Anda di halaman 1dari 19

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN

INTERNAL AKAR, BATANG, DAN DAUN

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Struktur Perkembangan Tumbuhan
Dosen Pengampu : Andi Asyhari, M.Pd.
Kelas/ Semester : Tadris Biologi A/ V

Oleh Kelompok 8:

1. Aeniyah Ulfas (1710810019)


2. Ilmi Rahayu (1710810021)
3. Muhammad Abdul Wahhaab (1710810022)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH/ PRODI TADRIS BIOLOGI
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organ pada tumbuhan dibedakan menjadi organ vegetatif dan organ
reproduksi. Organ vegetatif meliputi akar, batang, dan daun. Akar, batang, dan
daun merupakan bagian-bagian yang penting bagi tumbuhan. Akar tumbuhan
merupakan tempat masuknya mineral atau zat-zat hara, batang tumbuhan
berfungsi sebagai sistem percabangan yang mendukung perluasan bidang
fotosintesis, dan daun merupakan tempat utama terjadinya proses fotosintesis.
Struktur anatomi akar terdiri atas tudung akar, epidermis akar, korteks
akar, endodermis akar, dan stele akar. Struktur anatomi batang terdiri atas
epidermis batang, korteks batang, dan stele batang. Sedangkan struktur anatomi
daun terdiri atas epidermis daun, mesofil daun, jaringan pengangkut pada daun,
jaringan penguat pada daun, dan jaringan sekretori pada daun.
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yang baik sangat ditentukan
oleh perkembangan internal akar, batang dan daun. Perkembangan internal
akar, batang, dan daun meliputi karakteristik akar, pertumbuhan sekunder akar,
bagian pokok batang, pertumbuhan sekunder batang, dan struktur anomali
batang. Struktur dan perkembangan internal akar, batang, dan daun akan dikaji
di dalam makalah ini untuk mengetahui lebih dalam mengenai struktur organ,
konsep-konsep dasar dan fungsi dari setiap struktur organ tumbuhan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang termuat dalam latar belakang masalah
diatas, maka permasalahan yang akan ditemukan dan dianalisa dalam makalah
ini antara lain.
1. Bagaimana struktur anatomi dan perkembangan internal akar?
2. Bagaimana struktur anatomi dan perkembangan internal batang?
3. Bagaimana struktur anatomi dan perkembangan internal daun?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pemaparan yang termuat dalam rumusan masalah diatas,
maka tujuan dari penulisan makalah ini antara lain.
1. Mengetahui struktur anatomi dan perkembangan internal akar
2. Mengetahui struktur anatomi dan perkembangan internal batang
3. Mengetahui struktur anatomi dan perkembangan internal daun
BAB II
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN INTERNAL AKAR, BATANG,
DAN DAUN

A. Struktur dan Perkembangan Internal Akar


1. Anatomi Akar

Gambar 1. Perbandingan struktur anatomi akar


pada tumbuhan monokotil dan dikotil

Apabila akar primer dipotong membujur maka dalam potongan


tersebut terdapat tudung akar, epidermis akar, korteks, endodermis, dan
stele. Bagian-bagian akar tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Tudung Akar
Tudung akar terdapat pada ujung akar, berfungsi untuk
melindungi promeristem akar dan membantu penetrasi akar yang tumbuh
ke dalam tanah. Tudung akar tersusun atas sel-sel parenkim hidup yang
kadang mengandung pati. Pada kebanyakan tumbuhan, tudung akar
membentuk struktur khusus dan tetap yang disebut kolumela.
b. Epidermis Akar
Epidermis akar juga dikenal sebagai epiblem atau lapisan
piliferous. Sel-sel epidermis akar berdinding tipis dan biasanya tidak
mengandung kutikula, walaupun kadang dinding luarnya mengalami
kutinisasi. Pada hampir semua akar, rambut-rambut akar berkembang
dari sel-sel epidermis di daerah dekat ujung akar (meristem apikal).
Rambut akar terdiri dari satu sel yang memanjang yang mempunyai
fungsi absorbs dan untuk pegangan akar pada tanah. Pada spesies
tertentu, rambut akar berkembang dari sel khusus di daerah epidermis.
Sel ini disebut trikoblas. Epidermis akar biasanya dijumpai saat akar
masih muda. Apabila akar sudah dewasa, epidermsinya telah mengalami
kerusakan dan fungsinya digantikan oleh lapisan terluar dari korteks yang
disebut eksodermis.
c. Korteks Akar
Korteks akar pada umumnya tersusun dari sel-sel parenkim yang
kadang-kadang mengandung karbohidrat dan kadang juga mengandung
kristal. Lapisan sklerenkim umum dijumpai pada akar tumbuhan
monokotil dibandingkan akar tumbuhan dikotil. Kolenkim sangat jarang
dijumpai pada akar. Lapisan terluar dari korteks kadang berdiferensiasi
menjadi lapisan eksodermis yang dinding sel-selnya mengalami
penebalan dengan zat suberin, sedangkan lapisan terdalam dari korteks
biasanya berdifernsiasi menjadi endodermis.
d. Endodermis Akar
Endodermis tersusun oleh satu lapis sel yang berbeda secara
fisiologi, struktur, dan fungsi dengan lapisan sel di sekitarnya.
Berdasarkan perkembangan dinding selnya, endodermis dapat dibedakan
menjadi.
1) Endodermis primer yang mengalami penebalan berupa titik-titik
kaspari dari suberin dan kutin
2) Endodermis sekunder, apabila penebalan pita kaspari dari zat lignin
3) Endodermis tersier apabila penebalan membentuk huruf U yang
mengandung lapisan suberin dan selulosa pada dinding radial dan
tangensial bagian dalam. Di antara sel-sel endodermis terdapat
beberapa sel yang tidak mengalami penebalan dinding, yaitu sel-sel
yang terletak berhadapan dengan protoxilem. Sel-sel ini disebut sel
peresap.
e. Stele Akar
Lapisan sel terluar dari stele adalah perisikel/ perikambium
sehingga letaknya langsung berada di sebelah dalam dari lapisan
endodermis dan di sebelah luar dari berkas pengangkut. Perisikel
mempunyai kemampuan untuk mengadakan pertumbuhan meristematic
sebagai titik awal tumbuhnya primordia akar ke arah samping (cabang
akar, akar adventitious/ lateral).
Sistem berkas pengangkut pada akar biasanya tersusun oleh jari-
jari xilem (trakea) yang jumlahnya bervariasi berselang-seling dengan
floem. Pada akar, xilem, dan floem tidak terletak dalam radius yang
sama. Xilem mungkin membentuk sumbu sentral ataupun bagian tengah
terisi oleh sel-sel parenkim ataupun sklerenkim seperti apa yang terlihat
pada akar beberapa jenis tumbuhan monokotil. Akar dapat terdiri dari 1,
2, 3, 4, 5, atau banyak jari-jari xilem. Secara berurutan akan disebut
monarch, diarch, triarch, tetrarch, pentrach, ataupun poliarch. Xilem
pada akar disebut xilem exarch karena protoxilem berada di sebelah luar
dari metaxilem (xilem akar selalu mengadakan pertumbuhan sentripetal).
Parenkim yang dijumpai di antara berkas xilem dan berkas floem disebut
jaringan conjunctive.
2. Karakteristik Akar
Secara umum, karakteristik akar adalah mempunyai tendensi untuk
tumbuh ke bawah atau ke samping, tidak memiliki klorofil, tidak memiliki
daun, pada akar primer, floem dan xilem tersusun dalam radius yang
berbeda, ujung akar mempunyai zona pertumbuhan pendek, dan terdapat
rambut akar di daerah dekat ujung akar. Akar mempunyai anatomi yang
lebih sederhana daripada anatomi batang dan mempunyai keragaman yang
rendah dibandingkan batang. Hal tersebut sebagai akibat dari adanya
lingkungan yang relatif seragam di dalam tanah. Berikut ini karakter
anatomi dari akar tumbuhan dikotil dan monokotil.
a. Karakter anatomi yang penting dari akar tumbuhan dikotil adalah:
1) Berkas xilem bervariasi dari diarch sampai hexarch
2) Perisikel mengadakan aktivitas membentuk cabang akar dan meristem
sekunder (kambium dan felogen)
3) Kambium akan muncul sebagai meristem sekunder
4) Tidak dijumpai adanya parenkim sentral.
b. Karakter anatomi yang penting dari akar tumbuhan monokotil adalah:
1) Berkas xilem biasanya poliarch
2) Perisikel mengadakan aktivitas membentuk akar cabang saja
3) Tidak dijumpai adanya cambium
4) Parenkim pusat berkembang dengan baik atau kadang berkembang
menjadi sklerenkim
3. Pertumbuhan Sekunder Akar

Gambar 2. Pertumbuhan sekunder akar


Pertumbuhan sekunder pada akar sangat bervariasi. Akar monokotil
dan akar dikotil yang berbentuk perdu atau cabang akar dikotil yang
berbentuk pohon atau gymnospermae tidak mengadakan pertumbuhan
sekunder sehinga korteks mempunyai struktur yang tetap. Akar dewasa
membentuk eksodermis sebagai penguat dan endodermisnya berada pada
fase tersier.
Tumbuhan yang akarnya mengalami pertumbuhan sekunder, sebagai
akibat adanya aktivitas kambium vaskuler, ukuran garis tengahnya
bertambah. Secara ontogenis kambium membentuk sel-sel sekunder, sel-sel
perisikel juga membelah dan kedua kelompok sel-sel meristem ini akan
membentuk kambium lengkap sehingga pada irisan melintang terlihat
berkelok-kelok. Pada akhir perkembangannya, kambium tidak berkelok-
kelok lagi, tetapi tersusun membulat oleh karena adanya perbedaan
kecepatan pembelahan dan pembentangan antara sisi luar dan dalamnya di
sebelah floem primer dan xilem sekunder. Perkembangan kambium itu lebih
lanjut menghasilkan xilem sekunder yang membungkus xilem primer. Pada
saat yang sama, floem sekunder juga terbentuk dan bangunan tersebut akan
menjepit floem primer.
Setelah kambium mengadakan pertumbuhan sekunder, terbentuklah
kambium gabus di bagian korteks di sebelah dalam endodermis. Kambium
gabus akan membentuk jaringan gabus kea rah luar yang lapisan-lapisan
selnya bertambah banyak sehingga jaringan di luar lapisan gabus
(endodermis dan korteks) tidak lagi memperoleh sumber energi dan jaringan
tersebut akan terkelupas. Meskipun sel-sel gabus tidak permeable terhadap
air, tetapi air masih mungkin masuk ke dalam melalui retakan dan lentisel
yang terbentuk kemudian. Pada akar tidak dijumpai jaringan kulit yang tebal
seperti pada batang karena sel-sel mati di bagian luar akar akan cepat
hancur.1

B. Struktur dan Perkembangan Internal Batang


Batang merupakan bagian dari aksis tumbuhan yang menopang daun
dan organ reproduktif, dan biasanya terletak di atas permukaan tanah dan
berdiri tegak. Secara umum batang dan akar mempunyai struktur yang relatif
sama, keduanya memiliki stele dengan xylem dan floem, perisikel, endodermis,
korteks, dan epidermis. Perbedaanya terletak pada struktur berkas

1
Hartanto Nugroho, dkk., Struktur & Perkembangan Tumbuhan, (Jakarta: Penebar
Swadaya), 2012, hlm. 110-115.
pengangkutnya. Batang berfungsi sebagai organ pengangkut hara maupun
makanan bagi organ tanaman yang lain.
1. Bagian Pokok Batang
Batang memiliki tiga bagian pokok yang berkembang dari jaringan
protoderm, prokambium, dan meristem dasar, yaitu epidermis dan
derivatnya, korteks, dan stele. Ketiganya akan tampak jelas pada tumbuhan
Dicotyledoneae, sedangkan pada tumbuhan Monocotylodeneae batas antara
korteks dan stele kurang jelas.2
a. Epidermis Batang
Epidermis terdiri atas selaput sel yang tersusun rapat, tidak
mempunyai ruang antar sel. Fungsi epidermis untuk melindungi jaringan
di bawahnya. Epidermis pada tumbuhan Dicotyledoneae dan
Monocotylodenae tersusun oleh satu lapis sel.
Struktur sel epidermis tumbuhan monokotil tidak jauh berbeda
dari tumbuhan dikotil. Pada lapisan ini juga terdapat stomata. Epidermis
tumbuhan monokotil biasanya tersusun dari jaringan yang memiliki
dinding sel yang tebal. Di bawah lapisan epidermis terdapat selapis sel
yang tersusun dari jaringan sklerenkim. Fungsi jaringan sklerenkim pada
batang tumbuhan monokotil adalah untuk membentuk kulit luar
tumbuhan monokotil.
Sedangkan epidermis pada tumbuhan dikotil, tersusun dari
dinding sel yang telah menebal yang disebut kutikula. Epidermis pada
batang tumbuhan khusunya lapisan kutikula berfungsi untuk melindungi
batang dari pengaruh lingkungan luar terutama saat kekeringan, kutikula
juga berfungsi untuk melindungi batang dari kehilangan air. Lapisan sel
epidermis tersusun dari sel-sel rektangular dan tidak meiliki ruang antar
sel. Hal inilah yang memungkinkan epidermis memiliki fungsi proteksi
terhadap kehilangan cairan maupun gangguan lain misalnya serangan
hama. Beberapa tumbuhan juga memiliki hipodermis yaitu beberapa

2
L. Hartanto Nugroho, Purnomo, Isserep Sumardi, Struktur &
Perkembangan………………………….., 2012, hlm. 104.
epidermis yang tersusun dari intial yang berbeda. Pada lapisan ini juga
ditemukan diferensiasi epidermis seperti trikoma, dan stomata yang
berfungsi dalam sistem respirasi tumbuhan.
b. Korteks Batang
Korteks batang disebut juga kulit pertama, terdiri dari beberapa
lapis sel, yang dekat dengan lapisan epidermis tersusun atas jaringan
kolenkim, makin ke dalam tersusun atas jaringan parenkim. Jaringan
sklerenkim dapat berupa serabut yang berkelompok dan sklereida yang
soliter. Beberapa tumbuhan, parenkim korteks bagian tepi mengandung
kloroplas sehingga mampu mengadakan proses fotosintesis, parenkim ini
disebut klorenkim.
Bagian korteks batang tumbuhan monokotil terdiri dari jaringan
dengan beberapa lapis sel dan memiliki rongga udara. Jaringan ini dapat
berfungsi sebagai tempat pertukaran gas. Pada bagian korteks, jaringan
dapat terdeferensiasi dengan baik namun kadang tidak memiliki ruang
sehingga sulit dibedakan dengan bagian silinder pusat.
c. Stele Batang
Stele merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapisan terluar dari
stele disebut perisikel atau perikambium. Ikatan pembuluh pada stele
disebut tipe kolateral yang artinya xilem dan floem. Letak saling
bersisian, xilem di sebelah dalam dan floem sebelah luar.3 Stele
merupakan daerah di bagian dalam endodermis yang terdiri atas
perkambium, parenkim, dan berkas pengangkut.
Sama seperti batang tumbuhan dikotil, silinder pusat pada
tumbuhan monokotil juga memiliki berkas pembuluh Xilem dan Floem.
Namun berbeda pada tumbuhan dikotil, berkas pembuluh pada tumbuhan
monokotil tersebar dan berselang seling. Berkas pembuluh tumbuhan
monokotil biasanya memiliki susunan koleteral tertutup. Susunan
tersebut juga menyebabkan tumbuhan monokotil tidak dapat tumbuh

3
Anonim, Lingkaran Tahun, Gabus dan Kambium, http://www.kompasnia.com, 2017,
diakses pada tanggal 27 Oktober 2019.
membesar Batas antara silinder pusat dan korteks pada tumbuhan
monokotil sulit untuk dilihat.4
Berdasarkan tipe berkas pengangkut, ada tidaknya empulur dan
jendela daun maka stele dapat dibagi menjadi beberapa tipe seperti
berikut.
1) Protostele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan berkas pengangkut
kosentris amfibrikal, terdiri dari:
a) Protostele Haplostele, apabila xilem berupa bangunan membulat
di tengah dan dikelilingi oleh floem.
b) Protostele Aktinostele, xilem berupa bangunan seperti bintang di
bagian tengah dan dikelilingi floem.
c) Protostele Plektostele, xilem merupakan lempengan-lempengan
yang saling berhubungan dan dikelilingi floem.
d) Protostele Campuran, xilem merupakan kelompok kecil-kecil
yang masing-masing dikelilingi floem.
2) Sifonostele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan berkas pengangkut
konsentris amfikibral dan di bagian tengah batang terdapat empulur,
terdiri dari:
a) Sifonostele Ektoflois, floem terdapat di sebelah luar dari xilem dan
di tengah batang terdapat empulur.
b) Sifonostele Amfiflois, floem terdapat di sebelah dalam dan luar
xilem dan di tengahnya terdapat empulur.
3) Dikiostele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan beberapa kelompok berkas
penganggkut yang masing-masing terdiri atas xilem yang dikelilingi
floem, di bagian tengahnya terdapat empulur da nada jendela daun.

4
Anonim, Bagian bagian Batang- Tumbuhan Dikotil dan Monokotil,
https://dosenbiologi.com/tumbuhan/bagian-bagian-batang, 2016, diakses pada tanggal 27 Oktober
2019.
4) Eustele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan tipe berkas pengangkut
kolateral terbuka atau bikolateral, di bagian tengahnya terdapat
empulur dan jari-jari empulur. Kambium pada stele tipe ini dibedakan
menjadi kambium fasikuler (intrafasikuler) dan kambium
interfasikuler.
5) Ataktostele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan tipe berkas pengangkut
kolateral tertutup yang tersebar di seluruh penampang batang, baik di
daerah korteks maupun stele.5
2. Pertumbuhan Sekunder Batang
Pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang terjadi dari aksi
kambium, yang dapat meningkatkan diameter tanaman. Pertumbuhan
sekunder terjadi akibat adanya aktivitas di jaringan kambium (meristematik
sekunder). Pembelahan kambium ke arah luar akan membentuk floem
sekunder. Sementara pembelahan ke arah dalam, akan membentuk xylem
sekunder. Pohon-pohon yang ada di sekitar kita diameternya menjadi lebar.
Pembelahan kambium menjadi xylem dan floem sangat dipengaruhi
oleh lingkungan. Hal ini menyebabkan kecepatan pembelahan yang terjadi
di musim hujan berbeda dengan pembelahan di musim kering. Perbedaan
inilah yang mengakibatkan munculnya lingkaran konsentris/lingkaran tahun
di batang pohon. Namun pada monokotil tidak terjadi pertumbuhan
sekunder karena tidak memiliki kambium, sehingga batang monokotil tidak
bisa terus tumbuh membesar seperti dikotil. Misalnya saja batang jagung,
walaupun telah tua batang jagung ukurannya akan tetap, tidak terus
bertambah besar karena tidak adanya kambium yang menyebabkan
bertambah besarnya batang.6

5
L. Hartanto Nugroho, Purnomo, Isserep Sumardi, Struktur &
Perkembangan………………………….., 2012, hlm. 106.
6
Ahmad, Perbedaan Pertumbuhan Primer dan Sekunder, https://www.yuksinau.id, 2019,
diakses pada tanggal 27 Oktober 2019.
3. Struktur Anomali Batang
Kebanyakan tumbuhan mempunyai struktur stele yang normal, tetapi
beberapa tumbuhan mempunyai struktur yang menyimpang. Penyimpangan
struktur ini dinamakan anomali. Struktur anomali pada batang secara garis
besar terjadi karena dua macam penyebab, yaitu:
a. Kambium mempunyai struktur yang normal, tetapi aktivitasnya tidak
beraturan sehingga terjadilah berkas pengangkut dengan struktur yang
tidak wajar.
b. Adanya kambium tambahan (Kambium Asesoris) di samping
kambium yang normal sehingga terbentuk lebih dari satu lingkaran
berkas pengangkut.7

C. Struktur dan Perkembangan Internal Daun


Daun memiliki dua tipe yaitu daun dorsiventral dan daun isobilateral.
Daun dorsiventral merupakan jaringan tiang palisade yang terdapat pada sisi
atas dari daun, sedangkan daun isobilateral merupakan daun yang mempunyai
jaringan tiang pada sisi atas dan sisi bawah daun. Daun dorsiventral tumbuh
horizontal, permukaan atas lebih cerah dibandingkan permukaan bawah karena
permukaan atas memperoleh penyinaran yang lebih kuat dibanding permukaan
bawah. Daun isobilateral tumbuh vertikal sehingga kedua permukaan daun
menerima sinar matahari dengan intensitas yang sama. Daun dorsivental
umumnya pada tumbuhan dikotil, sedangkan daun isobilateral umumnya pada
tumbuhan monokotil. Daun tersusun oleh berbagai macam jaringan yaitu
jaringan epidermis, jaringan mesofil, jaringan pengangkut, jaringan penguat,
dan jaringan sekretori.

7
L. Hartanto Nugroho, Purnomo, Isserep Sumardi, Struktur &
Perkembangan………………………….., 2012, hlm. 110.
1. Epidermis Daun

Gambar 3. Struktur anatomi daun Nerium aleander


dengan epidermis ganda
Epidermis daun terdapat di permukaan atas dan bawah daun.
Epidermis terdiri dari selapis sel, tetapi ada yang terdiri dari beberapa lapis
sel (epidermis ganda), misalnya pada Ficus, Nerium dan Piper sebagai hasil
pembelahan periklinal protoderm. Jumlah lapisan sel epidermis antara 2-16,
tergantung pada jenisnya. Jumlah lapisan epidermis bagian atas lebih
banyak daripada permukaan bawah. Apabila epidermis bawah berlapis
banyak, maka akan terdapat ruang substomata yang besar antara sel penutup
dengan jaringan mesofil.
Dinding sel epidermis mengalami penebalan yang tidak merata.
Dinding sel yang menghadap ke luar umumnya berdinding lebih tebal, dapat
terdiri dari lignin, tetapi penebalan itu terdiri dari kutin. Penebalan kutin
membentuk suatu lapisan kutikula yang dapat tipis atau tebal tergantung
pada jenis serta tempat hidupnya. Tumbuhan xerofit umumnya berkutikula
tebal. Pada beberapa jenis tumbuhan, selain kutin masih terdapat lapisan
lilin di atasnya.
Stomata sebagai derivat epidermis dapat berada di kedua permukaan
daun (daun amfistomatik) atau salah satu permukan saja, umumnya di
bagian bawah (daun hipostomatik). Namun pada daun terapung stomata
hanya terdapat di bagian atas (daun epistomatik). Letak stomata dapat
sejajar dengan epidermis lainnya (stomata peneropor), tenggelam
dibandingkan deretan epidermis (stomata kriptopor), atau kadang-kadang
bahkan berada di atas permukan sel-sel epidermis seperti pada daun
terapung.
Stomata dapat tersebar merata di seluruh permukan daun. Stomata
tersusun menurut alur-alur tertentu, seperti pada daun rumput atau terdapat
pada bangunan khusus yang menonjol dari permukaan daun, seperti pada
daun teratai yang terapung. Sel-sel epidermis daun tidak mengandung
kloroplas, kecuali pada sel penutup. Stomata berfungsi sebagai jalan bagi
pertukaran gas pada tubuh tumbuhan dan sebagai pengatur besarnya
transpirasi.
2. Mesofil Daun
Mesofil sebagai jaringan dasar terletak antara epidermis atas dan
epidermis bawah. Tumbuhan dikotil, mesofil berdiferensiasi menjadi
jaringan tiang (jaringan palisade) dan jaringan bunga karang (jaringan
spons). Sel-sel penyusun jaringan tiang berbentuk silindris, tegak pada
permukan daun, selapis atau lebih, rapat satu sama lain, dan mengandung
banyak kloroplas. Sel-sel penyusun jaringan tiang berfungsi untuk
menangkap cahaya, maka kepadatan jaringan tiang tergantung pada
intensitas cahaya yaitu yang menerima cahaya langsung lebih padat
daripada dalam teduh.
Jaringan bunga karang tersusun oleh sel-sel yang tak teratur,
berdinding tipis, lepas, dan mengandung kloroplas. Ruang antarsel besar
sehingga memudahkan terjadinya pertukaran gas karena ruang anatarsel ini
berhubungan dengan lubang stomata. Jaringan tiang mengandung lebih
banyak kloroplas, maka warna daun yang hanya memiliki jaringan tiang
yang atas saja. Sementara, permukaan atasnya akan berwarna lebih gelap
dibandingkan permukan sebelah bawah. Selain lebih banyak mengandung
kloroplas, jaringan tiang juga lebih efesien dalam fotosintesis dibandingkan
jaringan bunga karang karena permukan bebas antarselnya lebih besar. Pada
daun tumbuhan suku rumput-rumputan, mesofil tidak berdiferensiasi
menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga karang, tetapi tersusun atas sel
parenkim yang struktur dan ukurannya seragam.
3. Jaringan Pengangkut pada Daun

Gambar 4. Perbandingan struktur berkas pengangkut


pada tumbuhan monokotil dan dikotil
Berkas pengangkut pada daun membentuk bangunan kompleks yang
disebut tulang daun. Tumbuhan Dicotyledonae mempunyai satu ibu tulang
daun dan cabang-cabang yang membentuk jala, sedangkan pada tumbuhan
Monocotyledonae tulang daun berderet sejajar sumbu daun dan
dihubungkan oleh berkas-berkas pengangkut kecil. Fungsi tulang daun
untuk mengangkut air serta zat hara dari tanah dan menyebarkan hasil
fotosintesis ke bagian tubuh yang lain sehingga struktur jaringan
pengangkut harus dapat mencapai semua sel mesofil yang terlibat dalam
fotosintesis. Hasil fotosintesis dari sel mesosfil masuk ke floem tulang daun
yang kecil. Sel khusus yang berfungsi sebagai pengantar seyawa-senyawa
organik dari sel mesofil ke floem disebut sel transfer.
Xylem yang berada di dalam berkas pengangkut selalu berada di
sebelah atas floem karena tulang daun merupakan kelanjutan dari tangkai
daun yang berasal dari batang. Xylem di sebelah dalam dan floem disebelah
luar. Susunan xylem seperti pada batang, terutama di ibu tulang daun terdiri
dari trakea, trakeid, serabut, dan parenkim. Semakin kecil berkas
pengangkut semakin sederhana susunannya. Floem terdiri dari buluh tapis,
sel pengiring, dan parenkim floem, kecuali Pteridophyta dan
Gymnospermae floem tanpa sel pengiring. Selubung berkas pengangkut
pada tumbuhan anggota suku rumput-rumputan ada dua macam, yaitu
berlapis satu atau berlapis dua. Apabila dua lapis selubung luar terdiri dari
sel parenkim yang berdinding tipis, dapat mengandung kloroplas atau tidak.
4. Jaringan Penguat pada Daun
Jaringan penguat pada daun dapat berupa kolenkim dan sklerenkim.
Kolenkim biasanya terletak dekat dengan tulang daun yang besar tepat di
bawah epidermis, dan pada tepi daun tumbuhan dicotyledonae. Pada
tumbuhan monocotyledonae serat banyak dijumpai pada berkas pengangkut,
sedangkan pada tumbuhan suku Gramineae serat membentuk balok panjang
pada salah satu sisi ataupun kedua sisi berkas pengangkut. Epidermis
dengan susunan sel yang kompak tanpa adanya ruang antar sel dan terdapat
kutikula pada permukaan luarnya akan berfungsi sebagai jaringan penguat
pada daun.
5. Jaringan Sekretori pada Daun
Jaringan sekretori berupa kelenjar dapat dijumpai pada daun-daun
lebar dengan struktur berupa masa sel-sel parenkim padat dan terdapat di
ujung berkas-berkas pembuluh. Selain kelenjar, pada mesofil daun,
contohnya daun Citrus sp. dapat dijumpai rongga minyak esensial. Pada
daun, substansi sekretori dapat dijumpai dalam idioblas, sel-sel sekretori
diklasifikasikan menurut substansi yang disekresikan, walaupun
kenyataannya isi sel dapat berupa campuran berapa substansi, contohnya sel
resin dijumpai pada tumbuhan anggota suku Rubiceae dan Euphorbiaceae,
sel tannin pada Anacardiaceae dan sel mirosin terdapat pada Cruciferae dan
Capparidaceae.8

8
L. Hartanto Nugroho, Purnomo, Isserep Sumardi, Struktur &
Perkembangan………………………….., 2012.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Akar tumbuhan merupakan tempat masuknya mineral atau zat-zat hara,
batang tumbuhan berfungsi sebagai sistem percabangan yang mendukung
perluasan bidang fotosintesis, dan daun merupakan tempat utama terjadinya
proses fotosintesis.
2. Akar primer yang dipotong membujur di dalamnya terdapat tudung akar,
epidermis akar, korteks, endodermis, dan stele.
3. Batang memiliki tiga bagian pokok yang berkembang dari jaringan
protoderm, prokambium, dan meristem dasar, yaitu epidermis dan
derivatnya, korteks, dan stele.
4. Daun tersusun oleh berbagai macam jaringan yaitu jaringan epidermis,
jaringan mesofil, jaringan pengangkut, jaringan penguat, dan jaringan
sekretori.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2019. Perbedaan Pertumbuhan Primer dan Sekunder. Diakses dari


https://www.yuksinau.id pada tanggal 27 Oktober 2019.

Anonim. 2016. Bagian bagian Batang- Tumbuhan Dikotil dan Monokotil. Diakses
dari https://dosenbiologi.com/tumbuhan/bagian-bagian-batang pada
tanggal 27 Oktober 2019.

Anonim. 2017. Lingkaran Tahun, Gabus dan Kambium. Diakses dari


http://www.kompasnia.com pada tanggal 27 Oktober 2019.

Hartanto Nugroho, dkk. 2012. Struktur & Perkembangan Tumbuhan. (Jakarta:


Penebar Swadaya).

Anda mungkin juga menyukai