Anda di halaman 1dari 40

Kepada Yth.

dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A, M.Si Med


REFLEKSI KASUS
Seorang Anak Laki-laki 2 Tahun dengan Diare Akut dengan Dehidrasi
Tidak Berat dengan Status Gizi Baik
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di RSUD Kota Semarang

Disusun oleh:
Dewa Ayu Putri Mandalika E.
30101306910
Pembimbing:
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A, M.Si Med
dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A, M.Si Med
dr. Neni Sumarni, Sp. A
dr. Adriana Lukmasari, Sp. A
dr. Harancang Pandih Kahayana, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD KOTA SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2017

1
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA : Dewa Ayu Putri Mandalika E.

NIM : 30101306910

UNIVERSITAS : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

JUDUL KASUS : Seorang Anak 19 bulan dengan Diare Akut dengan


dehidrasi sedang dan Status Gizi Baik

BAGIAN : Ilmu Kesehatan Anak - RSUD K.R.M.T


WONGSONEGORO Kota Semarang

PEMBIMBING : dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A, M.Si, Med

Semarang, Nopember 2017

dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A, M.Si, Med

2
PENDAHULUAN

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan

mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei

kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai

penyebab kematian bayi di Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh

infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain

pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi

cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit

dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina

propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan

malabsorpsi. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya

dapat mengalami invasi sistemik.

3
LAPORAN KLINIS

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. A
b. Usia : 1 tahun 7 bulan
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Seruang Dalam Barat, Gayamsari, Kota
Semarang
e. Nama Ayah : Tn. S
f. Umur : 41 tahun
g. Pekerjaan : Swasta
h. Agama : Islam
i. Suku : Jawa
j. Nama Ibu : Ny. P
k. Umur : 40 tahun
l. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
m. Agama : Islam
n. Suku : Jawa
o. Ruang Perawatan : Bangsal Bima
p. Masuk RS : 15 Oktober 2017
q. No RM : 4138**

4
II. DATA DASAR
1. Anamnesis (Alloanamnesis)
Alloanamnesis dengan orang tua pasien dilakukan pada tanggal 16
Oktober 2017 jam 14.00 WIB di bangsal Bima dan didukung dengan
catatan medis.
a. Keluhan Utama : Mencret/BAB cair
b. Keluhan Tambahan : Demam, mual dan muntah
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Orang tua pasien mengeluhkan anak mereka mengalami diare.
Diare anak sebanyak 5 kali dalam sehari semalam. Diare terjadi sejak
tiga hari yang lalu SMRS. Diare didapatkan berwarna kuning
kecoklatan, setiap kali mencret jumlahnya kira-kira 1/3 gelas
belimbing, berampas, tidak terdapat lendir, tidak terdapat darah, tidak
menyemprot, tidak terdapat bau asam, dan tidak seperti cucian air
beras beras. Riwayat anak menangis keras dan pucat disangkal.
Ibu pasien mengatakan bahwa pada anaknya juga terdapat demam.
Demam dikeluhkan setelah terjadi diare pertama kali. Demam terus
menerus dan tidak terlalu tinggi.
Anak juga kelihatan kehausan dan terdapat mata cowong pada
kedua matanya. Terdapat mual dan muntah yang terjadi setiap kali
makan atau minum susu. Ibu pasien mengatakan bahwa pada muntah
anaknya terdapat ampas, 1/2 gelas belimbing, dapat muntah hingga
tiga kali sehari, tidak terdapat darah dan tidak menyemprot. Ibu pasien
mengaku anaknya masih mau minum susu ataupun makan dan rewel
serta gelisah. Berat badan pasien terkesan turun, tetapi tidak diukur.
Ibu mengeluhkan mata cekung pada anaknya. Bibir kering dan mulut
kering (+).
Setelah masuk rumah sakit, ibu pasien mengatakan frekuensi BAB
anaknya menurun yaitu sebanyak 3x dengan warna kuning agak
kecoklatan, mulai ada ampasnya namun masih terdapat lendir, tidak

5
menyemprot, tidak terdapat darah, tidak terdapat bau asam, terasa
panas, dan demam sudah mulai turun.
Ibu pasien mengaku tidak terdapat nyeri pada perut pasien, Orang
tua pasien tidak mengeluhkan adanya batuk dan pilek serta terdapat
penurunan pada BAK sang anak, riwayat minum obat-obatan (-).

d. Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien belum pernah sakit seperti ini
 Pasien belum pernah dirawat sebelumnya
 Pasien sering mengalami demam, namun hilang setelah minum obat
penurun demam.
 Riwayat alergi disangkal.

e. Riwayat Penyakit Keluarga dan lingkungan


 Terdapat anggota keluarga yaitu Ibu pasien yang sakit seperti ini.
 Lingkungan disekitarnya bersih.

f. Riwayat Sosial Ekonomi


Ibu pasien mengatakan jumlah orang yang ada dirumahnya ada 3
orang. Pasien tinggal di rumah bersama kedua orang tuanya. Rumah
tidak terlalu padat dan ventilasi cukup. Ayah pasien sehari-hari bekerja
sebagai pekerja swasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Sumber
biaya pengobatan pasien berasal dari BPJS .

Kesan : keadaan sosial ekonomi cukup.

III. Riwayat Kehamilan dan Pemeliharaan Prenatal


Ibu biasanya memeriksa kandungannya secara teratur 1 bulan
sekali ke bidan terdekat. Saat kehamilan hingga usia ke-8 bulan,
pemeriksaan rutin dilakukan 2x/bulan hingga lahir. Selama hamil ibu
telah mendapat suntikan TT 2x. Riwayat ibu muntah berlebih (-), sakit

6
kepala berat (-), riwayat jatuh saat kehamilan (-), riwayat minum jamu
dan pijat perut (-), riwayat hipertensi kehamilan (-), riwayat
perdarahan, riwayat trauma saat hamil disangkal, konsumsi obat-
obatan lain, alkohol, dan rokok selama hamil disangkal.

Kesan: riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal baik.

IV. Riwayat Persalinan


Anak laki-laki lahir dari ibu G1P0A0, hamil 37 minggu, lahir
secara spontan dan ditolong oleh bidan, setelahlahir bayi langsung,
berat badan lahir 3.400 gram, panjang badan saat lahir 48 cm, lingkar
kepala dan lingkar dada saat lahir ibu tidak ingat, tidak ada kelainan
bawaan.

Kesan : neonatal aterm, lahir spontan.

V. Riwayat Pemeliharaan Postnatal


Pemeliharaan postnatal dilakukan di Rumah Sakit, anak dalam
keadaan sehat..

Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik.


VI. Riwayat Imunisasi

Hepatitis B : 4 kali, usia 0,2,3,4 bulan


Polio : 4 kali, usia 0,2,3,4 bulan
BCG : 1 kali, usia 0 bulan
DTP : 3 kali, usia 2,3,4 bulan
Campak : 1 kali, usia 9 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap dilakukan di posyandu, hanya
berdasarkan aloanamnesa dengan ibu pasien. Buku KMS tidak
dibawa.

7
VII. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3.400 gram dengan panjang badan saat lahir 48
cm. Berat badan sekarang 10 kg, panjang badan 85 cm.

Perkembangan :

Senyum : 1,5 bulan


Miring : 3 bulan
Tengkurap : 5 bulan
Duduk : 8 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 12 bulan
Berbicara 1 kata : 12 bulan

Kesan: perkembangan dan pertumbuhan sesuai anak seusianya

VIII. Riwayat Pemberian Makan dan Minum


Ibu mengatakan anak sejak umur 3 bulan hingga saat ini diberikan
susu formula. Sejak umur 6 bulan ke atas pasien sudah diberikan bubur
susu (cerelac dan nestle).

Kesan : kualitas dan kuantitas makan minum cukup.

IX. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 17 Oktober 2017 pukul 14.00 WIB.
1. Keadaan Umum : Lemah, kurang aktif, tampak kehausan, tampak sakit
sedang.
2. Kesadaran : Komposmentis
3. Tanda Vital :

8
 Tekanan Darah : 100/60 mmHg
 Nadi : 115x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
 Suhu : 37,70C
 Pernapasan : 24x/menit

4. Status Gizi
Data antopometri :
Umur = 1 tahun 7 bulan
Berat Badan = 10 kg
Panjang Badan= 85 cm
Lingkar kepala = 49 cm

Pemeriksaan status gizi (Z-score) :


Z-score = (BB saat ini - BB median rujukan) / (nilai simpang baku)

Nilai simpang baku : selisih kasus dengan standar +1SD atau -1SD.
(BB anak bila lebih besar dari median berarti nilai +1SD dikurangi
median, BB anak bila kurang dari median berarti nilai median
dikurangi -1SD)

WAZ = BB – median = 10-11,1 = -1 ( gizi baik )


SD 11,1-10
HAZ = TB – median = 85 – 83,2 = 0,643 ( normal )
SD 86,0-83,2
WHZ = BB – median = 10 – 11,5 = -1 ( normal )
SD 12,5-11,5

Kesan : status gizi baik, perawakan tubuh normal, berat badan


normal.

5. Status Generalis
 Kepala : normocephale, UUB datar menutup.

9
 Rambut : Warna hitam, persebaran merata dan tidak mudah
dicabut.
 Kulit : sianosis (-), turgor kembali lambat, CRT < 2 detik,
petechiae (-).
 Mata : kelopak mata cekung (+), konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), injeksi konjungtiva (-), pupil isokor, diameter
3 mm/3 mm, RCL dan RCTL pada kedua mata positif, gerakan
bola mata baik, dapat mengikuti benda.
 Telinga : bentuk daun telinga normal, discharge (-), nyeri (-/-),
serumen (-/-).
 Hidung : bentuk hidung normal, deformitas (-), secret (-), napas
cuping hidung (-).
 Mulut dan gigi: bibir sianosis (-), mukosa bibir kering (+),
sariawan (-), ulkus (-), lidah kotor (-), lidah atrofi (-), lidah
kemerahan (-), lidah tremor (-), caries dentis (-).
 Tenggorokan : tonsil ukuran T1-T1, permukaan rata, kripte
tonsil tidak melebar, hiperemis (-).
 Leher : simetris, pembesaran KGB (-).
 Thoraks : Simetris, retraksi (-).
- Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea mid
clavicula sinistra, tidak melebar, tidak kuat angkat.
Perkusi :
Kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Kiri jantung : ICS 5 linea midclavicula 2 cm ke
medial
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).
Kesan : Normal

10
- Pulmo :
Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan
statis maupun dinamis, retraksi suprasternal (-), retraksi
intercostal (-) dan retraksi epigastrial (-)
Palpasi : krepitasi (-), massa (-), sterm fremitus dextra et
sinistra simetris.
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara dasar vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

- Abdomen :
Inspeksi : dinding abdomen datar
Auskultasi : BU (+) meningkat, 8 kali per menit
Perkusi : hipertimpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), turgor kembali lambat,
massa (-), defense muscular (-), hepar dan lien
dalam batas normal.
Genitalia : Laki-laki, tidak ada kelainan, fimosis (-),
parafimosis (-).
Anus : Terdapat lesi eritematosa (eritemanatum) pada
anus dan sekitarnya.

Ekstremitas

Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Pelebaran vena -/- -/-
Capillary refill time < 2”/ < 2” < 2”/ < 2”
Sianosis -/- -/-

11
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Serial

15 Oktober 17 Oktober
Darah rutin Nilai normal
2017 2017
Hemoglobin (g/dL) 12,0 11,3 11-15
Hematokrit (%) 33,20 32,0 35-47
Jumlah
3 3 5.500 5.600 3.600-10.000
Leukosit(x10 /mm )
Jumlah
3 3 397.000 330.000 150.000-400.000
Trombosit(x10 /mm )
15 Oktober 17 Oktober
Kimia Klinik Nilai normal
2017 2017
Glukosa Darah
58 104 70-115
Sewaktu (mg/dL)
Natrium (mmol/L) 133.0 137.0 135-147
Kalium(mmol/L) 3.00 2.9 3.50-5.0
Calsium (mmol/L) 1.35 1.14 1.12-1.32

Feses Rutin : 16 Oktober 2017

Feses Rutin Hasil Nilai Normal


Makroskopis
 Warna Coklat
 Konsistensi Lembek Lembek
 Bau Khas

 Lendir Negatif Negatif

12
 Darah Negatif Negatif
Mikroskopis
 Protein feces Negatif Negatif
 Karbohidrat Negatif Negatif
 Lemak Negatif Negatif

 Eritrosit 0-1

 Amoeba Negatif Negatif

 Telur cacing Negatif Negatif

 Leukosit 2-4
POS (2+)
 Bakteri
Negatif
 Jamur
Negatif
 Lain-lain

V. RESUME
Seorang anak laki-laki usia 1 tahun 7 bulan datang IGD RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang pada tanggal 15 Oktober pukul 10.40 WIB
dengan keluhan utama BAB cair dan keluhan tambahan demam (+), mual
(+) dan muntah (+). BAB terjadi sejak tiga hari yang lalu, BAB sebanyak 5
kali sehari konsistensi cair, volume kira-kira 1/3 gelas belimbing, terdapat
ampas dan berwarna kuning kecoklatan. Demam dirasakan sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit disertai batuk (+), pilek (+), lemas (+),
penurunan nafsu makan (+). Demam pada pasien terjadi terus menerus dan
tidak tinggi. Terdapat mual dan muntah yang terjadi setiap kali makan atau
minum susu. Ibu pasien mengatakan bahwa pada muntah anaknya terdapat
ampas, 1/2 gelas belimbing, dapat muntah hingga tiga kali sehari. Ibu pasien
mengaku anaknya tampak kehausan, rewel serta gelisah.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:

Keadaan Umum : Lemah, <aktif, tampak kehausan, tampak sakit sedang.


Tanda Vital :

13
 Suhu : 37,70C
 Kulit : turgor kembali lambat
 Mata : kelopak mata cekung (+)
 Mulut dan gigi: mukosa bibir kering (+)

- Abdomen :
Auskultasi : BU (+) meningkat, 8 kali per menit
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : turgor kembali lambat.
Anus : Terdapat lesi eritematosa (eritemanatum) pada
anus dan sekitarnya.

Darah Serial

15 Oktober 17 Oktober
Darah rutin Nilai normal
2017 2017
Hemoglobin (g/dL) 12,0 11,3 11-15
Hematokritt (%) 33,20 32,0 35-47
Jumlah
3 3 5.500 5.600 3.600-10.000
Leukosit(x10 /mm )
Jumlah
3 3 397.000 330.000 150.000-400.000
Trombosit(x10 /mm )
15 Oktober 17 Oktober
Kimia Klinik Nilai normal
2017 2017
Glukosa Darah
58 104 70-115
Sewaktu (mg/dL)
Natrium (mmol/L) 133.0 137.0 135-147
Kalium(mmol/L) 3.00 2.9 3.50-5.0
Calsium (mmol/L) 1.35 1.14 1.12-1.32

Feses Rutin : 16 Oktober 2017

14
Feses Rutin Hasil Nilai Normal
Makroskopis
 Warna Coklat
 Konsistensi Lembek Lembek
 Bau Khas

 Lendir Negatif Negatif

 Darah Negatif Negatif

Mikroskopis
 Protein feces Negatif Negatif
 Karbohidrat Negatif Negatif
 Lemak Negatif Negatif

 Eritrosit 0-1

 Amoeba Negatif Negatif

 Telur cacing Negatif Negatif


2-4
 Leukosit
POS (2+)
 Bakteri
Negatif
 Jamur
Negatif
 Lain-lain

VI. DIAGNOSIS BANDING


 Diare
- Berdasarkan Tanda Dehidrasi
a) Diare tanpa dehidrasi
b) Diare dengan tanda dehidrasi tidak berat
c) Diare dengan tanda dehidrasi berat
- Berdasarkan Durasi
a) Diare Akut

15
b) Diare Persisten
- Berdasarkan Etiologi
a) Bakterial
b) Viral
c) Jamur
d) Parasit
 Status Gizi
 Gizi lebih
 Gizi normal
 Gizi Buruk

VII. DIAGNOSIS KERJA


1. Diagnosis utama : Diare Akut dengan dehidrasi tidak berat
2. Diagnosis komorbid : Hiperpireksi
3. Diagnosis komplikasi :-
4. Diagnosis gizi : Gizi baik
5. Diagnosis sosial ekonomi : Cukup
6. Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
7. Diagnosis Pertumbuhan : Perawakan pendek
8. Diagnosis Perkembangan : Normal

VIII. TERAPI
- Medikamentosa :
• Inf. KaEN 75 cc x 9 kg =700cc (200 cc ASI, 500cc infus)
selama 3 jam
• Inf. KaEN 3B 9 tpm
• Inj. Cefixime 80mg/hari selama 5 hari
• Zinc 20 mg syr 1 x 1 selama 10 hari
• Paracetamol 100mg 3x1
- Non Medikamentosa
 Tirah Baring

16
 Peningkatan frekuensi AS

IX. USULAN
- Pemeriksaan Darah Rutin
- Radiologi dengan atau tanpa kontras
- Ultrasonografi
- Endoskopi
- Pemantauan pH Esofagus
- Cek darah serial apabila klinis memburuk
- Cek feses ulang
X. MONITORING
- Monitoring KU, kesadaran, Tanda vital.
- Monitorong tanda dehidrasi, frekuensi dan konsistensi BAB,
BAK.
XI. EDUKASI
1. Memberi penjelasan pada orang tua pasien tentang pentingnya
menjaga kebersihan, terutama mencuci tangan sebelum makan
2. Memberikan ASI Eksluksif
3. Menjelaskan kepada ibu agar anak tidak bermain ditempat yang
kotor dan tanah yang basah.
4. Menggunakan air yang bersih dan cukup
5. Memberikan makanan yang bergizi
6. Menggunakan jamban yang bersih

XII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Functionam : ad bonam
Quo ad Sanationam : ad bonam

17
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Diare ialah buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari
biasanya, ≥ 3 kali per hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang
timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu atau lebih.

B. EPIDEMIOLOGI
Di dunia sekitar 6 juta anak per tahunnya menderita diare, dan sebagian
besar kasus terjadi di Negara berkembang. Pada Negara berkembang diare
menyumbang 17% angka mortalitas anak. Hasil survey subdit morbiditas diare
semua umur tahun 2000 adalah 301/1000 pendudul, hasil 2003 adalah
347/1000 penduduk dan 2006 adalah 423/1000 penduduk. Kematian balita
75.3 per 100.000 balita dan semua umur 23.3 per 100.000 penduduk semua
umur (hasil SKRT 2001). Diare merupakan penyebab kematian nomor 4
(13.2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare
sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi postneonatal (31.4%) dan pada
anak balita (25.2%) (Hasil Risdaskes 2007).

C. ETIOLOGI
Diare banyak disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

i. Faktor infeksi
Faktor infeksi penyebab diare dapat dibagi dalam infeksi parenteral
dan infeksi enteral.

Infeksi parenteral:

Merupakan infeksi diluar usus, diperkirakan melalui jalur susunan


saraf vegetative mempengaruhi system saluran cerna sehingga
terjadi diare. Beberapa macam infeksi yang disertai diare,
diantaranya ISPA, ISK, Campak dan lainnya.

18
Infeksi enteral:

Merupakan infeksi dalam usus, keadaan ini penting karena


penyakit diare ini menular secara jalur oro – fecal. Garis besarnya
dibagi menjadi:

Organisme Tipe Jumlah kasus Keberhasilan


terapi dengan
antibiotika
Rotavirus Virus Hampir 50% kasus yang Tidak efektif
datang berobat, 5-10%
kasus di masyarakat
ETEC Bakteri Sampai 25% diare di Tidak efektif
semua umur
Tidak ditemukan ---- 25% atau lebih Tidak efektif
mikroorganisme
Shigella Bakteri 1-5% Efektif
Campilobacter Bakteri 5-10% Hanya efektif pada
awal sakit
V. kolera Bakteri Di daerah endemic Efektif
mungkin menyebabkan 1-
5% kasus yang terdapat
dipusat ksehatan
Salmonella non tipoid Bakteri Sampai 10% Tidak efektif pada
diare tanpa
komplikasi

19
- Infeksi virus: sebagian besar adalah rotavirus
Dibuktikan Mungkin
Adenovirus Astrovirus
Rotavirus Calicivirus
Virus 27 nm (Norwalk) Coronavirus
Minirotavirus
“Virus bulat kecil”

- Infeksi bakteri: berupa gram positif dan negative

20
- Infeksi parasit:
 Balantidiu coli
 Capillaria philippinensis
 Cryptosporidium
 Entamoeba hystolitica
 Giardia lamblia
 Isospora belli
 Fasciolopsis busci
 Sarcocystis suihominis

21
Yang paling penting di seluruh dunia adalah Cryptosporidium
(parasite yang terbukti sebagai penyebab diare cair).

Sampai beberapa tahun yang lalu kuman-kuman patogen


hanya dapat diidentifikasikan 25% dari tinja penderita diare akut. Pada
saat ini dengan menggunakan teknik yang baru, tenaga laboratorium yang
berpengalaman dapat mengidentifikasi pada sekitar 75% kasus yang
datang ke sarana kesehatan dan pada sekitar 50% kasus-kasus ringan di
masyarakat.

ii. Faktor umur


Pengaruh usia tampak jelas pada manifestasi diare. Komplikasi
lebih banyak terjadi pada umur di bawah 2 bulan secara bermakna, dan
makin muda usia bayi makin lama kesembuhan klinik diarenya. Kerusakan
mukosa usus yang menimbulkan diare dapat terjadi karena gangguan
integritas mukosa usus yang banyak dipengaruhi dan dipertahankan oleh
sistem imunologik intestinal serta regenerasi epitel usus yang pada masa
bayi muda masih terbatas kemampuannya.

iii. Faktor Status Gizi

Menurut Satiri (1963) dan Gordon (1964) pada penderita


malnutrisi serangan diare terjadi lebih sering dan lebih lama. Semakin
buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan berat diare yang dideritanya.
Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat peka terhadap infeksi,
namun konsep ini tidak seluruhnya diketahui benar, patogenesis yang
terperinci tidak diketahui.

Di Negara maju dengan tingkat pendidikan dan tingkat ksehatan


yang tinggi, kelompok bayi yang mndapat air susu ibu lebih jarang
mnderita diare karena infeksi enteral dan parenteral. Hal ini disebabkan
karna berkurangnya kontaminasi bakteri serta terdapatnya zat-zat anti
infeksi dalam air susu ibu.

22
Mnurut Standfield (1974) perubahan-perubahan yang terjadi pada
penderita malnutrisi adalah: 1) perubahan gastrointestinal dan 2)
perubahan system imunitas.

iv. Faktor Lingkungan


Sebagian besar penularan penyakit diare adalah melalui anus,
kotoran dan mulut. Dalam hal mngukur kemampuan penularan penyakit di
samping tergantung jumlah dan kekuatan penyebab penyakit, juga
tergantung dari kemampuan lingkungan untuk menghidupinya, serta
mengembangkan kuman penyebab penyakit diare.

Sehingga dapat dikatakan bahwa penularan pnyakit diare


merupakan hasil hubungan antara a) faktor jumlah kuman yang disekresi
(penderita atau carrier) b) kemampuan kuman hidup di lingkungan, dan c)
dosis kuman untuk menimbulkan infeksi, disamping ketahanan pejamu
untuk mnghadapi mikroba tadi.

Enteropatogen Jumlah Bakteri

Shigella 10 – 103

ETEC 108 – 1010

Vibrio Kolera 108 – 109

Perubahan atau perbaikan air minum dan jamban secara fisik tidak
menjamin hilangnya penyakit diare, tetapi perubahan sikap dan tingkah
laku manusia yang memanfaatkan sarana trsbut di atas sangat mnntukan
keberhasilan perbaikan sanitasi dalam mengurangi masalah diare.

v. Faktor makanan
Makanan sbagai penyebab diare merupakan penybab non infeksi
yang paling sering, diantaranya:

- Makanan busuk, mengandung racun.


- Perubahan susunan makanan yang mndadak, sering pada bayi.

23
- Susunan makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi, yang
berupa osmolaritas tinggi ataupun terlalu banyak serat.
vi. Faktor psikis
Keadaan deprsif pada umumnya melalui jalur syaraf vegetative
dapat mengganggu saluran cerna sehingga terjadi diare. Pada anak-anak
kondisi lingkungan sosiobiologik sering berperan dalam penanganan diare.

vii. Faktor konstitusi


Kondisi saluran cerna.

D. KLASIFIKASI
Menurut WHO:

- Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang


Pada umumnya, anak-anak dengan dehidrasi sedang/ringan harus
diberi larutan oralit, dalam waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada
dalam pemantauan dan ibunya diajari cara menyiapkan dan memberi
larutan oralit.

Diagnosis: Jika anak memiliki dua atau lebih tanda berikut, anak
menderita dehidrasi ringan/sedang:

 Gelisah/rewel
 Haus dan minum dengan lahap
 Mata cekung
 Turgor perut kembalinya lambat
- Diare akut dengan dehidrasi berat
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi
intravena secara cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan
dengan rehidrasi oral segera setelah anak membaik. Pada daerah yang
sedang mengalami KLB kolera, berikan pengobatan antibiotik yang efektif
terhadap kolera.

24
Diagnosis: Jika terdapat dua atau lebih tanda berikut, berarti anak
menderita dehidrasi berat:

 Letargis atau tidak sadar


 Mata cekung
 Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)
 Tidak bisa minum atau malas minum.
 Berak cair terus-menerus
 Muntah terus-menerus
 Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
 Tidak bisa minum, tidak mau makan
 Mata cekung, bibir kering dan biru
 Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil
berkurang/kurang dari 6 popok/hari.
 Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi
- Diare akut tanpa dehidrasi
Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus
mendapatkan cairan tambahan di rumah guna mencegah terjadinya
dehidrasi. Anak harus terus mendapatkan diet yang sesuai dengan umur
mereka, termasuk meneruskan pemberian ASI.

Diagnosis: Diagnosis Diare tanpa dehidrasi dibuat bila anak tidak


mempunyai dua atau lebih tanda berikut yang dicirikan sebagai dehidrasi
ringan/sedang atau berat.

 Gelisah/ rewel
 Letargis atau tidak sadar
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Haus atau minum dengan lahap
 Mata cekung
 Cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat
(Turgor jelek)

25
Source: Depkes RI 2011

- Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah
dan berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau
berat, diare persisten diklasifikasikan sebagai “berat”. Jadi diare persisten
adalah bagian dari diare kronik yang disebabkan oleh berbagai penyebab.

- Diare kronis
Diare yang hilang timbul, berlangsung lama dengan penyebab non
infeksi, seperti sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolism yang
menurun. Lama diare kronik > 30 hari

E. PATOFISIOLOGI
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi dibawah ini:

1. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari
usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan
tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.

2. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari
usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik
(antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam

26
absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi
glukosa/galaktosa.

3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak


Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle
empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.

4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit


Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif
NA+ K+ ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.

5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal


Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas mot ilitas usus
sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya
antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.

6. Gangguan permeabilitas usus


Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan
adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.

7. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada
beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction,
tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air,
elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih
menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan
dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik.

8. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut
kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak
mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang
disekresikan oleh bakteri tersebut.

27
F. GEJALA
- buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, ≥ 3
kali per hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul
secara mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu atau lebih,
dengan atau tanpa gejala dehidrasi

Subyektif dengan menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak
diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan untuk


menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan bentuk,
warna tinja, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan lain-lain. Pemeriksaan
mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri,
dan lain-lain

28
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya
cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat
diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE
yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah


tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit
saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas
yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit
merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan
yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana
kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit
didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).

a. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

29
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

30
c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk di infus.

31
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak
boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas.

32
Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi
perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini
dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.

2. zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam


tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide
Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan
mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi
selama kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu
mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi
buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan
kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak
diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.


Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air
matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi


pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus
lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan
lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang
mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah

33
diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
untuk membantu pemulihan berat badan.

4. Antibiotik Selektif

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya


kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek kolera Obat-obatan anti diare juga tidak boleh
diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak
bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat.
Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status
gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang
berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila
terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang


berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a. Diare lebih sering

b. Muntah berulang

c. Sangat haus

d. Makan/minum sedikit

e. Timbul demam

f. Tinja berdarah

g. Tidak membaik dalam 3 hari.

34
 Terapi Non Farmakologi
Berupa pencegahan

Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2011)


adalah sebagai berikut:

1. Pemberian ASI

2. Pemberian Makanan Pendamping ASI

3. Menggunakan air bersih yang cukup

4. mencuci tangan

5. Menggunakan Jamban

35
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, Buku saku lintas diare, 2011

Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak Edisi 2. Jakarta: Balai


PenerbitFKUI.2000.

Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak


diagnosa dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta

Juffrie M., Modul Diare,UKK gastro-Hepatologi IDAI, 2009

Kareen J., Ilmu kesehatan anak Esential, Saunders Elsevier, 2011

Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Mentri Kesehatan Republik Indonesia.


Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf

Sunita Almatsier, Penuntun Diet edisi baru, Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietsien Indonesia, 2004

Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut, Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari
H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-
hepatologi:jilid 1. Jakarta

Wastoro D. Dadiyanto. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Semarang : Badan


Penerbit Universitas Dipenogoro. 2011

WHO. Buku Saku Pelayanan kesehatan Anak Di Rumah Sakit. 2009

36
Disentri

1. Definisi
Disentri merupakan perdangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit
perut dan diare diasertai lendir dan darah.2 Disentri merupakan suatu infeksi
yang menimbulkan luka yang menyebabkan ulkus pada colon yang
mempunyai gejala khas : sakit di perut (tenesmus), diare, tinja mengandung
darah dan lendir(simanjuntak, 1991).

2. Epidemologi
Kejadian di Amerika terdapat 500.000 kasus setiap tahunnya menderita
disentri basiler. Di Indonesia sendiri memperlihatkan data 29% kematian
diare disebabkan oleh disentri basiler. Tinnginya insiden diyakini akibat
status sosial ekonomi yang rendah, kepadatan penduduk dan kebersihan yang
kurang dijaga(syahroni, 2007).

3. Etilogi
Etiologi disentri ada 2 yaitu disentri basiler dan disentri amoeba (syahroni,
2007).
a. Disentri Basiler
Disentri basiller disebabkan oleh Shigella sp. Shigella adalah bakteri non
motil gram negatif. Terdapat 4 spesies shigella yaitu s.dysentriae,
s.flexneri, s.bondii, s.sonnei dan terdapat 43 serotipe. Akibat banyaknya
serotipe maka seseorang dapat terinfeksi berulang kali oleh serotipe yang
berbeda. Bakteri shigella ini mempunyai kemampuan untuk invasi ke sel
epitel intestinal. Keadaan lingkungan yang jelek dapat dengan mudah
menularkan disentri.

b. Disentri amoreba
Disentri amoeba disebabkan oleh Entamoeba hystolica. E.hystolica ini
merupakan protozoa usus manusia yang bersifat apatogen dan hidup
dalam usus besar manusia. Namun, dalam kondis tertentu amoeba ini
dapat berubah menjadi patogen. Penyebab perubahan E.hystolica menjadi

37
patogen ini belum diketahui scara pasti. Siklus tropozoid merupakan
siklus yang dapat menyebabkan disentri yang membentuk luka pada
lumen usus.

4. Gejala klinis
a. Disentri basiler
Biasanya gejala klinis yang timbul adalah adanya nyeri perut bawah,
diare disertai dengan demam.

b. Disentri amoeba
Pada disentri amoeba gelanya hampir sama dengan disentri basiler
namun perbedaannya pada pemeriksaan penunjang pada feses (kloser,
2007).

5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan tinja
Pada disentri amoeba pada pemeriksaan feses biasanya berbau busuk dan
ditemukan adanya kista berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara serta
dapat ditemukan tropozoid. Sedangkan pada disentri basiler akan
ditemukan bakteri pada pemeriksaan tinja ini.
b. Pemeriksaan sigmoidoskopi
Pada pemeriksaan iniakan ditemukan adanya ulkus yang khas dengn tepi
menonjol tertutup eksudat kekunungan. Namun pemeriksaan ini jarang
dilakukan.
c. Foto colon
Pemeriksaan foto colon tidak terlalu membantu akibat ulkus sering tidak
tampk pada pemeriksaan ini.
d. PCR
Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif karena dapat mendeteksi adanya
toksin ditinja karena adanya enzim immunoassay(syahroni, 2007).

38
6. Diagnosis
a. Disentri amoeba
Biasanya gejala pada disentri ini perlahan-lahan. Diare diawal biasanya
jarang, tinja besar, terus menerus, berbau asam dan ulkus biasanya khas
seperti botol.
b. Disentri basiler
Pada disentri basiler biasanya timbul scara akut disertai diare dengan
tenesmus, banyak dan tidak berbau.
c. EIEC (Escherichia Coli Enteroinvasive)
Pada diare ini biasanya disertai dengan toksisitas sitemik, nyeri kejang
abdomen, tenemus dan diare cair atau berdarah.
d. EHEC (Escherichia Coli Enterohemorargic)
Gejalanya hampir sama dengan disentri basiler namun tidak adda gejala
demam pada infeksi ini(kloser, 2007)

7. Pengobatan
a. Terapi medikamentosa
- Antibiotik
Pada disentri basiler diberikan cefiksim 8mg/kgBB selama 5 hari
dosis tunggal dan asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
- Amoeba
Pada disentri amoeba dapat diberikan metronidazole
50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari.
- Jangan diberikan obat simptomatis karena akan menyebabkan
perburukan kondis pasien
- Pementauan selama 24-48 jam apabila tidak terjadi perbaikan maka
sebaiknya dilakukan uji feses ulang (kultur dan uji sensitivitas)
b. Terapi non medikamentosa
Lanjutkan pemberian makanan pada naka dan pemberian ASI
ditingkatkan lebih dari frekuensi biasanya (pudjiadi, 2011).

8. komplikasi
- perforasi usus

39
- megakolon toksik
- demam tinggi
- prolaps rekti
- kejang
- sindrom hemolitik uremik

9. Daftar pustaka
- Kloser, A. 2007.shigellosis
- simanjuntak, C. 1991. Epidemologi disentri.
- syaroni, A. 2006. Disentri basiler. Buku ajar penyakit dalam. FKUI :
jakarta
- Pudjiadi, AH. 2011. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: IDAI.

40

Anda mungkin juga menyukai