Anda di halaman 1dari 471

SEJARAH SOSIAL MEDIA:

Dari Gutenberg sampai Internet


Asa Briggs dan Peter Burke

SEJARAH SOSIAL MEDIA:

Dari Gutenberg sampai Internet

Kata Pengantar: Jakob Oetama

Penerjemah: A. Rahman Zainuddin

Yayasan Obor Indonesia


Jakarta 2006
Asa Briggs dan Peter Burke

Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet; kata


pengantar: Jakob Oetama; penerjemah: A. Rahman Zainuddin; edisi: 1.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2006.

xiv + 458 hlm.; 16 x 24 cm.


ISBN: 9 7 9 - 4 6 1 - 5 5 1 - X

Judul Asli:
A Social History of the Media
Copyright © 2000 Asa Briggs dan Peter Burke
Allright reserved
Diterbitkan pertama kali di New York, tahun 2000
Oleh Polity Press, Cambridge- UK,
bekeijasama dengan Blackwell Publishing Ltd.

Diterbitkan pertama kali ke dalam bahasa Indonesia


oleh Yayasan Obor Indonesia
Anggota IKAPI DKI Jakarta bekerjasama dengan
Pusat Perbukuan, Jl. Gunung Sahari Raya, Jakarta

Edisi pertama: Februari 2006


YOI: 506.23.26.2005
Desain sampul: Aji Soeroso

Alamat penerbit:

Jl. Plaju No. 10 Jakarta 10230


Telp: (021) 31926978; (021) 3920114
Faks: (021)31924488
e-mail: yayasan_obor@cbn.net.id
http://www.obor.or.id
Daftar Isi

Daftar Ilustrasi m
Kata Pengantar
Jakob Oetama x
Prakata xiii

1. Pendahuluan 1
2. Revolusi Percetakan dalam Konteks 18
3. Media Massa dan Ruang Publik pada di Masa Awal Eropa
Modem 90
4. Dari Tenaga Uap ke Listrik 129
5. Proses dan Pola 148
6. Informasi, Pendidikan, Hiburan 230
7. Konvergensi 326
8. Kesimpulan: Menuju Ruang Maya? 390

Kronologi 407
Bacaan Lebih Lanjut 421
Indeks 446
Tentang Penulis 458

v
Ilustrasi Gambar

Gambar 1 Tintoretto, St. Markus menyelamatkan seorang


budak, 1548. Venesia, Galleria dell' Academia (photo
AKG London/Cameraphoto) 3
Gambar 2 Anon, Penampakan St. Perawan Maria kepada St.
Bernardus, Book of Hours, sekitar tahun 1470 (Utrecht
Museum het Chaterinecinvent, ABM hs. 19) 4
Gambar 3 Anon tapestry, Apokalips, abad ke- 14 (Angers,
Musee des Tapis-series/photo Lauros-Giraudon) 11
Gambar 4 Tabel daftar isi dari Robert Burton, Anatomy of
Melancholy, edisi 1,1621 (Chambridge University
Library) 24
Gambar 5 John Ogilby, Peta Jalan Britannia, miliknya, 1675,
menunjukkan Chambridge (British Library) 29
Gambar 6 Catatan uji kemampuan melek-huruf di dalam keluarga
di Swedia 39
Gambar 7 Perayakan dicabutnya Undang-undang Perangko, yang
ditentang oleh koloni-koloni Amerika, prosesi
pemakaman perangko Miss America tahun 1765
(British Museum) 46
Gambar 8 Marguerite Gerard and Jean-Honore Fragonard, The
Reader, (Chambridge, Fitzwiliam Museum/photo
Bridgeman Art Library) 76
Gambar 9 Lucas Cranach, ukiran kayu Passional Christ and
Antichrist, 1521 (British Library) 98
Gambar 10 Hans Baldung Grien, ukiran kayu Martin Luther with
halo, sekitar tahun 1523 (British Library) 99
Gambar 11 Tujuhbelas provinsi dan kota-kota besar yang
mengalami iconoclasme tahun 1566 (dari S. Deyon dan
A. Lottin, Les Casseurs de L'ete 1566, Paris,
Hachette, 1981) 105

vi
Gambar 12 Richard Overton, Canterbury, His Change of Diet,
halaman judul, 1641 (Bodleian Libraiy) 109
Gambar 13 Political Plate, 1789 (Nevers, Musee Municipal) 122
Gambar 14 Raja Uap dan Raja Batubara memandang dengan
gelisah bayi listrik. Sebuah kartun 1881 yang
membandingkan dua teknologi, lama dan baru, dalam
simbiosis yang saling meniadakan. Padahal mereka
dalam perjalanan waktu akan hidup bersama. Listrik
dan elektronika menemukan era kejayaannya di abad
ke-20. (Maiy Evans Picture Libraiy) 139
Gambar 15 Pemasangan Kabel Trans-Atlantik, 1865. Kapal The
Great Eastern (22.500 ton) adalah satu-satunya kapal
yang mampu melakukannya. Tugas ini baru selesai pada
Juli 1866. (Maiy Evans Picture Libraiy) 158
Gambar 16 Thomas Alva Edison sedang bekeija di ruang studi yang
merangkap laboratoriumnya itu. "Penemu dari segala
penemu" adalah julukan baginya, sebab penemuannya
yang inovatif jauh lebih banyak daripada siapapun juga
sebelum dan sesudah dia. Ia mengamankan hak
patennya dalam phonograf tahun 1878, dua bulan
setelah penerapan: The Patent Office had seen
nothong like it before. (Hulton Getty) 173
Gambar 17 'Weaver of Speech'. Sebuah iklan telpon untuk the
Bell Telephon Company, yang menggambarkan sebuah
metafor antara 'mitisisme masa lalu dan masa depan
yang teknologis dan komersial.'Ada suatu Wagnerian
twist dan penanda awal untuk the World Wide Web
(Arsip AT&T, dicetak berdasarkan izin AT&T) 178
Gambar 18 Guglielmo Marconi ketika muda. Ia datang ke London
dari Italia dalam bulan Februari 1896 dengan
seperangkat alat-alat tanpa kabel. Ia mendirikan
perusahaannya Wireless Telegraph and Signal
Company di tahun 1897. (Hulton Getty) 190
Gambar 19 Film The Jazz Singer. Orang banyak berkumpul untuk
melihat Al Johnson dalam film suara pertama kali di
dunia, produksi Warner Brothers tahun 1927. (©
Bettmann/Corbis) 211

vii
Gambar 12 Alfred Harmsword, Viscount Northcliffe pertama,
rajanya pers Inggris, terlihat di sini di tahun 1911 berfoto
bersama keluarga Astor, di antara mobil-mobil
kesayangannya. (Hulton Getty) 224
Gambar 21 Di Stadion, Adolf Hitler didampingi Menteri
Propagandanya, Josef Goebbels, menggunakan
mikrofon sebagai megafon. Di depan publik yang
banyak itu, ia menjejalkan pandangan-pandangannya.
(AKG London) 268
Gambar 22 F.D. Roosevelt menggunakan radio untuk bercakap-
cakap dengan warganya di dekat perapian. Ia coba
menanamkan apa yang dia anggap sebagai komunikasi
demokratis. (O Hulton Archive) 269
Gambar 23 John Reith, arsitek BBC, ditampilkan dalam banyak
gambar kartun, salah satunya 'Punch' dimana ia
digambarkan sebagai Prospero. (Majalah intern BBC
diberi nama Ariel: 'pulau kecil yang penuh dengan
musik, berita dan tegur sapa yang manis yang memberi
kesegaran'. Gambar kartun ini menunjukkan dia
berada di luar gedung BBC yang baru. (Reproduksi
dengan izin dari Punch Ltd) 273
Gambar 24 Radio tansistor mengubah kehidupan di pantai dan di
padang pasir yang sebelumnya tidak ada apa-apa.
Radio dapat dibawa ke mana saja dan harganya
murah, sebuah asset kunci dalam sejarah media (seperti
handphone dewasa ini). Transistor sendiri punya sejarah
lebih besar, dan merupakan penemuan kunci dalam
pengembangan komputer. (Advertising Archieves) 280
Gambar 25 Pendaratan Manusia di Bulan, 1969. Amerika Serikat
memaklumkan kepada dunia keberhasilan misi Apollo
mereka yang menempatkan Neil Armstrong sebagai
manusia pertama yang mendarat di bulan. Sedang Yuri
Gagarin dari Uni Sovyet, adalah manusia pertama yang
mengelilingi orbit bumi (NASA)
Gambar 26 Pers mempertahankan kedigdayaan pengaruhnya:
polisi dan para fotografer dalam demonstrasi May Day,
London 2001 (Geoff Caddick/ National Pictures) 324

viii
Gambar 12 Mesin Pemecah-sandi elektronik The Colossus di
Bletchley Park, Buckinghamshire, berjasa dalam
membantu Inggris dan Sekutu memenangkan Perang
Dunia II. (Bletchley Park Trust/Science and Society
Picture Libraiy) 344
Gambar 28 Pendidikan menemukan sekutunya dalam teknologi
komunikasi: murid-murid dari Wembley School
mendengarkan siaran radio, tahun 1933. (© BBC
Worldwide) 387
Gambar 29 Walter Peny, Vice-Chancellor pertama dari the Open
University, pada pembukaan dari studio produksi BBC
yang pertama di Alexandra Palace, 1970. (© BBC
Worldwide) 388
Gambar 30 Dua pendiri Yahoo.com, mensin search Internet. Jeny
Young dan David Filo adalah tipikal muda perintis
Internet. Tanpa daya kekuatan untuk search, Internet
tidak bisa berkutik. Di tahun 2001, Yahoo's search
engine diproduksi oleh perusahaan lain, Inktami, dan
Yahoo berkonsentrasi melayani pelanggannya sebagai
"infomediator". (Frank Spooner Pictures) 401

ix
KATA PENGANTAR

Jakob Oetama

alam buku Sejarah Sosial Media dari Gutenberg Sampai Internet,


karya bersama Asa Briggs dan Peter Burke, dikutip tulisan Vivian
Sobchack, seorang pengarang Amerika. Kutipan itu berbunyi,
'Televisi, kaset video, pemutar/rekaman video tape, video games dan personal
computer (PC) semuanya membentuk sebuah sistem elektronik menyeluruh
yang berbagai macam bentuk' interface'nya merupakan sebuah dunia alternatif
dan absolut yang secara unik memasukkan penonton/pengguna dalam sebuah
ruang yang tidak terpusat bersifat sementara dan wujudnya semu."
Tidak mudah memahami kalimat panjang itu. Namun kita semua tahu
bahkan mengalami pengalaman itu. Kita hidup dalam dunia elektornik yang
semakin canggih. Informasi dan komunikasi lewat beragam media itu berikut
beragam tontonan dan hiburannya menyertai kita sepanjang hari. Kita asyik,
namun sekali-kali juga merasa terganggu dan bertanya, apa makna dan
pengaruh konvergensi semua media itu.
Buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh A. Rahman
Zainuddin dan diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia menjawab serba
pertanyaan itu. Juga menjelaskan makna hadirnya multimedia disertai
sejarahnya. Sejarah panjang sejak ditemukannya mesin cetak yang memulai
periode Gutenberg sampai zaman kini, zaman Internet.
Seperti pendapat Prof. Anthony Smith dari Magdalen College,
Universitas Oxford, buku ini sangat komprehensif. Sebuah ensiklopedi yang
disertai deskripsi historis berikut analisis yang mengalir.
Tentang buku, surat kabar, majalah, juga radio, kita tahu. Kita bisa
mengikutinya. Perihal media elektronik yang serentak menjadi digital, kita
harus lari pontang-panting untuk mencoba memahaminya. Padahal sementara
itu, kita, tua-muda, anak-anak, bukan saja memakainya, tetapi seakan-akan

x
Kata Pengantar

diserbu dan didukung untuk menggunakannya. Namun bagaimana kita, apalagi


anak-anak bisa memakainya secara berguna, bisa benar-benar
menggunakannya, jika kita tidak mempunyai pengetahuan dan pemahaman
elementer yang memadai.
Terngiang lagi ungkapan Marshall McLuhan, ilmuwan yang mendalami
media itu perihal bahwa "the medium is the message", alat yang kita pakai
untuk menyampaikan pesan adalah makna pesan itu. Artinya, sampainya pesan
sampai ke alamatnya dipengaruhi oleh sosok dan pembawaan medium yang
digunakannya.
Perihal media elektronik dengan beragam perkembangan teknologinya
yang semakin canggih, kebanyakan kita belum memahaminya. Kebanyakan
kita terbawa hanyut, meskipun dengan sistem kontrol berjarak—remote
controle—pemirsa mempunyai alat yang praktis untuk melakukan pilihan.
Pilihan atas program.
Macam apakah arti "dunia maya" yang dibangun oleh media elektronik,
macam apakah "virtual reality" itu? Kita lebih mudah menangkap dan
mengalami, di depan televisi kita nonton. Nonton masing-masing, namun
sekalipun terpisah, juga nonton bersama. Tontonan di panggung terbuka televisi
itu hidup, warna-warni disertai fokus-fokus, dan semua itu meninggalkan bekas
impresi.
Apa pula makna konvergensi yang menyertai hadir dan tumbuhnya
multimedia. Lebih dulu kita tahu, munculnya media (medium) susul-menyusul.
Mesin cetak Gutenberg membuat karya tulis berkembang sebagai kreativitas
dan karya yang terbuka, populer. Memicu perkembangan ilmu pengetahuan
serta pendidikan rakyat banyak. Film dan radio memperkaya budaya baca.
Maka muncullah pendapat, munculnya media baru tidak mengenyahkan
media sebelumnya. Tetapi saling melengkapi. Apakah masih berlaku
pengalaman dan pendapat itu dengan revolusi teknologi informasi yang mutakhir
yakni media elektronik, komputer, dan segala macam anak-pinaknya. Muncul
berbagai pendapat. Kesimpulan sementara bisa dirumuskan, saling melengkapi
dari beragam media masa lalu. Kini berkembang sebagai konvergensi dari
beragam multimedia. Konvergensi juga diberi arti sebagai saling mengisi,
memanfaatkan kelebihan masing-masing media. Namun kesannya, tidaklah
semantap dulu, kepercayaan dan kepastian menghadapi munculnya multimedia
dewasa ini.
Kelebihan buku ini juga pendekatannya yang mencakup. Hal itu
dinyatakan dalam judul buku ini, Sejarah Sosial Media Dari Gutenberg

xi
Pengantar Penerjemah

sampai Internet, dan dari kupasannya yang mencerminkan judulnya. Lagipula,


media sepanjang riwayatnya dengan media apa pun, menurut buku ini terikat
pada yang disebut sebagai "trinitas", yakni tritunggal dari peran informasi,
edukasi dan entertaintment, hiburan.
Namun kita tetap gamang, karena pengalaman menunjukkan "the
medium is the message, teknologi dan cara menyampaikan pesan membentuk
pesan itu sendiri.
Jakarta, 2 Januari 2006

xii
Prakata

juan buku ini—dalam sebuah tema yang luas dan selalu berkembang
— adalah untuk memperlihatkan relevansi masa lalu terhadap masa
lepan dengan jalan membawa sejarah ke dalam studi media massa
dan membawa media massa ke dalam sejarah. Pilihan media kami sendiri
menggambarkan suatu rasa optimisme yang hati-hati terhadap masa depan
buku ini, yang kami percaya akan terus ada di samping bentuk-bentuk komu-
nikasi yang lebih baru sebagaimana yang dilakukan manuskrip di masa perce-
takan, dalam sebuah pembagian tugas yang baru antara media massa itu.
Sepanjang ada hubungannya dengan pembagian tugas kami sendiri,
maka Peter Burke terutama bertanggung-jawab atas Bab 1 - 3 , Asa Briggs
atas Bab 4 - 8 , namun kedua penulis itu menyatukan tenaga dalam merevisi
teks itu, dengan bertemu secara teratur di tempat yang berbeda-beda, mulai
dari Stasiun Simpang Cross King sampai ke Claridge's, juga selalu berhubungan
dengan perantaraan tilpon. Para sejarawan abad ke-21 mungkin ingin mencatat
bahwa sebagian dari teksi itu dilakukan dengan tulisan tangan dan sebagiannya
lagi ditulis dengan komputer pribadi oleh dua orang ilmuwan yang ketidak-
senangannya untuk menyetir mobil dan menggunakan e-mail sama sekali bu-
kannya tidak sejalan dengan perhatian terhadap pembahan teknologi dan sosial
di masa sekarang ini dan di masa depan, sebagaimana juga di masa lalu.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Amleto Lorenzini yang
pertama kali telah membebani kami bersama-sama dalam sebuah proyek
tentang sejarah komunikasi, dan John Thompson karena telah membebani
kami dengan buku yang sekarang ini. Lagi pula, Asa Briggs berterima kasih
kepada Pat Spencer karena bantuan kesekretarisannya, dan Peter Burke
berterima kasih kepada Joad Raymond karena ulasan-ulasannya tentang draft
Bab 3.

XIII
B aru pada tahun 1920-an — menurut the Oxford English Dictionary
— orang mulai bicara tentang 'media massa', dan satu generasi
kemudian, pada tahun 1950-an, orang mulai bicara tentang 'revolusi
komunikasi', namun perhatian terhadap sarana-sarana komunikasi jauh lebih
tua daripada itu. Retorika, yaitu studi tentang seni berkomunikasi secara lisan
dan tulisan, sudah mendapat tempat yang sangat terhormat di masa Yunani dan
Romawi kuno. Retorika juga dipelajari di Abad Pertengahan, dan dengan
semangat yang lebih besar lagi di zaman Renaissance.
Retorika masih tetap dianggap penting sekali di abad ke-18 dan abad
ke-19 ketika muncul gagasan-gagasan kunci yang lain. Konsep 'pendapat umum'
muncul pada akhir abad ke-18, sedangkan kepedulian terhadap 'massa' mulai
kelihatan sejak permulaan abad ke-19 dan selanjutnya, pada saat surat-kabar,
seperti dikemukakan Benedict Anderson dalam bukunya Imagined
Communities (1983), membantu membentuk kesadaran nasional dengan jalan
menjadikan orang sadar akan rekan-rekan mereka sesama pembaca (lihat hlm.
37).
Dalam paruh pertama abad ke-20, terutama sekali ketika munculnya dua
perang dunia, perhatian para ilmuwan pindah ke soal studi tentang propaganda.
Baru-baru ini, beberapa ahli teori yang ambisius, mulai dari pakar antropologi
Prancis Claude Levi-Strauss sampai pakar sosiologi Jerman Niklas Luhmann,
telah memperluas konsep 'komunikasi' itu lebih jauh lagi. Levi Strauss menulis
tentang pertukaran barang-barang dan wanita, Luhmann tentang kekuasaan,

1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

uang dan cinta karena demikian banyaknya Kommukationsmedien. Jika


memang demikian keadaannya, sebagaimana para pembaca mungkin bertanya-
tanya sendiri, maka apakah kiranya yang tidak dapat dikatakan sebagai
komunikasi? Sebaliknya, sejarah komunikasi yang dibahas di dalam buku ini
akan membatasi diri pada komunikasi informasi dan gagasan-gagasan tentang
kata-kata dan pencitraan (images) lewat sarana-sarana pidato, tulisan, media
cetak, radio, televisi dan yang paling akhir, Internet.
Adalah penting bahwa di zaman radio berjaya, para ilmuwan mulai me-
ngenal pentingnya komunikasi lisan di masa Yunani kuno dan di Abad Perte-
ngahan. Permulaan era televisi pada tahun 1950-an mendatangkan komunikasi
visual dan mendorong timbulnya suatu teori media massa yang interdisipliner.
Kontribusi dilakukan oleh ilmu ekonomi, sejarah, sastra, seni, ilmu politik,
psikologi, sosiologi dan antropologi, dan itu semua menyebabkan timbul depar-
temen komunikasi dan studi-studi budaya yang bersifat akademis. Ungkapan-
ungkapan penting yang melingkupi gagasan-gagasan baru dibuat oleh Harold
Innis (1894-1952), yang menulis tentang 'bias komunikasi' (bias of
communications); oleh Marshall McLuhan (1911-1980) yang bicara tentang
'desa global' (global village); oleh Jack Goody, yang menelusuri 'penjinakan
pikiran yang liar' (domestication of the savage mind); dan oleh Jurgen Habermas,
pakar sosiologi Jerman yang mengidentifikasi 'kawasan publik' (public sphere),
yaitu sebuah kawasan untuk 'wacana' (discourse) di mana gagasan-gagasan
dieksplorasi dan suatu 'pandangan publik' (public sphere) dapat dinyatakan.
Buku ini berpendapat bahwa, di manapun juga titik berangkatnya, adalah
penting bagi orang yang bergumul dalam studi-studi ilmu komunikasi dan
budaya—yang jumlahnya masih akan terus berkembang—untuk memperlakukan
sejarah dengan serius, sebagaimana para pakar sejarah—terlepas dari periode
dan bidang kesibukan mereka—memperlakukan komunikasi (termasuk teori
komunikasi) dengan serius pula.
Para mahasiswa komunikasi, misalnya, hendaknya menyadari bahwa
beberapa fenomena di media itu telah lebih tua dari yang biasa diakui orang,
sebagaimana dapat dikemukakan oleh dua contoh. Serial televisi dewasa ini
mengikuti model serial radio yang selanjutnya mengikuti model kisah-kisah yang
diserialkan dalam majalah-majalah abad ke-19 (para novelis mulai dari Dickens
sampai Dostoevsky pada mulanya menerbitkan karya mereka dalam bentuk
seperti ini). Lagi pula, beberapa dari konvensi buku komik abad ke-20 terambil
baik secara langsung maupun tidak langsung berdasarkan suatu tradisi visual
yang bahkan lebih tua lagi. Pembicaraan dalam lingkaran (speech balloons)

2
Pendahuluan

Gambar 1. Tintoretto, Santo Markus menyelamatkan seorang budak, 1548

dapat ditemukan pada barang-barang cetakan abad ke-18, yang sebelumnya


merupakan adaptasi dari 'gulungan teks' yang berasal dari mulut Virgin (Maria
Bunda Perawan) dan tokoh-tokoh lain dalam seni religius pada masa Abad
Pertengahan (Gambar 2). Santo Markus, dalam lukisan yang dibuat Jacopo
Tintoretto (1518-1594), dikenal sebagai Santo Markus menyelamatkan
seorang budak, dikemukakan bagai seorang Superman dalam komik-komik
empat-ratus tahun setelahnya, yang terjun dengan kepala terlebih dahulu dari
Surga untuk menyelamatkan seorang tawanan Kristiani (Gambar 1).
Di tempat ketiga, penolakan terhadap media massa baru mengikuti suatu
pola seperti itu juga, entah sasaran penolakan itu adalah televisi atau Internet.
Semuanya membawa kita kembali kepada perdebatan tentang dampak yang
tidak menguntungkan dari kisah-kisah roman terhadap para pembacanya, atau
dampak sandiwara terhadap para penontonnya di abad ke-18 atau bahkan di
abad ke-16, yang menekankan stimulasi perasaan (passions). Santo Carolus
Borromeus (1538-1584) Uskup Agung Milan, menggambarkan sandiwara itu

3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 2. Anon, Penampakan Perawan Maria kepada St. Bernardus, Book of


Hours, sekitar tahun 1470
Pendahuluan

sebagai 'liturgi setan', sedangkan bab pertama dari buku Dennis dan Merrill,
Four Arguments for the Elimination of Television, adalah berjudul 'Perut
Binatang Buas' (The Belly of the Beast). Peranan pers dan wartawan yang
hidup daripadanya, selalu menjadi masalah yang kontroversial. Tidak dapat
diandalkannya 'surat-kabar harian' (gazetteers) sudah merupakan realitas yang
sering terjadi di abad ke-17. Tuduhan 'membongkar kejahatan' (muck-raking)
juga merupakan suatu hal yang telah lama ada (lihat hlm. 256).
Terlepas dari segala kesinambungan itu, maka buku ini memusatkan
perhatian pada perubahan-perubahan dalam media. Dalam segala perubahan
ini, akan diupayakan untuk menghindari dua bahaya, yaitu bahaya menekankan
bahwa segala sesuatu telah menjadi lebih buruk atau menganggap bahwa telah
terjadi perbaikan yang terus-menerus. Implikasi bahwa trend-trend telah
bergerak menuju satu arah saja harus ditolak, meskipun para penulis yang
mempercayainya seringkah fasih sekali dan menonjol sekali dalam bidang mereka.
Demikianlah, sejarawan Itali Carlo Cipolla, dalam studinya tentang Literacy
and Development in the West (1969), menekankan sumbangan melek-huruf
terhadap industrialisasi dan lebih umum lagi terhadap 'kemajuan' dan 'peradaban',
dengan mengatakan bahwa 'melek-huruf yang makin luas berkembang berarti
... suatu pendekatan yang lebih rasional dan lebih reseptif terhadap kehidupan'.
Dalam hubungan ini, karya Cipolla merupakan wakil dari keyakinan pertengahan
abad ke-20 terhadap 'modernisasi', suatu keyakinan yang melatar-belakangi
kampanye pemberantasan buta-huruf yang digalang oleh UNESCO dan oleh
negara-negara Dunia Ketiga seperti Cuba.
Masalah-masalah yang dikemukakan oleh jenis pendekatan semacam ini
menuntut diskusi (lihat hlm. 314). Demikian pula pernyataan-pernyataan tentang
Internet dan potensinya sebagai agen 'demokratisasi'. Tak mungkin pada tahap
ini dalam sejarahnya untuk menyimpulkan bahwa melalui perluasan jalan dan
transformasinya 'dari bawah' dalam jangka panjang ia akan menunaikan peran
itu. Beberapa kritikus justru merasa takut bahwa Internet akan menggerogoti
segala bentuk 'kekuasaan', memberi dampak yang negatif terhadap perilaku,
serta membahayakan keamanan pribadi dan kolektif. Memang benar sekali,
sejumlah spesialis dalam studi media telah memusatkan perhatian pada apa yang
mereka namakan 'perdebatan media'. Perdebatan ini meliputi baik masalah-
masalah yang hangat dan proses-proses berjangka panjang.
Suatu sejarah yang relatif pendek seperti ini harus sangat selektif dan harus
mengutamakan tema-tema tertentu, seperti: kawasan publik, pasokan (supply)
dan penyebaran informasi serta timbulnya hiburan yang dimediasikan (mediated

5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

entertainment), dengan merugikan yang lain-lain. Ia juga harus berfokus pada


perubahan dengan merugikan kesinambungan, sekalipun dari waktu ke waktu
para pembaca harus diingatkan bahwa, ketika media baru diperkenalkan, maka
media yang lama tidak ditinggalkan begitu saja, tetapi hidup bersama dan saling
berinteraksi dengan media pendatang baru. Manuskrip tetap penting di era
media cetak, seperti juga buku dan radio di masa televisi. Media harus dipandang
sebagai suatu sistem yang selalu berubah terus-menerus, di mana berbagai unsur
memainkan peran yang lebih besar atau lebih kecil.
Apa yang terjadi selanjurnya pada dasarnya adalah suatu sejarah sosial
dan budaya dengan politik, ekonomi dan—tidak kurang pentingnya—teknologi
dimasukkan, yang pada saat yang sama menolak determinisme teknologi, yang
berdasarkan penyederhanaan-penyederhanaan yang menyesatkan (lihat hlm.
17, 19). Kita telah dipengaruhi oleh formula klasik yang sederhana akan tetapi
terkenal dari pakar ilmu politik Amerika Harold Lasswell (1902-1978), yang
menjelaskan komunikasi berdasarkan siapa yang mengatakan apa kepada siapa
dengan sarana apa dengan dampak apa. 'Apa' (kandungan isi), 'siapa'
(mengendalikan), 'kepada siapa' (para pendengar) sama-sama penting.
Konteksnya juga penting. Tanggapan bermacam-macam kelompok orang
terhadap apa yang mereka dengar, lihat atau baca untuk sebagian berhubungan
dengan jalur sarananya. Berapa besarnya kelompok yang berbeda-beda itu —
dan apakah mereka itu dapat merupakan suatu 'massa' —juga ada relevansinya.
Bahasa massa itu timbul di sepanjang abad ke-19 dan mengingatkan kita untuk
menganggap 'kepada siapa'nya Lasswell itu dari segi 'berapa banyak'?
Maksud, strategi dan taktik komunikator yang langsung pada setiap titik
kisah itu perlu dihubungkan kepada konteks tempat beroperasinya bersama
dengan pesan-pesan yang dikomunikasikan. Dampak jangka panjangnya,
terutama akibat-akibat yang tidak dimaksudkan dan kadang mengagetkan dari
penggunaan suatu sarana komunikasi dan bukannya sesuatu yang lain, lebih sukar
untuk dipisahkan, meskipun dengan bakat melihat ke belakang. Memang,
terlepas dari apakah 'dampak' itu merupakan istilah yang tepat, yang nyata-
nyata mengandung makna suatu hubungan sebab-akibat satu jurusan, adalah
pada dirinya sendiri merupakan soal kontroversial. Kata-kata 'jaringan
(network)' dan 'jejaring (web)' pernah digunakan pada abad ke-19.
Buku ini menyoroti sejarah peradaban Barat modern, mulai dari akhir
abad ke-15 dan seterusnya. Narasinya mulai dengan percetakan (kira-kira
tahun tahun 1450 Masehi) bukan dengan alfabet (kira-kira tahun 2000 BC),
dengan tulisan (kira-kira tahun 5000 BC), atau dengan pembicaraan, namun

6
Pendahuluan

terlepas dari kepentingan yang sering dikaitkan dengan Johann Gutenburg (kira-
kira tahun 1400-1468), yang dipilih oleh para pembaca salah satu surat-kabar
Inggris sebagai 'man of the millenium' (Sunday Times, 28 November 1999),
tidak ada pemisahan yang jelas atau titik nol di mana kisah itu mulai, dan terkadang
merupakan suatu keharusan untuk merujuk kembali secara ringkas ke dunia
zaman kuno dan dunia Abad Pertengahan. Di masa-masa itu, komunikasi tidaklah
langsung, tetapi telah mencapai segala sudut dunia yang dikenal.
Harold Innis, orang Kanada pada abad ke-20, adalah salah satu dari
beberapa ilmuwan yang mencatat pentingnya media di zaman kuno. Terlatih
sebagai seorang pakar ekonomi, ia mendapatkan reputasinya karena apa yang
dinamakan 'teori bahan pokok' (staple theory) dari pembangunan Kanada,
dengan mencatat dominasi yang berturut-turut dari perdagangan bulu binatang,
ikan dan kertas, serta dampak lingkaran-lingkaran ini terhadap masyarakat
Kanada. 'Masing-masing bahan pokok itu selanjutnya meninggalkan bekasnya,
dan perpindahan kepada bahan pokok yang baru sudah pasti menimbulkan krisis.'
Studi tentang kertas telah membawanya kepada sejarah jurnalisme, dan studi
tentang Kanada, di mana komunikasi teramat penting bagi perkembangan
ekonomi dan politik, baik di masa kolonial maupun pasca-kolonial, telah
menariknya kepada perbandingan sejarah berbagai imperium dan media
komunikasinya, mulai dari Assyria dan Mesir kuno sampai ke saat sekarang.
Dalam bukunya, Empire and Communications (1950), Innis misalnya
memperlihatkan bahwa Imperium Assyria itu merupakan perintis dalam
membangun jalan-jalan tol dan bahwa sebuah pesan dapat dikirim dari titik
manapun juga ke pusat dan diterima balasannya dalam waktu seminggu saja.
Sebagai seorang sejarawan ekonomi, pada saat Innis menulis tentang
'media', maka yang dimaksudkannya adalah bahan-bahan yang digunakan untuk
komunikasi, dengan membandingkannya zat-zat yang secara relatif tahan lama
seperti perkamen, tanah liat dan batu dengan produk-produk yang relatif tidak
tahan lama seperti daun lontar dan kertas (bab tentang 'masa' mesin uap dan
tenaga listrik dalam buku ini nanti akan menggarisbawahi pendapatnya tentang
media komunikasi yang bersifat material). Selanjutnya Innis berpendapat bahwa
penggunaan benda-benda yang lebih berat, sebagaimana dalam kasus Assyria,
telah menimbulkan suatu bias budaya terhadap waktu dan terhadap organisasi-
organisasi keagamaan, sedangkan benda-benda yang lebih ringan, yang mungkin
dapat dipindahkan secara cepat pada jarak-jarak yang jauh, menimbulkan suatu
bias terhadap ruang dan organisasi politik. Beberapa dari sejarahnya yang ter-
dahulu lemah sedangkan beberapa dari konsepnya kabur, namun gagasan-

7
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

gagasan Innis dan juga pendekatan komparatifnya yang luas tetap merupakan
suatu pendorong serta suatu inspirasi bagi para pekerja-pekerja bidang
komunikasi di kemudian hari. Diharapkan bahwa para sejarawan di masa depan
akan menganalisis akibat-akibat penggunaan plastik dan kawat yang dalam
bentuk pemikiran Innis mendekati batu dan daun lontar (papyrus).
Sebuah konsep sentral yang lain dalam teori Innis sang perintis itu adalah
gagasan bahwa masing-masing media komunikasi itu cenderung menciptakan
suatu monopoli ilmu pengetahuan yang berbahaya. Sebelum Innis memutuskan
untuk menjadi seorang pakar ekonomi, ia serius mempertimbangkan untuk
menjadi seorang pendeta Gereja Baptist. Minat pakar ekonomi terhadap
persaingan, dalam kasus ini persaingan antara media, dikaitkan dengan kritik
kaum Protestan yang radikal terhadap status imamat. Dengan demikian, ia
berpendapat bahwa monopoli intelektual dari para biarawan Abad Pertengahan
itu, berdasarkan perkamen, telah digerogoti oleh kertas dan percetakan, persis
sebagaimana 'monopoli kekuasaan atas tulisan' yang dilakukan oleh para imam
Mesir di zaman hieroglif (tulisan Mesir kuno) telah digerogoti oleh orang-orang
Yunani dengan alfabet mereka.
Akan tetapi, dalam kasus Yunani kuno, Innis menekankan pidato (speech)
lebih daripada alfabet. 'Peradaban Yunani,' demikian ia menulis, 'adalah suatu
refleksi dari kekuatan kata yang diucapkan.' Dalam hal ini, ia mengikuti seorang
koleganya dari Toronto, Eric Havelock (1903-1988), yang bukunya Preface
to Plato (1963) memusatkan perhatian pada budaya lisan orang-orang Yunani
awal itu. Pidato-pidato pada Sidang di Athena dan sandiwara yang dibacakan
di amphitheatre yang terbuka itu merupakan unsur-unsur penting peradaban
Yunani kuno. Dalam hal ini, sebagaimana juga dalam budaya lisan yang lain,
nyanyian dan kisah-kisah datang dalam bentuk yang bergelombang (tidak tetap)
dan bukan dalam bentuk yang sudah tetap, sedangkan penciptaan itu bersifat
kolektif dalam arti bahwa para penyanyi dan penutur kisah terus-menerus
mengadopsi dan mengadaptasi tema-tema dan ungkapan-ungkapan di antara
sesama mereka. Begitu pula para ilmuwan sekarang ini, meskipun penjiplakan
(plagiarisme) dilarang, konsep kita tentang hak-milik intelektual mengharuskan
agar sumber bahan yang dipinjam itu harus diakui, sekurang-kurang di dalam
catatan kaki.
Dalam menjelaskan proses penciptaan itu, guru-besar Harvard, Milman
Parry (1900-1935) berpendapat bahwa buku Iliad dan Odyssey—yang dapat
terus abadi sampai ke masa kita sekarang ini karena sempat dituliskan—pada
dasarnya hanya merupakan sajak-sajak lisan yang diimprovisasi. Untuk menguji

8
Pendahuluan

teorinya, Parry melakukan suatu penelitian lapangan di tahun 1930-an di daerah


pedesaan Yugoslavia (sebagaimana keadaannya di waktu itu), dengan merekam
pertunjukan-pertunjukan oleh para penyair narasi di sebuah alat perekam kawat
(generasi pendahulu dari tape-recorder). Ia melanjutkan menganalisa formula-
formula yang berulang kali terjadi (ungkapan-ungkapan yang telah ditentukan
seperti 'laut yang hitam seperti anggur-wind-dark sea') dan tema yang selalu
diulang-ulang (seperti suatu dewan perang atau mempersenjatai seorang pejuang),
unsur-unsur yang telah dibuat terlebih dahulu yang menjadikan para penyanyi itu
mampu mengimprovisasikan kisah-kisah mereka selama berjam-jam lamanya
untuk satu pementasan saja
Dalam karya Parry, yang dikembangkan oleh mantan pembantunya Albert
Lord dalam The Singer of Tales (1960), maka Yugoslavia, dan dengan analogi
Yunaninya Homer, menggambarkan aspek-aspek positif dari budaya lisan yang
demikian seringnya dikesampingkan — sebagaimana kadang-kadang sekarang
ini masih diperlakukan seperti itu—sebagai 'buta huruf' semata. Bahwa budaya
Yunani kuno itu dibentuk oleh dominasi komunikasi lisan adalah suatu pandangan
yang sekarang ini sama-sama dipercaya luas oleh para ilmuwan klasik.
Namun Alexander Agung (IskandarZulkamaen) selalu membawa-bawa
Iliadnya Homer besertanya dalam ekspedisi-ekspedisi dia dalam sebuah peti
benda-benda berharga, sedangkan sebuah perpustakaan besar yang terdiri dari
kira-kira setengah juta gulungan ditemukan di kota yang diberi nama dengan
namanya, Alexandria (Iskandariyah). Bukanlah suatu kebetulan bahwa kerja
sama dengan perpustakaan manuskrip yang luas inilah, yang telah memungkinkan
informasi dan gagasan dari bermacam-macam orang, tempat dan waktu dapat
disejajarkan dan diperbandingkan, sehingga berkembanglah suatu mazhab kritik,
dengan mengambil keuntungan dari sumber-sumber perpustakaan itu untuk
mengembangkan praktek-praktek yang hanya bisa berkembang di era percetakan
(lihat hlm. 25). Keseimbangan antara media dibicarakan dalam buku Rosalind
Thomas, Literacy and Orality in Ancient Greece (1992).
Gambar, terutama sekali patung, merupakan sebentuk komunikasi penting
yang lain lagi, bahkan bentuk propaganda di dunia kuno, terutama sekali di
Roma di masa Kaisar Augustus. Seni resmi Romawi ini akan mempengaruhi
iconografi Gereja Perdana. Gambar Kristus 'dalam Kebesaran-Nya', misalnya,
merupakan suatu penyesuaian dari gambar kaisar. Bagi orang Kristiani, gambar
merupakan suatu cara untuk menyampaikan informasi dan juga cara untuk
mempersuasi orang. Sebagaimana dikemukakan oleh pakar teologi Yunani,
Basilius dari Kaesarea (sekitar tahun 330-379), 'para seniman melakukan kerja

9
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

suci untuk agama dengan gambar-gambar mereka sama seperti apa yang
dilakukan para orator dengan kepiawaian mereka berpidato'. Dalam bentuk
yang seperti itu pula, Paus Gregorius Agung (540-604) menjelaskan bahwa
gambar-gambar diperuntukkan bagi orang-orang buta huruf yang merupakan
mayoritas utama, sama seperti apa yang dilakukan tulisan bagi orang yang dapat
membaca. Aspek gambar yang dapat diraba patut pula dicatat. Mencium sebuah
lukisan atau sebuah patung merupakan suatu cara yang biasa untuk menyatakan
ketaatan dan kesalehan, dan hal itu masih dapat dilihat di dunia Katolik dan
dunia Ortodoks sekarang ini.
Gereja Byzantium-lah (Romawi Timur) yang masih tetap dekat kepada
model-model kuno itu. Kristus digambarkan dalam keagungan, sebagai
Pantocrator ('penguasa segala-galanya') dalam gambar-gambar mosaik yang
menghiasi bagian dalam dari kubah gereja-gereja Byzantium. Dikembangkan di
suatu bagian Eropa di mana kemampuan membaca itu berada di titik terendah,
maka budaya Byzantium itu adalah suatu budaya gambar yang dilukiskan tentang
Yesus, Perawan Maria dan orang-orang suci. Sebagaimana dinyatakan oleh
seorang rahib di abad ke-8, 'Kitab Injil itu ditulis dengan kata-kata, tetapi patung-
patung itu ditulis dengan emas'. Istilah 'iconografi' akan melewati budaya tinggi
dan kemudian ke dalam budaya rakyat, di mana 'ikon' itu menunjuk kepada
seorang selebriti sekuler seperti—memang pantas sekali—Madonna, penyanyi
pop itu.
Ikon-ikon Byzantium itu dapat dilihat di rumah-rumah dan di jalan-jalan
sebagaimana juga dalam gereja, di mana mereka diperlihatkan di atas /conosfasis,
yaitu pintu-pintu yang membatas tempat suci itu dari orang awam kebanyakan.
Dalam gereja Katolik Roma tidak terdapat pemisahan seperti itu. Dalam kedua
keyakinan itu, simbolisme merupakan tanda seni keagamaan dan pesan-pesan
yang disampaikannya, akan tetapi di Byzantium, berbeda dengan di Barat sampai
kepada Reformasi, yang diajarkan melalui budaya visual mendapat serangan,
dan patung-patung itu sebentar-sebentar diserang sebagai berhala dan
dihancurkan oleh iconoclasts (kaum penghancur patung), sebuah gerakan yang
mencapai puncak sepak terjangnya pada tahun 726 Masehi.
Islam sendiri melarang penggunaan gambar manusia dalam seni keagamaan,
sebagaimana halnya dalam Judaisme, sehingga tempat ibadat mereka seperti
mesjid dan sinagoga kelihatan sangat berbeda dari gereja. Namun demikian, di
Persia mulai dari abad ke-14, gambar-gambar manusia bersama dengan burung
dan binatang menonjol sekali dalam manuskrip-manuskrip yang dihiasi yang terus
berkembang di Imperium Usmani dan India Mogul. Ia merupakan sejarah atau

10
Pendahuluan

Gambar 3. Anon tapestry, Apokalips, abad ke-14

dongeng-dongeng yang diberi gambar-gambar. Contoh Barat yang paling


terkenal dari ilustrasi seperti itu adalah dalam karya sulam, Bayeux Tapestry
(sekitar tahun 1100), yang dengan hidup sekali menggambarkan Penaklukan
Normandia terhadap Inggris tahun 1066, secarik kain yang panjangnya 232
kaki yang mengemukakan suatu narasi visual yang kadang-kadang dibandingkan
orang dengan sebuah film dipandang dari segi teknik dan dampaknya.
Dalam katedral-katedral Abad Pertengahan, gambar-gambar itu diukir di
atas kayu, batu atau perunggu dan di jendela kaca yang berwarna-warni yang
membentuk suatu sistem komunikasi yang amat kuat. Dalam novelnya, Notre
Dame de Paris (1831-1832), Victor Hugo menggambarkan katedral dan buku
itu sebagai dua sistem yang saling bermusuhan: 'yang ini akan membunuh yang
itu'. Dalam kenyataan, kedua sistem itu hidup berdampingan dengan damai dan
saling berinteraksi untuk jangka waktu yang panjang, seperti manuskrip dan
percetakan kemudian. ' Bagi Abad Pertengahan', menurut sejarawan seni Prancis
Emile Male (1862-1954), 'seni itu berfungsi mendidik'. Orang belajar dari
gambar-gambar itu 'segala sesuatu yang penting untuk mereka ketahui—sejarah

11
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dunia sejak penciptaannya, dogma-dogma agama, contoh teladan para orang


suci, hierarki kebajikan, rentang ilmu pengetahuan, seni dan kerajinan: semua ini
diajarkan kepada mereka oleh jendela-jendela gereja itu atau oleh patung-patung
di beranda'.
Ritual adalah salah satu medium zaman Abad Pertengahan yang penting.
Kepentingan ritual publik di Eropa, termasuk ritual perayaan, selama seribu tahun
500-1500 telah dijelaskan (secara cerdas sekali meskipun tidak memadai) karena
rendahnya tingkat melek-huruf ketika itu. Apa yang tidak dapat dicatat harus
diingat, dan apa yang perlu diingat itu harus dapat diajukan dalam bentuk yang
dapat dikenang. Ritual yang rinci dan dramatis—seperti penobatan raja dan
cara pengikut vassal memberi hormat dengan berlutut kepada tuan mereka yang
duduk di atas kursi — memperlihatkan kepada orang yang menyaksikannya
bahwa suatu peristiwa penting telah terjadi. Pemindahan tanah mungkin disertai
pula dengan hadiah benda-benda simbolis seperti sepotong tanah atau sebilah
pedang. Ritual, dengan unsur visualnya yang kuat, merupakan bentuk utama
publisitas, sebagaimana hal itu terjadi sekali lagi di masa kejadian-kejadian yang
disiarkan lewat televisi seperti penobatan Ratu Elizabeth II.
Bagaimanapun juga, Eropa masa Abad Pertengahan, sama halnya dengan
Yunani Kuno, telah dipandang sebagai suatu budaya yang pada pokoknya bersifat
lisan. Berpidato adalah suatu cara yang penting untuk menebarkan informasi.
Apa yang sekarang kita namakan kesusasteraan Abad Pertengahan telah
dihasilkan, menurut kata-kata seorang peneliti perintis tentang masalah itu, bagi
'suatu publik pendengar dan bukan untuk publik pembaca'. Membaca biasanya
dilakukan dengan suara keras. Sebagaimana dikemukakan oleh seorang dosen
Cambridge H. J. Chaytor dalam buku From Script to Print (1945), jika ruang
baca Perpustakaan Inggris dipenuhi oleh para pembaca Abad Pertengahan, maka
'dengungan suara orang yang berbisik dan berkomat-kamit tersebut tidak akan
dapat ditoleransi'. Laporan Abad Pertengahan 'diaudit' (diperdengarkan) dalam
pengertian yang sesungguhnya dengan cara seseorang mendengarkannya ketika
sedang dibacakan dengan suara keras. Demikian pula sajak-sajak dari segala
jenis, baik yang bersifat kebiaraan maupun yang sekuler. Hikayat Islandia yang
perkasa, yang terbentang ke belakang sampai ke masa lalu non-Graeco-Roman,
mengambil namanya dari kenyataan bahwa ia dibacakan dengan suara keras,
dengan kata lain: diucapkan atau 'dikatakan'.
Barulah secara berangsur-angsur, mulai dari abad ke-11 dan seterusnya,
tulisan mulai digunakan untuk berbagai tujuan praktis oleh paus dan raja, sementara
kepercayaan terhadap tulisan (sebagaimana diperlihatkan Michael Clanchy dalam

12
Pendahuluan

buku From Memory to Written Record, 1979) telah berkembang jauh lebih
lambat lagi. Misalnya di Inggris pada tahun 1101, beberapa orang lebih suka
mengandalkan kata-kata tiga orang uskup daripada mempercayai dokumen paus
yang mereka gambarkan dalam bentuk yang merendahkan sebagai 'kulit kambing
yang dikebiri yang dihitamkan dengan tinta'.
Namun demikian, terlepas dari contoh-contoh perlawanan itu, masuknya
tulisan secara berangsur-angsur ke dalam kehidupan sehari-hari di bagian akhir
Abad Pertengahan, punya akibat-akibat yang penting, termasuk digantinya adat-
adat tradisional oleh hukum-hukum yang tertulis, timbulnya pemalsuan,
pengendalian administrasi oleh juru tulis (juru tulis yang melek huruf) dan,
sebagaimana ditunjukkan oleh Brian Stock dalam buku The Implications of
Literacy (1972), timbulnya para bidaah yang membenarkan pendapat-pendapat
mereka yang bukan ortodoks dengan menyeru kepada teks-teks injil, dengan
demikian mengancam apa yang dinamakan Innis sebagai 'monopoli' ilmu
pengetahuan oleh para klerus Abad Pertengahan. Karena alasan-alasan ini dan
alasan lain, maka ilmuwan berbicara tentang bangkitnya budaya tulis pada abad
ke-12 dan ke-13.
Manuskrip, termasuk manuskrip yang bergambar, makin banyak dihasilkan
dalam masa dua abad sebelum ditemukannya mesin cetak, suatu teknologi baru
diperkenalkan untuk memuaskan tuntutan yang semakin bertambah terhadap
bahan bacaan. Dan dalam dua abad sebelum percetakan itu, berkembang pula
seni visual yang kemudian dianggap sebagai seni membuat potret. Penyair Dante
dan seniman Giotto (1266-1330) hidup sezaman. Keduanya terpesona oleh
ketenaran, sebagaimana Petrarcha (1304-1374) yang hidup satu generasi
kemudian, dan ketiga tokoh ini mendapatkan ketenaran itu di masa hidup mereka.
Demikian pula Boccaccio (1317-1375) dan Chaucer (1340-1400) di Inggris.
Yang tersebut terakhir ini menulis sebuah sajak yang bagus sekali, 'Rumah
Ketenaran' (The House of Fame), yang dengan media gambaran-gambaran mimpi
mengeluarkan perbendaharaan otaknya untuk merenungkan apa arti ketenaran
itu. Petrarcha menulis sebuah' Surat untuk Anak-Cucu' (Letter to Posterity) di
mana ia memberikan rincian-rincian pribadi, termasuk rincian penampakan
pribadinya, dan dengan bangga sekali menyatakan bahwa 'keagungan itu akan
menjadi keagungan untuk selamanya'. Penekanan pada keabadian akan jauh
lebih kuat lagi di abad mesin percetakan (lihat hlm. 25).
Menyusul perkembangan komunikasi elektrikal, yang dimulai dengan
telegraf, berkembanglah suatu perasaan pembahan yang langsung dan mendadak,
dan perdebatan media pada paruh kedua abad ke-20 telah mendorong penilaian

13
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

kembali baik penemuan percetakan maupun penemuan segala teknologi yang


diperlakukan pada permulaannya sebagai hal yang mencengangkan. Perubahan-
perubahan dalam media yang telah menimbulkan akibat-akibat sosial dan budaya
yang penting itu pada umumnya diterima. Namun watak (nature) dan ruang-
lingkup akibat-akibat inilah yang merupakan sesuatu yang kontroversial. Apakah
semuanya itu pada dasarnya bersifat politis ataukah psikologis? Di sisi politis,
apakah semuanya itu menguntungkan demokrasi atau kediktatoran? 'Era radio'
itu bukan hanya masa Roosevelt dan Churchill saja, akan tetapi juga masa Hider,
Mussolini dan Stalin. Dari segi psikologis, apakah pembacaan berita mendorong
empati dan rasa sepenanggungan dengan orang lain, ataukah ia justru mendorong
penarikan diri ke dalam suatu dunia pribadi? Apakah televisi atau 'Net' itu
menghancurkan masyarakat ataukah menciptakan bentuk-bentuk baru
masyarakat di mana kedekatan ruang tidak lagi penting?
Lagi, apakah dampak melek-huruf itu, atau dampak televisi, lebih kurang
sama dalam setiap masyarakat, ataukah berbeda sesuai dengan konteks sosial
atau budayanya? Mungkinkah membedakan budaya mata, di mana apa yang
dilihat itu melebihi apa yang didengar, dan budaya telinga, lebih sesuai dengan
apa yang didengar? Secara kronologis, adakah suatu 'Pembagian Besar' antara
budaya lisan dan budaya tulis, atau antara masyarakat sebelum ada televisi dan
pasca-TV? Bagaimana hubungan mesin uap dengan pembagian di atas? Dengan
penemuan, diadopsi dan dikembangkannya lokomotif dan kapal uap, apakah
dapat mengurangi bepergian beberapa kali dan memperluas pasar. Dan
elektronika, sebuah kata yang belum digunakan pada abad ke-19, menjadikan
'sifat langsung' itu lebih dekat, sebagaimana yang telah diramalkan para pengamat
abad ke-19.
Beberapa orang yang mencetuskan perdebatan media itu memberikan
jawaban positif, tidak hanya Cipolla (lihat hlm. 5), akan tetapi juga para pakar
teori dengan latar-belakang akademis yang amat beragam, seperti Marshall
McLuhan dan muridnya Walter Ong, yang terkenal sekali karena bukunya
Orality and Literacy (1982). McLuhan dengan cepat sekali menciptakan
ketenarannya sendiri sedangkan Ong sudah merasa puas menjadi seorang
pendeta dan ilmuwan. Dalam buku The Gutenberg Galaxy (1962), yang ditulis
dalam bentuk eksperimen, Understanding Media (1964) dan karya-karya
lainnya, McLuhan, dengan mengikuti jejak-langkah rekan-rekannya di Toronto,
Innis dan Havelock, menegaskan sentralnya peranan media, menentukan dan
menelusuri ciri-ciri khasnya, terlepas dari orang yang menggunakannya, struktur

14
Pendahuluan

organisasi tempat beroperasinya para pemasok media, serta tujuan-tujuan untuk


apa media digunakan.
Bagi McLuhan, yang piawai sebagai kritikus sastra, maka apa yang penting
bukanlah isi komunikasi akan tetapi bentuk yang diambilnya. Ia meringkas
penafsirannya dalam frase-frase yang mudah diingat seperti 'the medium is the
message', dan perbedaan antara media yang 'hot' seperti radio dan sinema,
serta media yang 'cool' seperti televisi dan telepon. Menyusul kemudian, pakar
psikologi David Olson, seorang Kanada yang lain, dalam The World on Paper
(1994), menciptakan ungkapan 'pemikiran yang melek-humf' (the literate mind)
untuk menyimpulkan perubahan-perubahan yang terjadi akibat praktek membaca
dan menulis—demikian pendapatnya—terhadap cara penghayatan kita tentang
bahasa, kesadaran dan dunia, semenjak timbulnya subyektivitas sampai kepada
gambaran tentang dunia dalam bentuk sebuah buku.
Ong, yang lebih tertarik pada konteks, mengakui hutangnya kepada
mazhab Toronto tentang teori media (nama itu, sama halnya dengan nama mazhab
Frankfurt, adalah untuk mengingatkan pentingnya kota-kota itu dalam komunikasi
akademis). Ia menekankan perbedaan dalam mentalitas antara budaya lisan
dan chirografikal atau 'budaya tulis', membedakan antara 'pemikiran yang
didasarkan pada oral... pemikiran yang berdasarkan chirografi dan pemikiran
yang berdasarkan elektronik', sambil mencatat, misalnya, peranan menulis dalam
'mendekontekstualisasikan' (decontextualizing) gagasan, dengan kata lain,
mengeluarkannya sehingga bertatapan muka dengan situasi di mana semuanya
itu pada mulanya diformulasikan untuk kemudian diterapkan di tempat lain.
Pakar antropologi Jack Goody telah mengupas baik dampak sosial maupun
psikologis keadaan melek-humf itu dengan cara yang sejajar dengan Ong. Dalam
buku The Domestication of the Savage Mind (1977), berdasarkan sebuah
analisis atas daftar-daftar tertulis di Timur Tengah Kuno, misalnya, Goody
menekankan perlu ditatanya kembali atau diklasifikasikannya kembali informasi
—suatu bentuk lain dari dekontekstualisasi—yang dimungkinkan oleh menulis.
Berdasarkan kerja lapangannya di Afrika Barat, ia mencatat kecenderungan
budaya lisan untuk mendapatkan apa yang dinamakannya 'amnesia struktural',
melupakan masa lalu, atau dalam bentuk yang lebih pasti lagi mengingat masa
lalu itu seakan-akan sama keadaannya dengan masa kini. Keabadian catatan-
catatan tertulis, sebaliknya, bertindak sebagai penghalang terhadap jenis amnesia
ini dan dengan demikian mendorong sebuah kesadaran akan perbedaan antara
masa lalu dan masa sekarang. Sistem lisan itu lebih cepat berubah dan lebih
luwes, sedangkan sistem tertulis lebih tetap. Pakar analis yang lain telah membuat

15
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

pernyataan yang lebih bersayap tentang dampak melek-huruf sebagai suatu


kondisi bagi timbulnya pemikiran yang abstrak dan kritis (tidak untuk menyebut
rasa empati dan rasionalitas).
Klaim-klaim tentang dampak kemampuan baca-tulis ini telah ditantang,
terutama sekali oleh seorang antropolog Inggris yang lain, Brian Street. Dalam
Literacy in Theory and Practice (1984), Street mengeritik bukan saja konsep
'Pembagian Besar' itu, tetapi juga atas apa yang dinamakannya 'model otonom'
(autonomous model) dari melek-huruf itu sebagai 'suatu teknologi netral yang
dapat dipisahkan dari konteks-konteks sosial khusus'. Sebagai gantinya ia
mengusulkan sebuah model melek-huruf dalam bentuk jamak yang menekankan
konteks praktek-praktek yang bersifat sosial, seperti membaca dan menulis,
serta peran aktif dari orang biasa yang telah mempergunakan kemampuan melek-
huruf itu. Dengan mengambil contoh-contoh dari pekerjaan lapangannya di Iran
pada tahun 1970-an, ia membuat perbandingan antara kedua bentuk melek-
huruf itu, seni membaca yang diajarkan di sekolah Qur'an dan seni menjaga
pembukuan yang diajarkan di sekolah dagang di desa yang sama.
Keadaan yang sama mungkin pula dilakukan terhadap Turki modem, di
mana pemimpin negara itu, Kemal Atatiirk, telah memerintahkan pembahan dari
tulisan Arab menjadi alfabet Barat pada tahun 1929, dengan menyatakan bahwa
'bangsa kita akan memperlihatkan dengan tulisannya dan dengan pemikirannya
bahwa tempatnya adalah di dalam dunia yang beradab'. Pembahan itu dengan
hidup sekali menggambarkan kepentingan media komunikasi secara simbolis.
Hal itu juga berhubungan dengan masalah ingatan, karena Atatiirk ingin untuk
memodernisasikan negaranya dan dengan mengubah tulisan, ia memisahkan
generasi muda dari akses mereka kepada tradisi tertulis. Akan tetapi, sekolah-
sekolah Qur'an di Turki, sebagaimana juga di Iran, tulisan Arab tradisional masih
tetap diajarkan.
Pertukaran antara Goody dan Street, bersama dengan perdebatan yang
lebih baru tentang realitas virtual dan mang maya (cyberspace)—yang menjadi
tema dari bab terakhir buku ini—memberikan suatu gambaran yang hidup dan
selalu berkaitan baik terhadap pandangan maupun batasan yang diasosiasikan
dengan bias-bias disiplin itu. Dalam melaksanakan kerja lapangan, para
antropolog, misalnya, memiliki lebih banyak kesempatan dibandingkan dengan
para sejarawan untuk menyelidiki konteks sosial secara mendalam, akan tetapi
lebih sedikit kesempatan untuk mengamati pembahan selama berabad-abad.
Di tahun 1990-an, analisis media oleh pakar antropolog maupun oleh pakar
sejarah telah digusur oleh para penulis (termasuk para novelis dan pembuat

16
Pendahuluan

film). Heinz Pagels dan Scott Bukatman, misalnya, membandingkan meledaknya


ke arah luar (explosion) teknologi mekanika dan elektronika, serta meledaknya
ke arah dalam (implosion) era media dalam The Dreams of Reason (1989) dan
Terminal Identity (1993). Beberapa produser dan penulis naskah, dengan
melampaui masalah hubungan sains dengan teknologi, mereduksi 'segala sesuatu
yang ada di dunia ini menjadi titik-titik saja, menjadi data, menjadi unit-unit
pesan yang terkandung di dalam otak dan pembantunya komputer'. Yang lain-
lain memikirkan kerumitan dan cara di mana komputer telah mengubah
'arsitektonik sains [dan seni] dan gambaran yang kita miliki tentang kenyataan
material'.
Bagi sejarawan dan spesialis ilmu-ilmu sosial, ada suatu pembagian yang
terus-menerus antara pihak yang menekankan struktur dan pihak yang
menekankan perantara (agency). Di satu sisi, ada yang menyatakan bahwa
tidak ada akibat apa-apa dari komputer itu sendiri, sama halnya tidak ada akibat
sama sekali dari kemampuan melek-huruf (termasuk melek-huruf visual dan
kepandaian membaca komputer). Yang ada hanyalah akibat-akibat bagi orang-
orang yang menggunakan segala peralatan ini. Di lain pihak, ada pula orang
yang berpendapat bahwa menggunakan suatu media komunikasi yang baru sudah
pasti cepat atau lambat akan mengubah pandangan orang terhadap dunia. Yang
satu menuduh pihak lain memperlakukan orang biasa sebagai pasif, sebagai benda
yang sedang mengalami dampak melek-huruf atau komputerisasi. Tuduhan
baliknya adalah tentang memperlakukan media, termasuk pers, sebagai pasif,
sebagai cermin budaya dan masyarakat, dan bukannya sebagai agen-agen yang
mengubah budaya dan masyarakat.
Di sini bukanlah tempatnya untuk mencoba menjadi kata akhir dari semua
perdebatan itu. Sebaliknya, para pembaca diminta untuk menjaga sudut
pandangan alternatif dalam pemikirannya ketika membaca halaman-halaman
berikut. Tidak ada suatu teori tunggal yang dapat memberikan tuntunan lengkap
kepada dunia kontemporer yang terdiri dari 'teknologi-teknologi komunikasi
yang berkecepatan tinggi, saling mendorong, saling mendukung', di mana
hubungan-hubungan individual dan sosial, lokal dan global, selalu berada dalam
perubahan terus-menerus.

17
ini dan bab selanjutnya adalah berkenaan dengan Eropa dalam masa
ng dinamakan para sejarawan sebagai periode 'modem awal', yang
rlangsung dari kira-kira tahun 1450 sampai tahun 1789. Dengan kata
lain mulai dari 'revolusi percetakan' sampai kepada Revolusi Prancis dan Revolusi
Industri. Tahun 1450 itu adalah kira-kira tahun penemuan mesin cetak di Eropa
oleh Johann Gutenberg dari Mainz - yang barangkali terinspirasi oleh teknik
memeras anggur di tanah kelahirannya Rhineland—yang menggunakan jenis
logam yang dapat digerakkan.
Di Cina dan Jepang, teknik percetakan sudah dilakukan sejak lama —
mulai dari abad ke-8, jika bukan sebelumnya — akan tetapi metode yang
digunakan biasa dikenal sebagai 'percetakan blok', yaitu blok kayu berukir
yang digunakan untuk mencetak satu halaman tunggal dari suatu teks khusus.
Metode ini tepat sekali untuk budaya-budaya yang menggunakan ribuan gambar
ideogram dan bukannya sebuah alfabet yang terdiri dari 20 sampai 30 buah
huruf. Mungkin karena alasan inilah bahwa penemuan Cina tentang bentuk
yang dapat digerakkan dalam abad ke-11 punya dampak yang kecil saja. Akan
tetapi pada permulaan abad ke-15, orang Korea telah menciptakan suatu bentuk
yang dapat digerakkan dengan apa yang telah digambarkan oleh ilmuwan Prancis
Henri-Jean Martin sebagai 'sesuatu kemiripan yang hampir bersifat khayal dengan
apa yang dibuat Gutenberg'. Penemuan Barat mungkin sekali telah didorong
oleh berita-berita tentang apa yang telah terjadi di Timur.

18
Revolusi Percetakan dalam Konteks

Praktek mencetak tersebar luas di seluruh Eropa melalui penyebaran para


pencetak orang Jerman. Pada tahun 1500, percetakan telah didirikan di lebih
dari 250 tempat di Eropa: 80 di antaranya di Italia, 52 di Jerman, dan 43 di
Prancis. Percetakan itu telah mencapai Basel tahun 1466, Roma tahun 1467,
Paris dan Pilsen tahun 1468, Venesia tahun 1469, Leuven, Valencia, Krakow
dan Buda tahun 1473, Westminster (berbeda dari kota London) tahun 1476,
dan Praha tahun 1477. Di antara mereka, percetakan ini telah menghasilkan
kira-kira 27.000 judul pada tahun 1500, yang berarti bahwa—dengan perkiraan
rata-rata hasil cetak 500 eksemplar setiap judulnya — kira-kira tiga belas juta
buku telah beredar pada tanggal itu di Eropa yang berpenduduk 100 juta orang.
Kira-kira dua juta dari buku-buku ini dihasilkan di Venice saja, sedangkan Paris
merupakan suatu pusat percetakan penting yang lain, dengan 181 tempat keija
pada tahun 1500.
Sebaliknya, percetakan lambat masuk ke Rusia dan dunia Kristen
Ortodoks umumnya, sebuah kawasan (termasuk Serbia modem, Rumania dan
Bulgaria) di mana alfabetnya biasanya Cyrillic dan daya melek-hurufnya hanya
terbatas pada para biarawan. Tahun 1564, seorang Rusia Putih yang telah dilatih
di Polandia membawa sebuah percetakan ke Moskow, namun tempat ia bekerja
itu segera dihancurkan oleh segerombolan orang. Situasi ini berubah pada
permulaan abad ke-18 berkat upaya Tsar Peter Agung (memerintah tahun 1686-
1725), yang mendirikan sebuah percetakan di St Peterburg tahun 1711, diiringi
oleh Pers Senat (1719) di Peterburg dan Moskow, Pers Akademi Angkatan
Laut (1721) dan Pers Akademi Sains (1727). Tempat dari semua percetakan
ini memperlihatkan bahwa Tsar menaruh perhatian terhadap penghapusan buta-
huruf dan pendidikan terutama untuk menjadikan orang-orang Rusia terbiasa
dengan ilmu dan teknologi modern, khususnya teknologi militer. Kenyataan
bahwa percetakan tiba demikian terlambat di Rusia menunjukkan bahwa
percetakan itu bukanlah badan yang berdiri sendiri (lihat hlm. 6) dan bahwa
revolusi percetakan tidak hanya tergantung pada teknologi saja. Percetakan itu
memerlukan kondisi sosial dan budaya yang kondusif agar dapat berkembang,
dan kurangnya orang biasa yang dapat membaca di Rusia juga merupakan suatu
hambatan serius bagi timbulnya budaya percetakan.
Di dunia Islam, perlawanan terhadap percetakan tetap kuat sepanjang
permulaan periode modem. Bahkan negara-negara Islam telah dianggap sebagai
kendala bagi diseberangkannya teknologi percetakan dari Cina ke Barat.
Menurut seorang duta besar imperium untuk Istambul pada pertengahan abad
ke-16, orang Turki memandangnya sebagai suatu dosa bila mencetak buku-

19
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

buku keagamaan. Ketakutan akan dicap bidaah merupakan latar-belakang dari


perlawanan terhadap percetakan dan pelajaran Barat. Tahun 1515, Sultan Selim
I (memerintah tahun 1512-1520) telah mengeluarkan sebuah titah untuk
menghukum pelaku praktek percetakan dengan hukuman mati. Pada akhir abad
itu, Sultan Murad III (memerintah tahun 1574-1595) mengizinkan dijualnya buku-
buku cetakan yang bukan buku agama dengan tulisan Arab, namun semuanya
itu mungkin barang impor dari Italia.
Beberapa orang Eropa merasa bangga karena keunggulan teknis mereka
dalam hal ini. Henry Oldenburg (1618-1677), sekretaris pertama pada Royal
Society di London, dan seorang yang mengaku prihatin dengan komunikasi ilmiah,
menghubungkan tidak adanya mesin cetak dengan kediktatoran, dengan
menyatakan dalam sebuah surat tahun 1659 bahwa 'kamu semua penguasa
Turki Raya adalah musuh pendidikan bagi rakyatnya, karena menemukan bahwa
merupakan keuntungan punya rakyat yang ketololannya dapat diperdayakan.
Itu sebabnya, penguasa tidak mau punya percetakan, karena ia berpendapat,
percetakan dan pendidikan, terutama sekali perguruan tinggi, adalah bahan bakar
utama perpecahan di kalangan orang-orang kristen'.
Sejarah percetakan yang berubah-ubah di Kerajaan Usmani itu
memperlihatkan kekuatan kendala terhadap bentuk komunikasi ini, sebagaimana
juga terhadap gambaran-gambaran visual. Percetakan Turki pertama baru
didirikan pada abad ke-18, lebih dari 200 tahun setelah percetakan Yahudi
pertama (1494) dan lebih dari 150 tahun setelah percetakan Armenia yang
pertama (1567). Seorang Hongaria yang masuk Islam (yang dahulunya seorang
pendeta Protestan) mengirim sebuah memorandum kepada sultan mengenai
pentingnya percetakan, dan pada tahun 1726 ia diizinkan untuk mencetak buku-
buku sekuler. Namun demikian, muncul perlawanan dari pihak jurutulis dan
pemimpin agama. Percetakan yang baru itu hanya mencetak sejumlah kecil
buku, dan itupun tidak berlangsung lama. Berita resmi Usmani baru didirikan
pada tahun 1831, sedangkan surat-kabar tidak resmi yang pertama dalam bahasa
Turki (yang diterbitkan oleh seorang Inggris) muncul pada tahun 1840.
Gagasan bahwa diciptakannya percetakan berarti membuka suatu zaman
baru merupakan suatu gagasan usang, terlepas dari apakah teknik yang baru itu
dibicarakan secara tersendiri, digabungkan dengan penemuan mesiu, atau
dianggap sebagai bagian dari kelompok tiga yang terdiri dari percetakan, mesiu
dan kompas. Bagi filsuf Inggris Francis Bacon (1561-1626), ini merupakan trio
yang telah 'mengubah keadaan negara dan wajah segala sesuatu di muka bumi',
meskipun esais Prancis Michel de Montaigne (1533-1592), yang menulis satu

20
Revolusi Percetakan dalam Konteks

generasi kemudian, mengingatkan para pembacanya bahwa orang Cina telah


menikmati manfaat percetakan selama 'seribu tahun'. Samuel Hartlib, seorang
pelarian Eropa Timur di Inggris yang mendukung banyak rencana reformasi sosial
dan budaya, menulis pada tahun 1641 bahwa 'seni percetakan akan menyebar-
luaskan ilmu pengetahuan sedemikian rupa, sehingga orang biasa, karena
mengetahui hak dan kebebasan mereka, tidak akan mau diperintah lagi dengan
cara penindasan'.
Dua abad ditemukannya percetakan telah dirayakan—sekitar sepuluh
tahun lebih cepat dari semestinya, menurut para ilmuwan modem—pada tahun
1640 dan tiga abadnya pada tahun 1740, dan dalam garis-besar sejarah dunianya
yang terkenal ditulis oleh Marquis de Condorcet (1743-1794), yang diterbitkan
pada tahun 1795.Percetakan, sama halnya dengan tulisan, diidentifikasikan
sebagai salah satu tonggak sejarah dalam apa yang dinamakan penulis itu sebagai
'kemajuan pemikiran manusia'. Dibukanya tirai patung Gutenberg di Mainz
pada tahun 1837 disertai pula oleh perayaan-perayaan lain yang penuh semangat.
'Di sela-sela tembakan salvo altileri, tirai itu disingkapkan dari patung itu dan
sebuah lagu pujian dinyanyikan oleh seribu suara. Setelah itu digelar pidato-
pidato; kemudian makan malam, dansa-dansi, perlombaan perahu, arak-arakan
dengan lampu-lampu di malam hari... Gutenberg! dihormati dengan makan
malam dengan banyak anggur Rhenish.'
Demikian pula, beberapa orang komentator ingin agar masa yang baru
tidak akan datang. Kisah-kisah penuh kemenangan tentang penemuan baru itu
hanya dapat ditandingi oleh apa yang dapat kita namakan kisah-kisah katastrofis.
Para jurutulis, yang kegiatan mereka terancam oleh teknologi baru itu,
menyayangkan kedatangan percetakan itu sejak awal. Bagi orang-orang gereja,
masalah utamanya adalah bahwa percetakan memberi kesempatan kepada para
pembaca yang menempati posisi yang rendah di jenjang sosial dan budaya untuk
mempelajari teks-teks agama itu bagi diri mereka sendiri, dan tidak lagi
bergantung pada apa-apa yang dikatakan pihak otoritas gereja kepada mereka.
Bagi pemerintah, dampak percetakan yang telah dikemukakan Hartlib bukan
alasan untuk juga bergembira-ria.
Timbulnya surat-kabar pada abad ke-17 menambah kekhawatiran tentang
dampak percetakan. Di Inggris pada tahun 1660-an, penyensor buku yang
utama (lihat hlm. 112), Sir Roger L'Estrange, masih mempertanyakan masalah
yang lama 'apakah tidak lebih banyak ruginya ketimbang untungnya bagi dunia
kristiani dengan ditemukannya typography itu'. 'Wahai Percetakan! Bagaimana

21
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

engkau telah mengganggu kedamaian Umat Manusia!', demikian tulis penyair


Inggris Andrew Marvell (1621-1678) pada tahun 1672.
Para ilmuwan, atau lebih umum lagi setiap orang yang mencari ilmu
pengetahuan, menemui masalah lain lagi. Mari kita melihat dari sudut perspektif
ini apa yang dinamakan 'ledakan' informasi — suatu kiasan yang tidak enak
akan sisa-sisa mesiu—yang mengiringi ditemukannya percetakan. Masalah
yang paling serius adalah soal pengambilan informasi dan, yang sehubungan
dengan itu, seleksi dan kritik terhadap buku-buku dan pengarangnya. Ada
kebutuhan mendesak akan metode manajemen informasi yang baru, persis
sebagaimana yang ada sekarang ini, saat masa-masa awal Internet kemarin.
Pada permulaan Abad Pertengahan, masalahnya adalah kurangnya buku-
buku. Pada abad ke-16, masalahnya menjadi: kelebihan jumlah buku. Seorang
penulis Italia mengeluh pada tahun 1550 bahwa telah tersedia 'demikian banyak
buku sehingga kita tidak punya waktu lagi bahkan untuk membaca judulnya
saja'. Buku-buku telah menjadi hutan-belantara di mana para pembaca dapat
hilang di dalamnya, menurut tokoh Reformasi Jean Calvin (1509-1564). Buku
telah menjadi samudera di mana pembaca harus berlayar, atau banjir barang
cetakan di mana sukar sekali bagi khalayak untuk tidak tenggelam.
Pada saat buku-buku bertambah banyak, perpustakaan menjadi lebih
besar, dan pada saat terus membesar, maka menjadi makin sulidah bagi khalayak
untuk mencari satu buku tertentu di raknya, dan katalog atau daftar buku menjadi
lebih penting. Penyusun katalog itu harus memutuskan apakah akan menyusun
informasi menurut topik masalah atau menurut nama pengarangnya berdasarkan
alfabet. Maka mulai pertengahan abad ke-16, bibliografi tercetak memberi
informasi tentang apa saja yang telah ditulis, namun pada saat ukuran kompilasi
ini bertambah, maka bibliografi topik masalah menjadi semakin penting.
Para pustakawan juga menghadapi masalah: bagaimana menjadikan
katalog itu tetap mengikuti perkembangan terbaru dan masalah mempelajari
terbitan-terbitan baru. Majalah-majalah ilmiah memberikan informasi tentang
buku-buku baru, akan tetapi karena jumlah majalah itu semakin berlipat-ganda,
maka perlu dicari informasi tentang buku-buku itu di tempat lain. Karena jauh
lebih banyak jumlah buku yang ada daripada apa yang dapat dibaca selama
hidup, maka para pembaca hams dibantu untuk menyeleksinya lewat bibliografi
pilihan mulai bagian akhir abad ke-17, dengan tinjauan publikasi-publikasi yang
baru.
Ko-eksistensi tentang kisah percetakan yang dikemukakan kaum triumfalist
dan kaum katastrofist menunjukkan perlunya kepastian dalam setiap diskusi

22
Revolusi Percetakan dalam Konteks

tentang akibat-akibatnya. Sejarawan Victorian, Lord Acton (1834-1902) lebih


tepat dibanding para pendahulunya, dalam menekankan baik apa yang dinamakan
dampak percetakan yang bersifat sampingan — menjadikan ilmu pengetahuan
itu dapat dicapai para pembaca yang lebih luas — dan dampak vertikal atau
kumulatifnya, yang memungkinkan generasi-generasi berikut membangun di atas
karya intelektual orang-orang yang terdahulu. Percetakan, menurut Acton dalam
kuliahnya 'On the Study of History' (1895), 'memberikan jaminan bahwa karya
Renaissance akan bertahan lama, bahwa apa yang telah ditulis akan dapat dibaca
semua orang, bahwa era gelap (occultation) ilmu pengetahuan dan gagasan
seperti yang dirasa amat menekan di Abad Pertengahan takkan pernah terjadi
kembali, bahwa tidak ada gagasan yang akan hilang'.
Ini adalah suatu penilaian yang berat sebelah tentang Abad Pertengahan
dan terlalu buku sentris, tidak menghiraukan tradisi lisan serta mengesampingkan
banyak hal yang sekarang ini dianggap penting. Studi-studi yang lebih baru,
terutama yang menyangkut perdebatan media, terkadang menolak pandangan-
pandangan lama, juga mengembangkannya dan terkadang melebih-lebihkannya.
Para sejarawan sosial misalnya mengemukakan bahwa ditemukannya percetakan
telah mengubah struktur pekerjaan di kota-kota Eropa. Para pencetak itu sendiri
adalah sebuah kelompok para seniman baru, yang bagi mereka kemampuan
melek-huruf itu adalah penting. Mengoreksi cetakan percobaan adalah profesi
baru yang ditawarkan dunia percetakan, sedangkan timbulnya sejumlah penjual
buku dan profesional perpustakaan secara alami mengiringi ledakan jumlah buku.
Dengan sifatnya yang petualangan dan spekulatif ketimbang para
sejarawan, Marshall McLuhan menekankan perpindahan dari pemberian tanda
baca yang audio kepada yang visual, yang telah bergerak demikian jauhnya
sehingga sampai ia bicara tentang 'pembagian antara kepala dan hati yang
dilakukan percetakan'. Baik kekuatan maupun kelemahan pendekatan ini telah
diringkaskan dalam salah sari konsep yang sering dilontarkannya, seperti 'budaya
percetakan' yang mengemukakan hubungan antara penemuan baru itu dan
perubahan-perubahan budaya di masa itu, tanpa selalu menjelaskan apa saja
kemungkinan hubungan ini. Ong lebih hati-hati, namun ia juga percaya terhadap
dampak psikologis percetakan untuk jangka panjang. 'Pada saat penemuan
percetakan itu didiskusikan secara konvensional dari segi nilainya untuk
menyebar-luaskan gagasan, namun kontribusinya yang lebih besar lagi adalah
memajukan perpindahan yang berkembang untuk waktu yang sangat panjang
antara ruang dan wacana.' Ong juga menegaskan naiknya diagram dan ditatanya
secara visual dan spasial buku-buku akademik pada abad ke-16 dengan daftar

23
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 4. Tabel daftar isi dari buku Robert Burton, Anatomy of Melancholy
(edisi 1,1621)

isinya yang telah dibagi menjadi dua bagian 'yang berarti sekali bagi mata namun
tidak ada artinya bagi telinga', karena ia tidak mungkin dibaca dengan suara
keras. Kandungan dari edisi pertama buku Robert Burton Anatomy of
Melancholy (1621) telah diringkaskan dalam bentuk seperti ini (lihat Gambar
4). Hal yang sama tentang informasi yang diperuntukkan bagi mata dapat
dilakukan untuk daftar perjalanan dan tabel astronomi (mulai dari abad ke-16
dan seterusnya) dan tabel-tabel logaritma (pertama kali dicetak pada abad ke-
17).
Buku-buku seperti itu sangat mahal harganya dan terlalu teknis sehingga
hanya menarik bagi sejumlah amat kecil dari penduduk, dan barang cetakan itu
memang keluar dalam bentuk yang lebih murah dan lebih sederhana seperti 'chap-
books' (buku yang dibagi-bagi menurut babnya), sering bergambar, meskipun
ilustrasinya kadang terambil dari buku-buku terdahulu dan hampir tidak ada

24
Revolusi Percetakan dalam Konteks

hubungannya dengan teks buku itu. Chap-books itu adalah buku-buku kecil
yang dijual oleh 'chapmen' atau para penjual umumnya di awal Eropa modem,
dan di beberapa kawasan dalam abad ke-19, bahkan pada abad ke-20 juga.
Sejak tahun 1960-an, para sejarawan telah mempelajari chap-books
Perancis, 'Perpustakaan Biru' (Bibliotheque Bleue), sebagaimana ia dinamakan,
dengan menunjuk kenyataan bahwa buku-buku kecil itu dibungkus dengan kertas
biru yang kasar yang digunakan untuk membungkus gula. Pusat produksi yang
utama adalah Troyes, di timur-laut Prancis, namun berkat jaringan para penjual
maka buku-buku kecil itu tersebar secara meluas sampai ke desa-desa
sebagaimana juga di kota-kota. Topik paling umum dari buku-buku kecil itu
adalah kehidupan orang suci dan kisah roman para satria, sehingga beberapa
sejarawan berkesimpulan bahwa kesusasteraan itu bersifat khayalan saja, atau
bahkan mungkin juga sebentuk alat penenang pikiran, dan ia mewakili penyebaran
ke bawah kepada para pengrajin dan petani model-model budaya yang diciptakan
oleh dan untuk kaum agama dan kaum bangsawan.
Kesimpulan ini terlalu sederhana untuk diterima begitu saja tanpa
kualifikasi. Pertama-tama, buku-buku itu tidak hanya dibeli orang biasa. Kaum
bangsawan juga diketahui membacanya. Kedua, Bibliotheque Bleue tidak
mewakili seluruh budaya para pembacanya. Budaya lisan mereka mungkin sekali
lebih penting. Dalam kasus manapun, kita tidak mengetahui bagaimana pembaca
atau pendengar bereaksi terhadap kisah-kisah; misalnya, apakah mereka
mengidentifikasikan diri dengan Charlemagne atau dengan para pemberontak.
Terlepas dari masalah-masalah yang ditimbulkan oleh studi kasus ini, jelas bahwa
di Prancis dan di negara-negara Eropa lainnya, termasuk Italia, Inggris dan
Belanda, barang cetakan telah menjadi bagian yang penting dari budaya rakyat
pada abad ke-17 jika bukan sebelumnya.
Dengan meringkaskan karya suatu generasi mengenai masalah itu,
seorang sejarawan Amerika, Elizabeth Eisenstein, membuat pernyataan, dalam
sebuah studi ambisius yang pertama kali diterbitkan tahun 1979, bahwa
percetakan itu adalah 'revolusi yang tidak diakui' dan bahwa perannya sebagai
'agen perubahan' telah diremehkan dalam kisah-kisah tradisional tentang
Renaissance, Reformasi dan revolusi ilmiah. Dengan mengambil gagasan-gagasan
McLuhan maupun Ong, Eisenstein mengadopsi dan menterjemahkannya ke
dalam istilah-istilah yang akan diterima oleh masyarakat profesionalnya sendiri,
yaitu masyarakat sejarawan dan pustakawan. Meskipun ia hati-hati sekali dalam
menarik kesimpulan-kesimpulan umum, namun ia menekankan dua dampak
jangka panjang dari ditemukannya percetakan. Pertama, percetakan telah

25
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

menyeragamkan dan menjaga ilmu pengetahuan yang telah begitu berlimpah


dalam abad sirkulasi lisan atau manuskrip. Kedua, kritik pihak yang berwenang
telah didorong oleh percetakan, yang membuat pandangan-pandangan yang tidak
sesuai mengenai masalah yang sama dapat diketahui oleh pembaca yang lebih
luas. Untuk menggambarkan masalah ini, Eisenstein mengambil contoh
Montaigne, yang sikap ragu-ragunya tampak merupakan buah dari bacaannya
yang luas. 'Dalam menjelaskan kenapa Montaigne merasakan "konflik dan
keragaman" yang lebih besar dalam karya-karya yang telah diselidikinya
dibandingkan dengan apa yang dimiliki para komentator Abad Pertengahan
dahulu', demikian Eisenstein, 'merupakan sesuatu yang hams dikatakan mengenai
pertambahan jumlah teks yang dimilikinya.'

Revolusi Percetakan Ditinjau Kembali

Buku Eisenstein tetap merupakan sintesa yang berharga. Namun demikian,


dalam masa dua-puluh tahun semenjak diterbitkannya, pernyataan penulis bagi
perubahan-perubahan revolusioner setelah diciptakannya percetakan kelihatan
agak dilebih-lebihkan. Pertama, perubahan yang digambarkannya secara garis
besar itu terjadi dalam kurun waktu sekurang-kurangnya tiga abad lamanya,
mulai dari Bible-nya Gutenberg sampai kepada Encyclopedienya Diderot (yang
akan didiskusikan nanti, lihat hlm. 118). Karena itu, adaptasi terhadap media
yang baru itu adalah berangsur-angsur baik dalam kasus gaya presentasinya
maupun kebiasaan membacanya (lihat hlm. 73). Dengan kata lain, sebagaimana
halnya dengan Revolusi Industri—di mata beberapa orang sejarawan mutakhir—
yang kita lihat adalah apa yang pada suatu kali dinamakan oleh kritikus Inggris
Raymond Williams (1921-1988) sebagai sebuah 'Revolusi Panjang' (Long
Revolution). Adalah menarik pertanyaan berikut: apakah sebuah revolusi yang
tidak berlangsung cepat tetap dapat dinamakan revolusi?
Masalah yang kedua adalah masalah perantara (agency). Berbicara tentang
percetakan sebagai agen perubahan sudah pasti memberikan terlalu banyak
tekanan berlebihan terhadap media komunikasi dengan merugikan para penulis,
pencetak dan pembaca yang menggunakan teknologi baru itu bagi tujuan mereka
yang berbeda-beda. Lebih realistislah kiranya memandang percetakan itu, seperti
media baru dalam abad-abad terakhir (televisi, misalnya), sebagai suatu
katalisator yang mendukung pembahan sosial, bukan yang menghasilkannya (lihat
hlm. 19).

26
Revolusi Percetakan dalam Konteks

Ketiga, Eisenstein memandang percetakan itu relatif secara terisolasi.


Namun, untuk menilai dampak sosial dan budaya dari ditemukannya percetakan,
adalah perlu untuk melihat media itu sebagai keseluruhan, untuk memandang
alat komunikasi yang berbeda-beda itu sebagai saling berkaitan, dengan
memperlakukan semua itu sebagai sebuah paket, sebuah repertoire, sebuah
sistem, atau apa yang dinamakan orang Prancis 'sebuah rezim', apakah ia bersifat
otoriter, demokratis, birokratis atau kapitalistik.
Perlu digarisbawahi, bahwa sistem itu selalu dalam keadaan berubah,
bahkan pada saat beberapa dari perubahan itu hanya dapat terlihat dalam
perspektif jangka panjang. Misalnya, teknologi percetakan tidak tinggal diam
saja setelah Gutenberg. Pencetak Belanda, Willem Blaeu, telah memperbaiki
konstruksi percetakan kayu pada abad yang ke-17. Percetakan yang besar-
besar diperkenalkan untuk mencetak peta. Percetakan tangan Stanhope dari
besi (1804) telah menggandakan jumlah produksi yang normal, sedangkan
cetakan uap Friedrich Koenig (1811) telah menggandakan empat kali lipat
produktivitas percetakan Stanhope.
Berpikir dari segi sebuah sistem media berarti menegaskan pembagian
kerja antara berbagai alat komunikasi yang terdapat di suatu tempat tertentu
dan pada waktu tertentu, tanpa melupakan bahwa media yang lama dan yang
baru dapat dan memang telah hidup bersama dan bahwa media yang bermacam-
macam itu dapat bersaing antara sesamanya atau menggemakan serta saling
melengkapi satu sama lain. Perubahan dalam sistem media juga perlu
dihubungkan dengan perubahan sistem transportasi, pergerakan barang-barang
dan manusia di ruang, baik di daratan maupun di air (sungai, terusan dan laut).
Komunikasi pesan, sekarang ini, atau sekurang-kurangnya dahulu, adalah bagian
dari sistem komunikasi fisik.

Komunikasi Fisik

Tentu saja adalah tradisional bagi aliran informasi untuk mengikuti jalur-jalur
perdagangan, karena para pedagang yang beroperasi di laut dan di daratan juga
membawa berita di samping membawa barang dagangan mereka. Percetakan
itu sendiri tersebar ke seluruh Eropa melalui sungai Rhine mulai dari Mainz-nya
Gutenberg sampai ke Frankfurt, Strasburg dan Basel. Dalam abad ke-16, ke-
17, dan ke-18, pesan-pesan di atas kertas mengikuti jalan perak dari Meksiko
atau Peru ke Dunia Lama, atau jalan gula dari Karibia ke London. Apa yang
baru pada abad ke-16 dan ke-17 adalah bukti dari bertambahnya kesadaran

27
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

tentang masalah komunikasi fisik Kobaran semangat para humanis Renaissance


terhadap Romawi kuno mencakup suatu perhatian terhadap jalan-jalan Romawi,
yang misalnya dibicarakan dalam buku Andrea Palladio yang terkenal, Four
Books of Architecture (1570). Penuntun bagi jalan-jalan negara tertentu
diterbitkan, terutama sekali buku Henri Estienne, Guide des chemins de France
(1553) dan tulisan John Ogilby, Britannia (1675: Gambar 5), atlas jalan
berbahasa Inggris yang pertama, di mana jalan-jalan itu diperlihatkan di atas
apa yang dinamakan penulis itu 'surat gulungan khayalan'. Sebuah versi terharu
dari peta-peta ini dalam format yang diperkecil yang dihasilkan dalam tahun
1719 dan mencapai edisinya yang ke-22 pada tahun 1785, merupakan bukti
kuat akan kebutuhan para pengembara untuk sebuah buku seperti itu.
Pemerintah juga banyak menyibukkan diri dengan jalan-jalan, sekalipun
perubahan-perubahan utama dalam sistem Eropa itu sukar untuk dilihat sebelum
pertengahan abad ke-18. Di Prancis, sekitar tahun 1600 diciptakan sebuah
jabatan baru, yaitu Grand Voyer, untuk mengawasi sistem itu. Salah satu alasan
terhadap kepedulian dengan jalan-jalan ini adalah kebutuhan yang meningkat,
dalam suatu masa di mana negara-negara Eropa telah menjadi terpusat, untuk
menyampaikan perintah-perintah secara lebih cepat dari ibukota ke propinsi-
propinsi. Perhatian terhadap komunikasi dari pihak pemerintah merupakan alasan
utama bagi perluasan yang cepat sistem pos di masa modern awal, meskipun
para pedagang dan pribadi-pribadi yang lain dapat pula mengambil keuntungan
darinya.
Dalam awal Eropa modern, transportasi air biasanya jauh lebih murah
daripada transportasi darat. Seorang pencetak Italia memperkirakan dalam
tahun 1550 bahwa untuk mengirim sejumlah buku dari Roma ke Lyon ongkosnya
18 scudi dengan jalan darat dibandingkan 4 scudi dengan jalan laut. Surat
biasanya dibawa lewat jalan darat, akan tetapi suatu sistem pengiriman surat
dan surat-kabar, sebagaimana juga orang, dengan saluran tongkang
dikembangkan di Belanda pada abad ke-17. Kecepatan rata-rata dari tongkang
itu lebih kurang empat mil per jam, lebih lambat dibanding seorang kurir yang
menunggangi kuda. Sebaliknya layanan itu teratur, sering dan murah, dan
memungkinkan komunikasi tidak hanya antara Amsterdam dan kota-kota yang
lebih kecil, tetapi juga antara sebuah kota kecil dengan kota kecil lainnya, sehingga
dengan demikian ada persamaan kesempatan untuk memperoleh informasi. Baru
pada tahun 1837, dengan ditemukannya telegraf listrik (lihat hlm. 162), hubungan
tradisional antara transportasi dan komunikasi pesan-pesan dapat diputus.

28
Revolusi Percetakan dalam Konteks

Gambar 5. John Ogilby, Peta Jalan Britannia miliknya, 1675, menunjukkan


Chambridge

Imperium dan Komunikasi

Komunikasi, sebagaimana dikemukakan pakar ilmu politik Amerika, Kari


Deutsch, adalah 'urat saraf pemerintahan', terutama di negara-negara besar,
apalagi di imperium yang terbentang luas. Charles V (yang memerintah tahun
1519-1558), yang daerah kekuasaannya mencakup Spanyol, Negeri Belanda,
Jerman dan kebanyakan negara kota di Italia, hingga Meksiko dan Peru, mencoba
untuk menyelesaikan masalah komunikasi itu dengan berjalan secara terus-
menerus, di seluruh Eropa. Pidato turun takhta Charles mencatat bahwa selama
empat dekade sebagai kaisar (emperor), ia telah melakukan empat-puluh kali
perjalanan: sepuluh kali ke Nederlands, sembilan kali ke Jerman, tujuh kali ke
Italia, enam kali ke Spanyol, empat kali ke Prancis, dua kali ke Inggris dan dua
kali ke Afrika Utara. Namun gaya tradisional Abad Pertengahan tentang kerajaan

29
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

yang berpindah-pindah itu tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan Charles.
Masa 'imperium kertas' telah tiba, bersama dengan suatu sistem yang teratur
untuk menyampaikan pesan-pesan: sistem pos, dinamakan demikian karena
berkenaan dengan mendirikan pos-pos (tempat tugas) dengan orang dan kuda
yang ditempatkan di sepanjang jalan itu atau jalan-pos itu.
Dalam abad ke-16, ada sebuah keluarga yang mendominasi sistem pos
Eropa itu, yaitu keluarga Tassis atau Taxis (istilah 'taksi' itu, yang kini telah beredar
di seluruh dunia, terambil dari nama mereka). Keluarga inilah, pemilik pos untuk
para kaisar Habsburg mulai dari tahun 1409 dan seterusnya, yang telah
mengembangkan sistem kurir biasa, yang beroperasi sesuai dengan rencana
perjalanan yang telah ditentukan (yang dapat diperoleh dalam bentuk cetakan
mulai dari tahun 1563). Bmssels—yang sekarang menjadi pusat segala macam
hal lain—merupakan pusat dari sistem mereka. Salah satu jalannya pergi melalui
Augsburg dan Innsbruck ke Bologna, Florence, Roma dan Napoli. Yang lainnya
pergi ke Paris dan melalui Prancis ke Toledo dan Granada.
Kurir khusus, dengan jalan menukar kuda pada jarak tertentu, mampu
berjalan sampai 125 mil sehari, dengan demikian dapat membawa berita kejadian
penting dengan relatif cepat. Pada tahun 1572 misalnya berita pembunuhan
massal orang Protestan di Paris (yang dikenal dengan nama 'the Massacre of St
Bartholomew), sampai ke Madrid dalam tiga hari saja. Berjalan 'secepat pos'
adalah slogan yang sering terdengar di masa itu. Namun, waktu yang biasanya
diperlukan pesan untuk sampai di tujuan jauh lebih lama, karena kurir biasa
hanya dapat berjalan enam sampai delapan mil perjam. Dari Roma ke Milan,
kurir biasa memerlukan dua sampai tiga hari, sesuai musimnya; dari Roma ke
Vienna, dua-belas sampai lima-belas hari; dari Roma ke Paris, kira-kira dua-
puluh hari, sedangkan diperlukan antara 25 sampai 30 hari oleh kurir itu dari
Roma untuk mencapai London atau Krakow. Kurir biasa memerlukan kira-
kira sebelas hari dari Madrid (yang merupakan ibukota Spanyol sejak tahun
1556 dan seterusnya) ke Paris, dan dua-belas sampai tiga-belas hari dari Madrid
ke Napoli (yang merupakan bagian dari Imperium Spanyol).
Imperium Spanyol itu di masa putra pengganti Charles V, yaitu Philip II
(memerintah tahun 1556-1598), meskipun lebih kecil daerahnya, telah dijelaskan
dengan baik sekali oleh sejarawan besar Prancis Femand Braudel (1902-1985)
dalam studinya yang terkenal, The Mediterranean and the Mediterranean
World in the Age of Philip //(1949), sebagai 'sebagai suatu upaya perhubungan
laut dan darat yang luar biasa besar' yang memerlukan 'pengiriman ratusan
perintah dan laporan setiap harinya'. Strategi Philip bertentangan sekali dengan

30
Revolusi Percetakan dalam Konteks

strategi bapaknya. Ia tetap tinggal selama mungkin di satu tempat saja, di Madrid
atau di dekatnya, dan duduk di mejanya berjam-jam setiap hari, membaca dan
mencatat dokumen-dokumen yang dikirim kepadanya dari seluruh penjuru
kerajaan. Tidak heran apabila rakyatnya memberinya nama olok-olokan sebagai
'raja kertas' (e/ rey papelero).
Yang menjadi masalah besar adalah panjangnya waktu yang diperlukan
dokumen itu untuk sampai kepada Philip, atau sebaliknya, waktu yang diperlukan
perintahnya untuk sampai kepada penerimanya. Obsesi negarawan dan dutabesar
abad ke-16 itu dengan kedatangan pos tersebut ditekankan oleh Braudel.
Keterlambatan pemerintahan Spanyol terkenal sekali, sehingga menyebabkan
seorang pejabat berkeinginan agar Kematian itu datang dari Spanyol.
Keterlambatan ini tidak dapat, atau tidak selalu dapat dijelaskan sebagai
ketidaktegasan Raja Philip II, akan tetapi lebih banyak oleh masalah komunikasi
dalam sebuah kerajaan yang terbentang melintas Laut Tengah mulai dari Spanyol
sampai Sicilia, menyeberangi Atlantik sampai ke Meksiko dan Peru, dan melintasi
Pasifik sampai ke Filipina (yang karena itu dinamakan "Philipina" lantaran
merupakan milik Spanyol ketika itu). Ketika itu adalah normal bagi sebuah
kapal untuk memerlukan satu-dua minggu, tergantung kepada angin, untuk
menyeberangi Laut Tengah dari utara ke selatan, dan dua atau tiga bulan dari
timur ke barat, sehingga Braudel menamakan dunia di sekitar Laut Tengah ketika
itu 'enam-puluh hari panjangnya'.
Meski demikian, komunikasi laut biasanya lebih cepat daripada komunikasi
darat. Di Meksiko misalnya, orang Spanyol harus membangun apa yang mereka
namakan 'jalan kerajaan', seperti 'jalan perak' yang terkenal dari tambang di
Zacatecas ke Mexico City. Nama jalan-jalan ini tetap ada di Kalifornia dan
New Mexico modern. Di Eropa Timur, di mana penduduknya tidak terlalu
rapat dan kotanya lebih kecil dan lebih sedikit dibandingkan Eropa Barat,
komunikasinya juga lebih lambat. Di Imperium Rusia, di masa Catharine Yang
Agung (yang memerintah tahun 1762-1796), misalnya, diperlukan waktu 18
bulan bagi sebuah perintah raja yang dikirim dari St Petersburg untuk mencapai
Kamchatka di Siberia, dan 18 bulan lagi bagi jawabannya untuk diterima di
ibukota. Masalah komunikasi itu menjelaskan kenapa imperium-imperium Eropa
yang terdahulu, kecuali Rusia, adalah imperium kelautan. Mereka meliputi
imperium-imperium antaibenua: Portugis, Spanyol, Belanda, Prancis dan Inggris,
serta imperium Swedia di Eropa yang dibangun di sekeliling laut Baltik.

31
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Komunikasi Transatlantik

Untuk berkomunikasi dengan raja mudanya di Meksiko dan Peru, Philip II dan
para penggantinya tergantung pada pergi dan kembalinya kapal-kapal yang
membawa perak Dunia Baru itu ke pelabuhan Seville, dan untuk kepentingan
keamanan, berlayar secara berkonvoi bersama-sama. Konvoi ke Meksiko
misalnya berlayar di musim panas dan memulai perjalanan pulang dari Dunia
Baru itu di musim gugur. Surat dari Spanyol ke Meksiko mungkin memakan
waktu empat bulan untuk sampai, akan tetapi ke Lima biasanya diperlukan
sembilan bulan dan ke Filipina mungkin sampai dua tahun lamanya. Komunikasi
antara Inggris dan New England jauh lebih cepat, namun surat-surat mungkin
saja hilang atau minimal terlambat. Sepucuk surat yang berkenaan dengan
dihukum matinya Charles I, yang ditulis dalam bulan Maret 1649, baru sampai
di New England dalam bulan Juni. Adalah hal biasa membuat salinan surat dan
mengirim masing-masingnya dengan kapal yang berbeda untuk mengurangi risiko
kehilangan.
Baru di abad ke-18 dilakukan perbaikan komunikasi mempersempit
Atlantik, sekurang-kurangnya mengenai apa yang berhubungan dengan Imperium
Inggris. Lalu-lintas laut antara Inggris dan Amerika Utara digandakan antara
tahun 1680-an dan 1730-an. Pada tahun 1702, didirikanlah sebuah sistem
kapal (yang dikenal dengan nama 'kapal paket'), yang membawa surat dari
London ke Barbados atau Jamaica, dengan pelayaran bulanan, sebuah rencana
pelayaran seratus hari dan kira-kira 8500 pucuk surat dibawa oleh masing-
masing kapal. Akibatnya, dipandang dari segi komunikasi, Atlantik telah diciutkan
ukurannya sehingga sama dengan ukuran Laut Tengah di masa Philip II.
Kapal yang melintasi Atlantik tidak hanya membawa surat, tetapi juga
buku dan surat-kabar. Karena buku adalah benda yang secara fisik berat, maka
sebagian besar copynya cenderung ditinggalkan dekat tempat di mana ia dibuat.
Akan tetapi terdapat pula bukti adanya distribusi untuk jarak jauh. Di abad ke-
16 misalnya, buku roman kepahlawanan diekspor ke Meksiko dan Peru dalam
jumlah cukup banyak, meskipun tokoh-tokoh agama tidak menyetujuinya. Tahun
1540, sebuah pencetak tunggal memiliki 446 copy buku roman populer Amadis
de Gaula tersimpan di toko bukunya di Mexico City. Buku itu adalah salah
satu buku favorit di Lima tahun 1583. Pada tahun 1600, tidak kurang dari
10.000 copy buku dari sebuah buku roman yang lain, Pierre y Magalona, telah
tiba di Mexico City. Sebaliknya di New England yang puritan tampaknya lebih
banyak permintaan untuk khotbah yang dicetak. Orang seperti pendeta Increase

32
Revolusi Percetakan dalam Konteks

Mather (1639-1723) menerima kiriman dengan kapal berton-ton buku dari


London. Lembaran berita dikirimkan ke Boston ketika Perang Saudara di
Inggris, dan pada permulaan abad ke-18 kedatangan berita secara teratur
didorong oleh didirikannya lembaran-berita setempat seperti Boston Newsletter
(1704). Apa yang digambarkan oleh sejarawan Australia Geoffrey Blainey
sebagai 'kediktatotan jarak' sedikit demi sedikit mulai dapat teratasi.

Komunikasi Lisan

Kadang-kadang muncul klaim bahwa penemuan mesin cetak tidak secara


fundamental mengubah watak lisan kebudayaan Eropa. Sebagaimana buku ini
coba memperlihatkannya, klaim tersebut terlalu dilebih-lebihkan (dan upaya untuk
menentukan watak budaya Eropa dipandang dari segi satu media saja
menyesatkan), namun di belakang tindakan yang berlebih-lebihan itu menonjol
sebuah masalah penting. Terlepas dari besarnya jumlah literatur ilmiah tentang
pentingnya komunikasi lisan dan terutama sekali tentang apa yang sering
dinamakan 'kesusasteraan lisan', tempat media lisan di awal sejarah Eropa
modern—dan hubungannya dengan perubahan dalam budaya visual—kurang
mendapat perhatian dibandingkan dengan apa yang patut diterimanya.
Di Abad Pertengahan, altarlah dan bukan mimbar yang berada di pusat
gereja Kristiani. Namun demikian, khotbah merupakan suatu tugas yang diterima
oleh kalangan biara, dan mereka kaum biarawan sering berpidato di jalan-jalan
dan di alun-alun kota sebagaimana juga di gereja. Perbedaan dibuat antara
sermones dominicales untuk hari Minggu dan sermones festivi untuk banyak
hari perayaan, dan gaya berkhotbah (sederhana saja atau penuh bunga-bunga,
serius atau mengasyikkan, terkekang atau terlalu dibuat-buat) secara sadar
disesuaikan dengan para pendengar, apakah mereka orang kota atau orang desa,
orang berpengetahuan atau orang biasa. Pendek kata, kemungkinan-kemungkinan
media lisan itu secara sadar dieksploitasi oleh para peneliti dari apa yang dikenal
pada abad ke-16 sebagai 'retorika gerejawi' (ecclesiastical rhetoric). Tidak heran
apabila pakar sosiologi Zygmunt Bauman menggambarkan mimbar Gereja
Katolik itu sebagai sebuah 'media massa'.
Setelah Reformasi, khotbah hari Minggu menjadi bagian yang semakin
penting dari pelajaran keagamaan baik bagi kaum Prostestan maupun Katolik.
Meskipun Martin Luther (1483-1546) memuji percetakan yang baru itu sebagai
'pemberikan berkat Tuhan yang paling tinggi', ia tetap menganggap gereja sebagai
'sebuah rumah mulut dan bukan rumah pena'. Beberapa pengkhotbah berhasil

3 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

menarik jumlah orang yang banyak, di antara mereka adalah ahli sajak John
Donne (hidup kira-kira tahun 1572-1631), yang merupakan dekan St Paul di
London. Peran publik dari khotbah itu juga diakui oleh orang-orang Katolik
Roma, terutama sekali setelah Konsili Trente, dan terdapat banyak pengkhotbah
besar seperti Jacques Bossuet (1627-1704) di istana Louis XIV. Semangat
para pendengar khotbah publik itu yang berlangsung dua atau tiga jam lamanya
akan sukar dipercayai sekarang ini jika seandainya tidak dibuktikan oleh buku-
buku catatan harian yang ada ketika itu.
Pemerintah sadar sekali akan nilai mimbar untuk menebarkan informasi,
terutama sekali di daerah pedesaan, disamping juga untuk mendorong kepatuhan.
Ratu Elizabeth I berbicara tentang perlunya 'menyetel mimbar', dan Charles I
setuju dengan menyatakan bahwa 'rakyat diperintah oleh mimbar lebih daripada
pedang di masa damai', suatu pernyataan klasik paling awal tentang gagasan
hegemoni budaya.
Suatu komunikasi lisan jenis lain adalah yang bersifat akademik. Pelajaran
di universitas diberikan lewat kuliah, perdebatan resmi atau pertengkaran (untuk
menguji keterampilan logika para mahasiswa), dan pidato atau deklamasi resmi
(untuk menguji kemampuan retorika mereka). Seni berbicara (dan isyarat bahasa
tubuh) dianggap oleh para pakar retorika sebagai sama pentingnya dengan seni
menulis. Sebaliknya, esai tertulis, seperti ujian tertulis, benar-benar tidak dikenal
di dalam kalangan akademis ketika itu. Di dalam pelajaran tata bahasa, tekanan
lebih besar diberikan pada kefasihan bicara bahasa Latin, dan dialog serta
sandiwara yang disusun oleh guru-guru dengan tujuan untuk melatih para
mahasiswa agar dapat berbicara dengan baik.
Akan tetapi, kawasan penting lain dari komunikasi lisan itu adalah nyanyian,
terutama sekali balada, yaitu lagu yang menceritakan sebuah kisah. Teori Parry
dan Lord yang telah didiskusikan di atas (hlm. 8) erat hubungannya dengan
balada yang telah beredar di awal Eropa modem. Tentang kasus balada daerah
perbatasan yang terkenal antara Inggris Utara dan di Daerah Rendah Skotlandia
misalnya, seperti halnya antara Skandinavia atau Spanyol, tidaklah sukar untuk
menentukan baik formulanya maupun temanya. 'Anggur merah-darah' (Blood-
red wine), misalnya, 'kuda putih-susu' (milk-white steed) adalah julukan yang
sama formulanya dengan apa yang dikatakan Homerus 'laut segelap-anggur'
(wine-dark sea). Tema-tema yang berulang kali muncul dalam balada Inggris
itu di antaranya: mengirim sepucuk surat, duduk di sebuah pondok, menderap
di atas seekor kuda; tumbuh-tumbuhan muncul dari kuburan para kekasih yang
mati secara tragis dan pada akhirnya mempersatukan cinta mereka. Daya hidup

34
Revolusi Percetakan dalam Konteks

versi suatu balada juga bermacam-ragam, The BonnyEarl of Murray, misalnya,


atau Barbara Allen, baik dalam bentuk manuskrip atau dicetak, yang berbeda-
beda panjang dan cara pengungkapannya, menunjukkan bahwa, sebagaimana
halnya dengan Yugoslavia-nya Party, masing-masing pemusik keliling
mengembangkan gaya pengungkapan mereka yang mungkin sekali setengahnya
merupakan improvisasi mereka sendiri.
Desas-desus alias kabar burung dijelaskan sebagai suatu 'layanan pos
lisan' yang berfungsi dengan kecepatan luar-biasa. Pesan yang dikirimkan itu
tidak selalu secara spontan: terkadang pesan tersebut disebarkan karena alasan
politik, dan di masa pertikaian maka pihak yang satu secara apriori akan menuduh
yang lain telah menyebarkan desas-desus. Tiga contoh desas-desus yang terkenal
dampaknya di awal Eropa modem, baik secara spontan maupun tidak, adalah
gerakan iconoclasme tahun 1566 di Prancis Utara dan Belanda (lihat hlm.
103); 'Persekongkolan Paus' pada tahun 1680-an (lihat hlm. 112); serta apa
yang dinamakan 'Great Fear' di desa-desa Prancis tahun 1789, dipelajari secara
mendalam pada tahun 1930-an oleh para sejarawan Revolusi Prancis, Georges
Lefebvre (1874-1959). Dalam kasus yang terakhir beredar kabar di kalangan
para petani Prancis yang mengatakan bahwa para perampok sedang datang
untuk membunuh mereka atau menyerang hasil pertanian mereka, mungkin sekali
atas perintah orang Inggris atau kaum ningrat. Sebaliknya daripada
mengesampingkan atau mempercayai desas-desus itu, Levebvre mempelajari
kronologi dan geografinya dengan teliti dan menggunakannya sebagai bukti dari
ketegangan sosial.
Budaya lisan di masa ini tidak boleh hanya dipandang dari segi ketahanan
daya hidupnya saja atau apa yang dinamakan Ong 'oral residue'. Lembaga-
lembaga baru yang menata komunikasi lisan itu berkembang di masa ini, termasuk
kelompok-kelompok diskusi yang lebih kurang formal seperti akademi,
masyarakat ilmiah, salon, kelab dan kafe. Dipandang dari traktat-traktat tentang
masalah tersebut, maka seni berbicara telah ditanamkan dengan intensitas khusus
di masa ini. Toko buku juga berfungsi sebagai pusat sosial, dan James Boswell
bertemu dengan Samuel Johnson untuk pertama kali di salon belakang dari sebuah
toko buku yang dimiliki Tom Davies.
Perkembangan perdagangan mempunyai dampak yang penting pula bagi
komunikasi lisan, terutama sekali munculnya tempat penukaran uang atau bursa,
termasuk Bruges (1409), Antwerpen (1460), Lyons (1462), Amsterdam (1530),
London (1554), Hamburg (1558), dan Copenhagen (1624). Suatu gambaran
yang hidup tentang salah satu daripadanya, yaitu Amsterdam, diberikan oleh

35
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

pedagang Yahudi Sephardic, Joseph Penso de la Vega dalam sebuah dialog


dalam bahasa Spanyol yang berjudul The Confusion of Confusions (1688),
yang memperlihatkan bahwa praktek spekulasi dalam saham perusahaan dan
bahkan juga kategori 'bulls' dan 'bears' telah menjadi praktek standar ketika
itu. Demikian pula dengan penyebaran desas-desus dengan sengaja untuk
memaksa harga untuk naik atau turun. Perilaku pasar bursa yang selalu berubah-
ubah, kecenderungannya untuk berubah sesuai suasana hati mulai dari
bersemangat sampai suram, paling jelas kelihatan di masa ini dalam naik-turunnya
secara cepat South Sea Bubble (dengan kata lain, spekulasi tentang bursa
Perusahaan Laut Selatan di London tahun 1720), untuk sebagiannya harus
dijelaskan sekurang-kurangnya dari segi media lisan. Gejala itu masih dapat
terlihat dan terdengar di pasar bursa di masa kita sekarang ini.
Pusat komunikasi lisan itu mencakup kedai minuman, tempat pemandian
umum dan kafe, suatu inovasi periode ini. Istambul terkenal pada akhir abad
ke-16 karena kafe yang jumlahnya kira-kira 600 buah. Penutur kisah melakukan
pertunjukannya di sini, sebagaimana yang mereka lakukan di Yugoslavia di tahun
1930-an, ketika Parry dan Lord mengunjungi kafana, demikian ia dinamakan,
dengan tape-recorder mereka. Sekurang-kurangnya terdapat 500 kafe di
London di masa Ratu Anne (memerintah tahun 1702-1714).
Tempat-tempat ini menyediakan berbagai jenis barang konsumsi dan
berbagai topik diskusi. Diskusi tentang masalah ilmiah dapat didengar di kedai
kopi Child, atau Garraway, atau Grecian, di mana orang dapat melihat dan
mendengarkan Sir Isaac Newton (1642-1727). Asuransi didiskusikan di
Lloyd's, yang merupakan sebuah kafe pada akhir abad ke-17 sebelum
berkembang menjadi lembaga tersendiri. Pada pertengahan abad ke-18, kedai
kopi Slaughter menjadi tempat sebuah kelompok seniman termasuk William
Hogard (1697-1764). Di Paris di abad ke-18, kafe yang terkemuka termasuk
Cafe de Maugis, merupakan sebuah pusat penyerangan terhadap agama, dan
Procope's, yang didirikan tahun 1689 (masih tetap buka sampai sekarang ini),
seringkah dikunjungi para cendekiawan Masa Pencerahan yang terkemuka,
seperti Denis Diderot (1713-84). Pihak yang berwenang di kebanyakan kota,
yang peduli akan kedai-kedai kopi itu sebagai tempat yang mendorong komentar-
komentar subversif terhadap pemerintah, selalu mengawasinya dalam bentuk
yang lebih kurang efektif.
Klub-klub dan kafe-kafe itu memberi inspirasi untuk mendirikan
masyarakat komunikasi lisan yang imajiner. Contoh Inggris yang terbaik adalah
Kelompok Spectator imajiner, yang terdiri dari berbagai macam watak, termasuk

36
Revolusi Percetakan dalam Konteks

seorang budiman desa, seorang pedagang, seorang biarawan dan seorang


perwira militer, yang berfungsi sebagai suatu kerangka bagai The Spectator,
yang diedit oleh Joseph Addison (1672-1719) dan Joseph Steele (1672-1729),
yang diterbitkan tahun 1711-1712, yang dibicarakan di bawah (hlm. 86). Sebuah
journal yang didirikan Leipzig tahun 1698 mengambil judul The Curious
Coffeehouse at Venice. Yang lebih terkenal adalah journal Milan II Caffe (1764-
6), yang telah memainkan peran penting dalam Pencerahan di Italia. Sejumlah
sandiwara juga mengambil tempat di kafe, mencapai puncaknya dalam komedi
Voltaire, Le cafe ou l'Ecossaise (1760) di mana para pelanggan digambarkan
sedang mengeritik sandiwara-sandiwara yang lain.
Dalam bentuk yang seperti itu pula, beberapa surat-kabar abad ke-18,
mulai dari Bristol Postboy sampai Hamburgische Patroit, membantu
menciptakan masyarakat setempat bayangan itu, dalam cara yang sama sehingga,
sebagaimana dikemukakan Benedict Anderson dalam Imagined Communities
(1983), surat-kabar abad ke-19 itu memberi sumbangannya kepada
pembentukan kesadaran nasional dengan memperlakukan para pembacanya
sebagai suatu masyarakat, suatu publik nasional.

Komunikasi Tertulis

Pentingnya konteks di mana kegiatan menulis itu dipelajari atau digunakan telah
menjadi jelas di awal Eropa modern, di mana menulis dan membaca sering
diajarkan secara terpisah. Bagi konteks dagang dari melek-huruf itu dan tuntutan
bisnis menulis dan pengetahuan angka, adalah baik bila kita menoleh ke Florence
pada abad ke-14 dan 15, di mana sekolah khusus tentang sempoa mengajarkan
menulis dan arismatika, berdasarkan contoh-contoh perdagangan, kepada anak-
anak yang akan menjadi saudagar atau ahli pembukuan. Sebagaimana halnya
dengan kota-kota lain di Laut Tengah, maka Florence dapat dikatakan sebagai
suatu budaya kenotarisan, di mana dokumen tertulis memiliki fungsi yang sangat
diperlukan, terutama untuk mencatat pemindahan hak-milik ketika terjadinya
perkawinan dan kematian. Melek-huruf di kalangan orang biasa relatif tinggi di
Florence, dan praktek menyimpan buku harian dan buku catatan relatif tersebar
luas. Contoh-contoh dokumen pribadi seperti ini juga dapat ditemukan di kota-
kota lain, di antaranya Augsburg, Barcelona, Bologna, London, Nuremberg dan
Paris. 'Otobiografi' ini biasanya dipusatkan pada keluarga atau kota dan bukan
pada orang-seorang, dan terkadang ia beredar dalam bentuk manuskrip di dalam
sebuah lingkungan kota.

37
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Konteks melek-huruf keagamaan terutama tampak terlihat di Eropa


Protestan pada abad ke-17 dan 18. Sebuah contoh klasik adalah bahwa di
Swedia yang Lutheran, di mana Gereja mengadakan ujian tahunan untuk setiap
rumahtangga untuk melihat seberapa jauh masing-masing anggota keluarga itu
dapat membaca, seberapa baik mereka mengetahui katekismus dan seterusnya.
Hasilnya dicatat secara sistematis, dengan membedakan tingkat-tingkat
kemampuan, seperti 'mulai dapat membaca', 'baru sedikit dapat membaca',
dan seterusnya. Catatan itu disimpan dengan sebaik dan merupakan suatu sumber
kaya yang unik untuk mempelajari melek-huruf modem pertama (Gambar 6).
Di antara hal-hal lain, semuanya itu memperlihatkan tersebar-luasnya kemampuan
membaca, sampai-sampai mencakup wanita dan anak-anak di daerah pedesaan,
adalah suatu akibat dari suatu kampanye yang intensif antara tahun 1670 dan
1720. Akan tetapi secara keseluruhan, Eropa modern pertama adalah suatu
masyarakat yang melek-hurufnya terbatas di mana hanya segolongan kecil saja
dari penduduk (terutama sekali pria, orang kota dan Protestan) yang dapat
membaca, dan lebih sedikit lagi yang dapat menulis.
Di sini pentingnya apa yang selama ini telah dinamakan 'melek-huruf yang
dimediasikan' (mediated literacy), dengan kata lain, menggunakan melek-huruf
itu untuk kepentingan mereka yang buta-huruf. Di kota-kota masa itu adalah
suatu jabatan yang biasa—seperti di Mexico City dan Istambul dewasa ini—
tugas penulis publik, seseorang yang mempunyai 'kantor' di jalanan, yang
menyusun dan juga menulis surat-surat untuk orang-orang yang tidak memiliki
keterampilan ini. Di Paris misalnya beberapa dari para penulis model ini bekerja
di pekuburan 'Innocents'. Pelancong Inggris John Evelyn (1620-1706)
menggambarkan mereka sebagai 'menuliskan surat untuk pelayan wanita yang
miskin dan orang bodoh lain yang datang kepada mereka untuk minta nasehat
dan menulis untuk mereka, baik untuk kekasih, orang tua, dan teman-temannya,
setiap batu nisan yang besar yang sedikit ditinggikan berguna bagi mereka sebagai
sebuah meja'. Di Finlandia pada abad ke-18, petani yang buta-huruf perlu
berhubungan dengan pemerintah dengan tulisan untuk menghindari
dimasukkannya ke dalam tentara Swedia. Dalam pada itu, biarawan setempat
yang berfungsi sebagai jurutulis adalah juru penengah yang penting.
Untuk suatu ilustrasi yang dramatis keadaan melek-huruf yang ditengahi
itu dan akibatnya yang tidak dimaksudkan, ada sebuah kasus yang dibawa ke
muka Pengadilan Gubernur Roma tahun 1602, berkaitan dengan sepucuk surat
cinta yang ditulis oleh seseorang bernama Giovanantonio kepada tetangganya
Margarita yang berumur enam-belas tahun. Sayang sekali, Margarita ini tidak

38
Revolusi Percetakan dalam Konteks

Gambar 6. Catatan uji kemampuan melek-huruf di dalam keluarga di Swedia.

dapat membaca, karena itu ia harus memberikan surat itu kepada tetangga untuk
dibacakan baginya, sehingga dengan demikian bertambahlah kemungkinan untuk
diketahui orang tuanya, yang memang telah mengetahui peristiwa itu dan
membawa perkara itu ke pengadilan.
Akibat dari makin meluasnya melek-huruf dan makin merasuknya ke dalam
kehidupan sehari-hari, maka banyak sekali jenis pekerjaan baru tercipta dan
bertambahlah jumlah orang dalam pekerjaan yang ada hubungannya dengan
menulis, misalnya: jurutulis, petugas pembukuan, pembaca surat, notaris, penulis
publik dan petugas pos. Beberapa dari pekerjaan ini secara relatif mempunyai
tingkat sosial yang tinggi, di antaranya jabatan sekretaris pribadi yang bekerja

39
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

untuk orang-orang penting yang tak punya waktu untuk menulis surat-surat
mereka sendiri. Melek-huruf, sebuah kendala bagi proses 'amnesia struktural'
tradisional (lihat hlm. 15), mendorong suatu perasaan jarak antara masa lalu
dan masa sekarang. Suatu perasaan anakronisme kesejarahan, misalnya,
tampaknya telah menjadi semakin tajam dari abad ke-14,15 dan seterusnya.
Akibat melek-huruf dari segi politik mencakup tersebar-luasnya catatan-
catatan tertulis—yang jelas kelihatan pada abad ke-13, jika bukan
sebelumnya—dengannya ketergantungan yang lebih besar terhadap proses
informasi, sebuah istilah yang akan menonjol sekali dalam teori-teori komunikasi
di masa depan, misalnya, diidentifikasikannya akhir abad ke-20 sebagai suatu
'masyarakat informasi' (lihat hlm. 319). Informasi itu mungkin berhubungan
dengan angka-angka (yang kemudian dinamakan 'statistik') sebagaimana juga
dengan kenyataan. Karena telah diberi kesempatan untuk itu, maka gaya
pemerintah semakin mendekat kepada model administrasi dengan pekerjaan
kertas, atau birokrasi sebagaimana dinamakan oleh pakar sosiologi Jerman Max
Weber (1864-1920). Dalam diskusinya mengenai apa yang dinamakannya
'wewenang rasional-legal', Weber menekankan hubungan antara semakin
banyak digunakannya menulis untuk memformulasikan dan mencatat putusan-
putusan dan sejenis administrasi yang lebih bersifat impersonal, yang mempunyai
ciri diwajibkannya kaedah-kaedah formal terhadap penunjukan para pejabat,
bagi lingkungan tanggungjawab mereka masing-masing dan bagi tempat mereka
di dalam suatu hierarki. Semenjak itu, argumen-argumen Weber telah diperluas
dari politik ke kawasan agama, bisnis dan hukum.
Philip II, yang masalah-masalah komunikasinya telah didiskusikan, bukan
satu-satunya raja kertas di awal Eropa modem. Kaum bangsawan yang besar-
besar, yang melihat menurunnya partisipasi mereka dalam pembuatan keputusan,
sering mengeluh tentang apa yang mereka namakan 'pemerintahan juru-tulis'.
Semakin bertambahnya penggunaan tulisan dalam proses administrasi adalah
suatu persyaratan yang mutlak perlu untuk pengendalian dari jauh, untuk timbulnya
negara yang terpusat. Namun, pertambahan jumlah dokumen yang harus dibaca
dan ditandatangani demikian besarnya bahkan bagi raja-raja yang sadar seperti
Philip dari Spanyol atau, pada abad ke-17, Louis XIV dari Prancis. Para
sekretaris hams diberi kekuasaan untuk memalsukan tandatangan raja di atas
dokumen yang bahkan belum pernah dilihatnya, yang masalahnya adalah bahwa
perintah itu tidak akan dipatuhi jika tidak datang secara langsung dari raja sendiri.
Sebagaimana seringkah terjadi, praktek sosial tertinggal di belakang inovasi
teknis.

4 0
Revolusi Percetakan dalam Konteks

Penggunaan melek-huruf secara politik bagi rakyat biasa tidak boleh


dilupakan. Pemberontakan disertai pernyataan rasa tidak puas dalam bentuk
tertulis, ketika Perang Petani Jerman tahun 1525, misalnya, atau dalam cahiers
pada permulaan Revolusi Prancis, merupakan dua contoh saja dari
pemberontakan yang paling menonjol. Penandatanganan petisi oleh sejumlah
besar rakyat merupakan suatu praktek yang masuk ke dalam dunia politik Inggris
pada abad ke-17. Lima-belas ribu orang penduduk London menandatangani
Petisi Root dan Branch pada tahun 1640 pada permulaan Perang Saudara, dan
petisi-petisi yang kemudian memperlihatkan sampai sebanyak 30.000
tandatangan. Pada abad ke-19, petisi itu menyatakan telah mencapai jumlah
jutaan.
Media tulisan itu tidak sama dengan tulisan tangan, apalagi dengan pena
dan tinta. Dalam periode modem awal, tulisan-tulisan yang dicat dan dipahatkan
adalah suatu bentuk komunikasi yang jelas. Tulisan di atas batu nisan dan
monumen gereja dipilih dengan hati-hati sekali dan para pengunjung asing sengaja
membacanya, suatu praktek yang dipermudah oleh kenyataan bahwa sebelum
abad ke-18, sebagian besar dari tulisan ini adalah dalam bahasa Latin. Suatu
sejarah komunikasi tidak dapat mengabaikan media bahasa yang digunakan
untuk terjadinya komunikasi.

Bahasa Komunikasi

Timbulnya masyarakat percetakan sering dihubungkan dengan timbulnya bahasa


percakapan di Eropa, bertentangan sekali dengan masyarakat Abad Pertengahan
sebelum percetakan di mana komunikasi tertulis itu pada umumnya dalam bahasa
Latin, sedangkan komunikasi lisan dalam dialek setempat. Meningkatnya
penggunaan bahasa sehari-hari untuk tujuan kesusasteraan disertai dengan
standardisasinya dan kodifikasinya merupakan suatu proses yang ditolong oleh
percetakan. Terjemahan Martin Luther terhadap Injil ke dalam bahasa Jerman
sering dikemukakan sebagai contoh kecenderungan baru itu, yang penting pada
dirinya sendiri dan juga sebagai suatu model bagi terjemahan-terjemahan lain
seperti Injil Tyndale (lihat hlm. 103), Injil Ceko tahun 1579-1594 (Injil Kralice)
dan Injil Inggris tahun 1611 (Versi Yang Diakui).
Namun Dante dan Chaucer menuliskan sajak-sajak mereka dalam bahasa
Italia dan Inggris, meskipun peduli sekali akan status bahasa Latin, Pertrarcha
juga menggunakan bahasa Italia untuk sajaknya yang introspektif, serta pujiannya
terhadap dewi pujaannya, Laura. Di luar Italia, orang Prancis Joachim Du Bellay

4 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

(1522-1560) dan orang Jerman Martin Opitz (1597-1639) adalah di antara


para penulis yang melagukan puji-pujian terhadap bahasa sehari-hari sebagai
media bagi sajak.
Dalam bidang politik, sebuah tanggal yang sering disebut-sebut adalah
tanggal tahun 1539, ketika Raja Francis I dari Prancis memerintahkan dokumen-
dokumen resmi ditulis dalam bahasa Prancis, bukan dengan bahasa Latin
sebagaimana biasa. Dalam kalangan akademis, pakar fisika Jerman Theophrastus
von Hohenheim, yang dikenal sebagai Paracelsus (1493-1541), telah melanggar
tradisi dengan jalan memberi kuliah dalam bahasa sehari-hari di universitas Basel,
meskipun kebanyakan rekannya menolak inovasi ini dan bam pada abad ke-18
bahasa Jerman, Inggris, atau Italia dapat didengar secara rutin di ruang-ruang
kuliah universitas. Kira-kira pada waktu itu pula, bahasa Prancis menggantikan
bahasa Latin sebagai bahasa utama diplomasi internasional.
Namun, sebagaimana dikemukakan oleh dua contoh yang terakhir,
menurunnya bahasa Latin tidak bisa ditentukan tanggalnya dengan lebih cepat.
Terjemahan dari bahasa sehari-hari ke dalam bahasa Latin biasa terjadi, terutama
terjemahan dari bahasa Italia dan Prancis, yang dilakukan untuk publik Eropa
bagian utara. Sekurang-kurangnya 900 buah terjemahan seperti itu telah
dilakukan antara akhir abad ke-15 hingga akhir abad ke-18, yang mencapai
puncaknya dalam paruh pertama abad ke-17. Untuk mengambil hanya contoh-
contoh Inggris saja, maka esai Francis Bacon, filsafat John Locke, buku Sceptical
Chemist Robert Boyle dan karya-karya lain, Optics tulisan Newton, dan bahkan
tulisan Milton Paradise Lost dan tulisan Gray Elegy in a Country Churchyard
paling terkenal di Benua itu dalam versi bahasa Latinnya, karena bahasa Inggris
tidak dikenal dengan baik di negara-negara lain sampai paruh kedua dari abad
ke-18.

Komunikasi Visual

Bahasa isyarat (language of gesture), yang diperlakukan tinggi sekali di awal


Eropa modem, diajarkan di sekolah-sekolah sebagai bagian dari mata-pelajaran
retorika dan merupakan topik dari sejumlah buku, mulai dari The Art of Gesture
(1616) oleh pakar hukum Italia Giovanni Bonifacio sampai kepada Chirologia
(1614) dari tabib Inggris John Bulwer, yang berkenaan dengan 'retorika manual',
dengan kata lain 'bahasa tangan alami'.
Mengenai komunikasi visual dalam pengertian yang lebih luas, kaum
humanis Renaissance amat sedikit yang dapat belajar dari kritikus Prancis Roland

42
Revolusi Percetakan dalam Konteks

Barthes (1915-1980) mengenai apa yang disebutnya 'retorika bayangan',


sebagaimana Barthes sendiri, yang telah menganalisis iklan-iklan modem dengan
pertolongan Rhetoric Aristoteles, mungkin sekali yang pertama mengakuinya.
Terlepas dari gaya inovasinya yang luar biasa, apa yang biasanya dinamakan
'kaiya seni' Renaissance, meskipun sedikit tidak tepat waktunya, harus dilihat
sebagai bayangan atau bahkan juga apa yang dinamakan pakar sociolinguist
'peristiwa komunikatif'. Misalnya The Punishment of Corah, suatu lukisan
dinding oleh pelukis Fiorentine Sandro Botticelli (1445-1510) di Sistine Chapel
di Roma, menggambarkan bumi yang sedang terbelah untuk menelan orang yang
telah berani memberontak menentang otoritas Musa. Dengan pesanan Paus
Sixtus IV pada suatu saat, yaitu pada akhir abad ke-15, ketika terjadi
pembicaraan untuk mengundang Konsili Gereja untuk membatasi kekuasaan
Paus, maka lukisan dinding itu membuat suatu pernyataan keras yang mengatakan
bahwa Paus adalah Musa baru dan bahwa pemberontakan tidak ada gunanya.
Lukisan-lukisan keagamaan Renaissance yang terkenal itu, seperti Last
Judgement Michelangelo, atau St Mark rescuing a slave Tintoretto (Gambar
1), tidak bersifat inovatif dalam hubungan ini, meskipun gambar tiga dimensinya
yang bam mungkin telah menjadikannya lebih efektif sebagai komunikasi agama.
Penggunaan gambar untuk membangkitkan emosi orang yang melihatnya sudah
cukup terkenal ketika itu.
Gambar-gambar sekuler, yang semakin diidentifikasikan dengan masing-
masing pelukis mulai dari tahun sekitar 1500 dan seterusnya, telah
mengkomunikasikan berbagai macam pesan kepada hadirin yang lebih kecil.
Ketika sejumlah besar lukisan keagamaan dipamerkan di gereja-gereja di mana
setiap orang dapat melihatnya, maka lukisan-lukisan Renaissance yang paling
sekuler dibeli oleh orang-orang secara pribadi untuk dipajang di rumah mereka
masing-masing. Spring kaiya Botticelli, misalnya, mungkin sangat terkenal
sekarang ini, berkat pameran dan reproduksi, namun pada masa Renaissance
sendiri lukisan itu tidak dapat dilihat oleh kebanyakan orang karena dipajang di
villa-villa pribadi.
Baik karya keagamaan maupun karya sekuler pada umumnya dibuat atas
pesanan, untuk nasabah khusus dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan mereka,
yang kadang benar-benar tepat, sebagaimana diperlihatkan oleh kontrak-kontrak
yang masih ada. Kaiya sastra juga seringkali diciptakan bagi langganan khusus
dan dipersembahkan kepada mereka. Baru ketika berlangsungnya periode
modem pertama (pada abad ke-16 di Belanda, dan pada abad ke-18 di Prancis

4 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dan Inggris) para seniman dan penulis (lihat hlm. 69) mulai bekerja untuk pasar,
menciptakannya dahulu setelah itu baru dijual, dan bukan sebaliknya.

Gambar Cetakan

Umbulnya pasar diasosiasikan dengan timbulnya gambar yang direproduksi secara


mekanis, dan terutama sekali tentang 'cetakan', yaitu suatu istilah umum untuk
gambar-gambar yang dicetak, terlepas dari apakah media yang digunakan adalah
potongan kayu atau lempengan tembaga atau baja, dan terlepas dari apakah
gambar itu ditorehkan di atas pelat (suatu ukiran) atau dimakan keasaman
(sebagaimana keadaannya dengan goresan).
Ukiran kayu yang pertama sekali dikenal berasal dari abad ke-14, dan
mungkin sekali terinspirasi oleh dicapnya pola-pola pada kain. Dalam
kenyataannya, koleksi potongan kayu dari gambar-gambar yang bersifat
keagamaan telah dihasilkan satu generasi sebelum Injil Gutenberg. Penggoresan
itu berkembang di abad ke-16 dan ke-17 (Goresan Rembrandt sangat terkenal).
Keuntungan metode ini, di mana sebuah lempengan metal ditutup dengan lilin
yang di atasnya telah dibuat gambar sebelum lempengan itu ditenggelamkan ke
dalam cairan asam, adalah karena gradasi sifatnya itu dapat dicapai dengan
jalan menenggelamkan lempengan itu lebih dari sekali, menambahkan garis-garis
baru dan membuat garis sebelumnya menjadi lebih dalam dan lebih gelap. Pada
abad ke-18, penemuan cara mezzotint, dengan lobang-lobang kecil dengan
kedalaman yang berbeda-beda yang menggantikan garis-garis di atas lempengan
itu dengan tingkat-tingkat yang lebih halus lagi, memungkinkan untuk membuat
reproduksi yang lebih realistis dari lukisan minyak hitam-putih. Pada tahun 1796,
lukisan lithografi diciptakan oleh Aloys Senefelder (1771-1834). Dengan cara
menggambar di atas batu dengan pinsil berlemak, maka media yang baru itu
menjadikan gambar-gambar berwarna yang murah dihasilkan untuk pertama
kali.
Bangkitnya percetakan adalah perubahan yang paling menonjol dalam
komunikasi visual di seluruh masa ini, karena ia membuat gambar-gambar tersedia
jauh lebih banyak dibanding sebelumnya. Pembuatan cetakan itu dengan cepat
sekali berkaitan dengan para seniman terkemuka Renaissance, seperti Botticelli,
yang menghasilkan serentetan ilustrasi ukiran kayu bagi karya Dante Divine
Comedy.
Percetakan ini relatif murah untuk dibuat dan dibawa, sehingga dengan
demikian memungkinkan karya para perancangnya mencapai orang yang relatif

4 4
Revolusi Percetakan dalam Konteks

lebih banyak jumlahnya dan dalam bentuk yang jauh lebih cepat. Mungkin sekali,
misalnya, gambar-gambar yang paling hidup dan paling diingat orang tentang
Dunia Baru bukanlah gambaran yang disampaikan Christopher Columbus atau
para penjelajah yang kemudian, akan tetapi ukiran kayu orang Indian yang sedang
memakai tutup kepala dengan bulu-bulu burung dan memakai serta memakan
daging manusia. Kesalehan rakyat telah didorong dengan ukiran kayu para
orang suci yang dibagi-bagikan ketika hari perayaan, dan gambar-gambar Luther
seperti itu pula yang telah membantu menyebar-luaskan gagasan tokoh-tokoh
reformasi Gereja pada tahun-tahun 1520-an. Lukisan-lukisan Leonardo, Raphael
dan Michelangelo direproduksi dalam bentuk ukiran kayu dan lukisan kayu dan
dengan demikian diperkenalkan kepada khalayak yang lebih besar lagi, seperti
lukisan-lukisan Rubens pada abad ke-17. Cetakan juga memperkenalkan
gambar-gambar Eropa Barat kepada budaya lain. Semuanya itu dipakai sebagai
model oleh para pelukis lukisan agama di dunia Ortodoks Rusia dari pertengahan
abad ke-17 dan seterusnya, dan mereka juga mempengaruhi gaya-gaya
representasi sampai ke tempat-tempat yang jauh seperti Persia, India, Cina,
Mexico dan Peru.
Kesadaran politik rakyat, yang akan dibicarakan lebih rinci dalam bab
berikut, didorong oleh tersebar-luasnya cetakan yang bersifat satiris, terutama
sekali di Inggris pada abad ke-17 dan 18 dan di Prancis yang sedang berevolusi
(lihat hlm. 110 dan 121). Beberapa dari gambaran itu dikenal telah terjual
dalam bentuk yang amat baik. Misalnya sebuah cetakan yang merayakan
dicabutnya Undang-undang Perangko, yang sangat ditentang oleh koloni-koloni
Amerika, tahun 1765, terjual 2000 copy dengan harga satu shilling masing-
masingnya dalam waktu empat hari saja, dan dikatakan orang bahwa 16.000
copy lagi telah terjual secara illegal (Gambar 7). Ketika waktu konvensi
representasi itu berubah, cetakannya yang bersifat alegoris, seperti penguburan
sebagai main-mainan, digantikan oleh karikatur politik yang lebih langsung dari,
misalnya, Sir Robert Walpole, Charles James Fox, atau Prince of Wales, target
utama dari seniman James Gillray (1756-1815) dalam tahun 1780-an, sebelum
ia ganti mengecam Revolusi Prancis.
Di dunia ilmu pengetahuan, diskusi sistematis tentang kepentingan
gambar cetakan sebagai suatu media komunikasi ditempatkan sejajar dengan
investigasi yang rinci atas teks-teks cetakan. Para pakar bibliografi abad ke-19
dan ke-20 menyibukkan diri mereka dengan penerbitan, tanggal dan sejarah
pencetakan buku, sedangkan sejarawan seni memandang cetakan itu dalam
bentuk yang seperti itu pula. Kedua kelompok ilmuwan ini dianggap memberi

4 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 7. Perayakan dicabutnya Undang-undang Perangko, yang ditentang oleh


koloni-koloni Amerika, prosesi pemakaman perangko Miss America tahun 1765.

perhatian kepada reproduksi dan kepada jumlah copy dalam peredaran,


meskipun mereka tidak selalu melakukan hal itu. Menunit kritikus Marxis Jerman,
Walter Benjamin (1892-1940), karya seni itu mengubah bentuknya setelah
Revolusi Industri. 'Apa yang telah melemah dalam masa reproduksi mekanis
adalah pancaran aura yang mengelilingi kaiya seni.' Mesin 'telah menggantikan
kemajemukan salinan dengan suatu eksistensi yang unik' dan ketika melakukan
hal itu menghasilkan perpindahan dari 'nilai kultus' gambaran itu kepada 'nilai
eksibisinya'. Apakah lingkaran aura gambar itu telah hilang atau tidak merupakan
suatu hipotesa yang sukar untuk diuji, dan bahkan mungkin diajukan pula
argumentasi bahwa keterbiasaan dengan sebuah reproduksi mempertajam
keinginan untuk melihat yang asli dan bukan langsung memuaskannya.
Benjamin memikirkan media abad ke-19 seperti lithografi dan fotografi
(lihat hlm. 201), akan tetapi William M. Ivins Jr (1881-1961), seorang kurator
percetakan pada the Metropolitan Museum of Art di New York, telah membuat

4 6
Revolusi Percetakan dalam Konteks

sebuah kasus akan pentingnya cetakan abad ke-16 sebagai 'pernyataan


gambaran yang dapat diulang kembali secara tepat'. Irving mengajukan
argumentasi bahwa cetakan itu adalah 'alat yang paling penting dan paling kuat
dalam kehidupan dan pemikiran modem'. Ia berkata bahwa orang Yunani kuno
misalnya telah meninggalkan praktek memberi ilustrasi pada buku-buku botani
karena tidak mungkin menghasilkan gambar yang identik dari tumbuh-tumbuhan
yang sama dalam berbagai salinan manuskrip karya yang sama. Mulai dari
akhir abad ke-15, sebaliknya, aroma tumbuh-tumbuhan secara teratur dibuatkan
ilustrasinya dengan ukiran kayu.
Peta, yang mulai dicetak tahun 1472, yang merupakan contoh lain tentang
cara melakukan komunikasi informasi dengan gambar, telah dipermudah oleh
kemungkinan bahwa ia dapat diulang-ulang yang diasosiasikan dengan pers.
Dalam pengertian lebih harfiah dari apa yang dimaksudkan David Olson (lihat
hlm. 15), ia memberikan kepada para pembaca 'dunia di atas kertas' dan
menjadikannya lebih mudah dari sebelumnya bagi kelompok-kelompok yang
dipersenjatai dengan dokumen-dokumen ini untuk menguasai bagian-bagian
dunia, terlepas dari apakah kekuasaan mereka itu bersifat militer, politik, ekonomi
atau ideologis. Jenderal dan pemerintah, saudagar dan misi agama didorong
untuk membuat peta-peta dunia di sebalik Eropa. Mereka sering berharap bisa
menyimpan informasi ini untuk diri sendiri saja, namun ia secara berangsur-angsur
bocor ke percetakan dan kemudian ke dalam kawasan publik.
Pemindahan peta dua dimensi kepada globe tiga dimensi, yang contoh
paling tuanya yang masih ada adalah karya Martin Mehaim tahun 1492,
mempermudah untuk memikirkan dunia secara keseluruhan. Ketika peta itu
dikumpulkan dalam atlas, dimulai dengan Theatre of the World oleh Abraham
Ortelius (pertama kali diterbitkan di Antwerpen tahun 1570), mereka
memungkinkan orang yang melihatnya untuk memandang dunia baik sebagai
keseluruhan maupun sebagai rincian. Meskipun idealisme kosmopolitanisme
dapat ditelusuri ke belakang sampai kepada para filsuf Stoa di masa Imperium
Romawi, tersebar-luasnya globe dan peta cetakan ini telah mendorong kesadaran
global.
Perkembangan lain di masa ini adalah rangkaian naratif atau kisah gambar,
yang menjadi nenek-moyang komik abad ke-20. Naratif visual itu di mana
orang yang melihatnya 'membaca' episode-episode, biasanya dari kiri ke kanan
dan dari atas ke bawah, telah dikenal di Abad Pertengahan, namun kepentingannya
bertambah dengan timbulnya ukiran kayu di masa Renaissance. Ukiran kayu itu
terutama sekali strip yang panjang-panjang diproduksi untuk mencatat peristiwa-

4 7
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

peristiwa seperti arak-arakan di sepanjang jalan. Strip-strip ini, yang merupakan


gulungan cetakan Abad Pertengahan, memberikan kesan kepada orang yang
melihatnya seakan-akan sedang menonton arak-arakan itu lewat. Akan tetapi,
'gambar bergerak' yang sesungguhnya pada permulaan masa modem pertama
adalah arak-arakan itu sendiri.

Komunikasi Multimedia

Tampaknya bentuk komunikasi yang paling efektif di waktu ini adalah—sama


dengan keadaan sekarang—yang sekaligus menarik mata dan telinga serta
menggabungkan pesan verbal dengan yang non-verbal, yang musikal dengan
yang visual, mulai dari genderang dan terompet parade militer sampai ke biola
yang menyertai pertunjukkan di dalam gedung. Di awal Eropa modem, bentuk-
bentuk ini meliputi ritual, pertunjukan, sandiwara, ballet dan opera.
Ritual adalah pesan, tetapi ritual dan pesan itu kurang lebih mempakan
suatu cara mengkomunikasikan informasi. Ritual disebut kurang, karena tidak
mungkin semua dapat diungkap mengingat banyaknya informasi yang disandikan
dan tergantung pada asosiasi oleh mayoritas penonton, karena penonton tidak
selalu berhasil dalam memahami kiasannya kepada sejarah kuno atau mitologi
klasik, misalnya, atau karena penonton tidak berada dalam posisi untuk melihat
apa yang sedang terjadi. Sebaliknya, ritual disebut lebih karena dapat menjadi
sarana untuk mengirim informasi dalam pengertian bahwa ritual menciptakan
solidaritas, baik antara pendeta dan jemaatnya; penguasa dan rakyatnya; atau
anggota perkumpulan atau korporasi yang sedang berjalan bersama dalam sebuah
arak-arakan. Hams pula ditambahkan bahwa biasanya dipercayai orang di
saat ini bahwa ritual adalah suatu cara untuk merealisasikan pembahan di dunia.
Peristiwa konsekrasi roti diubah menjadi tubuh dan darah Jesus, sedangkan
upacara penobatan membuat seseorang menjadi raja. Sentuhan raja di Prancis
dan Inggris dianggap orang dapat menyembuhkan orang sakit, setidaknya orang
yang menderita penyakit kulit yang dikenal sebagai scrofula, dan orang yang
menderita penyakit itu datang ke istana raja dalam jumlah ribuan pada hari-hari
tertentu dalam tahun itu.
'Ritual' tidak selalu mempakan istilah yang terbaik untuk menjelaskan
banyak dari peristiwa multimedia. Mungkin lebih baik mengikuti penggunaan
abad ke-17 dan menjelaskan beberapa daripadanya sekurang-kurangnya sebagai
tontonan saja. Bentuk utama dari tontonan publik di masa ini adalah arak-
arakan (pada umumnya bersifat keagamaan tetapi kadang-kadang sekuler, seperti

4 8
Revolusi Percetakan dalam Konteks

dalam kejadian masuknya raja ke dalam kota). Pertempuran pura-pura, seperti


main tombak berkuda dan pertandingan, mungkin dapat digambarkan sebagai
sebentuk tontonan di alam terbuka, yang selalu menjadi penting juga dalam
periode ini, namun tidak ada 'kepura-puraan' tentang pelaksanaan pembunuhan,
sebentuk tontonan yang juga umum waktu itu. Semuanya itu digelar di depan
umum untuk memberikan kesan kepada para penonton dan mengkomunikasikan
pesan bahwa adalah tidak ada gunanya coba-coba melawan penguasa dan bahwa
orang yang berbuat jahat akan mendapat akhir yang buruk. Suatu tontonan
jenis lain mungkin dapat digambarkan sebagai 'teater' kehidupan sehari-hari
seorang penguasa, yang sering makan di depan umum dan bahkan mungkin
menjadikan bangunnya di waktu pagi dan pergi tidur di waktu malam menjadi
ritual, sebagaimana dalam kasus terkenal Louis XIV dari Prancis (memerintah
1643-1715). Lagi pula, Ratu Elizabeth I, yang menyatakan bahwa para pangeran
'ditempatkan di atas pentas', juga ahli dalam mengeksploitasi situasi ini untuk
tujuan-tujuan politik, yang mengubah dirinya menjadi seorang dewi atau mitos,
sama efektifnya dengan Eva Peron dalam sistem media yang sangat berbeda di
pertengahan abad ke-20.
Contoh-contoh ini mengemukakan bahwa para pengamat media harus
bisa menempatkan dalam perspektif kesejarahan pendapat Roger-Gerard
Schwartzenberg bahwa timbulnya 'negara tontonan' dan 'sistem bintang' dalam
dunia politik adalah akibat dari timbulnya televisi, atau penegasan Guy Debord
(di bawah pada hlm. 306) bahwa masyarakat abad ke-20 adalah sebuah
'masyarakat pertunjukkan' (society of the spectacle), di mana 'wacana
pemerintah yang berkuasa terus-menerus atas dirinya sendiri adalah sebuah
monolog memuji-diri yang tiada putus'. Televisi mungkin sekali bertanggung-
jawab atas hidupnya kembali teater politik, dan sudah pasti memberinya bentuk-
bentuk baru (dengan jalan memberi kesempatan kepada sekian banyak orang
untuk mengamati para pemimpin politik secara dekat), akan tetapi dramatisasi
publik dan personalisasi politik, sama halnya dengan monolog resmi yang memuji
diri-sendiri itu, mundur jauh sekali ke belakang.
Sebagai sebuah studi kasus dari pertunjukkan sebagai komunikasi, maka
perayaan Florentine tentang St Johanes Pembabtis pada akhir abad ke-15 adalah
menarik karena merupakan suatu perayaan tentang kekayaan dan kekuasaan
kota Florence, terutama sekali tentang pemerintahnya. Florence adalah sebuah
kota besar untuk ukuran masa itu (dengan jumlah penduduk kira-kira 40.000
orang) dan juga sebuah negara-kota yang menguasai sebagian besar dari Tuscany.
St Johanes Pembabtis adalah patron dan pelindung kota itu dan perayaannya,

4 9
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

pada tanggal 24 Juni, merupakan suatu peristiwa hebat yang luar biasa. Salah
satu dari peristiwa perayaan tersebut adalah arak-arakan mulai dari katedral
sampai ke sungai Arno pulang-pergi, suatu arak-arakan di mana biarawan, para
imam, tokoh-tokoh awam, anak-anak penyanyi koor dan persaudaraan
keagamaan ikut seita. Mereka berjalan beriringan melalui jalan-jalan yang dihiasi
kain-kain dan dipenuhi penonton, disertai musik, sambil membawa barang
peninggalan suci (reliqui) dan diikuti oleh kendaraan yang dihiasi yang
menggambarkan peristiwa-peristiwa keagamaan, seperti lahirnya St Johanes dan
ketika ia membaptis Yesus.
Bagian yang sekuler dari perayaan Florence itu meliputi suatu eksibisi
barang-barang mewah yang dihasilkan para pengrajin di kota itu, terutama sekali
pakaian, perhiasan dan karya pandai-emas, yang dipertunjukkan di luar toko-
toko mereka, dan juga suatu perlombaan (palio), yang serupa dengan
perlombaan yang digelar di Siena dua kali setahun, dengan pakaian warna-warni
untuk kuda dan para penunggangnya. Aspek kewargaan dari perayaan itu
ditandai dengan sebuah upacara makan bersama untuk Signoria (setingkat
walikota dan anggota dewan kotapraja), oleh organisasi -organisasi yang ambil
bagian dalam peristiwa hari ini oleh distrik-distrik kota, dan karena kedatangan
wakil dari kota-kota Tuscan yang menjadi daerah kekuasaan Florence—di
antaranya Pisa, Arezzo, Pistoia, Volterra dan Cortona—untuk memberikan
penghormatan kepada orang suci itu, dan dengan demikian juga kepada kota itu
di mana ia menjadi pelindungnya. Dari sinilah ritual itu dapat digambarkan sebagai
suatu pernyataan identitas kolektif orang Florentine itu.
Gaya bahasa ritual orang Eropa berubah pada abad ke-16 dan ke-17.
Dua dari pembahan ini patut diberikan tekanan khusus, ditatanya ritual itu kembali
di sepanjang garis orang Romawi kuno dan timbulnya teater, yang mencapai
puncaknya dalam salah satu 'slogan' paling terkenal yang diasosiasikan dengan
komunikasi, 'Seluruh dunia ini adalah sebuah pentas' (all the world's a stage).
Kaum humanis Renaissance, menghidupkan kembali masa kuno yang klasik
itu, ritual yang berkelas, sebagaimana keadaannya dalam kasus pertempuran
laut bohong-bohongan yang dilakukan dalam gaya orang Romawi kuno di
halaman Palasso Pitti di Florence, yang telah dipenuhi dengan air untuk keperluan
itu. Di sejumlah kota lain, yang bertebaran di berbagai negeri, sebuah versi yang
diulang-ulang dari tontonan klasik itu dilakukan dengan masuknya seorang
pangeran secara ritual. Dengan mengikuti contoh orang Romawi kuno, pangeran
itu mengendarai sebuah kereta perang, melalui gapura lengkungan kemenangan
dan dihadiri oleh tokoh-tokoh yang menggambarkan Ketenaran, Kemenangan

50
Revolusi Percetakan dalam Konteks

atau Keadilan. Contoh-contoh yang terkenal adalah masuknya raja Charles V


ke Bologna untuk pengangkatannya tahun 1530; masuknya Raja Henri II ke
Rouen tahun 1550; dan masuknya Raja Charles IX ke Paris tahun 1571. Praktek
itu diambil secara meluas dan tidak hanya terbatas pada para penguasa saja. Di
London pada abad ke-17, Lord Walikota yang baru itu melintas melalui gerbang
kemenangan sejenis ini dalam ritual pengangkatannya. Sampai sejauh mana
dapat dipahami semua tontonan ini? Untuk membantu para penonton memahami
apa yang sedang terjadi selama pertunjukkan, dapat diperkenalkan seorang
penerjemah, seperti St George dalam Pertunjukan Lord Walikota di London
tahun 1609. Jika tidak demikian, pemberitahuan tertulis dapat dialamatkan pada
tokoh-tokoh tertentu, suatu prosedur yang diolok-olok oleh penulis sandiwara
Ben Johnson (1572-1637), yang lebih menyukai orang terpelajar daripada hadirin
orang biasa, dengan contoh-contoh sindirannya, 'Ini seekor anjing, ataukah
seekor kelinci'. Pemandangan itu juga sering dijelaskan dalam buku-buku
tercetak dan bergambar yang mungkin dapat diterima pada hari itu, atau tidak
lama setelah itu, agar para penonton, atau beberapa orang di antara mereka,
bisa persis mengetahui apa yang diharapkan dan bagaimana memahami apa
yang sedang mereka lihat, atau menemukan makna dari apa yang baru saja
mereka lihat.
Siapa yang mengatakan apa kepada siapa melalui segala ritual ini? Dalam
kunjungan kenegaraan ke kota-kota itu, maka jawaban yang jelas adalah bahwa
kota itu sedang memperlihatkan kesetiaannya kepada pangeran. Jawaban ini
bukanlah salah tetapi tidak lengkap. Komunikasi itu adalah sebuah proses dua
arah, suatu bentuk dialog, dan para pangeran memperlihatkan itikad baik mereka
kepada rakyat sebagaimana juga menerima tepuk-tangan. Terlebih lagi, ritual
kadang-kadang dilakukan untuk keuntungan pangeran asing, kepada siapa
pernyataan kesetiaan itu adalah tidak tepat. Bologna adalah bagian dari Negara
Gereja ketika ia menyambut Charles V tahun 1529, dan Venesia merupakan
sebuah republik merdeka ketika Raja Henri III dari Prancis memasukkannya
secara formal ke dalam wilayah kekuasaannya pada tahun 1574. Akhirnya,
mungkin saja dapat ditemukan kesempatan-kesempatan ketika kota-kota itu
menggunakan ritual untuk mengirim suatu pesan jenis lain kepada pangeran itu,
lebih banyak merupakan sebuah petisi daripada suatu sanjungan. Ketika Charles
V memasuki Bruges tahun 1515, maka orang-orang yang melakukan pawai
bersejarah itu menarik perhatiannya atas kemunduran ekonomi kota itu, yang
sedang digantikan oleh pelabuhan Antwerpen sebagai suatu pusat perdagangan.
Salah satu tontonan yang diperlihatkan kepada Charles adalah sebuah roda

51
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

peruntungan, di mana Bruges berada di tempat paling bawah. Pesannya jelas


sekali—sebuah seruan kepada pangeran itu untuk mengembalikan hak-milik
yang telah hilang kepada kota itu.
Perayaan utama adalah saat tradisional untuk mempertontonkan sandiwara
keagamaan pada perayaan Corpus Christi misalnya, atau sandiwara sekuler
ketika perayaan itu. Pertunjukan ini bisa digelar baik di jalanan, di istana kerajaan,
maupun di rumah pribadi. Suatu perkembangan baru yang penting sejak akhir
abad ke-16 dan seterusnya, adalah munculnya teater umum di London, Madrid,
Paris dan di tempat-tempat lain. Sandiwara mulai dipertunjukkan oleh para pemain
profesional di rumah penginapan atau di gedung sandiwara yang sengaja dibangun,
seperti Hotel de Bourgogne di Paris (1548) atau Teater (1576) atau the Globe
(1598) di London, yang terbuka bagi semua orang dengan membayar suatu
harga yang relatif murah. Untuk masuk orang membayar satu penny di tempat
Shakespeare di London, suatu harga yang mampu dibayar oleh orang yang baru
magang bekerja hingga pedagang dan kaum ningrat. Opera komersial dimulai
tidak lama kemudian, di Venesia, di mana teater publik pertama dibuka pada
tahun 1637.
Timbulnya teater komersial itu pada waktu yang hampir bersamaan di
berbagai negara menunjukkan bahwa—selain meniru model asing yang baru—
faktor yang sangat penting dalam perkembangan itu adalah meledaknya jumlah
penduduk kota melampaui ambang batas 100.000 orang. Dengan potensi
khalayak sebanyak ini, maka para pemain profesional dapat menetap di satu
tempat saja, tidak perlu lagi berkeliling ke pelosok negeri untuk mencari penonton
dan mempertunjukkan sandiwara yang sama kepada orang yang berbeda-beda
malam demi malam, dan lebih sering lagi, mempertunjukkan dua atau tiga
sandiwara yang sama dalam waktu beberapa minggu saja.

Interaksi antar Media

Peristiwa multimedia bukanlah satu-satunya contoh dari masa ini tentang interaksi
antara berbagai sarana komunikasi—saling berhadapan antara media. Yang
lain adalah apa yang dinamakan iconotext, sebuah citra yang penafsirannya
tergantung dari teks yang dimasukkan ke dalamnya—nama orang suci, misalnya,
gulungan pidato yang datang dari mulut gambar atau judul di atas atau di bawah
gambar itu. Misalnya, cetakan William Hogarth, seperti Gin Lane, The Harlot's
Progress atau The Industrious Apprentice, untuk uraiannya tergantung dari
materi tekstual yang disangkutkan di pojok gambar. Hogarth juga ditugaskan

52
Revolusi Percetakan dalam Konteks

untuk menghasilkan lukisan-lukisan yang menggambarkan peristiwa dunia musik


yang sangat berhasil di zamannya, yaitu Beggar 's Opera kaiya John Gay.
Suatu interaksi jenis lain dapat digambarkan oleh fungsi manuskrip di awal
Eropa modern. Tema yang sering berulang kali dalam sejarah budaya adalah
ketika suatu angkatan atau media baru (dalam kasus ini, percetakan)
menampakkan dirinya, maka angkatan atau media yang terdahulu tidak lalu
menghilang sama sekali. Yang lama dan yang baru—misalnya film dan televisi—
dapat hidup berdampingan dan bersaing sampai pada akhirnya terjadi sejenis
pembagian tugas atau fungsi. Bahwa manuskrip tetap digunakan untuk
komunikasi pribadi, seperti surat keluarga atau surat komersial, adalah jelas,
meskipun perlu untuk dikemukakan bahwa surat manuskrip itu dipengaruhi oleh
percetakan di masa ini melalui banyak sekali buku tentang seni menulis surat
yang diterbitkan dalam jumlah besar di Italia dan di tempat-tempat lain mulai
sejak abad ke-16 dan seterusnya. Buku-buku yang dicetak ini memberikan
model untuk surat ucapan selamat atau pernyataan ikut berduka-cita, surat cinta,
permohonan maaf, atau surat untuk menagih uang.
Apa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam di sini adalah tetap
hidupnya manuskrip itu sampai ke masa periode modem pertama sebagai suatu
saluran utama untuk mengedarkan pesan-pesan kepada publik. Untuk lebih
tepatnya, manuskrip masih tetap digunakan untuk menyampaikan pesan dalam
bentuk yang setengah publik. Di Rusia, sampai ke tahun 1700, kepustakaan
sekuler masih tetap beredar dalam bentuk manuskrip dan juga lisan karena
percetakan yang jumlahnya sedikit itu terdapat di biara-biara dan digunakan
untuk mencetak buku-buku agama. Bahkan di Eropa Barat, yang dipenuhi
percetakan, sebagaimana telah kita lihat, manuskrip masih terus melaksanakan
beberapa fungsi yang berguna.
Pada abad ke-16 dan ke-17, orang-orang yang punya status tinggi (lebih-
lebih lagi kaum wanita) sering merasa tidak bahagia dengan gagasan menerbitkan
buku untuk kemudian dijual kepada umum dan karena itu seolah menjadikan
para penulisnya tampak sebagai pedagang. Akibat prasangka seperti ini, para
penyair yang bergaul dengan sesama penulis lain lebih suka mengedarkan kaiya
mereka dalam bentuk salinan-salinan manuskrip kepada teman-teman dan
kenalan mereka. Dalam bentuk seperti inilah sajak-sajak Sir Philip Sidney
(1554-1586), misalnya, urutan soneta Astrophel and Stella, beredar di Inggris
di masa Elizabeth. Lagi pula, lirik cinta John Donne, yang ditulis pada tahun
1590-an, baru diterbitkan pada tahun 1633, dua tahun setelah penulisnya
meninggal. Donne mungkin sekali tidak mau menerbitkan sajak-sajaknya tentang

5 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

cinta, karena ia telah masuk Gereja dan menjadi seorang pengkhotbah terkenal,
suatu hal yang patut diterimanya.
Bentuk sirkulasi manuskrip ini berbeda dari sirkulasi cetakan dilihat dari
beberapa segi. Sirkulasi manuskrip mempakan sarana untuk ikatan sosial antara
orang yang terlibat, seringkah kelompok teman-teman. Kaligrafi manuskrip itu
terkadang menjadi karya seni tersendiri. Teksnya tidak begitu pasti dan lebih
gampang dibentuk daripada yang dicetak karena penulisnya sering merasa bebas
menambahkan atau mengurangi sajak-sajak yang mereka salin, atau mengganti
nama untuk menyesuaikan apa yang tertulis dengan situasi mereka sendiri.
Manuskrip itu adalah apa yang sekarang kita namakan media 'interaktif'.
Alasan kedua dan yang jauh lebih penting bagi peredaran manuskrip adalah
untuk menghindari sensor agama, sensor moral dan sensor politik. Dengan kata
lain, untuk mengambil sebuah istilah yang beredar luas beberapa tahun lalu,
manuskrip itu adalah samizdat periode modem pertama, ekuivalen dengan naskah
ketikan 'terbitkan untuk-diri-sendiri' yang mengeritik rezim komunis, yang
beredar secara tidak resmi di USSR, Polandia dan di tempat-tempat lain sebelum
tahun 1989. Misalnya, Letter to the Grand Duchess oleh Galileo Galilei (1564-
1642), suatu telaah tentang masalah yang pelik mengenai hubungan antara agama
dan sains, telah beredar luas dalam bentuk manuskrip sebelum pada akhirnya
diterbitkan tahun 1636. Di Prancis, di penghujung akhir pemerintahan Louis
XIV (yang memerintah 1661-1715), berbagai macam manuskrip yang menyindir
raja itu, anggota keluarga dan para menterinya telah beredar. Buku-buku yang
menyerang Kekristenan juga beredar dalam bentuk bawah-tanah ini. Dalam
beberapa kasus, buku-buku yang dicetak kemudian diperbanyak dengan salinan
untuk diedarkan secara bawah-tanah di daerah di mana buku itu dilarang. Di
Paris pada permulaan abad ke-18, misalnya, perdagangan salinan-salinan
manuskrip dari buku-buku yang tidak lazim telah menjadi amat rutin, dengan
pakar penyalin profesional yang bekerja untuk para pedagang yang menjual
barang-barang mereka di dekat cafe-cafe. Lebih dari seratus teks yang tidak
lazim telah beredar dalam bentuk seperti ini pada paruh pertama abad ke-18.
Di antara kedua jenis manuskrip yang telah dibicarakan di atas terdapat
laporan berkala manuskrip, yaitu surat-surat yang dikirim dalam salinan rangkap
kepada sejumlah pelanggan terbatas, terutama sekali dari tahun 1550 sampai
1640, dengan kata lain satu atau dua generasi sebelum timbulnya surat-kabar
harian. Keluwesan bentuk manuskrip itu memungkinkan variasi-variasi dalam
berita yang dikirim kepada masing-masing pelanggan, sesuai kepentingan dan
kebutuhan mereka. Layanan berita yang diprivatkan ini hanya terbuka bagi

54
Revolusi Percetakan dalam Konteks

orang-orang kaya, namun ia memungkinkan peredaran informasi yang oleh


pemerintah mungkin lebih disukai untuk tetap menjadi rahasia. Karena itu masih
terdapat sebuah pasar untuk manuskrip surat berita setelah tahun 1650, terlepas
dari timbulnya lembaran berita yang dicetak (lihat hlm. 69). Di Prancis misalnya,
comte de Lionne merupakan pusat dari suatu jaringan berita manuskrip sekitar
tahun 1671. Para pegawainya mengikuti tentara Prancis di luar negeri dan
mengirim pulang laporan-laporan yang kemudian diedarkan secara luas.
Suatu contoh lain dari interaksi antara manuskrip dan cetakan membawa
kita kembali kepada surat. Para editor majalah yang dicetak dari berbagai
jenis, mulai dari Transactions of the Royal Society sampai kepada Spectator,
seringkah meminta dan menerima surat dari pembaca. Beberapa dari surat ini
dicetak, sedangkan yang lain mempengaruhi topik-topik yang dipilih untuk diskusi
dan pendapat-pendapatnya dinyatakan dalam majalah itu.
Untuk contoh terakhir dari media-media yang saling berhadapan, kita
bisa berpaling kepada hubungan antara kelisanan dan cetakan. Teks-teks yang
dicetak sering menghasilkan kembali apa yang dinamakan Ong 'oral residue',
mengubah frase atau susunan gramatika secara lebih tepat menjadi ucapan
ketimbang tulisan, bagi telinga lebih manjur ketimbang mata. Buku-buku dalam
bentuk dialog, yang populer di sepanjang periode awal modem, mulai dari tulisan
Castiglione, Courtier (1528) sampai pada karya Diderot, Rameau 's Nephew
(yang ditulis tahun 1760-an, meskipun baru terbit tahun 1830), dikobarkan
oleh percakapan-percakapan lisan di pengadilan, perguruan tinggi atau salon-
salon. Para pengkhotbah sering terinspirasi oleh teks, mulai dari kitab Injil sampai
kepada garis-garis besar khotbah yang telah tersedia dalam bentuk cetakan
pada abad ke-15, sehingga para pendeta tidak perlu lagi begadang pada hari
Sabtu malam memikirkan apa yang akan dikatakan kepada jemaat mereka besok
pagi. Para pengkhotbah juga mengirim teks-teks mereka sendiri ke percetakan,
atau jika tidak melakukan hal itu, maka orang lain akan bertindak untuk mereka,
sambil menuliskan kata-kata mereka dalam bentuk steno dan kemudian
menuliskannya dengan kata-kata biasa.
Penggunaan buku-buku tercetak di masa ini juga menunjukkan interaksi
antara percakapan dan percetakan. Misalnya, salah satu buku kebaktian yang
paling terkenal di abad ke-16 itu, Spiritual Exercises (1548) atau Latihan
Rohani, ditulis oleh pendiri ordo Jesuit, Ignatius Loyola, sebuah bimbingan untuk
meditasi dan pemeriksaan batin. Karena diterbitkan dalam bahasa Latin, maka
buku Exercises tidak dimaksudkan untuk dibaca oleh orang Katolik awam.
Teks itu adalah sebuah pedoman pelajaran untuk seorang biarawan atau

55
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

pembimbing rohani, yang akan menyampaikan pesan-pesan itu kepada orang


awam dengan kata-kata lisan. Dalam bentuk seperti itu pula, buku pedoman
latihan yang mulai muncul dalam bentuk cetakan pada abad ke-17 dan ke-18
dimaksudkan untuk para perwira atau sersan, dan bukan untuk kalangan bawah.
Di Inggris pada permulaan abad ke-17 balada-balada tercetak kadang-
kadang digunakan sebagai bantuan pertunjukan lisan, mirip dengan karaoke
sekarang ini. Teks-teks itu ditempelkan di dinding kedai minuman sehingga
orang yang tidak mengetahui atau tidak dapat mengingat kata-kata dari sebuah
balada dapat turut menyanyikan lagu itu bersama dengan orang lain. Akan tetapi,
masih terdapat banyak budaya lisan yang hidup seperti itu, sehingga banyak
orang melakukan lebih banyak lagi kreativitas, dengan menyusun balada mereka
sendiri tentang tetangga atau musuh mereka. Balada buatan rumah-tangga ini
mungkin mempakan adaptasi sajak-sajak dari sebuah teks yang dicetak—dengan
bentuk yang serupa dengan para penulis manuskrip yang telah didiskusikan di
atas—dan seringkah dinyanyikan dengan irama balada sehingga menjadikannya
terdengar akrab di telinga.
Seni percakapan dipengaruhi, jika tidak diubah, oleh tersebar-luasnya
buku-buku cetakan tentang masalah itu, yang dimulai di Italia pada abad ke-16
dengan tulisan Baldassare Castiglione, Courtier (1528), buku Giovanni Guazzo,
Civil Conversation (1574), dan berlanjut melalui serentetan buku dan renungan
dalam bahasa Prancis, Spanyol dan Jerman tentang masalah itu dari Swift, Fielding
dan Lord Chesterfield. Buku-buku ini memberi panduan kepada pria dan wanita
yang berbeda umur dan kelompok sosial, dengan menasehati mereka kapan
waktunya bicara dan kapan berdiam diri, kepada siapa, tentang apa, dan dengan
gaya bagaimana. Jumlah edisi melalui daerah mana mereka lewat, berikut garis
bawah dan catatan pada beberapa copy yang masih ada, menunjukkan bahwa
nasehat itu telah diperlakukan dengan sangat serius. Dengan kata lain, percetakan
telah memberikan sumbangannya pada apa yang harus dinamakan penulis buku-
buku itu kehalusan pembicaraan, dan juga terhadap keseragamannya yang
bertambah, suatu proses yang juga didorong oleh diterbitkan buku tata-bahasa
dari berbagai bahasa Eropa. Memang, bahasa adalah salah satu kawasan yang
paling baik menggambarkan pendapat Eisenstein tentang hubungan antara
percetakan dan standardisasi.
Interaksi antara kelisanan dan percetakan dapat dipelajari lebih rinci lagi
dengan memeriksa beberapa versi Italia dari apa yang umumnya dinamakan
ilmuwan Inggris chap-books (lihat hlm. 24-25). Penyelidikan tentang beberapa
dari buku kecil ini, yang diterbitkan di Italia pada akhir abad ke-15 dan awal

56
Revolusi Percetakan dalam Konteks

abad ke-16, memperlihatkan kepentingan yang terus-menerus dari kisah roman


kepahlawanan—sebagaimana halnya di Prancis seabad kemudian. Sebuah buku
keuangan yang mencatat pengeluaran sebuah toko percetakan di dekat Florence
antara tahun 1476 dan 1486 memperlihatkan bahwa hampir 500 copies dari
sebuah kisah roman kepahlawanan telah terjual seluruhnya kepada seseorang
yang dikatakan bernama Bernardino 'yang menyanyi di atas sebuah bangku'.
Karena itu tampaknya masuk akal mengemukakan bahwa apa yang dilakukan
Bernardino itu masih tetap dilakukan orang di bagian-bagian Brazil yang terpencil
dan di tempat-tempat lain di Dunia Ketiga—membacakan sajak dan kemudian
menjual copy nya yang dicetak. Pertunjukkan itu adalah salah satu bentuk
penjualan. Ia menarik banyak orang yang merupakan calon pembaca, dan
memberi mereka kesempatan untuk menguji kualitas produk itu. Membeli teks
berarti memberi kesempatan kepada para pendengar untuk mengulangi kembali
pertunjukan itu kepada keluarga dan teman-teman mereka. Jika mereka buta-
huruf, mereka dapat bertanya kepada orang lain untuk membacakan atau
mendeklamasikan sajak itu bagi mereka.
Banyak teks lain yang diterbitkan di Florence atau Venesia di masa ini
dibuka atau ditutup dengan ucapan salam yang memperlihatkan bahwa seorang
penyanyi sedang melakukan pertunjukan di depan umum; pembukaannya
seringkali berseru kepada Tuhan untuk membantu dan kepada orang yang lewat
untuk memberikan perhatian. 'Berikanlah perhatian kepada saya, karena saya
dapat membacakan sebuah puisi yang baru dengan berirama.'Atau: 'Jika Anda
memberi perhatian, maka saya akan menjadikan Anda nyaman.' Atau lagi: 'Hai
orang bangsawan dan orang-orang yang baik, saya dapat mengatakan kepada
Anda banyak kisah yang saya hafal di luar kepala.' Ucapan salam penutup
menyatakan pengharapan agar para pendengar dapat menikmati kisah itu,
sekaligus membawa topi terbuka berkeliling untuk meminta uang. 'Kisah ini
diceritakan untuk menghormati Anda.' 'Pikirkanlah tentang kebutuhan saya,
para pendengar yang budiman.' 'Nyonya-nyonya yang cantik dan elok serta
ramah, saya berterima kasih atas perhatian yang telah Anda berikan kepada
kefasihan saya yang miskin.' Pembukaan dan penutup seperti itu mengingat
kembali akan bagian-bagian, biasanya dalam puisi, pada permulaan atau akhir
drama pentas (dan kemudian juga opera), di mana dramawan (atau komposer)
itu secara langsung mengalamatkan kata-katanya kepada para hadirin.
Dalam teks-teks ini tidaklah sukar untuk menentukan ucapan salam dan
tema-tema dari jenis yang telah didiskusikan Milman Parry dan Albert Lord
(lihat hlm. 9). Mereka memasukkan beberapa tema itu sendiri yang digunakan

57
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

oleh penyair-penyair Yugoslavia abad ke-20, seperti mengadakan sebuah sidang


atau mengirim sepucuk surat (yang mengingatkan kita akan pentingnya tulisan
dalam sebuah budaya semi-lisan). Contoh-contoh dari salam ini mencakup
'dengan kata-kata yang manis'; 'melemparkannya ke tanah'; 'seperti seekor
kucing'; 'tampak menjadi seekor naga' dan demikian seterusnya. Teks-teks itu
juga menawarkan contoh-contoh yang sering dari redundansi yang khas
pertunjukan lisan: "Menangis dan meratap dengan kesedihan' [Lagrimando e
piangendo con do/ore] misalnya, atau 'Hari itu adalah hari yang panas sekali
dan ia terbakar panas' [Era quel di gran caldo e grande ardore]. Redundansi
jenis ini tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu kelemahan di pihak penyair. Ia
merupakan sebuah alat yang mempermudah para hadirin untuk mengikuti kisah
itu.
Pendek kata, media lisan dan media cetak hidup berdampingan bersama
dan berinteraksi di Italia abad ke-15 dan ke-16, seperti yang terjadi di tapal-
batas Anglo-Scottish pada abad ke-18. Dalam studinya yang terkenal tentang
sajak lisan, Lord berpendapat bahwa melek-huruf dan percetakan sudah pasti
menghancurkan tradisi lisan. Ia bahkan sampai berkata tentang 'kematian' tradisi
lisan itu. Contoh-contoh dari Italia ini, sebaliknya, mengemukakan bahwa budaya
lisan dan budaya percetakan dapat hidup bersama untuk jangka waktu yang
panjang. Tentu berkat hidup bersama inilah, maka balada tradisional di Skodandia,
Inggris dan Skandinavia, yang dituliskan dan dicetak mulai sejak abad ke-16
dan seterusnya, dapat terus bertahan hidup.

Sensor

Sebagaimana telah dikemukakan di depan tentang komunikasi bawah-tanah oleh


manuskrip, maka penyensoran media adalah kesibukan utama dari para
penguasa di negara-negara dan gereja-gereja Eropa, baik yang Protestan maupun
yang Katolik, di awal masa modern, terlepas dari apakah isi manuskrip itu
berkenaan dengan bidaah, hasutan atau tidak adanya moralitas.
Dalam sebuah masyarakat di mana hanya sejumlah kecil saja orang yang
dapat membaca, maka penindasan itu tidak dibatasi hanya pada buku saja.
Sandiwara, misalnya, seringkah juga menjadi sasaran penyensoran. Di London,
sebuah sandiwara harus mendapat izin dari the Master of the Revels sebelum
dapat dipertunjukkan. Teks-teks diteliti dengan hati-hati sekali untuk dirujuk
kepada orang-orang penting, di dalam dan di luar negeri, sebagaimana juga
untuk komentar-komentar tentang masalah-masalah agama dan politik yang

58
Revolusi Percetakan dalam Konteks

sedang hangat. Masalah sensor itu begitu rumit, sebab meskipun naskah
sandiwara itu telah diserahkan terlebih dahulu, namun sukar untuk mencegah
para aktornya berimprovisasi dengan mengarang sendiri ucapan-ucapan subversif
saat pertunjukan berlangsung. Karena alasan inilah beberapa sandiwara yang
sedang dipertunjukkan di London, seperti karya Thomas Middleton yang terkenal,
Game at Chess (1625), yang menyindir pengadilan Spanyol, langsung dihentikan
secara tiba-tiba atas perintah Uskup atau Dewan Kehormatan.
Uskup agung Bologna yang reformis telah berbicara tentang akan adanya
sebuah daftar petunjuk dari gambar-gambar yang dilarang. Namun hal itu tidak
pernah terjadi, mungkin karena terlalu sukar untuk mengorganisir suatu upaya
seperti itu, namun ada gambar-gambar tertentu yang cukup sering mendapat
kritik, dihancurkan atau dihilangkan bagian-bagiannya dengan cara melukisnya
kembali. Dalam kasus lukisan Michelangelo, Last Judgement, misalnya, tubuh-
tubuh yang telanjang itu diperintahkan untuk ditutupi dengan daun ara. Pelukis
Paolo Veronese (1528-1588) dipanggil ke depan Dewan Penyelidikan Venesia
karena lukisannya tentang, Last Supper (Perjamuan Malam Terakhir) mencakup
apa yang dinamakan anggota Dewan Penyelidikan itu 'badut, orang mabuk,
orang Jerman, orang kate dan hal-hal lain yang tidak sopan'. Beberapa orang
Protestan menghancurkan gambar-gambar, karena menganggapnya seperti
berhala, sedangkan orang Katolik mengubur gambar-gambar yang mereka
pandang tidak pantas itu—seperti St. Sebastian yang telanjang misalnya, atau
gambar St. Martinus sebagai seorang serdadu, atau gambar St. Eloy sebagai
seorang pandai emas.
Sistem sensor yang paling terkenal dan paling luas di masa itu adalah
sensor Gereja Katolik, dengan 'Indeks Buku Terlarang'-nya. Indeks itu adalah
sebuah katalog tercetak—barangkali lebih baik jika dinamakan sebuah 'anti-
katalog'—dari buku-buku yang dicetak di mana orang beriman dilarang
membacanya. Juga terdapat banyak indeks setempat, mulai dengan yang
diterbitkan pada tahun 1544 oleh Sorbonne (Fakultas Teologi Universitas Paris),
namun indeks yang terpenting adalah yang dikeluarkan oleh kuasa kepausan
dan mengikat seluruh Gereja, mulai dari pertengahan abad ke-16 sampai
pertengahan abad ke-20.
Indeks itu dapat dikatakan sebagai sebuah upaya mencegah paham
Protestan dan percetakan. Ia adalah suatu upaya memerangi percetakan dengan
percetakan. Model indeks, yang dikeluarkan pada tahun 1564, dimulai dengan
seperangkat kaidah umum yang melarang tiga jenis buku: yang bersifat bidaah,
yang melawan moral dan yang bersifat sihir/magis. Kemudian datanglah sebuah

59
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

daftar penulis dan judul, penulis dibagi ke dalam kelas pertama (semua tulisan
mereka dilarang) dan kelas dua (dalam kasus larangan itu hanya meliputi karya-
kaiyanya yang khusus saja). Kebanyakan buku terlarang dalam daftar Gereja
itu diarahkan pada teologi Protestan dalam bahasa Latin, namun beberapa karya
sastra yang kemudian menjadi klasik dapat juga ditemui di dalamnya, di antaranya
sindiran yang ditulis oleh Erasmus yang humanis dan Gargantua and Pantagruel
kaiya Rabelais (bukan karena kecabulan yang meresahkan pembaca abad ke-
18 dan ke-19, tetapi karena kritik penulis itu terhadap Gereja). Buku Prince
tulisan Machiavelli juga terdapat di sana, juga buku Dante On Monarchy (berkat
disanjungnya kaisar lebih daripada Paus), serta soneta Petrarch (Francesco
Petrarca) yang menentang paus dan karya Boccaccio, Decameron.
Muncul perbedaan pendapat di kalangan para penyensor mengenai sampai
seberapa jauh harus pergi. Sebuah garis keras telah diambil oleh Jesuit Italia,
Antonio Possevino (1534-1611), yang menyerang buku-buku roman kepahla-
wanan sebagai 'tipu-muslihat Setan' (barangkali karena tekanannya atas cinta,
mungkin juga karena magisnya). Sebaliknya, seorang Jesuit Italia lain, Roberto
Bellarmino (1542-1621), mempertahankan trio penulis Tuscania yang besar,
yaitu Dante, Petrarch dan Boccaccio, dengan alasan bahwa mereka semua itu
adalah orang Katolik yang baik.
Dua contoh penyensoran mungkin dapat memperlihatkan secara lebih jelas
tentang apa yang dicari oleh para penyelidik itu. Ketika Montaigne mengunjungi
Italia, ia menyerahkan buku Essay-nya yang baru diterbitkan itu kepada badan
sensor kepausan, yang kemudian menyarankan beberapa perubahan: rujukan
kepada nasib baik harus diganti dengan kepada penyelenggaraan Ilahi, sedangkan
rujukan pada penyair-penyair bidaah harus dihilangkan sama sekali. Seorang
pendeta Calvinis menghilangkan buku Essays itu sebelum penerbitannya di
Jenewa diizinkan, dengan menghapus sebuah mjukan yang menguntungkan
kepada kaisar Romawi Julianus 'si Murtad (the Apostate)', yang telah pindah
agama dari agama Kristiani menjadi paganisme.
Contoh kedua adalah tentang buku Boccaccio, Decameron, yang telah
lama menjadi sasaran kritik pihak agamawan. Pengutukannya dibicarakan di
Konsili Trente, yang digelar pada pertengahan abad ke-16 untuk membicarakan
reformasi Gereja. Duke of Florence mengutus seorang duta ke Konsili itu untuk
mengharap agar pelarangan buku itu ditangguhkan, karena martabatnya sendiri
tergantung dari modal budaya yang diwakili oleh penulis-penulis setempat: Dante,
Petrarch dan Boccaccio. Berkat lobi-lobi diplomatiknya, pengutukan buku itu
diringankan menjadi dihilangkan bagian-bagiannya. Lembaga Inquisisi selalu

60
Revolusi Percetakan dalam Konteks

sangat sensitif terhadap reputasinya sendiri, dan dalam edisi yang telah dihilangkan
bagian-bagiannya itu, sebuah kisah (yang berkenaan dengan kemunafikan seorang
inquisitor) seluruhnya dihilangkan. Di tempat lain di dalam teks itu, nama orang-
orang suci dan biarawan telah dihilangkan, sehingga menjadikan beberapa kisah
itu akhirnya tidak dapat dipahami. Sebagaimana dalam kasus Rabelais, apa yang
menggelisahkan para inquisitor itu bukanlah ketidak-sopanan yang seringkah
terdapat dalam kisah-kisah Boccaccio, akan tetapi sikapnya yang anti-klerikal.
Kampanye pelarangan buku itu memiliki sisinya yang tidak masuk akal
namun ia mungkin telah memiliki suatu keberhasilan yang masuk akal menurut
pandangannya sendiri. Dari segi pandang ortodoks, kehadiran buku-buku itu
berbahaya. Contoh Menocchio, penggiling Italia yang didorong oleh buku-
buku untuk berpikir tentang keadaan dirinya sendiri (lihat hlm. 77), memberi
kesan bahwa mereka itu memiliki alasan. Adalah sukar untuk mengukur
keefektifan pelarangan, namun catatan Inquisisi sendiri menunjukkan selalu
pentingnya perdagangan buku-buku selundupan itu, seperti buku-buku Erasmus
dan Machiavelli yang masih terus diselundupkan ke Venesia pada tahun 1570-
an dan 1580-an.
Penyensoran di kalangan Protestan tidak seefektif penyensoran di kalangan
Katolik, bukan karena orang-orang Protestan lebih toleran akan tetapi karena
mereka memang terpecah-pecah, terbagi-bagi ke dalam berbagai jenis gereja
dengan berbagai struktur administratifnya seperti Lutheran dan Calvinis. Di
Jenewa yang Calvinis, manuskrip diserahkan oleh pencetaknya, sebelum
diterbitkan, untuk dibaca oleh para ahli dalam bidang teologi, hukum, kedokteran
dan seterusnya sebelum diberikan izin tertulis untuk dicetak. Untuk menjamin
agar perintah itu dipatuhi, perusahaan percetakan diperiksa secara teratur,
sedangkan buku-buku yang dilarang disita dan mungkin pula dibakar oleh
pelaksana hukum. Sensor sekuler di Prancis, Inggris, dan Republik Belanda,
Imperium Hapsburg dan di tempat-tempat lain diatur dalam bentuk serupa itu
pula.
Di Inggris, percetakan hanya terbatas di London, Oxford dan Cambridge
saja dan dikendalikan melalui Perusahaan Alat Tulis, yang mencatat penerbitan-
penerbitan baru. Manuskrip buku-buku itu juga diperiksa sebelum diterbitkan.
Menurut Akta Pemberian Izin Inggris tahun 1662, buku-buku hukum harus
diperiksa oleh Lord Chancellor, buku-buku sejarah oleh seorang sekretaris
negara, dan kebanyakan buku dari jenis lain oleh Uskup Agung Canterburry
dan Uskup London atau wakilnya. Sistem itu diakhiri pada tahun 1695 ketika
Akta Pemberian Izin itu dibiarkan hilang begitu saja.

61
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Komunikasi Bawah-Tanah

Keefektifan sistem sensor itu tidak perlu dibesar-besarkan. Salah satu akibatnya
yang tidak dikehendaki adalah membangkitkan perhatian publik justru pada judul-
judul terlarang yang seandainya tidak dilarang, para pembaca tidak tahu akan
adanya buku itu. Reaksi lain terhadap sensor resmi tersebut adalah menata atau
menata ulang komunikasi bawah-tanah. Banyak sekali jenis pesan yang
dikomunikasikan secara bawah-tanah, mulai dari rahasia pemerintah sampai
rahasia perdagangan dan teknis, mulai dari gagasan keagamaan yang tidak lagi
ortodoks sampai kepada pornografi.
'Pornografi'—sebuah istilah yang muncul di abad ke-19—tidak mudah
ditentukan. Jika digunakan untuk menunjuk pada teks-teks yang tidak hanya
dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu, tetapi juga untuk menjualnya karena
alasan porno itu sendiri, maka istilah itu dapat digunakan terhadap sejumlah
karya modem pertama. 120 Days of Sodom yang ditulis oleh Marquis de Sade
(1740-1814) adalah contoh paling menonjol, namun sama sekali bukan yang
pertama. Seabad sebelumnya, buku Venus in the Cloister (1683) yang tidak
diketahui penulisnya juga sama terkenalnya. Pada permulaan abad ke-16,
gambar-gambar berbagai posisi seksual telah dilukis oleh Giulio Romano (1499-
1546) dan dipahatkan Marcantonio Raimondi (meninggal tahun 1534), dengan
sajak-sajak Pietro Aretino yang mendampinginya, telah beredar di Roma sebelum
diketahui dan dilarang.
Adalah tidak mudah untuk menarik garis antara komunikasi publik dan
komunikasi pribadi. Menyampaikan rahasia dengan kata-kata mulut, betapapun
aman kelihatannya, dapat didengar oleh orang yang menguping, setidaknya dalam
sebuah kasus harfiah istilah itu. Pada tahun 1478, beberapa orang Venesia
membuat sebuah lubang di atap Istana Doge untuk mengetahui berita-berita
terakhir dari Istambul, yaitu berita-berita yang jelas memiliki nilai komersial.
Tidak mengherankan bahwa rahasia suatu kelompok tertentu kadang-kadang
dipertahankan dengan pengunaan bahasa pribadi, sebagaimana bahasa khusus
para pengemis dan pencuri profesional.
Tulisan tentang ilmu-ilmu gaib dan kimia, juga pekerjaan bidaah dan
subversif seringkah beredar dalam bentuk salinan manuskrip. Dalam kasus lain,
apa yang digambarkan sebagai sebuah surat atau laporan rahasia, seperti sebuah
laporan oleh seorang dutabesar kepada Senat Venesia setelah ia kembali dari
suatu misi di luar negeri, salinan tidak resmi dari laporan ini dijual secara terbuka

62
Revolusi Percetakan dalam Konteks

di Roma di abad ke-17. Lagi, di Paris pada abad ke-18, laporan polisi terkadang
beredar di kalangan anggota masyarakat.
Untuk menghindari kebocoran seperti ini, berbagai kode dan tulisan rahasia
sering digunakan para pedagang, pemerintah, bahkan juga para ilmuwan (atau
sebagaimana mereka dinamakan pada abad ke-17, 'filsuf alam'), yang ingin
menjamin agar pesaing mereka tidak mencuri gagasan mereka. Sebuah contoh
terkenal dari astronomi adalah peristiwa orang Belanda Christiaan Huygens (1629-
1995), yang menemukan pada tahun 1655 bahwa planet Saturnus dilingkari
oleh sebuah cincin. Untuk menyatakan bahwa ia penemunya dan dalam pada
itu juga untuk menghindari plagiarisme, maka ia pertama-tama mengumumkan
penemuannya lewat sebuah anagram dalam bahasa Latin: AAAAAA CCCCC
D EEEEE G HIIIIIIILLLL MM NNNNNNNNN OOOO PP Q RR S TTTTT
UUUUU, yang berarti'Annulo cingitur, tenui, piano, nusquam cohaerente,ad
eclipticam inclinato' (Ia dikelilingi oleh sebuah cincin yang tipis, datar, sama
sekali tidak padu dan cenderung terlindungi).
Pemerintah banyak sekali menggunakan kode rahasia, dan berkat bantuan
pakar matematika, pembuat kode dan pemecah kode yang terkemuka, semakin
lama semakin canggih dalam periode modern awal. Orang kebanyakan juga
menggunakan kode rahasia, dan pemilik buku harian Samuel Pepys bukan
sendirian dalam menggunakan bahasa asing untuk menyembunyikan aktivitas
yang dicatatnya dari kemungkinan dibaca orang lain, termasuk istrinya sendiri.
Yang ketiga, ada pula penerbitan bawah-tanah. Serangan kepada
percetakan yang dicurigai memperdagangkan buku-buku terlarang sangat biasa
terjadi, membuat percetakan itu dilakukan di rumah pribadi dan berpindah-pindah
di sekitar daerah itu untuk tidak kepergok. Inggris di masa Elizabeth misalnya,
pamflet yang menyerang keuskupan pada mulanya dicetak di sebuah rumah di
pedesaan di Surrey, dan kemudian di Northampton dan Warwick. Lettres
Provinciales (1657), sebuah serangan terhadap orang-orang Jesuit oleh Blaise
Pascal (1623-62) yang banyak ilmunya itu, dicetak secara rahasia. Lagi-lagi,
sebuah kritik terhadap perbudakan, sensor dan otokrasi, Journey from
Petersburg to Moscow (1790), diterbitkan oleh penulisnya, Aleksandr
Radishchev (1749-1802), pada suatu percetakan pribadi di kawasan
perkebunannya di desa. Saat ketahuan, ia langsung dipenjarakan dan kemudian
dibuang ke Siberia.
Para penulis publikasi seperti itu biasanya membungkus diri mereka dalam
selimut anonim, menyingkapkan diri mereka hanya dengan nama samaran.
Serangan terhadap uskup masa Elizabeth diberi tanda 'Martin Marprelate':

63
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

serangan Pascal terhadap kaum Jesuit diberi tanda 'Luois de Montalte'. Demikian
pula para pencetak menyembunyikan identitas mereka, sedangkan tempat
penerbitannya, jika disebutkan, pada umumnya adalah palsu, seringkah
dikhayalkan saja dan kadang sangat imajinatif. Pada saat dua orang kardinal
Italia para permulaan abad ke-17 melakukan protes atas buku, 'menipu orang
Katolik jauh lebih gampang', maka propaganda Protestan tiba dengan nama
kota-kota Katolik di halaman sampulnya, dan beberapa percetakan bahkan
meniru tipografi percetakan Katolik di Paris, Lyons atau Antwerpen. Sebuah
tempat penerbitan imajiner yang digemari adalah 'Freetown' atau persamaannya
dalam bahasa-bahasa lain (Vihefranche, Vrijstadt, Eleutheropolis). Yang lainnya,
karena suatu alasan, adalah Cologne, di mana selama 150 tahun buku-buku
dikatakan berasal dari percetakan yang tidak pernah ada, Pierre de Marteau,
dinamakan demikian karena ia memukul dengan palu korban-korbannya.
Percetakan pamflet Marprelate menyatakan diri bekerja 'di seberang lautan, di
Eropa, kira-kira 400 meter dari rumah seorang imam yang kuat sekali'. Beberapa
karya pornografi Prancis pada abad ke-18 menyatakan diterbitkan 'di percetakan
orang yang dikebiri' di Istambul atau bahkan juga di Vatican sendiri.
Sebuah kemungkinan lain dalam awal periode modern—sama seperti
demikian banyaknya penulis Eropa Timur di masa Perang Dingin—adalah dengan
benar-benar mencetak di luar negeri dan bukan hanya menyatakan saja hal itu.
Sebuah contoh terkenal dari abad ke-17 adalah buku History of the Council
of Trent, yang ditulis oleh seorang imam Venesia, Paolo Sarpi (1552-1623).
Buku itu pertama kali diterbitkan di London, dalam bahasa Italia, tahun 1619.
Manuskrip itu dibawa secara rahasia dari Venesia ke London lewat kedutaan
besar Inggris, dalam bagian-bagian yang digambarkan dalam surat-menyurat itu
dengan nama rahasia 'lagu-lagu'.
Buku yang dicetak sering pula diselundupkan melintasi tapal-batas. Pada
permulaan tahun 1550-an, terdapat jalan rahasia yang teratur dari Swiss ke
Venesia yang dilalui buku-buku bidaah itu. Lagi pula, pada permulaan abad ke-
17, buku-buku terlarang itu yang biasanya tidak dijilid, diselundupkan ke Spanyol,
dalam buku injil yang besar yang disembunyikan di dalam gulungan kain dan
katekismus kecil yang disembunyikan dalam bentuk kotak-kotak kartu
permainan. Buku yang kritis terhadap Raja Louis XIV dan istananya diterbitkan
dalam bahasa Prancis di Amsterdam dan kemudian diselundupkan ke Prancis.
Akhirnya, tentu saja mungkin menerbitkan dengan cara biasa, selain
mengkomunikasikan pesan pada dua tingkat, yang jelas dan yang tersembunyi.
Di Polandia di bawah pemerintahan Komunis misalnya, para pengeritik

64
Revolusi Percetakan dalam Konteks

pemerintah menggunakan apa yang mereka namakan 'metode Aesop', yaitu


nama seorang penulis Yunani kuno yang menulis dongeng tentang binatang, yang
dengan mudah sekali dapat diaplikasikan ke dalam dunia manusia. Dalam masa
modern awal itu, para penulis juga mengikuti Aesop itu. Salah satu contoh
paling terkenal adalah Fables tulisan Jean de Lafontaine (1621-1695). Buku
itu sekarang diperlakukan sebagai cerita untuk anak-anak, namun kenyataan
bahwa Lafontaine menolak berbakti kepada Louis XIV, karena tetap setia kepada
seorang pelindung yang telah mendapat malu secara politik, mengemukakan
bahwa tokoh singa bersifat tiran itu misalnya, harus dibaca secara politik.
Jika tidak demikian, alternatif lainnya sebuah pesan tentang suatu topik
yang menonjol dapat disamarkan sebagai sebuah sejarah dari peristiwa serupa
di masa lalu. Misalnya, diturunkannya Raja Richard II oleh Henry dari
Bolingbroke (yang nantinya akan menjadi Raja Henry IV) memiliki resonansi
politik yang cukup besar ke arah akhir pemerintahan Ratu Elizabeth, dengan
Pangeran Essex memainkan peran sebagai Heniy. Jadi tidaklah mengherankan
apabila pada tahun 1599, ketika Sir John Hayward menerbitkan sebuah sejarah
tentang Life and Reign of King Henry IV, ratu bertanya kepada Francis Bacon
apakah terdapat pengkhianatan dalam buku itu. Lagi pula, ketika Pangeran
Essex (1566-1601) memberontak menentang ratu, maka para pengikutnya
memberikan uang kepada para aktor untuk memainkan tulisan Shakespeare
Richard II; Elizabeth dikatakan telah berucap ketika itu, 'Saya adalah Richard
II, apakah Anda tidak tahu akan hal itu?' Teknik-teknik alegoris serupa juga
digunakan di Inggris pada akhir abad ke-17 ketika terjadi apa yang dinamakan
'Exclusion Crisis' (yang didiskusikan di hlm. 114).
Metode alegoris ini masih tetap digunakan pada berbagai kesempatan,
misalnya oleh Arthur Miller, yang bukunya The Crucible (1953) mengemukakan
kritik 'perburuan tukang sihir' terhadap orang-orang Komunis oleh Senator Joe
McCarthy (1909-1957), dalam bentuk sebuah sandiwara tentang pengadilan
tukang sihir di New England pada abad ke-17.

Timbulnya Pasar

Percetakan mungkin berbahaya, tetapi juga menguntungkan. Beberapa pencetak


(meskipun tidak semua) adalah pemain bayaran, yang bekerja baik untuk orang
Katolik dan Protestan ketika terjadinya perang agama (lihat hlm. 95). Salah
satu akibat penting dari ditemukannya percetakan adalah terlibatnya para
pengusaha secara intens dalam proses penyebarluasan ilmu-pengetahuan. Buku-

65
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

buku laris bermula pada hari-hari pertama percetakan itu. Buku Imitation of
Christ, sebuah karya kesalehan yang dikatakan berasal dari orang Belanda
pada abad ke-14, Thomas a Kempis, telah terbit tidak kurang dari 99 kali
cetak ulang pada tahun 1500. Alkitab juga terjual dengan baik di masa ini,
terutama sekali Perjanjian Baru dan Mazmur, meskipun Gereja Katolik melarang
injil dengan bahasa sehari-hari pada akhir abad ke-16 dengan alasan bahwa
dapat mendorong munculnya bidaah. Jumlah buku yang dicetak biasanya kecil
dengan ukuran kecil juga, rata-rata 500 sampai 1000 eksemplar, namun tiga
sampai empat juta eksemplar almanak telah dicetak di Inggris pada abad ke-
17.
Untuk menjual buku lebih banyak, maka pencetak yang rentang produknya
mungkin melibatkan jauh lebih banyak daripada apa yang sekarang dikenal dengan
nama 'kepustakaan', menerbitkan katalog dan sibuk pula membuat bentuk-
bentuk iklan yang lain. Di Italia, katalog buku yang pertama kali dikenal dengan
harga-harganya berasal dari tahun 1541. Pada abad ke-16 (seperti sekarang
ini), Pameran Buku Frankfurt dan persamaannya di Leipzig membuat judul-
judul khusus terkenal secara internasional. Halaman muka dan belakang buku
mengiklankan buku-buku lain yang dijual oleh pencetak atau toko-buku yang
sama (pembagian tugas modern antara percetakan, penerbit dan penjual buku
belum menjadi norma pada masa itu).
Iklan cetak juga dikembangkan di abad ke-17. Di London kira-kira
tahun 1650, sebuah surat-kabar memuat rata-rata sekitar enam iklan; seratus
tahun kemudian, ia memuat 50 buah. Di antara barang dan jasa yang diiklankan
di Inggris masa itu adalah permainan, pertemuan perlombaan, penjualan obat,
dan 'Tepung Tinta Holman', yang barangkali merupakan nama merek pertama,
bagi sebuah produk yang dipatenkan tahun 1688.
Berita merupakan sebuah komoditas dan dipandang demikian ketika itu,
sekurang-kurangnya oleh penulis satire seperti Ben Jonson dalam sandiwaranya,
The Staple of News (1626), yang dibayangkan sebagai sebuah percobaan untuk
memonopoli perdagangan. Sebagaimana diperlihatkan oleh pakar sosiologi Colin
Campbell, novel-novel abad ke-18, seperti serial televisi sekarang, memungkin-
kan para pembaca untuk seakan-akan mengalami sendiri nikmatnya barang-
barang konsumen yang mahal-mahal dan juga mendorong mereka untuk membeli,
sehingga dengan begitu bertindak sebagai bidan dari apa yang telah dinamakan
'lahirnya masyarakat konsumen' (lihat, hlm. 71-72).
Bangkitnya gagasan tentang hak-milik intelektual adalah sebuah tanggapan
terhadap timbulnya masyarakat konsumen maupun terhadap tersebar-luasnya

66
Revolusi Percetakan dalam Konteks

percetakan. Pemahaman hak-milik kesusasteraan berasal dari abad ke-15,


jika bukan sebelumnya. Dengan demikian, kaum humanis saling menuduh
pencurian atau plagiat, sedangkan mereka sendiri menyatakan diri mencontoh
secara kreatif. Sebuah contoh plagiarisme yang terkenal dari Spanyol merupakan
hal yang khas di masa itu. Bagian kedua dari Don Quixote, yang terbit tahun
1614, bukan ditulis oleh Cervantes, akan tetapi oleh seorang 'Avellaneda'. Ini
merupakan sebentuk plagiarisme yang agak tidak biasa, karena ia melibatkan
pencurian sebuah tokoh dan bukannya sebuah teks, atau mencuri nama orang
lain untuk karyanya sendiri agar memperoleh uang dari reputasi mereka. Semua
itu sama saja, karena penulisnya yang asli tidak akan menyukainya. Untuk
menghilangkan kaiya pesaing itu, Cervantes hams menghasilkan bagian keduanya
sendiri.
Dengan cara begini, kekuatan pasar mendorong gagasan kepengarangan
orang-seorang, sebuah gagasan yang diperkuat lagi oleh praktek-praktek baru
seperti mencetak potret penulisnya sebagai cover depan karya itu, atau
memperkenalkan sebuah edisi kumpulan kaiya seseorang dengan sebuah biografi
penulisnya. Pada tahun 1711, penerbitan pertama The Spectator dapat
mencongkel rasa bergurau yang halus pada pembaca yang tidak dapat menikmati
sebuah buku 'sampai ia mengetahui apakah penulisnya itu seorang hitam atau
putih, dengan sikap yang sederhana atau gampang tersinggung, kawin atau
seorang bujangan'. Menulis juga merupakan sebuah jalan menuju ketenaran
dibanding pada Abad Pertengahan (lihat hlm. 13).
Ketika abad ke-18, aturan legal juga memperkuat gagasan sastra atau
hak-milik intelektual dan praktek pemberian monopoli jangka-pendek tentang
percetakan sebuah buku tertentu. Di Inggris misalnya, sebuah Akta Hak-Cipta
telah disetujui tahun 1709 yang memberikan kepada penulis atau orang yang
ditentukannya hak tunggal untuk mencetak karya mereka selama empat-belas
tahun. William Hogarth (1697-1764), yang telah menderita pembajakan dari
serial ukiran pahatannya tentang The Harlot's Progress (1732), melakukan
kampanye dengan berhasil untuk sebuah Akta Hak-Cipta yang baru (1735),
yang memberi kepada seniman grafik seperti dirinya hak-hak yang serupa dengan
yang dinikmati para penulis. Makna akta tahun 1709 itu telah dijelaskan dalam
pengadilan kasus-kasus seperti Milliar v. Taylor (1769) dan Donaldson v.
Beckett (1774). Sebaliknya untuk hak-cipta internasional, harus perlu menunggu
sampai Konvensi Bem tahun 1887.
Tentang pandangan jarak dekat mengenai pasar media, mungkin akan
jelas dengan menyelidiki urutan kronologis tiga pusat perdagangan buku di awal

67
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Eropa modem: Venesia abad ke-16, Amsterdam abad ke-17 dan London abad
ke-18.
Pada abad ke-15, lebih banyak buku yang dicetak di Venesia daripada di
kota lain manapun di Eropa (kira-kira 4.500 edisi, yang kira-kira sama dengan
dua juta copy, atau 20 persen dari pasar Eropa). Yang paling terkenal dari para
pencetak ini, Aldo Manuzio (1450-1515), membuat reputasinya dan mungkin
juga kekayaannya dengan menerbitkan edisi-edisi klasik Yunani dan Latin dalam
format kecil sehingga memungkinkan ilmuwan dan mahasiswa membawanya
dengan mudah (seorang wartawan memuji jilid-jilid 'praktis' itu yang dapat dibaca
bahkan ketika sedang berjalan kaki). Terjadi persaingan mati-matian di antara
para pencetak itu, yang tidak mempedulikan lagi hak istimewa orang lain dan
menerbitkan buku-buku yang sama yang diterbitkan oleh saingannya, sambil
menyatakan bahwa edisi mereka lebih lengkap dan berisi bahan-bahan baru,
meskipun keadaannya tidak demikian. Sejumlah besar pencetak dan penerbit
di Venesia merupakan salah satu daya-pikat kota itu bagi para cendekiawan,
karena memberi kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan penghasilan
terbebas dari para patron mereka, meskipun hal itu mungkin tidak menjadikan
mereka kaya-raya.
Sekelompok kaum cendekiawan ini diberi julukan poligrafi karena
mereka menulis demikian banyak dengan topik yang beraneka-ragam untuk
dapat hidup terus. Mereka itu dikenal pada abad ke-18 sebagai 'orang upahan',
dengan kata lain, menjadi penulis karena mendapat upah, seperti tukang becak.
Kaiya mereka mencakup prosa dan juga puisi, karangan asli atau terjemahan,
saduran atau contekan dari penulis lain. Jenis yang merupakan spesialisasi
mereka adalah karya yang memberikan informasi praktis, termasuk buku
pedoman menulis, yaitu buku yang menjelaskan bagaimana caranya menulis surat
tentang berbagai topik, dan buku petunjuk tentang Venesia untuk para pelancong
asing yang masih tetap diulang cetak pada abad ke-17. Beberapa dari penulis
ini melayani pencetak tertentu (terutama sekali Gabriel Giolito, yang telah
menerbitkan kira-kira 850 buku dalam kariernya yang panjang) sebagai editor,
korektor dan juga penulis. Dilihat dari satu segi, poligrafi itu adalah tapal-batas
antara dua dunia. Mereka para pokoknya adalah penyusun yang bekeija menurut
tradisi Abad Pertengahan, dengan mendaur-ulang karya orang lain. Akan tetapi
karena hidup di masa percetakan, maka mereka diperlakukan seperti penulis
tersendiri dengan nama mereka tertera di kulit luar. Akibatnya mereka dikritik
oleh saingan mereka sebagai tukang plagiat, suatu tuduhan yang para penulis
Abad Pertengahan bebas daripadanya.

68
Revolusi Percetakan dalam Konteks

Posisi Venesia dipandang dari segi ekonomi dan politik telah dieksploitasi
dengan cerdik sekali oleh para pencetak itu. Misalnya, orang-orang Venesia,
yang mengambil keterampilan berbagai kelompok kaum pendatang di kota itu,
mencetak buku dalam bahasa Spanyol, bahasa Kroasia, bahasa Yunani harian,
bahasa Slavonia Gereja Lama, bahasa Ibrani, bahasa Arab, bahasa Armenia.
Mereka juga melihat ke luar Eropa, sebagaimana yang dilakukan kota Venesia
pada umumnya. Di antara keterampilan mereka adalah kisah-kisah tentang pene-
muan benua-benua baru. Pada abad ke-16, Venesia hanya dapat dikalahkan
oleh Paris dalam soal penerbitan buku-buku tentang Amerika, termasuk berbagai
edisi surat-surat Christopher Columbus (1451-1506) dan Hernan Coites (1485-
1547). Produk-produk percetakan Venesia pada abad ke-16 dapat
digambarkan sebagai bersifat multi-kultural juga polyglot.
Sumbangan khas Venesia terhadap perdagangan buku, yang diasosiasikan
dengan tradisi toleransi kota itu terhadap budaya dan agama lain, sikap para
pedagangnya yang membiarkan sama-sama hidup, telah digerogoti oleh
tersebarnya gerakan Kontra-Reformasi oleh Gereja Katolik. Inquisisi didirikan
di Venesia pada tahun 1547, buku-buku dibakar di Piazza San Marco dan di
dekat Rialto tahun 1548 (lima-belas tahun sebelum Index yang mengikat seluruh
Gereja), dan sebuah larangan mencetak dalam bahasa Ibrani dikeluarkan tahun
1554. Penjual buku mulai diinterogasi atas tuduhan menyelundupkan buku-
buku bidaah dan merusak dari luar negeri. Beberapa orang pencetak pindah ke
kota-kota lain, seperti ke Turin, Roma, dan Napoli. Yang lainnya, seperti Gabriel
Giolito, memindahkan investasi mereka kepada menerbitkan buku-buku agama
dalam bahasa Italia untuk sebuah pasar yang secara geografis lebih terbatas.
Pada abad ke-17, republik Belanda menggantikan Venesia sebagai pulau
yang relatif toleran terhadap keberagaman beragama dan juga sebagai pusat
utama dan pasar informasi. Ekspor barang cetakan dalam bahasa Latin, Prancis,
Inggris dan Jerman memberikan kontribusi penting terhadap kemakmuran bangsa
yang baru itu. Salah satu pencetak yang terkemuka di republik itu, yaitu keluarga
Elzevir, mengikuti contoh Aldo Manuzio dalam menerbitkan edisi-edisi klasik
dalam format kecil. Elzevir juga melancarkan apa yang mungkin menjadi serial
buku pertama yang pernah memiliki seorang editor akademis, Caspar Barlaeus,
yang bertanggung-jawab atas serentetan compendia informasi tentang organisasi
dan berbagai sumber alam negara di dunia, dari Prancis sampai ke India.
Barlaeus mungkin dapat digambarkan sebagai suatu persamaan Belanda
dengan poligrafi. Penulis murahan yang lain meliputi pastor-pastor Calvinis
Prancis datang ke Republik Belanda itu setelah Louis XIV memaksa mereka

69
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

untuk memilih, pada tahun 1685, antara memeluk agama Katolik atau pindah ke
luar negeri. Terlalu banyak pastor untuk kebutuhan gereja Protestan Prancis di
pengasingan, sehingga beberapa dari orang yang berpendidikan ini pindah profesi
menjadi penulis untuk menyambung hidup. Pierre Bayle (1647-1706), misalnya,
yang pindah dari Prancis ke Amsterdam, mengedit sebuah jurnal sastra, News
of the Republic of Letters, yang terbit secara bulanan mulai tahun 1684 dan
selanjutnya, juga menyusun bukunya Historical and Critical Dictionary (16%)
yang terkenal itu.
Pusat penerbitan Belanda, sebagaimana halnya kebanyakan kota industri
dan keuangan Eropa, adalah kota Amsterdam. Pada permulaan abad ke-17,
Amsterdam telah menjadi pusat utama dari surat-surat-kabar Eropa, sebuah
gaya sastra bam yang mungkin sekali menggambarkan komersialisasi informasi
lebih baik daripada yang lain-lain. Harian-harian itu, yang terbit sekali, dua kali
atau tiga kali seminggu dalam bahasa Latin, Prancis, Inggris dan tentu juga
dalam bahasa Belanda, mencakup surat-kabar pertama yang dicetak dalam
bahasa Inggris dan Prancis, The Corrant out of Italy, Germany etc, dan the
CourantdTtaliae, yang keduanya itu mulai diterbitkan pada tahun 1620. Mulai
dari tahun 1662 dan selanjutnya, sebuah koran mingguan dalam bahasa Prancis,
Gazette d'Amsterdam, tidak hanya menyajikan informasi tentang masalah-
masalah Eropa, tetapi juga kritik-kritik terhadap Gereja Katolik dan terhadap
kebijaksanaan pemerintah Prancis.
Pada paruh kedua abad ke-17, Amsterdam telah menjadi pusat produksi
buku yang paling penting di Eropa, sebagaimana pernah diperankan Venesia
sebelumnya. Lebih dari 270 penjual buku dan pencetak aktif di sana dalam
kurun waktu dua-puluh lima tahun 1675-1699. Sebagian besar daripadanya,
seperti para penulis profesional itu, adalah para pelarian Protestan dari Prancis.
Sama halnya dengan di Venesia, peta dan kisah perjalanan ke tempat
yang aneh-aneh merupakan suatu bagian penting daripada perbendaharaan para
pencetak itu. Badan percetakan yang paling penting di Amsterdam, yaitu
percetakan Joan Blaeu (c.l598-1673)-dengan sembilan percetakan untuk
naskah ketikan dan enam buah lagi untuk mengukir pahatan, sebuah perusahaan
yang demikian besar sehingga ia menjadi salah satu pemandangan kota yang
terpenting bagi para pengunjung asing di kota itu—adalah kepunyaan sebuah
firma yang mengkhususkan diri dalam pembuatan peta. Keluarga Blaeu itu
memasang iklan dalam sebuah surat-kabar pada tahun 1634 sehingga mereka
menerbitkan sebuah peta dunia dalam empat bahasa: Latin, Belanda, Prancis
dan Jerman. Peta yang terdiri dari dua jilid itu semestinya terbit pada tahun 1635

70
Revolusi Percetakan dalam Konteks

dan berisikan 207 buah peta. Beberapa tahun kemudian, sebuah penerbit saingan
Amsterdam telah menerbitkan sebuah peta yang lebih komprehensif lagi, hanya
untuk pada saatnya akan dilebihi lagi oleh versi kedua peta Blaeu, kali ini dalam
enam jilid, diterbitkan pada tahun 1655.
Sebagaimana di Venesia, dan sekali lagi bertumpu pada keterampilan
kelompok kaum pendatang, maka buku-buku dicetak di Amsterdam dalam
berbagai bahasa, termasuk bahasa Rusia, Yiddish, Armenia dan Georgia. Tahun
1678, seorang pengunjung Inggris ke kota itu menemukan sebuah percetakan
Belanda yang menerbitkan buku Injil dalam bahasa Inggris, dan berkomentar
bahwa 'Anda dapat membeli buku lebih murah di Amsterdam dalam semua
bahasa dibandingkan dengan di tempat di mana pertama kali buku itu dicetak'.
Buku-buku Prancis diperoleh oleh para pembaca Jerman melalui pengusaha
Belanda. Pencetak Protestan menghasilkan buku-buku misa dalam bahasa Latin
(dengan 'Cologne' di halaman judulnya) untuk dijual di dunia Katolik. Para
pencetak ini tidak begitu menggelisahkan tentang melanggar hak para pesaing
mereka.
Dalam abad ke-18, kehebatan Amsterdam itu dilampaui oleh London.
Para penjual buku di London, sama keadaannya dengan di Venesia dan
Amsterdam sebelumnya, juga telah terkenal pada akhir abad ke-17 karena
mencuri hak-milik sastra para saingan mereka, sebuah praktek yang dikenal
sebagai 'memalsukan' atau 'membajak' (pada abad ke-20 istilah itu diperluas
penggunaannya sampai mencakup stasiun radio yang tidak resmi). Untuk menjaga
dari pembajakan, para pencetak mulai membentuk asosiasi dan sama-sama
menanggung kerugian dan keuntungan. Dengan menyatukan semua sumber daya
mereka dalam bentuk seperti ini, maka mereka dapat mendanai karya-karya
yang besar dan mahal, seperti peta dan ensiklopedi yang memerlukan investasi
besar. Karya dari jenis ini sering diterbitkan dengan langganan, sering dengan
daftar pelanggan yang dicetak yang merupakan prakata dari buku itu. Sistem
asosiasi itu diperbandingkan orang dengan sistem perusahaan saham bersama,
dan saham-saham dalam edisi yang dicetak itu dibeli dan dijual oleh para penjual
buku yang bertemu secara pribadi. Biaya dan risiko yang sama-sama ditanggung
itu memungkinkan para penerbit (suatu kelompok baru yang timbul antara
pencetak dan penjual buku) untuk menghilangkan langganan.
Sejumlah kecil penulis mulai menerima bayaran yang cukup besar dari
penerbit mereka, cukup besar bagi mereka untuk mulai meninggalkan patron
mereka dan hidup dari hasil-hasil tulisan saja. Dr Johnson (1709-1784), misalnya,
yang kebenciannya terhadap para patron itu cukup terkenal, menerima uang

71
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

muka £1.575 untuk Dictionarynya dari sebuah kelompok yang terdiri dari lima
orang penjual buku, termasuk Thomas Longman dan Andrew Millar. Millar
memberikan uang muka sebanyak £1.400 kepada sejarawan-filsuf David Hume
(1711-1776) untuk jilid ketiga dari bukunya History of Britain, dan William
Robertson (1721-1793) uang muka sebanyak £3.400 bagi bukunya History of
Charles V. Penyair Alexander Pope (1688-1744) menerima jumlah yang lebih
tinggi lagi, yaitu £5.300, untuk terjemahannya terhadap buku Homerus, Iliad.
Para penerus Miliar, sekutu William Strahan dan Thomas Cadell, menawarkan
£6.000 untuk hak-cipta penemuan-penemuan Kapten Cook.
Kita tidak boleh terlalu tergesa-gesa dalam mengidealkan situasi para
penulis di London di abad ke-18. Sekelompok dari mereka, yang secara
bersama-sama dikenal dengan nama 'Jalan Grub' yaitu nama sebuah tempat di
London di mana mereka tinggal, bertarung untuk tidak mati kelaparan, seperti
halnya dengan kelompok-kelompok terdahulu di Amsterdam dan Venesia.
Sebagaimana di Amsterdam, kelompok ini mencakup sejumlah kaum pendatang
(emigres) Protestan Prancis yang aktif dalam jurnalisme. Bahkan bagi mereka
yang lebih berhasil, kebebasan baru itu ada kerugiannya. Johnson mungkin
lebih suka menulis bukunya sendiri dibanding kalau menyusun kamus, dan Pope
akan lebih senang mengerjakan sajak-sajaknya sendiri daripada menteijemahkan
karya Homer. Hume menulis sejarah karena buku itu terjual lebih baik daripada
buku filsafat, dan jika seandainya ia mampu kembali ke bumi dan menyelidiki
katalog Perpustakaan Inggris, maka kelihatannya tidak akan mungkin ia akan
senang menemukan dirinya tercatat sebagai 'David Hume, sejarawan'. Akan
tetapi, kendati pun demikian, beberapa cendekiawan abad ke-18 menikmati
suatu tingkat kebebasan yang lebih besar dibandingkan dengan apa yang telah
dilakukan pewaris mereka, poligrafi itu.
Konteks yang lebih luas dari segala perkembangan penerbitan ini adalah
apa yang dikatakan para sejarawan 'lahirnya suatu masyarakat konsumen' di
abad ke-18, suatu perubahan yang bukan saja tampak di Inggris, tetapi juga
meluas ke bagian-bagian Eropa yang lain, dan bahkan lebih jauh lagi. Contoh-
contoh Inggris dari komersialisasi waktu luang di masa periode ini mencakup
pacuan kuda di Newmarket, konser di London (mulai dari tahun 1670-an dan
seterusnya) dan beberapa kota propinsi, opera di Royal Academy of Music
(didirikan tahun 1718), perkuliahan tentang sains di kafe, pesta dansa, pesta
bertopeng dalam ruang pertemuan umum yang baru saja dibangun di London
dan di tempat-tempat lain. Seperti sandiwara yang dimainkan di Globe dan

72
Revolusi Percetakan dalam Konteks

teater umum mulai dari akhir abad ke-16 dan seterusnya, maka acara-acara ini
terbuka bagi setiap orang yang sanggup membayar harga karcis.

Sejarah kegiatan membaca

Komersialisasi waktu luang itu mencakup membaca. Dalam mengupas praktek


membaca buku dan surat-kabar, bahkan juga memandang cetakan, maka kita
telah bergerak dari memasok kepada menuntut. Pada kali pertama, gagasan
sejarah membaca itu mungkin tampak aneh, karena membaca adalah suatu
aktivitas yang oleh kebanyakan kita dianggap sebagai hal yang sudah semestinya.
Dalam pengertian apa hal itu dapat dikatakan berubah dengan waktu? Dan
anggaplah bahwa hal itu memang demikian, dengan memperhatikan bahwa
gerakan mata tidak menghasilkan jejak apa pun di atas halaman buku itu,
bagaimana mungkin para sejarawan dapat mengatakan sesuatu yang dapat
diandalkan mengenai segala perubahan? Generasi terakhir sejarawan telah
menghadapkan diri mereka kepada masalah-masalah ini. Dengan mengajukan
argumentasi dari segi format buku secara fisik, dari catatan-catatan pinggir yang
ditulis di buku-buku, dan dari penjelasan atau gambaran para pembaca, maka
mereka menyimpulkan bahwa gaya membaca itu memang telah berubah antara
tahun 1500 dan 1800.
Ada lima jenis kegiatan membaca yang memerlukan perhatian terpisah di
sini: bacaan kritis, bacaan yang berbahaya, bacaan kreatif, bacaan ekstensif,
dan bacaan yang bersifat pribadi.

1. Penuturan tradisional dari dampak percetakan, sebagaimana telah kita


lihat (hlm. 19), menekankan timbulnya bacaan kritis, berkat bertambahnya
kesempatan untuk memperbandingkan pendapat berbeda-beda yang
diajukan dalam berbagai buku tentang pokok masalah yang sama.
Perubahan dalam kebiasaan itu tidak harus dibesar-besarkan, karena
bacaan itu tidak selalu bersifat kritis. Terdapat cukup banyak bukti tentang
rasa hormat bahkan juga penghormatan berlebihan terhadap buku-buku
di awal masa modern. Para satiris lalu memperolok-olok orang yang
mempercayai segala sesuatu yang mereka lihat tercetak. Kitab Injil, yang
belum lagi menjadi sasaran penyelidikan yang kritis oleh para ilmuwan,
dengan mengecualikan sejumlah kecil orang yang tidak ortodoks seperti
filsuf Yahudi Baruch Spinoza (1632-1677), telah menjadi objek rasa
penghormatan khusus. Carlo Borromeo, uskup agung Milan, diceriterakan

73
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

punya kebiasaan membaca Buku Suci sambil berlutut. Injil terkadang


digunakan sebagai suatu bentuk obat dan diletakkan di bawah bantal orang
yang sedang menderita sakit. Halamannya mungkin dibuka secara acak
dan alinea-alinea yang kebetulan tampak diperlakukan sebagai bimbingan
Tuhan yang ditujukan kepada masalah si pembaca.
2. Bahaya-bahaya sekitar bacaan pribadi seringkah didiskusikan orang.
Apakah buku itu benar atau tidak benar bertindak sebagai obat penenang
(lihat hlm. 25), orang-orang kontemporer kadang memandang aktivitas
itu sebagai berbahaya, terutama apabila dipraktekkan oleh kelompok-
kelompok bawahan seperti wanita dan 'orang kebanyakan'. Kiasan
dengan perdebatan abad ke-20 tentang 'budaya massa' dan bahaya
televisi adalah cukup jelas, dan semuanya itu sudah dikemukakan lebih
dari satu generasi yang lalu oleh pakar sosiologi Leo Lowenthal. Dewasa
ini, munculnya Internet telah mencetuskan sebuah perdebatan yang lain
lagi dari jenis ini.
Jika kita tentukan masalah itu dalam bentuk yang lebih luas, maka
perdebatan ini dapat ditempatkan dalam sebuah perspektif yang lebih
panjang. Kemunduran setelah tahun 1520 dari gambaran the Blessed
Virgin yang sedang membaca, yaitu gambaran yang secara relatif biasa
pada akhir Abad Pertengahan, tampaknya merupakan suatu tanggapan
cepat terhadap apa yang mungkin dinamakan demonisasi pembacaan oleh
Gereja Katolik. Di Venesia pada akhir abad ke-16 misalnya seorang
pekerja sutra diadukan kepada Inquisisi karena 'ia membaca sepanjang
waktu' dan seorang pembuat pedang karena ia 'begadang sepanjang malam
dengan membaca'. Dalam bentuk seperti itu pula, baik ketika itu maupun
kemudian, pihak berwenang yang sekuler menganggap bahwa kegiatan
membaca tidak diawasi adalah jelas subversif. Terutama membaca surat-
kabar dilihat sebagai mendorong orang kebanyakan untuk mengeritik dan
melawan pemerintah (lihat hlm. 111).
Bahaya membaca fiksi, terutama sekali bagi wanita, secara teratur
dibicarakan oleh para penulis pria mulai dari permulaan abad ke-16 dan
seterusnya. Sebagaimana dalam kasus teater, novel ditakuti karena
kekuatannya untuk membangkitkan emosi yang berbahaya seperti cinta.
Beberapa orang pria berpikir bahwa wanita jangan sekali-kali belajar
membaca apabila mereka menerima surat cinta, meskipun sebagaimana
telah kita lihat (hlm. 38), buta huruf bukanlah suatu kendala yang tak
terkalahkan. Yang lainnya berpikir bahwa wanita dapat saja diizinkan

74
Revolusi Percetakan dalam Konteks

membaca sedikit, akan tetapi hanya Kitab Injil dan buku-buku agama.
Beberapa orang yang berani mengajukan argumen bahwa wanita kelas
atas dapat, dan malah seharusnya, membaca buku-buku klasik.
Beberapa sumber menganjurkan bahwa dalam praktek lebih banyak
wanita baik-baik yang membaca lebih banyak buku yang baik-baik
dibandingkan dengan apa yang diperbolehkan para pengeritik. Di Spanyol
misalnya, St Teresa of Avila (1512-1582) menjelaskan semangatnya ketika
ia muda terhadap buku-buku roman perjuangan. Beberapa dari bukti itu
tidak datang dari otobiografi, akan tetapi dari potret, di mana wanita
kadang-kadang digambarkan dengan buku puisi di tangan. Bukti fiksi itu
menunjuk arah yang sama. Pahlawan wanita dari sebuah kisah Italia yang
ditulis oleh pendeta Matteo Bandello (1485-1561) digambarkan sebagai
membaca buku Boccaccio, Decameron, dan buku Ariosto, Orlando
Furioso, di tempat tidur. Di Prancis di masa Louis XIV, penulis-penulis
novel yang paling penting adalah wanita, terutama Madame de Lafayette
(1634-93), yang menulis untuk kaum wanita. Kesempatan membaca
bagi perempuan bertambah pada abad ke-18, ketika novel dan beberapa
tulisan sejarah, termasuk sejarah wanita yang diterbitkan di Inggris dan
Jerman, sengaja dimaksudkan untuk pasar wanita. Lillian Lov
menggambarkan buku-buku tahun 1726 sebagai 'teman di toilet' dan
sejumlah lukisan wanita abad ke-18 menggambarkan wanita itu dengan
buku di tangan (Gambar 8). Pada era ini beberapa wanita juga sering
membaca surat-kabar. Seorang gadis Prancis yang berumur 23 tahun,
yang bekerja sebagai juru-masak pada tahun 1791, menyatakan membaca
empat buah surat-kabar secara teratur.
3. Rentang kegiatan membaca yang kreatif memerlukan suatu ujian jenis lain.
Makna teks-teks itu merupakan topik perdebatan utama dalam studi
kesusasteraan pada tahun 1900-an. Dilihat dari perspektif sejarawan,
sudah jelas bahwa teks-teks itu dapat dan memang sering dibaca dengan
cara yang sangat bertentangan dengan maksud penulisnya. Buku Utopia
Thomas More (1478-1535) misalnya, telah diperlakukan tidak hanya
sebagai sebuah sindiran terhadap Inggris di zamannya, akan tetapi juga
sebagai cetak biru bagi suatu masyarakat idaman, sebuah 'utopia' dalam
pengertian modern. Buku The Courtier, oleh Baldassare Castiglione
(1478-1529), sebuah dialog terbuka di mana perilaku yang pantas dalam
berbagai situasi sosial diperdebatkan tanpa suatu keputusan, diajukan oleh
para pencetak abad ke-16 dan diperlakukan oleh beberapa orang pembaca

75
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 8. Marguerite Gerard dan Jean-Honore Fragonard, Membaca

(sebagaimana yang kita ketahui dari catatan-catatan pinggirnya) sebagai


suatu bimbingan terhadap perilaku yang baik. Ejekan Daniel Defoe (1660-
1745) tidak sempat diperhatikan beberapa pembaca yang berminat sastra,
yang percaya bahwa tulisan Defoe, Shortest Way with the Dissenters,
sesungguhnya adalah memberikan rekomendasi ditindasnya orang-orang

76
Revolusi Percetakan dalam Konteks

Nonkonformis, dan bahwa buku Swift, Modest Proposal, mengajukan


argumentasi yang menguntungkan kanibalisme.
Pekerja penggilingan orang Italia pada abad ke-16, Menocchio,
yang diselamatkan dari ketidak-pastian oleh sejarawan Italia Carlo
Ginzburg, memberikan suatu contoh yang sangat menarik tentang kegiatan
membaca yang tidak ortodoks, itu dalam lebih dari satu pengertian istilah
itu. Menocchio, yang diinterogasi oleh Inquisisi atas tuduhan bidaah,
ditanya tentang buku-buku yang telah dibacanya, yang mencakup Kitab
Injil, buku Boccaccio Decameron, buku khayalan Travels oleh Sir John
Mendeville (sebuah buku yang terkenal pada abad ke-15 dan 16), dan
mungkin sekali juga al-Qur'an. Apa yang dibaca Menocchio tidak begitu
mencengangkan para pemeriksa itu dibanding cara dia membacanya,
penafsiran yang diberikannya kepada teks-teks itu. Dari kisah Boccaccio
tentang tiga buah cincin misalnya, ia menarik kesimpulan bahwa jika
seandainya ia dilahirkan sebagai Muslim, maka ia mesti akan tetap tinggal
sebagai seorang Muslim.

4. Menocchio memberi suatu contoh yang baik tentang seorang pembaca


yang mendalam, membaca-ulang sejumlah teks dan merenungkannya,
sebuah gaya membaca yang tampaknya merupakan kekhasan abad-abad
pertama percetakan itu sebagaimana dengan masa manuskrip yang telah
mendahuluinya. Namun, telah dikemukakan argumentasi bahwa akhir
abad ke-18 telah menjadi saksi suatu 'revolusi membaca' dalam artian
suatu perpindahan ke arah praktek membaca sepintas lalu, membaca
selintas dan memotong bab pada saat menggumuli buku-buku untuk
mencari informasi tentang suatu topik tertentu. Dalam masa sebelum tahun
1750, karena terdapat lebih sedikit buku, maka barang cetakan
diperlakukan sebagai suatu yang suci. Sebaliknya, setelah tahun 1750
digambarkan sebagai suatu kurun waktu kegiatan membaca yang
mendalam, yang ditandai oleh bertambah banyaknya jumlah buku,
akibatnya buku tidak lagi dianggap suci.
Pergeseran ini tidak harus dibesar-besarkan, karena benar-benar
mungkin untuk mempraktekkan gaya membaca yang intensif maupun
ekstensif secara bergantian, tergantung kebutuhan. Di satu sisi, ada contoh-
contoh membaca untuk mencari referensi pada akhir Abad Pertengahan,
terutama di kalangan akademis. Sebaliknya, ada pula contoh-contoh para
pembaca yang tenggelam dalam bacaannya pada akhir abad ke-18,

77
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

terkubur dalam sebuah buku roman hingga meneteskan air-mata, mulai


dari buku the New Heloise tulisan Jean-Jacques Rousseau (1712-1778)
sampai kepada buku The Sorrows ofWerther tulisan Johann Wolfgang
von Goethe (1749-1832).
5. Demikian pula, sebuah pergeseran dalam kepentingan relatif dari kedua
gaya membaca itu tampaknya akan terjadi, dengan kecenderungan ke
arah privatisasi bacaan. Akan tetapi, format buku-buku itu juga berubah
dengan makin mudahnya melihat dan menelusurinya secara sepintas lalu.
Lama-kelamaan teks-teks mulai dibagi ke dalam bab-bab dan bab itu
dibagi lagi menjadi paragraf. Catatan-catatan pinggir menyimpulkan pesan
masing-masing bagian. Daftar isi dan indeks yang rinci yang disusun sesuai
abjad, menolong pembaca yang tergesa-gesa untuk mencari bahan-bahan
informasi spesifik yang dibutuhkan.
Privatisasi kegiatan membaca itu seringkah dipandang sebagai bagian
dari timbulnya individualisme dan juga rasa sepenanggungan atau 'mobilitas
psikis', sebagaimana dinamakan oleh pakar sosiologi media, Daniel Lehner,
dalam bukunya The Passing of Traditional Society (1958). Gagasan
dasar di balik frase-frasenya tertangkap dengan baik sekali di dalam
gambaran yang relatif umum terdapat mulai dari abad ke-18 dan seterusnya,
tentang seorang pria dan wanita sendirian yang sedang membaca sebuah
buku, duduk atau menggeletak di lantai tanpa memperhatikan dunia luar.
Kecenderungan berjangka panjang ke arah 'privatisasi' itu dari abad ke-
14 sampai abad ke-20 terbukti dalam format buku-buku. Buku-buku
abad ke-15 seringkah berukuran folio dengan huruf cetakan yang besar
dan harus dibaca di atas dudukan atau podium. Dalam abad ke-16 dan
17, buku-buku kecil menjadi populer, octavo misalnya, atau ukuran format
12mo atau 16mo yang jauh lebih kecil, yang digunakan oleh pencetak
Venesia Aldo Manuzio bagi edisi-edisi buku-buku klasiknya.
Dalam bukunya yang pendek tentang Thomas Hobbes (1588-1679),
penulis biografi John Aubrey (1626-97) menceritakan sebuah kisah bahwa
ketika filsuf itu dipekerjakan sebagai seorang pesuruh bagi pangeran
Devonshire, ia membeli sendiri 'buku-buku dari sebuah percetakan
Amsterdam yang dapat dibawanya di dalam kantongnya (terutama sekali
buku Caesar, Commentaries) yang dibacanya di mang depan atau mang
belakang, sementara sang Pangeran melakukan kunjungan-kunjungannya'.
Kutipan ini memberikan kepada kita pandangan pembaca tentang
kegunaan klasik Elzevir dalam format kecil yang telah didiskusikan di atas

78
Revolusi Percetakan dalam Konteks

(hlm. 69). Buku-buku puisi seringkah dicetak dalam format ini, yang
mendorong orang untuk membacanya di tempat tidur, terutama pada abad
ke-18, ketika kamar tidur di rumah-rumah orang kelas atas dan kelas
menengah secara berangsur-angsur telah menjadi suatu ruang pribadi.
Akan tetapi, memandang sejarah kegiatan membaca sebagai suatu
transisi dari kegiatan publik kepada kegiatan pribadi adalah seperti terlalu
menyederhanakan masalah, sama seperti memandangnya sebagai suatu
pergeseran sederhana dari cara membaca intensif kepada cara yang
ekstensif. Membaca dengan diam terkadang telah dipraktekkan di Abad
Pertengahan. Sebaliknya, membaca dengan suara keras di depan umum
tetap berlanjut di awal periode modem, sebagaimana yang dilakukan
kalangan kelas buruh di abad ke-19. Reformasi Jerman memberikan
beberapa contoh yang hidup tentang membaca sebagai suatu kegiatan
publik (lihat hlm. 96).
Adalah mungkin membuat distingsi antara kebiasaan membaca
menurut kelas sosial—kelas menengah cenderung untuk membaca secara
pribadi, sedangkan kelas bumh mendengarkan secara publik. Adalah
perlu pula membuat distingsi berdasarkan situasi. Misalnya, praktek
membaca di Abad Pertengahan ketika waktu makan dengan suara keras,
apakah di mang makan biara yang luas atau di istana kerajaan, tetap
bertahan sampai abad ke-16 dan 17. Membaca dengan suara keras di
rumah di lingkungan keluarga, sekurang-kurangnya menjadi sebuah cita-
cita, sebagaimana dibuktikan oleh banyak gambar. Mungkin sekali bahwa
teks-teks the Bibliotheque Bleue, yang didiskusikan di atas (hlm. 25),
yang diedarkan di kawasan-kawasan di mana tingkat melek-humf itu
rendah, dibacakan keras-keras ketika veillees, yakni kesempatan ketika
para tetangga bertemu untuk menghabiskan malam itu untuk belajar dan
mendengarkan. Timbulnya surat-kabar juga mendorong membaca dengan
suara keras di waktu makan pagi atau ketika bekerja, dan kenyataan
bahwa demikian banyak orang yang membaca berita yang sama pada
waktu yang lebih kurang sama membantu menciptakan suatu masyarakat
pembaca.

Pelajaran dan Hiburan

Kegunaan membaca di awal Eropa modem sama beragamnya dengan keadaan


dewasa ini, walaupun kegunaannya tidak dijelaskan dengan cara yang sama

79
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

ketika dibandingkan dengan sekarang. Kategori utama adalah informasi dan


pelajaran moral, dan barulah dengan perlahan sekali, sejenis buku yang ketiga,
yang diorientasikan ke arah hiburan, diakui sebagai suatu penggunaan yang sah
dari waktu para pembaca (lihat hlm. 230). Kepentingan yang semakin
bertambah, antara tahun 1450 dan 1800, dari membaca untuk mendapatkan
informasi disingkapkan oleh bertambah banyaknya apa yang sekarang kita
namakan buku referensi dari berbagai jenis—kamus, ensiklopedi, tabel
kronologis, kamus ilmu bumi, dan sejumlah buku 'how-to-do-it' tentang topik-
topik yang demikian beragam, seperti: pertanian, perilaku yang baik, memasak
dan kaligrafi. Pentingnya pelajaran moral diperlihatkan oleh jumlah khotbah
yang muncul dalam bentuk tercetak, sebagaimana diperlihatkan oleh buku-buku
tentang kebajikan-kebajikan yang diperlukan untuk peran tertentu dalam
masyarakat (kaum ningrat, isteri, pedagang, dan seterusnya).
Sebaliknya, sejarah kata 'entertainment' dan 'entertaining' itu mengatakan
kepada kita sesuatu tentang kendala-kendala terhadap munculnya buku atau
pamflet kategori seperti ini. Pada permulaan abad ke-17, hiburan itu diasosiasi-
kan dengan sikap ramah-tamah yang diperlihatkan kepada para pengunjung.
Bam sekitar tahun 1650 istilah itu mendapat pengertian tambahan tentang sesuatu
yang menarik perhatian dan menyenangkan, dan bam pada permulaan abad ke-
18, pertunjukan, seperti sandiwara, dapat digambarkan sebagai 'entertainment'
(untuk sejarah media sebagai hiburan, lihat Bab 6 buku ini).
Buku yang mungkin kita gambarkan sebagai menghibur, mulai dari buku
humor sampai buku roman, telah mulai dicetak pada abad ke-15, akan tetapi
buku jenis ini sering diberi kerangka atau bungkus yang meningkatkan moralitas,
dengan maksud untuk memperlemah protes kaum agamawan, kepala keluarga
dan 'penjaga gawang' lainnya. Pamflet dan selebaran satu helai, yang mengecer
tindak keberanian para penjahat (suatu gaya bam pada abad ke-16 yang mungkin
sekali dimaksudkan menarik perhatian kelompok pembaca bam), ditawarkan
dalam bentuk seperti itu pula, dengan menekankan hukuman dan jika mungkin
'rasa penyesalan mendalam dari hati-sanubari' para penjahat itu.
Namun pendekatan yang bertujuan meningkatkan moralitas ini telah
digerogoti oleh sebuah retorika sensasi, dengan halaman judul, seperti halnya
dengan headline surat-kabar modem, yang menunjuk kepada peristiwa yang
'hebat' atau 'menakutkan', kekejaman yang 'berdarah-darah', 'pembunuhan
yang kejam dan tidak manusiawi', dan setemsnya. Dalam jangka panjang,
terutama pada abad ke-18, kepustakaan hiburan itu telah meninggalkan kerangka

80
Revolusi Percetakan dalam Konteks

moralitasnya, untuk kemudian menjadi bagian dari komersialisasi waktu-luang,


disamping konser, pacuan kuda dan pertunjukan sirkus.

Rangkuman: Revolusi Percetakan

Setelah survei media di awal era Eropa modem ini, akan makin jelaslah bila kita
kembali kepada diskusi tentang revolusi percetakan (lihat hlm. 25). Ada
kesejajaran nyata antara kontroversi tentang logika penulisan dan kontroversi
mengenai logika percetakan, sebagaimana halnya perdebatan tentang dampak
percetakan dan dampak melek-huruf (lihat hlm. 15), sampai kepada rincian
seperti munculnya teks yang telah ditentukan dan masalah mempercayai suatu
media baru. Para pengeritik tesis revolusi itu seringkah berpendapat bahwa
percetakan itu bukanlah suatu agen pelaku, akan tetapi sebuah teknologi yang
digunakan orang-seorang atau kelompok orang untuk berbagai tujuan dan pada
tempat yang berbeda-beda pula. Karena alasan ini, mereka merekomendasikan
studi tentang penggunaan percetakan dalam berbagai konteks sosial dan budaya.
Sebaliknya, orang-orang yang mempertahankan tesis revolusi, melihat
percetakan itu, seperti halnya penulisan, sebagai suatu bantuan untuk
dekontekstualisasi. Tampaknya kita kembali kepada pertikaian antara sebuah
model yang otonom dan sebuah model yang kontekstual, sebuah masalah yang
telah dibicarakan (hlm. 16). Haruskah kita berbicara tentang budaya percetakan
dalam bentuk mufrad atau tentang budaya-budaya percetakan dalam bentuk
jamak?
Tentu saja tidak perlu mengambil posisi ekstrim dalam silang-pendapat
ini. Adalah lebih menguntungkan untuk bertanya pandangan apa sajakah yang
harus ditawarkan setiap kelompok para ilmuwan, dan mempertimbangkan,
dengan membuat pembedaan dan persyaratan yang pantas, apakah mungkin
untuk menggabungkannya. Orang dapat mulai dengan menolak formulasi yang
lebih kuat di kedua belah pihak, baik determinisme yang terkandung dalam posisi
yang revolusioner itu, maupun voluntarisme para kontekstualis. Barangkah akan
lebih berguna kiranya untuk berbicara, seperti yang dilakukan Innis (lihat hlm.
2), tentang suatu bias yang tertanam yang akan ditemukan dalam masing-masing
media komunikasi. Jika dilihat dari perspektif geografis, adalah bijaksana untuk
berpikir dipandang dari segi dampak percetakan yang serupa di tempat yang
berbeda-beda, dibandingkan dengan dampak yang mungkin serupa di semua
tempat, atau berbeda sama sekali pada masing-masing tempat itu. Dilihat dari
perspektif kronologis, adalah berguna untuk membedakan antara akibat jangka

81
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

menengah dan akibat jangka panjang dari diperkenalkannya percetakan itu. Para
kontekstualis lebih puas berhubungan dengan yang berjangka pendek, dengan
itikad, taktik dan strategi individu. Sebaliknya kaum revolusioner bertarung
dalam bentuk yang lebih intens dengan yang berjangka panjang berikut akibat-
akibat perubahan yang tidak disengaja.
Di awal Eropa modern, sebagaimana halnya di tempat dan periode lain,
perubahan budaya itu seringkah bersifat tambahan saja dan bukan pengganti,
terutama pada tahap-tahap pertama dari inovasi itu. Sebagaimana telah
diperlihatkan, media lisan yang lama dan komunikasi manuskrip sama-sama ada
dan sama-sama berinteraksi dengan media percetakan yang baru di awal Eropa
modern, persis sebagaimana percetakan itu, yang sekarang telah menjadi media
yang tua, sama-sama ada dengan televisi dan Internet pada permulaan abad ke-
21.
Pada titik ini, kita mungkin kembali kepada argumentasi tentang
kelanggengan dan ketetapan yang telah didiskusikan sebelumnya (hlm. 25),
dengan menambahkan perubahan-perubahan yang perlu. Adalah benar bahwa
penulisan itu mendorong pekerjaan yang diperlakukan oleh orang-orang
kontemporer sebagai sesuatu yang sementara saja. Perbedaan antara copy
buku-buku yang dicetak terdahulu biasa terjadi, karena cetakan percobaannya
dikoreksi di tempat kerja ketika dalam proses produksi. Percetakan, terutama
sekali di tangan 'para pembajak' (lihat hlm. 71 seringkah menyebar-luaskan
teks-teks yang tidak tepat. Akan tetapi, persyaratan ini tidak membalikkan
argumentasi yang moderat bahwa percetakan ini lebih menyenangi teks-teks
yang relatif telah tetap.
Jawaban yang seperti itu pula dapat diberikan kepada pertanyaan yang
lebih luas tentang kestabilan ilmu-pengetahuan. Percetakan mempermudah
akumulasi ilmu-pengetahuan dengan menjadikan temuan-temuan itu lebih cepat
terkenal secara meluas dan sukar untuk hilang. Sebaliknya, sebagaimana telah
dikemukakan di atas (hlm. 25), percetakan itu mengganggu kestabilan ilmu-
pengetahuan, atau apa yang dipikirkan sebagai ilmu-pengetahuan, dengan
menjadikan para pembaca lebih sadar kisah dan penafsiran yang saling
bertentangan. Karena itu, sebagaimana dalam kasus teks itu, tetapnya ilmu
pengetahuan yang didorong oleh percetakan adalah lebih bersifat relatif dan
bukan mutlak. Perubahan yang terjadi itu, bagaimanapun pentingnya, adalah
perubahan tingkat dan bukannya perubahan jenis.
Salah satu perubahan ini adalah sebuah konsep penulisan yang relatif baru
yang sekarang ini kita namakan 'kesusasteraan', bersama dengan konsep

82
Revolusi Percetakan dalam Konteks

seorang 'penulis', dikaitkan kepada gagasan versi sebuah teks yang benar atau
diberi izin. Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, budaya lisan itu gampang
berubah, dan penciptaan lisan adalah suatu upaya koperatif. Dalam budaya
manuskrip, telah terdapat suatu kecenderungan untuk menjadi tetap, namun hal
ini ditantang pula oleh ketidak-tepatan, dan juga, sebagaimana telah kita lihat
(hlm. 53), oleh kreativitas penulis itu. Apa yang kita namakan plagiarisme,
seperti hak-milik intelektual yang diancamnya (lihat hlm. 67), pada pokoknya
adalah produk dari revolusi percetakan.
Salah satu akibat penting yang lain dari penemuan percetakan adalah
terlibatnya para pengusaha secara lebih intens dalam proses penyebarluasan
ilmu-pengetahuan. Penggunaan media yang baru itu mendorong bertambahnya
kesadaran tentang kepentingan publisitas, baik yang bersifat ekonomi
('periklanan', lihat hlm. 66), atau bersifat politik (apa yang kita namakan
'propaganda', sebuah istilah yang mulai digunakan pada akhir abad ke-18).
Reputasi Louis XIV, misalnya, 'kemegahannya' sebagaimana ia menamakannya,
banyak sekali kaitannya dengan percetakan. Beberapa ratus potret raja itu
yang direkam telah diedarkan ketika ia memerintah.
Bentuk lain daripada reproduksi mekanistik adalah medali perunggu.
Dengan mengikuti apa yang telah terjadi di masa klasik, maka medali itu
dihidupkan kembali di Italia di abad ke-15, dan dengan segera diambil-alih oleh
para penguasa sebagai cara untuk menyebar-luaskan gambar tentang diri mereka
serta kebijakan yang mereka lakukan. Jumlah copy yang dicetak relatif rendah,
mungkin tidak lebih dari seratus buah, akan tetapi copy ini didistribusikan kepada
dutabesar asing dan kepala negara asing untuk membuat sebuah kesan di mana
ia menjadi penting sekali. Persuasi dengan medali itu menjadi semakin penting
dalam abad yang ke-17. Penguasa yang terdahulu cukup merasa puas dengan
tiga-puluh atau empat-puluh buah medali, namun 300 buah medali telah ditempa
untuk memperingati peristiwa-peristiwa besar di masa pemerintahan Louis XIV.
Semuanya itu dapat dilihat dalam lemari, akan tetapi jilid-jilid yang memperlihatkan
ukiran medali itu bersama dengan komentar penjelasannya dan kemegahannya
mencapai jumlah orang yang jauh lebih banyak lagi. Penyair resmi melagukan
puji-pujian terhadap Louis—serta raja lain di masanya—dengan cetakan, dan
sejarawan resmi menerbitkan tindakan-tindakan luar biasanya, baik untuk orang
yang semasa dengannya maupun untuk anak-cucu di kemudian hari. Perayaan
istana yang besar-besar, yang merupakan peristiwa mahal namun juga
berlangsung sebentar saja, dilestarikan dalam kenangan dengan penjelasan yang
dicetak dan diberi gambar-gambar.

8 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Di antara peristiwa yang ditangkap dengan cara begini ada beberapa yang
tidak pernah terjadi. Menurut sejarawan Amerika Daniel Boorstin, dalam The
Image (1962), penciptaan 'pseudo-events' adalah akibat dari apa yang
dinamakannya 'Revolusi Grafis' pada abad ke-19 dan ke-20, yaitu masa fotografi
dan televisi. Namun contoh dari peristiwa-peristiwa seperti itu tidak sukar untuk
ditemui di masa ukiran dan lukisan kayu. Kata-kata terakhir dari penjahat yang
bakal dijatuhi hukuman mati di Newgate di London pada abad ke-18, lengkap
dengan gambar-gambarnya, dijual pada hari pelaksanaan hukuman mati itu, dan
dalam kasus di mana penjahat itu ditangguhkan hukumannya pada saat-saat
terakhir, maka ia berada dalam posisi membaca tentang kematiannya sendiri.
Sebuah ukiran Louis XIV yang diperlihatkan di sekitar the Royal Academy of
Sciences di Paris diterbitkan pada tahun 1671, pada saat sang raja belum
mengunjungi akademi yang baru didirikan itu.
Dapat diandalkan atau tidak, maka barang cetakan itu semakin menjadi
bagian yang selalu bertambah penting dalam kehidupan sehari-hari. Tersebar-
luasnya itu perlu ditekankan. Tersebarnya buku, pamflet dan majalah hanyalah
bagian dari suatu kisah yang juga mencakup timbulnya dua gaya yang biasanya
diasosiasikan dengan abad ke-19 dan ke-20—yaitu poster dan formulir resmi.
Pemberi-tahuan resmi berlipat-ganda di sudut-sudut jalan dan di pintu-pintu
gereja. Di Florence pada tahun 1558 misalnya, Indeks baru dari Buku Terlarang
terpampang di pintu gereja kota itu. Di London mulai sekitar tahun 1660 dan
seterusnya, sandiwara diiklankan pada plakat yang dipampangkan di jalanan.
Seorang pengunjung dari Swiss ke London pada tahun 1782 terkejut karena
banyaknya nama toko dibandingkan dengan tanda-tanda. Nama jalan semakin
banyak dituliskan di dinding-dinding. Bagi penduduk kota-kota besar di Eropa,
buta-huruf lama kelamaan menjadi suatu keadaan tidak beruntung. Seorang
pengunjung asal Barat ke Tokyo sekarang ini mungkin berada dalam posisi yang
baik untuk menghargai kekhawatiran seseorang yang sadar bahwa banyak pesan
yang diperlihatkan di jalanan (mungkin sekali pesan-pesan itu penting), namun
sama sekali tidak mampu untuk menebak maknanya.
Mengenai formulir yang dicetak, ia telah dipakai pada awal periode modem
untuk sewa-menyewa, pernyataan pajak, tanda terima dan sensus. Di Venesia
pada abad ke-16 misalnya, apa yang harus dilakukan petugas sensus itu hanyalah
mengisi kotak-kotak yang semestinya, mengklasifikasikan rumah-tangga menjadi
kaum ningrat, warganegara atau pengrajin, dan menghitung jumlah pelayan, perahu
gondola. Gereja sebagaimana juga Negara menggunakan formulir. Pendeta
wilayah mengisi formulir untuk memberikan surat keterangan bahwa anak yatim

84
Revolusi Percetakan dalam Konteks

wanita yang akan melakukan perkawinan adalah penganut Katolik yang baik.
Pada abad ke-17, pada kardinal menggunakan formulir yang dicetak dalam
pertemuan Konklaf untuk memilih seorang paus baru, dengan ruang kosong di
mana mereka menuliskan, dalam bahasa Latin, baik nama mereka sendiri maupun
nama kandidat yang mereka dukung.
Terutama berkat surat-kabar harian, sesuatu yang hanya berlangsung
sebentar saja yang akan menjadi semakin bernilai bagi sejarawan sosial, bahwa
cetakan itu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di abad ke-18, sekurang-
kurangnya di beberapa bagian Eropa (ketika Goethe mengunjungi kota
Caltanissetta di Sicilia pada tahun 1787, ia menemukan bahwa para penduduk
belum mendengar tentang kematian Frederick Agung pada tahun sebelumnya).
Di Inggris saja, diperkirakan bahwa lima-belas juta surat-kabar telah terjual
pada tahun 1792. Surat-kabar harian, mingguan, dua-mingguan diperkuat lagi
oleh penerbitan bulanan atau tiga-bulanan, oleh apa yang akan dinamakan
'berkala' dan 'majalah'. Terdapat pula majalah ilmiah seperti The Transactions
of the Royal Society of London (1665- ) atau the News of the Republic of
Letters (1684- ) yang menyebar-luaskan informasi tentang penemuan-
penemuan baru, meninggalnya seorang ilmuwan ternama dan, sekurang-
kurangnya, tentang buku-buku baru. Tinjauan buku adalah suatu ciptaan akhir
abad ke-17. Dengan cara begini, suatu formulir percetakan mengiklankan dan
memperkuat yang lain.
Majalah lain, seperti majalah berkala Prancis, Mercure Galant, yang
didirikan tahun 1672, ditujukan kepada publik yang bukan ilmuwan. Ditulis
(sekurang-kurangnya sebagian besarnya) oleh satu orang, yaitu dramawan Jean
Donneau de Vise (1638-1710), tetapi terutama ditujukan kepada pembaca
wanita, maka majalah itu, yang bergambar, mengambil bentuk sebuah surat yang
ditulis oleh seorang wanita di Paris kepada seorang wanita di pedesaan. Surat
itu secara wajar memberikan berita tentang istana dan kota, sandiwara yang
terakhir dan mode pakaian terakhir dan dekorasi interior, namun Mercure Galant
juga berisikan cerita pendek, yang umumnya berkenaan dengan urusan cinta.
Pembaca diundang untuk mengirim sajak dan menjawab teka-teki silang, dan
nama serta alamat orang yang menjadi pemenang akan dicetak di majalah itu
bersama dengan nama pemenang lomba menulis puisi. Mercury Galant itu
juga berisikan kisah-kisah, yang umumnya memuji-muji tindakan Louis XIV
serta kemenangan yang telah diperoleh tentaranya, suatu bentuk propaganda
yang untuk itu editornya menerima sejumlah uang yang cukup besar dari
pemerintah.

85
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Sebaliknya, majalah berbahasa Inggris The Spectator, yang mulai terbit


pada tahun 1711, dua tahun setelah TheTatler, membanggakan diri karena
independensinya. Masalah tentang judul majalah itu adalah untuk menekankan
tidak-ada hubungannya dengan politik partai dan keinginan para editornya untuk
mengamati pertarungan itu dan bukan untuk ikut-serta di dalamnya. Tujuan
yang dinyatakannya adalah membawa filsafat keluar dari lembaga-lembaga
akademis 'untuk menetap di kelompok dan sidang, di meja teh dan di kafe'.
Liputannya terbentang mulai dari masalah-masalah moral dan estetika sampai
kepada sarung tangan model terakhir. Seperti halnya Donneau de Vise, maka
para editornya (Joseph Addison dan Richard Steele, yang bersembunyi di
belakang topeng 'Mr Spectator' dan 'Spectator Club') mendorong para
pembaca mereka untuk ikut-serta dalam majalah itu, dengan menempatkan
sebuah iklan pada penerbitan pertamanya yang menasehatkan 'mereka yang
berpikir untuk berkorespondensi dengan saya' untuk mengirimkan surat-surat
mereka kepada pencetak. Banyak orang yang melakukan hal itu, dan beberapa
surat diterbitkan.
Dalam bentuk yang serupa, beberapa tahun sebelum Addison dan Steele,
penjual buku di London John Dunton (1659-1733) telah mendirikan sebuah
majalah, The Athenian Mercury, 'yang menyelesaikan semua masalah secara
amat cerdas [tepat] dan menarik oleh mereka yang berbakat'. Dalam waktu
selama enam tahun, majalah itu menjawab 6.000 pertanyaan dari para
pembacanya. Gagasan tentang suatu media yang interaktif, yang demikian sering
didiskusikan dewasa ini, jelas sekali memiliki akarnya di masa lalu. Dunton
adalah perintis sesungguhnya untuk soal ini.
Keberhasilan formula Addison-Steele itu untuk sebagian dapat diukur dari
jumlah edisi The Spectator yang telah dikumpulkan yang terus-menerus terbit
selama sisa abad itu; untuk sebagian lagi karena terjemahannya ke dalam bahasa-
bahasa asing; dan, terutama sekali, oleh banyak 'mingguan moral' yang meniru
gaya dan pendekatannya, di Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, Italia, Spanyol
dan di tempat-tempat lain.
Dampak timbulnya surat-kabar dan majalah-majalah lain telah didiskusikan
semenjak saat itu sampai sekarang. Sejak permulaan, sudah muncul para kritikus,
di antaranya ada yang mengeluh karena majalah dan surat-kabar membuka apa-
apa yang semestinya tetap dirahasiakan, sedangkan kritikus lain menuduhnya
terlalu dangkal. Namun, surat-kabar dan majalah juga memiliki para pengagum.
Dengan demikian majalah Milan, II Caffe, menyatakan bahwa mereka telah
memperluas pikiran dan, lebih tajam lagi, mereka telah mengubah orang Roma

86
Revolusi Percetakan dalam Konteks

dan orang Florentine menjadi orang Eropa. Timbulnya buku-buku rujukan dari
jenis baru seperti 'kamus surat-kabar' (Zeitungslexikon) atau 'gazetteer' (yang
pada mulanya sebuah kamus nama-nama dan tempat-tempat yang disebutkan
dalam gazettes itu) menunjukkan bahwa surat-surat-kabar seperti itu telah
memperluas wawasan para pembaca, setidaknya menjadikan orang sadar akan
apa yang tidak mereka ketahui.
Dua contoh konkret tentang cara di mana surat-kabar dan majalah ikut
membentuk sikap para pembaca adalah berkenaan dengan bunuh-diri dan sikap
ragu-ragu. Dalam buku Sleepless Souls (1990), Michael MacDonald dan
Terence Murphy mengatakan bahwa 'gaya dan nada kisah-kisah surat-kabar
tentang bunuh-diri memicu sikap yang makin sekuler dan bersimpati terhadap
tindakan bunuh diri' di Inggris abad ke-18. Kesan seperti itu tercipta karena
seringnya laporan yang mengatakan bahwa bunuh-diri itu adalah sebuah peristiwa
yang umum terjadi. Catatan angka bunuh-diri itu dimuat dalam surat-kabar,
sehingga memberi kesempatan kepada para pembaca untuk melihat peristiwa
itu dari perspektif si pelaku, dan selanjutnya surat-surat yang dicetak ini
mempengaruhi gaya catatan-catatan yang ditinggalkan oleh orang-orang yang
bunuh-diri kemudian.
Surat-kabar dapat dikatakan juga telah mendorong rasa ragu-ragu.
Perbedaan antara laporan tentang peristiwa yang sama dalam surat-kabar yang
berbeda, yang dalam kasus ekstremnya memberikan perbedaan di antara buku-
buku yang telah dicatat oleh Eisenstein (lihat hlm. 25), telah menimbulkan rasa
tidak percaya akan produk cetakan. Bahkan meski orang hanya membaca
sebuah surat-kabar saja, mereka tetap gagal untuk tidak terpengaruh karena
laporan terakhir sebuah peristiwa bisa bertentangan dengan pernyataan yang
dimuat dalam terbitan sebelumnya. Di akhir abad ke-17, diskusi tentang manfaat
penulisan sejarah biasanya mengutip surat-kabar sebagai sebuah model kasus
dari kisah peristiwa yang tidak dapat diandalkan. Bagi mereka yang terlibat di
dalamnya—atau hanya menyaksikan— maka penuturan tentang peristiwa-
peritiwa ini yang dicetak di dalam surat-kabar seringkah tampak sama sekali
tidak benar, sekurang-kurangnya dalam detailnya.
Ini adalah akibat-akibat negatifnya. Yang lebih umum lagi, surat-kabar
menyumbang pada timbulnya "opini publik", sebuah istilah yang pertama-kali
dicatat dalam bahasa Prancis sekitar tahun 1750, dalam bahasa Inggris tahun
1781, dan dalam bahasa Jerman tahun 1793. Perkembangan ini ditegaskan
kembali dalam generasi yang terakhir ini sebagai munculnya' public sphere—
ruang publik', berkat sebuah buku Habermas yang sangat berpengaruh, The

87
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Structural Transformation of the Public Sphere, yang pertama kali diterbitkan


tahun 1962. Lebih persisnya, ungkapan itu tersebar berkat terjemahan istilah
Habermas Pffentlichkeit (yang harfiah berarti 'publicity' dalam pengertian yang
lebih umum dari 'making public') menjadi suatu ungkapan yang lebih eksplisit
tentang ruang, suatu transformasi yang pada dirinya sendiri mengatakan kepada
kita sesuatu tentang proses komunikasi antarbudaya.
Sebagaimana dalam kasus Eisenstein tentang revolusi percetakan, apa
yang diberikan Habermas kepada kita bukanlah argumentasi yang sama sekali
baru, malah lebih merupakan formulasi kembali dari sebuah argumentasi
tradisional. Sebaliknya ketimbang berbicara tentang opini publik, yang tampaknya
mengasumsikan adanya suatu konsensus, ia berbicara tentang sebuah lapangan
(arena) di mana terjadi perdebatan dan memberikan sebuah argumentasi
mengenai argumentasi. Habermas menyatakan bahwa abad ke-18 (sebuah abad
panjang yang dimulai pada tahun 1690-an) merupakan suatu periode yang penting
sekali bagi timbulnya argumentasi rasional dan kritis, yang dikemukakan di dalam
suatu 'ruang publik' yang bersifat borjuis liberal yang—sekurang-kurangnya
dalam prinsip—terbuka bagi partisipasi setiap orang. Studi Habermas itu terutama
sekali penting mengenai pandangannya tentang media sebagai suatu sistem
(termasuk surat-kabar, kafe, kelab dan salon) di mana unsur yang berbeda-
beda bekerja bersama. Buku itu menekankan transformasi struktural dari ruang
ini pada bagian akhir abad ke-18 di Inggris dan Prancis, 'non-instrumentahtasnya'
(dengan kata lain, bebas dari manipulasi), dan sumbangannya bagi timbulnya
sikap rasional dan kritis terhadap apa yang akan dikenal—setelah Revolusi
Prancis—sebagai 'orde lama'.
Pandangan Habermas tentang perdebatan umum itu sendiri telah
menyebabkan timbulnya suatu perdebatan publik, di mana ia dikritik karena
menawarkan sebuah kisah 'utopia' tentang abad itu, karena gagal memperhatikan
manipulasi publik oleh media massa, karena sedikit sekali memberikan tekanan
pada kelompok yang dalam praktek telah dikeluarkan dari diskusi itu (yaitu
orang-orang biasa), dan memberi tekanan terlalu banyak pada apa yang
dinamakannya 'kasus model' di Inggris pada akhir abad ke-18, dengan
merugikan tempat dan periode lain. Juga diajukan argumentasi bahwa terdapat
lebih dari satu ruang umum di awal Eropa pertama, termasuk apa yang terdapat
di istana raja, di mana informasi politik itu banyak sekali dan didiskusikan dengan
bersemangat. Para penguasa seperti Louis XIV (sebagaimana telah kita lihat
sebelumnya dalam bab ini) sadar sekali akan kebutuhan untuk menampilkan diri
dalam cahaya yang lebih menguntungkan kepada publik istana melalui sejumlah

88
Revolusi Percetakan dalam Konteks

besar media mulai dari sajak dan sandiwara sampai ke lukisan, ukiran, permadani
dan medali.
Salah satu tujuan dari bab berikut nanti adalah menguji gagasan-gagasan
Habermas dengan memperhatikan dalam bentuk yang lebih rinci sejumlah diskusi
umum tentang agama dan politik di Eropa mulai dari Renaissance dan Reformasi
sampai Revolusi Prancis. Perkembangan-perkembangan di abad ke-20, yang
dimulai dengan radio dan televisi, serta tumbuhnya dunia periklanan, secara
menyeluruh telah mengubah konteks tesis Habermas, sebagaimana diakuinya
sendiri. Perkembangan-perkembangan ini akan didiskusikan dalam Bab 3,4,
dan 5 buku ini.

89
ab ini mengisahkan tentang perubahan dalam media massa, dengan
enganalisis urutan kejadian komunikasi dari tahun 1450-an sampai tahun
1790-an, dan berfokuskan pada kejadian atau rentetan kejadian yang
telah diberi label seperti: Reformasi, Perang Agama, Perang Saudara Inggris,
'Glorious Revolution 1688' dan Revolusi Prancis tahun 1789 dan memusatkan
perhatian pada satu tema saja, yang telah disinggung pada akhir bab terdahulu:
yaitu timbulnya ruang publik, dan tentang apa yang dikenal sebagai budaya
politik—yaitu informasi, sikap dan nilai-nilai yang dianut bersama secara politis
di dalam masyarakat Eropa partikular atau di dalam kelompok-kelompok sosial
tertentu di dalam suatu masyarakat. Kita akan meneliti bagaimana media yang
bermacam-ragam itu memberikan kontribusinya kepada kejadian-kejadian ini,
kepada perkembangan dan perubahan sistem media.
Sebuah studi kontemporer tentang buku-buku berita terdahulu, yaitu buku
Joad Raymond The Invention of the Newspaper (1996), telah mengingatkan
para pembaca terhadap kisah satu garis lurus tradisional 'dari sebuah perluasan
hak politik yang tergambar di dalam akses yang semakin bertambah luas terhadap
berita; dari rubuhnya penyensoran dan berkembangnya kebebasan politik;
pendeknya gerakan dari orde lama ke orde yang demokratis'. Sebaliknya,
cerita yang akan dikemukakan dalam halaman-halaman ini dapat digambarkan
sebagai suatu garis yang berliku, yang bergerak dari kawasan ke kawasan dan
dengan memperhatikan momen-momen tertentu di mana akses terhadap informasi
menjadi makin menyempit, bukannya semakin lapang. Akan tetapi, perubahan-
perubahan berjangka panjang telah kelihatan antara tahun 1520-an dan tahun
1790-an.

90
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

Sebagaimana halnya dalam revolusi percetakan, tidak ada suatu tanggal


yang merupakan petunjuk di mana kisah ini bermula, tidak ada garis pemisah
yang jelas dengan apa yang terjadi sebelumnya. Sebelum Reformasi, negara-
negara kota di Italia, terutama sekali Florence pada abad-abad ke-13,14 dan
15, selalu merujuk kepada 'rakyat' (il popolo, yaitu anggota perkumpulan
perdagangan dan kerajinan). Bagian penduduk yang relatif tinggi ikut-serta dalam
kehidupan politik Florentine, 4.000-5.000 orang dewasa dari sebuah kota yang
penduduknya kurang dari 100.000 orang. Jabatan-jabatan politik yang penting
diduduki oleh orang-orang yang namanya diundi keluar dari sebuah kantong
dan mungkin digelar dalam suatu jangka waktu kurang dari dua bulan. Budaya
politik Florentine, seperti di Athena klasik (lihat hlm. 8), pada pokoknya bersifat
lisan dan visual. Alun-alun kota itu, terutama sekali Piazza della Signoria di
Florence, adalah ruang publik di mana orang berpidato dan masalah politik
didiskusikan. Pidato yang fasih sangat dihargai orang dalam budaya ini karena
hal itu penting sekali bagi apa yang dinamakan orang Italia ketika itu vita civile,
kehidupan seorang warga yang aktif secara politik.
Pencatat kejadian di kota itu terkadang mencatat poster-poster politik
yang ditunjukkan dan tulisan-tulisan di dinding-dinding kota, dan hubungan
masyarakat di kota itu tidak hanya dilakukan secara lisan saja, dengan
mengirimkan duta-duta ke negara-negara lain, akan tetapi juga secara tertulis.
Arsip Florentine, di mana surat-surat resmi ditulis atas nama pemerintah, memiliki
staf yang terdiri dari orang-orang humanis, orang yang mempelajari budaya lama
klasik yang mampu menulis surat dalam bahasa Latin yang elegan dan
meyakinkan. Adipati Milan, seorang musuh yang terkemuka dari republik
Florentine, dikatakan pernah mengucapkan bahwa ia lebih takut akan pena
kanselir humanis Coloccio Salutati (1331-1406) ketimbang sepasukan tentara
berkuda. Pada skala yang lebih kecil daripada Florence atau Venesia, beberapa
kota di Belanda, Jerman dan Swiss, seperti: Antwerpen, Nuremberg dan Basel,
mengembangkan budaya sipil yang seperti itu pula.

Reformasi

Jika negara-kota Italia itu adalah lingkungan di dalamnya berkembang


Renaissance, maka negara-kota atau 'kota bebas' seperti Nuremberg atau
Strasbourg (yang ketika itu belum masuk ke dalam Prancis) adalah lingkungan
Reformasi, pertikaian ideologis utama yang pertama di mana barang cetakan
memainkan peran penting. Reformasi, sekurang-kurangnya dalam generasi

91
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

pertamanya, adalah suatu gerakan sosial, suatu upaya bersama, meskipun tujuan
utamanya yang disadari adalah mereformasi Gereja yang lama dan bukannya,
sebagaimana yang telah teijadi, mendirikan gereja-gereja baru. Martin Luther
(1483-1546), seorang biarawan Katolik dari Ordo Santo Agustinus yang di
mata Gereja Katolik berbalik menjadi bidaah, adalah seorang guru-besar di
universitas Wittenberg di Jerman sebelah timur yang secara mendalam tidak
senang akan apa yang dilihatnya sebagai dominasi Italia terhadap Gereja,
'kekuatan magic' Gereja dan komersialisasinya. Karena lebih menyukai
keterlibatan langsung dari anggota jema'at biasa dalam kegiatan agama, maka
Luther mendorong masyarakat untuk membaca Injil dengan menggunakan
bahasa sehari-hari—dan hal ini berkaitan dengan terjemahan baru yang
dibuatnya—dan melaksanakan kebaktian dalam bahasa sehari-hari. Ia
menjustifikasi keterlibatan jemaat orang biasa ini dengan apa yang dinamakannya
'priesthood of all believers—fungsi imamat semua orang beriman', yaitu ide
bahwa setiap orang memiliki hubungan langsung dengan Tuhan tanpa perlu
perantara dari para klerus gereja.
Habermas menekankan apa yang dinamakannya dampak 'privatisasi'
Reformasi, suatu penarikan mundur orang-orang yang beriman ke kawasan
interior, suatu penarikan diri yang didukung oleh keyakinan Luther bahwa
kepatuhan kepada penguasa adalah tugas seorang Kristiani yang baik. (Harus
dikemukakan bahwa Luther tidak hidup dalam sebuah kota yang bebas, yang
berpemerintahan sendiri, akan tetapi merupakan seorang rakyat dari Pemilih
Saxony.) Sepanjang yang berhubungan dengan dampak jangka panjang
Reformasi, Habermas mungkin benar. Akan tetapi, pada tahun-tahun pertama
gerakan itu, perdebatan sengit yang teijadi, pertama-tama di Jerman, kemudian
di bagian Eropa yang lain, tentang fungsi dan kekuasaan Paus dan Gereja serta
wujud agama, semuanya itu memberikan sumbangan penting terhadap timbulnya
pemikiran yang kritis dan timbulnya opini publik.
Kejadian-kejadian ini mengikuti suatu pola yang seringkah terjadi yang
mungkin dapat dijelaskan sebagai suatu perubahan politik 'murid tukang sihir'
di awal Eropa modem. Berulang kali, pertikaian dalam kalangan elite menye-
babkan bahwa mereka meminta bantuan kepada suatu kelompok yang lebih
luas, yang seringkah digambarkan sebagai 'rakyat'. Untuk mencapai kelompok
yang lebih luas ini, para elite itu tidak dapat hanya mengandalkan komunikasi
tatap-muka saja dan oleh karena itu mereka berpaling kepada perdebatan publik
dan kepada pamflet. Seman kepada rakyat seringkah berhasil. Memang,
terkadang hal itu lebih berhasil daripada apa yang diharapkan, atau diinginkan,

92
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

oleh orang yang memulainya. Dalam sejumlah peristiwa, karena merasa takut
terhadap apa yang telah mereka mulai, elite itu coba mengurangi perdebatan,
ketika menemukan bahwa mereka telah terlambat, bahwa kebakaran hutan tidak
dapat dikendalikan lagi.
Meskipun istilah 'opini publik' belum lagi digunakan pada permulaan abad
ke-16, namun pandangan rakyat menjadi penting bagi pemerintah di waktu itu
karena alasan praktis saja, terlepas dari apakah mereka mencoba untuk menekan
pandangan-pandangan ini, membentuknya, atau—yang lebih jarang terjadi —
mengikutinya (sebagaimana di sejumlah kecil kota di Jerman dalam tahun-tahun
1520-an, di mana warganegara diminta oleh dewan kota untuk memberikan
suara apakah kota itu akan tetap Katolik atau berubah menjadi Protestan).
Keterlibatan rakyat dalam Reformasi sekaligus merupakan sebab dan akibat
dari keterlibatan media. Ditemukannya percetakan telah menggerogoti apa yang
telah dijelaskan - tentu saja dengan sedikit dilebih-lebihkan—sebagai monopoli
informasi dari Gereja Abad Pertengahan (lihat hlm. 8), dan beberapa orang
menyadari hal ini. Seorang Protestan Inggris ketika itu, John Foxe, misalnya,
menyatakan bahwa 'paus harus menghilangkan pengetahuan dan percetakan,
atau jika tidak demikian maka percetakan itu lama-lama akan menyapu bersih
otoritas paus'. Sebagaimana telah kita lihat, paus-paus tampaknya sependapat
dengan Foxe, dan karena alasan inilah maka Indeks Buku-Buku Terlarang
diadakan (lihat hlm. 59).
Setelah gereja-gereja Protestan — Lutheran, Calvinis dan Zwinglian —
berdiri dengan mantap, mereka mampu melanjutkan tradisi mereka melalui
pendidikan anak-anak. Sandiwara, lukisan dan cetakan sekarang ditolak untuk
memberi kesempatan pada kata-kata, baik tulisan maupun lisan, Injil maupun
khotbah. Dalam generasi pertama, sebaliknya (suatu jangka waktu yang amat
pendek, terutama tahun 1520-an dan 1530-an), kaum Protestan berpegang
pada apa yang dapat dinamakan suatu 'ofensif media', bukan saja untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan, tetapi juga untuk melemahkan Gereja Katolik
dengan mencemoohkannya, dengan cara mengambil bahan-bahan tradisional
berupa humor rakyat untuk menghancurkan musuh melalui gelak tawa. Ini adalah
periode ketika, berbeda sekali dengan perilaku mereka kemudian, pengikut
fanatik Protestan sering suka menyindir, tidak menghormati dan subversif.
Salah satu tujuan utama dari para reformis itu adalah berkomunikasi dengan
semua orang Kristen. Jika Erasmus (1466-1536), humanis besar itu, yang juga
ingin mereformasi Gereja, menulis dalam bahasa Latin sehingga tulisannya dapat
dibaca dalam kalangan akademis di seluruh Eropa, maka Luther memakai strategi

9 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

sebaliknya. Ia menulis dengan bahasa sehari-hari agar pesannya dapat dipahami


oleh orang-orang awam, dengan kerugian bahwa ia membatasi diri pada dunia
yang berbahasa Jerman saja.
Namun berkat media yang baru itu, Luther tidak dapat dibungkam seperti
halnya orang-orang bidaah terdahulu seperti reformis Ceko, Jan Hus (1369-
1415), yang gagasan-gagasannya mirip dengan gagasan Luther dalam beberapa
hal, tetapi ia dibungkam dengan cara membakarnya di tiang gantungan. Dalam
arti ini, percetakan telah mengubah Reformasi menjadi sebuah revolusi abadi.
Memang benar bahwa membakar Luther sebagai seorang bidaah hanya akan
sedikit sekali membantu Gereja Katolik, lantaran tulisan-tulisannya dapat
diperoleh dalam jumlah yang sangat besar dengan harga relatif murah. Empat
ribu eksemplar dari pidatonya 'Kepada Kaum Bangsawan Kristen Jerman' (An
der christlichen Adel Deutscher Nation) telah terjual habis dalam waktu
beberapa hari saja setelah terbit tahun 1520 oleh pencetak Melchior Lotter dari
Wittenberg, yang merupakan teman si penulis.
Terjemahan Injil Luther bahkan lebih penting lagi daripada pamfletnya
bagi perkembangan paham Protestan dalam jangka panjang. Ia tidak seluruhnya
senang dengan teks yang dicetak dari Perjanjian Barunya tahun 1522, yang
berisi beberapa kesalahan, namun setiap versi yang dicetak dalam bahasa sehari-
hari itu memberi kesempatan kepada audiens yang jauh lebih besar untuk
membaca Injil dibanding sebelumnya. Satu pencetak saja di Wittenberg, yaitu
Hans Lufft, telah menjual 100.000 copy Injil itu dalam waktu empat-puluh tahun
mulai dari 1534-1574. Buku Luther Small Catechism (1529) mencapai jumlah
pembaca yang lebih banyak lagi.
Keberhasilan ini tidak boleh dianggap biasa-biasa saja. Tidak ada bahasa
Jerman sehari-hari yang mempakan standar ketika itu, sebagian karena sedikitnya
literatur rakyat yang dicetak, dan salah satu alasan kenapa sedikit sekali literatur
rakyat yang dicetak adalah karena tidak adanya bahasa sehari-hari yang standar.
Bagaimanapun, Luther telah berhasil memecah lingkaran setan ini, karena telah
menulis tidak hanya dalam dialek Saxon akan tetapi dalam sejenis dialek umum
kalangan bawah, yang mengikuti model gaya arsip umum kerajaan dan dapat
dipahami dari timur sampai ke barat, dari Saxony sampai ke Rhineland. Dengan
cara begini, orang yang berpotensi membaca tulisan-tulisan Luther menjadi
berlipat-ganda, sehingga menjadikan pencetakannya itu suatu upaya yang
menguntungkan, sementara dalam jangka panjang, terjemahan Injil Luther itu
membantu menstandarkan bahasa Jerman tertulis. Bukan hanya percetakan
saja, bukan hanya Luther saja, akan tetapi gabungan dari keduanyalah yang
memungkinkan keberhasilan itu.
94
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

Beberapa percetakan di Strasbourg dan di tempat-tempat lain bersedia


mencetak baik tulisan-tulisan Luther maupun tulisan-tulisan lawannya pihak
Katolik, seolah-olahnya mereka itu adalah orang bayaran yang hanya
mementingkan uang saja (lihat hlm. 65), akan tetapi yang lain-lain, seperti Lufft
dan Lotter, yaitu para pencetak yang merasa terikat pada gagasan-gagasan yang
diusung Luther dan para pengikutnya, dan telah membantu menyebarkannya,
membatasi diri mereka pada kaiya-kaiya Protestan saja. Mereka tidak sendirian.
Sebuah surat yang ditujukan kepada reformis Swiss, Ulricht Zwingli (1484-
1531) menceriterakan tentang seorang pedagang keliling yang menjual tulisan-
tulisan Luther, dan bukan yang lainnya, dari pintu ke pintu.
Meskipun ukurannya kecil sekali, universitas kota Wittenberg itu, di mana
Luther tinggal dan mengajar, merupakan pusat komunikasi paham Lutheran.
Salah satu alasan dari tersebar-luasnya gagasan-gagasan Luther di timur-laut
Jerman—yang berbeda dengan bagian barat-dayanya, di mana gagasan-gagasan
Zwingli yang berlaku—adalah kemudahan para pengkhotbah dan bahan-bahan
cetakan dari Wittenberg untuk dapat mencapai kawasan ini. Dalam dua keadaan
itu, pamflet yang ditujukan kepada orang kebanyakan lewat bahasa sehari-hari
sangat penting artinya bagi keberhasilan Reformasi. Lebih dari 80 persen buku
di Jerman yang diterbitkan tahun 1523—untuk persisnya, 418 judul dari 498—
adalah berkenaan dengan reformasi Gereja. Tahun 1525, telah dicetak sebanyak
25.000 copy Dua-Belas Pasal dari petani pemberontak itu. sebanyak 296
pamflet yang bersifat polemik telah muncul di kota Strasbourg saja antara tahun
1520-1529. Pada tahun 1550, telah dicetak kira-kira 10.000 pamflet dalam
bahasa Jerman.
Pamflet-pamflet ini dilukiskan, dengan agak melebih-lebihkan, sebagai
suatu 'mass medium', tindakan melebih-lebihkan itu terletak dalam hal bahwa
hanya sebagian kecil saja dari penduduk yang berbahasa Jerman itu mampu
membeli pamflet dan hanya sebagian kecil saja yang dapat membaca. Teks-
teks itu mungkin lebih sering dibacakan di depan umum dibanding dibaca secara
pribadi dan pesannya didengar oleh jumlah audiens yang lebih banyak daripada
yang mampu membaca. Pendapat lain yang sekarang tampak terlalu dilebih-
lebihkan itu adalah pernyataan bahwa 'tanpa adanya buku takkan pernah ada
Reformasi'.
Pernyataan-pernyataan seperti itu lupa akan peranan propaganda yang
penting ketika itu, baik yang lisan maupun yang visual. Untuk memahami
berkembangnya Reformasi, maka kita perlu melihat bukan pada percetakan itu
saja, tetapi juga pada sistem media sebagai keseluruhan. Karena hanya suatu

95
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

minoritas kecil saja dari penduduk yang dapat membaca, jangankan menulis,
maka akibatnya komunikasi lisan tetap mendominasi apa yang dinamakan 'era
pers percetakan'. Ia mengambil banyak bentuk yang berbeda di lingkungan
yang berbeda pula, mulai dari khotbah dan kuliah di gereja dan universitas sampai
kepada desas-desus dan kabar angin di pasar dan di kedai kopi. Berkhotbah
itu penting sekali di tahun-tahun pertama Reformasi, sedangkan nyanyian agama
dalam bahasa sehari-hari memberi kesempatan kepada hadirin untuk ikut-serta
dalam kebaktian agama secara lebih aktif dibandingkan dengan masa-masa ketika
mereka hanya 'mendengarkan Misa' saja. Luther sendiri menulis lagu-lagu agama
untuk tujuan ini. Yang paling menonjol dan masih tetap dinyanyikan sampai
sekarang adalah 'Benteng Pertahanan yang Kokoh adalah Tuhan Kita' (Ein
Feste Burg ist Unser Gott').
Arsip kehakiman, yang mencatat upaya-upaya menekan bidaah, banyak
menceritakan kepada kita tentang penerimaan gagasan-gagasan baru melalui
beragam media. Misalnya, ia memperlihatkan seringnya dinyanyikannya balada-
balada tercetak berkenaan dengan kejadian-kejadian agama dan politik yang
menonjol, namun sebuah contoh lain tentang interaksi antarmedia itu telah
dibicarakan dalam bab terdahulu (hlm. 44). Banyak dari catatan ini mengarahkan
lampu sorotnya terutama pada kedai minuman, yang mengungkapkan dirinya
sebagai pusat yang penting bagi pertukaran gagasan dan desas-desus. Fungsi
komunikasi dari penginapan mungkin sekali merupakan sesuatu yang bersifat
tradisional, namun ia tidak sering dicatat di Abad Pertengahan. Akan tetapi di
Jerman yang terbagi-bagi pada tahun 1520-an, sejumlah orang tertangkap di
dalam cahaya lampu sorot itu ketika sedang mengeritik para biarawan,
mendiskusikan pamflet atau meragukan dogma-ajaran Katolik, seperti
transubstansiasi (Perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Tuhan
dalam peijamuan Ekaristi) dan Dikandung Tanpa Noda Dosa Asal.
Catatan-catatan itu mengungkapkan baik kepentingan diskusi publik tentang
gagasan-gagasan bidaah dan peran buku atau pamflet dalam merangsang diskusi.
Dengan demikian pengadilan bidaah mendukung apa yang dinamakan teori komu-
nikasi 'dua-langkah', yang dikembangkan dari sebuah studi tentang pemilihan
presiden Amerika tahun 1940. Menurut teori ini, yang diajukan oleh Elihu Katz
dan Paul Lazarsfeld dalam kaiya mereka Personal Influence (1955), para pemilih
yang mengubah pendapat mereka tidak secara langsung dipengaruhi oleh pesan-
pesan yang sampai kepada mereka oleh surat-kabar dan radio. Apa yang mereka
rasakan adalah 'pengaruh pribadi' dari para 'pembentuk opini' setempat. Para
pemimpin ini mengikuti peristiwa-peristiwa di dalam media (dalam kasus kita

96
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

ini, pamflet Protestan) dengan perhatian yang lebih dibandingkan dengan rekan-
rekan mereka, namun kemudian mempengaruhi para pengikut mereka terutama
melalui komunikasi tatap-muka.
Gambar-gambar juga digunakan dalam pertarungan keagamaan itu.
Luther, berbeda dari Calvin, bukan tidak menyetujuinya—ia memajang sebuah
gambar Perawan Suci Maria di kamar kerjanya. Apa yang ditentangnya adalah
takhayul, yaitu apa yang dinamakannya penyembahan berhala—penghormatan
terhadap penanda dengan merugikan apa yang ditandakan. Dalam gereja-gereja
Lutheran, sejumlah kecil lukisan-lukisan keagamaan masih tetap dipajang,
terutama lukisan Kristus, dengan Kebangkitan sebagai subyek yang sangat
populer.
Gambar-gambar tercetak sebagai suatu bentuk komunikasi dengan mereka
yang buta-huruf masih tetap merupakan cara yang penting untuk menyebar-
luaskan gagasan-gagasan Protestan, sebagaimana yang disadari sekali oleh Luther
sendiri ketika ia berseru kepada 'rakyat kebanyakan', sebagaimana dinamakan-
nya. Temannya Lucas Cranach (1472-1553) tidak hanya menghasilkan lukisan-
lukisan Luther dan isterinya, tetapi juga banyak cetakan yang bersifat polemik,
seperti Passional Christi undAntichristi yang terkenal itu, yang membandingkan
kehidupan Kristus yang sederhana dengan kehebatan dan keagungan
'Vikaris'nya, Paus. Demikianlah, terlihat sepasang ukiran kayu dimana Yesus
Kristus sedang melarikan diri dari desakan orang-orang Yahudi yang ingin
menjadikannya sebagai raja, sedangkan Paus sebaliknya mempertahankan
dengan pedang tuntutannya terhadap pemerintahan duniawi atas negara-negara
Gereja (sebuah bidikan yang nyata-nyata diarahkan pada Paus Julius II yang
gemar berperang itu, yang meninggal tahun 1513). Kristus dimahkotai dengan
ranting berduri, sedangkan Paus memakai mahkota bertingkat tiga atau tiara.
Kristus membasuh kaki murid-muridnya, akan tetapi Paus menjulurkan kakinya
untuk dicium orang-orang Kristiani. Kristus bepergian dengan berjalan kaki,
sedangkan Paus dipikul dengan tandu (Gambar 9).
Banyak lukisan Luther yang dihasilkan di lokakarya keluarga Cranach di
Wittenberg, tanpa ragu digantungkan di rumah-rumah pribadi sebagai tanda
loyalitas pada Reformasi. Beberapa dari lukisan ini, terutama sekali sebuah
ukiran kayu yang dibuat tahun 1521, menggambarkan reformis itu sebagai orang
suci, lengkap dengan sebuah lingkaran aura dan seekor burung merpati yang
sedang terbang di sekitar kepalanya untuk menandakan terilhamnya dia oleh
Roh Kudus (Gambar 10). Penggunaan konvensi seperti itu mempermudah
komunikasi dengan orang biasa yang masih memiliki mentalitas tradisional. Akan

97
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 9. Lucas Cranach, ukiran kayu Passional Christ and Antichrist, 1521

tetapi, akibat dari kemudahan itu—suatu harga yang telah dibayar berulang
kali dalam sejarah komunikasi—adalah bahwa ia memperlunak pesan Protestan
dengan menganut praktek-praktek yang ingin digantikannya.
Ritual juga merupakan sebuah sarana sekaligus juga sebuah objek
perdebatan ketika itu. Ritual-ritual Katolik diparodikan oleh sebuah arak-arakan
Protestan di Saxony pada tahun 1520-an dengan membawa tulang-tulang kuda
sebagai olok-olokan relikui, sebagai protes terhadap pentahbisan seorang santo
setempat, Benno dari Saxony. Pada tahun-tahun pertama Reformasi, orang
Protestan juga mempergunakan theater jalanan untuk mengerahkan rakyat
menentang Gereja. Misalnya, pada tahun 1521, pencetak Swiss Pamphilus
Gengenbach dari Basel (1480-1524) melakukan serangan terhadap keuntungan-
keuntungan yang diperoleh para imam dalam ajaran tentang Api Pencucian.
Sandiwara itu dinamakan 'Pemakan Orang Mati' (Die Totenfresser), dan ia

98
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awal Eropa Modern

Gambar 10. Hans Baldung Grien, ukiran kayu Martin Luther with halo, sekitar
tahun 1523

99
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

memperlihatkan seorang uskup, seorang biarawan dan para klerus gereja yang
lain, duduk di sekeliling sebuah meja sedang memotong-motong sebuah mayat.
Lagi, tahun 1518, pencetak Swiss Nikolas Manuel dari Bern (1484-1530)
memainkan sebuah sandiwara berjudul 'Penjual Indulgensi' (DerAblasskramer)
di mana ia mengolok-olok komersialisasi agama oleh gereja Katolik,
sebagaimana telah dilakukan Luther sebelumnya.
Orang-orang Katolik sendiri tidak menanggapi tantangan Protestan itu
dalam media yang sama, sekurang-kurangnya tidak dalam skala yang sama atau
untuk publik yang sama. Mereka juga tidak mengeluarkan pamflet yang sama
banyak untuk mempertahankan Gereja seperti yang digunakan orang Protestan
untuk menyerangnya. Orang Katolik tidak menerbitkan terjemahan Injil mereka
sendiri, yang dianggap Gereja berbahaya. Ketika mereka mengeluarkan
sandiwara-sandiwara yang bersifat keagamaan, maka sandiwara-sandiwara ini
pada umumnya diarahkan kepada penonton elite seperti orang-tua murid-murid
yang bangsawan di perguruan tinggi Jesuit di Prancis, Italia dan Eropa Tengah,
dan bukan untuk rakyat kebanyakan.
Keadaan ini menggambarkan suatu model umum komunikasi yang dapat
dinamakan dilema konservatif, yang biasa terdapat pada pemerintahan otoriter
—sekurang-kurangnya dalam masyarakat yang melek-hurufnya terbatas —
apabila mereka mendapat serangan. Dalam kasus pada abad ke-16, jika Gereja
tidak menanggapi Luther, orang mungkin terbawa untuk berpikir bahwa kaum
bidaah itu benar. Sebaliknya, jika Gereja memang memberikan tanggapan, maka
hal ini mungkin mendorong orang awam, dalam cara yang telah dikemukakan di
atas (hlm. 92-93), untuk memperbandingkan kedua belah pihak, berpikir untuk
diri sendiri, dan memilih alternatif-alternatif sebaliknya daripada melakukan apa
diperintahkan kepada mereka. Karena itu, bagi para pendukung orde lama,
yang bergantung pada kebiasaan untuk patuh, maka tanggapan yang benar pada
tingkat pesan akan merupakan tanggapan yang salah di tingkat media.
Dari pihak mereka, orang Katolik terus mengerahkan tenaga untuk
menghasilkan gambar-gambar keagamaan, terutama sekali setelah kaum
Protestan yang menentang apa yang dianggap pemujaan berhala telah
menghancurkannya, baik di dalam maupun di luar gereja-gereja untuk mengubah
penampilan 'tempat-tempat suci' itu. Orang Katolik memberi perhatian besar
kepada retorika gambar, dengan jalan menjadikan lukisan-lukisan dan patung-
patung yang suci itu alat pendorong yang lebih dramatis lagi dan, demikian menurut
kepercayaan mereka, merupakan cara yang lebih efektif dibandingkan dengan
apa yang dinamakan 'Kontra-Reformasi' setelah Konsili Trente (1545-1563).

100
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

Ikonografi itu seringkali merujuk kepada ajaran-ajaran yang telah diserang kaum
Protestan. Gambar-gambar pertobatan St. Petrus atau St. Maria Magdalena,
misalnya, secara khusus dipilih karena keduanya dianggap membenarkan
sakramen pengakuan dosa. Orang-orang suci juga mendapatkan kembali
lingkaran aura kekeramatan di kepala mereka, yang beberapa di antaranya
(kecuali lingkaran di kepala Luther) telah disapu habis.
Perkembangan lembaga-lembaga propaganda dan penyensoran yang
saling bertentangan itu—akan tetapi kemudian ternyata saling melengkapi —
mungkin telah menjadi akibat yang tak terelakkan dari ditemukannya percetakan,
tetapi semua itu adalah akibat langsung dari perang agama di abad ke-16.
Propaganda dan penyensoran itu dulunya bersifat keagamaan sebelum menjadi
bersifat politis. Persis sebagaimana percetakan membantu kelangsungan
Reformasi Protestan, dengan menjadikannya tidak mungkin untuk menindas
gagasan-gagasan Luther, sebagaimana gagasan-gagasan bidaah Abad Perte-
ngahan telah ditindas, demikian pula selanjutnya Reformasi mendatangkan
keuntungan besar bagi para pencetak, baik dalam bentuk pamflet yang terjual
dengan sangat larisnya, atau, di dalam jangka panjang, terjemahan kitab Injil
dalam bahasa sehari-hari.
Bertentangan dengan tesis Habermas, mungkin dapat diperdebatkan
bahwa Reformasi Jerman itu memberikan kontribusi kepada timbulnya suatu
'ruang publik', sekurang-kurangnya untuk suatu waktu. Para penulis pamflet
menggunakan strategi persuasi yang sadar-diri, mereka mencoba berseru kepada
publik, mereka mendorong kritik terhadap Gereja dan, setelah gagasan-gagasan
baru itu diperdebatkan secara luas di depan umum ketika tahun-tahun pertama
gerakan itu, mereka menarik beberapa orang Katolik ke depan umum.
Sedangkan bagi para penguasa sekuler, mereka juga menemukan bahwa media
yang baru itu adalah suatu tenaga yang kuat yang dapat berguna bagi tujuan-
tujuan politik. Perselisihan antara Raja Charles V dan saingannya Raja Francis
I dari Prancis dilakukan lewat pamflet-pamflet sebagaimana juga di medan
tempur mulai dari pertengahan tahun 1520-an dan selanjutnya, dan penentuan
waktu kampanye kertas ini memperlihatkan bahwa kedua penguasa itu telah
mengambil pelajaran dari Luther.

Perang Agama dan Pemberontakan Belanda

Setelah tahun 1520-an, bukti masih adanya diskusi publik makin menurun ketika
Lutheran berubah menjadi sebuah gereja dan mereka sendiri membatasi atau

101
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

menindas perdebatan publik. Tekanannya telah berpindah dari "fungsi imamat


(kependetaan) semua orang beriman" kepada pentingnya sebuah jabatan pendeta
yang berpengetahuan untuk dapat mengatakan kepada orang-orang apa yang
harus dipercayai dan apa makna pengertian teks-teks Injil. Kita menemukan
perkembangan seperti itu pula di bagian-bagian Eropa yang lebih kemudian di
dalam abad itu.
Dilihat dari perspektif media, pertarungan antara Katolik dan Protestan
sering dikemukakan sebagai perang antara budaya gambar dan budaya buku.
Pandangan ini terlalu sederhana. Di dunia Katolik, standardisasi praktek agama
yang diasosiasikan dengan Kontra-Reformasi sangat sesuai dengan kebutuhan
para pencetak sebagai pembuat-tamsilan. Terdapat permintaan yang semakin
bertambah terhadap buku misa, buku sembahyang, dan terutama sekali
katekismus, dan beberapa pencetak, seperti Christophe Plantin dari Antwerpen
misalnya, memperkaya diri mereka dengan memasok produk-produk yang telah
distandarkan ini. Beberapa orang awam membaca kehidupan orang-orang suci
itu dan karya-karya pengabdian yang lain.
Namun, secara relatif terdapat pertentangan antara budaya buku Protestan
dan budaya gambar Katolik. Misalnya, jauh sebelum Kontra-Refoimasi, ketika
itu berbahaya untuk mencetak kepustakaan Protestan di Prancis, Italia, atau di
Inggris di masa Henry VIII, maka kota Antwerpen telah menjadi tempat bisnis
ekspor yang makmur, yang mencetak injil dan pamflet dalam bahasa Prancis,
Italia dan Inggris. Dalam sebuah peristiwa, atas perintah uskup London (yang
tampaknya belum menguasai perekonomian percetakan), seorang saudagar
Inggris yang beragama Katolik di Antwerpen, Augustine Packington, telah
membeli seluruh edisi William Tyndale Pernjanjian Baru (yang pada asalnya
diterbitkan di Worms tahun 1526), untuk dibakar.
Menurut sebuah sumber kontemporer, Chronicle tulisan Edward Hall,
'Augustine Packingham datang kepada William Tyndale dan berkata, "William,
saya tahu bahwa Anda adalah seorang yang miskin, dan Anda memiliki sejumlah
besar Perjanjian baru dan buku-buku yang telah membahayakan baik teman
Anda maupun memiskinkan diri Anda sendiri, dan sekarang saya telah menemukan
untuk Anda seorang saudagar yang dengan uang yang tersedia akan
menghilangkan Anda dari segala yang Anda miliki itu, jika Anda berpikir bahwa
ia demikian menguntungkan untuk diri Anda."
"Siapakah saudagar itu?" tanya Tyndale.
"Uskup London", jawab Packingham.
"Oh hal itu adalah karena ia akan membakarnya", kata Tyndale.

102
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

"Ya, Mary" kutip Packingham.


"Saya adalah orang yang patut bergembira", kata Tyndale, "karena dua
buah keuntungan yang akan datang daripadanya: saya akan mendapat uang
daripadanya untuk buku-buku ini sehingga saya membebaskan diri dari segala
hutang, dan seluruh dunia akan menangis karena terbakarnya kata-kata Tuhan.
Dan kelebihan uang itu akan tetap berada pada saya, akan menjadikan saya
lebih rajin untuk membenarkan Perjanjian Baru yang dikatakan itu, dan akan
mencetak barang yang sama itu sekali lagi, dan saya percaya bahwa yang kedua
itu akan jauh lebih Anda sukai dibandingkan dengan yang pertama".
Dan berlangsunglah tawar-menawar itu, sehingga Uskup itu mendapatkan
buku-buku itu, Packington mendapatkan ucapan terimakasih, sedangkan Tyndale
memperoleh uang.'
Pada abad ke-16, khususnya orang Calvinis mendorong sebuah gelombang
menentang pemujaan berhala yang tersebar di kebanyakan Eropa, yang terutama
sekali diarahkan menentang patung-patung (meskipun jendela kaca bergambar
juga ikut menderita). Kadang-kadang patung-patung itu dihancurkan, kadang-
kadang hanya dipindahkan saja. Gerakan itu berlangsung di dunia yang berbahasa
Jerman pada tahun 1520-an, dengan dibantu oleh Andreas von Karlstadt di
Wittenberg dan Ulrich Zwingli di Ziirich. Ia berkembang ke Jenewa dan ke
bagian-bagian Inggris dan Prancis di tahun 1530-an. Ia mencapai puncaknya di
Prancis dan Belanda dalam musim panas tahun 1566, ketika penghancuran
gambar itu dapat didokumentasikan di dua-puluh lima tempat antara 10 Agustus
dan 29 September. Sebuah peta pemujaan berhala itu (Gambar 11)
mengemukakan bahwa di banyak tempat ia merupakan suatu reaksi terhadap
berita atau desas-desus penghancuran gambar di tempat-tempat lain. Ia berupaya
untuk menafsirkan gerakan yang teratur ini (yang pertama kalinya dalam suatu
skala yang luas semenjak Imperium Bizantium di abad ke-8) sebagai suatu reaksi
atas meningkatnya jumlah gambar-gambar itu dan terutama sekali terhadap
kekuasaan komunikatif patung-patung itu pada akhir Abad Pertengahan dan
Renaissance.
Meskipun orang-orang Lutheran itu bukan penyembah berhala, sehingga
Karlstadt baru mampu menghilangkan gambar-gambar itu dari gereja-gereja
Wittenberg ketika Luther tidak berada di sana, namun komunikasi melalui
gambar-gambar itu sama sekali dilarang di kawasan-kawasan Calvinis. Dalam
sebuah 'kuil' Calvinis, sebagaimana keadaannya dalam sebuah mesjid, bidang
visual dari orang yang beribadat itu didominasi oleh teks-teks yang dilukiskan
seperti "Sepuluh Perintah Allah". Orang-orang Calvinislah yang telah memulai

103
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dua buah perselisihan pada akhir abad ke-16, berbagai perang agama di Prancis
mulai dari permulaan tahun 1560-an sampai tahun 1609. Pertikaian-pertikaian
ini penting dalam konteks buku ini karena peran yang dimainkan media di
dalamnya, dan karena campuran dari perdebatan agama dan politik yang
disemangati olehnya menunjukkan bahwa kita dapat berbicara tentang timbulnya
suatu mang publik di kedua negara bertetangga ini bahkan sejak tahun 1570-an
dan 1580-an.
Perang Agama di Prancis adalah perang media sebagaimana juga pertikaian
dengan menggunakan pedang dan senapan, di mana mengeluarkan pamflet,
membuat gambar, menghancurkan gambar dan komunikasi lisan, semuanya itu
menjadi penting. Bahkan pada tahun 1534, kaum Protestan Prancis telah
berpaling kepada pers untuk menyebar-luaskan gagasan-gagasan mereka.
Lembaran kertas dan plakat yang menyerang massa Katolik dicetak di Swiss,
diselundupkan ke Prancis dan dipamerkan di tempat-tempat umum, dan bahkan,
untuk seketika lamanya, di pintu tempat tidur raja. Di tahun 1570-an, pertikaian
itu berubah menjadi pertikaian segi tiga, ketika keluarga Guise yang berkuasa
menuduh pemerintah terlalu memberi hati kepada kaum Protestan dan
mengorganisir sebuah Liga Katolik dengan bantuan Spanyol. Liga itu mengadakan
apa yang dapat kita namakan suatu kampanye media di mana sajak-sajak
ditempelkan di dinding-dinding, gambar-gambar sindiran, khotbah yang berapi-
api, pamflet yang membakar, semuanya itu ikut memainkan perannya.
Bahwa sesuatu yang dapat dikatakan hari ini tentang kampanye ini pada
umumnya adalah disebabkan oleh aktivitas pengacara Prancis Pierre L'Estoile
(1546-1611), yang membiasakan diri mencatat desa-desus dan khotbah, dan
menempelkan plakat dan ukiran yang hanya berlangsung seketika saja, di dalam
majalahnya. Berkat L'Estoilelah kita mengetahui bahwa perang saudara Prancis
itu untuk sebagiannya merupakan perang gambar, yang banyak daripadanya
dihasilkan di sebuah jalanan di kota Paris, yaitu rue Montorgueil di dekat Les
Halles. Di satu pihak, beredar sebuah 'Peta Kepausan', sedangkan pihak lain
memilih gambaran 'La Marmite Renverse' [Periuk Terbalik], sebuah pot besar
yang berisi orang Protestan dan kaum atheis dimasak dalam tanur api yang
bernyala-nyala. Ketika Henri III (yang memerintah tahun 1575-1589)
memerintahkan untuk membunuh musuh-musuhnya Henri due de Guise dan
saudaranya kardinal Guise, maka ukiran-ukiran kayu itu langsung timbul untuk
memperingati 'kematian mereka yang kejam' itu.
Kata-kata yang dicetak bahkan memainkan peran yang lebih penting lagi
dalam pertarungan itu. Seperti Jerman pada tahun 1520-an, Prancis di akhir

104
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

Gambar 11. Tujuhbelas provinsi dan kota-kota besar yang mengalami iconoclasme
tahun 1566

105
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

abad ke-16 berada dalam suatu abad pamflet, dengan lebih dari tiga-puluh buah
setahun dihasilkan antara tahun 1559 dan 1572. Setelah Pembunuhan Massal
St Bartholomew, di mana banyak orang Protestan terbunuh, pamflet-pamflet itu
menjadi lebih kejam dalam serangannya terhadap individu-individu seperti
'pelacur' atau 'harimau' Ratu Catherine de' Medici (1519-89). Mereka juga
berpaling dari agama kepada politik. Karena itu, kesimpulan sejarawan Donald
Kelly bahwa pada tahun 1572 'propaganda politik modern telah menjadi
dewasa'. Dengan mencapai suatu puncaknya pada periode 1588-1894, dan
kemudian berkurang jumlahnya ketika perdamaian dapat ditegakkan kembali,
maka pamflet-pamflet itu kembali dalam skala yang jauh lebih besar lagi ketika
terjadinya krisis politik tahun 1614-1617, ketika sekelompok kaum ningrat
memberontak menentang raja. Lebih dari 1.200 buah pamflet politik dihasilkan
dalam periode yang pendek itu. Kardinal Richelieu, yang memerintah Prancis
dengan bersekongkol dengan Raja Louis XIII antara tahun 1630 dan 1643,
mungkin telah mengetahui dengan baik tentang kepentingan politik media dari
krisis itu. Bagaimanapun juga, ia memberikan inspirasi untuk mendirikan sebuah
surat-kabar resmi, Gazette, tahun 1631, dalam kesempatan mengirim bahan-
bahan berita kepada editor untuk dimuat di dalamnya. Jean-Baptiste Colbert,
menteri Louis XIV yang paling penting dari tahun 1661 sampai 1683, bahkan
lebih sadar lagi akan media dibandingkan Richelieu. Pembentukan kesan raja
yang baik, untuk publik asing dan juga untuk publik dalam negeri, melalui laporan-
laporan pers, sejarah resmi, puisi, sandiwara, ballet, opera, lukisan, ukiran dan
medali, dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri dari para seniman dan penulis,
yang diawasi oleh Colbert.
Peran publik media itu, jika masih ada, tetap lebih besar di Belanda
daripada di Prancis, dengan dimulai dari pemberontakan terhadap Philip II dari
Spanyol atau, sebagaimana dinamakan orang Belanda sekarang ini, 'Perang
Delapan-Puluh Tahun', dari tahun 1568 sampai 1648. Lebih dari 7000 pamflet
dari masa ini masih tetap tersimpan di perpustakaan-perpustakaan Belanda.
Jumlah pencetakan pamflet itu biasanya adalah antara 1000 sampai 1250, namun
ia dengan cepat dicetak kembali untuk memenuhi permintaan. Ada pamflet
misalnya yang menyebarluaskan apa yang dinamakan 'Legenda Hitam' dari
despotisme, kekaburan dan fanatisme. Para penulis yang berbakti pada
pemimpin pemberontakan itu, William si Pendiam (1533-84) mengemukakan
Philip II sebagai seorang diktator yang tidak menghormati kebebasan dan hak
istimewa kota-kota di Belanda.

106
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

Sajak-sajak tercetak yang mengagung-agungkan para pemberontak dan


menolak Philip II sebagai 'Herodes' atau 'Fir'aun' dan orang-orang Spanyol itu
sebagai keturunan 'Yahudi yang tidak ber-Tuhan'juga banyak tersebar, mungkin
sekali lebih luas tersebarnya daripada pamflet-pamflet itu, karena semuanya
dinyanyikan dan didengarkan lebih sering daripada dibaca. Misalnya, sebuah
ukiran kayu tentang pembunuhan pangeran Egmont dan Hoorne tahun 1568
atas perintah Philip II dengan segera beredar di Belanda, dengan penjelasan
kepada orang yang melihatnya tentang apa yang harus dipikirkan mengenai
kejadian-kejadian yang digambarkan itu.
Pamflet-pamflet Belanda itu tidak dihasilkan secara terus-menerus, akan
tetapi berkelompok-kelompok sebagai tanggapan terhadap kejadian-kejadian
sejarah yang penting, terutama sekali di periode 1578-1585,1598-1606,1618,
dan 1647-1648. Suatu pertambahan produksi yang tiba-tiba sekitar tahun 1607
juga telah dicatat, dengan kata lain, beberapa tahun sebelum membanjirnya
pamflet dalam krisis Prancis tahun 1614-1617 yang telah disebut di atas. Pamflet
politik itu telah menjadi bagian dari kehidupan politik Belanda. Bahkan terdapat
suatu perdebatan tentang perdebatan, yaitu sebuah dialog, misalnya, yang
mendiskusikan apakah boleh atau tidak setiap orang 'untuk menyatakan
pendapatnya tentang masalah-masalah negara'.
Sudah pasti bukan merupakan sebuah kejadian yang tidak disengaja bahwa
di Republik Belandalah, terutama sekali di Amsterdam, bahwa surat-kabar (yang
pertama kali tercatat di Jerman tahun 1609) menjadi sebuah lembaga kerakyatan.
Berbeda dengan pamflet, surat-kabar terbit pada waktu-waktu tertentu, biasanya
sekali atau dua kali seminggu, dan penerbitannya diberi nomor sehingga pembaca
tahu apakah telah kehilangan sesuatu atau tidak. Dalam masyarakat kota yang
melek-huruf yang tidak biasa di Republik Belanda pada abad ke-17 itu, suasana
publik sementara itu menjadi sesuatu yang permanen. Berbeda dengan di
Belanda, pamflet Inggris sebelum tahun 1640, lebih bersifat moral ketimbang
politik, akan tetapi situasi itu akan berubah dengan cepat sekali ketika pecahnya
Perang Saudara.

Dari Revolusi Puritan ke Revolusi Agung

Media Eropa punya banyak berita untuk dilaporkan pada tahun 1640-an, yang
merupakan suatu dekade krisis. Di Portugal, pemandangan suatu pertarungan
untuk kemerdekaan dari Spanyol, maka Gazeta di Lisabon memberikan berita

107
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

perang itu dari tahun 1641 sampai 1647. Di Prancis, sekali lagi pamflet
memainkan suatu peran politik utama, yang secara meluas digunakan untuk
menyerang pemerintah dan menteri pertama Jules Mazarin dalam perang saudara
(1648-1652) yang dikenal sebagai 'Fronde'. Kira-kira 5000 'mazarinades'
dihasilkan ketika ini, dengan menjual masing-masingnya seharga setengah atau
seperempat sou, suatu jumlah yang melebihi produksi tahun 1614-1617, karena
pamflet-pamflet di masa itu telah melebihi apa yang ada dalam Perang Agama.
Penerbitan Gazette yang resmi itu jauh lebih lama daripada biasanya antara
tahun 1648 dan 1650 karena terdapat jauh lebih banyak berita yang harus
diberitakan, dan surat-surat kabar yang tidak resmi seperti Courier bordelais
juga beredar. Akan tetapi setelah tahun 1650, dan lebih jelas lagi setelah
dimulainya pemerintahan Louis XIV pada tahun 1661, maka lingkungan publik
Prancis telah mengecil kembali.
Sama halnya dengan Fronde, Perang Saudara Inggris, yang juga dikenal
sebagai Revolusi Inggris, telah dilakukan di dalam media: dalam pidato dan
khotbah, dalam tulisan dan gambar, dan dalam tindakan-tindakan yang diritualkan
seperti arak-arakan dan penghancuran patung. Sekali lagi kita temukan sebuah
situasi di mana kaum elite itu terbagi-bagi dan kedua belah pihak berseru kepada
rakyat untuk mendapatkan dukungan, dengan akibat-akibat yang tidak dapat
mereka ramalkan atau kendalikan. Misalnya, kaum biarawan telah kehilangan
pengawasan terhadap khotbah dan harus bersaing dengan pengkhotbah yang
terdiri dari orang awam, yang sebagian dari mereka adalah seniman, seperti
mantan tukang pateri John Bunyan (1628-1688), dan beberapa di antara mereka
adalah wanita, termasuk pengkhotbah Baptist Mrs Attaway.
Sekurang-kurangnya di London, ini adalah masa politik dengan plakat,
dengan petisi dan demonstrasi. Misalnya, pada tahun 1640 apa yang dinamakan
petisi 'Akar dan Cabang' yang menentang para uskup itu ditanda-tangani oleh
kira-kira 15.000 orang, sedangkan lebih dari 1000 orang lagi membawa petisi
ke Parlemen. Pada tahun 1642, Parlemen menerima Petisi Para Wanita, Para
Isteri Pedagang dan banyak yang lainnya dari Kalangan Wanita. Seniman
dan pengrajin terlibat dalam politik hampir setiap hari. Jadi tidak mengherankan
apabila beberapa sejarawan dari masa itu berbicara tentang timbulnya politik
massa, terlepas dari watak yang penuh problem dari konsep itu.
Tahun-tahun pertengahan dari abad ke-17 itu adalah tahun-tahun yang
besar bagi pamflet dan surat-kabar di mana kaum royalis dan kaum
parlementarian menekankan pandangan mereka masing-masing. Antara tahun
1640 dan 1663 seorang penjual buku, George Thomason, L'Estoile di Paris-

108
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

Gambar 12. Richard Overton, Canterbury, His Change of Diet, title page, 1641

nya Inggris, mampu mengumpulkan hampir 15.000 buah pamflet dan lebih dari
7.000 surat-kabar, suatu kumpulan yang sekarang ini dipelihara di Perpustakaan
Inggris dan dikenal sebagai Risalah Thomason. Pecahnya Perang Saudara juga
bersamaan waktunya dengan apa yang dinamakan 'pecahnya berita buku Inggris'
tahun 1641. Mercurius Aulicus adalah surat-kabar terkemuka di pihak yang
pertama, Mercurius Britannicus surat-kabar terkemuka pada yang kedua, yang
masing-masing menghasilkan versinya sendiri tentang peristiwa-peristiwa, dan
diiringi oleh Mercurius Melancholicus, Mercurius Anti-Melancholicus,
Mercurius Morbicus, Mercurius Phreneticus, Mercurius Pragmaticus,
Mercurius Anti-Pragmaticus dan banyak lagi yang lain.
Ledakan bahan cetakan ini merupakan konteks bagi perdebatan yang
terkenal tentang kebebasan pers, di mana penyair Puritan John Milton ikut serta,
dengan menerbitkan karyanya Areopagitica (1644), sebuah serangan terhadap
Peraturan Pers Long Parliament dan suatu pertahanan terhadap 'kebebasan
percetakan yang tidak berlisensi', yang mengeritik penyensoran dari bentuk
apapun juga yang berdasarkan berbagai jenis aturan publik, yang tidak kurang

109
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

pentingnya agar orang-orang yang merdeka harus bebas memilih. Ia


mengasosiasikan penyensoran itu dengan paham Katolik, sambil mencatat bahwa
para paus telah 'memperluaskan kekuasaan mereka sampai mencapai mata
manusia' dengan jalan mengadakan 'Pembakaran yang baru terhadap sebuah
Indeks'.
Pesan-pesan yang seringkah dibicarakan itu tidak hanya terbatas pada
pamflet dan surat-kabar saja. Tulisan yang terdapat di dinding-dinding kota
London dan tempat-tempat umum lainnya memberikan gambaran yang hidup
dari perluasan ruang publik ketika ini. Propaganda bergambar juga jelas
menonjol. Kira-kira 150 buah cetakan yang bersifat politik telah bertahan sampai
sekarang dari tahun 1641 saja, di antaranya ada yang menyerang para menteri
Charles I, pangeran Strafford dan Uskup Agung Laud (Gambar 12).
Pemandangan Laud dalam sebuah sangkar memberikan suatu pertanda terhadap
gaya teater jalanan yang maju pesat di London ketika itu, sebagaimana yang
dilakukan di kota-kota Jerman ketika Reformasi (lihat hlm. 98), sedangkan
pengadilan Charles I, yang diikuti dengan pelaksanaan hukuman matinya di depan
umum di atas sebuah tempat gantungan di luar Gedung Banqueting di Whitehall
tahun 1649, mempakan sebuah drama politik tingkat tinggi yang untuk sebagian
merupakan kompensasi ditutupnya teater-teater ini pada tahun 1642.
Kepentingan yang berlanjut dari komunikasi lisan diperlihatkan oleh apa yang
dinamakan Perdebatan Putney tahun 1647, di mana sebuah draft konstitusi yang
dikenal sebagai 'Persetujuan Rakyat' telah didiskusikan dalam suatu Army
Council di mana semua tingkat kepangkatan terwakili, pernyataan hak-milik
ditentang dan perluasan hak suara dituntut.
Percetakan juga penting dalam seman kepada rakyat dan perluasan yang
diakibatkannya dari mang publik. Tahun 1641, tidak kurang dari 20.000 copy
Grand Remonstrance dari Parlemen yang menentang pemerintahan Charles I
diedarkan. Laporan-laporan perdebatan di Majelis Rendah, yang dicetak untuk
pertama kalinya, memperluas para pendengar pidato-pidato anggota Parlemen
itu.
Masalah besar, di sini dan di tempat-tempat lain dari studi ini, adalah
sampai sejauh mana media dan pesan-pesannya mengubah sikap dan mentalitas
rakyat. Beberapa ilmuwan menekankan tidak pentingnya masalah-masalah
politik dalam lembaran-lembaran berita itu, namun di pihak lain dari masalah itu
adalah masuknya politik nasional ke dalam kehidupan sehari-hari. Seorang
seniman London yang saleh, Nehemiah Wallington, memjuk dalam jurnalnya
pada lebih dari 300 pamflet. Seorang lain yang semasa dengannya menyatakan

110
Media Massa dan Ruang Publik di Masa AwaJ Eropa Modern

bahwa Mercurius Aulicus 'telah merusak Parlemen lebih daripada apa yang
dapat dilakukan 2.000 serdadu raja5, suatu pernyataan yang tidak begitu berbeda
dari komentar surat-surat Salutati (lihat hlm. 91). Melihat ke belakang dari
perspektif satu generasi kemudian dan sambil memperluas kiasan itu, maka
seorang penulis pada tahun 1682 menyatakan bahwa ia tahu 'tidak ada sesuatu
yang lain yang lebih menyakitkan bagi mendiang Raja itu lebih daripada peluru-
peluru kertas dari Pers'. Seorang penulis secara harfiah menggunakan pamfletnya
sebagai sebuah peluru, dengan jalan melemparkannya kepada kendaraan
kerajaan pada tahun 1641. Ketika jenderal Jerman Erich von Ludendorff (1865-
1937) mengumumkan pada saat Perang Dunia I bahwa 'kata-kata telah menjadi
pertempuran', maka ia sesungguhnya mengemukakan suatu hal yang biasa teijadi,
meskipun perkembangan dalam teknik-teknik propaganda memberikan suatu
arah baru kepada kata-katanya itu.
Dampak yang persis dari ledakan berita dan komentar ini masih mempakan
masalah yang kontroversial. Para sejarawan masih memperdebatkan apakah
budaya politik Inggris pada dasarnya bersifat lokal atau nasional saat ini, sembari
mencatat bahwa surat-kabar menjadikan propinsi-propinsi itu mendapatkan
informasi tentang peristiwa-peristiwa nasional dan mendorong diskusi dan
membuatkan petisi-petisi setempat untuk mempengaruhi dunia politik di London.
Dengan menggambarkan tuntutan oleh Deutsch dalam karyanya The Nerve of
Government (1963) bahwa sebuah masyarakat adalah 'suatu jaringan saluran
komunikasi', maka penyebaran berita membentuk ikatan yang lebih erat antara
pusat politik dan daerah-daerah, dan dengan cara begini membantu membangun
sebuah budaya politik nasional.
Sebagaimana halnya di Jerman pada tahun 1520-an, suatu ruang politik
publik dan bahkan juga suatu ruang publik populer timbul di Inggris, terutama
sekali di London, dalam kurun waktu dua-puluh tahun yang padat peristiwa
antara dipanggilnya bersidang Long Parliament tahun 1641 dan Restorasi Charles
II tahun 1660. Dengan kata-kata Nigel Smith, 'Belum pernah terjadi sebelumnya
dalam sejarah Inggris kepustakaan yang ditulis dan dicetak memainkan peranan
yang demikian menonjolnya dalam masalah-masalah publik, dan belum pernah
teijadi sebelumnya hal itu dirasakan oleh para pakar kontemporer akan menjadi
demikian pentingnya.'
Restorasi Charles II tahun 1660 menghadapkan para pembuatnya pada
masalah, yang umum teijadi dalam situasi seperti itu, untuk kembali dari sebuah
sistem yang relatif terbuka menjadi suatu sistem tertutup. Berkembangbiaknya
lembaran berita yang saling bersaing digantikan oleh monopoli yang dilakukan

111
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

oleh the London Gazette, sebuah surat-kabar resmi menurut model Prancis
(yang merupakan contoh yang terjadi kemudian adalah Pravda di masa Stalin
atau Brezhnev), dan diperkenalkannya kembali sistem lisensi buku-buku. Tahun
1663, Sir Roger L'Estrange, yang ketidaksetujuannya terhadap percetakan
pernah dikutip (lihat hlm. 21), diangkat untuk memberdayakan peraturan-
peraturan pemerintah, gelarnya sebagai 'Peninjau' pers merupakan eufemisme
dari 'sensor'.
L'Estrange sadar sekali tentang apa yang telah dijelaskan di atas sebagai
dilema konservatif, masalah yang dihadapi Gereja Katolik di masa Luther, apakah
akan mengesampingkan kritik umum yang dikemukakan oleh kaum radikal, atau
memeranginya dengan senjata mereka sendiri. Pada suatu kali ia menulis bahwa
'sebuah merkuri publik [surat-kabar] tidak akan pernah memperoleh suara
persetujuan saya, karena saya kira ia akan menjadikan orang banyak demikian
terbiasa dengan tindakan-tindakan dan nasehat-nasehat atasan mereka'. Namun,
ia telah mengedit tidak kurang dari tiga buah lembaran berita: pertama The
Intelligencer, yang dicetak, dengan kata-katanya sendiri, 'untuk kepuasan dan
informasi rakyat'; kemudian The News; dan yang terakhir, dari tahun 1681 sampai
1687, The Observator. Sebagaimana ditulisnya dalam The Observator dalam
bulan April 1681, 'Perslah yang telah menjadikan mereka gila, dan Pers itu
harus meluruskannya kembali'. Dengan cara demikian, pemerintah dipaksa untuk
memberikan sumbangannya melalui jurnalisme untuk menyebarluaskan kesadaran
politik rakyat yang pada umumnya disayangkan oleh para elite, dan kepada
timbulnya para jurnalis ('orang berita', sebagaimana mereka dikenal di Inggris
pada abad ke-17) sebagai suatu kekuatan baru dalam politik, yang kemudian
digambarkan sebagai 'wilayah keempat' (lihat hlm. 235).
Cara bekerja rezim media di masa Restorasi digambarkan oleh sebuah
peristiwa besar di bidang komunikasi tahun 1678, yaitu apa yang dinamakan
'Persekongkolan Paus' untuk membunuh Charles II sehingga saudaranya yang
beragama Katolik James, Duke of York, dapat memerintah di tempatnya. Tanggal
6 September 1678, Titus Oates, seorang mantan pemeluk baru faham Katolik
dan seorang mantan Jesuit, pergi kepada hakim, Sir Edmund Berry Godfrey,
untuk memberitahukan kepadanya tentang Persekongkolan itu, dan mengulang
kembali kisahnya kepada Dewan itu tanggal 28 September. Godfrey ditemukan
mati, tampaknya dibunuh, tidak lama kemudian. Ketika arak-arakan jenazahnya
dilakukan tanggal 31 Oktober, maka Majelis Rendah memutuskan bahwa telah
terjadi suatu 'persekongkolan terkutuk yang direncanakan dan dilaksanakan
oleh para penolak paus karena telah membunuh dan menghilang nyawa raja'.

112
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

Pada pengadilan orang-orang yang bersekongkol itu, Oates memberikan bukti,


akan tetapi gagal menghukum, dan mulai dari saat itu ia mulai kehilangan
kredibilitas, persis sebagaimana Senator Joe McCarthy (1909-1957), dengan
kisah-kisahnya tentang persekongkolan kaum komunis, tiba-tiba saja kehilangan
kepercayaan dengan opini publik Amerika pada tahun 1950-an. Oates pada
akhirnya dipersalahkan karena sumpah palsu.
Sebuah studi paling terkenal tentang Persekongkolan Kepausan itu, yang
ditulis oleh sejarawan John Kenyon, ditandai oleh akal sehat yang kuat dan
dengan hidup sekali menggambarkan baik kekuatan maupun kelemahan suatu
pendekatan seperti itu. Karena peduli untuk menjelaskan apa yang sebenarnya
telah terjadi atau gagal terjadi, Kenyon memusatkan perhatiannya pada
memperlihatkan bahwa tidak pernah terjadi suatu persekongkolan, dengan
mengesampingkan apa yang dipercayai di saat itu sebagai sesuatu yang tidak
masuk akal, sebagai 'kepanikan', 'histeria', 'ketakutan yang berlebihan terhadap
faham Katolik', atau bahkan juga 'hipnotisme massal'. Akan tetapi,
Persekongkolan Kepausan itu pasti perlu dipelajari dengan cara di mana
sejarawan Prancis Georges Levebvre mempelajari Ketakutan Besar tahun 1789
(lihat hlm. 35), di mana peran media komunikasi dijadikan bahan pertimbangan.
Sebagaimana dalam banyaknya krisis politik, stereotip memainkan peran
penting—orang Katolik yang penipu, Jesuit yang licik, dan seterusnya. Ingatan
rakyat tentang Persekongkolan Mesiu dari Guy Fawkes dan juga tentang
Kebakaran Besar London tahun 1666 (untuk mana orang Katolik telah
dipersalahkan) menjadi dihidupkan kembali.
Gazette yang resmi tidak menyebutkan persekongkolan itu sama sekali,
dan karena tidak ada surat-kabar yang tidak resmi ketika itu, maka berita tentang
kejadian-kejadian itu beredar secara tidak langsung, baik lewat surat-surat
pribadi maupun dari mulut ke mulut, atau dengan desas-desus. Dengan demikian
krisis itu menggambarkan dengan jelas sekali argumentasi Tamotsu Shibutani
dalam karyanya Improvised News (1966) yang mengatakan bahwa desas-desus
itu berkembang ketika pasokan informasi tidak cukup untuk memenuhi
permintaan terhadapnya. Dalam kasus ini, terdapat sebuah desas-desus tentang
'penunggang kuda malam hari'yang misterius di Yorkshire, Wiltshire, Gloucestershire
dan di tempat-tempat lain, yang diiringi dengan laporan-laporan tentang suatu
serangan Prancis. Gambar-gambar tercetak juga menyebarkan kesadaran akan
'Persekongkolan Kepausan yang Mengerikan Itu', terutama sekali serentetan
ukiran di kartu permainan yang menggambarkan pemandangan seperti 'Para
konspirator sedang menanda-tangani kesepakatan untuk membunuh raja'.

113
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Lagi pula, setelah persekongkolan itu terbukti mengada-ada, tema-temanya


selalu dieksploitasi oleh partai Whig, yang bermusuhan terhadap orang-orang
Katolik dan ingin membatasi kekuasaan monarki. Karena itu terdapat suatu
hubungan yang langsung dengan apa yang dinamakan 'Exclution Crisis' (1679-
1681), yang tujuannya adalah untuk mengeluarkan saudara Charles yaitu James
dari urutan pewaris tahta (James berada dalam urutan selanjurnya, karena Charles
tidak memiliki pewaris laki-laki yang sah). Orang-orang Whig itu mengeluarkan
petisi, menerbitkan balada dan cetakan, dan mengatur sejumlah arak-arakan,
terutama sekali di London pada tahun 1679,1680 dan 1681 di mana patung
kertas Paus dibakar. Biaya semua demonstrasi politik ini dibayar oleh Kelompok
Pita Biru, sebuah organisasi Whig. Dalam kesempatan-kesempatan ini, seorang
penulis profesional, Elkanah Settle, disewa untuk mengadakan pawai paus,
kardinal, biarawan, inkuisitor, biarawati, dan seorang pesuruh digunakan untuk
meneriakkan 'ingatlah Hakim Godfrey'. Label-label dipasang pada gambar-
gambar itu untuk meyakinkan agar semua orang mengerti akan pesan itu.
Gambaran arak-arakan itu juga diulur dan dicetak. Suatu sumbangan yang penting
terhadap persoalan Whig itu (untuk mana ia dihukum mati pada tahun 1681)
dibuat oleh pengukir Stephen Colledge, yang menggambarkan raja sebagai
boneka besar bermuka-dua atau 'pertunjukan gambar orang'.
Di pihak lain, kaum Tories mengeluh—dalam cetakan—tentang
penyalahgunaan pers, dengan memperbandingkan 'fitnah menghasut' yang
dilakukan musuh-musuh mereka dengan apa yang terjadi pada tahun 1641.
Diperkirakan antara lima dan sepuluh juta copy pamflet itu telah beredar antara
tahun 1679 dan 1681, baik yang setuju maupun yang menentang pengeluaran
itu. Media yang lebih tradisional juga tidak dilupakan. Misalnya, penyair John
Diyden (1631-1700) telah menulis atau berkolaborasi pada sandiwara The Duke
of Guise untuk memperlihatkan apa yang dinamakannya 'kesejajaran' antara
tahun 1583 di Prancis dan tahun 1683 di Inggris, dengan pemimpin Whig,
pangeran pertama Shaftesbury (1621-1683), di tempat adipati dan para
Pembangkang Liga Katolik. Dengan kata lain, kesejajaran itu adalah sebuah
salinan yang terbalik, dengan kaum ultra-Protestan di Inggris memainkan peran
kaum ultra-Katolik di Prancis. Sandiwara itu mendapat persetujuan dari Charles
II, yang meminta Diyden untuk menerjemahkan sejarah terakhir Liga Katolik
Guise. Dengan mempersembahkan terjemahannya tersebut kepada raja, Diyden
mengemukakan bahwa perbandingan antara peristiwa tahun 1584 di Prancis
dan tahun 1684 di Inggris memperlihatkan bahwa 'kejadian-kejadian itu serupa
dalam segala segi'.

114
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

Terlepas dari itu semua, James Duke of York menggantikan saudaranya


Charles tahun 1685 dan dimahkotai dengan nama James II. Namun demikian ia
diusir ke luar tiga tahun kemudian ketika William of Orange yang beragama
Protestan (1650-1702), yang menikah dengan Maiy, saudara perempuan James,
menyerang Inggris dari Belanda. Tempat media dalam kejadian-kejadian
revolusioner ini adalah penting. Pada permulaannya, Deklarasi yang ditulis
William tentang alasan-alasan penyerangan itu dicetak dan dibagi-bagikan di
Inggris sebelum terjadinya invasi. Kenyataan bahwa kita masih menamakan
kejadian-kejadian tahun 1688 itu sebagai 'Revolusi yang Megah' membuktikan
kekuasaan bayangan yang telah dengan sadar diciptakan ketika itu. Misalnya,
Sandiwara Lord Mayor tahun 1689, yang beijudul 'Peringatan Besar London',
mengemukakan William DI sebagai pahlawan Protestan yang menaklukkan. Teks
itu ditulis oleh seorang penyair profesional, Matthew Taubman (yang dahulu
pernah menulis dalam upaya menentang kaum Whigs), dan pesan itu diperkuat
lagi dengan balada, arak-arakan, medali, permainan kartu dan khotbah. Yang
istimewa pengaruhnya adalah khotbah Uskup Gilbert Bumet (1643-1715) di
St James dalam bulan Desember 1688 yang diedarkan dalam bentuk tercetak
tidak lama kemudian.
Komunikasi jarak-jauh masih sukar dilakukan. Di Amerika Utara, berita
tentang kejadian tahun 1688 itu memakan waktu cukup lama untuk sampai di
sana. Mendaratnya William of Orange dan larinya James II terjadi dalam bulan
November dan Desember, 'pada waktu yang salah di tahun itu bagi laporan
cepat untuk sampai ke New England'. Dengan demikian, tibanya William di
Inggris tidak diketahui di Boston sampai permulaan bulan April 1689. Di Carolina,
diproklamirkannya William sebagai raja bahkan lebih lama lagi dibandingkan
dengan di New England karena berita tentang naik takhtanya itu bahkan lebih
lama lagi baru tiba.
Meskipun pentingnya Revolusi Inggris pada pertengahan abad ke-17 itu
dalam sejarah media adalah sangat terkenal, namun para sejarawan kurang
memberi perhatian pada urut-urutan kejadian ini. Namun, mereka telah mencatat
penyelewengan Undang-undang Perizinan tahun 1695, yang tidak hanya
mengakhiri sistem sensor akan tetapi juga pengawasan percetakan melalui the
Stationer's Company, suatu pengawasan yang telah berlangsung semenjak
Perusahaan itu telah diberikan Royal Charter tahun 1557; dan Undang-undang
Perangko tahun 1712, yang dengan menentukan kewajiban perangko, mencoba
membunuh kekuatan yang baru lahir dari percetakan surat-kabar.

115
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Terdapat sejumlah buku memoir politik dan khotbah yang dicetak pada
tahun-tahun di antaranya, terutama sekali khotbah yang diucapkan untuk
menentang pemerintahan kaum Whig itu tahun 1710 oleh ramalan High Tory
Henry Sacheverell (1674-1724) yang telah terjual sebanyak 40.000 copy hanya
dalam waktu beberapa hari saja. Khotbah Sacheverell itu menggambarkan
cara di mana suatu pertunjukan dalam satu media saja mungkin bergema atau
terpantul dalam yang lain, sedangkan kenyataan bahwa teks itu telah terjual
sepuluh kali lebih banyak jika dibandingkan dengan tulisan Luther Address to
the German Nobility (lihat hlm. 94) memberikan suatu ukuran tentang makin
pentingnya bahan tercetak dalam budaya Eropa.
Yang paling menonjol dari semua itu adalah timbulnya suatu pers berkala
yang tidak resmi, termasuk surat-kabar seperti The Post Man, theApost Boy—
keduanya itu didirikan tahun 1695—The Flying Post dan The Protestant
Mercury. Surat-surat-kabar ini lebih panjang daripada London Gazette yang
resmi itu dan terbit lebih sering, tiga kali seminggu bukannya dua kali, dan juga
jauh lebih informatif. Angka sirkulasinya tampak cukup tinggi: 6.000 eksemplar
dari the Gazette pada permulaan abad ke-18,4.000 eksemplar dari the Post
Man, 3.000 eksemplar dari the Post Boy.
Surat-surat kabar tidak resmi seperti inilah yang telah mengubah ruang
publik sementara yang lebih dulu menjadi suatu lembaga yang permanen,
membuat politik menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sejumlah besar
penduduk, terutama di London. Surat-kabar seringkah dibaca dengan suara
keras dan dibicarakan di kedai-kedai kopi, yang merupakan sebuah forum politik
di mana para pengrajin hingga orang ningrat, wanita maupun pria, memiliki pilihan
(meskipun mereka tidak akan didengarkan dengan perhatian yang sama oleh
para pendengar itu). Jenis-jenis informasi yang lain juga menjadi lebih bersifat
publik. Pasar bursa dan surat-kabar menyebarluaskan informasi ekonomi. Sains
juga masuk ke dalam ruang publik, berkat kuliah-kuliah umum dan juga karena
the Transactions of the Royal Society (lihat hlm. 85), membawa berita tentang
percobaan dan penemuan terkini, sekalipun pertemuan-pertemuan Masyarakat
itu tetap bersifat semipublik, karena hanya terbuka bagi para anggota kelompok
itu saja.
Budaya Inggris inilah yang telah menghasilkan politikus radikal John Wilkes.
Karirnya yang luar-biasa sebagai pendukung kebebasan dan pemukul tatanan
politik tergantung dari dukungan rakyat yang dimobilisasikan melalui media, tidak
hanya dalam surat-kabar—terutama sekali the North Briton—tetapi juga dalam
cetakan politik, surat selebaran dan arak-arakan, sedangkan sifat Wilkes yang

116
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

istimewa direproduksi di atas medali, kancing baju, kendi, kotak tepung hidung,
dan tempat teh. Untuk suatu jangka panjang, perayaan-perayaan mengandung
pesan-pesan politik, sebagaimana telah kita lihat (lihat hlm. 49). Apa yang baru
di masa ini adalah apa yang dinamakan abad ke-19 sebagai 'demonstrasi'—
suatu peristiwa perayaan yang diadakan untuk menggolkan suatu kebijakan
tertentu.
Hal baru lain adalah apa yang mungkin kita namakan institusionalisasi
cetakan politik, yang sekarang telah timbul secara teratur, dan bukan hanya di
saat-saat krisis saja. Cetakan itu mendorong pemikiran kritis tentang politik
dengan menyindir kedua belah pihak (kaum Whig menugaskan serangan terhadap
kaum Tories, dan sebaliknya). Bahkan keluarga kerajaan pun tidak dikecualikan.
Pangeran Cumberland digambarkan sebagai seorang tukang jagal karena
kekejamannya dalam menindas pemberontakan Jacobites tahun 1745, sedangkan
Prince Regent, yang kemudian menjadi George IV, merupakan sasaran dari
kritik visual pada permulaan abad ke-19.

Pencerahan dan Revolusi di Prancis

Di Benua Eropa, dengan mengecualikan Republik Belanda, perkembangan suatu


mang publik yang permanen tertinggal di belakang Inggris. Di Prancis, misalnya,
Fronde diiringi oleh rezim pemerintahan Louis XIV yang berlangsung lama (yang
berkuasa dari tahun 1660 sampai 1715), di mana media dikendalikan dan kritik
publik terhadap rezim itu minim sekali. Akan tetapi situasi itu berubah selama
abad ke-18 dan tidak ada sejarah media yang mampu menghilangkan Pencerahan
Perancis, suatu bagian yang menonjol dari suatu gerakan pendidikan di Eropa,
kritik dan reformasi yang memiliki pusat-pusat yang lain di Skotlandia dan Swiss
dan juga mempengaruhi Amerika Utara dan Selatan.
Metafor 'cahaya' diperlakukan dengan serius sekali dalam definisi gerakan
itu oleh para pesertanya. Cahaya itu adalah cahaya 'Rasio', yang merupakan
kata kunci di masa itu untuk menentang keyakinan dan takhayul, tradisi dan
prasangka. Kata kunci yang lain di masa itu adalah 'kritis'. Dalam tekanannya
terhadap permikiran yang rasional dan kritis dalam abad ke-18, dan juga dalam
tekanannya terhadap gagasan 'publik', Habermas telah mengulang atau
menterjemahkan ke dalam terminologi abad ke-20 bahwa apa yang 'mencerah-
kan' orang adalah telah mengatakan tentang diri mereka sendiri, dengan
Mendorong reformasi, bukannya revolusi, mereka memandang peran mereka

117
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

lebih bersifat pendidikan, dalam arti yang seluas-luasnya dari kata 'pendidikan'
itu. Media adalah alat yang mereka perlukan.
Dalam gerakan ini, suatu bagian yang sentral dimainkan oleh para pemikir
Prancis, yang dinamakan philosophes, di antaranya: Voltaire (1694-1778),
Rousseau (1712-1778), Diderot (1713-1784) dan D'Alembert (1717-1783).
Dengan menamakan diri mereka 'sastrawan', kadang-kadang mereka itu
digambarkan sebagai para cendekiawan pertama, pelindung kebebasan, atau
bahkan juga kaum terpelajar pertama, dengan pengertian bahwa mereka secara
sistematis selalu bersifat kritis terhadap rezim di zaman mereka hidup. Mereka
berusaha untuk menyebarluaskan pesan mereka secara meluas, di dalam dan di
luar Prancis, dan kepada wanita sebagaimana juga kepada pria—meskipun
mereka tidak berusaha untuk mencapai 'rakyat'. Terutama sekali Voltaire merasa
benci pada apa yang ia namakan 'orang ramai' (canaille).
Para sastrawan ini berpikir dan menulis dalam sebuah sistem di mana
penyensoran masih berlaku, meskipun dilaksanakan secara lebih ringan
dibandingkan pada masa Louis XIV. Majalah, misalnya, tidak diizinkan
membicarakan topik-topik politik. Pembatasan resmi ini menjadikan budaya
lisan di kedai-kedai kopi menjadi penting secara politik, seperti budaya salon,
di mana para wanita golongan ningrat mengatur pembicaraan yang bersifat
intelektual. Surat-menyurat pribadi, termasuk pula dengan para penguasa seperti
Frederick dari Prussia (yang memerintah tahun 1740-1786) dan Catherine dari
Russia (yang memerintah dari 1762-1796), adalah suatu cara yang lain di mana
para philosophes itu mengembangkan gagasan mereka.
Jenis-jenis kesenian seperti sandiwara, lukisan dan studi sejarah kadang-
kadang menjadi alat bagi pesan-pesan politik. The Marriage of Figaro,
misalnya, dramawan Prancis Pierre-Augustin Beaumarchais (1732-1799),
mengadakan pertunjukan perdananya tahun 1784 setelah mengalami kesukaran
dengan pihak sensor, yang merasa curiga bahwa sandiwara itu adalah suatu
sindiran terhadap pemerintah. Perasaan politik Beaumarchais itu diperlunak di
dalam kata-kata nanyian Italia dari opera Mozart (1786), namun bagian dari
pesan itu tetap saja ada.
Terutama sekali, Encyclopedie yang terkenal itu, yang diterbitkan antara
tahun 1751 dan 1765, mempakan sebuah kendaraan politik yang sangat penting.
Direncanakan pada awalnya sebagai suatu terjemahan yang terdiri dari empat
jilid dari Chambers' Cyclopaedia yang berbahasa Inggris, maka Encyclopedie
berubah menjadi sebuah kaiya tersendiri dalam tiga-puluh lima jilid. D'Alambert,
Diderot, Voltaire dan Rousseau berada dalam kalangan sekian banyak

118
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

penyumbang kepada suatu buku yang dimaksudkan sebagai suatu alat untuk
membangunkan kesadaran politik sebagaimana juga untuk mendapatkan
informasi. Diterbitkannya Encyclopedie adalah sebuah peristiwa besar dalam
sejarah komunikasi. Hanya orang kaya saja yang sanggup membelinya, namun
kemudian diikuti oleh edisi-edisi yang lebih murah dan lebih banyak orang yang
dapat membaca kaiya itu di perpustakaan-perpustakaan umum.
Suatu reaksi lain terhadap penyensoran adalah organisasi komunikasi
bawah-tanah (lihat hlm. 62), baik dalam bentuk cetakan maupun dalam bentuk
manuskrip, apakah buku itu diselundupkan dari luar atau dibuat secara rahasia
di Prancis. Penjual buku Prancis menamakan publikasi bawah tanah ini sebagai
'livres philosophiques\ yaitu suatu kategori umum yang mencakup kaiya-karya
pornografi, juga yang bidaah dan yang secara politik bersifat subversif. Sejarawan
Amerika Robert Darnton berpendapat bahwa pornografi dihubungkan kepada
Pencerahan dan Reformasi melalui suatu proses desakralisasi. Serangan terhadap
perilaku seksual isteri Louis XIV, Marie Antoinette, yang berjudul Les amours
de Carlotde Toinette, mungkin telah mendorong tidak hanya reformasi, tetapi
juga revolusi. Cara-cara di mana perilaku keluarga kerajaan itu dikemukakan
dalam media mungkin memiliki konsekuensi-konsekuensi politik yang luas.
Sebagaimana dalam pergerakan yang telah dijelaskan sebelumnya dalam
bab ini, maka keterlibatan 'rakyat' dalam Revolusi Prancis tahun 1789 sekaligus
merupakan sebab dan akibat dari keterlibatan media. Hal serupa juga terlihat
dalam Revolusi Amerika tahun 1776. Sebab kemerdekaan Amerika itu, yang
meniru pengalaman Inggris—English Grand Remonstrance pada abad ke-17
merupakan salah satu sumber dari Deklarasi Kemerdekaan Amerika—diberikan
tidak saja oleh pamflet tetapi juga oleh surat-kabar. Telah ada empat-puluh
dua surat-kabar di koloni-koloni Amerika itu pada tahun 1775, dan di antaranya
seperti the New York Journal, the Philadelphia Evening Post dan the
Massachusetts Spy, telah memberikan alasan revolusioner dengan cara
menjelaskan kekejaman-kekejaman yang dilakukan tentara Inggris. Dalam
jangka panjang, semuanya itu menciptakan suatu budaya politik nasional melalui
berita yang mereka laporkan (sebagaimana di Inggris ketika Perang Saudara)
dan membantu timbulnya suatu masyarakat bayangan yang baru, yang ditentukan
menentang Inggris. Seorang pengunjung Prancis ke Amerika, setelah
memperhatikan seringnya pamflet Thomas Paine, Common Sense, dicetak-ulang
dalam cetakan majalah itu, menyatakan bahwa 'Tanpa surat-kabar, Revolusi
Amerika tidak akan pernah berhasil'. Para pengembara Eropa yang lain

119
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

berkomentar tentang jumlah majalah yang terdapat di Amerika Serikat. Tahun


1800 terdapat 178 buah mingguan dan 24 buah harian.
Mengenai Revolusi Prancis, hubungannya dengan Pencerahan yang
mendahuluinya, telah sering dibahas. Pada akhir abad ke-18, pemerintah Prancis
mengakui opini publik sebagai suatu kesatuan yang harus dikatakan, dan dengan
melakukan hal itu membantu pihak oposisi untuk menggulingkan rezim lama;
dengan cara demikian, Revolusi itu dapat digambarkan sebagai kelanjutan
Pencerahan dengan menggunakan cara lain. Seruan kepada rasio, yang
dipersonifikasikan sebagai seorang dewi, dan kepada 'hak asasi manusia',
diperlakukan sebagai sesuatu yang universal, mengikuti tradisi Pencerahan. Para
philosophes itu dihormati, dan tubuh Voltaire diusung dalam sebuah arak-arakan
yang khidmat untuk dikebumikan di Phanteon tahun 1792. Akan tetapi, program
revolusioner itu adalah lebih radikal. Ia akan mengubah sistem, bukan
mereformasinya. Ditatanya kembali kalender, dengan menjadikan tahun 1792
menjadi 'Tahun l', adalah suatu tindakan simbolis yang penting, suatu pernyataan
kemerdekaan dan putus hubungan dengan masa lalu.
Sejarawan biasa memandang Revolusi itu terutama sekali sebagai
tanggapan terhadap masalah ekonomi dan sosial pada tahun-tahun 1780-an.
Sekarang ini lebih banyak tekanan diberikan pada ditemukannya suatu budaya
politik baru dan 'dikonstruksikannya' sebuah masyarakat warga yang baru, di
mana diciptakan sebuah tempat sejajar dengan dua tatanan yang memiliki hak
khusus atau 'tanah-milik' itu dari kaum agama dan kaum ningrat bagi 'tanah-
milik yang ketiga' (pengacara, saudagar, pengrajin dan petani). Dalam karya
penemuan dan konstruksi ini maka sekali lagi sebuah peran penting lagi-lagi
dimainkan oleh media.
Barang cetakan berperan penting dalam Revolusi Prancis, yang dimulai
dengan diserukannya sebuah pers yang bebas. Comte de Mirabeau (1749-
1781) mengadaptasi karya Milton Areopagitica (1788), Marie-Joseph Chenier
mengeluarkan sebuah karya yang kuat Denunciation of the Inquisitors of
Thought (1789), dan Jacques-Pierre Brissot menghasilkan sebuah Memoir on
the need to free the press (1789). Brissot terutama sekali berpikir tentang
surat-kabar, karena pada waktu memoarnya muncul, peristiwa-peristiwa
bergerak terlalu cepat bagi buku-buku dan pamflet-pamflet. Terdapat ledakan
penerbitan-penerbitan baru, dengan sekurang-kurangnya 250 buah surat-kabar
didirikan dalam enam bulan terakhir di tahun 1789. Surat-kabar yang beragam
ditujukan kepada segmen pembaca yang berbeda pula, termasuk para petani
(kepada siapa dialamatkan La feuille villagoise). Ukuran lembaran berita yang

120
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

baru itu biasanya kecil, namun the Gazette nationale meniru format besar
koran-koran Inggris.
Revolusi itu berdampak baik bagi pers, karena ada banyak berita yang
menggairahkan untuk dilaporkan, dan juga pembaca tak kan pernah kekurangan
pasokan berita. Tukang masak wanita yang mengaku pada tahun 1791 membaca
empat surat-kabar (lihat hlm. 75) bukan merupakan hal luar biasa di masa itu.
Sebatiknya, pers juga berdampak baik bagi Revolusi. Jeremy Popkin mengemu-
kakan, misalnya, bahwa peran majalah berkala 'tidak dapat digantikan dalam
memberikan keabsahan bagi pembuatan undang-undang oleh Revolusi dengan
jalan menjadikan proses itu milik publik'. Namun, kekuasaan pers itu tidak
boleh pula terlalu dilebih-lebihkan. Tahun 1789, sebagian besar rakyat Prancis
tidak dapat membaca. Karena itu, sumbangan segala bagian sistem komunikasi
perlu dipertimbangkan, sama halnya dengan keadaan gerakan-gerakan yang
terdahulu seperti Reformasi Luther.
Komunikasi lisan ternyata penting sekali. Revolusi adalah saat dimana
tergelar perdebatan yang keras, pidato-pidato galak di Majelis Nasional dan di
kelompok-kelompok politik baru yang terbentuk di Paris dan di kota-kota lain.
Perdebatan itu ditata dalam suatu 'retorika revolusioner' yang baru pula, yang
menyeru kepada gelora perasaan dan bukan kepada akal sehat dan mengandal-
kan 'keajaiban' kata-kata seperti liberte, fraternite, nation, patrie, peule,
dan citoyen. Di luar sidang dan kelompok itu, desas-desus bahkan lebih kencang
daripada biasanya ketika terjadi sederetan peristiwa-peristiwa yang cepat dan
dramatis. 'Ketakutan Besar' tahun 1789 yang terkenal itu, yang telah dibicarakan
di atas (hlm. 114), adalah yang paling penting dari banyaknya desas-desus
mengenai Revolusi.
Komunikasi visual, termasuk paham patung, juga penting sekali.
Dihancurkannya gambar-gambar keagamaan menyatakan suatu keyakinan bahwa
Gereja merupakan bagian dari orde lama. Terdapat iconoclasme yang sekuler
atau 'vandalisme', sebagaimana ia dinamakan ketika itu, sebagaimana dibuktikan
oleh dihancurkannya patung-patung Louis XIV yang terlihat pada dua buah
lapangan utama Paris sampai tahun 1792. Seginya yang positif, diciptakanlah
suatu bahasa gambar yang baru untuk melayani orde baru. Pelukis Jacques-
Louis David (1748-1825), misalnya, menjadi aktif atas nama Revolusi, baik di
dalam maupun di luar studionya. Lukisannya tentang Marat yang dibunuh
merupakan sebuah sumbangan terhadap martyrologi Revolusi. Lebih dari 6.000
buah cetakan dihasilkan di masa revolusioner itu sehingga membawa perdebatan
politik kepada orang-orang yang buta-huruf. Sebuah ukiran kayu tentang

121
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 13. Political Plate, 1789

kejatuhan penjara Bastille, misalnya, melambangkan kejatuhan orde lama itu.


Bahkan para pendukung dan piring-piring juga berisikan pesan politik seperti
'Hiduplah Kekuatan Ketiga' (Vivre le tiers etat atau Union and Liberty:
Gambar 13). Demikian pula, lagi-lagi, apa yang dilakukan kartu permainan.
Revolusi Prancis dapat digambarkan sebagai suatu theater politik berjangka
panjang, dengan eksekusi terbuka Louis XIV, Marie Antoinette dan kaum
revolusioner yang terkemuka seperti Danton dan Robespierre sebagai
pemandangan yang paling dramatis. Terdapat pula perayaan-perayaan umum,
baik di Paris (terutama sekali di ruang terbuka yang sangat lebar di Champ-de-
Mars) atau di propinsi-propinsi: Perayaan Federasi, misalnya, atau perayaan
kematian raja, perayaan kedaulatan rakyat, tentang ketuhanan dan tentang rasio.
Pelukis David merupakan perekayasa dan penata tari beberapa perayaan ini.
Skalanya yang luar biasa besar (bagi mata abad ke-20, merupakan peninggalan
dari Rapat Raksasa Nuremberg atau parade Hari Buruh Sedunia di Uni Soviet)
menggambarkan nilai-nilai demokratis yang baru ketika itu yang memberi
kesempatan kepada ribuan orang untuk ikut-serta. Semuanya itu juga merupakan

122
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

pernyataan dari suatu proses sekularisasi dalam arti apa yang dinamakan
sejarawan Prancis Mona Ozouf 'pemindahan kesucian' dari Gereja kepada
Negara.
Mobilisasi yang sadar dari media itu untuk mengubah sikap orang dapat
digambarkan sebagai propaganda. Awalnya merupakan istilah keagamaan, yang
diciptakan untuk menjelaskan misi agama Kristiani, kata 'propaganda' itu
memperoleh makna yang peyoratif pada akhir abad ke-18, ketika orang-orang
Protestan menggunakannya untuk menjelaskan teknik-teknik yang dipakai Gereja
Katolik. Ketika Revolusi Prancis, istilah itu diadaptasikan untuk politik.
Wartawan revolusioner Camille Desmoulins (1760-94), misalnya, membanding-
kan 'propaganda patriotisme' dengan propaganda agama Kristiani, sedangkan
kaum royalis dalam pengasingan menolak 'propaganda' Revolusi itu. Kata baru
itu menunjuk suatu fenomena yang baru pula. Meskipun penggunaan gambar
dan teks untuk membentuk sikap jauh sekali kembali ke belakang dalam sejarah
manusia, namun kesadaran diri dan skala kampanye media yang revolusioner
merupakan sesuatu yang baru.
Menurut Habermas, 'Revolusi Prancis menciptakan dalam satu malam
saja... apa yang di Inggris Raya memerlukan waktu lebih dari seabad evolusi
yang terus-menerus; lembaga-lembaga... bagi perdebatan yang kritis tentang
masalah-masalah politik'. Batasan-batasan dari 'ruang publik' Prancis ini
semenjak awal dikemukakan, terutama sekali pengecualiannya terhadap wanita.
Namun, media Prancis itu memainkan suatu peranan yang penting baik dalam
menghancurkan tradisi maupun menciptakan tradisi baru, upaya untuk
menciptakan suatu budaya politik tanpa Gereja maupun raja. Bukanlah suatu
kebetulan bahwa ungkapan opinion publique, sepeti istilah 'propaganda',
digunakan secara teratur di masa ini. Sebaliknya, guillotine yang terkenal itu
memasuki bahasa komunikasi, baik untuk menunjuk kepada mesin yang
digunakan para pencetak untuk memotong pinggir-pinggir kertas, atau sebagai
suatu upaya kata putus untuk mengakhiri perdebatan parlementer tentang suatu
topik.
Sebagaimana dalam kasus Inggris setelah Restorasi Charles II, maka
Prancis di bawah Napoleon (yang memerintah tahun 1799-1815) telah mengalami
sejenis kembali kepada situasi sebelum revolusi. Namun, segala sesuatunya
tidak akan pernah menjadi sama lagi selama orang mengingat apa yang telah
terjadi. Kekuasaan media itu terletak dalam kapasitasnya untuk mengaktifkan
kembali kenangan masa lalu yang revolusioner itu. Analogi yang telah lama ada
antara pers dan tentara (lihat hlm. 91 dan 111) telah diaktifkan kembali oleh

123
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Napoleon, yang mengumumkan bahwa 'empat buah surat-kabar yang memusuhi


kita lebih menakutkan daripada 100.000 bayonet'.
Untuk kembali kepada suatu perdebatan yang telah digemakan di
sepanjang studi ini, dan akan terus seperti itu, maka akan absurd sekali menolak
kreativitas orang-orang seperti Diderot atau Robespierre dalam dunia politik
dan dalam sistem komunikasi masa Pencerahan dan Revolusi. Sebagaimana
telah kita lihat, sistem komunikasi ini mencakup pidato, gambaran dan perayaan
di samping barang cetakan. Namun demikian, dalam memikirkan tentang cara
di mana bahan cetakan itu menggalakkan kesadaran politik, sementara suatu
kesadaran politik yang lebih tinggi selanjutnya menyebabkan timbulnya
penggunaan bahan cetakan, maka sukarlah untuk menghindari sebuah ungkapan
seperti 'logika percetakan', sama halnya bahwa adalah sukar, ketika kita
berbicara tentang periode yang kemudian, untuk menghindari suatu ungkapan
seperti 'logika teknologi' (lihat hlm. 130).
Revolusi (dan kemudian imperium) memberikan suatu dorongan bagi sains,
termasuk sains komunikasi, dimulai dari jalan-jalan. Para insinyur merasa
mendapat penghargaan—dan pendidikan mereka dipromosikan. Demikian pula
penemuan. Antara tahun 1792 dan 1798 sebuah proyek penemuan yang baru
telah diusulkan setiap tahunnya. Perintis telegraf Claude Chappe (1763-1805),
seorang ahli eksperimen tenaga listrik berusia belia, percaya bahwa kaum
revolusiner harus memberi hadiah bagi eksperimen-eksperimen yang 'berguna
untuk umum'. Ia mengajukan sebuah memorandum kepada Dewan Legislatif
pada tahun 1792, mendorongnya untuk membantu suatu sistem pemberian tanda-
tanda (semapor) untuk menyampaikan pesan dan menerima suatu tanggapan
yang cepat dari menara ke menara. Hal itu akan mempersatukan bangsa, sebuah
argumentasi yang diperkuat dalam tahun berikutnya setelah Prancis berperang
melawan Imperium Habsburg: ia kini memiliki kepentingan militer. Garis semapor
pertama antara Paris dan Lille dibangun untuk berkomunikasi dengan Angkatan
Perang di utara, dan salah satu dari prakarsa pertama Napoleon adalah
membangun dengan cepat sebuah garis antara Lyons dan Milan. Pada saat
yang sama diumumkanlah keuniversalan, sebagaimana pengumuman hak-hak
asasi dan pengumuman sistem metrik. Pada saat telegraf listrik itu dikembangkan
(lihat hlm. 163), kekuatan Prancis tidak dapat mempengaruhi putusan negara-
negara lain, dan Prancis sendiri mempertahankan sistem seimpornya atau tatanan
hibrid yang berdasarkan kepadanya setelah ia menjadi tidak berguna lagi.
Kisahnya di Inggris berlawanan dengan itu. Pemerintah Inggris menolak
tawaran dari Francis Reynolds, 'bapak telegrafi Inggris', pada tahun 1816 untuk

124
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

memberikan 'suatu metode yang tepat untuk menyampaikan berita intelijen',


namun dengan kebangkitan industri, yang akan dijelaskan dalam bab berikut,
maka para investor pribadi mensponsori baik kereta-api maupun telegrafi listrik.
Reynolds sendiri menerima gelar ningrat tahun 1870 ketika perkembangan
komunikasi memasuki suatu fase baru.

Ragam Ruang Publik

Bab ini telah mencoba untuk bekerja — dan juga dalam beberapa hal
bertentangan — dengan gagasan timbulnya ruang publik yang diasosiasikan
dengan Jiirgen Habermas, yang sambil menjawab para pengeritiknya, telah
menyatakan bahwa mendorong gagasan ruang publik itu kembali ke belakang
di abad ke-16 dan ke-17 menyangkut 'mengubah konsep ruang publik itu sendiri
sampai sedemikian rupa sehingga ia telah menjadi sesuatu yang lain lagi'. Untuk
bagian kami, kami telah menekankan kelemahan-kelemahan struktural dari mang
ini dalam orde lama dan memperbedakan dua jenis mang publik, yang bersifat
sementara dan yang bersifat tetap, atau yang struktural dan yang bersifat hanya
dugaan saja.
Kita telah pindah dari Reformasi Jerman dalam tahun-tahun 1520-an
kepada Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis melalui Perang Saudara di
Belanda, Prancis dan Inggris. Kita telah mencatat serentetan situasi serupa di
mana para elite yang terlibat dalam persaingan yang ketat berseru kepada rakyat
dan di mana media, terutama sekali media cetak, membantu menimbulkan
kesadaran politik. Dalam masing-masing situasi itu, sebuah krisis menimbulkan
perdebatan yang hidup, akan tetapi secara relatif tidak berumur lama yang
mungkin digambarkan sebagai didirikannya suatu ruang publik yang bersifat
sementara atau bersifat dugaan saja.
Sekurang-kurangnya sebagian dari tokoh dalam kisah yang berlangsung
lama ini sadar tentang para pendahulu mereka dan berusaha membangun
berdasarkan apa yang telah mereka capai. Misalnya, Perang Saudara Inggris
dipandang di masa itu sebagai sejenis tanggapan terhadap Perang Agama Prancis
di akhir abad ke-16. Krisis Eksklusi juga dirasakan dipandang dari segi perang
agama Prancis dengan shaftesbuiy menempati tempat Quise (lihat hlm. 114).
English Grand Recontrance pada abad ke-17 menjadi sebuah model bagi
Deklarasi Kemerdekaan Amerika. Karya Milton Areopagitica, sebagaimana
yang diadaptasikan oleh Mirabeau, telah digunakan dalam kampanye Prancis
untuk kebebasan pers, sedangkan eksekusi raja Charles I menjadi pendahuluan
bagi eksekusi Louis XVI dengan guillotine.
125
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Preseden-preseden itu dicatat secara tercetak, dengan pamflet-pamflet


yang menjamin agar pemberontakan itu diingat dan karena itu membantu
pembangunan apa yang dapat dinamakan sebagai tradisi revolusi, sedangkan
pers surat-kabar dan majalah mengubah proses mengeritik pihak yang berwenang
menjadi sesuatu yang kumulatif. Pers telah menjadi suatu kekuatan dalam
masyarakat pada tahun 1789, sejajar dengan pihak biarawan, kaum bangsawan
dan lain-lain. Di Inggris ia telah menopang pihak yang berwajib lebih daripada
menggerogotinya ketika perang-perang yang panjang menentang Napoleon.
Peperangan itu pada akhirnya dimenangkan melalui kekuatan ekonomi dan
angkatan laut yang unggul, namun banyak orang kontemporer menyatakan bahwa
kemenangan itu bersumber pada sifat-sifat moral (dan agama) yang lebih unggul.
Namun sejarah bukanlah sebuah garis lurus melainkan suatu proses yang
berliku. Ia bergerak dari sebuah kawasan di Eropa ke kawasan yang lain,
seringkah dengan satu langkah mundur dan dua langkah ke depan, dan hal itu
harus ditelusuri dalam kerangka suatu geografi global yang sedang berubah.
Kata 'penemuan/invention' mulai dipergunakan pada saat samudra-samudra di
dunia mulai dibuka. Namun, ditilik dari perspektif media, kita belum melihat
adanya 'satu dunia'. Islam, sebagaimana telah kita lihat, memperlihatkan
perlawanan yang cukup keras terhadap percetakan. Baru setelah tahun 1800,
pers dan gerakan-gerakan politik revolusioner muncul bersamaan di Timur
Tengah.
Di Asia Timur, sebaliknya, di mana budaya percetakan itu telah ada jauh
sebelum timbul di Barat, akibat-akibatnya berbeda daripada yang terdapat di
Eropa. Apa yang dinamakan Benedict Anderson 'kapitalisme percetakan'
memang sudah pasti ada, terutama sekali di tingkat rakyat Misalnya, percetakan
Jepang pada abad ke-18 yang sekarang ini dicari-cari oleh para kolektor, berasal
dan poster yang mengiklankan para aktor, kedai teh, para tuna-susila, dan bahkan
juga merek-merek minuman sake. Akan tetapi, baik di Cina maupun di Jepang,
percetakan itu diawasi secara lebih ketat oleh negara dibandingkan dengan di
Eropa, sehingga memperlambat perkembangan adanya suatu mang publik selama
berabad-abad (terlepas daripada apakah ada dan sampai sejauh mana Cina
memiliki suatu mang publik dewasa ini tetap merupakan masalah yang masih
dapat diperdebatkan).
Sebaliknya dalam kasus Eropa mulai dari Reformasi dan selanjutnya,
terpecah-pecahnya kekuasaan agama dan juga politik telah menyebabkan tidak
mungkin bagi pemerintah untuk mengawasi percetakan sepenuhnya, yang
memiliki suatu dorongan ekonomi yang kuat di belakangnya. Dorongan itu

126
Media Massa dan Ruang Publik di Masa Awai Eropa Modern

menjadi makin kuat, dan bahkan tampaknya tidak akan dapat dibalikkan dan
ditahan. Pada abad ke-19 dan 20, pada saat percetakan menjadi salah satu
media teknologi yang mempunyai rentangan yang jauh lebih luas lagi, baik yang
verbal maupun yang visual, didorong oleh bentuk-bentuk kekuasaan yang baru,
pada akhirnya membuat suatu pertemuan yang baru di dalam suatu tatanan global.
Jika ditinjau kembali sekarang ini, sama keadaannya dengan pada saat
itu, pencetakan dengan tipe yang dapat dipindah-pindahkan oleh para pengusaha
independen tampaknya seperti suatu gabungan yang eksplosif, meskipun sebagian
besar dari percetakan itu berkenaan dengan aktivitas ekonomi yang tidak ada
hubungannya dengan timbulnya media. Kegagalan pemerintah-pemerintah di
Eropa untuk mengendalikan percetakan membuka jalan bagi perkembangan
lain dalam komunikasi yang dimulai dengan transportasi dan dengan cepat sekali
meraksasa seperti timbulnya industrialisasi yang didorong tenaga uap, sebagai
sesuatu yang merupakan 'revolusi'.

Perdagangan, Industri dan Komunikasi

Teknologi tidak akan pernah dapat dipisahkan dari dunia ekonomi, dan konsep
suatu revolusi industri mendahului suatu konsep revolusi komunikasi—panjang,
berkesinambungan dan tidak pernah selesai. Konsep kedua, yang dengan jelas
sekali diformulasikan hanya pada akhir abad ke-20, telah mulai mendapatkan
bentuknya dalam abad ke-19. Mengikuti apa yang dinamakan Charles Knight
(1791-1873), perintis buku murah dan pers populer, sebagai 'kemenangan atas
waktu dan ruang', maka waktu (dan jarak) ditentukan kembali di bawah pengaruh
pertama-tama dari kereta api dan kapal api dan kemudian dari kumpulan media
baru—telegraf, radio, fotografi dan film (gambar bergerak).
Bahkan sebelum kereta api, orang-orang yang sezaman telah memper-
bandingkan kaum revolusioner Prancis Danton dan Robespierre dengan James
Watt (1736-1819), menyanjungnya sebagai pencipta mesin uap, dan Richard
Arkwright (1732-92), 'raja pabrik' yang pertama (yang telah memulai, seperti
banyak pemilik pintalan kapas yang lain, dengan menggunakan tenaga air dan
bukan tenaga uap). Napoleon segera muncul pula ke dalam gambaran itu. Ia
selalu menang dalam perang, sedangkan kemenangan Watt dan Arkwright adalah
kemenangan perdamaian, dan mereka digambarkan, seringkah dengan bahasa
injili, sebagai penemu dengan dampak global: bahkan padang pasir di dunia pun
dapat diubah:

127
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

U a p ! — j i k a bangsa-bangsa tidak tumbuh menjadi tua


Kenapa panji-panji Anda tidak mengoncangkan
Tanah di seberang y a n g tidak berlaut, tidak beruap, dan menjadikan
Umat manusia ini menjadi satu bangsa saja?

Sebelum dimulainya suatu 'urutan industrial', yang dimulai dengan teknik


sederhana dan diakhiri dengan teknologi yang berdasarkan sains, perdagangan
menentukan segala sesuatunya, terutama sekali di Inggris, di mana penemuan
teknologi yang pertama dirayakan dengan penuh kebanggaan—akan tetapi jarang
sekali tanpa saingan. Para saudagar mendahului para pengusaha industri pada
saat mereka melihat ke seberang samudera untuk mencari kesempatan ekonomi.
Ketika membuka pasar-pasar yang baru itu, mereka semakin lama semakin
tergantung pada komunikasi informasi. Daniel Defoe (1660-1731), penulis novel
Robinson Crusoe (1719), telah melakukan pengamatan selama tiga-belas tahun
sebelum ia menulis novelnya bagaimana 'Para Saudagar itu dengan Surat-
Menyuratnya telah menyelaraskan jumlah ragam yang tidak terbatas itu yang
mana... dengan Kebijaksanaan yang Tidak Terbatas dari Tuhan Allah telah
disebarkan di atas Permukaan Dunia... Setiap negara berkomunikasi dengan
negara lain yang sejajar dengannya tentang apa yang diinginkannya ... dan
tidak ada sebuah negara pun yang demikian tandus, demikian tak bergunanya,
tetap ada sesuatu yang dapat ditemukan di sana yang tidak ditemukan di tempat-
tempat lain.'
Defoe juga merasa tertarik akan proyek-proyek inventif yang akan
mengubah rentangan dan tempat-tempat perdagangan; dan kemudian di abad
ke-18 rekan sekerja James Watt, yaitu Matthew Boulton (1728-1809), yang
pindah dari memproduksi 'mainan anak-anak' kepada mesin uap, membual
bahwa ia telah mengadakan 'surat-menyurat dengan hampir setiap kota
perdagangan di Eropa yang secara teratur memasok saya dengan pesanan-
pesanan'. 'Kekuasaan', demikian ia percaya, 'adalah apa yang diinginkan seluruh
dunia.'

POG3

128
alam menyombongkan bahwa ia dapat memberikan segala apa yang
iinginkan dunia—yaitu 'kekuasaan'—Matthew Boulton tergantung
kepada hak paten mesin uap James Watt, yang pertama kali dikeluarkan
pada tahun 1769, lima tahun sebelum Watt ikut dengan Boulton dalam
persekutuan yang paling terkenal antara penemu dan pengusaha. Sebelum tahun
1760-an, jumlah hak paten yang dikeluarkan dalam satu tahun di Inggris jarang
melebihi selusin: pada tahun 1769 angka itu adalah tiga-puluh enam, dan pada
tahun 1783, ketika berakhirnya Perang Kemerdekaan Amerika, ia telah mencapai
enam-puluh empat. Banyak di antaranya berkenaan dengan komunikasi.
Tenaga uap punya sejarah panjang, yang terentang ke belakang ke dunia
kuno, dan telah dipakai dalam tambang-tambang selama puluhan tahun sebelum
digunakan untuk menggerakkan mesin. Pada waktu hak paten Watt berakhir
tahun 1800, mesin uap telah membuktikan diri sebagai penemuan yang paling
penting, yang terhadapnya tergantung banyak penemuan lain. Hal itu digambarkan
dengan berlebihan oleh Dionysius Lardner (1793-1859), seorang penulis yang
banyak karyanya tentang mesin dan tenaga uap dan editor sebuah Cabinet
Cyclopaedia, sebagai 'sumber satu-satunya dari kehebatan pemikiran Inggris',
'yang diperkuat dan didukung oleh modal Inggris'.
Akan tetapi di Prancis karena berlimpahnya pasokan air dan sungai-sungai
dan terusan-terusan yang dapat dilayari, maka penggunaan kapal bermesin uap
itu relatif rendah—sebagaimana keadaannya dalam masyarakat industri Amerika
yang baru itu, seperti Lowell di Massachusetts ('kota poros')—sehingga dalam
tahun 1848 seorang penulis yang terkenal bertanya dengan ngotot, ketika ia
menoleh ke belakang ke tahun 1789, 'penemuan pemikiran spekulatif manakah
yang telah sedemikian besar pengaruhnya yang sebesar penemuan tenaga uap?'
Hal itu terjadi dalam suatu tahun revolusi politik selanjutnya di Prancis dan negara-

129
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

negara Eropa yang lain, dan penulis itu adalah Emest Renan (1823-1892), penulis
sebuah buku tentang kehidupan Yesus yang kontroversial itu. Di Amerika Serikat,
seorang Erastus Brigham Biggelow (1814-1879), menjelaskan bagaimana, pada
saat kekuatan uap itu semakin banyak digunakan, maka sekarang menjadi
mungkinlah 'untuk mencapai apa yang diimpi-impikan oleh orang kuno dalam
dongeng-dongeng mereka'.
Suatu pencapaian baru adalah kecepatan—jauh melampaui kecepatan
kuda. (Satuan kekuatan kuda masih terus dipakai dalam hubungan dengan tenaga
uap sebagaimana kemudian dihubungkan dengan mesin pembakaran internal.)
Sudah ada suatu tekanan pada kecepatan sebelum datangnya tenaga uap; namun
sekarang ini, telah menjadi suatu keharusan. Sebagaimana dikemukakan oleh
penyair Samuel Taylor Coleridge (1772-1834) pada tahun 1826:

Bergeraklah terus! Tenaga Uap, atau Gas, atau Panggung,


Berhentilah, kabin, geladak, kandang ayam —
Perjalanan, Perjalanan Keliling, Ruang Tunggu,
Berkendaraan, Berjalan Kaki,
Saring, Buat Sketsa, Berjalan, Berbicara perjalanan —
Semua harus bergerak! Sekarang inilah bergerak mulai mengamuk,
menjadi Hukum dan gaya abad ini.

Kartun seperti halnya pamflet dan novel juga membawa pesan itu. Seorang
tokoh dalam novel George Eliot The Mill on the Floss (1860) mengatakannya,
'dunia berjalan terus dalam langkah yang lebih cerdas dibanding apa yang
dilakukannya ketika saya masih muda... Masalahnya adalah tenaga uap yang
Anda lihat ini.'
Dari segala perspektif ini, 'revolusi industri' dan 'revolusi komunikasi'
dapat dilihat sebagai bagian dari proses yang sama—dengan revolusi transportasi
datang terlebih dahulu dalam sebuah urutan teknologis yang tampaknya memiliki
logikanya sendiri, terutama setelah tenaga listrik memberikan sumber tenaga
baru selain uap, meskipun pada pertama kali kelihatannya misterius. (Kata
'elektronik' datang jauh kemudian). Di abad ke-20, televisi mendahului
komputer, persis sebagaimana mesin cetak mendahului mesin uap, radio
mendahului televisi, kereta api dan kapal api mendahului mobil dan pesawat
terbang. Terdapat keterlambatan dalam urut-urutan itu, yang masing-masing
perlu penjelasan tersendiri. 'Mesin pesawat terbang', harus menunggu
diciptakannya mesin pembakaran internal untuk menjadi mungkin secara teknis.

130
Dari Tenaga Uap ke Listrik

Telegraf mendahului telepon, sedangkan radio dimulai sebagai telegrafi nirkabel.


Kemudian, setelah ditemukannya telepon nirkabel, maka ia digunakan untuk
sampai kepada suatu 'masa siaran radio', mulanya dengan kata-kata saja,
kemudian dengan gambar.
Sehubungan dengan datangnya tenaga uap, yang semenjak lama telah
memulai segalanya itu, David Landes, seorang sejarawan Amerika terkemuka
mengenai proses industrialisasi yang panjang, memusatkan perhatiannya pada
'menggantikan keterampilan manusia dengan alat-alat mekanis', menggantikan
'kekuatan manusia dan binatang dengan tenaga benda tidak bernyawa' dan 'suatu
perbaikan yang menonjol sekali dalam memperoleh dan mengerjakan bahan
baku'. Akan tetapi, tidak ada yang bersifat final dalam mengasosiasikan segala
perkembangan ini dengan uap, sebagaimana diakui oleh para pakar kontemporer.
Malah sebaliknya, suatu proses industrialisasi yang terus-menerus telah dimulai
ketika diperolehnya keterampilan manusia selanjutnya, bentuk-bentuk baru dari
kekuatan benda yang tidak bernyawa dikembangkan—termasuk tenaga nuklir
dan matahari, setelah tenaga listrik—dan bahan-bahan pengganti diciptakan
melalui kemajuan ilmu kimia dan, di abad ke-20, sains material.
Proses penemuan itu berada di pusat apa yang dipandang oleh kebanyakan
pakar kontemporer sebagai kemajuan, yang seringkah disanjung-sanjung dalam
media. Salah satu badan yang memajukannya di Inggris pada abad ke-18 adalah
the Society for the Encouragement of Arts, Manufactures and Commerce
[Masyarakat untuk Mendorong Seni, Pabrik dan Perdagangan], yang didirikan
tahun 1754, yang mulai membagi-bagi penemuan itu menjadi kategori-kategori,
di mana kategori yang berhubungan dengan transportasi sangat menonjol.
'Pelayaran darat', 'garis bujur di laut', 'roda, kendaraan dan jalan-raya' muncul
secepat tahun 1760 dalam daftarnya. Dalam abad ke-19, the Society for the
Diffusion of Useful Knowledge [Masyarakat untuk Menyebarluaskan Ilmu
Pengetahuan yang Berguna], yang didirikan tahun 1827, mendapat gelar The
Steam Intellect Society' [Masyarakat Kecerdasan Uap].
Di semua negara, baik di masa uap maupun di masa tenaga listrik
selanjutnya, adalah merupakan kebanggaan menjadi yang pertama mendapatkan
suatu penemuan, meskipun tidak mudah untuk mengajukan pernyataan seperti
itu. Banyak penemuan yang dicapai secara sendiri-sendiri di tempat yang
berbeda-beda dalam proses-proses di mana, sebagaimana yang diakui ketika
itu, melampaui tapal-batas negara. Perkara pengadilan mengenai hak paten
seringkah terjadi. Perselisihan hukum adalah pertarungan memperebutkan
kekuasaan sebagaimana memperebutkan uang, sumbangan mengenai seberapa

131
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

banyak uang tergantung baik dari seberapa lamanya suatu paten dapat dilanjutkan
maupun seberapa rentannya ia terhadap tantangan. Undang-undang, yang
seringkah dikemukakan, berbeda antara satu negara dengan negara lain. Namun
retorika banyak sekali muncul dalam pembicaraan tentang 'menaklukkan Alam'.
Sebagaimana seorang penggubah yang tangkas mengemukakannya pada tahun
1776, yaitu tahun Deklarasi Kemerdekaan Amerika dan buku Adam Smith,
Wealth of Nations:

Akan datang waktunya di mana tidak ada yang akan berhasil


Selain dari apa yang telah diputuskan, suatu Paten yang bernilai;
Dan kita harus membuka pada suatu hari di masa depan
Pintu Alam dengan sebuah kunci paten.

'Hari di masa depan' itu sama pentingnya bagi para penemu dan pedagang
Inggris—yang dibantu bukan saja oleh penggubah tetapi juga oleh penyair-penyair
besar—sebagaimana pentingnya bagi kaum revolusioner Prancis. Memang di
Prancislah istilah 'revolusi industri' itu pertama kali diciptakan pada tahun 1827
oleh seorang pakar ekonomi politik, Adolphe Blanqui.
Bagi Erasmus Darwin (1731-1802), kakek dari Charles Darwin, yang
tinggal di pinggir Negeri Hitam Inggris dan menulis pada pembukaan tahun
Revolusi Prancis pertama yaitu tahun 1789, transportasi adalah kunci utama
kepada dunia masa depan:

Segera mereka akan bersenjatakan, UAP YANG TAK TERKALAHKAN!


Jauh lebih cepat menarik perahu yang lamban itu,
atau mengemudikan mobil yang cepat;
Atau pada sayap-sayap yang mengepak-ngepak lebar membawa
Kereta tempur melalui lapangan-lapangan udara.

Darwin, seorang dokter penyakit, adalah seorang anggota dari Lunar Society,
suatu lingkungan teman-teman West Midlands yang secara resmi merupakan
suatu masyarakat tahun 1780, sedangkan Boulton dan Watt juga termasuk di
dalamnya. Para anggota itu sadar akan jarak mereka dari London, meskipun
waktu yang diperlukan untuk mencapainya dengan apa yang dinamakan 'kereta
terbang' itu turun tajam (ketika cuaca baik) setelah dibangunnya jalan tol.
Jaraknya dengan mil bertambah lima kali lipat antara tahun 1750 dan 1790.
Bentuk transportasi yang praktis yang paling menarik perhatian para
anggota Masyarakat itu bukanlah lalu-lintas jalan raya dan bukan pula daya

132
Dari Tenaga Uap ke Listrik

penggerak uap, akan tetapi lalu-lintas dengan terusan yang dengan tentangan
oposisi telah mengubah kehidupan ekonomi Midlands; dan salah seorang anggota
Masyarakat itu, pakar tembikar Josiah Wedgwood (1730-95), yang memiliki
kepentingan perdagangan dalam masalah itu, memberi kontribusi yang besar
kepada fase terusan dari sejarah transportasi. Fase pertama mencapai
puncaknya di Inggris pada tahun 1790-1793 ketika modal yang murah
mendorong sebuah 'mania' terusan di Inggris dan 53 undang-undang terusan
dan pelayaran disahkan oleh Parlemen. Semangat yang bergejolak ini
mengantisipasi mania kereta-api di tahun-tahun 1840-an.
Spekulasi menonjol demikian hebatnya sebagai investasi pada sejarah
media yang terakhir, termasuk sejarah Internet. Demikian pula keadaannya
tekanan untuk membuat undang-undang. Bagaimana dan kapan menggunakan
hukum itu untuk mengatur proses komunikasi merupakan pertanyaan yang
fundamental, baik ketika itu maupun sekarang.
Di Eropa benua, dengan bermil-mil sungai yang dapat dilayari, maka
terusan merupakan pemandangan yang biasa sebelum ia menjadi seperti itu di
Inggris, dan suatu zaman terusan telah dimulai di sana pada akhir abad ke-17.
Tahun 1810 di Prancis, dirampungkannya Terusan St Quentin yang menghu-
bungkan Laut Utara dan sistem-sistem sungai Scheldt dan Lys dengan Selat
Inggris melalui Somme, dan dengan Paris dan Le Havre melalui Oise dan the
Seine. Pada saat itu, Napoleon telah menjadi kaisar, dan Inggris terlibat dalam
suatu perang yang berlama-lama menentangnya. 'Pembelian Louisiana' dari
Napoleon oleh Amerika Serikat pada tahun 1803 telah memberikan pengendalian
baginya terhadap sebuah jalan air utama yang dapat dilayari, yang pada akhir
abad ke-19, akan menjadi bagian dari suatu jaringan pelayaran kontinental yang
mencakup empat juta mil terusan. Hanya terdapat seratus mil saja pada tahun
1800, akan tetapi antara tahun 1817 dan 1825, Terusan Erie, suatu hubungan
yang penting sekali dalam jaringan itu, telah dibangun oleh negara-bagian New
York, sehingga membuka Barat Amerika yang pertama.
Sebelum Inggris tertarik ke dalam pertarungan bersenjata dengan Prancis
revolusioner sebelum masa Napoleon pada tahun 1793, Darwin telah
menyelesaikan bait-bait sajaknya Botanic Garden (1789-91), yang berhubungan
jauh lebih banyak daripada transportasi saja sebagaimana ia dengan bernafsu
sekali mendaftarkan 'khayalan di bawah panji-panji ilmiah'. Dalam pada itu,
William Wordsworth (1770-1850) yang masih muda, sama halnya dengan
Coleridge, menghormati Revolusi Prancis sebagai sebuah fajar baru, dipuji-puji
dalam sajaknya 'Suatu Perjalanan Senja' (1788-1789):

133
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

... terhadap mereka yang menjaga pintu-pintu harmoni


Sains telah menghilangkan halangan pantai-pantai sorga,
Untuk siapa sebuah kekuatan yang bernyala-nyala telah memberikan
mata yang lain itu yang menerobos melintasi langit dan bumi.
Di dalam perspektif ini, sains dan teknologi adalah satu.

Dalam kenyataannya, hubungan antara sains dan teknologi itu rumit sekali. Baik
kata 'scientist' maupun kata 'technologist' belum diciptakan. 'Scientist' adalah
sebuah kata baru pada tahun 1840, sedangkan kata 'technology', yang baru
diciptakan di Prancis di dalam the Encyclopedic, belum digunakan di Inggris.
Namun, kata 'invention', yang didahului oleh kata 'discovery', telah menjadi
bagian dari pembicaraan sehari-hari pada akhir abad ke-18 bersama dengan
kata 'improvement'. Karena sering dihubungkan dengan permainan, dan bukan
dengan tujuan—kata 'toy' sebagaimana yang dihargai orang Prancis lebih dahulu
daripada orang Inggris, adalah menjadi bagian dari kosa-kata yang sama.
Keinginan untuk menciptakan hal bam mungkin telah mendorongnya sama banyak
dengan apa yang akan terkenal di kemudian hari dengan nama 'economic
necessity'. Salah satu dari lokomotif yang mengambil bagian dalam pengadilan
lokomotif uap tahun 1829—yang dimenangkan oleh 'Rocket', sebuah kata yang
mencuat di paruh kedua abad ke-20, dari George Stephenson—dinamakan
'Novelty', yang masih tetap mempakan sebuah kata yang digemari pada abad
ke-19.
Salah satu tokoh yang menonjol di abad ke-19, Karl Marx (1818-1883),
memandang penemuan mesin uap itu sebagai terobosan besar dalam sejarah
umat manusia, yang membedakan masa lalu dari masa sekarang dan membuka
masa depan yang revolusioner. Dalam Communist Manifesto tahun 1848 ia
membeberkan dengan fasih sekali tentang 'keajaiban-keajaiban industrialisasi
yang telah dilakukan', tetapi ia meramalkan bahwa revolusi akan terjadi bukan
melalui teknologi itu sendiri, akan tetapi melalui perjuangan kelas antara kaum
kapitalis yang memiliki dan mengendalikan mesin dan peralatan uap, dan kaum
proletar industri yang dieksploitasi tenaganya untuk mereka. Dalam buku
catatannya Grundrisse, yang ditulis pada pertengahan 1840-an ia mencatat
perubahan-perubahan industrial yang utama sejak Revolusi Prancis dan
menjelaskan bahwa 'Alam tidak pernah membuat mesin, lokomotif, kereta-api,
telegraf listrik... dan sebagainya. Semua ini adalah hasil dari industri manusia:
benda-benda alami diubah menjadi alat-alat kehendak manusia.'

134
Dari Tenaga Uap ke Listrik

Rujukan Marx pada 'telegraf listrik' membawa masuk penemuan listrik


pertama yang akan memulai proses pembentukan kembali apa yang akan
dinamakan 'media' itu. Namun adalah terhadap uap dan hubungan antara uap
dan percetakan yang masih tetap difokuskannya ketika ia melanjutkan bertanya
'Apa yang akan terjadi dengan Fama, desas-desus, ketenaran, ketika Printing
House Square, yang menjadi basis surat-kabar London, The Times, menyebarkan
berita di luar negeri dan juga di dalam negeri?' Surat-kabar itu, yang pada
mulanya di tahun 1785 dinamakan The Daily Universal Register, telah diberi
namanya yang biasa itu tiga tahun kemudian oleh pemiliknya John Walter I (1739-
1812), yang telah bekerja magang kepada seorang penjual buku yang juga
merupakan penerbit. Tahun 1814, sebuah mesin cetak uap yang besar, yang
terbuat dari besi dan dipatenkan di Inggris oleh Frederick Koenig, telah dipasang
oleh anaknya, John Walter II, di markas besar The Times di Printing House
Square: ia tidak hanya menghemat buruh, tetapi juga memungkinkan
dihasilkannya 1000 helai cetakan dalam satu jam. Surat-kabar kini dapat pergi
ke percetakan lebih lambat dan berisikan banyak berita baru.
Gagasan untuk menggunakan sebuah silinder yang berputar dalam
percetakan bukanlah baru, namun silider Koenig memang baru; dan sebagaimana
dikemukakan oleh The Times tanggal 29 November 1814, tanpa merujuk kepada
tenaga uap, maka eksemplar hari pertama itu merupakan 'hasil praktis dari
perbaikan terbesar berkenaan dengan percetakan sejak ditemukannya seni
percetakan itu sendiri'. Koenig dikatakan seorang 'artis'. Akan tetapi, ia bukan
merupakan orang pertama seperti itu yang dipekerjakan Walter dan ketika
telah berhenti bekerja pada The Times, karena telah memuji undang-undang
paten Inggris, maka terdapat perubahan-perubahan teknis besar selanjutnya di
Printing House Square itu tahun 1828 ketika dipasang sebuah percetakan uap
bersilinder empat. Ketika itu adalah biasa untuk menggambarkan surat-kabar
sebagai 'mesin sosial' dengan penekanan bukan pada uapnya, melainkan pada
kekuasaannya atas opini (lihat hlm. 246).
Marx tidak mengamati (atau tahu?) bahwa The Times sebagai suatu
organisasi kerja memperoleh kemajuannya dengan menolak menggunakan tenaga
serikat-buruh dalam sebuah industri di mana 'gabungan' atau 'persatuan' antara
penggabung dan pencetak—perkumpulan ahli—telah menjadi kuat semenjak
tahun 1785. Sebelum berpaling kepada Koenig, yang telah menjadi seorang
penerbit buku, Walter telah membantu seorang penemu Inggris untuk
mengembangkan sebuah percetakan 'yang menjadikan pekerjaan tangan hampir-
hampir tidak perlu'. Namun demikian, baik Marx maupun teman dekatnya

135
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Friedrich Engels (1820-1895), yang hampir dalam seluruh kehidupannya di


Manchester yang industrial itu, sangat menghargai kekuasaan media cetak, dan
menulis untuk surat-kabar, antara lain—ironis jika dipikirkan sekarang ini—the
New York Tribune. Mereka berdua adalah pakar komunikasi yang bersemangat.
Sebagaimana surat-menyurat antar mereka berdua, yang jika dikumpulkan akan
sampai beberapa jilid tebal, mereka juga menulis pamflet dan buku, yang terentang
mulai dari Communist Manifesto sampai kepada Capital, sebuah buku klasik
tentang ekonomi politik.
Kaum Marxist membuat perbedaan antara bangunan-bawah ekonomi dan
bangunan-atas yang bersifat budaya, dengan seorang Marxis Italia, Antonio
Gramsci (1891-1937), yang tertarik sekali secara mendalam terhadap media,
dengan memberikan kontribusi khusus pada perdebatan itu di abad ke-20. Dalam
berhubungan dengan bangunan-bawah itu, mereka memusatkan perhatian pada
celah antara majikan dan buruh dan tidak meramalkan adanya suatu kenaikan
umum dalam kekayaan materi atau timbulnya media massa, terutama sekali
televisi, yang lebih daripada yang lain-lainnya akan membentuk struktur-atas
budaya di masa depan. Media itu terlibat dalam proses mendorong dan memberi-
kan informasi. Di zaman mereka sendiri, Engels mengambil penghidupannya
dari bangunan-bawah, sedangkan Marx, yang bekerja di Reading Room yang
baru dan megah di Museum Inggris, mengambilnya dari bangunan-atas (dan
dari dukungan Engels sendiri).
Yang mereka miliki adalah sebuah dunia yang dimediasikan terutama
melalui buku-buku dan barang cetakan lain, termasuk buku perjalanan, ruang
yang berputar (spanning space), sebagaimana juga surat-kabar yang mencatat
peristiwa. Di masa hidup mereka, jumlah buku tentang ekonomi politik, yang
sebagian besar mengemukakan versi yang berbeda dari yang mereka miliki,
banyak sekali ditambah, namun di semua negara Eropa masih lebih banyak jumlah
buku-buku tentang agama, yang dikecam oleh Marx dan Engels sebagai candu
rakyat. Bahkan di masa banyaknya kejadian, ketika berita lebih banyak diminta
dibanding masa sebelumnya—terutama sekali ketika Perang Crimea (1853-
1856), ketika wartawan-wartawan khusus dikirim ke sana untuk meliput, serta
seniman dan fotografer untuk membuat gambaran pemandangan Crimea itu—
masih terdapat suatu pasar yang cukup besar bagi teks-teks tercetak dari khotbah
mimbar yang menyatakan hal yang abadi. Pada abad ke-20, terdapat
pembicaraan tentang televisi (lihat hlm. 212 dan hlm. 286) tidak hanya sebagai
jurnalisme foto atau sebagai hiburan, akan tetapi sebagai suatu agama versi baru.

136
Dari Tenaga Uap ke Listrik

Bentuk kesusasteraan yang paling kreatif dalam prosa abad ke-19 adalah
novel, sebuah kata yang baru mengukuhkan dirinya pada akhir abad ke-18,
ketika banyak novel diterbitkan. Pada permulaan abad itu, sejumlah penulis, di
antaranya Defoe, memusatkan perhatiannya pada yang baru ('asli') dan 'yang
aneh dan mengagetkan'—kata sifat yang merupakan bagian dari judul Robinson
Crusoe—dan dorongan untuk sesuatu yang kemudian diberikan suatu pengertian
baru di Inggris (sampai perbedaannya itu telah menjadi hal yang diperdebatkan
oleh para pakar sastra) oleh Heniy Fielding (1707-1754), yang tulisan pertamanya
adalah untuk teater, dan saingannya Samuel Richardson (1689-1771), seorang
pencetak yang tulisannya Pamela (1741) ditulis dalam bentuk surat-surat. Di
sini, sebagaimana juga di tempat-tempat lain, terdapat kesinambungan, tetapi
juga, sebagaimana dikemukakan Fielding dalam Tom Jones (1749), yang
dinamakannya 'sajak kepahlawanan yang menggembirakan dalam bentuk prosa',
suatu kesadaran bahwa ia sedang memasuki 'sebuah kawasan baru dalam
Menulis'.
Produksi tahunan dari kaiya-karya fiksi itu di Inggris, yang rata-rata hanya
berjumlah tujuh buah antara tahun 1700 dan 1740, telah meningkat setidaknya
tiga kali lipat antara tahun 1740 dan 1770, dan dua kali lipat lagi antara tahun
1770 dan 1800. Ketika itu, bentuk novel, yang sangat mungkin diadaptasikan,
menarik para penulis wanita dan juga sejumlah besar pembaca wanita.
Potensinya sepenuhnya masih harus diwujudkan dan akan melimpah-limpah
sampai ke era televisi dan film. Para tahun 1750, salah seorang tokoh besar
yang sezaman dengan Fielding dan Richardson, yaitu Samuel Johnson (1709-
1784), yang memiliki sedikit sekali apa yang dapat dikatakannya tentang penulis
dan pembaca wanita, dengan hati-hati sekali membedakan fiksi yang baru itu
dari 'kisah roman kepahlawanan' lama yang didominasi oleh 'para raksasa,
ksatria dan benteng istana khayalan'. 'Karya fiksi yang tampaknya secara khusus
lebih memberikan kesenangan kepada generasi sekarang adalah sedemikian
rupa, sehingga memperlihatkan kehidupan yang sesungguhnya, yang hanya
memperlihatkan keragamannya dengan kejadian-kejadian setiap hari di dunia'.
Johnsonlah yang telah menyarankan bahwa 'tidak ada orang yang akan membaca
buku tentang sains karena mumi kecenderungan saja. Buku-buku yang memang
kita baca dengan segala kesenangan adalah tulisan-tulisan ringan yang berisikan
rentetan peristiwa yang berlangsung cepat.' Akan tetapi, pendapat Johnson
tentang wartawan yang berhubungan dengan arus 'kejadian yang sesungguhnya',
yang seringkah dalam bentuk yang tidak lengkap, adalah rendah sekali; ia menjuluki
mereka 'penulis surat-kabar cakar-ayam'.

137
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Antara tahun 1700 dan 1750 terjadi perubahan besar di dunia penerbitan,
dengan satu majalah baru yang penting, the Gentleman 's Magazine (1731),
yang diluncurkan oleh seorang penjual buku dan wartawan, Edmund Cave,
('Sylvanus Urban'), dan dicontoh secara kurang berhasil oleh orang-orang lain.
Johnson menulis untuk itu. Ia menggarap selera-selera yang lebih beragam
dibandingkan dengan The Spectator (lihat hlm. 36) karena ia menggabungkan
informasi, termasuk rincian-rincian penemuan, dan hiburan (lihat hlm. 230). Ia
telah mengudarakan banyak dari masalah-masalah yang akan ditonjolkan
kemudian dalam sejarah media, termasuk hubungan antara penulis dan pembaca,
serta antara isi dan bentuk.
Para penjual buku dikenal sebagai 'perantara' antara penulis dan pembaca
sebelum digunakannya kata 'media'. Juga ketika itu telah terdapat perasaan
akan adanya suatu 'pasar'. Seperti ditulis oleh teman dan rekan sekerja Fielding,
yaitu James Ralph dalam buku The Case of Authors (1758):

Membuat buku adalah pekerjaan yang menjadikan kebanyakan penjual-


buku menjadi makmur: peraturan-peraturan Perdagangan memaksanya
untuk membeli semurah mungkin dan menjualnya semahal mungkin ...
Mengetahui dengan sebaik-baiknya Jenis Barang apa yang paling sesuai
dengan Pasar, maka ia memberikan Perintahnya sesuai dengan itu; dan
dengan pasti sekali menjelaskan Waktu Penerbitan sebagaimana juga
menentukan Pembayaran ... Penjual buku yang cerdik merasakan Denyut
Nadi Waktu, dan sesuai dengan tekanan itu, ia bukan hanya menjelaskan
obatnya, tetapi juga memuji Penyakit itu: selama si Pasien terus menelan,
maka ia terus memberikan; dan pada ketika Symptom pertama dari suatu
perasaan Muak muncul, maka ia mengubah Dosisnya. Karena itu, maka
Diperkenalkanlah Kisah, Novel, Roman, dst.

Kemudian di abad itu juga, terjadi suatu pemisahan antara penjual buku dan
penerbit, suatu distingsi yang mulai menjadi jelas dalam kamus besar Samuel
Johnson tahun 1755. Di masa lalu, kata 'publish' memiliki konotasi keagamaan,
yaitu untuk menyatakan 'kabar kesukaan besar bagi seluruh umat manusia'.
Kini dengan distingsi yang semakin berkembang antara pencetak dan penerbit,
yang sama besarnya dengan distingsi antara penyair dan 'pengarang picisan' di
Grub Street, maka penerbitan mulai diasosiasikan dengan 'menempatkan sebuah
buku ke dunia'.
Menempatkan lebih banyak 'benda' ke dalam dunia, yang didukung oleh
iklan, akan menjadi suatu kesibukan utama pada abad-abad mendatang, yang

138
Dari Tenaga Uap ke Listrik

Gambar 14. Raja Uap dan Raja Batubara memandang dengan gelisah bayi listrik.
Sebuah kartun 1881 yang membandingkan dua teknologi, lama dan baru, dalam
simbiosis yang saling meniadakan. Padahal mereka dalam perjalanan waktu
akan hidup bersama. Listrik dan elektronika menemukan era kejayaannya di abad
ke-20.

139
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dalam jangka panjang tergantung dari kemajuan teknologi, namun dalam tahap-
tahap permulaannya di Inggris hal ini lebih banyak merupakan kegiatan
memperluas keterampilan keahlian, dibandingkan dengan menggunakan
pengetahuan ilmiah. Begitu pula keadaannya di seberang Atlantik, di mana
Benjamin Franklin (1706-1790), yang mencintai dan mencetak buku-buku—
dan bermain dengan tenaga listrik—menyatakan pada tahun 1783 pada akhir
Perang Kemerdekaan Amerika bahwa 'tidak ada manufaktur yang penting' di
mana 'para pekerja', yang belajar saat bekerja, 'yang tidak menemukan suatu
proses yang berguna yang bisa menghemat waktu dan material atau
mengembangkan lebih lanjut keterampilan itu'.
Di Prancis pada abad ke-18 terlihat hubungan yang intens antara teori
ilmiah dan perkembangan teknik yang baru, dan keduanya dipuji-puji oleh
pemerintah ketika Revolusi dan di bawah Napoleon. Seorang pemikir Prancis
setelah Napoleon, Saint Simon (1760-1825), menarik sejumlah murid, yaitu
kaum Simonian, yang dalam suatu tradisi yang memandang ke belakang kepada
Colbert, memberikan suatu peran kunci kepada negara dalam hal perkembangan
teknik dan ekonomi. 'Di mana kepentingan umum itu menjadi taruhan,' demikian
tulis salah seorang dari mereka, yaitu Michel Chevalier (1806-1879), 'maka
pemerintah harus turun tangan.' Pengaruh golongan St Simonian itu dengan
aktif bekerja di Prancis di bawah pemerintahan kemenakan Napoleon, yaitu
Napoleon 111(1848-1870).
Teknologi adalah sebuah kata yang diperkenalkan ke Amerika Serikat
tahun 1828—kira-kira sekitar waktu istilah 'revolusi industri' pertama kali
digunakan di Prancis; dan pada tahun 1832 Charles Babbage (1792-1871),
pakar matematika dan ekonomi politik Inggris kontemporer, menerbitkan
karyanya On the Economy of Machinery and Manufactures, dengan
menyambut baik kenyataan bahwa 'pekeijaan seratus orang tenaga ahli sekarang
cukup dilakukan dengan mengoperasikan sebuah mesin saja'. Babbage, yang
telah terbiasa dengan apa yang sedang berlangsung di Printing House Square,
menciptakan sebuah komputer mekanis, sebuah petunjuk jalan kesejarahan yang
digambarkan sebagai sebuah 'mesin', yang—sebagai suatu tanda waktu—telah
gagal mendapatkan dukungan keuangan pemerintah. Namun, ia dipamerkan
kepada rakyat di dalam sebuah gedung pameran peralatan ilmiah di King's
College di Strand pada tahun 1843.
Dalam pada itu, terdapat kabar bahwa Amerika Serikat—yang sebelum
tahun 1848 tidak memiliki sebuah akademi atau suatu lembaga yang sebanding
dengan the Society of Arts [Masyarakat Seni]—di masa yang akan datang

140
Dari Tenaga Uap ke Listrik

akan berdiri sebagai sebuah 'republik teknologi', tidak hanya untuk memuaskan
kebutuhan manusia, tetapi juga menciptakan kebutuhan. Proses itu mencapai
momentum yang tidak dapat dibalikkan lagi, meskipun setelah tahun 1848,
sebagaimana sebelumnya, terjadi 'booming' sekaligus kemunduran ekonomi,
yang bersifat internasional dalam ruang-lingkupnya, yang diidentifikasikan sebagai
siklus perdagangan, yang merupakan suatu kebangkitan kapitalisme yang sama
terjadinya baik bagi kalangan Marxis maupun non-Marxis. Beberapa sejarawan
juga telah menelusuri adanya 'gelombang-gelombang panjang' yang satu
diasosiasikan dengan tenaga listrik, sedangkan yang satu lagi satu abad kemudian
diasosiasikan dengan Internet (lihat hlm. 355). Pakar ekonomi Austria J. A.
Schumpeter (1883-1950) telah menghasilkan sebuah model sistem ekonomi
yang didorong oleh desakan-desakan dalam teknologi yang didorong oleh para
pengusaha yang inovatif.
Geopolitik sebagaimana juga sains dan ilmu ekonomi selalu mempengaruhi
cara di mana teknologi media itu berkembang: negara mana yang pertama kali
melakukan penemuan menjadi hal yang diperebutkan, sebagaimana yang terjadi
pada perseorangan, dan dalam abad ke-20 adalah penting bahwa Sputnik Soviet
(1957) ('teman-seperjalanan') telah datang sebelum Telstar (1962). Kerjasama
di angkasa luar baru dicapai setelah hancurnya Uni Soviet. Kelupaan yang
bersifat sejarah itu disediakan secara khusus untuk penemuan-penemuan tertentu
yang ditolak, terlepas dari asal-usulnya—atau penemunya—yang tidak
mendatangkan hasil-hasil ekonomi, namun dengan setiap penemuan yang
mendatangkan hasil-hasil seperti itu, terdapat suatu perubahan dalam perspektif
sejarah. Baru sekaranglah, pada tahap kita sekarang dalam sejarah media,
dalam fase-fase yang pertama dari 'masa Web', bukan suatu kiasan yang baru,
bahwa kita dapat melihat dengan jelas sekali bagaimana urut-urutan
perkembangan komunikasi yang berbeda-beda telah saling berhubungan dalam
beragam budaya. Dalam memandang masa-depan—dan bermimpi
tentangnya—maka mitos sebagaimana juga sains seringkah dibangkit-bangkitkan:
Icarus, yang mencoba untuk terbang, mengemuka sebagaimana juga Prometheus,
yang mencuri api. Marx telah berbicara kepada Vulcan, penjaga tungku api.
Pada abad ke-17, Francis Bacon (1561-1626) telah meramalkan 'the
opening of the door of Nature [terbukanya pintu Alam]'. Visinya mengenai
sebuah 'Salomon's House' dalam karyanya New Atlantis, yang ditulis sebelum
tahun 1620, berisikan suatu 'Kelompok Penemu' yang mencakup bukan hanya
'rumah mesin' saja, di mana 'dipersiapkan mesin dan peralatan bagi segala macam
gerakan' tetapi juga dua ruang pameran bagi 'Inventors Past [Penemu Masa

141
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Lalu]' dan 'space or bases for inventors to come [mang dan basis bagi Penemu-
Penemu masa datang']. Di dalam Rumah itu 'kami kelompok-kelompok burung
terbang... menjadikan kapal besar dan kecil berjalan di bawah permukaan air
dan membelah laut... dan jam-jam aneh', bahkan beberapa 'pergerakan abadi'.
Bacon, berbeda dari Leonardo da Vinci, tidak meninggalkan sketsa apapun
tentang mesin-mesin yang bam: Erasmus Darwin memang melakukan hal itu.
Pada pertengahan abad ke-19, ketika bagian-bagian dari dunia Barat telah
menjadi suatu 'Salomon's House', maka pakar kimia organik Jerman yang besar
Justus von Liebig (1803-1873) menulis bahwa nama Bacon itu 'berkilauan bagai
sebuah bintang bercahaya', dan Charles Darwin (1809-1882), dengan mengikuti
logika bangunannya sendiri (meskipun kadang-kadang agak enggan-enggan)
setelah menerbitkan bukunya Origin of Species pada tahun 1859, menegaskan
bahwa ia bekerja atas dasar 'prinsip-prinsip Baconian yang sesungguhnya'.
Sejarawan inggris, Thomas Babington Macaulay (1800-1859) sama
fasihnya dengan Bacon sendiri, dalam sebuah esai tentang dirinya, yang diterbitkan
pada 1837, yaitu tahun ketika Ratu Victoria naik tahta. Ia memuji-muji
keuntungan-keuntungan bagi umat manusia yang telah dicapai di bawah pengaruh
penemuan. Sebagaimana telah diramalkan Bacon, Alam telah dikendalikan,
jembatan telah dibangun, merentangi 'sungai dan muara yang besar-besar', jarak
telah dikalahkan. 'Intercourse', 'correspondence', 'despatch of business [kiriman
berita bisnis'], semuanya itu telah dipermudah. Dalam jangka panjang, filsafat
Baconian itu merupakan 'sebuah filsafat yang tak pernah istirahat'. Yang menjadi
hukumnya adalah 'kemajuan'.
Bagi Herbert Spencer (1820-1903), seorang penulis dan pakar sosiologi
kemudian yang bergantung dengan yakin sekali pada pemikirannya sendiri
kemajuan itu 'bukanlah suatu hal yang kebetulan akan tetapi suatu keharusan.
... Ia [merupakan] bagian dari Alam'. Dan ia menerbitkan pendapatnya ini
pada tahun 1851 ketika kemajuan itu dijadikan kelihatan di Pameran Great
Exhibition of All the Nations di Crystal Palace, London. Terdapat urut-urutan
pameran seperti itu pada abad ke-19 dan abad ke-20, dan semuanya itu
mempergunakan sejauh mungkin peralatan komunikasi yang baru, dan secara
luas dilaporkan pers. Banyak segi pameran itu yang bersifat internasional,
sebagaimana juga gagasan-gagasan besar yang berada di belakangnya. Pengaruh
Spencer di Amerika Serikat, yang telah mementaskan Pameran Seratus Tahunnya
pada tahun 1876, lebih besar daripada di Inggris.
Akan tetapi Spencer tidak berhubungan secara rinci baik dengan dunia
media maupun dengan dunia kerja, yang telah berubah sama banyaknya dengan

142
Dari Tenaga Uap ke Listrik

dunia benda pada abad ke-19 melalui urbanisasi maupun industrialisasi. Ketika
sejumlah besar pekerja dipusatkan di bawah satu atap pabrik, maka
berkembanglah bentuk-bentuk baru komunikasi kolektif, sebagaimana sejumlah
besar orang yang tidak saling kenal satu sama lain tumpah ruah di sebuah kota
industri yang baru, di mana di antaranya Manchester, sebuah kota kejutan,
merupakan contoh pertama. Hanya melalui terkumpulkannya orang secara
massal, demikian dikatakan, maka kecerdasan dan energi juga dapat
dikomunikasikan kepada orang-orang yang secara sosial miskin. Bagi seorang
pengamat Inggris terkemuka, yang menulis dalam tahun 1823, sebelum
diciptakannya kata 'sosialisme', maka 'para pekerja yang operatif itu yang
dilemparkan secara bersama dalam jumlah yang besar, telah mempertajam dan
memperbaiki kemampuan mereka dengan komunikasi yang terus-menerus'. Dari
dalam kalangan mereka para pemimpin muncul, yang berbicara lebih banyak
tentang 'serikat buruh' daripada tentang persaingan, menganggap diri mereka
sebagai memimpin sebuah 'movement', sebuah kata kiasan yang terambil dari
dunia transportasi. Sebuah kata metafor yang lain,'highway' [jalan tol], baru
akan dilahirkan kembali pada tahun 1990-an dan digunakan untuk 'revolusi
elektronik' (lihat hlm. 327).
Dengan hadirnya kerumunan massa (crowd) urban yang ditimbulkan oleh
para pemimpin militan atau, yang hampir sama berbahayanya, berkumpulnya
mereka sebagai 'massa tanpa pemimpin', mungkin menimbulkan keprihatinan
dalam kalangan orang yang berpunya, lewat bahasa yang mereka pergunakan,
persis sebagaimana ketakutan terhadap 'mob' di masa-masa pra-industrial; dan
pada akhir abad ke-19, terutama sekali di Prancis, para pakar studi psikologi
dan sosial mulai memusatkan perhatian pada kerumunan massa (crowd) itu.
Tahun 1895, Gustave le Bon menulis bukunya yang berpengaruh, yang setahun
kemudian diterjemahkan dengan judul The Crowd, dan pada tahun 1901G
Tarde menerbitkan bukunya L'Opinion et la Foule, yang baru diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris (Amerika dalam bentuk yang telah diedit) pada tahun
1969 dan kemudian dinamakan, dengan perubahan kata yang membukakan
pemikiran, On Communication and Social Influence.
Apapun bahasanya, bagaimanapun besarnya perbedaan antara Le Bon
dan Tarde, namun yang terakhir ini sadar akan pentingnya media, dan
bagaimanapun pendek atau panjangnya jarak waktu dalam penerjemahan,
gagasan dari sebuah 'masyarakat massa' telah berhasil masuk ke dalam bahasa
percakapan sehari-hari, terutama sekali di negara-negara Eropa benua, pada
tahun 1914. Ia ditunjang lagi dalam suatu konteks budaya pada abad ke-20

143
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dengan kata 'budaya elite' dan 'budaya massa'. Bagi James Bryce, yang menulis
tentang politik (dan apa yang akan dikenal dengan nama 'media massa') tahun
1900, maka 'aksi dan reaksi yang saling dilakukan oleh pembuat dan pemimpin
pendapat terhadap massa, dan dari massa terhadap mereka' adalah 'merupakan
bagian yang paling mengherankan dari seluruh proses itu dengannya dihasilkan
pembentukan opini'.
Suatu unsur lain menonjol dalam suatu perhitungan yang demikian, terutama
di dua negara yang paling dikenal Bryce, yaitu Inggris dan Amerika Serikat.
Itulah yang merupakan perkembangan asosiasi-asosiasi sukarela, yang di
antaranya menamakan dirinya 'filosofis', yang lainnya 'statistik', di antaranya
dengan tujuan kebijakan yang khusus berkenaan dengan perumahan, kesehatan
atau pendidikan. Kebanyakannya menghasilkan laporan dan survei, seringkah
merupakan peralatan komunikasi yang paling efektif di kota-kota yang secara
sosial terpisah-pisah, seperti Liverpool dan Boston, London dan New York.
Pada akhir abad ke-19, para pengamat Prancis memperhitungkan bahwa
mayoritas terbesar dari orang dewasa Inggris termasuk ke dalam rata-rata lima
atau enam organisasi sukarela, yang mencakup serikat pekerja dan perkumpulan
persahabatan, sedangkan sejarawan Amerika A. M. Schlesinger menamakan
negaranya 'a nation of joiners'. Hampir seabad kemudian, seorang pakar ilmu
politik dan sosiologi, Robert Putnam, yang merasa takut karena berbagai alasan,
ini tidak lagi benar adanya, memberikan peringatan tentang akibat-akibat yang
mungkin timbul bukan saja bagi masyarakat Amerika, tetapi juga bagi demokrasi.
Sebelum Marx, pengamat dan analis Prancis yang teliti Alexis de Tocquevihe
(1805-1859) memberikan penghormatannya kepada 'the power of association',
yang sekarang pada umumnya dianggap sebagai tenaga pendorong di belakang
apa yang di Amerika dikenal dengan nama 'non-profit sector'. Bagi Tocquevihe,
hal itu mencapai puncak perkembangannya di sana—bahkan sebelum datangnya
kereta-api yang telah memungkinkan terbukanya Barat. Sektor nirlaba itu
semakin berkembang dalam abad ke-20. Demikian pula dengan prinsip 'self-
regulation [mengatur diri-sendiri]' sebagai suatu alternatif untuk menetapkan
peraturan. Dalam hal ini terdapat kontras yang tajam antara Amerika Serikat
dan Prancis.
Sebelum diciptakannya ungkapan 'mass market', banyak sekali pembi-
caraan tentang 'jutaan' oleh segala macam salesmen di dua sisi atlantik, dimotori
oleh penerbit buku-buku murah dan majalah-majalah. Yang paling fasih dan paling
baik informasinya Charles Knight (lihat hlm. 127), salah seorang pendiri Society
for Diffusion of Useful Knowledges, yang pada tahun 1834 memulai sebuah

144
Dari Tenaga Uap ke Listrik

majalah bernama The Printing Machine, a Review for the Many; dan, sebelas
tahun sebelum itu, Archibald Constable di Glasgow telah memikirkan sebuah
serial buku yang 'harus dan akan terjual bukan dengan jumlah ribuan atau puluhan
ribu, akan tetapi ratusan ribu—bahkan jutaan copy'. Di abad ke-20 lahir sebuah
isme baru, yaitu 'konsumerisme' yang melalui konsep 'masyarakat konsumen'
membentuk kembali perspektif sejarah sebagaimana juga teknologi baru. Paris,
yang merupakan tempat lahirnya toko serba-ada pada abad ke-19, telah menjadi
perintis, dan Liverpool, London, New York, Helsinki dan Tokyo mengikutinya
kemudian.
Pada hakekatnya, toko merupakan fenomena kota besar di mana-mana,
tempat untuk menghabiskan waktu dan juga uang. Pola belanja semakin menjadi
penting. Adalah seorang penulis Amerika, Thorstein Veblen (1857-1927) yang
telah memperkenalkan gagasan tentang 'conspicuous consumption [konsumsi
yang menonjol]'. Ini adalah sebuah proses, seperti diperkenalkannya 'scientific
management' ke dalam pekerjaan, yang menyangkut psikologi, ilmu ekonomi
atau teknologi. Demikian pula dengan periklanan.
Pada waktu Veblen menulis, setelah dua atau tiga generasi industrialisasi,
maka langkah kehidupan menjadi semakin cepat, bahkan lebih cepat daripada
yang diantisipasi oleh Knight. Sebelum elektrifikasi, suatu perasaan rutinitas
atau sistem telah dibebankan ke atas banyak kegiatan ekonomi. Baik sistem
pabrik maupun sistem kereta-api telah memberikan pendidikan tentang pentingnya
disiplin diri dan disiplin waktu. Musim menjadi kurang berarti di kota kecil dan
besar karena hari kerja diumumkan oleh bunyi peluit suara pabrik, bukan lagi
oleh suara lonceng gereja:

Dan pada jam yang telah ditentukan, kedengaran bunyi sebuah lonceng
Yang lebih keras bunyinya daripada lonceng jam malam;
Suatu panggilan untuk bekerja tanpa henti.

Sistem kereta-api tergantung pada rencana perjalanan yang telah ditentukan


dalam daftar perjalanan. (Sudah ada jadual waktu pengiriman post di Italia
sejak akhir abad ke-16, daftar perjalanan terusan di Belanda dari abad ke-17,
dan daftar perjalanan kereta kuda di Inggris dan Prancis mulai dari abad ke-
18.)
Daftar lengkap Bradshow mengenai jadwal kereta-api Inggris pertama
kali terbit pada tahun 1839, yang diikuti oleh sisa Eropa dan Amerika; dan di
kedua belah sisi Selat Inggris dan kedua sisi Lautan Atlantik 'ketinggalan kereta'

145
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

telah menjadi ungkapan kiasan, seperti 'di jalur yang benar'. Jiirgen Habermas
menyimpulkan kemudian bahwa dunia sekarang telah menjadi 'sebuah dunia
sistem' dengan sebuah penanggalan baru. Di Amerika Serikat, hal itu telah
sedemikian mpa, sehingga hanya melalui pertarunganlah, sejenis pertarungan
Darwinisme Sosial disetujui oleh Spencer atas nama 'seleksi alam' namun dikutuk
oleh Arnold Toynbee ketika ia mempopulerkan istilah 'revolusi industri' dalam
kuliah-kuliah yang diucapkannya tentang pokok itu yang diterbitkan tahun 1884,
setelah ia meninggal dunia. Industri sekarang tampaknya menjadi satu kesatuan
saja. Namun, terdapat ruang untuk terobosan baru sebagaimana dijelaskan
Schumpeter, ketika ia mengasosiasikan tenaga listrik dengan upaya perdagangan
dan dengan ditinggalkannya masalah-masalah yang rutin. Hal itu harus pula
diasosiasikan dengan timbulnya para 'experts', termasuk sekelompok insinyur
listrik yang jumlahnya selalu bertambah yang telah bertarung untuk menegakkan
profesi mereka di samping profesi insinyur sipil dan mekanik. Beberapa dari
pekerjaan mereka yang pertama adalah menggunakan tenaga listrik itu untuk
trem dan kereta-api, dan pada waktunya mereka juga menjadi mantap dengan
rutinitas mereka sendiri pada abad ke-20.
Terlepas dari segala terobosan tersebut, bahasa akhir abad ke-20 masih
tetap menggemakan suara mesin uap. Ketika, misalnya, William Shockley (1910-
1989), salah seorang penemu transistor elektronik Amerika di abad ke-20,
berada di kelas akhirnya di Sekolah Menengah Hollywood tahun 1927, ia menulis
dalam sebuah mata-pelajaran mengarangnya:

Era kita ini jelas sangat mekanikal sifatnya. Kita bepergian dari satu tempat
ke tempat lain dengan kecepatan yang dahsyat sekali; kita dapat saling
berbicara meski jaraknya jauh sekali, dan kita memerangi musuh-musuh
dengan tingkat efisiensi yang mencengangkan—semua itu adalah karena
bantuan penemuan mesin-mesin.

Namun Shockley ketika itu sama sekali tidak menyebutkan sesuatu tentang listrik,
meskipun tahun 1925 ia telah membangun sebuah perangkat kristal untuk
mendengar radio, dan setelah ia pindah ke California Institute of Technology, ia
mempelajari mekanika quantum. Nantinya Shockley akan berbagi hadiah Nobel
untuk Ilmu Fisika tahun 1956 ketika miniaturisasi sirkuit listrik mulai mengubah
segala aspek penggunaan dan rekayasa teknologi. Ia tidak sendirian dalam
meramalkan suatu terobosan teknis dan sosial yang baru. Namun permintaan
akan transistor lambat berkembangnya dan baru setelah munculnya sirkuit yang

146
Dari Tenaga Uap ke Listrik

terintegrasi (integrated circuit) permintaan itu mulai meningkat tajam (lihat hlm.
343). Konsumen komersial pertama tertarik pada radio kecil yang dapat
dibawa-bawa, dan inilah, bukan alat-alat elektronik yang tergabung di dalamnya,
yang dinamakan transistor.

147
B ab ini menguji satu-demi-satu dan sejumlah rincian yang dimungkinkan
oleh ruang yang ada, kisah berbagai peralatan komunikasi baru yang
telah melapangkan jalan jauh sebelum transistor, karena apa yang
dinamakan secara agak berlebihan 'revolusi media di abad ke-20'. Yang pertama
adalah kereta-api karena penemuan inilah yang menentukan pola banyak hal
lain dalam kesenian dan kepustakaan sebagaimana juga dalam teknologi, ilmu
ekonomi, ilmu politik dan manajemen. Bukanlah suatu kebetulan bahwa pada
tahun 2000, dalam koridor di luar kantor pusat Novel, perusahaan hi-tech akhir
abad ke-20 di Silicon Valley, terdapat lukisan-lukisan dari lokomotif Amerika
yang besar-besar. Seorang pengunjung Inggris ke Amerika Serikat, yang menulis
pada tahun 1851, memberikan komentarnya tentang 'kedekatan alami antara
alam Yankee yang tetap bergerak itu dengan suatu mesin lokomotif... Apapun
yang menjadi sebabnya, yang pasti bahwa 'manusia' telah memperlakukan
'mesin', sebagaimana mereka menamakannya, lebih seperti seorang teman dan
bagian dari keluarga dan bukan sebagai sesuatu yang berbahaya sebagaimana
ia sebenarnya.'

Kereta-Api

Tidak mengherankan bahwa judul studi Albro Martin tentang jalan kereta-api
Amerika (istilah 'railroads' lebih disukainya daripada istilah 'railways') adalah
Railroads Triumphant (1992). Di dalamnya ia menjelaskan bagaimana gagasan
jalan kereta-api itu telah tertanam di Amerika dengan kecepatan yang luar biasa;
bagaimana buruknya ia dibangun, dengan biaya murah, sebagai jalan kereta-api
Amerika yang pertama setelah Perang Saudara; dan bagaimana masa yang hebat

148
Proses dan Pola-pola

dari pembangunan jalan kereta-api itu yang terjadi kemudian antara tahun 1868
hingga akhir abad itu. Terdapat kira-kira 35.000 mil jalan kereta-api pada
tahun 1865; dan pada pertengahan tahun-tahun 1870-an jumlah itu telah
mendekati 200.000 mil.
Dekade terakhir abad itu menjadi saksi akan industrialisasi yang
mengesankan sementara nasib baik dialami oleh hartawan pengusaha kereta-
api dan sebuah dongeng yang populer tentang jalan kereta-api diciptakan. Lagi
pula, selalu terdapat pandangan dari atas, bahkan di suatu negara di mana semua
orang menjadi rakyat yang menentukan dan tidak ada orang yang menjadi rakyat
yang ditindas. 'Ada suatu langkah yang cepat dan kepastian ucapan tentang
orang-orang di dunia kereta-api bahwa Anda tak kan pernah lagi menemukan
dalam sebuah kota yang hanya dapat dimasuki oleh sebuah kusir kereta kuda,'
demikian tulis Benjamin Taylor dalam bukunya The World on Wheels pada
tahun 1874:

Lokomotif itu adalah pendidik yang sempurna. Ia mengajarkan setiap orang


sifat baik ... yang kita namakan tepat-waktu. Ia tidak pernah menunggu
siapa pun. Ia memperlihatkan bahwa sebuah ciptaan yang berguna dalam
satu menit adalah segala sesuatu dalam ekonominya.

Membangun jalan kereta-api juga memperlihatkan baik masalah bagaimana


menciptakan suatu sistem—pertemuan jalan kereta-api, tanda sinyal, ukuran,
tempat perhentian para penumpang (tanpa melupakan bahwa serangan
perampok mungkin saja teijadi)- maupun kegembiraan Amerika karena berhasil
dalam menyatukan sebuah benua, sebuah kemenangan yang dicatat baik dalam
dongeng rakyat maupun di dalam pers.
Saat yang paling dramatis dalam kisah jalan kereta-api Amerika adalah
menghunjamkan sebuah paku besar ke dalam tanah di tempat di mana dua buah
lokomotif bertemu, yang satu datang dari timur, sedangkan yang satu lagi dari
barat, menandai selesainya jalan kereta-api lintas-benua yang pertama pada
tanggal 10 Mei 1869. Perayaan yang simbolis ini diperingati dengan sebuah
fotografi oleh A. J. Russell, yang disebarluaskan ke seluruh Amerika Serikat
sebagai sebuah ukiran kayu sebulan setelah peristiwa itu terjadi. Berita itu
langsung disebar-luaskan dengan telegraf: sebuah kawat yang disangkutkan
kepada paku besar yang keemasan itu memungkinkan orang ramai yang berada
di tempat yang jauh dapat mendengarkan setiap pukulan palu itu. Tergelar
perayaan secara spontan di San Francisco dan New York. Lonceng gereja

149
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

berbunyi, dan walikota San Francisco dan New York saling mengirimkan
telegram.
Chicago, salah satu kota Amerika yang paling muda, akan menjadi pusat
perjalanan kereta-api yang paling luas di dunia. Sebuah lokomotif besar, the
Exposition Flyer, membawa ribuan orang di sana pada tahun 1893 ke suatu
pameran, Columbian Exhibition, suatu peristiwa memperingati ditemukannya
Amerika oleh Columbus 400 tahun silam. Banyak dari mereka yang berdatangan
dari kota-kota kecil, yang sejumlah besar dari mereka bisa menghadiri perayaan
itu lantaran dibukanya jalan kereta-api. Penyair Amerika, Walt Whitman (1819-
1892), karena merasa terharu oleh teknologi yang mendasar tersebut, menamakan
jalan kereta-api itu sebagai realisasi mimpi-mimpi Columbus, 'perkawinan antara
benua, cuaca dan samudera'.
Seorang penulis Inggris telah menulis delapan tahun sebelumnya (dalam
Macmillan 's Magazine, Mei-Oktober 1861) tentang telah terbukanya dunia
bukan hanya bagi para migran—pendatang tetapi juga bagi para turis—dan
mereka itulah yang menyadari dalam bentuk yang paling jelas bahwa dunia ini
kecil saja. 'Kita sekarang sudah lebih terbiasa dibanding nenek-moyang kita
dengan gagasan dimensi Bumi yang terbatas, 'sebuah bola yang berporos
delapan ribu mil.' Terdapat pula dimensi-dimensi psikologis: pengunaan jasa
travel yang sudah dikenal terdiri dari kemampuan diri-sendiri, dan prakarsa pribadi
untuk menemukan sesuatu yang baru yang dikembangkan olehnya', namun pesona
tempat-tempat yang asing dapat juga dinikmati dari jauh. Buku dan novel-novel
kisah perjalanan ke negara-negara yang jauh beredar luas—baik sebelum maupun
setelah perbaikan dalam teknologi transportasi.
Di sisi Eropa dari Samudera Atlantik itu, seorang penulis mengungkapkan
dalam bulan Januari 1878 dalam majalah Inggris Quarterly Review bahwa 'jalan
kereta-api kita dapat dikatakan menandai titik terjauh yang dapat dicapai oleh
peradaban Eropa':

Mereka telah melakukan lebih daripada yang pernah dicapai oleh generasi-
generasi terdahulu untuk mengubah pengaruh waktu dan ruang. Peralatan
yang umum dan biasa dari bisnis dan kesenangan kita ... semuanya itu
dapat dijelaskan, dengan kebenaran yang harfiah, sebagai manifestasi paling
menonjol dari kekuasaan manusia terhadap tatanan material alam semesta
ini. Monumen yang paling hebat dari masa klasik atau masa sebelum klasik
hanyalah merupakan kemenangan yang lemah dari keterampilan manusia
di samping pekerjaan insinyur kereta-api, yang telah menutupi muka bumi
ini dengan rel-rel besi, yang melintasi lembah-lembah dan menerobos gunung-

150
Proses dan Pola-pola

gunung, dan disapunya dengan langkah yang berapi-api, berlalu lebih cepat
dibanding sebelumnya yang hanya melaju lewat mimpi-mimpi puitis.

Bahasa seperti itu, yang disarati metafor, bukan hal luar biasa di abad ke-19,
baik pada permulaan, pertengahan maupun pada bagian akhirnya: ia berkembang
subur di samping tabel-tabel statistik dan suatu koleksi gambar yang besar dari
cetakan dan lukisan yang berkenaan dengan alat transportasi kereta-api, yang
akan diikuti pula oleh poster dan film. Juga terdapat pula musik di sepanjang
proses itu—dan puisi. Whitman menggambarkan lokomotif yang 'berkerong-
kongan tangguh' itu sebagai 'jenis modem, urat nadi benua', dan di setiap benua
kiasan perjalanan yang kuno telah mengambil bentuk-bentuk baru. Sebuah ukiran
Eropa yang disebarkan secara luas memperlihatkan sebuah jalan kereta-api
spiritual menuju langit:

Dari Bumi ke Langit garis itu memanjang


Ke kehidupan abadi di mana ia berakhir.

Anda mungkin mengambil jalan yang salah pada suatu persimpangan dan Anda
dengan mudah dapat melangsir keluar dari jalan kereta-api itu. Ini adalah suatu
versi baru dari karya John Bunyan Pilgrim 's Progress.
Adalah di Eropa berkembangnya suatu 'kesusastraan kereta-api'—
sedangkan Bunyan adalah salah satu penulis pilihan. Penerbit W. H. Routledge
memperkenalkan sebuah serial shilling dari fiksi yang dicetak-ulang yang
dinamakan 'Perpustakaan Kereta-api' pada tahun 1849. Dua tahun kemudian,
W. H. Smith mendapatkan monopoli tempat penjualan buku di Jalan Kereta-
api London dan Barat-Laut, dilanjutkan dengan jalan-jalan lainnya. Edisi murah
bahasa Jerman Tauschnitz dari 'yang terbaik dalam kepustakaan', yang terkenal
luas di kalangan pariwisata, tidak dijual di sana dan di tempat-tempat lain di
Inggris, namun dapat diperoleh dengan mudah di stasiun-stasiun kereta-api di
Swiss, Italia atau Spanyol sebagaimana juga di Jerman. Para wisatawan juga
menjadi terbiasa dengan Hachette, mitra Prancis dari Smith, meskipun dengan
gaya yang berbeda.
Bagi para pakar kontemporer Inggris, yang memandang komunikasi
kereta-api itu sebagai kemenangan abad uap, maka 'kami yang hidup sebelum
jalan kereta-api dan tetap hidup keluar dari dunia yang kuno itu', sebagaimana
dikemukakan oleh novelis W. M. Thackeray, 'adalah seperti Nuh dan
keluarganya yang keluar dari Kapalnya'. Seorang novelis lain, Charles Dickens,

151
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

bersikap ragu dalam reaksinya. Ia menggambarkan jalan kereta-api itu sebagai


'tenaga yang memaksakan dirinya di atas jalan besinya', 'dengan membangkang
terhadap jalan besar dan kecil yang lama, menerobos melalui inti setiap halangan',
dan dalam salah satu novelnya yang paling indah, Dombey and Son (1848), ia
memilih untuk menggunakan kematian sebagai metafor kemajuan. Novel ini
menonjol dalam kepustakaan komunikasi sebagaimana lukisan J. M. W. Turner
Rain, Steam and Speed menonjol dalam bidang seni, dengan kaum Impresionis
Prancis yang menambahkan dalam bentuk yang mengesankan untuk koleksi
internasional tentang lukisan lokomotif dan stasiun di kemudian hari dalam abad
itu.
Inggris telah menjadi perintis dalam perkembangan kereta-api, dengan
hanya 40 tahun saja yang memisahkan apa yang dilakukan Watt 'mengubah
mesin uap dari sebuah mainan ilmiah menjadi suatu peralatan yang benar-benar
melayani manusia'. Pembukaan garis kereta-api antara Liverpool dan Manchester
pada tahun 1830 (yang disertai oleh sebuah malapetaka—yaitu meninggalnya
secara tiba-tiba seorang menteri yang penting, William Huskisson) dinyatakan
sebagai sebuah perayaan paku emas di Amerika oleh sebuah generasi yang
berbeda. Komentar langsung dari sebuah surat-kabar Skotlandia mengenai
peristiwa itu adalah bahwa kerata-api 'menegakkan prinsip-prinsip yang akan
memberikan sebuah dorongan yang kuat bagi peradaban daripada yang pernah
diterimanya dari sebuah sebab tunggal semenjak Pers pertama kali membuka
gerbang-gerbang pengetahuan bagi umat manusia'.
Namun, terdapat pula masalah-masalah legal yang disembunyikan oleh
surat-kabar: argumentasi tentang hak-milik tanah yang diperlukan untuk
kepentingan jalan kereta-api bisa sama kompleksnya dengan argumentasi tentang
hak paten. Kekuatan membeli secara paksalah yang memungkinkan adanya
the Liverpool and Manchester Railway itu, dan ia mampu — berbeda dengan
perusahaan-perusahaan terusan dan jalan tol sebelumnya—memiliki perusahaan
itu secara langsung. Setelah itu, jalan kereta-api dan 'kapitalisme yang
menghasilkan batubara' tampaknya menjadi saling berkaitan secara tidak dapat
dihindarkan lagi baik di Inggris maupun di Amerika Serikat.
Terdapat pengaduan-pengaduan dari kedua belah sisi Lautan Atlantik itu.
Illustrated London News, sebuah majalah baru yang amat berhasil pada tahun
1842 (lihat hlm. 252-253), menjelaskan kekuatan yang diberikan kepada
perusahaan kereta-api sebagai suatu pelanggaran terhadap hak-milik pribadi,
'hampir sama mutlaknya dengan surat-perintah Ukase Rusia'. Di Amerika
Serikat, suatu gerakan protes rakyat besar-besaran, yang dikenal sebagai

152
Proses dan Pola-pola

Grange, dipimpin oleh para petani dari bagian barat-tengah, the 'Patrons of
Husbandry', pada akhir tahun-tahun 1860-an dan 1870-an. Setelah adanya
tuntutan hukum yang meluas, maka Mahkamah Agung menetapkan pada tahun
1877 bahwa badan legislatif negara-bagian memiliki kekuasaan untuk mengatur
bisnis 'yang diselubungi dengan excuse kepentingan umum' itu.
Pengaturan dalam kepentingan umum memiliki sejarah yang panjang dan
rumit dalam hubungannya dengan media. Dalam pada itu, kereta-api di masa
mesin uap tidak hanya telah memperkenalkan para penumpang pada suatu
kecepatan yang belum pernah ada sebelumnya, tetapi juga telah menimbulkan
permintaan yang besar sekali terhadap batubara dan besi, memotong banyak
biaya bisnis, membuka pasar, membuka banyak kesempatan kerja dalam banyak
industri, dan menciptakan masyarakat baru—dan kadang-kadang juga merusak
tatanan masyarakat lama. Peta Inggris dan Amerika Serikat kelihatannya berbeda
(amat berbeda pada tahun 1870-an) dibanding keadaannya setengah abad
sebelumnya. Di Inggris, London berada di titik tengah—tidak ada 'lini utama'
kereta-api yang melintasinya—sedangkan di propinsi-propinsi, terlepas dari kota-
kota kereta-api baru, seperti Crewe dan Swindon, untuk sebagian besar masyara-
katnya sekarang sudah terhubung. Di Amerika Serikat, seluruh masyarakat-
masyarakat baru, tumbuh dengan cepat sekali. Skala perdagangannya lalu
bersifat benua, bukan nasional.
Akan tetapi ekonomi tidak pernah berjalan maju terus. Para pembeli
saham kereta-api yang bersemangat di Inggris pada tahun-tahun 1840-an
mengalami pengalaman pahit tentang perbedaan antara investasi dan spekulasi
sebelum saham-saham itu menjadi bagian dari portfolio di pertengahan masa
Victoria yang mantap itu. Ada tahun-tahun keranjingan dan ada pula tahun-
tahun krisis. Risiko tidak mudah untuk dipastikan. Karier George Hudson
(1800-1871), si 'raja kereta-api' itu, yang markas besarnya di New York, hancur
berkeping-keping tahun 1849: Dickens menamakannya 'Si Pembual Besar'.
Sudah pasti terdapat jauh lebih banyak rencana jalan kereta-api, dibanding
realisasi rel kereta-api atau stasiun kereta-api, dan secanggih apapun perhitungan
ekonominya, tidak semua masalah teknis mesin dapat diprediksi.
Terjadi sidang pengadilan, yang dimenangkan oleh Rocket milik Robert
Stephenson, sebelum dibukanya lini dari Liverpool ke Manchester, dan pada
saat semakin banyak lini yang dibangun, terjadi pula suatu pertempuran yang
berlangsung terus-menerus tentang luasnya ukuran: sampai ke tahun 1865,
terdapat tidak kurang dari 30 tempat di Inggris di mana para penumpang harus
berganti kereta-api karena alasan ini. The Great Western Railway dengan ukuran

153
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

yang luas, yang lebih disukai oleh Isambard Kingdom Brunei (1806-1859), yang
mendirikan banyak hal kecuali kereta-api, tidak sepenuhnya dapat diyakinkan
terhadap apa yang menjadi ukuran standar sampai tahun 1892, lebih dari 30
tahun setelah kematiannya.
Pada saat itu, banyak rekor yang telah terpecahkan di Great Western,
salah satu dari sejumlah kecil perusahaan yang masih tetap hidup hingga abad
ke-20. Sejak awal telah ada insentif untuk penggabungan bisnis, sebagaimana
dengan media komunikasi pada abad ke-20, namun di tahun 1844 terdapat
tidak kurang dari 104 perusahaan yang terpisah. Ketika jumlah milnya menjadi
berlipat tiga antara tahun 1850 dan 1900, ketika terdapat hampir 19.000 mil
jalan kereta-api, maka muncullah empat kelompok utama, yang masing-masing
memiliki wilayah dan organisasinya sendiri, serta catatan statistiknya sendiri
berkenaan dengan percepatan jumlah penumpang yang dapat diangkut. Di Great
Western itu, Actaeon yang dimiliki Daniel Gooch melakukan perjalanan dari
Stasiun Paddington di London ke Exter tanpa berhenti tahun 1844, suatu
pencapaian yang dapat dibandingkan dengan lokomotif Inggris yang terkenal di
abad ke-20, the Flying Scotsman, yang dimiliki oleh the London and North
Eastern Railway—No. 447—yang pada tahun 1934 mencatat 100 mil perjam
di lini dari London ke Edinburgh. Pencapaian Gooch itu digambarkan lebih dari
seabad kemudian sebagai 'pertunjukan lokomotif yang paling luar-biasa yang
pernah disaksikan dunia'.
Sesungguhnya, dunia pada tahun 1844 tidak menyaksikannya—atau
dengan sadar merenungkannya—karena lini itu tidak dibuka bagi penumpang
pariwisata yang telah diantarkan oleh Thomas Cook (1808-1892) dan dibuat
lebih dapat diorganisir lewat buku pedoman yang digunakan secara luas oleh
John Murray dan Karl Baedeker (1801-1859). Tidak semua orang setuju:
perjalanan, dengan sebuah sejarah yang panjang, kelihatannya amat berbeda
dari pariwisata. Ada pula orang-orang yang tidak senang akan kereta-api, siapa
pun yang dibawanya, dan lebih banyak orang, seperti John Henry (kemudian
Kardinal) Newman (1801-1890) menolak memperlakukan total keseluruhan
mil kereta-api itu sebagai suatu indeks peradaban. Anggota Parlemen Konservatif
dari Lincoln yang eksentrik itu, Kolonel Sibthorp, merasa bangga karena tidak
pernah melakukan perjalanan dengan kereta-api. Ia malah membenci nama
kereta-api itu, demikian dikatakannya kepada Parlemen pada tahun 1846, sama
seperti ia membenci setan. Akan tetapi untunglah, sekurang-kurangnya untuk
dirinya sendiri, Lincoln tidak terletak pada lini utama jalan kereta-api itu, akan
tetapi pada lini percabangan.

154
Proses dan Pola-pola

Setiap negara, sama halnya dengan setiap perusahaan kereta-api, memiliki


sejarahnya sendiri dengan tanggal-tanggal pentingnya sendiri. Tahun 1845, telah
terdapat sembilan negara di Eropa yang memiliki kereta-api (dengan Inggris
yang mengekspor sebagian besar baik besi maupun lokomotifnya): tahun 1855,
ada empat-belas negara. Di luar Eropa, di mana Inggris seringkah mendapatkan
bisnis kereta-api melalui Thomas Brassey (1805-1870), kontraktor terbesar di
abad ke-19, ada kereta-api di lima benua tahun 1855. Brassey dan mitra
bisnisnya sering membawa tenaga kerja sendiri, sehingga ketika mereka
membangun kereta-api di Australia pada permulaan tahun 1860-an, mereka
mengatur pengangkutan dua ribu 'pekerja keras' yang berpengalaman dari Inggris
dan Skotlandia.
Perluasan jalan kereta-api itu tidak hanya tergantung dari keterampilan
para insinyur saja, tetapi juga dari para 'pekerja keras' itu, sebuah nama yang
diwarisi dari masa terusan, dan mereka juga menghadapi risiko-risiko. Ada
banyak kejadian yang telah menjadi bahan majalah dan surat-kabar (dan
kemudian juga radio dan televisi). Bencana-bencana itu juga dilukiskan dengan
ukiran gambar-gambar, beberapa di antaranya bersifat melodrama. Di negara-
negara Katolik Roma, seperti Spanyol dan Meksiko, seni populer ex voto pada
dekade-dekade terakhir dari abad ke-19 menggambarkan orang-orang yang
telah diselamatkan dari bencana kereta-api itu persis pada waktunya karena
intervensi para malaikat dan atau tuhan.
Kisah kereta-api India—buatan para insinyur Inggris—adalah unik.
Pekerjaan pada dua lini pertama baru dimulai pada tahun 1850, dan barulah
pada tahun 1853 lokomotif yang pertama di India, the Lord Falkland, menarik
kereta api dari Bombay ke Thana, yang jaraknya kurang dari 25 mil. Namun
pada tahun 1844, ketika kereta-api-mania sedang berada di puncaknya, salah
seorang peramal kereta-api di dunia, Rowland McDonald Stephenson, telah
mempersiapkan rencana untuk menghubungkan dengan kereta-api Bombay,
Madras dan Delhi: dengan kata-katanya yang sederhana, yang bebas dari
retorika:

Pertimbangan pertama adalah karena langkah militer bagi keamanan yang


lebih baik dengan pembiayaan yang minim, dari seluruh kawasan itu [yang
ketika itu dikuasai oleh the East India Company], kedua adalah karena
perspektif komersial, di mana tujuan utamanya adalah menyediakan
peralatan pengangkutan dari daerah pedalaman ke pelabuhan kapal terdekat
untuk hasil-hasil yang kaya dan beragam di negara itu, dan mengirim kembali

155
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

barang-barang hasil pabrik Inggris Raya, garam, dan lain-lain sebagainya,


sebagai tukarannya.

Garis argumentasi itu menarik bagi Marquis of Dalhousie, Gubernur Jenderal


India, yang telah menulis suatu rincian peristiwa penting tentang kereta-api kepada
para Direktur the East India Company beberapa hari setelah dibukanya lini dari
Bombay ke Thana. 'Keuntungan komersial dan sosial yang akan diperoleh
India dari pembangunan ini' adalah, ia 'yakin sepenuhnya', 'mengatasi semua
kalkulasi yang ada sekarang'.
Apa yang tidak sepenuhnya dipahami baik oleh Dalhousie maupun oleh
para insinyur kereta-api pada saat mereka mendekati persoalan itu dari atas,
adalah sejauh mana kepopuleran kereta-api itu bagi orang-orang India yang
merasakannya dari bawah. Di awal tahun 1855, sebuah surat-kabar berbahasa
Inggris, Friend of India, dapat mengamati dalam bahasa yang ada ketika itu
yang secara sosial bertingkat-tingkat bahwa 'kegemaran bepergian dengan
kereta-api' telah nyaris menjadi 'suatu kecanduan nasional di kalangan bawah'
dan karena itu 'kereta-api membawa perubahan adat kebiasaan sosial dalam
masyarakat pada umumnya, jauh lebih mendalam dan lebih meluas daripada
apapun yang pernah diciptakan oleh revolusi politik dalam dua-puluh abad
terakhir'. Pada tahun 1900, India memiliki lebih dari 25.000 mil jalan kereta-
api, paling mahal yang pernah dibangun di dunia, bila dibandingkan dengan Inggris
18.000, Prancis 22.500, Jerman 30.000, Rusia 23.000, Kanada 17.500, dan
Amerika Serikat dengan saham yang luar biasa besarnya 260.000 mil.

Kapal

Jika kereta-api digambarkan di Inggris tahun 1878 sebagai 'titik terjauh yang
dapat dicapai oleh kemajuan peradaban Eropa', maka hal serupa dapat pula
dikatakan tentang kapal-api dalam hubungannya dengan peradaban antarbenua.
Bukannya tidak tepat, seorang sejarawan perkapalan Inggris, A. Fraser
MacDonald, telah memilih sebagai judul dari bukunya yang diterbitkan tahun
1893 tentang pokok itu, Our Ocean Railways. Antara tahun 1776-1940 tidak
kurang dari 30 juta imigran dari Eropa telah mencapai tanah air baru yang
didambakan, Amerika Serikat, di antaranya ada pelarian politik, ada anak-anak
muda yang berambisi untuk mencari kekayaan, atau kedua-duanya. Patung
Liberty (1886) dirancang oleh seorang Prancis, Frederick Auguste Bartholdi,
dengan kontribusi biaya yang cukup besar untuk fondasinya dikumpulkan dari

156
Proses dan Pola-pola

para pembaca sebuah surat-kabar Amerika populer dan memiliki nama yang
cocok, yaitu The World (lihat hlm. 251).
Peijalanan yang melelahkan melintasi Atlantik telah sangat dipercepat oleh
tenaga uap. Orang-orang Amerika amat menonjol dalam hal mengembangkan
uap untuk angkutan air, dengan mengambil keuntungan dari danau dan sungai
mereka yang banyak jumlahnya sebagai sumber tenaga air. Sebelum
Kemerdekaan tahun 1763, William Henry dari Pennsylvania telah membangun
sebuah mesin uap lebih dahulu daripada Watt, karena telah mengunjungi Inggris
tiga tahun sebelumnya. Tahun 178S, setelah Kemerdekaan, John Fitch, seorang
pakar mekanika dari Connecticut, mencoba sebuah kapal dengan roda kayuh,
'sebuah kapal yang membawa api', yang ia patenkan dalam dua tahun berikutnya.
Tahun 1788, James Rumsey dikatakan telah mendorong sebuah kapal uap ke
hulu Sungai Potomac dan telah mendapatkan sebuah paten di Prancis tiga tahun
kemudian. Robert Fulton, yang telah pernah tinggal di Eropa, baik di Inggris
(termasuk Skodandia) maupun Prancis, menggunakan sebuah mesin Watt ketika
pada tahun 1807 ia membangun the Clermont, yang membawa penumpang
untuk perjalanan pesiar di sepanjang Sungai Hudson. Kapal uap pertama yang
melakukan pelayaran samudera adalah Phoenix milik Colonel John Stevens,
yang berlayar dengan tenaga uap sejauh tiga-belas mil dari Hoboken ke
Philadelphia tahun 1809.
Barulah pada tahun 1839 kapal Inggris Sirius menyelesaikan perjalanan
melintasi Atlantik seluruhnya dengan tenaga uap—dalam 18 hari, 10 jam.
Beberapa hari kemudian, the Great Western, yang khusus dibangun untuk
perjalanan itu, tiba di New York dari Bristol dalam 15 hari, 15 jam. Empat
tahun setelah itu, Great Britain milik Isambard Kingdom Brenel, kapal besi
besar pertama yang memiliki baling-baling, diluncurkan oleh Prince Albert di
Bristol dan menyelesaikan perjalanan itu dalam 14 hari, 21 jam. Great Eastern
milik Brunei mendapat publisitas pers yang paling mewah dibanding yang lain
ketika ia melintasi Atlantik tahun 1865, setelah memasang kawat transatlantic
Ketika itu, Samuel Cunard, yang lahir di Kanada tahun 1787, mendirikan the
British and North American Packet Company dengan sebuah armada yang terdiri
dari lima buah kapal sejenis, di mana di atas kapal yang pertama, the Britannic,
Charles Dicken menumpang pada tahun 1843.
Tahun puncak pembangunan kapal layar baru di Inggris adalah tahun 1864,
namun setelah itu uap tidak sepenuhnya menggantikan layar. Perpindahan dari
layar ke uap juga bukan satu-satunya perkembangan yang penting. Ketika kapal
baja pertama, the Serbia, diluncurkan ke laut pada tahun 1881, ia juga merupakan

157
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 15. Pemasangan Kabel Trans-Atlantik, 1865. Kapal The Great Eastern
(22.500 ton) adalah satu-satunya kapal yang mampu melakukannya. Tugas ini
baru selesai pada Juli 1866.

kapal pertama yang dipasangi lampu listrik. Turbin, yang diciptakan di Inggris,
merupakan suatu perubahan teknologi yang penting. Dalam pada itu, terusan
yang menghubungkan samudera, Terusan Suez dan Panama, telah mempersingkat
waktu perjalanan. Terusan Suez yang dibuka dengan segala kemegahannya
(diiringi musik Verdi) tahun 1869, merupakan mimpi seorang Prancis, de Lesseps,
yang percaya, seperti Saint Simon, salah satu dari orang-orang yang memberinya
inspirasi, bahwa di antara semua hal lain, industri dan komunikasi dapat mengubah
sejarah. Para pengusaha Inggris ikut memegang keyakinan ini, dan Thomas
Cook hadir pada pembukaan terusan itu. Sebuah momentum yang tidak begitu
terkenal dalam sejarah adalah tahun 1887 ketika kapal-kapal yang melintas
terusan itu untuk pertama kalinya diperlengkapi dengan lampu sorot di depan
untuk memungkinkan perjalanan di waktu malam. Hal ini memperpendek
perjalanan yang panjang itu dengan enam-belas jam.
Selama tahun 1880-an, terdapat bukti kuat ledakan pnemuan-penemuan
baru yang dramatis—dengan kekuatan uap memberikan jalan kepada tenaga

158
Proses dan Pola-pola

listrik, dan 'media' berada di pusat aktivitas itu. Jalan-jalan di kota-kota Amerika
mulai diterangi listrik sebelum rumah-rumah Amerika, dan di pelabuhan New
York wajah Patung Liberty yang telah diterangi cahaya listrik itu sekarang
menyinari air yang gelap itu'. Listrik merupakan pemandangan yang lebih dahulu
ada daripada steker listrik. Namun, dalam dekade ini dan dekade berikutnyalah
terdapat pembicaraan pertama tentang suatu masyarakat 'tekan- tombol' di masa
depan. Konsep waktu mulai digantikan dalam bentuk yang lebih drastis daripada
keadaan pada akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, ketika ia
distandarkan dalam zona-zona waktu. Perbedaan waktu setempat menjadi
hilang, meski tidak sekaligus atau di semua tempat.
Tahun 1884, wakil-wakil dari 25 negara bertemu di Washington, dan
setelah suatu perdebatan sengit, digunakanlah sebuah sistem yang berdasarkan
pada Greenwich sebagai garis bujur utama. Inggris, Swedia, Kanada, dan
Amerika Serikat telah memberlakukannya. Prancis, karena tidak setuju dengan
pilihan garis bujur Inggris itu, baru menerimanya pada tahun 1919, meskipun
pemerintahnya menerima sepenuhnya gagasan waktu standar itu. Pada sebuah
Konferensi Internasional tentang Waktu yang diadakan di Paris tahun 1912,
orang Prancis menekankan tanda-tanda waktu yang tepat untuk disiarkan ke
seluruh dunia. Kali ini, Prancis, di mana Marcel Proust menjelajahi kata 'misteri
waktu' itu, dipilih sebagai tempatnya, dan sinyal-sinyal yang pertama disiarkan
dari Menara Eifel tanggal 1 Juli 1913.

Pos

Kereta-api dan kapal api tidak hanya membawa orang dan barang melintasi
zona waktu, tetapi juga surat—suatu cara komunikasi yang tidak dapat dihindari,
baik nasional maupun internasional. Pada akhir abad itu, mereka juga membawa
kartu-pos. Kartu-pos Kantor Pos yang pertama, 'lembaran pos yang terbuka',
diperkenalkan di Austria tahun 1869, dan di Jerman dan Inggris tahun 1870.
Semuanya itu menimbulkan masalah-masalah menarik, seperti privasi, yang juga
berhubungan dengan media komunikasi yang lain: 'Kenapa menuliskan berita
pribadi di atas secarik kertas terbuka yang mungkin dibaca oleh setengah lusin
orang sebelum ia sampai ke tujuannya?' Tidak terlalu menjadi soal apakah mereka
membacanya atau tidak, terutama setelah diperkenalkannya kartu-pos bergambar
dalam dekade berikutnya, dengan Prancis, Jerman dan Swiss sebagai perintis.
Apa yang ditulis di atasnya semakin menjadi standar.

159
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Pada tahun 1900, wartawan Inggris G R. Sims menjelaskan dalam The


Referee bagaimana di puncak sebuah pegunungan di Swiss, sebuah negeri
pariwisata yang digemari orang, 'langsung setelah kami sampai ke puncak, setiap
orang bergegas ke hotel dan bertarung untuk mendapatkan kartu-pos. Lima
menit kemudian, setiap orang menulis tentang kehidupan yang indah itu. Saya
percaya bahwa seluruh rombongan itu datang ke atas, bukan untuk pengalaman
atau pemandangan, akan tetapi untuk menulis kartu-pos dan menulisnya di puncak
gunung itu.'
Cepatnya pengiriman pos itu telah didahului oleh diperkenalkannya
perangko surat pertama yang diberi lem dan lobang-lobang kecil di Inggris pada
tahun 1840, suatu benda seni yang menarik, berisikan gambar kepala Ratu
Victoria yang muda itu, dan dengan cepat sekali segera menjadi suatu 'benda
yang wajib dikoleksi'. Perangko pos yang memakai lem itu sendiri adalah suatu
penemuan abad ke-19 yang penting. Kata 'prangko' itu sendiri bukanlah hal
baru, demikian pula, terutama di Amerika Serikat, gagasan tentang pajak
prangko. Namun, prangko sebagai suatu benda haruslah dibayar di muka,
sebagaimana dengan ongkos pos penny yang murah dan seragam di seluruh
negara, ke manapun juga tujuannya. Hasil-sampingannya adalah amplop yang
diberi lem itu.
Anak penyair Coleridge, Hartley, memuji pos penny itu sebagai suatu
penemuan yang bermanfaat bagi semua orang:

... tindakan Kementerian yang paling baik


Yang memberi sayap buku-bulu sayap Cupid yang muda itu
Bapak dan ibu, saudara laki-laki dan wanita, anak laki-laki
Suami dan isteri, mengumandangkan suatu berkat.

Akan tetapi ini adalah suatu versi ideal dari apa yang terjadi. Tingkat buta-
huruf, meskipun telah menurun antara tahun 1840 dan 1870, masih tetap tinggi,
dan juru perantara harus digunakan oleh banyak orang miskin baik untuk menulis
surat yang akan dikirim maupun untuk membacakan surat yang mereka terima.
Pemimpin politik Richard Cobden menyambut baik pos penny itu tidak hanya
berdasarkan politik—hal itu memungkinkan dimobilisasikannya opini untuk
kepentingan perdagangan bebas—tetapi juga berdasarkan moralitas. Sekarang
terdapat suatu dorongan baru untuk bebas buta-huruf.
Sistem pos telah berkembang sebelum diadakannya sistem pendidikan
nasional. Rowland Hill (1795-1879), pencipta sistem itu dan seorang pendukung

160
Proses dan Pola-pola

pendidikan yang bersemangat, menamakan Kantor Pos sebagai 'mesin peradaban


yang paling kuat', dan bagi saudaranya Matthew, yang menulis pada tahun 1862,
'jumlah surat-menyurat [Kantor Pos] diukur dengan suatu pendekatan ke arah
ketepatan yang ketinggiannya telah dicapai publik dalam peradaban
sesungguhnya. Misalnya pada saat kita menemukan bahwa kota Manchester
sama dalam hal surat-suratnya dengan yang ada pada imperium Rusia, baik di
Eropa maupun di Asia, kita mendapatkan suatu cara untuk memperkirakan tingkat
relatif peradaban Inggris dan Rusia.' Para komentator lain menarik kesimpulan
yang sama, ketika membuat perbandingan dengan masa-lalu, dan bukannya
melihat ke samping dan membuat perbandingan dengan benua-benua lain.
Kedua jenis perbandingan itu dibuat oleh Anggota Parlemen Konservatif
Henniker Heaton 35 tahun kemudian ketika hari peringatan 60 tahun Ratu Victoria,
ketika semua pencapaian teknik dan sosial di abad ke-19 ditinjau kembali,
terutama sekali dalam pers. Sebagai seorang juru-bicara yang bersemangat
bagi pos penny imperial itu, Heaton menyatakan, terutama tentang surat-surat
pribadi, bahwa ketika Ratu naik takhta tahun 1837, 'massa dapat dikatakan
dibatasi pada komunikasi lisan dan perdagangan setempat saja, sebagaimana
nenek-moyang mereka di bawah Stuarts, atau sebagaimana orang Turki di bawah
Abdul Hamid'. Bagian yang berbeda-beda dari negara itu tenggelam dalam
kepentingan masing-masing, tanpa mengetahui tentang masyarakat lain seperti
ibarat 'pengetahuan sebuah desa Rusia tentang desa lain yang berjarak seratus
mil. Tuan tanah dan orang profesional di pedesaan itu, dan warga kota-kota
besar, mempertahankan interkomunikasi yang secukupnya; namun pada saat
tempat-tempat di ketinggian dipenuhi oleh cahaya, maka kegelapan merajalela
di bawah.'
Bayangan yang berbeda antara gelap dan terang menjadi milik era baru
kelistrikan, namun keduanya itu diperbandingkan secara tajam pada abad ke-
18 oleh para penulis Masa Pencerahan, dan pada masa itulah pertama kali pos
dipercepat secara menonjol pada saat kereta kuda yang membawa pos kerajaan
mempersingkat waktu perjalanan. Bahasa massa yang digunakan Heaton dengan
mantap termasuk pada abad ke-19, sampai ke batas tertentu menggantikan
bahasa 'kelas', sebuah kata yang diasosiasikan dengan industrialisasi. Namun,
harapan yang seringkah dikemukakan dalam bahasa yang sentimentil, bahwa
pos penny itu akan sangat menambah volume surat-menyurat pribadi kelas buruh,
tidak direalisasikan dalam dekade pertama implementasinya. Kelas menengahlah
yang paling banyak mengambil manfaat dari ongkos pos rata-rata yang baru itu,
dan percepatan pos yang berlanjut dicapai untuk menanggapi tuntutan bisnis,

161
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

bukan tuntutan 'massa'. Barang-barang atau lukisan masa pertengahan Victoria,


dan ukiran-ukiran ketika masa ramainya orang di Kantor Pos Umum di Le Grand
St Martin yang banyak dipublikasikan itu menjelaskan dalam bentuk yang
sederhana apa artinya 'bisnis': semuanya secara bermanfaat dapat dibandingkan
dengan lukisan dan ukiran pada stasiun kereta-api yang hebat itu. Hampir
seperdua dari 161 juta surat di London pada tahun 1863, datang dari dalam
kota dan disampaikan di dalam kawasan dalamnya dua-belas kali sehari.
Ketika Heaton menganjurkan agar diperkenalkan sebuah pos penny
imperial tahun 1890, ia menemukan argumentasi lain disamping manfaat bisnis.
Sebab hal ini tidak hanya akan mendorong perdagangan, demikian katanya,
tetapi juga akan melambangkan baik 'kesatuan imperial' maupun 'persaudaraan
Anglo-Saxon'. Ada pula orang-orang Amerika, terutama sekali Elihu Burritt
(1810-1879), 'pandai-besi yang terpelajar itu' yang sama keadaannya dengan
Heaton, menginginkan suatu pos universal yang murah demi persaudaraan
universal. Akan tetapi Selandia Barulah, bukan Amerika Serikat, yang
merupakan negara pertama yang mengambil tindakan—tahun 1901 —yaitu
tahun meninggalnya Ratu Victoria.
Amerika Serikat baru menerbitkan perangko posnya yang pertama pada
tahun 1825, yaitu tahun ketika diselesaikannya hubungan jalan kereta-api antara
New York dan Chicago, namun sejak awal ia merupakan pos yang murah, dan
jumlah barang yang dibawanya menjadi lipat-dua sampai mencapai 7,4 juta antara
tahun 1886 dan 1901. Salah satu akibatnya yang langsung adalah pertumbuhan
bisnis eceran dengan pos, meskipun beberapa dari hasil yang dibeli itu dibawa
oleh perusahaan pribadi, yang paling terkenal di antaranya adalah Wells Fargo.
Kantor Pos Amerika, yang stafnya diangkat melalui patronase, tidak memiliki
wewenang seperti yang dimiliki Kantor Pos Eropa, yang diharuskan oleh
pemerintah, atau menganggap tanggung-jawabnya sendiri, untuk menentukan
kebijakan nasional berkenaan dengan kereta-api, telegraf, telepon yang kemudian
dikenal dengan nama 'telekomunikasi', atau juga layanan pos.
Sebuah persatuan pos umum, the Union Postale Universelle, didirikan
pada tahun 1874 dengan Inggris sebagai anggota pendirinya: sebuah perusahaan
Inggris, De La Rue, ketika itu menghasilkan perangko-perangko untuk banyak
negara di dunia, dan salah satu peraturan Union itu adalah standardisasi wama
prangko. Sembilan tahun kemudian, suatu Konvensi Telegraf Internasional telah
ditandatangani di Paris oleh dua-puluh negara yang ketika itu membentuk the
International Telegraph Union: Inggris kali ini tidak diundang karena layanan
telegrafnya berada di tangan perusahaan pribadi (lihat hlm. 165). Ia merupakan

162
Proses dan Pola-pola

pantulan waktu, baik yang lama maupun yang baru, bahwa salah satu delegasi
yang hadir di sana—Turki—harus menghabiskan sebagian perjalanan ke Paris
dengan naik kuda.
Seratus tahun kemudian, ketika Union itu merayakan ulang tahunnya—
markas besarnya telah didirikan di Beme di Swiss tahun 1868—masalah yang
ditanganinya sebagai suatu organisasi antarpemerintah adalah dua hal yang tajam
sekali bedanya: dua tahun sebelumnya, Union mengadakan Konferensi dunia
pertama tentang Komunikasi Ruang Angkasa. Konvensi Radiotelegraf
Internasional pertama diadakan di Berlin tahun 1906 (lihat hlm. 191), dan pada
tahun 1932 dalam suatu konperensi di Madrid, yang berhubungan dengan
gelombang radio, maka diambillah sebuah nama baru, the International
Telecommunications Union. Pada tahun 1947, setelah diadakannya dua
konferensi di Atlantic City, maka ia menjadi suatu badan khusus dari Perserikatan
Bangsa-Bangsa (lihat hlm. 316-317).

Telegraf

Telegrafi adalah terobosan besar listrik pertama, yang pada tahun 1889 dijelaskan
oleh Perdana Menteri Inggris, the Marquess of Salisbury, sebagai suatu
'penemuan yang aneh dan mengagumkan' yang mempunyai pengaruh langsung
terhadap 'watak dan tindakan umat manusia yang bersifat moral dan intelektual'.
Telegrafi telah 'mengumpulkan seluruh umat manusia di suatu lapangan besar,
dari mana mereka dapat melihat [sic] segala sesuatu yang dilakukan dan
mendengar segala sesuatu yang dikatakan dan mempertimbangkan segala
kebijakan yang dilakukan persis pada saat terjadinya peristiwa'.
Apakah 'seluruh umat manusia' memang berada di tempat yang seperti
itu tidaklah jelas, namun yang pasti bahwa para politikus sekarang ini memiliki
suatu instrumen kuat yang baru yang berada di dalam kekuasaan mereka. Akan
tetapi mereka memujinya secara umum saja. Dengan demikian Dalhousie, ketika
meninggalkan India pada tahun 1856, telah menyusun suatu rencana terakhir
bagi Para Gubernur the East India Company, dengan menunjuk pada 'Uniform
Post' dan 'Electric Telegraph', bersama dengan kereta-api, sebagai 'tiga mesin
besar perbaikan sosial, yang dengan kecerdasan dan ilmu pengetahuan baru-
baru ini yang dahulunya telah diberikan [mungkin sebaiknya ia mengatakan
'dibatasi'] pada Bangsa-Bangsa Barat saja'. Dalhousie jelas sedang berbicara
atas nama banyak orang yang berkuasa. Kereta-api yang membawa orang,
barang-barang, surat-kabar dan buku-buku dan telegraf—penemuan listrik

163
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

pertama pada abad ke-19 yang membawa 'pesan-pesan', baik yang publik
maupun yang pribadi—secara langsung saling berhubungan dalam pikiran mereka.
Jika memandang ke belakang, kereta-api, yang diiringi oleh sepeda, mobil
dan pesawat terbang, tampaknya masuk dalam sejarah transportasi, dan telegrafi,
yang diikuti telepon, radio dan televisi, tampaknya masuk dalam sejarah media,
maka pemisahan model itu seperti dibuat-buat. Perkembangan telegraf
berhubungan erat dengan perkembangan kereta-api—cara-cara pemberian tanda
dan sinyal-sinyal diperlukan sekali pada rel tunggal—meski terdapat beberapa
kawat telegraf yang bukan mengikuti garis kereta-api, melainkan mengikuti garis
terusan air. Babbage menunjuk pada asosiasi yang jauh lebih tua lagi ketika ia
mengemukakan bahwa setiap menara gereja harus digunakan sebagai tonggak
telegraf. Terdapat pula kiasan klasik. Kejatuhan Troya, demikian dikatakan,
merupakan pertanda bagi Argos.
Di sebuah negara—yaitu Australia—telegraf lebih penting daripada kereta-
api. Tahun 1830, jumlah penduduk, yang dibatasi oleh apa yang dinamakan
Geoffrey Blainey 'kediktatoran jarak', hanya berjumlah 70.000 orang, dan sangat
tergantung pada layanan pos, 'suatu layanan rakyat', yang mahal namun tidak
pernah dipermasalahkan. Komunikasi resmi untuk jarak dekat dilakukan dengan
semapor [pemberian tanda dengan tangan dan warna-warna], sebuah sistem
mekanis optikal, sampai terjadinya perebutan emas pada tahun-tahun 1850-an,
ketika dibukanya garis telegraf pertama antara Melbourne dan Port Melbourne
tanggal 8 Maret 1854, lebih cepat enam bulan dari dibukanya rel kereta-api
yang pertama antara kedua tempat itu: untuk bertahun-tahun lamanya, ia
merupakan satu-satunya jaringan kereta-api yang menguntungkan di Australia.
Kisah telegraf selanjurnya dikemukakan secara sangat menarik oleh Ann Moyal
dalam bukunya, Clear Across Australia, a History of Telecommunications
(1984). Sebaliknya, kisah kereta-api yang dibangun pemerintah jarang sekali
terjadi—dan diperparah lagi oleh perbedaan ukuran—meskipun jumlah milnya
bertambah dari 1.600 menjadi 10.000 antara tahun 1875 dan 1890. Jumlah mil
yang terbanyak, yaitu 26.000, dicapai pada abad ke-20.
Tibanya era hubungan jarak-jauh dengan kabel jelas sekali membawa
dampak yang luar-biasa bagi Australia dan Selandia Baru. Dikerjakan secara
perlahan-lahan, pada saat hubungan kabel lewat darat dan laut itu melintasi Eropa
dan Asia, yang sampai ke pelabuhan Darwin di Australia melalui kepulauan
Indonesia pada tahun 1872. Bahkan ketika itu, kabel terpaksa membelah benua
Australia, di mana para petugas telegraf yang kesepian itu harus tinggal lebih
dari seratus mil dari tetangga mereka yang paling dekat. Pada mulanya, layanan

164
Proses dan Pola-pola

itu mahal sekali, akan tetapi pada tahun-tahun 1880-an biayanya telah menjadi
jauh lebih murah. Hanya dengan telegramlah, keuntungan pribadi mulai bertumbuh
sepenuhnya.
Meletakkan kabel samudera dasar laut dari kabel telegraf, sebuah
pencapaian yang luar biasa namun sukar dilakukan, tak kan mungkin dilakukan
tanpa perbaikan dan perluasan transportasi kapal uap, dengan perdagangan
dunia bertindak sebagai pendorong utamanya. Pencapaian teknis itu sendiri
sangat mengesankan bagi orang-orang di masa itu, dan ketika Charles Bright,
yang memasang kabel transatlantik pertama pada tahun 1858 (meski tidak
berhasil), diberi gelar kebangsawanan pada saat ia berumur 26 tahun, maka
The Times menggambarkan kabel itu sebagai 'penemuan terbesar setelah
penemuan Columbus, sebuah perluasan yang luar-biasa... yang pernah diberikan
kepada ruang aktivitas manusia'. Bagi Dickens, 'dalam suatu abad kereta-api
ekspres, operasi bedah yang tidak menyakitkan, istana kristal... dan seratus
hal mengherankan yang belum pernah dimimpikan oleh nenek-moyang kita',
maka telegraf adalah 'yang paling mengagumkan dari semua hal yang
mengagumkan di masa modem kita ini'.
Sejak awal, dampak sosial dan ekonomi telegraf itu dianggap demikian
mengesankan di Inggris, sama halnya dengan pencapaian teknis itu sendiri. Hal
itu disebabkan oleh upaya perusahaan pribadi pertama, the Electric Telegraph
Company. Seorang penulis dalam Edinburgh Review mengemukakan dalam
bulan Januari 1869, bahwa telegraf itu 'bagi dunia yang biasa ini sedikit lebih
daripada keheranan filsafat', telah diubah menjadi 'suatu imperium
interkomunikasi umum'. Penulis itu menganalisis dan mempertimbangkan
berbagai hasil ekonomi dan sosial lantaran perkembangan telegraf, yang tidak
seluruhnya dapat diramalkan terlebih dahulu, pada tahun setelah Parlemen, di
bawah pemerintahan Konservatif Disraeli, menyetujui Akta Telegraf tahun 1868,
yang memindahkan manajemen sistem telegraf itu dari perusahaan pribadi ke
Kantor Pos.
Sama halnya dengan terusan, jalan-raya kereta-api dan samudera, maka
telegraf menghubungkan pasar nasional dan internasional, termasuk perdagangan
saham dan pasar komoditas (kapas, jagung dan ikan, misalnya). Telegraf juga
mempercepat transmisi informasi, baik yang publik maupun yang privat, lokal,
regional, nasional dan imperial, dan hal ini dalam jangka panjang menonjol sebagai
hasilnya yang paling penting. Jarak telah ditundukkan pada saat informasi yang
berkenaan dengan pemerintahan, perdagangan, masalah keluarga, cuaca,
malapetaka alam dan yang disebabkan ulah tangan manusia, yang kebanyakannya

165
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

adalah dalam bentuk berita. Kantor berita diciptakan untuk menyampaikan


berita melintasi tapal-batas. Yang pertama daripadanya adalah the Agence Avas,
yang didirikan di Paris tahun 1835. The Reuter Telegram Company, yang
didirikan di London tahun 1851 oleh Baron Julius Reuter, yang tiba di sana dari
Jerman, selalu dikenal dengan nama Reuters saja. Julius inilah yang dalam tahun
1859 memasok berita tentang pertempuran Napoleon III di Italia dan teks dari
dua-puluh pesan pendek yang dikirimkannya setiap hari ke garis depan. Kantor
berita Amerika baru ada pada tahun 1892 ketika diluncurkannya Associated
Press (AP), yang dikenal pertama kali sebagai the Associated Press of Illinois.
Penemuan utama dalam telegraf!, sebagaimana banyak bidang lain, dicapai
secara tersendiri dan di negara yang berbeda-beda dalam suatu proses kumulatif
yang tidak memiliki seorang penemu tunggal. Tak seorang pun dari antara para
ilmuwan yang diasosiasikan dengan teori elektromagnetisme itu, meskipun di
Prancis, Andre Marie Ampere (1775-1836), yang mengembangkan pekeijaan
yang telah dilakukan orang Denmark Hans Christian Oersted (1775-1851)
memberikan namanya pada satuan unsur yang membawa aliran dalam sirkuit-
elektro itu. Di Inggris, James Clark Maxwell (1831-74) memformulasikan pada
tahun 1864 persamaan matematis mendasar yang berkenaan dengan apa yang
akan dinamakan bidang magnetik-elektro (lihat hlm. 186).
Di Inggris, partner pakar telegrafi pertama yang sukses, meskipun
tampaknya tidak persis begitu, adalah William Fothergill Cooke dan Charles
Wheatstone, dan pada mereka berdua itulah diasosiasikan penemuan telegraf.
Paten bersama mereka tahun 1837 berisikan penjelasan yang hebat: 'Perbaikan
dalam Memberi Sinyal-sinyal dan Suara Tanda-Bahaya di Tempat-Tempat yang
Jauh lewat Arus Listrik yang dikirim melalui Sirkuit Metalik'. Cooke sendiri
menggunakan bahasa yang datar-datar saja ketika ia mengatakan bahwa telegraf
akan memungkinkan jalan kereta-api untuk menjadi 'jalan-tol', suatu gambaran
yang akan dihidupkan kembali di Amerika Serikat pada awal tahun 1990-an.
Gambaran itu, yang ketika itu segar sekali, pada tahun 1842 langsung menarik
di mata the Railway Times.
Di Amerika Serikat adalah Samuel Morse (1791-1872), yang terlatih
sebagai seniman, anak seorang menteri yang terdidik di Yale, telah menciptakan
kode-kode yang terdiri dari titik dan garis, yang dapat dibaca 40 kata per menit
dan nantinya akan digunakan secara universal dalam pengiriman telegram. Alat
utama yang digunakan para operator Morse adalah sebuah kunci, sebuah relay
dan sounder; sebuah pencatat, sebuah baterai dan sebuah circuit change.
Sementara itu, jauh di sebuah benua lain, William B. O'Shaughnessy, seorang

166
Proses dan Pola-pola

asisten pakar bedah dalam Tentara India dan bersemangat sekali terhadap
telegraf, melakukan suatu percobaan telegrafik di Calcutta, dengan
menggantungkan kawat besi di atas pohon-pohon pada permulaan tahun 1840-
an, meskipun kabel telegraf yang pertama antara Calcutta dan Bombay baru
selesai pada tahun 1854.
Terlihat adanya kontak-kontak internasional sejak awal. Cooke pernah
menghadiri kuliah Profesor Muncke tentang telegrafi di Universitas Heidelberg
dan telah melihat suatu demonstrasi telegraf jarum yang dibuat oleh seorang
diplomat Rusia, Baron Pawel Schilling. Morse pernah berpidato di depan the
Academie des Sciences di Paris tahun 1838 dan, setelah dicegat oleh paten
telegraf Cooke dan Wheatstone di London, telah mempatenkan alatnya sendiri
di Paris tahun 1838, dua tahun sebelum mempatenkannya di Amerika Serikat,
di mana di sana telah disetujui sebuah Undang-Undang Paten yang baru pada
tahun 1836 dan telah didirikan pula sebuah Kantor Paten yang baru. Seorang
pemuda Kanada keturunan Irlandia, Samuel Walker McGovan, yang
memperkenalkan telegrafi ke Australia, pernah bekerja dengan Morse dan
rekannya Ezra Cornell, pencipta insulator telegraf yang pertama. Pesan pertama
jarak-jauh yang dikirim pada tahun 1872, setelah Australia terhubung dengan
Eropa dan Asia melalui Darwin adalah: 'Majulah Australia', meskipun diakhiri
dengan harapan agar 'hubungan kabel bawah laut akan lama berbicara tentang
kata perdamaian'.
Pesan telegrafis yang pertama sekali adalah antara orang Inggris, yaitu
antara Cooke dan Wheatstone—seorang pakar fisika yang juga tertarik akan
musik dan menciptakan sebuah concertina [alat musik seperti akordeon namun
lebih kecil]—yang pada mulanya bekerja sendiri-sendiri, di mana yang satu
memandang kepada yang lain dengan pandangan agak curiga. Dengan
menggunakan sistem jarum, Cooke mentelegram Wheatstone dari stasiun
Camden Town seminggu setelah pembukaan resmi Kereta-Api London dan
Birmingham tahun 1837, dan Wheatstone langsung membalas dari sebuah kamar
gelap, yang hanya diterangi oleh sebuah lilin, di stasiun Euston, setelah mengalami
apa yang dinamakannya — dengan kata-katanya sendiri — 'suatu sensasi
menggemparkan' yang belum pernah dialami sebelumnya: 'sendirian di kamar
yang sepi, saya dengar jarum-jarum itu berbunyi'. 'Saya merasa besarnya temuan
itu', kata Wheatstone melanjutkan, 'yang praktis tanpa ada perselisihan paham
besar maupun kecil.' Kenangan tentang sensasi pertama dan percakapan yang
pertama itu akan menjadi bagian dari kisah-kisah media. Telepon, radio, televisi
dan Internet akan memberikan yang lain-lain (lihat hlm. 175-176).

167
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Dalam konteks militer—yang selalu bersifat kritis dalam sejarah


telekomunikasi—telegraf berdampak baik terhadap perencanaan maupun
pelaksanaan, di darat maupun di laut, persis seperti apa yang telah dilakukan
telegrafi semapor ketika terjadinya Perang Revolusi dan Perang Napoleon.
Telegrafi ditata melalui 'rantai komando' dan perintah yang 'umum' dan 'khusus'.
Pertama kali digunakan secara menonjol dalam skala operasional adalah saat
Perang Krimea ketika kabel sepanjang 340-mil dibentangkan melintasi Laut
Hitam. Nilainya diperlihatkan bahkan dalam bentuk mencolok lagi ketika Perang
Saudara Amerika di mana lebih dari 15.000 mil kabel telegraf telah digunakan
dan lebih dari seribu orang operator mengerjakan sistem tersebut. Ketika itu,
Reuters mengirim dengan telegraf melintasi Lautan Atlantik rincian-rincian
pertempuran dan banyak lagi hal-hal lain. Tahun 1889, mereka memulai sebuah
'Special India and China Service', dan setelah itu selama hampir satu abad
lamanya, India, dalam kata-kata sejarawan Reuters, Donald Read, telah
'ditakdirkan memainkan peranan utama dalam Imperium Reuter di dalam
Imperium Inggris', sebuah imperium yang akan tergantung sekali pada telegrafi.
Juga akan terdapat hubungan yang intens dengan Jepang.
Fase pertama perkembangan telegraf di Inggris berakhir pada tahun 1846
dengan didirikannya the Electric Telegraph Company, lima tahun sebelum
diumumkan bahwa telah diselesaikan sebuah jaringan kabel dari London ke
Paris. Hal itu dilakukan persis setelah Ratu Victoria, yang sangat bersemangat
dengan sistem yang baru itu sebagaimana dengan banyak penemuan baru, namun
belum lagi menjadi Ratu India, menyatakan bahwa Pameran Raya itu telah ditutup.
Dua tahun setelah itu, the Electric Telegraph Company bergabung dengan
saingannya, the English and Irish Magnetic Telegraphic Company, untuk
membentuk suatu Magnetic yang baru, dengan kantor-kantornya berdiri megah
tak begitu jauh dari the Bank of England (lihat hlm. 231).
Pada saat kegiatan bisnis telegrafi bertambah luas, pertanyaan utama selalu
dikemukakan tentang peran perusahaan pribadi dan publik, tentang negara dan
pasar. 'Bukankah telekomunikasi telegrafis itu menjadi fungsi Pemerintah sama
halnya dengan menyampaikan surat?' demikian tanya the Quarterly Review
pada tahun 1854, ketika tidak kurang dari 120 surat-kabar propinsi, yang ketika
itu sedang berada di puncak pengaruhnya, menerima lajur-lajur berita parlementer
dengan telegraf. Perbandingan digelar pula dengan negara-negara lain di mana
sistem itu dikendalikan oleh negara, seperti Swiss, bahwa bagi setiap 100.000
orang terdapat 6,6 kantor telegram dibandingkan 5,6 di Inggris.

168
Proses dan Pola-pola

Di Amerika Serikat, negara sejak awal juga sudah terlibat, ketika Morse
mendapatkan dana publik untuk membangun sebuah jaringan kabel percobaan
yang digantungkan di udara dari Washington ke Baltimore. Pesan terkenal
pertama yang dikirim melalui kabel itu adalah'What hath God wrought '. Kepala
Kantor Pos Umum menambahkan dengan penuh semangat bahwa 'sebuah alat
yang demikian berkuasanya untuk kebaikan dan kejahatan itu' tidak boleh 'bebas
dimiliki oleh pribadi-pribadi tanpa pengawasan hukum'. Ia juga mengemukakan
sebuah pertanyaan tepat di tahun 1845, 'sampai seberapa jauh pemerintah [ingin]
membiarkan orang-seorang berbagi dengannya urusan menyampaikan berita
rahasia—sebuah tugas penting yang diberikan kepada negara oleh Konstitusi?'
Tampaknya karena terbatasnya ruang-lingkup di Amerika Serikat untuk
perkembangan suatu sistem yang belum diuji melalui investasi pribadi, maka
pengawasan itu diserahkan kembali—dengan cepat—kepada Morse dan para
pendukungnya. Putusan untuk membiarkan telegram di dunia bisnis menjadi
penting sekali dalam sejarah komunikasi Amerika Serikat. Dari sanalah
perusahaan besar korporasi, Western Union, yang mendapatkan namanya itu
pada tahun 1854, akan mendapat bentuknya.
Di Prancis, pengendalian negara terhadap komunikasi sudah dianggap
penting sejak awal karena alasan yang berbeda, kecuali semapor yang diciptakan
oleh Chappe bersaudara telah diperkenalkan dengan berhasil ketika Revolusi
(lihat hlm. 124)—dan terdapat lebih dari tiga ribu mil kabel semapor yang
beroperasi pada tahun 1840-an, semuanya dioperasikan oleh Kementerian
Peperangan—kemajuan dalam telegrafi listrik itu lambat. Sebuah undang-undang
tahun 1837 menyatakan bahwa harus ada monopoli pemerintah dalam
komunikasi jarak jauh, dan sepuluh tahun kemudian Kementerian Dalam Negeri
Prancis menegaskan kembali bahwa telegrafi hams menjadi sebuah alat kebijakan,
bukan alat perdagangan. Apapun rezim konstitusional selanjutnya di Prancis,
para penggantinya setuju. Sikap yang sempa terhadap l'espace nationale akan
menjadi ciri khas kebijakan Prancis pada abad ke-20 dalam hubungannya
terhadap radio dan telekomunikasi (lihat hlm. 274).
Dalam rezim-rezim Eropa sebelum 1848, telegrafi tiba sebelum revolusi,
dan tidak dapat dielakkan bahwa dalam Imperium Hapsburg Mettemich, dengan
memperhatikan kebijakan-kebijakan anti-liberalnya, mendesak agar telegraf itu
menjadi monopoli pemerintah, tertutup bagi umum, sebagaimana di Prusia. Hal
itu juga tetap demikian keadaannya, setelah revolusi tahun 1848 yang
menggulingkan dirinya, meskipun ketika telepon diperkenalkan kemudian pada
abad ke-19, akan muncul perkembangan-perkembangan mengagetkan di

169
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Hungaria (lihat hlm. 180). Di Rusia, Nicholas I menghubungkan St Petersberg


ke Warsawa dan terus ke tapal-batas Jerman dengan semapor, dan sebuah
kabel cabang dari St Petersberg ke Moskow dibuka, dengan menara-menara,
yang masing-masing dioperasikan oleh enam orang, yang berjarak antara lima
sampai enam mil. Nicholas melarang beredarnya setiap informasi yang berkenaan
dengan telegrafi listrik dengan dasar bahwa hal itu akan menjadi subversif, meski
seorang ningrat Rusia, Baron Schilling (lihat hlm. 167), telah merancang sebuah
sistem dengan menggunakan sebuah galvanometer yang digerakkan dengan
baterai dan sebuah kode kembar.
Sebelum dan sesudah tahun 1848, ada sebuah negara—Belgia—dimana
kabel telegrafi, sama halnya dengan kereta-api, dibangun oleh negara, tampaknya
dapat dibuat sebagai contoh. Jaringan kabelnya itu pada tahun 1869 merupakan
sesuatu yang 'direncanakan dengan hebat sekali dan dibangun dengan harga
murah', sehingga akibatnya tarif yang dibebankan kepada konsumen, yang selalu
menjadi keprihatinan di Inggris, jika diperbandingkan bisa lebih rendah. Pada
tanggal itu, pasar bursa merupakan setengah dari lalu-lintas itu dan 'masalah
keluarga' sebanyak 13 persen. Sebaliknya, pers hanya 4 persen dan urusan
pemerintahan hanya 2 persen.
Di Kantor Pos Inggris, seorang pejabat yang ambisius, Frank Scudamore,
yang telah menciptakan sebuah BankTabungan Kantor Pos, punya ide yang
amat kuat agar Kantor Pos mengambil-alih perusahaan-perusahaan telegraf,
dan dengan Undang-Undang Telegraf tahun 1868 maka ia membelinya, bersama
dengan bisnis telegrafis perusahaan kereta-api. Tindakan itu, yang didukung
oleh politikus Liberal W.E. Glandstone (1809-1898), yang ketika itu beroposisi,
yang kemudian menjadi Perdana Menteri, dan oleh Kamar Dagang dan pers
dengan sengit, namun tidak berhasil, ditantang pula oleh perusahaan kereta-api
dan telegraf, yang berhubungan erat sekali melalui kedirekturan yang saling
berkaitan, suatu contoh pertama konsentrasi pengendalian media yang menarik.
Perusahaan kereta-api juga punya kepentingan besar di Parlemen yang
mengangkangi kedua House dari Dewan Perwakilan itu, dan memperlihatkan
kekuasaan mereka bahkan semenjak tahun 1840-an, ketika seorang Gladstone
muda, yang ketika itu Presiden dari the Board of Trade, dipaksa untuk menarik
kembali suatu klausul dalam Railway Regulation Bill [Rancangan Undang-undang
Regulasi Jalan Kereta-api] tahun 1844, yang memberi kuasa kepada pemerintah
untuk membeli (baca: menasionalisasi) kereta-api yang telah mulai beroperasi
setelah Rancangan Undang-undang itu menjadi undang-undang. Undang-undang
tersebut, ketika pada akhirnya disetujui, memutuskan bahwa semua perusahaan

170
Proses dan Pola-pola

kereta-api di masa depan harus menyediakan tempat kelas tiga pada sekurang-
kurangnya satu kereta-api setiap hari yang pergi ke setiap jurusan. Kereta-api
yang dinamakan 'kereta-api parlementer' ini (yang juga suatu campuran) akan
tetap hidup terus sampai pada abad ke-20.
Pada tahun 1868, tercapailah suatu kesepakatan keuangan dengan
perusahaan-perusahaan telegraf sebelum Kantor Pos mengambil-alihnya. Para
kritikus telah memberi peringatan namun tak diindahkan akan terjadinya 'stagnasi
dan kerutinan yang tidak dapat dipisahkan dari peraturan-peraturan resmi' yang
akan mengiringi nasionalisasi itu, namun pemerintah berdalih bahwa telegraf akan
diperlakukan seperti layanan pos dan bahwa suatu ongkos yang seragam akan
dikenakan pada suatu pesan telegraf yang terdiri dari dua-puluh kata, terlepas
daripada jaraknya. Tahun 1844, tidak terdapat peraturan kereta-api seperti itu
setelah klausul nasionalisasi itu ditarik kembali.
Monopoli Kantor Pos mengalami masalah-masalah keuangan dalam abad
ke-19, meski jumlah pesan yang disampaikan naik dari 6,5 juta persis setelah
Undang-undang itu disetujui menjadi 26,5 juta sepuluh tahun kemudian, suatu
loncatan besar sekali jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa yang lain,
dan tentu saja, dengan Amerika Serikat. Namun, lebih dari sekedar statistik
perbandingan yang ada, karena pada saat kerugian-kerugian Kantor Pos pada
lalu-lintas yang tidak menguntungkan, yang digambarkan oleh para pengeritiknya
sebagai 'subsidi', bertambah dengan jumlah pesan yang disampaikan, maka
sudah pasti akan muncul kritik-kritik dari parlemen dan publik, yang juga
mengemukakan masalah-masalah media yang lain. Pers, yang menikmati
keuntungan dari apa yang bagi Kantor Pos tidak menguntungkan, dapat
mempertahankan diri berdasarkan kenyataan bahwa mereka mendorong
perhatian terhadap berita (lihat hlm. 249). Ini juga merupakan suatu kepentingan.
Setelah tindakan untuk hak-milik publik itu, banyak direktur perusahaan
telegraf pribadi yang lama, dengan uang kompensasi di kantong mereka,
memperoleh saham dalam perusahaan telegraf yang berhubungan dengan bisnis
seberang lautan, dan sebuah merger besar yang baru, the Eastern Telegraph
Company, didirikan pada tahun 1872, yang hampir seperempat abad lamanya
membayar keuntungan antara 6,5 hingga 10 persen. Ini merupakan salah satu
dari beberapa hal penting pada akhir abad itu yang memantapkan dominasi
Inggris dalam bisnis kabel internasional.
Terlihat ada suatu kepentingan nasional yang diakui di sini, karena,
sebagaimana dikemukakan salah seorang panitia resmi pada tahun 1902, adalah
'sangat diinginkan bahwa setiap koloni atau pangkalan angkatan laut harus

171
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

memiliki suatu kabel ke negeri ini yang menyentuh suatu teritori Inggris atau
suatu teritori netral yang bersahabat'. Insentif perdagangan menjadi nomor dua.
'Setelah ini, harus ada sebanyak mungkin kabel alternatif', dan semuanya ini
'harus dibiarkan mengikuti rute-rute normal yang dianjurkan oleh pertimbangan
komersial'. Tidak mengherankan, kecurigaan kepentingan keuangan Inggris, yang
telah ada sejak awal, telah berkembang di Eropa benua pada akhir abad ke-19,
dan para wartawan Paris merisaukan pada tahun 1894 mengenai apakah
'keamanan bangsa-bangsa lain' dapat dipertahankan jika Inggris mengendalikan
' semua sumber informasi'.
Di luar Eropa, telegraf telah menjadi suatu tonggak utama yang mem-
persatukan tanah-tanah yang jauh, dengan membawa lebih banyak pesan per
mil daripada yang dibawa di Eropa. Empat tahun setelah ia dibuka, garis dari
Toronto ke Quebec misalnya menangani pesan dua kali lebih banyak per mil
dibandingkan dengan yang dibawa garis-garis Inggris. Di Australia, the
Melbourne Argus dapat menyatakan pada tahun 1854 bahwa 'Bagi kami, para
koloni lama yang telah meninggalkan Inggris sejak lama, ada sesuatu yang sangat
menyenangkan dalam merenungkan hal ini, suatu penemuan modem yang paling
sempurna... Yang lebih sempurna dari ini tidak dapat dibayangkan, dan kami
benar-benar mulai memikirkan apa yang akan ditinggalkan bagi generasi
selanjurnya untuk menghabiskan upaya otak manusia yang selalu gelisah itu...
Marilah kita mulai telegrafi listrik itu dengan segera.'
Pada tahun 1850-an, bahkan sebelum perpindahan besar-besaran ke arah
barat, Amerika Serikat merasa bangga dengan apa yang dicapainya dalam bidang
telegrafi. Sebuah lagu lama mengatakannya pada tahun 1860:

Nenek-moyang kita memberikan kemerdekaan,


namun sedikit sekali mereka bermimpi
Hasil-hasil besar yang mengalir di sepanjang masa uap yang digdaya ini:
Bagi pegunungan, danau-danau dan sungai-sungai kita,
semuanya itu adalah suatu kobaran api,
Dan kita mengirim berita dengan kilat, di atas kawat telegrafik.

Pada tahun 1846, telah tergelar lebih dari seribu mil kabel, termasuk jaringan
yang terdiri dari 450 kabel antara New York dan Buffalo. Hubungan telegrafik
antara New York-San Francisco selesai tahun 1859. Pada akhir Perang Saudara,
yang dengan hebat sekali mendorong bisnis telegrafis—dan terutama sekali bisnis
Western Union—terdapat 37.000 mil garis kabel itu.

172
Proses dan Pola-pola

Gambar 16. Thomas Alva Edison sedang bekerja di ruang studi yang merangkap
laboratoriumnya itu. "Penemu dari segala penemu" adalah julukan baginya, sebab
penemuannya yang inovatif jauh lebih banyak daripada siapapun juga sebelum
dan sesudah dia. la mengamankan hak patennya dalam phonograph tahun 1878,
dua bulan setelah penerapan; The Patent Office had seen nothong like it before.

173
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Kecuali membantu pembangunan konstruksi lini telegraf yang pertama,


pemerintah di Washington memainkan peran yang kecil saja dalam kisah ini,
yang dibiarkan dikelola oleh upaya swasta yang tidak tertata—dengan benturan
kekuatan-kekuatan pasar, sering dalam bentuk yang dramatis, dalam tahun-
tahun pertama dari apa yang dinamakan 'ekspansi yang ugal-ugalan'. Menurut
A. D. Chandler, sejarawan bisnis Amerika dan penulis dari sebuah buku yang
tak dapat dianggap enteng, The Visible Hand (1977), persaingan perusahaan-
perusahaan telegraf yang mulai terbentuk ketika itu adalah upaya-upaya bisnis
modem pertama yang muncul di Amerika Serikat. Namun lepas dari persaingan
keras antar berbagai perusahaan itu timbullah oligopoli, dengan sedikit perusahaan
yang bersaing secara tidak sempurna, dan karena oligopoli berusaha untuk
mengarah ke monopoli.
Western Union yang raksasa itu, yang telah diuntungkan karena tatanan
leasing dan franchise dan memperoleh keuntungan dari aliansinya dengan
kepentingan jalur kereta-api, menyatakan bahwa monopoli adalah hal biasa.
Antara tahun 1870-1890, keuntungan bersama dalam keadaan yang
sesungguhnya naik bahkan pada tahun-tahun ketika sektor-sektor utama ekonomi
Amerika mengalami kemunduran, dan jumlah kantornya bertambah dari 3.972
menjadi 19.382 buah. Yang terbesar terdapat di New York, di mana tidak
kurang dari 444 orang pakar telegraf dipekerjakan dalam sebuah mangan operasi
yang luar-biasa besar. Thomas Edison (1847-1931), yang paling terkenal dari
semua penemu Amerika, memulai karirnya yang panjang itu sebagai seorang
operator di kantor Western Union di Boston pada tahun 1868.
Tahun 1890, sekitar 80 persen dari lalu-lintas pesan di negara itu berada
di tangan Western Union, dan suara para pengeritik monopoli, meskipun selalu
terlihat, dapat ditepis ringan saja dengan peribahasa bahwa hal itu adalah 'akibat
dari suatu hukum yang tak terelakkan bahwa bisnis itu pada pokoknya harus
dilakukan di bawah payung suatu organisasi yang besar'. Morse sendiri sejak
awal menginginkan bahwa suatu jaringan telegraf akan membuat 'satu keseluruhan
yang besar seperti Kantor Pos'. Pada dekade-dekade terakhir dari abad itu
terdapat suatu argumentasi lanjutan untuk monopoli: bahwa hanya monopoli
saja yang akan memungkinkan dilakukannya penelitian inovatif yang diperlukan.
Tidak ada kekurangan dalam hal ini. Dengan dikembangkannya Duplex,
sebuah lini telegraf tunggal yang dapat digunakan bagi transmisi dua pesan, dalam
arah yang berlawanan, dan ketika pada tahun 1874 Quadruplex dibuat oleh
Edison, maka hal ini menggandakan kapasitas itu sekali lagi. Lima tahun
kemudian, sebuah pemogokan telegraf nasional besar-besaran yang dilakukan

174
Proses dan Pola-pola

oleh Brotherhood of Telegraphers of the United States and Canada [Persau-


daraan Pengirim Telegraf Amerika Serikat dan Kanada] dapat sepenuhnya
diredam oleh Western Union, namun tantangan penghabisan kepada bisnis
telegrafis itu akan datang bukan dari para pekerja di dalam, akan tetapi munculnya
telepon di luar sana.

Telepon

Kisah telepon menjadi alat komunikasi baik untuk pribadi maupun publik telah
dimulai beberapa tahun sebelumnya, dalam bulan Maret 1876 ketika Alexander
Graham Bell (1847-1922), seorang penemu Amerika yang lahir di Skodandia,
mempatenkan 'telepon' temuannya, sebuah kata yang pertama kali digunakan
tahun 1796 untuk suatu metode komunikasi yang murni akustik. Pada tahun
1837, orang Amerika C. G Page telah menemukan bahwa perubahan yang
cepat dalam magnetisasi besi menghasilkan sebuah note musik, 'musik yang
galvanis', dan beberapa orang yang mengadakan percobaan mengikuti langkah-
nya menggunakan sebuah diaphragms untuk menambah hasil suara. Yang terkenal
dalam kalangan mereka adalah Philip Reiss, seorang guru di Frankfurt yang
menyatakan bahwa ia telah mentransmisikan 'ucapan yang dapat dimengerti'.
Pernyataan seperti itu terlalu ambisius: jika perkataan telah diterima, hal
itu pastilah karena tidak disengaja untuk jangka waktu sebentar saja. Hanya
Bell yang dapat mengklaim diri dengan benar bahwa ia telah menjadikan telepon
itu bekerja. Ia memperlihatkan hal itu pada Centennial Exhibition [Pameran
Seratus Tahun] di Philadelphia tahun 1876, dan percakapan teleponnya yang
pertama dengan rekannya Thomas Watson adalah salah satu pesan yang telah
menjadi dongeng (foklor) rakyat: 'Mr Watson datanglah kemari, saya
memerlukan Anda.' Juga ada unsur dongeng telepon kerajaan di Inggris. Ratu
Victoria, yang Bell telah memberikan kepadanya tahun 1876, mendengarkan
dengan penuh perhatian Kate Field yang menyanyikan 'Comin' Through the Rye'
tentang apa yang digambarkannya sebagai model telepon 'yang paling luar-biasa',
yang dibawa Bell.
Tahun 1876, muncul suara-suara, 'tidak perlu telepon. Masyarakat sudah
berjalan dengan sangat baik tanpa telepon'. Akan tetapi komentar ini, yang tak
kan mungkin pernah diterapkan pada telegraf, adalah menyesatkan. Diterima
pertama kali dengan rasa tidak percaya, dalam abad ke-20 telepon ternyata lalu
menjadi 'kebutuhan' bagi banyak orang, baik di kantor maupun di rumah—
kemudian, memang, dengan telepon mobile, juga di jalanan. The Scientific

175
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

American telah mengemukakan tahun 1880 bahwa hal itu akan berakhir dalam
'suatu organisasi masyarakat yang baru—suatu keadaan di mana setiap orang,
bagaimanapun terpencilnya, akan dapat memanggil orang lain dalam masyarakat
itu, dengan menghemat komplikasi sosial dan bisnis yang tiada akhir itu, tanpa
harus pergi bolak-balik lagi.'
Adalah seorang Guru-Besar Tehnik Australia di Universitas Melbourne
yang menyatakan dalam sebuah pidatonya tahun 1897 bahwa 'jika sebuah
ramalan tentang pencapaian yang akan datang telah dilakukan terhadap orang
yang paling cerdas tahun 1837... dari semua penemuan modem, maka teleponlah
yang telah menimbulkan rasa keraguan paling besar'; namun adalah Sir William
Thompson, seorang ilmuwan Skodandia, yang kemudian menjadi Lord Kelvin
(1824-1913), setelah mencoba telepon Bell di Philadelphia, di mana ia menjadi
seorang juri di Centennial Exhibition [Pameran Seratus Tahun] di Philadelphia
tahun 1876 itu, menjelaskannya sebagai 'hal paling mengagumkan yang pernah
dilihatnya di Amerika'.
Thompson, salah seorang yang pertama di Inggris memasang bola lampu
listrik di rumahnya, membawa pulang ke Inggris dua buah telepon Bell, yang
mana ia dan Sir William Preece (1834-1913), seorang tokoh utama dalam sejarah
Kantor Pos, yang menjadi Insinyur Utamanya, memperlihatkannya pada tahun
1877 kepada para anggota British Association for the Advanced Science. Dalam
tahun yang sama, seorang wartawati Amerika, yang dipekerjakan Bell,
mengajukan sebuah Matinee Telephonique bersamaan dengan pembukaan
Parlemen. Di Australia, berita tentang penemuan itu sampai ke Sidney dan
Melbourne pada tahun yang sama melalui kata yang tercetak - artikel-artikel
dalam the English Mechanic and World of Science dan di dalam the Scientific
American. Langsung orang-orang Australia mulai coba menghasilkan telepon
buatan sendiri.
Bell, yang sebelumnya bekerja dalam masalah yang berkenaan dengan
mengajar orang yang pekak berbicara, telah memikirkan gagasan untuk
memindahkan percakapan dengan gelombang listrik tahun 1865, dan pada tahun
1874 telah membentuk suatu phonautograph, sebuah kata yang diciptakan oleh
peneliti eksperimen lain, yang dibentuk menurut struktur telinga manusia. Alatnya
dalam bulan Maret tahun 1876, persis pada hari ulang tahunnya, telah dipatenkan.
Alat ini telah digunakan tanggal 14 Februari, dan pada hari yang sama penemu
Amerika yang lain, Elisha Gray, mengajukan permohonan pula untuk sebuah
paten telepon. Perselihan hukum itu, nantinya dimenangkan Bell dengan
kemenangan kontroversial ketika itu, dan tetap seperti itu keadaannya hingga

176
Proses dan Pola-pola

seterusnya. Transmitter zat cair yang digunakan Bell dalam pesannya kepada
Watson serupa dengan yang ditemukan Gray.
Baik Bell maupun Gray bukanlah dua penemu yang terbayang dalam kisah
pertama yang melibatkan apa yang sekarang dapat dinamakan suatu campuran
dari dua sejarah panjang, yaitu sejarah akustik dan sejarah listrik. Namun,
pertama kali komunikasi hanya merupakan suatu cara, dan permohonan paten
Bell yang pertama digambarkan sebagai 'suatu perbaikan dalam telegrafi': adalah
menarik sekali bahwa ia tidak secara khusus menunjuk pada percakapan.
Pembatasan teknis ini dengan cepat diangkat pada tahun 1876, dan permohonan
paten kedua juga memasukkan percakapan ke dalamnya. Prospektus yang
pertama dari Perusahaan Telepon Bell yang dikeluarkan dalam bulan Juli 1877,
menyatakan dengan tegas bahwa 'telepon itu benar-benar berbicara dan karena
alasan ini ia dapat digunakan untuk hampir semua tujuan yang menggunakan
percakapan'.
Bisnis memasuki kisah itu bercampur dengan teknologi. Karena gagal
menarik perhatian William Orton, Ketua Western Union, maka Bell mendirikan
perusahaan pribadi tahun 1877, yang tiga tahun kemudian menjadi sebuah
perusahaan publik, National Bell. Karena menyadari telah melakukan suatu
kesalahan besar, maka Orton dengan penuh harapan berpaling kepada Edison,
'penemu dari segala penemu', untuk mendapatkan bimbingan teknis. Lalu Edison
menghasilkan sebuah transmiter karbon, yang menjadikan Bell, sebagai Daud
yang menghadapi Goliath yang sangat kuat itu, untuk mempertimbangkan proses
hukum, namun kesepakatan di pengadilan dapat dicapai dalam bulan November
1879, dari mana Gray juga mendapat keuntungan yang lumayan juga.
Ketentuannya adalah bahwa Western Union akan menjadi pembuat peralatan
satu-satunya bagi alat-alat Bell dan bahwa pengoperasian sistem telepon itu
akan diberikan kepada National Bell Company, yang dapat mempergunakan
segala paten Western Union yang terkait.
Persetujuan itu dapat tercapai karena beberapa alasan. Salah satunya
adalah karena National Bell menarik seorang tokoh terkemuka sebagai General
Managernya, yaitu Theodore Vail (1845-1920), sepupu dari salah seorang
pembantu Morse, yang telah mengurus jaringan pos kereta-api Amerika sebelum
ikut dalam National Bell. Di bawah kepemimpinannya yang efektif, perusahaan
itu menjadi bertambah kuat, dan dengan berhasil sekali mempertahankan segala
hak paten Bell yang telah dihadapkan pada tidak kurang dari 600 tantangan
sebelum habis masa berlakunya tahun 1893. Sementara masih berlaku, National
Bell menikmati keuntungan bisnis sama seperti yang telah dinikmati Boulton dan

177
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 17. 'Weaver of Speech'. Sebuah iklan telpon untuk the Bell Telephon
Company, yang menggambarkan sebuah metafor antara 'mitisisme masa lalu
dan masa depan yang teknologis dan komersial.'Ada suatu Wagnerian twist to
the weaving and a hint of the World Wide Web

Watt seabad sebelumnya. Bell, yang sekarang telah menjadi kaya-raya, hidup
sampai tahun 1922, merasa tertarik secara mendalam sekali pada segala aspek
perkembangan telepon—dan dalam banyak hal juga bidang telekomunikasi.
Sejak permulaan, Bell telah membuktikan diri sebagai seorang yang lebih
dari sekedar penemu saja, dengan memberikan suatu 'visi' kepada dunia,
sebagaimana yang akan dilakukan Vail. Setelah mengunjungi Inggris pada tahun
1877, ia memulai apa yang dinamakannya suatu 'grand system', 'sesuatu yang
mungkin kedengarannya utopis', suatu 'jaringan universal yang mencapai rumah,
kantor dan tempat-kerja'. Namun, hal ini memerlukan ditemukannya telepon
penghubung dan sentral telepon, sebagaimana juga perbaikan-perbaikan yang
diperlukan dalam transmisi percakapan; dan meskipun awal dari semuanya ini
datang terlalu cepat - telepon penghubung yang pertama dipasang di New Haven
tahun 1878 dan sentral telepon pertama di London dibuka di Coleman Street
tahun 1879—telepon itu memerlukan waktu untuk 'menjadi peralatan rumah-

178
Proses dan Pola-pola

tangga biasa'. Adalah seorang doktor di Lowell, sebuah kota yang sekali lagi
menonjol dalam sejarah komunikasi, yang menganjurkan sebuah sistem
pemberian nomor pada tahun 1880, akan tetapi sistem dengan memutar angka
baru tiba pada tahun 1896 (di Milwaukee).
Memutar tombol secara mekanis, di mana nama A. B. Strowger
dihubungkan, seorang pengurus pemakaman di Kansas City, diperkenalkan
dalam La Porte, Indiana, tahun 1892: untuk pertama kalinya para pelanggan
dapat melakukan suatu percakapan tanpa bantuan seorang operator. Namun,
diperkenalkannya sentral telepon mekanis itu berjalan lambat, bahkan di Amerika
Serikat; dan di Inggris, di luar Kota London, di mana dipasang sebuah sentral
telepon Strowger tahun 1897, hanyalah Epsom, Surrey, di dekat lapangan pacuan
kuda Derby, dipasang sebuah sistem yang seperti itu dalam bulan Mei 1914.
Darlington—jalan kereta api yang terkenal—mendapatkannya kemudian di tahun
itu juga.
Pada tahun-tahun pertama, banyak orang mengasosiasikan telepon itu
sama dengan hiburan untuk suatu sidang pendengar yang terpisah-pisah dan
bukannya komunikasi antar-individu yang bersifat titik demi titik, satu lawan
satu, dan karena alasan ini saja telepon tampak lebih besar dibandingkan telegraf
dalam pra-sejarah penyiaran. Namun, asosiasi yang sama telah dibuat sebelumnya
antara hiburan dan telegraf: tahun 1848, Punch telah melaporkan bahan lagu-
lagu yang mirip berita dikirim dari Boston ke New York. Tahun 1876, Nature
meramalkan bahwa 'dengan membayar sejumlah uang kepada seseorang yang
mau berusaha yang sudah pasti akan tampil untuk menari dengan nada ini, maka
kita akan dapat memperoleh daripadanya sebuah waltz, sebuah dansa segi-
empat (quadrille) atau sebuah dansa galop, persis seperti yang kita inginkan'.
Salah satu ramalan pada the Springfield Republican tahun 1877 adalah
bahwa dengan perantaraan telepon 'segala macam musik dari seorang biduan
dapat disebarluaskan di seluruh negeri sementara ia menyanyi, dan dengan
demikian mempopulerkan musik yang baik sampai ke batas yang belum dikenal';
dan jauh dari Springfield, di Swiss, seorang insinyur merelay sebuah opera Donizetti
tahun 1879. Dan malah lebih jauh lagi dari itu, di Hongaria, proyek yang paling
giat dan paling langgeng untuk menggunakan telepon bagi hiburan telah diciptakan
oleh seorang pencipta Hongaria, Theodore Puskas. Ia pernah bekerja untuk
perusahaan Edison, telah ikut pameran pada Pameran Listrik Paris tahun 1881,
dan mendapatkan hak khusus untuk mengembangkan telepon di Hongaria pada
tahun itu juga.

179
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Puskas dibantu oleh temannya yang cemerlang Nikola Tesla (1856-1943),


seorang perintis listrik dan perintis penggunaan, khususnya, arus berganti-ganti,
yaitu bentuk tenaga yang disenangi Westinghouse. Lahir di Kroasia, Tesla sering
terlibat dalam diskusi tentang kegunaan sistem listrik, sedangkan perintis tenaga
listrik yang lain, penulis Amerika, Park Benjamin, tanpa masuk ke dalam
perbedaan-perbedaan, mengandalkan retorika dalam bukunya The Age of
Electricity (1887) ketika ia menggambarkan macam-macam penggunaan tenaga
listrik itu sebagai 'hanya banyak sekali'. Salah satu daripadanya langsung terkait
dengan apa yang akan menjadi siaran radio. 'Ia akan berbicara dengan suara
kita dari jarak ratusan mil [bahkan melakukan jauh lebih banyak daripada itu].
Ia akan mencatat suara dalam pemilihan yang akan mengubah nasib suatu bangsa
yang besar atau melagukan musik-musik pop yang terakhir.'
Inilah yang berusaha dilakukan Puskas ketika ia meresmikan (dan
saudaranya melanjutkan) suatu layanan HirmondoTelefon di Budapest tahun
1893 yang menawarkan pada para langganan apa yang akhirnya merupakan
sistem siaran radio pertama di dunia. Dengan memberikan kepada para
langganannya kawat-kawat panjang yang lentur dan dua buah alat pendengar
yang bulat dan licin di rumah mereka, ia menyajikan suatu rencana harian hal-hal
yang dapat mereka dengarkan, termasuk warta-berita dan ringkasan isi surat-
kabar, laporan pasar bursa, 'kuliah-kuliah', berita olah-raga dan 'kunjungan ke
opera'. Terdapat pula acara mingguan untuk anak-anak, dan 'kuliah bahasa'
Inggris, Italia dan Prancis.
Kata 'Hirmondo' itu memiliki akarnya di masa lalu: diterjemahkan sebagai
'penyiar berita' dan mengingatkan orang pada istilah yang lebih lama 'peneriak
kota' [town crier]. Rencana harian, yang diumumkan pada para pelanggan,
menunjuk ke masa depan. Salah seorang penulis Inggris yang pertama tentang
pekerjaan 'stasiun', Arthur Mee, yang menjadi editor The Children 's Newspaper
pada tahun 1908, menamakannya, menurut gaya kereta-api, 'daftar perjalanan
[timetable]': majalah Invention menamakannya suatu 'program'. Visi Mee sendiri
bersifat global: 'Seakan-akan jika dikatakan tidak akan mungkin terjadi di masa
depan yang dekat ini bahwa prinsip pandangan itu diterapkan kepada telepon
sebagaimana juga pada suara, bumi benar-benar akan menjadi sorga, dan jarak
akan kehilangan pesonanya karena akan terhapus seluruhnya.' Hirmondo Telefon
tidak punya pelanggan lagi pada tahun 1910 dibandingkan dengan apa yang
dimilikinya pada tahun 1897 (6.000), namun ia dapat tetap hidup setelah
pecahnya Perang Dunia I.

180
Proses dan Pola-pola

Layanan Hongaria ini jauh lebih ambisius dan berhasil dibandingkan dengan
layanan serupa Electrophone Company di Inggris, yang pada tahun 1884
menawarkan, untuk suatu langganan tahunan, hubungan kepada teater, konser
dan tidak kurang, pelayanan gereja—khotbah akan dibawakan oleh 'ahli agama
yang paling terkemuka'—dan suatu petualangan Amerika Serikat dimulai tujuh
tahun setelah perusahaan London itu ditutup tahun 1904, the Telephone Herald
di Newark, New Jersey. Berbagai skema 'theatrephone' di Paris juga hancur,
terlepas dari kepentingan Marcel Proust, yang telah meramalkan banyak dari
kegunaan lain telepon. Meskipun telepon 'kesenangan' dikembangkan sebagai
alat hiburan—ia dipikirkan oleh beberapa komentator sebagai suatu 'mainan'—
Bell benar dalam meramalkan bahwa akan teijadi 'penggunaan yang lebih serius'
akan telepon. Visinya yang jauh ke depan itu selalu berada di depan dari teknologi
yang ada ini.
Meski sistem telepon itu berbeda-beda, dengan dasar langganannya,
berada dari sistem telegraf, pemerintah Inggris, yang didukung oleh pengadilan,
memutuskan pada tahun 1880 bahwa, menurut syarat-syarat Telegraph Act 1868
(lihat hlm. 170), maka telepon adalah sebuah telegraf. Putusan itu mengikuti
suatu merger antara the British Bell dan perusahaan-perusahaan Edison Inggris
yang mendorong Kantor Pos, dengan didukung oleh kepentingan telegraf yang
kuat, untuk mendapatkan hak pengendalian atas semua kegiatan telepon di Inggris.
Pada umumnya bisnis ini akan dioperasikan melalui suatu sistem pemberian lisensi,
di mana perusahaan-perusahaan yang mendapat lisensi itu diminta untuk
membayar royalti, namun Kantor Pos mempertahankan beberapa sentral
teleponnya sendiri, misalnya di Newcasde-upon-Tyne, dan terdapat pula sejumlah
perusahaan telepon kotapraja, misalnya, Hull, yang paling lama bertahan dari
semuanya. Namun, the National Telephone Company, penerima lisensi terbesar,
hampir mendapatkan monopoli sebelum seluruhnya diambil alih oleh Kantor
Pos pada tahun 1912.
Ketika itu, suatu sistem jalan nasional telah dikembangkan—lagi-lagi secara
perlahan-lahan—dan lalu-lintas internasional bertambah. Hubungan kabel bawah
laut antara Inggris dan Prancis dibuka tahun 1891, namun hubungan nasional
yang lengkap baru dibuka empat tahun kemudian. Melintasi Atlantik, suatu
hubungan kabel jarak-jauh pertama, yang diselesaikan tahun 1880, adalah antara
Boston dan Lowell, dan pada tahun 1892 terdapat lini yang terbuka antara
New York dan Chicago dan tahun 1915 antara New York dan San Francisco.
Dua penemuan Amerika, filter gelombang dan gulungan kabel yang diber muatan
(loading coil), menyebabkan komunikasi seperti itu menjadi makin ekonomis:

181
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

digantinya amplifier atau repeater dari jenis elektronik dengan repeater elektro-
magnetis dikatakan orang telah memeriahkan kedatangan era baru.
Dalam perbandingan dengan Amerika Serikat (dan Kanada), kemajuan
dalam perluasan penggunaan telepon di Inggris, yang memimpin dunia dalam
produksi kabel, dan penggunaan telepon di negara-negara Eropa yang lain
ternyata berjalan lambat. Memang, di Inggris tidak terdapat pemahaman,
sebagaimana dikemukakan The Times pada tahun 1902, bahwa telepon itu
adalah 'urusan jutaan orang', telepon masih merupakan suatu 'hal yang
menyenangkan bagi orang-orang kaya dan sebuah peralatan dagang bagi orang-
orang yang mampu membayarnya'. 'Golongan mayoritas penduduk tidak
menggunakannya, dan tampaknya tidak akan dapat menggunakannya sama sekali
kecuali mungkin sebuah pesan yang teijadi sesekali dari sebuah stasiun umum.'
Setahun sebelumnya, Menteri Keuangan menyatakan bahwa 'komunikasi telepon
itu tidak diinginkan oleh pemikiran orang desa', sedangkan di Kanada, Amerika
Serikat dan Australia di daerah-daerah pedesaanlah telepon paling banyak diminta
orang. Habis berlakunya paten Bell menguntungkan eksploitasi perdagangan,
dan setelah tahun 1893 muncullah 'orang-orang bebas' pada saat penggunaan
telepon bertambah dengan hebat sekali. Sekarang bukti menjadi bertumpuk-
tumpuk bahwa telepon itu lebih mempermudah desentralisasi, memudahkan
keluarga yang terpencar-pencar untuk berkomunikasi, menjadikan kehidupan
di daerah perkebunan tidak begitu terisolasi lagi, dan mengganti metode-metode
penukaran, praktek pengobatan, politik dan kewartawanan. Telepon juga
mewakili kebiasaan sosial yang sedang berubah, tidak kurang para wanita, segera
menjadi berbahagia karena 'dapat mengobrol di telepon'. Memang seolah
muncul suatu 'bahasa dan budaya telepon' yang baru.
Ramalan populer lebih aktif dan lebih hidup di Amerika Serikat dan
Kanada dibandingkan negara-negara lain manapun, meski tidak seluruh ramalan
itu sama berbobotnya dengan visi Bell atau Vail. Bahkan setahun sebelum Vail
ikut dengan Bell tahun 1878, the Springfield Republican sudah dapat menulis
bahwa 'kita telah menjadi demikian terbiasanya dengan tambahan-tambahan
baru dan mengagumkan terhadap kekuatan telegrafi, sehingga tidak ada lagi
yang kelihatan tidak mungkin', dan tidak ada alasan untuk meragukan pernyataan
Bell bahwa ia 'tidak lama lagi akan mampu mengirim suara melintasi Atlantik
dan berbicara dengan orang-orang yang 3.000 mil jauhnya seolah mereka berada
di kamar sebelah'.
Sebagaimana akan terjadi bertahun-tahun kemudian, dalam sejarah
Internet, rasa takut diungkapkan di kedua belah sisi Atlantik itu bahwa

182
Proses dan Pola-pola

'kebenaran' mungkin berada dalam bahaya. Memang, sebelum kata-sifat


'phoney' diciptakan, Punch telah mengadu tentang 'fibs' [kebohongan] telegrafik:

Kebohongan menakutkan disiarkan dengan kabel listrik!


Alangkah palsu kegoncangannya!
Oh! Lebih baik kami memiliki kenyataan yang merangkak
Dalam perbandingan dengan Pos yang berjalan demikian lambat
Dibandingkan dengan kebohongan tenang yang seperti loncatan kilat
Dan menjadikan kita mendapat pujian yang keadaannya bukanlah demikian.

Tahun 1902, H. G Wells mengatakan lebih ringkas lagi, 'Pedagang mungkin


duduk di rumah... dan mengatakan kebohongan-kebohongan yang ia sendiri
tidak berani menuliskannya.'
Ini bukanlah satu-satunya garis kritik. Masuknya telepon ke rumah-rumah
seringkah mendapat serangan, sebagaimana yang akan dialami oleh televisi
beberapa dekade kemudian. Bersumpah di telepon menimbulkan masalah etika.
Pantaskan hal itu diperlakukan sebagai sebuah penghinaan? 'Tindak pidana
telepon' dicabut dari konteksnya. Tahun 1907, sebuah artikel dalam Cosmo-
politan Magazine, lagi-lagi mengantisipasi masalah-masalah seabad kemudian
sehubungan dengan Internet, berjudul 'Perusahaan Telegraf dan Telepon [dan
di sini semuanya itu diperlakukan sebagai badan yang berasosiasi, bukan sebagai
badan yang bersaing] sebagai Sekutu Gerombolan Penjahat'. Tidak
mengherankan, para pengeritik lain menganggap sebaliknya sebagai 'Sekutu
Kepolisian'. Biasanya terdapat dua opini yang saling bertentangan mengenai
masalah-masalah seperti itu, sebuah suasana yang biasa di masa radio dan masa
selanjutnya.
Akan tetapi, muncul pula suara bahwa telepon itu adalah 'Sekutu Pers',
dan sekutu sistem perbankan dan bursa saham. Yang tersebut terakhir ini dipanggil
untuk mengucurkan modal yang diperlukan untuk pengembangan sistem telepon.
Semenjak April 1877, ketika para pedagang saham di New York telah menggu-
nakan media yang baru itu, sebuah pesan berita telepon mengenai salah satu
dari kuliah Bell sendiri telah disiarkan sebagai bahan berita dari Salem ke the
Boston Globe. Di London sejak tahun 1880, The Times telah menjalin hubungan
telepon dengan the House of Commons untuk memasukkan laporan perdebatan
yang berlangsung jauh malam hari dalam edisi keesokan harinya. Pada tahun
1900, jurnalisme massal harian dari Amerika Serikat, telah tergantung pada
komunikasi telepon ketimbang komunikasi telegram. Di Prancis, tekanannya

183
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

berbeda. Kata Prancis untuk 'exchange' adalah'central' dan hal ini menge-
mukakan suatu cara pandang yang sangat tidak Amerika (dan tidak juga Inggris)
tentang apa yang dianggap sebagai suatu jaringan kerja. Sampai tahun 1922,
Paris dikatakan menolak telepon: 'hampir setengah abad setelah diciptakannya,
telepon masih tetap saja menjadi sebuah alat yang hanya khusus disediakan bagi
kaum profesional'.
Amerika Serikat jauh lebih maju daripada semua negara Eropa dalam
distribusi telepon pada tahun 1900, dengan sebuah telepon untuk setiap enam-
puluh orang. Swedia menjadi negara pertama di Eropa dengan satu telepon
untuk setiap 215 orang. Prancis mempunyai satu telepon untuk setiap 1.216
orang, dan Rusia satu untuk 6.958 orang. Tahun 1904, terdapat 6,5 telepon
untuk setiap seratus orang di Manhattan dan the Bronx dan hanya 1,4 di London.
Dorongan Amerika yang dinamis, yang dinyatakan dengan tepat sekali dalam
judul sebuah artikel tahun 1914 dalam McClure's Magazine, 'Telepon untuk
Jutaan Orang', datang dari the American Telephone and Telegraph Company
(AT&T), yang telah hadir di New York tahun 1885 sebagai suatu jaringan
subsider j arak-jauh dari National Bell, yang sejak semula berlokasi di Boston;
dan dalam suatu gerakan yang imajinatif (dalam kedua pengertiannya) tahun
1899, AT&T telah menjadi perusahaan induk, dan New York telah menjadi
markas besar perusahaan itu. Sebuah perusahaan penghasil peralatan listrik
lain, Western Electric, telah diasimilasikan dalam sebuah proses kumulatif yang
dimulai pada tahun 1881.
Ambisi Vail sejak semula adalah mengendalikan apa yang dipikirkannya
sebagai 'sistem saraf' bisnis dan masyarakat sosial Amerika, melalui apa yang
diakuinya hams menjadi suatu monopoli yang teratur, bukannya suatu monopoli
yang tidak teratur. Operasi setempat dapat dan hams didesentralisasikan, yang
dilaksanakan dengan pemberian lisensi, namun integrasi adalah penting sekali.
Kembali kepada AT&T tahun 1900, karena telah mendapatkan untung besar di
luarnya, Vail mengambil alih kepresidenannya tahun 1907 dan dua tahun kemudian
merencanakan memborong saham Western Union, perusahaan telegraf yang
utama (lihat hlm. 169). Ia juga memperketat pengendalian atas pembiayaan
perusahaan-perusahaan pemegang lisensi.
Jumlah perusahaan yang memberikan lisensi itu banyak sekali bertambah
setelah dibebaskannya paten Bell tahun 1893, namun terdapat pula pertambahan
jumlah pemsahaan telepon lokal yang bebas: ada 87 daripadanya tahun 1894,
dan lebih dari 3.000 sepuluh tahun kemudian, banyak daripadanya di Midwest.
Dalam dekade setelah tahun 1907, Vail lihai sekali dalam mengambil keuntungan

184
Proses dan Pola-pola

dari kepedulian publik yang semakin bertambah bahwa persaingan adalah buang-
buang tenaga saja apabila tujuannya layanan umum: sebagaimana dikemukakan
oleh Mahkamah Agung Negara-Bagian Kansas tahun 1915, 'dua sistem telepon
yang melayani konstituen yang sama menempatkan ['dapat menempatkan'
merupakan suatu susunan kata yang lebih baik] suatu beban yang tidak berguna
bagi masyarakat, menimbulkan kesedihan dalam hati dan kejengkelan bagi jiwa'.
Namun, apapun yang mungkin ditulis Vail tentang pentingnya pengendalian
dan pengaturan negara, ada keberatan yang kuat dari Amerika—lokal dan
nasional—di luar dan di dalam pemerintahan—terhadap monopoli AT&T sebagai
suatu alternatif bagi persaingan. 'Kami tidak meminta pemerintah bertarung
dalam pertempuran bagi kami,' demikian dinyatakan tahun 1910 oleh the National
Association of Independent Telephone Exchanges, yang didirikan tahun 1897,
'namun kami memang meminta perlindungan dalam menghadapi cara-cara
peperangan yang kotor, illegal dan merusak kesejahteraan rakyat.' Dalam apa
yang menjadi proporsi suatu perjuangan Darwinisme Sosial, Vail telah
mendapatkan keuntungan khusus. Ia percaya terhadap penelitian, sedangkan
kebanyakan perusahaan tidak percaya, dan satu generasi setelah berakhirnya
paten-paten Bell yang asli, maka the Bell Telephone Laboratories, yang akan
dikenal di seluruh dunia, didirikan secara resmi pada tahun 1925.
Dalam hubungannya dengan soal monopoli, sebuah kompromi antara apa
yang tampaknya merupakan pendekatan yang berbeda secara radikal terhadap
masalah-masalah yang sulit, baik yang praktis maupun yang teoritis, telah dapat
dicapai pada tahun 1913 dan dikukuhkan kembali setelah Perang Dunia I dalam
Akta Graham tahun 1921. Pada tahun 1913, AT&T mengeluarkan Western
Union, menjadikan lini-lini tol jarak-jauhnya dapat dipakai oleh orang-orang
yang bebas, dan setuju untuk bekerja dengan the Interstate Commerce
Commission untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu bila membuka
sistem-sistem telepon yang baru. Akta Graham, yang mengakui hal ini,
membebaskan AT&T dari ketentuan Undang-undang anti-TVust, dan meskipun
AT&T terus menghadapi permusuhan dari orang-orang yang menentang
monopoli, dan mulai sejak tahun 1934 dan selanjutnya dihadapkan kepada
pertanyaan-pertanyaan dalam the Federal Communications Commission (lihat
hlm. 272), maka pada permulaan Perang Dunia II, ia menguasai 83 persen dari
semua telepon Amerika Serikat dan 98 persen dari kawat tol jarak-jauh. Ia
juga mempunyai monopoli total dari radio telephony seberang lautan. Ia
merupakan perusahaan terbesar dalam sejarah.

185
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Ada pula keserupaan di seberang lautan, dengan berbagai negara yang


dengan perlahan-lahan menjangkau idealisme 'layanan universal', sebagaimana
yang mereka lakukan dalam evolusi sistem pos, tetapi pada umumnya berpegang
pada Kantor-Kantor Pos mereka untuk menentukan kebijakan telekomunikasi.
Meskipun setelah tahun 1918, jumlah telepon pada setiap ribu orang terus
bertambah, dengan suatu jeda ketika Depresi Besar dan Perang Dunia II, namun
barulah pada tahun 1950-an kenaikan itu mulai diidentifikasi sebagai suatu
kecenderungan sosial yang utama.
Di Inggris, suatu Telephone Develoment Association dibentuk tahun 1924
dan melaksanakan kampanye-kampanye iklan, namun terlepas dari pertambahan
sejumlah 40 persen dalam penyewaan dari Kantor Pos dan suatu pertambahan
sebanyak 50 persen dalam panggilan jalur utama, hanya terdapat 32 telepon
bagi setiap seribu penduduk pada tahun 1928, dibanding 150 perseribu orang
di Amerika Serikat. Teknologi juga tertinggal jauh di belakang. Apa yang
digambarkan sebagai 'otomatisasi yang mantap' terus berlanjut dalam tahun
1930-an, akan tetapi masih belum ada sistem dial nasional pada tahun 1938.

Nirkabel (wireless)

Sejarah awal nirkabel lebih banyak hubungannya dengan telegraf dibandingkan


dengan telepon, meskipun setelah perkembangan siaran radio keturunan Puskas
memperoleh kepentingan baru dalam tinjauan kembali, dan di tahun 1925 Sir
Frank Gill, yang ikut-serta dalam pembicaraan Kantor Pos yang membawa
kepada diciptakannya BBC, telah menekankan bagaimana 'telepon memiliki
beberapa dari sifat baik surat maupun surat-kabar. Ia dapat diselimuti dengan
kerahasiaan... atau dapat pula disiarkan kepada jutaan orang sekaligus.'
Sains di belakang nirkabel memiliki sejarah yang panjang, bahkan
mendahului karya ilmuwan Jerman Heinrich Hertz (1857-1894). Dialah yang
telah memperkuat secara eksperimental karya teoritis brillian satu generasi
sebelumnya dari seorang ilmuwan Inggris James Clerk Maxwell (1831-1874),
yang telah memformulasikan pada tahun 1864 persamaan matematis mendasar
yang berkenaan dengan bidang elektromagnetik. Baik Hertz maupun Maxwell
keduanya meninggal di usia muda. Oliver Lodge, yang lahir tahun 1851, meninggal
sebagai seorang yang amat tua tahun 1940, dan dialah yang kemudian
mendemonstrasikan gelombang-gelombang Hertzian, sebagaimana gelombang
itu langsung dinamakan di the Royal Institution tahun 1895. Ia juga telah

186
Proses dan Pola-pola

menciptakan sebuah 'penghubung [coherer]', sebagaimana dinamakannya, yaitu


suatu penerima gelombang Hertzian dengan sebuah tabung pengisi besi, tanpa
pernah menyadari kepentingan ekonomis dari kaiyanya itu. Baginya penghubung
hanyalah sebuah alat pendidikan.
Juga terdapat para perintis radio di negara-negara lain, seperti A. S. Popoff
(1859-1906) di Rusia, Edouard Branly (1844-1940) di Prancis, dan Augusto
Righi (1850-1920) di Italia, sehingga ketika Guglielmo Marconi (1871-1937)
tiba di Inggris dalam bulan Juni 1896 untuk mendemonstrasikan apa yang
dinamakannya 'perbaikan dalam mentransmisikan impuls dan tanda-tanda listrik',
seorang penulis dalam the Quarterly Review dapat menilai bahwa 'Mr Marconi
hanya memperkenalkan suatu cara lain untuk melakukan apa-apa saja yang
telah dilakukan di masa lalu.' Adalah 'kewarganegaraannya, kemudaannya,
dan upaya-upaya yang tidak berarti untuk mengecilkan keberhasilannya', hanya
itu saja yang 'menarik perhatian Pers'. 'Adalah baik sekali,' demikian kesimpulan
oleh seorang penulis yang tidak mau menyebutkan nama, 'bahwa Pers kadang-
kadang bangun untuk melangkah dengan cepat ke depan sains praktis.
Peradaban maju lebih banyak karena kontribusi para insinyur yang bekerja,
bukan karena perdebatan kaum politikus.'
Dalam kenyataannya, Marconi telah berbicara, jika bukan kepada para
politikus itu, maka kepada para pegawai pemerintahan, perwira angkatan laut
dan angkatan darat, serta kepada para ilmuwan, termasuk A. A. Campbell
Swinton, seorang nabinya televisi (lihat hlm. 213), kepada siapa ia telah
memperkenalkan dan yang menyampaikan sebuah undangan untuk bertemu
dengan Sir William Preece, yang telah melakukan pembicaraan tidak resmi
dengannya di Kantor Pos (lihat hlm. 189). Salah seorang perwira angkatan
laut, Kapten H. B. (kemudian menjadi Sir Henry) Jackson, sendiri telah mulai
melakukan eksperimen dengan radio setahun sebelumnya, dalam bentuk yang
sangat terpisah dari setiap orang lain, dan dia dan Marconi sekarang sedang
melakukan ujian lapangan dengan armada Inggris dengan lini-lini yang serupa
dengan percobaan yang dilakukan terhadap armada Rusia oleh Popoff.
Kebutuhanlah, dan bukannya kemajuan sains, yang mendorongnya. Kapal-
kapal yang berbadan besi itu menuntut cara-cara pemberian sinyal yang baru,
persis sebagaimana 'kuda besi' kereta-api memerlukan itu dua generasi
sebelumnya.
Dalam hubungan ini, nirkabel, puncak dari sejarah komunikasi abad ke-
19, dianggap hanya sebagai pengganti dari telegraf berkabel itu, persis
sebagaimana mobil, yang menjadi titik tertinggi dari sejarah transportasi abad

187
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

ke-19, dianggap sebagai kereta tak berkuda: hanya para pemilik keretalah yang
menginginkannya. Akibatnya adalah bahwa radio memiliki kegunaan paling
praktis di samudera luas atau di benua-benua yang jarang penduduknya, dan
kenyataan bahwa pesan-pesan yang dikirimkannya dengan sinyal, semuanya
dalam Morse, dapat ditangkap oleh orang-orang yang bukan untuk mereka
saja pesan-pesan itu ditujukan—dimensi siaran radionya—dianggap bukan
merupakan suatu kelebihan akan tetapi suatu kerugian yang gawat. Demikian
pula, mobil adalah suatu barang mewah, dan tidak ada orang yang dapat
membayangkan ada mobil di sebuah rumah di daerah pedesaan lengkap dengan
garasinya, lebih daripada sebuah rumah serupa yang kemudian akan diasosiasikan
dengan sebuah perangkat nirkabel.
Ketika mengunjungi Inggris, Marconi menginginkan hasil yang cepat, dan
ketika ia mendirikan Wireless Telegraph and Signal Company-nya tahun 1897,
ia memusatkan perhatian terutama terhadap penyediaan dan penjualan alat
nirkabel kepada para pelanggan komersial dan pemerintahan dengan berskala
besar. Ia juga memikirkan royalti: tahun 1897, lebih dari seratus pesan telah
disampaikan antara Ratu Victoria di Osborne House di Isle of Wight dan kapal
pesiar kerajaan Prince of Wales di luar Cowes, di mana Marconi terbaring sakit
di tempat tidur. Marconi tidak memiliki visi tentang radio sebagai alat untuk
menyebar-luaskan berita. Bahkan ia tidak pernah menggunakan istilah 'radio'.
Dan dalam hal ini ia tidak sendirian. Tahun 1899, misalnya, The Electrician
mengatakan bahwa 'pesan-pesan yang menyebarkan siaran hanya membuang-
buang energi dengan melakukan perjalanan secara gigih tanpa guna menuju
angkasa luas'.
Preece, seorang anggota pendiri dari the Society of Telegraph Engineers,
yang dibuat tahun 1871 dan mengubah namanya pada tahun 1889 menjadi the
Institution of Electrical Engineers, bersikap hati-hati sekali terhadap kemungkinan
paten Marconi itu bahkan di dalam konteks di mana Marconi sendiri
menempatkannya; dan bahkan setelah Marconi menyiarkan pesan-pesan
melintasi Terusan ke Prancis tahun 1899, Preece memperingatkan bahwa 'telegraf
nirkabel itu dalam bentuknya yang sekarang dan kecepatannya yang terbatas'
(suatu pembatasan yang sesungguhnya) tidak dapat ditempatkan dalam kategori
yang sama dengan 'sistem yang lama'. Karena lebih bersifat birokratis dalam
pendekatannya terhadap perkembangan komunikasi ketimbang entrepreneurial,
maka ia percaya sebagai suatu kenyataan bahwa 'merupakan hal yang paling
buruk yang mungkin terjadi bagi penemuan [seperti penemuan Marconi itu] apabila
jatuh ke tangan sebuah perusahaan. Kita hanya perlu melihat kepada telepon

188
Proses dan Pola-pola

agar yakin mengenai hal ini.' Namun, pendirian Preece itu bukannya tidak
mendapat tantangan. Chamber's Journal, yang melaporkan salah satu dari
pidatonya, menempatkannya di samping sebuah berita yang berjudul 'Burung
Merpati Pesuruh Yang Mulia Ratu'.
Ada kegembiraan rakyat yang langsung, sebagaimana dicatat oleh penulis
dalam the Quarterly Review tahun 1898, tentang alat transmisi pesan-pesan
Marconi itu—'alat yang tidak dapat dibatasi, tidak dapat dipahami, hebat sekali,
yaitu eter'; dan ia menyarankan dengan cara yang kuno bahwa istilah yang baik
bagi sistem itu adalah 'telegraf eterik', karena 'sesungguhnya ia bukanlah
nirkabel'. Kawat-kawat digunakan 'pada masing-masing ujungnya sebagai
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perangkat itu'. Seorang penulis yang
lain menyatakan bahwa 'mukjizat' nirkabel itu terdiri dari kenyataan bahwa ia,
lebih dari segala-galanya, 'bersifat misterius', sama dengan sinar X, yang baru
saja ditemukan pada tahun 1895. Ia merupakan sesuatu yang paling dekat yang
dicapai dunia dalam telepati.
Potensinya baru menjadi jelas bagi banyak orang, sebagaimana juga bagi
para pakar yang menyatakan dapat berbicara dengan otoritas, ketika radio telah
memasuki rumah-rumah, pertama-kali di Amerika Serikat, dan kemudian di
Inggris dan Belanda. Namun sebelum diciptakannya lembaga-lembaga untuk
menyampaikan 'acara', suatu jaringan amatir yang amat bersemangat terhadap
radio itu, yang dikenal sebagai 'amatir (hams)', telah membuat hubungan-
hubungan nasional dan internasional, yang sebagian besar dari mereka
menggunakan Morse, sedangkan yang lain-lain menggunakan telepon. Mereka
digambarkan dengan pandangan ke masa depan pada tahun 1912 dalam sebuah
buku Amerika oleh H. Collins, The Wireless Man, sebagai sekurang-kurangnya
dalam potensinya saja 'kumpulan pendengar yang terbesar di seluruh dunia'.
Ketika itu diperkirakan sudah ada 122 buah kelompok nirkabel ada di Amerika.
Saat itu telah mungkin untuk menulis perihal jumlah para pendengarnya
hanya karena ada serentetan penemuan dalam periode antara tahun 1890-an
dan 1920-an, yang sebagian daripadanya merupakan hasil penelitian ilmiah yang
hati-hati sekali, sedangkan yang lain-lain didorong oleh situasi khusus Perang
Dunia I, ketika radio digunakan untuk tujuan-tujuan militer. Namun demikian,
penggunaan teknologi itu di masa depan sebenarnya telah dapat diramalkan jika
faktor-faktor sosial ikut diperhatikan, dan bukannya dianggap remeh ketika
nirkabel itu berada dalam pipa-pipa. Misalnya, ketika Sir William Crookes,
dalam sebuah artikel Inggris yang banyak sekali dikutip orang pada tahun 1892,
mengajukan 'kemungkinan-kemungkinan yang membingungkan dari telegraf tanpa

189
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 18. Guglielmo Marconi ketika muda. la datang ke London dari Italia dalam
bulan Februari 1896 dengan seperangkat alat-alat tanpa kabel, la mendirikan
perusahaannya Wireless Telegraph and Signal Company di tahun 1897.

kawat, tonggak kawat, kabel atau apa saja dari peralatan-peralatan yang mahal
yang ada sekarang ini yang memberikan sedikit sekali dalil-dalil yang masuk
akal', dia tidak mengemukakan apa yang terjadi selanjutnya.
Marconi mengikuti garis perkembangannya sendiri, dengan menggerakkan
imajinasi Amerika ketika pada tahun 1899 ia menerima komisi tunai dari James
Gordon Bennett Jr., pemilik the New York Herald, untuk meliput pertandingan
yacht Piala Amerika, dan menangkap baik imajinasi Amerika maupun imajinasi
Eropa pada tahun 1901 ketika ia mengirimkan sebuah pesan nirkabel sepanjang
dua-ribu mil melintasi Atlantik ke Cornwall dari Newfoundland. Juga terdapat
suatu putaran bisnisdalam kisah ini. The Anglo-American Telegraph Company
memegang monopoli telegraf di Newfoundland dan mengeluarkan tim Marconi
dari pulau itu, yang kemudian lepas dari Kanada.
Publ is i tas selanjutnya tidak perlu dilakukan. Tahun 1904, nirkabel menjadi
headline ketika ia digunakan untuk melaporkan penahanan Dr Crippen, seorang

190
Proses dan Pola-pola

pembunuh yang melarikan diri dari Inggris ke Kanada melalui laut dengan teman
kencan wanitanya. Delapan tahun kemudian, stasiun Marconi di Long Island-
lah yang mendengarkan pesan-pesan SOS dari kapal legendaris, Titanic, yang
sedang tenggelam itu dan mengirimkan berita tersebut ke Gedung Putih: seseorang
yang kemudian akan menjadi terkenal (lihat hlm. 195-196), David Sarnoff (1891-
1971) adalah operatornya. Tahun 1906, Kongres Dunia kedua tentang Telegrafi
Nirkabel, diadakan di Berlin—yang pertama telah diadakan tahun 1903—setuju
bahwa SOS itu dijadikan panggilan standar dalam keadaan bahaya. Berlin dalam
kenyataannya berada di luar imperium Marconi: Jerman telah memiliki sistem
nirkabel Telefunken mereka sendiri.
Yang tidak kurang pentingnya bagi Marconi dibandingkan dengan publisitas
adalah memperoleh paten-paten lain bagi peralatan-peralatan radio dan menjaga
apa yang telah dimilikinya: ia membentuk sebuah perusahaan sampingan di
Amerika pada tahun 1899 dan masih belum menghadapi persaingan dari
perusahaan Amerika tahun 1901 kecuali perusahaan-perusahaan kabel. Sebuah
studi sejarah yang lebih awal —Radio: Beam and Broadcast oleh A. B. Morse
tahun 192S setelah dimulainya siaran radio—menceritakan kisah perkembangan
radio pada umumnya melalui catatan kantor paten tentang 'penemuan-penemuan
yang dipakai sekarang ini atau nenek-moyangnya yang langsung'. Ini adalah
kisah yang memberi warna bam di Amerika Serikat setelah terbentuknya suatu
badan bam di bulan Oktober 1919, the Radio Corporation of America (RC A),
'suatu versi sipil dari monopoli militer yang telah menguasai radio ketika masa
perang'. Ia mengambil alih semua paten Marconi. Seandainya Marconi seorang
warganegara Amerika, maka pemsahaannya yang amat berhasil itu mungkin
sekali bakal mengikuti jalan alternatif AT&T (lihat hlm. 184-185).
RC A adalah sebuah perusahaan yang mendapat persetujuan dari
pemerintah, yang mengadakan hubungan intensif dengan AT&T, General Electric
dan Westinghouse, yang sekarang sedang membangun perangkat-perangkat
nirkabel sipil, namun ia dan mereka hams menyibukkan diri bukan saja dengan
paten dan para pesaing, melainkan juga dengan tuntutan-tuntutan persaingan
untuk memasuki spektrum radio pemerintah—terutama dengan radio angkatan
bersenjata—dan dari sejumlah besar radio 'amatir' yang kini telah sangat
diperlebar, sebuah angkatan perang yang juga mempunyai batalion-batalion di
sisi Atlantik yang lain.
Menumt ketentuan Akta Radio tahun 1912, akta pertama yang disetujui
di Amerika Serikat, pesan-pesan radio 'amatir' itu dibatasi oleh undang-undang
pada panjang gelombang 200 meter atau kurang dari itu, suatu batasan yang

191
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dinaikkan pada beberapa negara-bagian menjadi 425 meter tahun 1915.


Terlepas dari tekanan angkatan darat dan angkatan laut, telah ada perlawanan
di dalam dan di luar Kongres untuk peraturan manapun. 'Kami telah tumbuh-
kembang dan terdidik dengan gagasan bahwa udara itu secara mutlak bebas
untuk semua orang.' Kenapa harus dibatasi? Pertanyaan yang sama juga
dikemukakan di Inggris sebagaimana juga di Amerika Serikat setelah Perang
Dunia I, ketika siaran amatir tidak diperbolehkan karena alasan-alasan yang
datang dari angkatan laut dan angkatan darat. Tahun 1921, bagi seorang juru-
bicara the Wireless Society di London, yang kini seluruhnya telah dikerahkan
bagi telepon radio, 'setiap orang Inggris berhak untuk mendengarkan apa yang
sedang terjadi di dalam eternya asal saja perangkat audionya itu tidak mengganggu
tetangganya'.
Di semua negara kebanyakan 'amatir' itu menggunakan perangkat kristal
yang murah yang mereka buat sendiri. Mereka beruntung karena perangkat
kristal itu telah ditemukan pada akhir abad ke-19 bahwa beberapa jenis kristal
dapat digunakan sebagai detektor gelombang nirkabel yang dapat didaftarkan
dan diklasifikasikan, sebagaimana pada tahun-tahun antara tahun 1908 dan 1911.
Ada sebuah peralatan kristal yang terkenal baik yang berada di pasar sebelum
tahun 1914—Perikon—sebuah titik kuningan di permukaan sepotong silikon,
baik yang telah dikilapkan maupun yang belum, yaitu sebuah zat dengan suatu
masa-depan yang lebih romantis bahkan jika dibandingkan dengan perangkat
milik para amatir itu sendiri. Sejarah rinci transistor yang pertama dan 'kelahiran
masa informasi' akan dinamakan Api Kristal.
Di Inggris, menurut ketentuan the Wireless Telegraphy Act tahun 1904,
semua transmiter dan penerima sinyal-sinyal nirkabel harus memiliki lisensi dari
Kantor Pos, dan Perusahaan Marconi memegang suatu 'Lisensi Umum' pada
tahun 1920 untuk 'melakukan telepon eksperimental'. Akan tetapi, hal tersebut
mendapat perlawanan keras dari the Wireless Telegraphy Board, di mana terdapat
perwakilan militer yang kuat, setelah ia mulai menyiarkan konsert Marconi dari
Chelmsford. Siaran-siaran seperti itu, demikian Board, tidak hanya mengganggu
pesan-pesan pertahanan, tetapi juga mengubah arti nirkabel itu, yang semestinya
menjadi 'abdi umat manusia', menjadi 'sebuah mainan untuk menghibur anak-
anak'; dan berdasarkan nasehat mereka maka izin bagi Chelmsford untuk
mengadakan siaran telah ditarik kembali pada musim gugur di tahun yang sama.
Hal ini selanjutnya menjadikan 'para amatir' itu protes. Sekarang karena
mencari baik untuk berkomunikasi dengan masing-masing maupun untuk
mendengarkan acara-acara radio yang dibuatkan untuk mereka, maka mereka

192
Proses dan Pola-pola

membuat sebuah petisi yang ditanda-tangani oleh enam-puluh tiga masyarakat


nirkabel yang memaksa the Postmaster General, yang sendiri telah menyebutkan
konser itu 'tidak keruan', untuk berpikir kembali. Ketika menyerah pada bulan
Desember 1921, ia bersikap berhati-hati untuk menyatakan bahwa dilanjut-
kannya konser itu kembali adalah untuk 'kepentingan the Wireless Societies'.
Masih belum ada perasaan akan sebuah 'hadirin yang besar'.
Stasiun Perusahaan Marconi pertama yang memberikan konser selama
setengah jam setelah dilanjutkan kembali itu adalah Writtle, dekat Chelmsford.
Konser pertama itu, yang digambarkan secara sederhana oleh para pembuatnya
sebagai 'pekerjaan para insinyur', disiarkan tanggal 14 Februari 1922, dan yang
terakhir pada tanggal 17 Januari 1923. Para insinyur itu membuktikan diri sebagai
penyiar berita yang cemerlang dan sangat informal: piring hitam merupakan bahan-
pokok utama, namun mereka menyiarkan sandiwara radio pertama, Cyrano de
Bergerac. Peter Eckersley, pemimpin alami dari kelompok itu, akan menjadi
Insinyur Kepala pertama dari BBC, yang akan didirikan dalam musim gugur
tahun 1922 sebelum Writde ditutup.
Sebelum tahun 1914 terdapat tiga orang penemu yang sangat menonjol,
seorang Inggris, seorang Amerika dan seorang Kanada, yang merintis jalan ke
arah siaran bersuara. Tahun 1904, Ambrose Fleming (1849-1945), seorang
Guru Besar di University College, London—ia telah menghadiri kuliah-kuliah
Maxwell—mengadakan katup thermionic yang telah digambarkan jauh sebelum
microchip sebagai 'raksasa kecil yang paling kecil dalam sejarah'. Sebuah
lompatan yang lebih besar lagi dilakukan dua tahun kemudian oleh Lee de Forest
(1873-1961) di Palo Alto: ia menambahkan sebuah elektroda ketiga dalam
bentuk sebuah jaringan antara katoda dan anoda dari katup dioda Fleming,
yang digambarkan di Amerika Serikat sebagai sebuah tabung vakum. Yang
terakhir adalah sebuah paten British Marcony Company, sebagaimana juga
sebuah paten katup oleh H. J. Round, dan muncul pula perselisihan paten yang
berlarut-larut sampai melampaui masa berakhirnya paten Forest tahun 1922.
Memang, baru pada tahun 1943 Mahkamah Agung Amerika Serikat memutuskan
bahwa Forest memiliki tuntutan satu-satunya bagi triodanya, atau 'audion'
sebagaimana yang dinamakannya. Ini lebih dari suatu perbaikan: ia
memungkinkan sinyal radio yang lemah—tidak hanya dalam Morse tetapi juga
dalam kata-kata dan musik—untuk diperkuat dan mencapai jarak yang lebih
jauh. Dengan perasaan bangga sekali Forest menamakan dirinya sendiri sebagai
'bapak radio'.

193
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Orang ketiga dalam trio itu, Reginald Fessenden (1866-1932), seorang


Kanada, mempergunakan sebuah alternator frekuensi tinggi untuk membuat
'kejadian pertama' dalam dekade pra-1914, suatu konser nirkabel yang
disiarkannya dari Brant Rock, Massachusetts, pada Malam Natal 1906, dan
dapat ditangkap di tempat-tempat yang jauh sampai ke Karibia. Fessenden
sendiri memainkan biola, menyanyikan lagu-lagu Natal dan mempersembahkan
Largo Handel di atas fonografnya. 'Jika ada orang yang mendengarkan saya',
demikian ia berkata kepada para pendengar yang tidak diketahuinya itu, 'harap
menulis surat kepada Mr. Fessenden di Brant Rock.' Beberapa tahun kemudian,
Forest, yang menyiarkan dari kapal-kapal angkatan laut Amerika mencapai suatu
kalangan pendengar yang berbeda dan tidak diketahui ketika ia mengirim pesan-
pesan dari Menara Eifel di Paris yang telah menyiarkan tanda-tanda waktu (lihat
hlm. 159).
Forest, yang dikatakan tak memiliki naluri bisnis, tetapi menjadi 'seorang
amatir yang dilahirkan[a bom ham]', telah melihat perlunya suatu layanan seperti
itu sebelum tahun 1914. Karena itu, ia bersikukuh agar ia terus menyajikan
siaran konser-konser setelah merundingkan sebuah perjanjian dengan AT&T
tahun 1914, dengan mana ia menjual pada Perusahaan itu paten audionnya
sedangkan ia setuju untuk tidak ikut dalam transmisi suara titik-demi-titik dengan
radio dari para pengirim tertentu kepada para penerima tertentu. Forest ingin
memusatkan perhatian pada penyiaran konser—terutama sekali opera—ke
rumah-rumah orang, dan pada tahun 1910 ia menyiarkan langsung dari Opera
Metropolitan New York, dengan Enrico Caruso sebagai salah seorang soloisnya.
Ia telah memikirkan siaran itu sebagai sebuah media, dan percaya, sebelum
teknologinya siap—bahwa hal itu akan menjadi bisnis besar. Ketika Eropa
sedang dilanda Perang Dunia I, sementara Amerika Serikat belum terlibat, ia
menyiarkan pertandingan football antara Yale/Harvard tahun 1916, dan pada
malam pemilihan umum pada tahun yang sama ia menyiarkan liputan enam jam
tentang hasil-hasil pemilihan presiden yang mengantarkan Woodrow Wilson
(1856-1924) ke Gedung Putih. (Ia keliru menyiarkan bahwa Wilson kalah,
sebagaimana juga sebagian dari pers.)
Bahkan sejak tahun 1916, kebanyakan pakar nirkabel Inggris, termasuk
tokoh-tokoh utama dalam the Wireless Society di London, di mana Crookes
dan Lodge menjadi anggota kehormatannya, merasa tidak yakin bahwa telepon
nirkabel itu memiliki masa depan seperti yang dibayangkan Forest Adalah tidak
'begitu jelas', demikian salah seorang dari mereka menulis pada tahun 1913,
'dari pihak mana tuntutan pasti pertama' untuk telepon nirkabel itu akan datang.

194
Proses dan Pola-pola

Namun pada tahun itu juga the Illustrated London News telah memperlihatkan
gambar-gambar para pendengar Inggris yang sedang memakai pakaian malam
resmi, sedang hanyut mendengarkan melalui earphone bukan kata atau musik,
akan tetapi tanda waktu.
Presiden Society itu tahun 1914 adalah Campbell Swinton, yang punya
visi jauh ke depan sekaligus juga hati-hati sekali. Ia mengatakan kepada para
anggotanya bahwa dengan sedikit imajinasi orang dapat membayangkan bahwa
dalam waktu yang tidak begitu lama lagi stasiun-stasiun yang menerima nirkabel
secara khusus akan didirikan dalam ruangan-ruangan yang merupakan istana
gambar dan bahwa orang akan mampu pergi ke sana dan 'mendengarkan viva
voce semua pembicara terkemuka, meskipun mereka mungkin berbicara dari
j arak yang ratusan mil j auhnya'. Namun itu bukanlah merupakan bentuk masa-
depan. Telepon nirkabel, sama dengan telepon, akan menginvasi rumah-rumah.
Seorang pakar hukum London, yang menulis pada tahun 1924, menamakannya
'suatu ikatan perhatian baru bagi keluarga' dalam sebuah artikel yang beijudul
'The Revival of Home Life'.
Setelah Forest, aspek masa-depan ini disadari oleh Arthur Burrows
(1882-1947), yang bekerja bagi the Marcony Company ketika masa perang,
yang mengumpulkan, mengedit dan menyebar-luaskan pesan-pesan nirkabel yang
dapat ditangkap, dan oleh David Samoff yang melintasi Atlantik (lihat hlm. 191),
yang akan menjadi manajer komersial pertama dari RC A. Ketika perang, Samoff
telah merancang 'sebuah Kotak Musik Radio yang sederhana... yang ditata
untuk beberapa panjang gelombang yang berbeda-beda yang hams dapat
diganti-ganti dengan memutar sebuah kenop atau menekan sebuah tombol saja'.
'Masalah mentransmisikan musik dapat diselesaikan', demikian katanya, dan
tidak ada imajinasi yang diperlukan 'untuk meramalkannya'. Dan musik dapat
pula ditambah dengan 'warta-berita, perkuliahan dan angka-angka'.
Samoff sedang memikirkan 'broadcasting', meskipun ketika itu ia tidak
memakai kata itu, yang diambil, seperti kata 'budaya' dan 'kultivasi', bukan
dari teknologi atau industri akan tetapi dari pertanian: benih broadcasting itu
ditanamkan secara tersebar dengan bebas, bukan dengan latihan atau dalam
baris-barisan. Penyebaran itu, sebagaimana telah kita lihat (lihat hlm. 188),
pertama kali dipikirkan sebagai sebuah 'media', kerugian itu telah diubah menjadi
suatu alasan. Samoff ingin menjadikan 'radio itu berguna dalam rumah-tangga
sama halnya dengan piano dan gramofon'. Ia juga mengusulkan agar setiap
pelanggan baru harus dikirimi beberapa eksemplar jurnal khusus the Marconi

195
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Company, Wireless Age, yang telah mengubah namanya dari Marconigraph


pada tahun 1913.
Adalah ironis bahwa peramal cuaca Inggris, dan bukan Amerika, yang
memasukkan iklan ke dalam visi siarannya. 'Tidak akan ada kesukaran teknis',
demikian Burrows menjelaskan, 'dalam cara suatu agen iklan yang mencari untung
menggelar saat-saat tertentu dalam acara musik untuk diisi dengan iklan-iklan
yang dapat didengar, seman yang menyedihkan atau dipaksakan—dengan nada-
nada yang pantas— untuk kepentingan sabun atau kecap tomat seseorang'.
Terdapat pula hal-hal lain yang ironis. Untuk membiayai acara siaran, Sarnoff
mempercayakannya pada suatu konsorsium yang sangat kuat terdiri dari pembuat
dan penjual radio, yang meliputi seluruh negara itu, yang tidak serupa dengan
apa yang pada akhirnya diundang Kantor Pos Inggris di London tahun 1922,
dan dari mana keluarlah BBC sebagai sebuah monopoli. Bagi Sarnoff, 'industri
itu sendirilah yang harus bertanggung-jawab dalam mempertahankan dan
mendukung stasiun siaran yang sesuai sehingga perangkat-perangkat yang telah
dijual kepada publik dan yang mereka beli itu bukanlah sebuah kulkas tanpa
es'.
BBC, yang didirikan sebagai sebuah monopoli karena alasan-alasan teknis,
memperoleh pendapatannya yang pertama bukan dari iklan akan tetapi dari
honorarium penjualan perangkat nirkabel dan pembayaran lisensi. BBC dijadikan
suatu monopoli karena putusan pemerintah bahwa karena terdapat tuntutan-
tuntutan yang saling bersaing untuk mendapatkan spektrum yang langka itu, maka
harus ada satu saja organisasi broadcasting. Di Amerika Serikat, karena tidak
ada Kantor Pos di belakangnya—dan dengan tidak adanya kehendak untuk
mengatur spektrum yang langka itu—maka suatu penyelesaian seperti itu tidak
pernah dipertimbangkan. RCA tidak dapat bertindak sebagai sebuah monopoli.
AT&T juga tidak berhasil, sebagai suatu 'pengantar umum', dalam upaya
mempromosikan pembuatan acara dengan cara menjual waktu jaringan atas
dasar pajak kepada calon pelanggan dalam bentuk seperti menjual waktu telepon
kepada para pelanggan.
Broadcasting di Amerika mulai dengan cara yang berbeda. Lakunya radio
yang luar biasa pada tahun 1922, digambarkan seperti 'booming' terusan dan
rel kereta-api, seperti keranjingan, sesuatu yang sangat mengagetkan Amerika.
Dan sejumlah besar stasiun radio yang muncul dengan berbagai jenisnya, ada
yang berasosiasi dengan surat-kabar, yang lain dengan organisasi bisnis eceran,
ada yang dengan kota-kota, ada pula yang dengan sekolah dan universitas.
Menurut seorang pengamat, 'segala sesuatu yang dapat berbicara disebut stasiun

196
Proses dan Pola-pola

siaran radio [broadcasting]'. Bahkan sejak bulan Mei 1922, Kementerian


Perdagangan telah memberikan lebih dari tiga-ratus lisensi untuk siaran radio.
Stasiun-stasiun pertama yang dikenal, seperti Chelmsford dan Writtle yang berada
di Inggris, dengan tanda-tanda seruan mereka, dan yang pertama dari semua
itu, KDKA, telah dimulai pada tahun 1920 di Pittsburg. Yang memulainya adalah
seorang amatir radio, Frank Conrad, seorang insinyur Westinghouse, yang
menggunakan sebuah toko serba-ada untuk mengiklankan 'konser nirkabelnya'.
Westinghouse tertarik ketika menemukan bahwa piring hitam yang dimainkan
Conrad terjual dengan lebih baik di toko itu akibat dari siaran radionya.
Hasil pemasukan stasiun itu tinggi sekali, dan pada pertama kali semua
mereka menggunakan panjang gelombang yang sama, 360 meter, sehingga
menciptakan 'kekacauan dalam eter', 'kehancuran' yang telah diramalkan
sebelum masa perang. Pada akhir tahun 1922, jumlah lisensi telah mencapai
572 buah. Surat-kabar dan majalah membuat suplemen khusus untuk radio,
sehingga mendorong orang untuk membeli radio. Seratus-ribu buah telah terjual
tahun 1922, dan lebih dari setengah juta buah pada tahun 1923. Pada tahun
1925, telah terdapat lima setengah juta pemilik radio di Amerika Serikat, hampir
setengah dari yang ada di seluruh dunia, namun jumlah pekerja di bidang penyiaran
radio itu cenderung menurun—dan pada akhirnya muncullah jaringan-jaringan
yang kuat, yang pertama darinya adalah NBC, the National Broadcasting
Company, yang diluncurkan Samoff sebagai suatu 'layanan umum'; yang kedua
CBS, the Columbia Broadcasting System, yang didirikan tahun 1927 oleh orang
yang akan menjadi saingan utama Samoff, William Paley (1901-1990), yang
mulai dengan radio dengan mengiklankan bisnis cerutu milik bapaknya dan yang
pernah bekerja di keagenan United Independent Broadcasting.
Saham jaringan-jaringan itu bertambah dari 6,4 persen dari stasiun-stasiun
siaran radio pada tahun 1926 menjadi 30 persen pada tahun 1931, karena 'para
amatir' yang memberikan tekanan untuk diperkenalkannya acara siaran, terdesak
ke belakang, bersama dengan banyak pemilik stasiun yang kecil-kecil. Bagi
para amatir terdapat suatu kegairahan untuk mencoba mengirim pesan-pesan
yang berjarak paling jauh, namun bagi para pemilik lokal, seperti di Chicago,
yang coba memusatkan perhatian bukan pada yang jauh tetapi pada yang dekat,
terdapat kekecewaan pada saat kekuasaan jaringan yang semakin bertambah
itu menyatakan dirinya dalam penambahan program. Bagi para penggemar
'amatir' itu yang sama sekali tidak tertarik pada isi pesan, radio adalah olahraga.
Bagi jaringan-jaringan, radio adalah sebuah bisnis besar.

197
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Iklan lalu menjadi bagian dari dinamika keuangan, kendati dikritik oleh
pers. Iklan juga telah diserang pada tahun1922 dan 1923 oleh Herbert Hoover
(1874-1966), yang kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat, yang ketika
itu masih Menteri Perdagangan; dalam suatu ungkapan yang sangat menarik ia
menyatakan 'tidak dapat dibayangkan bahwa kita akan membiarkan suatu
kemungkinan yang demikian besar untuk layanan publik dan untuk berita, hiburan
dan pendidikan, sehingga tujuan-tujuan yang penting ditenggelamkan begitu saja
dalam obrolan iklan'. Hoover terbukti keliru, sebab pada tahun 1927, ketika
Hoover telah menjadi Presiden dan ketika Undang-undang pemerintahannya
yang pertama kali menetapkan Komisi Radio Federal disetujui (suatu pelaksanaan
undang-undang yang terbatas), UU tersebut membawa bahasa bukan 'layanan'
akan tetapi tentang 'kepentingan umum, kesenangan, keperluan'.
Edgar Felix, seorang konsultan penjualan radio, memandang ke belakang
dengan penuh semangat kepada proses perluasan itu sebelum ada peraturan
manapun:

Alangkah hebatnya kesempatan bagi orang iklan untuk menyebar-luaskan


propaganda penjualannya. Di sini terdapat pendengar yang tidak terhitung
jumlahnya, penuh simpati, mencari kesenangan, bersemangat, penuh keingin-
tahuan, merasa tertarik, dapat dihubungi dalam kebebasan di rumah-tangga
mereka sendiri.

Westinghouse sependapat. 'Periklanan siaran radio', demikian perusahaan itu


menegaskan, adalah 'media pernyataan bisnis di masa modem ini. Ia menjadikan
industri ini penuh artikulasi. Orang-orang bisnis Amerika, karena radio,
mendapatkan sebuah kunci yang dapat membuka pintu hampir setiap rumah di
Amerika Serikat.'
Frank Arnold, Direktur Perkembangan NBC, pergi sedemikian jauhnya
sehingga menamakan siaran radio itu 'The Fourth Dimension of Advertising'.
Namun tidak demikian yang terjadi di Inggris maupun di banyak negara
Eropa. Belanda merintis jalan dalam siaran radio yang biasa, mengemukakan
acara-acara dari den Haag dalam bulan November 1919 oleh PCGE, sebuah
stasiun radio yang didirikan oleh Nederlandse Radio-Industrie. Sampai tahun
1927, hanya ada satu saja siaran Belanda, yang dimiliki bersama secara tidak
biasa, meskipun segaris dengan sejarah Belanda, oleh lima organisasi 'sokoguru',
dengan akar-akarnya di bawah, masing-masing dengan suatu afiliasi agama.

198
Proses dan Pola-pola

Siaran radio Inggris mengambil bentuk yang berbeda. Meskipun the


British Broadcasting Company baru menerima lisensinya dari Kantor Pos pada
bulan Januari 1923, namun ia telah menyiarkan acaranya yang pertama tanggal
14 November 1922. Burrows membacakan sebuah bulletin warta-beritanya
dengan dua kecepatan (yang lambat dan yang cepat) ke dalam sebuah penerima
telepon biasa yang dihubungkan kepada alat siaran 2LO dari the Marconi
Company. Jauh terletak di Antipoda, Selandia Baru menyiarkan pesan-pesan
radionya yang pertama pada hari yang sama.
Bagaimana mengalokasikan panjang gelombang yang langka itu
merupakan suatu masalah tawar-menawar nasional yang berat, yang meng-
internasional pada tahun 1926. Sebuah Rencana Jenewa untuk panjang
gelombang Eropa yang disiapkan oleh para insinyur, disetujui pada bulan Juli
tahun itu juga; dan setahun kemudian, sebuah World Wireless Conference di
Washington, konferensi pertama yang seperti itu semenjak tahun 1912, meneliti
apa yang dinamakan Hoover 'padatnya lalu-lintas di mana komunikasi itu
dilakukan'. Konferensi selanjutnya di Praha tahun 1929 yang diatur oleh
pemerintah dan pihak yang berwenang di bidang siaran radio, menjadikan
administrasi nasional (termasuk yang dimiliki Uni Soviet, yang tidak diwakili di
Jenewa atau Washington) untuk membuat alokasi rinci dalam jumlah yang
ditentukan bagi mereka. Setiap tahun Uni Soviet merayakan tanggal 7 Mei,
yaitu hari ulang tahun demonstrasi radio Popoff tahun 1895, dan siaran radio
publik yang pertama diadakan tahun 1919, namun terdapat sedikit saja pendengar
radio yang berskala massa sampai akhir tahun-tahun 1920-an.
Di seluruh negara yang peduli dengan perkembangan siaran radio, aktivitas
itu diserahkan pada lembaga-lembaga siaran radio yang baru saja ditata, baik
lokal, maupun regional dan nasional, yang berkembang dengan cepat sekali pada
tahun 1920-an. Mereka menggunakan teknologi radio yang sama, akan tetapi
memiliki tatanan berbeda-beda. Sebagian bersifat komersial; sebagian
dikendalikan pemerintah; sebagian lagi, seperti BBC, yang dibentuk oleh John
Reith (1889-1971), yang memberikan namanya dalam bentuk kata-sifat
'Reithian', bukan bersifat komersial dan bukan pula dikendalikan pemerintah.
Namun demikian, terlepas dari strukturnya, mereka harus sama-sama memiliki
apa yang dinamakan 'peranan calo budaya' dengan industri piringan hitam
gramofon, sinema, seni pentas, badan-badan olahraga dan 'sampai ke suatu
batas juga surat-kabar'. Masing-masing memiliki sejarahnya sendiri dan
organisasinya sendiri.

199
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Terdapat suatu titik simbolis dalam waktu, setelah siaran radio meman-
tapkan diri, ketika kisah nirkabel yang terdahulu berakhir, suatu titik yang diam.
Marconi meninggal tanggal 20 Juli 1937, dan keesokan harinya hampir semua
stasiun nirkabel di seluruh dunia, termasuk stasiun siaran radio, yang sebelumnya
tidak begitu tertarik dengannya, mengheningkan cipta selama satu atau dua menit.
Itu merupakan suatu momentum yang unik dalam sejarah mereka yang barangkali
hanya dapat diperbandingkan dengan hari-hari yang hanya ada dalam khayalan,
hari-hari dimana surat-kabar tidak punya berita untuk dimuat.

Sinema dan Televisi

Radio membawa lebih banyak hiruk-pikuk ke dalam dunia, termasuk musik


yang melatar-belakanginya, yang amat tidak disenangi oleh orang-orang yang
merasa bahwa musik itu perlu didengarkan dengan tenang. Dalam pada itu,
sejarah sinema, yang pada mulanya merupakan film bisu, yang terentang ke
belakang sebelum Marconi, tidak berfungsi sebagai sebuah model bagi Reith;
dan di Amerika Serikat, sebagaimana di Inggris, asal-usul radio dan sinema
berbeda sekali. Akan tetapi terdapat interaksi antara radio dan televisi, penyiaran
gambar sebagaimana juga kata. Dalam bentuknya yang asli, televisi tidak
memungkinkan para penonton untuk memutar sebuah kenop internasional,
sebagaimana dalam penerima radio, meskipun terdapat lalu-lintas internasional
yang semakin berkembang dalam gambar, dengan dihasilkan dan dikendalikannya
gambar-gambar di layar televisi di tangan badan-badan penyiaran yang telah
berhubungan dengan suara sebelum gambar-gambar di suatu waktu ketika sinema
memperlihatkan gambar-gambar tanpa suara.
Perkembangan sinema maupun televisi tergantung pada kamera, dan
memiliki suatu sejarah yang panjang di belakangnya: camera obscura (kamar
gelap) telah menjadi alat seorang seniman selama berabad-abad. Kamera baru
pada abad ke-19 pertama-tama dikembangkan di Prancis dan di Inggris,
kemudian dalam bentuk yang revolusioner di Amerika Serikat Pada tahun 1802,
seorang anggota keluarga Wedgwood telah menulis sebuah 'Penjelasan dari
suatu Prosedur untuk Memindahkan Lukisan ke Gelas dan untuk membuat Siluet
dengan Pengaruh Cahaya terhadap Nitrat Perak', namun barulah seorang pakar
eksperimen Prancis, Joseph Nicephore ('pembawa kemenangan') Niepce,
menghasilkan apa yang dinamakannya 'heliography' 'foto kehidupan' yang
pertama tidak lama setelah berakhirnya Perang-Perang Napoleon. (Kata
'fotografi' diciptakan oleh Wheatstone).

200
Proses dan Pola-pola

Niepce menyampaikan tentang berita keberhasilannya itu kepada the Royal


Society di London pada tahun 1827, namun rekannya yang lebih muda, Louis
Daguerre, yang melanjutkan pada tahun 1829, yang mengembangkan gambaran
fotografi pertama yang persis, dinamakannya daguerreotypes, dengan menyiarkan
rincian-rincian proses fotografisnya di Paris 'untuk kepentingan ilmu-pengetahuan
dan kesenian' pada tahun 1839. Negara, karena bangga dengan keberanian
ilmiah Prancisnya, mendapatkan hak monopoli atas karyanya, tetapi secara
langsung menolaknya dan menyatakan bahwa fotografi itu 'terbuka bagi seluruh
dunia'. Hanya saja, pengumuman itu tidak sedramatis dari kelihatannya, karena
penemuan itu dengan lihai sekali telah dipatenkan sebelumnya di London, di
mana ia tetap dijaga. Namun demikian, muncul persaingan.
Juga di tahun 1839 pula, di London, William Henry Fox Talbot (1800-
1877), yang bersamaan waktunya dengan Daguerre, bekerja menggunakan
sebuah proses yang sangat berbeda: memakai nitrat perak dan menghasilkan
'negatifnya' di atas kertas, memperlihatkan bahwa 'calotypes'-nya, yang ia
namakan 'lukisan fotogenik' untuk 'para pencinta ilmu-pengetahuan dan alam'
di the Royal Society. Gambaran calotype itu lebih lembut dibandingkan dengan
dagueneotypes, dan semenjak tahun 1840 seorang berkebangsaan Swiss, Johann
Baptiste Isenring, dikatakan telah mendiskusikan suatu metode untuk
mewarnainya. Akan tetapi barulah pada tahun 1861 fotografi pertama yang
terdiri dari tiga warna diambil oleh seorang pakar sains yang terkenal di bidang-
bidang lain, James Clerk Maxwell (lihat hlm. 186): ia hanya dapat dilihat melalui
sebuah projector. Perkembangan selanjurnya dari fotografi berwarna itu adalah
upaya pada abad ke-20.
Daguerreotype yang pertama, yang sangat berhasil, adalah objek-objek
yang unik, yang dianggap sebagai pernyataan seni yang tidak memberikan
kesempatan bagi reproduksi berlipat ganda, dan keberhasilannya dapat diukur
secara statistik. Jumlah daguerreotypist itu di berbagai negara tumbuh dengan
cepat sekali, dimulai di Prancis, di mana terdapat pembicaraan tentang
daguerreomaine. Terdapat sepuluh ribu daripadanya di Amerika pada tahun
1853, di antaranya adalah Samuel Morse (lihat hlm. 166), dan di Inggris kira-
kira dua ribu orang tukang fotografi tercatat dalam Sensus tahun 1861, suatu
tahun ketika the Photographic News menggambarkan seni membuat portret
photografik itu sebagai 'sifat terbaik dari kesenian jutaan orang yang pernah
dilakukan kepintaran manusia. Ia telah menyapu bersih banyak dari perbedaan
pangkat dan kekayaan yang tidak liberal itu.' Namun, fotografi telah
memenangkan kebaikan hati kerajaan dan politik. Victoria dan Albert membeli

2 0 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

daguerreotypes pertama mereka pada tahun 1840; Daguerre mempersembahkan


satu kepada Metternich.
Muncul suatu pertarungan hukum di London tentang paten Daguerre, dan
baru setelah adanya usul dari the Royal Society tahun 1852 paten Fox Talbot
dikendurkan pada tahun 1854. Suatu era plat-gelas yang basah dimulai pada
tahun 1851, yaitu tahun kematian Daguerre, ketika Frederick Scott Archer, salah
satu dari dua-belas orang anggota pertama Kelab Calotype Fox Talbot,
menciptakan proses collodion yang mempertajam gambar-gambar calotype.
(Collodion adalah kapas senapan yang terlebur di dalam ether.) Proses kemajuan
teknologi itu berlanjut terus, bahkan dengan 'sedikit perbaikan prosesnya' dan
'sedikit variasi dalam hasilnya' karena telah didiskusikan dalam rincian yang
mengasyikkan—dalam kata-kata Lady Eastlake, isteri dari Presiden Masyarakat
Photography London—'seolah-olah semuanya itu terlibat dalam masa-depan
umat-manusia'.
Namun, tidak semuanya 'sedikit' dan terdapat percobaan-percobaan baru
yang menarik dalam stereophotography: semboyan dari the London Stereoscopic
Company adalah 'tidak ada rumah-tangga yang tidak mempunyai sebuah
stereoscope' dan sebagai tambahan, juga 'tidak ada sekolah'. Namun
stereoscope itu terbukti hanyalah sebuah 'fad' ['mode sepintas lalu'] saja, sebuah
kata yang semakin banyak digunakan dalam sejarah media, dan perbaikan
photografis mengambil jalan yang berbeda ketika, di masa tahun-tahun 1870-
an, lempengan-lempengan gelatine kering, yang dapat dihasilkan dalam industri,
mulai digunakan di Inggris, Prancis dan Amerika Serikat Dalam pada itu, ukuran
dan harga kamera telah jatuh, pada saat seorang Amerika yang giat berusaha,
George Eastman (yang lahir tahun 1854, seorang juru-tulis bank yang berubah
menjadi penghasil photografi) telah mengembangkan sebuah pasar yang luas.
Karena sangat terkesan dengan segala sesuatu yang baru yang dipamerkan pada
Pameran Seratus Tahun di Philadelphia tahun 1876, dua-belas tahun kemudian
Eastman memberi sumbangan pada daftar barang-barang itu suatu benda yang
sangat terkenal di abad itu, yaitu kamera Kodak, yang dapat digunakan semua
orang di mana saja. Ia berpikir jitu sekali bahwa Kodak adalah sebuah nama
yang akan dapat diingat dalam bahasa apapun juga. Ia juga punya sebuah
semboyan untuk hal itu, 'Anda menekan tombolnya, dan kami mengerjakan
selebihnya.'
Tidak kurang dari 90.000 buah Kodak murah itu telah terjual dalam waktu
lima tahun saja. Apabila dibandingkan dengan kamera-kamera yang datang
kemudian, ia tidak memiliki alat untuk memfokuskan dan hanya ada satu

202
Proses dan Pola-pola

kecepatan saja pada penutup lensa itu—seni telah hilang dari fotografi—namun
ia mempunyai waktu pencahayaan hanya seperdua-puluh detik, dan siap dijual
dengan satu roli kertas stripping negatif yang cukup untuk menghasilkan seratus
gambar. Jika semuanya ini telah diambil, kamera itu dibungkus dan dikirim ke
pabrik Eastman, di mana isinya itu dikeluarkan, diisi kembali dengan film baru
dan dikembalikan kepada nasabah dalam waktu sepuluh hari. Dengan cara ini,
dan dengan cara-cara lain, maka Amerika Serikat telah menentukan langkah
dalam evolusi masyarakat konsumen dengan mewah sekali, walaupun hanya
untuk sebentar saja, tercatat dalam potret itu. Sama keadaannya dengan telepon
dan perangkat nirkabel, kamera kotak dibuat hanya untuk penggunaan domestik.
Dan ia dihasilkan untuk jutaan orang. Demikian pula, pada waktunya, alat-alat
listrik domestik—dalam suatu rentangan yang lebih luas daripada apa yang telah
diantisipasi oleh para peramal listrik itu sendiri. Teknologi itu, yang nantinya
akan 'bersahabat dengan pemakainya', akan tetapi tidak selalu demikian, akan
berkembang di sepanjang abad ke-20, akan tetapi rekayasanya akan dipengaruhi
oleh mode.
Bukan hanya di Amerika Serikat saja kecenderungan sosial baru itu—
yang juga menggambarkan perubahan demografis—tampak dengan jelas.
Industrialisasi besar sekali perannya dalam menambah kekayaan materi dan
waktu luang untuk bersenang-senang di semua negara industri, dan ada banyak
contoh barang-barang mewah yang kini berubah menjadi kebutuhan. Makanan
dan produk-produk lain, termasuk barang-barang impor dari daerah tropis, diberi
merk, dan beberapa dari pengiklanannya memanfaatkan tenaga listrik—misalnya
symbol-simbol dengan lampu neon—baik untuk meluncurkan produk maupun
untuk menambah penjualan. Di mana-mana kota menjadi bertambah besar,
terus berkembang ke luar, ke arah daerah pinggir kota yang baru, dengan trem
('perahu gondola rakyat', sebagaimana yang digambarkan Richard Hoggart
tentang versi Inggrisnya) dan kereta bawah-tanah yang memungkinkan orang
bergerak dari hari-ke-hari keluar masuk kota. Para komuter (orang yang pulang-
pergi ke tempat pekerjaan) mendahului komputer, pada saat dunia bersiap-siap
untuk berkembangnya apa yang kemudian terkenal dengan nama 'media massa'—
dengan media yang lama, yaitu pers, bertindak sebagai pembuka jalan.
Diperkenalkannya 'gambar bergerak' merupakan suatu perubahan
teknologi yang paling besar, meskipun sebelumnya telah terjadi sebuah perdebatan
mengenai klaim fotografi apakah layak disebut sebuah bentuk kesenian atau
bukan, yang mengantisipasi perdebatan serupa dalam hubungannya dengan
sinema. Fox Talbot tidak ragu, dan seorang fotografer, Julia Margaret Cameron,

2 0 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

yang membuat ilustrasi buku Tennyson, Idylls of the King, telah dijuluki
'Rembrandt dari seni fotografi Inggris'. Dalam kelompok yang sama terdapat
pula orang Swedia Oscar Gustav Rej lander dan orang Inggris Henry Peach
Robinson, yang mulai menjelaskan bagaimana dan kenapa terdapat banyak sosok
yang 'mempribadi [individualizing]' dalam sebuah fotografi yang baik sebagaimana
dalam gambar atau lukisan.
Gambar bergerak akan menghidupkan kembali argumentasi tersebut, meski
asal-usulnya adalah bersifat mekanikal dan termasuk ke dalam dunia alat-alat
permainan. Namanya kurang dapat diingat kembali dibanding Kodak—
Zootrope, Phenakisti[s]cope dan, setelah fotografi mulai dipakai sebagai
pengganti lukisan, Kaamatographs. Orang pertama yang berhasil menggunakan
deret-deretan kamera untuk menyampaikan suatu perasaan bergerak—
sebelumnya telah terdapat banyak sekali usaha yang tidak berhasil—adalah
'Eadweard Muybridge' (1830-1904). Serial chroono-photographicnya tentang
pergerakan seekor kuda, yang diambil untuk Gubernur California tahun 1872
yang pencinta kuda itu, membuktikan bahwa ada saatnya ketika kuda sedang
berlari semua kakinya berada di udara.
'Muybridge', Edward Muggeridge, adalah seorang Inggris yang lahir di
Kingston di Thames, yang pengalaman pribadinya pernah dituduh sebagai
pembunuh kemudian dibebaskan dari tuduhan. Ia mengumumkan karyanya dalam
Animal Locomotion (1888) dan Animals in Motion (1899). Sejajar dengan
itu, seorang dokter Prancis dan guru-besar di perguruan tinggi, Etienne Marey
(1830-1906) menerbitkan karyanya sendiri dalam Le Mouvement (1894): ia
mencatat gambaran berganda dari burung-burung yang sedang terbang dalam
satu film tunggal saja. Muybridge membuka sebuah 'Zoopraxographical Hall'
di Pameran Columbia Chicago tahun 1893, di mana diperlihatkan secara
photografis kuda-kuda yang sedang meloncat dan ahli senam, yang dikemukakan
oleh orang Prusia Ottomar Anshiitz, merupakan suatu daya tarik yang sangat
populer.
Setahun kemudian, Edison, yang telah mendirikan sebuah laboratorium di
Menlo Park tahun 1876, suatu tahun Pameran yang lebih awal, menawarkan
untuk dijual kinetoscope-nya yang telah dipatenkan, sebuah alat yang
memungkinkan menonton sebuah film bergerak secara sendirian saja. Dengan
terinspirasi oleh Muybridge dan mungkin juga oleh Marey, ia mulai melakukan
untuk mata apa yang dilakukan fonograf (lihat hlm. 220) untuk telinga. Akan
tetapi, ambisi praktisnya terbatas: ia pertama kali merancang kinetoscope itu
dalam konteks sebuah pertunjukan yang diintip, yang setiap kali dapat dilihat

2 0 4
Proses dan Pola-pola

oleh satu orang saja, setelah membayar satu coin uang logam, dengan melihat
melalui celahnya itu dalam sebuah arkade penny. Edison tidak yakin bahwa
menggunakannya untuk memantulkan gambar ke sebuah layar akan sama
menguntungkan dari segi keuangan.
Baru kemudian ia mengubah pikirannya, setelah Louis Lumiere (1864-
1948), yang tujuh-belas tahun lebih muda darinya—dan bukan penemu pertama
yang mengubahnya ke proyeksi—memperkenalkan' sinematografi'-nya, suatu
nouveautedu jour, kepada suatu sidang pemirsa yang berjumlah 35 orang di
the Grand Cafe di Paris tahun 1895 dan pada tahun berikutnya kepada suatu
sidang pemirsa yang lebih besar lagi di the Empire Music Hall di Leicester Square,
London. Acara di London itu lebih bervariasi, dimulai dengan orkes musik
sebagai pembukaan, melibatkan sekelompok penari Rusia dan pertunjukan
akrobatik sulap. Salah satu film yang ditayangkan adalah The Arrival of the
Paris Express, sedang yang lainnya adalah Boating in the Mediterranean.
Lumiere, dengan bekerja atas dasar sebuah paten tahun 1895, telah menemukan
suatu publik penonton dan menciptakan sebuah media baru.
Lumiere adalah salah satu dari dua bersaudara yang membuat film-film
yang kemudian dinamakan film dokumenter. Maxim Gorki (1868-1938), penulis
Rusia itu, yang telah melihat dan mengagumi beberapa darinya, mengatakan
bahwa film 'lahir dari kehidupan'. Akan tetapi ada pula pembuat film lain, seperti
Georges Melies (1861-1938), yang memiliki latar-belakang sulap (magic)
percaya bahwa ilusi itu adalah kekuatan yang akan dinamakan 'sinema'. Para
pembuat film yang lain melihat ke pentas. Memang pada tahun 1906 salah
seorang pengamat berpendapat bahwa 'ketimbang mengambil-alih tempat kertas
bergambar, sebagaimana yang dilakukan sinematografi, hampir secara
keseluruhannya, maka ia sebaiknya mengambil tempat teater'. Dalam
kenyataannya, bentuk film itu akan membuktikan diri dapat diadaptasikan
sebagaimana novel dalam penggambarannya; dan bagi beberapa pembuat film
(yang akan diperlakukan oleh para pengeritik canggih sebagai auteurs) tujuan
mereka adalah seni, suatu audiens massal baru yang diciptakan melalui film, jauh
lebih besar daripada yang pernah diciptakan oleh teater, dalam apa yang akan
dinamakan 'masa keemasan sinema [golden age of the cinema]'. Istilah golden
age ini akan menjadi sebuah istilah yang akan diterapkan pada media lain,
termasuk siaran radio [broadcasting], yang lagi-lagi menciptakan berbagai
program acara.
Akan tetapi hal itu akan memakan waktu yang sama dengan waktu yang
diperlukan sinema untuk mengembangkan bentuk dan lembaganya sendiri,

2 0 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

sekalipun Edison adalah seorang yang lekas percaya terhadap media bam, dengan
mengambil manfaat dari patennya dan bekerjasama dengan Eastman. Prancis
mendominasi produksi-produksi awal, namun ada pula para pembuat film yang
aktif di tempat-tempat lain, termasuk Inggris, di mana Brighton merupakan suatu
pusat perkembangan awalnya. Karya mereka telah diapresiasi kembali dalam
tahun-tahun belakangan ini. 'The Cinema of Attractions', sebagaimana ia
dinamakan, memiliki variasi yang sangat kaya dari tradisi pertunjukkan.
Misalnya, seorang pembuat film asal Inggris, Wordsworth Donnisthrop, penemu
'kinesigraph' (1876), membuat sebuah film pendek tentang Trafalgar Square
tahun 1890 dan R. W. Paul, yang memulai kehidupan filmnya dengan mencontoh
kinetoscope Edison, yang ketika itu belum lagi dipatenkan di Inggris, telah
menghasilkan sebuah film sepanjang 26-detik tentang Derby Day. Di Amerika,
seorang pembuat film muda, Cecil Hepworth, anak dari seorang pengajar sulap
lentera sihir, membuat sebuah film tentang Blackton, seorang kartunis yang
membuat sketsa Edison, yang panjangnya satu setengah menit.
Tahun 1914, Amerika Serikat adalah nomor dua dalam hal pasar ekspor
film, dan ketika itu Hollywood di California, yang berada di pusat masa keemasan
yang akan tiba, selesai membuat filmnya yang pertama. Hollywood masih
merupakan 'sebuah desa dengan barisan pohon merica' dengan kebun buah
jeruk yang belum lama (1903) diintegrasikan ke dalam wilayah metropolitan
Los Angeles yang sedang berkembang. Namun, sebelum tahun 1914 pun, di
sana sudah ada 'bintang-bintang film', di antaranya Charles Chaplin (1889-
1977), yang lahir di London dan punya latar-belakang dalam komedi bangsawan
Inggris.
Dalam bisnis sinema itu, yang dengan kuat sekali dipengaruhi oleh
pertimbangan pasar, terlihat ada suatu pembagian tugas yang lebih jelas di Eropa
antara produksi dan distribusi dibandingkan dengan antara pertunjukan dan
produksi. Para pemilik ruang musik dan pemain sandiwara adalah orang-orang
pertama di Inggris dan Prancis yang mempertunjukkan film, dan barulah pada
tahun 1904 film dapat disewakan dan bukannya dibeli, dan baru kemudian dalam
dekade itu dibuka ruangan-ruangan khusus untuk mempertontonkannya, yang
pertama di Inggris adalah di Colne di Lancashire. Teater film Amerika pertama
dibuka di Pittsburgh tahun 1905. Di Prancis, Charles Pathe menciptakan ruang
proyeksinya sendiri. Demikian pula Gaumont, yang memberikan namanya kepada
serangkaian daripadanya. Kata lain yang digunakan dalam memberi nama teater
atau ruangan itu adalah 'bioskop', yaitu kata yang digunakan oleh seorang penemu
Jerman.

2 0 6
Proses dan Pola-pola

Selama 'masa keemasan' itu, sinema-sinema yang paling besar—sebuah


kata yang digunakan kemudian untuk menggambarkan gedung-gedung—berubah
menjadi 'istana mimpi' yang amat mempesona, yang juga menawarkan hiburan-
hiburan lain di samping film, termasuk musik yang dimainkan pada orgel Wurlitzer
yang luar biasa besarnya, serta kopi dan kue di cafe sinema itu. Akan tetapi
masih terdapat juga sinema yang merupakan sarang kutu busuk, meskipun di
masa film bisu itu mereka juga menampilkan pemain piano secara live yang
menyertai film di layar. Antara tahun 1913-1932jumlah sinema di kota Liverpool,
untuk sekedar contoh saja, naik dari 32 buah menjadi 69 buah (sedangkan
jumlah telah berkurang dari 11 menjadi 6 buah saja). Diperkirakan bahwa pada
tahun 1932, tidak kurang dari empat dari sepuluh orang di Liverpool pergi ke
sinema sekali seminggu, dan satu dari empat orang pergi dua kali seminggu.
Dalam pada itu, secara perlahan tapi pasti, bisnis film telah melalui tahap
yang tidak dapat dikendalikan lagi sehingga lepas dari tangan dalam bentuk apa
yang dinamakan oleh Gilbert Seldes, penulis Amerika yang menulis sebuah buku
yang merupakan analisis perintis The Great Audience (1951) sebagai 'orang-
orang agresif dan tolol tanpa citarasa atau tradisi, akan tetapi dengan suatu naluri
bisnis yang sangat maju' sehingga jatuh ke tangan perusahaan-perusahaan besar.
Tahun 1909, Provincial Cinematograph Theatres Ltd didirikan di Inggris dengan
modal pertama sebanyak £100.000. Dua-puluh tahun kemudian, ada dua
perusahaan raksasa yang dibentuk melalui merger: the Gaumont-British Picture
Corporation (1927), yang punya hubungan dengan Fox Films di Amerika Serikat
dan memiliki 300 buah sinema, dan Associated British Cinemas (1928), yang
punya hubungan dengan First National (American) dan Pathe, yang mulai dengan
28 buah sinema, dalam waktu setahun saja telah memiliki 88 buah. Sebuah
perusahaan ketiga muncul pada tahun 1933, the Odeon Circuit, meskipun ia
tidak membuat film.
Pola pembuatan film dipengaruhi oleh paten Edison yang bersifat nasional,
bukan internasional, dan pada tahun 1908 telah dilakukan upaya oleh sepuluh
perusahaan produksi dan pasokan Amerika terkemuka, yang semuanya
menggunakan paten Edison, atas dasar persetujuan Edison, untuk mendirikan
sebuah merger monopoli, the Motion Picture Patents Company. Pada masa itu,
apa yang disebut 'Independen', sebuah istilah yang dahulu digunakan dalam
seni maupun bisnis, telah sampai ke Hollywood. Demikian pula dengan Chaplin,
yang pertama kali bekerja di New York di the Keystone Studios dari Mack
Senneth (1888-1960), dengan membintangi film-film komedi bisu. Film Chaplin
yang pertama di Hollywood, Making a Living (1914), membuatnya mendapat

207
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

pujian dari seluruh dunia dan juga kontrak-kontrak yang amat menggiurkan.
Tidak akan ada bintang film tanpa penggemar, dan keduanya itu jelas sekali
sebelum adanya Hollywood. Demikian pula, dalam teater, apa yang disebut
idola pertunjukkan siang (matinee).
Alasan Chaplin untuk pindah ke Hollywood terikat dengan kerjanya, bukan
dengan keinginan untuk mengeruk uang lebih banyak. Lelah dengan 'perang-
perang kue poding'-nya Sennet, yang mengikuti sebuah formula, ia mendirikan
studio dan perusahaannya sendiri, United Artists, tahun 1919, dengan Douglas
Fairbanks (1883-1939), Maiy Pickford (1893-1979)—yang juga telah meraih
status bintang, wanita pertama yang pernah mendapatkannya—dan D. W.
Griffiths (1875-1949). Dengan umur yang 14 tahun lebih tua dari Chaplin, maka
Griffiths pada tahun 1915 telah menghasilkan salah satu dari 'classics' (sebuah
istilah yang akan menjadi umum di masa yang akan datang) Hollywood, The
Birth of a Nation (1915). Film ini merupakan sebuah film panjang, yang
seluruhnya dimainkan dengan para aktor kulit putih dengan rekor jumlah
penonton yang luar biasa, dan seringkah diinterpretasi ulang sejak tahun 1915
sebagaimana setiap opera Verdi. Ketika itu, Presiden Woodrow Wilson
menggambarkan menontonnya seperti sedang membaca sejarah 'dengan kilatan
petir'. Ia tidak berkomentar tentang panjangnya.
Sejak tahun 1920 telah muncul wacana tentang 'Chaplinitis', diiringi
produk-produk sampingan yang menyertai film-film itu— lagu, tarian, boneka
dan bahkan minuman, sebuah kombinasi yang akan menjadi biasa dalam film
dan kemudian dalam olahraga; dan film-film Chaplin pada tahun 1920-an itu,
terutama sekali The Gold Rush (1928), mendapatkan suatu watak mitis. Dengan
memiliki ciri sebagai 'The Tramp' [Gelandangan], atau sebagai 'the Litde Fellow'
[Manusia Kecil], maka Chaplin dipuji karena keanggunan dan kelucuannya,
karena timing-nya yang pas serta sifat pathos-nya: Sennett menganggapnya
'seniman terbesar yang pernah hidup'. Ketenaran Chaplin terus berkibar,
sementara sejumlah besar bintang lain—yang sangat berbeda dari dirinya—telah
bermunculan, misalnya, Rudolf Valentino (1895-1926), 'pecinta yang besar'
[great lover] itu. Setelah perkembangan ekonomi luar biasa yang belum pernah
teibayangkan sebelumnya di Amerika pada tahun 1920-an digantikan oleh depresi
yang juga belum pernah teijadi sebelumnya, dimulai pada tahun 1929, maka
film Chaplin Modern Times (1936), yang mengemukakan cara penyusunan
bagian-bagian mesin dari jenis pabrik yang diasosiasikan dengan Henry Ford
(1863-1947), mempesona para sejarawan sosial sama halnya film The Birth
of a Nation telah mempesona Presiden Woodrow Wilson pada tahun 1915.

2 0 8
Proses dan Pola-pola

Film-film lain yang dihasilkan dalam tahun 1920-an dan 1930-an mencapai
reputasi seperti itu pula. Misalnya Fritz Lang's Metropolis, yang dibuat di Jerman
tahun 1927, adalah penggambaran yang mengesankan dari kehidupan kota. Lang
(1890-1976), yang lahir setahun setelah Chaplin, juga telah berhubungan langsung
dengan mitos (Die Nibelungen, 1924), dan telah memulai film-film beratmosfer
kriminal dengan filmnya Dr. Mabuse der Spieler (1922). 'Film bicaranya' yang
pertama, yaitu thriller M, yang dibuat pada tahun 1931, adalah film yang amat
disenanginya.
Seperti halnya novel, film juga mempunyai bentuk internasional, dan dalam
kalangan para sutradara besar yang diakui reputasinya, tercatat orang Rusia
Sergei Eisentein (1898-1948), orang Jepang Akira Kurosawa (1910-1998),
dan orang Swedia Ingmar Bergman (1918- ), yang bapaknya adalah seorang
pendeta Lutheran dan pendeta keluarga kerajaan Swedia. Namun, dalam sejarah
novel tidak ada sebuah pusat kota, dan juga tidak ada di masa yang akan datang,
seperti Hollywood, dengan sistem studionya yang sangat hebat untuk film
'bergerak'. Dari luar negeri, karena berbagai alasan, termasuk alasan politik,
maka baik pemain maupun sutradara tersedot berkiblat ke sana. Chaplin, yang
tak pernah menjadi warganegara Amerika, pada akhirnya beremigrasi juga ke
luar Amerika tahun 1952, ketika terjadinya perburuan terhadap orang-orang
Komunis yang dipimpin FBI. Juga di Hollywood telah lama berlaku suatu sistem
penyensoran, yang mengambil bentuk sebuah kode. Orang yang meren-
canakannya pada tahun 1930, W. H. Hays (1879-1954), telah bertugas sebagai
Postmaster General Amerika di bawah Presiden Harding, dan telah direkrut ke
Hollywood tahun 1923.
Konteks bisnis dari film dan novel berbeda sekali. Di antara para
Independen yang pindah ke Hollywood, Adolph Zukor (1873-1976), setelah
ikut menghancurkan the Motion Picture Patents Company, bergegas
'mengintegrasikan' dirinya sendiri, dengan cara pindah dari jalur produksi ke
distribusi. Ia jugalah yang memimpin perjalanan dari Hollywood ke Wallstreet,
ketika pada tahun 1919 ia mengumpulkan dana dengan cara menerbitkan saham
favorit sejumlah $10 juta, upaya utama yang pertama untuk mendanai sinema
dari pasar modal. Dua tahun kemudian ia menguasai lebih dari 300 buah sinema.
Muncul sekarang keluhan-keluhan, yang sebelumnya pernah ia dengar, yaitu ia
telah mempersulit produsen dan distributor film yang kecil-kecil dan bebas untuk
memasuki atau tetap tinggal di dalam industri atau pasar gambar bergerak, atau
untuk menyewa gambar-gambar yang bernilai jual. Hal itu tetap sukar, karena

209
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

sama seperti radio, struktur perusahaan telah mengeras. Orang-orang kaya


yang menguasai sistem itu datang untuk tetap tinggal di sana.
Akan tetapi muncul sebuah perusahaan baru yang dimiliki Warner Brothers,
yang tumbuh dari kalangan para operator nickelodeon (bioskop murahan) hingga
menjadi raksasa dalam industri film. Mereka memakai dan mencetak banyak
bintang baru dalam sejumlah besar film, dan melalui upaya mereka itulah, tercatat
bahwa film The Jazz Singer (dibuat tahun 1927) yang memerlukan biaya
$500.000 untuk membuatnya, menghasilkan keuntungan lima kali lipat dalam
penerimaan box officenya, suatu pencapaian tertinggi sebuah film komersial.
(Sementara film tersebut di buat, Mickey Mouse dari Walt Disney sedang
ditayangkan). Tahun 1928, jumlah modal Warner Brothers ditaksir sebanyak
$16 juta: tahun 1930, setelah sempat mengalami kehancuran tahun 1929, maka
modalnya berada pada £230 juta.
Amat sukar bagi film negara-negara lain untuk menghadang Hollywood,
meskipun dengan berakhirnya film bisu dan diperkenalkannya suara, namun
dengan adanya berbagai macam bahasa di dunia, yang digambarkan oleh
kalangan broadcasting sebagai dampak "menara Babel", telah memberi
kesempatan kepada produsen film-film non-Amerika untuk berkiprah, terlepas
daripada perbedaan-perbedaan yang ada antara bahasa Amerika dan Inggris,
tidak terjadi di Inggris. Beraneka ragam budaya nasional dinyatakan dalam
film, seringkah dalam bentuk yang tidak disadari, dan kadang secara disengaja,
dengan Prancis dan Jerman sampai tampilnya Hitler pada tahun 1933 yang
menekankan peran film sebagai suatu kesenian. Perasaan bahwa di sana ada
avantgardes kreatif yang terlibat dalam film cukup kuat. Terdapat pula para
pembuat film yang menarik garis perbedaan yang tajam antara produk mereka
dan film-film komersial yang dipertunjukkan di sinema-sinema. Pada abad ke-
19, George Gissing telah mengantisipasi apa yang akan mereka katakan dalam
apa yang ditulisnya tentang kesusasteraan dalam novelnya, New Grub Street
(1891).
Terlihat ada suatu corak baru dalam tahun 1930-an. Depresi telah
mendorong pembuatan film-film yang mencerminkan kepedulian sosial dari para
pembuatnya. Di Eropa, beberapa di antaranya dipengaruhi oleh film-film
dokumenter. Radio juga sangat berpengaruh. Bagi Andre Malraux di Prancis,
film bicara itu baru menjadi suatu bentuk kesenian ketika para sutradara
menyadari bahwa model mereka itu bukanlah piringan hitam [gramofon],
melainkan siaran radio. Akan tetapi sedikit sekali persamaan antara siaran radio
dan film-film musikal berwarna yang mewah yang dibuat di penghujung tahun

2 1 0
Proses dan Pola-pola

Gambar 19. Film The Jazz Singer. Orang banyak berkumpul untuk melihat Al
Jolson dalam film suara pertama kali di dunia, produksi Warner Brothers tahun
1927.

1930-an, seperti The Wizard of Oz (1939) atau kisah kepahlawanan Gone


with the Wind, yang disiarkan pada tahun yang sama. Dalam situasi Perang
Dunia II, film-film itu ditonton oleh jumlah pemirsa yang banyak sekali.
Di Inggris, sikap proteksionis terhadap sinema terlihat jelas di kalangan
pemerintah sejak tahun 1927 dan seterusnya. Sampai sekarang, satu-satunya
ukuran pengendalian pemerintah terhadap industri itu adalah Undang-undang
tahun 1909 yang memberikan kepada pihak berwenang setempat kekuasaan
untuk mengizinkan gedung-gedung digunakan sebagai sinema dan untuk
menyensor film. (Industri itu sendiri mendirikan sebuah Dewan Sensor Film
Inggris tahun 1912). Pemerintah mengakui pada tahun 1927 bahwa, meskipun
ia melihat tidak ada alasan untuk memberikan bantuan finansial kepada indusui
film Inggris, namun ada alasan untuk campur-tangan, karena digambarkan di
Parlemen sebagai besarnya 'kepentingan industrial, komersial, pendidikan dan

2 1 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

kerajaan yang terlibat'. Pada tahun 1926, hanya 5 persen dari film yang
ditayangkan di Inggris benar-benar dibuat di negara itu. The British
Cinemotagraphic Films Act of 1927, yang digambarkan Jeffrey Richards sebagai
'suatu pelanggaran nyata terhadap doktrin perdagangan bebas yang ada',
mengendalikan dan menentukan film secara blok, memperkenalkan suatu sistem
kuota (yang dipertahankan dalam Akta berikutnya tahun 1937) dan menciptakan
sebuah Cinematographic Film Advisoiy Committee untuk memberi nasehat
kepada Dewan Perdagangan tentang cara menyelenggarakan Akta itu.
Ketika itu dapat dikatakan belum ada televisi regular di negara manapun,
meski kata itu telah diciptakan—dalam bahasa Prancis—tahun 1900, dan
sebelum itu telah ada suatu pengalaman panjang sejarah abad ke-19, yang
sebagaimana biasanya dikemukakan, mundur ke belakang, ke tahun 1839 (lihat
hlm. 201), suatu tahun yang penting sekali dalam sejarah fotografi. Dengan
mengikuti eksperimen-eksperimen Edouard Becquerel, maka Willoughby Smith,
salah satu insinyur telegraf yang mengawasi peletakan kabel transatlantik (lihat
hlm. 158), mencatat pada tahun 1873 adanya korelasi antara perilaku resistor
selenium dan cahaya matahari, dan pada dekade yang sama seorang pakar hukum
Prancis mengemukakan bagaimana selenium itu dapat digunakan dalam suatu
sistem scanning. Tetapi apa yang ada dalam pikirannya adalah pemindahan
gambar-gambar tunggal, yang langsung namun 'cepat hilang', dan bukannya
gambar-gambar yang terus-menerus ada di atas sebuah layar; dan ketika tiga
tahun kemudian, seorang Inggris, Shelford Bidwell, memperlihatkan 'telegrafi
gambar'—yang sudah pasti merupakan definisi yang miskin—kepada the Physical
Society di London, ia menjadi perintis dari mesin fax dan bukannya televisi.
Dasar teknis dari semua televisi berbeda dari dasar teknis transmisi
gambar-gambar tetap yang diperlihatkan Bidwell. Televisi berkenaan dengan
pemindaian (scanning) suatu gambar dengan sebuah pancaran cahaya dalam
serentetan garis berurutan yang bergerak dari puncak ke dasar dan dari kiri ke
kanan. Masing-masing bagian dari gambar itu, pada saat cahaya itu lewat di
atasnya, menghasilkan tanda-tanda yang diubah menjadi denyutan-denyutan listrik
yang kuat atau lemah. Kemudian denyutan-denyutan itu diperbesar dan
ditransmisikan di sepanjang kawat atau melalui udara dengan gelombang radio
yang diubah kembali menjadi tanda-tanda cahaya dengan urutan yang sama dan
kekuatan yang sama sebagaimana pada sumber aslinya. Kemampuannya untuk
muncul di mata manusia sebagai sebuah gambar yang lengkap dan bergerak di
atas sebuah layar bergantung dari tersimpannya visi itu. Tidak ada kemajuan

212
Proses dan Pola-pola

dapat dilakukan sampai pembesar katup, yang merupakan kunci bagi telepon
radio, diciptakan.
Ada dua kemungkinan teknik pemindaian itu—yang mekanikal, dengan
sebuah piringan, dan yang elektronik, dengan suatu pancaran elektronik—dan
sebelum tahun 1914 telah dilakukan percobaan atas dua kemungkinan itu. Paul
Nipkow, seorang peneliti sains di Berlin, telah merancang pemindai mekanis
pertama di Jerman pada tahun 1884, meski ia tidak pernah berbasil membuatnya.
Alat itu adalah suatu alat mekanikal (Elektrisches Telescope), sebuah piringan
yang berputar, yang dilubangi dalam bentuk spiral dengan lobang yang kecil-
kecil melalui mana sebuah cahaya bersinar. Pemindai elektronik itu, yang akan
terbukti menjadi kunci dari televisi massal, diidentifikasikan dalam bentuk seperti
itu oleh Campbell Swinton tahun 1908. Ia menganjurkan 'penggunaan kedua
pancaran cahaya sinar katoda itu [perhatikan ia menggunakan huruf 'k' seperti
dalam 'kinema'], satu pada stasiun transmisinya dan yang satu lagi pada stasiun
penerima, yang dengan serempak dibelokkan oleh bidang yang bermacam-macam
dari dua elektromagnetik itu:

Sepanjang berhubungan dengan perangkat penerima [dan ia tidak


menamakannya perangkat televisi], maka pancaran cahaya katoda yang
bergerak itu hanya perlu ditata sedemikian rupa, sehingga mengenai sebuah
layar berpijar yang cukup peka, dan diberikan variasi yang sepadan dalam
intensitasnya, untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Ketika Swinton menulis kata-kata ini, ia tidak mengetahui percobaan-percobaan


yang sedang dilakukan di St Petersburg oleh Boris Rosing, seorang gurubesar
di Lembaga Teknik itu, yang meminta paten tahun 1907 yang mengusulkan suatu
sistem televisi yang menggunakan tabung katode sebagai penerima. Pekerjaan
tentang tabung-tabung seperti itu telah dimulai di Jerman, namun Rosing
membawanya lebih jauh lagi, dengan mengembangkan prototipenya, hanya untuk
melihat pekeijaannya itu hilang begitu saja ketika Perang Dunia I.
Setelah Revolusi Bolshevik, Vladimir Zworykin, salah seorang murid
Rosing, yang dua kali pindah ke Amerika Serikat (pada kali pertama ia tidak
berhasil mendapatkan pekerjaan), berhasil mempatenkan sebuah sistem televisi
listrik yang lengkap pada tahun 1923. Kemudian ia bergabung dengan RCA,
yang telah diambil-alih Sarnoff (secara rahasia) untuk mengurus sebuah
laboratorium, dan mengembangkan sebuah tabung kamera baru, yaitu iconoscope
240-baris, yang ia jelaskan, tanpa mendemonstrasikannya, kepada sebuah

2 1 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

konferensi di Chicago tahun 1933: hal itu, demikian katanya, adalah 'a new
version of the Electric Eye'.
Ada suatu perbedaan besar antara meramalkan berdasarkan pengetahuan
ilmiah, sebagaimana dilakukan Zworykin, dan spekulasi biasa tentang gambar-
gambar masa-depan di atas sebuah layar. Namun jenis proyeksi terdahulu
tentang masa-depan tidak selalu memperhitungkan—sebagaimana diketahui
Marconi dengan baik— perlunya usaha dan publisitas sebagaimana juga
pengetahuan. Ramalan populer mungkin lebih mendekati kenyataan dalam
beberapa hal, meskipun dalam keadaan-keadaan lain jauh sekali daripadanya.
Seorang penulis dalam Lightning, salah satu dari demikian banyaknya majalah
sains populer di tahun 1890-an, lebih banyak benar daripada salah, ketika
berkomentar pada tahun 1893 bahwa

Sebelum berakhirnya abad yang akan datang, maka anak-cucu dari generasi
yang sekarang ini akan dapat saling melihat meski dipisahkan oleh Laut
Atlantik, dan kejadian-kejadian perayaan besar di dunia ini, ketika tampak
lewat di depan kamera, akan disaksikan pada detik yang sama di depan
seluruh umat manusia.

Namun ada pula seorang penulis lain yang lebih banyak memikirkan sinema
daripada rumah-tangga, ketika ia meramalkan bahwa

pemain sandiwara di masa datang akan mampu berkelana dengan sebuah


Derby atau sebuah Leger, sebuah Cesarewithch atau sebuah Jubilee Stakes;
dengan Tuan-Tuan melawan Para Pemain [kriket] [yang tidak akan dapat
berlangsung terus karena alasan-alasan yang tidak dapat dibayangkan],
Kejuaraan [Tinju] Amatir, Pertandingan Perahu Universitas, atau pertan-
dingan besar dengan sarung-tangan di the National Sporting Club; untuk
memperlihatkan kepada Anda para penonton, pemain, wasit, juri, hakim,
kuda, joki, kapal, air, arena permainan, dan semuanya, menyuguhkan kepada
Anda olahraga satu hari kapan saja Anda menginginkannya dan kapan saja
Anda merencanakan untuk mengalaminya.

Sama keadaannya dengan para peramal lain, penulis itu sedang memper-
bandingkan mata dan telinga. Tidak ada penulis yang memusatkan perhatian
pada para penemu yang telah memungkinkan terjadinya segalanya itu atau pada
alat-alat, termasuk layar, yang akan memungkinkan para 'penonton [viewers]',
sebuah kata masa-depan, untuk mengikuti kejadian-kejadian yang jauh.

2 1 4
Proses dan Pola-pola

Satu generasi setelah itu, ketika publisitas yang pertama dikumpulkan di


sekitar televisi, situasi telah berubah. Alat televisi (yaitu 'televisors') telah dijual
pada akhir tahun 1920-an, meski tidak banyak didiskusikan sebelumnya. Dan
fokusnya di Inggris sekarang adalah pada seorang sosok penemu kelahiran
Skotlandia di Helensburgh, yaitu John Logie Baird (1888-1946), seorang anak
dari Manse. Meski wataknya suka menyendiri, pintar, rajin namun tidak rapih—
pemindai mekanisnya yang pertama terbuat dari sebuah kotak topi—Baird
menghargai perlunya publisitas, apalagi karena ia sangat tergantung pada
dukungan dana dari orang lain, dan akibatnya ia lebih banyak membuat publisitas
bagi televisi di kedua sisi Lautan Atlantik dibandingkan orang lain manapun.
Bekerja dengan seorang asisten muda, V. R. Mills, hatinya menjadi bergetar
melihat jari-jarinya muncul di layar. Yang lebih menggetarkan lagi baginya, ia
melihat kepala dan bahu office-boy kantornya, William Taynton, yang ketakutan
melihat cahaya putih yang tajam sekali dari lampu yang memancarkan bunga api
di dalam studio Baird. Baird demikian gembiranya sampai-sampai-sampai ia
memberi uang dua setengah shillings kepada Taynton.
Tampaknya lebih dari sekedar sebuah tanggal yang penting ketika, pada
tanggal 30 September 1929, setelah perundingan yang berlarut-larut dengan
BBC yang ogah-ogahan, Baird diberi izin untuk meluncurkan sebuah layanan
televisi percobaan. Presiden the British Board of Trade, yang memberikan
persetujuannya, mengatakan kepada para penonton (viewers) [yang ketika itu
belum lagi diberi nama itu] bahwa ia mengharapkan di masa depan 'ilmu
terapannya yang baru ini mendorong tumbuhnya suatu industri baru, tidak hanya
bagi Inggris dan Kerajaan Inggris Raya saja, tetapi juga bagi seluruh dunia'.
Setahun kemudian, filsuf dan pakar matematika terkenal, Bertrand Russell,
mengingatkan pada para pembacanya bahwa pada saat 'peralatan [apparatus]'
itu sedang dibangun 'yang mampu mentransmisikan gambar-gambar dari benda
kehidupan yang dapat dikenal, seperti sebuah lukisan, sehalaman tulisan atau
sebuah wajah yang disinari secara diam', maka di sana 'tidak ada dan juga,
sejauh orang dapat melihat ke depan yang dekat ini, tidak akan ada sebuah
peralatan yang mampu mentransmisikan sebuah gambar bergerak dari kehidupan
yang sesungguhnya, seperti Pacuan Kapal Layar atau Pacuan Kuda Derby...
Publik sebaiknya diberitahu untuk mengesampingkan harapan-harapan berlebihan
yang telah muncul mengenai masalah ini.'
Russell sama salahnya dengan H. G Wells di masa lalu pada permulaan
abad ke-20 ketika ia menganalisa masa depan dunia penerbangan. Televisi
telah menjadi suatu realitas ketika sebuah sandiwara Pirandello ditelevisikan

2 1 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

bulan Juli 1930. Sejajar dengan Baird, para insinyur Jerman, yang dipimpin
oleh Baron Manfried von Ardenne, sedang mengeijakan sebuah sistem 60-baris
yang seluruhnya dengan listrik yang mereka demonstrasikan, bersama dengan
sebuah penerima (Volksfernseher) dalam Pameran Radio Berlin tahun 1931.
Perusahaan mereka Fernseh, sebuah cabang dari pembuat kamera Zeiss Ikon,
dan Bosch AG dapat menggunakan paten-paten Baird. Ia menghadapi persaingan
dalam negeri sejak dari permulaan: Telefunken dapat menarik paten-paten RCA.
Salah satu garis yang penting dari penemuan Amerika adalah tabung cahaya
katoda berbiaya rendah dari Allen Calcom Du Mont pada tahun 1931. Tujuh
tahun kemudian, ia memasarkan penerima televisi pertama yang seluruhnya
elektronik.
Di Inggris, hubungan Baird dengan BBC—dan Kantor Pos, yang harus
menyetujui siaran televisi itu—rumit bukan karena korporasi itu curiga akan
televisi—beberapa dari para eksekutif terkemuka dari BBC itu memang
demikian keadaannya—akan tetapi karena BBC curiga terhadap Baird sendiri,
dan terutama sekali, terhadap rekan-rekan bisnisnya, yang salah satu dari mereka
itu adakah Isidore Oster, yang pernah mengurus Gaumont British, perusahaan
film, dan memiliki surat-kabar, the Sunday Referee. Baird tertarik pada segala
sesuatu tentang televisi, termasuk televisi yang berjarak jauh, berwarna dengan
layar yang lebar, namun ia menemukan bahwa sama sukarnya untuk bekerja di
Amerika Serikat, di mana ia dihalangi oleh kepentingan radio Amerika yang
sudah berurat-berakar, sebagaimana juga di Inggris.
Semua faktor ini, termasuk juga teknologi, menentukan masa-depan
televisi, termasuk waktunya, dan sejak permulaan semua keuntungan bisnis berada
di pihak organisasi yang besar-besar, dan bukan pada para penemu. Salah satu
dari perusahaan ini adalah Electrical and Musical Industries Ltd (EMI) yang
baru dimerger. Tidak ada pertukaran informasi ketika tahun-tahun 1930-an
antara EMI, the Marconi Wireless Company, RCA dan Baird, yang dibiarkan
di pinggiran saja, sebagaimana juga keadaannya seorang penemu Amerika, C.
P. Jenkins, yang sejak awal telah memberikan kontribusinya pada perkembangan
proyektor sinema. Sama halnya dengan Baird, ia telah melakukan percobaan
dengan pemindai mekanikal.
Seorang penemu Amerika yang kedua, Philo Farnworth, yang lahir di
sebuah perkebunan di Idaho, yang telah bekerja mengembangkan sebuah sistem
televisi serba-listrik, dengan perangkat yang amat berbeda dari Zworykin, lebih
beruntung. Ia ikut dalam the Board of Philadelphia Battery Company, Philco,
sebuah saingan RCA, yang menghasilkan pesawat radio, termasuk radio untuk

2 1 6
mobil. Farnworth meninggalkan Philco secara baik-baik dan aman secara
keuangan, namun sebelum melakukan hal itu, ia menyerahkan paten-patennya
sendiri kepada Baird yang ketika itu telah pindah ke pemindai elektronik. Dalam
pada itu EMI, dengan aksesnya kepada paten-paten RCA, telah membuat sebuah
tim yang luar biasa, dipimpin oleh seorang murid Rosing yang lain, Isaac
Shoenberg, yang dahulu pernah bekerja di Marconi Company, termasuk Alan
Blumlein, 'seorang jenius yang subur dengan hujan gagasan'. Dengan meng-
gunakan sebuah kamera Emitron, mereka mulai mengembangkan sebuah sistem
405-garis untuk Inggris. Pada waktu yang sama, Telefunken di Jerman, dengan
kepentingan gramofon sebagaimana juga radio dan televisi, sedang ber-
eksperimen dengan sebuah rekayasa Zworykin.
Baik di Jerman maupun di Inggris, dua sistem televisi itu saling bersaing di
pertengahan tahun 1930-an dan mencapai puncaknya di Inggris ketika keduanya
berhadapan langsung di pengadilan—sebagaimana dalam kasus sejarah kereta-
api—dalam musim gugur 1936. Di bulan Januari 1935, sebuah tim pemeriksa
pemerintah resmi merekomendasikan dibukanya sebuah layanan terbatas namun
pada akhirnya bersifat 'umum' (tanpa mengajukan saran-saran yang jelas tentang
keuangan) dan mendirikan sebuah Komite Penasehat Televisi; dan untuk
menanggapinya, BBC mengatur sebuah transmisi televisi pertama dari
Radiolympia, pekan-raya radio, bulan Agustus 1936. Acaranya yang pertama
dinamakan Here 's Looking at You. Pengadilan mulai berlangsung serius tanggal
2 November, dan ketika diundi dengan mata-uang logam, sistem Baird diberi
kesempatan yang pertama: ia menjelaskan instalasinya sebagai telah dibuat
'dengan ketekunan yang khas Inggris yang sama kukuhnya dengan sebuah kapal-
perang', sedangkan Marconi-EMI dengan yakin sekali memilih semboyannya
'Sistem Hari Ini dan Esok'.
Studio-studio pertama yang digunakan BBC berada di Alexandra Palace,
sebuah pusat hiburan yang besar pada abad ke-19 di London Utara, lengkap
dengan orgel dan pacuan-kudanya. Ketika itu, Baird sendiri sedang bekeija di
Crystal Palace. Dengan demikian, teknologi televisi baru yang maju ini
berkembang di London di dalam kerangka Victoria. Namun, teknologi EMIlah
yang benar-benar telah dimajukan; sebagaimana Cecil Madden, yang mengurus
acara itu, mengatakan, bekeija dalam studio Baird itu 'sedikit menyerupai kode
Morse ketika Anda mengetahui bahwa di rumah sebelah dapat menggunakan
telepon'. Pertimbangan ini bukannya tidak khas. Ketika insinyur BBC, D. C.
Birkinshaw melihat untuk pertama kali sistem Marconi-EMI itu tahun 1934,
yang diperlengkapi dengan kamera-kamera Emitron yang baru, maka ia tidak

217
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

ragu sedikitpun bahwa hal itu akan berhasil dengan hebat—dan ia memiliki sebuah
alasan tambahan:

Sebuah gambar tidak dihasilkan dengan alat mekanis. Tidak ada cakram
yang mendengung, tidak ada genderang kaca, tenang, ringan, dapat dibawa-
bawa. Ia memperlihatkan cara segala sesuatunya berjalan. Ia gampang
dilihat, bahkan ketika itu, sistem Baird pada akhirnya tidak dapat dibawa ke
mana-mana karena televisi harus mengikuti arahan suara radio dan melaku-
kan tugas di luar menyiarkan, dan tidak ada cara apapun yang dapat saya
lihat bahwa segala sesuatunya yang begitu jauh ditemukan atau diproyek-
sikan oleh Baird akan pernah melakukan sesuatu di luar penyiaran.

Ia benar. Baird, yang telah melakukan lebih dari orang lain manapun di dunia
untuk mempublikasikan televisi praktis, sudah pasti akan kalah dalam pertarungan
itu—dan dengan kekalahan itu, ia akan kalah dalam banyak hal yang lain. Ia
terus bekerja di televisi sampai ia meninggal, namun perusahaannya telah
ditempatkan di tangan para ahli waris pada tahun 1939.
Salah seorang insinyur yang telah bekerja dengan Baird dan menjadi
konsultan radar, bagian dari suatu sistem yang memenuhi kebutuhan perang,
menempatkan pekerjaan Baird ke dalam perspektif jangka panjang. Ta adalah',
demikian Jim Percy menulis, 'persis di akhir masa mekanika. Ia berpikir dari
segi roda dan jentera dan alat-alat yang berputar di sekelilingnya. Ia benar-
benar tidak berada dengan masa elektronika sama sekali. Ia nyaris tidak
mengetahui bagaimana cara kerja sebuah tabung katoda. Namun ia telah
menciptakan sebuah permintaan.... Jika bukan karena teriakan dan sorakan
dan menempatkan gambar-gambar 30-barisnya di London, maka kita tidak
akan memiliki televisi di negeri ini sebelum Perang. Ia telah memperlihatkan
bahwa televisi itu dapat dibuat bukan dengan cara yang seharusnya televisi
dibuat.'
Di negara-negara Eropa lain, tanpa seorang Baird, maka televisi elektronik
dimenangkan dengan lebih mudah, dan di Jerman, Femseh, seperti Baird, kalah
terhadap saingannya. Dalam pada itu, produksi kamera dan alat televisi men-
dapat kemajuan di Belanda dan di Swedia. The Philips Company membangun
sebuah iconoscope Belanda tahun 1935, dan pada tahun yang sama memulai
transmisi percobaan 180-baris, yang kemudian mengubah ketajamannya menjadi
450-baris, kemudian 405, seperti di Inggris; dan ketika Perang Dunia II pecah
tahun 1939, perangkat televisi Philips dijual, karena mampu digunakan baik di

2 1 8
Proses dan Pola-pola

Belanda dan di Inggris. Di Swedia, siaran percobaan, yang mendapat lisensi


dari the Swedish Board of Telegraphy and Radio AB, suatu cabang dari W. M.
Ericsson Telephone Manufacturing Company, telah mulai pada tahun 1939.
Di Prancis, terdapat percobaan-percobaan dari cabang-cabang Baird
sebelum dipasangnya sebuah iconoscope di Pameran Paris tahun 1937, dan
sebuah stasiun yang baru telah dibuka di Menara Eiffel oleh the Administration
des Postes, Telegraphes et Telephones. Dengan menggunakan 455 baris, stasiun
itu dikatakan tahun 1939 memiliki kapasitas puncak 45.000 Watt, sehingga
menjadikannya stasiun televisi yang paling kuat di dunia.
Dalam pada itu, televisi di Inggris telah dihentikan pada awal perang, dan
meskipun televisi di Jerman dan di Prancis terus berlanjut, meski tidak secara
teratur, namun ia baru dihidupkan kembali di London tahun 1946, masih untuk
pendengar yang sangat terbatas. 'The Age of Television', yang akan dijelaskan
dalam bab berikut, baru dimulai pada tahun 1950-an (lihat hlm. 290-291). Di
Amerika Serikat dan Jepang, digunakan 525 baris: di Eropa pada umumnya
625. Terlihat kepedulian yang berbeda dan kronologi yang berbeda pula.
Masalah kontrol yang sama juga diangkat sebagaimana sebelumnya dalam siaran
radio.

Gramofon

Salah seorang penemu pertama yang menyibukkan diri dengan transmisi gambar
adalah Edison, namun ia lebih peduli pada tahun 1870-an dengan transmisi kata
dan musik. Karena itu menarik sekali membandingkan sejarah pertama sinema
dengan sejarah pertama industri gramofon. Yang satu membawa orang keluar
rumah, sedangkan yang lain, sebagaimana akan dilakukan televisi, menahan orang
di dalam rumah. Tetapi sebelum Edison terlibat, adalah seorang fotografer Prancis,
yaitu Nadar, yang membayangkan dalam bahasa yang bernada tinggi tentang
sebuah 'daguerreotye akustik yang dengan setia dan tanpa lelah menghasilkan
kembali semua suara yang menjadi sasaran objektivitasnya'. Seperti Sarnoff
jauh setelah dia, Nadar mengusulkan 'sebuah kotak di mana melodi dapat
ditangkap dan dipertahankan, sebagaimana camera obscura menangkap dan
mempertahankan gambar'. Mesin itu ia namakan sebuah fonograf.
Edison, yang ketika berumur 30 tahun disebut dalam beberapa surat-
kabar Amerika sebagai Profesor Edison, telah mengubah konsep itu menjadi
kenyataan, yang menaruh perhatian pada lebih dari hanya sekedar mencatat

219
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

suara bagi orang-orang sezaman dengannya. Setelah penelitian tim yang cermat
dan dicatat dengan baik, maka ia mempatenkan sebuah 'telegraphic reporter'
yang mekanis pada tahun 1877, setahun setelah paten telepon Bell, di mana di
dalam sebuah cakram yang ditutupi kertas berputar di atas sebuah meja yang
berputar dan sebuah jarum yang menyentuh cakram itu yang digantungkan pada
sebuah lengan yang ditandai oleh serentetan titik dan garis dalam sebuah spiral.
Edison sama sekali tidak ragu bahwa ia mampu mencatat dan menghasilkan
kembali suara manusia, dan dalam majalah Scientific American ia menjelaskan
penemuannya sebagai 'penemuan menakjubkan yang mampu mengulang kembali
pembicaraan secara tak terbatas dengan menggunakan catatan otomatis'.
Pelanggan telepon, demikian Edison, bisa menghubungkan teleponnya
kepada sebuah fonograf—kata yang sama—yang mana 'dengan masing-masing
panggilan' akan dapat 'memberitahukan lawan bicara itu bahwa ia [sedang]
keluar dan bahwa ia [akan] kembali pada waktu tertentu. Demikian pula, seorang
pelanggan yang memanggil seorang lain dan menemukan bahwa ia tidak berada
di rumah akan mampu mengatakan apa yang diinginkannya dan mencatatkan
hal itu di dalam fonograf.' Pada saat itu, Edison telah mendahului zamannya,
sama seperti para peramal telepon mobile. Ia juga mencatat, sama dengan Bell,
bahwa siapa yang telah membuat sebuah 'gramofon', kemungkinan menggunakan
fonograf sebagai sebuah mesin pendikte kantor, yang akan memperkuat penemuan
utama lain pada abad ke-19, yaitu mesin tulis, yang terdapat dalam banyak
versi.
Seperti biasa, para wartawan pergi lebih jauh (pada permulaannya) dalam
memikirkan berbagai penggunaannya. Bagi Leslie's Weekly, fonograf itu akan
'mengubah semua galur jalan jarum dan menciptakan sebuah keteraturan segala
sesuatunya yang belum pernah diimpikan sebelumnya bahkan dalam khayalan
hidup Ratu Scheherazade dalam Cerita 1001 Malamnya'. Edison tidak
menyenangi bahasa ini, namun pada tahun 1878 ia juga menganjurkan sepuluh
penggunaan yang mungkin dari fonografnya. Ia mungkin saja 'secara liberal
dikerahkan untuk musik', namun kegunaannya yang keempat adalah sebagai
'sebuah catatan keluarga', 'catatan atas ucapan-ucapan, kenang-kenangan, dll.,
dari para anggota keluarga dan kata-kata mereka yang yang telah meninggal'.
The Electric World tahun 1890 menggoda para pembacanya dengan sebuah
daya-tarik: 'Cobalah bayangkan sebuah wawancara dengan Gladstone atau
Bismarck yang direproduksi bukan hanya dengan kata-kata orang lain tetapi
juga dengan gaya ucapan para negarawan besar itu sendiri.' Penulis itu sedang
memikirkan bukan hanya tentang ruangan kelas tetapi juga tentang surat-kabar

2 2 0
Proses dan Pola-pola

yang difonografikan yang masuk ke dalam rumah-tangga. Mesin bicara Edison


itu benar-benar mencatat Gladstone, penyair Robert Browning dan Kardinal
Manning.
dalam tahun-tahun pertama industri fonograf, ketika kemajuan pasar
lamban sekali, terjadi pertarungan kepentingan yang sengit antara Edison dan
Bell, sebelum seseorang yang datang dari luar, Jesse H. Lippincott, seorang
pedagang dari Pittsburg, berhasil mengendalikan keduanya pada tahun 1888,
hanya untuk bangkrut dengan cepat sekali dua tahun kemudian. Pada tahun
berikutnya, ada sebuah perusahaan baru yang harus diperhitungkan, the Columbia
Phonograph Company; dan bahkan sebelum itu Emile Berliner (1851-1921),
seorang penemu asal Jerman, yang pernah bekerja pada Bell namun memutuskan
hubungannya pada tahun 1883, telah masuk ke dalam skenario. Berliner
mendasarkan pekerjaannya pada karya penemu-penemu lain pada saat ia
mengembangkan sebuah mesin pemutar-cakram dengan jalur baru, yang
dinamakannya 'gramofon', di tahun 1888 Selanjurnya, dengan dikembangkan
lagi secara teknis oleh Eldridge Johnson, yang memperkenalkan gerakan yang
bekerja seperti jam dan kecepatan yang dikendalikan, maka inilah gramofon
yang akan menjadi produk yang berhasil sekali di masa-datang yang dekat.
Teknologi di belakang kedua produk itu berbeda, demikian pula maksud
para penemunya. Karena tertarik sekali dalam kualitas perekaman musik
klasik—Berliner itu adalah seorang pencinta musik—maka ia memilih untuk
menggunakan sebuah cetakan untuk membuat duplikasi rekaman suara. Baginya
keadaan dapat diulang itu lebih penting daripada yang pada mulanya dirintis
Edison atau Bell. Dengan cepat sekali, Edison menyadari bahwa cakram
gramofon Berliner yang datar itu, yang dinamakannya 'piringan', yang selanjutnya
akan terkenal sebagai 'piringan hitam', menjadi jauh lebih populer dibandingkan
silendernya sendiri, namun dalam dekade pertama abad ke-20, setelah
persetujuan bersama tentang paten pada tahun 1901 dan habisnya masa paten-
paten Edison yang lain pada tahun 1903, maka harga tabung silender itu jatuh.
Yang bertanggung-jawab untuk ini pada umumnya adalah proses-proses teknis
yang baru.
Struktur perusahaan gramofon itu demikian rumitnya dan berbeda pada
kedua pantai Samudera Atlantik. Di Amerika Serikat, the Victor Talking Machine
Company, didirikan pada tahun 1901, berhasil menggenggam industri gramofon
Amerika selama lebih dari setengah abad. Pendekatannya mengikuti apa yang
dinamakan oleh Michael Cannon 'sebuah model konsumsi': piringan hitam itu
diperlakukan sebagai sebuah buku bukan sebagai sebuah fonograf. Namun,

2 2 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

para pemainnya berhasil mendapat uang yang jauh lebih besar karena rekaman
mereka dibanding yang diperoleh para pengarang dari buku-buku mereka.
Demikianlah, penyanyi tenor Italia Enrico Caruso, yang membuat rekaman
piringan-hitamnya yang pertama pada tahun 1901, dan terjual lebih dari sejuta
copy pada tahun 1904, terus maju untuk meraih dua juta dollar dari piringan
hitamnya ketika ia meninggal pada tahun 1921.
Organisasi musik, yang klasik dan yang pop, dan peruntungan para
pemusik, berdasarkan hak-hak pertunjukan, akan berubah melalui apa yang
pada mulanya dinamakan 'mechanical music'. Demikian pula dengan kehidupan
para pendengar. Bukan secara sekaligus gramofon itu mengambil tempat piano
di rumah, suatu benda yang sangat berbeda penampilannya, dengan suatu
gambaran yang akrab untuk dimainkan dengan musik, yaitu gambar seekor anjing
yang sedang mendengarkannya. (Label His Majesty's Voice itu, yang terkenal
di seluruh Eropa, telah dirancang oleh seorang pelukis yang untuk pertama kalinya
menggambarkan sebuah mesin Edison dalam salah satu lukisannya). Akan tetapi
yang terlibat lebih dari hanya sekedar gambar saja, karena dalam jangka panjang,
melalui rekaman dan broadcasting, terdapat suatu perbaikan yang hebat sekali,
baik dalam kualitas pertunjukan maupun dalam kualitas rekamannya. Dalam
pada itu, pendapatan the Victor Talking Machine Company bertambah tujuh
kali lipat antara tahun 1902-1917, ketika Amerika Serikat memasuki Perang
Dunia I. Pada tahun 1914, ia merupakan salah satu dari hampir 200 perusahaan
gramofon di Amerika, bandingkan dengan 80 perusahaan di Inggris, dan pada
akhir Perang Dunia I ia memiliki aset modal hanya sedikit di bawah £38 juta.
Di Eropa benua, di mana perusahaan-perusahaan gramofon yang lain telah
bermunculan, maka kisahnya dimulai dengan Pathe Freres di Prancis, yang
dibentuk pada tahun 1898, yang menghasilkan gramofon silinder sebelum pindah
ke cakram tahun 1906. Perpindahan itu lebih umum, meskipun di Inggris silinder
itu jauh lebih populer dibanding cakram sampai terjadinya krisis keuangan tahun
1908, ketika banyak bisnis yang menghilang dalam apa yang dinamakan sebuah
majalah bisnis 'sebuah penampilan yang baik ... yang memisahkan isi dari
kulitnya'. 'Dalam sebuah industri seperti ini, yang masih berada di dalam sibuk-
sibuknya pembangunan', ia mengatakan, 'secara umum, hal ini selalu demikian.'
Akan tetapi, bisnis bangkit kembali antara saat itu dan tahun 1914, dengan
Jerman memainkan bagian yang makin besar dalam perdagangan internasional.
Setelah Perang Dunia I, the Victor Talking Machine Company menjual
empat kali lebih banyak piringan hitam pada tahun 1921 dibanding yang telah
dilakukannya tahun 1914, dan perusahaan-perusahaan saingan juga tampak lebih

222
Proses dan Pola-pola

kuat di Inggris dan Eropa benua. Akan tetapi berbeda dari industri sinema,
industri gramofon akan menghadapi suatu krisis besar antara tahun 1929-1932.
Ia dapat bertahan hidup dalam Depresi Besar itu, namun hanya enam juta piringan
hitam saja yang terjual pada tahun 1932, berarti hanya 6 persen dari penjualan
total tahun 1927. Masa keemasan piringan hitam, jika bukan masa keemasan
gramofon, masih harus ditunggu.

Kesimpulan

Bab ini serta bab sebelumnya telah menggambarkan dalam sebuah kerangka
kronologis perkembangan komunikasi dari datangnya tenaga uap hingga tahun
1920-an dan permulaan tahun 1930-an, ketika terdapat banyak instrumen media
dan ketika organisasi-organisasi media yang baru telah diciptakan, yang beberapa
di antaranya cepat sekali menjadi lembaga. Ada banyak silsilah yang berbeda
dalam masing-masing cabang, lain dari apa yang dipikirkan orang sebagai satu
industri media tunggal, akan tetapi ada hubungan dan tumpang-tindih ekonomi,
sosial dan teknologi, yang dikenal oleh orang-orang masa itu. Science Siftings
memilih untuk mulai dengan kereta-api, ketika bahkan sejak tahun 1892, ia
mengamati bagaimana 'kita semuanya belajar untuk bergerak bersama, bertindak
bersama, dan mencapainya dalam perusahaan yang besar-besar'; dan dalam
tahun itu juga, The Electrical Engineer, yang memetakan apa yang telah
dilakukan dalam hubungannya dengan tersebarnya layanan pesan, dapat
mengambil kesimpulan bahwa 'teriakan itu masih untuk komunikasi yang lebih
cepat'.
Masalahnya bukan hanya orang-seorang, seperti Wheatstone atau Vail
atau, di atas semua itu, Edison, yang merangkaikan hubungan-hubungan itu.
Terlihat pula hubungan-hubungan geografis. London dan Paris selalu terdapat
dalam peta komunikasi. Demikian pula, setelah munculnya dari dataran Barat-
tengah Amerika Serikat, yaitu Chicago. Namun tempat-tempat yang jauh lebih
kecil, seperti Lowell, muncul di atas peta pada beberapa titik dalam waktu yang
bersamaan; dan Hollywood di sebelah barat akan mengubah keadaan di mana
ia menemukan dirinya, seperti apa yang dilakukan Silicon Valley setengah abad
kemudian.
Dua inovasi di akhir abad ke-19 dan abad ke-20 dalam transportasi,
yang satu disebutkan pada lebih dari satu titik dalam survei ini, mempengaruhi
gambaran secara keseluruhan—yaitu mobil dan pesawat-terbang—dengan

2 2 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 20. Alfred Harmsword, Viscount Northcliffe pertama, rajanya pers Inggris,
terlihat di sini di tahun 1911 berfoto bersama keluarga Astor, di antara mobil-mobil
kesayangannya

datangnya sepeda yang berfungsi sebagai pendahulu mobil, yang pada akhir
abad ke-19 masih merupakan barang mewah. Juga dibuatnya sepeda mem-
berikan suatu masa mempelajari sesuatu yang baru bagi beberapa penemu yang
terlibat. Demikianlah, di Inggris, Edward Butler, yang menghasilkan mesin
pertama yang menggunakan bensin pada sebuah mobil, dan memulainya dengan
merancang sebuah sepeda yang dijalankan dengan bensin, dan William Morris
(1877-1963), yang kemudian menjadi Lord Nuffield, telah memperbaiki sepeda
di Oxford sebelum dan setelah ia memperbaiki mobil.
Yang paling penting dari segalanya dalam sejarah media, adalah Alfred
Harmsworth, yang kemudian menjadi Lord Northcliffe (1865-1922), pendiri
koran Answers dan the Daily Mail, yang bekerja bagi majalah sepeda Wheel
Life dan Bicycling Time sebelum ia maju terus ke dalam bisnis permobilan,
yang merupakan kecintaannya yang paling besar, dan dalam waktu yang sama

2 2 4
Proses dan Pola-pola

menjadi 'orang terkaya di bidang media'. Tahun 1902, ia menerbitkan sebuah


buku yang masih dapat dibaca sampai sekarang, Motors and Motor Driving.
Di Amerika Serikat, Hiram Maxim (1869-1936), anak dari pencipta senapan
Maxim dan ia sendiri juga pencipta sebuah mobil, telah menulis dengan mengenang
kembali ke belakang dalam buku otobiografinya bahwa 'sepeda itu tidak dapat
memuaskan tuntutan yang telah diciptakannya sendiri. Yang diperlukan adalah
kendaraan yang digerakkan secara mekanis, dan bukannya kendaraan yang
digerakkan dengan kaki, dan sekarang kita mengetahui bahwa yang menjadi
jawabannya adalah mobil.'
Hal itu bukanlah jawaban bagi orang-orang yang pada abad ke-20 tidak
mampu membeli mobil, bahkan setelah mereka berhenti hidup mewah, karena
sepeda tidak hanya sama-sama ada dengan mobil (sama halnya dengan media
lama dan media yang baru sama-sama ada), tetapi akan tetap menjadi bentuk
transportasi yang dominan di Cina pada penghujung abad ke-20. Dalam pada
itu, Jepang telah menjadi produsen utama sepeda motor dan mobil, beberapa
dari tahun 1960-an dan seterusnya menjadi produk barang mewah. Terdapat
pula tinjauan dari sudut psikologis dan ekonomi terhadap perkembangan
transportasi sebagai media, sebagaimana dengan periklanan. Sepeda itu dapat
dianggap,—sebagaimana Marshall McLuhan (1911-1980) menganggap media—
seperti radio dan televisi pada tahun 1960-an, sebagai suatu 'perpanjangan
tangan' manusia. Orang yang berada di atas sepeda motor bukan hanya seorang
manusia dan sebuah mesin. Ia juga menjadi 'orang yang lebih cepat'.
Bagian-bagian sepeda motor yang berbeda itu, seperti halnya dengan
bagian-bagian yang berbeda dari kereta-api (relnya, lokomotifnya, stasiunnya,
sinyal-sinyalnya), masing-masing memiliki sejarahnya sendiri-sendiri—kemudi
(1817), pedal (1839), engkel roda depan (1861), ban yang berisi angin (1890),
kendali-depan yang bergigi (1889-1896)—dan banyak produk lanjutan,
termasuk velocipedes Prancis (dalam bahasa Inggrisnya 'pengguncang tulang')
dan sepeda roda-tiga. Semuanya itu diasosiasikan bukan hanya dengan orang-
seorang (baik wanita maupun pria) maupun dengan keluarga, akan tetapi secara
kolektif dengan klub-klub. Sepeda merupakan wahana transportasi yang
'demokratis'. Mobil mendapatkan cap yang sama hanya dengan nama Ford,
seorang tokoh yang berpengaruh di masa hidupnya, sama dengan James Watt
atau Matthew Boulton. Model T-nya Ford, yang mulai digulirkan tahun 1908,
adalah berdasarkan prinsip yang tidak menarik bagi perancang mode pakaian,
bahwa mobil yang satu harus serupa dengan mobil yang lain, suatu produk yang
telah dibakukan untuk kemudian dijual dengan harga semurah mungkin.

2 2 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Mobil harus dianggap berada di antara tumpukan penemuan yang telah


menimbulkan suatu abad baru yang telah dinamai baik 'the Age of Atomobile'
maupun 'the Age of Broadcasting'. Pada saat munculnya 'satu mukjizat yang
disusul mukjizat-mukjizat lain', maka otomobil - atau 'motorcars' sebagaimana
dinamakan di Inggris - mungkin karena berbagai alasan teknis, ditolak untuk
menjadi suatu produk yang dihasilkan dengan tenaga listrik. Sebagaimana yang
telah terjadi, semuanya lalu tergantung pada industri minyak, dalam skala
internasional, namun dengan suatu geopolitik khususnya sendiri, yang makin
penting lagi dengan majunya pesawat terbang dan lalu-lintas udara, yang akan
dibahas dalam bab-bab berikut buku ini.
Akibat sosial dari segala penemuan itu agaknya saling bertentangan.
Beberapa di antaranya mendorong privacy sedangkan yang lain mengancamnya.
Beberapa di antaranya malah menimbulkan masalah baru (kecelakaan, polusi).
Ada pula yang menjanjikan dan memberikan kebebasan baru, di antaranya adalah
'kebebasan di jalan-raya'. Bendera merah untuk membatasi kecepatan telah
dikibarkan jauh-jauh sebelum dibangunnya jalan bebas hambatan yang pertama.
Sejak semula, kebebasan di jalan-raya itu telah memperlihatkan perlunya
pengawasan. Surat-kabar, yang bangga dengan kebebasannya di Inggris dan
Amerika Serikat, terutama sekali, telah menekankan pentingnya pengawasan
dalam tajuk-rencana yang seringkali bertentangan dengan iklan-iklan yang
diperlihatkannya.
Karena itu, seperti halnya Bab 1 yang membicarakan jangka waktu
sebelum datangnya era mesin uap, maka dengan melihat ke belakang, adalah
sukar untuk memperlakukan kompleksitas sejarah komunikasi pada abad ke-
19 dari segi yang murni garis lurus saja, meskipun di dalam abad itu suatu perasaan
kemajuan yang sadar-diri, meskipun penuh tantangan, telah mempersatukan kisah
itu sebagaimana orang-orang sekarang melihatnya. Di Paris Exhibition tahun
1900, yang merupakan puncak dari abad itu, di depan gedung Palace of Elec-
tricity, sebuah air mancur yang digerakkan tenaga listrik jatuh ke dalam sebuah
kolam yang berisikan sebuah kelompok yang disoroti lampu terang dan dipahat
'yang melambangkan Kemanusiaan yang disumbangkan oleh Kemajuan' yang
sedang menunggang-balikkan tokoh-tokoh Kemarahan yang melambangkan
'Rutinitas Masa Sekarang dan Masa Lalu'. Dengan mengunjungi pameran yang
sama, maka penulis Amerika yang peka, yaitu Henry Adams, merenungkan kultus
dinamo listrik yang dibandingkannya dengan kultus Bunda Perawan Maria.
Ada lebih dari sekedar hanya kepentingan simbolis saja dalam perpindahan
dari tenaga uap ke tenaga listrik dalam dekade-dekade terakhir abad ke-19,

2 2 6
Proses dan Pola-pola

karena penemuan-penemuan listrik itulah yang tampaknya menunjuk ke arah


masa-depan dalam bentuk yang paling jelas. Sebuah kartun dalam majalah
Punch dalam bulan Februari 1899 memperlihatkan Tenaga Listrik memberikan
Peringatan kepada Tenaga Uap' dalam sebuah konteks kabel di bawah
permukaan air dan telegraf di daratan. Judulnya berbunyi, 'Saya tidak ingin
membuang pelayan lama yang amat berguna itu, namun saya takut kalau-kalau
saya tidak akan mampu mempertahankan masing-masing kamu lebih lama lagi'.
Sebuah konteks yang jauh lebih luas lagi harus dipilih. Tenaga uap memiliki
pendukungnya tersendiri, yang dapat dipahami oleh sejumlah besar orang, namun
tidak dapat diterima oleh banyak dari mereka. Tenaga listrik, sebuah kekuatan
alami, begitu mempesona, namun bukan tidak dipahami. Sekurang-kurangnya,
ia memiliki sebuah misi.
Semenjak tahun 1900, sebagaimana dikemukakan oleh sejarawan
teknologi Amerika, Robert Rosenberg, kata baru 'kelistrikan [electician]' itu
telah melingkupi banyak sekali pekerjaan, 'suatu keragaman bidang kerja mulai
dari menjaga mesin sampai mendesain motor, dan dari ahli fisika sampai operator
telegraf', meskipun terdapat pula apa yang dinamakan Carolyn Marvin suatu
'priesthood' - yaitu orang-orang yang tidak hanya memiliki ilmu-pengetahuan
khusus tetapi juga kewibawaan. Akan tetapi, wanita tidak termasuk di dalamnya,
kecuali apabila mereka terpanggil untuk menggambarkan 'the gddess of electricity'
atau dalam bentuk yang lebih prosaik lagi 'the Electric Light'; memang, salah
seorang dari anak perempuan Marconi diberi nama Electra.
Keuntungan bukan merupakan sumber dari misi listrik itu, dan orang-
orang yang telah mendapatkan keuntungan dari tenaga listrik, sama seperti orang-
orang yang telah mendapatkan keuntungan dari tenaga uap, terdiri dari berbagai
jenis orang, terlepas dari apakah mereka sedang membuat perkakas hasil
keterampilan manusia atau menyebar-luaskannya. Mereka berada di dalam
kalangan pencipta media komunikasi modem, 'media untuk jutaan orang', dimulai
dengan pers yang dicetak sebelum adanya sinema dan siaran radio. Hanya
dengan memikirkan kembali ke belakang, para pencipta itu tampak seperti
'pengusaha budaya' [cultural entrepeneur]. Namun, implikasi tenaga listrik-
dan kemudian juga implikasi barang-barang elektronik-bagi komunikasi menjadi
jauh lebih besar dibandingkan implikasi tenaga uap di masa lalu. Salah satu
alasannya adalah bahwa tenaga listrik, berbeda dari tenaga uap, dapat dianggap
sebagai keperluan, dan perkembangan keperluan itu, di antaranya pasokan air,
amat tergantung pada diperkenalkannya sistem prasarananya, baik yang dimiliki
umum maupun yang dimiliki pribadi.

227
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Buku T. P. Hughes, Networks of Power: Electrification in Western


Society, 1880-1930 (1983) adalah sebuah buku yang berkenaan dengan masa-
masa awal. Di Amerika Serikat dan Inggris - dan dalam jumlah yang relatif
lebih kecil di negara-negara lain - prasarana listrik telah terpasang pada tahun
1900. Edison menyadari dengan jelas dua-puluh tahun sebelumnya bahwa lampu
listrik tidak akan dapat dijual dalam jumlah jutaan buah, kecuali apabila tenaga
listrik itu dimasukkan ke rumah-rumah. Dalam sejarah tenaga uap, tidak ada
tantangan seperti itu, meskipun telah ada apa yang dinamakan 'kasus yang analogi
dengan gas' dan dalam kasus-kasus telegraf dan telepon yang menyusul. Investasi
korporasi merupakan sebuah syarat penting bagi pembiayaan orang-seorang
atau keluarga yang berjangka luas, dan bahkan juga yang bersifat universal.
Di sini terdapat sebuah lingkaran yang semakin meluas, dan bukannya
sebuah rentetan kejadian. Namun, apa yang dinamakan 'rumah-tangga' itu
meskipun mempakan kepentingan yang relatif sedikit bagi 'jagoan-jagoan tenaga
uap' mempakan kepentingan utama bagi para perintis tenaga listrik, sebagaimana
juga dengan para pemilik media, bahkan sebelum dieksploitasinya tenaga listrik.
Maka ditentukanlah suatu lingkaran hubungan pribadi dan umum, sekurang-
kurangnya bagi para pengusaha kaya, dalam tahun 1870-an:

Rumah adalah pusat darimana orang maju ke dunia bisnis, dan bisnis adalah
bidang darimana mereka pulang ke rumah dengan hasil rampasan.

Hidup di pinggir kota selanjutnya meningkatkan penarikan diri dari rumah, namun
hal itu bukanlah satu-satunya faktor pendorongnya, bahkan di Chicago yang
digambarkan oleh Richard Sennet dalam bukunya Families Against the City
(1970). Tempat wanita yang sedang berubah di rumah-tangga dan perbedaan
yang sangat tajam dalam hubungan ini antara abad ke-19 dan abad ke-20
mempakan suatu faktor yang lebih berkaitan.
Bagi orang-orang yang pulang ke rumah dengan membawa gaji, dan
bukannya 'rampasan' - dan, kecuali dalam propaganda, maka mereka itu
bukanlah sebuah kelas pekerja yang tunggal - dan hubungan antara rumah dan
jalanan berubah sebanyak hubungan antara kota dan daerah pinggiran kota.
'Pintar di jalanan' tetap mempakan sebuah kata-sifat yang menentukan. Ketika
menuliskan pengalamannya di Inggris pada permulaan abad ke-20 (dan ada
banyak kesejajaran sejarah di Amerika Serikat), Robert Roberts menggam-
barkannya dalam bentuk yang penuh kenangan, meskipun agak dilebih-lebihkan,

2 2 8
Proses dan Pola-pola

dalam bukunya berjudul The Classic Slum (1971), yang juga telah menjadi
buku klasik:

... rumah, meskipun miskin, adalah pusat dari segala kecintaan dan
kepentingan, sebuah kubu y a n g sehat dalam m e n g h a d a p i sebuah dunia y a n g
buas. Lagu-lagu y a n g m e m u j i - m u j i k e i n d a h a n n y a ada di bibir setiap orang.
' R u m a h - t a n g g a y a n g m a n i s ' , y a n g k e d e n g a r a n u n t u k p e r t a m a kalinya d i
tahun 1870-an, telah m e n j a d i lagu kebangsaan kedua. D a l a m r u m a h - t a n g g a
kelas p e k e r j a j a r a n g sekali kita tidak melihat a d a n y a tulisan seperti ' R u m a h
adalah sarang di mana terdapat segala yang terbaik' terpampang di
dindingnya.

Bagaimana keseimbangan antara yang publik dan yang pribadi telah berubah
selanjutnya dalam abad yang ke-20 merupakan salah satu tema dari bab berikut
- tetapi telah dimulai jauh sebelumnya dalam waktu, dengan munculnya pers,
dan hanya berhenti pada perubahan komunikasi pada dekade terakhir dari abad
ke-20. Sejak timbulnya mikroelektronik dan komputer, maka label 'revolusi'
telah dipasang pada semua itu, kadang-kadang dengan pemikiran yang tidak
memadai.
Seperti pada Bab 2, maka bab yang berikut memusatkan perhatian pada
periode-periode tertentu dan pada kelompok-kelompok tertentu dari peristiwa,
pribadi dan kecenderungan tertentu, sambil memilih empat periode yang saling
bertumpang-tindih sebagai 'the age of fourth estate-media sebagai kekuatan
keempat', 'the age of broadcasting', 'the age of cinema' dan 'the age of television'.
Dalam hubungannya dengan masing-masing periode atau kumpulan periode ini,
maka bab berikut secara ringkas membicarakan tiga fungsi berbagai media yang
umumnya diakui - yaitu informasi, pendidikan dan hiburan - serta menjelaskan
berbagai hal yang berkenaan dengannya.

229
ebagaimana diperlihatkan dalam bab-bab terdahulu, maka pentingnya
informasi, yang menjadi sebuah trinitas yang seolah suci - yaitu informasi,
pendidikan dan hiburan [entertainment] - telah diakui sepenuhnya jauh
sebelum populer istilah 'masyarakat informasi' dan 'teknologi informasi' dalam
tahun 1970-an dan 1980-an. Namun unsur-unsur trinitas itu sendiri tidak selalu
dapat diidentifikasi dengan bahasa yang sama. 'Informasi' biasanya dijelaskan
pada abad ke-17 dan ke-18 sebagai 'kecerdasan'; 'pendidikan' sebagai 'pela-
jaran'; dan 'hiburan' sebagai 'rekreasi', 'pembunuh waktu' atau 'kesenangan'.
Istilah-istilah yang serupa dengan itu terdapat pula dalam bahasa-bahasa Eropa
lain.
Baik pendidikan maupun hiburan, keduanya itu memiliki sejarah panjang
ke belakang ke dunia kuno, dalam lingkungan akademi, perpustakaan,
permainan, teater. Demikian pula halnya dengan 'kecerdasan' [intelligence].
Kata-keija 'to inform', yang berasal dari bahasa Latin, makna aslinya baik dalam
bahasa Inggris maupun Prancis, tidak hanya memberikan fakta-fakta, yang
mungkin sekali bersifat tuduhan, tetapi juga 'membentuk pemikiran' [forming
the mind]. Pentingnya informasi telah diapresiasi nilai dengan jelas dalam beberapa
kalangan (politik dan ilmiah) pada abad ke-17, akan tetapi telah ditekankan
lebih jauh lagi dalam masyarakat komersial dan industri di abad ke-19, ketika
gagasan tentang kecepatan dan jarak telah berubah.
Sebagaimana dikemukakan Sydney Chapman dalam sebuah buku tentang
industri kapas di Lancashire, yang terbit tahun 1904, 'pada abad lalu jumlah dan
ketepatan informasi yang berada di tangan para penjual bertambah dengan besar
sekali; dan waktu yang hilang antara suatu peristiwa dan pengetahuan publik
tentang peristiwa itu telah menciut menjadi hanya kecil saja dibandingkan apa

2 3 0
Informasi, Pendidikan, Hiburan

yang pernah ada sebelumnya'. Masalah yang sama dikemukakan dalam buku
Walter Bagehot Lombard Street (1873), yang menjadi pusat Kota London.
Menonjol sekali bahwa di Threadneedle Streetlah yang berdekatan dengannya
ada salah satu perusahaan telegraf yang pertama, yaitu the Magnetic, yang
membangun kantor-kantor yang demikian megahnya pada tahun 1859. Pada
tahun 1884, penyusun apa yang dinamakan 'kamus statistik pertama dalam
bahasa apapun', M. G. Mulhall, menyatakan bahwa antara 1840 dan 1880
perbankan dunia telah bertambah sebelas kali lipat, tiga kali lebih cepat dibanding
perdagangan, dua-puluh kali lebih cepat dibanding pertumbuhan penduduk.
Lebih banyak perubahan daripada kesinambungan dalam pendidikan dan
hiburan selama abad ke-19 dan ke-20. Hal tersebut dapat dijelaskan dari segi
ekonomi dan sosial, asalkan teknologi, yang diperlakukan sebagai suatu kegiatan
sosial, yang melibatkan orang dan produk serta paten, selalu dicakup di dalam
analisis. Teknologi menuntut dan sekaligus menghasilkan pembahan sosial dan
organisasi. Tentu saja terdapat perbedaan-perbedaan struktural, karena media-
media yang berbeda telah mengembangkan lembaganya sendiri. Kebanyakan
pers waktu itu, yang diinformasikan melalui telegraf dan telepon, umumnya berdiri
sendiri sebagai media: akhirnya ia menjadi bagian dari suatu gabungan media.
Sepanjang periode itu, sekolah dan universitas berbeda sekali, sekurang-
kurangnya dalam prinsip, dari kantor surat-kabar, studio radio dan televisi, teater,
sinema dan stadion olahraga, namun sekolah dan universitas dapat - dan seringkah
memang - menggabungkan masing-masing atau semuanya itu. Hal ini benar
baik bagi pendidikan maupun teknologi karena keduanya menuntut dan
menghasilkan pembahan sosial dan organisasi.
Dalam arus sejarah, atau dengan menggunakan metafor lain, 'the march
of time', industrialisasi, sebagaimana telah kita lihat, telah menambah baik harta
maupun waktu luang, telah memberikan makna baru pada masing-masing unsur
trinitas itu. Meskipun ia meminta sirkulasi informasi yang lebih besar dan lebih
dapat dipercaya, namun karena alasan keuangan dan pengendalian proses
industri, dalam jangka panjang industrialisasi juga meminta akses publik yang
lebih luas terhadap pendidikan, yang dimulai di sekolah, di mana kehadiran telah
menjadi diwajibkan di Inggris pada tahun 1880, dan di Prancis, yang disekulerkan
sepenuhnya, pada tahun 1882. (Pmsia telah merintis jalan pada abad ke-18.)
Kepandaian baca-tulis secara massal lalu dianggap penting, sama halnya dengan
pendidikan berkelanjutan dan pengetahuan mengoperasikan komputer pada
dekade terakhir abad ke-20.

2 3 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Demikian pula, dalam jangka panjang, kemajuan industri memerlukan


kesempatan oang bersantai yang lebih besar, baik secara aktif maupun pasif,
dalam bentuk rekreasi. Undang-Undang Pendidikan Nasional yang pertama di
Inggris telah disetujui (meskipun agak terlambat) pada tahun 1870, untuk diikuti
setahun kemudian oleh Undang-Undang Hari-Besar Bank yang pertama, yang
menentukan bahwa hari-hari tertentu menjadi hari libur nasional. Dahulu, hari-
besar itu dihubungkan langsung baik di negara Katolik Roma maupun di negara
Protestan dengan kalender musim atau yang bersifat keagamaan, dan sebagian
daripadanya bersifat lokal. Semakin lama dengan perantaraan media, dalam
abad ke-20, kalender lalu dihubungkan dengan irama kerja dan bermain, dan
dalam proses itu kemudian dikomersialkan. Namun demikan perayaan Hari
Thankgiving tetap menjadi upacara rumah-tangga yang besar di Amerika Serikat,
dan perayaan-perayaan sebelum Masa-Puasa di tempat-tempat yang berbeda
seperti New Orleans, Trinidad, Rio dan Cologne. Di Inggris, tidak ada surat-
kabar yang terbit pada Hari Natal atau Jumat Agung. Di dunia Islam, yang
perannya makin penting pada akhir abad ke-20, masa puasa di bulan Ramadhan
tetap bertahan: termasuk merayakan turunnya al-Qur'an yang pertama kali. Di
negara-negara di mana telah terjadi revolusi, maka ulang tahun revolusi juga
masuk ke dalam penanggalan.
Kerja, yang menjadi inti dari ajaran Victoria, sebagaimana dikotbahkan
oleh Samuel Smiles (yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab maupun
ke dalam bahasa Jepang), tetap merupakan aspek penting dari eksistensi manusia,
yang mendapat penekanan dalam banyak buku-suci. Dan dalam sebuah
masyarakat yang semakin sekuler, kerja diperlakukan dengan jelas sekali sebagai
suatu kebutuhan sosial, baik dalam tahun-tahun di mana terdapat banyak
pengangguran, baik yang bersifat siklus maupun yang bersifat struktural, dan
dalam tahun-tahun kemajuan penghematan tenaga kerja secara teknologi.
Otomatisasi proses industri, yang dimungkinkan oleh elektronika, telah
mempengaruhi dan selalu mempengaruhi penggunaan tenaga kerja persis
sebagaimana juga selalu mempengaruhi media - dengan akibat-akibat
langsungnya yang bersifat kemanusiaan. Cybernetics, yaitu sains tentang kontrol
otomatis dan proses-proses komunikasi dalam dunia binatang dan permesinan,
merupakan judul dari sebuah studi perintisan di Amerika oleh Norbert Wiener
(1894-1964), yang terbit tahun 1948.
Jauh sebelum otomasi menjadi suatu pokok pembicaraan dalam dekade
berikutnya, pola kerja, tempat-kerja dan konteks dan makna kerja telah
mengalami perubahan besar. Perubahan pertama terjadi pada akhir abad ke-

232
Informasi, Pendidikan, Hiburan

18 dan awal abad ke-19 ketika 'industri', yang sebelumnya di abad ke-18
dianggap sebagai suatu petunjuk kualitas manusia, telah diperlakukan secara
terpisah dari pertanian dan pada akhirnya dinyatakan sebagai sektor yang non-
pertanian dari ekonomi produktif. Pada akhir abad ke-20 industri menjadi sebuah
kata yang juga digunakan untuk pertanian, yang posisinya dalam angkatan kerja
- dan juga produk domestik bruto - telah menurun secara dramatis. Perubahan
kedua terjadi dengan 'manajemen ilmiah', yang berdasarkan studi waktu dan
gerakan, yang pertama-tama dikembangkan di Amerika Serikat dan kemudian
diadaptasikan dalam berbagai bentuk di negara yang berbeda-beda. Produsen
mobil Henry Ford, dengan pembakuan garis produk dan pemasangannya, telah
menjadi seorang pahlawan di Uni Soviet.
Pada akhir abad ke-20, kata 'pekerjaan' mulai pula digunakan untuk
bersantai, bepergian dan berolah-raga. Sports mulai menjadi sport (meskipun
bentuk jamak itu masih tetap digunakan di Amerika Serikat); entertaintments
menjadi entertainment (di kedua sisi Lautan Atlantik itu). Bersantai, bepergian
dan berolahraga, semuanya itu sekarang diperlakukan sebagai industri atau, pada
akhirnya, menjadi sebuah sektor dalam industri. Dalam konteks olahraga, para
pemain sepakbola profesional baik dahulu maupun sekarang, dibayar oleh para
manajer yang mungkin memakai atau memecat mereka berdasarkan 'kinerja'
mereka, dan para wartawan seringkah mempertimbangkan perilaku para pemain
di lapangan berdasarkan aspek-aspek ini. Beberapa dari para pemain itu -
baik dahulu maupun sekarang - sangat terkenal yang dibayar dengan gaji yang
luar-biasa tinggi, dengan mengandalkan agen-agen dari jenis yang seperti dimiliki
oleh kebanyakan aktor, pemusik dan penulis sejak tahun 1890-an. Kehidupan
pribadi mereka di luar lapangan disiarkan di dalam media massa. Mereka juga
memiliki 'ruang selebritis' sendiri. Sejumlah dari mereka setelah pensiun terus
menjadi wartawan yang dibayar dengan gaji besar.
Sidang Umum Persatuan Siaran Radio Eropa yang ke-29, yang digelar di
Athena tahun 1978, adalah kesempatan Eropa pertama ketika segala aspek
organisasi olahraga diliput, namun pada tahun 1990-an semuanya ini telah
berubah. Sorotan media massa, yang sebagian daripadanya dimiliki oleh
konglomerat tertentu, kadang-kadang melalui merjer, mendapatkan suatu
kepentingan ekonomi dalam olahraga, sehingga dunia olahraga dikomersialkan
sebagaimana yang dimiliki oleh 'rantai makanan' di bawah pengaruh eceran
sebuah supermarket. Detailnya tidak kurang menarik sebagai perbandingan
menurut waktu, misalnya, presentasi media massa tentang pertandingan Derby
Day atau Super Bowl, peristiwa-peristiwa yang sekarang telah menjadi bagian

2 3 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dari kalender media massa. Sejumlah peristiwa internasional, terutama sekali


Olimpiade, 'yang dihidupkan kembali' di Athena pada tahun 1896, telah menjadi
santapan seluruh media, yang dengan langsung mempengaruhi lokasi dan citra
mereka. Olimpiade di Jerman tahun 1936, yang dikelola (dan direkam dalam
film) oleh Nazi, juga mendapat perhatian sangat besar. Demikian pula dengan
Perayaan 100 Tahun Olimpiade di Atlanta pada tahun 1996, pada saat lebih
dari 10.000 atlet dari 197 negara ikut-serta, dan Olimpiade pertama yang pernah
diadakan di sebuah negara Asia, di Tokyo, Jepang tahun 1964; yang semestinya
telah digelar di sana kalau tidak terhalang oleh Perang Dunia II.
Ada pula dimensi teknologinya. Olimpiade Stockholm tahun 1912,
misalnya, untuk pertama kalinya menyaksikan penggunaan peralatan penentuan
waktu secara elektronik untuk lomba lari. Kamera yang baru dan lebih kecil,
yang ditempatkan dengan hati-hati sekali, memungkin para penonton untuk melihat
aksi itu lebih banyak. Ulangan dengan gerak lambat terlihat sangat mengagumkan
dan dipelajari oleh para atlet itu sendiri. Demikian pula, minggu demi minggu,
kejadian-kejadian di lapangan sepakbola, kriket atau baseball yang disiarkan
melalui televisi, yang melibatkan wasit dan juga para pemain, sekarang berada
di bawah pengawasan yang terus-menerus dari media. Kamera juga dapat
menjadi wasit. Televisi berpengaruh pula terhadap waktu olahraga, bahkan
juga terhadap peraturan-peraturannya. Televisi mengendalikan keuangannya,
dan melalui itu mengendalikan banyak hal yang lain.
Garis pembatas antara informasi dan hiburan semakin lama semakin kabur
pada tahun 1950-an dan 1960-an, baik dalam surat-kabar maupun dalam media
elektronik, dan malah makin tidak jelas. Para produsen mempertunjukkan
olahraga yang telah mapan dengan iringan musik. Mulailah para penonton
menyanyikan lagu-lagu dan bersorak-sorai baik sebelum maupun ketika
permainan berlangsung; sekarang para pemain juga ikut bernyanyi dan (karena
uang) juga melagukan nyanyian di luar lapangan. Ada beberapa jenis olahraga
yang 'gila-gilaan', seperti adu gulat, yang dimasukkan oleh perusahaan-
perusahaan televisi seperti Federasi Adu Gulat (smackdown) Sedunia [World
Wresting federation] hanya untuk hiburan saja.
Akan tetapi, ini bukanlah gejala baru, sebagaimana diperlihatkan oleh
sejarah pers - jauh sebelum Alfred Harmsworth meluncurkan Daily Mail-nya
yang berharga setengah penny di London pada tahun 1896, yang jelas-jelas
bertujuan untuk memberikan hiburan dan juga informasi: Knight yakin bahwa
pengetahuan yang 'berguna' tidak bakal dapat disebarluaskan jika pembacanya
tidak terhibur. Tetapi, surat-kabar milik Harmsworth adalah surat-kabar pertama

2 3 4
Informasi, Pendidikan, Hiburan

yang punya halaman khusus buat wanita, sedangkan 'pertunjukan akrobatik'


merupakan bagian dari strateginya sebagai ciri khas medianya. Bahkan
pendidikan juga tidak luput dari liputannya. Sebagai seorang wartawan Liberal
terkemuka, J. A. Spender, mengamati, 'ia dan para penirunya mempengaruhi
orang biasa lebih daripada apa yang dapat dilakukan semua menteri pendidikan
dikumpulkan bersama'. Teknologi menjadi penting dan terhormat. 'Bukanlah
rahasia', demikian dikatakan pada para pembaca edisi pertama Daily Mail itu,
'bahwa penemuan-penemuan baru yang luar-biasa datang untuk membantu
Pers. Ketikan kami dibuat dengan mesin. Kami dapat mencetak 200.000 surat-
kabar setiap jam, dan telah terpotong dan terlipat dengan baik'.

'Kekuasaan Keempat' - Pers

Ada beberapa rujukan tentang pentingnya teknologi dalam sejarah pers dua
generasi di depan Haimswoith, ketika Amerika mengambil-alih pimpinan Inggris
dalam teknologi percetakan (yaitu pers yang berjenis revolving). Namun,
jurnalisme pop tidak berdasarkan teknologi. Demikian pula dengan argumen-
argumen yang mempertahankan jurnalisme 'lama'. Di pinggir Atlantik yang ini
The Times, organ pers yang dominan di London, diperlakukan sebagai
'kekuasaan keempat'. Orang yang katanya membuat ungkapan itu adalah pakar
sejarah Macaulay, meski ia merujuk pada the Press Gallery di Parlemen, dan
bukannya The Times atau pers sebagai keseluruhan. Konsep Abad Pertengahan
atas sebuah 'milik' - yaitu Lords Spiritual, Lords Temporal dan Commons -
telah dihancurkan di Prancis yang revolusioner, namun sisa-sisanya masih hidup
di Inggris di kedua Dewan Parlemen itu, dan istilah baru 'kekuasaan keempat'
itu dipakai sebagai sebuah judul buku tentang pers oleh F. Knight Hunt, seorang
wartawan tahun 1850. Istilah itu diterima tidak hanya di Inggris tetapi juga di
beberapa negara Eropa dan bahkan juga di Amerika Serikat. Memang, pada
abad ke-20, majalah Amerika Broadcasting mencetak dengan bangga sekali di
kulit depannya kata 'Kekuasaan Kelima'.
The Times, yang digambarkan pada tahun 1871 sebagai 'jurnal terbesar
yang pernah dikenal dunia', adalah sebuah surat-kabar yang mahal, dan ia
kehilangan sebagian dari dominasinya di Inggris setelah kewajiban pajak, yang
telah dikurangi tahun 1836, dihapus sama sekali tahun 1855 dan kewajiban
surat-kabar itu dicabut tahun 1861. Akan tetapi jauh sebelum itu, 'pers penny'
telah muncul di New York sebelum muncul di London, sedangkan surat-kabar
pertama yang berhasil adalah Sun di New York (1833), yang dimulai oleh seorang

2 3 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

pencetak-selebaran yang ulet, Benjamin Day. Ketika ia menghentikan usahanya


pada tahun 1838, ia telah menjual 34.000 eksemplar, yang kebanyakannya di
pojok-pojok jalan. Banyak informasi yang dikandungnya berhubungan dengan
rakyat biasa - dan pihak kepolisian. Sebuah kisah yang seluruhnya bersifat
khayalan tentang kehidupan di bulan, yaitu 'The Moon Hoax', merupakan
sebagian hiburan yang diberikannya.
Yang bersifat pembaharuan dan lebih mencakup dalam visinya adalah surat-
kabar Herald di New York yang diterbitkan James Gordon Bennet (1835).
'Ambisi saya', demikian tulis Bennet (1795-1872), yang lahir di Skotlandia,
'adalah menjadikan pers surat-kabar sebuah badan dan pusat yang besar dari
pemerintah, masyarakat, perdagangan, keuangan, agama, dan peradaban
manusia.' Agama menjadi paling penting dalam daftar ini: 'sebuah surat-kabar
dapat mengirim lebih banyak jiwa orang ke surga dan menyelamatkan lebih
banyak orang dari api neraka, dibandingkan dengan seluruh kelab dan kapel di
New York'. J. G Bennet Jr (1841-1918) mengikuti penuh pendekatan yang
sama: misi Stanley ke Afrika untuk menemukan Livingstone, didanai olehnya.
Juga teknologi merupakan bagian dari visi Bennet. Tahun 1854, Bennet Sr
mengadakan percobaan dengan sebuah metode percetakan dengan
menggunakan sebuah impresi plat metal bukan tipe yang umum dipakai. Ini
merupakan suatu penciptaan baru yang sesungguhnya, dan pada tahun 1870-an
percetakan dengan stereotipe telah berkembang luas. Di Paris, La Presse
menggunakan proses stereotype bahkan sejak tahun 1852.
Sebelas tahun sebelum itu, Horace Greeley (1811-72), pencipta ungkapan
'Pergilah ke barat, wahai anak muda, pergilah ke barat', yang terlibat dalam
jurnalisme sebelum Bennet, meluncurkan Tribune-nya di New York, 'Lembaga
Moral yang Besar', yang diharapkannya akan berswasembada dalam hal
pasokan berita. Ketika itu telah ada 12 surat-kabar harian di kota itu. Pada
saat 7Yibune memuat artikel yang dikirim dari Eropa oleh Marx (yang kebanyakan
ditulis oleh Engels, lihat hlm. 135-136), ia sengaja mengesampingkan beberapa
berita dalam negeri, menolak untuk mencetak rincian peristiwa kejahatan, laporan
pengadilan, dan sandiwara teater. The New York Times (1851), 'sebuah surat-
kabar yang bijaksana', yang didirikan oleh seorang wartawan muda dari staf
Greeley, yaitu Henry Raymond (1820-1869), mengikuti suatu garis yang diakui
berimbang, yang dalam abad ke-20 dikenal sebagai membedakan dengan jelas
antara 'berita' dan 'opini'. 'Kami tidak percaya bahwa segala sesuatu di dalam
masyarakat itu pasti benar atau pasti salah; kami ingin menjaga dan memperbaiki
yang baik; dan ingin menghilangkan dan mereformasi apa yang jahat.'

2 3 6
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Dalam situasi ini - dan juga dalam situasi-situasi lain - pers Amerika
membebaskan diri dari ikatan pada partai politik yang menonjol sekali dalam
perkembangan awalnya. Bagaimanapun bebasnya keadaan, dalam praktek
merupakan suatu masalah hukum juga merupakan masalah politik. Amendemen
Pertama, yang telah dimasukkan ke dalam Bill of Rights yang telah disetujui
Kongres pada tahun 1791, menyatakan bahwa 'Kongres tidak akan membuat
undang-undang yang menghormati pendirian sebuah agama, atau melarang
pelaksanaannya dengan bebas; atau membatasi kebebasan berbicara dan
kebebasan pers.' Bahasa ini tampaknya sederhana, tapi ia mempengaruhi seluruh
sejarah Amerika selanjutnya, namun apa saja arti amandemen itu dalam situasi
yang berubah diserahkan kepada pengadilan - dan kepada wacana publik. Hal
itu tidak pernah menjadi pasti. Hakim Learned Hand sampai berkata bahwa
'kesimpulan yang benar tampaknya akan lebih banyak dikumpulkan dari
sejumlah besar mulut, dibanding melalui pemilihan umum', sedangkan Hakim
Ohver Wendell Holmes (1841-1935) memperkenalkan metafor 'tempat gagasan
pasar bebas'. Siaran radio (lihat hlm. 197) harus diperlakukan secara berbeda
dari pers; ia harus tunduk pada peraturan; salah satu alasannya adalah karena
terbatasnya tempat di dalam spektrum gelombang radio, jika tidak diatur maka
'sejumlah besar bahasa' akan terdengar seperti suara radio rusak yang tidak
ada artinya.
Pertimbangan hukum dan data publik menjadi kusut dengan argumentasi
tentang monopoli. Legislasi dan implementasi anti-trust, yang semuanya itu
menjadi sumber pertarungan pendapat dan pertarungan kepentingan, berpusat
pada istilah 'kepentingan umum' yang juga telah dinyatakan dalam 'fairness's
doctrine' yang dikembangkan oleh Komisi Komunikasi Federal di Washington
tahun 1934 oleh Federal Communication Act (lihat hlm. 198). Hal ini
membebankan sebuah tugas yang terdiri dari dua bagian bagi para penyiar untuk
menyediakan waktu yang masuk akal bagi masalah kepentingan publik yang
kontroversial itu dan memberi kesempatan yang masuk akal pula untuk perspektif
yang saling bertentangan tentang masalah-masalah yang akan didengarkan itu.
Ia merupakan doktrin yang tidak dapat terus hidup pada saat pemberlakuan
deregulasi media elektronik Amerika pada tahun 1980-an dan 1990-an, namun
tentu saja Amendemen Pertama dapat melakukannya. Karena alasan ini saja,
sejarah media Amerika Serikat telah menjadi berbeda dibandingkan dengan
semua negara lain, yang salah satu daripadanya, yaitu Swedia, memiliki sebuah
undang-undang pers yang tua tahun 1766, yang menjaga kebebasan menyatakan
pendapat.

237
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Sejak semula, pers di New York hanya merupakan sebuah unsur dari
pers Amerika yang tidak pernah terpusat dan terus-menerus berbasis lokal.
Demikian pula keadaan pers di Prancis dan Italia, meskipun Paris merupakan
pusat dari surat-kabar bersirkulasi massal di Prancis, dimulai dari Le Petit
Journal tahun 1863, yang menjual seperempat juta eksemplar sehari, yang ketika
itu merupakan sirkulasi yang terbesar di dunia. (Terjadi pula banyak pertikaian
mengenai mana yang paling besar dan juga mana yang merupakan investasi
pertama, namun tanpa melibatkan hukum paten). Le Petit Parisien mengikuti
pada tahun 1876, Le Matin pada tahun 1882, dan Le Journal pada tahun
1889. Di Inggris, pada saat The Times terpukul dalam kompetisi di London
setelah dicabutnya Undang-undang Perangko dan berakhirnya kewajiban-
kewajiban surat-kabar, maka pers daerah mengalami masa makmurnya di tahun-
tahun pertengahan abad ke-19. Tahun 1864, terdapat 96 harian daerah ban-
dingkan dengan 18 buah di London, dan Edward Baines, pemilik Leeds
Mercury yang liberal itu, menyatakan dengan bangga bahwa dari sirkulasi tahunan
surat-kabar yang total berjumlah 546juta eksemplar, maka 340juta daripadanya
adalah penerbitan daerah.
Pers daerah Inggris itu akan kehilangan banyak pengaruhnya pada akhir
abad ke-19 dan di abad ke-20, karena berbagai sebab, informasi - dan juga
hiburan - datang ke pusat kota London. Namun, ada sebuah surat-kabar abad
ke-19, Manchester Guardian, yang pernah menjadi surat-kabar satu penny
pada tahun 1855, yang mendapatkan pembaca nasional di bawah kepemimpinan
yang amat berbakat dari C. P. Scott (1846-1932). Akan tetapi baru pada
tahun 1952, ia menempatkan berita di halaman depan, delapan tahun sebelum
memindahkan kantor percetakannya ke London, setelah menghilangkan
Manchester dari namanya. Scottlah yang pernah berkata tentang televisi bahwa
tidak ada hal baik yang akan timbul daripadanya: kata itu setengahnya dalam
bahasa Latin dan setengahnya lagi dalam bahasa Yunani.
Scott dan keluarganya menganggap Manchester Guardian itu sebagai
sebuah 'surat-kabar berkualitas [quality newspapers]', sebuah istilah Inggris,
dan The Times juga dianggap seperti itu pula pada tahun 1950-an, jauh setelah
istilah 'kekuasaan keempat' tidak terpakai lagi. The Daily Telegraf jatuh ke
dalam kategori 'kualitas' yang sama, meski ia tampak tidak seperti itu ketika
mulai sebagai sebuah surat-kabar harian pada malam dicabutnya bea perangko.
Dengan harga yang dikurangi dari tiga pence menjadi satu penny - dan dengan
ukuran yang digandakan - maka ia langsung mendapat sirkulasi lebih dari dua
kali lipat dari apa yang dimiliki The Times. Ia juga mempunyai staf seorang

2 3 8
Informasi, Pendidikan, Hiburan

wartawan masa pertengahan Victoria yang paling terkenal di negara itu, yaitu G
A. Sala, yang merupakan salah seorang kontributor buku Dickens Household
Words (1850). Dickens sendiri adalah editor pertama dari the Daily News
(1842).
Bagaimana berbedanya surat-surat kabar dan bermacam-macam bagian
dari penduduk Inggris itu dalam memandang dihapuskannya bea perangko dan
kertas - dan bea iklan - memiliki kepentingan strategis dalam sejarah media
massa Inggris. Bea pajak atas kertas, yang diwajibkan di masa pemerintahan
Ratu Anne (lihat hlm. 116), telah dianggap oleh kaum radikal sebagai 'pajak
pengetahuan', dan penghapusannya disambut baik oleh the Morning Star sebagai
'suatu hari berhuruf merah dalam penanggalan Inggris'. Bagi the Daily
Telegraph, hal itu merupakan hal yang mendasar sekali agar produksi kertas
sejak saat itu 'diatur seluruhnya oleh aturan-aturan bisnis'. Tidak hanya surat-
kabar saja yang mendapatkan keuntungan dari penghapusan itu. 'Setiap
perpustakaan juga akan mendapat keuntungan - Shakespeare, Milton dan
Shelley' sama banyaknya dengan 'perpustakaan kereta-api yang tersedia di kedai
buku W. H. Smith (lihat hlm. 152). Penghapusan itu, demikian ia melanjutkan,
akan membukakan para penulis suatu 'bidang luas dalam bentuk yang seimbang
bagi aktivitas jenius dan aktivitas bakat yang belum pernah mereka nikmati
sebelumnya'.
Dengan menggemakan Richard Cobden, yang telah membuat tuntutan
moral bagi kebebasan pers sama agungnya dengan tuntutan untuk pos penny
(lihat hlm. 16), maka Daily Telegraph menambahkan bahwa di masa mendatang
surat-kabar akan dianggap sebagai 'sebuah otoritas yang jauh lebih besar dan
jauh lebih dapat dipercaya dibandingkan Penuntut Umum manapun atau pejabat
sensor Pers manapun'. Penggunaan kata 'otoritas [authority]', yang sebanyak
sebuah kata kunci dalam kosa kata Victorian yaitu 'kemajuan [progress]' (lihat
hlm. 142), menarik sekali, karena kata tersebut akan banyak sekali digunakan
di abad ke-20 dalam hubungannya dengan siaran radio. Bagi Cobden, yang
telah menulis pada tahun 1834 bahwa 'pengaruh opini publik, sebagaimana
dilaksanakan dengan melalui Pers', merupakan 'hal yang menentukan dalam
peradaban modem', sebuah pendapat jauh lebih penting daripada informasi.
Dan ia menuliskan hal ini pada saat ketika kebanyakan editor dan distributor
yang paling bergairah dari sebuah pers yang radikal, yang berurusan dengan
surat-kabar yang tidak berstempel, dikesampingkan oleh kalangan Whig dan
Tory sebagai 'pers orang miskin', menantang dan kadang-kadang malah
dipenjara.

239
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Protes mereka itu akan ditelan oleh Chartism, sebuah gerakan kelas buruh
yang diakui berjuang untuk kebebasan demokratis dalam bentuk sejajar, kadang-
kadang malah bertentangan, dengan kerjasama yang kadang-kadang terjadi,
dengan Liga Hukum Anti-Corn yang dimiliki Cobden, namun selalu bermusuhan
dengan' Whiggery'. Kebanyakan pemimpin kelas-buruh, baik sebelum maupun
setelah Chartism, percaya bahwa 'knowledge is power', sebuah semboyan yang
menghiasi setiap penerbitan Poor Man-s Guardian yang tidak berstempel, yang
pertama kali diterbitkan tahun 1831. Mereka juga percaya bahwa ilmu
pengetahuan, yang mereka maksudkan lebih dari sekedar informasi saja, dapat
diambil dari pamflet dan buku sebagaimana juga dari surat-kabar, termasuk,
ketika ia masih ada, surat-kabar Chartist yang berpengaruh, the North Star
yang berstempel itu, yang didirikan oleh pemimpin Chartist, Feargus O'Connor
(1794-1855) pada tahun 1838, dan pertama kali diterbitkan di Leeds. Star
mengandung banyak informasi yang tidak akan pernah masuk halaman The
Times, yang mengandalkan layanan sukarela dari para koresponden setempat,
tetapi juga menyediakan tempat bagi sajak-sajak. Juga ada fiksi Chartist. Ia
mendapat keuntungan dari menjadi wakil sebanyak mungkin lapisan masyarakat
dengan jalan memobilisasi pendapat
Dalam sejarah pers, setiap negara punya tanggal tersendiri yang
menentukan. Di Prancis, hal itu adalah tahun 1881, ketika setelah terjadinya
perdebatan Republik Ketiga yang berlarut-larut, dimulailah sebuah Undang-
Undang Pers yang baru dengan kata-kata yang menggemparkan (La presse est
libre'. Kendala-kendala lama dihilangkan, termasuk persyaratan bagi surat-
kabar untuk menyimpan uang kehati-hatian terhadap kemungkinan adanya denda
karena pencemaran nama baik dan pelanggaran-pelanggaran lain. The Times
menyambut dengan rasa hormat undang-undang yang baru itu dengan kata-kata
'sebuah pers yang lebih baik menjadikan undang-undang yang luar-biasa tidak
diperlukan lagi'. Tahun 1848, semua kendala Jerman terhadap pers telah hilang,
tetapi kendala itu datang kembali dalam waktu tiga tahun saja.
Di beberapa negara, termasuk imperial India, undang-undang represif yang
baru masih tetap disetujui pada akhir abad itu. Bismarck mengambil tindakan
keras terhadap pers sosialis tahun 1878, dan jauh dari tempat itu pada tahun
yang sama sebuah Undang-Undang Pers Bahasa Rakyat India mengadakan
pengawasan yang baru terhadap surat-kabar berbahasa setempat. Tiga tahun
sebelumnya, Undang-Undang Pers Jepang tahun 1875 menyatakan bahwa
'Menteri Dalam Negeri [dapat] melarang penjualan atau pendistribusian surat-
kabar atau jika perlu menangkapnya apabila ia berpendapat ada artikel-artikel

2 4 0
Informasi, Pendidikan, Hiburan

yang mengacaukan keamanan dan ketertiban atau membahayakan budi-pekerti'


terkandung di dalamnya. Pada kebanyakan negara, undang-undang pers itu
sukar diterapkan. Rusia Tsar memiliki suatu pers bawah-tanah yang langsung
terlibat dalam masalah-masalah politik.
Di semua negara, bagaimanapun keadaan hukumnya, pers telah
memantapkan diri pada tahun 1900 sebagai suatu kekuatan dalam masyarakat
yang harus diperhitungkan di masa-depan yang demokratis sama seperti di masa-
lalu yang otoriter. Percetakan tetap merupakan media utama lama setelah
munculnya media elektronik, dengan majalah, buku dan ensiklopedi yang
berkembang subur di samping surat-kabar. Teknologi bukan merupakan faktor
yang menentukan. Lembaran berita Australia pertama ditulis dengan tangan,
namun the Sydney Morning Herald didirikan pada tahun 1831 dan diterbitkan
setiap hari mulai tahun 1840. Terdapat surat-kabar di setiap kota di Kanada
sepuluh tahun setelah itu. Jauh dari kota besar dan daerah pinggir kotanya yang
terus berkembang, maka hutan dibersihkan untuk mendapatkan bubur kayu untuk
membuat kertas.
Proses perubahan itu rumit, dan ketika biaya percetakan turun, dan
kalangan pembacanya makin berkembang, maka kandungan surat-kabar yang
tidak menyatakan diri sebagai 'surat-kabar berkualitas' lebih banyak mengandung
hiburan daripada informasi. Gaya tulisannya juga tidak begitu resmi. Bahkan
apa yang dinamakan 'tabloid' bukanlah produk Standard, sebagaimana
ditampilkan oleh beberapa pakar sejarah surat-kabar. Mereka bersaing bukan
hanya di kalangan mereka sendiri, tetapi juga dengan media komunikasi lain dan
dengan produk-produk lain yang tidak ada hubungannya dengan komunikasi,
yang beberapa di antaranya merupakan sumber hasil iklan mereka sendiri.
Pada saat peran para wartawan—orang yang mengumpulkan berita dengan
sejumlah kecil wanita sebelum tahun 1890-an - dan peran para editor yang
memilih, menyusun, menampilkan dan menafsirkan berita, selalu kontroversial,
ia menjadi semakin demikian perilakunya pada saat penjualan meningkat. Yang
paling penting dari segalanya adalah munculnya generasi baru yang terdiri dari
para pemilik yang juga pengusaha. Di Amerika Serikat, William Randolph Hearst
(1863-1951) dan E. W. Scripps (1854-1926) membangun rantai bisnis yang
besar sekali. Hearst yang juga memiliki kepentingan sinema, mengakhiri hari-
harinya di sebuah istana yang mirip nirwana di California, tak jauh dari Hollywood,
sambil hidup dengan seorang bintang Hollywood, Marion Davies. Kisahnya
telah menggerakkan Orson Welles untuk menghasilkan salah satu film yang paling
kuat dari semua film, Citizen Kane (1941). Hasil-hasil pers Hearst itu diserang

2 4 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

orang sebagai 'jurnalisme kuning'; hasil-hasil pers Scrippt juga diserang sebagai
'liberal dan pro-buruh'.
Di Inggris, Harmsworth, yang telah meninggalkan majalah (namun bukan
ensiklopedi) untuk surat-kabar setelah tahun 1900 - dan memiliki The Times
tahun 1908 - bukanlah orang terkemuka pertama yang pindah kepada 'obrolan'.
Penyair dan penulis esai Leigh Hunt (1784-1859) telah memulai sebuah surat-
kabar yang bernama The Week's Chat [Obrolan Minggu Ini] pada tahun 1820-
an dan di tahun 1881 George Newnes (1851-1910) telah meluncurkan Tit-Bits
[berita kecil yang menarik], yang digambarkan sebagai 'guntingan surat-kabar
pertama', yang terjual 350.000 eksemplar seminggu tujuh tahun kemudian.
Hamsworth menyanjung kejadian itu sebagai 'awal dari sebuah perkembangan
yang akan mengubah wajah jurnalisme secara keseluruhan'. Ia akan menarik
perhatian 'ratusan-ribu muda-mudi' yang meninggalkan Sekolah Asrama baru
yang telah didirikan oleh Undang-Undang Pendidikan tahun 1870.
Dikemukakan pada tahun 1881 sebagai 'sebuah fenomena masa modem
yang menonjol' sehingga antara lima dan enam juta penerbitan penny, baik yang
mingguan maupun bulanan, disebarkan di London saja, namun ia kurang 'modem'
daripada apa yang kelihatan. Ia juga tidak berhubungan langsung dengan
Undang-Undang Pendidikan sebagaimana telah dikemukakan. Bahkan sejak
tahun 1858, novelis Wilkie Collins (1824-89) telah menulis (dengan tidak
menyebutkan namanya) sebuah novel bersambung dalam majalah Household
Words dengan judul 'Publik yang Tidak Dikenal'. Jumlah orang yang dapat
membaca telah bertambah sebelum Undang-Undang 1870, dan permintaan
meningkat terhadap bahan bacaan yang sangat berbeda daripada apa yang
ditawarkan kepada publik yang berpendidikan itu. Apa yang terjadi pada tahun
1880-an dan 1890-an adalah bahwa idealisme sebuah 'publik' yang
berpengetahuan telah melapangkan jalan kepada kenyataan 'pasar' baik di bidang
media maupun di bidang ekonomi. Kekuatan radikalisme telah berkurang, dan
bukan hanya kaum Konservatif yang berbicara tentang 'memberikan kepada
publik apa yang diinginkannya'. Penerbitan adalah sebuah bisnis, bagi sebagian
orang, sama seperti yang lain-lain.
Novel itu, yang mengecil ukurannya dari karya Standard yang terdiri dari
tiga jilid yang telah menjadi bahan utama pada permulaan abad itu, masih
merupakan bentuk kesusasteraan yang utama. Namun bagi Gissing dan Henry
James (1843-1916), novelis besar Amerika yang tinggal di Inggris, para wartawan
tampaknya sekarang ini telah mengambil alih, dengan para penerbit yang terampil
berada di belakangnya. Demikian pula hal itu bagi sejarawan W. E. A.Lecky

242
Informasi, Pendidikan, Hiburan

(1838-1903), yang menulis pada tahun 1888 mengenai kematian yang kebetulan
terjadinya bersamaan dari pakar hukum konstitusional Sir Henry Maine (1822-
88) dan penyair dan kritikus Matthew Arnold (1822-1888). 'Bakat kesusas-
teraan', demikian ia menyatakan, 'dihancur-luluhkan dan disedot di dalam Pers
baik yang harian maupun yang mingguan.' ' Saya mengira', demikian Lecky
menyimpulkan, 'bahwa belum pernah ada sebuah negara atau suatu masa di
mana terdapat demikian banyak bakat kesusasteraan yang begitu tercurah untuk
menulis yang mana tak diketahui namanya sekaligus berlangsung singkat.'
Trga-belas tahun kemudian, saat wafatnya Ratu Victoria, seorang sejarawan
terkenal, G M. Trevelyan (1876-1962), yang akan meninggalkan bekasnya pada
penafsiran abad ke-20 tentang masa-lalunya, mengatakan di dalam majalah The
Nineteenth Century bahwa orang-orang Filistin sekarang telah menangkap
Bahtera Perjanjian, dan apa yang dimaksudkannya adalah mesin percetakan.
Ia meminjam istilah 'Philistine' itu dari Arnold yang baginya dekade formatif
abad ke-19 adalah tahun 1860-an. Tentang 'Bahtera Perjanjian', tentu saja ia
memiliki silsilah yang jauh lebih panjang daripada 'Kekuasaan Keempat' itu.
Adalah penting untuk tidak menyederhanakan proses yang mempengaruhi
baik jurnalisme dan fiksi atau urut-urutan kronologisnya. Sebagaimana dalam
urut-urutan film, adalah penting menyingkatkan waktu. Bahasa yang benar
bukanlah bahasa sebab-akibat. Arnold sendiri tidak merasa yakin bahwa Bahtera
Perjanjian itu—suatu penggambaran yang ia sendiri tak pernah mengguna-
kannya—adalah aman bahkan di tahun-tahun pertengahan abad yang dianggap
oleh Trevelyan sebagai masa keemasan pers. Sebagai seorang pendukung
'sweetness and light', maka Arnold, yang pada dasarnya seorang cendekiawan,
benar-benar tidak bahagia tentang peran komunikasi pada umumnya:

Orang Anda yang berasal dari kelas menengah berpikir bahwa puncak
tertinggi dari pembangunan dan peradaban adalah ketika surat-surat dibawa
12 kali sehari dari Islington ke Camberwell... dan jika kereta-api berjalan
pulang-balik dari sana setiap seperempat jam. Ia berpendapat bahwa tidak
ada apa-apanya jika kereta-api itu hanya membawanya dari kehidupan
yang tidak liberal dan menyedihkan di Islington kepada suatu kehidupan
yang tidak liberal dan menyedihkan di Camberwell.

Sikap seperti itu terhadap komunikasi dalam kasus Arnold ini disertai pula oleh
suatu perasaan ketakutan karena tidak akan mendapatkan hak-suara di tahun
1867 dan 1884, maka ia juga sama merasa tidak senangnya tentang para pemilih
baru yang pertama, 'yaitu demokrasi sebagaimana orang gemar menamakannya'.

2 4 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

'Mereka banyak memiliki kelebihan, namun dalam kelebihan itu tidak termasuk
untuk menjadi orang yang berkelakuan pantas, yang berpikir dengan adil dan
serius.'
'Jurnalisme baru' - mungkin sekali Arnold adalah orang pertama yang
menggunakan isitlah itu - menurut Arnold, adalah dungu pada saat ia mencoba
untuk menarik para pembaca yang baru saja mendapat hak untuk memilih.
Pengaruh Arnold terhadap studi-studi budaya abad ke-20 menonjol sekali (lihat
hlm. 302), namun di masanya ia umumnya meninggalkan 'hiburan' ketika
mempertimbangkan pers. Ia juga tidak memperhatikan pendapat orang-orang
yang telah dilucuti hak suara mereka sebelum Undang-Undang Reformasi tahun
1867 dan 1884. Sebagai seorang penilik sekolah ia merasa pesimis tentang
kesempatan pers yang berfungsi sebagai suatu kekuatan pendidikan. Namun,
para penulis yang menganggap diri sebagai kaum 'Sosialis Kristen' merasa optimis
dengan pernyataan J. M. Ludlow pada tahun 1867 bahwa 'surat-kabar dan
majalah yang murah itu' mungkin sekali tidak dapat 'dinyatakan secara tegas
sebagai pendidik':

Baik untuk kebaikan maupun untuk yang tidak baik, dan mungkin sekali
pada umumnya adalah untuk kebaikan, mereka itu sangat berkuasa ...
Tanpa memandang demikian banyaknya dosa dan kekurangan pers surat-
kabar, maka kaum buruh sekarang ini, dengan ukuran kertas yang besar
dengan harga satu penny terbantu menjadi seseorang yang memiliki
informasi yang lebih banyak, pertimbangan lebih baik dan perasaan simpati
yang lebih luas dibanding buruh 30 tahun lalu yang harus puas hanya dengan
gosip dan desas-desus.

Tentu saja kaum buruh yang paling pandai mengeluarkan pendapat, termasuk
mantan kaum Chartists, menyambutnya sebagai suatu kemenangan besar
dihapuskannya bea perangko pada tahun 1855 pada hari ulang tahun Magna
Carta.
Namun, dengan kemenangan yang telah dicapai itu, lebih daripada sebentuk
ejekan bahkan bagi kaum yang optimis itu tentang apa yang akan terjadi
selanjurnya, lebih banyak gunjingan dan desas-desus di tahun 1900 dibandingkan
tahun 1800. Kebanyakan orang yang baru saja mendapat hak untuk memilih
berpaling kepada pers untuk memindahkan perhatian (diversion) - juga untuk
melarikan diri - dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada untuk informasi
dan pengetahuan - atau untuk sajak. Thomas Wright, seorang 'teman sekeija'
Arnold, yang senang kepada cemoohan, tidak dapat mempercayai Undang-

2 4 4
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Undang Pendidikan tahun 1870 itu. 'Perluasan pendidikan dasar... jika terus
dibiarkan dalam kesederhanaannya, akan memberikan kepada kita sejumlah
besar orang untuk membaca surat rahasia polisi dari jenis yang lebih rendah
dalam surat-kabar mingguan, dan sedikit sekali mau membaca yang lain daripada
itu.' Pendiri surat-kabar Minggu yang populer Reynold News, yang membangun
suatu sirkulasi yang besar dengan berurusan dengan hal-hal lain selain informasi
politik, termasuk 'laporan rahasia pihak kepolisian', ia sendiri adalah seorang
mantan Chartist.
Namun, C W. M. Reynolds (1814-1879) bukan lagi pendiri jenis
jurnalisme yang akan dinamakan 'baru' itu dibandingkan dengan Harmsworth
20 tahun kemudian. Kata-sifat itu salah. Sebelum permulaan abad ke-19,
hiburan (atau diversion) muncul sama menonjolnya dengan informasi dalam
banyak surat-kabar, terutama yang terbit di hari Minggu dan disebar-luaskan
oleh 'anak-anak yang berteriak' meneriakkan namanya di jalanan. Tahun 1812
ada delapan-belas buah, sejumlah kecil darinya dimaksudkan untuk pembaca
dari 'kelas-buruh'. The Sunday Times, yang muncul tahun 1821, pada mulanya
menamakan dirinya the New Observer- sedangkan Observer sendiri berasal
pada tahun 1791 - dan Bell's Life in London and Sporting Chronicle, yang
muncul tahun 1822, mengiklankan dirinya 'mengkombinasikan BERITA yang
terdapat di MINGGU itu dengan KUMPULAN yang berharga tentang DUNIA
MODE, KETERAMPILAN dan HUMOR, serta KEJADIAN-KEJADIAN
tentang KEHIDUPAN yang TINGGI dan RENDAH'. Pada tahun 1886,
dengan tepat sekali, ia digabungkan ke dalam Sporting Life.
Produksi Bell yang lain, Bell's Weekly Messenger (1796-1896), juga
memusatkan perhatian pada masalah-masalah kriminal, skandal seks, kecelakaan,
penyakit menular dan olahraga berkuda. Demikian pula the News of the World
yang masih tetap hidup sampai sekarang, yang diluncurkan tahun 1843, dan
banyak dari publikasi Edward Lloyd tidak terbit lagi. Lloyd (1815-1890) telah
memulai kehidupan pekerjaannya, tak beda dengan sejumlah kaum Chartists
lain, sebagai penjual surat-kabar dan buku di East End London. Upaya
pertamanya dalam jurnalisme adalah Penny Sunday Times and People 's Police
Gazette, dan dua tahun kemudian ia meluncurkan surat-kabarnya Lloyd
Illustrated Sunday Newspaper, surat-kabar pertama yang terjual sejuta
eksemplar, setelah ia mengganti judulnya menjadi Lloyd's Weekly News. Lloyd
mengumpulkan modalnya dari penjualan Old Parr milik Laxative Pills.
Karena itu, bahkan sebelum permulaan abad ke-19, sebelum tersebar-
luasnya kemampuan membaca dan datangnya kereta-api yang memberikan

2 4 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

kepada pers kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menambah
sirkulasi, maka 'Bahtera Perjanjian' belum pernah diperlakukan dengan demikian
terhormat di Inggris sebagaimana yang terkandung dalam tulisan Trevelyan, yang
menggunakan tradisi Whig. Namun, tradisi Whig telah menjadi kuat di permulaan
abad 19 itu. Memang, majalah Whig yang baru, the Edinburg Review, yang
didirikan tahun 1802, menggambarkan pers sebagai yang 'ditempa dengan suatu
kekuatan yang dalam rasa hormat mungkin dapat diasimilasikan, jika seorang
manusia dapat diasimilasikan secara demikian, kepada pekerjaan kebijaksanaan
Yang Maha Kuasa'.
Di luar tradisi Whig, di mana termasuk Trevelyan - dan nenek-moyangnya,
sejarawan Macaulay, sebuah majalah yang lain, the Westminster Review, pada
tahun 1824 yang didirikan oleh para pengagum radikal filsafat Jeremy Bentham
(1748-1832), telah mengesampingkan segala metafor agamis ketika ia menjelas-
kan surat-kabar dalam bahasa yang akan digunakan Cobden, sebagai 'yang
menjadikan negara itu beradab dalam bentuk yang terbaik dan paling pasti.
Dalam dirinya terkandung tidak hanya unsur ilmu pengetahuan saja, tetapi juga
dorongan untuk belajar... Adalah penting melihat sekumpulan orang yang belum
mendapatkan surat-kabar di kalangan mereka untuk mengetahui sejumlah besar
prasangka yang menyebarluaskan semua produksi ini secara langsung dan pasti.'
Bagi the Westminster Review, juga bagi Knight, sebuah istilah yang lebih pas
dibandingkan dengan Bahtera Perjanjian [Ark of the Covenant] adalah 'Gerak-
Maju Kecerdasan' [Narch of Intellect], yaitu suatu gerak-maju yang lebih tajam
lagi dibandingkan 'Gerak-Maju Waktu' [ March of Time]. Salah seorang penulis
dalam nomornya yang pertama menekankan bahwa sekurang-kurangnya 'publik'
di mana-mana telah menjadi dirinya sendiri, tidak kurang di dalam kesusasteraan
di mana 'persembahan yang menyanjung-nyanjung' kepada para patron 'tidak
berguna lagi.' Semua penyair besar kita menulis untuk rakyat.'
Karena itu, pada permulaan abad ke-19, lebih banyak orang yang terlibat
dalam argumentasi tentang eksistensi pers ketimbang mendapatkan informasi
atau memperbaiki pendidikan. Surat-kabar merupakan sebuah semboyan
sebagaimana media. Walter Bagehot (1826-77), editor The Economist, di
luar tradisi Whig, mengutip kata-kata Dicken yang penuh kenangan bahwa
London itu 'seperti sebuah surat-kabar. Segala sesuatu ada di sana dan segala
sesuatu tidak berhubungan dengan yang lain. Segala jenis orang ada di rumah
yang sama; tetapi tidak ada hubungan antara rumah-rumah itu seperti hubungan
antara para tetangga yang terdapat dalam daftar kelahiran, perkawinan dan
kematian.'

2 4 6
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Bagehot menganggap masanya seperti suatu 'era diskusi [age of


discussion]' dan percaya bahwa surat-kabar dan majalah adalah badan-badan
yang penting untuk membentuk pendapat sehingga memungkinkan diskusi.
Namun ia tidak berhenti di sana. Ia terpesona oleh konteks di mana terjadi
komunikasi - atau kurangnya komunikasi. Baginya, selagi masih ada dimensi
pendidikan dalam penyebar-luasan gagasan itu, maka pasti selalu masih ada
dimensi sosial dan politik. Baginya merupakan suatu aksioma bahwa dalam
dunia politik 'bentuk pemerintahan menjadi liberal berbanding lurus dengan
bertambahnya kekuasaan opini publik.' Akan tetapi apakah ia akan tetap liberal?
Sebelum Bahegot, sebelum Arnold, bahkan juga sebelum Dickens, maka
seorang novelis lain, yaitu Edward Bulwer Lytton (1803-1873), dalam bukunya
England and the English (1833), suatu anatomi Inggris yang lebih awal, telah
memuat sebuah bagian tentang pers yang memandang ke depan dan juga ke
belakang:

Seandainya surat-kabar tujuh penny... dijual dengan harga dua pence, apa
akibatnya? Kenapa, penjualan telah diperluas dari orang-orang yang
membayar tujuh pence kepada orang yang hanya mampu membayar dua
pence saja, maka suatu mayoritas yang baru harus dimintai pendapatnya,
perasaan dan keinginan orang-orang yang lebih miskin daripada yang ada
sekarang ini harus diminta; dan dengan demikian sebuah pengaruh pendapat
yang baru akan ada dampaknya terhadap hubungan sosial kita dan terhadap
perundang-undangan legislatif kita.

Lytton juga mengemukakan masalah-masalah lain, di antaranya ada yang sudah


lama, termasuk hubungan antara 'sikap berat sebelah' dan 'objektivitas' dalam
sebuah 'pers yang bebas'.
Pertanyaan serupa telah dikemukakan di Amerika di akhir abad ke-18
pada tahun yang sama dengan Amandemen Pertama yang akan mengkhususkan
sejarah media Amerika selanjutnya atau yang datang kemudian. Tujuan surat-
kabar, demikian John Fenno, penerbit pertama dari the Gazette of the United
States (1789), adalah 'untuk menjunjung tinggi pemerintahan rakyat sendiri dalam
suatu cahaya yang menguntungkan dan untuk menekankan gagasan-gagasan
yang adil dari administrasinya dengan memperlihatkan FAKTA-FAKTA'.
Apakah gagasan-gagasan yang adil itu? Apakah 'fakta' itu? The Gazette, yang
mencetak di halaman depannya 'sebuah ringkasan keadaan State of the Union',
telah dibantu oleh Alexander Hamilton dan partai Federalis, dan Thomas Jefferson
tidak sendirian dalam mempercayai bahwa semua surat-kabar Federalis telah

247
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

berbuat 'dusta dan ketergesa-gesaan'. Fenno meletakkan kepercayaannya pada


para pembaca Amerika yang tidak dikenal dari jenis yang diidentifikasikan oleh
Wilkie Collins. ' Warganegara kita mungkin ditipu untuk sementara waktu, dan
memang telah tertipu, namun selama pers dapat dilindungi, kita dapat
mempercayainya untuk mendapatkan penjelasan.'
William Cobbett (1763-1835), penulis yang paling partisan, yang kariernya
membentang di kedua sisi Samudera Atlantik - Amerika pertama-tama -
mempertahankan kepartisanan politiknya itu sama semangatnya dengan ia
mempertahankan setiap persoalan. Dalam bukunya Political Register, yang
pertama kali terbit di Inggris dalam versi dua penny pada tahun 1810, yang
digelari 'Twopenny Trash', ia agresif seperti sebelumnya ketika menulis dengan
nama samaran 'Peter Porcupine' di Amerika Serikat. Tahun 1816, dikatakan
orang bahwa Register itu menjual antara 40.000 dan 50.000 copy setiap
minggunya. Tetapi tidak pernah dapat dinyatakan bahwa Cobbett hanya
berhubungan dengan fakta saja. Jurnalismenya yang bersemangat itu langsung
menukik pada aksi politik. Sub-judul dari pamfletnya The Poor Man 's Friend
(1826) merupakan 'suatu pertahanan Hak-Hak Asasi dari orang yang
mengerjakan Pekerjaan itu dan melakukan Pertempuran'.
Terdapat unsur konservatif dalam pandangan Cobbett, namun kebanyakan
Kaum Konservatif Inggris di zamannya sudah pasti menentang faham radikalisme
Tory-nya itu, sebuah produk Inggris yang sangat menonjol. Kebanyakan
daripadanya bermusuhan pula terhadap 'Gerak-Maju Kecerdasan', yang bagi
mereka merupakan sasaran sindiran, meskipun pers memiliki seorang pendukung
Konservatif, George Canning (1770-1827), seorang perdana menteri di masa
depan, yang telah mengedit sebuah majalah, The Anti-Jacobin, di masa mudanya,
dan yang dalam sebuah pidato kepada pada pendukungnya di Liverpool tahun
1822 menunjuk pada 'kekuasaan opini publik luar-biasa yang terlambang dalam
sebuah Pers yang bebas'. Ia bahkan memperbandingkannya dengan tenaga
uap.
Namun tidak semua kaum liberal demikian terkesan. Pakar sejarah dan
sosiologi Sismondi (1773-1843), kawin dengan seorang dari Wedgwood akan
tetapi menulis dengan sebuah latar-belakang Eropa di Swiss, mengamati dengan
terus-terang tahun 1823 bahwa, meskipun 'Pers harian itu adalah sebuah
kekuasaan', namun tujuannya 'bukanlah kemaslahatan umum, tetapi untuk meraih
jumlah pelanggan sebanyak mungkin'; dan John Stuart Mill (1806-73), anak
teman-dekat Bentham, James Mill (1773-1836), seorang Utilitarian yang militan,
yang percaya sekali akan perlunya mobilisasi opini publik, mengemukakan dengan

2 4 8
Informasi, Pendidikan, Hiburan

terus-terang bahwa 'diperlukan lebih banyak tindakan berpura-pura dan


kemunafikan untuk perdagangan kesusasteraan itu, terutama sekali surat-kabar,
dibandingkan seorang penjaga rumah pelacuran', sebuah gambaran yang akan
terjadi berulang kali. Dalam pada itu, Sir Robert Peel (1788-1852), seorang
konservatif yang telah muncul dari suatu latar-belakang yang berbeda dari
Canning, menjelaskan opini publik itu sebagai terdiri dari' kumpulan sejumlah
besar ketololan, kelemahan, prasangka, perasaan yang salah, perasaan yang
benar, sikap keras-kepala dan alinea-alinea surat-kabar'.
The Times, meskipun dianggap sebagai kekuatan keempat yang berdiri
sendiri, tidak pernah sepi kritik, dan di antara para kritikus itu terdapat William
Hazlitt (1778-1830) yang radikal, yang menulis sebuah tulisan brilian tentang
'Semangat Abad Ini' pada tahun 1823. Meski ia mengakui bahwa The Times
berhak untuk mengklaim dirinya sendiri sebagai 'harian terkemuka di Eropa',
namun Hazlitt tidak menyukainya. ' The Times mungkin dibayangkan terdiri
dari mesin-uap, dan dicetak dengan mesin-uap.' Sebaliknya, Peel, yang takut
terhadap dukungan reformasi parlementer dari editornya yang amat berkuasa,
Thomas Barnes (1785-1841), dalam tahun-tahun yang penuh kegoncangan dari
1830-1832, menamakannya 'pendukung reformasi yang besar, utama dan kuat',
dan pesaing Tory di Edinburgh Review, yaitu Quarterly Review, berdiri tahun
1809, menggambarkannya sebagai 'surat-kabar London yang paling tidak tidak
beradab yang tidak setuju dengan apa saja kecuali kebencian dan kejahatan'.
Sudah pasti Barnes mendengarkan suara para pembacanya, tetapi dengan
mengetahui aspirasi politik mereka, ia merasakan bahwa di masa-masa yang
bersejarah, seperti krisis Undang-Undang Reformasi tahun 1831, ia harus
menggerakkannya sebagaimana juga mendengarkannya. The Times itu adalah
'The Thunderer'. Dalam kesusasteraan keadaannya sama dengan minuman
keras brandy, bukan minuman biasa. 'John Bull, yang pemahamannya agak
melempem... memerlukan suatu pendorong yang kuat. Ia memakan daging
namun tidak dapat mencernanya tanpa minum alkohol, ia tertidur sebentar dengan
tenang dengan segala prasangkanya dan dengan sombongnya ia namakan
pendapat; dan Anda hams menembakkan sepuluh martil ke arah kecerdasannya
yang bebal sebelum dia mengerti maksud Anda.' Barnes fokus pada para
pembaca kelas-menengahnya, yang banyak dari mereka mendapatkan hak pilih
tahun 1832, namun apa yang dikatakannya itu akan menggema pada bahasa
alternatif para editor yang berbeda-beda dalam jangkauan politik dan sosial
yang sangat luas.

249
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Dua-belas tahun kemudian, Benjamin Disraeli (1804-1881), salah seorang


pengeritik Peel yang paling tajam, menempatkan dalam mulut tokoh-tokohnya
dalam novelnya Coningsby ungkapan seperti Tuhan telah menciptakan manusia
sesuai dengan Citranya, namun Publik diciptakan oleh surat-kabar', 'Opini
sekarang menjadi dominan dan pendapat itu berbicara dengan tercetak', dan
apa yang dikemukakan pers 'jauh lebih lengkap daripada apa yang dikemukakan
Parlemen'. Namun di kalangan para novelis lain, Anthony Trollope, yang benci
pada Disraeli dan pada suatu kali ia sendiri pernah berharap menjadi politikus,
tidak percaya bahwa 'ini adalah sesuatu yang baik'. The Times itu baginya
adalah Jupiter, tuhan dari segala tuhan, namun para wartawan yang bekerja
untuknya tidak perlu dihormati atau diberi penghargaan. Sudah lama semua
mereka itu dianggap sebagai orang-upahan, namun sekarang mereka telah
mendapat citra yang lebih buruk lagi, yaitu 'orang yang gemar mencampuri urusan
orang lain'.
Kepangkatan mereka harus ditingkatkan mulai tahun 1860-an dan
seterusnya dengan para 'cendekiawan' yang terdidik di perguruan tinggi, sebuah
istilah yang sedikit digunakan di Inggris ketika itu, dan mereka juga diorganisir
secara kolektif. Sebuah National Association of Journalist didirikan (di
Birmingham) tahun 1886, yang kemudian diberikan sebuah Piagam dan
dinamakan kembali dengan the Institute of Journalist-yang mencakup para
editor dan reporter - dan National Union of Journalist. Sebuah serikat buruh
yang sesungguhnya, didirikan tahun 1907. Akan tetapi para jurnalis ini tidak
terlatih, sebagaimana juga yang terjadi di Amerika Serikat. Bagi mereka,
jurnalisme adalah kerajinan tangan yang harus dipelajari melalui pengalaman.
Demikian pula bagi kebanyakan orang Amerika, meskipun ada kekuatan-
kekuatan lain yang ikut bekerja di sana. Sejak tahun 1869, 'beasiswa Pers'
untuk para jurnalis telah diberikan di Wahington College di Virginia: komandan
tentara Selatan yang telah dikalahkan itu, Robert E. Lee (1807-70), menyangka
bahwa jurnalisme dapat memperkuat masyarakat pasca-Perang Saudara di
selatan. Pada tahun 1908, Missouri telah memulai sekolah jurnalisme Amerika
yang pertama, yang dikepalai oleh seorang Dekan.
Di utara, di New York, ibu-kota surat-kabar itu, Universitas Columbia
akan menjadi pemasok utama setelah tahun 1912, meskipun ia merupakan sebuah
sekolah pascasarjana. Orang yang merencanakan peran itu, Joseph Pulitzer
(1847-1911), yang namanya kemudian diabadikan sebagai hadiah jurmalisme
yang sangat bergengsi itu (delapan bidang khusus jurnalisme dan enam bidang
'kesusastraan'), lahir di Hongaria dan mengambil-alih The World di New York

2 5 0
Informasi, Pendidikan, Hiburan

tahun 1883. Ia membayangkan bahwa melatih para jurnalis itu haruslah


berdasarkan sumbangan yang telah dilakukan pers terhadap 'gagasan kemajuan,
terutama sekali kemajuan keadilan, peradaban, kemanusiaan, opini publik dan
gagasan serta cita-cita demokrasi'. Ini bukanlah perspektif seorang Whig,
melainkan perspektif seorang Progresif (lihat hlm. 255). Akan tetapi, ia
mengandung arti bahwa meskipun sekolah jurnalisme tidak semua jenis atau
kualitasnya sama, namun sejarah jurnalisme kebanyakan harus didekati dalam
suatu cara yang khusus.
Di antara buku teks klasik jurnalisme adalah tulisan-tulisan Robert Ezra
Park (1864-1944), yang pernah menjadi reporter surat-kabar dan yang sekarang
ini menonjol sebagai salah seorang pendiri the Chicago School of Sociology.
Ciri surat-kabar, yang dianjurkan Park tahun 1916, adalah 'media komunikasi
yang besar', dan 'berdasarkan informasi yang dipasoknya terletaklah opini
publik'. Sebuah nama besar lain di kuil orang-orang tenar Amerika itu, adalah
Walter Lippmann (1889-1974), seorang kolumnis surat-kabar yang banyak
dikutip orang: kolomnya yang berjudul 'Today and Tomorrow' yang dimulai
tahun 1931, telah disindikasikan dalam 250 surat-kabar, sepersepuluh
daripadanya berada di luar Amerika Serikat.
'Banyak orang membeli surat-kabar', demikian kata Lippmann, 'karena
kehidupan mereka sendiri demikian menjemukan sehingga mereka menginginkan
sensasi yang dialami sendiri dengan cara membaca tentang sejumlah orang yang
dikhayalkan melakukan perbuatan jahatnya yang hebat itu, mereka dapat
menentukan posisi diri mereka dalam khayalan itu.' Namun Lippmann telah
menjangkau lebih dalam, dan memenangkan dua hadiah Pulitzer. Bukunya yang
berjudul Public Opinion yang berpengaruh dan seringkah dicetak-ulang itu,
yang terbit tahun 1922, mungkin sekali tetap merupakan buku yang paling terkenal
dalam topik tersebut Lippmann mengemukakan bahwa kekuatan pers itu tidak
dikemukakan dalam kepribadian editor sebuah surat-kabar, tetapi lebih banyak
pada aliran berita itu sendiri. Dalam dunia modern yang kompleks ini, berita
sudah pasti bersifat selektif, sedangkan para pembaca, yang bergantung pada
apa yang ditawarkan - 'yaitu kisah-kisah yang telah diringkaskan' - mendapati
telah semakin sukar untuk memberikan penilaian yang mendasar tentang masalah-
masalah publik. Gagasan Lippmann tentang 'kawasan publik', sama halnya
dengan Habermas (lihat hlm. 88), sukar untuk dipertahankan ketika media itu
telah terdistorsi, para pengiklan telah memanipulasikannya dan pemerintah telah
mensubsidinya.

2 5 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Akan tetapi, gagasan itu tetap merupakan suatu idealisme, dan kebanyakan
sekolah jurnalisme Amerika - yang berjumlah 84 buah pada tahun 1917 dan
812 pada tahun 1987 - percaya dapat mempertahankan idealisme dan suatu
masyarakat dan budaya yang kompleks. Sebuah Association of Trades of
Journalism didirikan tahun 1912 dan sebuah Association for Education in
Journalism didirikan tahun 1949; dan pada tahun 1924 dihasilkan sebuah
Journalisme Bulletin, yang diubah menjadi tiga-bulanan pada tahun 1930 dan
diikuti pada tahun 1974 oleh sebuah majalah, Journalism History. Bagaimana
menghubungkan latihan jurnalistik dengan dunia komunikasi yang telah berubah
- dan masih terus berubah - merupakan sebuah bahan perdebatan bahkan di
Inggris di mana antara tahun 1919 hingga 1939. Satu-satunya Diploma Universitas
untuk Jurnalisme di Inggris diberikan di Universitas London. Di Amerika Serikat,
James W. Carey, Dekan dari the College of Communications di Illinois, di mana
di dalamnya terdapat departemen jurnalisme, merupakan pemimpin di bidangnya
dan percaya bahwa program sekolah itu harus memberikan kontribusinya pada
studi kesejarahan. Akan tetapi, sekolah-sekolah komunikasi dan sekolah-sekolah
jurnalisme yang lain, telah berpaling kepada 'studi-studi media' di dalam konteks
budaya yang sedang berubah.
Bukan gagasan maupun idealisme tentang sebuah 'kekuatan keempat',
juga bukan harapan untuk menciptakan sebuah kekuatan politik progresif, yang
pernah tampak dihayati oleh banyak jurnalis atau pemilik; di antara mereka ada
yang tertarik dengan gambar dan kata saja. Illustrated London News, yang
didirikan di London tahun 1842, sebaliknya memberikan sebuah 'panorama
dunia', sebuah tawaran yang akan diambil-alih oleh program Panorama televisi
seabad kemudian. Surat-kabar harian bergambar pertama, Evening Illustrated
Paper, adalah salah satu dari rentang gejala yang sedang berkembang dari harian
sore Inggris yang didirikan tahun 1881: yang lainnya adalah milik Harmsworth
Evening News (1894). (Daily Mirror akan diluncurkan tahun 1903.) Surat-
kabar sore itu terbit melalui banyak edisi, yang pertama darinya muncul di London
pukul 11.00 pagi: 'Bacalah Semuanya' demikian bunyi iklan surat-kabar itu.
Dalam pada itu Punch, sebuah mingguan, yang terkenal karena kartun dan
permainan katanya, dan didirikan setahun lebih dahulu dari the Illustrated London
Times, menemukan jalannya dari London, di mana ia berpangkalan dengan
kokoh, ke banyak rumah-rumah pedesaan Victorian bersama dengan The Times.
Bersifat radikal dipandang dari asal-usulnya, ia menggambarkan dirinya dengan
berbagai bentuk - melalui gambar dan juga kata - sebagai 'pengamat', 'kurator',
'penjaga', 'penghukum', 'pisau'.

252
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Tahun 1860, di bawah editor John Thaddeus Delane (1817-1879), Times


di pertengahan masa Victoria itu, di suatu masa ketika majalah lebih
mempengaruhi pendapat dibanding surat-kabar, melaksanakan sendiri sebagian
dari fungsi itu. Artikel utamanya dibaca dengan bersemangat sekali di waktu
makan pagi baik di rumah maupun di kelab, dan pasokan berita asingnya lebih
unggul dari artikel utama yang ada di surat-kabar manapun. Dalam tahun itulah,
sebelum dilucutinya kewajiban-kewajiban surat-kabar, dikatakan oleh seorang
pengamat bahwa 'ia tidak cenderung kepada suatu kelas tertentu, ia tidak
mewakili partai tertentu, dan tidak menjagokan kepentingan tersendiri. Bahwa
ia melambangkan dan menyatakan sampai ke suatu jarak yang jauh sekali,
pendapat yang ada dalam semua bagian yang cerdas dan berpengetahuan dari
masyarakat Inggris.' Ini sudah pasti merupakan tujuan Delane. 'Tugas Pers
yang pertama adalah mendapatkan pengetahuan yang lebih cepat dan lebih benar
tentang kejadian-kejadian yang ada dan langsung menyingkapkannya, sehingga
menjadikannya hak-milik bersama bangsa ini.'
Pada akhir abad ke-19, situasi telah berubah, dan judul berita pers, yang
dimunculkan kembali dalam plakat jalanan dan disorak-sorakkan di jalanan oleh
anak-anak penjual koran - suatu pemandangan yang sama terlihat baik di jalanan
kota London dan Birmingham (dan di kota-kota lain baik yang besar maupun
yang kecil) maupun di jalanan kota Chicago atau New York - adalah jauh lebih
penting daripada judul berita yang panjang-panjang dan bahkan laporan yang
lebih panjang lagi dari rapat parlemen. Tekanan diberikan pada 'kisah', yang
disertai dan didukung oleh apa yang kemudian dinamakan' feature', beberapa
di antaranya sengaja ditampilkan untuk lebih menarik bagi wanita, dan dari tahun
1880-an dan selanjutnya oleh kolom gosip dan wawancara. 'Kisah' itu dicari
pada tahun 1800, namun pada saat abad itu berlalu, mereka datang lebih cepat,
dan para editor mengharapkannya demikian pula, sedangkan para wartawan
menceritakan kisah-kisah itu dengan kata-kata yang lebih sedikit jumlahnya
dengan alinea yang lebih pendek.
Beberapa kisah itu sekarang masuk ke dalam periklanan. Bahkan dalam
abad ke-18, surat-kabar nasional dan lokal telah muncul dengan Advertiser
dalam judulnya. Periklanan itu punya sejarah panjang, yang hanya sebagian
saja yang bisa diceritakan. Sebagaimana telah dikemukakan (lihat hlm. 66),
tinta, telah diiklankan dalam abad ke-17, dan di abad ke-18 obat-obat yang
paten - catatlah kata paten itu - dengan teh, coklat, sabun, dan tembakau
mengikutinya. Pada tahun 1900, iklan-iklan itu mungkin panjang dan semakin
banyak gambar, dengan arah perhatian kepada 'produk-produk yang bermerek'

2 5 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

nasional, tidak hanya di dalam terbitan pers tetapi juga dengan poster-poster
yang diwarnai dengan cemerlang, kemenangan chromolithography. Di Amerika
Serikatlah belanja untuk iklan itu memecahkan rekor. Jumlahnya, naik dari $40
juta di tahun 1881 menjadi lebih dari $140 juta pada tahun 1904, dan mencapai
jumlah milyaran dollar tahun 1916. Akan ada lagi pemecahan rekor selanjutnya
di kedua sisi Lautan Atlantik itu - dengan lebih dari satu media yang terlibat -
pada akhir tahun 1950-an dan 1960-an.
Menariknya bahwa Harmsworth, yang mengiklankan Daily Mail di
timbunan poster dan di jalan-jalan, berpikir bahwa 'mempertunjukkan' iklan di
halaman surat-kabarnya adalah 'tidak sopan'. Kata-kata membuat citra.
Harmsworth membayar mahal editor Daily Mail lebih dari wartawan lain
manapun di negara itu dan banyak berbuat untuk menegakkan kesan Fleet Street,
sebuah kesan yang berbeda dari kesan Madison Avenue di New York, pusat
badan-badan periklanan, atau kesan Times Square yang diterangi cahaya yang
benderang itu, pusat hiburan dan juga pusat perkantoran New York Times. Akan
tetapi, di belakang ketiga tempat itu, terdapat pangkalan-pangkalan ekonomi
yang kuat. Adalah salah seorang dari kaki-tangan Northcliffe yang mengurus
segala sesuatunya, yaitu Kennedy Jones, yang mengatakan kepada John Morley
(1838-1923), seorang penulis esai dan buku, termasuk biografi Gladstone, dan
editor beberapa majalah, bahwa 'Anda membuat jurnalisme sebagai suatu profesi,
sedangkan kami menjadikannya suatu cabang bisnis'.
Tokoh paling kontroversial dalam sejarah masa Victorian terakhir dan
jurnalisme pada awal abad ke-20 adalah W. T. Stead (1849-1912), yang
menggantikan Morley, seorang jurnalis politik dari jenis yang sangat berbeda,
sebagai editor dari majalah London yang berpengaruh itu, yaitu Pall Mall
Gazette, yang dibaca secara luas di kelab-kelab London tahun 1885. Morley
sendiri telah menggantikan seorang editor dari jenis yang sangat berbeda,
Frederick Greenwood (1830-1901), yang dikenal oleh orang sezamannya
sebagai 'The Prince of Journalists'. Sebelum Stead, yang merupakan anak
seorang pendeta Congregationalis, Gazette itu dikatakan 'tidak ada yang tidak
sopan atau mencolok atau sensasional tentangnya'. Sekarang ia mencampurkan
para pemimpin yang menggemparkan dengan bahan-bahan berita yang
menyingkap korupsi, yang banyak berhubungan dengan kampanye, yang paling
terkenal di antaranya adalah menentang pelacuran anak-anak, yang dinamakannya
'white slavery'. Dalam sebuah artikel tahun 1886, yang diterbitkan dalam the
Contemporary Review, berjudul 'Pemerintahan oleh Jurnalisme', Stead

2 5 4
Informasi, Pendidikan, Hiburan

berpendapat bahwa pers itu jauh lebih daripada hanya sekedar pengawas
Parlemen saja. Ia merupakan 'Kamar Prakarsa [Chamber of Initiative]'.
Stead menjadi editor Gazette hanya selama lima tahun saja, dan tak
lama kemudian, dengan bantuan dana dari George Newnes, mendirikan Review
of Reviews yang langsung beruntung itu, sebuah majalah yang harus dibaca
para sejarawan pers dunia. Ia juga menulis sebuah buku yang sensasional, If
Christ Came to Chicago, namun gagal dalam upayanya pada tahun 1904 untuk
mendirikan sebuah surat-kabar sendiri - yang dinamakannya 'surat-kabar
rumahtangga'. Ia salah seorang penumpang yang tenggelam bersama kapal
Titanic tahun 1912, yang merupakan topik komentar pers yang tentu saja akan
dinikmati oleh Stead, dan juga menjadi topik beberapa film di abad penghujung
abad ke-20.
Stead memulai karir jurnalistiknya tahun 1870, pada tahun pertama
pemberlakuan Education Act, sebagai seorang editor yang sangat berhasil dari
surat-kabar pagi halfpenny propinsi di Darlington, the Northern Echo, dengan
suatu masa-depan abad ke-20 yang penuh petualangan. Harold Evan, yang
kemudian menjadi editor the Sunday Times, yang telah diberhentikan oleh
pemiliknya, Rupert Murdoch, juga memulai karir jurnalistiknya di surat-kabar
yang sama. Hanya sedikit orang saja yang merupakan pendukung vokal dari
'hak publik untuk mengetahui' dibanding Evans, yang dalam sebuah pidato tahun
1974 yang diterbitkan oleh Granada Television Inggris, menulis:

Pemerintah sebagaimana juga warganegara memerlukan sebuah pers yang


bebas dan kritis. Dengan para pemilih yang gampang berubah pendirian
dan majemuk, dan sebuah birokrasi yang rumit, maka suatu pers yang bebas
memberikan suatu sistem arus-balik yang tidak dapat dikesampingkan dari
pihak yang diperintah kepada pihak yang memerintah, dari konsumen kepada
produsen, dari daerah ke pusat, dan tidak kurang pentingnya dari satu bagian
birokrasi kepada bagian birokrasi yang lain.

Konteks politik dan sosial dari pidato ini sangat berbeda dari konteks ke mana
Delane atau Stead telah pindah. Dan demikian pula konstelasi media-massa.
The Sunday Times sekarang telah menjadi sebuah majalah berwarna yang
mengkilap, dipenuhi iklan - dan dalam hal ini ia tidak sendirian - dan sebagian
besar pers daerah itu terdiri dari surat-kabar yang bebas, yang umumnya dibiayai
dengan iklan setempat Jurnalisme 'investigatif' sekarang ini telah menjadi sebuah
istilah kunci sama dengan yang terjadi pada 'penyingkapan kecurangan [muck-
raking]' (sebuah kata yang terambil dari Bunyan). Media cetak itu telah terlibat

2 5 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dalam hal yang jauh lebih daripada sekedar 'sejarah halaman depan' saja, dan
pengaduan tentang operasi j urnalistik sekarang ini berdatangan tidak hanya dari
para pemimpin politik atau para novelis canggih, tetapi juga dari orang biasa,
yang merasa terganggu oleh ancaman terhadap kehidupan pribadi mereka.
Berikut ini adalah sebuah kisah, yang hanya sedikit diceritakan dalam
media massa, yang telah dihilangkan begitu saja sepanjang waktu dan tempat.
Di Amerika Serikatlah jurnalisme pembongkaran kebobrokan itu berkembang
subur beberapa dekade setelah Evans, dengan demikian meletakkan dasar bagi
apa yang dinamakan sejarawan Amerika Richard Hofstadter 'Masa Reformasi
[The Age of Reform]'. Karena bangga akan kontribusi mereka terhadap era
itu, maka para jurnalis besar seperti Lincoln Steffens (1866-1936) membangun
reputasi mereka melalui surat-kabar maupun majalah, terutama sekali sebuah
majalah baru, McClure S, yang amat berbeda dalam isi dan gayanya dari majalah-
majalah lama seperti the Atlantic, Harpers dan the Century. 'Pembongkar
kebobrokan' itu merasa curiga terhadap raja dari berbagai jenis, termasuk raja
pers, yang para mitra Inggris mereka dapat mencetuskan rasa curiga yang lebih
besar lagi ketika, di samping memegang kekuasaan, mereka juga mendapat
kehormatan dari publik. Harmsworth, yang akan menjadi seorang Viscount
pada tahun 1917, bukanlah pemilik surat-kabar pertama yang masuk dalam
daftar kebangsawanan Inggris. Algernon Borthwick, pemilik the Morning Post,
seorang kepercayaan Lord Palmerston, telah mendapat gelar bangsawan tahun
1880, dan dijadikan seorang baronet oleh Salisbury tahun 1895. Pada tahun
yang sama Harmsworth menjadi seorang Viscount, ia bertemu dengan Ford dan
Edison dalam sebuah kunjungan ke Amerika Serikat, yang mendapati dengan
rasa puas, bahwa Ford dan Edison tidak tertarik akan uang 'dibanding saya',
dan bahwa Edison 'benci kepada orang Jerman sebagaimana bencinya kepada
racun. Mereka telah mencuri semua patennya.'
Peran para pemilik dalam jurnalisme Inggris, baik yang 'membongkar
kebobrokan' atau 'yang bersifat patriotik kasar', berada dalam serangan ketika
dekade pertama dari abad itu persis di kalangan ini, Whiggish dan Liberal, yang
di dalamnya Trevelyan bergerak. Bagi L. T. Hobhouse (1864-1929), seorang
'liberal baru', pers dalam tahun 1909 telah 'semakin dimonopoli sejumlah kecil
orang kaya' dan telah jauh dari perannya sebagai 'organ demokrasi' - yaitu hal
yang diharapkan kaum radikal itu - pers telah 'lebih banyak menjadi tempat
menggemakan suara dari gagasan apapun yang menawarkan pada mereka
keuntungan materi yang besar'. Namun ini merupakan suatu kesan yang amat
disederhanakan, baik ketika itu maupun setelahnya. Beberapa pemilik yang

2 5 6
Informasi, Pendidikan, Hiburan

kaya mengira bahwa mereka mewakili publik lebih daripada Parlemen,


sedangkan yang lain-lain, seperti orang Quacker, George Cadbury (1839-1922),
yang pada tahun 1899 telah mendapatkan the Daily News, bertekad bahwa ia
harus mengajukan prinsip-prinsipnya sendiri. Ia langsung mengesampingkan
informasi pertaruhan dan hadiah-hadiah dari surat-kabar itu, dan Hobhouse
merupakan calon pertamanya sebagai editor.
Cadbury terus mengambil oper surat-surat kabar daerah dengan keyakinan
bahwa adalah lebih baik membelanjakan uang 'dengan coba membangkitkan
teman-teman senegara untuk melakukan aksi politik ketimbang membelanja-
kannya untuk tujuan-tujuan sosial'. Keluarga besar Quacker yang lain, yaitu
Rowntrees, melakukan dua hal itu sekaligus. The Northern Echo berada di
bawah pengawasan Rowntree Trust sebelum perang, sebagaimana juga mingguan
yang berpengaruh The Nation, yang pada tahun 1931 bergabung dengan the
New Statesman, salah satu mingguan yang paling berpengaruh di tahun-tahun
antara dua perang dunia.
Salah satu sponsor 'jurnalisme baru' yang paling berhasil sebelum tahun
1914 adalah C. A. Pearson (1866-1921), yang mendirikan the Daily Express
tahun 1900. Sebelumnya ia mendirikan Pearson's Weekly tahun 1890, yang
mottonya 'Membangkitkan perhatian, meningkatkan pengetahuan dan
menghibur': dalam salah satu kesempatan ia memoles kopi-kopinya dengan
minyak kayu-putih agar para pembacanya tahan terhadap influenza. Joseph
Chamberlain (1836-1914), yang terhadap kampanye reformasi tarifnya yang
kontroversial itu, Pearson memberikan dukungan yang sangat berharga, dan
kadang kuat sekali, menamakannya 'tenaga terbesar' yang pernah diketahuinya.
Pada tahun 1903, Pearson membeli the St. James's Gazette, dan setahun
kemudian memperoleh the Standard dan the Evening Standard, yang diikuti
oleh sejumlah surat-kabar daerah, termasuk the Birmingham Daily Gazette
dan Evening Dispatch.
Politik tidak pernah kurang bahan dalam surat-kabar Pearson, yang
terpenting daripadanya pada tahun 1919 telah pindah ke tangan yang lain -
yaitu pada orang Kanada Max Aitken (1879-1964), yang pada tahun 1917
telah menjadi Lord Beaverbrook. Karena hidup lebih lama dari Northcliffe,
yang lima-belas tahun lebih tua daripada dirinya, maka Beaverbrook bertugas
selama Perang Dunia II dalam kabinet Churchill. Ia menulis sebuah studi klasik
tentang peran kaum politikus, termasuk Northcliffe, ketika krisis politik Perang
Dunia I, ketika Herbert Asquith digantikan sebagai perdana menteri oleh David

257
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Lloyd George. 'Bravo Lloyd George' menjadi judul utama Daily Mail yang
berbahagia itu.
Northcliffe tertarik secara mendalam untuk mengeksploitasi kekuatan pers,
bukan hanya dalam dunia politik, tetapi juga dalam memajukan teknologi baru.
Dalam dunia penerbangan, ia telah menjadi sponsor dari penerbangan Bleriot
menyeberangi Selat Inggris tahun 1909, dan media radio yang baru itu tahun
1920, ketika ia menata bagi penyanyi Australia Dame Nellie Melba, 'burung
kutilang Australia', untuk menyiarkan siaran radio dari Chelmford. Apapun
juga judul besar yang mungkin dibaca - di dalam teks the Daily Mail ditegaskan
bahwa 'Seni dan Sains sekarang telah bergandeng tangan' - tidak ada jumlah
telpon kepala (headphones) di kantor the Daily Mail itu untuk berkeliling dalam
kesempatan itu. Di Paris, sebuah plat gramofon pertunjukan Melba dibuat di
dalam sebuah kamar operasi radio di bawah Menara Eiffel.
Jika Northcliffee tidak terganggu mentalnya dan meninggal tahun 1922,
yaitu tahun didirikannya BBC (lihat hlm. 196), ia mungkin sekali akan memainkan
suatu bagian yang penting dalam sejarah siaran radio sebagaimana yang telah
dilakukannya dalam sejarah pers. Beaverbrook, yang menggantikannya, punya
sikap yang lebih kabur terhadap media baru itu. Ia menentang 'para pembuat
radio mengambil-alih kekuasaan atasnya', namun ia seluruhnya tidak percaya
akan Managing Director BBC yang pertama, John Reith. Setelah Reith
menyatakan tahun 1923 bahwa 'kebebasan udara akan menimbulkan
kekacauan', maka judul berita the Daily Express berbunyi: 'Mempertarungkan
Kebebasan'.
Seorang kritikus yang lebih terbuka terhadap Beaverbrook ketimbang
terhadap Reith adalah pemimpin Konservatif Stanley Baldwin (1867-1947),
yang membuat judul berita di awal tahun 1931, yaitu tahun krisis keuangan dan
drama politik, ketika ia menuduh surat-surat kabar Fleet Street 'bertujuan
memperoleh kekuasaan tanpa pertanggungjawaban', sambil menambahkan
bahwa kekuasaan seperti itu merupakan 'hak istimewa perempuan sundal di
sepanjang masa'. Dengan didukung oleh The Times, yang editornya Geoffrey
Dawson dekat dengan sumber-sumber resmi partai Konservatif, maka Baldwin
telah menjadi sebuah sasaran. Pewaris Northcliffe, Viscount Rothermere,
bersama dengan Beaverbrook, mengancam untuk menentang para calon
Konservatif pada pemilihan umum berikutnya yang tidak berjanji untuk
berkampanye bagi 'Imperium Perdagangan Bebas'.
Dalam dekade berikutnya, sampai pada Perang Dunia II, Rothermere
mendukung pemimpin Fasis Sir Oswald Mosley (1896-1980) - 'Hidup Kemeja

2 5 8
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Hitam [Hurray for the Blackshirts]', demikian bunyi salah satu kepala berita
Daily Mail. Daily Express milik Beaverbrook itu, yang lebih merupakan alat
dari pendapat-pendapatnya sendiri, memberi janji kepada para pembacanya
pada malam invasi Hitler terhadap Polandia bahwa tidak akan terjadi perang.
Ini adalah masa para baron pers bersukaria dengan kekuasaan mereka. Hal itu
dikemukakan dengan baik sekali dalam jilid kedua dari sebuah studi pengadilan
yang terbit tahun 1985 oleh seorang sejarawan Amerika, Stephen Koss, The
Rise and Fail ofthePolitical Press in Britain, yang menempatkan kata-sifat
'apparent' sebelum kata 'power'. Pers pop menurut pendapatnya dapat
membangkitkan dan mendorong opini, namun ia tidak dapat menentukan
bagaimana reaksi para pembaca.
Namun, masih ada banyak hal lain yang menarik perhatian para pembaca,
termasuk teka-teki silang, perlombaan, dan di atas itu semua, olahraga. Politik
seringkah datang paling akhir, dan sepanjang berhubungan dengan itu, banyak
terjadi kesalahan informasi: selalu penting, sebagaimana dikemukakan penyair
W. H. Auden, untuk membaca apa yang tersirat. Akan tetapi Perang Dunia II,
yang telah banyak sekali membuat perubahan, telah mengubah semangat, dan
kekuasaan politik pers itu tampak dibatasi pada tahun 1945, ketika dalam
menghadapi semua arahan yang diberikan the Daily Mail dan the Daily Express
- sebuah surat-kabar harian pertama yang mencapai jumlah sirkulasi dua juta -
Winston Churchill dikalahkan secara mencolok dan partai Buruh memenangkan
pemilihan umum.
Pada titik ini dari sejarah media massa, adalah penting untuk diselidiki
secara lebih mendalam dan membandingkan pers dan radio sebagai pengaruh
media massa terhadap informasi dan opini. Juga penting diperhatikan sejarah
sosial dan politik serta sejarah media itu sendiri. Ada banyak alasan bagi
kemenangan partai Buruh di tahun 1945, dan Churchill, yang terkenal karena
pidato-pidatonya di BBC kepada seluruh bangsa, tidak melakukan tindakan
yang tepat dalam siaran-siaran pemilihan umumnya yang bersifat partisan itu.
Juga bukan merupakan pertolongan baginya bahwa ia mendapat nasehat tentang
strategi dari Beaverbrook. Dalam pada itu, Clement Atlee (1883-1967) dan
rekan-rekannya dari partai Buruh mendapatkan bantuan yang kuat sekali dari
the Daily Mirror tahun 1945, yang telah menjadi sebuah tabloid tahun 1934 -
dengan nasehat dari badan periklanan Amerika J. Walter Thompson. Tokoh
kartunnya yang terkenal, 'Jane', jauh lebih terkenal tahun 1945 dari Atlee sendiri.
Apapun juga yang merupakan sumber daya-tarik pers tahun 1945 - dan
keterbatasan pengaruhnya - namun sirkulasi surat-kabar nasional telah meningkat

259
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

ketika perang, yang berangsur-angsur menanjak ketika tahun 1930-an, pada


saat sirkulasi surat-surat kabar daerah menurun. Koss mengakhiri bukunya
dengan penunjukan the Royal Commission of the Press yang pertama tahun
1947, yang menyediakan 150 halaman bagi pendidikan dan pelatihan para
jurnalis. Namun ia mencantum sebuah catatan akhir tambahan, yang mencatat
kematian pada tahun 1960 dari surat-surat kabar yang telah mapan. Tahun
1960, the News Chronicle, yang merupakan pewaris dari Daily News liberal
abad ke-19, telah menghilang. Tahun 1964, the Daily Herald, yang bediri
sebagai surat-kabar tahun 1912, dengan dukungan serikat buruh, telah diubah
menjadi the Sun, ketika ia diberi sebuah semboyan baru yang menyesatkan,
'sebuah surat-kabar yang lahir di masa kita hidup ini'; dan penguburan Reynolds
News terjadi tahun 1967, sebuah surat-kabar yang tidak dapat diragukan lagi
merupakan milik dari abad terdahulu.
The Daily Herald terjerumus ke dalam kemelut keuangan semenjak tahun
1930, ketika Depresi, pada saat 51 persen sahamnya telah dikuasai oleh Odhams
Press; 49 persen tetap berada di tangan serikat buruh. The Sun yang baru itu
kehilangan bahkan lebih banyak uang, dan setelah lima tahun yang tidak menentu
dan penuh ketegangan dijual pada tahun 1969 kepada pemilik surat-kabar
Australia yang masih muda, Rupert Murdoch, yang masih dalam proses
menjadikan dirinya seorang gembong media. Pada tahun yang sama ia menguasai
the News of the World, dan tahun 1981, mengikuti kebangkitan Northcliffe, ia
membeli The Times dari pemiliknya yang orang Kanada, Roy Thomson (1894-
1976), yang membeli surat-kabar itu sepuluh tahun sebelumnya. Karena telah
memulai kariernya dalam bisnis surat-kabar dan radio Kanada, maka Thomson
telah mendapatkan suatu kedudukan di Inggris lewat penguasaan atas saham
utama salah satu perusahaan televisi bebas pertama di Inggris, yaitu Scottish
Television, yang memberikan kepadanya, dalam kata-katanya sendiri yang tak
dapat dilupakan, 'sebuah surat kuasa untuk mencetak uang'.
Pemusatan kekuasaan media pada abad ke-20 telah menjadi masalah
yang semakin mendapat perhatian publik antara tahun 1961 hingga 1981. Hal
itu mengaburkan tidak hanya banyak dari garis pembatas yang mungkin ada
antara informasi dan hiburan (dengan dimasukkan sedikit pendidikan ke
dalamnya), namun kebanyakan dari partai politik yang membagi garis antara kiri
dan kanan, dan tidak kurang daripada itu, semua garis yang membagi antara
media massa. Kerajaan Murdoch itu membentang luas hingga ke film dan televisi:
milik Thomson juga telah mencakup bisnis perjalanan, bisnis yang pada akhirnya
menjadi pusat perhatiannya. Cecil King (1901-1987), kemenakan Northcliffe,

2 6 0
Informasi, Pendidikan, Hiburan

telah berhasil menguasai Kelompok Daily Mirror yang besar itu tahun 1933,
yang dinamakan kembali the International Publishing Group pada tahun 1963.
Ia juga mempunyai saham dalam Associated Television; dan setelah mengambil-
alih Odhams maka ia bertanggung-jawab atas kira-kira dua-ratus majalah -
baik yang mingguan maupun yang bulanan atau kuartalan. King juga terlibat
dalam konspirasi partai dan bukannya politik partai dalam menentang
pemerintahan Buruh Harold Wilson tahun 1968, dan hal ini memaksanya untuk
meninggalkan kedudukannya sebagai ketua Kelompok itu.
Majalah IPC yang paling terkenal, Woman, diluncurkan oleh Odhams
tahun 1937, dengan harga dua pence, dan punya setengah juta pembaca pada
akhir tahun itu. Tahun 1945, ia memiliki tiga perempat juta pembaca, dan di
puncaknya pada akhir tahun 1950-an, tiga setengah juta pembaca. Di luar
kalangan Northcliffe, penerbitan mingguan yang paling terkemuka adalah Picture
Post, yang berdiri tahun 1938, dengan artikel-artikel politik yang amat penting
dan foto-foto yang sangat mengesankan; ia tidak hanya menggambarkan situasi
masa perang di pihak kiri, tetapi juga memiliki pengaruh yang kuat terhadapnya.
Melalui itu, Stefan Lorant, seorang pelarian dari Jerman Nazi, dengan
menggunakan sebuah kamera Leicayang kecil, telah meningkatkan jurnalisme
bergambar Inggris ke suatu tingkat yang lebih tinggi lagi. Pemilik surat-kabar
itu, Erdward Hultom (1906-88), yang telah memulai kariernya sebagai pemilik
tahun 1937 dengan Farmer 's Weekly, telah diberi gelar bangsawan tahun 1957,
pada tahun ia menutup Picture Post. Dua tahun kemudian, keseluruhan
kelompok majalah Hulton itu telah diambil-alih oleh Odhams sebelum selanjutnya
Odhams itu sendiri digabungkan ke dalam IPC.
Menarik sekali untuk membandingkan Picture Post dan majalah Life,
yang didirikan oleh Henry Luce (1898-1967) tahun 1936, tiga-belas tahun setelah
Time, dan hampir bersamaan waktunya dengan sebuah film berita bulanan,
March of Time. Prospektusnya sangat baik - 'untuk melihat kehidupan; melihat
dunia; menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa besar; memperhatikan wajah
orang yang miskin dan perilaku orang yang sombong... melihat benda-benda
yang ribuan mil jaraknya, benda-benda yang tersembunyi di belakang dinding
dan di kamar-kamar, benda-benda yang berbahaya untuk diperoleh... melihat
dan terpesona; melihat dan mendapatkan pelajaran'. Tanpa dorongan
berkampanye dari Lorant, Hulton dan Tom Hopkinson (1905-1990), editor
terakhir dari Picture Post, yang sangat tertarik akan pendidikan para jurnalist,
maka Life tetap hidup sesuai dengan prospektusnya, yang dibagi-bagikan kepada
para pemasang iklan sebelum ia mencapai publik. Dalam sebuah telegram yang

2 6 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dikirim tahun 1936, Archibald MacLeish (1892-1982), penyair dan penulis esai,
mengatakan kepada Luce bahwa 'revolusi jurnalisme yang besar-besar bukanlah
revolusi opini publik akan tetapi revolusi dalam cara dibentuknya opini publik
itu'.
Opini publik itu terbentuk dalam berbagai cara, persis seperti mencari
hiburan dan pendidikan juga dibentuk dengan cara yang terpisah-pisah,
sedangkan jalan melalui jurnalisme foto yang bersifat topikal telah berubah drastis
sebelum kematian Luce tahun 1967. Life itu sendiri, yang menyajikan dalam
warna sebuah rekor sepanjang masa tentang sejarah yang sedang terjadi, harus
mati tahun 1972 setelah gagal bersaing secara frontal dengan televisi yang
kebanyakan masih hitam-putih. Luce harus menangani majalah-majalah berita,
Timenya sendiri, dan para pesaing: Newsweek dan US News and World Report,
yang sirkulasi keseluruhannya telah naik antara tahun 1961 dan 1970 dari 5,38
juta menjadi 8,47 juta. Setelah ia meninggal, maka yang pertama dari semuanya
ini, Time, berada di pusat apa yang telah menjadi suatu konglomerasi ekonomi,
yang terdiri pertama-tama dari Time dan Warner Brothers dan kemudian, tahun
1995, dengan Ted Turner, yang, dari basisnya yang tampaknya tidak mungkin
teijadi di Atlanta, menantang segala hambatan (dan jaringan-jaringan lama) telah
menciptakan sebuah jaringan berita global, CNN, yang dibangun dari nol.
Dalam segala situasi ini surat-kabar Amerika harus menyesuaikan diri,
sebagaimana harus mereka lakukan ketika datangnya komputerisasi. Kantor
surat-kabar lama didirikan, dengan ruangan penataan, di mana para reporter
menggunakan mesin tulis, dan di mana copinya dipotong dan diedit, harus berubah
sama radikalnya dengan proses cetaknya. Namun 'timah panas' masih tetap
belum memberi jalan kepada percetakan 'offset' sebelum terminal editor
elektronik yang pertama dipasarkan tahun 1973. Masih tersisa bau-bau lama
dan suara-suara lama di gedung-gedung surat-kabar itu, dan semua ini, yang
kemudian kelihatan aneh, menjadi latar-belakang film politik yang menghebohkan
All the President's Men (1976). Sama halnya dengan abad ke-19, maka copy
itu diletakkan berulang kali pada tahap yang berbeda dalam proses produksi.
Dan penjualan pun turun: statistik, jumlah eksemplar surat-kabar yang dijual
pada setiap rumahtangga (yang lebih kecil ukurannya dari yang terdapat pada
abad ke-19) turun dari 1,12 tahun 1960 menjadi 0,88 tahun 1974. Dipandang
dari segi sosial, kota bagian dalam ke mana surat-kabar setempat yang lama
memusatkan perhatian telah kehilangan banyak dari genggamannya dalam suatu
daerah yang lebih luas, yang sekarang ini tidak hanya mencakup daerah pinggir

262
Informasi, Pendidikan, Hiburan

kota saja, tetapi juga apa yang dinamakan 'exurbia' - yaitu daerah yang
membentang jauh melampauinya.
Ketika pemilik Sun di New York telah mendapatkan tiga surat-kabar
metropolitan lain dalam tahun 1920-an lalu meluncurkan the Herald Tribune,
maka ia mampu memiliki empat-belas buah, tahun 1963 dua-belas diantaranya
masih beroperasi. Namun Herald Tribune sendiri menghilang tahun 1958, dan
20 tahun kemudian hanya terdapat tiga buah saja. Tahun 1977, Anthony Smith,
yang berpengalaman dalam radio, televisi dan film di Inggris, diundang oleh the
George Marshall Fund of the United States di bawah naungan the International
Institute of Communications - suatu contoh menarik tentang kerjasama
internasional - untuk mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi dalam
penerbitan surat-kabar di sejumlah negara.
Apa yang sedang terjadi di negara-negara lain tidak banyak berbeda dengan
yang terjadi di Amerika Serikat dan di Inggris, meskipun kebijakan nasionalnya
berbeda-beda bahkan di antara negara-negara yang bertetangga. Swedia, yang
telah kehilangan 50 surat-kabar konservatif, tiga-puluh surat-kabar liberal dan
beberapa surat-kabar sosial-demokrat antara tahun 1920-1960, maka sebuah
dana pinjaman dan potongan distribusi bersama diperkenalkan oleh negara itu
tahun 1970 dan selanjutnya diiringi oleh subsidi negara, terutama untuk surat-
kabar yang rendah cakupannya. Terdapat pula bantuan untuk pendirian surat-
kabar baru. Norwegia juga mengikuti kebijakan serupa. Denmark tidak. Di
Swedia dan Norwegia, habisnya surat-kabar partai bagi banyak anggota partai
merupakan suatu kehancuran total.
Perbandingan internasional yang dibuat ketika akhir tahun 1970-an
memperlihatkan bahwa setelah suatu dekade persaingan ekonomi, maka orang-
orang Swedia 'mengkonsumsi' lebih banyak surat-kabar per seribu penduduk
dibandingkan dengan bangsa lain manapun selain Jepang, dan mereka berada
setelah Amerika Serikat dalam jumlah pesawat telepon per kapita, dan bahwa
95 persen dari mereka memiliki televisi. Dalam perbandingan seperti itu, maka
kini biasanya media massa diperlakukan sebagai satu saja, dengan Amerika
Serikat sebagai rujukan utama. Munculnya siaran - mula-mulanya radio kemudian
televisi - telah menyebabkan mundurnya iklan untuk surat-kabar dari 45 persen
dari semua belanja iklan tahun 1935 menjadi 23 persen tahun 1995, namun
bagian gabungan dari iklan surat-kabar dan televisi secara keseluruhannya masih
lebih-kurang sama - yaitu 46 persen berbanding 45 persen.
Bukan hanya televisi yang telah merupakan tantangan baru untuk pers.
Begitu pers telah dipaksa untuk melibatkan diri dengan media yang lain, baik

2 6 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dari segi bisnis maupun budaya, maka ia harus mencermati perubahan-perubahan


masa depan yang mungkin dalam perannya sendiri. Semua hal itu bukanlah
masalah baru. Di Inggris, orang pertama yang berspekulasi tentang hubungan
media dan implikasinya adalah Lord Riddell (1865-1934), pemilik News of the
World, surat-kabar Inggris pertama yang akan dibeli Murdoch yang telah memiliki
sirkulasi lebih dari empat juta ketika Riddell menjadi bangsawan tahun 1909.
Karena yang dihadapinya radio yang bersuara, bukan televisi, maka ia bersahabat
dengan media yang baru itu, tetapi ia mengemukakan beberapa masalah yang
menarik:

Dampak apa yang dibawa radio bagi kehidupan? (Kebetulan saya tidak
suka penjelasan 'tanpa kabel': kenapa menjelaskan sesuatu dianggap sebuah
kenegatifan?) Mungkinkah orang menjadi kurang membaca? Apakah
mereka akan menjadi kurang berbicara? Apakah mereka akan menjadi
lebih baik atau lebih buruk saat mendapat informasi? Apakah mereka akan
menjadi jarang pergi ke teater atau ke pertunjukan musik? Apakah orang-
orang yang tinggal di kawasan pedesaan akan lebih puas atau kurang puas?
Siapa yang tahu?

Riddell terus melanjutkan pertanyaannya dalam suatu kerangka waktu yang


diperluas. 'Sepanjang yang ada hubungan dengan generasi sekarang ini, saya
percaya bahwa mereka yang sudah terbiasa suka membaca akan terus membaca
terlepas daripada apakah mereka menggunakan radio atau tidak. Akan tetapi
bagaimana dengan generasi selanjutnya yang terdidik dengan radio? Apakah
mereka akan lebih menyukai informasi melalui media visual ataukah media audio?'
Generasi berikutnya (dan telah banyak telaah mengenai hal ini) dapat
memperoleh informasi (dan terlebih lagi, hiburan) di layar melalui media 'mata
universal', yaitu televisi. Memang, malah di dalam penerbitan yang sama dari
Radio Times saat Riddell mengemukakan pertanyaan-pertanyaannya, seorang
'listener', sebuah kata baru yang masih diperdebatkan, menganjurkan dalam
sebuah surat kepada editor itu bahwa 'tidak terlalu sukar meramalkan, di dalam
tempo sepuluh tahun lagi televisi akan mendapat kemajuan sama dengan telephony
radio sekarang ini'. Kata 'pemirsa [viewer]' belum lagi dipikirkan, namun ketika
BBC memulai sebuah majalah kedua pada tahun 1929, lebih ilmiah daripada
the Radio Times, ia menyebutnya the Listener.
Ketika televisi tiba, ia menimbulkan lebih banyak lagi pertanyaan daripada
yang telah dikemukakan Riddell tentang radio. Sebagaimana dikemukakan

2 6 4
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Kenneth Baily, yang ketika itu menjadi kritikus Evening Standard dan associate
editor dari Television, pada tahun 1949:

Ribuan orang, dan kemudian jutaan orang, akan menjadi sasaran, sampai
ke suatu batas tertentu, dari layar kaca di rumah-tangga mereka. Apa arti
semua itu bagi mereka? Baik atau buruk? Dengan kekuasaan yang baru
ini tampaknya tidak akan ada lagi pekerjaan setengah-setengah; ia akan
memilih jalannya sendiri, dan kemudian melakukan apa yang tidak dapat
dihentikannya sendiri kecuali melakukan hal itu.

Kepastian teknologi bukanlah jawaban, sebagaimana yang akan diperlihatkan


oleh bagian ketiga bab ini, tentang 'Era Televisi', namun akan dilakukan lebih
banyak upaya lagi untuk memberi jawaban tentang akibat-akibat sosial televisi
dibanding apa yang pemah dipertanyakan tentang radio.

Era Broadcasting (siaran radio)

Bagaimanapun adalah penting untuk mulai dengan apa yang selalu dinamakan
BBC 'siaran suara [sound broadcasting]', dan bukan dengan televisi, karena
kepentingan yang terkandung di dalamnya dan karena, minimal pada awalnya,
lembaga-lembaga yang sama yang telah menimbulkan era broadcasting itu juga
telah bertanggung-jawab dalam menimbulkan era televisi. Dan setiap lembaga
itu memiliki sejarahnya sendiri. Mereka lebih banyak merupakan lembaga
daripada organisasi: di Amerika Serikat, NBC dan CBS menganggap diri mereka
seperti itu, dan di Inggris, BBC secara universal dianggap seperti itu. Sejak
tahun 1926, Uskup Agung Canterbuiy telah mengatakan hal itu, dan tidak lama
kemudian BBC dibandingkan dengan Gereja Inggris yang dikepalainya. Tahun
1940, R. S. Lambert, seorang mantan editor dari majalah BBC, the Listener,
pindah ke sebuah lembaga yang berbeda, dengan menyatakan dalam bukunya
Ariel and All His Quality bahwa 'di bidang seni, kecerdasan dan politik' maka
BBC telah melaksanakan melalui patronase 'semua kekuatan yang sebelumnya
dilaksanakan oleh Pengadilan'.
Salah seorang reporter besar perang, dan yang sama terkenalnya di kedua
sisi Atlantik, Ed Murrow (1908-1965), hampir menjadi lembaga tersendiri, yang
diakui demikian karena siaran-siarannya dari London ketika Pertempuran Inggris.
Bagi MaLeish, yang ketika itu Pustakawan Kongres, semua siaran ini 'telah
menghancurkan kepercayaan jarak'. Sekarang ini tidak ternilai harganya sebagai
catatan sejarah, pada saat ia menjadikan segala sesuatunya hidup. MacLeish

2 6 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

sendiri telah membuka suatu bab baru dalam radio Amerika dengan sebuah
sandiwara The Fall of the City, yang disiarkan tahun 1937, dengan Orson
Welles bertugas sebagai penyiar radio. Sebuah siaran CBS yang lain tahun
1938, di mana Welles lagi-lagi bertugas sebagai penyiar, merupakan sebuah
versi yang telah banyak diubah dari buku H. G Wells, The War of the Worlds.
Pengumumannya tentang pendaratan orang-orang dari planit Mars telah
menimbulkan kepanikan, namun hal itu dapat pula dijelaskan oleh Dorothy
Thompson sebagai 'kisah berita abad ini', yang telah memberi 'sumbangan besar
untuk memahami Hitler, Mussolini, Stalin serta semua terorisme lain di masa kita
ini dibandingkan semua kata-kata tentang mereka yang pernah ditulis oleh orang-
orang yang berpikiran waras'.
Dalam dua tahun saja, kebanyakan stasiun siaran telah berada di tangan
Nazi, dan tuntutan bagi berita 'yang sesungguhnya' jauh lebih besar daripada
sebelumnya. Memberitakan dengan radio, untuk pertama kali, memiliki
keuntungan yang jelas dibandingkan dengan surat-kabar, sebuah keuntungan
yang agak tidak disenangi di Amerika Serikat, namun sangat dihaigai di Inggris.
Sebelum perang, BBC terbatas dalam operasi beritanya, terutama sekali waktu
dan kandungannya, oleh pers dan kantor-kantor berita. Sekarang, dengan
dukungan Kementerian Penerangan, suatu kementerian baru yang tidak populer,
radio telah dibebaskan. Radio juga menjadi tuan-rumah bagi banyak penyiar
Eropa terkemuka sebagai 'Suara Kemerdekaan' dan terus menyiarkan pada
puncak perang dengan menggunakan 45 bahasa, termasuk Tamil, Thai dan
Jepang. Di dalam negeri, radio bertanggungjawab untuk mempertahankan
semangat; dan di antara rentangan acara hiburan yang disiarkannya, maka acara
Tommy Handley ITMA telah menjadi legenda. Bagaimana BBC menafsirkan
'pandangan-pandangannya' di masa perang melalui serentetan penyiar, yang
kebanyakan mereka bukan dari kalangan profesional, merupakan kepentingan
tersendiri pula. Demikian pula radio Amerika semakin berpaling pada para
sukarelawan dari luar profesi itu, suatu kelompok yang kritis dalam propaganda
demokrasi, suatu propaganda di mana Hollywood unggul.
Perang memberikan suatu keharusan yang penting namun tidak biasa dari
mana orang dapat memperhatikan aspek-aspek penyiaran, persis sebagaimana
yang dilakukan orang untuk suatu survei perubahan teknologi, misalnya, radar
dan roket. Suatu perang kata-kata digelar antara tahun 1939-1945, dan sama
banyaknya baik di negara-negara demokratis maupun di negara-negara totaliter.
Mikrofon lalu menjadi senjata yang hebat; digunakan pada tahun 1930-an oleh
Hitler (1889-1945) dan Goebbels (1897-1945), pengelola mesin propaganda

2 6 6
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Nazi, dan juga jauh sebelum itu di Uni Soviet. Persis pada pameran radio Nazi
yang pertama tahun 1933, Goebbels, yang telah terlibat dalam penghancuran
kebebasan pers, menyatakan dengan lantang bahwa radio bagi abad ke-20
sama artinya dengan pers pada abad ke-19. Dalam suatu rapat umum partai
yang luar biasa besar di Nuremberg, mikrofon diperlakukan sebagai sebuah
megafon - sebagaimana di Uni Soviet baik di lapangan dan gedung-gedung
pemerintah.
Radio kabel juga disenangi karena dapat dikendalikan, dan pesawat radio
rakyat, yang telah diproduksi pada akhir tahun 1930-an, menjauhkan radio dari
negara-negara lain. Akan tetapi, baik Lenin (1870-1924) maupun Stalin (1879-
1953), yang pamflet-pamflet dikeluarkan atas nama mereka, muncul sebagai
penyiar yang aktif, dan acara Soviet itu membosankan, dipenuhi oleh statistik
yang meragukan dan mengemukakan seruannya kepada para aktivis partai. Pers
diawasi dengan ketat. Di Amerika Serikat, di mana pers itu pada umumnya
bermusuhan dengan Roosevelt (1882-1945), maka Presiden itu menggunakan
mikrofon dalam bentuk yang sangat berbeda dalam 'obrolannya di dekat
perapian', sambil berusaha untuk menjadikan para pendengarnya merasa bahwa
ia hadir di rumah mereka sendiri. Radio digunakannya bukan untuk ini saja.
Delapan obrolannya hanya 8 persen saja dari pidato-pidato radionya antara
tahun 1933-1936: salah satu daripadanya pada suatu hari libur diperdengarkan
pada 64 persen dari radio Amerika.
Namun, tidak pernah ada penggunaan radio ini yang merupakan bagian
dari pengalaman Inggris, sehingga berkenaan dengan perpindahan dari damai
ke perang, di mana dalam tahun-tahun pertama dari sejarahnya, BBC diminta
pemerintah untuk tidak terlibat dalam segala bentuk siaran yang kontroversial,
BBC harus menyesuaikan tatanannya dan kebijakannya lebih daripada organisasi
siaran manapun. Akan tetapi, rentang pembuatan acaranya sebelum perang
jauh lebih luas daripada di negara manapun, terutama sekali Amerika Serikat,
dan ia mempertahankan keuntungan ini ketika dan setelah perang itu. Dalam
transmisinya di luar negeri, ia terus dengan bangga menyiarkan 'kebenaran'.
Dalam penyusunan acara domestiknya sekarang ini, BBC telah meninggalkan
banyak dari apa yang tadinya dianggap fundamental dalam tahun-tahun
pertamanya, misalnya suatu pola penyiaran yang khusus di hari Minggu, dan
keengganan untuk menyiarkan terlalu banyak 'musik pop'.
Pada permulaan perang, karena mematuhi pemerintah, BBC hanya
menyiarkan satu acara tunggal saja, namun mulai bulan Januari 1940, ia
meluncurkan suatu Program Angkatan Bersenjata sebagai alternatif Siaran Dalam

267
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 21. Di Stadion, Adolf Hitler didampingi Menteri Propagandanya, Josef


Goebbels, menggunakan mikrofon sebagai megafon. Di depan publik yang banyak
itu, ia menjejalkan pandangan-pandangannya.

2 6 8
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Gambar 22. F.D. Roosevelt menggunakan radio untuk bercakap-cakap dengan


warganya di dekat perapian, la coba menanamkan apa yang dia anggap sebagai
komunikasi demokratis.

Negeri. Karena ia menyiarkan ke seluruh dunia, maka hal ini seluruhnya


mengubah keseimbangan acara BBC sebelum perang, dan setelah perang selesai
Juli 1945, BBC menjadi apa yang dinamakan dengan 'Program Ringan [Light
Programme J'. Inilah salah satu dari tiga buah acara untuk para pendengar di
dalam negeri, di mana Yang Ketiga itu adalah suatu acara budaya, mungkin lebih
bergengsi di luar negeri ketimbangdi Inggris sendiri. Melalui tindakan seperti
ini, maka 'para pendengar' yang besar itu, yang puji-pujiannya telah
disenandungkan oleh Reith dan juga Seldes, sekorting ini telah dipecah, meskipun
Sir William Haley (1901-87), yang sekarang telah menjadi Direktur-Jenderalnya,
yang tak pernah menggunakan kata 'fragmentasi', menyatakan harapan agar
para pendengar naik tingkat dari sebuah acara ke acara yang lain, dari Yang
Ringan kepada Dalam Negeri, dari Dalam Negeri kepada Yang Ketiga.

269
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Tidak ada tanda-tanda dari kebijakan seperti itu di radio Amerika: jaringan
penyiaran tetap dikendalikan dengan ketat, meskipun Kementerian Peperangan
Amerika Serikat memiliki jaringannya sendiri dengan 1.800 saluran ke luar pada
tahun 1944. Demikian pula di Uni Soviet ketika perang, tidak dilakukan upaya-
upaya untuk merancang acara-acara yang menjadikan orang santai. Pers cetak
Soviet 'berlomba-lomba dengan senapan mesin dan altileri sebagai senjata
perang', sedangkan para penyair, novelis dan penulis lagu turut dikerahkan untuk
tujuan itu. Stalin menggunakan kata 'brothers and sisters' dalam pidato radionya
yang pertama tanggal 3 Juli 1941, dan beberapa minggu kemudian, dibuat sebuah
acara radio yang penting: membacakan surat-surat dari pria dan wanita yang
berada di front pertempuran. Setelah perang, terlihat ada tekanan lebih besar
pada 'budaya', yang ditentukan dan diawasi dari atas oleh Andrei Zhdanov dan
rekan-rekannya.
Dalam memperhatikan pengalaman Amerika dan Rusia serta Inggris, adalah
perlu untuk pergi kembali ke permulaan, dan di Inggris, Reith, yang untuk
beberapa lamanya menjadi Menteri Penerangan, dapat menggabungkan sejarah
pribadi dengan sejarah kelembagaan saat ia menoleh kembali ke belakang.
Sebagai orang Skotlandia yang profesinya adalah insinyur, anak dari seorang
pendeta, maka Reith baru berumur 33 di tahun 1922, ketika ia diangkat sebagai
General Manager the British Broadcasting Corporation, sebuah perusahaan
komersial dengan dividen terbatas - suatu hal yang tak dapat dibayangkan di
Amerika Serikat - dan menduduki jabatan itu sebelum menjadi Direktur Jenderal
dari British Broadcasting Corporation yang baru. Dialah yang melakukan
perubahan struktur BBC pada tahun 1927 dalam suatu Piagam Kerajaan [Royal
Charter], yang menyatakan bahwa BBC diharuskan memberikan informasi,
hiburan dan pendidikan, dan bahwa BBC harus diperintah oleh sebuah Dewan
Pimpinan [Board] yang terdiri dari lima orang gubernur yang ditunjuk oleh
Kerajaan untuk jangka waktu lima tahun berdasarkan rekomendasi perdana
menteri. Para Gubernur ini hanyalah pengawas [trustees], bukan manajer, karena
telah menjadi keyakinan Reith, lebih dari sekedar opini saja, bahwa pengelolaan
siaran harus berada di tangan para penyiar itu sendiri, terlepas dari pemerintah
maupun kalangan bisnis.
Pengertian 'mengatur' BBC akan ditafsirkan secara berbeda-beda di masa
depan, baik di waktu perang dan damai, oleh berbagai Dewan Pimpinan dan
oleh masing-masing gubernur, namun filsafat pertanggung-jawaban sosial Reith
tetap hidup di Rumah Siaran itu lama setelah ia meninggalkan BBC tahun 1938.
Gagasan-gagasannya itu dikemukakan dalam salah satu buku yang paling

2 7 0
Informasi, Pendidikan, Hiburan

membuka wawasan tentang tahun-tahun pembentukan siaran itu, Broadcasting


Over Britain (1924), yang ditulis dengan sangat tergesa-gesa pada saat Reith
itu berada dalam keadaan sejenis tekanan berat yang disukainya. Bila Lord
Riddell mengajukan pertanyaan-pertanyaan (lihat hlm. 264-265), maka Reith
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan sekaligus menjawabnya.
Ketika ia masuk dunia broadcasting, demikian tulis Reith, tidak ada
'perintah tertutup yang akan dibuka': 'sangat sedikit orang yang mengetahui apa
artinya: tidak ada orang yang tahu akan terjadi apa'. Akan tetapi pada tahun
1924, ia telah mengantisipasi tantangan-tantangannya dalam perspektif sejarah
yang berjangka panjang dengan cara yang tidak dimiliki Riddell:

Sampai datangnya media komunikasi yang universal dan luar-biasa murahnya


ini, sebagian terbesar manusia masih tertutup dari pengetahuan tangan
pertama dari peristiwa-peristiwa yang membuat sejarah. Mereka tidak
ikut-serta dalam kepentingan dan perpindahan dari orang-orang yang
menikmati hadiah ganda nasib-baik itu - yaitu waktu luang dan uang.
Mereka tidak mendapati jalan akses orang-orang besar di hari itu, dan orang-
orang ini dapat menyampaikan pesan-pesan mereka kepada sejumlah
kalangan yang terbatas saja. Dewasa ini semua itu telah berubah.

Reith memiliki perasaan misi yang kuat. Menggunakan siaran hanya sebagai
media hiburan, menurut dia, sama artinya dengan 'melacur'. Ia tak ingin
memberikan kepada orang hanya 'apa yang mereka inginkan saja'. BBC harus
membuat standard. 'Ia harus membawa ke sebanyak mungkin rumah-tangga
... apa yang terbaik dalam setiap pengetahuan, upaya dan pencapaian manusia.'
Di sini terdapat lebih dari sekedar apa yang telah disinggung Matthew Arnold,
meskipun mungkin Reith tidak menyadarinya. Baginya, dengan kata-katanya
sendiri, 'memelihara suatu nada moral yang tinggi' adalah 'jelas sekali [perhatikan
kata keterangan itu] merupakan kepentingan kita yang luar-biasa'. Ia tidak
pernah menggunakan kata 'media massa' atau 'komunikasi massa'.
Monopoli adalah alat yang alami untuk mencapai misi Reith itu, bahkan
suatu monopoli yang 'kasar'— ia pilih sendiri kata-sifat itu beberapa tahun
kemudian - karena hanya sebuah monopolilah yang mampu menantang hukum
budaya Gresham yang menyatakan bahwa yang jahat mencampakkan yang baik.
Apa yang baik dan yang buruk itu tentu saja adalah masalah argumentasi. Bahkan
ketika itu, pendirian Reith, yang menolak untuk mencari 'denominator bersama
yang paling rendah', tampak bersifat otoriter di mata para pengeritiknya, dan
dengan berlalunya waktu ia tampak kaku dan akhirnya tidak dapat digunakan.

2 7 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Namun ia mendapat dukungan resmi dan tidak resmi, sebagaimana yang telah
dilakukan pertahanan Vail terhadap monopoli AT&T di Amerika serikat (lihat
hlm. 184). Dalam bulan Agustus 1922, seorang pemimpin Manchester
Guardian menegaskan, sebelum ditunjuknya Reith, bahwa 'siaran radio itu
dibanding dengan semua lapangan pekerjaan adalah salah satu yang paling jelas
tidak dapat dilakukan monopoli', dan 12 tahun kemudian, berdasarkan
pengalaman, maka The Times mengamati bahwa ia telah memutuskan dengan
bijaksana sekali 'untuk mempercayakan siaran di negeri ini kepada sebuah
organisasi tunggal dengan suatu monopoli yang bebas dan dengan layanan publik
sebagai motif utamanya'.
Lebih dekat kepada masalah itu, Crawford Committee, yang resmi ditunjuk
tahun 1926 untuk menyelidiki masa-depan siaran Inggris, setuju dengan garis
pemikiran Reith bahwa monopoli BBC adalah lebih masalah misi ketimbang
sekedar masalah teknologi - yaitu menanggulangi frekuensi yang jarang terdapat.
Meskipun mengakui bahwa 'gelombang khusus atau layanan alternatif' dapat
memberikan jalan keluar bagi apa yang dinamakannya 'dilema program' - ketika
itu hanya ada satu program saja - namun Committee itu percaya bahwa mereka
'tidak akan pernah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kelompok pendengar
tertentu saja, bagaimanapun juga besarnya, yang menekankan program-program
usang dan biasa-biasa saja'. Putusannya untuk mendirikan suatu korporasi publik
dengan Royal Charter disambut oleh seorang sosialis Fabian W. A. Robson
sebagai 'suatu penemuan dalam bidang ilmu sosial yang tidak kurang hebatnya
daripada penemuan transmisi radio dalam bidang ilmu alam'.
Pada tahun 1927, ketika Komisi Radio Federal didirikan di Amerika
Serikat untuk menangani masalah penyiaran, maka pada pertama kali ia
dimaksudkan untuk hanya bersifat sementara. Radio Amerika sangat berbeda
dalam bentuknya dibanding radio Inggris. Radio Amerika terutama adalah alat
hiburan, berita hanya menempati tempat kedua, demikian pula, sikapnya sangat
berbeda baik terhadap siaran agama maupun siaran politik (termasuk pemilihan
umum). Tahun 1930, terdapat kira-kira 14 juta pesawat radio di Amerika, dan
itu hanya permulaan saja, dalam menghadapi suatu latar-belakang depresi, dari
'masa keemasannya' ketika radio, di atas segalanya, adalah sebuah media massa.
Stasiun setempat mungkin memberikan kisah rakyat di masa depan, sebagaimana
satu generasi kemudian ketika tulisan Garrison Keillor, PrairieHome
Companion, yang pada mulanya merupakan sebuah program di Radio
Minnesota, disiarkan secara nasional, namun jaringan nasional itu tetap dikontrol.

272
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Gambar 23. John Reith, arsitek BBC, ditampilkan dalam banyak gambar kartun,
salah satunya 'Punch1 dimana ia digambarkan sebagai Prospero. (Majalah intern
BBC diberi nama "Ariel": "pulau kecil yang penuh dengan musik, berita dan tegur
sapa yang manis yang memberi kesegaran'. Gambar kartun ini menunjukkan dia
berada di luar gedung BBC yang baru.

2 7 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Perbedaan utama dalam pendekatan internasional terhadap radio adalah


dalam hal iklan. Broadcasting di negara manapun bukanlah 'makanan yang
jatuh dari langit', 'gratis seperti udara yang kita hirup'. Pembiayaan siran radio
di Inggris berasal dari licence fee [upah lisensi] bukan dari pajak; dan ini seluruhnya
bertentangan secara diametral dengan pendanaan siaran di Amerika yang
mengandalkan iklan. Argumentasi tentang kegunaan masing-masing sistem ini
dimulai di sini. Namun ia tidak pernah berakhir. 'Uang Tunai tetap merupakan
Kunci' demikian bunyi sebuah kepala berita dalam majalah BBC untuk kalangan
sendiri yang bernama Ariel pada tahun 1979.
Namun, sistem Inggris dan Amerika itu hanya dua dari demikian banyaknya
sistem siaran yang berkembang di tahun 1920-an, meskipun keduanya dapat
berfungsi sebagai model. Banyak teijadi percampur-adukan, sebagaimana pula
selalu terjadi dalam bidang telekomunikasi. Di Kanada, kondisinya menarik
karena, dengan memperhatikan tetangganya AS yang sangat kuat itu, maka
Kanada tampak tidak akan mungkin mengikutinya sebagai model. Di sana siaran
digunakan, seperti kebijakan dalam bidang transportasinya, untuk memperkuat
identitas nasional. Limpahan berita dari Amerika Serikat sangat mengganggu
Liga Radio Kanada dan secara langsung mempengaruhi ditetapkannya Canadian
Radio Broadcasting Act tahun 1932, didirikannya the Canadian Broadcasting
Commission (CBC), yang selanjutnya berubah menjadi the Canadian
Broadcasting Corporation, tahun 1936, dibuat menurut model BBC, namun
sejak permulaan telah memasukkan unsur komersial: suatu segmen periklanan
Kanada yang khusus telah diperkenalkan.
Sebelum tahun 1945, sistem Soviet, yang dibangun di atas dasar Marxis-
Leninis, tidak berfungsi sebagai sebuah model. Radio Nazi juga tidak berfungsi
seperti itu. Sedangkan radio Italia, meskipun bersifat propaganda, juga tidak
memberikan model, juga karena menyiarkan propaganda dalam bahasa Arab,
yang mendorong BBC ke dalam siaran bahasa asingnya yang pertama sebelum
perang pada tahun 1938. Radio Prancis, yang tidak pernah merupakan sebuah
model, sejak tahun 1928 diurus oleh sebuah layanan siaran umum yang ditata
oleh Kantor Pos bersaing dengan tiga-belas stasiun komersial swasta. Sidang
pendengarnya relatif kecil, dan tahun 1939 layanan publik itu ditempatkan di
bawah pengawasan sebuah Kantor Informasi Umum yang baru saja didirikan.
Setelah invasi Jerman ke Prancis tahun 1940, yang didukung oleh propaganda
radio Jerman yang lihai, maka layanan itu kehilangan segala kredibilitasnya.
Masing-masing sistem radio, bahkan yang Prancis pun, punya para
pendukung. Beberapa negara mengembangkan identitas kelembagaan mereka

2 7 4
Informasi, Pendidikan, Hiburan

sendiri: yang terletak antara suatu koeksistensi layanan publik yang tidak mudah
dan siaran komersial. NHK (Nippon Hoso Kyokai) di Jepang, sebelum dan
sesudah perang, dengan Dewan Gubernurnya, tampak paling dekat kepada model
BBC. Ia didirikan tahun 1926, tergantung pada uang lisensi, namun berbeda
dengan BBC, ia dikendalikan oleh pemerintah yang diperketat bahkan sebelum
invasi Jepang ke Manchuria tahun 1931, ketika jumlah para pemegang lisensi
telah mencapai sejuta. Terdapat tekanan sebelum dan sesudah perang Jepang
dengan Cina tahun 1937 untuk memusatkan diri pada siaran-siaran yang akan
menyanjung 'jiwa nasionalisme', termasuk siaran-siaran 'theme of the day' yang
menyiarkan lagu-lagu nasional, lagu-lagu patriotik, dan seruan kepada rakyat
untuk menundukkan diri ke arah istana Kaisar. Ironis sekali, Perang Dunia II
berakhir dengan sebuah siaran yang belum pernah ada tandingannya oleh Kaisar
Hirohito (1901-1989), yang sedikit sekali para pendengar yang paham, karena
ia berbicara dengan bahasa istana formal yang tinggi itu.
Setelah Jepang diduduki, maka status NHK sebagai suatu 'badan hukum'
dipertegas di dalam Radio and Broadcasting Law Act tahun 1950, yang
dimaksudkan untuk menjamin kebebasan menyatakan pendapat dalam penyiaran
radio; dan baru setelah tanggal itulah NHK menghadapi persaingan dari penyiar-
penyiar komersial, yang kebanyakan mereka berhubungan dengan surat-kabar.
Demikian pula, pada waktu negara Jerman diduduki Sekutu - dan dalam
kasusnya dibagi-bagi - bahwa kerangka sistem penyiaran setelah perang
ditentukan baginya oleh dua kekuatan pendudukan yang sangat berbeda. Di
Eropa Timur, fungsi utama radio (dan kemudian juga televisi) sekarang ditentukan
sebagai 'pembentukan kesadaran negara sosialis': sistem Soviet menjadi
modelnya, sebagaimana juga di Eropa Tengah. Di Jerman Barat yang federal,
berlaku sistem siaran radio yang sangat didesentralisir pasca tahun 1945,
umumnya di bawah pengaruh Inggris, dengan sembilan stasiun penyiaran undang-
undang publik regional, yang masing-masing menyajikan tiga program radio
yang berbeda.
Mungkin tidak akan ada 'pendengar yang luas' dalam keadaan seperti
itu, namun terdapat pula unsur-unsur lain yang berbeda sejak permulaan di Jerman.
Kecurigaan terhadap penyiaran radio dari pihak pers, yang didominasi oleh
kepentingan finansial yang kuat, terutama diwakili oleh kelompok Springer, yang
berbasis di Hamburg dan Berlin, membatasi inovasi dalam penyiaran; dan adanya
para pendengar limpahan di Timur - dan kemudian juga pemirsa - adalah suatu
kenyataan penting dari segi politik sebelum penyatuan kembali Jerman tahun
1989. Pasar massal diserahkan kepada pers. Pasal kelima dalam Undang-

2 7 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Undang Dasar negara Jerman yang baru secara khusus menjadikan pers bebas
sebagai salah satu unsur inti dalam konstitusi, namun ia tidak meramalkan
kemenangan-kemenangan kelompok Springer: Build-Zeitung (Picture Post)
terjual empat-juta copy setiap harinya. Di Italia, lebih sedikit jumlah surat-kabar
yang dijual kepada jumlah penduduk yang lebih kecil dibanding dengan negara
Eropa manapun (tahun 1975,99 per 1000 dibandingkan 441 di Inggris), namun
surat-kabar adalah lembaga penting yang diakui. Ada pula sebuah mingguan
massal, Oggi, di samping Paris Match. Badan penyiaran Italia, RAI,
Radiotelevisione Italiano, telah mempromosikan kebijakan menjadikan sebagai
sasarannya suatu publik Italia yang bersatu, tetapi ia seringkah dikompromikan
oleh campur-tangan politik secara terbuka.
Apapun juga negaranya, rezimnya, badan pengelolanya maupun masanya,
raison d'etre dari semua broadcasting adalah menyajikan program-program
kepada sidang pendengar besar yang tidak terlihat. Karena berbagai alasan,
yang umumnya bersifat historis, maka berbagai negara, yang menggunakan
teknologi yang sama tidak mengemukakan rentangan program yang sama atau
dengan cara yang sama, namun dalam semuanya itu ada suatu pembagian tugas
secara operasional, betapapun sederhananya, sebagaimana dalam industri film.
Segala jenis pembuatan program 'studio', di samping yang bersifat tidak resmi,
adalah berkaitan dengan dikembangkannya para penulis script rekaman tape
magnetik yang telah dipelopori di Jerman (sampai script itu pada umumnya
dihapus); para produsen, yang biasanya bekerja di balik dinding kaca; para
presenter, yang bekerja di depan mereka semua; dan pemain, yang tidak semua
mereka itu mesti merupakan kaum profesional penuh waktu. Demikian pula,
para insinyur selalu berada di belakang layar, dan sampai ke mana 'penyiaran
ke luar' itu diperlukan para pendengar di negara-negara lain, tidak akan mungkin
terjadi tanpa adanya mereka.
Di Amerika Serikat, di mana sejak semula broadcasting telah
diintegrasikan ke dalam sistem bisnis, terdapat suatu pembagian tugas,
sebagaimana dalam pers, antara di satu pihak pembuat-program dan penyaji
program dari segala jenisnya (yang sering merupakan orang yang paling tinggi
gajinya dibanding yang lain-lain - 'kaum selebritis') dan di pihak lain, para penjual
yang mengumpulkan hasil periklanan. Tidak dapat dihindari bahwa dalam proses
itu sistem penentuan rating suatu program dikembangkan yang semakin lama
semakin canggih dibandingkan dengan pembuatan program itu sendiri. Para
sponsor akan mengukur secara statistik dampak dari pembuatan jadwal program
radio yang mereka nantinya akan dipakai mengukur para pemirsa program televisi

2 7 6
Informasi, Pendidikan, Hiburan

(di waktu puncak dan di waktu bukan-puncak), dan hal ini umumnya akan
menentukan tagihan ongkos yang akan mereka tawarkan.
BBC ala Reithian menghindari rating sebagai pedoman kebijakan, dan
tidak melakukan suatu penelitian atas pendengarnya sendiri sampai tahun 1937.
Namun pada tahun 1945, ia telah mengembangkan suatu sistem internal canggih
yang mempertimbangkan program-program tertentu, juga jumlah pendengarnya.
The A. C. Nielsen Company di Amerika Serikat, yang didirikan pada tahun
1923, yang telah membuat mesin ukuran langsung pertama, the Audimeter, tahun
1941, telah merancang apa yang nantinya diterima sebagai angka rating. Pada
waktu berpaling kepada televisi tahun 19S0, A.C. Nielsen menjadi sebuah
lembaga yang sekokoh badan-badan iklan yang telah mendahului timbulnya
penyiaran dan yang seringkah menata kampanye radio, kemudian kampanye
televisi, yang sangat mahal itu. Badan-badan itu, yang telah mengembangkan
suatu bahasa pasar, menjadi sasaran dari proses konsentrasi perusahaan radio
(dan kemudian juga perusahaan televisi).
Di Inggris, di mana tidak ada yang monolitik tentang proses broadcasting,
terlihat ada pembagian tugas yang jelas di antara orang-orang itu, apakah 'kreatif'
atau tidak, yang secara langsung terlibat dalam pembuatan program dan orang
yang mengurus keuangannya. Akan tetapi garis ini dapat saja diseberangi. Bagi
seorang yang paling fasih di kalangan para administrator yang kreatif itu, Huw
Wheldon, yang ikut dengan BBC tahun 1952, BBC adalah 'jumlah dari program-
programnya, tidak lebih tidak kurang'. Pola program-program yang baginya
sudah pasti mencakup program seni, tidak pernah pasti, meski ada juga program
yang direncanakan pada waktu yang sama setiap minggunya, beberapa di antara
dengan masa tayang yang sangat lama: banyak pendengar tidak menginginkannya
mati, dan apabila dibuang, hal itu biasanya terjadi di tengah-tengah silang
pendapat.
Ramalan cuaca dimasukkan dalam daftar program di Inggris relatif lebih
cepat, tanggal 26 Maret 1923. Di Swiss yang bergunung-gunung itu, merupakan
target penjualan utama bagi pesawat radio. Peristiwa olahraga populer di banyak
negara, namun pada pertama kali sukar untuk diatur karena tidak adanya
keijasama dari pihak yang mempunyai kepentingan dalam olahraga itu: di Inggris,
Derby pertama 'yang disiarkan langsung lewat komentar pandangan mata' teijadi
tanggal 6 Juni 1923. Program agama disiarkan setiap hari, dan minggu itu diakhiri
dengan suatu Epilogue keagamaan dan sebuah Amin yang panjang. Di negara-
negara Katolik Roma terdapat perbedaan pendapat tentang apakah Misa itu
harus disiarkan atau tidak. Radio Vatican mengembangkan gaya tenangnya

277
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

tersendiri. Di Amerika Serikat, agama dan politik bercampur-baur, kadang


dengan keras. 'Televangelism' [penyebaran agama dengan televisi] berdampak
terhadap keduanya itu.
Bentuk utama dari hiburan siaran sebelum perang di Inggris adalah
'Variety', sebuah nama aneh, yang digambarkan The Times tahun 1934 sebagai
'roti menteganya broadcasting'. Di Amerika Serikat, ia merupakan nama sebuah
majalah profesional. Asal-usulnya dari teater, dan siaran program pertama (30
Januari 1923) tepat sekali dinamakan Veterans of Variety. (Namun tidak semua
kaum veteran menyesuaikan diri dengan pengalaman broadcasting itu.) Kabaret
memiliki panggilan kelas yang berbeda. Di Amerika Serikat, the Amos 'n'Andy
Show, dengan asal-usulnya pertunjukan pemusik keliling panggung hitam dan
putih pada abad ke-19, dapat bertahan hidup selama depresi dan perang, dengan
mengepalai rating sebelum perang, dan setelah 21 tahun ia tetap berada pada
sepuluh pertama Nielsen tahun 1950 sebelum pindah ke televisi. Bentuk
programnya terbuka, sehingga memimpin jalan kepada serial itu.
Kata 'program' itu sendiri punya dua penggunaan di Inggris, sebagaimana
akan jelas nanti: pertama, untuk transmisi siaran terus-menerus yang lebih kurang
menyeluruh, yang di masa televisi dinamakan sebagai 'saluran'; dan kedua, untuk
masing-masing komponen dalam penyiaran yang disiarkan dalam bentuk seperti
itu. Banyak dari program itu telah mencatat sejarah, akan tetapi baru sedikit
sekali studi perbandingan lintas batas nasional tentang perimbangan unsur-unsur
pokoknya (program dalam pengertiannya yang pertama). Televisi lebih baik
kondisinya. Beberapa dari jenisnya mempunyai monograf khusus.
Perimbangan itu berubah dengan waktu, terutama sekali di Inggris - terlebih
di era 1960-an, sebuah dekade konflik sosial dan budaya, dibanding dengan
antara 1945 dan 1960 - ketika televisi mulai menawarkan layanan alternatif.
Radio transistor portabel (lihat hlm. 146) telah melakukan suatu terobosan sosial
dan budaya di Inggris, Eropa dan di dunia luar, termasuk di dunia Arab, di
mana, sebagaimana dikemukakan Daniel Lerner dalam bukunya yang
berpengaruh The Passing of Traditional Society (1958), mereka telah menjadi
simbol modernisasi. Padang-pasir dan juga pantai adalah tempat untuk
mempelajarinya.
Di Eropa, salah satu dorongan untuk menjadikan lembaga broadcasting
yang telah mapan itu mengubah program mereka tidak lama kemudian adalah
berkenaan dengan 'pembajakan'. Radio Caroline, yang menyiarkan dari Laut
Utara, adalah yang pertama (1964) dari sekumpulan stasiun pembajak yang
menantang pihak yang berwenang dan umumnya hanya menyiarkan musik-pop

2 7 8
Informasi, Pendidikan, Hiburan

ke Inggris dan negara-negara Eropa lain. Setelah berupaya menangani situasi


itu dengan hukum - dan upaya seperti itu lebih jarang terdapat di Inggris
dibandingkan di Amerika Serikat-maka BBC menciptakan sebuah Radio 1
yang baru pada tahun 1967, yang memberikan banyak saham yang sama dengan
para pembajak itu (pada umumnya musik rock) dan menggunakan beberapa
pembajak itu sendiri. Ketika itu, telah terdapat empat saluran radio (1, 2, 3 dan
4) dan bukannya tiga (Home, Light, Third).
Radio 4 mengambil-alih unsur utama dalam Siaran (Home) Dalam Negeri,
yaitu program ke mana para pendengar berpaling untuk mendapatkan 'liputan
warta-berita yang serba-mencakup dan komentar terhadap berita', sedangkan
Radio 3 mengambil apa saja yang masih tersisa dari Program Ketiga yang lama,
yang ia sendiri telah menjadi sebuah program musik yang umum tahun 1964 dan
1965. Radio setempat juga diperkenalkan, untuk pertama kalinya sejak hari-
hari pertama the British Broadcasting Company yang lama, ketika sebuah
transmitter bertenaga tinggi dan bergelombang panjang di Daventry dibuka tahun
1926 dan sebuah skema regional diperkenalkan pada tahun berikutnya.
Perubahan-perubahan yang dilakukan pada tahun-tahun 1960-an amat
kontroversial baik di dalam mapun di luar BBC, namun pola yang baru itu dengan
cepat sekali menjadi mapan. Bagi Frank Gillard, yang telah membuat namanya
terkenal sebagai seorang penyiar masa-perang, yang membuat laporan dari Garis
Depan dalam sebuah program yang ditata dengan apik, War Report, maka
radio memberi keuntungan besar karena menjadi 'relatif murah dan sederhana',
sebuah keuntungan yang mempunyai arti khusus dalam pendidikan, sedangkan
televisi 'mahal dan tidak praktis'. Meskipun radio mungkin telah tergoncang
oleh televisi, namun posisinya tak pernah tergantikan olehnya.
Terdapat sebuah goncangan yang sama besar di Belanda di mana sebelum
tahun 1939 terdapat suatu struktur penyiaran yang unik, yang pada umumnya
dibentuk oleh badan-badan keagamaan. Sebuah Undang-Undang Penyiaran
yang baru tahun 1967 memperkenalkan dua stasiun baru, TROS dan VOD,
yang direkayasa untuk menghibur, mengingat pengalaman dengan para pembajak.
Memang, meskipun salah satu dari dorongan-dorongan lain di radio datang dari
para wartawan radio yang ingin sekali meluncurkan sebuah program berita yang
terus-menerus, namun barulah pada tahun 1974 Menteri Kebudayaan bersikeras
agar TROS mencakup juga buletin warta-berita. 'Trossifikasi' meninggalkan
dampaknya terhadap para penyiar tradisional, meskipun Undang-Undang itu
menjelaskan tujuan penyiaran adalah untuk memberikan sebuah 'program yang

279
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 24. Radio tansistor mengubah kehidupan di pantai dan di padang pasir
yang sebelumnya tidak ada apa-apa. Radio dapat dibawa ke mana saja dan
harganya murah, sebuah asset kunci dalam sejarah media (seperti handphone
dewasa ini).Transistor sendiri punya sejarah lebih besar, dan merupakan penemuan
kunci dalam pengembangan komputer.

2 8 0
Informasi, Pendidikan, Hiburan

serba-mencakup' dari 'kategori program yang berbeda-beda'. Semuanya itu


demi 'memenuhi kebutuhan penduduk yang bersifat budaya, agama atau spiritual'.
Di Amerika Serikat, tujuan penyiaran radio belum pernah ditentukan dalam
bentuk yang seperti itu. Radio Amerika, yang ketika itu umumnya bersifat lokal,
juga tidak menjawab tantangan yang ada, sebagaimana yang dilakukan BBC
dan radio Belanda yang banyak mendapat kecaman itu. Sebelum perang, 'opera
sabun' mendapatkan namanya dari drama siang hari yang berlangsung 15 menit
yang disponsori Colgate-Palmolive dan Proctor and Gamble. Ada juga Palmolive
Hour dan Maxwell-House (coffee) Hour. Warta-berita terlambat dalam
memasuki grafik itu setelah Lowell Thomas, tanpa memperdulikan pengaduan
pers, mulai membacakan warta-berita secara teratur pada NBC tahun 1930,
namun barulah pada tahun 1934 ia mendapatkan skedulnya, sering dalam kepala
berita dan guntingan berita. Beberapa selebriti langsung pindah dari radio ke
televisi. The Fleischmann Hour memperkenalkan Milton Berle, yang mulai
sebagai pelawak kelab malam dan teater. Suatu peristiwa yang menonjol dalam
sejarah broadcasting hanya disiarkan lewat radio saja: tanggal 30 Oktober 1938,
enam juta orang mendengarkan acara CBS Mercury Theatre on the Air ketika
musik ruang dansa itu disela oleh sebuah berita penting tentang adanya serbuan
dari Mars. The War of the Worlds dimulai.
Setelah munculnya televisi dari pantai-ke-pantai pasca tahun 1945, maka
sebuah dorongan baru telah diberikan kepada radio setempat, namun pada
saat para pendengar waktu utama siaran malam itu anjlok dari 17 juta orang
menjadi hanya 3 juta saja, maka sedikit sekali yang bisa dilakukan untuk
memperbaiki rentangan pengadaan program sampai jumlah saluran yang ada
ditambah. Datangnya radio transistor, pertama-kali disajikan sebagai barang
mewah di Amerika Serikat pada permulaan 1950-an, dan perkembangan yang
cepat dari radio mobil menjamin bahwa musik pop, yang diselang-selingi oleh
siaran berita yang pendek, tetap merupakan menu utama. Hanya setelah
berlangsungnya waktu - dan dengan perasaan bahwa ruang-lingkup dari
spektrum radio yang sempit tidak lagi merupakan masalah - barulah musik klasik
memberikan alternatif, sebagaimana yang dilakukan kemudian oleh 'radio
komunitas'.
Sub-judul sebuah artikel tahun 1964 oleh Desmond Smith tentang 'Radio
Amerika Dewasa Ini' dalam majalah Harper adalah 'pendengar terkutuk'. Ia
memberi kesan yang sangat berbeda daripada pesan editor Daily Mirror London
dalam menghadapi kritik dari pemerintah, 'Terbit atau Dikutuk'. 'Tujuan radio',
demikian kata Smith, 'adalah serupa jenisnya, tetapi berbeda magnitude-nya

2 8 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dibanding televisi. Radio Amerika, menurut komentar para pendengarnya,


bahkan merupakan budak dollar komersial yang patuh. Standar radio jauh
lebih buruk daripada standar televisi, karena radio hanya dapat bertahan hidup,
dalam sebuah situasi pedagang yang bergairah, sebagai suatu media periklanan
bagi pedagang setempat, toko serba ada [kembali ke permulaan radio] atau
tempat penjualan mobil bekas.' Tahun 1946, kontribusi iklan lokal dari hasil
pendapatan radio adalah 34 persen: tahun 1963 adalah 70 persen. Namun
laba dari operasi stasiun setempat tetap tinggi, dan adalah ironis bahwa ketika
radio tengah lesu sebagai sebuah media yang imajinatif, maka FCC untuk sebagian
harus membekukan pemberian lisensi baru tahun 1962.
Situasinya sedikit agak berubah pada tahun 1970-an, sebuah dekade yang
dimulai dengan diciptakannya sebuah Radio Publik Nasional dan diakhiri dengan
para pendengar FM (frequency modulation), yang tidak begitu rentan terhadap
campur-tangan dengan penerimaan mereka, melampaui jumlah para pendengar
AM (amplitude modulation) untuk pertama kali. Kisah FM itu melibatkan
bisnis ketimbang teknologi. Sebagai seorang insinyur, Mayor Edwin H.
Armstrong, yang mulanya seorang teman Samoff, kini telah menjadi musuh, saat
Samoff mulai memandang FM, yang telah diperlihatkan kepadanya pada tahun
1933, sebagai suatu bahaya teihadap sistem jaringan itu; dan meskipun Armstrong
diberi kesempatan untuk membangun sebuah stasiun percobaan di New Jersey
tahun 1939 dan FM telah populer, namun perang menahan kemajuan. Lagi
pula, ia mengalami stagnasi sampai tahun 1957. Kaget karena sikap FCC itu
dan terseret dalam pengadilan yang berlarut-larut, maka Armstrong bunuh diri
tahun 1953 dengan cara melompat dari sebuah pencakar langit. Dalam sejarah
FM, ada kesejajaran dengan perkembangan UHF yang lambat di televisi,
meskipun FM telah menjadikan para pendengar jauh lebih puas, terutama sekali
musik klasik, sedangkan UHF di banyak tempat menjadikan penonton tidak
begitu puas.
Adalah mungkin untuk membuat sejumlah kesimpulan umum tentang era
siaran radio, sebelum televisi menjadi media yang dominan. Namun, hampir
tidak mungkin, dalam kasus televisi — sebuah media yang jauh lebih sering
dipelajari atau, dalam kasus mobil— untuk memisahkan pengaruhnya terhadap
sikap dan kebiasaan dari pengaruh media yang lain terhadap budaya dan
masyarakat. Seperti halnya sistem pos, radio diadakan untuk mencapai seluruh
penduduk bahkan di tempat-tempat yang paling terpencil, dengan cara yang
sangat berbeda dibanding cara media yang lain seperti pers dan sinema. Di
mana-mana, radio merupakan 'teman baik', yang membujuk sekaligus menghibur,

282
Informasi, Pendidikan, Hiburan

memberi penerangan dan juga mendidik, dan di mana-mana radio membawa


dalam dirinya rahmat yang unik bagi orang buta, orang sakit, orang yang kesepian
dan orang yang hanya tinggal di rumah saja. Dengan meninjau kembali ke
belakang, sekurang-kurangnya, gambaran-gambaran yang ditimbulkannya tetap
tinggal sama halnya seperti kata-kata yang terdapat di dalamnya. Seperti
dikemukakan Adam Clayton Powell III, seorang mahasiswa media Amerika,
'apa yang dapat Anda bayangkan biasanya lebih menakutkan, lebih lucu, lebih
nyata dan lebih hidup dibandingkan dengan gambar yang ditampilkan video
dan film'.
Sampai sejauh mana siaran radio menimbulkan budaya bersama di negara-
negara di mana hal ini dianggap sebagai sebuah idealisme, merupakan topik
yang dapat diperdebatkan: jangkauan radio memang terbatas, umumnya oleh
kelas, namun betapapun terbatasnya, hal-hal yang lucu sama-sama dapat
dinikmati, sebagaimana juga kisah-kisah, sebelum terjadinya proses fragmentasi.
Akibat-akibat ekonominya cukup besar, di samping diciptakannya industri baru
yang besar-besar. Bahkan di Inggris, terdapat sedikit sekali atau tidak ada
sama sekali integrasi dengan sistem bisnis melalui iklan, namun surat-kabar dan
majalah - dan tidak kurang pentingnya pameran - dapat memanfaatkan siaran
radio untuk menjual produk-produk, termasuk pesawat radio. Radio juga punya
daya tarik bagi kaum wanita. Bahkan pada tahun 1928, BBC Handbook telah
memuat sebuah iklan 'bagi para wanita Inggris', yang telah memasang 'radio'
dan karena itu 'menjadikan suami Anda tidak pergi ke kelab', telah dianjurkan
untuk selangkah lagi ke depan dan 'menjadikan rumah Anda lebih menyenangkan
dengan mempunyai Kap Lampu Tahan Hujan dan globe di lampu Anda'. Iklan
itu memuat judul 'Enaknya Perapian'. Duduk-duduk di sekeliling perapian
tampaknya merupakan sebuah nostalgia: duduk di perapian dan di sampingnya
ada pesawat radio kini sudah tidak ada lagi.
Untuk perayaan ulang-tahunnya yang ke-50 tahun 1972, BBC meng-
undang Alasdair Clayre, penulis, penyanyi dan penyiar, untuk membuat sejumlah
program radio yang memperhatikan dampak siaran terhadap orang-orang yang
telah tumbuh-kembang menjadi dewasa dengannya. Ia mulai dengan Children 's
Hour (1922), yang dikemukakan oleh 'paman' dan 'tante' - yang menjadi tokoh
keluarga, yang membantu orang-tua, bukan menggantikannya. Dunia politik
menjadi topik selanjutnya dalam siaran Clayre itu, dengan McLuhan, salah
seorang yang diwawancarai, menekankan namun tidak seluruhnya meyakinkan,
bagaimana siaran radio telah mendorong ke depan 'kepala-kepala suku', tetapi
tidak menarik garis tegas antara siaran politik di Inggris dan Jerman, antara

2 8 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Inggris dan Amerika Serikat, atau juga antara Inggris dan Kanada. Musik menjadi
nomor tiga. Terdapat akses yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap
musik klasik, dan jumlah orang yang mendengarkannya bertambah dengan besar
sekali: gramofon dan radio telah saling berkaitan. Sebuah stasiun radio Inggris
yang komersial, Classic FM (1992) membuktikan hal itu setelah BBC kehilangan
monopolinya. Dalam pada itu, latar-belakang musik mencakup muzak - 'wali
paper for the ears' - merupakan suatu gejala yang baru di semua negara.
Dengan melihat kepada segi-tiga hiburan, pendidikan dan informasi, maka
hiburan sudah pasti berubah sifat setelah datangnya siaran suara ke dalam rumah-
tangga, meskipun tidak sedramatis seperti tahun 1980-an dan 1990-an. Sinema
biasanya merupakan daya-tarik populer alternatif dengan 'Lima Besar'
mendominasi baik produksi maupun distribusinya - Metro-Goldwyn Mayer,
Paramount, Warner Brothers, RKO dan Twentieth Century Fox - dengan para
kolumnis yang disindikatkan dalam surat-kabar yang menyiarkan (dan kadang
menggeritik) bintang-bintang layar lebar. Piala Oscar, yang pertama kali
diselenggarakan tahun 1927 oleh the American Academy of Motion Picture,
Arts and Sciences, selalu merupakan sebuah peristiwa media. Publisitas radio
tidak pernah mencapai daya-tarik seperti itu. Mengenai pendidikan, peranan
edukatif siaran radio, seperti siaran televisi, lebih besar daripada peranan
pendidikan formalnya, meskipun di Inggris BBC memusatkan perhatian baik
dengan sekolah maupun dengan pendidikan orang dewasa hampir sejak awal,
dan konsep 'Talk' sebagai suatu bentuk kesenian, yang terbatas panjangnya
dan ditulis dengan hati-hati sekali, yang terasa aneh bagi para pendengar Prancis
dan pendengar Amerika, punya asal-usulnya dalam pendidikan orang dewasa.
Siaran nasional pertama ke sekolah-sekolah di Inggris terjadi dalam bulan
April 1924, dan pada tahun 1939 telah ada suatu aparatus yang rinci dari siaran
sekolah yang diatur oleh Central Council for Schools Broadcasting, yang telah
banyak berbuat untuk menjadikan sekolah itu hidup dan bertahan ketika Perang
Dunia II. Di penghujung perang itu terdapat pula suatu sistem Forces Educational
Broadcasting, yang sungguh-sungguh didukung oleh the Adjutant General of the
Army. Skema itu baru dibuatkan tahap-tahapnya pada tahun 1952 ketika
dimulainya sebuah 'Further Education Experiment'. Baik skema Forces itu
maupun the Experiment memusatkan perhatiannya pada penelitian tentang
kecerdasan: berapa banyak siaran yang benar-benar dipahami? Jawabannya
lebih sedikit daripada yang disadari oleh orang-orang yang menghasilkannya.
Akan tetapi, broadcasting tak pernah hanya merupakan cara transmisi
saja, karena sebagaimana dikemukakan oleh para sejarawan, ia sekurang-

2 8 4
Informasi, Pendidikan, Hiburan

kurangnya melaksanakan sebagian dari fungsi yang dikemukakan Habermas


ketika ia menulis sebuah 'ruang publik'. Kebanyakan penyiar datang dari kelas
menengah, tekanannya adalah pada 'standar', dan tidak ada pembicaraan
interaktif, namun radio 'memperluas cakrawala' (ini merupakan cliche) dan tidak
hanya mendorong hobby tetapi juga bacaan. Para pustakawan menganggapnya
sebagai teman, bukan musuh. Sebuah program radio dapat memotivasi orang
bergegas beramai-ramai ke toko buku dan perpustakaan.
Di Amerika Serikat, radio yang awalnya telah dikembangkan oleh
lembaga-lembaga pendidikan dalam bentuk yang tidak ada bandingannya di
negara lain, namun pada akhir tahun 1920-an, semuanya itu kehilangan baik
pengaruh maupun jumlahnya; dan pada tahun 1934 ketika Federal Commu-
nications Act menggantikan FRC itu dengan Federal Communications
Commission (FCC) yang memperhatikan komunikasi sebagaimana juga radio,
maka muncullah tekanan yang terorganisir untuk mengawasi dan mendukung
pembuatan program pendidikan. Namun FCC yang baru itu lebih menyukai
stasiun yang melayani 'keseluruhan publik pendengar di dalam kawasan
jangkauan stasiun itu' dan tak pernah memperlihatkan dukungannya pada stasiun
pendidikan. Kongres juga tidak. Terlepas daripada dukungan filantropis dan
juga dukungan akademis, pada tahun 1935, meminjam kata-kata Robert W.
McChesney, mereka itu telah 'mencuci tangan mereka dari kebijakan siaran' di
bidang pendidikan dan di bidang-bidang lainnya.
Hal ini punya implikasi terhadap penyediaan informasi melalui siaran. Di
negara-negara Eropa, siaran radio telah berbuat banyak sejak tahun 1935 untuk
menaikkan tingkat informasi pada umumnya, dan ia melanjutkan tugas ini di
masa perang dan setelah diperkenalkannya televisi, siaran berita mengambil suatu
arah baru. Juga telah dinyatakan harapan pada tahun 1922 bahwa radio akan
memacu 'demokrasi', sebuah istilah yang ketika itu lebih sering digunakan di
Amerika Serikat ketimbang di Inggris, dengan cara meningkatkan perasaan
partisipasi warganegara. Adalah Herbert Hoover, dan bukannya Roosevelt,
yang mengajukan isu itu secara lebih jelas. Baginya radio telah 'merevolusionerkan
perdebatan politik yang mendasari tindakan politik di bawah prinsip Pemerintahan
kita ... Secara fisik ia menjadikan kita sungguh menjadi satu rakyat dalam
segala kesempatan dimana kepentingan publik menuntutnya.' Keadaan seperti
itu terlihat pula di Inggris, misalnya, pada saat turun tahtanya Edward VIII, dalam
sebuah siaran radio yang dibuka oleh Reith sendiri.
Namun seberapa jauh hal itu berhubungan dengan demokrasi? Tugas
Reith yang terakhir sebagai manajer BBC tahun 1926, sebelum ia menjadi

2 8 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Direktur Jenderal, adalah mempertahankan kebebasan BBC dengan sekuat


tenaganya ketika bangsa sedang terbagi-bagi oleh suatu pemogokan massal tahun
1926, dan ada orang-orang di pemerintahan - sebagaimana juga dalam krisis-
krisis selanjutnya - yang ingin menguasainya. Hanya sebuah surat-kabar resmi
dan selebaran bawah-tanah Buruh yang dapat diperoleh ketika masa pemogokan
itu, dan peran BBC sebagai sebuah monopoli sudah pasti akan menjadi
kontroversial. Reith mempunyai banyak kekhawatiran, tetapi ia tidak pernah
ragu. Akan jauh lebih banyak keraguan di masa depan.

Era Televisi

Siaran radio di kedua sisi Atlantik dan di banyak tempat lain di dunia, terlepas
dari polanya, telah menjadi demikian mantap pada pertengahan tahun 1930-an,
sehingga tidak mudah bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya - baik sebagai
pemilik, manajer, presenter atau pemain - untuk memutuskan bagaimana televisi
dengan pra-sejarahnya yang panjang itu dapat diintegrasikan ke dalamnya (lihat
hlm. 216). Lagi pula, meskipun ada sejumlah kecil pendukung yang berdedikasi,
namun situasi ekonomi di setiap tempat tidak kondusif untuk perkembangan
yang cepat Di Amerika Serikat, yang sepantasnya menjadi model, maka tahun-
tahun pertama dekade sebelum New Deal Amerika itu adalah tahun-tahun depresi
ketika pertumbuhan bahkan dalam penjualan mobil-mobil pun terancam.
Meskipun Samoff telah mempekerjakan Zworykin (lihat hlm. 214), namun
selalu kata 'eksperimen' yang menonjol ketika televisi disebutkan di tahun 1930-
an, sebagaimana masih demikian di Inggris. Ketika dekade yang berakhir dengan
perang itu hampir selesai, maka televisi dipertontonkan kepada umum di Pameran
Dunia New York tahun 1939 di mana Roosevelt berbicara: bahkan telah ada
sebuah 'Television Hall of Fame'. Tetapi baru pada tahun 1941, tahun ketika
Amerika Serikat ikut dalam perang, maka NBC dan CBS, yang amat
bermusuhan, memulai siaran televisi secara terbatas namun terencana di New
York. Tetapi bukanlah salah satu dari dua jaringan itu, melainkan seorang
pendatang baru yang ambisius tanpa basis radio, DuMont Laboratories, di
mana Paramount Pictures adalah salah satu investornya, yang melanjutkan
program televisi di sepanjang perang. Samoff dan William Paley, pendiri CBS,
sedang bepergian dalam layanan yang berhubungan dengan media namun tidak
ikut dalam pertempuran, dan jaringan ketiga, ABC, yang pindah ke televisi tahun
1943, menanggung begitu banyak masalah keuangan sehingga tidak bisa
mengambil peran inisiator yang efektif.

2 8 6
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Ketika Perang Dunia II berakhir masih sedikit sekali rasa kegembiraan


tentang televisi di kalangan radio dan film, sedangkan di bawah permukaan
mungkin ada rasa khawatir. Juga tidak ada kelompok untuk memberi tekanan,
seperti 'pemain amatiran' yang dulu telah memainkan peran penting pada tahun-
tahun pertama nirkabel. Putusan harus dilakukan dari atas, dan terhadap
kepentingan radio yang kuat pun, FCC juga tidak membantu. Ia terlibat dalam
argumentasi yang berkepanjangan mengenai teknologi, termasuk televisi
berwarna, dan lebih memilih VHF dibanding UHF, dan ketika hal itu mem-
bekukan semua stasiun yang baru antara tahun 1945 dan 1949, maka hal ini
mendatangkan kerugian pada DuMont.
Di dalam apa yang dinamakan kalangan yang terinformasi, ada suatu
pemahaman yang salah tentang prospek televisi. Hanya kelompok yang
berpenghasilan tinggi saja yang akan tertarik, demikian diyakini ketika itu. Namun
terbukti ini merupakan suatu kesalahan besar sebelum berakhirnya pembekuan
itu. Dengan sedikit jumlah program yang ditawarkan, produksi pesawat televisi
telah meningkat dengan hebat sekali dari 178.000 menjadi sekitar 15 juta buah
antara tahun 1947-1952, dan di akhir tahun yang terakhir terdapat lebih dari 20
juta pesawat TV yang digunakan orang. Lebih dari sepertiga penduduk sekarang
memiliki televisi: angka untuk tahun 1948 adalah 0,4 persen, dengan sebagian
besar darinya tidak terdapat di rumahtangga, akan tetapi di bar. Bahkan pada
tahun 1948, Business Week, yang terpesona karena sangat lakunya setelah
perang, menamakan televisi itu 'kemewahan paling tinggi dan paling berharga
dari orang miskin' dan menyatakan tahun itu sebagai 'Tahun Televisi'. RCA
juga tidak mau ketinggalan: harga sahamnya pada tahun itu naik 134 persen
berdasarkan penjualan pesawat televisi.
Penonton secara massal bertambah secara luar-biasa setiap minggu,
sedangkan penonton sinema berkurang, terlepas dari populernya penamaan 'Era
Sinema' dan pernyataan Hollywood yang telah menjadi slogan bahwa 'Moveis
are Better than Ever'. Tahun 1953, Presiden Eisenhower menulis dalam buku
hariannya, 'Jika orang merasa sangat bosan, maka lebih murah dan lebih
menyenangkan untuk tinggal di rumah dan menonton televisi, ketimbang pergi
keluar dan membayar karcis film sebesar satu dollar.' Rata-rata pengunjung
sinema setiap minggunya menurun dari 90 juta orang tahun 1948 menjadi 47
juta pada tahun 1956. Jumlah sinema telah mencapai puncaknya sebanyak
20.000 buah 1945, kemudian turun menjadi 17.575 tahun 1948, dan merosot
lagi menjadi 14.509 tahun 1956. Dari Hollywood, usaha-usaha untuk mendorong
televisi bayaran gagal dalam menghadang jaringan radio. Dan beberapa

287
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

perusahaan film mulai berusaha mendapat lisensi televisi. Dengan demikian,


pada tahun 1948, Twentieth Century Fox berusaha membeli ABC. Salah satu
jalan keluar, yaitu menjual film kepada perusahaan televisi, baru dilakukan pada
pertengahan tahun 1950-an.
Ketika itu tidak ada orang yang berbicara tentang 'Era Sinema' dan
Hollywood, jauh daripada suatu Pabrik Impian, telah dirobek-robek oleh Senator
Joseph McCarthy, yang memiliki sebuah 'daftar hitam televisi' tentang apa yang
dinamakan 'para pemain film yang pro-Komunis' yang telah dibuatkan orang
baginya. MaCarthy menggunakan televisi, namun selanjutnya dihancurkan olehnya
(dan karena alasan-alasan lain). Kemunculan televisinya sendiri pada akhirnya
terbukti kontra-produktif, dan wartawan Ed Murrow dan Fred Friendly
menggunakan media itu (tanpa dukungan perusahaan mereka, CBS) untuk
menelanjanginya. Beberapa perusahaan tidak memperlihatkan pemeriksaan itu,
dan peran Murrow sendiri dalam kejatuhan MacCarthy, melalui programnya
See It Now, terlalu dilebih-lebihkan.
Ada banyak jenis program televisi, yang unik di antaranya adalah
pemeriksaan MacCarthy itu, meskipun jumlah jenisnya tidak sebanyak di radio
(lihat hlm. 267), dan ada pula sistem garis yang berbeda-beda. Amerika Serikat
mempergunakan 525 garis - sama dengan Jepang - sedangkan banyak negara
Eropa menggunakan 625. Pada tahun 1960-an, terdapat lalu-lintas program
televisi yang lintas tapal-batas negara dibandingkan program radio, bahkan
juga dalam film, dimana Hollywood dengan cepat kembali menemukan jalannya
sendiri, dan Broadway, yang telah mempengaruhi banyak televisi Amerika pada
awalnya, dengan cepat mengalami kemunduran. Akan tetapi, tidak ada
persamaannya dalam televisi, untuk memutar tombol, suatu pengalaman radio
yang amat khas, sebagaimana dengan radio Citizen's Band di Amerika Serikat
pada tahun 1970-an.
Drama menjadi populer pertama kali, dan jika the New York Times sampai
mengeluh bahwa menonton pertunjukan pentas di Broadway tidak berbeda
dengan menonton serentetan kartu-pos bergambar, maka ada juga pula orang-
orang optimis yang menganggap media yang baru itu sebagai 'teater budaya'.
Juga terdapat ruangan pada tahap paling awal dalam sejarah televisi Amerika
bagi perbedaan-perbedaan lokal dalam isi dan gaya pembuatan program, tapi
kemudian menghilang dengan cepat sekali pada saat jaringan TV telah mengambil
alih. Hal ini juga didorong oleh suatu kemajuan teknologi, yaitu perkembangan
videotape magnetis. Kini program televisi dapat disiarkan kapan saja dan di
mana saja.

2 8 8
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Semenjak saat itu, beberapa progran kreatif itu telah hilang. Inilah yang
menjadi keluhan Gilbert Seldes tahun 19S0, yang pernah menjabat sebagai salah
seorang direktur CBS ketika perang, dan yang mengamati dengan penuh
perhatian di tahun 1950-an, bagaimana Hollywood dengan cepat sekali datang
kembali sebagai dirinya sendiri dengan persyaratan-persyaratan baru. Ketika
itu Amerika Serikat telah mentelevisikan lebih banyak film (termasuk film-film
lama) ketimbang gambar-gambar hidup, termasuk film-film cowboy seperti
Gunsmoke, yang diputar selama dua-puluh tahun, dan Dysneyland. Warner
Brothers merupakan penyedia utama: ABC, dengan seorang presiden baru yang
memiliki koneksi Hollywood, adalah pembeli utamanya. Dan sebuah generasi
baru 'orang-orang bebas' menghasilkan film-film bermodal murahan yang jika
berhasil maka ia akan mendapatkan keuntungan cukup besar apabila dimainkan
di sinema. On the Waterfront (1948), dengan Marlon Brando, adalah salah
satu di antaranya. Beberapa dari produser itu, seperti Otto Preminger, berani
melanggar pantangan Hollywood.
Bahan pokok program televisi Amerika j auh lebih seragam. Ia mencakup
pertunjukan permainan, seperti Beat the Clock, kuis - hal ini segera menimbulkan
masalah etika - dan opera sabun. Salah satu program yang paling terkenal,
tidak hanya di Amerika Serikat saja, adalah I Love Lucy (1957). Ed Sullivan
Show yang lama masa putarnya di CBS 'dipercepat' pada tahun 1948 dalam
upaya menandingi Milton Berne di NBC. 'Televisi sama dengan radio secepat
yang dapat dilakukannya: yaitu menuju hiburan,' demikian kata editor Courier-
Journal di Louisville Februari 1956.
Tidak semua perusahaan siaran yang non-Amerika ingin bergerak ke arah
itu, karena tidak melakukannya secepat stasiun TV Amerika. Demikian pula
para pembuat film Italia yang sedang berada di puncak kreativitas mereka dalam
tahun-tahun pasca-perang yang sulit itu. Di Inggris, BBC yang beroperasi di
sebuah negara yang lagi tidak makmur ekonominya dan harus berhemat, memakai
sebuah strategi yang berbeda ketika ia mempercayakan diri kepada George
Barnes (1904-1960), seorang penyiar yang terlatih, yang lebih suka mengarahkan
program radionya yang bernama Third Programme ketimbang mengurus sebuah
studio televisi, dan ia maju terus dari menjadi kepala televisi menjadi kepala
sebuah universitas baru. William Haley, Direktur-Jenderal BBC setelah perang,
merasa gelisah tentang media itu sendiri, meskipun BBC-lah yang telah merintis
layanan televisi secara teratur setelah perang namun kecil ruang-lingkupnya pada
tahun 1936 (lihat hlm. 217). Kemudian setelah tujuh tahun Perang Dunia II
pecah, televisi 405-garis dikembalikan pada bulan Juni 1946- film kartun Disney

289
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

yang terhenti pada tahun 1939 merupakan acara pertamanya - dinamakan suatu
'resurrection [kebangkitan kembali'].
Jumlah lisensi televisi di Inggris baru mencapai 14.560 buah di akhir bulan
Maret 1947, namun angka sejuta dicapai pada akhir tahun 1951, dengan
mayoritas penonton kalangan kelompok berpenghasilan rendah: sebuah survei
BBC memperlihatkan bahwa 70 persen dari para penontonnya tidak melanjutkan
sekolahnya di atas umur lima-belas tahun. Pertama-tama dikemukakan bahwa
antena televisi merupakan lambang status, yang dipasang agar dilihat orang, namun
tidak lama setelah itu tidak kira-kira lagi jumlah penontonnya. Hal ini menjadi
mungkin di sebagian besar wilayah Skotlandia, Wales, dan Inggris bagian utara
pada tahun 1952. Ketika itu telah terdapat potensi penonton secara massal.
Sebuah dorongan besar untuk menontonnya adalah peristiwa Penobatan
Ratu Elizabeth II, yang benar-benar terjadi 'di depan mata rakyat', pada tahun
1953. Dikatakan bahwa kira-kira 20 juta orang menontonnya. (Juga terdapat
jumlah penonton Amerika yang amat besar, yang dipasok dengan film yang dikirim
melalui udara.) Dengan memperhatikan bahwa hanya kira-kira lebih sedikit
daripada dua-juta lisensi televisi Inggris yang telah dikeluarkan ketika itu, maka
sejumlah besar orang sudah pasti menontonnya di luar rumah, sebagian dari
mereka menontonnya di sinema dan di tempat umum. Komentatornya, Richard
Dimbleby (1913-1965), telah terkenal bagi para pendengar radio ketika perang,
dan secara alami pindah ke televisi, dan menjadi lebih terkenal lagi sebagai
presenter Panorama, salah satu program informasi BBC yang terkemuka,
pertama kali disiarkan persis pada saat Penobatan itu.
Jumlah lisensi untuk radio telah mencapai puncaknya tiga tahun sebelumnya
di tahun 1950 (11.819.190), dan berkurang menjadi di bawah 9.5 juta tahun
1955 ketika jumlah gabungan lisensi radio dan televisi lebih dari 4.5 juta. Itu
adalah tahun ketika Parlemen, setelah perdebatan yang berlarut-larut dan
seringkah sengit, mengambil kembali monopoli BBC. Dalam sebuah Conservative
White Paper tahun 1952, salah satu dari keseluruhan serial White Papers tentang
siaran, yang kemudian digambarkan sebagai sebuah persyaratan 'Trojan Horse'
memperlihatkan hasilnya pada tahun 1955: 'dalam bidang pertelevisian yang
semakin bertambah meluas, hams dibuat sebuah persyaratan untuk mengizinkan
unsur-unsur persaingan tertentu bila kebutuhan akan sumber-daya modal yang
ada sekarang ini diperlukan untuk tujuan kepentingan nasional yang lebih besar
memungkinkan hal ini'.
Dari dalam BBC itulah muncul orang yang akan memainkan peranan
penting dalam mematahkan monopoli. Norman Collins (1907-1982), yang pada

2 9 0
Informasi, Pendidikan, Hiburan

suatu saat menjadi Kepala Light Programme dan Televisi BBC, menciptakan
sebuah Popular Television Association dalam bulan Juli 1953, yang mendapatkan
dukungan The Economist, yang editornya mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang tampaknya sederhana, yang sering ditanyakan di Amerika Serikat dan di
Eropa benua, 'Kenapa siaran TV harus diperlakukan secara berbeda dibanding
perlakuan terhadap media-media lain, termasuk pers?' Asosiasi itu beroperasi
dengan cara yang berbeda dari sebuah kelompok penekan, dengan kampanye
menentang monopoli BBC dengan cara-cara populis. Salah seorang anggotanya
menyerang BBC karena 'menjadikan orang berpikir secara tidak bermalu, dan
dari sana tidak jauh jaraknya menyatakan kepada mereka apa yang harus
dipikirkan'.
Orang Amerika, yang lupa ditambahkan sebagai juru kampanye itu, tidak
pernah mengizinkan hal itu, namun saluran baru pesaing televisi asal Inggris tidak
diperlengkapi dengan cara-cara Amerika. Bahkan untuk banyak orang -
termasuk para pengamat Prancis, yang memusuhi segala yang berbau Anglo-
Saxon baik tentang bahasa maupun budayanya - maka Amerika berfungsi
sebagai suatu pemberi peringatan lebih daripada sebuah contoh, sebagaimana
pernah dilakukannya pada tahun-tahun pertama radio (lihat hlm. 197). Para
kritikus Inggris juga memiliki perasaan ancaman itu, dan ketika perusahaan
komersial yang berbasis regional digambarkan sebagai perusahaan 'bebas'
(beberapa di antaranya dengan kepentingan pers), diberikan hak suaranya, maka
semuanya itu ditempatkan di dalam orbit sebuah ITA (Independent Television
Authority), yang didirikan dengan Undang-Undang Parlemen tahun 1954. Kata
'otoritas' mengemuka dalam namanya. ITA itulah yang akan mengendalikan
periklanan yang menjadi tempat pergantungan penghasilan perusahaan-
perusahaan itu, dengan jalan membatasinya pada iklan yang pendek-pendek
saja dan ditempatkan di antara program-program. Semuanya ini tidak akan
disponsori oleh perusahaan-perusahaan. Akan tetapi 'jeda iklan [commercial
break]', kini telah menjadi suatu pengalaman menonton orang Inggris.
Persaingan dalam televisi Inggris bermuara pada keuntungan keuangan
para produser dan pelaku televisi serta serentetan organisasi luar, terutama dalam
olahraga, pada saat makin tajamnya persaingan di dalam BBC sendiri antara
kaum profesional yang bekerja di televisi, yang banyak di antara mereka itu
masih muda, dan mereka yang bekerja di radio. Bagi Anthony Jay, seorang
anggota tim televisi BBC yang merupakan perintis program populer Tonight
yang tidak bernaskah, yang diperkenalkan pada tahun 1957, 'Kinerja BBC

2 9 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

makin baik lebih banyak karena persaingan di dalam dirinya sendiri ...
dibandingkan dengan persaingan langsung dengan ITA'.
Majunya televisi bebas sudah pasti memberikan vitalitas baru pada cara
Inggris menyajikan berita. Sampai waktu itu, penyajian berita lebih unggul
daripada di Amerika Serikat, di mana Walter Cronkite telah lama menduduki
sebuah karier yang berhasil, dan bahkan juga, berkuasa. Ia adalah seorang
profesional yang sesungguhnya, dan di Inggris, seperti halnya di Amerika Serikat,
suatu perasaan profesionalisme di kedua cabang siaran itu telah semakin kuat di
tahun 1960-an dan 1970-an.
Melalui keterampilan profesional dan kebijakan kelembagaan, BBC
mampu mempertahankan keuntungan persaingan dalam olahraga (Grandstand,
1958) dan dalam komedi. 'Sitcom' [komedi situasi] Inggris jauh lebih populer
dari serial drama, meskipun beberapa dari serial drama itu menawan para
penonton di dalam dan di luar negeri: Forsyte Saga John Galsworthy, yang
dilihat di New York dan Washington, juga ditonton di Moskow. Half Hour
Hancock, yang pindah dari radio ke televisi dalam bulan Juli 1956 dan diputar
terus sampai tahun 1961, terpusat pada seorang ahli komedi yang jenius, Tony
Handcock (1924-1968), seorang penghibur yang dilahirkan: salah satu
programnya yang diingat orang adalah mengenai 'radio amatir'. Serial televisi
BBC lain yang berhasil, Z Cars (1962), memusatkan perhatian pada polisi gaya
baru, yang menyajikan sesuatu yang berbeda sekali dengan Dixon of Dock
Green, yang berkenaan dengan para anggota polisi gaya lama yang sedang
melakukan patroli.
Dalam program-program seperti ini - 'yang memantulkan pembahan' -
BBC, dengan Dirjen yang baru, Sir Hugh Greene (1910-1987) yang waspada
meski kontroversial, yang mulai memimpin tahun 1960, telah menanggapi situasi
sosial yang baru dan pembahan kelembagaan tahun 1960-an secara lebih
imajinatif daripada pemsahaan komersial. Namun tidak segala sesuatu yang
mengiringinya direncanakan untuk mendapatkan hasil ini. Program Dr. Who
(1963), yang melalui demikian banyak perubahan sebagai 'pangeran waktu'
yang menjadi ciri-khasnya, dimulai sebagai sebuah program anak-anak, akhirnya
menjadi sebuah kultus, sama seperti Star Trek di Amerika Serikat, yang berhasil
pindah dari televisi ke sinema dan tetap hidup ketika hilang kedudukannya yang
asli.
BBC telah pergi lebih jauh daripada Amerika Serikat ketika memper-
kenalkan satire. That Was The Week That Was, TW3 (1962), adalah sebuah
program yang mengejek semua lembaga dan semua orang yang berkuasa,

292
Informasi, Pendidikan, Hiburan

termasuk perdana menteri, Harold Macmillan. Sama dengan mingguan Private


Eye (1961), ia sukses. Dalam drama, di mana terdapat lebih banyak tekanan
sosiologis ketimbang yang satiris, maka ITV (Independent Television) beruntung
mendapat seorang produser Kanada yang kreatif, Sydney Newman (1917-
1997) untuk mengurus acaranya yang sangat berhasil Armchair Theatre, namun
ia dilanggar oleh BBC tahun 1961 dan terus menyiarkan sebuah serial serupa
dan sama suka bertengkarnya, The Wednesday Play. Drama berkembang dengan
subur, namun para kritikus terus melancarkan kritiknya berdasarkan moralitas
(yang paling ngotot adalah Maiy Whitehouse), yang mendirikan sebuah Asosiasi
Pemirsa dan Pendengar Nasional, yang selalu awas mengamati layar kaca itu.
Meskipun terdapat bukti banyak sekali muncul ide-ide kreatif yang disertai
kontroversi, Komite Pilkington, yang dilobi dengan terampil sekali oleh Greene,
menyatakan peringatannya dalam Laporannya, yang diterbitkan tahun 1962,
bahwa melorotnya rating saham BBC akan menyebabkan penurunan standard
yang terus-menerus; dan dengan berpaling kembali kepada suatu argumentasi
lama, yang terlihat dalam perdebatan parlementer mengenai diakhirinya monopoli,
Komite tersebut menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan mendapatkan
keuntungan luar-biasa dari 'penggunaan fasilitas yang merupakan bagian dari
kawasan publik dan bukan kawasan privat'.
Adalah jelas pada awal 1960-an bahwa BBC sendiri belum menerima
putusan Parlemen tahun 1954; dan dalam buktinya yang cukup tebal itu bagi
Komite Pilkington, tujuh kali lebih panjang dari buku Tolstoy, War and Peace,
dan ditambah sebuah film, This is the BBC, ia berpegang teguh pada apa yang
dianggap Greene merupakan dasar moral yang tinggi, sangat berbeda dari dasar
moral yang ditempuh Mrs Whitehouse, 'defender of the decent'. Kebebasan
adalah segalanya. Tentu hal itu mengakui apa saja yang mungkin dikatakan
Komite Pilkington itu, namun BBC sendiri harus mengembangkan sebuah strategi
yang dapat diadaptasikan untuk mempertahankan layanan siaran publik dan sistem
lisensi tempat pergantungan upaya itu, terlepas dari pemerintahan mana yang
berkuasa. Harold Wilson, pengganti Macmillan dari Partai Buruh, menyambut
ITV itu dengan bersemangat: Tony Benn, sayap kiri partai itu, tidak percaya -
dalam sebuah ungkapan yang akan selalu diingat orang - bahwa broadcasting
dapat diserahkan kepada para penyiar saja.
Pada permulaan tahun 1970-an, ketika radio BBC setempat, yang
merupakan bagian dari reorganisasi struktural yang telah dipersiapkan pada tahun
1960-an, dibuka bagi persaingan, sama keadaannya dengan di negara-negara
Eropa yang lain, maka watak bersatu dari sistem siaran Inggris, termasuk televisi

2 9 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dan radio, dan bukannya perbedaan antara BBC dan ITA (sekarang telah diberi
nama kembali, setelah perkembangan radio komersial setempat, IBA) yang mulai
menonjol - sekurang-kurangnya di mata para komentator yang cerdas dan bagi
Direktur Jenderal IBA, Sir Brian Young, seorang mantan penilik sebuah sekolah
umum. Para gubernur, bahkan ketua gubernurnya, sekarang ini dipindahkan
dari sebuah lembaga kepada lembaga lain, dan personalia profesional dapat
bergerak bebas di antaranya. Demikian pula acara dapat dimulai di sebuah
saluran dan pindah kepada yang lain. Satu-satunya perbedaan utama adalah
dalam pendanaan. BBC tidak menerima iklan: namun perusahaan-perusahaan
menerimanya. BBC tergantung pada suatu pembayaran lisensi: sedangkan
perusahaan-perusahaan itu didorong oleh laba.
Kedua belah pihak menyesuaikan diri pada situasi yang berubah, termasuk
datangnya televisi berwarna tahun 1967, jauh lebih kemudian dibandingkan
Amerika Serikat, dan diperkenalkannya sebuah lisensi berwarna terpisah dan
lebih mahal pada tahun 1968. Untuk suatu jangka waktu hal itu dapat menopang
keuangan BBC. Sistem siaran publik umum di negara-negara yang demikian
beragamnya seperti Kanada dan Portugal harus menghadapi pemotongan yang
serius. Semakin lama, sistem broadcasting itu menjadi 'campuran', dengan
layanan publik dan perusahaan komersial beijalan berdampingan, namun tidak
pernah di dalam kerangka kelembagaan yang sama sebagaimana di Inggris.
Terdapat pula upaya-upaya di Amerika Serikat untuk menuliskan kembali
Undang-Undang Komunikasi tahun 1934, yang semuanya itu tidak berhasil.
Perbedaan besar terlihat antara Inggris dan Amerika Serikat, di mana
jaringannya kuat sekali. Demikian pula jangkauannya. Setelah pasar televisi
domestik mereka mencapai suatu titik kejenuhan pada pertengahan tahun 1950-
an, maka kepentingan televisi Amerika yang kuat sekali mulai memandang ke
luar negeri. Bulan Februari 1955, terdapat 36 juta pesawat TV di Amerika
Serikat dan hanya 4,8 juta di seluruh Eropa dan 4,5 juta daripadanya terdapat
di Inggris. Ledakannya hampir terjadi; dan pada pertengahan tahun 1960-an
terdapat stasiun-stasiun televisi di lebih dari 90 negara. Para pemirsa di seluruh
dunia sekarang mencapai lebih dari 750 juta orang.
Pada pertengahan tahun 1950-an CBS telah memiliki afiliasinya di Havana,
Mexico City, Puerto Rico dan 20 kota di Kanada, dan di luar Eropalah televisi
komersial gaya Amerika, yang bertekad menyajikan hiburan yang dipercayai
diingini para pemirsanya, serta menjauhkan diri dari segala yang menimbulkan
serangan politik, telah tersebar dengan mudah. Tahun 1966, Wilson P. Dizard,
dalam sebuah buku yang bebas dari gaya bahasa tertentu dan bebas dari hal-hal

2 9 4
Informasi, Pendidikan, Hiburan

yang dilebih-lebihkan, Television: a World View, yang dipersembahkan kepada


Murrow dan ditulis setelah berakhirnya fase pertama 'ledakan televisi',
memperkirakan bahwa pada permulaan tahun 1970-an, 'para pemirsa yang
besar' itu tentu akan menjadi dua kali lipat, dan 'pengaruhTV telah terbentang
dari Minsk ke Manila, dari London ke Lima, dan di Kaduna, kota di Nigeria
yang berada di pedalaman Afrika—sekarang ini pengendara onta yang berjenggot
dan orang-orang suku setempat sama-sama duduk dengan damai secara
mencengangkan di depan pesawat televisi di kedai kopi sambil menonton
Bonanza'.
Dizard mencatat bahwa ada perbedaan gaya program dan juga dalam
struktur kelembagaan suatu industri dunia di mana Amerika Serikat unggul dalam
mengekspor program-programnya sendiri. Di Amerika Latin misalnya,
Telenovela, suatu bentuk drama domestik yang asli dan murah ongkos
pembuatannya, langsung menjadi terkenal. Masing-masing episodenya, yang
berdurasi antara setengah hingga satu jam, ditayangkan setiap hari, selain hari
Minggu dan hari besar: dibuat hanya satu hari sebelumnya. Telenovela terkadang
menayangkan akhir yang bersifat alternatif, sambil meminta pemirsa mengambil
kesimpulan sendiri. Di Jepang, Samurai menemukan jalannya setelah berkelana
berabad-abad ke 'layar kaca' itu, dan juga ke negara-negara lain. Demikian
pula dengan 'binatang raksasa dari kedalaman laut' itu.
Di Jepang, NHK memperkenalkan televisi pada tahun 1953, yang diiringi
pada tahun itu juga oleh stasiun komersial pertama, dan terdapat suatu perasaan
kekaguman di jalan-jalan Tokyo, ketika ribuan orang berkumpul menyaksikan
siaran televisi tentang pertandingan sumo. Lima tahun kemudian, sebuah
perkawinan kerajaan Jepang memberikan dorongan yang demikian besarnya
untuk menonton, sama seperti perkawinan kerajaan Inggris yang terjadi
sebelumnya: sejuta pesawat televisi teijual. Pada tahun itu juga, 1958, dilaporkan
bahwa Jepang telah 'sama terobsesinya dengan Amerika Serikat'. Olimpiade
tahun 1964 di Tokyo (lihat hlm. 234) merupakan suatu atraksi televisi nasional
dan juga internasional, baik bagi televisi berwarna maupun hitam-putih. NHK,
yang mengeluarkan lebih banyak uang untuk penelitian dibanding organisasi siaran
manapun, memperlihatkan bahwa pada tahun 1960, seorang dewasa Jepang
menghabiskan waktu tiga jam sebelas menit sehari rata-rata untuk menonton
televisi, anak-anak bahkan menghabiskan waktu lebih banyak lagi.
Di Prancis dan Jerman, perkembangan televisi mengikuti garis yang
mungkin telah diramalkan sebelumnya, dengan memperhatikan sejarah siaran
radio sebelum perang, dan terutama di Prancis, suatu jangka waktu yang jauh

2 9 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

terbentang ke belakang sekurang-kurangnya kepada Perang revolusi dan Perang


Napoleon, dan bahkan sebelum itu sampai ke Colbert, harus diperhatikan. Tahun
1946, semua partai politik Prancis mendukung undang-undang yang
menasionalisasi semua radio dan televisi Prancis, namun tujuh tahun kemudian,
dengan kebijakan televisi mengikuti kebijakan radio, hanya terdapat 60.000
pesawat televisi di rumah-tangga Prancis. Diperlukan sebuah rencana lima-
tahun televisi nasional pada tahun 1954 untuk memproyeksikan 45 buah stasiun
pemancar, tetapi baru setelah menjadi jelas sekali bahwa para pendengar telah
hilang terserap kepada organisasi siaran negara-negara tetangga, seperti
Luxemburg dan Monaco, barulah arus itu mulai berbalik.
Setelah de Gaulle, yang menyadari potensi politik televisi, naik menjadi
presiden Prancis tahun 1958, pertama kali dilakukan upaya-upaya untuk
mengubah sistem itu, dan pada tahun 1964, sebuah organisasi baru yang otonom,
L'Offlce de Radiofusion Television Frangaise (ORTF), didirikan. Ketika itu
terdapat lima juta pemirsa, bandingkan dengan hampir sepuluh juta orang di
Jerman Barat dan enam juta di Italia. Di Jerman Barat, televisi, sama seperti
radio, telah diserahkan oleh perintah Sekutu kepada pemerintahan Land, dengan
stasiun televisi pertama, Nordwest Deutscher Rundfunk, memulai operasinya
bulan Desember 1952.
Otonomi ORTF lebih meragukan dibandingkan dengan di Jerman dan
Italia, tetapi tidak ada perubahan lebih lanjut di Prancis setelah mundurnya de
Gaulle tahun 1969, menyusul terjadinya kerusuhan (les evenements) di Paris
tahun 1968 dan toh tidak juga terjadi perubahan besar sampai setelah
meninggalnya pengganti de Gaulle, Georges Pampidou. Kemudian Presiden
Giscard d'Estaing menghapus ORTF tahun 1974, dan dalam sebuah 'orde baru'
yang bercakupan luas mendirikan tujuh organisasi otonom, satu mengurus radio,
dua mengurus saluran televisi, satu bergerak sebagai perusahaan produksi bebas,
yang memasok yang lain, satu berhubungan dengan sisi teknologi dari operasi
itu, dan satu lagi mengurus penelitian dan arsip. Untuk mengepalai seluruh struktur
yang rinci namun tetap monopolistik itu, maka diciptakannyalah High Audiovisual
Council (Dewan Audiovisual Tertinggi).
Ini hanya merupakan satu dari sejumlah reorganisasi dalam struktur televisi.
Yang paling dramatis terjadi di Italia. Pada tahun 1974, putusan-putusan Dewan
Konstitusional Italia yang mengukuhkan perlunya siaran layanan publik yang
berdasarkan objektivitas dan tidak memihak telah membuka jalan bagi siaran
swasta, dan setelah dikeluarkannya Bradcasting Act tahun 1975, terjadilah
ledakan luar biasa perusahaan-perusahaan swasta, yang kebanyakan darinya

2 9 6
Informasi, Pendidikan, Hiburan

tidak dapat bertahan lama. Tahun 1978 terdapat tidak kurang dari 506 stasiun
televisi setempat dan 2.275 stasiun radio. Terdapat lebih banyak stasiun per
orang dibanding di Amerika Serikat. Sepuluh tahun kemudian. Pengadilan di
Spanyol juga membuat putusan serupa, dengan mencatat bahwa karena konstitusi
itu diam tentang masalah siaran, maka tidak ada struktur yang dilarang secara
terus-terang. Prinsip konstitusional kebebasan berbicara dinyatakan mencakup
prinsip kebebasan siaran, suatu pandangan yang tidak dikenal di Amerika Serikat
di mana telegraf, telepon, radio dan televisi beroperasi di bawah prinsip-prinsip
hukum yang berbeda dari penerbitan.
Akan tetapi skenario Italia, yang terus berkembang, tidak dicontoh di
Spanyol. Tahun 1980 Silvio Berlusconi memulai sebuah saluran yang mirip
nasional, yaitu Canale 5, yang terus membeli saluran-saluran Italia yang lain pada
tahun 1983 dan 1984. Perusahaan bisnisnya, Fininvest, sekarang ini menguasai
tiga saluran dibanding tiga buah yang dimiliki RAI, sebuah situasi monopoli dua
perusahaan saja, yang diperbolehkan undang-undang pada tahun 1990. Namun,
RAI tetap bertahan hidup, termasuk saat kejatuhan dua partai politik Italia yang
utama, yaitu Demokrat Kristen dan Sosialis dan dipilihnya Berlusconi sebagai
perdana menteri tahun 2001.
Di Inggris, pemerintahan partai Buruh telah memprediksikan pada tahun
1974 sebuah laporan tentang Masa-Depan Siaran oleh sebuah panitia yang
dikepalai oleh Noel Annan (1916-2000). Ketika melaporkan tahun 1977, ia
menolak rencana yang dikemukakan Partai Buruh, termasuk pembentukan
sebuah Dewan dan Komisi Siaran Nasional dan dipecahnya BBC; dan tahun
1980, pemerintahan Konservatif pertama yang dikepalai Margaret Thatcher,
dengan memperhitungkan rekomendasi-rekomendasinya, memutuskan untuk
memperkenalkan sebuah Saluran 4 yang baru, yang berada di luar pengawasan
IBA, tetapi mengandalkan untuk sebagian dari pendapatannya pada iklan. Ia
menugaskan acara-acaranya pada para produsen bebas, yang sedang
berkembang subur jumlahnya dan akan makin bertambah lagi, bukan
membuatnya sendiri. Segera Saluran 4 membuktikan dirinya merupakan sebuah
lembaga yang sangat inovatif, yang mampu menarik acara-acara dari luar negeri
sama seperti dari Inggris sendiri, dan beberapa dari orang-orang bebas baru
Inggris itu, dengan bidang spesialisasinya, adalah sangat kreatif, yang pada
waktunya merupakan suatu sektor baru dengan kepentingan seberang lautan
dan juga kepentingan Inggris sendiri.
Annan telah membuat banyak dari keragaman suara itu dan tidak adanya
konsensus moral di Inggris pada permulaan tahun 1970-an. Akan tetapi di

297
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Prancis, di mana terdapat kiri dan kanan yang kuat, Pampidou menyatakan
pada tahun 1970 bahwa menjadi seorang wartawan di ORTF adalah 'tidak
sama dengan menjadi wartawan di tempat lain': ORTF adalah 'suara Prancis'.
ORTF baru Giscard d'Estaing tidak dapat memenuhi harapan tersebut. Siaran
itu tetap dengan kukuhnya berada di tangan pemerintah, sehingga setelah
terpilihnya seorang presiden sosialis, Frangois Mitterand, tahun 1981, semua
direktur senior pada televisi Prancis diberhentikan dan digantikan oleh orang-
orang sosialis.
Sebuah studi komisi baru, yang ditunjuk untuk memulai sebuah program
reformasi di Prancis, merekomendasikan sebuah Otoritas Tinggi bagi Media
Audiovisual, baik yang lama maupun yang baru, dan perubahan-perubahan dalam
alokasi di berbagai sektor program itu. Dalam undang-undang selanjutnya yang
didasarkan atasnya, bahasa monopoli telah ditinggalkan, namun terdapat titik
berat yang lebih kuat pada layanan publik. Hanya sebuah otoritas publik saja
yang berhak, demikian ditegaskan, untuk mengambil putusan tentang program
radio dan televisi 'bagi rakyat Prancis'. Kalimat-kalimat itu tetap bertahan,
sebagaimana juga dalam perundang-undangan reformasi siaran di negara-negara
lain. Akan tetapi tidak ada persyaratan-persyaratan keuangan, dan terdapat
banyak keragu-raguan dalam bagian-bagian tentang struktur.
Ketika televisi berkembang, sehingga meninggalkan sejumlah kecil negara
saja seperti Tanzania dan Guyana yang berada di luar jangkauan - kedua-duanya
dengan pilihan - terdapat pula beberapa negara yang di mana hanya satu suara
saja yang boleh diperdengarkan dan hanya sejumlah kecil wajah yang
mendapatkan hak khusus untuk muncul di layar kaca. Di Thailand, peraturan
televisi resmi menetapkan tahun 1965 bahwa tujuan pertama siaran TV adalah
'(a) meningkatkan kebijakan nasional dan kepentingan bersama di bidang politik,
militer, ekonomi dan kesejahteraan sosial, (b) meningkatkan loyalitas waiganegara
kepada negara, agama dan raja, (c) meningkatkan persatuan dan kerjasama
bersama antara tentara dan rakyat dan (d) mengundang warganegara menghadapi
dan menentang musuh, termasuk ajaran-ajaran yang berbahaya bagi keamanan
bangsa.'

Komentar dan Riset

Komentar kontemporer tentang televisi, di negara-negara di mana polanya


tergantung pada perdebatan, lebih menekankan implikasi globalnya ketimbang
implikasi nasionalnya, sebagaimana dilakukan Marshall McLuhan ketika ia

2 9 8
Informasi, Pendidikan, Hiburan

memperkenalkan konsep 'desa global' tahun 1960. Buku-bukunya yang banyak


dipublikasikan itu yang muncul beriringan, dimulai dengan The Gutenberg Galaxy
(1962), mengarahkan perhatian pada ciri-ciri intrinsik dari media, termasuk
percetakan, radio dan televisi. Dalam semuanya itu, ia membicarakan sejumlah
media ('yang panas' dan 'yang dingin', sebuah distingsi yang dibuatnya sendiri)
dan bukan pada pesan dan kandungannya, tanpa memberikan perhatian sedikit
pun kepada perbedaan-perbedaan nasional di negara-negara yang langsung
terpengaruh, bersama dengan struktur pendidikan, pola pengendalian, rentang
isi dan gaya presentasinya. Namun, ketika ia mengemukakan kaidah umum
tentang desa atau dunia, ia dipengaruhi oleh tradisi dan pengalaman nasional
Kanada yang unik.
McLuhan, yang kata-katanya dan sosoknya tetap bertahan, lebih banyak
merupakan seorang komentator ketimbang analis, dan televisi telah mencetuskan
lebih banyak komentar dan memprovokasi lebih banyak argumentasi (dan lebih
banyak kartun) dibanding media manapun dalam sejarah, yang mungkin dimulai
di Inggris dengan ulasan the Daily Mirror tahun 1950,'jika Anda membiarkan
televisi masuk ke rumah Anda, maka kehidupan tak kan pernah sama lagi.'
Pertimbangan orang Amerika, Emie Kovacs, bahwa televisi itu adalah sebuah
media 'karena tidak terlalu matang dan bukan pula setengah matang' adalah
pantas selalu dikenang. Demikian dengan kartun-kartun di dalam the New Yorker
yang, sama seperti kartun-kartun di Punch, mulai dengan media sebagai alat
dan bukan sebagai pesan dan berakhir dengan pengalaman televisi.
Sedikit sekali terjadi kesepakatan tentang apa artinya televisi: ia
merupakan 'mata universal', namun arsitek Frank Lloyd Wright menamakannya
'permen karet' bagi mata. Kritik paling kuat terdapat di Amerika Serikat di
mana tekanan pada televisi jaringan, sama halnya dengan radio jaringan, adalah
pada hiburan stereotipe, sehingga menyebabkan Newton Minow, Ketua FCC
tahun 1961 - seorang ketua yang luar-biasa - berbicara tentang televisi jaringan
itu sebagai suatu 'pemborosan luar-biasa'. Di London, Milton Shulman, seorang
kritikus surat-kabar yang bersemangat, menamakan televisi Inggris itu 'televisi
yang paling sedikit keburukannya di dunia', tetapi ia mencatat pula, seperti Lloyd
Wright, bagaimana 'bagi kebanyakan orang tindakan menonton kotak itu' telah
menjadi 'suatu kebiasaan dan bukan sebuah tindakan yang dipilah-pilah secara
sadar'. Bagi Shulman, televisi adalah 'mata yang rakus'. Bagi yang lain lagi,
TV merupakan 'mata setan', mal occhio, yang tidak hanya berbahaya bagi
orang yang melihatnya, tetapi juga berbahaya bagi seluruh masyarakat.

299
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Banyak dari kritik ini sekarang sudah basi. Namun anehnya sebagian
darinya terdengar masih hangat. TV Guide Amerika, majalah laris yang sangat
populer di tahun 1960-an, merupakan sumber yang berharga. Bagi banyak
kritikus, televisi tetap merupakan sebuah badan yang reduktif, yang melecehkan
berita dan juga program lain; namun bagi kritikus lain, ia merupakan suatu tenaga
negatif, yang tidak hanya merusak berita namun juga merusak masalah yang
terdapat di belakangnya. McLuhan tidak begitu banyak dikutip di tahun 1980-
an dibanding keadaan satu generasi sebelumnya. Bagi Neil Postman, yang
menulis di tahun 1986, kita sekarang ini sedang 'amat menghibur diri sendiri'.
Namun jika semacam itu seluruh keadaan televisi, maka tidak akan terjadi
demikian banyak perdebatan sebagaimana yang terjadi di banyak negara tentang
kesopanan, bahasa, seks, kekerasan dan selera, atau standar atau kode etik
yang berhubungannya dengannya. Juga hukum tidak akan ditonjolkan, terutama
sekali di Amerika Serikat. Sebagaimana telah kita lihat, di sana siaran sejak dari
semula telah diperlakukan secara sangat berbeda dari cetakan, dan televisi kabel,
ketika ia tiba (lihat hlm. 362), diperlakukan berbeda dari jaringan televisi, tidak
hanya di pengadilan tetapi juga oleh FCC. Kebanyakan tindakan hukum berasal
dari sana. Baik di dalam maupun di luar pengadilan, banyak perdebatan itu
berpusat pada peran keluarga, sebuah lembaga yang selalu berubah, tentangnya
bahkan lebih sukar lagi untuk mencapai kesepakatan atau juga membuat kaidah
umum dibandingkan televisi itu sendiri. Mudah untuk mengatakan bahwa anak-
anak perlu dijaga ketika televisi telah masuk ke rumah, namun gagasan tentang
bagaimana menjaga mereka mungkin malahan memecah-belah keluarga.
Masalah hukum memang rumit sekali, dan kerumitan itu semakin bertambah
dengan datangnya kabel dan pada akhirnya Internet. Perdebatan tentang
pengaruh televisi terhadap anak-anak dibuka oleh Hilde Himmelweit dalam
bukunya Television and the Child, yang terbit dengan bantuan Nuffield
Foundation tahun 1958, yang juga memperhatikan pengaruh televisi terhadap
perilaku sosial dan politik para remaja dan orang dewasa, termasuk protes yang
berbentuk kekerasan. Amerika Serikat banyak memberikan kontribusinya
kepada kedua jenis perdebatan itu. Tidak ada kesepakatan pendapat tentang
dua masalah itu, meskipun ada tuntutan umum untuk 'melakukan sesuatu' dan
dihasilkan banyak sekali penelitian empiris. Pada umumnya menjaga anak-anak
telah diberi perhatian lebih besar ketimbang mendidik mereka, pemberian label
kandungan dan sistem peringkat pun pernah diusulkan dan dilaksanakan, juga
telah diperkenalkan zone waktu, di dalamnya jenis program tertentu tidak akan
disiarkan, dan baru-baru ini saja telah dibuat pula peralatan penyaringan teknis.

3 0 0
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Masalah serupa juga timbul di dalam film. Bahkan sejak tahun 1919,
sebuah majalah berkala yang sekarang tidak terbit lagi, Education, mengeluhkan
'kecenderungan anak-anak mencontoh tindakan-tindakan berani yang dilihatnya
di layar kaca', dengan mencontohnya 'tidak terbatas pada anak-anak saja, tetapi
juga (mencakup) para remaja dan orang dewasa'. Kode Produksi Hay mulai
berlaku tahun 1931, dan sebuah kode MPAA (Motion Picture Asociation of
America) yang baru pada tahun 1968. Di dalam rumah-tangga, ada tanggapan
yang berbeda-beda. Tanggapan yang terakhir bersifat teknologis, diciptakannya
Violence Chip (V-Chip), sebuah alat elektronik yang direkayasa di Kanada,
yang dapat dipasang di dalam pesawat televisi untuk menentukan program televisi
yang dianggap tidak sesuai oleh orangtua. Kaum politikus mengambil alat ini
untuk tujuan mereka sendiri dan dalam sebuah Communications Decency Act
1996 [Undang-Undang Kesopanan Komunikasi tahun 1996], Kongres
memerintahkan bahwa chip seperti itu harus dipasang di setiap pesawat televisi
yang dijual di Amerika Serikat. Mahkamah Agung membatalkan Undang-
Undang itu tahun 1997 karena bertentangan dengan Konstitusi dengan alasan
bahwa ketentuan-ketentuannya membatasi kebebasan berbicara.
Contoh tindakan Amerika yang paling terkenal untuk menggunakan televisi
secara positif untuk kepentingan anak-anak berasal dari satu generasi sebelumnya
sebelum Children's Television Act of 1990 kepada Children's Television
Workshops [Lokakarya Televisi Anak-Anak] yang digelar atas bantuan Nuffield
Foundation, yang telah membuat film serial Sesame Street, yang dimulai tahun
1969. Sebuah produksi komersial, yang sengaja direkayasa untuk menghibur
dan mendidik, dengan mengajar anak-anak pra-sekolah untuk membaca, maka
program itu tergantung pada keijasama dan kolaborasi tim yang sempa dengan
apa yang terjadi di bidang akademik di Universitas Terbuka. Dalam masa
hidupnya yang panjang itu, ia telah dipertunjukkan di 140 negara di seluruh
dunia dan telah menjadi model bagi program-program seperti Plaza Sesamo di
Meksiko, V?la Sesamo di Brazil, Sesamestraat di Belanda dan Iftah Ya Simsin
di Kuwait, sedangkan dalam pada itu 'mungkin merupakan sebuah serial yang
paling banyak diteliti dalam sejarah televisi'.
Namun, TV juga telah menimbulkan tidak kurang banyak kontroversi di
samping kegairahan, terutama di negara-negara yang mempunyai sikap yang
berbeda terhadap anak-anak ketimbang di Amerika Serikat, dan tidak ingin
untuk memperlakukannya sebagai konsumen komersial. Adalah menyegarkan
untuk berpaling kepada kesederhanaan buku Inggris berkulit tipis Dr Maire
Messenger tahun 1989 Television is Good for Your Kids, yang buku itu sendiri

3 0 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

menggunakan bukti yang terambil dari penelitian seperti yang dilakukan di


Australia oleh Bob Hodge dan David Tripp. Studi yang mendalam itu tentang
600 orang anak yang berusia antara lima-hingga-duabelas tahun menyimpulkan
bahwa 'bete noir dari kelompok lobby, yaitu film kartun, terbukti... merupakan
bentuk yang sehat, yang secara ideal sesuai dengan daya pertumbuhan anak-
anak'.
Penelitian empiris tentang penggunaan televisi atau tentang program
tertentu, terkadang namun bukan selalu, menghindari teori, namun dengan
meluasnya universitas dan lembaga pendidikan tinggi pada abad ke-20, yang
banyak darinya mengembangkan departemen studi media, maka tidaklah
mengherankan apabila diberikan suatu tempat yang menonjol kepada teori dan
bahwa sejumlah teori yang ditawarkan seringkah tampak tidak berhubungan
langsung dengan pengalaman orang-orang yang bekeija di media. Bahkan bisa
jadi jauh terpisah darinya. Banyak teori yang berkenaan dengan pengajaran,
banyak semiologi, lebih sedikit hiburan, dan beberapa 'berita' yang sangat
menarik. Di Inggris, sebuah Kelompok Studi Media Universitas Glasgow,
membuka perdebatan yang menjadi sengit tentang 'bias berita' tahun 1976 dalam
sebuah buku yang berjudul Bad News, yang pengantarnya mengutip pakar
sosiologi Prancis Roland Barthes yang mengatakan bahwa 'keengganan untuk
memperlihatkan kode-etik merupakan sebuah tanda masyarakat borjuis dan
budaya massa yang berkembang darinya'.
Di Inggris, Richard Hoggart, pendiri the Birmingham Centre for Cultural
Studies tahun 1964, lembaga akademis pertama di Inggris yang berhubungan
dengan 'cultural studies', yang ketika itu merupakan penamaan yang
diperdebatkan, memulai kariernya dalam bidang pendidikan orang dewasa, dan
dari tahun 1960 hingga 1962 bertugas sebagai anggota dari Pilkington Committee
on Broadcasting, yang pandangan-pandangannya berhasil dibentuknya (lihat hlm.
293). Sebelum itu ia telah menerbitkan The Uses of Literacy tahun 1957, yang
mengambil dari majalah-majalah wanita banyak bahan yang dijadikan sasaran
tinjauannya. Melek-huruf secara universal telah dianggap sebagai yang sudah
semestinya (walaupun masih terlalu prematur): Hoggard memperlihatkan
keterbatasannya beberapa tahun sebelum BBC memperkenalkan prakarsa
melek-huruf nya yang pertama, sejenis kampanye yang masih tetap dianggap
penting.
Bersama seorang akademis Inggris lain, Raymond Williams, yang juga
telah memulai kariernya dalam bidang pendidikan orang dewasa, Hoggard
membentuk kembali pendekatan akademis di Inggris terhadap media massa

302
Informasi, Pendidikan, Hiburan

(yang dianggap sebagai sebuah kelompok) dan terhadap peranannya dalam


masyarakat kontemporer. Tulisan Williams yang banyak sekali, yang merupakan
faham Marxis 'Kiri Baru', dalam bentuknya yang paling analitis, termasuk
Communications (1962), menonjol sekali dalam revisinya dalam edisi kedua
(1966), dan The Long Revolution (1961). Buku yang terakhir ini, yang
merupakan kelanjutan dari bukunya Culture and Society (1958), mendorong
studi media yang sedang berubah dalam rentang waktu yang panjang, dimulai
dari Revolusi Industri. Pendekatan itu - yang tidak mengikut-sertakan agama -
lebih menyeluruh dipandang dari segi sosial-budaya, dibandingkan melalui sejarah
ekonomi dan politik, meskipun Williams sebagai seorang Marxis tak pernah
mengesampingkan ekonomi yang melatar-belakanginya. Di dalamnya peran
buku menurutnya jauh lebih menonjol dibanding surat-kabar, namun radio dan
televisi selalu mendapat tempat.
Buku Daniel Boorstin tentang media, The Image, sering dikutip bersama
dengan Williams, meski ditulis dalam konteks Amerika yang sangat berbeda. Ia
mengarahkan perhatian tidak hanya kepada 'kejadian-kejadian semu' yang
dimuat di dalam media, tetapi juga pada para 'selebritis', yang dikenal, berbeda
dengan para 'pahlawan', karena citra mereka dan bukan karena apa yang telah
mereka capai. 'Dahulu seorang tokoh publik memerlukan seorang sekretaris
pribadi sebagai pembatas antara dirinya dan publik. Dewasa ini ia punya seorang
sekretaris pers untuk menjadikan dirinya tepat berada di mata publik.' Cara-
cara berkomunikasi, termasuk 'cara berceritera', telah menjadi demikian canggih,
meskipun tidak selalu lebih efektif sejak saat itu. Mengenai 'kejadian', maka
hal itu telah dijelaskan oleh ilmuwan Israel, Elihu Katz dan Daniel Dayan, sebagai
'peristiwa media' dan diperlakukan sebagai memperkuat 'integrasi sosial'.
Baik Williams maupun Boorstin - bahkan juga Katz - tak pernah
menggunakan statistik. Yang lainnya memang melakukannya, sering dalam bentuk
yang kuat sekali, termasuk UNESCO yang telah mengeluarkan serangkaian
laporan tentang Komunikasi Massa, yang pertama tahun 1954, Newspaper
Trends 1928-1951. Semua laporan ini memperlihatkan bahwa sebegitu jauh,
adalah Kanada yang jadi pemasok utama barang cetakan, baik sebelum maupun
setelah perang. Dan di antara 120 negara yang mengkonsumsi lebih dari 50 ton
barang cetakan tahun 1951, Inggris Raya pada tahun 1951 memakai sebanyak
599.000 ton, kurang dari apa yang dipakainya tahun 1938 sebanyak 1.250.000
ton. Pada tahun yang sama, yaitu tahun 1938, Political and Economic Planning,
sebuah organisasi non-partisan, mengeluarkan laporan empiris yang pertama
tentang pers Inggris. Tiga Komisi Kerajaan Inggris pasca perang, yang membuat

3 0 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

laporan pada tahun 1949,1962, dan 1977, telah mengadakan perbandingan


para pembaca sepanjang dekade-dekade itu. Tahun 1920, satu dari dua orang
dewasa membaca sebuah surat-kabar harian dari jenis apa saja - dan hal itu
masih dianggap sebagai suatu kemewahan; pada tahun 1947, setiap 10 orang
dewasa membaca 12 surat-kabar harian dan 23 surat-kabar hari Minggu. Seluruh
penjualan dari harian nasional dan daerah adalah 50 persen lebih tinggi daripada
keadaan sebelum perang, meski ukurannya telah menjadi lebih kecil karena
kurangnya kertas koran. Tiga puluh tahun kemudian, jumlah pembaca menurun
sedikit, namun pers daerah berada dalam posisi yang lebih kuat dibanding
sebelumnya.
Penerbitan kedua dari Cultural Studies, yang merupakan hasil daerah
dari the Birmingham Centre, yang dipublikasikan tahun 1971, mencakup sebuah
artikel menarik oleh Stuart Hall, yang nantinya menjadi guru besar di Universitas
Terbuka, tentang 'The Social Eyes of Picture Post', dan penerbitannya yang
ketiga, memuat sebuah artikel panjang lain yang ditulisnya tentang T h e
Determinations of News Photographs'. Keduanya memberikan penjelasan
mengenai evolusi surat-kabar dan evolusi 'jurnalisme foto', yang lebih maju
dikembangkan di Jerman sebelum Nazi mengambil alih kekuasaan, dibanding
negara lain manapun. Tidak hanya peran media dalam memberikan informasi
atau misinformasi yang mendapat tinjauan pada tahun 1960-an dan 1970-an.
Hiburan juga dianalisis secara mendalam lebih dibandingkan dengan waktu mana
pun di Inggris sebelumnya. Terdapat pula kegemaran baru akan budaya 'sub-
kultur'.
Di Jerman, para penulis Mazhab Frankfurt, yang didirikan Theodor Adomo
(1903-1969) dan Mac Horkheimer telah mengembangkan suatu 'teori kritis'
terhadap media sebelum mereka diusir keluar dari negara itu tahun 1934 dan
kemudian berkumpul kembali di Amerika Serikat. Dengan asal-usulnya yang
Marxis, seperti banyak analisis Eropa tentang media, maka Mazhab itu pada
suatu kali diterangkan oleh Ralf Dahrendorf sebagai 'the unholly family of critical
theoiy'. Namun ketika para anggota Mazhab itu kembali ke Frankfurt seusai
Perang Dunia II, mereka menyimpan kertas-kertas lama mereka di mang bawah
tanah dan meninggalkan teori kritis itu. Mereka mengundang Jiirgen Habermas
yang masih muda itu untuk ikut dengan mereka, dan ia melewatkan waktu-
waktu yang tidak berbahagia dengan mereka sebelum pindah ke Marburg dan
Hamburg. Kaiya utamanya yang pertama, yang terbit tahun 1962, The Structural
Tranformation of the Public Sphere, mengemukakan idealismenya tentang

3 0 4
Informasi, Pendidikan, Hiburan

suatu diskusi yang mengandung informasi rasional mengenai kebijakan publik


yang telah disinggung pada bab-bab terdahulu buku ini.
Inilah saat ketika studi-studi budaya timbul di universitas-universitas, baik
di Prancis, Belanda, Inggris dan Jerman, ketika perhatian terhadap citra (melalui
surat-kabar, televisi dan film) dan dalam 'sejarah dari bawah' menimbulkan
disiplin ilmu-ilmu baru, dan ketika para dosen universitas, apalagi para mahasiswa
yang direkrut jumlahnya semakin banyak dan datang dari segmen-segmen
masyarakat yang tidak memiliki previlese dipandang dari segi sosial. Lalu
terjadilah konvergensi di sana.
Di Amerika Serikat, banyak penelitian sebelum perang tentang radio
merupakan penelitian pasar 'body count', yang bermuara pada studi-studi
kumpulan opini publik; sisanya merupakan penelitian mazhab-mazhab jurnalisme
dalam bentuk yang tidak memadai. Pada tahun 1959, seorang peneliti terkenal
dan paling berpengaruh karena studinya tentang kandungan isi media, Bernard
Berelson, mempublikasikan dalam the Public Opinion Quarterly bahwa
penelitian komunikasi telah 'memudar'. Hal itu merupakan sebuah pernyataan
provokatif, yang langsung menyebabkan, meskipun bertahun-tahun kemudian,
diterbitkannya pada musim panas tahun 1983, sebuah nomor khusus dari the
Journal of Communication yang berjudul 'Ferment in the Field [Gejolak di
Lapangan]', yang telah men-survei seluruh bidang di Amerika dan di dunia dalam
bidang riset komunikasi. Ketika itulah, 'jenis baru ilmuwan (Amerika)' telah
muncul.
Salah satu kontribusi yang menarik - meski ringkas - dikemukakan oleh
James W.Carey (lihat hlm. 252), yang dalam merujuk pada suatu gaya baru
studi budaya, bertanya apakah para jurubicara mereka itu mampu memper-
tahankan 'rasa optimisme pragmatisme dan pandangan-pandangan beberapa
pendahulu mereka berhadapan dengan masalah-masalah kekuasaan dan dominasi
yang sentral dalam komunikasi dan masyarakat?' Studi budaya bagi Carey
adalah 'suatu upaya untuk berpikir melalui sebuah teori atau sebuah kosakata
komunikasi yang — dalam saat yang bersamaan — merupakan sebuah teori
atau kosakata budaya'. Apakah semuanya itu akan mencakup semua pertanyaan
yang relevan?
Ilmuwan Prancis telah sampai ke bidang itu melalui jalan yang berbeda,
dan tiga orang dari mereka, karena sadar bahwa mereka menulis dari dalam
suatu masyarakat elektronis, tetap bertahan, umumnya karena pengaruh yang
mereka lakukan terhadap yang lain-lain. Mereka itu adalah Guy Debord, Jean
Baudrillard dan Pierre Bourdieu. Buku Debord, Society of the Spectacle

3 0 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

(1970), sebuah terjemahan dari suatu manifesto dalam bahasa Prancis, yang
terbit tahun 1967, dengan sedikit bukti empiris yang mendukungnya,
mengemukakan argumentasi bahwa dalam masyarakat di mana 'terdapat kondisi-
kondisi produksi modern, maka seluruh kehidupan menyatakan diri sebagai
suatu akumulasi tontonan (spectacle) yang luar biasa. Segala sesuatu yang hidup
telah langsung berpindah ke dalam suatu representasi.' Dengan demikian,
tontonan itu telah menjadi dunia. Observasi itu harus dipertentangkan dengan
ucapan sederhana seorang penulis Amerika tentang televisi, Richard Adler, yang
mengatakan bahwa 'layar kaca yang kecil itu dengan hebat sekali telah membatasi
efektivitas tontonan'.
Baudrillard, yang menganggap pandangan McLuhan bahwa 'the medium
is the message [media itulah yang menjadi pesan]' merupakan 'formula kunci
dari masa simulasi itu', berpaling kepada televisi sebagai medium satu-satunya
dari 'simulasi elektronik', dengan menunjuk kepada 'terleburnya televisi ke dalam
kehidupan [dan] terleburnya kehidupan ke dalam televisi'. Dari suatu tradisi
yang berbeda, Bourdieu, dalam buku Television yang pendek, sangat padat,
dan terjual sebagai buku laris, yang terbit di Prancis tahun 1996 dan di Amerika
Serikat tahun 1998, hanya sekali saja menyebutkan Debord, sedang Baudrillard
tidak menyebutnya sama sekali. Ini merupakan hal biasa di kalangan para penulis
tentang media yang lebih menyukai permainan sejajar daripada saling merujuk
satu dengan yang lain. Dalam pada itu, para editor jurnal Inggris Media, Culture
and Society, yang diluncurkan tahun 1977, melakukan suatu upaya yang berani
untuk menjaga agar ilmu-pengetahuan media Inggris tetap berhubungan dengan
teori di benua Eropa.
Pada saat para gurubesar universitas Prancis mulai membicarakan
media pada akhir dekade 1960-an dengan perbedaan pandangan yang tajam,
maka para mahasiswa yang terlibat dalam les evenement tahun 1968 di
Paris sedang belajar, seperti para demontran HAM di Amerika, melalui
pengalaman, bukan lewat penelitian, bagaimana cara menggunakan televisi
agar mereka dilihat dan suara mereka didengar. Sudah pasti bahwa mereka
umumnya diserang dalam surat pembaca di surat-kabar, yang tidak begitu
mendapat perhatian dari para ilmuwan media, dibandingkan dengan acara
obrolan (talk shows) di radio dan di televisi. Apakah televisi, demikian para
pengeritik bertanya, demikian menggoncang mereka sehingga menjadikan
mereka bertingkah-laku dalam suatu cara yang tidak bisa lain kecuali
seandainya tidak ada 'Layar Kecil, Dunia Besar' itu? Orang-orang yang

3 0 6
Informasi, Pendidikan, Hiburan

mengajukan protes menentang Perang Vietnam segera muncul lebih sering


di layar-TV Amerika. Siapakah yang telah mereka goncang?
Muncul perdebatan sengit mengenai masalah ini di layar kaca dan
muncul kecaman keras terhadap televisi, dan bahkan juga di semua media,
yang mencapai puncaknya ketika Wapres dari Presiden Nixon, Spiro Agnew,
melancarkan sebuah serangan balik yang telah diduga sebelumnya namun
cukup populer terhadapnya pada tahun 1969. Nixon sendiri sering
menggunakan ungkapan 'pers adalah musuh'. Kenapa harus pers dan televisi
yang menentukan agenda? Kenapa harus mereka yang menentukan nada
argumentasi itu? Kaum politisi dipilih, sedangkan warga-negara membayar
pajak. Apa dasar tuntutan kaum jurnalis untuk melaksanakan kekuasaan?
Ini pertanyaan-pertanyaan yang tetap bertahan lama sesudah 'para mahasiswa
pemberontak' telah menghilang dari pusat pentas. Bahkan, mereka
merupakan topik yang hangat pada penghujung abad itu dan para permulaan
abad ke-21.
Bagaimana agama yang dipengaruhi televisi juga menimbulkan sebuah
perdebatan panjang yang lebih tidak mengenakkan di Amerika dibanding
dampak televisi terhadap politik, terutama politik kaum Republikan. Jerry
Falwel, yang menjadi bintang The Oldtime Gospel Hour, yang mengklaim
memiliki 50 juta pemirsa, pada suatu saat telah memobilisasi kekuatan
'mayoritas moral'. Dan di tahun 1990-an, agama yang ditelevisikan yakni,
'gereja elektronik' itu, dapat dilihat di Garden Grove, California, di mana
Pendeta Robert Schuller- seorang tokoh yang tidak begitu menggoncang
dan tidak begitu provokatif di layar kaca, apabila dibandingkan dengan Jimmy
Swaggert yang mahir berpidato namun secara pribadi gampang diserang,
atau seorang yang berpeluang menjadi presiden, Pat Robertson, telah
membangun sebuah katedral yang mempunyai 10.000 jendela. Ketika itu,
dengan dipuji-puji oleh Rupert Murdoch, ia mengadakan siaran mingguan
kepada para pendengar yang jumlahnya jutaan orang yang terbentang jauh
di seberang Amerika Serikat. Televisi keagamaan itu masih tetap mengalami
perubahan. Tidak ada katedral yang dapat membendungnya. Penyebaran
agama melalui televisi yang paling mengglobal, yang dilakukan oleh seorang
Amerika, Billy Graham, tidak memerlukan katedral seperti itu. Sebuah
stadion sepakbola cukuplah untuk melakukan itu, dan yang lebih diperlukan
adalah sebuah jas hujan, bukan jubah akademis.
Bagaimanapun juga gayanya, tetap muncul pertanyaan-pertanyaan
mengenai kaum jurnalis itu, terlepas dari apa media mereka, dan hubungan mereka

307
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dengan kelompok-kelompok pemerintah dan keagamaan. Perang Vietnam,


disusul oleh skandal Watergate, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
mendasar baik mengenai ketergantungan media terhadap sumber resmi, dan
sampai sejauh mana pengaruh pers dan televisi terhadap politik Amerika.
Demikian pula dengan laporan terakhir tentang kehidupan pribadi Presiden
Clinton. Robert Manoff dan Michael Schudson memulai buku yang mereka
edit, yaitu buku Reading the News (1986), yang terbit sebelum Internet
mengungkapkan masalah-masalah lain, dengan tiga pertanyaan lama yang telah
dikemukakan dalam berbagai bentuk oleh Harold Laswell (lihat hlm. 6). ' Setiap
wartawan surat-kabar harus menjawab pertanyaan: Apa? Siapa? Di mana?
Kapan? dan Kenapa?, dengan menambahkan Bagaimana? Dan haruskah
melakukan hal itu pada alinea pertama secepat mungkin', dengan menambahkan
bahwa pertanyaan-pertanyaan itu, yang merupakan bagian dari katekismus
mazhab-mazhab jurnalisme, menyembunyikan 'di dalam kesederhanaan dan akal
sehatnya seluruh kerangka penafsiran'. Dalam kenyataan, rentang penafsiran
yang luas itu, yang sedikit sekali hubungannya dengan teknologi, hanya dapat
diterangkan dari segi nilainya, baik disembunyikan maupun dinyatakan.

Dinamika Perubahan

Rentang pertanyaan yang berhubungan dengan televisi, yang sebagian serupa


dengan isu-isu yang dikemukakan dalam pers cetak, sering sedikit saja
hubungannya dengan teknologi. Adalah menarik untuk membandingkan struktur
dan dinamika televisi sebagaimana dijelaskan dalam tahun 1966 dalam buku
Wilson P. Dizard, Television, A World View dengan buku Francis Wheen,
Television: A History, yang muncul pada tahun 1985 dalam hubungannya dengan
sebuah serial televisi Granada Inggris yang ambisius selama empat-belas jam,
yang telah melanggar sebuah pantangan bahwa televisi seharusnya jangan pernah
mengadakan investigasi tentang dirinya sendiri. Serial itu memakan waktu tiga
tahun pembuatannya dan melibatkan ratusan wawancara di Eropa, Amerika,
Asia dan Afrika. Ia memperlihatkan bahwa pada saat televisi melakukan
perjalanan keliling dunia, baik ke negara demokratis maupun ke negara otoriter,
dengan meninggalkan hanya beberapa negara saja yang tidak tersentuh, maka
ia telah mendapatkan teman-teman baru dan musuh-musuh baru pula. Ulasan
itu sekarang bersifat multikultural. Dengan demikian, majalah India Today
menggambarkan layanan televisi India pada tahun 1982 seperti 'departemen
pemerintahan yang lamban, tidak ketulungan lambatnya dan berfungsi dalam

3 0 8
Informasi, Pendidikan, Hiburan

bentuk yang salah, tidak ada bedanya dari kantor paspor setempat': 'kejemuan
adalah pesannya'. Dan di Filipina, seorang pastor Jesuit menyatakan bahwa
Presiden Marcos telah menyembah media 'sebagai berhala', 'sama halnya
dengan orang lain percaya kepada Tuhan.'
Seorang Jepang yang dikatakan telah berucap bahwa ketagihan akan
televisi telah mengubah jutaan orang di negaranya menjadi orang-orang dungu
dapat dijadikan sebagai bagian dari bukti sebuah jajak pendapat tahun 1982.
Ketika orang Amerika dan orang Jepang ditanya apakah satu-satunya barang
yang akan mereka bawa ke sebuah pulau yang tak berpenghuni (dari jenis
yang telah dipetakan oleh Sue Lawley dalam program radio Inggris Desert
Island Discs), lebih dari 36 persen orang Jepang memilih televisi, sedangkan
orang Amerika hanya 4 persen saja. Ketika itu, anak-anak yang berumur
dua-tahun di Jepang rata-rata menonton tiga jam, tiga-puluh satu menit sehari,
baik sendirian maupun ditemani ibu.
Kebanyakan dari buku Wheen itu dikhususkan untuk program khusus
saja, seperti komidi bersambung yang berdurasi panjang, seperti Coronation
Street dari Granada (1960), dan kepada cara menangani kejadian-kejadian
khusus oleh televisi, dalam siaran fakta, fiksi, atau 'kelompok orang', di
mana yang mengemuka di antaranya adalah film dokumenter tentang peristiwa
perang. Sejak tahun-tahun pertama televisi setelah perang, Perang Dingin
telah menjadi latar belakangnya, dan pengaruhnya dapat mengilhamkan
propaganda dan menimbulkan hiburan. Demikian pula keadaannya dengan
Perang Dunia II. Di Inggris, Dad's Army (1968) kembali padanya,
sebagaimana dengan banyak program Inggris, suatu kesibukan yang
mengganggu para kritikus Jerman. World at War (1982) yang disiarkan
Thames Television diciptakan oleh Jeremy Isaacs, yang menjadi Direktur
pertama Saluran 4 dan seorang pengeritik yang keras terhadap Bad News
yang dikeluarkan the Glasgow Media Group. Perang Dunia I telah
merupakan tema sebuah serial yang terdiri dari 26 episode, yang ditata
secara bersama oleh the BBC, the Canadian Broadcasting Corporation dan
the Australian Broadcasting Commission, berdasarkan kenangan dari lebih
dari 50.000 orang yang masih hidup, dalam suatu cara yang tidak mungkin
dalam abad lalu.
Vietnam, sebuah perang berlarut-larut dengan tahap-tahapnya yang
berbeda-beda, adalah perang pertama yang diperlihatkan, meski secara
selektif, di layar kaca, walaupun film dokumenter televisi yang menarik telah
dibuat tentang perang-perang sebelumnya, dan sebuah komedi situasi Amerika

309
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

yang berhasil M*A*S*H (1972), yang berlangsung sampai 251 episode dan
baru ditutup pada tahun 1983, dibuat ketika Perang Korea.
Di Amerika Serikat, perjuangan hak-hak sipil [civil rights] menyeruak
melalui penayangannya di televisi. Pembunuhan Martin Luther King tahun
1968 tertangkap di layar kaca, akan tetapi pembunuhan Kennedy pertama
kali hanya disiarkan melalui suara saja - oleh Walter Cronkite - sebelum
akhirnya disiarkan gambar televisinya. (Kemudian diikuti oleh sebuah serial
televisi Inggris, yang dibeli oleh Amerika Serikat). Terorisme merupakan
tema utama dalam banyak keadaan, baik untuk film sinema maupun untuk
televisi. Demikian pula dengan ruang angkasa. Para pejabat NASA pada
pertama kali agak risih menggunakan televisi, namun karena alasan politik
juga alasan televisual, mereka segera mengubah pendirian. Ketika John
Glen terbang ke orbit tahun 1962, penduduk Amerika Serikat dan dunia
melihat ia diluncurkan ke angkasa; dan tujuh tahun kemudian gambar-gambar
pertama dari bulan merupakan sebuah pendahuluan dari apa yang dielu-
elukan sebagai 'pertunjukan terbesar dalam sejarah pertelevisian' - yaitu
pendaratan Apollo XI. Peristiwa itu dilihat oleh 125 juta orang Amerika
dan 723 juta orang lain di seluruh dunia. Hal ini merupakan peristiwa ilmiah
dan teknologi, juga suatu peristiwa media.
Hiburan, yang pada akhirnya terkait secara tak terpisahkan dari berita
dan olahraga, memiliki peristiwa pentingnya sendiri, yang seringkah diingat
di televisi dan di film. Secara khusus sebuah program Amerika, Dallas
(1979), 'siaran hiburan yang paling terkenal', juga merupakan sebuah subyek
penelitian sosiologis pada banyak universitas. Terkait secara dramatis dengan
seks, kekayaan, kekuasaan, dan keluarga, secara tidak dapat tertahankan
semua kombinasi itu mau mengatakan bahwa Texas yang merupakan
'kawasan-matahari' [sun-belt] 'tidak ada hubungannya' dengan dunia sama
seperti yang telah terjadi dengan Barat yang Liar [Wild West] dahulu kala,
ia diperlihatkan, seringkah dalam bentuk yang kaku, pada lebih dari 90 negara
dengan berbagai jenis pemerintahan politiknya. Dalam pada itu, suatu
program komedi Inggris yang amat berbeda jenisnya, Monty Python's
Flying Circus (1969), dengan daya tariknya yang lebih besar daripada daya
tarik Goon Show di radio yang sama, juga telah menarik perhatian para
pendengar di seluruh dunia. Ia menggunakan animasi dan dipenuhi oleh hal-
hal yang mustahil, persis sebagaimana ketika serial televisi itu diperpanjang
menjadi film. Till Death Do Us Apart (1966), yang ketika itu merupakan
jenis dari program komedi, meski pada intinya bersifat Inggris, telah

3 1 0
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Gambar 25. Pendaratan Manusia di Bukan, 1969. Amerika Serikat memaklumkan


kepada dunia keberhasilan misi Apollo mereka yang mendaratkan Neil Armstrong
sebagai manusia pertama yang mendarat di bulan. Sedang Yuri Gagarin dari Uni
Sovyet, adalah manusia pertama yang mengelilingi orbit bumi.

memberikan inspirasi kepada program-program Amerika dan Jerman, Ali


in the Family dan One Heart and One Soul.
Mendidik, bukan menghibur, tetap merupakan prioritas beberapa
orang yang pertama kali mempertahankan televisi terhadap tuduhan bahwa
pengaruh TV sudah pasti punya dampak merusak masyarakat dan budaya
dan mengambil jauh lebih banyak waktu pemirsa dbanding waktu yang
mereka gunakan untuk kegiatan lain. Dua-ratus lima-puluh juta jam kerja

3 1 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

orang Amerika setiap harinya telah tersedot untuk menonton televisi pada
pertengahan tahun 1960-an ketika Harry J. Skornia menerbitkan sebuah
buku yang mendapat sambutan baik, yang juga mendapat pujian McLuhan,
Television and Society: an Inquest and Agenda for Improvement.
Apakah mendidik itu harus diperlakukan sebagai sebuah tugas
tersendiri, yang dibuat terpisah dalam saluran tertentu atau dalam organisasi
siaran tersendiri? Ada banyak jawaban yang berbeda. Jepang memper-
kenalkan sebuah saluran NHK yang seluruhnya dikhususkan untuk televisi
pendidikan tahun 1957. Inggris mengambil jalan lain dan menggabungkan
pendidikan itu ke dalam program umum. Gagasan mengadakan sebuah
saluran pendidikan yang terpisah didukung oleh perusahan-perusahaan
televisi bebas, tetapi ditentang oleh the Pilkington Committee. Adalah 'televisi
bebas', bukan BBC, yang memulai sebuah layanan televisi untuk sekolah-
sekolah dalam pembuatan program regulernya, namun pada tahun 1964 Ketua
baru dari the Schools Broadcasting Council, Sir Charles Carter, the Vice-
Chancellor of Lancaster, sebuah universitas baru, mendorong dengan
menghadapkan banyak pendapat guru-guru sekolah yang saling bertentangan
yang mengatakan bahwa televisi 'membuka kesempatan' yang 'sama
menggairahkannya dengan apa saja semenjak kedatangan buku cetakan
dengan harga murah'.
Di Amerika Serikat, the FCC telah menyediakan lebih dari 200 stasiun
radio untuk siaran pendidikan pada tahun 1952, namun banyak daripadanya
tidak memiliki keuangan yang cukup dan tidak akan mampu berfungsi tanpa
bantuan dari the Ford Foundation yang mendukung sebuah NET (National
Education Television) untuk menghasilkan program siaran. Badan-badan
lain juga memberikan bantuannya. The Ford Foundation juga telah memulai
rencana-rencana perintis pendidikan baik yang formal maupun non-formal
di Amerika Latin, India dan Afrika. Demikian pula dengan CETO, sebuah
organisasi Inggris, the Council for Educational Television, yang didanai the
Nuffield Foundation.
Situasi Amerika berubah ketika pada tahun 1967 sebuah komisi yang
didirikan oleh the Carnegie Corporation mengusulkan diciptakannya sebuah
Corporation for Public Broadcasting dan the Ford Foundation mengucurkan
dana untuk PBS (public broadcasting system) Amerika, dengan jumlah dana
yang sangat terbatas, yang menyibukkan diri sama banyak dalam memberikan
informasi dan pendidikan, namun tidak seluruhnya mengesampingkan hiburan,
di mana sebagian dari acara hiburan itu berupa impor drama dari Inggris.

312
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Hiburan, sama seperti pendidikan, merupakan sebuah program lintas tapal-


batas negara. Di Inggris, lembaga siaran umum yang paling tua di dunia, the
BBC, sama sekali tidak ragu untuk mengimpor program-program hiburan
dari Amerika Serikat.
Memberikan informasi menjadi perhatian utama di mana-mana pada
akhir dekade 1960-an dan 1970-an ketika terdapat pembicaraan yang sama
baik besarnya mengenai 'kurangnya informasi' di satu pihak dan 'kejenuhan
informasi' di lain pihak. Di Amerika Serikat, terutama, terlihat suatu kecen-
derungan yang semakin berkembang untuk memperlakukan informasi sebagai
komoditas, yang diciptakan dan disebar-luaskan dalam sebuah 'ekonomi
informasi', sebuah istilah yang akan ditelusuri dalam bagian berikut bab ini.
Dalam bulan Januari 1966 misalnya, seorang calon presiden dari partai
demokrat yang tidak berhasil, Senator George McGovern, musuh Perang
Vietnam, dilaporkan mengamati bahwa 'persis sebagaimana kita mulai merasa
enak untuk hidup di zaman ruang-angkasa, maka judul berita yang besar-
besar dalam sebuah iklan IBM mengatakan kepada kita bahwa "terdapat
persetujuan yang semakin berkembang bahwa kita sekarang berada di suatu
era informasi'". Karena itu telah tiba waktunya untuk memperhatikannya
sebagai 'penggunaan domestik yang matang dan penggunaan internasional-
nya'.
Semuanya itu saling berhubungan dan menjadi lebih erat lagi setelah
krisis bahan bakar tahun 1973 yang menimbulkan tuntutan bagi sebuah
'tatanan ekonomi baru'. Dalam tahun itu, ekspor film dan program televisi
Amerika Serikat berjumlah $324 juta dan diperkirakan ekspornya terhadap
informasi ilmiah dan teknologi berjumlah $3.034 juta, lebih dari sepuluh kali
lipat.
Adalah reaksi Dunia Ketiga terdapat dominasi Amerika dalam informasi
dan distribusinya ('hegemoni'), bukan pendapat atau tekanan politik do-
mestik Amerika di dalam negeri, yang telah mendorong informasi ke ajang
perdebatan internasional sejak permulaan dekade 1970-an dan seterusnya.
UNESCO, di mana terpusat banyak perdebatan itu, sekarang telah menjadi
forum dari sebuah dialog Utara-Selatan (sebuah istilah baru) di mana negara-
negara maju memiliki kekuatan, sedangkan negara-negara berkembang
memiliki mayoritas. Hal ini merupakan permulaan dari 'Dekade Perkem-
bangan Kedua' UNESCO, yang dicakup secara kronologis dan analitis
dalam buku Thomas McPhail, Electronic Colonialism (1987).

3 1 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Bahkan sejak tahun 1959, sebelum permulaan Dekade Perkembangan


pertama itu, UNESCO telah diminta oleh Dewan Ekonomi dan Sosial
(ECOSOC) PBB untuk mempersiapkan bagi Sidang Umum PBB 'sebuah
program aksi yang kongkret' untuk memajukan 'perkembangan informasi
media massa di seluruh dunia', namun baru sedikit yang dilakukan, sampai
situasi ekonomi yang berubah pada tahun 1970-an itu, kebanyakan negara,
yang telah lama menamakan diri mereka sebagai 'non-blok', menempatkan di
dalam agenda internasional yang luas, tidak hanya kekayaan dan pendapatan,
tetapi juga informasi, baik yang pra-elektronik maupun yang elektronik. Hal ini
terjadi pada saat ketika sikap-sikap yang baru terhadap proses perkembangan
itu mengambil bentuknya di Amerika Serikat dan Inggris. Kata 'modernization'
tidak begitu dipakai lagi, sedangkan kata 'under-developed' telah memberikan
tempatnya kepada kata-sifat 'developing', dan cara-cara alternatif untuk
'development [pembangunan]' sedang dipikirkan orang.
Perlunya pendekatan baru terhadap isu dan kebijakan komunikasi
ditekankan perintisannya dalam Intermedia, yaitu jurnal dari the International
Braodcast Institute tahun 1978. Majalah itu mengulas, dengan bukti yang
disisihkan bukan dari Amerika Serikat, tetapi dari Dunia Ketiga, bahwa 'tanpa
informasi - tanpa kesempatan untuk memilih, menyebarkan dan membicarakan
informasi - orang tidak akan mempunyai kekuasaan. Mereka yang tidak memiliki
informasi seringkah merupakan orang yang paling sadar akan hubungan ini.'
Banyak dari ulasannya ditulis oleh direkturnya orang Swedia yang amat terlibat
Edi Ploman, yang dahulunya pernah bekerja pada radio dan televisi Swedia,
dan selanjutnya pindah menjadi seorang Vice-Rector dari the United Nations
University dengan kantor pusatnya di Tokyo. Dalam salah satu ulasannya, ia
menulis:

menjadi suatu perasaan kecewa dari negara-negara berkembang bahwa


'jendela mereka terhadap dunia' disaring melalui lensa-lensa yang dipilih
dan dipasang oleh negara-negara industri maju. Infrastruktur informasi
mereka sendiri - surat-kabar, televisi dan stasiun radio; hubungan dan
satelit mikrowave nasional dan internasional; kantor berita; balai latihan;
satuan produksi film - sangat sedikit jumlahnya dan terpisah-pisah. Sedikit
negara yang memiliki persyaratan minimum UNESCO tentang sepuluh
copies surat-kabar harian, lima pesawat radio, dua pesawat televisi dan
dua kursi sinema untuk setiap seribu orang. Seorang wartawan di Bombay
dapat menelpon ke London atau New York lebih cepat dan lebih gampang
daripada ke Kabul atau Dar es Salam.

3 1 4
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Dalam pernyataan ini, yang belum lagi mencakup ungkapan 'lingkungan media',
semua media saling berhubungan, dan UNESCO diberi peran khusus - yaitu
menentukan standarnya.
Lucu sekali bahwa sebuah negara, Iran, yang setelah kejatuhan Shah
tahun 1979 akan menyatakan nilai-nilai Islam dalam menghadapi modernisasi,
pernah dahulunya merupakan pusat studi-studi pembangunan dan peranan
yang mungkin bisa dimainkan media dalam proses pembangunan. Tajuk
rencana pertama dalam majalah Communications and Development
Review, yang muncul tahun 1977 dengan editornya Majid Teheranian,
berjudul 'Communications and Development: the Changing Paradigms', dan
ini diiringi oleh sebuah laporan wawancara mendalam dengan Daniel Lehner.
Artikelnya berjudul 'Modernity and Modernization as Analytical Concepts:
An Obituary'.
Pindah dari Teheran ke Paris, di mana, juga lucu sekali, orang yang
mengambil alih kekuasaan setelah Shah digulingkan, Ayatullah Khomeini, hidup
dalam pengasingan, maka Sidang Umum UNESCO ke-17 tahun 1972, satu
tahun sebelum krisis minyak internasional secara efektif menutup tahun 1960-
an, telah menyetujui sebuah 'Declaration of Guiding Principles on the Use of
Space Broadcasting for the Free Flow of Information, the Spread of Education
and Greater Cultural Exchange'. Deklarasi itu menegaskan-sejak awal Amerika
Serikat sudah menganggapnya bersifat membatasi - bahwa kedaulatan budaya
dan pengawasan internasional mengenai tepatnya siaran berita adalah penting.
Tidak kurang dari 55 negara menerima Deklarasi itu, dan hanya 7 negara saja,
termasuk Amerika Serikat, menentang, serta 22 negara abstain, di antaranya
Uni Soviet
Tuntutan terhadap 'kedaulatan budaya' itu merupakan sebuah protes
terhadap 'imperialisme budaya', sebuah konsep yang dikembangkan di Amerika
Serikat oleh para akademisi seperti Herbert Schiller, yang juga (1976)
menggunakan ungkapan 'dominasi budaya'. Di Amerika Latin, di mana
imperialisme budaya itu berada di pusat studi media dan komunikasi, televisi
komersial merupakan sasaran serangan yang empuk. Menurut kata-kata keras
dari delegasi Chile kepada sebuah Kelompok Kerja PBB, televisi komersial
yang saling bersaing itu, 'yang merendahkan standar hidup dan memberikan
sampah budaya massa', merupakan 'sumber keprihatinan bagi para pakar
pendidikan, sosiolog, statistikus kita, dan bagi semua kita yang ikut-serta dalam
suatu kebijakan budaya yang berusaha untuk memuliakan masyarakat, bukan
merendahkan mereka'.

3 1 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Informasi yang tidak seimbang adalah keluhan yang juga sering muncul,
yang semakin bertambah berat bagi kalangan pakar statistik, di antara mereka
itu para pakar komunikasi Skandinavia seperti Karle Nordenstreng, mengumpul-
kan rincian 'arus'. Di saat itu pakar geografi memainkan peran lebih besar
dalam penelitian komunikasi, dengan mempelajari jalur-jalur arus informasi dan
memperbandingkan dengan jalur-jalur perdagangan di masa dahulu. Bagi mereka,
televisi tampak merupakan 'jalan satu jurusan', kiasan yang amat bersahaja.
Statistik yang rinci tentang 'arus' itu, baik arus berita hiburan, dan penguraiannya,
telah menjadi sasaran kritik tajam, namun titik umum mengenai peranan Dunia
Ketiga yang lebih rendah, adalah sederhana. Demikian pula dengan pernyataan-
pernyataan tentang 'dampak telekomunikasi terhadap daerah pedesaan dan
sumbangannya yang mungkin ada bagi perkembangan daerah pedesaan itu'.
Di tahun 1960-an, hanya seperempat dari berita yang dikirim dengan kawat
oleh empat kantor berita Barat (AFB, AP, Reuters dan UPI) berasal dari atau
berkenaan dengan negara berkembang, meski penduduknya hampir 'dua pertiga
dari seluruh umat manusia'. Lagi pula, sebagian kritikus, yang paling berpengaruh
di kalangan mereka berorientasi Marxis, menunjukkan, menurut garis-garis Bad
News, bahwa kebanyakan berita yang berkenaan dengan Dunia Ketiga bersifat
negatif: hanya berhubungan dengan masalah bencana, persekongkolan politik
dan militer, kekurangan gizi dan kelaparan. Keluhan itu kemudian berpindah
kepada serangan terhadap satelit siaran langsung (lihat hlm. 361), yang dilihat
sebagai sebuah ancaman terhadap identitas budaya, dan terhadap distribusi
frekuensi pada spektrum radio, yang masih tetap dianggap sebagai sebuah sumber
komunikasi yang langka.
Spektrum itu bukan masalah bagi UNESCO, tetapi masalah bagi WARC
(the World Administrative Radio Conference), yang diorganisasikan oleh ITU
(the International Telecommunications Union), yang dulu hanya memperhatikan
masalah-masalah teknis saja. Sekarang kebijakan komunikasi telah mendominasi
agenda konferensinya. Ini merupakan pindahnya kepentingan ITU dalam sejarah
yang dalam sebuah Konferensi di Nairobi tahun 1982, mendirikan sebuah
Independent Commission for Worldwide Telecommunications Development di
bawah pemimpin seorang mantan diplomat Inggris, Sir Donald Maitland.
Anggotanya yang berjumlah 16 orang itu, antara lain mencakup, sebagai Wakil
Ketuanya, Menteri Penerangan dan Telekomunikasi Kosta Rika, Ketua Dewan
Penasehat Perdana Menteri India untuk Komisi Perencanaan, dan seorang
mantan Ketua AT&T.

3 1 6
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Sementara terdapat 600 juta telpon di dunia pada tahun 1982, setengah
dari penduduk dunia hidup di negara-negara yang secara bersama mempunyai
kurang dari sepuluh juta telepon; dan dalam lima pertemuannya, Komisi itu
menjabarkan tidak hanya segala implikasi situasi timpang ini, tetapi juga
'kemajuan-kemajuan dramatis dalam teknologi telekomunikasi yang sedang terjadi
[ketika itu]'. Laporan Komisi itu, The Missing Link, tahun 1984, mengemukakan
masalah-masalah yang seringkah muncul di tahun 1980-an namun semenjak itu
tidak ditindaklanjuti, bahwa 'teknologi yang tepat bagi sebuah negara Dunia
Ketiga [mungkin] lebih maju daripada norma yang ada' dan bahwa suatu 'strategi
perencanaan loncatan kodok' akan bekerja.
Sebelum diterbitkannya The Missing Link, UNESCO telah menunjuk
sebuah komisi lain, juga dalam pertemuan di Nairobi, yaitu Sidang Umumnya
yang ke-19 tahun 1976, ketika sebuah resolusi yang sangat diperdebatkan
diterima. Ini mencakup apa yang bagi banyak negara 'maju' — yaitu Pasal XII
- diserang karena sangat tidak disukai, karena bahasanya yang mengatakan
bahwa 'Negara bertanggung-jawab atas aktivitas dalam bidang internasional
semua media massa yang berada di bawah kekuasaannya.' Komisi baru itu,
yang diketuai oleh seorang politikus Irlandia, Sean McBride, diberi tugas, yang
dengan tepat sekali dijelaskannya sebagai, 'sebuah tugas yang tidak ringan' untuk
menyelidiki 'keseluruhan masalah komunikasi dalam masyarakat modem'.
Anggotanya mencakup McLuhan, novelis Kolumbia Garda Marquez,
seorang wartawan Jepang terkenal, Michio Nagai, dan Direktur Jenderal kantor
berita Soviet TASS. Mereka semua setuju tentang pentingnya 'untuk mendekati
komunikasi secara global', akan tetapi, sebelum mereka ditunjuk pun, menjadi
jelas bahwa dalam kondisi Perang Dingin mereka tidak memiliki harapan untuk
mendapatkan dukungan universal bagi setiap rekomendasi yang mungkin mereka
buat. Pada tahun 1977, terlihat perbedaan tajam dalam pendekatan antara
Amerika Serikat dan Uni Soviet yang semakin jelas lagi di dalam Konferensi
Helsinki tentang Hak-Hak Asasi Manusia, dan ketika laporan Komisi itu, Many
Voices, One World, muncul tahun 1980, maka rekomendasi-rekomendasinya
dengan cepat menghilang ke dalam sejarah. Memang, bangsa-bangsa non-
Blok sendiri terpelah-belah setelah Indira Gandhi menindas kebebasan pers di
akhir dari masa pemerintahannya yang panjang sebagai perdana menteri India
antara tahun 1966-1977.
Ketika pada tahun 1978 Sidang Umum UNESCO yang ke-20
memutuskan sebuah 'Declaration of Fundamental Principles concerning the
Contributions of the Mass Media to Strengthening Peace and International

317
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Understanding, the Promotion of Human Rights and to Countering Racialism,


Apartheid and Incitement to War', maka Pasal XII tidak ada. Namun demikian,
'pelaksanaan dalam melakukan hal yang tidak mungkin' ini - sebagaimana kata
seorang wartawan yang banyak tahu soal itu - adalah hanya untuk kelihatan
hebat dalam jangka pendek saja. Ketika Amerika Serikat, diikuti Inggris, merasa
terganggu karena kebijakan UNESCO yang ini dan yang lainnya, meninggalkan
organisasi itu, maka deklarasi ini tidak pernah lagi berhubungan dengan
'keseluruhan masalah komunikasi dalam masyarakat modem'.
Prakarsa dalam perdebatan intelektual internasional sekarang pindah
kepada para juru-bicara 'perdagangan bebas dalam gagasan' - oleh yang paling
mampu di kalangan mereka, Ithiel de Sola Pool, seorang Profesor di the
Massachusetts Institute of Technology, yang lebih setuju dengan deregulasi seluruh
media, menamakannya pada tahun 1983 'technologies of freedom'. Bagi Pool,
yang menyebut UNESCO hanya sekali secara sambil lalu saja dalam bukunya
yang berjudul sama, yang terbit pada tahun yang sama, apa yang dilakukan oleh
media berita, terlepas dari siapa yang memilikinya, adalah untuk menciptakan
tandingan bagi penguasa yang ada. Adalah pemerintahan yang otoriter, bukan
budaya tradisional, yang berada dalam bahaya. Semua budaya akan berkembang
bukan karena dilindungi, akan tetapi karena peningkatan kemampuan
produksinya dan karena pertukaran timbal-balik. Tidak ada budaya yang dapat
tetap tinggal terisolasi. Inilah garis yang diambil di Amerika Serikat pada akhir
tahun 1990-an dalam sebuah jurnal, Correspondence, yang diedit oleh Daniel
Bell. Pada musim semi tahun 2000 ia mengumumkan bukti survei untuk
mengemukakan bahwa dari 186 negara di dunia, hanya 69 saja yang memiliki
'pers yang bebas'.
Pool tidak menganggap penting untuk memeriksa secara sistematis operasi
media di negara-negara demokratis, sementara itu ia tidak pula memikirkan isu-
isu global. Ia memberi tekanan pada 'media elektronik sebagaimana jadinya...
beragam penggunaan dan pasokannya', dengan memberi kesempatan kepada
'lebih banyak pengetahuan, akses lebih gampang dan pembicaraan yang lebih
bebas daripada yang pernah dinikmati sebelumnya'. Meski ia sama sekali bukan
seorang penganut determinisme teknologi, ia memuji matinya mesin ketik dan
meramalkan bahwa 'tak lama lagi di masa depan yang dekat, tidak ada lagi
yang akan terbitan cetak yang tidak diketik dengan sebuah word processor
atau diketik dengan komputer'.
Dengan memandang ke arah suatu millennium baru, ia memperkirakan
bahwa pada permulaan tahun 1990-an akan terdapat lebih dari 600 juta telpon

3 1 8
Informasi, Pendidikan, Hiburan

dan 680 juta pesawat televisi, bersama dengan jutaan stasiun kerja komputer.
Pool hanya memiliki sedikit yang akan dikatakan tentang hiburan atau ancaman
terhadap budaya-budaya lokal dari budaya yang telah diseragamkan itu, meski
ia menyambut baik 'akhir kelangkaan spektrum' dengan datangnya 'era elek-
tronika yang melimpah'. Akan terdapat pilihan media yang lebih banyak lagi.
Adalah kejutan dan masalah sebuah 'masyarakat informasi', yang ditopang
oleh komunikasi baru, yang tidak mirip dengan 'ekonomi informasi', itulah yang
telah menjadikan istilah itu salah satu dari yang paling akrab dari semua label
abad ke-20. Bahkan ia mungkin menyatakan bahwa sebuah berkat yang bersifat
McLuhanesque telah diberikan kepadanya. Dalam buku Understanding Media
(1964), McLuhan menulis bahwa 'dalam era elektronik kita melihat diri kita
semakin tenggelam dalam bentuk informasi, dengan bergerak ke arah perluasan
kesadaran secara teknologis'.

Masyarakat Informasi

Orang yang mengartikulasikan secara lebih penuh gagasan sebuah 'ekonomi


informasi' dan 'masyarakat informasi' adalah seorang Amerika muda, Marc
Porat, yang ketika itu bergabung dengan the Aspen Institute, yang menerbitkan
sebuah artikel, 'Global Implications of the Information Society', dalam bentuknya
yang pertama tahun 1977: artikel itu dipesan oleh the United States Information
Agency. Ungkapan itu telah menjadi bahasa di tahun 1960-an. 'Arus' ketika
itu telah menjadi kata-benda—dan juga kata kerja—yang disenangi. Demikian
pula ketika itu, kata 'informasi' telah digabungkan ke dalam istilah 'teknologi
informasi' (IT), yang pertama kali digunakan dalam kalangan manajemen, dan
matematika 'teori informasi'.
Sebagaimana telah dikemukakan, kata-keija Abad Pertengahan 'enforme,
informe', yang dipinjam dari bahasa Prancis, berarti 'memberikan rupa atau
bentuk kepada', dan istilah baru 'masyarakat informasi' memberi rupa atau bentuk
kepada sejumlah aspek komunikasi yang sebegitu jauh lebih berhubungan secara
longgar—pengetahuan, berita, kesusasteraan, hiburan—yang semuanya itu
dipertukarkan melalui media yang berbeda-beda dan melalui bahan media yang
bermacam-ragam—kertas, tinta, kanvas, cat, seluloid, sinema, radio, televisi
dan komputer. Mulai dari tahun 1960-an dan seterusnya, semua pesan, baik
yang umum maupun yang bersifat pribadi, baik yang verbal maupun visual, mulai
dianggap sebagai 'data', yaitu informasi yang dapat dipindahkan, dikumpulkan
dan dicatat, terlepas dari asal-usulnya, secara lebih efektif melalui teknologi
elektronik.
319
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Sekali lagi, pada akhir abad ke-20, sama halnya dengan yang terjadi pada
abad ke-16, bahasa Prancislah yang menjadi kendaraan konsep-konsep yang
diperluas hingga mencapai perubahannya melalui kata 'informatique' dan
'informatisation' yang mempengaruhi tidak hanya cara berpikir dan merasa
tentang komunikasi tetapi juga prosedur dan putusan para pengusaha serta
kebijakan pemerintah. Ada hubungan yang jelas dalam bahasa Prancis antara
istilah-istilah ini dan komputerisasi. Memang, sebuah teks Prancis oleh Simon
Nora, Inspektur-Jenderal Keuangan, dan Alain Mine, yang menyanjung
masyarakat informasi sebagai peradaban yang paling tinggi, punya implikasi
kebijakan yang langsung bagi pemerintahan Prancis, dan dinamakan dalam
teijemahan Inggrisnya (1980) The Computerization of Society. Ia telah ditulis
oleh Nora sebagai sebuah laporan untuk Presiden Prancis, Giscard d'Estaing,
dengan judul L 'Informatisation de la Societe.
Akan tetapi terdapat pula kekuatan-kekuatan lain yang berada di belakang
perubahan-perubahan bahasa. Dalam ilmu biologi, ditemukannya DNA
(deoxyribonucleic acid) - penemuan utama dalam tahun 1960-an - sebagai
pembawa informasi genetika memberikan suatu dorongan bam kepada apa yang
dinamakan sebuah 'paradigma informasi'. Informasi dianggap prinsip yang
mengatur hidup itu sendiri. Kode genetika adalah kode yang sesungguhnya,
dan transmisi sekarang menjadi cara yang paling disenangi untuk memperhatikan
segala bentuk informasi.
Kata 'paradigma' itu sendiri merupakan sebuah kata yang tidak biasa
yang dengan cepat sekali masuk ke dalam bahasa umum. Hal ini mengikuti
sukses luar biasa dari buku Amerika oleh Thomas S. Kuhn, The Structure of
Scientific Revolutions, yang terjual hampir 600.000 copy antara saat pertama
kali ia diterbitkan tahun 1964 hingga tahun 1984, yaitu tahun kehancuran
komunikasi yang dikemukakan novelis George Orwell. Dalam kenyataannya,
tahun 1984 adalah suatu tahun formatif, ketika pola komunikasi, yang secara
khusus menanggapi teknologi yang baru itu, terbukti amat berbeda dari apa
yang telah disketsakan Orwell lima-puluh tahun sebelumnya.
Sebuah arus yang berbeda, yang lebih pada perkembangan konsep sebuah
masyarakat informasi, terikat bukan dengan perkembangan teknologi biologi
atau informasi, akan tetapi dengan perkembangan ekonomi dan sosiologi (dengan
politik yang jarang sekali absen). Pakar sosiologi Amerika Daniel Bell yang
sadar akan karya temannya orang Amerika, yaitu pakar ekonomi Fritz Machlup,
ketika ia menerbitkan bukunya The Coming of Post Industrial Society, a
Venture in Social Forecasting (1974), di mana ia memusatkan perhatian pada

3 2 0
Informasi, Pendidikan, Hiburan

cara di mana sektor layanan dari ekonomi itu lebih penting daripada
menciptakannya. Ufuk pandangan Bell itu adalah baru, sebagaimana
terminologinya. Ia menggunakan awalan 'post', yang semakin lama semakin
menjadi mode, dalam judul bukunya, dan tidak lama kemudian kata-sifat 'post-
modem' menampakkan dirinya. Namun tidak ada hal baru dalam identifikasinya
tentang sebuah perubahan dari membuat menjadi layanan, sebuah perpindahan
yang telah menjadi biasa bagi pakar ekonomi pertanian Australia Colin Clark,
ketika ia menerbitkan buku yang mendapat perhatian orang Conditions of
Economic Progress (1940).
Analisis Bell tentang implikasi sosial dari perubahan struktural, yang sedikit
memberi perhatian pada kelanjutan di dalam kapitalisme, apapun juga
teknologinya yang dominan, adalah baru dan menantang, sama dengan kisahnya
tentang kerangka sosial tentang apa yang juga dinamakannya 'masyarakat
informasi'. Tidaklah mengherankan apabila analisisnya itu mendapat kritik dari
kaum Marxis seperti Schiller, yang menerbitkan dalam tahun 1981 buku Who
Knows: Information in the Age of the Fortune 500, yang memusatkan
perhatian pada promotor-promotor keuangan dari masyarakat baru itu. Dalam
pada itu, Machlup, yang pertama kali memperkenalkan teori 'knowledge
economy' dalam bukunya The Production and Distribution of Knowledge
(1962), terus memperbaharui data-datanya, sehingga memperlihatkan bahwa
dalam jangka waktu seabad jumlah pekerja yang terlibat dalam pertanian di
Amerika Serikat (kelompok rujukan yang utama, sebagaimana menurut Clark)
turun drastis dari 40 persen sampai menjadi kira-kira 4 persen dan bahwa proporsi
para pekerja informasi naik, seperti juga di Inggris.
Deskripsi 'para pekerja informasi' itu, kategori paling luas yang dijabarkan
dan analisis yang renggang, kedengarannya jauh lebih menarik dibandingkan
dengan 'para pekerja jasa'. Yang disebut pertama itu tampaknya menggambarkan
sebuah kelompok berbasis ilmu-pengetahuan yang menarik dan dinamis, bebas
dari ideologi, yang akan mengubah tidak hanya negeri mereka sendiri, tetapi
sebagaimana telah mulai dilakukan oleh kelompok Saint Simonian, juga dunia.
Peter Drucker, yang paling berhasil dan yang paling banyak menghasilkan tulisan
dari semua analis perubahan - ia tidak menyatakan dapat meramalkan masa-
depan - telah menarik perhatian pada keberadaan mereka pada tahun 1969
dalam bukunya The Age of Discontinuity, yang bagian pertamanya dicurahkan
untuk 'the knowledge technology'. 'Belajar dan mengajar akan jauh lebih
terpengaruh oleh informasi secara baru dibandingkan dengan bidang-bidang lain
dari kehidupan manusia.'

3 2 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Namun, bagi Drucker jalan yang cukup panjang harus ditempuh. Sebuah
perusahaan internasional yang besar siap mengapalkan 1.000 buah komputer
per bulan, namun tidak ada persamaan antara bidang komputer dengan bola
lampunya Edison. Suatu persamaan seperti itu hanya menyangkut 'peralatan
elektronika' ambillah contoh sebuah pesawat televisi, 'yang dapat dicantolkan
di mana saja terdapat aliran listrik dan memberikan akses langsung terhadap
segala informasi yang dibutuhkan informasi untuk pekerjaan sekolah mulai dari
sekolah dasar hingga universitas'. Demikian pula Drucker melihat dengan jelas
bahwa ia dapat masuk ke dalam banyak hal lain di dalam masyarakat di samping
informasi untuk penggunaan sekolah, tetapi ia tidak memiliki visi tentang akan
bagaimana 'sebuah pesawat televisi di masa depan' atau apa saja yang akan
dapat dilakukannya. Drucker masih dianggap di banyak tempat sebagai pewaris
pesawat radio dan gramofon, bukan sebagai bentara komputer.
Perkembangan dan dampak komputer akan dibicarakan dalam bab
berikut. Di sini adalah perlu kita berpaling kembali kepada tulisan-tulisan Porat,
dimulai dengan disertasinya yang hebat yang telah menggantikan kata
'knowledge' dengan 'information' dan dengan sebuah film yang ditayangkan
untuk mempopulerkan istilah itu serta apa yang berada di belakangnya. Dalam
kenyataan tidak ada perlunya lagi suatu kampanye publisitas. Konsep itu
digambarkan dan ditelusuri dalam sejumlah kaiya lain, termasuk sebuah buku
kecil, skematis dan sangat jelas tujuannya, The Information Society as Post-
Industrial Society (1980) oleh Yoneji Masuda, seorang ilmuwan Jepang, yang
bekerja di sebuah negara yang ketika itu menghasilkan jutaan microchips:
diterbitkan oleh the Tokyo Institute for the Information Society.
Bagi the Japanese Society, pekerjaan harus dibagi-bagi dalam 'electrinoc
cottages [gubuk-gubuk elektronika]', media harus 'demassified' dan kesadaran
manusia dipertinggi pada saat suatu arus pesan global dari 'masyarakat informasi'
ditingkatkan. Maka tidak mengherankan, dengan memperhatikan visi ini, bahwa
sebuah label baru - 'post-industrial society' - akan mengambil alih dan akan
tetap melekat padanya sampai diciptakan metafor-metafor baru. Masuda sendiri
menunjuk kepada lebih dari satu label dalam sebuah bagian ringkas yang
dinamakan 'Globalisation: the spirit of a New Renaissance' ia memusatkan
perhatian pada globalisme. 'Informasi tidak memiliki tapal-batas yang alami.
Pada saat ruang informasi global terbentuk, maka aktivitas komunikasi seluruh
dunia di kalangan para warga akan melintasi tapal-batas nasional.' 'Karena
berbeda dari ruang geografis yang biasa, maka "ruang informasi global" akan
merupakan ruang yang dihubungkan oleh jaringan informasi.'

322
Informasi, Pendidikan, Hiburan

Kesimpulan

Secara kronologis, setelah Bab 5 - dan di tempat-tempat yang tumpang-tindih


di dalamnya - maka bab ini memperlihatkan bahwa pada saat inovasi teknis
datang bergelombang dan dibantu oleh mobilisasi modal, maka label cenderung
dipasang pada masyarakat-masyarakat sesuai dengan apa yang tampak—karena
berbagai alasan—merupakan teknologi komunikasi mereka yang dominan, 'era
kereta-api', yang dijelaskan dalam Bab 4, adalah salah satu darinya. Era
'broadcasting' atau 'era televisi', dan 'era sinema', yang dijelaskan dalam bab
ini, saling bertumpang-tindih. Pers, yang merupakan 'kekuasaan keempat', yang
tidak memberikan namanya kepada suatu masa, memberikan publisitas kepada
label-label yang lain, bahkan juga merencanakannya. Dalam kasus Internet,
dalam bagian terakhir dari Bab 7 nanti, kata 'era', yang kadang dipakai untuk
broadcasting, akan digunakan lebih sering lagi dibandingkan dengan kata-kata
'age [masa]'.
Di semua masa itu, tidak ada yang memikirkan untuk membayangkannya
sebagai masa keemasan - sekurang-kurangnya dalam kenangan - tidak ada
sebuah media pun yang melenyapkan media lain. Yang lama dan yang b am bisa
hidup berdampingan. Pers tetap punya pengaruh kuat di tahun 1960-an, dan
dengan cara yang sama bertambah penting setelah dekade itu. Televisi, yang
terkadang dijuluki sebagai 'kekuatan kelima' (lihat hlm. 235), tidak menggantikan
radio, yang dikesampingkan pada saat televisi masih muda sebagai 'radio uap'.
Kereta-api tetap merupakan sarana transportasi massal yang penting bahkan
ketika jumlah mobil bertambah dengan cepat. Surat masih tetap dikirim melalui
pos. Namun pada saat kemajuan teknologi meningkat pesat, maka teknologi
lama ditantang, dan terutama sekali, kerangka kelembagaannya harus dipikirkan
ulang.
Terdapat aspek yang melihat ke depan dan aspek yang melihat ke belakang
terhadap proses itu. Kepentingan mulai tumbuh di tahun 1960-an dan 1970-an,
tidak hanya terhadap lokomotif uap, trem yang dipercanggih dan mobil-mobil
dengan model baru, tetapi juga dalam rentang rasa takut dan harapan dari generasi
yang terdahulu, ketika dengan menggunakan kata-kata Carolyn Marvin,
'teknologi yang lama adalah baru'. 'Retro' menjadi awalan yang digemari satu
dekade kemudian di Amerika Serikat. Sejak awal, kata 'generasi' digunakan
terhadap komputer sebagaimana juga terhadap orang. Dalam pada itu, dalam
setiap 'masa', masalah-masalah serupa dikemukakan mengenai hubungan
'kepemilikan media' dengan 'isi', hubungan 'isi' dengan 'struktur', serta hubungan

3 2 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 26. Pers mempertahankan kedigdayaan pengaruhnya: polisi dan para


fotografer dalam demonstrasi May Day, London 2001.

'struktur' dengan teknologi, terutama inovasi teknologi. Semuanya itu dikaitkan


dengan 'kontrol'. Keperluan akan informasi dalam setiap masa dihubungkan
dengan keperluan mengontrol masa sekarang dan masa-depan untuk alasan-
alasan pribadi, politik dan ekonomi.
Bab berikut dalam buku ini berhubungan dengan apa yang semenjak itu
telah dan selalu dianggap sebagai suatu terobosan utama dalam sejarah manusia.
Judulnya 'Konvergensi' adalah langsung berhubungan dengan teknologi, dengan
sejarah, walaupun ia harus diceritakan secara ringkas saja, mengenai komputer,
transistor, sirkuit terintegrasi, dan digitalisasi. Tetapi ia melibatkan jauh lebih
banyak dari sekedar teknologi saja, meski beberapa dari teknologi itu demikian
mempesona - atau bahkan mengintimidasi. Dengan proses inovasi yang terus-
menerus, menciptakan masa depan tampaknya merupakan tantangan, sama
seperti ketika Erasmus Darwin (lihat hlm. 132) menuliskan sajak-sajaknya
sebelum akhir abad ke-I 8.
Dua kata 'informasi' dan 'konvergensi', yang muncul secara bersamaan
pada tahun 1960-an, akan menjadi semakin erat dikaitkan di tahun 1970-an

324
Informasi, Pendidikan, Hiburan

dan 1980-an. Dalam pada itu, persis sebagaimana datangnya televisi telah
mendorong para sejarawan media untuk menguji kembali implikasi ditemukannya
percetakan, demikian pula perkembangan teknologi-teknologi baru, yang
mencapai puncaknya pada Internet dan World Wide Web, menstimulasi pewaris-
pewaris mereka untuk mengkaji kembali implikasi dari urut-urutan penemuan-
penemuan abad ke-19 yang telah dicakup dalam bab-bab terdahulu. Dengan
demikian, pada tahun 1986, James Binenger menelusuri kembali dengan teliti
sampai pada abad ke-19 dan bahkan juga sebelumnya, asal-usul baik dari kontrol
teknis maupun kontrol kemasyarakatan, yang di antaranya ada yang sudah
tercakup di dalamnya, dengan umpan-balik melalui alat-alat mekanika dan
elektronika yang baru. 'Yang mengatur', sebuah alat mekanikal dalam mesin-
uap Watt, merupakan sebuah contoh terdahulu sebelum majunya listrik yang
melipat-gandakan baik jumlah alat-alatnya maupun kesempatan yang diberikan.
Dan pada tahun 1998, Tom Standage, dengan Internet ketika itu berada di
pusat gambar, telah menulis sebuah buku mengenai telegraf dan 'para perintis
online' dengan judul The Victorian Internet.

Pengguna Internet modern [demikian katanya] dalam banyak hal merupakan


pewaris dari tradisi telegraf, yang berarti bahwa sekarang ini kita berada
dalam posisi unik untuk memahami telegraf itu. Sebaliknya telegraf dapat
memberi kita sebuah perspektif yang sangat menarik tentang tantangan,
kesempatan dan bahaya Internet.

Ia mungkin sekali telah mencatat bagaimana citra network dan web itu telah
digunakan di luar lingkaran teknologis dalam abad ke-19.
Bahkan sebelum itu, sebuah studi yang menarik tahun 1974 tentang novelis
Thomas Hardy yang dilakukan Ian Gregor telah dinamakan The Great Web;
dan dalam novelnya The Woodlanders (yang akan difilmkan di abad ke-20),
Hardy telah mengamati bahwa 'alur-alur yang kesepian' dari watak-wataknya
'sama sekali tidak membentuk rekayasa yang terpisah, akan tetapi merupakan
bagian dari jaringan besar tindakan-tindakan manusia yang ketika itu ditenunkan
dalam kedua belahan bumi mulai dari White Sea sampai ke Tanjung Harapan'.

sooa

3 2 5
invergensi adalah sebuah kata yang berguna, meski terlalu banyak
liberi tugas, yang dengan bebas dipakai oleh Pool sebelum menjadi
ering digunakan. Sejak 1990-an kata tersebut paling umum dipakai
dalam perkembangan teknologi digital, integrasi teks, angka, bayangan dan suara,
unsur yang berbeda-beda dalam media, yang umumnya ditelaah secara terpisah
dalam bab-bab terdahulu. Akan tetapi pada tahun 1970, kata itu digunakan
dengan merujuk pada banyak hal lain, terutama apa yang dinamakan Alan Stone
'sebuah perkawinan yang dilangsungkan di surga' antara komputer, juga pasangan
dalam perkawinan-perkawinan yang lain, dan telekomunikasi. Kata cangkokan
yang kurang tepat 'compunications' merupakan deskripsi yang lebih dahulu
muncul.
Kata 'konvergensi' selanjutnya digunakan baik untuk organisasi maupun
untuk proses, terutama sekali bersatunya industri media dan telekomunikasi.
Penggunaan yang berbeda dan lebih luas juga terlihat dalam hubungannya dengan
masyarakat dan budaya, termasuk masyarakat dan budaya Inggris di tahun 1930-
an: D. L. LeMahieu, menyelidiki konsep sebuah budaya bersama dan batas-
batasnya dalam bukunya A Culture for Democracy (1988), di dalam salah
satu bab yang berjudul' Sight and Sound: Studies in Convergence'. Jeremy Black
memilih 'Konvergensi' sebagai bagian dari judul bukunya tentang Inggris dan
Eropa, Convergence or Divergence, Britain and the Continent (1994), sedang
Boorstin dalam bukunya yang menarik, namun sekarang telah kadaluwarsa, The
Republic of Technology (1978), memgunakannya dalam pengertiannya yang
paling umum - 'kecenderungan segala sesuatu untuk lebih menjadi seperti yang
lain', dengan menambahkan, pertama, bahwa 'teknologi mencairkan dan melebur
ideologi' dan, kedua, yang lebih memberi penjelasan lagi, bahwa 'pada saat

3 2 6
Konvergensi

komunikasi dahulu merupakan pengganti yang lebih rendah kualitasnya bagi


transportasi, maka sekarang ia telah menjadi alternatif yang disukai'.
Boorstin mungkin telah memiliki transportasi kereta-api pada umumnya
dalam pemikirannya. Sebaliknya, pada saat mobilitas masyarakat makin tinggi,
istilah transportasi yang akan menembus masuk ke dalam retorika konvergensi
pada tahun 1990-an adalah 'highway' (jalan tol-bebas hambatan). Masyarakat
dan budaya yang berbeda-beda yang memulai perjalanannya secara terpisah,
sekarang dikatakan berjalan bersama di atas 'jalan raya informasi bebas
hambatan' yang sama. Bahkan sejak tahun 1972, seorang wartawan lepas Ralph
Lee Smith memandang penemuan-penemuan seperti televisi kabel (lihat hlm.
362) sebagai cara untuk memberikan sebuah 'jalan raya komunikasi elektronika'
bagi 'sebuah bangsa yang dikabelkan' melaluinya segala jenis layanan dapat
diberikan untuk rumah, kantor dan pabrik.
Di tahun 1960-an, perkembangan teknologi untuk memberikan layanan
seperti itu masih berada dalam tahap percobaan laboratorium, dan di tahun 1980-
an, suatu dekade yang kritis, ketika rentangan mereka yang mungkin mulai dihargai
orang, masih belum ada kepastian mengenai teknologi mana yang akan berhasil.
Tanpanya mungkin, namun tidak pasti, bahwa teknologi digital akan tetap
bertahan dalam kebanyakan cabang komunikasi, jika bukan dalam seluruhnya.
Istilah'superhighway' atau jenis yang serupa dengannya, seperti'data highway'
atau apa yang dinamakan majalah Wired, yang menjadi majalah laris, 'Infobhan'
(Februari 1994), benar-benar diluncurkan pada tahun 1993, setelah Presiden
dan Wakil Presiden Amerika yang baru terpilih, Clinton dan Gore, memperkenal-
kannya ke dalam dunia politik, namun penggunaan istilah itu cepat sekali mencapai
puncak dan kurang sering dipergunakan di dalam pers di masa akhir tahun 1990-
an dibanding ketika paruh pertama dekade itu.
Hal ini terjadi bukan karena, dengan pertumbuhan Internet, sebuah kata
yang lebih tua,'network', bersama dengan kata 'web' yang lebih tua lagi, mulai
mengambil tempat, tetapi juga karena hancurnya kombinasi telekomunikasi
strategis, terutama sekali karena merjer antara Bell Atlantic dan Telecommu-
nications Inc., bubar, sebuah peristiwa yang telah disiarkan di dalam pers dalam
setiap tahap sejarahnya. Merjer yang tidak berhasil dapat mempunyai akibat
yang serius, sama halnya dengan merjer yang berhasil. Dan tentu saja demikian
pula dengan hancurnya monopoli Amerika di bawah UU anti-Trust. Ketua FCC
pertama yang diangkat Clinton, yaitu Reed Hundt, harus menghadapi akibat
kegagalan merjer the Bell Atlantic dan Telecommunications Inc., untuk itu
beberapa kritikus telah mempersalahkannya. Ia menulis sebuah kisah berbentuk

327
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

otobiografi yang bernilai tentang politik komunikasi masa itu yang menempatkan
teknologi pada tempatnya. Terdapat banyak pemain, dan Hundt menulis, benar-
benar 'secara teatrikal', tentang sebuah situasi yang selalu berubah:

Pada saat revolusi digital dan data itu menggelembung seperti sebuah ombak
besar, yang menuju ke pantai regulasi yang berbatu-batu, pada saat komputer
telah menyatu dengan komunikasi, maka Komisi itu atau berubah, atau jika
tidak akan dikutuk, karena telah menolak jenis manusia dari aktualisasi
kebij akan-kebij akanny a.

'Semangat manusia' jarang sekali dikeluarkan dari retorika itu. 'Konvergensi


yang memanusiawikan' telah menjadi sebuah teks yang disenangi.
Ada sebuah hukum baru Amerika yang menggambarkan tekanan lobi
dan tujuan-tujuan politik yang disambut gembira dari politik komunikasi
Amerika di masa perubahan yang cepat ini, yaitu the Telecomunicatin Reform
Act [Undang-undang Reformasi Telekomunikasi] tahun 1996, yang disetujui
dalam bentuk yang dikompromikan, 'gridlock politik', setelah ancaman veto
presiden. Upaya-upaya sebelumnya untuk memutakhirkan Undang-undang
1934 yang selalu gagal, dan Undang-undang yang baru itu yang memiliki
tujuan ganda melalui deregulasi membuka persaingan selanjutnya dan
mendorong investasi baru, telah menambah ruwetnya segala regulasi tanpa
memperluas kompetisi.
Simbolisme adalah lebih aman, dan kejadian simbolis yang besar pada
tahun 1996 adalah Net Day California, tanggal 4 Maret, suatu 'hari kiasan',
ketika Clinton dan Gore bergandengan tangan, termasuk Ketua FCC, dalam
memasang kawat telepon yang menghubungkan kelas-kelas sekolah di California
dengan Internet. Presiden menjanjikan bahwa semua kelas di sekolah Amerika
akan dihubungkan dalam cara seperti itu dalam abad selanjurnya melalui NII
(the National Information Infrastructure). Ini adalah saat ketika Menteri
Pendidikan Clinton dapat menjelaskan Internet, yang dibicarakan dalam bagian
terakhir dari bab ini, sebagai 'papan-tulis masa depan'. Hiburan tidak pemah
disebut-sebut.
Kata 'konvergensi' tetap bertahan, namun digunakan pada teknologi digital,
suatu pokok masalah yang sukar, sekurang-kurangnya pada awalnya, untuk
diasimilasikan banyak orang. Kekuatan yang memampukan teknologi berbasis
komputer itu untuk mengemukakan dalam bentuk digital segala jenis informasi,
dan untuk memproses, menyiarkan, meringkas dan menyimpannya, cenderung

3 2 8
Konvergensi

untuk mengubah perhatian publik dari jenis informasi yang sedang disampaikan
- serta kandungannya - kepada kemampuan komputerisasi untuk
mengemukakan semuanya itu secara digital dalam Os dan ls, sebuah proses
yang digambarkan oleh Nicholas Negroponte di Massachusetts Institute of
Technology sebagai'bit radiation '. Kandungannya tidak lagi menentukan cara
transmisinya. Negroponte adalah seorang futurolog yang percaya-diri, yang
telah ikut meluncurkan Wired dan menulis artikel dalam penerbitan perdana.
Kata 'bit' yang pendek itu 'dirangkai' dari kata-kata yang lebih panjang
'binaiy' dan 'digit' oleh John Stukey, seorang pakar statistik di Princeton, tahun
1946, dan rujukan pertama terhadap tekonologi digital dapat ditemukan dalam
majalah teknik pada tahun 1950-an. Kata 'matematika' diperkenalkan oleh
George Boole (1815-1864) di Inggris yang Victorian dan oleh W. Weaver dan
C. Shannon di Amerika setelah Perang Dunia II. Tetapi di tahun 1980-anlah
rujukan terhadap 'konvergensi' menjadi berlipat-ganda dalam pers seluruh
negara, dan dalam perdebatan yang menyertainya yang bersifat politis dan
pedagogis yang mengelilingi 'masyarakat informasi'. Masalah-masalah yang
dikemukakan - yang bersifat ekonomi, politik dan budaya - berkenaan dengan
orang-seorang, lembaga, termasuk lembaga media dan multi-media, keluarga
dan negara bangsa itu sendiri.
Kebanyakan daripadanya berpusat pada kontrol: apakah yang menjadi
dasar kekuasaan media, yang jelas sekali lebih menonjol ketimbang aspek
teknologinya, dan bagaimana caranya media mempengaruhi pemerintah?
Bagaimana hubungannya dengan pemerintahan otoriter? Apakah media
menjadikan pemerintah tidak bebas bergerak dalam negara demokratis? Lyndon
Johnson merasakan demikian ketika ia mencoba untuk melepaskan diri dari
silang-pendapat seputar perang Vietnam ke dalam politik dalam negeri di mana
terletak prioritasnya. Demikian pula dengan pewarisnya presiden Republikan
yang prioritasnya berbeda. Dalam kunjungannya yang bersejarah ke Cina tahun
1971, masalah opera John Adams, Presiden Richard Nixon, merasa tidak
terganggu karena isyarat Watergate, merasa iri karena kekuasaan Zhou Enlai
(1898-1976) untuk mengedit halaman pertama sebuah surat-kabar. Cara media
melakukan 'mediasi' dalam masalah nasional dan internasional dikemukakan
sama seringnya ketika itu dengan keadaan pada akhir tahun 1990-an. The
Whole World is Watching merupakan judul sebuah studi yang berpengaruh
dari Todd Gitlin tahun 1980, yang mempunyai sub-judul 'Mass Media in the
Making and Unmaking of the New Left'. Terdengar suara-suara yang saling
bertentangan. Samuel Huntington, yang tidak populer di antara mahasiwa radikal

329
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

tahun 1960-an, menganggap (setelah Watergate) bahwa apa yang dinamakannya


irama 'oposisi' dari pers ikut andil dalam destabilisasi pemerintahan
konstitusional. Ada tanda-tanda tentang 'suatu kemunduran dalam rasa hormat'
di kedua sisi Atlantik sebelum tahun 1980.
Muncul banyak pertanyaan berkenaan dengan media itu sendiri. Apakah
hubungan antara massa dan perubahan individual? Memang, dalam sebuah
masyarakat dan budaya yang mempergunakan dengan sebaik-baiknya 'pilihan'
dunia, apakah kata 'massa' itu sudah tidak berguna lagi, sebagaimana dikatakan
orang, tidak kurang daripadanya di Inggris, bahwa kata 'kelas' telah menjadi
kadaluwarsa? Apakah masyarakat telah menjadi terpecah-belah, kehilangan
kohesinya?
Pada saat digitalisasi segala bentuk isi media memungkinkan banyak hal
baru, namun ia tidak menghilangkan masalah-masalah lama berkenaan dengan
isi. Apakah saluran TV yang lebih banyak itu benar-benar menawarkan pilihan
yang lebih banyak? Apakah semua itu tidak memberikan lebih banyak hal yang
sama saja? Isi memang menentukan, dan tersebar-luasnya radio FM dan televisi
kabel membangkitkan isu-isu itu. Tetapi demografika yang berubah juga juga
berperan. Musik para remaja dan pra-remaja bukanlah opera, penerimaannya
dan penerimaan musik kamar dan musik orkestra telah diubah oleh stereo dan
hi-fi, selain musik rock, karena musik rock itu secara komersial diarahkan kepada
profil-profil demografis. Demikian pula Hollywood, membuat film-film yang
terutama menarik minat kaum muda dan orang-orang tua yang merasa muda.
Superman (1978) merintis jalan. Namun rasa gairah terhadap buku atau film
laris, dengan menggunakan 'efek khusus' yang semakin rumit, terbukti lebih
menguntungkan. Jaws dan Star Wars, arahan dua nama besar dalam sinema,
Steven Spielberg dan George Lucas, telah menghidupkan kembali massa publik
sinema.
Menghibur kurang mendapat perhatian ilmuwan dibandingkan dengan acara
pendidikan. Rencana-rencana dibuat untuk universitas tanpa dinding dan sekolah
tanpa guru. Memberikan informasi menjadi semakin problematis. Bagi banyak
pembuat keputusan, yang mengenal kepentingannya, masalah utamanya adalah
mendapatkan informasi, yaitu apa yang dinamakan W. H. Dutton 'tele-access'.
Mengapa dengan segala wacana tentang 'masyarakat informasi' banyak orang
tidak juga mendapat informasi dengan memadai? Tampaknya masih ada orang
yang kurang mendapat informasi dibandingkan dengan generasi-generasi
sebelumnya. 'Era sekarang ini adalah abad informasi,' demikian kata Ben Stein
tahun 1989, 'namun tak ada orang yang mengetahui tentang apapun.' Karena

3 3 0
Konvergensi

itu, apakah perhatian tidak sebaiknya diberikan pada bagaimana 'memberikan


informasi kepada masyarakat'? Bagaimana caranya teknologi membantu
menyelenggarakan ini melalui media sebagaimana dahulu kala atau sebagaimana
akan terjadi di masa depan? Tahun 1989, dua-ratus tahun setelah Revolusi
Prancis dan tahun hancurnya Uni Soviet - dengan perubahan-perubahan dalam
komunikasi memainkan peran dalam kehancurannya itu - maka kamera televisi
mempertunjukkan nasib Tembok Berlin itu kepada selumh dunia. Tiga tahun
kemudian, sebuah jaringan televisi bebas (NTV) diluncurkan di Moskow, dari
sebuah konglomerat media, milik seorang kaya baru, yaitu Vladimir Gusinsky.
Tahun 1989, the American Markle Foundation, yang peduli mengenai
media Amerika dibandingkan dengan apa yang sedang terjadi di tempat lain,
menyatakan dalam Annua/ Report-nya bahwa

konvergensi media telah mengubah komunikasi... Pada saat layanan baru


yang semakin luas dapat dicapai, maka semuanya itu telah mengubah cara
kita hidup dan bekerja, mengubah persepsi, keyakinan, dan lembaga-lembaga
kita. Penting sekali kita memahami semua dampak ini untuk mengembang-
kan sumber daya elektronika kita untuk kepentingan masyarakat.

Alinea ini, dengan beberapa pengetatan, tetap dipertahankan di sepanjang era


kepresidenan Lloyd Monisett terhadap foundation itu yang berakhir tahun 1995.
Namun kata 'knowledge', yang diwarisi dari era sebelumnya dalam
penelitian komunikasi, dan kemudian dijadikan lebih resmi lagi di Finlandia,
Kanada, juga di Inggris, telah dihilangkan oleh foundation itu, dan kata
'teknologi' dengan jelas menggantikan kata 'layanan'. Juga sama pentingnya,
kata terakhir diperbesar gaungnya sehingga berbunyi: 'Kita harus memahami
dampak-dampak ini agar dapat mengeksploitir sumber daya kita untuk
kepentingan berbagai sektor dalam masyarakat.'
Tidak ada kesatuan pendapat tentang bagaimana cara mengukur 'dampak-
dampak ini' atau untuk mengeksploitasinya baik secara nasional maupun global.
'Efek khusus' dalam sinema, meskipun mahal ongkosnya, namun jauh lebih
gampang untuk dieksploitasi. Rujukan kepada 'berbagai sektor dalam
masyarakat', kepada 'golongan minoritas' sebagaimana juga kepada 'orang
banyak', mengasumsikan bahwa ada suatu kebutuhan akan 'alat-alat kebijakan
komunikasi' yang diperlengkapi, setelah penelitian, untuk mengarahkan
pembangunan. Tentu saja ada orang-orang yang percaya akan kebebasan
bermain dari kekuatan-kekuatan pasar yang menolak asumsi ini, dan deregulasi

3 3 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

media maupun telekomunikasi, meskipun semuanya itu dikatakan saling berkaitan,


telah menjadi tema utama di tahun 1980-an. Demikian pula penciptaan alternatif
baik dari jaringan itu maupun siaran publik. Pada tahun 1994, kaum Republikan
Newt Gingrich ingin menghapuskan FCC, yang pada dirinya sendiri, seperti
Clinton dan Gore, mendesak keras untuk diadakannya deregulasi.
Semakin lama, dengan globalisasi lebih lanjut dari sistem komunikasi
maupun ekonomi, yang umumnya melalui kekuatan pasar, maka semakin jauh
pula timbul masalah di kalangan para pembuat kebijakan mengenai apakah suatu
kebijakan atau strategi komunikasi dapat atau harus bersifat global dan bukannya
nasional, sebuah pertanyaan yang telah dikemukakan dalam konteks yang
berbeda-beda dalam perdebatan-perdebatan UNESCO di tahun 1970-an (lihat
hlm. 313). Masalah ini makin mengemuka dengan berkembangnya elektronika
dan teknologi digital, yang semakin memperlebar jarak antarnegara dan
antarpribadi dan kelompok di masing-masing negara, namun ia mempunyai asal-
usulnya dalam ilmu ekonomi, bukan dalam teknologi komunikasi. Politik juga
harus diperhitungkan. Dalam kasus Kanada, pengelola broadcasting Kanada,
Paul Racine, berpendapat pada tahun 1994, bahwa 'kebijakan kita harus
mendorong perkembangan isi siaran Kanada yang dapat bersaing dengan apa
yang terbaik yang ditawarkan dunia, termasuk produk-produk yang bersifat
budaya, hiburan dan pendidikan'. Racine berbicara di Finlandia, sebuah negara
yang masih harus mengumumkan bahwa tujuannya adalah untuk menjadi
'masyarakat berpengetahuan yang terkemuka di dunia'. Tetangganya yang kuat,
yaitu Rusia, jauh tertinggal di belakang.
Setelah Perang Dingin dianggap selesai, maka Organisasi Perdagangan
Dunia (WTO), yang menjadi sebuah badan yang kontroversial pada tahun 1990-
an, mulai menampakkan diri dalam citra sekurang-kurangnya seperti the World
Wide Web, dan pada tahun 1997 enam-puluh sembilan negara setuju untuk
menganut suatu kebijakan komunikasi yang pro-persaingan. Gore meng-
umumkan tema itu di Buenos Aires dalam sebuah pidato pada the International
Telecommunications Union tahun 1994, di mana ia seperti pergi kembali ke
telegraf abad ke-19 - dan mengutip novelis Victoria, Nathaniel Hawthorne,
yang menggambarkan dunia sebagai sesuai yang telah dibungkus dalam sebuah
'saraf inteligensi raksasa'. Jaringan digital, demikian diramalkan Gore, akan
memenuhi visi Hawthorne.
Dalam tahun 1970-an, diskusi yang resmi tentang kebijakan komunikasi
nasional, termasuk telekomunikasi dan siaran radio (yang umumnya masih
diperlakukan secara terpisah dan masing-masing dengan budayanya sendiri),

332
Konvergensi

telah memusatkan perhatian tentang struktur dan tujuan lebih daripada tentang
teknologi. Patut dicatat bahwa Komite Annan tentang Masa-depan Siaran
Inggris, seperti putusan pengadilan yang berhubungan dengan siaran di Italia
dan Spanyol, hanya memiliki sedikit yang akan dikatakannya pada tahun
1977 tentang teknologi, sambil mengakui dalam bentuk yang amat umum
bahwa 'pada abad ke-21 nanti... berlipat-gandanya layanan hiburan dan
pendidikan harus dipasok oleh sejumlah besar cara'. Amerika Serikat
merintis jalan. Memang, Wilson Dizard, yang terlibat dalam pembuatan
kebijakan itu, pada tahun 1982 menerbitkan sebuah buku berjudul The
Coming Information Agey di mana ia mengambil dari karya Daniel Bell,
yang lebih banyak berbicara tentang teknologi tahun 1966 dibandingkan
dengan apa yang dilakukan Annan di halaman-halaman pertama bukunya
Television a World View. Ketika itu ia mengemukakan bahwa pada tahun
1975 - dan hal itu terjadi sebelum Komite Annan mengeluarkan laporannya
- televisi akan menjadi 'suatu bagian yang integral dari jaringan komunikasi
internasional yang dibangun di sekitar komputer dan satelit angkasa'. Mesin
akan membawa 'semua jenis data langsung ke semua bagian dunia untuk
memenuhi kebutuhan ledakan informasi yang baru itu'.

Cornucopia [Banjir Informasi], Pilihan dan Krisis

Pertama-tama 'ledakan' itu, yang pada pertama kali memberikan tantangan


khususnya terhadap televisi sebagai sebuah media massa, kurang begitu
berhubungan dengan konvergensi dibanding dengan kemajemukan
('konglomerasi yang rumit') teknologi komunikasi yang baru, yang dengan tiga
'C' menonjol ke depan dalam wacananya yang pertama - yaitu'cornucopia',
'choice' dan 'crisis'. Satu yang bukan C, yaitu 'interactivity', dengan cepat
mengiringi, yang akan dipergunakan lebih sering dibandingkan dengan sebuah
'C' kelima, yaitu 'creativity'. Interactivity adalah sebuah kata yang digunakan
sehubungan dengan alat-alat yang dipakai di museum dan di ruang kelas, dan
dengan televisi di dalam rumah-tangga dan kemungkinan-kemungkinan yang
diperluas dari 'electroshopping'. Bagi seorang ahli biografi di kalangan-dalam
'para-arsitek Web', Robert H. Reid, televisi interaktif itu adalah 'cara
Konvergensi Besar yang utama bahkan sejak awal tahun 1990-an. Ia akan
membawa video dengan skala penuh atas permintaan kepada jutaan orang' dan
infrastrukturnya akan 'terintegrasi dengan suatu sistem pemasaran dan transaksi
yang akan memegang katalog mega-bilyunan dollar industri itu'.

3 3 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Cornucopia atau keberlimpahan, yaitu kata yang biasanya digunakan bagi


produk dan sumber-daya, dipertentangkan dengan kelangkaan dalam
hubungannya dengan media dan juga dengan apa yang ditawarkannya. Apa
yang disebut oleh Anthony Smith sebgai 'the comfortable logic of scarcity [logika
kelangkaan yang menenteramkan]', dengan pergi ke belakang kepada permulaan
broadcasting (lihat hlm. 199), sekarang harus ditinggalkan. Sekarang teknologi
akan memungkinkan adanya pilihan individual yang lebih besar tentang apa yang
akan dilihat dan didengar - dan kapan melihat dan mendengarnya. Dalam pada
itu, golongan minoritas akan mendapatkan pengaruh ketika ia dikumpulkan dengan
cara lintas tapal-batas.
'Crisis' menunjuk baik kepada keuangan dan, lebih umum lagi, kepada
wewenang; dan ia merupakan salah satu dari lembaga tertua yang dengan
sepenuhnya berbakti kepada layanan universal, yaitu Kantor Pos, yang
menghadapi masalah keuangan paling sukar dalam menyesuaikan dirinya dengan
perubahan. Di Amerika Serikat, sebuah Komisi Presidensial melaporkan dalam
tahun 1970 bahwa:

Kantor Pos Amerika Serikat menghadapi sebuah krisis. Setiap tahunnya


ia tertinggal di belakang ekonomi yang lain dalam hal layanan, dalam efisiensi
dan dalam memikul tanggung-jawab sebagai employer. Setiap tahun Kantor
Pos beroperasi tapi dalam kerugian finansial yang besar sekali.

Setelah ada kompromi-kompromi di Kongres, maka didirikanlah sebuah layanan


pos yang baru, namun masalah keuangan tetap saja ada, dan alternatif-alternatif
elektronis - yang pada akhirnya mengambil bentuk e-mail - sedang
dipertimbangkan pada akhir tahun 1970-an. Sebuah artikel mengenai pokok
itu oleh Henry Geller dan Stuart Brotman mencakup komputer, jaringan digital,
satelit, televisi kabel, serat optik dan faksimili. Faks, yang mulanya pecahan
telegrafi, demikian kata mereka dengan benar sekali, mungkin merupakan
'jembatan ke semua sistem elektronika masa-depan yang menggunakan input
dan output digital'.
Dalam broadcasting, kerangka kelembagaan di dalamnya dihasilkan dan
didistribusikan program-program siaran, baik oleh badan-badan siaran publik,
yang harus menghadapi bentuk-bentuk persaingan yang baru, atau di Amerika
Serikat oleh jaringan televisi yang besar (yang keempat, Fox, muncul pada tahun
1992), berada di bawah pengawasan yang terus-menerus. TV Kabel, yang
diperlakukan sebagai pesaing, menjanjikan 'kesenangan, hiburan dalam jumlah

3 3 4
Konvergensi

yang banyak sekali berikut penggunaan-penggunaan lain yang penting dari tabung
sinar katoda itu', dan Henry Geller, yang berpengaruh di belakang layar dalam
membentuk sikap ke arah komunikasi di Washington, melihat prospek
'keberlimpahan' yang ditawarkannya sebagai sebuah insentif bagi deregulasi.
Persaingan, sekalipun bersifat Darwinian, akan berakhir pada sebuah era
komunikasi yang baru.
Skenario ini tampaknya menjanjikan bagi beberapa pengamat di Amerika
Serikat, termasuk Neil Hickey, seorang yang sering muncul di TV Guide.
Pemikiran tentang suatu Gotterdammerung bagi jaringan-jaringan menarik
baginya. 'Pastilah bahwa orang-orang yang sekarang ini berumur 20 tahun akan
lebih menikmati sebuah lingkungan komunikasi yang jauh lebih sehat dan lebih
beragam dibandingkan dengan apa yang pernah kita kenal dewasa ini
Sekurang-kurangnya publik dalam segala keragamannya akan disapa sebagai
potensi dan kehormatan dan bukannya sebagai suatu kelompok domba bodoh
yang terlalu besar jumlahnya yang akan diberikan kepada penawar tertinggi.'
Dua-puluh tahun kemudian, dengan retrospeksi, sekurang-kurangnya ada seorang
sejarawan media, yaitu Brian Winston, yang memberikan suatu putusan
sebaliknya. 'Saluran kabel dapat dikatakan gagal total dalam mengubah gaya
yang telah mapan dan bentuk siaran televisi dalam suatu cara yang penting,
jangankan memberikan nilai tambah baginya.'
Namun rasa optimisme itu tidak hanya terbatas pada Amerika Serikat
saja, karena bagi majalah Economist London, pada tahun 1982 menggambarkan
sebuah putusan Kabinet untuk mengkabelkan Inggris dengan serat-serat optik
sebagai menyajikan 'sama banyaknya potensi bagi Inggris pada saat ia bergerak
ke abad berikutnya sebagaimana saat membentangkan jaringan rel kereta-api
di abad lalu'. Ketika itu, pemerintahan Thatcher yang pertama sedang berkuasa
dan sama banyak komitmennya - atau hampir sama banyaknya - terhadap
persaingan seperti halnya Amerika Serikat di masa Reagan, dan pemikirannya
kuat dipengaruhi oleh laporan dari sebuah Panel Information Technology
Advisory (tidak ada di kalangan anggotanya yang memiliki pengalaman dalam
bidang siaran) tentang 'Cable Systems' yang diberikan kepadanya pada
penghujung tahun 1981 yang berpendapat tidak ada perlunya pendanaan publik
terhadap upaya kabel itu. Namun pemerintah, walaupun mungkin besar
komitmen mereka terhadap deregulasi - di antaranya ada yang setuju dengan
ogah-ogahan - menemukan bahwa sukar sekali untuk berada di luar skenario
itu. Dalam setiap diskusi tentang 'masa-depan', maka 'infra-struktur' merupakan
sebuah kata-kunci yang lain dalam kosa-kata itu, sebagaimana 'warisan' yang

3 3 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

segera akan menjadi seperti itu pula; dan di Inggris, di mana transportasi telah
menjadi masalah yang hangat di Parlemen dan di media massa, maka banyak
dari infrastruktur domestik akan tetap bersifat Victorian, sebagaimana dengan
cepat sekali dikemukakan oleh pers. Terdapat ruang-lingkup bagi krisis yang
langsung sebagaimana juga untuk krisis di masa mendatang.
Pers sendiri sering dianggap berada dalam krisis - di kedua sisi Atlantik.
Dalam keadaan ini, pada akhirnya komputerlah yang datang memberikan
pertolongan, sebagaimana dikemukakan Anthony Smith pada tahun 1980 dalam
sebuah bukunya dengan judul menawan, Goodbye Gutenberg, namun hal ini
terjadi hanya setelah perlawanan dari percetakan dan para wartawan. Dan
dengan pengalamannya sendiri sebagai pegangan, baik dalam siaran maupun
dalam film, Smith kembali ke dalam sejarah Inggris seperti kebanyakan penulis
di pihak Atlantik yang ini. Saran-saran di Amerika Serikat agar pers berjalan
'sama seperti kereta-api' lebih banyak berpegang kepada 'logika' daripada
kepada sejarah. Pers tidak lagi menentukan sendiri jalannya di sana jika
dibandingkan dengan di Inggris, di mana kekuasaan pers tabloid justru
bertambah. Demikian pula banyak lembaga siaran publik tidak menghilang di
bagian-bagian dunia yang lain. Namun, ia dipaksa untuk menegaskan kembali
(seringkah dengan fasih, meskipun pada permulaannya bersikap defensif) kasus
siaran layanan publik itu. Huruf-huruf awal PSB (Public Service Broadcasting)
tidak memadai.
Di Inggris adalah the British Film Institute, yang sekarang menjadi sebuah
pusat studi media massa, yang pada tahun 1993 menerbitkan 'sebagai bagian
utama dari pekerjaannya' sebuah serial buku-kecil BBC Charter Review, tiga
tahun sebelum the BBC's Royal Charter muncul untuk diperbaharui; dan penulis
salah satu daripadanya, Christopher Hood, mulai dengan penilaian bahwa
'sebagai sebuah lembaga BBC sekarang ini bagaikan sepotong periode seperti
halnya seperangkat kristal atau katup radio'. 'Sebuah korporasi siaran
"kepercayaan publik'", demikian ia berpendapat, 'bukanlah pertama-tama harus
melakukan pengawasan terhadap mereka yang menduduki jabatan tinggi di
pemerintahan.' Anthony Smith, pengarang bab pertama dari buku-kecil yang
lain, AU Our Futures, mengambil sikap berbeda. 'BBC tiba-tiba saja
menemukan bahwa lingkungannya telah menjadi tidak biasa lagi. Program televisi
telah menjadi komoditas sedangkan layanan publik telah menjadi anomali pada
saat itu. Akan tetapi apakah ini merupakan suatu kemestian?' Smith percaya
bahwa memang demikianlah keadaannya, sebagaimana kata Andrew Graham,

3 3 6
Konvergensi

dalam sebuah buku-kecil yang ditulis oleh banyak orang pada tahun 1999, Public
Purposes in Broadcasting.
Dalam sebuah dunia komunikasi global, televisi dan kabel bayaran dan
Internet, yang merupakan pasar pada dirinya sendiri, demikian Graham, tidak
akan dapat menghasilkan 'keuntungan yang penuh dari teknologi baru itu untuk
masyarakat secara keseluruhan'. Sebuah 'kekuatan positif' diperlukan untuk
bertindak sebagai 'penyeimbang terhadap pemusatan hak-milik secara pribadi';
'untuk memberikan liputan nasional sehingga dapat menandingi terfragmentasinya
audiens'; untuk memberikan sebuah 'center of excellence', yang membuat dan
sekaligus menyiarkan program-program; menjadi 'cukup besar untuk
mempengaruhi pasar sehingga dapat bertindak sebagai penjamin kualitas'; dan
'memperluas pilihan baik sekarang ini maupun untuk masa-depan dengan cara
memperluas pasar melalui mengejar tujuan-tujuan layanan publik'.
Persis titik-titik yang sama telah dibuat dalam tahun sebelumnya oleh
Presiden dari the Conseil Superieur de l'Audiovisuel di Prancis, yang telah
merencanakan pada tahun 1999 untuk memanggil - melalui UNESCO - 'semua
pemain dalam regulasi audiovisual'. Baginya - dan dalam hal ini dia dibantu
oleh Presiden RAI Italia - seberapapun banyaknya kemajuan teknologi dalam
televisi (atau radio) digital terresterial dan bagaimanapun banyaknya deregulasi
dicapai dalam telekomunikasi, 'regulasi horizontal' tetap diperlukan: kandungan
isi dan pembawanya harus diperlakukan secara terpisah. Sambil menegaskan
kembali apa yang merupakan pendekatan Prancis tradisional terhadap
perkembangan media massa, namun ia tahu bahwa ia mendapat dukungan yang
cukup besar terhadap pandangan-pandangannya di Afrika dan Asia, jika bukan
di Amerika Latin.
Cara Amerika adalah berbeda sebagaimana biasa; dinyatakan dalam
pelelangan spektrum pertama di dunia oleh the FCC dalam bulan Juli 1944
pada saat suatu bagian yang kecil sekali dari spektrum elektromagnetik itu untuk
telepon nirkabel telah merealisasikan lebih dari semilyar dolar. Inggris juga
menempuh jalannya sendiri, dengan argumentasi yang lebih banyak daripada
sebelumnya tentang dimensi-dimensi konvergensi yang bersifat sosial dan budaya.
The BBC telah memperoleh sebuah Piagam baru tahun 1996, yang menjadi
tujuan utama dari Ketuanya, Pengurusnya dan Dirjennya, tetapi dengan banyak
penulisan yang baru dikemukakan secara terus-terang dan dengan banyak
teknologi baru yang harus diperhitungkan, maka hal itu tidak berarti bahwa segala
permasalahan telah selesai.

3 3 7
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Pada tahun yang sama, sebuah Undang-Undang Penyiaran yang baru


memberikan sebuah kerangka untuk pengelolaan proses digitalisasi itu, termasuk
penawaran tahun 1997 untuk mengoperasikan televisi teiresterial digital di Inggris.
BBC dengan antusias menerima tantangan teknologi digital itu, yang akan
diterapkan fase demi fase di tahun 1990-an dan mencakup radio juga televisi.
Saluran televisi digitalnya yang pertama, BBC Choice, diluncurkan pada awal
musim gugur 1998, yang ironisnya mempergunakan BskyB sebagai
pembawanya. Dalam sebuah demonstrasi yang terdahulu - dan banyak sekali
terdapat hal seperti ini, yang dikemukakan oleh banyak pemain yang saling
bersaing dalam digitalisasi - maka kata 'konvergensi' telah digunakan dalam
artikel-artikel yang diedarkan di dalam kalangan mereka yang hadir: 'demontrasi
itu menggambarkan beberapa aspek konvergensi'. Baik televisi maupun
komputer pribadi, badan-badan yang secara potensial bersaing bagi
perkembangannya, telah diperlihatkan, dan banyak pula rujukan kepada Internet.
Namun pemerintahan Blair menolak sebuah usul dari sebuah panel penasehat,
yang diketuai oleh seorang pakar ekonomi, yang telah ditunjuknya pada tahun
1999, untuk membebankan uang pembayaran lisensi terhadap para pemirsa
yang telah memperoleh decoder televisi digital yang baru demi membantu
membayar BBC untuk ongkos modal mengubahnya menjadi teknologi digital.
Malah sebaliknya, ia memberikan BBC sebuah pertambahan yang kecil dalam
biaya lisensi umum itu dan memerintahkannya untuk menutupi perbedaan biaya
dengan tabungan dan dengan menambah pendapatan komersialnya.
Adalah BskyB, sebuah provider internasional, yang telah memperkenalkan
layanan satelit digital 200-saluran yang pertama pada bulan September 1998.
Dalam pada itu, banyak negara Eropa - dan di antaranya, seperti Kanada, yang
berada di luar Eropa - mengadakan satuan tugas untuk menentukan tanggal-
tanggal digitalisasi di masa depan. Di Italia, pada saat seminar yang dijanjikan
bagi kalangan teibatas dari 'pemain digitalisasi' dari Prancis dan Italia yang telah
digelar dalam bulan November 1999, terdapat kecepatan yang kurang dalam
perencanaan nasional, dan di Italia tahun 2006 disebutkan sebagai tahun
peluncurannya. Diakui bahwa dunia digital itu baru, 'yang bukan hanya
tambahan' bagi yang lama, dan masalah-masalah digital yang pelik serta 'dilema-
dilema' telah diudarakan, termasuk penataan pemberian lisensi, peraturan
periklanan, dan terutama sekali, penentuan harga pesawat TV digital. Namun
demikian terdapat persetujuan bahwa DTT (digital terresterial television) adalah
sebuah 'perubahan yang membuka zaman baru yang menarik perhatian setiap
orang dalam pemerintahan [dan] di Parlemen dan tidak hanya industri siaran

3 3 8
Konvergensi

saja', dan bahwa, sebagaimana dikemukakan seorang pejabat Italia, DDT itu
adalah juga 'cara terbaik untuk menjaga identitas budaya Eropa kita'.
Dua-puluh tahun sebelumnya, ketika fokus perhatian seperti itu tidak
mungkin dilakukan, maka adalah pluralitas teknologi yang baru itu yang menonjol,
sebagaimana masih tetap demikian sekarang ini bagi kebanyakan pemakai dan
yang bukan-pemakai di tahun 2000. Teknologi itu telah tampil ke depan, namun
secara terpisah, dalam dua kumpulan artikel yang membuka wawasan, yang
pertama adalah New Perspectives in International Communications (1976),
yang diedit oleh Jim Richstad, dan diterbitkan oleh the East-West Communication
Institute di Honolulu ke mana Teherenian akan pindah (melalui UNESCO) setelah
terjadinya revolusi di Iran, dan yang kedua, Communications for Tomorrow
(1979), yang diterbitkan dengan sponsor Aspen dan diedit oleh Glen O.
Robinson. Ini hanyalah dua kumpulan dari sejumlah besar tulisan yang
bertemakan media, banyak yang terbaik daripadanya dapat ditemukan dalam
tulisan yang menarik dewasa ini dalam Intermedia yang telah menerbitkan sebuah
serial survei khusus, yang mencakup sejumlah negara, tentang pokok masalah
seperti televisi berkecepatan tinggi, spektrum frekuensi dan teletext. Ia banyak
sekali memberikan informasi tentang 'dunia Arab'.
Seorang kontributor yang menonjol sekali di kalangan penulis yang
dikumpulkan Richstad - yaitu Wilbur Schramm (1907-1987), yang menulis
tentang 'Cross Cultural Communication: Suggestions for the Building of Bridges',
persis sama pentingnya dalam sejarah komunikasi dengan jalan bebas-hambatan.
Schramm pernah menjadi penulis pidato Roosevelt, pemusik konser dan pemain
liga baseball kecil sebelum berpaling ke bidang komunikasi. Pada tahun 1961
ia menerbitkan sebuah studi bersama, Television in the Lives of Our Children,
dan tiga tahun kemudian, Mass Media and National Development. Lewat
pengalamannya sendiri, termasuk untuk beberapa waktu lamanya mengajar di
Chinese University of Hong Kong, Schramm mengenal lebih dekat dunia
broadcasting di timur sebagaimana juga di barat, dan apa saja yang ketika itu
diidentifikasikan sebagai 'utara' dan 'selatan': ia juga menulis sebuah bab tentang
teori pers Komunis dalam sebuah buku yang terbit tahun 1956.
Buku Robinson, Communications for Tomorrow, dengan Porat sebagai
kontributor pertamanya, menekankan kemajemukan berbagai teknologi
ketimbang konvergensinya. Sebagaimana dikemukakan Robinson sendiri, 'inti
masalah kebijakan komunikasi adalah sebuah skema kontrol sosial dari struktur
dan kinerja industri komunikasi: pembawa yang umum, yang khusus, jaringan
pertambahan nilai, fasilitas dan jasa satelit, perlengkapan telekomunikasi, siaran

339
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

televisi dan radio, TV kabel, TV bayaran, citizens band mobile radio dan lain-
lain sebagainya.' Ungkapan 'dan lain' di situ penting sekali. Broadcasting sedang
menuju pada sebuah konteks teknis yang baru, sebelum digitalisasi itu menjadi
sebuah kata-kunci. Yang jadi taruhannya sangat tinggi, demikian Robinson. Pada
tahun 1977, pendapatan kotor AT&T melebihi GNP dari 118 dari 145 negara
anggota PBB.
Sebagaimana biasa, ekonomi pembangunan selalu menyangkut upaya untuk
pertama-tama mendapatkan sebuah paten, sebagaimana dengan penemuan sirkuit
terintegrasi (lihat hlm. 344-345), dan segala pertarungan dan kesepakatan paten
yang menyusul kemudian. Untuk mengamankan investasi awal dan investasi
berikutnya banyak pertanyaan muncul sebagaimana teknologi itu sendiri.
Risikonya sangat tinggi dan lebih banyak kebangkrutan ketimbang sukses.
Pembubaran yang terbesar, yaitu pemisahan AT&T tanggal 1 Januari 1984
mengiringi kasus anti-Trust yang terbesar dalam sejarah. Bagi sejarawan media
itu sama pentingnya dengan kasus Microsoft yang akan terjadi 20 tahun kemudian.
Akan tetapi ketika itu, skenarionya telah berubah sama sekali, begitu pula para
aktor dalam permainan komunikasi, yang sebagian dari mereka itu berada di
atas pentas dengan izin Wall Street hanya untuk sebentar saja.
Pemandangan dunia komunikasi itu berubah - yang ketika itu tampak
dramatis sekali - dalam satu malam saja, yaitu malam terakhir di bulan Desember
1983. Sebelum pembubarannya, AT&T, yang selama bertahun-tahun terpaksa
keluar dari penawaran di pasar-pasar yang lain karena undang-undang atau
kebijakan, telah mendominasi empat pasar utama dalam telepon, termasuk pasar
untuk membuat pembahan komputerisasi, sebuah pasar jembatan, yang langsung
menghubungkan media siaran dan badan-badan telekomunikasi, namun ia telah
lama berada di bawah pengamatan yang penuh curiga baik dari FCC maupun
dari the Anti-Trust Division. Ia juga telah dipaksa untuk menghadapi sejumlah
besar tuntutan anti-Trust swasta, dan arus komentar media yang campur-aduk,
seperti komentar Businessweek bulan November 1974 - 'proses yang mengatur
itu tidak lagi mampu untuk menahan kekuatan AT&T'.
Itu adalah bulan ketika kasus hukum United States v. AT&T (dengan
AT&T, Western Electric dan Bell Labs sebagai tergugat), yang akan berlarut-
larut selama bertahun-tahun, ketika diajukan di pengadilan distrik federal
Columbia. Perkara itu diselesaikan di luar pengadilan dalam bulan Agustus 1982
melalui suatu perlucutan sukarela persis sebelum pada akhirnya saatnya tiba
untuk diakhiri. Dengan penyelesaian itu, the 'Bell system', yang telah bergulir
lebih dari seabad lamanya, telah dipecahkan (lihat hlm. 178). Ketua AT&T

3 4 0
Konvergensi

menjelaskan reorganisasi itu sebagai 'pekerjaan restrukturisasi yang paling rumit


dalam dunia bisnis'.
Sebuah studi rinci tentang kasus itu oleh Alan Stone mengemukakan
bahwa 'sedikit sekali, jika pun ada [sebelum pertengahan tahun 1970-an],
melihat cara-cara luar biasa di mana berbagai teknologi itu segera
berkonvergensi'. Adalah kemajemukannya yang menonjol ketika itu,
sebagaimana yang telah dilakukan Robinson, dan karena kemajemukan itulah
suatu perasaan bahwa sejumlah opsi yang berbeda harus dipertimbangkan
tidak hanya oleh berbagai pemain dalam bidang komunikasi - yang sejumlah
kecil dari mereka merupakan pemain baru - tetapi juga oleh ribuan pemakai
yang sering menemukan bahwa pilihan-pilihan itu membingungkan. Akan
tetapi semuanya itu tersedia bagi mereka, sebuah rentangan yang luas
majalah-majalah yang terkadang sangat khusus - dan jumlahnya selalu
bertambah - dan beberapa dari mereka menjadi pemain pula. John Howkins,
yang ketika itu editor dari Intermedia mengemukakan pada tahun 1979,
'setiap beberapa hari muncul sebuah penerbitan baru, atau yang lama
diluncurkan ulang, untuk memberikan laporan tentang bisnis komunikasi yang
selalu berkembang itu'. Dalam pada itu, halaman-halaman bisnis di surat-
kabar semakin gencar dikerahkan untuk mengomentarinya. Semuanya itu
hampir berubah secara total dalam wataknya di seluruh negara pada saat
teknologi baru diluncurkan dan pilihan bisnis menjadi bertambah banyak.
Halaman-halaman suplemen komunikasi menjadi hal biasa, dan bersama
dengannya menjadi biasa pula bahasa yang digunakan. Bahkan dalam sebuah
halaman suplemen koran olahraga di Italia, Anda dapat membaca 'A/
Futurshow di Bologna I gol si Fanno sul computer'.
Ada orang yang karena alasan pekerjaan merasa perlu untuk mengikuti
dengan hati-hati sekali kejadian-kejadian di tingkat yang kurang didominasi oleh
media. Demikianlah, pada tahun 1985, John Black, menyelidiki apa yang teijadi
tidak dari pengadilan hukum dan juga bukan dari sebuah laboratorium, tetapi
dari salah satu pusat komunikasi yang paling tua, perpustakaan, yaitu
perpustakaan Universitas Guelf di Kanada, dengan jalan menyatukan teknologi-
teknologi baru yang ada di bawah sembilan judul: satelit; transmisi berdasarkan
laser (/asers, light amplification by simulated emissions of radiation, dengan
suatu sejarah yang panjang di belakangnya, pertama-tama diciptakan tahun
1960); serat optik; microwave digital terminal systems; local area network;
hubungan-hubungan broadband yang lain (CATV, community antenna
television, misalnya); penggunaan baru dari jaringan telepon; radio selular (yang

3 4 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

mulanya untuk suara saja, namun di masa depan untuk data-data dan banyak
lagi yang lain); serta bentuk-bentuk distribusi 'off-line' yang baru.
Black, pustakawan yang paling baik informasinya itu, yang menghadapi
teknologi-teknologi baru dan dalam kepeloporannya telah mengubah organisasi
gaya perpustakaan untuk menghadapi tantangan barunya, menggunakan kata
'overlap', bukan kata'konvergensi'. Sama halnya dengan semua komentator
yang lain, ia mengakui bahwa perkembangan microelectronics, terutama 'daya
kerja komputer yang bertambah dengan hebat sekali' hal itulah yang telah
memungkinkan terjadinya banyak pembahan.
Di London, laporan tahunan tentang penataan kembali National Electronics
Council menggambarkan tahun antara bulan Juli 1984 dan Juli 1985 sebagai 'di
antara yang paling aktif' dalam sejarah pendeknya selama 15 tahun. Ketika itu,
tekanan telah berpindah kepada 'mendorong mahasiswa untuk mengambil mata-
pelajaran di sekolah yang akan membawa kepada suatu karier dalam electronics
dan teknologi informasi'. Sebuah artikel yang menyertainya oleh Basil de Fenanti,
Ketua perusahaan komputer Fenanti, berjudul 'Electronics, Energy and Survival'.
Tahun 1950, Fenanti telah membuat dan menjual komputer-komputer pertama
yang dipasarkan di dunia, yaitu sepuluh buah Manchester Mark I. Ketika itu
sedikit sekali orang yang mengetahui di negara manapun juga tentang cara
komputer itu akan mempengaruhi media, strukturnya dan produksi programnya.

Komputer

Pada saat sejarah teknologi bukan merupakan untaian satu-satunya dalam sejarah
media pada paruh kedua abad ke-20, maka komputer harus dianggap sebagai
yang pertama dalam setiap analisis kesejarahan, karena begitu tidak lagi dianggap
hanya sebagai mesih hitung saja - dan hal itu baru terjadi pada permulaan tahun
1970-an - maka semuanya itu memungkinkan segala bentuk layanan, bukan
hanya layanan komunikasi saja, untuk mengambil bentuk-bentuk baru. Akan
tetapi, untuk melakukan hal itu, komputer harus menjadi lebih kecil dan lebih
murah harganya. Dan di sini, Amerika Serikatlah pelaksana tugas tersebut, bukan
Inggris atau Eropa.
Komputer digital elektronik pertama yang beroperasi telah diciptakan di
kedua sisi Lautan Atlantik untuk tujuan militer Perang Dunia II dan Perang Dingin.
Sebagaimana dalam sejarah sebelum-sebelumnya, yang menjadi pendorong
adalah perang dan bukan keuntungan finansial, meski keuntungan dapat juga
diperoleh. Colossus dan ENIAC adalah mesin-mesin raksasa, ada yang

342
Konvergensi

mengatakan monster, yang bergantung kepada ribuan katup yang tidak selalu
dapat diandalkan, yang di Amerika dinamakan vacuum tubes. Tahun 1950,
semuanya itu dengan tepat digambarkan oleh perintis komputer Inggris yang
cemerlang 'Alan Turing' sebagai 'mesin universal', yang akan membuat rancangan
mesin-mesin baru 'tidak diperlukan lagi untuk mengerjakan berbagai proses
komputerisasi', namun rancangannya telah berubah secara radikal setelah katup
itu digantikan oleh transistor. Dalam tahap pertama perkembangannya, transistor
itu bahkan kurang dapat diandalkan dibandingkan katup itu, namun dalam jangka
panjang semuanya itu memungkinkan suatu revolusi dalam skala yang menyeluruh.
Pembuatan transistor pertama tergantung pada kemajuan fisika semi-
konduktor yang mengiringi percobaan-percobaan di Bell Laboratories dan di
tempat-tempat lain. Tahun 1947, John Bardeen, Walter Brattain dan William
Shockley (yang menjadi para pemenang Hadiah Nobel tiga tahun kemudian)
menciptakan peralatan untuk mengamplifikasikan keadaan beku yang terbuat
dari germanium dan yang kelihatan seperti dua detektor kumis kucing (cat's
whisker detector). Bam pada tahun 1959 penjualan transistor itu (pelanggan
pertamanya adalah pembuat alat-bantu pendengaran) melebihi penjualan katup.
Nama 'transistor' yang masih asing itu, yang diberikan oleh orang-orang yang
menciptakannya, pada mulanya digunakan oleh publik bukan untuk menunjuk
pada alat itu sendiri, tetapi pada radio portabel kecil yang dijalankan dengan
baterai yang dimasukkan ke dalamnya, yang untuk pertama kali dipasarkan tujuh
tahun kemudian, dengan model pertamanya the American Regency TRI.
(Bardeen kaget sekali karena para pemakai utamanya adalah musik rock.)
Pemberian nama itu sendiri sudah menarik perhatian, apalagi di dalam
sejarah media yang dipenuhi akronim, atau dalam sejarah teknologi yang melatar-
belakanginya. Pilihan nama-nama yang imaginatif itu terkadang menang atas
penggambaran objek yang fungsional. Akan tetapi dalam kasus ini, ia tidak
begitu menarik dibanding perkembangan-perkembangan selanjutnya dalam
teknologi itu, untuk mana sejumlah pakar fisika dan insinyur komputer yang
berbeda-beda terlibat. Yang pertama dari mereka, Gordon Teal, menggantikan
germanium dengan silikon yang dengan cepat sekali dinamakan'chip'. Ia pindah
dari Bell Laboratories ke suatu tempat yang sangat berbeda, yaitu sebuah firma
'orang luar', Texas Instruments, yang semula adalah pemasok layanan minyak,
dan yang dalam bulan Oktober 1954 mulai menjual chip-chip silikon yang kecil
sekali, yang ukurannya seujung kuku. Setelah kemajuan-kemajuan teknologi
yang lain di the Fairchild Semi-Conductor Company, yang memperkenalkan
photolithography ke dalam proses produksi chip itu, maka miniaturisasi menjadi

3 4 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 27. Mesin Pemecah-sandi elektronik The Colossus di Bletchley Park,


Buckinghamshire, berjasa dalam membantu Inggris dan Sekutu memenangkan
Perang Dunia II.

lebih murah dan transistor menjadi semakin dapat diandalkan, namun sebagaimana
ketika transistor itu diciptakan, masih belum ada permintaan yang cukup besar
untuk mengilhami pergerakan bisnis.
Demikian pula keyakinan itu tidak langsung timbul setelah diketahui bahwa
seorang insinyur yang bekerja untuk Texas Instruments, Jack Kirby, mengajukan
suatu hak paten pada tahun 1959 bagi sirkuit terintegrasi itu, 'sebuah kumpulan
materi semikonduktor... di mana di dalamnya seluruh komponen sirkut listrik
itu diintegrasikan': ia telah menulis dalam buku hariannya di bulan Juli 1958
bahwa 'miniaturisasi maksimal dari banyak sirkut listrik dapat dicapai dengan
membuat resistor, kapasitor dan transistor dan dioda di atas sebuah irisan silikon
tunggal'. Sebuah hak-paten telah diberikan kepada Robert Noyce, salah satu
pendiri Fairchild, dan kemudian pendiri Intel, yang menulis salah satu artikel
yang sangat terkenal tentang pentingnya microelektronika, dengan menggunakan
kata 'revolusi' dalam sebuah penerbitan khusus majalah Scientific American
pada tahun 1977. Sebuah tulisan pertama yang panjang mengenai pokok itu

3 4 4
Konvergensi

telah muncul dalam majalah Fortune dua tahun sebelumnya. Majalah ini dan
majalah-majalah bisnis lainnya merupakan sumber yang baik bagi sejarawan,
meskipun ramalan-ramalan mereka harus dibaca dengan kritis.
Dengan timbulnya sirkuit terintegrasi itu, maka sebuah chip silikon yang
berukuran seperenam kali seperdelapan inci, yang berisikan 2.250 transistor
miniatur, sekarang tenaganya sama dengan ENIAC, yang memerlukan sebuah
ruangan sebesar kamar. Dengan in-built logic circuits, maka chip yang baru itu
memungkinkan perkembangan komputer untuk segala jenis tujuan. Unit-unit
pemrosesan sentralnya yang amat kecil itu akan menerima perintah dari ROMS
(read-only memories) yang ditulis secara khusus. Namun, penggunaannya yang
pertama sangat terbatas. Pada tahun 1963, hanyalah 10 persen dari sirkuit
yang dijual adalah sirkuit terintegrasi.
Gagasan sirkuit terintegrasi itu telah dibeli oleh seorang pakar fisika Inggris,
C W. A. Dummer, bahkan sejak tahun 1952, namun setelah ia dipatenkan pun,
reaksi industri komputer di sisi pasokan adalah 'ho hum' (kata-kata Noyce):
peralatan itu tidak langsung menarik bagi para spesialis yang telah mapan. Dan
pada saat mikroprosesor itu, yang selanjurnya akan digambarkan sebagai jantung
komputer, pada akhirnya diciptakan oleh oleh Marcian (Ted) Hoff tahun 1971,
maka ia pertama-tama digunakan, sebagaimana suatu penemuan mekanistis
Perancis abad ke-18, dalam sebuah jam yang dapat berbunyi seperti sebuah
piano. Namun, karena dibuat dan dipasarkan oleh Intel, maka telah dimungkinkan
tidak hanya suatu pertambahan yang besar sekali dalam tenaga komputer, tetapi
juga suatu desentralisasi dalam penggunaannya. Chip dari RAM (random-
access memory) Intel itu, yang diperkenalkan tahun 1970, besar sekali
peranannya dalam mengurangi ongkos memori, dan mulai saat itu hingga
selanjutnya akan terdapat 'generasi-generasi' komputer: orang Jepang sangat
bersemangat tentang konsep ini.
Noyce, yang pandai sekali dalam merangkai kata sepiawai kemampuannya
untuk menciptakan benda-benda, memperbandingkan mikroprosesor yang
sangat kecil itu dengan otomobil yang besar itu: maka komputer merupakan
'cara yang paling sederhana dari sini ke sana'. Ratusan ribu komponen dapat
dibawa dalam sebuah mikroprosesor, dan ketika kemampuannya diakui, maka
sebuah stimulus yang diberikan kepada digital mengenai teknologi analog dalam
semua media, yang dengan segera akan menjadi pemakai utamanya - percetakan,
film, rekaman, radio dan televisi dan segala bentuk telekomunikasi—sekarang
ini semakin dianggap sebagai bagian dari sebuah jaringan. Apa yang dinamakan
'kompresi digital', yang menghilangkan data, termasuk data-audio, dari sebuah

3 4 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

file untuk menghemat tempat, punya nilai khusus dalam hubungannya dengan
radio dan televisi.
Bahkan sejak tahun 1964, Gordon Moore, seorang pakar kimia yang
juga mitra pendiri dari Intel dan presidennya, telah memformulasikan apa yang
kemudian akan dinamakan Hukum Moore, yang sejak waktu itu lebih-kurang
dianggap benar, sehingga jumlah transistor yang dapat ditempatkan dalam sebuah
chip saja menjadi berlipat ganda dalam waktu 18 bulan. Moore, sama dengan
Shockley, Teal, Kilby, Hoff dan serombongan pakar fisika semikonduktor lainnya,
bekerja di apa yang baru-baru ini merupakan kebun buah-buahan di Silicon
Valley, California, sebuah kawasan yang sekarang menonjol di atas peta
komunikasi global yang dalam satu hal sama terkenalnya dengan Menara Eifel,
London's Broadcasting House and Television Centre, the Bell Laboratories,
atau—yang lebih dekat lagi tempatnya—Hollywood.
Adalah penting sekali dalam sejarah komunikasi bahwa kompiter
merupakan bisnis baru - lebih inovatif, terstruktur dalam bentuk yang informal,
lebih bersifat 'bottom-up', dan tidak begitu bersifat hierarkis dibanding bisnis-
bisnis lain yang ada-yang menunjukkan jalan ke depan perkembangan komputer
yang secara keuangan amat berisiko, yang lebih lamban dalam sisi permintaannya
dibandingkan dengan sisi pasokannya. Dalam tahap pertama dari sejarah
komputer itu, IBM [the International Business Machines Company] meraih
keuntungan bisnis yang besar sekali. Hasil dari sebuah merger tahun 1924,
yang mencakup pewaris dari Tabulating Machine Company yang melobangi
kartu secara digital yang didirikan oleh Herman Hollerith tahun 1896, maka ia
memiliki suatu budaya korporasi tersendiri yang beroperasi dengan baik sekali
dalam berhubungan dengan pemerintahan dan pelanggan yang besar-besar.
Namun, hasil-hasilnya termasuk ke dalam apa yang dinamakan Brian Winston
'periode incunabula [permulaan]' dalam sejarah komputer, yang telah berakhir
pada tahun 1952, dengan didemonstrasikannya komputer IBM 701 yang tidak
dirahasiakan, yang pertama kali dinamakan 'mesin hitung pertahanan', bersama
dengan Mark I Ferranti. Tahun 1961, IBM telah memasarkan tidak kurang dari
tujuh macam komputer yang berbeda, namun tidak ada daripadanya yang
menunjukkan ke arah depan apa yang memungkinkan mikroprosesor itu
berperan, yaitu komputer pribadi.
Ketika itu terdapat perbedaan mencolok antara sejarah komputer Amerika
dan Inggris, dengan peran Jepang yang semakin bertambah dalam skenario
internasional. Komputer pertama di dunia yang diciptakan dan dipasarkan pada
tahun 1950 adalah dari Inggris, namun meskipun pembuatnya, the Ferranty

3 4 6
Konvergensi

Company, terus menciptakan sebuah komputer Atlas besar yang menarik


perhatian, namun ia dan penerus korporate Inggrisnya, termasuk ICL (1980),
tidak punya jaminan yang diberikan oleh skala pasar Amerika untuk melanjutkan
perkembangannya. Demikian pula, ia tidak memiliki kesempatan untuk masuk
ke jajaran militer, angkatan laut dan angkatan udara Amerika yang besar itu.
Dalam pada itu, Jepang tidak hanya menjadi penghasil mikrochip, tetapi juga
menjadi pemain utama dalam seluruh permainan komunikasi itu. Sebuah survei
yang menarik tentang keterlibatan Jepang muncul dalam sebuah studi yang
komprehensif tentang mikroelektronik itu yang terbit pada tahun 198S oleh
lembaga Jepang NIRA (the Japanese National Institute for Research
Advancement).
Dengan menelusuri sejarah komunikasi Jepang setelah dihidupkannya
kembali kekaisaran pada tahun 1868 dan setelah berjalan selama enam tahap,
maka NIRA memulai kisahnya di fase yang keempat (1955 sampai 1964) dengan
perkembangan ekonomi yang luar biasa setelah Perang Korea dan didirikannya
sebuah badan pemerintahan Science and Technology Agency tahun 1956.
Periode yang keenam, 'sepuluh tahun terakhir', menjadi saksi sebuah kemajuan
lebih lanjut, sehingga Jepang siap 'untuk menghadang prakarsa-prakarsa Amerika
Serikat'. Sekarang ini telah muncul lebih daripada sekedar suatu rasa kebanggaan
saja. Tape recorder dan VCTRs (lihat hlm. 371) dapat dikatakan 'telah menjadi
monopoli Jepang'.
'Masuknya orang Jepang ke dalam bidang penelitian komputer tidak dapat
dikatakan terlambat jika dilihat dengan ukuran dunia', demikian survei itu
melanjutkan, 'dan banyak sekali yang tergantung pada kerjasama penghasil
komputer Amerika, terutama sekali IBM.' Majunya transistor telah menyebabkan
diproduksinya pada tahun 1964 sebuah pesawat televisi transistor oleh Sony,
sebuah perusahaan baru: pemberian nama merek itu penting sekali di sini, dan
bagaimana cara mengeja nama perusahaan itu, yang menjadi terkenal di seluruh
dunia, telah diputuskan dengan inspirasi. Sony juga memperkenalkan Walkman,
sebuah stereo pribadi yang dapat dibawa-bawa, yang telah mengubah cara
mendengarkan musik rekaman pada umumnya. Ia merupakan sebuah alat yang
dapat dibawa-bawa, dan mobilitas pribadi itu (saat berjalan-jalan di trotoar
atau saat sedang menyetir mobil) akan mempengaruhi arah perkembangan
teknologi itu di masa depan, terutama sekali telpon genggam alias HP (lihat hlm.
373).
Sebuah artikel yang terbit di Amerika tahun 1977 beijudul 'Communication
for a Mobile Society' menunjuk kepada 'perjalanan panjang antara rumah

347
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

tempat-tinggal dan tempat kerja di kawasan metropolitan yang makin meluas


itu','perjalanan jauh yang menggunakan sistem jalan bebas hambatan yang
modern' dan 'ketergantungan yang besar sekali terhadap truk untuk
memindahkan barang'. Terdapat kira-kira 105 juta kendaraan mobil dengan
25 juta truk dan bis, yang sebagian besar darinya diperlengkapi dengan 'unit
standar penerima radio untuk layanan hiburan'. Artikel itu menunjuk pada 'sistem
seluler' yang meningkatkan kemampuan komunikasi mobile, sampai kepada
teknologi selular FM, dan penggunaan 'sistem suara dengan band digital'.
'Telepon mobile' ketika itu belum gencar dipromosikan - meskipun telah terdapat
100.000 buah yang dipakai - namun Radio Citizens Band telah terbukti demikian
populernya, sehingga hampir sejuta orang telah mengajukan permohonan kepada
FCC untuk mendapatkan lisensi CB pada bulan Januari 1977. Bagi penulis
artikel itu, Raymond Bowers, 'penggunaan CB yang semakin berkembang
memiliki implikasi yang jauh melampaui bidang layanan itu sendiri.'
Di dalam kalangan 'faktor-faktor sosial dan budaya yang mendukung
perkembangan teknologi' Jepang, demikian disimpulkan oleh survei Jepang itu,
terdapat 'sebuah masyarakat yang berdasarkan persamaan', 'teknologi khusus
dalam perusahaan yang berukuran kecil dan menengah', 'sebuah tradisi hormat
kepada hubungan kemanusiaan' dan yang tidak kurang pentingnya, 'rasa hormat
budaya terhadap teknologi', telah menjadi nyata pada akhir abad ke-19 ketika
pertama kali diperkenalkannya telpon (1890) dan telegraph (1893) - coba
perhatikan urut-urutannya - pada saat layanan pemerintah semakin berkembang
dan 'kemauan budaya untuk menganut gagasan-gagasan baru' telah menjadi
jelas. 'Keterampilan membuat benda kecil-kecil (miniaturization)' datang terakhir
sekali. Semua faktor ini beroperasi di dalam suatu konteks Pacifik yang lebih
menguntungkan apabila dibandingkan dengan konteks Eropa. Sebuah faktor
yang terakhir adalah perkembangan yang teijadi antara tahun 1965-1973 tentang
kemajuan besar dari industri otomobil Jepang, yang dengan cepat sekali meraih
skala global.
Maka menjadi jelaslah dari ringkasan pendek ini bahwa dari segi
pasokannya, sejarah evolusi komputer tidak dapat hanya dikatakan dengan bab
demi bab, langkah demi langkah, atau 'halaman' demi 'halaman' saja, dengan
penyederhanaan secara keterlaluan. Sama halnya dengan sejarah evolusi kereta-
api (lihat hlm. 148), maka evolusi komputer mencakup berbagai aspek —
rekayasa, memori, bahasa, circuitry logika, perangkat lunak—dan berbagai
peralatan baru seperti modem (modulator/demodulator), untuk mengirim data-
data komputer melalui kabel telepon, dan mousenya, sebuah peralatan input

3 4 8
Konvergensi

untuk mengendalikan tanda panah di layar komputer. Orang dan tempat yang
berbeda memainkan peranannya dalam kisah itu pada periode waktu yang
berbeda pula. Ia merupakan sebuah kisah evolusi, bukan revolusi, yaitu kata
yang digunakan Noyce, namun Noyce sendiri benar saat mengatakan bahwa
sejarah tidaklah bersifat 'linear'. Rekayasanya selalu merupakan soal paling
penting, sebagaimana diakui oleh semua orang yang terlibat dalam urusan
komputasi, baik dahulu maupun sekarang.
Awal 'memory' itu kembali ke belakang ke tahun 1940-an, bahkan
sebelum Jay Forrester dari MIT mulai bekerja dalam proyek 'Whirlwind', yang
memusatkan perhatian pada stabilitas pesawat udara. Forresterlah yang
menemukan penggabungan dalam komputer memory inti magnetik pada tahun
1953. Bahasa program memiliki sejarah yang lebih pendek dan lebih rumit; dan
adalah John Backus, yang bekerja di IBM, yang telah mengembangkan pada
tahun 1957 sebuah bahasa komputer 'program internal' yang baru, FORTRAN
(formula translating system). Yang pertama dari banyak bahasa seperti itu,
Plankalku telah diramu oleh seorang insinyur Jerman, Konrad Zuse, tiga tahun
sebelum diciptakannya komputer elektronik yang pertama. Umumnya ia telah
dilupakan orang. Joseph Licklider, seorang pakar psikologi di MIT, tidak
demikian. Visinya tentang 'otak manusia dan mesin komputer... yang telah
didekatkan dengan rapat sekali' juga tidak dilupakan orang. Demikian pula
halnya karya sekelompok perintis komputer yang bekerja di Laboratorium
Xerox Palo Alto, yang didirikan tahun 1970 oleh seorang pakar psikologi lain,
Bob Taylor, dan dipimpin oleh Alan Kay. Merekalah yang telah mengembangkan
mouse, yang pada mulanya dinamakan 'sebuah indikator posisi X-Y untuk sebuah
sistem pertunjukkan'. Xerox, yang memusatkan bisnisnya khusus pada
pengembangan mesin fotocopy, tidak memilih untuk mengeksploitasi upaya
perintisannya di bidang komputer secara komersial: gagasan mereka diambil-
alih oleh perusahaan-perusahaan lain, seperti Apple dan Microsoft.
Pemasok perangkat lunak telah berlipat-ganda dengan ditemukannya
microprocessor, karena sadar bahwa microprocessor merupakan'sisi kreatif'
dari teknologi baru itu. Microprocessor itulah yang memberikan makna baru
terhadap kata 'software', sebuah kata yang telah digunakan, sebagai lawan dari
perangkat keras, komponen-komponen yang bersifat fisik dari sebuah sistem
komunikasi. Peran microprocessor adalah penting sekali. Tidak ada komputer
yang dapat berfungsi tanpa perangkat lunak programming. Sebagaimana
dikemukakan oleh Hundt, tanpa perangkat lunak maka komputer tidak dapat

349
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

berbuat apa-apa, 'seperti makhluk tidak berdaya, yang sedang menunggu


kehidupan dari Penciptanya'.
Berpikir dari segi petunjuk kronologis dalam sejarah komputer itu tentulah
menyesatkan. Sementara dalam kondisi Perang Dingin, buku-buku perintah
angkatan darat, angkatan laut dan ruang angkasa sering bertanggung-jawab
karena dipandang dari segi kejadian-kejadian publik, proses-proses pasar yang
selalu berubah, di mana para pengguna akademis atau komersial harus
menjelaskan diri mereka sendiri atau dijelaskan, telah diatur dalam bentuk yang
berbeda. Bahkan sebelum meningkatnya penjualan, komputer telah mulai diakui
keberadaannya di penghujung tahun 1970-an, ketika peruntungan didapat dan
kemudian hilang, bahwa sejarah komunikasi, ke dalamnya sejarah media
sekarang ini sedang ditempatkan, telah memasuki sebuah era baru. Komputer
sekarang ini berfungsi tidak hanya sebagai alat bisnis saja, tetapi juga sebagai
'sumber keseluruhan aki vitas media'. Kadang-kadang komputer mempengaruhi
media tradisional, termasuk barang cetakan. 'Buku, majalah dan surat-kabar
semakin lama diedit, direkayasa, dan disebar-luaskan dengan operasi komputer'.
Kadang-kadang komputer memfasilitasi sebuah aktivitas yang seluruhnya baru.
Dalam 'sistem komunikasi berbagai bentuk data' komputerlah yang 'merupakan
perintis'. Inilah yang menjadi judul dari sebuah pemimpin dalam Intermedia
pada tahun 1978.
Seberapa cepatnya langkah itu di masa lalu dan di masa depan, tidak
hanya tergantung dari kemajuan iptek, tetapi juga pada dorongan interpreneurial
dalam sebuah iklim ekonomi yang sama sekali berubah. Kemajuan teknologi
yang paling besar adalah diluncurkannya komputer pribadi. Dan dalam sebuah
kumpulan esai yang terbit di Inggris tahun 1979 yang berjudul From Television
to Home Computer, komputer dipilih sebagai prioritas nomor satu dalam
rentetan barang-barang elektronika konsumen, disusul video cassetts recorders
(VCRs). Banyak alat yang dikomputerkan kadang-kadang dikesampingkan
sebagai 'vanilla', 'hiasan komunikasi' saja. 'Smart', sebuah kata sifat yang amat
berbeda dari 'vanilla', segera digunakan lebih banyak untuk benda ketimbang
untuk orang, segala sesuatu mulai dari kartu sampai type rumah.
Namun, sepanjang ada hubungannya dengan Inggris, penulis dari bab
tentang komputer pribadi dalam koleksi tahun 1979 itu merasa perlu untuk
mengajukan catatan yang lebih meyakinkan daripada menggairahkan: sebuah
komputer pribadi dapat berharga semurah pesawat TV berwarna. Dalam suatu
bagian yang beijudul 'a look at software' ia menjelaskan bahwa komputer itu
adalah 'alat elektronika yang cukup rumit', namun hal itu tidak 'berarti bahwa

3 5 0
Konvergensi

Anda harus mengetahui segala sesuatunya tentangnya untuk mengambil manfaat


darinya'. Sebuah komputer pribadi - dan salah satu yang pertama daripadanya
dijuluki 'The Pet' [Benda Kesayangan] — sama 'sederhananya untuk dibuat
dengan sebuah sistem hi-fi, jika bukan lebih sederhana lagi'. 'Persis sebagaimana
Anda membeli sebuah sistem hi-fi, maka baik sekali untuk mencari pembuat
dan penjual yang terkenal.' Industri itu berkembang dengan cepat sekali dan
'pengetahuan Anda sebagai seorang pengguna' juga akan berkembang pula.
'Kebutuhan Anda sudah pasti akan bertambah luas pada saat Anda menjadi
lebih berpengalaman.'
Adalah berguna membandingkan pandangan dari rumah-tangga dengan
pandangan dari laboratorium, dari perpustakaan, atau tentu saja, pandangan
dari kantor di mana 'word processing' itu menjadi suatu aktivitas utama yang
dikomputerkan; dan mesin tulis, yang ketika itu merupakan peralatan kantor
yang dianggap sangat canggih, dengan cepat sekali menjadi usang. Namun word
processing, dengan pengaruhnya terhadap kandungan dan gaya penulisan,
seringkah dianggap sebagai bagian yang sama rumitnya dengan faks, bukan
sebagai bagian dari suatu kerumitan teknologi yang dikomputerkan; dan ketika
muncul komputer pribadi yang pertama maka word processing itulah, dalam
pertimbangan (retrospectif) Eli Noam, 'produksi yang paling tidak bersahabat
dengan konsumen yang pernah dibuat orang semenjak uni-cycle'.
Sebuah komputer mini, yaitu PDP8, dipasarkan pada tahun 1963 oleh
William Olsen, dan permintaan atasnya dibuktikan oleh pertambahan sembilan
kali lipat dalam penjualan Digital Equipment Corporation kepunyaan Olsen
antara tahun 1965 dan 1970 - dan pertambahan dua-puluh kali lipat dalam
keuntungannya. Namun perusahaan itu, yang didirikan pada tahun 1957 dan
terletak bukan di Silicon Valley, akan tetapi di Massachusetts, tidak meramalkan
bagaimana pasar akan berubah, sedangkan beberapa perusahaan lain
melakukannya. Ia menganggap para pengguna yang terdidik sebagai
pelanggannya yang paling menjanjikan, sementara perusahaan-perusahaan yang
lebih baru lebih memikirkan kelompok-kelompok yang bersemangat terhadap
komputer. Mereka tahu bahwa barisan mereka akan tumbuh dengan cepat.
Toko komputer pertama dibuka di Los Angeles bulan Juli 1975, dan
majalah rumah-tangga pertama tentang komputer, Byte, muncul sebulan
kemudian. Ulasan teknis bukan merupakan satu-satunya daya tarik, entertain-
ment sama halnya dengan pendidikan telah berada dalam garis visi para
pengusaha, seperti Nicholas Bushnell, salah seorang pengembang permainan
video, yang pada tahun 1974 telah mulai menjual mainan yang didorong oleh

3 5 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

sebuah mikroprosesor, yang disebut Pong yang dapat dihubungkan dengan


pesawat televisi. Pada tahun 1980, perusahaannya, Atari, telah mengecer $100
juta permainan video dan komputer rumah-tangga sederhana. Baik orang dewasa
maupun anak-anak jadi keranjingan permainan komputer ini, namun ada pula
alasan-alasan pemasaran untuk memusatkan perhatian pada anak-anak dan
remaja, sebagaimana yang terdapat dalam industri film.
Pernah dikatakan satu generasi sebelumnya bahwa 'anak-anak yang
dilahirkan pada saat era siaran radio [broadcasting] telah menganggap hal itu
sebagai sudah semestinya begitu, sehingga ia tidak memikirkan era sebelumnya.
Ia cenderung memikirkannya sama dengan di masa kita ini.' Dan hal yang sama
teijadi juga pada anak-anak yang dilahirkan pada era permainan komputer yang
pertama, di antaranya ada yang terlalu cepat menjadi dewasa. Pada tahun 1996,
The Times melaporkan ciptaan dari seorang anak Belanda, Wouter Couzijn,
berupa sebuah robot yang bisa berjalan, berbicara, dan menentukan tempatnya
sendiri, yang dibuat dari potongan-potongan Lego berwarna kuning, tetapi dengan
memasang sebuah sistem microcomputer. Ketika berumur 13 tahun, ia telah
membuat komputer laptopnya sendiri, dengan 12 prosesor paralel sejajar yang
dapat berjalan dalam waktu bersamaan, atau berbagi tugas. Pers dan televisi
suka mempublikasikan anak-anak yang luar-biasa: mereka juga mengkritisi
dampak permainan video terhadap anak-anak.
Proses 'prioritizing' (kata baru) di dalam rumah-tangga terhadap pesawat
televisi dan komputer pribadi belum selesai ketika buku ini tengah ditulis. Namun,
jika dipikirkan sekarang, jelas sekali bahwa unsur permainan dalam
mempopulerkan sebuah teknologi baru dalam permulaan sejarah komputer itu,
sama kuatnya dengan masalah dalam sejarah telepon (lihat hlm. 179), dan
terdapat suatu pancaran asosiasi. Space War, yang dikatakan telah diciptakan
oleh seorang mahasiswa MIT di tahun 1960-an, adalah salah satu dari permainan
pertama itu. Pada permulaan tahun 1990-an, salah satu permainan pertama
yang menggunakan 3-D dinamakan Doom (Malapetaka).
Permainan, betapapun juga canggihnya secara teknis - dan pada tahun
1990-an hanya merupakan satu sisi dari kemajuan komputer - telah digambarkan
dalam sebuah penerbitan BBC, Television in the Eighties: the Total Equation
(1982), sebagai 'turunan alami dari mesin elektronis dalam gedung hiburan',
yang sendiri memiliki suatu asal-usul yang panjang pula. Namun perannya dalam
rumah-tanggalah, yang menggusur permainan-permainan lain, yang akan
membuktikan ada suatu hal yang berbeda. Pada tahun 1983, permainan video
itu dimainkan di layar televisi di 15 juta rumah-tangga Amerika, hanya satu dalam

352
Konvergensi

lima-belas rumah tangga yang memiliki sebuah komputer pribadi. Permainan


sepakbola dengan dampak suara dan pemberikan skor di layar langsung populer,
dan mikroprosesor itu, yang menjadikannya lebih murah dan dapat diubah-ubah,
telah memperluas aliran itu. Kekerasan telah menjadi unsur yang sama biasanya
seperti olahraga. Dengan memperhatikan 'pasar hiburan waktu senggang' yang
sangat terorganisir, di mana media terlibat di dalamnya baik secara langsung
maupun melalui merjer, maka tidak dapat dielakkan bahwa bisnis ini harus
mencari kesempatan-kesempatan baru. Bushnell menjual perusahaan Atarinya
kepada Warner Communications.
Muncul sebuah argumentasi yang secara khas membingungkan mengenai
dampak yang mungkin terjadi lantaran permainan video, terutama untuk anak-
anak. Video Fever merupakan sebuah judul buku laris dari C. Beamer, yang
terbit tahun 1982, yang sub-judulnya Entertainment, Education, Addiction.
Buku itu, yang bersifat praktis dan spekulatif, menarik sekali dipandang dari
segi sejarah karena perbedaan yang mencolok antara kedua lampirannya yang
pendek. Yang pertama, 'A Brief History of Video Games', adalah ringkas sekali
dan amat miskin dalam rincian kronologisnya sehingga tidak banyak bernilai.
Yang kedua, 'How the Games Work', yang berkenaan dengan teknologi yang
menjadi dasarnya, ditulis dengan ringkas dan jelas sekali, lebih menonjol dibanding
kebanyakan buku pedoman komputer pribadi sebelumnya. Bab di dalam teks
utamanya yang meringkaskan pertanyaan-pertanyaan nilai dinamakan 'Family
Activities: A Fresh Look'.
Catatan-catatan lain yang berbeda dilakukan dalam mengiklankan atau
mengeritik budaya komputer. Radio Electronics dalam bulan Juli 1974
memperkenalkan sebuah komputer bersama dengan buku katalognya di bawah
judul 'Your Personal Minicomputer', sedangkan Popular Electronics dalam
bulan Januari 1975 mengiklankan sebuah produknya sendiri sebagai 'The World
Minicomputer Kit to Rival Commercial Models'. Model komersial pertama
yang berhasil dapat diperoleh dalam bulan Juli 1976, ketika Steve Wozniak,
yang bekerja untuk Bushnell, dan Steven Jobs, keduanya adalah penduduk Silicon
Valley, telah meluncurkan Apple I yang dirakit dalam pabrik, yang pada mulanya
dijual kepada para peminat komputer di perkumpulan-perkumpulan setempat.
Pada tahun yang sama, Apple II diluncurkan dengan kemampuan untuk
melaksanakan berbagai macam tugas. Salah seorang pendukungnya adalah
Mike Markutta, yang dahulunya manager pemasaran Intel, yang meninggalkan
Intel sebagai seorang milyarder yang berumur 32 tahun. Jobs sendiri baru berumur
22 tahun.

3 5 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Apple Macintosh menjadi sebuah perusahaan publik, yang bernilai $1.2


milyard pada tahun 1980. Baru setahun kemudian bahwa IBM, sama halnya
dengan perusahaan-perusahaan lain yang telah mapan, yang lamban dalam melihat
berbagai kemungkinan, ikut-serta dalam pertarungan komputer pribadi, yang
pada tahun pertamanya saja telah menjual 35.000 buah. Pada tahun 1980, ia
berubah menjadi sebuah perusahaan yang kecil, yaitu Microsoft, pemasok sistem
software, namun dalam waktu tiga tahun saja - di tahun 1984 yang menentukan
itu - 40 persen dari semua komputer pribadi dunia menggunakan program
Microsoft. Ketika Microsoft telah menjelma menjadi perusahaan publik dua
tahun kemudian, maka Bill Gates, yang baru berumur sembilan-belas tahun saat
ia mendirikannya, langsung menjadi seorang milyarder.
Pada tahun 1984, ketika komputer yang digunakan di seluruh dunia belum
mencapai sejuta buah, yang kebanyakannya tidak cocok satu dengan yang lain,
seluruhnya dengan cepat sekali menjadi usang, sehingga perangkat lunak
mempakan kunci pengoperasian semua komputer, baik yang bersifat pribadi
maupun organisasi, baik yang kecil maupun besar, dengan Microsoft cepat sekali
melesat menjadi yang terbesar, karena sistem operasi Windowsnya digunakan
di seluruh dunia. Namun, ketika ia mendominasi pasar, pesaing-pesaingnya
yang terdahulu, terutama sekali Netscape, yang pemrakarsanya, Marc
Andreessen, telah mengembangkan perangkat lunak 'Mosaic', yang diluncurkan
pada tahun 1993, ketika ia masih menjadi mahasiswa SI. Ketika Gates
mengumumkan pada tanggal 7 Desember 1995, yaitu hari peringatan emas
serangan terhadap Pearl Harbor, bahwa Microsoft adalah 'hard core about the
computer' dan bahwa ia akan meluncurkan sebuah Internet Information Server,
yaitu Internet Explorer, maka Netscape's Navigator telah diproduksi.
Tiga tahun sebelum dikeluarkan pengumuman ini, setelah terjadinya
perubahan-perubahan sosial dan politik yang besar di dunia, Financial Times
di London telah menghasilkan sebuah survei tentang 'Computers and
Communications' pada bulan Oktober 1992, dimulai dengan menyatakan bahwa
'the slow but inevitable convergence of computing and telecommunications
[konvergensi yang lamban namun tak terelakkan dari komputerisasi dan
telekomunikasi'] —perhatikan kata sifat dan kata benda yang digunakan —,
dengan menambahkan bahwa komputer akan memberikan 'daya penggerak'
bagi 'ledakan penerapan teknologi baru dalam memproses informasi'. Di
antaranya dapat disebutkan compact discs dengan memory (CD-Roms, read-
only memory), yang berkemampuan untuk menyimpan untuk dimainkan kembali
di rumah-tangga bukan hanya isi surat-kabar saja, tetapi juga isi seluruh

3 5 4
Konvergensi

ensiklopedi. (Anda juga dapat pula melakukan permainan dengan komputer.)


Pada mulanya kemampuan komputer hanya terbatas pada mempertunjukkan
film saja, namun segera datang DVDs (digital video versatile discs) yang
dipasarkan dengan kemampuan menyimpan enam kali lipat simpanan CD-Roms.
Tetapi pada tahun 1992, rasa optimisme itu menyusut dalam hal
kemampuan menjual produk-produk komputer baru, dibandingkan dengan
keadaannya dua tahun sebelumnya. Industri komputer berada dalam keadaan
berubah terus, sama halnya dengan banyak industri lain, dalam suatu masa depresi
ekonomi yang teijadi lantaran kehancuran yang dramatis dari Wall Street tahun
1987: teknologi-teknologi baru telah memotong marjin keuntungan berikut
biayanya; dan pada saat harga penjualan terjungkal, maka pengangguran struktural
mencapai angka-angka puncak. Namun, rasa optimisme dalam jangka panjang
tampaknya dapat dibenarkan pada saat wacana berpindah kepada 'interaktif'
dan 'networking'. Perubahan suasana menjadi jelas sepuluh tahun kemudian,
ketika Peter Schwartz dan Peter Leyden, dalam artikel ringkas mereka 'History
of the Future, 1980-2020', yang diterbitkan dalam Wired tahun 1997, menulis
dengan terengah-engah tentang suatu 'ombak panjang' yang baru (lihat hlm.
142), 'ledakan terbesar dalam sejarah dunia'. Apa yang telah dimulai dengan
tersebar-luasnya komputer pribadi dan ambruknya sistem Bell memerlukan suatu
dorongan baru. 'Raksasa-raksasa industri' telah bertekad untuk mendorong
gelombang itu ke depan, dengan dukungan pemerintah. Sekarang inflasi telah
dapat dikendalikan, dan sepanjang waktu globalisasi didorong terus ke depan.
Di abad ke-21, mungkin sekali terjadi lagi terobosan-terobosan inovatif lebih
lanjut, termasuk penemuan energi alternatif dan pendaratan di Mars.

Satelit

Kemampuan untuk pergi ke Mars akan tergantung pada kemajuan komunikasi


angkasa luar, dan ini punya sejarahnya sendiri pada tahun 1960-an. Kita sejenak
harus kembali ke sana. Untuk suatu kurun yang pendek dalam sejarah dunia,
satelit komunikasi, yaitu 'comsats', yang tidak mungkin diluncurkan tanpa adanya
komputer, telah menarik lebih banyak perhatian dibanding komputer itu sendiri.
Satelit merupakan perwujudan yang paling menarik (ada yang mengatakan paling
'seksi') dari teknologi setelah diluncurkannya Sputnik oleh Uni Soviet pada bulan
Oktober 1957, sebuah 'kejadian' mengagetkan yang menjadikan pemerintah
Amerika Serikat kebakaran jenggot dan berusaha menanggapinya secepat
mungkin. Satelit juga menyebabkan timbulnya ledakan perhatian rakyat Amerika

3 5 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

terhadap angkasa luar yang dibangkitkan dan dibesarkan oleh televisi (lihat hlm.
311).
Dalam suatu tulisan dalam Wireless World tahun 1945, Arthur C. Clarke,
yang ketika itu menjadi bendahara British Interplanetary Society, dan di kemudian
hari menjadi penulis fiksi ilmiah, telah meramalkan sebuah mata-rantai satelit
radio geostationary yang berawak tiga orang. Kemudian pada tahun 1961,
tujuh tahun sebelum novel fiksi ilmiah Clarke, 2001, A Space Odyssey digubah
menjadi sebuah film Stanley Kubrick, maka NASA [the National Aeronotics
and Space Agency] yang baru dibentuk itu, siap meluncurkan Telstar yang akan
mengelilingi bumi dalam waktu kurang dari 2,75 jam. Ia berisikan lebih dari
2500 transistor, namun tidak memiliki sirkuit terintegrasi. Kantor Pos Inggris
dan Prancis sepakat untuk membangun stasiun darat yang berhubungan, yang
salah satu daripadanya, tidak jauh dari tempat di mana Marconi telah menyiarkan
pesan-pesan transatlantiknya puluhan tahun sebelumnya.
Sebuah stasiun darat yang terakhir di Bahrain, yang akan dibangun oleh
the Marcony Company, dimiliki bukan oleh pemerintahan Bahrain tetapi oleh
Cable and Wireless yang berpangkalan di Inggris, yang semakin kuat dalam
bisnis setelah menjadi jelas bahwa terlepas dari segala kegemerlapannya - dan
berkurangnya biaya pada saat diperkenalkannya sistem baru - maka satelit-
satelit itu tidak akan menggantikan kabel di mana Inggris telah lama memiliki
suatu kepentingan jangka panjang. Serat optik menjamin kelanjutan kabel itu,
dan hubungan kabel optik pertama yang akan membawa lalu-lintas komersial
dua saluran televisi berwarna, dipasang di Sussex, Inggris, tahun 1976. Sistem
televisi kabel serat optik yang pertama di Amerika Serikat dioperasikan di
Birmingham, Alabama, tahun 1984. Empat tahun kemudian, sebuah serat optik
kabel dibentangkan melintasi Atlantik oleh AT&T and partners, dan 30 perusahaan
telah meresmikan sebuah kabel melintasi Pasifik setahun kemudian. Samudera
tetap penting sebagaimana angkasa. Akan terjadi pertambahan sepuluh kali
lipat dalam kemampuan kabel transatlantik antara tahun 1996 dan 1999.
Telecasts percobaan pertama yang menggunakan Telstar terjadi tanggal
11 Juli 1962, ketika terjadi suatu dialog permulaan yang akrab, kali ini disimak
oleh jutaan orang. Seorang penyiar televisi Amerika seolah menggelar 'drama'
yang mengumumkan bahwa orang Inggris 'telah siap untuk menyiarkan sebuah
program dari Telstar'. Para penonton terus melihat dan mendengar, orang-
orang Inggris yang sedang duduk di sekitar sebuah meja di seberang Atlantik.
'Di sebelah kanan saya orang Skotlandia yang berwajah masam, Robert White.
Di sebelah kiri saya John Bray, yang bertugas dalam bidang perencanaan ruang

3 5 6
Konvergensi

angkasa. Sekarang waktu menunjukkan jam 3.30 pagi. Selamat menyaksikan.'


Ini sebuah acara yang tidak begitu diingat orang dibanding acara-acara televisi
dengan satelit yang kemudian banyak terdapat, di antaranya adalah penerimaan
Churchill akan statusnya sebagai warganegara kehormatan Amerika.
Telstar adalah pertama dari sekian banyak satelit yang bergerak; mahal
sekali biaya pembangunannya, dan melayani fungsi-fungsi pra-siaran nirkabel
sebagai pengganti kabel dan sebagai transmisi televisi. AT&T merupakan yang
terdepan dalam apa yang sekarang telah menjadi persaingan biasa antara berbagai
perusahaan dan sistem, namun pemerintah Kennedy, yang berambisi untuk
'mengirim manusia ke bulan', merasa tidak khawatir untuk mengandalkan
sepenuhnya pada AT&T; dan pada saat Uni Soviet sedang menciptakan sistem
orbit (Orbita) yang direncanakan selama dua-belas jam, maka pilihan-pilihan
lain diselidiki di Washington. Kerangka pengendaliannya dikemukakan dalam
UU Satelit Komunikasi yang pertama tahun 1962 [the first Communicatrion
Satellite Act of 1962], yang menyebabkan didirikannya sebuah perusahaan bani,
the Communications Satellite Corporation, yang setengah sahamnya dimiliki AT&T
dan para pembawa komunikasi yang lain, sedang yang setengah lagi dapat dibeli
publik. Ini bukan suatu monopoli pribadi, juga bukan sebuah badan publik,
tetapi terdapat sebuah pasar bagi saham-sahamnya yang dengan cepat sekali
melesat nilainya.
Syncoms I dan II diluncurkan tahun 1963, seperti juga Telstar II, dan
tahun berikutnya Syncom III menyiarkan Olimpiade Tokyo (lihat hlm. 234).
Pertandingan-pertandingan sepakbola Piala Dunia tahun 1966 dilaporkan oleh
enam satelit televisi transAtlantik. Akan tetapi, televisi merupakan langganan
yang terputus-putus, bukan berkelanjutan: 'gambar langsung' yang dilihat para
penonton tergantung pada prioritas jurnalistik - dan juga keuangan. Juga pers
memiliki kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan menjadi
mungkinlah bagi sebuah surat-kabar harian baru Amerika, USA Today, untuk
diluncurkan pada tahun 1982, yang dicetak secara bersamaan melalui satelit
domestik di tujuh-belas kota: media lalu ditangani secara 'live' maupun secara
'bisnis'dan tidak ketinggalan program'olahraga'juga muncul secara'live'. Di
setiap negara, pers telah mengubah 'media' menjadi menu utama, dengan
informasi mengenai acara-cara biasa disertai pergunjingan dan kadang-kadang
kritik. Ini mempakan sebuah dunia media yang baru.
Belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah satelit untuk tidak
memperhatikan kemungkinan-kemungkinan - dan kendala-kendala -
internasional, dan dalam bulan Agustus 1964, lima tahun sebelum FCC

3 5 7
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

mengumumkan kebijakan 'angkasa terbuka' secara domestik, maka sebuah


International Telecommunications Satellite Organization (Intelsat) telah didirikan
dengan persetujuan antarpemerintah, yang menjadi pasti pada tahun 1973.
Kepemilikannya pada mulanya ditentukan dengan penggunaan telpon: Amerika
Serikat melalui Comsat memegang 61 persen, Inggris 8,4 persen. Uni Soviet
tidak ikut - karena Perang Dingin sedang berada di puncaknya - dan pada
tahun 1968 Uni Sovyet menciptakan sebuah badan internasional alternatif,
Intersputnik, yang hanya beranggotakan tujuh negara saja. Dalam pada itu,
Intelsat telah menarik sejumlah besar negara, banyak di antaranya negara non-
Blok, dan pada tahun 1975 tak kurang dari 89 negara, baik besar maupun
kecil, dengan kebutuhan telekomunikasi yang berbeda-beda, telah menjadi
anggota.
Yang pertama dari satelit-satelitnya, yaitu Intelsat I (1965), yang besarnya
hanya sekitar 90 pon, yang ditugaskan oleh NASA dan dibuat oleh the Hughes
Corporation, diberi nama Early Bird [Burung Kepagian]. Ia cukup berhasil
untuk menjamin kontrak-kontrak Hughes bagi generasi satelit Intelsat selanjurnya
yang diluncurkan tahun 1967. Intelsat III menyusul. Mereka ditempatkan di
atas kawasan pantai Atlantik, dan masing-masing satu di atas Samudera Pasifik
dan Samudera Hindia. Masing-masing generasi satelit itu menyajikan
kemampuan, kehandalan dan kekuatan yang lebih besar, dengan biaya pelayanan
yang lebih murah. Early Bird hanya memiliki kapasitas 240 sirkuit suara atau
satu saluran televisi: Intelsat IV, di mana generasi terakhir yang diluncurkan di
bulan Mei 1975, mampu memberikan mulai dari 3.000 sampai 9.000 sirkuit
suara atau dua-belas saluran televisi.
Sukses teknis tidak menjamin dukungan pemerintah atau FCC, dan Comsat
juga tidak bisa menjadi pemimpin dalam siaran satelit langsung dan juga tidak
dapat memperoleh lisensi bagi sebuah sistem satelit domestik, yang pertama
kali diminta pada tahun 1965. Hal ini tertahan selama tujuh tahun oleh the FCC
yang memperlakukan Comsat hanya sebagai 'carriers'carrier. Ketika pada tahun
1974, satelit domestik Amerika Serikat yang bertenaga rendah diluncurkan, ia
dimiliki tidak oleh Comsat tetapi oleh Western Union. Setahun sebelumnya,
Kanada telah meluncurkan satelit domestik yang pertama di dunia, Anik
(Brother), sebuah nama Inuit, namun ia dibuat di Amerika Serikat dan digunakan
di sana oleh RC A sebelum satelit Western Union ditempatkan di orbitnya.
Inilah saat untuk mempertimbangkan kembali dan juga merencanakan
masa-depan. Dalam sebuah nomor khusus bulan Agustus 1975, Intermedia
melaporkan sejumlah masalah internasional disamping kegembiraan, atau yang

3 5 8
Konvergensi

serupa dengan masalah - ia tidak menggunakan istilah 'global' - dari 'lingkungan,


energi, perlucutan senjata, serta dasar lautan dan samudera': 'Analisis-analisis
tentang arti pentingnya komunikasi satelit telah menimbulkan banyak penafsiran
... seperti teori tentang peran, fungsi dan dampak komunikasi terhadap
masyarakat dan orang-seorang.' Jumlah topik yang diliput cukup luas. Misalnya
dicatat bahwa Aljazair merupakan negara Afrika pertama yang menggunakan
sistem satelit untuk tujuan-tujuan nasional dan bahwa di Asia usul-usul SITE
(satellite instructional television experiment) untuk siaran pendidikan terhadap
enam kawasan yang berbeda dengan menggunakan empat bahasa telah
mengalami kemajuan. Siaran, dengan menggunakan satelit NASA, yang dimulai
tahun 1975 akan mencakup masalah kesehatan, kebersihan dan pertanian. SITE
telah menorehkan keberhasilannya namun terbatas, dan selanjutnya menonjol
sekali dalam segala aspek sejarah pendidikan ini.
Di Amerika Serikat, baru setelah adanya konvergensi satelit dan
kepentingan kabel, maka media kabel sepenuhnya dideregulasikan di bawah
pemerintahan Reagan, dimulainya suatu penggunaan yang efektif suatu sistem
satelit domestik. Dalam pada itu, perkembangan televisi satelit di Eropa,
terlepas dari biayanya yang tinggi, telah maju dengan caranya yang tersendiri,
sehingga memungkinkan bagi proyek Coronet yang didukung Amerika untuk
meluncurkan satu satelit komunikasi dan mengoperasikannya dari sebuah
pangkalan di Luxembourg. Sebuah persetujuan Prancis-Jerman tahun 1974,
untuk mendirikan sebuah satelit kooperatif yang multi-guna, yaitu Symphonie,
untuk menyajikan siaran suara dan sirkuit telepon antara Eropa dan kawasan-
kawasan di Afrika dan kemudian juga kawasan-kawasan Amerika Latin,
telah memulai proses itu, yang pada tahun 1988 mencapai puncaknya dalam
peluncuran yang gagal sebuah TV-Sat Jerman dan sebuah TDF-1 Prancis.
Sepuluh tahun sebelumnya, didirikanlah sebuah European Space Agency
[Badan Ruang Angkasa Eropa] 'untuk menyelidiki ruang angkasa serta untuk
meluncurkan dan mengoperasikan satelit', dan meluncurkan satelitnya yang
pertama tahun 1983.
Pada tahun 1982, Masyarakat Eropa mengumumkan bahwa proyeksi
budaya Eropa melalui sebuah kebijakan televisi Eropa - kemudian seperti telah
kita lihat, akan menggabungkan digitalisasi - memberikan kunci bagi integrasi
Eropa:

Berbagi gambar dan informasi merupakan cara paling efektif untuk


meningkatkan saling pengertian di kalangan bangsa-bangsa Eropa dan

359
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

memberi mereka suatu perasaan yang lebih kuat bahwa mereka termasuk
dalam suatu persatuan sosial dan budaya bersama.

Karena itu pada tahun yang sama, didirikanlah SATV, sistem pengiriman televisi
kabel satelit Eropa pertama, dan the European Broadcasting Union dengan penuh
ambisi memulai suatu European Service yang bersifat percobaan, Eurikon, yang
kemudian dinamakan Europa, dengan menggunakan satelit percobaan dari the
European Space Agency, OTS (orbital test satellite)-2. Program acara petang
hari yang pertama mencakup pidato-pidato, sejam setengah 'budaya tinggi' (pada
umumnya Haydn), sebuah episode dari acara Coronation Street, sebuah World
in Action, dan lima-puluh menit musik pop. Setidaknya, kandungannya tampak
patut disambut gembira sebagaimana teknologi.
Tampaknya tidak mungkin bahwa semua negara dalam Masyarakat Eropa
yang demikian luas akan sepenuhnya menerima prinsip integrasi melalui televisi
Eropa, yang ditegaskan kembali dalam suatu buku pedoman, Television Without
Frontiers, yang disetujui tahun 1989 dan dilaksanakan tahun 1991, meski
demikian mendasarnya prinsip itu di mata para anggota pan-Eropean. Malah
sebaliknya, pasar komersial tampaknya mencapai kemenangan pada tahun 1989,
sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan yang menonjol, terlepas dari kata
'konvergensi', dalam apa yang terjadi di radio dan televisi serta yang terjadi
dalam telekomunikasi. Sepanjang ada hubungannya dengan telekomunikasi,
maka pemerintah Inggris, yang mengangkat Menterinya yang pertama untuk
Teknologi Informasi tahun 1980, telah merintis jalan. Ia meletakkan kepercayaan
pada sektor bisnis, dan tahun 1984, setelah menjual saham-sahamnya dalam
Cable and Wireless, telah memprivatisasikan British Telecom dengan keyakinan
bahwa dengan privatisasi maka efisiensi (yang bagi sebagian orang merupakan
sebuah prinsip) akan menjadi lebih baik, investasi baru akan dimobilisasikan
dan persaingan akan terangsang. Namun, rencana-rencana yang berkaitan untuk
mengembangkan siaran satelit langsung melalui sebuah konsorsium risiko-bersama
gagal pada tahun 1988, meskipun konsorsium itu mencakup pemain-pemain
yang kuat, seperti British Telecom, British Aerospace, GEC/Marconi dan the
Rothschild Bank.
Sebuah konsorsium baru, BSB (British Satellite Broadcasting), yang
mencakup beberapa perusahaan televisi dan Pearson, penerbit (dengan bisnis
buku yang telah mapan, yang salah satu divisinya, Longman, memiliki sejarah
panjang sejak tahun 1724), telah berhasil pada tahun 1990 meluncurkan sebuah
satelit, yang dibuat oleh Hughes Communications. Namun, ternyata biaya

3 6 0
Konvergensi

pengoperasian dan penyajian acara-acaranya demikian tingginya, sehingga pada


akhir tahun itu ia terpaksa melakukan merger, BSkyB, dengan pesaingnya, Sky
Television, yang dimiliki Murdoch, yang ketika itu telah menjadi rajanya televisi
dan pers. Ia menggunakan satelit Astra dari Luxembourg, yang mana BBC,
pemain pertama dalam permainan itu - sebelum berdirinya konsorsium - telah
dikatakan tidak akan menjadi cukup kuat.
Pada tahun 1993/4, Murdoch, yang memiliki bisnis media internasional
yang luas, memperlihatkan bahwa siaran satelit komersial dapat menjadi sebuah
usaha yang menguntungkan yang pada akhirnya akan mampu mengalahkan BBC,
terutama dalam bidang olahraga, dan menantangnya dalam siaran warta-berita.
Tiga juta rumah-tangga Inggris, yaitu sepertujuh dari keseluruhan, pada saat itu
telah berlangganan dengan layanannya, dan lebih dari 30 persen televisi rumah-
tangga dalam 16 negara Eropa menyaksikan televisi satelit itu, dengan
proporsinya yang tertinggi (92 persen) di Negeri Belanda, disusul Belgia,
Denmark, Swedia, dan Swiss telah memiliki penetrasi kabel tinggi. (Setengah
dari rumah-rumah di Negeri Belanda telah dihubungkan dengan kawat untuk
radio pada tahun 1939.)
Hubungan antara penggunaan satelit dan nomor-nomor kabel
memerlukan analisis, juga survei. Di Finlandia misalnya, yang bangga karena
pemakaiannya yang total akan teknologi baru itu, maka para pendengar satelit
itu hanya serendah 1 persen, namun para pendengar kabel berjumlah 40
persen. Kerajaan Inggris, di mana kabel itu lamban sekali berkembangnya,
memiliki pendengar satelit yang jauh lebih sedikit pada awal tahun 1990-an
dibandingkan Negeri Belanda, mungkin sekali karena BBC dan ITV
menyajikan dengan bebas layanan yang umumnya jauh lebih dapat diterima.
BBC telah menentang radio kawat sebelum 1939 dengan alasan bahwa jika
tidak dikendalikan 'ia dapat merusak semangat dan tujuan Piagam BBC'.
Sekarang ia menentang dengan keras sekali televisi kabel, tetapi tidak ada
gunanya.
Perbedaan-perbedaan dalam pendekatan nasional terhadap satelit dan
kabel sama dalam variasi-variasinya yang terdahulu dalam sistem siaran dan
pilihan-pilihan para pendengar daripada apa yang mereka bayangkan. Karena
itu, angka keseluruhan dalam masing-masing negara juga menarik untuk dicermati,
terutama apabila diperhatikan dalam suatu jangka tertentu. Proporsi rumah-
tangga Inggris yang berlangganan layanan satelit berjumlah hampir 6 persen dari
pemirsa tahun 1993: tiga tahun kemudian jumlah itu naik sampai lebih dari 11
persen. Di Jepang, di mana sebuah satelit percobaan, Yuri, yang diluncurkan

3 6 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

tahun 1978, dikatakan orang menjadi yang pertama untuk 'dipersembahkan'


kepada komunikasi, NHK telah merintis jalan dalam perkembangan baru tahun
1991 dalam merencanakan siaran kabel dan siaran langsung ke rumah, dan hal
ini diikuti kemudian pada tahun itu juga oleh Japanese Satellite Broadcasting
yang mulai mengoperasikan sebuah saluran 24-jam. Tahun 1996, ia telah memiliki
lebih dari dua juta pelanggan.
Pada tahun 1997, Murdoch, yang ketika itu menjadi warganegara
Amerika, telah menjual bisnis satelit Amerikanya, AskyB, yang didirikannya dalam
bulan Januari 1996, yang menjanjikan 200 saluran Amerika. Ia dan
perusahaannya News Corporation telah membayangkannya sebagai sebuah unsur
utama dalam strategi global. Ia berhasil mengendalikan Star TV di Hong Kong
tahun 1993 dan di Jepang telah meluncurkan JskyB bulan Desember 1996 sebagai
suatu perusahaan patungan dengan perusahaan Jepang Soft Bank. Sony segera
ikut kemudian. Karena itu, ketika Murdoch mengesampingkan AskyB, seorang
eksekutif televisi menggambarkan bisnis satelit itu sebagai 'suatu hal yang
menggembirakan seorang pakar teori namun mengerikan bagi seorang praktisi'.
Pernyataan itu tidak seluruhnya benar bahkan setelah Murdoch menjual sahamnya
di Star IV. Pada pertengahan tahun 1990-an, terdapat sebelas juta penonton
orang Asia yang dipersatukan oleh Asia Sat-2. Empat tahun kemudian, BBC
meluncurkan World Service Television yang dengan cepat sekali dinyatakan
memiliki jutaan penonton di Asia, Australia, Amerika dan Afrika.

Kabel

Dalam daftar teknologi baru yang dibuat di tahun 1960-an (lihat hlm. 341),
'kaitan luas yang lain', CATV (Cable Television) berada jauh di bawah satelit.
Pada mulanya, stasiun televisi kabel, di mana saja mereka beroperasi, adalah
bersifat lokal dan satu-arah dan menyajikan kepada para penonton suatu
kumpulan pilihan sampai mencapai dua-belas saluran. Janji-janji penerimaan
yang lebih baik sangat penting ketika itu, setidaknya sesuai dengan pilihan-pilihan
yang lebih banyak. Pada banyak negara, sejarah kabel itu berada jauh di
belakang sama dengan radio kawat, yang telah memperbaiki penerimaannya
tanpa bisa memberikan bagi para pendengar banyak pilihan acara. Sekarang,
pada saat teknologi kabel telah berkembang pada tahun 1970-an, terdapat para
peminat yang percaya bahwa ia merupakan inti dari sebuah revolusi
telekomunikasi - dan juga dalam siaran.

362
Daya kejut televisi kabel sesungguhnya timbul bersamaan dengan
pengakuan bahwa ia dapat menyajikan sejumlah besar saluran (semula hanya
12, pada akhirnya mencapai 100 bahkan lebih saluran) dibanding gelombang
udara. Salah seorang pengamat Amerika, Ralph Lees Smith, yang telah
menciptakan lambang 'Wired Nation', yang digunakannya dalam sebuah artikel
yang dibaca secara luas dalam The Nation pada bulan Mei 1970. Namun,
langkah-langkah pertama itu terputus-putus dan ramalan Smith telah
dikesampingkan oleh beberapa kalangan, dianggap sama dengan ramalan cuaca
yang meragukan. Tidak lama setelah itu, orang-orang yang meragukanlah -
yaitu orang-orang yang berbicara tentang' Dongeng Kabel' - yang akan terbukti
salah, atau setidaknya untuk sebagian salah, pada saat kabel tersebar mulai dari
daerah pedesaan dan kota-kota kecil sampai ke kota-kota besar (lihat hlm.
365). Tahun 1970, terdapat 2.639 buah sistem kabel di Amerika Serikat, dengan
pelanggan sebanyak 5,3 juta orang dari 8,7 persen rumahtangga Amerika yang
memiliki televisi; tahun 1975 terdapat 3.506 sistem, dengan 9,8 juta pelanggan,
14,3 persen dari rumahtangga; dan lima tahun kemudian angka-angka yang
sebanding dengannya adalah 4.300,17,2 juta dan 23 persen.
Perkembangan kabel itu telah memunculkan isu-isu kebijakan utama bagi
FCC yang, tanpa suatu arahan dari Kongres, tidak peduli untuk menghadapinya
secara langsung. Tahun 1959, FCC mengeluarkan sikap bahwa karena kabel
itu bukanlah sebuah siaran dan bukan pula komunikasi pembawa berita yang
biasa, maka FCC tidak berwenang atasnya. Kemudian, setelah bertahun-tahun
dinyatakan dalam kalangan network bahwa pertumbuhan kabel dapat
mengakibatkan televisi network yang 'bebas' menjadi bangkrut atau merebut
daripadanya peristiwa-peristiwa yang bisa menjadi berita, seperti peristiwa
olahraga World Series, maka FCC lalu campur-tangan langsung dalam bisnis
kabel itu tahun 1968, bahkan sampai membatasi stasiun kabel dalam mengimpor
'sinyal-sinyal dari jauh' [distant signals], yang berarti semua sinyal yang berada
di luar kawasan layanannya yang telah ditentukan. 'Pembekuan' seperti itu
terbukti ditolak banyak kalangan, dan pada tahun 1972, dalam sebuah kompromi
yang tidak mengenakkan, setelah terjadinya pembicaraan-pembicaraan antara
berbagai kepentingan, maka FCC memutuskan bahwa sistem kabel itu dapat
mengimpor sekurang-kurangnya dua sinyal dari jauh. Namun, mereka masih
harus tunduk kepada peraturan, termasuk persyaratan untuk menyediakan
beberapa saluran untuk kepentingan pendidikan, pemerintahan setempat dan
'kepentingan umum'.

3 6 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Empat tahun kemudian - dan diselingi beberapa tuntutan hukum - maka


banyak, namun tidak semua, kendala terhadap kabel itu dihapus. Akan tetapi
ini pun belum memadai bagi orang yang percaya akan deregulasi yang jumlahnya
selalu meningkat. Pada tahun 1977, sebuah panel yang terdiri dari tiga hakim di
Pengadilan Tinggi District of Columbia menyatakan bahwa semua kendala
protektif terhadap kabel adalah tidak sah, bahwa tidak terdapat 'perbedaan
konstitusional antara kabel dan surat-kabar', bahwa dipandang dari ketentuan
Amendemen Pertama, maka televisi kabel itu bukanlah siaran. Rasa takut dari
jenis lain ketika itu telah dikemukakan - bahwa dengan konvergensi yang
bertambah antara media elektronika dan media cetak, maka percetakan akan
terlibat dalam peraturan-peraturan yang serupa dengan yang digunakan FCC
terhadap siaran. Dalam situasi seperti ini, dengan Kongres masih tetap belum
mau atau tidak mampu untuk campur-tangan, maka ada pakar hukum
internasional yang menganjurkan bahwa kelangkaan spektrum tidak lagi harus
diperlakukan sebagai alasan untuk mengatur siaran.
Yang lebih penting dalam praktek hukum ketimbang argumentasi hukum
seperti itu adalah pertumbuhan dalam penggunaan kabel Amerika. Antara
permulaan era 1960-an hingga akhir era 1970-an, penetrasi kabel ke dalam
rumah-tangga telah bertambah dari 2 menjadi 20 persen, dengan para penonton
di bagian-bagian tertentu Amerika Serikat mampu menonton sampai dua-puluh,
dan kemudian tiga-puluh saluran. Di kawasan perkotaan, mereka mungkin
mampu menonton sampai lima-puluh saluran. Tampaknya pilihan benar-benar
terbuka secara setempat, pada saat kabel, meskipun telah memecah-belah
kumpulan pendengar, memungkinkan beberapa saluran digunakan untuk lebih
daripada sekedar hiburan. Sekarang ini terdapat satu tempat, sama seperti
penerbitan, untuk kandungan saluran, seperti History Channels atau Saluran
Discovery Channels, karena para pendengar setempat yang terbatas sekarang
sudah dapat dikumpulkan. Tidak semua saluran seperti itu berhasil atau
menguntungkan. Pilihan yang lebih banyak juga tidak menjamin keragaman.
Bagi Brian Winston, yang menulis di tahun 1998, saluran kabel Amerika telah
'hampir gagal total untuk mengubah genre dan bentuk siaran televisi secara
signifikan'. Namuni dipandang dari segi finansial, televisi kabel telah memapankan
dirinya dan merupakan sumber pendapatan yang sangat menguntungkan bagi
pemiliknya, disamping membuka kesempatan bagi 'tele-shopping'.
Perpindahan utama Amerika yang pertama dalam orientasi kabel dan dalam
keuntungan terjadi pada tahun 1976, ketika Home Box Office [HBO], yang
dikaitkan dengan Time Inc., memutuskan untuk mengandalkan masa-depannya

3 6 4
Konvergensi

kepada Satcom I RCA. Dengan demikian, ia mendapatkan kemampuan distribusi


nasional yang setara dengan kemampuan tiga jaringan televisi yang besar dengan
biaya sepersekian saja. Perusahaan-perusahaan lain segera mengikuti jejak HBO,
dengan beberapa perusahaan segera menjadi operator multi-layanan yang
mengkhususkan diri dalam 'film' dan olahraga. Lalu terjadilah proses konsentrasi
bisnis seperti biasa, dengan beberapa stasiun menjadi 'stasiun TV kabel unggulan',
di antaranya WOR-TV (New York) dan WTBS (Atalanta). Kepemilikan lintas-
media menjadi hal biasa. Demikian pula transaksi dengan Hollywood. Semuanya
ini mendatangkan lebih banyak keuntungan daripada yang dapat diberikan oleh
kebanyakan tempat. Namun, beberapa saluran acara setempat tetap 'gratis',
dan banyak yang tergantung pada iklan.
Pada kebanyakan kawasan kota, para pelanggan kabel mampu masuk
ke dalam sejumlah besar saluran acara, betapapun terbatas kandungannya, dan
keinginan untuk terus bertambah besar. Akibatnya, the National Citizens'
Committee for Broadcasting, sebuah organisasi yang direstui oleh pahlawan
konsumen Ralph Nader, bahwa warganegara seharusnya meminta dua kali lipat
jumlah saluran setempat sebagaimana ditawarkan oleh perusahaan kabel kepada
masyarakat, dan menarik daripadanya sebuah ongkos hak monopoli yang tinggi.
Mereka harusnya menemukan apa yang tersedia untuk mendanai perusahaan-
perusahaan kabel yang paling bagus yang telah ada - dan kemudian meminta
lebih banyak lagi. Ongkos bagi para pelanggan berbeda-beda, dan pada
permulaannya sistem-sistem kabel itu mahal ongkos pembangunannya. Hal itu
merupakan bagian dari dunia ekonomi. Misalnya diperkirakan di kota Dallas,
dengan 400.000 rumah-tangga bahwa untuk permulaan akan diperlukan biaya
$100 juta. Akan tetapi, prospek keuangannya cukup menarik, karena tidak
kurang dari enam kelompok yang mengajukan penawaran, dan ketika Dewan
Kota itu memberikannya kepada Wamer Amex, sebuah perusahaan setempat,
maka Sammons Communications Inc., meminta diadakan suatu referendum.
Ketika itu Dallas, sebuah kota yang namanya telah terkenal melalui televisi
di seluruh dunia, telah memiliki dua kali lebih banyak perusahaan televisi kabel
dibanding kota mana pun di Amerika Serikat. Ia merintis jalan. Pada pertengahan
tahun 1980-an, hampir separuh dari rumahtangga Amerika telah memiliki televisi
kabel. Beberapa perusahaan kabel Amerika ketika itu telah menjadi perusahaan
milyaran dolar dengan skala seluruh negara. Lalu sepuluh operator terbesar
melayani hampir setengah dari para pelanggan kabel di negara itu. Angka yang
sebanding dengannya di Kanada adalah 60 persen.

3 6 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Distribusi kabel di luar Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1980-an


adalah tidak merata. Di Italia, di mana kabel itu hanya dianggap sebagai sebuah
versi siaran saja, terdapat sebuah perusahaan, Tele Biella, semenjak tahun 1971.
Di Negeri Belanda, kotapraja memiliki lebih dari separuh sistem kabel itu. Prancis
tidak memberlakukan hukum yang serba komprehensif berkenaan dengan TV
kabel sampai tahun 1982. Kemajuan perlahan sekali di Jerman dan di Swedia.
Di Inggris, TV kabel juga lamban, bahkan setelah pemerintah, berdasarkan seleksi
persaingan, memberi hak monopoli kepada sebelas TV kabel tahun 1985. Tiga-
belas buah TV kabel beroperasi, di antaranya paruh-waktu, sepuluh tahun
kemudian. Beberapa di antaranya membentuk konsorsium transatlantik dengan
perusahaan-perusahaan besar Amerika.
Karena alasan acara maupun alasan bisnis maka seringkah terdapat
dimensi internasional - sebagaimana juga dimensi lokal - dalam perkembangan
kabel itu. CNN, [Cable News Network], milik Ted Turner, yang berpangkalan
di Atlanta, sengaja mengambil ruang-lingkup global, dan setelah merger pada
tahun 1995 dengan Time/Warner, yang sendiri memiliki pandangan internasional,
maka konglomerasi baru itu mempunyai modal $36 milyar. TimeAVamer sendiri
adalah hasil sebuah merger tahun 1990. Penggabungan yang tidak disangka-
sangka dengan CNN itu memiliki pendapatan tahunan yang lebih besar
dibandingkan Walt Disney Company, yang terkenal di seluruh dunia, yang
belakangan ini telah membeli Capital Cities/ABC, yang merupakan pemilik dari
jaringan Amerika yang paling besar ketika itu. Time/Wamer memiliki 18 persen
saham CNN, dan Turner dikatakan telah mengajukan penawaran lebih dari sekali
untuk mendapatkan CBS. Di bawah panji-panji CNN pada tahun 1995, ia
menjalankan dua saluran berita dan dua saluran film, salah satu daripadanya
adalah the Cartoon Network. Ia juga memiliki arsip film MGM Hollywood
yang sekarang ini dapat ditempatkan berdampingan dengan arsip Warner.
Murdoch disebut-sebut di dalam pers sebagai salah seorang pelamar Turner:
pada tahun 1995 ia ikut-serta dengan sebuah aliansi 'kelompok empat'Amerika
bersama Globo Brazil, Televisa Mesiko dan Telecommunications Inc. Amerika
Serikat. Semua ini mempakan tidak hanya mempakan konvergensi teknologi,
tetapi juga konvergensi bisnis.

Viewdata

Kabel tak pelak lagi adalah bisnis besar. Namun sebagaimana Tlmoty Hollins
menulis dalam studinya yang luas, Beyond Broadcasting: Into the Cable Age

3 6 6
Konvergensi

(1984), 'tidak lebih banyak orang di Inggris dibandingkan di Italia yang


mengetahui kabel melampaui dari hanya sekedar nama lain untuk telegram atau
sepotong kawat listrik'. Saat ini, banyak orang pada dua sisi Atlantik percaya
bahwa hal tersebut akan menjadi 'barisan terdepan dari revolusi informasi, sistem
syaraf masyarakat yang berpusat pada informasi'. Richard Hoggart, dalam
perannya yang baru sebagai ketua Broadcast Research Unit, menulis dalam
prakata pada studi Hollins, bahwa menurutnya diskusi publik di Inggris dalam
hal-hal semacam itu tidak beranjak lebih dari 'spekulasi semi-utopia' pada satu
sisi dan 'ramalan kiamat seperti Cassandra' di sisi lain. Ditambahkan oleh Hollins,
secara kontras di Amerika Serikat terdapat 'persediaan yang berlebihan' tetapi
sedikit dalam proporsi.
Komentar tersebut memiliki aplikasi lebih umum dalam hubungannya yang
tidak hanya kepada kabel itu sendiri tetapi kepada kisaran luas dari apa yang
biasanya dideskripsikan sebagai viewdata - dengan 'teleteks' yang dibawa
kepada apa yang kemudian dinamakan 'keluarga' dari 'pengembangan baru
yang berasosiasi dengan provider televisi'. Teleteks adalah sistem untuk halaman
penyiaran informasi (kata dan grafik) pada layar televisi yang mendayagunakan
mang tersisa yang sebelumnya tidak dipakai dalam penyiaran reguler. Videoteks,
istilah yang lebih komprehensif, adalah pengiriman melalui jalur telepon atau kabel
informasi yang tersimpan dalam komputer untuk ditampilkan pada layar televisi
atau terminal videoteks yang khusus.
Karena akses kepada data yang terkomputerisasi yang dimungkinkan oleh
videoteks dan cara di mana hal tersebut disediakan oleh agen jasa informasi,
banyak hal yang dapat disebut tentang keuntungan - dan permasalahnya -
mengantisipasi apa yang belakangan datang: Internet dan World Wide Web.
Apakah viewdata akan menjadi 'media massa ataukah media individual, atau
seperti yang dikatakan orang Jepang, sebuah media massa individual?' seorang
penulis dalam Intermedia mempersoalkan hal ini di tahun 1979. Salah satu dari
slogannya adalah 'dunia informasi saat ini berada di ujung jari Anda', tetapi
teknologi yang dipakai sebagai andalannya adalah analog, bukan digital,
'teknologi hari ini, bukan hari esok'. Dalam pandangan penulis tersebut, perhatian
yang berpusat pada videoteks sebagian besar adalah pada kemungkinan 'evolusi
identitas'-nya. Sebagaimana jasa elektronik yang berbeda-beda berkembang,
penulis tersebut dan beberapa pengamat lain berharap bahwa mereka akan
'menukik menuju ekuilibrium'.
Tidak akan ada ekuilibrium semacam itu. Malahan, terdapat desakan
lebih lanjut akan teknologi baru, yang tidak semua lepas landas seperti yang

3 6 7
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

disebutkan sejak awal 1970 sebagai 'sebuah masyarakat yang berbasis data'.
Beberapa tertinggal dalam titik-titik pengembangan yang tidak lengkap, bahkan
pada tahap prototipe. Salah satu contoh adalah high-definition television
(HDTV), yang menawarkan warna dan kejelasan gambar yang lebih baik melalui
1125 lines (daripada 525 dan 625) dan layar yang lebih lebar, seperti layar
bioskop, dan sukses didemonstrasikan di Amerika Serikat dan tempat-tempat
lain, tetapi dengan kekecewaan dari orang Jepang, yang bekerja keras dan lama
untuk mengembangkannya, yang karena beragam alasan tidak terdapat suatu
terobosan.
Fakta bahwa HDTV mampu untuk mengirimkan citra gambar yang
membawa lima kali lebih banyak dari informasi yang dapat dikirimkan citra
konvensional tidak ikut diperhitungkan. Terdapat lebih banyak lagi fakta yang
mendorong. Penggantian sistem akan meliputi tidak hanya investasi yang besar
tetapi suatu alokasi spektrum baru. Standar teknis dalam berbagai negara adalah
berbeda; dan, paling penting dari semuanya, teknologi yang ditawarkan adalah
analog, bukan digital. Klimaks datang di tahun 1997 ketika pemerintah Inggris,
dalam rencananya untuk penyiaran digital, memilih untuk maju dengan ketetapan
lebih banyak saluran dibandingkan dengan pengenalan HDTV.
Digitalisasi, atau beberapa orang menyebutnya digitisasi, kemungkinan
besar telah diperhitungkan sebagai basis dari banyak teknologi baru sepanjang
1980-an, meski hal tersebut adalah proses kumulatif yang baru marak sejak
akhir 1990-an dalam tajuk utama media seperti 'Go Digital, Cable vs Satellite
vs Terrestrial' [Home Entertaintment, Desember 1999]. Ketika AT & T
pecah tahun 1984, sebagian besar jasa telepon Amerika masih dikirim melalui
sistem jaringan yang berisi menara gelombang mikro dan kawat listrik tembaga,
sementara televisi kabel menggunakan kabel koaksial dan pemancar dibatasi
hanya pada spektrum radio. Selama sepuluh tahun berikutnyalah dinyatakan,
walau dengan dilebih-lebihkan, sebuah revolusi optik serat, elektonik, dan
kompresi signal digital mulai mengubah gambar. Yang terakhir dari fitur-fitur
'revolusi' tersebut mampu membuat kapasitas tanpa kawat atau sistem tanpa
kawat meningkat sepuluh kali lipat atau lebih. Meski demikian, pada permulaan
abad ke-21 jutaan provider masih menggunakannya dan sebagian besar
penyiaran radio di dunia adalah non-digital.
Sebelum 'revolusi' tersebut sistem telekomunikasi terfragmentasi, dengan
telekomunikasi dan penyiaran memiliki budaya yang berbeda secara radikal,
yang membesarkan keluarga viewdata. Dan khususnya di Eropa, Kantor Pos,
yang kadangkala bekerja sama dengan bisnis swasta adalah bagaikan orang tua

3 6 8
Konvergensi

yang ambisius. Di Kantor Pos Inggris, keluarga yang mereka besarkan telah
terlentang dan mendapat soro tan pers secara terus-menerus. Kantor Pos Inggris,
yang segera kehilangan sisi telepon dari bisnisnya, yang menempatkan tawaran
di tahun 1979 sistem Viewdata operasional yang pertama di dunia, Prestel,
menindaklanjuti periode eksperimental pada pengembangan teknologi baru
lainnya. Peristiwa ini adalah 'tahun Video t eks', ketika pengamat menyebut jasa
baru tersebut sebagai 'salah satu dari manifestasi pertama dari banyak konvergensi
teknologi komputer dan komunikasi yang marak'. Hal tersebut didiskusikan di
London pada Maret tahun itu pada apa yang disebut sebagai 'forum internasional
yang pertama kali mengenai data video'.
Prestel mungkin dinamakan 'Viewdata' jika Kantor Pos dapat
menghakciptakan nama tersebut, tetapi bukan hanya sistem Viewdata yang
sedang dikembangkan pada saat itu. IBA di Inggris memiliki Oracle, Teletel di
Prancis, Telset di Finlandia, CBS di Teleteks Amerika, dan Telidon di Kanada.
Di dalam semua kasus itu, ciri utama sistem tersebut adalah 'bukan keajaiban
teknologi melainkan kegunaan sosial'; dan Prestel 'sang Pionir', yang tidak
memasukkan mikroprosesor di terminalnya, tidak sendirian dalam mengeks-
ploitasi teknologi baru tersebut.
Kronologi berikutnya dari pengembangan viewdata tidaklah mudah untuk
dipilah-pilah, hal ini karena terdapat jarak antara demonstrasi dan instalasi, dan
celah antara retorika dan kinerja. Pengumuman yang ambisius seringkah dibuat
dan dilaporkan ketika perencanaan berada dalam tahap awal. Set-set yang ada
mahal, dan cara pengongkosan rumit serta kontroversial untuk dikalkulasikan
dan diimplementasikan. Di Prancis, terdapat subsidi silang, tetapi hal tersebut
tidak terjadi di Inggris. Di Amerika Serikat, minat masyarakat sukar untuk
didongkrak. Eksperimen lokal, seperti yang dilakukan Los Angeles Mirror,
yang dimulai di California di tahun 1884, diberhentikan setelah beberapa tahun
merugi.
Ada dua tipe sistem viewdata: berbasis telepon, seperti Prestel dan
Telidon, dan berbasis penyiaran, seperti Ceefax dari BBC dan Oracle dari IBA;
dan adalah komite konsultatif dari ITU yang memilih videoteks sebagai nama
bagi mereka. Tipe pertama mengklaim kesederhanaan, dengan bergantung
kepada data yang ditawarkan pada provider informasi yang memiliki 'halaman-
halaman': tidak diperlukan editor penghubung pusat atau koordinator isi. Peran
Kantor Pos adalah sama seperti pembawa umum, dan oleh karenanya, pada hal
ini serta lainnya terdapat antisipasi dari Internet baik dalam penggunaan bahasa
dan dalam prosedur.

369
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

'Masalah pertama yang dihadapi metode Prestel untuk Provider Informasi',


sebagaimana dinyatakan salah satu manajernya, 'adalah bagaimana mengerahkan
pengguna informasi secepat mungkin'. Manajer dari perusahaan Internet mungkin
akan mengatakan hal yang sama. Namun pada saat itu, provider informasi,
dicoba didapatkan oleh Kantor Pos, menarik paralel lama. Prestel yang
berpotensi sebagai 'sebuah media massa', dianggap lebih dekat pada percetakan
dan penerbitan ketimbang pada radio dan televisi. Hal ini menjadi salah satu
alasan mengapa surat-kabar, diantaranya Financial Times dan The Economist,
kadangkala memutuskan secara defensif untuk menjadi provider informasi.
Beberapa menentangnya. Pers Jerman pada khususnya sangat menentang sistem
yang diperkenalkan Kantor Pos Jerman pada tahun 1984.
Dua poin ditekankan oleh sebuah provider informasi awal di Inggris, salah
satu dari 160 yang ada, yang tidak defensif dan melihat peluang bisnis baru pada
usaha tersebut. Pertama, tidak terdapatnya 'tirani waktu transmisi jam puncak',
'prime time', baik untuk provider televisi atau bagi pengguna. Kedua, pengguna
haruslah aktif. Kecuali ia membuat keputusan dan menekan tombol pada halaman
kontrol, halaman yang sama akan tampil di layar. Biarpun jumlah halaman data
dibatasi dengan ketat, dan dibutuhkan perusahaan tersendiri dari provider
informasi untuk mengenalkan 'grafik sederhana' sebagaimana teks. Telidon di
Kanada dikembangkan oleh spesialis yang terkait pada the Research Center of
the Canadian Department of Communications, menampilkan perusahaan publik
ketika Telidon merasa penting untuk menawarkan informasi visual sebagaimana
informasi verbal.
Cakupan yang berbeda dari peralatan videokomunikasi, yang tidak
berhutang apa-apa kepada Kantor Pos atau pemerintah, adalah videocassette
recorder (VCR) dan videodisc. Teknologinya berbeda, di mana videodisc
akan segera berbasis pada laser, tetapi penggunaannya mengangkat kembali isu
hak cipta dan bajakan yang telah dikumandangkan dalam konteks sosial dan
ekonomi sejak abad ke-18. Kedua peralatan tersebut mengizinkan individu
untuk 'perubahan waktu (time shift)', yaitu merekam program televisi yang
dapat dilihat pada layar televisi di rumah setelah program tersebut ditayangkan.
Namun di dalam praktiknya, kegunaan utamanya adalah untuk memainkan film
komersial yang telah direkam sebelumnya, baik dengan cara dibeli atau disewa,
sebuah sumber keuntungan bagi bioskop, khususnya Hollywood. Video yang
diproduksi di rumah kemudian berkembang dan akhirnya membuka jalan sebagai
sebuah bentuk hiburan kepada jaringan dan saluran kabel. Statisik yang ada
mengejutkan. Di tahun 1985 terdapat lebih banyak toko videokaset

3 7 0
Konvergensi

dibandingkan bioskop di Amerika Serikat. Antara 1980-1985, jumlah VCR di


Amerika Serikat meningkat dari 1,8 juta ke 86 juta, statistik yang paling
mengesankan dari semua media. Tujuh puluh persen dari rumah di Amerika
memiliki satu pada tahun 1990. Di luar Amerika Serikat, permintaan Inggris
naik lebih cepat daripada permintaan di Amerika Serikat; dan di luar Eropa, 85
persen dari semua rumah di Arab Saudi memiliki sebuah VCR di tahun 1985.
VCR rumah pertama kali dijual tahun 1972 setelah bertahun-tahun
bereksperimen baik dengan kaset maupun piringan, sebagaimana perusahaan
Amerika, Belanda, Swedia, dan Jepang berlomba-lomba untuk meraih pasar
konsumen baru. Sony memperkenalkan sebuah pita magnetik di dalam kasetnya
pada tahun 1969, sementara RCA, yang sangat familiar dengan penggunaan
pita, bertahan dengan piringan hingga 1984. Philips di Belanda mendemons-
trasikan teknologi videodisc laser di tahun 1978. Di Amerika, laser disc pertama
dijual pada saat Natal 1980.
Efek sosial dari difusi VCR mendapat lebih sedikit perhatian daripada
teknologinya - terdapat perselisihan standar - dan ekonominya yang mana
meliputi investasi yang besar dalam riset. Karena pada banyak negara pita
video dapat disewa atau dibeli, toko video menjadi fitur yang lebih mencolok
dan ada dimana-mana di lingkup kota dibanding toko buku. Banyak agen warta-
berita juga berada dalam bisnis penyewaan tersebut. Kelompok-kelompok
etnis, beberapa di antaranya bahkan berada jauh dari tempat kelahiran mereka,
sekarang memiliki akses video yang tersendiri dalam bahasa mereka sendiri.
Tontonan sekeluarga dapat memberi kehidupan baru di dalam rumah. Dalam
buku From Television to Home Computer, yang diterbitkan di tahun 1979,
Adrian Hope menggambarkan masa depan: 'rumah orang kaya masa depan'
akan 'membanggakan gengsinya' dengan memiliki baik perekam videokaset dan
pemutar videodisc. Ia menambahkan bahwa orang-orang kaya tersebut yang
cukup beruntung memiliki keduanya sebaiknya memilikinya terus bahkan saat
benda-benda tersebut telah usang. Hal ini karena benda-benda tersebut akan
menjadi 'barang antik yang berharga nantinya di masa hidup mereka seperti
gramofon asli Edison'.
Hollywood, yang pada awalnya menentang bisnis rekaman video
sebagaimana telah terjadi pada televisi, justru meledak melalui penjualan video.
Begitu juga dengan industri musik di audio sebagaimana di video ketika musik
dapat didengar dan direkam. Rekaman yang dimainkan dalam jangka waktu
lama menjadi usang seperti halnya mesin tik. Kamera video juga menjadi bagian
dari peralatan keluarga. Hal paling sukses dari apa yang dinamakan ' s p i n - o f f s

3 7 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dari kaset video' adalah kamera video tahun 1984 Sony, camcorder kecil, 'versi
TV dari Polaroid'. Dan masa kamera digital masih akan datang.
Ada satu penelitian yang mungkin tidak akan lepas landas—videopon—
lebih 'mengkilap' dibanding telepon yang hanya memakai suara, meskipun AT&T
mulai memasarkan Picturephone yang berbasis analog di tahun 1960-an,
memproyeksikan pasar hingga 1 persen dari semua telepon domestik pada tahun
1980-an. Jauh sebelumnya AT&T memutuskan untuk menghentikan pembuatan
telepon tersebut di tahun 1973. Namun ide tersebut tidak pernah kehilangan
daya tariknya dan muncul kembali di tahun 1990-an, ketika menurut survei 1992/
93 di Eropa yang berlangsung selama 18 bulan, yang mencakup Inggris, Prancis,
Jerman, Belanda dan Norwegia, panggilan videopon, yang diiklankan dengan
royal, lebih lama daripada panggilan telepon dan seringkah membutuhkan sepuluh
kali lebih banyak lebar pita (bandwidth).
Videopon jauh lebih mahal dibandingkan telepon genggam seluler dan
kualitasnya tidak dapat dipercaya, tetapi jelas terdapat pasar yang terbatas
baginya seperti untuk konferensi yang menggunakan video. Di bulan Januari
1994, Imagi-Nation, sebuah usaha bersama dari AT&T dan Sierra On-Line,
mencatat 40.000 rumah tangga membayar biaya langganan bulanan lebih dari
£400.000. "Kios Teleponoskopik' diramalkan, meskipun jelas dibutuhkan nama
yang berbeda jika ingin berhasil seperti halnya yang dilakukan kafe dan warung
Internet.
Masa depan yang hebat dari telepon genggam, yang mana kegunaannya,
jika ditinjau kembali sejarahnya ternyata merupakan komunikasi yang berfokus
pada mobilitas yang paling dapat diprediksi sejak awal. Radio Pita Warga
(Citizen 's Band Radio), salah satu dari pengembangannya mengarah kepada
hal tersebut, berpindah dari cerita folklor ke sejarah, menawarkan sebuah mata
rantai antara sejarah transportasi dan sejarah media. Segera sesudah krisis
minyak 1973, batas kecepatan 55 mil per jam diperkenalkan di Amerika Serikat
yang membuat sopir truk di Barat memasang radio amatir dua arah yang
menyediakan sistem peringatan. Sebuah medium baru akhirnya muncul:
setelahnya hal tersebut digunakan oleh pengemudi perahu balap dan pemburu—
mereka diberi perhatian khusus oleh pendukung Citizen 's Band—sebagaimana
oleh pengemudi truk. Ilegal di kebanyakan negara lainnya, termasuk Inggris,
kepemilikan Citizen's Band adalah indikator sosial dan budaya, seperti
kepemilikan otomobil, lebih dari sebuah pertanda bagi hal-hal yang akan datang.
Pemerintah tidak memiliki andil untuk hal tersebut.

372
Konvergensi

Sistem telepon genggam pertama diberikan lisensi di Amerika Serikat pada


tahun 1983, dan walaupun penerimaannya masih buruk, terdapat sejuta pengguna
telepon seluler di Amerika pada tahun 1989. Ledakan besar telepon genggam
datang kemudian. Walaupun penerimaan yang buruk dan kurangnya privasi
(beberapa pengguna tidak memperdulikan hal ini atau secara terbuka
mempertontonkan diri dalam menggunakan telepon), jumlah pengguna terus
meroket di Eropa dan Asia sebagaimana di Amerika Serikat. Jadi, pada tahun
1996 terdapat lebih dari 6 juta pengguna telepon genggam di Inggris dan empat
tahun kemudian, tepatnya antara April dan Juni 2000, tidak kurang dari 3,5 juta
telepon genggam dijual, 'satu setiap dua detik'. Hal ini adalah fenomena distribusi
penting yang menginspirasikan tajuk utama di The Times, 'Half the country is
mobile mad" (Separuh negeri tergila-gila dengan telepon genggam).
Komentator Times yang lain lebih suka menggambarkan apa yang teijadi
sebagai 'hubungan gelap cinta telepon genggam'. Inggris yang dulu tertinggal
sekarang berada di depan Amerika Serikat yang selalu memiliki lebih banyak
telepon rumah, dan di Eropa, Finlandia dan Italia berada di depan Inggris. Di
Jepang, di mana terdapat peningkatan besar di dalam penyebaran telepon seluler
setelah tahun 1996, kelompok utama konsumen berusia antara 20-24 tahun,
dan mereka menelpon sebagian besar karena ingin berhubungan dengan
kelompok pertemanan mereka, yang digambarkan di Jepang sebagai' pasangan
selular (cellular mates)'. Pasar yang ada, yang meluas dengan bantuan iklan
besar-besaran, dibuat pada basis jasa tunggal -komunikasi suara—tetapi di
ramalkan bahwa di tahun 2000 hal tersebut akan segera berubah. Wireless
Aplication Protocol (WAP) akan mengubah data telepon genggam dan
multimedia menjadi provider pendapatan yang besar bagi perusahaan. Lalu
muncul pula berbagai jasa layanan baru, seperti pesan singkat (SMS — short
messages service) yang dianggap sebagai 'transisional' saja, sebuah kata lama
dalam sejarah teknologi radio. Segera sesudahnya SMS ternyata akan menjadi
sesuatu yang berbeda. Pada mulanya SMS yang diperlakukan sebagai 'angin
lalu', seperti usangnya sebuah kata dalam sejarah teknologi, namun para remaja
menjadi 'ketagihan' untuk mengirim pesan teks. Pada Maret 2001, Sunday
Times mendeskripsikan (dengan gambar foto) seorang remaja perempuan
mengirim lebih dari seribu pesan teks setiap bulan. Pesan seperti itu, yang
panjangnya tidak lebih dari 160 karakter, termasuk beragam 'gambar senyum
(smiley faces)' dan simbol. Tata bahasa dan ejaan yang digunakan sama sekali
terserah pada si pengguna.

3 7 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Pada awal tahun 2000 tercatat empat perusahaan utama telepon genggam
di Inggris: Vodafone, BT Cellnet, One2One dan Orange, di mana yang disebut
terakhir memperoleh 1,2 juta pelanggan dalam waktu singkat dari April hingga
Juni 2000, sebuah babak baru yang signifikan dari total 7,2 juta dalam daftar
pelanggannya. Peserta baru dalam bidang ini, Iridium, sebuah jaringan telepon
satelit, yang menghadapi biaya yang besar untuk memulai, membuat jalan keluar
yang spektakuler pada Maret 2000. Pembelian bisnis dan merger lintas-batas,
yang melibatkan Jepang dan Amerika Serikat, dipublikasikan secara besar-
besaran. Ketika Vodafone, yang dideskripsikan di The Times pada Januari
2001 sebagai 'raksasa telepon genggam yang lapar', mendapatkan America's
Air Touch dan (di tengah kontroversi politik) grup Mannesmann dari Jerman,
menggandakan empat kali lipat ukuran bisnisnya. Dan peijanjian-peijanjian lain
menyusul. Pasar global masih tidak terjenuhi dan banyak kepentingan nasional
dan internasional terlibat.
Hal finansial menyita banyak berita, tetapi beberapa darinya (dan
penyiaran) mengangkat kemungkinan efek samping dari teknologi baru
tersebut. Apakah terdapat risiko kesehatan pada gelombang radio yang
dekat dengan telinga? Apakah anak-anak aman menggunakan telepon
genggam? Apakah perusahaan telepon genggam boleh membangun tiang
pemancar tanpa izin yang terencana? Apakah pengguna telepon genggam
sebaiknya tidak mengaktifkan HP-nya di dalam kereta api dan di dalam
pesawat udara? Di setiap negara muncul keluhan dari orang-orang bukan
pengguna. Kolom surat pembaca di surat-kabar, begitu pula dari pendengar
radio dan pemirsa televisi yang hampir selalu merespon pertanyaan penyiar
yang selalu berulang terus: 'Bagaimana menurut anda?' atau 'Bagaimana
perasaan Anda mengenai hal itu?', menjadi lahan bagi keluhan tersebut.
Terdapat lingkup yang luas untuk prediksi disamping keluhan, Ketika di
Juli 2000 Orange mengumumkan diskon harga—pada saat itu berada di jalur
yang dimiliki oleh France Telecom—hal tersebut sudah direncanakan, seperti
diumumkan British Commercial Director perusahaan tersebut, untuk membuat
pelanggan berhenti menggunakan telepon rumah tradisional. Ia melanjutkan bahwa
hal ini 'dapat menjadi akhir bagi telepon bersaluran tetap'. Bersamaan dengan
hal tersebut, muncul wacana tentang kematian telepon di meja kantor; sebab
akan terjadi perpindahan 'dari ruang meja ke ruang maya'. Di dunia media,
BBC mulai menggunakan telepon genggam untuk pengumpulan berita di tahun
1999; mereka telah menggunakannya di seluruh dunia dalam wawancara pers
dan penyiaran. Nirkabel (wireless) sekarang menjadi dirinya kembali, dengan

3 7 4
Konvergensi

penggunaan inisial 'W' seperti yang didemonstrasikan WAP. Sekali lagi banyak
hal yang dibuat dari permainan. Di dalam koran yang didistribusikan secara
gratis di London, Metro, Owain Bennalleck melaporkan pada Juli 2000 bahwa
WAP sekarang dapat mengirim interaksi multi-pemain, memelihara ikan dan
terlibat dalam pertempuran tank satu lawan satu.
Di dalam buklet iklan'The Mobile Buyers' Bible', jangkauan luas jasa
selain surat suara (voice mail) dan surat elektronik (e-mail) ditawarkan. 'Bible'
tersebut diproduksi oleh Virgin Company milik Richard Branson -nada religiusnya
menonjol- yang mana terlibat dalam setiap bentuk transportasi termasuk, di dalam
kasus Branson, balon. Bible itu juga bergambar. Terdapat gambar telepon dari
semua tipe dan harga, termasuk model yang mewah, 'sadar-mode (fashions-
conscious)', 'jenis yang cocok dimiliki kaum pria dan dikagumi wanita'. Inilah
'panggilan Masa Depan'. Telepon genggam masa depan (3-G, generasi ketiga),
dijanjikan akan berisi slot untuk kartu kredit. Akan terdapat telepon informasi
dan hiburan -dan, meski catatan bisnisnya mengecewakan di masa lalu, videopon.
Kepala grup jaringan Motorola tidak menggunakan baik kata 'transition' maupun
'fad [angin lalu]' tetapi kata 'emergence [kemunculan]' ketika ia melihat ke masa
depan bahwa telepon genggam dapat dihubungkan ke Internet. Perusahaannya
telah memasarkan telepon dengan pengaktifan suara (voice activation), yang
dapat mengatasi kendala ruang dan waktu. 'Di mana pun Anda bepergian di
dunia, cukup katakan nama dan telepon itu akan memutarkan nomor secara
otomatis'.
Motorola, seperti Vodafone, menatap masa depan ketika pengguna
Internet yang sangat meningkat jumlahnya akan menjangkau Internet—tema
bagian berikut di bab ini — dengan telepon dan bukan komputer rumah atau
provider televisi. Dan jumlah pengguna Internet terus meningkat. Pada Januari
2000, lebih dari 20 persen populasi Inggris telah mengakses Internet. Tetapi
Norwegia memiliki angka lebih dari 40 persen dan Finlandia hampir 50 persen.
Di Jepang, 12 persen rumah tangga memiliki Internet, sebuah 'komunitas
elektronik', yang dikatakan mampu mengatasi 'batasan ruang dan waktu'
terbentuk sudah.

Internet

Setidaknya pada tahun 1991, sebuah buku yang ditulis oleh kalangan terkemuka
dalam proses komputasi, Technology 2001: The Future of Computing and
Communications, diterbitkan oleh MIT, belum menyebut-nyebut tentang Internet.

3 7 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Begitu pula tidak terdapat kata 'World Wide Web' atau 'cyberspace [dunia
maya]' dalam Indeks. Namun di tahun yang sama David Gelemter menerbitkan
sebuah buku bagi teknolog, Mirror Worlds, sebuah paper penelitian yang
dielaborasi lebih lanjut dan mengagumkan, yang mana, tanpa menyebutkan kata,
ia meramalkan tentang Web; dan di akhir 1990-an, E.M. Noan, pada saat itu
Direktur Columbia University's Institute for Tele-Information, membuat
pernyataan bahwa 'ketika sejarah media abad ke-20 ditulis, Internet akan terlihat
sebagai kontributor terbesarnya'.
Terobosan datang antara September 1993 dan Maret 1994 ketika sebuah
jaringan yang sampai sekarang ini didedikasikan kepada penelitian akademis
menjadi sebuah jaringan induk bagi jaringan-jaringan yang terbuka untuk semua
orang. Di dalam periode yang sama akses publik kepada perangkat lunak untuk
browsing (Mosaic), dideskripsikan di kolom bisnis New York Times pada
Desember 1993 sebagai 'the first window into cyberspace', membuatnya
dapat digunakan untuk menarik pengguna, yang pada saat itu disebut adaptor,
dan provider, pionir software.
Pada periode yang mengakselerasikan teknologi komunikasi, Internet
menjungkirbalikkan banyak prediksi dan membawa bersamanya banyak kejutan.
Dikatakan bahwa 'lebih banyak fenomena daripada fakta', juga dikatakan bahwa
hal ini adalah 'perbatasan dunia barat yang liar (the wild west frontier)' dari
komunikasi. Secara cepat meninggalkan fisika di belakang, Internet mengem-
bangkan psikologinya sendiri, sebagaimana yang dibuat oleh perbatasan tersebut,
dan apa yang kemudian disebut sebagai' ekologi'-nya, sebuah kata baru dalam
studi komunikasi. Yang lebih mengisyaratkan adalah bahwa pada 1997 Internet
mulai diperlakukan sebagai sebuah paradigma baru, walaupun asalnya dari fisika
dan politik pertahanan. Awalnya disiapkan pada tahun 1968/9, dengan bantuan
finansial yang sangat besar dari pemerintah, melalui Advanced Research Projects
Administration (ARPA) Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Internet
dirintis tahun 1957 sebagai bagian dari respon pemerintah atas proyek Sputnik.
Pada awalnya, hal tersebut hanyalah jaringan terbatas (ARPANET),
membagi informasi antara universitas yang menerapkan 'hi-tech' (sebuah kata
baru) dan institusi penelitian lainnya; dan karena sifat-dasar dari informasi yang
dibagi, maka adalah elemen esensial dalam dasar pemikirannya bahwa jaringan
itu dapat bertahan dari pemindahan atau penghancuran dari setiap komputer di
dalamnya dan, tentu saja penghancuran nuklir semua 'infrastruktur' (kata masukan
baru lainnya) komunikasi. Demikian kata Pentagon. Pandangan dari universitas

3 7 6
Konvergensi

adalah Jaringan (Net) menawarkan 'akses bebas' kepada pengguna akademik


dan riset, dan hal tersebut adalah mereka yang menjadi komunikator.
Apapun poin keuntungannya, dari atas atau dari bawah, adalah penting
baik secara segera maupun dalam jangka panjang bahwa 'architecture of the
system' (istilah yang sering digunakan) berbeda dari jaringan telepon. Ada
kebanggaan dalam hal ini. Setiap komputer dapat menyadap ke dalam Net di
mana saja, dengan informasi yang sedang ditukar 'sliced [meluncur]' dengan
segera ke dalam 'paket'. Sistem pengiriman memecah informasi menjadi
potongan-potongan sandi: sistem penerima menyatukannya kembali setelah
menjelajah ke tujuan. Inilah sistem paket data yang pertama dalam sejarah.
Ide untuk memecah pesan menjadi 'paket informasi', 'blok pesan', telah
berada di pikiran peneliti komputer sejak pertengahan 1960-an, diantaranya
Donald Watt Davies dari Laboratorium Fisika Nasional Inggris, yang
menggunakan istilah menukar paket (packet switching)'. Ia menghargai juga
bahwa untuk membuat jaringan berbagai komputer dengan 'muka' (faces) yang
berbeda dan dengan bahasa komputer yang berbeda, diperlukan penggunaan
komputer mikro yang bertindak sebagai 'antarmuka' (interfaces), yang dikenal
di Amerika Serikat sebagai IMPs, interface message processors. Benda
pertama dari hal tersebut tiba di kampus Los Angeles Universitas California
pada Januari 1969, dan dalam waktu dua tahun ARPANET berhasil
dioperasionalkan sepenuhnya. Pada tahun 1975, dengan penggantian nama
menjadi DARPA, terdapat 2000 pengguna. Pesan e-mail adalah cara utama
komunikasi, tidak semua berurusan dengan masalah pertahanan.
National Science Foundation (NSF) sekarang menampakkan diri. Di
dalam laporan tahun 1974 grup itu menggunakan apa yang segera menjadi bahasa
yang terkenal ketika menulis sebuah 'lingkungan perbatasan yang dapat
menawarkan komunikasi yang maju, kolaborasi, dan membagi sumber di antara
peneliti yang terpisah secara geografis ataupun terisolasi'. Dan grup itu berpikir
mengenai jangkauan peneliti yang lebih luas daripada yang digunakan ARPANET.
Grup non-profit lainnya, Computer Science Research Network (CSNET),
didirikan di tahun 1979, dengan dana dari NSF; dan di tahun 1983, dengan lima
pusat supercomputing pada intinya, jaringan tersebut stabil secara finansial.
Pada tahun 1985, DARPA dihubungkan dengannya.
Ketika Net meningkat dalam skalanya, dan itu selalu mungkin di Amerika
Serikat, maka hal tersebut membutuhkan sebuah infrastruktur komersial baru.
Penyedia jasa komersial on-line pertama, CompuServe, awalnya melayani 'klub
pribadi' [private club], sebagian dimiliki Time/Warner, dan mulai beroperasi pada

377
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

tahun 1979. Muncul pula American On-Line, saingan beratnya yang berhubungan
dengan grup Jerman dan Prancis. Terdapat juga Prodigy. Ketiganya bersaing
keras, memiliki basis langganan yang jika digabungkan di tahun 1993 telah lipat
dua dalam dua tahun menjadi 3,5 juta. Melihat kekuatan mereka, adalah
memungkinkan, setidaknya jika melihat ke masa lalu, untuk melacak apa yang
nampaknya seperti fase logis dalam sejarah Internet yang kompleks, sebagaimana
di kebanyakan cabang sejarah komunikasi, dengan pembukaan fase baru ketika
Net berhasil menjaring kepentingan bisnis dan penggunaannya meluas.
Pada akhir 1970-an, sarjana MIT Ithiel de Sola Pool, agak tidak biasa
dalam menyebutkan peran ARPA atau CSNET dalam diskusi internasional,
ketika ia menulis bahwa universitas dan institusi lainnya yang terlibat di fase
pertama mengusulkan 'untuk mengadakan jaringan yang meliputi Amerika
Serikat dan Eropa kapan saja volume bisnis mencukupi untuk membayar
peralatan dan jasa yang ada'; dan sementara itu, menurut pandangannya,
'tidak ada perusahaan komersial yang akan menemukan ada manfaatnya
untuk memperluas jaringan meliputi negara-negara berkembang di dunia', ia
memperkirakan biaya sistem akan rendah jika dimasukkan kepada 'sebuah
rencana sistematis yang mendunia' dan dengan mudah akan membiayai dirinya
sendiri begitu mencapai 'skala cakupan yang komprehensif'. (Kata 'skala'
tersebut menonjol). NSF tidak menginginkan atau dapat mengambilalih tugas
kewirausahaan tersebut—dan setelah diskusi yang panjang—menghentikan
pendanaannya di tahun 1995.
Pada saat itu ekologi World Wide Web (www) telah berubah, tidak
berbasis di Amerika Serikat, tapi dari CERN, sebuah institut riset fisika partikel
Eropa, yang berada di pegunungan di Swiss, ketika seorang Inggris, Tim Bemers-
Lee, merancang apa yang dinamakan 'world wide web' tahun 1989. 'Misalkan
saya dapat memprogram komputer saya untuk menciptakan ruang yang mana
setiap hal dapat dihubungkan dengan apa saja,' ia berspekulasi. 'Misalkan semua
informasi yang disimpan di mana saja dapat diakses,' hal ini menarik, tetapi
bukan ini yang ada di benak ARPA atau CSNET atau NSFNET. Tentu saja
tidak juga pada benak pembuat komputer 'yang berdiri sendiri', pribadi, atau
lainnya. Berners-Lee, yang saat itu tidak mengetahui bahwa Vannevar Bush
dari MIT, yang sangat terlibat di dalam sejarah awal komputer dan yang telah
mengepalai US office of Scientific Research Development selama Perang Dunia
II, telah mempertimbangkan hal serupa di dalam artikelnya di Atlantic Monthly
pada tahun 1945 ketika ia membangun mesin mekanis yang dinamakan 'the
Memex'.

3 7 8
Konvergensi

Bagi Berners-Lee, 'menyusun (weaving)' jaringan (Web) -kata keija dan


kata benda Thomas Hardy (lihat hlm. 325)- pada dasarnya bukanlah tugas
yang berkeamanan tinggi atau menghasilkan laba, tetapi adalah cara untuk
memperluas kesempatan. Ia mencoba menjaga Web agar tidak dimiliki siapapun,
terbuka, dan bebas. Meski begitu, seperti halnya wirausahawan Amerika yang
mengembangkan Internet karena laba, ia juga ikut terbawa oleh keyakinan kuat
di dalam potensinya pada penggunaan global: hal tersebut dapat dan seharusnya
menjadi 'mendunia (World Wide)'. Pengembangan sambungan tinggi (hyper-
links)- nya, menyorot kata atau simbol dalam dokumen dengan 'mengklik', adalah
kunci untuk semua kemajuan di masa depan, majalah Time, yang mengelu-
elukannya sebagai orang tua tunggal Web, menyebut pencapaiannya sebagai
'Gutenbergian'. Ia telah mengambil dan mengubah 'sistem komunikasi yang
sebelumnya hanya elite yang dapat menggunakannya menjadi media massa'.
Tidak semua pihak menginginkan hal tersebut diubah dengan cara
seperti ini. Bagi beberapa pengguna pionirnya dari ARPANET atau CSNET,
kata sifat 'massa' membawa di dalamnya konotasi yang sama seperti halnya
ketika hal tersebut dilekatkan pada penyiaran. Semakin banyak pengguna
Internet, semakin banyak pula ruang terbuang yang akan muncul. Namun
kritik seperti itu adalah minoritas saja dan jauh lebih banyak eforia dibanding
peringatan. Kebanyakan pionir penyedia perangkat lunak menganggap
bahwa Internet telah membebaskan dan mendayagunakan individu dan
menawarkan keuntungan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Begitu
antusias orang pada Internet karena belum terkontrol. William Winston di
dalam bukunya Twillight of Sovereignty (1995) berpendapat secara lebih
meyakinkan dibanding Pool bahwa melalui konvergensi teknologi kita dapat
mengembara menuju 'lebih banyak kebebasan', 'lebih banyak kekuatan di
pihak rakyat' dan lebih banyak kerjasama internasional.
Walau demikian, ada beberapa pihak lain, termasuk sarjana komunikasi
di Amerika Serikat dan Jepang, yang mengklaim bahwa Internet adalah 'polutan
jiwa manusia', dan beberapa meramalkan bahwa akan muncul pemusatan
kekuasaan yang lebih jauh. Oleh karenanya, terdapat berbagai pendekatan
yang berbeda secara tajam perihal masa depan Internet. Seperti halnya kereta
api, hal tersebut akan membawa berbagai orang yang asing satu sama lain secara
bersama; Anda tidak pernah tahu siapa yang akan Anda temui di dalamnya.
Seperti halnya media -dan melalui media—hal tersebut akan menawarkan
informasi, hiburan, dan pendidikan. Namun tidak seperti semua media yang
telah ada, Internet akan tumbuh dari bawah, tidak diarahkan oleh pemerintah.

379
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Hal ini merupakan aspek menarik bahkan bagi para pengeritiknya. Sekalipun
begitu apakah Internet dapat bertahan seperti itu? Bagi Benjamin Parker, seorang
penulis Amerika dengan deklarasi 'hasrat untuk demokrasi', Titan baru
telekomunikasi akan bermunculan, tak sabar untuk melaksanakan 'kontrol
monopoli tidak hanya pada barang material seperti batu bara, minyak, baja, dan
rel kereta, tetapi pada instrumen esensial dari kekuatan peradaban yang berbasis
informasi'.
Fase ketiga di dalam sejarah Internet dimulai ketika pemerintah Amerika
Serikat, yang sepenuhnya mendukung komersialisasi, mengubah Internet menjadi
simbol politik. Seperti halnya Universitas Terbuka di Inggris, yang secara pas
menganugerahkan gelar kehormatan pada Berners-Lee, hal tersebut haruslah
bertujuan terbuka, 'terbuka bagi setiap peralatan untuk proses komputasi,
terbuka bagi setiap media komunikasi, terbuka bagi setiap tujuan pribadi atau
publik'. 'Tertutup itu jelek: terbuka itu bagus.' Slogan ini memiliki nada Orwellian
(lihat Animal Farm, bukan 1984) tetapi skenarionya jelas non-Orwellian.
'Lingkaran yang virtuous' akan dibuka; glasnost (asosiasi lainnya) akan berlaku.
Adalah benar bahwa bersama Internet terdapat jangkauan luas 'intranet', pribadi
ke bisnis atau institusi, dengan jumlah dan jangkauan partisipan terbatas, dan
saat intranet ditutup, salah satu perusahaan pertama yang membangun
kesuksesannya pada Internet, Netscape, mendapatkan banyak pemasukan
awalnya dari situ.
Sebelum Berners-Lee, beberapa konvensi Internet telah diselenggarakan.
Para pengguna membuat protokol. Simbol @ dalam alamat e-mail diperkenalkan
ketika e-mail bersirkulasi hanya di antara akademisi. Di tahun 1986, singkatan
'com' untuk commerce (perdagangan), 'mil' untuk military (militer), 'ed' untuk
education (pendidikan) diperkenalkan. Dekade berikutnya, ketika berdasarkan
sebuah estimasi, lebih dari sepuluh juta orang Amerika terhubung ke 'the Net',
teknologi perangkat lunak sedang dikembangkan untuk semua penggunaan yang
dapat dipikirkan. Di tahun 1995, Sun Microsystems memperkenalkan bahasa
program baru, Java, yang dalam teori membuatnya mungkin bagi halaman Web
digunakan untuk setiap tujuan yang ada. Hanya dalam jangka waktu enam
bulan harga saham Sun menjadi lipat dua.
Salah satu kegunaan utama Internet, seperti halnya ARPANET, adalah
mengirim pesan e-mail dalam bahasa 'sesungguhnya', sebagian besar di antaranya
adalah dari satu orang ke orang lain. Inilah topik untuk isu New Yorker pada
Desember 1999,' The Digital Age' (Zaman Digital), yang juga terdapat di
dalamnya artikel yang berjudul'Smart Cars, Technology in Motion'. Ada

3 8 0
Konvergensi

cita-cita, bukan fantasi, pada pendekatan yang digunakan dalam artikel, tidak
hanya karena penulis mendeskripsikan e-mail sebagai 'the return of the word'
setelah zaman visual lama, tetapi karena e-mail yang 'reaksioner' itu tidak
hanya menatap sekilas ke masa lalu, tetapi menatap'jauh ke dalam masa lampau'
ke Swift dan Pope dan Lord Chesterfield, setiap dari mereka dianugerahi
pemberian halaman Web. Memotong jalan pintas ke arah cita-cita yang ada, e-
mail melayani hingga kepentingan orang-ke-orang di dalam keluarga, khususnya
keluarga yang berpencar; hal tersebut membantu menyatukan orang lebih dahsyat
daripada yang bisa dilakukan Kantor Pos. Hanya lalu muncul keluhan mengenai
dampaknya pada anggota keluarga yang ketagihan Internet, 'penyakit mental
sesungguhnya', yang sering dialami anggota termuda dalam keluarga.

Kesimpulan

Pertumbuhan yang cepat dari Web mengalihkan sebagian besar aspek lain
dari sejarah media dan membuatnya sulit untuk melihat signifikansinya dalam
perspektif yang sebenarnya. Majalah baru yang cemerlang Wired, ikon dari
dunia Internet, bicara mengenai soal ini tahun 1997, bahwa 'politisi [ditambah
sejarawan] seharusnya tidak bermimpi untuk berbicara [kepada warga
digital] mengenai masa lalu—atau masa depan untuk urusan itu. Warga digital
tidak peduli terhadap masa kini: mereka ingin tahu tentang masa depan saja.'
Pernyataan yang tegas seperti itu tidak merintangi para politisi, beberapa
dari mereka juga sama tidak pedulinya dengan sejarah, membuat
perbandingan dengan situasi masa lalu, seperti yang dilakukan Al Gore ketika
ia menatap kembali ke Hawthorne (lihat hlm. 272).
Kejadian simbolis besar 1996 untuk Gore dan Clinton adalah California's
Net Day (Hari Jaringan) pada 4 Maret, 'a day of metaphor', ketika Clinton dan
Gore bersama yang lain, termasuk Ketua FCC, memasang kawat telepon yang
menghubungkan ruang sekolah California dengan Internet. Presiden berjanji
bahwa setiap ruang kelas Amerika akan tersambung di abad selanjurnya melalui
National Information Infrastructure (Nil). Ini adalah saat ketika Menteri
Pendidikan Clinton mendeskripsikan Internet, dibahas di bagian sebelumnya
bab ini, sebagai 'blackboard of the future—papan tulis masa depan'. Hiburan
tidak disebut-sebut pada acara tersebut. Apalagi televisi.
Bagi sejarawan, yang kegiatannya menyelidiki masa lalu, dan geografer,
yang menjelajahi ruang dan memetakan rute perdagangan baru di dalam sistem
jaringan, terdapat rangsangan baru pada sejarah media untuk menapaktilas jalan

3 8 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

besar di masa lalu dan menjelajahi rute perdagangan lama, seperti yang
dideskripsikan di bab-bab awal buku ini. 'Trade [Perdagangan]' adalah istilah
yang tepat dan lebih lama dari teknologi, yang saat ini cenderung mendominasi
literatur media. Bagi sejarawan, geografer dan warga digital, perdagangan
elektronik (e-commerce) dapat dilihat sebagai puncak revolusi konsumen,
surganya para pembelanja yang, dalam kata-kata Bill Gates di bukunya The
Way Ahead (1995), akan membuat semua barang di dunia (dapat) tersedia
bagi Anda untuk diteliti, dibandingkan, dan kalau perlu diproduksi, tapi apa
yang Gates sendiri katakan—dan lakukan—dapat dilihat sebagai puncak dari
revolusi yang lebih tua dalam produksi. Kita harus mundur ke belakang, seperti
yang dilakukan bab sebelumnya buku ini, kepada Boulton dan Watt. Itulah
lingkaran yang nyaman untuk diselesaikan.
Meskipun begitu, beberapa sejarawan telah mempertanyakan secara tepat
mengenai penempatan kekuasaan pada pusat dari cerita komunikasi - d a n
bersamanya persamaan terkenal akan pengetahuan dan kekuasaan—berfokus
lebih kepada subjek yang didiskusikan di awal bab ini ketimbang pada kontrol.
Demikianlah halnya untuk Geoffrey Mulgan, yang menulis tahun 1991 di dalam
buku, Communication and Control mengenai 'kisi-kisi dari jaringan dunia',
terbuka dan tertutup, sebelum Internet muncul di tajuk utama, adalah esensial
untuk meneliti bagaimana 'mengontrol infrastruktur' mendahului apa yang akan
disebut di dalam periode yang tercakup di buku ini sebagai 'media'. Ia
memasukkan isi sebagaimana konteks ke dalam catatannya seraya melanjutkan
untuk mempertimbangkan 'tehnik membanjiri, kontrol terputar (spin control),
kebocoran yang tidak teratribusi dan kebohongan yang tidak terjawab, semuanya
bagian dari proses mediasi', yang semuanya, ia usulkan, berkembang 'dalam
tandem dengan teknologi yang membawa mereka'. Secara signifikan, peran
pers di dalam proses ini menerima lebih banyak kritik selama 1990-an pada
kedua sisi Atlantik daripada peran media lainnya dan teknologi baru di mana
mereka bersandar; tentunya lebih daripada dampak Internet pada jurnalis dan
jurnalisme. Hanya untuk alasan ini, meninggalkan semua pertanyaan tentang
'hype', sebagian besar periode dalam sejarah sosial media tidak dapat
memperlakukan Internet sebagai klimaks. Ini adalah periode ketika, dan selalu,
terdapat untaian yang bermacam-macam.
Pada masyarakat multimedia, apa yang disebut David Halberstam sebagai
'kebangkitan budaya pernyataan yang menduga-duga dan pernyataan yang tegas
dengan mengorbankan budaya verifikasi yang lama' adalah topik yang
menciptakan keprihatinan pada kedua sisi Atlantik. Ia menulis dalam pendahuluan

382
Konvergensi

di sebuah studi Amerika, Warm Speed (1999), di antara judul bab-babnya


'The Rise of Anonymous Sourcing'; 'There Are No Gatekeepers Here', dan
'The Argument Culture'. Pengarangnya, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel,
mengutip kementar Lippmann di tahun 1920: 'Publik sebagaimana pribadi
bergantung pada [pentingnya memiliki catatan yang akurat dan reliabel dari
kejadian] bukan apa yang dikatakan seseorang, bukan apa yang benar dari
yang diinginkan seseorang, tetapi apa yang, melampaui semua opini kita,
merupakan batu ujian dari akal sehat.' Habermas tentunya akan setuju.
Pendapat seperti itu, seperti pendapat yang berfokus kepada
ketergantungan pers yang berlebihan pada sumber politik anonim atau hal-hal
sepele yang implisit di dalam sumber operasi media yang sangat banyak, atau
apa yang dinamakan sebagai 'kumpulan sampah (mass of garbage)' pada
Internet, butuh untuk ditempatkan di dalam konteks sejarah; dan adalah esensial
untuk berpaling dalam detail kepada situasi sejarah khusus yang mana media
memainkan peran yang dapat diperdebatkan tidak hanya di dalam presentasi
dan interpretasi kejadian tetapi (secara kontroversial) di dalam pembuatan
kejadian tersebut; pembunuhan Presiden Kennedy sebagai contohnya; skandal
Watergate dan pengunduran diri Presiden Nixon; krisis Suez, yang bertepatan
waktu dengan -dan dalam tinjauan kembali berkonvergensi dengan —
penindasan Sovyet terhadap pemberontakan Hungaria; Perang Vietnam; Perang
Kepulauan Falkland; perobohan 'Tembok Berlin' dan keruntuhan Uni Sovyet;
'Irangate'; Perang Teluk; pengeboman Amerika Serikat atas Libya; pecahnya
Yugoslavia -Bosnia dan serangan Nato ke Serbia; dan jatuhnya Milosevic.
Setiap episode dalam sejarah telah dicatat dan diinterpretasikan, di dalam
gaya yang beragam, oleh sejarawan sebagaimana dideskripsikan oleh pers dan
jurnalis televisi 'pada waktu yang sama'. Setelah itu, secara bebas dari teknologi,
pihak yang membuatnya mungkin memunculkan narasi - dan lebih penting lagi,
gambar—ke dalam rumah. Kejujuran sebagai nilai yang dibutuhkan di balik
pers maupun jurnalisme televisi nampaknya berada dalam bahaya, dan ini sama
sekali bukan yang pertama dalam sejarah. Garis batas antara informasi, hiburan,
dan pendidikan lebih kabur dari sebelumnya, 'info-hiburan (Infotaintment)'
merupakan suplai tetap, apakah terdapat kejadian penting sejarah atau tidak,
dan pada layar bioskop sebagaimana televisi dan kabel adalah sulit untuk
memisahkan fakta dari fiksi.
Ambil contoh, Perang Vietnam terkadang disebut 'Krisis Vietnam' yang
berkesan kurang dramatis, yang meninggalkan akibat yang mendalam bagi
Amerika Serikat—dan kejadian tersebut memiliki tempatnya dalam sejarah

3 8 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Perang Dingin yang lebih luas—pers pada awalnya tidak meliput sepenuhnya.
Beberapa koran memiliki biro di Saigon. Sebagian besar bergantung pada kabel
komunikasi, seperti The Associated Press. Hanya New York Times yang mengirim
reporter dengan stafnya sendiri ke Hanoi, ibukota Vietnam Utara, di tahun 1966.
Time tidak meliput konflik itu segamblang Newsweek, sedangkan Washington
Post, yang di kemudian hari mengekspos Watergate, di tahun 1966 berani
mengajukan dua pertanyaan kunci, 'Apakah AS pada awalnya benar-benar
harus berada di Vietnam?' dan 'Apakah perang tersebut dapat dicegah?'
Pengumuman yang mengejutkan oleh Presiden Lyndon Johnson di tahun
1968 bahwa ia mengambil langkah keluar dari politik membuat presentasi
televisinya mengenai hal itu menjadi mengesankan seperti halnya salinan berharga
dari yang dibuat Life mengenai pembunuhan Kennedy. Johnson, yang ingin
berkonsentrasi pada isu hak sipil domestik, percaya bahwa jurnalis televisi yang
mengirim gambar-gambar perang bertanggung jawab akan surutnya nasib
baiknya, tetapi ada jurnalis yang percaya akan hal sebaliknya. Seorang kritikus
televisi, Michael Arlen, prihatin akan apa yang disebut 'jurnalisme baru' untuk
pertama kali, karena sebutan itu cenderung meremehkan apa yang terjadi. Ini
adalah tesis dari buku Living-Room War yang diterbitkan pada tahun 1969.
Bahwa televisi dapat juga salah dalam menggambarkan kejadian telah diperjelas
oleh sejumlah jurnalis sebagaimana oleh sejarawan. Mereka berbeda dalam
cakupan mengenai siapa yang telah mereka hubungkan dengan kegagalan di
Vietnam baik kepada media atau kepada presiden AS dan penasihat mereka.
Pada dekade setelah penarikan mundur Amerika dari Vietnam, dengan
perkembangan komunikasi satelit dan komputer (faktor teknologi), berita kian
berjalan lebih cepat daripada sebelumnya, dan liputan CNN akan Perang Teluk
menarik perhatian dunia. Ketika Saddam Husein menginvasi Kuwait di tahun
1990, CNN memiliki kurang dari sejuta pemirsa. Pada saat pesawat Sekutu
mengebom Baghdad setiap malam di tahun 1991, CNN merebut hampir tujuh
juta pemirsa. Pentagon coba mengatur penyampaian berita, menggunakan pita
video dan serta penerangan yang ringkas -dan banyak sekali berhasilnya —
tetapi liputannya dilihat oleh Margaret Thatcer, Boris Yeltsin dan Kolonel Gaddafi,
juga oleh Presiden George Bush dan Saddam Husein. Terdapat rasa 'harus
segera', tetapi dengan bantuan kaset video pemirsa dapat mengetahui apa yang
terjadi kapan saja mereka inginkan -di luar 'waktu sebenarnya'. Terdapat umpan
balik (feedback) juga. CNN mendapat 'surat kebencian (hate mar/)': Peter
Amett, yang melaporkan dari 'wilayah musuh di Baghdad', untuk banyak pemirsa

3 8 4
Konvergensi

dianggap sebagai tokoh jahat. Kemenangan atas Saddam dideskripsikan sebagai


'hollow [kekosongan]', tapi media memiliki kemenangannya sendiri.
Oleh karenanya adalah suatu kesalahan apabila kita menulis sejarah media
dari periode sejak 1970-an dengan berkonsentrasi hanya pada 'konvergensi',
judul dari bab ini. Apa yang terjadi pada media di antara berbagai krisis
mengharuskan pemeriksaan dari hubungan yang berubah-ubah antara informasi,
pendidikan, dan hiburan. Yang terakhir disebut selalu menjadi santapan utama,
bahkan di negara-negara dengan tradisi penyiaran jasa publik. Pendidikan, yang
tetap menjadi anggota ketiga dari tritunggal media, biasanya berada di bawah
penelitian yang cermat. Nampaknya selalu ada kesempatan pendidikan yang
unik dalam konvergensi digital, lepas dari ketakutan yang ada di semua
masyarakat dan kebudayaan akan 'digital gaps', domestik dan internasional,
antara mereka yang melek teknologi baru dan mereka yang tidak. Namun kritikus
yang sama yang menyerang hiburan sebagai kurang berguna bisa juga menge-
luhkan bahwa melek komputer akhirnya merupakan pengganti dan bukan
pelengkap untuk melek verbal dan visual. Tidak semua orang membahas 'gap'
yang berhubungan dengannya secara langsung kepada ketimpangan ekonomi.
Ketika negara memilih untuk mengintervensi langsung selama 1950-an
dan 1960-an untuk memperluas akses masyarakat kepada pendidikan tinggi,
sebagaimana dilihat para pemimpin, tidak hanya kepada individual tetapi juga
masyarakat, kata 'konvergensi' digunakan selanjurnya dalam semangat harapan,
jenis yang sama dari harapan di tahun-tahun awal radio. Terdapat perubahan
yang membesarkan hati di dalam bahasa pada saat yang sama, misalnya seperti
kata 'belajar' terkadang mulai umum digunakan, tapi tidak pernah secara
universal, sebagai pengganti kata 'mengajar', dan 'belajar bagaimana untuk
belajar' serta bersama dengannya 'belajar sepanjang hayat' mulai dikejar dengan
serius. Bahkan muncul wacana mengenai 'learning society', frase yang digunakan
oleh Rektor kedua dari Universitas PBB, seorang Indonesia Soejatmoko, yang
mengundang Edi Ploman (lihat hlm. 314) ke Tokyo untuk bergabung dengan
stafnya sebagai Wakil Rektor untuk mengepalai 'knowledge division'. Kata
'learning society' kemudian digunakan di dalam judul dari sebuah kertas kerja
resmi Masyarakat Eropa di tahun 1995.
The British Open Society [Universitas Terbuka Inggris], yang direncanakan
dengan sangat cermat tetapi imajinatif di tahun 1960-an, membuka jalan dalam
merekrut mahasiswa yang belajar jarak jauh, pada awalnya merupakan inisiatif
politik dari Perdana Menteri Inggris Harold Wilson, yang bertekad memperluas
akses ke pendidikan tinggi maupun untuk menerapkan teknologi baru: dialah

3 8 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

politisi Inggris pertama yang berkata mengenai revolusi teknologi yang panas
membara (white-hot), dan sepenuhnya menyadari bahwa hal tersebut sebagian
besar telah mengambil tempat di luar Inggris. Tidak ada kualifikasi masuk formal
yang diminta oleh Universitas Terbuka. Menurut Rektor pertamanya, Geoffrey
Crowther, mantan editor The Economists, yang menyambut inisiatif Wilson,
Universitas tersebut terbuka untuk berbagai mahasiswa, terbuka untuk berbagai
ide, dan terbuka untuk berbagai metode. Universitas membuka pendaftaran
bagi mahasiswa tingkat pertamanya di tahun 1971, dan ratusan ribu mahasiswa
lulus di tahun 1989. Universitas tersebut sangat memperluas program non-
gelamya selama 1980-an dan daerah operasinya selama 1990-an, bahkan
mendirikan cabang Amerika Serikat di tahun 1999.
Belajar jarak jauh telah diluncurkan lebih awal dari tahun 1971 di Kanada,
Australia, dan Selandia Baru, dan di tahun 1989 'Commonwealth of Learning'
didirikan, dengan kantor pusat di Vancouver, untuk mendorong 'penyaluran
sumber dana ke proyek dan program dalam pendidikan jarak jauh di negara-
negara Persemakmuran'. Laporan yang menimbulkan tindakan itu diajukan oleh
Sekjen Persemakmuran asal Karibia, 'Sonny' Ramphal, dan ketua eksekutif
pertamanya, James Maraj, yang juga berasal dari Karibia. Sumber finansial
juga dibatasi, tetapi kegiatan usahanya berskala global. Dari saat itu, universitas
terbuka lainnya mulai bermunculan, diantaranya Indira Gandhi Nasional Open
University, didirikan di tahun 1985, dan Israeli Open University, bersama dengan
yang disebut 'mega' Open University di Thailand dan China, dengan sejumlah
besar mahasiswa yang mendaftar. Di Jepang, University of the Air didirikan di
tahun 1984 dan mengikuti jejak Universitas Terbuka, menggunakan saluran
pendidikan kedua NHK. Lebih dari sekedar proses pelembagaan yang terlibat:
terdapat perubahan yang signifikan dalam persepsi.
Dengan datangnya Internet, terdapat kemungkinan yang makin luas untuk
belajar sepanjang hayat, baik secara formal maupun informal, kapan pun
pengalaman atau pengharapan dibutuhkan untuk hal tersebut, dan muncul klaim
bahwa World Wide Web, jika aksesnya terbuka, akan melayani banyak hal
seperti 'university without walls', bahkan akan menghapus mang kelas. Namun
pada publikasi Masyarakat Eropa 1995, yang disebarkan di malam 'Year of
Lifelong Learning' - dan di pemerintahan, khususnya Inggris—teknologi dari
masyarakat informasi dipertimbangkan kurang jika dipandang dari sudut akibat
mereka pada ruang kelas atau universitas dibandingkan pada mang kerja.
Sementara itu, Cisco Systems, salah satu dari pemsahaan Internet yang paling
efektif, didirikan pada tahun 1984, sangat terlibat dalam pendidikan dan mengurusi

3 8 6
Konvergensi

Gambar 28 Pendidikan menemukan sekutunya dalam teknologi komunikasi


murid-murid dari Wembley School mendengarkan siaran radio, tahun 1933.

perangkat keras, perangkat lunak, dan jasa, dan dengan penekanan yang sama
berkata bahwa perusahaan tersebut mencoba membantu mengubah 'cara kita
bekerja, bermain, dan belajar'.
Seorang sarjana Internet menggunakan bahasa yang lebih gamblang dan
lebih provokatif. Ketika David Gelernter menerbitkan Mirror Worlds, yang
meramalkan Web, di tahun 1991, (lihat hlm. 376) gambar dirinya muncul pada
halaman depan bagian bisnis dari New York Times Ahad di tahun 1992. Amat
disayangkan, di tahun 1993 ia terluka parah oleh bom paku teroris. The Second
Coming oleh karenanya adalah judul yang tepat disematkan pada manifestonya
yang diterbitkan tahun 2000, walau hal tersebut merujuk kepada komputer dan
bukan kepada dirinya. Ia berpendapat bahwa di masa pertama komputer, tema
utamanya adalah kekuasaan yang sedang menaik, harga-harga yang berjatuhan,
komputer untuk semua orang, maka tema dari masa kedua, yang sekarang
mendekat, adalah 'proses komputasi lebih penting daripada komputer'. Pada
masa kedua, 'seluruh kehidupan elektronik Anda' akan tersedia dalam 'tubuh

387
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Gambar 29. Walter Perry, Vice-Chancellor pertama dari the Open University, pada
pembukaan studio produksi BBC yang pertama di Alexandra Palace, 1970.

388
Konvergensi

maya'. Sebuah Tifestream [aliran kehidupan]' akan menggantikan desktop.


Bahasa periklanan dan pendidikan berkonvergensi sebagaimana dilakukan dalam
press release yang memberitahukan publikasi Eurydice, Komisi Eropa untuk
'jaringan informasi pada pendidikan', dari Two Decades of Reform in Higher
Education in Europe (2000). Pengumuman berita tersebut berjudul:
'Konvergensi di sepanjang Sistem Pendidikan Tinggi Eropa dilihat dari Sudut
Fakta (Convergence across European Higher Education Systems viewed in
the Light of the Facts)'.
Sebagaimana penulis buku ini, Gelemter juga tertarik pada metafor seperti
halnya pada fakta. Bagi Gelemter,'desktop' adalah imej yang keliru, berdasarkan
analogi yang salah antara komputer dan lemari arsip -di atas atau di bawah
meja. Komputer 'pada dasarnya tidak seperti lemari arsip' karena benda tersebut
dapat menimbulkan 'tindakan'. Sebuah 'aliran kehidupan' adalah 'sebuah
bentang darat yang mana Anda (dapat) menavigasi atau terbang di atas setiap
permukaannya'. Terbang menuju permulaan aliran adalah 'perjalanan waktu
menuju masa lalu'. Metafor yang berasal dari istilah kelautan biasanya dianggap
lebih berkaitan dengan sejarah perkembangan Internet—dan juga dalam
penamaan perusahaan perangkat lunak dibanding metafor yang berasal dari istilah
penerbangan. 'Navigasi (Navigating)', 'berselancar (surfing)', 'gelombang
pasang permintaan (tidai wave of demand)', 'karang di depan (rocks ahead)'.
Namun kita berbicara tentang bentang darat daripada bentang laut (dan jaringan
dari kronometer) dan ruang maya atau bahkan Cyberia, tema dari bab kesimpulan
di dalam sejarah ini.
Ada saat ketika sejarawan media merasa bahwa metafora terbaik yang
digunakan dalam hubungannya dengan sejarah masa lalu adalah hal-hal dari
'belukar [the thicket]'. Teknologi berubah begitu cepat dan menjadi begitu
menonjol, sehingga sejarah yang lebih luas terlupakan, dan dalam memeriksa
hal-hal itu, tidak semuanya berkonvergensi. Itulah mengapa judul dari bab ini
berakhir, seperti setiap studi serius mengenai media hams lakukan, dengan sebuah
tanda tanya.

389
a bab terakhir, yang secara singkat dan selektif mencakup wilayah yang
hingga kini belum terpetakan, menunjukkan bahwa corak baru (newness)
pemgembangan komunikasi akhir-akhir ini, terutama secara teknologi,
bisa sangat berlebihan dan apapun kebetulan-kebetulan dan konvergensi-
konvergensinya, tidak pernah ada satu garis perkembangan yang tunggal. Kendati
label-label imbuhan seperti 'Era Digital' mungkin ada gunanya dan membuka
pikiran kita terhadap fenomena masa lampau dan masa kini, paling tidak mereka
bercerita lebih mengenai persepsi ketimbang fakta. Ciri utamanya adalah
'kompleksitas'.
Media mengaburkan fakta karena berbagai alasan: pendidikan, ekonomi
dan budaya, tapi ini bukanlah satu-satunya jenis pengaburan yang ada. Batas
antar media, dan di dalam setiap media antara yang eksperimental dan yang
telah teruji, dan dalam budaya yang tinggi dan rendah, komik strip dan buku
sejarah dengan ilustrasi, telah dibongkar berkali-kali sejak tahun 1990-an. Begitu
juga sekat-sekat antar disiplin -sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi,
ekonomi, sebagai contoh — dan antara sastra dan kritik film dan karya fiksi,
terutama fiksi ilmiah. Dalam perilaku, kebiasaan (habit) dan ketergantungan
(addiction) menjadi membingungkan. Dan juga, mengacu pada 'drug culture'
[obat-obat terlarang] - kata benda 'culture' biasa digunakan—menimbulkan
halusinasi dan kegilaan. Bagi Timothy Leary, guru obat-obat terlarang pada
tahun 1960-an, dalam tulisannya 20 tahun kemudian, komputer 'lebih adiktif
daripada heroin'.
Di atas semuanya, ada ambivalensi yang meningkat tentang apa itu manusia
dan apa itu mesin. Istilah 'interface' dalam penggunaan yang umum, digunakan

3 9 0
Kesimpulan: Menuju Ruang Maya

untuk menempatkan manusia-komputer dan antara komputer-komputer. Pakar


sosiologi/sejarah Amerika Bruce Malish, yang mengepalai program ilmu sastra
dan sosial di MIT mengatakan 'kita tidak dapat lagi berpikir manusia tanpa
mesin'. Museum (Hi) Tech yang mengesankan di Silicon Valley (masih disebut
museum), yang sebagian besar interaktif (bagi anak-anak dan orang dewasa),
memasukkan bagian yang substansial mengenai robot. Robot bukan lagi asing
dalam industri mobil sebagaimana dulu mesin-mesin perakitan mobil Ford.
Museum tersebut berkembang lebih dari sebuah proyek pusat belajar di tahun
1978 dan edukasi masih lebih menonjol dalam sejarahnya daripada hiburan.
Kata 'cyberspace [ruang maya]', kata kunci yang tidak digunakan dalam
kosakata Silicon Valley, yang selalu membutuhkan daftar kata-kata terbaru,
pertama kali digunakan oleh seorang penulis fiksi ilmiah, William Gibson. Kalimat
pertama dalam Fiksi Ilmiah Era Baru Spesial karyanya, Neuromancer, yang
diterbitkan sebagai 'cyberpunk' dalam tahun kematian Orwellian tahun 1984
berbunyi: 'Langit di atas pelabuhan adalah warna televisi yang dimatikan.' Gibson
sepintas memandang ke abad ke-21 ketika sistem telepon dunia telah digantikan
oleh Matriks, perhitungan interkoneksi pada jaringan komputer di seluruh dunia.
Ruang maya dapat dimasuki melalui sebuah 'deck [pelataran]'. Bagi penulis
Amerika Scott Bukatman, yang terpesona oleh ekspresi-ekspresi kultural
perubahan teknologi semacam ini, bahasa dan ekspresi maya mewakili
'Pengejawantahan yang sebenarnya dari kultur media'. Bahasa dan
ekspresinya secara mengesankan ditulis oleh John A. Barry dalam bukunya
Technobabble (1992), diterbitkan oleh MIT, yang menjelaskan pengembangan
kamus komputer, mencakup seluruh aspek bahasa mulai dari akronim hingga
metafor. Tiga tahun kemudian, Mark Slovka, dalam War of the Worlds,
menunjukkan bagaimana kamus tersebut, masih dalam 'pergulatan formatif',
telah dikembangkan lebih lanjut.
Dalam bahasa yang (hampir) tanpa metafor, seorang penulis Amerika,
Vivian Sobchack, yang pada tahun 1996 mengedit sebuah kumpulan esai menarik
berjudul The Persistence of History, menggambarkan metafor ruang maya,
yang masih berupa gagasan, berkenaan dengan sebuah sistem elektronik sebagai
berikut:

Televisi, kaset video, pemutar/perekam video tape, video games dan


personal computer (PC) semuanya membentuk sebuah sistem elektronik
menyeluruh yang berbagai macam bentuk 'interface'nya merupakan sebuah
dunia alternatif dan absolut yang secara unik memasukkan penonton/

3 9 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

pengguna dalam sebuah ruang yang tidak terpusat, bersifat sementara dan
wujudnya semu.

Gibson tidak betul-betul meninggalkan dunia ekonomi dan politik yang


'sebenarnya'. Ia menangkap pemandangan di dalam ruang tanpa batas 'kubus
hijau Mitsubishi Bank of Amerika, dan tinggi dan jauh di sana... cabang-cabang
spiral sistem militer, yang selamanya di luar jangkauan'.
Deskripsi yang demikian lebih menggambarkan arsitektur kota yang
modem dan futuristik dari arsitektur sistem komputer dan ia juga banyak sekali
menggambarkan, dari masa lalu, mengenai landskap surealisme. Dan itu terjadi
ketika para novelis dan pembuat film mulai menggambarkan metafor biologis.
Oleh karena itu, novelis Amerika William Burrough menggunakan kata 'virus' di
media -kata tersebut telah menjadi tema di gedung bioskop -sebelum mulai
digunakan oleh para pakar teknologi dan jurnalis dalam kaitannya dengan
komputer. Ada pula referensi-referensi lintas media. Ketika 'vims komputer
yang sebenarnya' dijelaskan di media di 'waktu yang sebenarnya' pada tahun
1988, baik New York Times maupun majalah Time menggunakan komik strip
untuk menggambarkan apa yang dimaksud dengan 'infeksi yang disebabkan
oleh vims', dengan Time menambahkan sebuah keterangan sejarah dalam
artikelnya yang berjudul "Invasi Para Penjambret Data [Snatchers]'.
Setiap virus telah memiliki 'tanda tangan'nya sendiri, dan walaupun proteksi
terhadap mereka diberikan oleh perangkat lunak anti vims, belum ada jaminan
penuh akan bebas infeksi. Apa yang disebut 'love bug' yang menyerang
komputer, termasuk milik Presiden Clinton, pada Mei 2000, telah dipublikasikan
secara luas, mungkin karena vims itu tampaknya bukan berasal dari Amerika
Serikat melainkan dari Filipina. Vims benar-benar mendunia, demikian pula
apa yang disebut dengan millenium bug, kekhawatiran yang berhasil diatasi dengan
banyak biaya, dan cacing' Code Red' di tahun 2001.
Berjalan-jalan dalam literatur fantasi dan jurnalisme fakta, Bukatman
menekankan, perlu untuk melangkah seperti'cybernot', mengikuti proses-proses
yang berbeda-beda dari mereka para pembaca, pendengar, dan pemantau -
atau tentu saja pengarang—yang telah dijelaskan di awal buku ini. Tuntutan
yang dibuat adalah bahwa hams ada sebuah umpan balik yang konstan antara
diri dan mang. Namun, tuntutan itu mengherankan karena kebutuhan atas umpan
balik bukanlah hal bam ataupun satu-satunya yang berhubungan dengan travel
maya, dan buku ini dirancang untuk menstimulasikan hal tersebut di seluruh media.
Dalam banyak bentuk komunikasi ada sebuah umpan balik yang konstan,

392
Kesimpulan: Menuju Ruang Maya

sebagaimana dalam kesunyian, antara diri dan diri masa lalu, sejak anak-anak
hingga seterusnya. Dalam orientasi yang abadi, bayangan Gelemter mengenai
'aliran kehidupan' adalah hal yang sering timbul.
Jauh sebelum perjalanan dalam ruang atau ruang maya, di tahun-tahun
yang kini seringkah dianggap sebagai media kuno—cetak dan musik—para
pembaca dan pendengar tidak hams pasif. Begitu pula ketika mereka melihat
lukisan atau patung. Pada tahun 1990-an banyak kegiatan telah dibuat orang
tentang masa depan buku, konser 'live' dan galeri lukisan, yang melihat
bagaimana hal-hal tersebut bertahan dari banyak prediksi awal mengenai
kematiannya. 'Penerbitan tanpa kertas' belum mengambil alih buku dalam 'era
Internet'. Kendati ada 'perjanjian-perjanjian baru' antara para pengarang dan
penerbit, 'yang menyesuaikan dengan era elektronik', tidak ada 'logika
mendesak' yang menunjukkan kematian kegiatan membaca dan menulis.
Konglomerasi lebih mengancam daripada teknologi.
Bahkan pada televisi, yang biasanya diperlakukan (dengan berlebihan)
sebagai media yang paling pasif bagi penonton, ada sebuah elemen interaktif
teknologi setelah pengendali jarak jauh (remote control) ditemukan dan
belakangan hanya dengan menekan sebuah tombol penonton dapat menghubungi
sebuah stasiun kabel untuk menjawab jajak pendapat atau memesan program
TV. Bahkan sebelum ini—dan rencana akses dan partisipasi bagi pendengar
dan penonton—pemirsa televisi bukanlah massa seragam yang pasif, bahkan di
negara-negara dimana sebagian besar acaranya diimpor. Beberapa pakar
sosiologi media mengganggap penonton sebagai 'korban'; faktanya mereka tidak
pernah benar-benar menjadi 'korban', walaupun teijadi kecanduan lebih daripada
kecanduan terhadap obat terlarang atau komputer.
Ruang maya, tidak seperti televisi tapi mirip sebuah bacaan yang tidak
disensor, tidak dijaga oleh penjaga pintu, namun ia tidak dapat melarikan diri
dari akumulasi sejarah. Ketika Silicon Graphics, pelopor perusahaan maya,
menemukan sistem komputer berbasis pada apa yang disebut 'reality engines',
yang dirancang supaya 'memompa keluar informasi memori' dan 'menjaga ilusi
agar tetap hidup', pasti ia tidak mengingatkan—di luar memori kita—bahwa
mesin-mesin uap Newcomen pertama, yang muncul sebelum Boulton dan Watt,
dirancang untuk memompa air keluar dari tambang.
Ilusi dan realitas langsung berhubungan, tapi tak memiliki hubungan yang
jelas. Ada kenaifan yang cukup dalam 'dunia nyata' awal abad ke-21, seperti
ditampakkan oleh sikap jajak pendapat, dan tidak ada kesepakatan, bahkan di
antara 'para pakar', mengenai apa itu ilusi. Bagaimana ilusi terkait dengan realitas

3 9 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

telah memberikan inspirasi kepada para pembuat Cinerama tahun 1960-an, ketika
mereka merekam adegan di film-film melalui tiga kamera yang berbeda dan
menggunakan tiga proyektor film untuk mempersembahkannya ke layar yang
sangat lebar. Salah satu film yang diproduksi pada tahun 1962 adalah The
Wonderful World of the Brothers Grimm. Film lainnya, yang tidak bergema
dengan fantasi tetapi dengan sejarah (dan mitos), adalah How the West Was
Won.
Dua kata-berdengung [buzz-words] yang berkaitan di tahun 1990-an,
'realitas virtual' (RV), memiliki sejarah jauh sebelum tahun 1984, tahun fiktif
dimana George Orwell memperkenalkan 'Newspeak' tiga puluh enam tahun
sebelumnya, dan tahun sebenarnya ketika banyak proyek komunikasi baru, di
luar garis visi Orwell, mencapai puncaknya. Salah satu pemandangan paling
mengesankan dari sebuah tahun simbolis adalah sebuah televisi komersial yang
sangat kuat, '1984', ditugaskan oleh Apple untuk meluncurkan komputer
Macintosh. Ia hanya ditayangkan sekali, selama pertandingan Superbowl: Apple
enggan menggunakannya, sebab biaya pembuatannya $500.000, dan biaya
penayangannya $600.000. Pemirsa pertama-tama melihat sebuah terowongan
pipa di mana saat itu ada sosok-sosok manusia berbaris. Mereka adalah para
narapidana, yang memakai sepatu bot yang berat dengan sol yang tebal. Mereka
telah 'dicuci otak' oleh Saudara Tua Orwellian. Pemirsa melihat proses tersebut
dan, masih menjadi bagian dari proses itu terlihat seorang gadis cantik berambut
pirang yang menyimbolkan perlawanan. Ada banyak lapisan makna, yang dengan
brilian diuji oleh Asa Berger dalam Manufacturing Desire (1996). Dalam istilah
komersial, Saudara Tua adalah IBM, dan para narapidana tersebut adalah bisa
para karyawan IBM atau warga Amerika. Imaji gadis pirang tadi adalah Apple.
Kontras yang teijadi adalah binary, dan presentasi tersebut, yang disutradarai
oleh Ridley Scott, memperlihatkan sebuah bentuk seni ketimbang komersial.
Ada satu 'pengumuman' verbal singkat yang dibuat: 'Tanggal 24 Januari,
Apple Computers akan memperkenalkan Macintosh dan Anda akan melihat
kenapa 1984 tidak akan seperti 1984.' Apakah ini 'realitas'? Apple tetap
misterius, namun ironisnya, adalah IBM, perusahaan yang sudah terbentuk, yang
mana pertama kali menggunakan kata 'virtual' hingga 'realitas' pada akhir 1960-
an ketika ia mulai mengarah pada hubungan-hubungan non-fisik antara proses
dan mesin, dan yang mana pada 1983 telah mengumumkan sebuah Virtual
Universe Operation System, OS/VU, memasukkan kata 'platenary system [sistem
tata surya]' dan 'galaxies' dalam pengumumannya. Juga di tahun 1983, Jaron
Lanier yang saat itu berusia 31 tahun menyatakan tentang realitas virtual ketika

3 9 4
Kesimpulan: Menuju Ruang Maya

sedang membuat pendekatan baru dalam pemanfaatan komputer, dan pada tahun
1985 perusahaannya memproduksi banyak sekali aksesoris atau 'perangkat'
produk realitas virtual, jauh dari yang dibuat IBM. Lanier telah berkecimpung
dalam bisnis video games. Salah seorang koleganya berasal dari NASA. Oleh
karenanya Ada persahabatan yang erat antara eksplorasi ruang angkasa dan
apa yang kemudian disebut 'inner space'.
Banyak dari aksesoris tersebut segera terlihat berlebihan namun 'simulation
tools [perangkat simulasi]', yang mulai dikembangkan tahun 1970-an dan 1980-
an, diterima dalam penggunaan reguler, beberapa darinya untuk tujuan-tujuan
praktis, lebih banyak yang digunakan dalam permainan simulasi. Kesemuanya
itu merupakan bagian dari 'skenario', kata-berdengungyang lain.
Ada kebutuhan militer dan medis untuk meniru lingkungan dan situasi,
dalam pelatihan pilot dan operasi bedah, namun adalah elemen 'fun and games
[kegembiraan dan permainan]', yang amat dikenal di Apple tapi hanya sedikit
diketahui di IBM, yang dengan cepat menarik unsur seni dan juga fisika. Dalam
dunia Lanier ada sebuah kilas balik ke Alice in Wonderland dan ke dunia jungkir
balik (topsy-turvy world) Gilbert dan Sullivan, tokoh dalam sebuah film tahun
1999; sebuah kilas menyamping, mungkin, ke dunia Nintendo dan Pokemon,
sebuah realitas virtual bagi anak-anak; dan sebuah kilas maju kepada apa yang
digambarkan oleh Michael Benedikt sebagai 'sebuah jagat paralel yang diciptakan
dan diteruskan oleh dunia komputer'. Dalam 'lalu lintas global'nya, ia
berpendapat, akan ada 'rupa, suara, kehadiran yang tidak pernah terlihat
sebelumnya di muka bumi'.
Seorang cybernot dapat melihat dan bergerak bebas—menelusuri dunia
maya yang baru ini, sebuah dunia dimana anak-anak dapat bertamasya, dan
dalam dunia itu sebuah kata lama, 'komunitas', yang selalu sulit dijabarkan,
mendapat pemahaman baru dan makin memancing perdebatan. 'Komunitas
virtual' tampaknya didorong mengatasi mang dan waktu. Bagaimana komunitas
virtual dibedakan dari 'komunitas nyata'? Dalam konteks ini, kata'viewpoint'
sering dipisahkan dari sejarah, dari politik dan ekonomi: ia semata-mata berarti
sebuah titik pandang dari seorang pengamat atau peserta dalam sebuah dunia
virtual. Realitas virtual adalah ketika dan di mana 'komputer lenyap dan Anda
menjadi hantu dalam mesin'. Ada sebuah penekanan baru mengenai geografi
dan ekologi. Hal tersebut di luar konteks maya, dimana kata 'zona' pindah ke
dunia 'nyata' untuk menjadi kata-berdengung lain lagi di abad ke-21. BBC,
contohnya, sekarang memiliki Zona Sejarah, dan dalam Kubah Milenium London
di Greenwich, yang disambut dengan retoris, seperti halnya segala sesuatu

3 9 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

mengenai Kubah tersebut, sebagai 'rumah waktu', ada empat belas zona-dengan
salah satunya 'spiritual', secara signifikan merupakan zona paling sulit untuk
dibiayai.
Dari pendekatan dan retorika yang demikian, definisi-definisi masih
diperlukan, terutama dalam memahami 'wilayah-wilayah' dan 'batas-batas' dan
ide-ide yang menstimulasi atau mempertahankannya. Pentingnya definisi ketika
berubah, jika bukan seperti pernyataan formal sebuah makna, mungkin
diilustrasikan seperti dua perubahan dari definisi dasar dalam kosa kata yang
lebih lama dan dalam tahun-tahun yang terdapat dalam dua bab terakhir buku
ini. Mereka berhubungan bukan dengan kata-berdengung (buzz-world)
melainkan dengan kata dasar. Pada tahun 1955, Oxford English Dictionary
mendefinisikan 'komunikasi', sebagai (1) 'tindakan berkomunikasi, sekarang
jarang ada tentang hal-hal materi dan (2) penanaman, penyampaian atau
pertukaran gagasan, pengetahuan dan lain-lain, baik lisan ataupun tulisan atau
tanda-tanda'. Namun, ketika Suplemen Dictionary tersebut muncul pada tahun
1972, komunikasi dijelaskan sebagai 'ilmu atau proses menyampaikan informasi,
terutama dengan alat-alat elektronika atau teknik-teknik mekanis'.
Perbedaannya besar sekali.
Meskipun begitu, elemen fantasi (dan kegembiraan) hilang dalam dua
definisi tersebut. Komunikasi tentang 'hal-hal materi' akan berkembang dalam
sebuah ekonomi, namun fantasi, kegembiraan dan mimpi tentu saja lebih
tergambar, bukan saja dalam halaman iklan melainkan dalam halaman berita
surat-kabar dan layar televisi. Sebagaimana dulu pada tahun 1972, sebuah
nomor dari majalah Television Quarterly, diterbitkan sebelum perkembangan
pesat multimedia, telah memasukkan sebuah artikel berjudul 'Realitas dan
Televisi', yang mana penulisnya, John Carden, menjabarkan wawancara dengan
pakar antropologi Edward Carpenter, kolega dari McLuhan di Toronto, yang
menyatakan bahwa penonton acara-acara media 'berpartisipasi semata-mata
sebagai pemimpi'. 'Televisi', kata dia, merupakan 'lompatan psikis yang
sebenarnya dari waktu kita... Isinya adalah barang-barang impian dan bentuknya
adalah mimpi yang murni'.
Dalam tahun-tahun Internet, kata 'mimpi (dream)' juga tergambar dalam
hubungan dengan media pendidikan -tidak saja di Amerika Serikat. Sebuah
brosur iklan yang melukiskan apa yang dulu dikatakan 'pilihan terbaik Inggris
dalam software di waktu luang dan belajar' diterbitkan oleh www@dream.co.uk.
Namun, nomor perdana di dalamnya adalah 'olahraga dan permainan simulasi'.
Dalam majalah internal BBC, Ariel, sebuah artikel pendidikan pada Februari

3 9 6
Kesimpulan: Menuju Ruang Maya

2000 oleh salah satu produser Korporasi World Service, Kathleen Griffin, diberi
judul 'Surfers'Paradise [Surga Para Peselancar]'. Ia menulis mengenai membawa
anak-anak di dunia ke 'pantai Internet'.
Mimpi-mimpi ini adalah mimpi akan kesenangan. Namun mimpi dapat
berubah menjadi mimpi buruk, dan aspek-aspek atau kemampuan-kemampuan
yang menakutkan dari teknologi baru telah mewarnai banyak mimpi karena
multimedia telah maju, membuatnya mungkin untuk 'membuntuti' orang,
merekamnya dan mengumpulkan dari sejumlah sumber lebih banyak 'informasi'
mengenai orang itu ketimbang yang bisa diberikan orang itu sendiri. Hal ini telah
menjadi topik favorit dalam film, sebagaimana dalam The Insider (2000).
Tidaklah pantas untuk memperlakukan ruang maya sebagai ilusi, fantasi
dan pelarian. Ia memiliki ekonomi internalnya dengan psikologi dan sejarahnya
sendiri. Sebuah konferensi universitas pada tahun 1999 yang disebut 'Exploring
Cyber Society [Masyarakat Penjelajah Maya]' mengusung empat untai di
dalamnya, yaitu: cyber society, cyber politics and policy, cyber economic, cyber
culture, dan di antara mereka untai ketiga tampaknya sangat berhubungan -
'pasar, industri, dan korporasi maya... Ekonomi internet... e-commerce...
cyber employment'. Namun, untaian tersebut tidak bisa dan sebaiknya tidak
dipisahkan dari yang lain, termasuk untaian kedua dan keempat khususnya.
Mengatur perjalanan melalui ruang maya diharapkan menguntungkan. Dalam
konteks bab ini, Cinerama, karena seluruh atraksi teknis dan artistiknya, tidak
menjadi populer, dan tidak lebih dari seratus bioskop di dunia yang siap
mempertunjukkannya. Hollywood pun tidak tertarik pada 'sensorama',
menggunakan pandangan dan suara stereoskopis dan bahkan memperkenalkan
rasa suasana yang biasanya hilang, yang tergantung pada 'tikus' (mouse).
Bioskop telah ada sejak-ada satu di Silicon Valley—mana dapat meningkatkan
rasa tersebut, seperti ketika Walt Disney Company melakukannya dalam
pembuatan ulang (remake) Fantasia milenium. Namun karena alasan-alasan
bisnis jumlahnya hanya sedikit. Apa yang secara teknis mudah dikerjakan, dan
menggembirakan para penggemar, tidak selalu membuktikan secara finansial
menarik. Tikus dalam kartun Tom dan Jeriy telah membuktikannya.
Para cyber-businessman menghadapi bahaya sebanyak yang dihadapi oleh
Jerry, beberapa berhubungan dengan beban finansial atas hak cipta. Pada musim
semi tahun 2001 sekelompok juri Amerika telah memerintahkan MP3.com Inc.
untuk membayar pada sebuah perusahaan musik kecil $300.000, jumlah kecil
dari $8.5 juta yang telah diraih oleh perusahaan independen, Tee Vee Toons.
Satu tahun setelah itu, MP3.com setuju dengan jumlah puluhan juta dollar dengan

397
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

lima besar perusahaan rekaman -Universal Music Group, Warner Music Group,
BMQ EMI dan Sony Music Entertainment; di tahun yang sama media raksasa
Jerman Bertelsmann membeli pedagang eceran musik online Amerika CDNow,
dan pada tahun 2001 bekeijasama dengan RealNetworks Inc. untuk membuat
MusicNet untuk memberi lisensi teknologi musik kepada jasa-jasa musik online
lainnya. Apapun yang Virtual, tetap ada sesuatu yang Nyata.
Salah satu teknologi, yang berkaitan dengan realitas virtual, yang di masa
sekarang tidak mendapat tempat utama dalam sejarah media namun mungkin
saja hal itu diraih di masa depan, adalah holografi, yang menjual citra tiga dimensi.
Ia memiliki prasejarahnya, kembali ke dekade terakhir abad ke-19, namun waktu
yang menjadi penanda sejarahnya adalah tahun 1947, ketika Denis Gabor, yang
di tahun 1971 memenangkan Hadiah Nobel, menghasilkan sebuah miniatur
hologram, dan tahun 1976, ketika Gabor, dengan menggunakan laser,
menghasilkan sebuah film holografis 47-detik di Moscow yang memperlihatkan
seorang wanita dewasa sedang membawa buket bunga. Sarjana komunikasi
Brian Winston, yang menceritakan kisah tersebut, meninggalkan pertanyaan
terbuka mengenai apakah holografi akan lepas landas atau menjadi 'pleonasme
terakhir'. Gabor adalah seorang insinyur yang banting setir jadi seniman, dan
baik sebagai insinyur maupun seniman telah mendapatkan tempat utama dalam
sejarah media.
Salah satu konferensi milenium mengenai media yang paling menarik,
digagas oleh Michael Janeway, the American National Arts Journalism
Programme, yang dengan penuh semangat meneliti seluruh lapangan di tahun
2000, mencatat bagaimana Internet dapat melakukan lebih banyak daripada
mengepak-ulang yang sudah tidak sempurna, condong ke ulasan seni di media
yang lebih lama. Namun penelitian yang demikian, jarang teijadi di Inggris yang
selalu mengeluhkan sumber pendanaan yang tidak mencukupi, biasanya tidak
terlalu menaruh perhatian pada 'Wall Street', sekarang sebuah metafora lebih
daripada sebuah tempat. Namun, hal tersebut terutama terjadi dalam bisnis
daripada dalam halaman-halaman seni media cetak, bahwa kontur realitas virtual
dijelaskan, kadang dalam 'bahasa web', kadang dalam bahasa biasa.
Mereka mulai dengan harga saham, namun ketika hal ini dipelajari dengan
penuh hasrat oleh para investor spekulatif karena angkanya naik turun -seringkah
dalam cara yang spektakuler, tergantung pada persepsi atas software apakah
dapat atau mungkin mencapai lebih daripada jejak rekaman di masa lalu -
konsumen yang sadar teknologi, sejumlah kecil konsumen di Inggris, memiliki
kepentingan yang berbeda, bukan dalam saham maya melainkan dalam perangkat

3 9 8
Kesimpulan: Menuju Ruang Maya

maya. 'Harga internet menimbulkan sorak-sorai para pembelanja di High Street'


yang menjadi topik utama dalam 'Business Day' Evening Standard tanggal 17
Desember 1999, seminggu sebelum Natal, menggambarkan tentang kedua sisi
Atlantik sebagai 'E-Natal'. 'Hi-tech berarti transaksi yang lebih baik bagi semua.'
Di bawah topik utama tersebut, perbandingan harga-harga di supermarket
ditampilkan, dan dalam katalog-katalog yang tampil mewah, juga dalam situs-
situs web, Citranya ditampilkan.
Drama pergerakan saham mungkin bisa membangkitkan minat konsumen
yang mendapatkan informasi, paling tidak ketika naik turunnya bisnis dotcom
berkenaan dengan barang konsumsi, sebagaimana ketika penduduk Swedia
menaruh perhatian pada Boo.com yang kolaps di musim panas tahun 2000.
Sekitar saat yang sama, Sunday Times London merencanakan sebuah e-liga
dari perusahaan-perusahaan swasta Eropa -sebanyak 64 dari mereka
menggunakan Net sebagai bagian integral dari pergerakan bisnisnya. Secara
tepat, perusahaan yang berada di pucuk dari tabel liga utama (sebuah istilah
yang diambil dari olahraga dan berkembang pada tahun 1990-an ke dunia hiburan
dan pendidikan) adalah Sportal, sebuah situs web olahraga yang dibentuk tahun
1998. Mobil bergerak baik di ruang maya maupun di alam nyata, beriklan lebih
banyak daripada produk lain. Natal memang merangsang penjualan. Salah satu
fitur penjualan yang paling menjual di Internet adalah 'belanja mobil dengan
potongan harga'. 'Mendapatkan mobil baru dari Eropa dengan potongan harga',
kata seorang reporter di bulan Oktober 1999, 'dapat menjadi cara yang paling
umum dalam membeli mobil di milenium mendatang.'
Dalam pergantian ke milenium baru, masalah-masalah lama mengalahkan
kesempatan-kesempatan baru, paling tidak di Inggris, dimana perhatian lebih
banyak dicurahkan oleh pemerintah dan 'masyarakat' terhadap transportasi
daripada Internet—tidak saja kepada masalah lalu lintas jalan (dan pajak bahan
bakar) melainkan juga kepada lalu lintas kereta-api dan masalahnya. Terjadi
krisis perkeretaapian di tahun 2000 hingga tahun 2001, yang mempengaruhi
daftar waktu perjalanan. Masa depan perkeretaapian Bawah Tanah London
tergantung pada fakta, bukan mimpi, pada pemerintah dan juga pasar. Kendati
pengalaman yang baru terjadi, kendali lalu lintas udara sebagian diprivatisasi
tahun 2001, meskipun ada sebuah konsorsium maskapai penerbangan yang
mengamankan kontrak. Pada malam sebelum pemilihan umum di tahun itu,
yang dibatalkan karena penyakit kuku dan mulut, ekonomi campuran lebih disorot
ketimbang media campuran dengan cukup kuat, publik atau privat, untuk
menerjemahkan peran seluruh institusi kecuali milik mereka sendiri.

399
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Dalam halaman-halaman mereka atau pada layar di kedua sisi Atlantik,


para jutawan maya, 'plutokrasi dotcom', yang setiap hari tampil dengan 'selebriti-
selebriti' lain ketika terjadi pembahan tajam dalam harga-harga saham di Wall
Street dan bursa efek dunia di musim semi tahun 2000, yang memunculkan
jutawan-jutawan baru dan orang-orang bangkrut baru, jumlah mereka bertambah
di tahun 2001. Saham teknologi tinggi NASDAQ didaftarkan sebagai sebuah
grup nyata di Amerika Serikat di tahun 1993, dan mendadak sontak mereka
menjadi saham yang sangat digemari, dan kendati sangat beresiko, dielu-elukan
sebagai pusat sebuah 'ekonomi baru'. Oleh karena itu pada bulan Agustus
1995, harga saham-saham baru yang dikeluarkan Netscape, sebuah perusahaan
yang baru berusia 16 bulan yang bertanggung jawab atas Netscape Navigator,
meroket tiga kali lipat dalam dua hari sebelum jatuh. Namun ia tetap menghasilkan
uang. Ketika pada bulan Juni 2000 harga saham Amazon, salah satu perusahaan
Internet yang sangat ternama, yang menjual buku-buku, kehilangan seperlima
dari nilai saham mereka di Wall Street dalam satu hari, 'Para penjual menunggu
gelombang Amazon' mempakan salah satu berita utama surat-kabar. Sebaliknya,
sebuah berita utama di Juli 2001 berbunyi 'Amazon melebihi perkiraan, ditutup
dengan keuntungan'. Amazon baru saja melakukan transaksi dengan AOL,
TimeAVarner. Sebuah jurnal panduan para pemikir ekonomi, The Economist
pada April 2000 tidak merujuk pada fluktuasinya—sebuah kata yang lagi-lagi
muncul dalam sejarah kapitalisme—melainkan pada 'gyrations [putarannya]'.
Untuk melengkapi gambaran tersebut, ada pula pilantropis maya. Live
Aid, pertunjukan amal penyanyi Bob Geldof, 'berlangsung online' di tahun 1999.
Tak pelak lagi media cetak dan penyiaran, yang sudah online dengan sendirinya,
terpesona dengan kegunaan Web yang berlipat ganda dan dampak drama maya
itu sendiri yang lebih kuat di luar Net daripada di dalamnya. Dan salah satu
peristiwa paling dramatis yang teijadi dengan Net adalah diumumkannya merger
America Online pada bulan Januari 2000, sebuah perusahaan yang menyediakan
akses Internet bagi dua puluh juta orang di seluruh dunia, dengan TlmeAVarner
untuk membentuk sebuah bisnis raksasa senilai 350 milyar dollar. Jumlah ini
setara dengan produk domestik bmto India, kelima belas tertinggi di dunia, atau
dengan produksi industri Inggris, yang ketujuh tertinggi di dunia. 'Jarang melihat
sejarah bisnis dibuat di Internet,' tulis seorang profesor Amerika dari New Media
setelah merger tersebut. Hal tersebut teijadi karena 'pencapaian global Internet'
dan 'ukuran yang membangkitkan rasa hormat' dari merger tersebut yang
menjadikannya pengecualian yang besar.

4 0 0
Kesimpulan: Menuju Ruang Maya

Gambar 30 Dua pendiri Yahoo.com, mensin search Internet. Jerry Young dan
David Filo adalah tipikal muda perintis Internet. Tanpa daya kekuatan untuk search,
Internet tidak bisa berkutik. Di tahun 2001, Yahoo's search engine diproduksi oleh
perusahaan lain, Inktami, dan Yahoo konsentrasi melayani pelanggannya sebagai
infomediator.

Tentu saja ada pengecualian lain, walaupun bukan merupakan sebuah


peristiwa yang menjadi berita utama, yaitu pertarungan antara Microsoft, yang
berbasis di Seattle, dan perusahaan-perusahaan lain yang sakit hati, yang sebagian
besar berbasis di luar Seattle, dan antara Microsoft dan para pejabat politik
dan hukum, yang sebagian besar berpusat di Washington, DC. Bill Gates, yang
katanya manusia terkaya di dunia, yang tampak lebih seperti Colossus daripada
Goliath, lebih mudah berurusan dengan penggugat pertama daripada penggugat
kedua dan pertarungan selama tahun 2001. Sebagaimana dalam kasus besar

4 0 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

AT&T, masalah utamanya adalah monopoli, dan ada banyak tahap dalam
sejarahnya seperti yang terjadi kemudian. 'Windows', perangkat lunak milik
Gates, merupakan titik persoalan teknologi yang utama. Ia membuka ruang
maya bagi seluruh dunia, tapi imaji ruang maya hanya sedikit atau tidak sama
sekali menjadi wacana dari apa yang seharusnya dikatakan oleh Gates atau
musuh-musuhnya. Di London pada bulan April 2000, Simon Jenkins menulis
sebuah artikel dalam The Times berjudul 'Apakah BBC membutuhkan budaya
Microsoft?' Ia tidak memberikan jawaban ya atau tidak melainkan peringatan
baik terhadap Gates maupun Greg Dyke, Direktur-Jenderal BBC yang baru,
untuk tidak menaruh keyakinan mereka dalam monopoli.
Tak perlu dikatakan, di banyak tempat di seluruh dunia, ada sejumlah
allskinhead dan altskunk, dengan jalur chatting mereka sendiri; juga cyberhacker
yang menyendiri, yang jauh lebih banyak mengetahui tentang wilayah mereka
daripada kebanyakan investor atau pilantropis tersebut. Kasus-kasus yang
menjadi berita menyerang Yahoo di bulan Februari 2000 dan Microsoft di bulan
Oktober 2000. Yahoo mengalami apa yang disebut 'pengeboman terkonsentrasi
dengan hujan pertanyaan-pertanyaan kecil' yang disebut 'ping storm [badai ting]',
dan penyerangnya disebut 'cyber terrorist [teroris maya]'. Nama lainnya adalah
'pirates [bajak laut]' (kata yang biasa digunakan di Prancis) dan 'vandals
[perusak]', dan ada penjahat-penjahat lain, dengan beragam corak, diantaranya
paedofilia, yang menggunakan Internet untuk tujuan mereka sendiri tanpa harus
menjadi penggemar komputer, dan penipu-penipu yang penuh percaya diri,
beberapa dari mereka mengetahui setiap trik-trik komputer. Ada juga sekumpulan
perusahaan perjudian, menikmati apa yang disebut pers sebagai'netbet bom'.
Ini merupakan sebuah Pekan Raya —'Bartholomew's Fair'—modern, sejauh
ini dramawan Ben Johnson tidak berhasil dalam menggambarkannya. Namun
Gates tidak terlihat di pekan raya itu, ia berada di kampusnya -lebih tertarik
dengan kendali komputer daripada dengan keceriaan sebuah pekan raya. Di
Cambridge, Inggris, ada dalam peta begitu pula Seattle, dan Seattle ada dalam
peta tersebut pada tahun 2000 bukan karena dia namun lebih karena protes-
protes terhadap WTO yang tengah berusaha menetapkan aturan-main globalisasi.
Para pemrotes menggunakan Internet untuk mobilisasi.
Seluruh kegiatan semacam ini, kecil kemungkinan teijadi di desa, memiliki
dimensi global yang menimbulkan masalah etika, dan paling tidak, masalah hukum
yang menarik untuk dikaji. 'Kita harus membuat sebuah pilihan mengenai
kehidupan dalam ruang maya: apakah nilai-nilai yang tertanam di sana merupakan

4 0 2
Kesimpulan: Menuju Ruang Maya

nilai-nilai yang kita inginkan,' tulis Profesor Hukum dari Amerika Lawrence Lessig
dalam Harvard Law Review pada bulan Desember 1999. Baginya, hukum
maya sama pentingnya dengan hukum perusahaan. Beberapa pandangan yang
berbeda mengenai pokok apakah, jika ada, yang dapat atau harus diatur dalam
Internet, mencerminkan perbedaan-perbedaan nasional yang sedikit
hubungannya dengan teknologi. Pada tahun 1997, Peter Huber di Amerika
Serikat menulis sebuah buku yang relevan, yang dari judulnya saja sudah cukup
jelas - Law and Disorder in Cyberspace: Abolish the FCC and Let Common
Law Rule the Telecoms.
Ada juga pertanyaan-pertanyaan mengenai kebijakan, sebagaimana juga
hukum, yang bertumpu pada pertanyaan 'Dapatkah atau haruskah Internet
dikontrol', dan jika demikian caranya bagaimana? Apakah sebaiknya self-
control, dengan badan-badan lanjutan, jika mungkin, yang mengontrol di tingkat
negara? Nama Tocqueville mungkin bakal disebut-sebut untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Apakah sebaiknya anak-anak diperbolehkan melihat atau
mendengar apa yang mereka inginkan jika orangtua mereka memberikan
kebebasan? Di awal Maret 1996, pada malam pemeriksaan oleh Pengadilan
Federal di Philadelphia mengenai penolakan terhadap Communications Decency
Act [Undang-undang Kesusilaan Komunikasi] yang baru saja disahkan, panel
yang berbeda-beda mempermasalahkan di Internet itu sendiri bagaimana
menyeimbangkan hak Amandemen Pertama dengan kebutuhan untuk melindungi
anak-anak dari dampak penggunaan World Wide Web. Panel tadi disebut
'cybercast [pelaku maya]'. Ada kendala-kendala yang legal terhadap penegakan
Undang-undang itu sendiri.
Tema utama Kuliah Reith 1999 di Inggris Runaway World adalah
globalisasi, dan tujuan pengajarnya, Anthony Giddens, Direktur London School
of Economics, adalah untuk 'memulai wawancara global secara elektronik soal
globalisasi', dimana yang ingin diperlihatkannya adalah 'secara politik, teknologi
dan budaya'. Namun, sebagaimana yang diakuinya sendiri, pokok tersebut
bukan hanya untuk wacana, melainkan untuk perdebatan. Tak banyak yang
dikatakannya mengenai peran media, tapi ada banyak komentar media mengenai
'globalisasi' sebanyak mengenai mata uang Euro.
Kuliah tersebut tidak saja memancing penegasan ulang dari fundamentalis,
tanggapan religius dengan cabang-cabang politiknya, tetapi juga gelombang kritik
dalam lingkaran intelektual yang agak berbeda, terutama di Prancis dari aliran
kiri dan juga kanan, kendati istilah-istilah ini menjadi sulit diterapkan. Di London,

4 0 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Michael Gove, pembuat resensi film-film Hollywood terkini yang dirancang untuk
pasar dunia, yang khawatir bahwa 'globalisasi yang terputus-putus' mungkin
menjadi' mission impossible'-yang merupakan judul salah satu film Hollywood
yang disutradarai dan dimainkan dengan baik, menambahkan bahwa 'globalisasi
mungkin tak terelakkan tapi kita tidak menyukainya'. 'Globalisasi mungkin akan
mempermudah orang untuk menghadapi budaya-budaya baru, tapi ia menjadikan
perjalanan turisme kurang bermanfaat karena budaya-budaya menjadi mirip satu
sama lain.'
'What Next?' adalah judul nomor musim panas Media Studies Journal,
diterbitkan di New York pada tahun yang sama dengan Kuliah Reith oleh Giddens
tadi, yang mana menunjukkan bahwa lebih sedikit konsensus pada akhir abad
dan milenium ini yang berhubungan dengan masa depan jurnalisme, 'berita baru',
lebih diminati daripada yang ekonomi 'baru' atau 'berikutnya'. Persetujuan
yang ada hanya mengenai proposisi bahwa 'masa depan jurnalisme bukanlah
yang seperti dulu.' Sebuah judul yang lebih menarik daripada 'What Next?'
telah dipilih dua puluh tahun lebih awal oleh John Howkins, editor Intermedia -
'What Happens after the Future ['Apa yang Terjadi setelah Masa Depan?]'
Seberapa jauh yang dapat atau sebaiknya dilihat oleh para pembaca? Kurang
lebih seperempat abad kemudian, tahun 2000 telah dianggap menjadi tahun
pemutusan, lebih karena tempat simbolisnya saat pergantian milenium daripada
peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi kemudian. Sekarang peristiwa-
peristiwa itu terjadi.
Ironisnya, mungkin, saat itu kita tidak banyak membicarakan tentang masa
depan di tahun 2000 sebanyak di tahun 1960-an dan 1970-an. Masa kini
sendiri sekarang nampak yang terbesar. Langkah perubahan terlalu cepat untuk
menstimulasi produksi. Dalam sebuah nomor Media Studies Journal yang
beijudul 'Kampanye 2000', Elizabeth Weise, yang menulis tentang kampanye
presiden Amerika Serikat sekarang, menilai bahwa para juru kampanye 'belum
untuk Net': 'teknologinya tumpul, database kadang-kadang kekurangan informasi
yang penting, situs-situsnya membosankan.' Bagi dua jurnalis lain yang menulis
di nomor yang sama 'kenyataan-kenyataan dominan' masa kini adalah kelesuan
penduduk dan 'tenggelam dalam putaran', 'para politikus dan reporter terlibat
dalam dialog yang ragu-ragu'. Ketika pemilihan berakhir, masih ada 'kenyataan',
namun kurang dekat dibanding kebutuhan menghitung suara. 'Kenyataan' yang
mirip, kecuali yang terakhir, juga tak henti-hentinya masih menjadi tinjauan di
Inggris. Media tampaknya akan mengatur agenda tersebut, dan jurnalis bahkan
lebih tidak populer di Inggris daripada pengacara. Peran media dalam

4 0 4
Kesimpulan: Menuju Ruang Maya

terbentuknya hasil yang aneh dalam kampanye presiden Amerika tahun 2000
dan hasil prediksi awal pemilihan umum Inggris tahun 2001 dapat dinilai hanya
di masa depan -dan dalam perpektif.

* * *

Pengarang buku ini telah mencoba untuk mempertahankan 'a sense of


perspective', sulit untuk berprestasi ketika media berkonsentrasi pada hari ini
dan besok, dan pada minggu ini, sering lebih mengantisipasi apa yang akan teijadi
ketimbang menjelaskan apa yang telah teijadi. Banyak yang berlaku sebentar
saja. Namun ia masih mengakui bahwa ada 'isu-isu abadi', dan setiap Tahun
Baru masih ada almanak, suatu monopoli publikasi yang berharga, dan 'acara
tahunan', sebuah kata yang oleh publik sekarang lebih diasosiasikan dengan
pesta kebun daripada dengan media. Media telah mengubah taman-taman
menjadi program-program yang pokok, bersama dengan apa yang biasanya
disebut 'sejarah alam'.
Di saat-saat yang berbeda dalam periode yang diliputt dalam buku ini,
Alam telah diperlakukan secara berbeda dan seluruh peristiwa sudah mendekat
dari banyak sudut yang berbeda. Media kontemporer tidak pernah dapat
mengabaikannya, hanya jika karena cuaca tampaknya berada dalam kendali
tetapi menghasilkan bencana-bencana alam yang tidak dapat diramalkan, dan
karena pertanian yang jalannya tidak seperti industri, bagaimanapun pertanian
menuntut irama seperti itu. Namun, Alam tampaknya masih menunjukkan
kreativitas, dan dalam copy yang sama dari Evening Standard yang
menggambarkan kesibukan e-shopping pada Natal tahun 1999, di headline
tertulis: 'Crocus to bloom on Internet in Spring [Crocus akan berbunga di
Internet di musim semi]'. Sebuah perusahaan baru, Crocus.co.uk, dengan Lord
(Jacob) Rothschild sebagai salah satu direktur non-eksekutifnya, telah disiapkan
untuk menjual tanaman-tanaman melalui Internet dengan harga yang sebanding
dengan yang dijual di pusat-pusat taman. Direktur pemasaran perusahaan tersebut
dulunya adalah manager agen periklanan BMP, dan investor yang terpilih bersama
Rothscild adalah NewMedia Spark.
Filsuf Jerman Martin Heidegger, tanpa ilmu ekonomi yang relevan, pernah
menulis bahwa 'Teknologi adalah sebuah mediator antara Manusia dan Alam
yang Sewajarnya.' Namun dalam ruang maya, Alam itu sendiri dapat menjadi
virtual, bukannya wajar. Ketika ahli sejarah Bruce Mazlish secara provokatif
menunjuk 'dunia pepohonan, burung-burung, dan satwa yang menyeramkan

4 0 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

dan irasional', ia tidak menyebut bunga-bunga. Untungnya bunga-bunga di


Crocus.co.uk nyata, bukan virtual. Mereka tidak memerlukan penjelasan filosofis
dalam sebuah dunia di mana lebih banyak yang dimediasikan daripada
sebelumnya dalam sejarahnya.

4 0 6
Kronologi

c.5000 SM Penemuan tulisan


c.2000 SM Penemuan alfabet
c. 764 Cetakan blok kayu yang paling awal diketahui (Jepang)
868 Buku tercetak yang pertama kali diketahui (Cina)
c. 1040 Penemuan huruf cetak yang bisa dibawa-bawa (Cina)
c.1390 Potongan kayu piktorial yang pertama
1390 Medali Reinassans yang pertama
1403 Model buku yang dapat dibawa dalam cetakan perunggu di Korea
c. 1456 Gutenberg mencetak Injil
1460 Antwerp Bourse didirikan
1467 Percetakan pertama didirikan di Roma
1468 Percetakan pertama didirikan di Paris
1476 Percetakan pertama didirikan di Westminster
1492 Columbus mendarat di Amerika
1492 Peta Globe tertua yang masih ada (Behaim)
c.1500 Etsa pertama
1506 Peta tercetak pertama yang memasukkan informasi tentang Amerika
1517 95 tesis Luther dicetak
1522 Luther, Perjanjian Baru
1525 Dua Belas Artikel tentang petani Jerman dicetak
1526 Tyndale, Perjanjian Baru, diterbitkan (di Worms)
1529 Luther, Katekismus Kecil
1534 'Affair of the Placards' di Prancis
1544 Index of Prohibited Books pertama diterbitkan di Paris
1554 Bursa London didirikan
1557 Piagam penghargaan untuk Perusahaan Alat-alat Tulis London
1562-94 Perang agama di Prancis
1563 Daftar perjalanan jasa pos tercetak pertama di Imperium Habsburg

4 0 7
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

1564 Index of Prohibited Books pertama yang diumukan Gereja Katolik


1564 Cetakan pertama yang dibuat di Moskow
1566 Ikonoklasme di Prancis dan Belanda
1568-1648 Perang Delapan Puluh Tahun antara Spanyol dan Belanda
1570 Ortelius, Theatrum Orbis Terrarum
1576 Teater pertama di London
1579-94 'Bibel Kralice' diterbitkan, Bohemia
1585 Teatro Olimpico dibuka di Vicenza
1594 Pertunjukan opera pertama di Florence
1598 Teater Globe, London
1605 Cervantes, Don Quixote
1609 Berita-kertas pertama (di Jerman)
1611 Alkitab Versi yang otoritatif diterbitkan
1617 Tabel logaritma pertama
1618-48 Perang 30 Tahun
1620 The Corrant out of Italy diterbitkan
1626 Ben Jonson, The Staple of News
1631 Gazette memulai penerbitan di Paris
1637 Teater publik pertama dibuka di Venezia
1638 Teater pertama dibuka di Belanda
1640 200 tahun percetakan dirayakan
1640 Root and Branch Petition, London
1641 Grand Remonstrance, London
1642-60 Perang Saudara Inggris
1642 Mezzotint pertama
1644 Milton, Areopagitica
1648-52 Fronde di Prancis
1662 Gazette d'Amsterdam memulai penerbitan
1663 Undang-undang Turnpike pertama
1668 Giornale de'letterati memulai penerbitan di Roma
1665 Philosophical Transaction of the Royal Society of London dimulai
1672 Mercure Galant dimulai
1679-81 Krisis Eksklusi di Inggris
1683 Louis XIV pindah ke Versailles
1684 Nouvelles de la Republique des Lettres dimulai
1688 'Glorious Revolution' di Inggris
1689 Kafe Procope didirikan, Paris

4 0 8
Kronologi

1695 Undang-undang Perizinan Inggris dibatalkan


1695 Flying Post, London
1695 Post Boy, London
1704 Boston Newsletter didirikan
1709 Undang-undang Hak Cipta Inggris
1710 Khotbah Sacheverell
1711- The Spectator diterbitkan
1714
1711 Cetakan pertama di St. Petersburg
1712 Bea dibebankan atas perangko
1719 Defoe, Robinson Crusoe
1726 Cetakan pertama di Istambul
1740 Perayaan tiga abad percetakan
1740 Richardson, Pamela
1749 Fielding, Tom Jones
1751- Encyclopedie diterbitkan
1761 Aquatint pertama
1764 II Caffe diterbitkan di Milan
1765 Lunar Society di Birmingham didirikan
1766 Royal Academy didirikan
1768 Akademi Kerajaan didirikan
1771 Edisi pertama Encyclopaedia Britannica
1775 Mesin uap disempurnakan oleh Watt dan Boulton
1776 Deklarasi Kemerdekaan Amerika
1779 Derby pertama
1780 Koran Minggu Inggris pertama
1787 Konstitusi Amerika Serikat
1788 Amandemen Pertama Konstitusi AS.
1788 John Walter mendirikan The Times
1789 Revolusi Prancis
1790 Penggilingan berputar uap pertama di Inggris
1790 Undang-undang paten pertama di Amerika Serikat
1792 Mesin pembuat kabel diciptakan
1794 Persekutuan Boulton dan Watt
1794 Sistem pengiriman isyarat Choppe di Prancis menggunakan
Semaphor

4 0 9
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

1796 Senefelder menemukan litografi


1798 Mesin pembuat kertas
1798 Pajak perangko dalam surat kabar dinaikkan di Inggris; import surat
kabar asing dilarang
1800 Mesin cetak Stanhope
1802 Weekly Political Register Cobbett
1802 Edinburgh Review
1803 Fulton menggerakkan perahu dengan tenaga uap
1804 Mesin uap Trevithick berjalan di rel
1805 Penyelesaian Kanal Grand Union Inggris
1807 'Clermont' mengarungi Sungai Hudson
1809 Quarterly Review
1811 Mesin cetak uap mulai dioperasikan
1812 Kerusuhan Luddite
1814 The Times dicetak dengan uap
1815 Peningkatan bea perangko
1816 Isolasi selenium, elemen bulan
1816 Political Register Cobbett yang berharga murah (dua penny)
1819 Dekrit Carlsbad menghapuskan kebebasan pers
1819 Enam Undang-undang: bea perangko baru
1820 Hukum Ampere dalam elektrodinamika
1820 Kapal uap listrik pertama
1821 St Simon, Systeme Industriel
1821 Manchester Guardian didirikan
1823 Babbage mulai membuat komputer mekanisnya
1824 Westminster Review
1827 Kromolitografi
1829 Mesin tik pertama
1830 Jalur kereta api Liverpool dan Manchester
1831 Gazette Usmani
1832 Undang-undang Reformasi Inggris
1832 Artikel Metternich mengenai pembatasan kebebasan sipil
1834 Taksi Hansom diperkenalkan di London
1834 Register of Shipping Lloyd
1835 New York Herald
1836 Jalur kereta api pertama di Canada
1837 Jalur kereta api berpenumpang pertama di Prancis

4 1 0
Kronologi

1837 Telegraf listrik


1837 Stenografi Pitman
1838 'Great Western' Brunei; menyeberangi Atlantik
1839 Daguerrotype dan collotype didemonstrasikan
1839 Pembukaan jalur telegraf antara Paddington dan West Drayton (13
mil)
1840 Inggris memperkenalkan pos penny
1840 Penggunaan bubur kayu di Jerman untuk membuat kertas
1840 Koran tidak resmi pertama di Turki
1841 Punch
1841 New York Tribune
1841 Railway Guide pertama Bradshaw
1842 Undang-undang Hak Cipta Inggris
1842 Perpustakaan keliling Mudie
1842 Illustrated London News
1843 Mesin tik 'Chirographic'
1843 Pesan telegraf pertama Morse yang dikirim menggunakan kode
Morse
1844 Undang-undang Kereta Api Inggris yang pertama
1844 Cooke dan Wheatstone membentuk Perusahaan Telegraf Listrik
1846 Mesin cetak silinder yang berputar
1846 Siemens mengisolasi kawat listrik
1846 Smithsonian Institute, Washington
1846 The Economist
1846 News of the World
1848 Tahun revolusi
1849 Berlin dan Frankfurt dihubungkan dengan telegraf
1850 Harper 's New Monthly
1850 Undang-undang Perpustakaan Umum Inggris yang pertama
1850 Hak paten untuk mesin tik pertama dengan kertas continuous form
1850 Kabel dasar laut pertama antara Inggris dan Prancis
1851 Pameren Raya di Crystal Palace Inggris
1851 Fotografi pelat Wet
1854 Laws of Thought Boole
1854 Perang Krimea
1857 Kabel transatlantik yang pertama (gagal)
1858 Fonotografi

4 1 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

1861 Perang Saudara Amerika


1861 Harper 's Weekly
1862 Eksibisi London; puncak stereoskopi
1864 Maxwell menguraikan teori gelombang elektromagnetik
1864 Jalan Kereta Api Metropolitan London
1865 Undang-undang Bendera Merah Inggris membatasi kecepatan
berkendara
1865 Kabel transatlantik pertama yang berhasil
1867 Michaux memulai pabrikasi sepeda
1868 N. W. Ayer and Son, agen periklanan multijasa pertama, didirikan
di Philadelphia
1868 Koran Amerika pertama yang menggunakan kertas bubur kayu
1869 Kartu pos pertama
1869 Pertemuan transkontinental dari jalur kereta api di AS; perayaan
Golden Spike
1869 Pembukaan Terusan Suez
1870 Velocipede
1870 Undang-undang Pendidikan nasional pertama di Inggris
1872 Muybridge mendemonstrasikan gambar-gambar bergerak dari
hewan-hewan
1873 Ditemukannya sifat foto-sensitif dari selenium
1876 Eksibisi Seabad AS
1876 Telepon Bell: transmisi pertama dari Boston ke Cambridge (2 mil)
1877 Prototipe mesin tik Remington
1877 Fotografi pelat kering
1877 Fonografi Edison
1878 Pertukaran telepon pertama Amerika di New Haven
1878 Mikrofon Hughes
1879 TVem listrik Siemens di Berlin
1880 Hertz menjelaskan gelombang radio
1880 Hitam half-tone digunakan pada New York Daily Graphic
1882 Kamera gambar bergerak Motley
1883 Jalur kereta Sydney-Melbourne dibuka
1883 Mesin lipat koran Hoe
1884 Cakram berputar Nipkow
1885 Gottlied Damlier mengembangkan mesin petrol ukuran kecil di
Jerman

4 1 2
Kronologi

1886 Konvensi Bern tentang Hak Cipta


1886 Kamera tangan Eastman (Kodak)
1886 Jalan Kereta Api Pasifik Kanada dibuka
1886 Otomobil empat-roda Daimler
1888 Penggunaan seluloid dalam fotografi
1888 Financial Times
1889 Undang-undang Hak Cipta Amerika
1889 Kamera gambar bergerak Edison
1890 Kereta bawah tanah listrik pertama di London
1892 Papan penghubung telepon otomatis pertama
1892 Pulitzer membeli World New York
1893 Telefon Hirmondo, Budapest
1893 McClure's Magazine
1893 Perang Spanyol-Amerika (perang 'koresponden')
1894 Kereta pertama melewati Andes
1895 Penemuan sinar-X
1896 Olimpiade Athena
1896 Marconi tiba di London dengan alat-alat nirkabel
1896 Daily Mail Harmsworth
1896 Pertunjukan sinema Lumiere di London
1896 Hollerith membentuk Perusahaan Mesin Tabulasi untuk membuat
mesin pelubang kartu
1896 Balap mobil London-Brighton
1896 Mesin terbang Langley
1897 Marconi mendirikan Perusahaan Telegraf dan Sinyal Nirkabel
1897 Mesin pengaturan humf (Monotype)
1898 Kapal udara (Zeppelin)
1898 Telegrafon perekam magnetis Poulson
1899 Perekam suara magnetis
1899-1902 Perang Anglo-Boer
1900 Eksibisi Paris
1900 Fessenden menyiarkan pesan-pesan suara
1901 Marconi mengirimkan pesan-pesan dari Cornwall ke Newfoundland
1901 Model mobil Mercedes-Simplex
1901 Sepeda motor pertama
1901 Kereta api Trans-Siberian mencapai Port Arthur
1902 Katup thermionic (tabung hampa udara) Fleming

4 1 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

1903 Kongres dunia mengenai telegraf nirkabel yang pertama


1903 Wright bersaudara menerbangkan sebuah pesawat terbang yang
digerakkan bensin
1903 Detroit, pusat mobil di dunia
1903 Taksi mobil pertama di London
1904 Pekerjaan pertama dalam Terusan Panama
1904 Katup diode thermionic Fleming
1904 Kereta bawah tanan (,subway) New York yang pertama
1904 Undang-undang Telegrafi Nirkabel Inggris
1905 Bus motor yang pertama di London
1905 Lampu Neon untuk reklame
1906 Undang-undang Paten Inggris
1906 Fessenden menyiarkan lirik dan musik
1907 Katup audion De Forest dipatenkan
1908 Harmsworth memperoleh The Times
1909 Ford'Model T'
1909 Bleriot menyeberangi Terusan dengan pesawat terbang
1909 Undang-undang Perizinan Sinematografi di Inggris
1911 Undang-undang Hak Cipta Inggris
1911 Studio Hollywood yang pertama
1912 Kantor Pos mengambilalih perusahaan telepon Inggris
1912 Undang-undang Radio Amerika yang pertama
1912 Hilangnya Titanic
1912 Daily Herald
1912 Lokomotif diesel pertama di Jerman
1913 Ford memperkenalkan ban berjalan
1913 Klub Nirkabel London
1914 Perang Dunia I
1915 Griffiths, Birth of a Nation
1919 Alcock dan Brown terbang melintasi Samudra Atlantik
1919 Ross Smith terbang dari Inggris ke Australia
1919 Penerbangan helikopter yang pertama kali sukses
1919 Motor skuter yang pertama
1919 Korporasi Radio Amerika didirikan
1920 Siaran radio Dame Nellie Melba
1920 Perusahaan Marconi membuka stasiun penyiaran radio Writtle
1920 Stasiun KDKA dibuka di Pittsburgh

4 1 4
Kronologi

1920 Dewan Sensor Film Inggris


1922 Perusahaan Penyiaran Inggris didirikan
1923 Radio Times
1923 Time Magazine
1923 Percakapan radio transatlantik yang pertama
1924 Trayek motorway Italia pertama diselesaikan
1925 New Yorker
1925 Penanda waktu Greenwich
1925 Transmiter gelombang-panjang BBC dibuka di Daventiy
1925 Pertemuan umum pertama dari Persatuan Penyiaran Internasional
1926 Rencana Jenewa untuk distribusi internasional panjang gelombang
1926 Penyiaran pertama dalam NBC Red Network (dahulu WEAF/
AT&T)
1926 Amazing Stories Hugo Gernsback
1927 Korporasi Penyiaran Inggris
1927 CBS (Columbia Broadcasting System) dibeli oleh William Paley
1927 Komisi Radio Federal
1927 Jasa telepon kabel dan nirkabel transatlantik pertama
1928 Demonstrasi televisi Baird
1928 Eisenstein, October
1929 Kejatuhan Wall Street
1929 Film berwarna Kodak 17 mm
1929 Warner Brothers mengumumkan berakhirnya film hitam-putih
1929 Graf Zeppelin mengudara keliling dunia
1929 The Listener
1930 Jasa telegraf berwarna antara Inggris dan Jerman
1930 Lampu kilat foto
1930 Penayangan gambar televisi pertama (sistem Baird)
1930 Kode sinema Hays di Hollywood
1932 Kemenangan F.D. Roosevelt dalam pemilihan presiden
1932 Pembukaan Rumah Penyiaran, London
1932 Gelombang-pendek Jasa Kekaisaran BBC dibuka
1933 Hitler diangkat sebagai Kanselir Jerman
1933 Dewan Transport Penumpang Inggris
1933 Institut Film Inggris didirikan
1934 Sistem Penyiaran Bersama
1934 Famous Funnies

4 1 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

1934 Perjanjian panjang gelombang Internasional ditandatangani


1934 Pertemuan umum Nuremberg
1934 Pos udara reguler dari Inggris ke Australia
1934 Komisi Komunikasi Federal
1935 Radar
1935 Film Kodachrome 35 mm
1936 Ford Foundation didirikan
1936 Majalah Life
1936 Televisi BBC diresmikan
1936 Pertandingan Olimpiade Berlin
1936 Chaplin, Modern Times
1938 Siaran BBC pertama dalam bahasa asing (Arab)
1938 Jerman memproduksi Volkswagen Beetle pertama
1938 Laporan PEP mengenai pers Inggris
1938 Siaran penyerbuan Orang Mars oleh Orson Welles
1939 Perang Dunia II
1939 Modulasi Frekuensi (Armstrong)
1941 Citizen Kane Welles
1943 Kontrak ditandatangani untuk ENIAC (Electronic Numerical
Integrator and Computer)
1943 Colossus mulai beraksi di Bletchley
1945 Vannevar Bush, 'As We May Think'
1945 Arthur C. Clarke meramalkan satelit
1946 Jasa pertelevisian dibuka kembali di London
1947 Komisi Kerajaan mengenai Pers di Inggris (dilaporkan 1949)
1947 Peralatan transistor oleh Bardeen, Brattain, dan Shockley
1948 Rekaman panjang pertama
Cybernetics Norbert Wiener
1950 Perang Korea
1950 Uni Penyiaran Eropa dibentuk
1950 Rencana Kopenhagen untuk distribusi frekuensi
1950 Sistem kabel pertama
1952 Komputer IBM pertama
1952 Trem London terakhir
1952 Konvensi Hak Cipta Universal
1953 Dewan Pers didirikan di Inggris
1954 Perang Vietnam

4 1 6
Kronologi

1954 Instrumen Texas mulai menjual chip


1954 Undang-undang Pertelevisian membentuk 'televisi independen' dan
sebuah Otoritas pengawas di Inggris
1955 Akhir dari pengaturan berita cetak masa perang
1955 Program televisi komersial pertama di Inggris
1955 Gelombang Ultrahigh frequency (UHF) dihasilkan di MIT
(Massachusetts Institue of Technology)
1955 Permulaan musik rock
1956 Telepon kabel transAtlantik pertama dibuat
1956 Krisis Suez dan Hungaria
1957 Rusia meluncurkan Sputnik (satelit pertama buatan manusia)
1958 Pendapatan dari iklan televisi melebihi iklan pers di Inggris
1958 Rekaman gramofon stereofonik
1958 Tayangan langsung televisi pertama melalui Eurovision
1958 AS meluncurkan Explorer I
1958 AS mendirikan ARPA (Advanced Research Projects Agency)
1959 Manchester Guardian menjadi Guardian, dicetak di London
1959 Hovercraft Inggris melintasi Selat Channel dalam waktu dua jam
1959 Trayek motorway pertama di Inggris
1959 Penjualan transistor melebihi penjualan katup
1959 Munculnya sirkuit yang terintegrasi (integrated circuit)
1960 Komite Pilkington tentang penyiaran
1961 Yuri Gagarin orang pertama di luar angkasa
1961 Pemecahan kode genetik
1961 Suplemen berwarna Sunday Times
1961 Private Eye
1962 Tayangan langsung televisi pertama dari AS melalui satelit Telstar
1962 Peijanjian Anglo-Prancis untuk mengembangkan Concorde
1962 packet-switching membuka jalan ke jaringan (networking)
1963 Pembunuhan Presiden Kennedy
1963 Orang awam bergabung dengan Dewan Pers
1963 Mini-komputer William Olsen dijual
1964 Pertandingan Olimpiade Tokyo
1964 Jepang memperkenalkan kereta 'peluru'
1964 Dimulainya radio bajakan (Radio Caroline)
1964 Perjalanan luar angkasa pertama Amerika
1965 Satelit komunikasi komersial Bird pertama

4 1 7
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

1965 'Undakan tayangan ulang' pertama di televisi Amerika


1965 Larangan iklan rokok televisi di Inggris
1966 The Times mencetak berita dalam halaman depannya
1966 Televisi menyiarkan Piala Dunia sepakbola (disaksikan 400 juta
pemirsa di seluruh dunia)
1967 Pelarangan radio bajakan di Inggris
1967 Radio lokal BBC
1968 Invasi Rusia ke Cekoslowakia
1968 Pembunuhan Martin Luther King
1968 Kerusuhan mahasiswa di Eropa
1968 Demonstrasi oNLine System (NLS) di San Francisco
1969 Neil Amstrong mendarat di bulan
1969 BBC dan ITV memulai televisi berwarna reguler
1969 Rupert Murdoch memperoleh Sun
1969 Sony meluncurkan kaset video
1969 Festival Rock Woodstock
1970 OPEC mengancam kenaikan harga minyak
1971 Mikroprosesor diperkenalkan
1971 Radio lokal independen pertama di Inggris
1972 Email dikembangkan di dalam ARPA
1972 Perekam kaset video rumah dijual
1973 Krisis minyak
1973 Inggris bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa
1974 Komisi Annan mengenai Penyiaran (dilaporkan 1979)
1974 Komisi Kerajaan mengenai Pers (dilaporkan 1979)
1975 Serat optik
1975 Sistem Prestel Viewdata di Inggris dan teleteks
1975 Toko komputer pertama (di Los Angeles)
1975 Liberalisasi Radio Televisione Italia
1976 Perusahaan Apple didirikan
1976 Undang-undang Hak Cipta Amerika Serikat
1976 Perusahaan Apple didirikan; komputer portabel pertama
1977 Berakhirnya larangan televisi di Afrika Selatan
1977 Kabel serat optik pertama dipasang di California
1977 Telepon selular
1978 Komputer pribadi (personal computer) Apple II
1979 Agensi Luar Angkasa Eropa didirikan.

4 1 8
Kronologi

1979 Komersialisasi Internet dimulai


1980 Undang-undang Piranti Lunak Komputer Amerika
1980 Mobil produksi-massal pertama dengan persneling ganda (Amerika
Serikat)
1981 Murdoch memperoleh The Times
1981 Amerika memberlakukan peraturan bahwa merekam di rumah dari
signal penyiaran tidak melanggar hak cipta
1982 Perang Falkland
1983 Cakram video laser (laser videodisc) dipasarkan
1984 William Gibson, Neuromancer
1984 Cakram padat (compact disc) dipasarkan di Amerika Serikat
1984 William Gibson, Neuromancer
1984 Cakram padat (compact disc) dipasarkan di AS
1984 Camcorder
1984 Undang-undang Kabel dan Penyiaran Inggris
1985 Amandemen Undang-undang Hak Cipta Inggris (Piranti Lunak
Komputer)
1986 The Times pindah ke Wapping
1986 Chernobyl
1986 Microsoft menjadi perusahaan publik
1987 Intifada
1988 International Services Digital Network (ISDN) diluncurkan di
Jepang
1988 Undang-undang Hak Cipta Inggris
1988 Implementasi dari hukum media Belanda yang baru
1989 Mobil produksi-massal yang pertama dengan roda kemudi ganda
(Jepang)
1989 Kabel serat optik transatlantik yang pertama
1989 Runtuhnya Tembok Berlin
1989 Lapangan Tiananmen
1989 Jatuhnya Ceau°escu
1989 Merger Time Inc. dengan Warner Brothers
1990 Undang-undang Penyiaran Inggris yang baru
1990 Munculnya Imperium Berlusconi di Italia
1990 BSkyB dibentuk dari merger BSB dan Sky
1991 CAVE (Cave Automatic Virtual Environment)
1991 Perang Teluk

4 1 9
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

1991 Terowongan Selat Channel selesai (jalur kereta api pertama 1994)
1991 ISDN di Inggris
1992 Clinton terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat
1993 FCC diberi wewenang untuk melelang bagian-bagian spektrum yang
tidak terpakai
1993 Pendaftaran yang terpisah dari saham NASDAQ
1993 Proklamasi dari 'superhighway'
1993 Privatisasi Kereta Inggris diumumkan
1994 Pasukan Rusia memasuki Chechnya
1994 Netscape didirikan
1995 Merger CNN dengan Time/Warner
1995 Yayasan Sains Nasional menyerahkan Internet untuk kepentingan
komersial.
1995 Bahasa program Java
1995 Perdamaian Dayton disetujui untuk Bosnia-Herzegovina
1996 Undang-undang Telekomunikasi Rusia
1996 Undang-undang Penyiaran Inggris
1998 Undang-undang Hak Asasi Manusia Eropa
1998 Undang-undang Perluasan Hak Cipta Amerika
1999 Kekacauan pada World Trade Organization, Seattle
2000 America On-Line merger dengan Time/Wamer
2000 Microsoft berperang melawan penghentian anti-Trust
2000 Televisi memperlihatkan massa di Belgrade menumbangkan
Milosevic
2001 Merger Disney dengan Fox
2001 Kekacauan pada Pertemuan G-8, Genoa

4 2 0
Bacaan Lebih Lanjut

acaan-bacaan berikut ini sangat selektif, pilihan-pilihan kami merupakan,


apa yang dalam tahun-tahun penting yang kami telusuri merupakan
'samudera' studi-studi di dalam bidang ini. Untuk merambah lebih jauh
topik yang didiskusikan dalam pendahuluan, kami merekomendasikan buku-
buku yang disebut dalam teks itu sendiri.
Sementara terbitan majalah berkala, termasuk terbitan-terbitan khusus
juga penting, di antaranya: The Economist, Publishing History, Fortune, The
Author, Variety, Popular Music and Society, the American Sociological
Review, the Journal of Communication, Media, Culture and Society,
Intermedia, Media Studies Journal dan the Historical Journal of Film, Radio
and Television. The Melody Maker. Sayang, bahwa majalah yang terakhir ini,
The Melody Maker, berhenti terbit tahun 2001.
Empat jilid International Encyclopedia of Communications (New York,
Oxford, 1989) juga bernilai sebagai referensi ilmiah. Erik Bamouw adalah Editor
kepala dan George Gerbner adalah direktur dewan redaksinya, diterbitkan atas
kerjasama dengan the Oxford University Press dan the Annenberg School of
Communications di University of Pennsylvania. Wilbur Schramm menjadi editor
konsultannya.

2. Revolusi Percetakan dalam Konteks

Tentang revolusi percetakan, J. Moran, Printing Presses, History and


Development from the Fifteenth Century to Modern Times (Berkeley, 1973);
E. Eisenstein, The Printing Press as an Agent of Change (2 jilid, Cambridge,
1979); G. Marker, 'Russia and the "Printing Revolution'", Slavic Review 41
(1982); H.J. Martin, The French Book (Baltimore, 1996); M. Giesecke, Der
Buchdruck in den friihen Neuzeit: Eine historische Fallstudie iiber die

4 2 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Durchsetzung neuer Informations- und Kommunikationstechnologien


(Frankfurt, 1991).
Tentang surat-kabar, C. J. Sommerville, The News Revolution in England
(New York, 1996); J. D. Popkin, News and Politics in the Age of Revolution
(Ithaca, 1989); B. Dooley, The Social History of Scepticism: Experience and
Doubt in Early Modern Culture (Baltimore, 1999); E. Fischer, W. Haefs and
Y.-G. Mix (eds), VonAlmanach bis Zeitung: Ein Handbuch der Medien in
Deutschland, 1700-1800 (Munich, 1999); H. Barker, Newspapers, Politics
and English Society, 1695-1855 (London, 2000).
Tentang Komunikasi fisik, F. Braudel, The Mediterranean and the
Mediterranean World in the Age of Philip II (aslinya diterbitkan di Prancis
tahun 1949; teijemahan Inggrisnya 2 jilid, London 1972-1973); I. K. Steele,
The English Atlantic 1675-1740 (New York, 1986); D. Cressy, Coming Over:
Migration and Communication between England and New England in the
Seventeenth Century (Cambridge, 1987).
Tentang komunikasi oral, kaiya klasik G. Lefebvre, LA grande peur
(Paris, 1932); Laporan Lord atas penelitian lapangannya bersama M. Parry,
The Singer of Tales (Cambridge, MA, 1960); J. Goody, The Domestication
of the Savage Mind (Cambridge, 1977); W. Ong, Technology and Literacy
(London, 1982); P. Burke, The Art of Conversation (Cambridge, 1993), dan
'Oral Culture and Print Culture in Renaissance Italy', ARV: Nordic Yearbook
of Folklore (1998).
Tentang Citra, R. Barthes, Image, Music, Text (New York, 1977); D.
Freedberg, The Power of Images (Chicago, 1989); P. Wagner, Reading
Iconotexts, from Swift to the French Revolution (London, 1995). Tentang
citra yang dicetak, esai W. Benjamin yang terkenal dan kontraversial 'The Work
of Art in the Age of Mechanical Reproduction' (1936: teijemahan Inggrisnya
dalam Illuminations, 1968); W. M. Ivins, Prints and Visual Communication
(1953); M. D. George, English Political Caricature: a Study of Opinion
and Propaganda (2 jilid, Oxford 1959); A. H. Major, Prints and People: a
Social History of Printed Pictures (Princeton, 1971); D. Kunzle, The Early
Comic Strip (Berkeley, 1973), tentang strips lebih banyak ketimbang komik;
R. W. Scribner, For the Sake of Simple Folk (1981: jilid kedua, Oxford 1994),
perihal polemik dalam reformasi di Jerman; D. Landau dan P. Parshall, The
Renaissance Print 1470-1550 (New Haven, 1994).
Perihal tontonan, bandingkan G. Debord, The Society of the Spectacle
(1967: terjemahan Inggris, Detroit 1970); R.-G. Schwartzenberg, L'Etat-

4 2 2
Bacaan Lebih Lanjut

Spectacle (Paris, 1977) dan J. M. Taylor, Evita Peron: the Myths of a Woman
(Oxford, 1979), bersama F. Yates, Astraea (London, 1975) dan P. Burke, The
Fabrication o f Louis XIV (New Haven, 1992).
Tentang manuskrip, penyensoran dan komunikasi bawah tanah, A. M.
Marotti, Manuscript, Print and the English Renaissance Lyric (Ithaca, 1995);
P. Grendler, The Roman Inquisition and the Venetian Press (Princeton, 1977);
D. Kahn, The Code-breakers (New York, 1967); I. Wade, The Clandestine
Organisation and Diffusion of Philosophic Ideas (Baltimore, 1938); F.
Moureau (ed.) Les presses grises (Paris, 1988); R. Damton, The Forbidden
Best-Sellers of P re-Revolutionary France (New York, 1995); G. Minois,
Censure et culture sousl'ancien regime (Paris, 1995); Mario Infelise, Ilibri
proibiti da Gutenberg all'Encyclopedie (Roma dan Bari, 1999).
Tentang hak milik intelektual, M. Woodmansee, 'The Genius and the
Copyright: Economic and Legal Conditions for the Emergence of the Author',
Eighteenth- Century Studies 17 (1984); R. Iliffe (1992) 'In the Warehouse:
Privacy, Property and Priority in the Early Royal Society', History of Science
30 (1992); M. Rose, Authors and Owners (Cambridge, MA, 1993).
Tentang komersialisasi waktu luang, N. McKendrick, J. Brewer dan J.
H. Plumb, The Birth of a Consumer Society: the Commercialisation of
Eighteenth -Century England (London, 1982); R. Sandgruber, DieAnfange
der Konsumge-sellschaft: Konsumgutverbrauch, Lebenstandard und
Alltagskultur in Osterreich im 18. und 19 Jht (Vienna, 1982); C. Campbell,
The Romantic Ethic and the Spirit of Modern Consumerism (Oxford, 1987);
J. Brewer and R. Porter (eds), The Consumption of Culture 1600-1800
(London, 1995); D. Roche, A History of Everyday Things: the Birth of
Consumption in France (Cambridge, 2000).
Tentang buta-huruf dan sejarah tentang buku-buku dan kegiatan membaca,
pendekatan-pendekatan berdasarkan teori, di antaranya L. Lowenthal,
Literature, Popular Culture and Society (Englewood Cliffs, 1961), seorang
anggota the Frankfurt School; R. Chartier, The Cultural Uses of Print
(Princeton, 1987); and D. R. Olson, The World on Paper: the Conceptual
and Cognitive Implications of Writing and Reading (Cambridge, 1994).
Sintesis-sintesis yang masuk akal, di antaranya C. M. Cipolla, Literacy
and Development in the West (Harmondsworth, 1969); H. Graff (00.), Literacy
and Social Development in the West (Cambridge, 1981); The Legacies of
Literacy (lndianopolis, 1987a); R. A. Houston, Literacy in Early Modern

4 2 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Europe (London, 1988); G. Cavallo dan R. Chartier (ed.), A History of Reading


in the West (Cambridge, 1999).
Monograf-monograf penting, di antaranya C. Ginzburg, Cheese and
Worms (1976: terjemahan Inggris, London 1981); A. Kernan, Printing
Technology, Letters and Samuel Johnson (Princeton, 1987); J. Raven, H.
Small dan N. Tadmor (ed.), The Practice and Representation of Reading in
England (Cambridge, 1996); A. Johns, The Nature of the Book: Print and
Knowledge in the Making (Chicago, 1998); J. Pearson, Women 's Reading in
Britain 1750-1835: a Dangerous Recreation (Cambridge, 1999).
Tentang w a c a n a H a b e r m a s , J. H a b e r m a s , The Structural
Transformation of the Public Sphere (1962: terjemahan Inggrisnya,
Cambridge, MA, 1989); C. Calhoun (ed.), Habermas and the Public Sphere
(Cambridge, MA, 1992); J. Raymond (1998), 'The Newspaper, Public Opinion
and the Public Sphere in the Seventeenth Centuiy', Prose Studies 21, no. 2.

3. Media Massa dan R u a n g Publik pada Masa Awal Eropa Modern

tentang negara-negara kota di Eropa, J. K. Hyde, Society and Politics in


Medieval Italy: the Evolution of the Civil Life, 1000-1350 (London, 1973).
Tentang Reformasi, G. Strauss, Luther's House of Learning: Indoctrination
of the Young in the German Reformation (Baltimore, 1978); Scribner, Simple
Folk (dikutip dalam bab 2); M.
Aston, England's Iconoclasts (Oxford, 1988); C. Eire, War against
tire Idols (Cam-bridge, 1989); J.-F. Gilmont (ed.), La reforme et le livre (Paris,
1990).
Tentang pemberontakan di Netherland, C. Harline, Pamphlets, Printing
and Politi<al Culture in the Early Dutch Republic (Dordrecht, 1987). Tentang
Prancis sejak Perang-perang Agama sampai Fronde, D. R. Kelley, The
Beginning of Ideology: Consciousness and Society in the French
Reformation (Cambridge, 1981); C. Jouhaud, Mazarinades: la fronde des
mots (Paris, 1985); J.K. Sawyer, Printed Poison:Pamphlet Propaganda,
Faction Politics and the Public Sphere in Early Seventeenth Century France
(Berkeley dan Los Angeles, 1990).
Tentang Perang-perang Saudara di Inggris, N. Smith, Literature and
Revolution in England, 1640-1660 (New Haven, 1994); J. Raymond, The
Invention of the Newspaper: English Newsbooks 1641-1649 (Oxford, 1996),

4 2 4
Bacaan Lebih Lanjut

dan tema-tema khusus dalam Prose Studies (vol. 21, no. 2,1998) tentang
'News, Newspapers and Society in Early Modem Britain'; K. Lindley, Popular
Politics and Religion in Civil War London (Aldershot, 1997); D. Norbrook,
Writing the English Republic (Cambridge, 1999).
Tentang media dan peristiwa-peristiwa hingga tahun 1688, J. Kenyon,
The Popish Plot (London, 1972); L. Schwoerer, 'Propaganda in the Revolution
of 1688-89', American Historical Review 82 (1977); M. Knights, Politics
and Opinion in Crisis, 1678-81 (Cambridge, 1994); H. Weber, Paper Bullets:
Print and Kingship under Charles II (Lexington, 1996). Tentang Inggris abad
ke-18 dan terutama John Wilkes, lihat J. Brewer, Party Ideology and Popular
Politics at the Accession of George III (Cambridge, 1976), 163-200.
Tentang zaman Pencerahan, Wade, Clandestine Organisation (dikutip
dalam bab 2); N. Hampson, The Enlightenment (Harmondsworth, 1968); D.
Goodman, The Republic of Letters: a Cultural History of the French
Enlightenment (Ithaca, 1994); Darnton, Forbidden Best-Sellers (dikutip dalam
Bab 2); D. Outram, The Enlightenment (Cambridge, 1995); dan bagi suatu
stdi kasus tentang interaksi media lisan dan media tertulis serta konsekuensi
politisnya, R. Darnton, 'An Early Information Society: News and the Media in
Eighteenth-Century Paris', American Historical Review 105 (2000), diringkas
sebagai 'Paris: The Early Inter-net', New York Review of Books, 29 Juni 2000.
Perubahan menuju interpretasi cultural terhadap Revlusi Perancis diawali
oleh F. Furet dalam bukunya Interpreting the French Revolution (1978:
terjemahan Inggris, Cambridge, 1981); lihat juga L. Hunt, Politics, Culture
and Class in the French Revolution (Berkeley, 1984), and K. Baker, Inventing
the French Revolution (Cambridge, 1990). Tentang peran media, lihat J. A.
Leith, The Idea of Art as Propaganda in France, 1750-1799 (Toronto, 1965);
M. Ozouf, Festivals and the French Revolution (1976: terjemahan Inggris,
Cambridge, MA, 1988); J. Landes, Women and the Public Sphere in the Age
of the French Revolution (Ithaca, 1988); R. Darnton and D. Roche (ed.),
Revolution in Print: the Press in France, 1775-1800 (Berkeley, 1989); J. D.
Popkin, Revolutionary News: the Press in France 1789-99 (Durham, NC,
1990).
Untuk perkembangan-perkembangan di China dan Jepang, lihat S.
Chemiack, 'Book Culture and Textual Transmission in Sung China', Harvard
Journal of Asiatic Studies 54 (1994); J.-P. Drege, 'Des effets de l'imprimerie
en Chine sous la dynastie des Song', Journal Asiatique 282 (1994); H. D.
Smith III (1994), 'The History of the Book in Edo and Paris', dalam J. McClain,

4 2 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

J. Merriman and U. Kaoru (ed.), Edo and Paris (Ithaca, 1994); P. Kornicki,
The Book in Japan: a Cultural History from the Begin-nings to the Nineteenth
Century (Leiden, 1998).

4. Dari Tenaga Uap ke Listrik

A. Briggs, The Power of Steam (London, 1982) adalah penuntun ke topik ini.
D. Lardner, The Steam Engine Explained and Illustrated (London, 1824),
merupakan sumber kontemporer yang sangat berguna. Tinjauan umum terbaik
tentang sejarah komparatif industrialisasi adalah D. S. Landes, The Unbound
Prometheus (Cambridge, 1969); sub-judulnya adalah 'technological change
and industrial development in Western Europe from 1750 to the present'. Lihat
juga C. M. Cipolla (ed.), The Industrial Revolution (London and Glasgow,
1973), dan M. Berg, The Age of Manufactures: Industry, Innovation and
Work in Britain, 1700-1820 (Oxford, 1985). Lihat juga dari sisi Norwegia, K.
Bruland, British Technology and European Industrialisation (Cambridge,
1989). Untuk Amerika Serikat, T. C. Cochran, Frontiers of Change: Early
Industrialisation in America (New York, 1981), dan N. Rosenberg,
Perspectives on Technology (Cambridge, 1976) cukup menarik. Lihat juga I.
Spiegel-Rosing dan D. de Solla Price (eds), Science, Technology and Society
(Beverly Hills, 1977); A. Pacey, Technology in World Civilization (Oxford,
1990); M. Daumas (ed.), Histoire General des Techniques (5 vol, Paris, 1962-
); D. R. Headrick, The Tools of Empire: Technology and European
Imperialism in the Nineteenth Century (New York, 1981) dan CNRSS,
Innovation technologique et civilisation, xix-xx siecles (Paris, 1989).
Tentang Boulton dan Watt lihat E. Robinson dan A. E. Musson, James
Watt and the Steam Revolution (London, 1969). H. W. Dickinson menulis
biografi tentang Watt (Cambridge, 1939) dan Boulton (Cambridge, 1937). Latar
belakang sosial dan budayanya dicakup dengan baik dalam W. Bowden,
Industrial Society in England towards the End of the Eighteenth Century
(New York, 1925), dan R. E. Schofield, The Lunar Society of Birmingham
(Oxford, 1963). Tentang paten-paten, lihat C. MacLeod, Inventing the
Industrial Revolution: the English Patent System (Cambridge, 1988); H. I.
Dutton, The Patent System and Inventive Activity during the Industrial
Revolution, 1750-1852 (Manchester, 1984); W. dan M. Ray, The Art of
Invention: Patent Models and their Makers (Princeton, 1974); dan US

4 2 6
Bacaan Lebih Lanjut

Department of Commerce, The Story of the United States Patent and


Trademark Office (Washington, 1981).
Sistem pabrik, 'scientific management' dan produksi massal dikupas dalam
J. Tann, The Development of the Factory (London, 1970); S. Pollard, The
Genesis of Modern Management (London, 1963); S. B. Saul (ed.),
Technological Change — the United States and Britain in the Nineteenth
Century (London, 1978); dan D. Hounshell, From the American System to
Mass Production (Baltimore, 1984). Lihat juga studi P. Chandler yang penting
dan berpengaruh, The Visible Hand: the Managerial Revolution in America
(Cambridge, MA, 1977), dan bukunya yang lain, Scale and Scope: the
Dynamics of Industrial Capitalism (Cambridge, MA, 1990).
Untuk kelistrikan, lihat T. P. Hughes, Networks of Power: Electrification
in Western Society\ 1880-1930 (Baltimore, 1983); M. MacLaren, The Rise of
the Electrical Industry during the Nineteenth Century (Princeton, 1943); P.
Dunheath, A History of Electrical Engineering (London, 1962); dan F. Cardot
(ed.), Histoire de FElec-tricite, 1880-1980 (Paris, 1987).
Tentang yang terbesar dari semua penemu, lihat, R. V. Jenkins et al., The
Papers of Thomas A. Edison (Baltimore, 1989); M. Josephson, Edison (New
York, 1959), and W. Wackhorst, Thomas Alva Edison: an American Myth
(Cambridge, MA, 1981). Lihat juga M. Chancy, Tesla: Man Out of Time
(Englewood Cliffs, 1981), dan untuk pandangan kontemporer tentang suatu
teknologi baru, P. Benjamin, The Age of Electricity (New York, 1987).
Untuk karya-karya yang lebih umum yang relevan dengan bab ini,
beberapa darinya telah mendorong diskusi-diskusi akademis, lihat L. Mumford,
Technics and Civilisation (New York, 1934); S. Giedion, Mechanisation
Takes Command (New York, 1948); L. Marx, The Machine in the Garden
(New York, 1964); H. G. Gutman, Work, Culture and Society in Industrialising
America (New York, 1976); J. Kasson, Civilising the Machine: Technology
and Republican Values in America, 1776-1900 (New York, 1976); J. Jewkes,
D. Sawers dan R. Stilleman, The Sources of Invention (London, 1958); B.
Hindle, Emulation and Invention (Washington, 1981); T. Veblen, Theory of
the Leisure Class (New York, 1899); A. Briggs, Victorian Things (London,
1988); D. F. Nye, American Technological Sublime (Cambridge, MA, 1994);
J. Ellul, The Technological Society (terjemahan Amerika, New York, 1964);
dan M. Heidegger, The Question Concerning Technology and Other Essays
(terjemahan Amerika, New York, 1977).

4 2 7
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Tentang literatur-literatur tentang penerbitan, di antaranya lihat I. Watt,


The Rise of the Novel (London, 1957); C. N. Davidson, Revolution and the
Word: the Rise of the Novel in America (New York, 1986); G. Day, From
Fiction to the Novel (London, 1987); J. P. Hunter, Before Novels (New York,
1990); R. D. Altick, The English Common Reader (London, 1963); J. A.
Secord, Victorian Sensation (Chicago, 2000); J. O. Jordan and R. L. Patten
(ed.), Literature in the Market Place: Nineteenth-Century British Publishing
and Reading Practices (Cambridge, 1995); and D. Vincent, Literature and
Popular Culture, England, 1750-1944 (Cambridge, 1989). Tentang
kemampuan baca-tulis lihat H. J. Graff, The Legacies of Literacy (Bloomington
dan Indianapolis, 1987); dan P. Brantlinger, The Reading Lesson: the Threat
of Mass Literacy in Nineteenth- Century British Fiction (Bloomington dan
Indianapolis, 1998). Tentang Pembaca dan kegiatan membaca, lihat A. Manguel,
A History of Reading (London, 1996); W. Iser, The Act of Reading, A Theory
of Aesthetic Response (Baltimore, 1978); S. R. Suleiman dan I. Crossman
(ed.), The Reader in the Text: Essays on Audience and Interpretation
(Princeton, 1980); J. Raven, H. Small dan N. Tadmor (ed.), The Practice and
Representation of Reading in England (Cambridge, 1996); dan M.
Woodmansee, The Author, Art and the Market (New York, 1994). Lihat
juga A. C. Dooley, Author and Printer in Victorian England (Charlottesville,
1992).
Perihal peranan imajinsi visual lihat F. D. Klingender, Art and the
Industrial Revolution (London, 1947); A. Briggs, From Ironbridge to Crystal
Palace: Impact and Images of the Industrial Revolution (London, 1979); P.
Anderson, The Printed Image and the Transformation of Popular Culture
(Oxford, 1991); W. lvins, Prints and Visual Communication (London, 1953);
C. T. Christ dan J. O. Jordan (ed.), Victorian Literature and the Victorian
Visual Imagination (Berkeley dan Los Angeles, 1995); dan K. Flint, The
Victorians and the Visual Imagination (Cambridge, 2000).

5. Proses dan Pola-pola

Sangat berlimpah kepustakaan tentang sejarah kereta api dalam hampir semua
aspeknya. Bagi Inggis, lihat M. Robbins, The Railway Age (London, 1962); P.
J. G. Ransom, The Victorian Railway, How it Evolved (London, 1990); J.
Simmons, The Victorian Railway (London, 1991); M. Freeman dan D. Aldcroft,

4 2 8
Bacaan Lebih Lanjut

The Atlas of British Railway History (London, 1985). Untuk Amerika Serikat,
lihat G. R. Taylor dan I. D. New, The American Railroad Network, 1801-
1890 (New York, 1956); E. G. Kirkland, Men, Cities and Transport (2 jilid,
Cambridge, MA, 1948); A. Martin, Railroads Triumphant: The Growth,
Rejection and Rebirth of a Vital American Force (New York, 1992); B. A.
Borthein dan A. F. Harlow, A Treasury of Railroad Folklore (New York, 1956).
Untuk Kanada lihat R. F. Leggett, Railways of Canada (Vancouver, 1973)
dan untuk India, M. A. Rao, Indian Railways (New Delhi, 1973). D. Thomer,
Investment in Empire: British Railway and Steam Shipping Enterprise in
India, 1825-49 (Philadelphia, 1950) merupakan studi perintisan. Lihat juga D.
R. Headrick, The Tentacles of Progress: Technology Transfer in the Age of
Imperialism, 1850-1940 (New York, 1988); P. O'Brien, Railways and the
Economic Development of Western Europe, 1830-1914 (London, 1983);
dan W. Schivelbusch, The Railway Journey: The Industrialisation of Space
and Time (Berkeley dan Los Angeles, 1986).
Tentang pelayaran lihat A. McGowan, The Century before Steam, The
Development of the Sailing Ship, 1700-1820 (London, 1980); S. Polland,
The British Shipping Industry, 1870-1914 (London, 1979); C. E. McDowell
dan H. M. Gibbs, Ocean Transportation (New York, 1952).
Tentang pengiriman surat dan peran Kantor Pos, lihat K. Ellis, The History
of the Post Office in the Eighteenth Century (London, 1958); H. Robinson,
Britain's Post Office (London, 1953); M. J. Daunton, Royal Mail, The Post
Office since 1840 (London, 1985); W. E. Fuller, The American Mail, Enlarger
of the Common Life (New York, 1972); R. John, Spreading the News
(Cambridge, MA, 1995).
Literatur tentang telegraf elektrik nampaknya hampir sama berlimpahnya
seperti literatur tentang kereta-api. Yang terbaik di antaranya ialah J. Kieve, The
Electric Telegraph: A Social and Economic History (Newton Abbot, 1973).
Compare R. L. Thompson, Wiring the Continent: the History of the Telegraph
Industry in the United States, 1832-66 (Princeton, 1947) dan A. Moyal, Clear
Across Australia, a History of Telecommunications (Melbourne, 1984). Untuk
yang nampaknya mengambil sudut pandang yang berlawanan, lihat G. Blainey,
The Tyranny of Distance (Melbourne, 1966), sebuah studi yang brilian. Lihat
juga F. Gabler, The American Telegraph, 1860-1900: a Social History
(Rutgers, 1988) dan, dalam dimensi waktu yang berbeda, T. Standage, The
Victorian Internet (New York, 1998).

4 2 9
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Untuk telepon dan latar-belakang medianya, lihat J. Brooks, Telephone,


the First Hundred Years (New York, 1975); A. Harlow, Old Wires, New Waves:
The History of the Telegraph, Telephone and Wireless (New York, 1935); R.
V. Bruce, Bell: Alexander Graham Bell and the Conquest of Solitude
(Boston, 1973); I. De Sola Pool (ed.), The Social Impact of the Telephone
(MIT, 1977); F. G. C. Baldwin, The History of the Telephone in the United
Kingdom (London, 1925); R. J. Rosiello, The Birth and Early Years of the
Bell Telephone System (New York, 1979); dan A. Stone, How America Got
On-Line (Armonk, New York, 1997).
Nirkabel (wireless), yang sejak awal selalu digambarkan di Amerika
Serikat sebagai 'radio' sebelum tahun 1990-an, telah dipelajari dengan rinci.
Lihatlah daftar panjang buku-buku dari H. J. Aitken, Syntony and Spark: The
Origins of Radio (Princeton, 1976); R. N. Vyvyan, Marconi and Wireless
(London, 1974); W. J. Baker, History of the Marconi Company (London,
1974); S. J. Douglas, Inventing American Broadcasting (Baltimore, 1987);
E. Barnouw, The Golden Web (New York, 1968); dan A. Briggs, The Birth of
Broadcasting (Oxford, 1961).
Kisah tentang kamera, yang merintis jalan menuju kisah tentang film,
dicakup dalam B. Coe, Camera from Daguerreotypes to Instant Pictures
(London, 1978); A. Thomas, The Expanding Eye (London, 1978); H. dan A.
Gernsheim, The History of Photography (London, 1969); H. Gernsheim, The
Origins of Photography (New York, 1982); J. Tagg, The Burden of
Representation: Essays on Photographies and Histories (London, 1988).
Lihat juga N. Lyons (ed.), Photographers on Photography (London, 1966);
F. Jussim, Visual Communication and the Graphic Arts (London, 1974).
Untuk esai-esai kontemporer yang menarik, lihat S. Sontag, On Photography
(New York, 1979).
Tentang sebuah survey kontemporer tentang masa-masa awal sinema lihat
R. Jeanne, Cinema, 1900 (Paris, 1980). Lihat juga E. Barnouw, The Magician
and the Cinema (Oxford, 1981); dan untuk kisah yang lebih panjang, H. Sklar,
Movies Made America (New York, 1975); H. Powdermaker, Hollywood,
The Dream Factory (Boston, 1950); D. M. White dan R. Averson (ed.), Sight,
Sound and Society: Motion Pictures and Television in America (Boston,
1968); O. Friedrich, City of Nets, a Portrait of Hollywood in the 1940s
(New York, 1986); E. Rhode, A History of the Cinema from its Origins to
1970 (Harmondsworth, 1978); S. Kindem (ed.), The American Movie
Industry: The Business of Motion Pictures (Carbondale, 1982); D. Gomery,

4 3 0
Bacaan Lebih Lanjut

Shared Pleasures: A History of Movie Production in the United States


(Madison, 1992); G. Jowett, Film: The Democratic Art (Boston, 1976); T.
Balio (ed.), The American Film Industry (edisi evisi, Madison, 1985), sebuah
koleksi yang bernilai tentang penilaian sejarah dan kondisi kontemporer; A.
Aldgate, Cinema and History (London, 1979); J. Richards dan A. Aldgate,
Best of British, Cinema and Society, 1930-1970 (Oxford, 1983); R. Taylor
dan I. Christie (ed.), The Film Factory: Russian and Soviet Cinema in
Doc-uments, 1896-1939 (Cambridge, MA, 1988); P. Kenez, Cinema and
Soviet Society, 1917-1953 (Cambridge, 1992); dan R. Taylor, Film
Propaganda: Soviet Russia and Nazi Germany (London, 1979).
Teknologi-teknologi elektronika dipelajari dan dikumpulkan oleh C.
Marvin, When Old Technologies were New (New York, 1988). Lihat juga B.
Winston, Technologies of Seeing: Photography, Cinema and Television
(London, 1996); I. Udelson, The Great Television Race: A History of the
American Television Industry, 1925-1941 (Tuscalosa, Alabama, 1982); D.
Marc, Democratic Vistas: Television in American Culture (Philadelphia,
1984); S. W. Head dan C. H. Sterling, Broadcasting: A Survey of Television,
Radio and New Technologies (Boston, edisi ke-5,1990).
Sedikit saja buku yang ditulis mengenai gramophon ketimbang mengenai
film atau radio, lihat R. Gelatt, The Fabulous Phonograph, 1877-1977 (edisi
revisi, New York, 1977); M. Chanan, Repeated Takes: A Short History of
Recording and its Effects on Music (London, 1995). Perihal kisah-kisahnya
yang lebih bam, lihat R. S. Denisoff, Solid Gold: The Popular Record Industry
(New Brunswick, 1975); R. Burnett, Concentration and Diversity in the
International Phonogram Industry (Gothenburg, 1990); P. Gronow, 'The
Record Industry: The Growth of a Mass Medium', dalam Popular Music 3
(1983), hlm. 53-75.
Tentang media pada umumnya, lihat H. Tunstall, The Media are American:
Anglo-American Media in the World (New York, 1977; edisi revisi, London,
1994); D. J. Czitrom, Media and the American Mind (Chapel Hill, 1992); D.
Morley, Television, Audiences and Cultural Studies (London, 1992); M.
Skovmand dan K. C. Schroder (ed.), Media Cultures: Reappraising
Transnational Media (New York, 1992). Perubahan-perubahan dalam persepsi
mang dan waktu menjadi topik dari karya D. S. Landes, Revolution in Time
(Cambridge, MA, 1983); S. Kem, The Culture of Time and Space, 1880-
1918 (London, 1983); R. Levine, A Geography of Time (New York, 1999);
W. R. Taylor, Inventing Time Square: Commerce and Culture at the

4 3 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Grassroots of the World (New York, 1991); G. Cross, Time and Money: The
Making of Consumer Culture (London, 1993); serta S. Lash dan J. Urry,
Economics of Signs and Space (London, 1994).
Tentang perubahan-perubahan dalam transportasi, lihat P. S. Bagwell,
The Transport Revolution from 1770 (London, 1974); L. H. Adams, Cycles
and Cycling (London, 1965); H. Perkin, The Age of the Automobile (London,
1976); S. O'Connell, The Car in British Society (Manchester, 1998); J. B.
Rae, The American Automobile (Chicago, 1965); J. J. Flink, The Automobile
Age (Cambridge, MA, 1988); M. Wachs dan M. Crawford (ed.), The Car
and the City (Ann Arbor, 1992); M. S. Foster, From Streetcar to
Superhighway (Philadelphia, 1981); T. C. Barker dan M. Robbins, History of
London Transport (2 jilid, London, 1963,1974); C. H. Gibbs Smith, Aviation:
An Historical Study from its Origins to the End of World War II (London,
1970); serta D. Edgerton, England and the Aeroplane (Manchester, 1991).

6. Informasi, Pendidikan, Hiburan

Sebuah pendekatan kritis terhadap sejarah 'pengetahuan' dan 'informasi' serta


istilah 'masyarakat informasi' tergambar dalam buku J. R. Schement dan T.
Curtis, Ten-dencies and Tensions of the Information Age (New Brunswick,
1995), sekalipun hanya meneliti fenomena di Amerika Serikat saja. Lihat juga
buku yang dieditori Schement bersama L. Lievrouw, Competing Visions,
Complex Realities: Social Aspects of the Infor-mation Society (Norwood,
1988); A. G. Smith (ed.), Communication and Culture (New York, 1972);
dan P. Drucker, The Age of Discontinuity (New York, 1969).
Tentang perkembangan istilah 'masyarakat informasi' dan istilah-istilah
lain yang berkaitan, lihat C. Clark, The Conditions of Economic Progress
(London, 1940); M. Porat, The Information Economy: Definition and
Measurement (Washington, 1977); F. Machlup, The Production of Knowledge
in the United States (Princeton, 1962); O. Bell, The Coming of Post-Industrial
Society (New York, 1976); A. Toffler, Future Shock (New York, 1970) dan
The Third Wave (New York, 1980); Y. Masuda, The Information Society as
Post-Industrial Society (Bethesda, 1981); W. Dizard, The Coming
Infor-mation Age: An Overview of Technology, Economics and Politics
(New York, 1984); dan J. Salvaggio (ed.), Telecommunications: Issues and
Choices for Society (New York, 1989). Lihat juga M. Castells, The

4 3 2
Bacaan Lebih Lanjut

Information Age: Economics, Society and Culture, 3 jilid (Oxford, 1996,


1997,1998).
J. Beniger, The Control Revolution (Cambridge, MA, 1986),
menjelaskan dengan gamblang bagaimana konsep masyarakat informasi itu
tumbuh dari dalam proses-proses industrialisasi, dan seorang pemikir Marxis,
H. I. Schiller, dalam sejumlah bukunya, teristimewa Who Knows: Information
in the Age of the Fortune 500 (Norwood, 1981), mengkaitkannya dengan
kapitalisme dan imperialisme. Untuk pandangan-pandangan yang berbeda, lihat
Chin-Chuan Lee, Media Imperialism Reconsidered: The Homogenisation of
Television Conflict (Beverly Hills, London, 1980). Buku kunci tentang Perancis,
lihat S. Nora dan A. Mine, L'in formatisati on de la societe (Paris, 1978).
Lihat juga A. S. Edelstein, J. F. Bowes dan S. M. Harsel, Information
Societies: Comparing the Japanese and American Experiences (Seattle,
1978); Komisi Eropa, An Action Plan: Europe's Way to the Information
Society (Brussels, 1994); A. Gore dan R. Brown, Global Information
Infrastructure: Agenda for Cooperation (Washington, DC, 1995); H.
Kubicek, W. H. Dutton dan R. Williams (ed.), The Social Shaping of the
Superinformation Highway: European and American Roads to the
Information Society (Frankfurt, 1997). Lihat juga J. S. Brown dan P. Duguid,
The Social Life of Information (Boston, 2000).
Pers Amerika yang bergumul dengan detail-detail dalam text-book standar,
lihat buku E. dan M. Emery, The Press and America (edisi terakhir, 2000) dan
sosok-sosok ternama dapat dilihat dalam D. Sloan, J. G. Stovell dan J. D.
Startt, The Media in America (Scottsdale, AZ, 1989). Lihat juga G. J. Baldasty,
The Commercialisation of News in the Nineteenth Century (Madison, 1992).
Terdapat pula biografi-biografi menarik baik tentang ssok jurnalis tertentu
maupun para pemiliknya. Lihat juga M. Schudson, Discovering the News
(New York, 1978). Tentang perkembangan jurnalisme-foto di Amerika, lihat
R. Taft, Photography and the American Scene, 1839-1889, A Social History
(New York, 1938). Daftar bacaan yang berguna dapat ditemukan dalam E. E.
Dennis dan J. C. Merrill, Debates in Mass Communication (New York, 1991;
edisi ke-2, 1996), yang berhubungan tetapi jauh dari standard teks-teks
jurnalisme. Sedangkan jurnalisme dari sudut pandang Inggris, lihat T. Crook,
International Radio Journalism (London, 1998).
Tentang pers Inggris, lihat F. Knight Hunt, The Fourth Estate (London,
1850); S. Koss, The Rise and Fall of the Political Press in England (2 jilid,
London, 1981-1984); L. Brown, Victorian News and Newspapers (Oxford,

4 3 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

1985); A. J. Lee, The Origins of the Popular Press (London, 1976); serta L.
Brake, A. Jones dan L.Madden (ed.), Investigating Victorian Journalism
(Basingstoke, 1990). Salah satu dari studi-studi biografi yang paling komprehensif,
mendetail dan mencerahkan adalah karya R. Pound dan G. Harmsworth,
Northcliffe (London, 1959). O. Woods dan J. Bishop, The Story of The Times
(London, 1983), mempergunakan secara selektif lima jilid dari History of The
Times (1935-1952). Untuk pers bergambar, lihat M. Jackson, The Pictorial
Press, its Origins and Progress (London, 1985?); dan T. Hopkinson (ed.),
Picture Post, 1938-50 (London, 1970).
Tentang pers di Prancis, lihat R. Mazedier, Histoire de la presse
parisienne (Paris, 1945) and J.-M. Charon, La presse en France de 1945 a
nos jours (Paris, 1991). Lihat juga J. Sandford, The Mass Media of the
German-speaking Countries (London, 1976).
Untuk broadcasting, lihat A. Briggs, The Birth of Broadcasting (Oxford,
1961) dan The Golden Age of Wireless (Oxford, 1995); P. Scannell dan D.
Cardiff, A Social History of British Broadcasting, 1922-1939 (London, 1991);
S. Briggs, Those Radio Times (London, 1985); dan M. Pegg, Broadcasting
and Society, 1918-1939 (London, 1983). Teks kontemporer yang penting
adalah karya J. C. W. Reith, Broadcast Over Britain (London, 1924). Untuk
di Amerika, lihat, E. Barnouw, The Golden Web (New York, 1968) dan karya
penulis Amerika yang dapat diperbandingkan dengan kaiya Reith, E. Lyons,
Sarnoff (New York, 1966). Lihat juga J. S. Waller, Radio, the Fifth Estate
(Boston, 1950); E. S. Foster, Understanding Broadcasting (Reading, MA,
1978); P. Collins, Radio: The Golden Age (New York, 1988); I. Kerjan dan
R. Dickason, La consommation culturelle dans le monde anglophone
(Rennes, 1999); G. Wedell, Broadcasting and Public Policy (London, 1978);
dan R. W. McChesney, Telecommunication, Mass Media and Democracy
(New York, 1993). Untuk pembelaan terhadap public broadcasting lihat W.
Stevenson dan the Carnegie Commission, A Public Trust (Washington, 1967).
Juga ada sebuah survei yang berharga tentang broadcasting di Amerika,
dengan beberapa perbandingan international, dalam The Annals of the
American Academy of Political and Social Science, 117 (1935). Tentang
peran FCC, lihat M. D. Paglia (ed.), A Legislative History of the
Communications Act of 1934 (New York, 1989), dan E. G. Krasnov, L. D.
Longley dan H. A. Terry, The Politics of Broadcast Regulation (edisi ke-3,
New York, 1982). Lihat juga B. M. Owen, Economics and Freedom of

4 3 4
Bacaan Lebih Lanjut

Expression: Media Structure and the First Amendment (Cambridge, MA,


1975).
Untuk negara-negara lain, lihat daftar panjang R. Collins, Culture,
Communication and National Identity (Toronto, 1990); V. Porter dan S.
Hasselbach, Pluralism, Politics and the Marketplace: The Regulation of
German Broadcasting (New York, 1991); A. Papa, Storia politico della radio
in Italia (2 jilid, Milan, 1978); E. W. Ploman, Broadcasting in Sweden (London,
1976); E. Katz dan G. Wedell, Broadcasting in the Third World: Promise
and Performance (Cambridge, MA, 1977); S. Head, Broadcasting in Africa
(1972); B. McNair, Glasnost, Perestroika and the Soviet Media (New York,
1991); S. W. Head, World Broadcasting Systems (Belmont, CA, 1985); dan
B. Paulu, Rndio and Television Broadcasting in Eastern Europe (Minneapolis,
1974). Tentang dua studi umum lainnya yang relevan lihat K. Deutsch,
Nationalism and Social Communication (Cambridge, MA, 1953) dan E. U.
Heidt, Mass Media, Cultural Tradition and National Identity (Fort
Lauderdale, 1987). Lihat juga R. Negrine dan S. Papathanassopoulos, The
Internationalisation of Television (New York, 1990).
Untuk teknologi yang berubah dalam konteks bisnisnya, lihat A. F. Inglis,
Behind the Tube: A History of Broadcasting Technology and Business
(Boston, 1990), dan R. E. Davis, Response to Innovation: A Study of Popular
Argument about New Media (New York, 1976). Karena interaksi radio, televisi
dan film, ada banyak cerita baik yang merupakan konvergensi maupun divergensi.
Jadi, "The March of Time', yang mulai sebagai program radio 10 menit di tahun
1928, terdiri dari item-item yang diambil dari majalah Time, menjadi film warta
berita singkat (newsreel) tahun 1935. Tentang sejarah newsreels, lihat R.
Fielding, The American Newsreel (Norman, OK, 1972), dan The March of
Time, 1935-1951 (New York, 1978). Untuk newsreels di Inggris, lihat A.
Aldgate, Cinema and History: British News Reels of the Spanish Civil War
(London, 1979). Lihat juga D. Dayan dan E. Katz, Media Events: The Live
Broadcasting of History (Cambridge, MA, 1991); J. L. Baugnison, Henry R.
Luce and the Rise of the American News Media (Boston, 1987) dan The
Republic of Mass Culture (edisi ke-2, Baltimore dan London, 1992).
Barangkali buku pertama yang mengacu pada era pertelevisian adalah
karangan I. Bogart, The Age of Television (New York, 1956). Demikian pula,
J. J. Klapper, The Effects of Mass Communication (New York, 1960), mungkin
merupakan buku pertama jenis ini. Buku H. J. Skornia, Television and Society
(New York, 1965) diterbitkan sebelum teknologi komunikasi memperkenalkan

4 3 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

perubahan-perubahan radikal di dalam media. Lihat juga, untuk pandangan sekilas


tentang periode terakhir ini, J. Green, The Universal Eye (London, 1972).
Tentang masa awal televisi di Amerika Serikat dan Inggris, bandingkan E.
Bamouw, Tube of Plenty (New York, 1975), dan A. Briggs, Sound and Vision
(Oxford, 1979). Untuk televisi di Eropa, lihat E. Noam, Television in Europe
(New York, 1991), dan perannya sebagai sebuah kekuatan dunia, R. Moorfoot,
Television in the Eighties, the Total Equation (London, 1982); A. Smith
(ed.), Television, an International History (Oxford, 1995); dan F. Wheen,
Television (London, 1985). Lihat juga R. Adler (ed.), Television as a Social
Force: New Approaches to TV Criticism (New York, 1975); G. A. Steiner,
The People Look at Television: A Study of Audience Attitudes (New York,
1963); H. Newcombe, Television: The Critical View (New York, 1976); J.
Fiske, Television Culture (London, 1987); T. Gitlin, The Whole World is
Watching (Berkeley dan Los Angeles, 1980); E. Taylor, Prime-time Families:
Television Culture in Post War America (Berkeley dan Los Angeles, 1989);
L. Spigel, Make Room for TV: Television and the Family Ideal in Post-War
America (Chicago, 1992); A. A. Berger, The TV-Guided American (New
York, 1976); R. Silverstone, Television and Everyday Life (London, 1994);
serta R. Powers, Supertube, The Rise of Television Sports (New York, 1984).
Tentang televisi dan berita, lihat D. J. Levey dan C. H. Sterling (ed.),
Mass News: Practices, Controversies and Alternatives (Englewood Cliffs,
NJ, 1973); S. Mickelson, The Electric Mirror: Politics in the Age of Television
(New York, 1972); dan M. Fishman, Manipulating the News (Austin, Texas,
1980). Lihat juga R. MacNeill, The People Machine: The Influence of
Television on American Politics (New York, 1968); M. Schudson, The Power
of News (Cambridge, MA, 1995); dan J. Newman, Lights, Camera, War
(New York, 1996). Ada sebuah studi rinci oleh H. S. Gans, Deciding What's
News: A Study of CBS Evening News, NBC Nightly News, Newsweek and
Time (New York, 1979). Lihat juga S. Herman dan N. Chomsky,
Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media (New
York, 1988), dan tentang suatu agency berita international yang besar, lihat, D.
Read, The Power of News: The Story of Reuters (Oxford, 1992).
Mengenai iklan yang ditinjau dari berbagai sudut pandang, lihat S. E wen,
Captains of Consciousness: Advertising and the Social Roots of the
Consumer Culture (New York, 1976); F. S. Turner, The Shocking History of
Advertising (London, 1953); V. Packard, The Hidden Persuaders (New York,
1980); T. R. Nevett, Advertising in Britain, a History (London, 1982); dan

4 3 6
Bacaan Lebih Lanjut

R. M. Hoyer, The History of an Advertising Agency: N. W. Ayer and Sons,


1869-1939 (Cambridge, MA, 1939). Mengenai latar belakang budaya, ekonomi
dan sosial, lihat D. M. Potter, People of Plenty (e disi ke-2, Chicago, 1969); S.
Strasser, Satisfaction Guaranteed: The Rise of the American Mass Market
(New York, 1989); dan bandingkan M. Schudson, Advertising: The Uneasy
Persuasion (New York, 1984); R. Marchand, Advertising, the American
Dream (Berkeley, 1985); T. Richards, The Commodity Culture of Victorian
England: Advertising and Spectacle, 1851-1914 (London, 1991); dan B.
Henry (ed.), British Television Advertising: The First Thirty Years (London,
1986). Untuk iklan politik Amerika, lihat K. H. Jamieson, Packing the
Presidency: A History and Criticism of Presidential Campaign Advertising
(New York, 1984).
Sejarah komentar dan riset serta analisis media tak pernah sepenuhnya
dipetakan. Pada tahun 1959 Bernard Berelson, peneliti isi media, dan Wilbur
Schramm mengomentari dunia riset dalam Public Opinion Quarterly, vol. 23.
Untuk periode pasca 1959 lihat nomor khusus Journal of Communication
(1983), yang mencakup banyak negara dan didasarkan pada baik riset teori
maupun riset empiris. Tentang pendekatan Mazhab Frankfurt, lihat T. W. Adomo,
The Culture Industry: Selected Essays on Mass Culture (London, 1991) dan
M. Horkheimer dan T. W. Adorno, Aspects of Sociology (Frankfurt, 1972).
Lihat juga J. Corner, P. Schlesinger dan A. Silvers tone, International Media
Research: A Critical Survey (London, 1997).
Marshall McLuhan telah mempublikasikan bukunya Gutenberg Galaxy:
The Making of Typographic Man (New York, 1962) sebagai sebuah 'citra
mosaik' dengan suatu 'pendekatan lapangan', namun banyak ide-idenya telah
diterbitkan di Toronto 'little magazine'Exploration, dari tahun 1953 hingga
1954. Sebuah antologi artikel-artikel tersebut, yang ia edit bersama E. Carpenter,
muncul tahun 1960. Lihat juga bukunya Understanding Media: The Extensions
of Man (New York, 1964) dan (bersama dengan Q. Fiore) The Medium is the
Message (New York, 1967). J. Myrowitz, dalam bukunya No Sense of Place
(Oxford, 1985) yang banyak dipuji orang, mengatakan bintang McLuhan
'terbakar terang dengan secepat matinya'. Untuk Inggris, buku R. Williams,
Communications (London, 1976) punya pengaruh besar sebagaimana buku-
bukunya terdahulu, termasuk Television: Technology and Cultural Form
(London, 1974). Lihat juga A. O'Connor (ed.), Raymond Williams on
Television (1989); D. McQuail (ed.), Sociology of Mass Communications

4 3 7
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

(Harmondsworth, 1972); and D. McQuail, Mass Communications Theory


(London, 1987).
Sejarawan terbaik yang patut dicatat namanya D. Boorstin dan bukunya
The Image (Harmondsworth, 1962) dapat dibandingkan dengan sebuah buku
yang menarik tapi dilupakan dengan judul sama oleh K. Boulding (Ann Arbor,
1956). Lihat juga B. Berelson dan M. Janowitz (ed.), Reader in Public Opinion
and Communication (New York, 1969), dan bandingkan itu dengan B.
Rosenberg dan D. M. White (ed.), Mass Culture: The Popular Arts in America
(Glencoe, 1957). Lihat juga D. Cater, dan M. J. Nyhan (ed.), The Future of
Public Broadcasting (New York, 1976); M. Gurevitch et al. (ed.), Culture,
Society and the Media (London, 1982); P. Golding, G. Murdock dan P.
Schlesinger (ed.), Communicating Politics: Mass Communications as a
Political Process (New York, 1986); J. Curran, A. Smith dan P. Wingate (ed.),
Impacts and Influences: Essays on Media Power in the Twentieth Century
(New York, 1989); D. Crowley dan P. Heyer (ed.), Communication in History:
Technology, Culture, Society (New York, 1991); J. Blumler, J. M. McLeod
dan K. E. Rosengren (ed.), Comparatively Speaking: Communication and
Culture Across Space and Time (London, 1992); dan B. P. Bloomfield, R.
Coombs, D. Knights dan D. Littler, Information Technology and
Organizations: Strategies, Networks and Integration (Oxford, 1997).
Monograf-monograf di antaranya L. Lowenthal, Literature, Popular
Culture and Society (Englewood Cliffs, NJ, 1961), dan H. Gans, Popular
Culture and High Culture (New York, 1974). Untuk Inggris, lihat C. W. E.
Bigsby (ed.), Approaches to Popular Culture (London, 1976). Tentang
kontribusi yang berpengaruh dan studi dan kuliah-kuliah tentang topik ini, lihat
J. W. Carey, Communication as Culture: Essays on Media and Society
(Boston, 1989).
Para penulis tentang media di Prancis di antaranya G. Debord, yang
terjemahan bukunya berjudul, Society of the Spectacle,; J.-F. Lyotard, The
Post-Modern Condition: A Report on Knowledge (1979: terjemahan Inggris,
Minneapolis, 1984) dan The Lyotard Reader (Oxford, 1989); dan J. Baudrillard,
yang bukunya Mythologies terbit di Paris tahun 1962. Karya-kaiyanya yang
lebih kemudian, diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, di antaranya Simulations
(New York, 1983). Lihat D. Kellner, Jean Baudrillard: From Marxism to
Postmodernism and Beyond (Stanford, 1989). Tentang pendekatan Pierre
Bourdieu, lihat bukunya, Distinction: A Social Critique of the Judgement of
Taste (Paris, 1979; Cambridge, MA, 1984), On Television (terjemahan Inggris,

4 3 8
Bacaan Lebih Lanjut

New York, 1988) dan In Other Words: Essays Towards a Reflexive Sociology
(terjemahan Inggris, Stanford, 1990). Sebuah terbitan khusus, Media, Culture
and Society, didedikasikan kepadanya tahun 1980. Lihat juga pendekatan
Inggris terhadap tema-tema yang lama dan yang baru oleh A. Smith, The Shadow
in the Cave (London, 1976).
Untuk pendidikan, lihat J. Robinson, Learning Over the Air: 60 Years
of Partnership in Adult Learning (London 1983); W. Perry, The Open
University (Milton Keynes, 1976); J. Langham, Teachers and Television
(London, 1990); T. Bates dan J. Robinson, Evaluating Educational Television
and Radio (Milton Keynes, 1977); R. J. Blakely, To Serve the Public Interest:
Educational Broadcasting in the United States (Syracuse, 1979); H. E. Hill,
The National Association of Educational Broadcasters, a History (Urbana,
1954); dan British White Paper, Teaching and Learning: Towards the
Learning Society (1996).
Sejarah 'entertainment' media, yang meningkat dengan cepat hingga
sampai pada sejarah olahraga, tidak terlalu banyak dianalisis dibandingkan
pendidikan, kecuali dalam sejumlah besar otobiografi, biografi dan program-
program khusus, bisa dilihat dalam R. C. Toll, The Entertainment Machine:
American Show Business in the Twentieth Century (New York, 1982) dan
H. Vogel, Entertainment Industry Economics: A Guide for Financial Analysis
(edisi ke-2, Cambridge, 1990). Salah seorang perintis cybemetika asal Inggris,
G. Pask, mengatakan dalam An Outline Theory of Media: Education is
Entertainment (Richmond, Surrey, 1976) bahwa pendidikan dan entertainment
(hiburan) adalah sama, namun dia tidak memperhitungkan bisnis pertunjukkan.
Untuk aspek-aspek dan fase-fase sejarahnya, lihat R. W. Malcolmson, Popular
Recreations in English Society, 1700-1850 (Cambridge, 1973); G. Seldes,
The Great Audience (New York, 1950); A. Briggs, 'Mass Entertainment: The
Origins of a Modem Industry', dalam Collected Essays, vol. 3 (London, 1991);
R. C. Allen, Speaking of Soap Opera (Chapel Hill, NC, 1985), dan To Be
Continued: Soap Opera Around the World (New York, 1995); H. O'Donnell,
Good Times, Bad Times: Soap Operas and Society in Western Europe
(Leicester, 1999); J. Comer (ed.), Popular Television in Britain (London,
1991); H. Newcomb, TV, the Most Popular Art (New York, 1974); N. Harris,
The Art of P. T. Barnum (Boston, 1973); A. F. McLean, American Vaudeville
and Ritual (Lexington, 1965); B. Sobel, A Pictorial History of Vaudeville
(New York, 1961); W. C. de Mille, Hollywood Saga (New York, 1939); dan
R. Silverstone, The Message of Television: Myth and Narrative in

4 3 9
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Contemporary Culture (London, 1981). Untuk musik pop dan olahraga, lihat
D. Ewen, The Life and Death of Tin Pan Alley, The Golden Age of American
Popular Music (New York, 1964); S. Cohen, Rock Culture in Liverpool,
Popular Music in the Making (Oxford, 1919); P. Farmer, Ragtime and Blues
(London, 1979); S. Frith, Performing Rites: On the Value of Popular Music
(Cambridge, MA, 1996); D. Rowe, Popular Cultures: Rock Music, Sport
and the Politics of Pleasure (London, 1995); S. Barnett, Games and Sets:
The Changing Face of Sport on Television (London, 1990); dan G. Shanel,
Fields in Vision: Television Sport and Cultural Translation (London, 1993).
Lihat juga R. Stites, Russian Popular Culture: Entertainment and Society
since 1900 (Cambridge, 1997), yang memuat sebuah diskografi dan bibliografi.
L. Braudy, The Frenzy of Renown, Fame and its History (New York, 1997)
memetakan perubahan dari 'fame' menjadi 'celebrity'.

7. Konvergensi

Kata 'konvergensi' telah mengukir sejarah panjang, dan perlulah mengkaitkan-


nya dengan periode waktu yang lebih pendek untuk memahami bagaimana ia
akhirnya dipahami dalam penggunaan sehari-hari. Lihat, T. F. Baldwin, D. S.
McVoy dan C. Steinfeld, Convergence: Integrating Media, Information and
Communication (Thousand Oaks, CA, 1996). E. M. Rogers, Communication
Technology: the New Media in Society (New York, 1986) memberikan sebuah
titik berangkat yang bagus. Dua buku yang bermanfaat memusatkan perhatian
pada konteks kontemporer, W. H. Dutton dan M. Pelto (ed.), Information
and Communication Technologies: Visions and Realities (Oxford, 1996),
dan W. H. Dutton, Society on the Line: Information Politics in the Digital
Age (Oxford, 1999). Mereka memasukkan referensi-referensi yang berguna
untuk bacaan lebih lanjut.
Tentang perubahan-perubahan konstelasi, lihat terutama dalam, T.
Forester (ed.), The Microelectronic Revolution (Oxford, 1980); E. Brown
dan S. Macdonald, Revolution in Miniature: the History and Impact of
Semiconductor Electronics Re-explored (edisi ke-2, Cambridge MA, 1982);
S. R. Hiltz dan M. Turoff, The Network Nation: Human Communication via
Computer (Reading, MA, 1978); S. Brand, The Media Lab: Inventing the
Future at M/T(New York, 1987); E. M. Noam (ed.), Technologies without
Boundaries: On Telecommunication in a Global Age (1990); N. Garnham,

4 4 0
Bacaan Lebih Lanjut

Capitalism and Communication: Global Culture and the Economics of


Information (London, 1990); R. Finnegan, G. Salaman dan K. Thompson (eds),
Information Technology, Social Issues (London, 1987); dan R. Mansell, The
New Telecommunications (London, 1999).
Lihat juga T. F. Baldwin, D. S. McVoy dan C. Steinfeld,
Convergence: Integrating Media Information and Communication
(Thousand Oaks, CA, 1996). Seorang pembaca yang kritis dapat dilihat dalam
R. Mansell dan R. Silverstone (ed.), Communication by Design: the Politics
of Information and Communication Techniques (Oxford, 1996). Dampak-
dampaknya pada domestik, sering dikontraskan dengan kehidupan publik dicatat
dalam buku A. Robertson (ed.), From Television to Home Computer (Poole,
Dorset, 1979); dan J. Miles, Home Informations: Information Technology
and the Transformation of Everyday Life (London, 1988).
Untuk sumbangan Jepang kepada teknologi, lihat G. Gregory,
Japanese Electronics Technology: Enterprise and Innovation (Tokyo, 1986);
dan M. Fransman, The Market and Beyond: Cooperation and Competition
in Information Technology in the Development of the Japanese System
(Cambridge, 1990).
Tentang komputer dan komputerisasi, lihat H. H. Goldstone, The
Computer from Pascal to von Neumann (Princeton, 1972); T. McArthur,
The Worlds of Reference, Lexicography, Learning and Language from the
Clay Tablet to the Computer (Cambridge, 1966); S. Augarten, Bit by Bit: an
Illustrated History of Computers (New York, 1984); M. R. Williams, A History
of Computer Technology (Englewood Cliffs, 1985); K. Flamm, Creating the
Computer (Washington, 1988); N. Metropolis, J. Howlett dan G.-C. Rota
(ed.), A History of Computing in the Twentieth Century (New York, 1980);
J. Preece et al., Human Computer Integration (London, 1994); S. Johnson,
Interface Culture: How New Technology Transforms the Way We Create
and Communicate (San Francisco, 1999); H. R. Pagels, the Dream of Reason:
the Computer and the Rise of the Society of Complexity (New York, 1989);
R. M. Friedhold, Computer Revolution: Visualisation (New York, 1989); S.
Turkle, The Second Self: Computers and the Human Spirit (New York, 1984);
L. K. Grossman dan N. N. Minow, A Digital Gift to the Nation (New York,
2001).
Tentang berbagai variasi teknologi baru dan arti penting sosialnya, lihat
V. Mosco, Pushbutton Fantasies: Critical Perspectives on Videotext and
Information Technologies (Norwood, NJ, 1982); I. De Sola Pool,

4 4 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Technologies of Freedom (Cambridge, MA, 1983); H. Inose dan J. R. Pierce,


Information Technology and Civilisation (San Francisco, 1984); G. Gilder,
Life after Television, the Coming Transformation of Media and American
Life (New York, 1990); M. Derthick dan P. J. Quirk, The Politics of
Deregulation (Washington, 1985); E. G. Krasnow, L. D. Longley dan H. A.
Teny, The Politics of Broadcast Regulation (edisi ke-3,1982); G. J. Mulgan,
Communication and Control (Oxford, 1991); R. Mansell, The New
Telecommunications (London, 1993); N. Negroponte, Being Digital (London,
1995); M. Riordan and 1. Hoddesdon, Crystal Fire (New York, 1988).
Tentang media lainnya, lihat A. Smith, Goodbye Gutenberg (London,
1980); H. Bagdikian, The Media Monopoly (edisi ke-3, Boston, 1990); W. R.
Neuman, The Future of the Mass Audience (New York, 1991); L. B. Becker
dan K. Schoenbach (ed.), Responses to Media Diversification, Coping with
Plenty (Hillsdale, NJ, 1989); K. Auletta, Three Blind Mice: How the TV
Networks Lost Their Way (New York, 1991); K. Washburn dan I. Thornton,
Dumbing Down, the Stripmining of American Culture (New York, 1998);
N. Maynard, Mega Media (New York, 2000); A. Jones, Power of the Press
(Aldershot, 1996); R. Negrine, Politics and the Mass Media in Britain (London,
edisi ke-2,1994); B. Bovach danT. Rosenstiel, Warp Speed (New York, 1999);
M. Greenberger (ed.), Electronic Publishing Plus (White Plains, 1985) dan
(ed.), Multimedia in Review, Technologies for the 21st Century (Santa
Monica, 1992).
Tentang kabel, lihat R. L. Smith, The Wired Nation: Cable TV: the
Electronic Communications Highway (New York, 1972); J. G. Blumlerdan
K. I. Kreems (ed.), Wired Cities, Shaping the Future of Communication
(New York, 1987); R. M. Negrine (ed.), Cable Television and the Future of
Broadcasting (London, 1985); S. Doheny-Farina, The Wired Neighbourhood
(New Haven, 1996); T. Hollins, Beyond Broadcasting into the Cable Age
(London, 1984); D. LeDuc, Cable Television and the FCC: a Crisis in Media
Control (Philadelphia, 1973); J. L. Baughman, Television's Guardians: the
Federal Communications Commission and the Politics of Programming
(Knoxville, 1985); J. Aumenti, New Electronic Pathways: Videotext, Teletext
and On line Data Bases (London, 1982). Lihat juga A. Nununguun,
Videorecording Technology: the Impact on Media and Home Entertainment
(Hillside, 1989). Sebuah kajian menarik tentang keengganan dan ketakutan akan
inovasi ditampilkan dalam buku C. Beamer, Video Fever, Entertainment?
Education?Addiction?(Nashville, 1982). Lihat juga P. M. Greenfield, Mind

4 4 2
Bacaan Lebih Lanjut

and Media, The Effects of Television, Video Games and Computers


(Cambridge, MA, 1980).
Tentang satelit, lihat R. Collins, Satellite Television in Western Europe
(edisi revisi, London, 1992); dan J. F. Galloway, The Politics and Technology
of Satellite Communications (Lexington, MA, 1972).
Tentang beberapa implikasi konvergensi internasional, lihat A. Smith, The
Geopolitics of Information (London, 1980). T. L. McPhail, Electronic
Colonialism (Newbury Park, Beverly Hills, London, New Delhi, 1987)
merupakan pengantar yang bagus untuk Sean McBride et al., Many Voices
One World (Paris, 1980). Tentang dampaknya yang berbeda, lihat A. Gore dan
R. Brown, Global Information Infrastructure: Agenda for Cooperation
(Washington, DC, 1995).
Tentang Internet, dengannya nama Gore sering dikaitkan, dan World Wide
Web, lihat K. Hafner dan M. Lyon, Where Wizards Stay Up Late: the Origins
of the Internet (New York, 1996); R. H. Reid, Architects of the Web (New
York, 1997); T. Berners-Lee, Weaving the Web (San Francisco, 1999); Bill
Gates (dengan N. Myhrvoid dan P. Rinearson), The Road Ahead accompanied
by CD-Rom (London, 1985); dan J. Nielsen, Multimedia and Hypertext: the
Internet and Beyond (London, 1999).

8. Kesimpulan: Menuju Ruang Maya?

Realitas Virtual dikupas dalam buku R. Ralawsky, The Science of Virtual Reality
and Virtual Environments (London, 1993); K. Pimentel dan K. Teixeira, Virtual
Reality, Through the New Looking Glass (New York, 1992); S. R. Ellis,
Nature and Origins of Virtual Environments: a Bibliographical Essay
(Oxford, 1991); M. Rheingold, Virtual Reality (New York, 1991); L.
MacDonald dan J. Vince (ed.), Interacting with Virtual Environments (New
York, 1994); serta M. Benedikt (ed.), Cyberspace: First Steps (Cambridge,
MA, 1991).
Tentang budaya komputer, yang ditilik dari berbagai sudut pandang, lihat
D. Porter (ed.), Internet Culture (London, New York, 1997); B. Laurel,
Computers as Theatre (New York, 1993); J. Palfreman dan D. Suede, The
Dream Machine: Exploring the Computer Age (London, 1991); R. M.
Friedhold, Computer Revolution: Visualisation (New York, 1989); dan S.
G. Jones, Virtual Culture: Identity and Communication in Cyber Society

4 4 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

(Thousand Oaks, CA, 1997); R. Shields (ed.), Culture of the Internet: Virtual
Spaces, Real History, Living Bodies (Thousand Oaks, C A, 1996); S. Turkle,
The Second Self: Computers and the Human Spirit (New York, 1984) dan
Life on the Screen: Identity in the Age of the Internet (New York, 1995); D.
de Kerekhove, The Skin of Culture: Investigating the New Electronic Reality
(Toronto, 1995); W. A. McDougall, The Heavens and the Earth: a Political
History of the Space Age (New York, 1985); serta S. Bukatman, Terminal
Identity (Durham, NC, 1993).
Untuk pertanyaan-pertanyaan seputar budaya cyber — dan tidak ada
konsensus tentang jawaban (ataupun pertanyaan) terhadapnya — lihat W.
novel Gibson Neuromancer (New York, 1984); H. Foster (ed.), Post-Modern
Culture (London, 1985); F. Jameson, Postmodernism or the Cultural Logic
of Late Capitalism (Durham, NC, 1991); B. Nicolls, Blurred Boundaries:
Questions of Meaning in Contemporary Culture (Bloomington, 1994); G.
Himmelfarb, On Looking into the Abyss: Untimely Thoughts on Culture
and Society (New York, 1994); A. Kroker dan D. Cook, The Postmodern
Scene (New York, 1986); B. Mazlish, The Final Discontinuity: the Co-
evolution of Humans and Machines (New Haven, 1993); J. A. Barry,
Technobabble (Cambridge, MA, 1992); G. Stock, Metamorphosis: the
Merging of Humans and Machines into a Global Superorganism (New York,
1993) dan M. Featherstone, Undoing Culture: Globalization, Postmodernism
and Identity (London, 1995).
Ada sebuah titik cerah yang terbatas dalam V. Sobchak, The Persistence
of History (New York, London, 1996) dan dalam A. Smith, Culture and the
Self(Oxford, 1996). Tentang dua pertimbangan kritis tentang soal ini oleh N.
Postman, lihat bukunya Technopoly, The Surrender of Culture to Technology
(New York, 1993) dan Amusing Ourselves to Death: Public Discourse in
the Age of Show Business (New York, 1985). A. Giddens, pengarang The
Consequences of Modernity (Cambridge, 1990), yang memusatkan
perhatiannya tidak pada simulasi tetapi pada globalisasi dalam his Reith lectures,
Runaway World (London, 1999).
Ada beberapa hal yang melegakan bahwa ekonomi dan hukum masih
merupakan elemen-elemen mendasar dalam semua media. Lihat, I. Lessing,
'The Law of the Horse: What Cyber Law Might Teach', dalam Harvard Law
Review, 113 (1999); M. E. Price, Television, the Public Sphere and National
Identity (Oxford, 1995); dan T. Friedman, The Lexus and the Olive Tree
(New York, 1999). Juga melegakan bahwa buku-buku yang dipublikasikan,

4 4 4
Bacaan Lebih Lanjut

sekalipun berhadapan dengan kesulitan-kesulitan baru karena perubahan struktur


perusahaan penerbitan, masih terus memproduksi buku-buku. Lihat, L. A. Coser,
C. Kadushin dan W. P. Powell, Books: The Culture and of Publishing (New
York 1983); F. Kobtak dan B. L. Lucy (ed.), The Structure of International
Publishing in the 1990s (New Brunswick dan London, 1994); P. G. Altbach
dan E. Shapiro, International Book Publishing: An Encyclopaedia dan J.
Epstein, Publishing, Past, Present and Future (New York, 2001).

4 4 5
Indeks

Australia, 155,164-165,167,172,176,241,
ABC, 287-288,366
380
Acton, Lord, 23
'autonomous model', 81
Addison, Joseph, 37, 86
Adorno, Theodore, 304
AFP, 316
Afrika, 15-17
Babbage, Charles, 140
Agnew, Spiro, 307
Backus, John, 349
Alexandria, 9
Bacon, Francis, 20,42,65,141
Aljazair, 359
Baedeker, Karl, 154
Amerika Latin, 295,315
Bagehot, Walter, 231,246
amnesia, struktural, 15,40
bahasa tubuh, 42-44
Ampere, Andre Marie, 166
Baird, John Logie, 215-219
Amsterdam, 35,70-71,107
Baldwin, Stanley, 258
Anderson, Benedict, 1,37,126
Bandello, Matteo, 75
Andreesen, Marc, 354
Barlacus, Caspar, 69
Annan, Noel, 297,333-334
Barnes, George, 289
Antwerpen, 102
Barnes, Thomas, 249
Apple Macintosh, 349,354,394
Barry, John A., 391
Aretino, Pietro, 62
Barthes, Roland, 42,302
Ariosto, Ludovico, 75
Bartholdi, Frederic Auguste, 156
Arkwright, Richard, 127
Basil of Caesarea, 9
Arnold, Matthew, 243-244
Baudrillard, Jean, 306-307
ARPA, 376,380
Bauman, Zygmunt, 33
Associated Press, 166,316
Bayeux Tapestry, 11
Associated Television, 261
Bayle, Pierre, 70
Assyria, 7
BBC, 196-200,216-219,265-267,268-274,
AT&T, 184-186,196,272,340-341,356-358,
277-279,290-293,337,352,361,369,
368,372,402
374,402
Ataturk, Kemal, 16
Beaumarchais, Pierre-Augustin, 118
Athena, 8,233
Beaverbrook, Lord, 258
Athenian Mercury, 86
Behaim, Martin, 47
Attlee, Clement, 259
Belgia, 170,361
Aubrey, John, 78
Bell Laboratories, 340,343-345
'aura', 46

4 4 6
Indeks

Bell Telephone Company, 177-179 Brazil, 301,366


Bell, Alexander Graham, 175-179,182 Brissot, Jacques-Pierre, 120
Bell, Daniel, 318,320-322,333 British Film Institute, 336
Bellarmino, Roberto, 60 'broadcasting', 195
Benjamin, Walter, 46 Brunei, Isambard Kingdom, 154,157
Bennet, James Gordon, senior, 236 BSB,360
Bennett, James Gordon, junior, 236 BskyB, 338-339,361
Bentham, Jeremy, 246 BT, 360,374
Bentuk-bentuk resmi, 84 'budaya cetak', 2 3 , 8 1
Bergman, Ingmar, 209 Bukatman, Scott, 391
Berlin, 163,191,216 buku, resensi, 2 2 , 8 5
Berliner, Emile, 221 Bulwer, John, 42
Berlusconi, Silvio, 297 Bunyan, John, 108,151
Bemers-Lee, Tim, 378-380 Burnet, Gilbert, 115
Bertelsmann, 398 Burritt, Elihu, 162
bias komunikasi, 2 , 8 1 Burrows, Arthur, 195
Bibliotheque Bleue, 25,79 Burton, Robert, 24
Biggelow, Erastus Brigham, 130 Bushnell, Nicholas, 351
Bild-Zeitung, 276
Birmingham, 302-305
birokrasi, 40-41
Bismarck, Otto von, 240 Cadbury, George, 257
'bit', 329 cafe/warung kopi, 28,36-38
Black, Jeremy, 326 Caffe, 37,86
Black, John, 341-343 Calcutta, 167-168
Blaeu, Joan, 70 Calvin, Jean, 22
Blaeu, Willem, 27 Campbell, Colin, 66
Boccacio, Giovanni, 13,60,75,77 Canning, George, 248-249
Bombay, 155,167 Carey, James W., 252,305
Bonifacio, Giovanni, 42 Carter, Charles, 312
Boorstin, Daniel, 84,303,326-328 Castiglione, Baldassare, 55-57,75
Borromeo, St Carlo, 3-5,50 Catherine de'Medici, 106
Bossuet, Jacques, 34 Catherine the Great, 31,118
Boston, 33,174,182,184 CATV, 362
Boswell, James, 35 CBS, 197,266,281-282,286-288,295,366
Botticelli, Sandra, 43-45 CD-Roms, 355
Boulton, Matthew, 128-129,132 Centre for Cultural Studies
Bourdieu, Pierre, 306-307 Cervantes, Miguel, 67-68
Bowers, Raymond, 348 Chaplin, Charles, 206-208,209
Boyle, Robert, 42 Chapman, Sydney, 230
Branley, Edouard, 187 Chappe, Claude, 124
Branson, Richard, 375 Charles I of England, 32-34,110,126
Brassey, Thomas, 155 CharlesII, 111
Braudel, Femand, 30-32 Charles IX of France, 51

4 4 7
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Charles V, Kaisar, 29-30,51-52,101 Daily Herald, 260


Chartisme, 240 Daily Mail, 234,254,258-260
Chaucer, Geoffrey, 13 Daily Mirror, 252,259-261
Chenier, Maria-Joseph, 120 Daily News, 257
Chesterfield, Lord, 259 Daily Telegraph, 239
Chevalier, Michael, 140 Dalhousie, Marquis of, 156
Chicago, 149,162,182,204,223,228,251 Dallas, 310
China, 18,21,126,225,329 Dante, 13,44,60
Churchill, Winston, 257-260 Darnton, Robert, 119
'cinerama', 397 Darwin, Erasmus, 132-134
Cipolla, Carlo, 5 David, Jacques-Louis, 121-123
Citizens Band radio, 348,372 Davies, Donald Watt, 377
Clarke, Arthur C. 356 Debord, Guy, 49.306
Clinton, Bill, 327,332,381,392 Defoe, Daniel, 76,128,137
CNN, 266,366,384-385 dekontekstualisasi, 15
Cobbett, William, 248 Delane, John Thaddeus, 253
Cobden, Richard, 160,239-240 Delia Casa, Giovanni, 56
co-eksistensi media, 53,58,82,141 demonstrasi, 117
Colbert, Jean-Baptiste, 106 Denmark, 263,361
Coleridge, Samuel Taylor, 130,133 'desa global', 2,299
Collins, Norman, 291 desas-desus, 35,113,121
Collins, Wilkie, 242 Desmoulins, Camille, 123
Columbus, Christopher, 69 Deutsch, Karl, 29, 111
Condorcet, marquis de, 21 Dickens, Charles, 151,157,165,239,246
Conrad, Frank, 197 Diderot, Denis, 36,55,119-120
conservative dilemma', 100,112 digital compression, 346
Contemporary Review, 255 digitalisasi, 338-339,368
Cook, Thomas, 154,158 Dimbleby, Richard, 290
Cooke, William Fothergill, 166-168 Disney, Walt, 290,366,397
'cool' media, 15,299 Disraeli, Benjamin, 250
copyright, 67 Dizard, Wilson, 333
Cortes, Hernan, 69 Donne, John, 33,53
Cranach, Lukas, 97 Donneau de Vise, Jean, 85
Crimea Perang, 136,168 drama, 52-53,59,64-67,98,118,122,293
Cuba, 5,294 Drucker, Peter, 321
cultural studies, 302,305 Dryden, John, 114
Curnard, Samuel, 157 Du Bellay, Joachim, 41
'cyberspace', 391,397 Dunton, John, 86
Dutch Republic, 28,69-71,107
DVDs, 355

D'Alembert, 118-119
Daguerre, Louis, 201-202
Daily Express, 257-260 Eastman, George, 202-204
Economist, 246 291

4 4 8
Indeks

Edinburgh Review, 246 France Telecom, 374


Edison, Thomas, 173-175,177,205,207, Frankfurt Book Fair, 66
219-222,256 Frankfurt, Mazhab, 304-306
Eisenstein, Elizabeth, 25,56,87 Franklin, Benjamin, 140
Eisenstein, Sergei, 209 Frederick the Great, 118
elektrisitas, 130,159,166,180,182 Fulton, Robert, 157
Elizabeth 1,34,49,65
Elizabeth II, 290
Elzevir family, 69,78
e-mail, 380
Galileo, 54
EMI, 216-219
gambaran citra, 44-48,59,97-98,102-105,
Encyclopedic, 118,134
121
Engels, Friedrich, 136,236
Gates, Bill, 354,382,401-402
entertainment, 79-80,179,230-235,272,
Gaulle, Charles de, 296-297
284,310,330,385 Gay, John, 53
Erasmus, 60-62,93
Gazette (London), 113-114,116
Estienne, Henri, 28
Gazette (Paris), 106-108
European Broadcasting Union, 360
Gazette of the United States, 247
Evelyn, John, 38
Gelemter, David, 376,387-389
Evening News, 252
Geller, Henry, 334
Gender, 25,38-40,53,74-75,85,108,116,
121,235,253,261,283
Geneva, 61,103
Fairbanks, Douglas, 208 Gengenbach, Pamphilus, 98
FCC, 282,285,287,299-301,317-319,340, Gentleman's Magazine, 138
358-359,363,381 Gibson, William, 391
Federal Radio Commission, 272 Giddens, Anthony, 403-404
Ferranti, Basil de, 342 Gillray, James, 45
Fessenden, Reginald, 194 Ginzburg, Carlo, 77
Festival, 49,114,115 Gioloito, Gabriel, 68
Fielding, Henry, 137 Giotto, 13
Film, 204-212,210,241,284,300
Giscard d'Estaing, Valery, 320
Finlandia, 38,331,361,369,375
Giulio Romano, 62
Fitch, John, 157
globalisasi, 403-405
Fleksibilitas, 54-56,82
Goebbels, Josef, 267-268
Fleming, Ambrose, 193
Goethe, Johann Wolfgang von, 78,85
Florence, 37,49,51,57,84,91
Goody, Jack, 2,15-17
Ford, Henry, 209,225,233,256
Gore, Al, 332,381
Forest, Leede, 193-195
Gorki, Maxim, 205
formulae, 9,34,57
Gove, Michael, 404
FORTRAN, 349
graffiti, 91,108
fotografi, 84,200-205
gramophone, 219-224
Fox Talbot, William Henry, 201-202
Foxe, John, 93 Gramsci, Antonio, 136
Gray, Elisha, 177

4 4 9
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Greeley, Horace, 236 Hoggarth, Richard, 302,367-368


Greene, Sir Hugh, 292 Hollerith, Herman, 346
Gregorius Agung, 10 Hollins, Timothy, 366-368
Griffin, Kathleen, 397 Hollywood, 205-208,209,223,241,287,
Griffiths, D.W., 208 330,370-272,404
Grub Street, 72 Holmes, Oliver Wendell, 237
Guazzo, Stefano, 56 Holografi,398
Gulf War, 384 Home Service, 269
Gutenberg, Johann, 7 , 1 8 , 2 1 Hoover, Herbert, 198,285
Hopkinson, Tom, 261
hot' media, 15,299
Hudson, George, 153
Habermas, Jurgen, 2,88-89,92,101,117, Hugo, Victor, 11
123,125,146,251,285,305 Hulton, Edward, 261
Haley, Sir William, 269,289 Hume, David, 72
Hall, Stuart, 304 Hundt, Reed, 317
Hamilton, Alexander, 248 Hungaria, 179-181
Hancock, Tony, 292 Huntington, Samuel, 329
Harmsworth, Alfred, Lord Northcliffe, 224, Hus, Jan, 94
234,242,252-255,256,258,260 Huskisson, William, 152
Hartlib, Samuel, 21 Huygens, Christian, 63
Havas Agency, 166
Havelock, Eric, 8
Hayward, Sir John, 65
Hazlitt, William, 249 IBA, 369-370
HDTV, 368 IBM, 346,349,354,395
Hearst, William Randolph, 241 iconoclasme, 10,59,100,102-104,121
hegemoni kultural, 34 iconografi, 9,101
Heidegger, Martin, 405 'iconotext', 52
Heidelberg, 167 Ignatius Loyola, St, 55
Henri II, 51 iklan, 66,70,83,178,198,253-255,263,
Henri III, 51,104 274-275
Henry, William, 157 Illustrated London News, 152,252
Herald Tribune, 263 Index Buku-buku Terlarang, 59-61,69,93,
Hertz, Heinrich, 186 84,108-109
Hickey, Neil, 335 India, 155,167-168,240,386
'highway', 143,166,317 informasi, 230,285: monopoli, 8,93,174,
Hill, Rowland, 161 1 9 6 , 2 7 1 , 2 9 0 , 3 8 0 , 4 0 2 ; masyarakat,
Himmelweit, Hilde, 300 312-323
Hirohito, Kaisar, 275 Injil/Alkitab, 41,50,93,102
Hitler, Adolf, 267-268 Innis, Harold, 2,7-9,13-14,81
Hobbes, Thomas, 78 integrated circuit, 147
Hobhouse, L.T., 256 Intel, 345-348
Hogarth, William, 36,52,67 Intelektual, hak milik, 66-68,83

4 5 0
Indeks

Intelsat, 358 kelanggengan/permanensi, 23,25,82,107,


interaktif', 86,333 126,
Internet, 5,74,141,325,328,375-382 Kelvin, Lord, 176
IPC, 262-262 Kempis, Thomas, 66
Iran, 315 kerahasiaan, 62
Islam, 10-12,19,126,232,315 King, Cecil, 261
IT, 319 Knight, Charles, 127,145
ITA, 291 Kodak, kamera, 202-204
Italia, 66,91,187,274-276,289,296,337, Koening press, 27,135
341,367 komputer, 140,342-355; games, 352
ITU, 316,332,369 komunikasi satelit, 356-362,373-374
ITV,293 'komunikasi', 396; peristiwa-peristiwa, 43,
Ivins, William M., 46 90-128,304
Konjungtur, ruang publik, 107,125-126
Kontekstual, model, 16,81
konvergensi', 326,329,354
jalan-jalan, 28-29,133 koran-koran, 20,32,37,54,70,74,79,85,
James II, 112-115 90,96,106-110,111-113,116,119-121,
James, Henry, 242 135,235-266,304,308
Jawa, 380 Korea, 18
Jefferson, Thomas, 248 kotbah-kotbah, 33,55,108,115-117
Jepang, 18,126,209-210,225,234,240, kritis, pemikiran, 26,75,82,87,92,98,117,
275,295,312,322,346-349,362-363, 126
386,395 Kuhn, Thomas, 320
Jerman, 19,66,91-102,107,166-169,191, Kurosawa, Akira, 209-210
207-209,210,213,216,234,274-276, Kuwait, 302
304-306,359-360,370
Jobs, Steven, 353
Johnson, Lyndon B., 329
Johnson, Samuel, 35,71,137,138 L'Estoile, Pierre, 104
Jonson, Ben, 51-52,66 L'Estrange, Sir Roger, 21,112
jurnalisme, jurnalis, 112,123,136,184,250- Lafayette, Madame de, 75
252,254,260,304,308,404 Lafontaine, Jean de, 65
Landes, David, 131
Lang, Fritz, 209
Lanier, Jaron, 395
Kamera, 200-205 Lardner, Dionysius, 129
Kanada, 7,172,191,193-195,241,274-275, Lasswell, Harold, 6,309
294,299,304,332,341,358 Latin, 42,93
kapal, 31-33,157-159 Laud, William, 110
Karlstadat, Andreas von, 103 Lazarsfeld, Paul, 96
Kay, Alan, 349 Le Bon, Gustave, 143
KDKA, 197 Lecky, W. E. A., 242
kebebasan pers, 109,237-240,318 Lefebvre, Georges, 35,113

4 5 1
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

LeMahieu, D. L., 326 Manchester, 136,143,161


Lenin, Vladimir Illych, 267 Mandeville, Sir John, 77
Lemer, Daniel, 78,278,315 Manuel, Nikolas, 100
Lesseps, Ferdinand de, 158 manuskrip, 53-56,82,
Levi-Strauss, Claude, 1 Manuzio, Aldon, 66-67,78
Leyden, Peter, 355 Marconi, Guglielmo, 187-191,200,356
Licklider, Joseph, 349 Marie Antoinette, 119,122
Life, 261 Marvell, Andrew, 22
Light Programme, 269,291 Marx, Karl, 134-136,236
Lippmann, Walter, 251 'massa', 143,161
lisan, tradisi, 7,14,33-38,55-58 Mather, Increase, 32
Listener, 264 Maxim, Hiram, 225
litograf, 44,254 Maxwell, James Clerk, 186,201-202
Lloyd, Edward, 245 Mazarin, Jules, 108
London, 41,51-52,58,64,71-72,84,113- Mazlish, Bruce, 391
115,152,162,167,201,205,223,238, McCarthy, Joe, 65,113,288
246,254 McLuhan, Marshall, 2,14,23,25,225,283,
Longman, Thomas, 72 299-301,317-319
Lorxl, Albert, 9,34-36,57 medali, 83,117
Lotter, Melchior, 94 'medium', 205
Louis XIII, 106 'media massa', 33,95,144,379
Louis XIV, 49,54,64,83,85,106,117,121 Melbourne, 164
Louis XVI, 119,122,126 melek huruf, 9,14-17,37-41
Lowenthal, Leo, 74 Menocchio, 77
Luce, Henry, 261 Mercure Galant, 85-87
Ludendorff, Erich von, 111 Mesir, 7-9
Lufft, Hans, 94 Mexico, 31-33,38,295,366
Luhmann, Niklas, 1 mezzotint, 44
Lumiere, Louis, 205-206 Michelangelo, 59
Luther, Martin, 33,41,45,92-102,103 Microsoft, 402,354
Lytton, Edward, Bulwer, 247-248 Mill, John Stuart, 249
Millar, Andrew, 72
Miller, Arthur, 65
Milton, John, 42,109,120
Macaulay, Thomas Babington, 142 Mirabeau, comte de, 120
Macdonald,A. Fraser, 156 modernisasi, 314-316
Machiavelli, Niccolo, 60-62 Montaigne, Michel de, 20,26-27
Machlup, Fritz, 320-322 Moore, Gordon, 346
MacLeish, Archibald, 262,265 More, Thomas, 75
Madrid, 163 Morley, John, 254
majalah,55,85-86,118-119,138,246-249, Mosley, Samuel, 166-168,174,201
253,257,260-262,276 Mosley, Sir Oswald, 259
Male,Emile, 11 Motorola, 375
Manchester Guardian, 238 Murad III, 20

4 5 2
Indeks

Murdoch, Rupert, 260,307,361-363 Norwegia, 263,375


Murrow, Ed, 265,288 novel-novel, 137-138,242
Muybridge, Eadweard, 204 Noyce, Robert, 344,345,349
Nuffield, Lord, 224

Napoleon III, 140,166


Napoleon, 123,124,127,133 O'Connor, Feargus, 240
Nation, 257 Observer, 245
National Science Foundation, 377 Odhams, 260-262
NBC, 265,281,286 Oersted, Hans Christian, 166
Negroponte, Nicholas, 329 'ofensif media', 93
Net, 'network', 325 OFTF, 296-298
Netherlands, 101-108,198,219,279,361, Oggi, 276
366,371 Ogilby, John, 28-29
Netscape, 354-355,400 olahraga, 233,234,245,277,353
New England, 32,115 Oldenburg, Henry, 20
New Statesman, 257 Olson, David, 15,47
New York Times, 236 0ne20ne, 374
New York Herald, 190 Ong, Walter, 14,23,25,35,55
New York Tribune, 136 Open University, 385
New York, 119,159,182-185,235,250,254, 'opera sabun', 281,295,281
286 'opini publik', 87-89,92,262
New Zealand, 162,199,386 Opitz, Martin, 42
Newman, John Henry, 154 optik fiber, 356
Newnes, George, 242,255 'oral residue', 35,55
News of the Republic of Letters, 85 Orange, 374-375
News of the World, 245,260,264 Ortelius, Abraham, 47
Newsweek, 262 Otomobil, 226
Newton, Isaac, 36,42 Ottoman, imperium, 20-21
NHK, 275,295,312,362,386
Nicholas 1,170
Nielson Company, A. C., 277
Niepce, Joseph Nicephore, 200 Paley, William, 197,286
Nil, 328 Pall Mall Gazette, 254
Nipkow, Paul, 213 Palladio, Andrea, 28
nirkabel, lihat radio Palo Alto, 193
Nixon, Richard, 307,329 pamflet, 95-97,101,104-109,110,119
Noam, E. M., 376 Paracelsus, 42
Nora, Simon, 320 Paris, 30,38,51-52,54, 56,104-106,145,
Nordenstreng, Karle, 315 159,163,166,194,201,205,219,223,
Northcliffe, Lord, 224,235,253-254,256- 236-238,258,296,306
258,261 Paris-Match, 276
Northern Star, 240 Park, Robert Ezra, 251-252

4 5 3
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Pany, Milman, 8,34-36,57 poster-poster, 84-85,91


'pasar massal', 145 Prancis, 105-106,118-124,169,184-185,
Pascal, Blaise, 63 187,200,205,208,210,219-220,222,
Paus, Alexander, 72,381 238,240,274,276,296-297,306,320,
Paus, komspirasi membunuh, 112-114 337,359-360,366
PBB, 163,314 Preece, Sir William, 176,187-188
PBS,312 Prestel, 369-370
PCs (personal computers), 350-352 privacy, 78,226,256
Pearson, 257-258 propoganda, 1,83,85,101,106,123-124,
Peel, Sir Robert, 249 266,274,
pembajakan, 71,82,278 'pseudo-events', 84
pembantaian di St Bartholomew, 30,106 Pulitzer, Joseph, 250
pendidikan, 230-232,242,244-246,284- Punch, 252,273
286,312,359 Puskas, Theodore, 180
penulis upahan, 68,72,138
Pepys, Samuel, 63
Perang Dunia 1,189
Perang Dunia II, 186,219,257-262,266, Quarterly Review, 249
269-270,281,281,344
percetakan, 44-48,97-101,106,110,117,
121
perempuan, 25,38^0,53,74-75,108,116, Radio 3,27
235,253,261,283 Radio 4,279
Peru, 32 Radio Caroline, 278
peta-peta, 47-48,70 Radio Times, 2
Peter Agung, 19 Radio, 2,14,71,85,96,130,186-200,211,
Petisi, 41,108 264-286,316,348,361,372,374
Petit Journal, 238 Radishchev, Aleksandr, 3
Petrarcha, 13,41,60 RAI, 276,297
Philadelphia, 202 Railways, 145-147,18-157,170
Philip II, 30-32,40,106-108 Raimondi, Marcantonio, 6
Picture Post,261-262 RAM, 345
Pilkington Committee, 293,302,312 ramalan cuaca, 277
plagiarisme, 67,68,83 Raymond, Henry, 23
Ploman, Edi, 314,385-386 RCA, 19195-197,213,21-218,31
Political Register, 248 Rebelais, Francois, 60
'politik massa', 108,144 Reith, John, 199,258,270-273,286
Pool, Ithiel de Sola, 318,326,378 Renan,Ernest, 130
Popoff, A.S., 187 retorika, 1,33,42-44,100
Porat, Marc, 316,322,339 Reuters, 166-169,316
pornografi, 62-63,119 Revolusi Amerika, 119-120
Portugal, 107 'revolusi grafis', 84
pos, pelayanan, 28-32,159-163 Revolusi Prancis, 119-124
Possevino, Antonio, 60 Reynolds News, 245,260

4 5 4
Indeks

Reynolds, G. W. M., 245 Sesame Street, 301,302


Richardson, Samuel, 137 Shaftesury, Earl dari, 114,125
Riddell, Lord, 264,271 Shakespeare, William, 65
Righi, Augusto, 187 Shannon, C., 329
ritual, 12,48-52,98 Shibutani, Tamotsu, 113
Robinson, Glen O., 339 Shockley, William, 146
ROMS, 345,354 Sidney, Sir Philip, 53
Roosevelt, Franklin D, 267,269,286,339 silicon chips, 343-346
Rosing, Boris, 213 Silicon Valley, 346,351,391.397
Rothermere, Viscount, 258,-260 sinema, 205-212,223,241,284,370
Round, H. J., 193 sistem media, 27-28,95,121
Rousseau, Jean-Jacques, 78,118-119 SITE, 359
ruang publik temporer, 107,125,126 Skornia, Harry J., 312
ruang publik', 2,87,126 Sky Television, 361
ruang, 311,352,356 Slovka, Mark, 391
Russia, 19, 31,45, 53,63, 170,184-187, Smiles, Samuel, 232
199,209,213,233,241,267,270,331, Smith, Anthony, 334
357 Smith, Ralph Lees, 317,363
Smith, W.H., 151
Sobchack, Vivian, 391
Sony, 347,362,371-372
Sacheverell, Henry, 116 Spectator, 36-38,55,86
Sade, marquis de, 62 Spencer, Herbert, 142
Saint Simon, 140,158 Spinoza, Baruch, 73
Salutati, Coluccio, 91 Springer, Axel, 275
Samizdat,54 Stalin, Josef, 267,270
Samoff, David, 191,195-197,214,282,286 Standardisasi, 26,56,82-83,93-95
Sarpi, Paolo, 64 Stanhope press, 27
Saudi Arabia, 371 Stead, W.T., 254-256
Schiller, Heibeit, 315,321 Steele, Joseph, 37,86
Schilling, Pawel, 167,170 Steffens, Lincoln, 256
Schramm, Wilbur, 339-340 Stephenson, Rowland M, 155
Schumpter, Josef A., 141-146 Stevens, John, 157
Schwartzenberg, Roger-Gerard, 49 Stones, Alan, 341
'scientist', 134 Street, Brian, 16
Scott, C. P., 238 Sun (London), 260
Scripps, E.W.,241 Sun (New York), 235,263
Seldes, Gilbert, 207,289 Sunday Times, 245,255
Selim, 20 Super highway, 317
Senefelder, Aloys, 44 Superman, 330
sensasionalisme, 80 Surat-surat, 28-33,38,53,86,159-163,270
sensor, 21,58-62,101,109 Swedia, 38-39,184,209,219,237,263,314,
Sepeda, 224-226 361
serial, film, 2,279-280,295-296,301-302

4 5 5
Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai internet

Swift, Jonathan, 76,381 Trevelyan, George Macaulay, 243


Swiss, 160-161,163,169,179 Tribune (New York), 236
Trollope, Anthony, 250
Turing, Alan, 343
Turki, 16,38,163
Tarde, Gabriel, 143 Turner, Ted, 366
Tassis, keluarga, 30 TV cable, 334-336,361-367
Taverns, 96 'two-step' teori, 96
Teheranian, Majid, 315,339 Tyndale, William, 41,102
teknologi, 134,140
Teks, pesan-pesan, 373
telegraf, 28,124,162-175
telenovela, 295 uap, tenaga, 129-136
telephon, 175-186,348 UNESCO, 5,313-318
telepon mobile, 347,348,373-376 UPI, 316
teletext, 367 USA, 149,153,162-163,169,172-180,184-
televangelisme, 307 185,189,196-199,206-208,209,221,
televisi, 2,12,15,49,66,82-84,136,212- 236-238,241,248,250-252,256-257,
220,260-265,277,285-302,306-313, 262-263,266-269,276-279,281-290,
334,337-340,347,352,360,367,383 294,317,344,371,376-378,400
Telstar, 356-358 USIS.319
Teresa, St. 75
Terusan-terusan, 133-134
Tesla, Nikola, 180
Thackeray, William Makepeace, 151 Vail, Theodore, 177,272
Thailand, 298-299 Valentino,Rudolf, 208
theater, 52-53,58,65-66,100,109-110,118- VCRs, 347,350,371
119,122 Veblen, Thorstein, 145
'thema-thema', 8,35-36,57 Venesia, 51,19,59,61-65,67-69,74,84
Third Programme, 269,279,289 vemakular, 42,93-95
Thomason, George, 108 Veronese, Paolo, 59
Thomson, Roy, 260 Victoria, Queen, 168,175,188-189,202
Time, 262 video cameras, 372
Times (London), 135,184,235,238,239, video games, 54,352,395,296
242,249,252,258,260 videophones, 372
Tintoretto, Jacopo, 3 videotex, 367-370
Tit-Bits, 242 Vietnam, Perang, 383
Tocqueville, Alexis de, 144-145 viewdata, 368,369
tontonan, 48, 114-115, 122: masyarakat virtual, realitas, 394-395
penonton, 49 Voltaire, 37,118,119
Toronto School, 14 vopdaphone, 374-375
Toynee, Arnold, 146
Transactions of the Royal Society, 85,116
Transistor, 146,278,343,346,347

4 5 6
Indeks

Walkman, 347 Woman, 261


Walter, John (I and II), 135 Wordsworth, William, 133
WARC, 316 world wide web', 378
Watt, James, 127-129,132 World, 157
'web', 325,378 Wozniak, Steve, 353
Weber, Max, 40
Wedgwood, Josiah, 133
Welles, Orson, 241,266
Wells, H. G., 183,266 Xerox, 349
Western Electric, 340
Western Union, 169,174,177,184-186
Wetminster Review, 246
Wheatstone, Charles, 166-168,201 Yahoo, 401-402
Whitman, Walt, 150 Yugoslavia, 9,36,58
Wiener, Norbert, 232 Yunani, 8-10
Wilkes, John, 116
William of Orange (William III), 115
William the Silent, 106
Williams, Raymond, 26,303 Zhou Enlai, 329
Wilson, Harold, 385 Zukor, Adolph, 209
Wilson, Woodrow, 194,208 Zuse, Konrad, 349
Winston, Brian, 335 Zwingli, Ulrich, 95,103
Wired, 317,329,355 Zworkykin, Vladimir, 213,286

4 5 7
Tentang Penulis

ASA Briggs, sebelumnya adalah profesor di Worcester College, Oxford dan


Chancellor di Open University, Inggris. Pada Tahun 2000 ia mendapat hadiah
"1999 Wolfson Prize" untuk bidang sejarah.

P E T E R Burke adalah profesor Sejarah Budaya di University of Chambridge


dan dosen luar biasa pada Emmanuel College, Chambridge.

4 5 8

Anda mungkin juga menyukai