Biografi PDF
Biografi PDF
BAB II
BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN IMAM ABU HANIFAH
DAN IMAM ASY-SYAFI’I
23
Huzaimah Tahido Yangdo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997), h. 95
24
M. Hasbi Asshidiqi. Pokok-Pokok Pegangan Ilmu Mazhab. Cet. Ke-I, (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 1997), h. 442
22
23
25
M. Hasbi Asshidiqi. Pokok-Pokok Pegangan Ilmu.,, h. 442
26
Hudhori Bik. Tarikh Tasyri al-Islam, alih bahasa, Mohammad Zuhri, (Darul Ihya,
Indonesia), h. 409
24
27
Hasbi Assidiqy, Pokok-Pokok Peganagn Imam Mazhab, Cet. Ke-I, (Semarang: PT.
Pustaka Karya Putra. 1997), h. 448
25
28
Hasbi Assidiqy. Pokok-Pokok Peganagn Imam.,, h. 450
29
Hudhori Bik. Tarikh Tasyri al-Islam.., h. 408
26
30
Subhi Mahmasni, Filsaftut Tasyri Fil Islam, alih bahasa, Ahmad Sudjono, Cet. Ke- I
(Bandung: PT. al-Ma‟arif, 1976), h. 456
31
Hasbi Asshidiqi, Pokok-Pokok Pegangan Imam.,, h. 456
32
Hasbi Asshidiqi, Pokok-Pokok Pegangan Imam.,, h. 445
27
b. Sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat Imam Abu Hanifah terkenal
dengan sabar dan pemaaf. Selama itu juga beliau memiliki kepedulian
sosial yang tinggi. Walid bin Qosim berkata: “Abu Hanifah adalah
seorang yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap para
sahabatnya selalu bertanya kondisi mereka, ketika beliau mengetahui
ada diantara mereka yang mempunyai kebutuhan, maka beliau selalu
memberikan bantuan. Kalau ada diantara mereka atau sanak saudara
mereka yang sakit maka beliau membesuknya, kalau ada diantara
mereka atau sanak saudara mereka yang meninggal maka beliau selalu
mengiringi jenazahnya. Beliau selalu memberikan bantuan pada para
sahabatnya atau sanak sudaranya yang ditimpa musibah, beliau
memiliki watak pemurah dan tidak ada seseorangpun yang
mengutarakan kebutuhannya yang tidak pernah dipenuhi oleh beliau”.
Beliau mempunyai tetangga kafir dan pemabuk, yang selalu
begadang dan selalu berteriak-teriak ketika terkena musibah. Pada
suatu saat ditangkap oleh polisi dan di penjara. Seiring dengan Abu
Hanifah mengetahuinya lalu beliau mendatangi hakim guna untuk
33
Hasbi Asshidiqi, Pokok-Pokok Pegangan Imam.,, h. 445-446
28
melepaskan pemuda itu dari penjara. Tidak lama kemudian pemuda itu
dibebaskan.
Abu Hanifah mengeluarkan 10 dinar dan mengeluarkanya pada
pemuda itu. Seraya berkata: “cukuplah dengan harta ini, kekurangan
pemasukanmu di waktu berada dalam penjara, kalau dalam suatu hari
nanti kamu butuh sesuatu, sampaikanlah padaku. Jangan sampai ada
jarak antara kamu dengan kami dan bergabunglah bersama istrimu
untuk membahagiakannya atas kedatanganmu”.
c. Kebudayaan
Kejeniusan daya intelektual yang dimiliki oleh Imam Abu
Hanifah mampu menggali ilmu sebanyak-banyaknya. Beliau memiliki
kelebihan di bidang teori, analogi dan logika sehingga beliau dikatakan
tokoh rasionalis.
Dalam disiplin ilmu syari‟at, bahasa, sastra serta filsafat, beliau
bagaikan lautan yang tak terbendung dan tidak ada mengungguli,
sehingga beliau mampu mengimbangi perkembangan budaya yang
berkembang di kuffah. Pada waktu itu perkembangan budaya di kuffah
berkembang sangat pesat dan kuffahpun menjadi pusat kebudayaan
Islam.
Seiring dengan perkembangan budaya beliau memberikan
kontribusi pemikiran dari segala bidang ilmu terutama ilmu ushul dan
ilmu fiqih. Pemikiran yang dilahirkan oleh pemikiran Imam Abu
Hanifah menimbulkan terbentuknya Madzhab Hanafi.
فمامل اجد فىه اخد ت بسنة رسول اهلل صلى اهلل,اين اخذ ت بكتب اهلل اذاوجد ته
عليه وسلم واالثارفاذا مل اجد ىف كتاب اهلل والسنة رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم
اخذت بقول اصحا به من سنة الاخرج من قو ذلم ا ى قول يهرمم فاذا اتتىى
االمرا ى ابر اميم الشاء بنىب احلسن وابن سهرين وسعيد ابن على ان اجتىد كما
اجتىدوا
“saya berpegang pada kitab allah apabila menemukannya,
jika saya tidak menemukannya saya berpegang pada sunah, saya
berpegang pada atsar, jika saya tidak menemukan dalam kitab dan
sunah saya berpegang pada pendapat para sahabat dan mengambil
mana yang saya sukai dan meninggalkan yang lain, saya tidak keluar
dari pendapat mereka kepada yang lainnya, maka jika persoalan
sampai pada Ibrahim al-Sya‟bini, al-Hasan, Ibnu Sirin, Said Ibnu
Musayyab, maka saya harus berijtihad sebagaimana mereka telah
berijtihad.35
34
Romli SA, Muqoronah Madzahib Fil Ushul, Cet. Ke-I. (Jakarta: Gaya Media Pertama,
1999), h.47
35
Romli SA, Muqoronah Madzahib Fil Ushulh, h. 48
30
36
Hasbi Ash-Shiddieqi, Poko-Poko Pegangan Imam Mazhab Dalam Membina Hukum
Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 137.
37
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2008), h. 159.
32
38
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab Dengan.,, h. 160-161
33
39
Moenawar Cholil, Empat Biografi Imam Mazhab, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h.
57.
40
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab Dengan.,, h. 161-162.
34
5) Al-Qiyas
Qiyas adalah “penjelasan dan penetapn suatu hukum
tertentu yang tidak ada nashnya dengan melihat masalah lain
yang jelas hukumnya dalam kitabullah atau as-Sunah atau ijma‟
karena kesamaan ilatnya”. Yang menjadi pegangan dalam
menjalankan qiyas adalah bahwa segalanya hukum syara‟
ditetapkan untuk menghasilkan kemaslahatan manusia, baik di
dunia maupun diakhirat. Hukum-hukum itu mengandung
pengertian-pengertian dan hikmah-hikmah yang menghasilkan
kemaslahatan, baik yang diperintahkan maupun yang dilarang,
atau yang dibolehkan ataupun yang dimakruhkan. Semuanya
demi kemaslahatn umat.
Walaupun demikian, tidak berarti bahwa semua masalah
yang baru timbul dan tidak ada hukumnya dalam al-Qur‟an dan
As-Sunah serta ijma‟, boleh diqiyaskan begitu sajah, atas dalih
kemaslahatan umum. Ada bebrapa syarat dan rukun yang harus
dipenuhi tatakala hendak mengqiyaskan suatu permaslahan
kepada hukum lama, diantara rukun yang harus dipenuhi dalam
qiyas adalah:
a) Ashal, yaitu sesuatu yang dinaskan hukumnya yang
menjadi tempat mengqiyaskan, dalam istilah ushul fiqih
disebut al-ashlu atau al-maqis alaih atau al- musyabbah
bihh;
41
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab Dengan.,, h. 163.
36
6) Al-Istihsan
Istihsan yang diartikan sebagai “kontruksi yang
menguntungakn” (favourable construction), atau juga sering
dikatakan sebagai pilihan hukum (juristic preference) dijadikan
hujjah oleh fuqaha Mazhab Hanafi (Abdullah Ahmed An-
Na‟im, 1994: 50). Daripada menggunakan dan mengikuti qiyas
secara kaku, seorang fuqaha Hanafi lebih suka memilih
(yahtasin) jalan keluar yang lain, yaitu meninggalkan qiyas yang
tersembunyi atau halus (qiyas khafi), sebuah divergensi qiyas
yang jelas (jail) dan bersifat exsternal dengan model
pengambilan keputusan dari dalam diri yang terkondisi.43
7) Al-„urf
„Urf (adat kebiasaan), dalam batas-batas tertentu diterima
sebagai sumber syariah oleh Mazhab Hanafi. Menurut Mazhab
Hanafi, „urf dapat melampui qiyas, namun tidak dapat melampui
nas al-Qur‟an dan as-Sunnah. Sahal Ibn Muzahim berkata,
“pendirian Abu Hanifah adalah mengambil yang terpercaya dan
lari dari keburukan serta memerhatikan muamalah manusia dan
apa yang mendatangkan maslahat bagi mereka. Ia melakukan
segala urusan atas qiyas. Apabila tidak baik dilakukan qiyas, ia
42
Nazar Bakri, Fiqh Dan Ushul Fiqh, (Bandung: Rajawali Press, 1993), h. 47.
43
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab Dengan.,, h. 165.
37
b. Pemikiran Skunder
Dalam ini Abu Hanifah berpijak pada :
1) Bahwa dalam „am adalah qot‟i
2) Pendapat sahabat yang tidak sejalan dengan pendapat umum adalah
bersifat khusus
3) Banyaknya yang meriwayatkan bukan berarti yang lebih kuat
4) Adanya penolakan mafhum syarat dan sifat
5) Berpegang pada perbuatan rowi, bukan riwayatnya, jika
perbuatanya menyalahi riwayatnya
6) Mendahulukan qiyas atas hadis ahad yang dipertentangkan
7) Menggunakan istihsan dan meninggalkan qiyas jika diperlukan44
Imam Abu Hanifah dalam pemikiran fiqihnya banyak
mengambil fiqih Makkah dan Madinah, dan meriwayatkannya hadis
Rasulullah. Selain itu juga Imam Abu Hanifah banyak mempersoalkan
cabang-cabang dari satu pokok, banyak mempergunakan qiyas,
membuat masalah-masalah yang belum terjadi untuk diberikan hukum
44
Jaih Mubaroq, Sejarah Dan Perkembangan Hukum Islam. Cet. Ke-III, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2003), h. 75
38
45
Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dama Sejarah Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 45
46
Dede Rosadah, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996), h. 110
39
Kemudia dia juga belajar dengan para ulama lain lewat dialog-
dialog dan tukar pandangan, baik pada saat menunaikan ibadah haji,
ataupun dalam kesempatan-kesempatan lainnya. Dan bahkan pada tahun
130 H, Imam Abu Hanifah sempat mukim dikota makkah untuk beberapa
tahun, dan mempelajari hadis-hadis nabi, serta ilmu-ilmu keagamaan
lainya dari tokoh-tokoh yang sampai ia jumpai.
Akan tetapai, pengalaman-pengalaman dia dari luar kufah hanya
sekedar memperkaya koleksi hadis-hadisnya, sementara metodologi kajian
fiqihnya lebih mencerminkan aliran madrasah ra‟yu yang dia pelajari dari
Hammad, dengan al-Qur‟an dan al-Sunah sebagai sumber hukum kesatu
dan kedua. Kemudian kalau keduanya tidak secara tegas menyatakan
ketentuan-ketentuan hukum persoalan yang sedang di kajinya, dia
mempelajarinya dari perkataan sahabat, baik dalam bentuk ijma‟ maupun
fatwa. Kalau ketiganya tidak menyatakn secara eksplisit ketentuan hukum
persoalan-persoalannya itu dia mengkajinya denagn akal lweat qiyas dan
istihsan, atau melihat tradisi-tradisi yang berkembang dalam masyrakat
yang ditaatinya secara bersama-sama.
Dengan kemampuannya merumuskan pedoman serta kaidah-kaidah
dalam ijtihadnya ini, Imam Abu Hanifah dinilai oleh para ulama fiqih
sebagai seorang mujtahid mustaqil, yang mampu melakukan kajian-kajian
fiqih secara mandiri, dan tercipta madzhab fiqih yang dinisbatkan pada
dirinya. Imam Abu Hanifah tidak menulis kitab secara langsung.47
Dalam sejarah tidak ditemukan satu kitabpun dalam bidang fiqih
yang telah diterbitkan atau ditulis oleh Imam Abu Hanifah sendiri, hal ini
wajar, karena dimasa Imam Abu Hanifah belum berkembang usaha
pembukuan. Diwaktu usaha pembukuan telah mulai berkembang beliau
telah berusia lanjut, murid-muridnyalah yang membukukan pendapatnya.
Salah satu murid terbesarnya adalah Muhammad Ibnu Hasan.
Kitab-kitab yang diusahakan oleh Muhammad Ibnu Hasan ialah hasil
catatan-catatannya dari Abu Yusuf dari Imam Abu Hanifah.
47
Jaih Mubarak, Sejarah dan Perkembngan.,, h. 77
40
48
Hasbi Asshidiqi, Pokok-Pokok Pegangan Imam.,, h. 456
49
Jaih Mubaroq, Sejarah Dan Perkembangan.,, h. 75
50
Jaih Mubaroq. Sejarah Dan Perkembangan.,, h. 457
41
2) Al-Jami‟ al-Kabir,
3) Al-Jami‟ al-Shaghir,
4) Al-Atsar al-Kabir,
5) Al-Atsar al-Shaghir, dan
6) Al-Ziyadat.
Dinamakan kitab zhahir Riwayah karena kitab ini diriwayatkan
oleh Muhammad bin Hasan dengan riwayat yang tsiqoh dan mutawatir.
Tentang keenam kitab ini pada masa permulaan abad ke-empat hijrah telah
disusun dan di himpun menjadi satu oleh Abdul Fadhil Muhammad bin
Ahmad al-Marwazi yang terkenal dengan nama al-Halim al-syahid dalam
satu kitab yang diberi nama al-Kafi. Kitab ini dikomentari atau debri
syarah oleh Syam al-Din al-Syarkhasi dan dikenal dengan nama al-
Mabsuth (30 jilid)51
An-nawadir adalah kitab yang berisikan pendapat-pendapat yang
diriwayatkan dari Abu Hanifah dan sahabatnya yang tidak termasuk zhahir
ar-riwayah. Kitab-kitab yang termasuk an-nawadir yang terkenal adalah
1) Al-Kaisaniyyat,
2) Al-Ruqayyat,
3) Al-Haruniyyat,
4) Al-Jurjaniyyat,
Murid dari murid Abu Hanifah yang menyusun kitab fiqih, seperti
Ala‟Ad-Din, Abi Bakr ibn Mas‟ud al-Kasani al-Hanafi (w. 587 H) yang
menyusun kitab Bada‟i ash-Shana‟i dan fi tartib asy-Syara‟i
Al-Fatwa adalah pendapat-pendapat para pengikut Abu Hanifah
yang tidak diriwayatkan dari Abu Hanifah seperti kitab an-Nawazil karya
Abi al-Laits as-Samarkandi. Kitab-kitab Fatwa Hanafiah yang terkenal
adalah:
1) Al-Fatwa Al-khaniyyat oleh Kadri Khan,
2) Al-Fatwa Al-Hindiyyah,
3) Al-Fatwa Al-Khairiyyah,
51
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab Dengan.,, h. 227.
42
4) Al-Fatwa Al-Bazziyah,
5) Al-Fatwa Al-hamidiyyah52
Kitab-kitab ushul Al-Fiqih dalam aliran Hanafi adalah
1) Ushul Al-Fiqih karya Abu Zaid Ad-Duyusi (w. 430 H)
2) Ushul Al-Fiqih karya Fakhr Al-Islam Al-Bazdawi (w. 430 H)
3) Al-Manar karya an-Nasafi (w. 790 H) dan syarahnya Misykat al-
Anwar
Selain kitab fiqih dan ushul al-fiqih, ulama Hanafiah juga
membangun kaidah-kaidah fiqih yang kemudian disusun dam suatu kitab
tersendiri. Diantara kiatab qawaid al-fiqih aliran Hanafi adalah:
1) Ushul Al-Karkhi karya Al-Karkhi (260-340 H).
2) Ta‟sis An-Nazhar karya Abu Zaid Ad-Dabusi (w. 430 H).
3) Al-Asybab wa An-Nazha‟ir karya Ibn Nujaim (w. 970 H).
4) Majami‟ Al-Haqa‟iq karya Ibn Sa‟id Al-Khadimi (w. 1176 H).
5) Majallah Al-Ahkam Al-„Adliyyah (turki utsmani, (w.1292 H)
6) Al-Fawa‟id Al-Bahiyah fi Al-Qawa‟id wa Al-Fawa‟id karya Ibn
Hamzah (w. 1305 H).
7) Qawa‟id Al-Fiqih, karya Mujaddidi.53
52
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab Dengan.,, h. 228.
53
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab Dengan.,, h. 229.
43
54
Dari sisi nasab, bertemu dengan nasab Rasulullah. Karena itu pula, beliau sering
dijuluki dengan “al-Imam al-Muththalib al-Hasyimi al-Qurasyi”. Lihat dalam bulletin an-nur liat
juga dalam www.alsofwah.or.id
55
Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Basrie Pers, 1991), h. 27.
56
Siradjuddin Abbas, Sejarah Dan Keagungan Imam Syafi‟i, Cet. Ke-V, (Jakarta: Pustaka
Tarbiah, , 1991), h. 26.
44
57
Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqih Lima Mazhab, h. 27.
58
Munawar chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab. Cet. Ke-IV, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1983), h. 152-153
45
59
Munawar Khalil, Biografi Empat Serangkai.,, h. 163-164
60
TM. Hasbi Ash Shidieqy, Pokok-pokok Pegangan Imam Madzhab, (Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra. 1997), h. 481
61
Munawar Chalil, Biografi Empat Serangkai.,, h. 169
62
Jaih Mubarak, Modifikasi hukum Islam Studi Tentang Qaul Qadim dan Qaul Jadid,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 29
46
itu merupakan surat Imam Syafi‟i kepada Abdurrahman bin Mahdi. Kitab
al-Risalah yang pertama ialah susun dikenal dengan al-Risalah al-
Qadimah (risalah lama).63
Dinamakan demikian, karena di dalamnya termuat buah pikiran
Imam Syafi‟i sebelum pindah ke mesir. Setelah sampai di mesir isinya
diisusun kembali dalam rangka penyempurnaan bahkan ada yang
diubahnya, sehingga kemudian dikenal dengan sebutan al-Risalah al-
Jadidah (risalah baru). Jumhur ulama ushul fiqih sepakat menyatakan
bahwa kitab al-Risalah karya Imam Syafi‟i ini merupakan kitab pertama
yang memuat masalah-masalah ushul fiqih secara lebih sempurna dan
sistematis. Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai penyusun pertama ushul
fiqih sebagai satu disiplin ilmu.64
63
Syaikh Amad Farid, Min A‟lam As-Salaf, terj Masaturi Irham, dengan judul Biografi Ulama
Salaf”, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2006), h. 361
64
Syaikh Amad Farid, Biografi Ulama Salaf.,, h. 362.
65
Abdul Syukur dan Ahmad Rifai. Asy-Syafi‟i Biografi dan Pemikiranya Dalam Masalah
Akidah, Politik dan Fiqih, (Jakarta: PT. Lintera Basritama, 2005), h. 84
47
الْعِْل ُم طبقات شىت األو ى الكتاب والسنة إذا ثبتت مثّ الثاتية اإلمجاع
فيما ليس فيه كتاب وال سنة والثاتية أن يقول بعض أصحاب رسول اهلل
66
A. Syukur dan Ahmad Rifai. Asy-Syafi‟i Biografi dan Pemikiranya.,, h. 85
67
A. Syukur dan Ahmad Rifai. Asy-Syafi‟i Biografi dan Pemikiranya.,, h. 86
68
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab Dengan.,, h. 173
48
69
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab Dengan.,, h.174
49
70
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab Dengan.,, h.175-178
50
71
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab Dengan.,, h. 235
52
73
Siradjuddin Abbas, Sejarah Dan Keagungan Mazhab.,, h. 141
74
Hasbi ash-Shiddieqi, Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab Dalam Membina Hukum
Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 241
75
Siradjuddin Abbas, Sejarah Dan Keagungan Mazhab.,, h. 140
54
Laila
b. Khilaf Ali wa Ibn Mas‟ud
c. Ikhtilaf Malik wa Asy-Syafi‟i
d. Jama‟il al-Ilmi
e. Syiyas al-„Auzai
f. Ikhtilaf al-Hadis
g. Ibthalul Ikhtihsan
h. Ar-rad ala Muhammad Ibn Hasan
i. Bayan Faraid Allah
j. Sifat Nahy Rasulullah
2. Al-Risalah Sda Sda
3. Al-Imla Sda Sda
4. Al-Hujjah Sda Sda
5. Al-Buaithi Sda Sda
6. Al-Qiyas Sda Sda
7. Al-Musnad Sda Sda
8. Al-Amali Sda Sda
9. Al-Qassamah Sda Sda
10. Al-Jizyah Sda Sda
11. Mukhtar Al-Muzani Sda Sda
12. Ahkamul Qur‟an Sda Sda
13. Mukhtasar Al-Buaithi Sda Sda
14. Harmalah Sda Sda
15. Jami‟i Muzani Al-Kabir Sda Sda
16. Jami‟i Muzani Ash-Shagir Sda Sda
17. Istikbalul Qiblatain Sda Sda
18. Qital Ahli Bagyi Sda Sda
al-Muzani
19. Al-Watsaiq Sda
(w. 264 H)
20. Masalah Al-Mu‟tabarah Sda Sda
21. Al-Muharrah Fin Nazhar Ath-Thabari
55
(w. 305 H)
22. Al-Ifshah Sda Fiqih
Abi Hurairah
23. Sarah Mukhtasar Sda
(w. 245 H)
Ibnul Qashi
24. Talkhisah Ushul fiqih
(w. 335 H)
25. Al-Miftah Sda Sda
26. Adabul Qadhi Sda Fiqih
27. Al-Mawaqit Sda Sda
28. Al-Waqi‟at Sda Sda
29. Adabul Qadha Sda Sda
al-Jarjani
30. Al-Wakalah Sda
(w. 392 H)
Muhamili
31. Al-Majmu‟ Ushul fiqih
(w. 360 H)
32. Al-Muqra Sda Fiqih
33. Al-Lubab Sda Ushul fiqih
Abu Ishaq asy-
34. Al-Muhadzab Syirazi Fiqih
(w. 476 H)
35. Tanbih Sda Sda
Ushul
36. Al-Luma‟ Sda
fiqih/fiqih
37. At-Tabshirah Sda Fiqih
38 Al-Mulkhishi Sda Sda
39. Al-Ma‟na Sda Ushul fiqih
al-Mawardi
40. Al-Hawi Fiqih
(w. 450 H)
41. Al-Iqna Sda Sda
Al-Ahkam
42. Sda Sda
As-Sulthoniyah
56
al-Haramain
43. Al-Nihayah Sda
(w. 505 H)
al-Ghazali
44. Al-Khulashah Fiqih
(w. 505 H)
45. Al-Wajiz Sda Sda
46. Al-Wasith Sda Sda
47. Al-Basith Sda Sda
Abu Syuja
48. Al-Gayah Wa At-Tagrib Sda
(w. 593 H)
Ar-Rafi‟i
49. Fathul Aziz Sda
(w. 676 H)
50. Al-Muharrar Sda Sda
51. Minhajut Thalibin an-Nawawi Sda
52. Ar-Raudah Sda Sda
53. Al-Umdah Sda Ushul Fiqih
54. Tanqih Sda Fiqih
55. Manasik Sda Fiqih
56. Al-Fatawi Sda Fiqih
57. Al-Majmu Sda Ushul Fiqih
58. Al-Irsyad Ibnu Makri Sda
59. Ar-Raudah Sda
Izudin bin
60. Al-Amali Abdisalam Fiqih
(w. 660 H)
Qawaid Al-Ahkam Fi Mashalih Al-
61. Sda Qaidah Fiqih
Anam
62. Al-Qawaidul Kubra Sda Sda
63. Fatawi Al-Mishriyah Sda Fiqih
Ibnu Wakil
64. Al-Asyab Wa An-Naza‟ir Qaidah Fiqih
(w. 716 H)
65. Takmilah Al-Majmu Taqiyudin Ushul Fiqih
57
(w.911 H)
Zakaria al-
83. Minhaju Al-Thulab Anshari Fiqih
(w.926 H)
84. Tharir sda Fiqih
85. Fathul Wahab sda Sda
86. Asnal Mathalib sda Sda
Syarbani
87. Mughni Al-Muhtaj Sarah Minhaj Ushul Fiqih
(w.946 H)
88. Al-Iqna Sda fiqih
Al-Haitami
89. Tuhfatul Muhtaj Lisyarhil Minhaj Sda
(w.974 H)
90. Fathul Jawad sda Sda
91. Al-I‟ab Syarah Al-„Ubab sda Ushul Fiqih
92. Al-Imdad sda Sda
93. Al-Fatawi sda Fiqih
al-Ramli
94. Nihayatul Muhtaj Sda
(w.1004 H)
al-Syarqawi
95. Sarqawi At-Tahrir Sda
(w.1227 H)
al-Bajuri
96. Hasyiyah Al-Bajuri Sda
(w.1276 H)
Syeikh
97. Al-Ibab Sda
Mazdad
98. Al-Hawi al-Quzuami Sda
Zainudin al-
99. Fathul Mu‟in Sda
Malibari
Abi Bakar
100 I‟anatul Thalibin Sda
Syatha
Nawawi
101 Nihayatuzzain Sda
Banten