Disusun oleh:
Dewa Ayu Putri Mandalika E.
30101306910
Pembimbing:
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A, M.Si Med
dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A, M.Si Med
dr. Neni Sumarni, Sp. A
dr. Adriana Lukmasari, Sp. A
dr. Harancang Pandih Kahayana, Sp. A
1
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA : Dewa Ayu Putri Mandalika E.
NIM : 30101306910
2
PENDAHULUAN
mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei
kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai
penyebab kematian bayi di Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh
infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain
dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina
3
LAPORAN KLINIS
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. A
b. Usia : 1 tahun 7 bulan
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Seruang Dalam Barat, Gayamsari, Kota
Semarang
e. Nama Ayah : Tn. S
f. Umur : 41 tahun
g. Pekerjaan : Swasta
h. Agama : Islam
i. Suku : Jawa
j. Nama Ibu : Ny. P
k. Umur : 40 tahun
l. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
m. Agama : Islam
n. Suku : Jawa
o. Ruang Perawatan : Bangsal Bima
p. Masuk RS : 15 Oktober 2017
q. No RM : 4138**
4
II. DATA DASAR
1. Anamnesis (Alloanamnesis)
Alloanamnesis dengan orang tua pasien dilakukan pada tanggal 16
Oktober 2017 jam 14.00 WIB di bangsal Bima dan didukung dengan
catatan medis.
a. Keluhan Utama : Mencret/BAB cair
b. Keluhan Tambahan : Demam, mual dan muntah
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Orang tua pasien mengeluhkan anak mereka mengalami diare.
Diare anak sebanyak 5 kali dalam sehari semalam. Diare terjadi sejak
tiga hari yang lalu SMRS. Diare didapatkan berwarna kuning
kecoklatan, setiap kali mencret jumlahnya kira-kira 1/3 gelas
belimbing, berampas, tidak terdapat lendir, tidak terdapat darah, tidak
menyemprot, tidak terdapat bau asam, dan tidak seperti cucian air
beras beras. Riwayat anak menangis keras dan pucat disangkal.
Ibu pasien mengatakan bahwa pada anaknya juga terdapat demam.
Demam dikeluhkan setelah terjadi diare pertama kali. Demam terus
menerus dan tidak terlalu tinggi.
Anak juga kelihatan kehausan dan terdapat mata cowong pada
kedua matanya. Terdapat mual dan muntah yang terjadi setiap kali
makan atau minum susu. Ibu pasien mengatakan bahwa pada muntah
anaknya terdapat ampas, 1/2 gelas belimbing, dapat muntah hingga
tiga kali sehari, tidak terdapat darah dan tidak menyemprot. Ibu pasien
mengaku anaknya masih mau minum susu ataupun makan dan rewel
serta gelisah. Berat badan pasien terkesan turun, tetapi tidak diukur.
Ibu mengeluhkan mata cekung pada anaknya. Bibir kering dan mulut
kering (+).
Setelah masuk rumah sakit, ibu pasien mengatakan frekuensi BAB
anaknya menurun yaitu sebanyak 3x dengan warna kuning agak
kecoklatan, mulai ada ampasnya namun masih terdapat lendir, tidak
5
menyemprot, tidak terdapat darah, tidak terdapat bau asam, terasa
panas, dan demam sudah mulai turun.
Ibu pasien mengaku tidak terdapat nyeri pada perut pasien, Orang
tua pasien tidak mengeluhkan adanya batuk dan pilek serta terdapat
penurunan pada BAK sang anak, riwayat minum obat-obatan (-).
6
kepala berat (-), riwayat jatuh saat kehamilan (-), riwayat minum jamu
dan pijat perut (-), riwayat hipertensi kehamilan (-), riwayat
perdarahan, riwayat trauma saat hamil disangkal, konsumsi obat-
obatan lain, alkohol, dan rokok selama hamil disangkal.
7
VII. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3.400 gram dengan panjang badan saat lahir 48
cm. Berat badan sekarang 10 kg, panjang badan 85 cm.
Perkembangan :
8
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 115x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
Suhu : 37,70C
Pernapasan : 24x/menit
4. Status Gizi
Data antopometri :
Umur = 1 tahun 7 bulan
Berat Badan = 10 kg
Panjang Badan= 85 cm
Lingkar kepala = 49 cm
Nilai simpang baku : selisih kasus dengan standar +1SD atau -1SD.
(BB anak bila lebih besar dari median berarti nilai +1SD dikurangi
median, BB anak bila kurang dari median berarti nilai median
dikurangi -1SD)
5. Status Generalis
Kepala : normocephale, UUB datar menutup.
9
Rambut : Warna hitam, persebaran merata dan tidak mudah
dicabut.
Kulit : sianosis (-), turgor kembali lambat, CRT < 2 detik,
petechiae (-).
Mata : kelopak mata cekung (+), konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), injeksi konjungtiva (-), pupil isokor, diameter
3 mm/3 mm, RCL dan RCTL pada kedua mata positif, gerakan
bola mata baik, dapat mengikuti benda.
Telinga : bentuk daun telinga normal, discharge (-), nyeri (-/-),
serumen (-/-).
Hidung : bentuk hidung normal, deformitas (-), secret (-), napas
cuping hidung (-).
Mulut dan gigi: bibir sianosis (-), mukosa bibir kering (+),
sariawan (-), ulkus (-), lidah kotor (-), lidah atrofi (-), lidah
kemerahan (-), lidah tremor (-), caries dentis (-).
Tenggorokan : tonsil ukuran T1-T1, permukaan rata, kripte
tonsil tidak melebar, hiperemis (-).
Leher : simetris, pembesaran KGB (-).
Thoraks : Simetris, retraksi (-).
- Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea mid
clavicula sinistra, tidak melebar, tidak kuat angkat.
Perkusi :
Kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Kiri jantung : ICS 5 linea midclavicula 2 cm ke
medial
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).
Kesan : Normal
10
- Pulmo :
Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan
statis maupun dinamis, retraksi suprasternal (-), retraksi
intercostal (-) dan retraksi epigastrial (-)
Palpasi : krepitasi (-), massa (-), sterm fremitus dextra et
sinistra simetris.
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara dasar vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen :
Inspeksi : dinding abdomen datar
Auskultasi : BU (+) meningkat, 8 kali per menit
Perkusi : hipertimpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), turgor kembali lambat,
massa (-), defense muscular (-), hepar dan lien
dalam batas normal.
Genitalia : Laki-laki, tidak ada kelainan, fimosis (-),
parafimosis (-).
Anus : Terdapat lesi eritematosa (eritemanatum) pada
anus dan sekitarnya.
Ekstremitas
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Pelebaran vena -/- -/-
Capillary refill time < 2”/ < 2” < 2”/ < 2”
Sianosis -/- -/-
11
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Serial
15 Oktober 17 Oktober
Darah rutin Nilai normal
2017 2017
Hemoglobin (g/dL) 12,0 11,3 11-15
Hematokrit (%) 33,20 32,0 35-47
Jumlah
3 3 5.500 5.600 3.600-10.000
Leukosit(x10 /mm )
Jumlah
3 3 397.000 330.000 150.000-400.000
Trombosit(x10 /mm )
15 Oktober 17 Oktober
Kimia Klinik Nilai normal
2017 2017
Glukosa Darah
58 104 70-115
Sewaktu (mg/dL)
Natrium (mmol/L) 133.0 137.0 135-147
Kalium(mmol/L) 3.00 2.9 3.50-5.0
Calsium (mmol/L) 1.35 1.14 1.12-1.32
12
Darah Negatif Negatif
Mikroskopis
Protein feces Negatif Negatif
Karbohidrat Negatif Negatif
Lemak Negatif Negatif
Eritrosit 0-1
Leukosit 2-4
POS (2+)
Bakteri
Negatif
Jamur
Negatif
Lain-lain
V. RESUME
Seorang anak laki-laki usia 1 tahun 7 bulan datang IGD RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang pada tanggal 15 Oktober pukul 10.40 WIB
dengan keluhan utama BAB cair dan keluhan tambahan demam (+), mual
(+) dan muntah (+). BAB terjadi sejak tiga hari yang lalu, BAB sebanyak 5
kali sehari konsistensi cair, volume kira-kira 1/3 gelas belimbing, terdapat
ampas dan berwarna kuning kecoklatan. Demam dirasakan sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit disertai batuk (+), pilek (+), lemas (+),
penurunan nafsu makan (+). Demam pada pasien terjadi terus menerus dan
tidak tinggi. Terdapat mual dan muntah yang terjadi setiap kali makan atau
minum susu. Ibu pasien mengatakan bahwa pada muntah anaknya terdapat
ampas, 1/2 gelas belimbing, dapat muntah hingga tiga kali sehari. Ibu pasien
mengaku anaknya tampak kehausan, rewel serta gelisah.
13
Suhu : 37,70C
Kulit : turgor kembali lambat
Mata : kelopak mata cekung (+)
Mulut dan gigi: mukosa bibir kering (+)
- Abdomen :
Auskultasi : BU (+) meningkat, 8 kali per menit
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : turgor kembali lambat.
Anus : Terdapat lesi eritematosa (eritemanatum) pada
anus dan sekitarnya.
Darah Serial
15 Oktober 17 Oktober
Darah rutin Nilai normal
2017 2017
Hemoglobin (g/dL) 12,0 11,3 11-15
Hematokritt (%) 33,20 32,0 35-47
Jumlah
3 3 5.500 5.600 3.600-10.000
Leukosit(x10 /mm )
Jumlah
3 3 397.000 330.000 150.000-400.000
Trombosit(x10 /mm )
15 Oktober 17 Oktober
Kimia Klinik Nilai normal
2017 2017
Glukosa Darah
58 104 70-115
Sewaktu (mg/dL)
Natrium (mmol/L) 133.0 137.0 135-147
Kalium(mmol/L) 3.00 2.9 3.50-5.0
Calsium (mmol/L) 1.35 1.14 1.12-1.32
14
Feses Rutin Hasil Nilai Normal
Makroskopis
Warna Coklat
Konsistensi Lembek Lembek
Bau Khas
Mikroskopis
Protein feces Negatif Negatif
Karbohidrat Negatif Negatif
Lemak Negatif Negatif
Eritrosit 0-1
15
b) Diare Persisten
- Berdasarkan Etiologi
a) Bakterial
b) Viral
c) Jamur
d) Parasit
Status Gizi
Gizi lebih
Gizi normal
Gizi Buruk
VIII. TERAPI
- Medikamentosa :
• Inf. KaEN 75 cc x 9 kg =700cc (200 cc ASI, 500cc infus)
selama 3 jam
• Inf. KaEN 3B 9 tpm
• Inj. Cefixime 80mg/hari selama 5 hari
• Zinc 20 mg syr 1 x 1 selama 10 hari
• Paracetamol 100mg 3x1
- Non Medikamentosa
Tirah Baring
16
Peningkatan frekuensi AS
IX. USULAN
- Pemeriksaan Darah Rutin
- Radiologi dengan atau tanpa kontras
- Ultrasonografi
- Endoskopi
- Pemantauan pH Esofagus
- Cek darah serial apabila klinis memburuk
- Cek feses ulang
X. MONITORING
- Monitoring KU, kesadaran, Tanda vital.
- Monitorong tanda dehidrasi, frekuensi dan konsistensi BAB,
BAK.
XI. EDUKASI
1. Memberi penjelasan pada orang tua pasien tentang pentingnya
menjaga kebersihan, terutama mencuci tangan sebelum makan
2. Memberikan ASI Eksluksif
3. Menjelaskan kepada ibu agar anak tidak bermain ditempat yang
kotor dan tanah yang basah.
4. Menggunakan air yang bersih dan cukup
5. Memberikan makanan yang bergizi
6. Menggunakan jamban yang bersih
XII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Functionam : ad bonam
Quo ad Sanationam : ad bonam
17
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare ialah buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari
biasanya, ≥ 3 kali per hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang
timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu atau lebih.
B. EPIDEMIOLOGI
Di dunia sekitar 6 juta anak per tahunnya menderita diare, dan sebagian
besar kasus terjadi di Negara berkembang. Pada Negara berkembang diare
menyumbang 17% angka mortalitas anak. Hasil survey subdit morbiditas diare
semua umur tahun 2000 adalah 301/1000 pendudul, hasil 2003 adalah
347/1000 penduduk dan 2006 adalah 423/1000 penduduk. Kematian balita
75.3 per 100.000 balita dan semua umur 23.3 per 100.000 penduduk semua
umur (hasil SKRT 2001). Diare merupakan penyebab kematian nomor 4
(13.2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare
sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi postneonatal (31.4%) dan pada
anak balita (25.2%) (Hasil Risdaskes 2007).
C. ETIOLOGI
Diare banyak disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
i. Faktor infeksi
Faktor infeksi penyebab diare dapat dibagi dalam infeksi parenteral
dan infeksi enteral.
Infeksi parenteral:
18
Infeksi enteral:
19
- Infeksi virus: sebagian besar adalah rotavirus
Dibuktikan Mungkin
Adenovirus Astrovirus
Rotavirus Calicivirus
Virus 27 nm (Norwalk) Coronavirus
Minirotavirus
“Virus bulat kecil”
20
- Infeksi parasit:
Balantidiu coli
Capillaria philippinensis
Cryptosporidium
Entamoeba hystolitica
Giardia lamblia
Isospora belli
Fasciolopsis busci
Sarcocystis suihominis
21
Yang paling penting di seluruh dunia adalah Cryptosporidium
(parasite yang terbukti sebagai penyebab diare cair).
22
Mnurut Standfield (1974) perubahan-perubahan yang terjadi pada
penderita malnutrisi adalah: 1) perubahan gastrointestinal dan 2)
perubahan system imunitas.
Shigella 10 – 103
Perubahan atau perbaikan air minum dan jamban secara fisik tidak
menjamin hilangnya penyakit diare, tetapi perubahan sikap dan tingkah
laku manusia yang memanfaatkan sarana trsbut di atas sangat mnntukan
keberhasilan perbaikan sanitasi dalam mengurangi masalah diare.
v. Faktor makanan
Makanan sbagai penyebab diare merupakan penybab non infeksi
yang paling sering, diantaranya:
23
- Susunan makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi, yang
berupa osmolaritas tinggi ataupun terlalu banyak serat.
vi. Faktor psikis
Keadaan deprsif pada umumnya melalui jalur syaraf vegetative
dapat mengganggu saluran cerna sehingga terjadi diare. Pada anak-anak
kondisi lingkungan sosiobiologik sering berperan dalam penanganan diare.
D. KLASIFIKASI
Menurut WHO:
Diagnosis: Jika anak memiliki dua atau lebih tanda berikut, anak
menderita dehidrasi ringan/sedang:
Gelisah/rewel
Haus dan minum dengan lahap
Mata cekung
Turgor perut kembalinya lambat
- Diare akut dengan dehidrasi berat
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi
intravena secara cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan
dengan rehidrasi oral segera setelah anak membaik. Pada daerah yang
sedang mengalami KLB kolera, berikan pengobatan antibiotik yang efektif
terhadap kolera.
24
Diagnosis: Jika terdapat dua atau lebih tanda berikut, berarti anak
menderita dehidrasi berat:
Gelisah/ rewel
Letargis atau tidak sadar
Tidak bisa minum atau malas minum
Haus atau minum dengan lahap
Mata cekung
Cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat
(Turgor jelek)
25
Source: Depkes RI 2011
- Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah
dan berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau
berat, diare persisten diklasifikasikan sebagai “berat”. Jadi diare persisten
adalah bagian dari diare kronik yang disebabkan oleh berbagai penyebab.
- Diare kronis
Diare yang hilang timbul, berlangsung lama dengan penyebab non
infeksi, seperti sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolism yang
menurun. Lama diare kronik > 30 hari
E. PATOFISIOLOGI
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi dibawah ini:
1. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari
usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan
tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.
2. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari
usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik
(antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam
26
absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi
glukosa/galaktosa.
7. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada
beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction,
tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air,
elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih
menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan
dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik.
8. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut
kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak
mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang
disekresikan oleh bakteri tersebut.
27
F. GEJALA
- buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, ≥ 3
kali per hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul
secara mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu atau lebih,
dengan atau tanpa gejala dehidrasi
Subyektif dengan menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak
diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
28
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya
cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat
diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE
yaitu:
29
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
30
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk di infus.
31
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak
boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas.
32
Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi
perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini
dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
33
diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
untuk membantu pemulihan berat badan.
4. Antibiotik Selektif
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
34
Terapi Non Farmakologi
Berupa pencegahan
1. Pemberian ASI
4. mencuci tangan
5. Menggunakan Jamban
35
DAFTAR PUSTAKA
Sunita Almatsier, Penuntun Diet edisi baru, Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietsien Indonesia, 2004
Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut, Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari
H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-
hepatologi:jilid 1. Jakarta
36
Disentri
1. Definisi
Disentri merupakan perdangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit
perut dan diare diasertai lendir dan darah.2 Disentri merupakan suatu infeksi
yang menimbulkan luka yang menyebabkan ulkus pada colon yang
mempunyai gejala khas : sakit di perut (tenesmus), diare, tinja mengandung
darah dan lendir(simanjuntak, 1991).
2. Epidemologi
Kejadian di Amerika terdapat 500.000 kasus setiap tahunnya menderita
disentri basiler. Di Indonesia sendiri memperlihatkan data 29% kematian
diare disebabkan oleh disentri basiler. Tinnginya insiden diyakini akibat
status sosial ekonomi yang rendah, kepadatan penduduk dan kebersihan yang
kurang dijaga(syahroni, 2007).
3. Etilogi
Etiologi disentri ada 2 yaitu disentri basiler dan disentri amoeba (syahroni,
2007).
a. Disentri Basiler
Disentri basiller disebabkan oleh Shigella sp. Shigella adalah bakteri non
motil gram negatif. Terdapat 4 spesies shigella yaitu s.dysentriae,
s.flexneri, s.bondii, s.sonnei dan terdapat 43 serotipe. Akibat banyaknya
serotipe maka seseorang dapat terinfeksi berulang kali oleh serotipe yang
berbeda. Bakteri shigella ini mempunyai kemampuan untuk invasi ke sel
epitel intestinal. Keadaan lingkungan yang jelek dapat dengan mudah
menularkan disentri.
b. Disentri amoreba
Disentri amoeba disebabkan oleh Entamoeba hystolica. E.hystolica ini
merupakan protozoa usus manusia yang bersifat apatogen dan hidup
dalam usus besar manusia. Namun, dalam kondis tertentu amoeba ini
dapat berubah menjadi patogen. Penyebab perubahan E.hystolica menjadi
37
patogen ini belum diketahui scara pasti. Siklus tropozoid merupakan
siklus yang dapat menyebabkan disentri yang membentuk luka pada
lumen usus.
4. Gejala klinis
a. Disentri basiler
Biasanya gejala klinis yang timbul adalah adanya nyeri perut bawah,
diare disertai dengan demam.
b. Disentri amoeba
Pada disentri amoeba gelanya hampir sama dengan disentri basiler
namun perbedaannya pada pemeriksaan penunjang pada feses (kloser,
2007).
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan tinja
Pada disentri amoeba pada pemeriksaan feses biasanya berbau busuk dan
ditemukan adanya kista berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara serta
dapat ditemukan tropozoid. Sedangkan pada disentri basiler akan
ditemukan bakteri pada pemeriksaan tinja ini.
b. Pemeriksaan sigmoidoskopi
Pada pemeriksaan iniakan ditemukan adanya ulkus yang khas dengn tepi
menonjol tertutup eksudat kekunungan. Namun pemeriksaan ini jarang
dilakukan.
c. Foto colon
Pemeriksaan foto colon tidak terlalu membantu akibat ulkus sering tidak
tampk pada pemeriksaan ini.
d. PCR
Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif karena dapat mendeteksi adanya
toksin ditinja karena adanya enzim immunoassay(syahroni, 2007).
38
6. Diagnosis
a. Disentri amoeba
Biasanya gejala pada disentri ini perlahan-lahan. Diare diawal biasanya
jarang, tinja besar, terus menerus, berbau asam dan ulkus biasanya khas
seperti botol.
b. Disentri basiler
Pada disentri basiler biasanya timbul scara akut disertai diare dengan
tenesmus, banyak dan tidak berbau.
c. EIEC (Escherichia Coli Enteroinvasive)
Pada diare ini biasanya disertai dengan toksisitas sitemik, nyeri kejang
abdomen, tenemus dan diare cair atau berdarah.
d. EHEC (Escherichia Coli Enterohemorargic)
Gejalanya hampir sama dengan disentri basiler namun tidak adda gejala
demam pada infeksi ini(kloser, 2007)
7. Pengobatan
a. Terapi medikamentosa
- Antibiotik
Pada disentri basiler diberikan cefiksim 8mg/kgBB selama 5 hari
dosis tunggal dan asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
- Amoeba
Pada disentri amoeba dapat diberikan metronidazole
50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari.
- Jangan diberikan obat simptomatis karena akan menyebabkan
perburukan kondis pasien
- Pementauan selama 24-48 jam apabila tidak terjadi perbaikan maka
sebaiknya dilakukan uji feses ulang (kultur dan uji sensitivitas)
b. Terapi non medikamentosa
Lanjutkan pemberian makanan pada naka dan pemberian ASI
ditingkatkan lebih dari frekuensi biasanya (pudjiadi, 2011).
8. komplikasi
- perforasi usus
39
- megakolon toksik
- demam tinggi
- prolaps rekti
- kejang
- sindrom hemolitik uremik
9. Daftar pustaka
- Kloser, A. 2007.shigellosis
- simanjuntak, C. 1991. Epidemologi disentri.
- syaroni, A. 2006. Disentri basiler. Buku ajar penyakit dalam. FKUI :
jakarta
- Pudjiadi, AH. 2011. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: IDAI.
40