Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Penggunaan diri secara efektif dalam

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

Disusun Oleh Kelompok iv


1. Febryaningsih (201922075)
2. RATNA SARI(201922076)
3. M.NURUL AZMI(201922077)
4. RETNO TRI ASTUTI(201922078)
5. RINI SEPRIANTI(201922079)
6.TRI UTOMO(201922081)
7.ERWIN(201922082)
8.PANGGUNG SUPRAPTO(201922083)
9.DIAN LISTIANINGSIH(201922084)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul,
“PENGGUNAAN DIRI SECARA EFEKTIF” dalam kajian Ilmu Keperawatan sebagai bentuk
pengajuan tugas dari mata kuliah KOMUNIKASI KEPERAWATAN oleh Ibu Iin
Indrawati.M.Kes

Adapun makalah ini berisi 3 Bab yakni Bab 1 berupa pendahuluan dari pembuatan
makalah, Bab 2 berupa pembahasan dari Penggunaan diri secara efektif dalam komunikasi
keperawatan, dan Bab 3 yang berisi kesimpulan berupa ringkasan dari makalah ini.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini.
Akhir kata, semoga segala informasi yang terdapat di dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Kuala tungkal,Desember 2019


Penyusun

Kelompok IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan.
1.1.Latar belakang.
1.2.Rumusan masalah
1.3 Tujuan

Bab II Tinjauan pustaka


2.1.Menghadirkan diri
2.2 Dimensi respon
2.3 Dimensi tindakan

2.4 Komunikasi verbal dan non verbal

2.5 Active listening.

BAB III Penutup


3.A. Kesimpulan
3.B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan dilaksanakan dalam


bentuk komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu, perawat mengetahui fungsi
komunikasi dan sikap serta keterampilan yang perlu dikembangkan dalam komuikasi dengan
klien. Hal-hal yang harus kita lakukan saan berhadapan dengan pasien.

Keadaan stress dan cemas yang dialami klien sering tidak berhubungan dengan
fasilitas di rumah sakit, melainkan biasanya karena tidak diberitahu penyakitnya, pertanyaan
yang disepelekan, tidak mengetahui alasan dan hasil prosedur yang dilakukan atau
pengobatan. Situasi tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi perawat-klien.
Perawat perlu menyadari diri sendiri termasuk sikap dan caranya berkomunikasi sebelum
menggunakan dirinya secara terapeutik untuk membantu kerjasama dengan klien dalam
memecahkan dan mengatasi masalah kesehatan klien.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penggunaan diri secara efektif dalam keperawatan itu ?

1.3 Tujuan

Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa dan tenaga medis khususnya
dapat memahami penggunaan diri secara efektif dan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah keperawatan dasar.

1.4 Manfaat

Makalah ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan langsung
dalam proses keperawatan hususnya tentang penggunaan diri secara efektif.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menghadirkan diri.

Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi, tetapi yang
sangat penting adalah sikap dan penampilan dalam komunikasi.

Kehadiran fisik, menurut Evans mengidentifikasi 4 sikap dan cara untuk menghadirkan diri
secara fisik, yaitu :

· Berhadapan : arti dari posisi ini yaitu "saya siap utnuk anda"

· Mempertahankan kontak mata : berarti mengahargai klien dan menyatakan keinginan


untuk tetap berkomunikasi.

· Membungkuk ke arah klien : posisi ini menunjukkan keinginan atau mendengar


sesuatu

· Tetap rileks : dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam
merespon klien.

Adapun fungsi komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan menurut Engel dan
Morgen yaitu

1. Komunikasi dapat membina hubungan saling percaya dengan klien,

2. Komunikasi dapat menetapkan peran dan tanggungjawab antara perawat-klien,

3. Komunikasi juga memudahkan kita untuk mendapat data yang tepat dan akurat dari
klien.

2.2 Dimensi respon

Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menghargai, simpati dan
konkrit. Dimensi respon sangat penting pada awal hubungan klien untuk membina hubungan
saling percaya dan komunikasi terbuka. Respon ini terus dipertahankan sampai pada akhir
hubungan.
1. Keikhlasan,Perawat menyatakan keikhlasan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan
berperan aktif dalam hubungan dengan klien

2. Menghargai,Rasa menghargai dapat diwujudkan dengan duduk diam bersama klien yang
menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien.

3. Empati,Perawat memandang dalam pandangan klien, merasakan melalui perasaan klien


dan kemudian mengidentifikasi masalah klien serta membantu klien mengatasi masalah
tersebut

4. Konkrit,perawat menggunakan terminologi yang spesifik, bukan abstrak. Fungsinya yaitu,


mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien, memberikan penjelasan yang
akurat dan mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik.

2.3 Dimensi tindakan.

Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emosional


katarsis, dan bermain peran (Stuart da Sundeen, 1987 : 131)

a. Konfrontasi

Konfrontasi adalah perasaan perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai.
Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian perasaan, sikap,
kepercayaan, dan perilaku. Konfrontasi sangat diperlukan klien yang telah mempunyai
kesadaran tetapi belum merubah perilakunya. Konfrontasi juga merupakan proses
interpersonal yang digunakan oleh perawat untuk memfasilitasi, memodifikasi dan peluasan
dari gambaran diri orang lain.Tujuan dari konfrontasi : agar orang lain sadar adanya
ketidaksesuaian pada dirinya,Dua bagian konfrontasi :

- Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif/merusak

- Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku yang lebih produktif
dengan jelas dan konstruktif

Waktu yang tepat dilakukkannya konfrontasi

- Tingkah lakunya tidak produktif

- Tingkah lakunya merusak


- Ketika mereka melanggar hak kita atau hak orang lain

Cara melakukan konfrontasi

- Clarify : membuat sesuatu lebih jelas untuk dimengerti

- Articulate : dapat mengekspresikan opini diri sendiri dengan kata – kata yang jelas

- Request : permintaan

- Encourage : memberikan support, harapan dan kepercayaan

Tiga kategori konfrontasi yaitu:

- Ketidak sesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal diri
(cita-cita/keinginan klien)

- Ketidak sesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien

- Ketidak sesuaian antara pengalaman klien dan perawat

b. Kesegeraan

Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera.
Kesegeraan terjadi jika interaksi perawat klien difokuskan dan digunakan untuk mempelajari
fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya. Perawat harus sensitive terhadap
perasaan klien dan berkeinginan untuk membantu dengan segera

c. Keterbukaan perawat

Membuka diri adalah membuat orang lain tahu tentang pikiran, perasaan, pengalaman
pribadi kita. Membuka diri diperlukan saat perawat ingin meningkatkan pemahaman,
kekuatan dan kepercayaan klien. Perawat membuka diri tentang pengalaman yang sama
dengan pengalaman klien. Tukar pengalaman ini memberi keuntungan pada klien untuk
mendukung kerjasama dan memberikan sokongan.

Cara membuka diri :


- Mendengar
- Empati
- Membuka diri
- Mengecek
d. "Emosional Catharsis"

Emosional katarsis tejadi jika klien diminta untuk bicara tentang hal yang menganggu
dirinya. Perawat harus megkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya. Jika klien
mengalami kesukaran dalam mengekspresika perasaannya, perawat dapat membantu dengan
mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien. Jika klien menyadari bahwa ia
mengekspresikan perasaan dalam suasan menerima dan aman maka klien akan memperluas
kesadaran dan penerimaan pada dirinya. Klien didorong untuk membicarakan hal – hal yang
sangat mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik. Disini perlu pengkajian dan
kesiapan klien untuk mendikusikan masalahnya. Jika klien sulit mengungkapkan perasaannya
perawat perlu membantu mengekspresikan perasaannya jika ia berada pada situasi klein

e. Bermain Peran

Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu ini berguna untuk
meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari pandangan
orang lain. Bermain peran menjembatani antara pikirandan perilaku serta klien merasa bebas
mempraktekan perilaku baru pada lingkungan yang nyaman. Tindakan untuk membangkitkan
situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien kedalam hubungan manusia dan
memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain dan juga
memperkenalkan klien untuk mencobakan situasi baru dalam lingkungan yang aman.

2.4 Komunikasi verbal dan non verbal

A. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan


maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia.
Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau
maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling
bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal
itu bahasa memegang peranan penting. Jenis komunikasi ini yang paling lazim digunakan
dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal
terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat
waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau
perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang.
Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk
berespon secara langsung.

Komunikasi verbal yang efektif harus :

1. Jelas dan ringkas

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Kejelasan dapat
dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan
contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting
dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana,
kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan
ide secara sederhana.

2. Perbendaharaan kata

Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini
digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk
atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien.

3. Arti denotatif dan konotatif

Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu
kata. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga
tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan
terapi, terapi dan kondisi klien.

4. Selaan dan kesempatan bicara

Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi
verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin
akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien.
Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada
pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata.. Perawat juga bisa menanyakan
kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk
diulang.
5. Waktu dan relevansi

Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat
menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap
ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna
jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

6. Humor

Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa
sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan
dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor
merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat,
meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi
pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi
ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

B. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata.


Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat
pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti
terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan
asuhan keperawatan.Komunikasi non-verbal teramati pada:

1. Metakomunikasi.

Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara
Pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi
pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang
menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika
sedang marah.

2. Penampilan Personal.

Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama
komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama.
Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli
Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).

Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial,
pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya
dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat
mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena
tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun
penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih
sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi
citra klien.

3. Intonasi (Nada Suara).

Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang
dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.
Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud
untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara
perawat.

4. Ekspresi wajah.

Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui
ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering
digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata
sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata
selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan
untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika
sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga
perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan
sejajar.

5. Sikap tubuh dan langkah.

Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik.
Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan
langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau
fraktur.

6. Sentuhan

Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun


harus memperhatikan norma sosial. Sentuhan dengan berjabat tangan ketika berkenalan dapat
mendekatkan diri kita kepada pasien. Konsep sentuhan yang terapeutik adalah dengan
menggunakan sikap terbuka dalam membatu pasien yang mengalami sakit atau memerlukan
bantuan.

Empat phase hubungan perawat pasien yang berkatian dengan tanggungjawab dan
tugas perawat kesehatan terhadap pasien adalah :

1. Orientasi ( orientation ), pada phase ini seorang perawat harus mampu menangkap bahwa
pasien ingin mencari kesembuhan penyakitnya dan dia mempercayakan dirinya dirawat oleh
perawat. Dengan pengenalan.

2. Indetifikasi ( identification ), interaksi perawat – pasien hendaknya berbasis pada


kepercayaan, penerimaan, pengertian, relasi yang saling membantu.

3. Eksploitasi ( exploitation ), interrrelasi perawat – pasien, akan menumbuhkan pengertian


pasien terhadap proses system asuhan, sehingga pasien mempunyai keterlibatan aktif yang
muncul dari dirinya karena ingin cepat sembuh dari sakitnya. Aspek lain pasien dapat
ditimbulkan pengertian, dan kesadaran self – care, sehingga peran perawat dan pasien dalam
proses keperawatan untuk mencapai penyembuhan terjadi dengan baik ( kolaborasi ). .

4. Resolusi ( resolution ). Harapan, kebutuhan pasien dapat diketahui melalui hubungan


kesetaraan perawat – pasien dengan menggunakan komunikasi efektif. Harapan, kebutuhan
pasien merupakan data yang menjadi arah tindakan apa yang perlu dilakukan terhadap
pasiennya Phase yang keempat ini sering kali disebut dengan phase terminasi.

Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa hal terhadap
isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara lain:

v Perkembangan. Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu diperhatikan adalah siapa
yang diajak berkomunikasi. Maka dalam berkomunikasi isi pesan dan sikap menyampaikan
pesan harus disesuaikan apakah yang kita ajak bicara adalah anak-anak, remaja, dewasa atau
usia lanjut. Pasti akan berbeda dalam berkomunikasi

v Persepsi. Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk
oleh harapan dan pengalaman. Kadangkala persepsi merupakan suatu hambatan kita dalam
berkomunikasi. Karena apa yang kita persepsikan belum tentu sama dengan yang
dipersepsikan oleh orang lain.Nilai. Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku
sehingga sangat penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai seseorang.

v Latar belakang budaya. Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya inilah yang akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.

v Emosi. Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa. Dalam berkomunikasi kita
harus tahu emosi dari orang yang akan kita ajak berkomunikasi. Karena emosi ini dapat
menyebabkan salah tafsir atau pesan tidak sampai.

v Pengetahuan. Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang kitan ajak berkomunikasi
memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Untuk itu maka kita harus bisa menempatkan
diri sesuai dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara

v Peran. Gaya komunikasi harus di sesuaikan dengan peran yang sedang kita lakukan.
Misalnya ketika kita berperan membantu pasien akan berbeda ketika kita berperan atau
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang lain.

v Tatanan interaksi. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam
lingkungan yang menunjang. Kalau tempatnya bising, ruangan sempti, tidak leluasa untuk
berkomunikasi dapat mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.

Faktor yang mempengaruhi hubungan perawat-pasien yang berkualitas :

1. Kehangatan dan ketulusan

Bersikap hangat dan tulus bukanlah suatu keterampilan praktis tetapi suatu kerangka
pikiran yang di dalamnya terdapat penerimaan dan penghargaan pada keunikan setiap pribadi.
Untuk mencapainya, diperlukan penciptaan suatu kondisi dimana pasien merasa aman, terjadi
saling pemahaman dalam pendapat serta pikiran. Penerimaan pada pasien dapat dilakukan
dengan mendengarkan keluh kesahnya secara penuh. Ini adalah karakteristik dari situasi
pasien yang dating untuk meminta tolong, menjadi sadar bahwa perawat memahami
perasaannya dan siap untuk membantunya.

2. Pemahaman yang empatik

Empati adalah merasakan perasaan orang lain, tetapi tidak sama dengan mengalami
pengalaman itu sendiri. Dalam keperawatan, empati dapat berarti mempersepsikan dunia
sebagaimana pasien mempersepsikannya. Empati bukanlah simpati untuk situasi atau
dilemma seseorang tetapi sebuah kemampuan untuk merefleksikan sebuah objektif perasaan
dari pasien, yang tidak diungkapkan secara lisan

3. Perhatian positif yang tak bersyarat

Perawat harus berfokus pada pemahaman mereka tentang faktor-faktor yang


mempengaruhi perawatan pasien, bukan hanya pada persepsi dari dirinya sendiri atau dari
orang lain. Memiliki perhatian positif yang tidak bersyarat terhadap pasien, termasuk di
dalamnya mengakui suatu kebaikan pada diri pasien tersebut

4. Sifat konkrit

Konsep tentang sifat konkrit berhubungan dengan pengertian yang saling


menguntungkan dan akurat tentang perbendaharaan kata yang digunakan oleh pasien,
terutama dalam menggambarkan emosinya. Misal : Kata ‘sedih’ dan ‘senang’ bersifat
subjektif. Perawat perlu memperjelas arti kata itu secara perseorangan dengan si pasien untuk
dapat menangkap isi pembicaraan.

5. Kesegeraan

Sifat segera mengacu pada situasi yang sedang terjadi, bukan pada masa lalu atau
masa datang. Misal : ketika pasien mengungkapkan perasaan tentang pemeriksaan terakhir,
kita perlu menanggapinya tentang hasil pemeriksaan saat itu, bukan pada perasaannya
sebelum pemeriksaan dilakukan.

6. Konfrontasi

Konfrontasi berarti perlawanan/pertentangan terhadap suatu hal. Terkadang orang


membuat generalisasi tentang kejadian, orang, dan perasaan. Untuk membantu pasien,
mungkin kita perlu meng-konfrontasi mereka, mengajak mereka untuk menemukan
kebenaran. Misal : Kasus dimana lansia yang sakit dibawa ke RS, beliau berpendapat bahwa
RS adalah tempat dimana orang meninggal dan bukan untuk membaik. Untuk meningkatkan
motivasi pasien, perawat memberikan ke-optimisan pada pasien bahwa mereka akan sembuh.
Hal itu melalui konfrontasi.

Caring , menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor yang dilakukan perawat kepada pasien :

 Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi
dengan kliennya.
 Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk
meningkatkan rasa nyaman klien.
 Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
 Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan
komunikasi simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)
 Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
 Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan
kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
 Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan
keterampilannya.
 Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain
dengan menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
 Listening artinya mau mendengar keluhan kliennya
 Doing artinya melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan serta
 mendokumentasikannya
 Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka ,
senang, frustasi dan rasa puas klien.
 Accepting artinya perawat harus dapat me;nerima dirinya sendiri sebelum menerima
orang lain

2.5 Active listening.

Menjadi pendengar yang baik merupakan keterampilan dasar dalam melakukan


hubungan perawat-klien. Ellis Gates, and Konworthy menjelaskan bahwa mendengarkan
orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukkan pada orang tersebut bahwa apa yang
dikatakannya merupakanhal yang penting dan dia adalah orang yang berarti. Mendengarkan
jugamenunjukkan pesan “Anda bernilai untuk saya” dan “Saya tertarik untuk mendengarkan
anda” Selama mendengarkan secara aktif,perawat mengikuti apa yang dibicarakan klien dan
memperhatikannya.

Mendengarkan secara aktif ini terdiri dari empat tahap,membuka diri, mendefinisikan
masalah, menentukan tujuan,dan mengevaluasi tujuan. Ada saat perawat berada dalam

kondisi pseudolistening. Kondisi pseudolistening tersebut antara lain:

a. Diam untuk mempersiapkan apa yang akan dikatakan pada pembicara selanjutnya.

b. Mendengarkan orang lain agar didengarkan

c. Mendengarkan hanya informasi tertentu saja

d. Memperlihatkan seolah-olah tertarik padahal tidak

e. Mendengarkan hanya agar klien tidak merasa kecewa

f. Mendengarkan agar tidak ditolak

g. Mendengarkan untuk mencari kelemahan lawan bicara supaya bisamempunyai respons


yang kuat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

Kehadiran fisik, menurut Evans mengidentifikasi 4 sikap dan cara untuk


menghadirkan diri secara fisik, yaitu :

· Berhadapan
· Mempertahankan kontak mata
· Membungkuk ke arah klien
· Tetap rileks
Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menghargai, simpati dan
konkrit. Dimensi respon sangat penting pada awal hubungan klien untuk membina hubungan
saling percaya dan komunikasi terbuka. Respon ini terus dipertahankan sampai pada akhir
hubungan.

Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emosional


katarsis, dan bermain peran (Stuart da Sundeen, 1987 : 131).

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan


maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia.
Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau
maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling
bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata.


Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat
pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti
terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan
asuhan keperawatan.

Active listening menjadi pendengar yang baik merupakan keterampilan dasar dalam
melakukan hubungan perawat-klien. Ellis Gates, and Konworthy menjelaskan bahwa
mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukkan pada orang tersebut
bahwa apa yang dikatakannya merupakanhal yang penting dan dia adalah orang yang berarti.

3.2 Saran

Kesadaran diri perawat merupaka dasar utama dalam membina hubungan terapeutik
dengan klien. Sikap fisik dan psikologis yang diuraikan melalui nonverbal, dimensi respon
dan dimensi tindakan perlu dipelajari dan dipakai dalam prkatek keperawatan. Kepuasan
klien akan asuhan keperawatan banyak dipengaruhi oleh sikap perawat dalam berkomunikasi.
Untuk kerena itu sebagai mahasiswa keperawatan dan tenaga medis kita harus memahami
teori tentang penggunaan diri secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A.Y.S (1996). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikan

Purwanto, Hery. 1994. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC

Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

http://catatancalonperawat.blogspot.com/2011/02/sikap-perawat-dalam-komunikasi.html

(Diakses tanggal 18 Mei 2014).

http://nishapramawaty.wordpress.com/category/komunikasi/ (Diakses tanggal 18 Mei 2014).

Anda mungkin juga menyukai