PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Memahami sifat-sifat cahaya
2. Memahami hukum pemantulan dan pembiasan
3. Mengetahui kecepatan cahaya dalam medium
4. Mengetahui indeks bias suatu medium
1.3 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan pada percobaan ini adalah:
1. Apa saja sifat-sifat cahaya ?
2. Bagaimana hokum pemantulan dan pembiasan ?
3. Bagaimana kecepatan cahaya dalam medium ?
4. Bagaimana indeks bias suatu medium ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai
dualisme gelombangtransversal elektromagnetik dan aliran partikel yang
disebut foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 1953 dengan
ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada tahun 1960(Halliday, 1993).
4
Sesuatu yang berbeda dibandingkan gelombang bunyi yang tergolong gelombang
mekanik. Gelombang elektromagnetik dapat merambat dengan atau tanpa medium
dan kecepatan rambatnya pun amat tinggi bila dibandingkan gelombang bunyi.
Gelombang elektromagnetik marambat dengan kecepatan 300.000
km/s. Kebenaran pendapat Maxwell ini tak terbantahkan ketika Hertz (1857 -
1894) berhasil membuktikannya secara eksperimental yang disusul dengan
penemuan-penemuan berbagai gelombang yang tergolong gelombang
elektromagnetik seperti sinar x, sinar gamma, gelombang mikro
RADAR(Supramono, 2005).
Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus)
dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai
permukaan yang kasar atau tidak rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya
tidak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai
permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai sifat seperti
ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur.
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan
bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin lengkung. Apabila cahaya
merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda, cahaya tersebut akan
dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium
rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Apabila cahaya merambat dari zat yang
kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal.
Misalnya cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat
dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi
garis normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara.Pembiasan cahaya sering
kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dasar kolam terlihat lebih
dangkal daripada kedalaman sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada
pensil yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak
patah(Sutarman, 2003).
Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi
merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya
matahari yang kita lihat berwarna putih. Namun, sebenarnya cahaya matahari
5
tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik
air di awan sehingga terbentuk warna-warna pelangi. Cahaya akan merambat lurus
jika melewati satu medium perantara. Peristiwa ini dapat dibuktikan dengan nyala
lampu senter yang merambat lurus. Cahaya yang merambat lurus juga dapat kita
lihat dari berkas cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah genting
maupun ventilasi akan tampak berupa garis-garis lurus. Kedua hal tersebut
membuktikan bahwa cahaya merambat lurus. Sifat cahaya yang dapat menembus
benda bening, memungkinkan cahaya matahari dapat menembus permukaan air
yang jernih, sehingga tanaman yang hidup di dasar air dapat tetap tumbuh dengan
baik. Sifat cahaya yang dapat menembus benda bening ini dapat dimanfaatkan
orang untuk membuat berbagai peralatan misalnya kacamata, akuarium, kaca
mobil, dan thermometer(Tipler, 1991).
6
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
7
hingga menemukan berkas laser. Ditandai lokasi berkas keluar ini pada lima
atau enam tempat pada kertas sebagaimana yang dilakukan pada langkah
kedua.
5. Dipindahkan balok plastic atau kaca. Digambar garis lurus yang
menghubungkan tanda titik pada bagian berkas keluar laser. Ditandai ujung
kanan garis sebagai titik D. Ditarik garis ini dengan menggunakan pensil
kearah kiri hingga berpotongan dengan garis balok. Titik perpotongan
tersebut merupakan titik dimana berkas keluar dari balok plastik/kaca.
Ditandai titik tersebut sebagai titik B. Ditandai titik dimana sinar datang
mengenai balok sebagai titik A. Dihubungkan titik A dan titik B. Garis OA
menggambarkan berkas laser yang masuk ke balok. Garis AB
menggambarkan bagian refraksi berkas didalam balok. Garis BD
menggambarkan berkas setelah keluar dari balok.
6. Digunakan busur untuk menggambarkan sebuah garis pada titik A yang
tegak lurus terhadap bagian kiri permukaan balok. Digambar garis lainnya
pada titik B yang tegak lurus terhadap bagian kanan permukaan balok
sebelah kanan.
7. Diukur dan dicatat sudut θA antara sinar datang dan garis normal pada
bagian kiri balok (titik A). Dilakukan hal yang sama untuk garis refraksi
pada bagian kiri dalam balok . Ditandai sebagai sudut θ’A.
8. Diukur dan dicatat sudut antara garis normal dan sinar datang dan refraksi
(keluar) pada permukaan kanan balok (titik B) beri tanda sebagai θB dan
θB’.
9. Dengan menggunakan θA dan θA’ dan hukum snell ditentukan rasio pada
bidang batas kiri antara udara dan kaca
10. Dengan menggunakan θB dan θB’ dan hukum snell ditentukan rasio pada
bidang batas kanan antara kaca dan udara
11. Digunakan hasil dari tugas 1 dan 2 untuk menentukan indeks refraksi kaca
dari pengukuran A dan B. Dihitung nilai rata-rata dari hasil yang diperoleh
dari pengukuran A dan B sebagai hasil akhir nkaca . (nudara=1)
12. Dengan menggunakan definisi indeks refraksi dan kecepatan cahaya dalam
ruang vakum, ditentukan kecepatan cahaya didalam balok kaca.
8
Gambar 3.2.1 Peralatan yang digunakan
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Interface 1 (udara-medium) Interface 2 (medium-udara)
Untuk variasi sudut 50o Untuk variasi sudut 50o
n1 sin ̅̅̅̅
Ɵ1 = n2 sin ̅̅̅̅
Ɵ2 n1 sin ̅̅̅̅
Ɵ1 = n2 sin ̅̅̅̅
Ɵ2
1 (sin 50o) = n2 (sin 30o) n1 (sin 33o) = 1 (sin 60o)
n2 = 1.53 n1 = 1.53
𝑐 𝑐
n2 = 𝑣2 n1 = 𝑣1
3 𝑥 108 3 𝑥 108
v2 = v1 =
1.53 1.59
8
v2 = 1.96 x 10 m/s v1 = 1.96 x 108 m/s
4.3 Pembahasan
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang
kasat mata denganpanjang gelombang sekitar 380-750 nm. Pada bidang fisika,
cahaya adalah radiasi elektromagnetik baik dengan panjang gelombang kasat
mata maupun yang tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut
foton. Dalam ruang hampa udara, cahaya akan bergerak dalam garis lurus pada
kecepatan konstan, membawa energi dari satu tempat ke tempat lain.
Kecepatan cahaya dalam satu medium dipengaruhi oleh indeks bias medium
tersebut. Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara
kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara dengan cepat rambat cahaya pada
suatu medium. Ketika benda terkena cahya, cahaya yang mengenai benda akan
dipantulkan.
11
Pada percobaan ini digunakan laser pointer atau laser He-Ne sebagai
sumber cahaya, dan akrilik sebagai medium. Ketika akrilik disinari cahya laser,
maka cahya yang mengenai akrilik akan dipantulkan, kemudian dibiaskan dan
diteruskan. Pada percobaan ini di lakukan variasi sudut dengan 3 sudut, yaitu
30, 40, dan 50 dengan masing-masing pengulangan sebanyak 3 kali. Pada
percobaan ini terdapat dua interface yaitu udara-medium dan medium-udara.
Masing-masing sudut datang dan sudut bias pada kedua interface dicatat.
Sesuai dengan teori dimana sudut antara garis normal dengan sinar pantul
disebut sebagai sudut pantul. Hukum pemantulan cahaya menyebutkan untuk
permukaan yang tidak menghamburkan cahaya sudut pantul selalu sama
dengan sudut datang. Hal ini dapat dibuktikan pada percobaan ini bahwa sudut
datang selalu sama dengan sudut pantul.
Hukum snelius (hukum pembiasan) menyebutkan bahawa
perbandingan sinus sudut datang dan sudut bias sama dengan perbandingan
kecepatan cahaya pada kedua medium, yang sama dengan kebalikan
perbandingan indeks bias. Dapat dilihat pada analisa data bahwa indeks bias
untuk masing-masing variasi sudut berbeda-beda. Pada interface 1(udara-
medium) semakin besar variasi sudut maka sudut datang dan sudut bias
semakin kecil, dan indeks bias juga semakin kecil. Hal yang sama juga terjadi
pada interface 2(medium-udara) dimana ) semakin besar variasi sudut maka
sudut datang dan sudut bias semakin kecil, dan indeks bias juga semakin kecil.
Adapun kecepatan cahaya dalam medium semakin kecil indeks bias medium,
maka kecepatan tersebut semakin besar.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diproleh dari percobaan ini adalah :
1. Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat
mata denganpanjang gelombang sekitar 380-750 nm.
2. Kecepatan cahaya dalam satu medium dipengaruhi oleh indeks bias medium
tersebut.
3. Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara
kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara dengan cepat rambat cahaya
pada suatu medium.
4. Hukum pemantulan cahaya menyebutkan untuk permukaan yang tidak
menghamburkan cahaya sudut pantul selalu sama dengan sudut datang.
5. Hukum snelius (hukum pembiasan) menyebutkan bahawa perbandingan
sinus sudut datang dan sudut bias sama dengan perbandingan kecepatan
cahaya pada kedua medium, yang sama dengan kebalikan perbandingan
indeks bias.
6. Semakin besar variasi sudut maka sudut datang dan sudut bias semakin
kecil, dan indeks bias juga semakin kecil.
7. Semakin kecil indeks bias medium, maka kecepatan tersebut semakin besar.
13
LAMPIRAN
14
Variasi sudut 30° pengulangan 3
15
Variasi sudut 40° pengulangan 2
16
Variasi sudut 50° pengulangan 1
17
Variasi sudut 50° pengulangan 3
18
DAFTAR PUSTAKA
19