungkin juga menyukai