Anda di halaman 1dari 15

Kewenangan Desa Dan Penetapan Peraturan Desa.......

(Lia Sartika Putri)

KEWENANGAN DESA DAN PENETAPAN PERATURAN DESA


(VILLAGE AUTHORITY AND THE ISSUANCE OF VILLAGE REGULATION)

Lia Sartika Putri


Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Riau
Jl. Jenderal Sudirman No. 233, Pekanbaru, Riau, Indonesia
e-mail : tikashmh@gmail.com
(Naskah diterima 24/05/2016, direvisi 29/07/2016, disetujui 01/08/2016)

Abstrak
Asas Rekognisi dan Asas Subsidiaritas adalah asas yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa sebagai bentuk nyata desa dapat melaksanakan tata pemerintahan yaitu fungsi pemerintahan, keuangan,
penetapan peraturan desa dan kewenangan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Keterbatasan SDM
dan Keterampilan pemerintah desa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan menjadikan pendampingan
pembentukan peraturan desa sebuah keharusan. Terkait dengan penetapan kewenangan undang-undang menyatakan
bahwa kewenangan hak asal usul dan kewenangan berskala lokal diatur dan diurus Desa, selanjutnya Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 tahun
2014 tentang Desa menyatakan bahwa Menteri Dalam Negeri yang menetapkan Kewenangan Hak Asal Usul Desa dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa berkoordinasi dengan Menteri Desa, Namun saat ini pedoman kewenangan desa
berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Pedoman Kewenangan berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Berskala Lokal. Akibatnya akan menghasilkan
peraturan yang tumpang tindih dan dibentuk bukan berdasarkan kewenangan.
Kata Kunci : Kewenangan Desa, Peraturan Desa, Atribusi, Delegasi

Abstract
Recognity and subsudiarity principles are the principles contained in Law Number 6 of 2016 on Village as real created of
village to run their governance consist of government function, budgets, local regulations and authority in drafting local
regulations. The limited Human Resources and skill in drafting local regulations made “in close proximity” while drafting
local regulations is an obligation. Related to the regulation on Origin Authority Right and Local Authority be regulated and
managed by Village Government, further Government Regulation Number 47 of 2015 on the Amandement to Government
Regulation Number 43 of 2014 on Village states the Minister of Home Affairs coordinates with the Minister of Village,
Disadvantaged Regions and Transmigration to regulate Origin Authority Right and Local Authority. However, the guidance
to regulate Origin Authority Right and Local Authority under the Regulation of Minister of Home Affairs coordinate with
Minister of Village, Disadvantaged Regions and Transmigration Number 1 of 2015. Thus, there are overlapping regulations
and regulations made without authority as results.
Keywords : Village Authority, Village Regulations, Attribution, Delegation

A. Pendahuluan Besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian


Salah satu agenda yang terdapat dalam bahwa terdapatnya hubungan yang hierarki
Nawacita Jokowi-JK adalah “Membangun antara Pembina dan yang dibina, sedangkan
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat pendampingan berarti ada posisi yang setara
daerah dan desa”. Maka dengan keluarnya antara satu dan yang lainnya .
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mempunyai posisi dan peran yang lebih
Desa menjadi tolak ukur yang mengawal berdaulat, besar dan luas dalam mengatur dan
perubahan desa untuk mewujudkan desa yang mengurus desa sebagaimana yang tercantum
mandiri dan inovatif sehingga terbentuk self dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
governing community. Sehingga kata yang tepat tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 43
digunakan dalam pelaksanaan pemerintahan Tahun 2014 jo Peraturan Pemerintah Nomor 76
desa adalah mendampingi bukan membina Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksana dalam
dan mengawasi. Membina dalam Kamus Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

161
membina dan mengawasi. Membina dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki
pengertian bahwa terdapatnya hubungan yang hierarki antara Pembina dan yang
dibina, sedangkan pendampingan berarti ada posisi yang setara antara satu dan yang
lainnya .
Vol. 13 N0. 02 - Juni 2016 : 161 - 176
Desa mempunyai posisi dan peran yang lebih berdaulat, besar dan luas dalam
mengatur dan mengurus desa sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 jo
Desa. Desa menjadi subjek pembangunan bukan ayat (2) “Negara mengakui dan menghormati
Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksana dalam
lagi sebagai
Undang-Undang Nomor objek
6 Tahun sebagaimana
2014 tentang Desa.terlihat dalam
Desa menjadi subjek kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
Gambar 1:
pembangunan bukan lagi sebagai objek sebagaimana terlihat dalam Gambar 1: beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
PENATAAN DESA
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
REKOGNISI KEWENAN Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-
DESA MANDIRI DAN DEMOKRATIS GAN DESA
PENDAMPINGAN
Undang”. Artinya bahwa Desa dan Desa Adat
DESA
PEMBANGUNAN DESA SUBSIDIARITAS dalam tata pemerintahannya memiliki fungsi
Gambar 1 pemerintahan, keuangan desa, pembangunan
Alur Penyelenggaraan
PEMERINTAHAN Pemerintahan
DESA Desa desa, serta mendapat fasilitas dan pembinaan
Sumber : Diolah Dari Berbagai Sumber dari Pemerintah Pusat dan pendampingan
Pemerintahan (bestuur/administration) menurut pengertian umum, dapat Pemerintah Kabupaten/Kota.
diartikan sebagai wewenang badan/badan lembaga pemerintahan atau para penguasa
pemerintahan sebagai pejabat resmi untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan. Hal Kewenangan desa yang lebih luas diberikan
ini jika dikaitkan dengan pengertian yang terdapat dalam Pasal 1 angka 2 Undang- peraturan perundang-undangan menjadikan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan bahwa pemerintahan Desa desa memiliki tata pemerintahan layaknya
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat Kabupaten/Kota. Salah satu pembahasan
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga jika utama yang harus diperhatikan adalah apa
dikaitkan dengan pengertian umum diatas artinya desa yang menyelenggarakan
Gambar 1
saja kewenangan yang dimiliki oleh Desa dan
urusan berdasarkan kepentingan masyarakat setempat
Alur Penyelenggaraan sekaligus Desa
Pemerintahan juga melaksanakan bagaimana peraturan desa itu sendiri. Jika
Sumber
kegiatan yang diperintahkan : Diolah Pusat
pemerintah Dari Berbagai Sumberdalam kerangka
maupun Daerah dibandingkan dengan Peraturan Daerah,
Negara Kesatuan Republik Indonesia. sejak tahun 2009 Kementerian Dalam Negeri
Tata Pemerintahan ialah keseluruhan pranata hukum yang digunakan sebagai telah melakukan proses evaluasi terhadap
Pemerintahan (bestuur/administration)
landasan untuk menjalankan kegiatan Pemerintahan dalam arti khusus ialah 9000 (Sembilan ribu) Peraturan Daerah
menurut pengertian umum, dapat diartikan
Pemerintahan dalam negeri dan dapat juga disebut sebagai “bestuursrecht” atau hukum yang bermasalah2. Hasil evaluasi tersebut
sebagai
tata-negara dalam arti wewenang
“sempit”.1 Kaitannyabadan/badan
dengan tata pemerintahanlembaga
adalah setelah
pemerintahan menghasilkan Perda yang dibatalkan karena
perubahan Undang-Undangatau Dasarpara penguasa
Negara pemerintahan
Republik Indonesia Tahun 1945,
sebagai pejabat bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi
dinyatakan dalam pasal 18 ayat (7)resmi untuk
bahwa “Susunan melaksanakan
dan tata cara penyelenggaraan
kegiatan dan menghambat iklim usaha. Korelasinya
Pemerintahan Daerahpemerintahan. Hal dan
diatur dalam Undang-Undang ini Pasal
jika18Bdikaitkan
ayat (2) “Negara
dengan
mengakui pengertian
dan menghormati yang terdapat
kesatuan-kesatuan masyarakat dalam
hukum adat Pasal
beserta1hak- adalah agar tidak terjadi hal yang sama
angka 2 Undang-Undang
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup Nomordan sesuai6 dengan
Tahun 2014
perkembangan karena keterbatasan SDM, pengetahuan dan
tentang Desa menyatakan bahwa pemerintahan keterampilan yang dimiliki oleh Pemerintah Desa
1 Staatsreeht Van Veder Lands Indie, Hal. 4, Hal.5, (Sumber Saparin, Tata Pemerintahan dan maka meningkatkan pengetahuan terhadap
Desa adalah penyelenggaraan urusan
Administrasi Pemerintahan Desa, Hal. (22-23)
pemerintahan dan kepentingan masyarakat kewenangan dan bentuk peraturan desa adalah
setempat dalam sistem Pemerintahan Negara hal yang harus dimiliki oleh Pemerintah Desa
2
Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga jika agar Peraturan Desa yang ditetapkan tidak
dikaitkan dengan pengertian umum diatas bertentangan dengan peraturan perundang-
artinya desa yang menyelenggarakan urusan undangan yang lebih tinggi dan menghambat
berdasarkan kepentingan masyarakat setempat iklim usaha. Disisi lain akuntabilitas pembuat
sekaligus juga melaksanakan kegiatan yang kebijakan berskala lokal harus mumpuni agar
diperintahkan pemerintah Pusat maupun Daerah Peraturan Desa yang ditetapkan dapat membuat
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik desa menjadi mandiri, inovatif dan sejahtera
Indonesia. serta menyentuh seluruh kalangan masyarakat
desa.
Tata Pemerintahan ialah keseluruhan pranata
hukum yang digunakan sebagai landasan untuk
B. Pembahasan
menjalankan kegiatan Pemerintahan dalam
arti khusus ialah Pemerintahan dalam negeri B.1. Perbandingan Asas Desentralisasi,
dan dapat juga disebut sebagai “bestuursrecht” Residualitas, Rekognisi dan Asas
atau hukum tata-negara dalam arti “sempit”1. Subsidiaritas pada Pemerintahan Desa
Kaitannya dengan tata pemerintahan adalah Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara oleh pemerintah pusat kepada daerah dalam
Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan kerangka sistem kenegaraan. Dalam Negara
dalam pasal 18 ayat (7) bahwa “Susunan dan kesatuan seperti Indonesia, penyerahan
tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah wewenang dari pemerintah diserahkan kepada
diatur dalam Undang-Undang dan Pasal 18B daerah otonom. Daerah otonom adalah kesatuan

1 Staatsreeht Van Veder Lands Indie, Hal. 4, Hal.5, (Sumber Saparin, Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa, Hal.
(22-23)
2 Ash, Ada Tren Penurunan Pembatalan Perda; Pemerintah Dianggap Semakin Menyadari Pentingnya Otonomi Daerah, diakses dari
http://www.hukumonline.com/berita/baca/ lt51d83f892322b/ada-tren-penurunan-pembatalan-perda, tanggal 6 juli 2013, diakses
tanggal 22 Mei 2016
3 Hendry Maddick dan Hanif Nurcholis, “Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah”, Grasindo, Jakarta, 2007, hlm 10

162
Kewenangan Desa Dan Penetapan Peraturan Desa.......(Lia Sartika Putri)

masyarakat hukum yang mempunyai batas pemerintahan lainnya. Asas residualitas yang
daerah tertentu serta berwenang mengatur dan mengikuti asas desentralisasi menegaskan
mengurus kepentingan masyarakat setempat bahwa seluruh kewenangan dibagi habis antara
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
masyarakat dalam ikatan Negara kesatuan terakhir di tangan pemerintah kabupaten/kota.
(Pasal 1 angka 6 dan 7 UU Nomor 32 Tahun Dengan asas desentralisasi dan residualitas itu,
2004). Karena jenjang hierarki yang lebih rendah desa ditempatkan dalam sistem pemerintahan
(pemerintah daerah) tersebut diserahi wewenang kabupaten/kota, yang menerima pelimpahan
penuh, baik politik maupun administrasi, maka sebagian (sisa-sisa) kewenangan dari bupati/
pada jenjang organisasi yang diberi penyerahan walikota.
wewenang tersebut timbul otonomi. Otonomi Asas Desentralisasi dan Asas Residualitas
artinya kebebasan masyarakat yang tinggal di merupakan asas yang terdapat dalam Undang-
daerah yang bersangkutan untuk mengatur dan Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
mengurus kepentingannya yang bersifat lokal, Pemerintahan Daerah. Dengan dicabutnya
bukan yang bersifat nasional. Karena itu , Undang-Undang ini dan diganti oleh Undang-
desentralisasi menimbulkan otonomi daerah, Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
yaitu kebebasan masyarakat yang tinggal di Pemerintahan Daerah. Undang-Undang ini
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus memberikan otonomi yang seluas-luasnya
kepentingannya yang bersifat lokal. Jadi, otonomi kepada daerah untuk mengatur dan mengurus
daerah adalah konsekuensi logis penerapan asas sendiri urusan pemerintahannya menurut asas
desentralisasi pada pemerintahan daerah3. otonomi dan tugas pembantuan. Tujuan otonomi
Kaitan antara Desentralisasi dan daerah tersebut adalah agar terwujudnya kesejahteraan
otonom juga dapat dilihat melalui ciri-ciri masyarakat dan meningkatkan daya saing
sebagai berikut4 : dengan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
1. Penyerahan wewenang untuk keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan
melaksanakan fungsi pemerintahan keanekaragaman Daerah dalam sistem Negara
tertentu dari pemerintah pusat kepada Kesatuan Republik Indonesia. Keanekaragaman
daerah otonom. daerah juga melandasi terbentuknya Undang-
2. Fungsi yang diserahkan dapat dirinci, atau Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
merupakan fungsi yang tersisa (residual Keberagaman karakteristik dan jenis desa atau
function). yang disebut dengan nama lain tetap diakui dan
diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya
3. Penerima wewenang adalah daerah otonom
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Penyerahan wewenang berarti wewenang Salah satu jaminan tersebut tertuang dalam Asas
untuk menetapkan dan melaksanakan Rekognisi dan Subsidiaritas Undang-Undang
kebijakan,wewenang mengatur dan Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa5.
mengurus (regeling en bestuur) kepentingan
Rekognisi umumnya mengarah pada daerah-
yang bersifat lokal.
daerah khusus (seperti Quebec di Canada,
5. Wewenang mengatur adalah wewenang Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara di Inggris
untuk menetapkan norma hukum yang Raya), masyarakat adat (indigenous people),
berlaku umum dan bersifat abstrak. kelompok-kelompok minoritas, Afro Amerika,
6. Wewenang mengurus adalah wewenang gender, kelompok-kelompok budaya atau
untuk menetapkan norma hukum yang identitas tertentu yang berbeda, dan sebagainya.
bersifat individual dan konkrit (beschikking, Namun dalam konteks Indonesia, desa atau yang
acte administratif,verwaltungsakt) disebut dengan nama lain, sangat relevan bagi
7. Keberadaan daerah otonom adalah di rekognisi. Beberapa alasan mendasar rekognisi
luar hirearki organisasi pemerintah pusat. sangat tepat diterapkan yaitu :
8. Menunjukkan pola hubungan antar 1. Desa atau yang disebut dengan nama lain,
organisasi. sebagai kesatuan masyarakat hukum adat
merupakan entitas yang berbeda dengan
9. Menciptakan political veriety dan diversity of
kesatuan masyarakat hukum yang disebut
structure dalam sistem politik.
daerah.
Residu jika ditemukan dalam Kamus 2. Desa atau yang disebut dengan nama lain
Besar Bahasa Indonesia berarti sisa. Sehingga merupakan entitas yang sudah ada sebelum
asas residualitas memiliki pengertian bahwa NKRI lahir pada tahun 1945, yang sudah
suatu organ pemerintahan melaksanakan memiliki susunan asli maupun membawa
sisa kewenangan yang diberikan oleh organ hak asal-usul.

4 Ibid, hlm.15.
5 Diakses melalui situs www.cifdes.co.id pada tanggal 18 Mei 2016

163
Vol. 13 N0. 02 - Juni 2016 : 161 - 176

3. Desa merupakan bagian dari keragaman 2. Penetapan kewenangan lokal berskala


atau multikulturalisme Indonesia yang tidak desa menjadi kewenangan desa melalui
serta merta bisa diseragamkan. undang-undang. Artinya tidak lagi dikenal
4. Desa secara struktural menjadi arena asas desentralisasi dalam menjalankan
eksploitasi terhadap tanah dan penduduk, pemerintahan desa, dimana desentralisasi
sekaligus diperlakukan secara tidak adil biasanya merupakan pelimpahan atau
mulai dari kerajaan, pemerintah kolonial, pembagian kewenangan.
hingga NKRI. 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor
5. Konstitusi telah memberikan amanat kepada 43 Tahun 2014 jo Peraturan Pemerintah
negara untuk mengakui dan menghormati Nomor 47 Tahun 2015 tentang Peraturan
desa atau yang disebut dengan nama lain Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun
sebagai kesatuan masyarakat hukum adat 2014 tentang Desa, Permendesa PDTT
beserta hak-hak tradisionalnya. Nomor 1 Tahun 2015 menyatakan batasan
Rekognisi merupakan pengakuan terhadap kewenangan desa tanpa melalui mekanisme
hak asal-usul. Artinya keberadaan desa yang penyerahan dari kabupaten/kota.
mungkin sudah berdiri lama dengan segala 4. Pemerintah memberikan dukungan dan
adat istiadat dan hukum adat yang dimiliki oleh fasilitasi terhadap desa. Pemerintah
masyarakat lokal diakui keberadaanya. Rekognisi mendorong, memberikan kepercayaan dan
yang diberikan tidak hanya pengakuan terhadap mendukung prakarsa dan tindakan desa
keberadaan desa saja, namun Undang-Undang dalam mengatur dan mengurus kepentingan
Desa juga melakukan redistribusi ekonomi masyarakat setempat.
dalam bentuk alokasi dana dari APBN maupun Perspektif desa berbeda dengan perspektif
APBD, dimana desa memiliki sendiri Anggaran pemerintahan, yakni melihat desa sebagai bagian
Pendapatan dan Belanja Desa. Sehingga dari pemerintahan, atau melihat bahwa pusat,
rekognisi dimaksudkan tidak hanya untuk provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/
mengakui dan menghormati identitas, adat- kelurahan merupakan struktur hirarkhis dalam
istiadat, serta pranata dan kearifan lokal sebagai pemerintahan NKRI. Pemerintahan bekerja di
bentuk tindakan untuk keadilan kultural tetapi bawah kendali Presiden yang mengalir secara
juga demi menyejahterakan masyarakat desa dan hirarkhies dan top down dari atas sampai ke
mewujudkan masyarakat desa yang mandiri dan tingkat desa. Menurut perspektif pemerintahan,
inovatif. APBDesa digunakan untuk membiayai desa merupakan organisasi pemerintahan
penyelenggaran pemerintahan, pelaksanaan yang paling kecil, paling bawah, paling depan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan dan paling dekat dengan masyarakat. Paling
pemberdayaan masyarakat. Salah satu bentuk “kecil” berarti bahwa wilayah maupun tugas-
redistribusi ekonomi adalah dengan adanya tugas pemerintahan yang diemban desa
Alokasi Dana Desa yang merupakan salah mampunyai cakupan atau ukuran terkecil
satu komponen APBDesa. Alokasi Dana Desa dibanding dengan organisasi pemerintahan
merupakan dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota, provinsi maupun pusat. Paling
Kabupaten/Kota dalam APBD Kabupaten/Kota “bawah” berarti desa menempati susunan atau
setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Artinya lapisan pemerintahan yang terbawah dalam
semangat otonomi yang diberikan kepada Desa tata pemerintahan Negara Kesatuan Republik
juga dibarengi dengan pengakuan desa sebagai Indonesia (NKRI). Namun “bawah” bukan berarti
pemerintahan desa. desa merupakan bawahan kabupaten/kota, atau
Selain Asas rekognisi juga terdapat asas kepala desa bukan bawahan bupati/walikota.
subsidiaritas. Asas subsidiaritas memiliki Desa tidak berkedudukan sebagai pemerintahan
pengertian yang berlawanan dengan asas yang berada dalam sistem pemerintahan
residualitas yang selama ini diterapkan dalam kabupaten/kota sebagaimana ditegaskan dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pasal 200 UU Nomor 32 Tahun 2004. Menurut
Pemerintahan Daerah. Asas Subsidiatiras dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, desa
Penjelasan Undang-Undang Desa memiliki berkedudukan dalam wilayah kabupaten/kota.
pengertian penetapan kewenangan berskala Hal ini sama sebangun dengan keberadaan
lokal dan pengambilan keputusan secara lokal kabupaten/kota dalam wilayah provinsi.
untuk kepentingan masyarakat desa. Beberapa “Bawah” juga berarti bahwa desa merupakan
hal yang menjadikan asaz subsidiaritas itu organisasi pemerintahan yang berhubungan
sejalan dengan asas rekognisi yaitu : secara langsung dan menyatu dengan kehidupan
1. Desa memiliki kewenangan sendiri yang sosial, budaya dan ekonomi masyarakat sehari-
bersumber dari kepentingan masyarakat hari. Istilah “bawah” itu juga mempunyai
setempat, artinya wewenang tersebut kesamaan dengan istilah “depan” dan “dekat”.
dimiliki oleh organ setempat yaitu desa. Istilah “depan” berarti bahwa desa berhubungan

164
Kewenangan Desa Dan Penetapan Peraturan Desa.......(Lia Sartika Putri)

langsung dengan warga masyarakat baik dalam modern lainnya, memiliki konstitusi tertulis yang
bidang pemerintahan, pelayanan, pembangunan, disebut Undang-Undang Dasar 1945. Undang-
pemberdayaan maupun kemasyarakatan. Undang Dasar 1945 ini ditempatkan sebagai
Sebagian besar warga masyarakat Indonesia fundamental law sehingga menjadi hukum dasar
selalu datang kepada pemerintah desa atau sumber pembuatan hukum-hukum yang
setiap akan memperoleh pelayanan maupun lainnya dan sebagai higher law. Undang-Undang
menyelesaikan berbagai masalah sosial. Karena Dasar 1945 merupakan hukum tertinggi dalam
itu pemerintah dan perangkat desa, yang berbeda tata urutan Perundang-undangan Republik
dengan pemerintah dan perangkat daerah, Indonesia.7 Selanjutnya berdasarkan Pasal 7
harus siap bekerja melayani masyarakat selama Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
24 jam tanpa henti, tidak mengenal cuti dan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
liburan. Sedangkan istilah “dekat” berarti bahwa menyatakan tata urutan Peraturan perundang-
secara administratif dan geografis, pemerintah undangan sebagaimana terlihat dalam gambar 2 :
desa dan warga masyarakat mudah untuk saling
menjangkau dan berhubungan. Secara sosial,
“dekat” berarti bahwa desa menyatu dengan
denyut kehidupan sosial budaya sehari-hari
masyarakat setempat.
Dua perspektif itu saling bersinggungan
dan beririsan. Namun sesuai pertimbangan
konstitusional, historis dan sosiologis, porsi desa
sebagai self governing community jauh lebih besar
dan kuat daripada porsi desa sebagai local self
government. Ingat bahwa Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 adalah Undang-Undang Desa,
bukan Undang-Undang tentang Pemerintahan
Desa. Desa sebagai self governing community
sangat berbeda dengan pemerintahan formal,
pemerintahan umum maupun pemerintahan
daerah dalam hal kewenangan, struktur dan
perangkat desa, serta tatakelola pemerintahan
desa.
Sesuai dengan asas rekognisi dan
subsidiaritas, desa memiliki kewenangan
berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan lokal Gambar 2
Gambar 2
berskala desa, yang tentu sangat berbeda dengan
kewenangan pemerintah daerah. Dalam hal Hierarki Peraturan Perundang-undangan
Hierarki Peraturan Perundang-undangan
Sumber : Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
tatapemerintahan, desa memiliki musyawarah Sumber : Undang-Undang Peraturan
Pembentukan
Nomor 12 Perundang-undangan
tahun 2011 tentang Pembentukan
desa, sebagai sebuah wadah kolektif antara
pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa, Peraturan Perundang-undangan
Jika tata urutan ini dikaitkan Pembentukan
lembaga kemasayarakatan, lembaga adat dan
Peraturan Perundang-undangan di daerah
komponen-komponen masyarakat luas, untuk
menyepakati hal-hal strategis yang menyangkut Jika tata
maka urutan ini dikaitkan Pembentukan
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
hajat hidup desa. Semua ini memberikan di daerah maka berdasarkan Undang-Undang
perundang-undangan, NomorPresiden
Peraturan 12 TahunNomor
2011 tentang
gambaran bahwa karakter desa sebagai self
87 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksana
governing community jauh lebih besar danPembentukan
kuat6. Peraturan perundang-undangan, Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Kombinasi antara asas rekognisi2014dan tentang Pembentukan
peraturan pelaksanaPeraturan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
perundang-undangan
subsidiaritas dalam Undang-Undang Nomor dan Permendagri Nomor 80 tahun 2015 tentang
6 Tahun 2014 tentang Desa menghasilkan PembentukanPembentukan
Peraturan perundang-undangan dan Permendagri Nomor 80 tahun 2015
Produk Hukum Daerah. Tata
tentang Pembentukan
definisi Desa yang berbeda dengan sebelumnya urutan Produkmemiliki Hukum Daerah. Tata
kekuatan urutan memiliki
sebagaimana yang kekuatan
sekaligus juga mempertegas bahwa desa memiliki terlihat dalam gambar 2, dimana peraturan
kewenangan secara delegasi dan atribusi.sebagaimana yang terlihat dalam gambar 2, dimana
perundang-undangan yang
peraturan
lebih
perundang-undangan
rendah
yang lebih rendah
tidaktidak boleh bertentangan
boleh bertentangandengandengan
peraturan perundang-undangan
peraturan
B.2. Pembentukan Peraturan Desa perundang-undangan yang lebih tinggi. Didalam
yang lebih tinggi.
Sebagai negara hukum, Indonesia menganut Pasal Didalam Pasal 7 Undang-Undang
7 Undang-Undang Nomor Nomor
12 12 Tahun2011
Tahun 2011 tentang
Pembentukantentang
ajaran negara berkonstitusi seperti negara-negara Peraturan perundang-undangan
Pembentukan Peraturantidak disebutkanperundang-
mengenai Peraturan
Desa.
Sementara disisi lain yang menjadi dasar dalam pembentukan peraturan desa
6 http://www.cifdes.web.id/search?updated-max=2016-01-03T17%3A26%3A00-08%3A00&max-results=5
7 Rudy Hendra Pakpahan, SH, M.Hum, dkk. Pengawasan Peraturan Daerah Dikaitkan dengan Tugas dan Fungsi Kantor Wilayah
adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Pemerintah
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia http://kumham-jakarta.info/download/cat_view/54-karya-ilmiah/61-birokrasi tanggal
akses 19 Mei 2016

Nomor 43 Tahun 2014 jo Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang


8 Sumber Saparin, Luas Bidang Kegiatan Pemerintahan, ,Tata Pemerintahan Dan Administrasi Pemerintahan Desa, Ghalia Indonesia,
Hal 42

Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang165 Desa dan


Permendagri Nomor 111 tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa.
dalam pembangunan dan terwujudnya kemandirian dan keberdayaan masyarakat
desa9
Pasal 69 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan
Vol. 13 N0. 02 - Juni 2016 : 161 - 176
bahwa Peraturan Desa meliputi Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa dan
Peraturan Kepala Desa sebagaimana terlihat dalam Gambar 3 :
undangan tidak disebutkan mengenai Peraturan
Desa.
Sementara disisi lain yang menjadi dasar
dalam pembentukan peraturan desa adalah
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 jo Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2015 tentang Peraturan Pelaksana Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
dan Permendagri Nomor 111 tahun 2014
tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa.
Ada 2 peraturan perundang-undangan yang
berbeda yang mengatur mengenai pembentukan
peraturan perundang-undangan. Benang
merah perbedaan ini terjawab dalam Pasal 8 Gambar 3 3
Gambar
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Desa
Sumber :Peraturan Desa berbagai sumber
diolah dari
Pembentukan Peraturan perundang-undangan.
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Peraturan desa adalah peraturan
Desa atau yang setingkat diakui keberadaannya perundang-undangan yang ditetapkan oleh
dan mempunyai kekuatan hukum mengikat Kepala Peraturan desaDesa adalah peraturan
setelah perundang-undangan
dibahas dan yang ditetapkan oleh
disepakati
sepanjang diperintahkan oleh PeraturanKepalaoleh Desa setelah
Badan dibahasPermusyawaratan
dan disepakati oleh Badan Permusyawaratan
Desa. Peraturan Desa.
Perundang-undangan yang lebih tinggiPeraturan
Desa Desa berisi
berisi materimateri
pelaksanaan pelaksanaan
kewenangan desa dan penjabaran
kewenangan lebih
atau dibentuk berdasarkan kewenangan.lanjutdesa dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Pelaksanaandari
dan penjabaran lebih lanjut
Perintah peraturan perundang-undangan Peraturan Perundang-undangan yang lebih
kewenangan desa dalam penyusunan peraturan desa memuat aspirasi dan partisipasi
atau berdasarkan kewenangan merupakan tinggi. Pelaksanaan kewenangan desa dalam
persyaratan yang menjadikan Peraturan desaantarapenyusunan Kepala Desa, Badan Permusyawaratan
peraturan Desa desa dan masyarakat
memuat Desa aspirasi
melalui
tersebut diakui keberadaaanya dan mempunyaimusyawarah dan Desa yang termuat dalamantara
partisipasi Pasal 3 Undang-Undang
Kepala Nomor Desa,6 TahunBadan
2014
kekuatan hukum yang mengikat. tentang Desa yaitu asas musyawarah, partisipasi, kesetaraan dan pemberdayaan. Desa
Permusyawaratan Desa dan masyarakat 10
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa melalui Pembentukanmusyawarah
peraturan hukum (seperti Desa Perdes)yang termuat
yang demokratis dalam
hanya akan
merupakan unsur-unsur daripada fungsiterjadiPasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
apabila didukung oleh pemerintahan desa yang baik, dan sebaliknya
pemerintahan umum yang merupakan tugas tentang Desa yaitu asas musyawarah, partisipasi,
pokok daripada Pemerintah Desa di samping kesetaraan dan pemberdayaan.
10

fungsi-fungsi lain guna melengkapi tugas8 Pembentukan peraturan hukum (seperti


Sumber Saparin, Luas Bidang Kegiatan Pemerintahan, ,Tata Pemerintahan Dan Administrasi
kewajiban8. Wewenang serta tanggung jawab Perdes) yang demokratis hanya akan terjadi
Pemerintahan Desa, Ghalia Indonesia, Hal 42
Pemerintah Desa yang bersangkutan mengacu9 apabila didukung oleh pemerintahan desa
Widjaja, HAW, Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Desa.Jakarta: Rajawali Pers, Hal 92
pada berbagai pengertian administrasi secara10 yang baik, dan sebaliknya pemerintahan yang
Perhatikan penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014: musyawarah, yaitu proses
umum yang berbunyi bahwa administrasi adalah baik akan diperkuat dengan peraturan hukum
pengambilan eputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat Desa melalui diskusi dengan
suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh satu yang demokratis.11 Dengan demikian, terdapat
berbagai pihak yang berkepentingan; partisipasi, yaitu turut berperan aktif dalam suatu kegiatan;
atau lebih dalam rangka untuk mencapai tujuan. hubungan timbal balik dan saling menunjang
kesetaraan, yaitu kesamaan dalam kedudukan dan peran; pemberdayaan, yaitu upaya meningkatkan
Dengan demikian pengertian administrasi antara pemerintahan yang baik dengan peraturan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Desa melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan
pemerintahan desa adalah rangkaian kegiatan hukum yang demokratis. Pemerintahan yang
yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa;
yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan baik adalah sekumpulan prinsip dan gagasan
pemerintahan desa untuk mencapai tujuan tentang :
yaitu pemerintahan Desa yang mampu a. Keabsahan (legitimasi) kewenangan 9
menggerakkan masyarakat dalam pembangunan (kompetensi) dan pertanggungjawaban
dan terwujudnya kemandirian dan keberdayaan (accountability) dari pemerintah.
masyarakat desa.9
b. Penghormatan terhadap kewibawaan
Pasal 69 Undang-Undang Nomor 6 Tahun (supremasi) hukum dan perangkatnya dan
2014 tentang Desa menyatakan bahwa Peraturan hak asasi manusia.
Desa meliputi Peraturan Desa, Peraturan
c. Berbagai hal lain yang diharapkan oleh
Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala
rakyat dari pemerintah yang melayani
Desa sebagaimana terlihat dalam Gambar 3 :
kepentingan khalayak.

9 Widjaja, HAW, Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Desa.Jakarta: Rajawali Pers, Hal 92


10 Perhatikan penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014: musyawarah, yaitu proses pengambilan eputusan yang menyangkut
kepentingan masyarakat Desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan; partisipasi, yaitu turut berperan aktif dalam
suatu kegiatan; kesetaraan, yaitu kesamaan dalam kedudukan dan peran; pemberdayaan, yaitu upaya meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat Desa melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas
kebutuhan masyarakat Desa;
11 Marjoko | Saputra Iswan | Hasibuan Hawari, Pemerintahan Desa yang baik. Medan: Bitra Indonesia, The Activator For RuralProgress,
2013 (Hal. 14 – 16)

166
Kewenangan Desa Dan Penetapan Peraturan Desa.......(Lia Sartika Putri)

Peraturan Desa ditetapkan oleh kepala Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor


desa setelah mendapat persetujuan bersama 12 Tahun 2011 “Dalam membentuk Peraturan
Badan Perwakilan Desa, yang dibentuk dalam Perundang-undangan harus dilakukan
rangka penyelenggaraan otonomi desa.Perdes berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan
merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:
perundang-undangan yang lebih tinggi dengan a. kejelasan tujuan;
memperhatikan ciri khas masing-masing desa.
b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang
Sehubungan dengan hal tersebut, sebuah Perdes
tepat;
dilarang bertentangan dengan kepentingan
umum dan / atau peraturan perundang- c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi
undangan yang lebih tinggi. Dalam konsep muatan;
negara hukum yang demokratis keberadaan d. dapat dilaksanakan;
peraturan perundang-undangan, termasuk e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
Peraturan Desa dalam pembentukannya harus
f. kejelasan rumusan; dan
didasarkan pada beberapa asas. Menurut Van
der Vlies sebagaimana dikutip oleh A. Hamid g. keterbukaan.
S. Attamimi membedakan 2 (dua) kategori Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
asas-asas pembentukan peraturan perundang- 2011 menyatakan :
undangan yang patut (beginselen van behoorlijk (1) Materi muatan Peraturan Perundang-
regelgeving), yaitu asas formal dan asas material. undangan harus mencerminkan asas:
Asas-asas formal meliputi:
a. pengayoman;
1. Asas tujuan jelas (Het beginsel van duideijke b. kemanusiaan;
doelstellin); c. kebangsaan;
2. Asas lembaga yang tepat (Het beginsel van d. kekeluargaan;
het juiste organ); e. kenusantaraan;
3.
Asas perlunya pengaturan (Het f. bhinneka tunggal ika;
noodzakelijkheid beginsel); g. keadilan;
h. kesamaan kedudukan dalam
4. Asas dapat dilaksanakan (Het beginsel van
hukum dan pemerintahan;
uitvoorbaarheid);
i. ketertiban dan kepastian hukum;
5. Asas Konsensus (het beginsel van de dan/atau
consensus). j. keseimbangan, keserasian, dan
Asas-asas material meliputi: keselarasan.
1. Asas kejelasan Terminologi dan sistematika (2) Selain mencerminkan asas sebagaimana
(het beginsel van de duiddelijke terminologie dimaksud pada ayat (1), Peraturan
en duidelijke systematiek); Perundang-undangan tertentu dapat
2.
Asas bahwa peraturan perundang- berisi asas lain sesuai dengan bidang
undangan mudah dikenali (Het beginsel van hukum Peraturan Perundang-undangan
de kenbaarheid); yang bersangkutan.
3. Asas persamaan (Het rechts gelijkheids Setelah dijabarkan mengenai dasar hukum
beginsel); pembentukan peraturan desa maka pertanyaan
selanjutnya adalah bagaimana teknik
4. Asas kepastian hukum (Het rechtszekerheids
penyusunan peraturan desa. Berdasarkan Pasal
begin sel);
32 ayat (1) Permendagri Nomor 111 Tahun 2014
5. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa
keadaan individual (Het beginsel van de menyatakan bahwa teknik penyusunan Peraturan
individuelerchtsbedeling). di Desa dan Keputusan Kepala Desa sesuai
Asas-asas ini lebih bersifat normatif, dengan ketentuan Undang-Undang tentang
meskipun bukan norma hukum, karena Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
pertimbangan etik yang masuk ke dalam ranah yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.
hukum. Asas-asas pembentukan peraturan Penormaan pasal ini menyatakan secara tegas
perundang-undangan ini penting untuk artinya bahwa pembentukan peraturan desa
diterapkan karena dalam era otonomi luas dapat sama dengan peraturan perundang-undangan
terjadi pembentuk Peraturan Desa membuat lainnya. Ini memposisikan bahwa peraturan
suatu peraturan atas dasar intuisi sesaat bukan desa juga merupaka produk hukum yang harus
karena kebutuhan masyarakat. Pada prinsipnya ditaati bagi seluruh masyarakat desa dan di
asas pembentukan peraturan perundang- sisi lain peraturan desa tidaklah bisa dibentuk
undangan sangat relevan dengan asas umum dengan sembarangan tanpa mentaati apa yang
administrasi publik yang baik (general principles menjadi rambu-rambu pembentukan peraturan
of good administration). perundang-undangan. Selanjutnya Pasal 32 ayat

167
peraturan desa yang berkaitan dengan pencairan ADD. Bimtek yang dihadiri oleh Oleh
Datuk Penghulu (sebutan Kepala Desa) dan Perangkat Kepenghuluan (sebutan desa)
Vol. 13 N0. 02 - Juni ini disambut
2016 baik-oleh
: 161 176 pemerintah desa di masing-masing kecamatan tersebut, karena
selama ini mereka hanya menyusun Peraturan Desa terkait pencairan ADD saja dan
(2) menyatakan ketentuan lebih lanjut mengenai Kegiatan ini memberikan gambaran
tata cara penyusunan di desa diatur dalam tidakbahwa mengetahui bagaimana
semangat teknik penyusunan peraturan desa dandesa
pemerintah kewenangan apa
untuk
Peraturan Bupati/Walikota. Penormaan ini juga saja yang bisa dimuat dalam Peraturan Desa.
menyelenggarakan pemerintahan desa harus
memberikan pengertian bahwa desa diberikan diberikan dengan pendampingan yang intensif
pendampingan lebih lanjut oleh Bupati/Walikota baik Kegiatan
oleh ini Pemerintah
memberikan gambaranPusat
bahwa semangat
maupun pemerintah desa untuk
Pemerintah
setempat. menyelenggarakan pemerintahan desa harus diberikan dengan pendampingan yang
Kabupaten/Kota.
Kerangka Peraturan di Desa juga terdapat intensif baikYang oleh Pemerintahtidak
Pusat maupunkalah penting
Pemerintah Kabupaten/Kota. dalam
dalam Lampiran Permendagri Nomor 111 Tahun pembentukan peraturan desa adalah bagaimana
2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di tahapan Yang tidak pembentukan
kalah penting dalam pembentukan
itu sendiri, peraturan desa adalah
sebagaiman
Desa. Sehingga Kepala Desa dan Perangkat Desa bagaimana terlihat dalam Gambar 5:
dapat petunjuk yang jelas bagaimana bentuk
tahapan pembentukan itu sendiri, sebagaiman terlihat dalam Gambar 5:
dari Peraturan Di Desa. Alasan masih minimnya
peraturan perundang-undangan dan minimnya
kualitas SDM dalam menyusun Peraturan di Desa
tidak lagi bisa dijadikan alasan terhambatnya
Pemerintahan Desa dalam menyusun Peraturan
di Desa. Langkah selanjutnya yang justru harus
diperhatikan adalah bagaimana sosialisasi dan
pendampingan yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Provinsi Riau memiliki 12 Kabupaten/Kota,
yaitu Pemerintah Kota Pekanbaru, Pemerintah
Kota Dumai, Pemerintah Kabupaten Kampar,
Pemerintah Kabupaten Pelalawan, Pemerintah
Kabupaten Indragiri Hulu, Pemerintah
Kabupaten Indragiri Hilir, Pemerintah Kabupaten
Rokan Hulu, Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir,
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti,
Pemerintah Kabupaten Siak, Pemerintah
Kabupaten Bengkalis dan Pemerintah Kabupaten Gambar 5
Gambar 5
Kuantan Singingi.
Tahapan Pembentukan Peraturan Desa
Tahapan Pembentukan Peraturan Desa
Sumber : diolah dari berbagai Sumber
Pada bulan Mei Tahun 2016 Kantor Wilayah
Kementrian Hukum dan HAM Riau telah diundang
Sumber : diolah dari berbagai Sumber
Tahapan ini diatur dalam Pasal 5 s/d 13
oleh Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu
Permendagri Nomor 111 Tahun 2014 tentang
sebagai narasumber dalam Bimtek Penyusunan
Pedoman Teknis Peraturan Di Desa.
Peraturan Desa terhadap 14 Kecamatan yang
terdapat di Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu Penulis mencoba membandingkan
selama 14 hari. Kegiatan ini sangat diapresiasi bagaimana perencanaan peraturan desa dan
oleh Kanwil Kantor Wilayah Kementrian Hukum
12
perencaan peraturan daerah. Beberapa hal yang
dan HAM Riau karena Pemerintah Kabupaten menjadi perbedaan tersebut ialah :
Rokan Hulu memberikan pendampingan 1. Perencanaan Peraturan Daerah yang diberi
terhadap penyusunan produk hukum di desa. nama Propemperda direncanakan untuk
Melalui surat tugas nomor : W4-DL.05.05-1670 1 (satu) tahun, sementara Perencanaan
penulis ditunjuk sebagai narasumber di 4 Peraturan Desa yang diberi nama Rencana
kecamatan yaitu Kecamatan Sinaboi, Kecamatan Kerja Pemerintah Desa tidak meiliki jangka
Pasir Limau Kapas, Kecamatan Bangko dan waktu, hal ini bisa ditetapkan melalui
Kecamatan Hampar melalui wawancara, penulis musyawarah desa.
mendapat informasi bahwa pemerintah desa 2. Usulan Ranperda dapat berasal dari
hanya pernah menyusun peraturan desa yang inisiatif DPRD dan Biro/Bagian Hukum
berkaitan dengan pencairan ADD. Bimtek yang melalui SKPD Pemrakarsa, sementara
dihadiri oleh Datuk Penghulu (sebutan Kepala usulan Ranperdes berasal dari BPD yang
Desa) dan Perangkat Kepenghuluan (sebutan dikonsultasikan dengan masyarakat dan
desa) ini disambut baik oleh pemerintah desa Kepala Desa serta usulan dari Lembaga
di masing-masing kecamatan tersebut, karena Kemasyarakatan, Lembaga Desa dan
selama ini mereka hanya menyusun Peraturan Lembaga Kemasyarakatan lainnya melalui
Desa terkait pencairan ADD saja dan tidak Kepala Desa dan/atau BPD.
mengetahui bagaimana teknik penyusunan
Sebagaimana terlihat dalam Gambar 6 di
peraturan desa dan kewenangan apa saja yang
bawah ini :
bisa dimuat dalam Peraturan Desa.

168
ditetapkan melalui musyawarah desa.
2. Usulan Ranperda dapat berasal dari inisiatif DPRD dan Biro/Bagian Hukum
melalui SKPD Pemrakarsa, sementara usulan Ranperdes berasal dari BPD yang
dikonsultasikan dengan masyarakat dan Kepala Desa serta usulan dari Lembaga
Kemasyarakatan, Lembaga Desa dan Lembaga Kemasyarakatan lainnya melalui Kewenangan Desa Dan Penetapan Peraturan Desa.......(Lia Sartika Putri)
Kepala Desa dan/atau BPD.
Sebagaimana terlihat dalam Gambar 6 di bawah ini :
Desa tidak menandatangani maka Peraturan
Desa tersebut dianggap sah dan diundangkan
dalam Lembaran Desa. Jika dikaitkan dengan
teori hukum maka ini sejalan dengan apa yang
dikatakan Lord Acton “Powers Tends to Corrupt
and absolute power corrupts absolutely”12
yang artinya kekuasaan cenderung korup dan
kekuasaan yang absolute pasti korup. Agar tidak
terjadi kesewangan dari Kepala Desa, Ranperdes
yang telah melalui proses yang panjang yaitu
perencanaan, penyusunan dan pembahasan
tetap dapat ditetapkan menjadi Peraturan Desa.
Pengundangan dilakukan oleh Sekretaris
Desa, dimana Peraturan Desa diundangkan di
Lembaran Desa dan Peraturan Bersama Kepala
Desa dan Peraturan Kepala Desa diundangkan
Gambar 6 6
Gambar di Berita Desa. Sejalan dengan hal tersebut
TabelTabel Perbandingan Propemperda
Perbandingan Propemperdadan Rencana
dan Kerja PemerintahKerja
Rencana Desa diatas maka sebaiknya Pemerintah Kabupaten/
Sumber : Diolah dari berbagai
Pemerintah Desa sumber
Sumber : Diolah dari Desa
berbagai sumber Kota melakukan pendampingan bagaimana tata
Pada tahap penyusunan, Pemerintah wajib mengkonsultasikan kepada
cara pengundangan peraturan di desa.
masyarakat terutama yang terkait langsung dengan materi muatan Ranperdes
tersebut dan dapat mengkonsultasikan dengan camat. BPD hanya dapat menyusun Tahapan terakhir ialah penyebarluasan.
Pada tahap penyusunan, Pemerintah Desa
dan mengusulkan ranperdes selain ranperdesa tentang rencana pembangunan jangka Penyebarluasan dilakukan sejak tahap
wajib mengkonsultasikan kepada masyarakat
menengah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang rencana kerja Pemerintah Desa, perencanaan, hal ini berkaitan dengan partisipasi
terutama yang terkait langsung dengan
rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dan rancangan Peraturan Desa tentang masyarakat sebagaimana yang tercantum dalam
materi muatan Ranperdes tersebut dan dapat
laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa yang mana ditetapkan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
mengkonsultasikan
sebagai Ranperdes usulan BPD. dengan camat. BPD hanya
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
dapat BPD menyusun dandengan
melakukan pembahasan mengusulkan
mengundang Kepala ranperdes
Desa yang harus undangan, Pasal 354 Undang-Undang Nomor
selainbersama.
disepakati ranperdesa tentang
Sehingga yang rencana
membedakan Perda danpembangunan
Perdes adalah Perda 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
jangka frasa
menggunakan menengah Desa,
“Dengan Persetujuan rancangan
Bersama, sementara PerdesPeraturan
menggunakan
Pasal 188 Perpres Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Desa
frasa tentang
“Dengan Kesepakatanrencana
Bersama”. Katakerja Pemerintah
Setuju jika Desa,
dilihat dalam Kamus Besar
Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 12
rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
dan rancangan Peraturan Desa tentang laporan13
Perundang-undangan, dan Pasal 166 Peraturan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB
Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
Desa yang mana ditetapkan sebagai Ranperdes
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah,
usulan BPD.
dengan adanya partisipasi masyarakat dapat
BPD melakukan pembahasan dengan menjaring masukan dan kebutuhan hukum
mengundang Kepala Desa yang harus disepakati masyarakat desa.
bersama. Sehingga yang membedakan Perda
dan Perdes adalah Perda menggunakan frasa B.3.Kewenangan Atribusi atau Delegasi dalam
“Dengan Persetujuan Bersama, sementara Perdes Pembentukan Peraturan Desa
menggunakan frasa “Dengan Kesepakatan
Bersama”. Kata Setuju jika dilihat dalam Kamus Kewenangan merupakan elemen penting
Besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian sebagai hak yang dimiliki oleh sebuah desa untuk
mengiakan dan menerima terhadap hal yang dapat mengatur rumah tangganya sendiri. Dalam
disepakati, sependapat dan cocok sementara konsep pemerintahan demokrasi, kewenangan
kata sepakat memiliki pengertian mufakat tidak hanya semata dimiliki oleh penguasa tapi
terhadap hal tertentu. Jadi secara harafiah juga oleh siapa yang akan dituju dan siapa yang
kedudukan Kepala Desa dan BPD adalah berada akan melaksanakan perintah dari kewenangan
dalam posisi tawar yang sama yang saling tersebut yang akan berimplikasi kepada
mufakat, tidak hanya setuju yaitu mengiakan apakah kewenangan tersebut bisa diterima dan
dan menerima saja. dijalankan atau tidak.
Setelah Ranperdes disepakati maka Kepala Wewenang (bevoegdheid) dideskripsikan
Desa yang menandatangani sehingga ditetapkan sebagai kekuasaan hukum (rechtsmacht).
dan sah menjadi Peraturan Desa. Jika Kepala Jadi dalam konsep hukum publik, wewenang

12 Girling, John. Corruption, Capitalism, and democrazy. London:Routledge Studies in Social and Political Thought. 1997. Hal. 101 13
Philipus M. Hadjon, “tentang Wewenang”, YURIDIKA, No.5&6 Tahun XII, September–Desember, 1997, hlm.1
14 Tatiek Sri Djatmiati, (2004) Prinsip Izin Usaha Industri di Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya,
2004, h. 60
15 Philipus M Hadjon II, Op. Cit hal. 2

169
Vol. 13 N0. 02 - Juni 2016 : 161 - 176

berkaitan dengan kekuasaan.13 Selanjutnya 4 Bidang Untuk Untuk Untuk


F.P.C.L. Tonner sebagaimana dikonstantir oleh membuat membuat membuat
keputusan (besluit) keputusan
Ridwan HR berpendapat “Overheidsbevoegdheid (besluit) oleh pejabat dijalankan
wordt in dit verband opgevad als het vermogen pembentukan pemerintahan oleh organ
wewenang (pejabat tun) lain atas
om positief recht vast te srellen en Aldus tertentu dan kepada pihak namanya
rechtsbetrekkingen tussen burgers onderling en pemberiannya lain
kepada organ
tussen overhead en te scheppen” (kewenangan tertentu
pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai Wewenang wewenang tanggung
kemampuan untuk melaksanakan hukum ada pada tersebut gugat dan
positif, dan dengan begitu dapat diciptakan organ yang menjadi tanggung
berwenang tanggung jawab tetap
hubungan hukum antara pemerintahan dengan berdasarkan jawab pihak pada pemberi
waga negara). Artinya ada 3 hal yang menjadi peraturan lain tersebut mandat
perundang-
titik tolak dalam kewenangan, yaitu : undangan
a. Pengaruh: ialah bahwa penggunaan Ditetapkan Ditetapkan Untuk
wewenang dimaksudkan untuk oleh peraturan oleh peraturan mandat tidak
perundang- perundang- perlu ada
mengendalikan perilaku subyek hukum. undangan. undangan. ketentuan
perundang-
b. Dasar hukum: dasar hukum, bahwa undangan.
wewenang itu selalu harus dapat ditunjuk
dasar hukumnya, dan
c. Konformitas hukum: mengandung makna Teori lain yang dapat diperhatikan terkait
adanya standard wewenang, yaitu standard kewenangan yaitu jika menilik kewenangan
umum ( semua jenis wewenang) dan standard berdasarkan sifat kewenangan, yaitu :
khusus (untuk jenis wewenang tertentu)”. a. Kewenangan Terikat: apabila peraturan
Sumber kewenangan dapat dilihat pada dasarnya menentukan kapan dan dalam
konstitusi setiap negara yang memberi suatu keadaan bagaimana kewenangan tersebut
legitimasi kepada badan-badan publik untuk dapat digunakan.
dapat melakukan fungsinya. Perwujudan dari b. Kewenangan fakultatif: terjadi dalam
fungsi pemerintahan sebagaimana dikemukakan hal badan tata usaha negara tidak wajib
diatas, itu nampak pada tindakan pemerintahan menerapkan wewenangnya atau sedikit
(besturrshandelingen) yang dalam banyak hal banyak masih ada pilihan.
merupakan wujud dari tindakan yang dilakukan
c. Kewenangan bebas: apabila peraturan
oleh organ-organ maupun badan pemerintahan.14
dasarnya memberikan kebebasan kepada
Dalam melaksanakan fungsinya (terutama badan tata usaha negara untuk menentukan
berkaitan dengan wewenang pemerintahan), mengenai isi dari keputusan yang akan
Pemerintah mendapatkan kekuasaan atau dikeluarkan. Kewenangan tersebut oleh
kewenangan itu bersumber dari kekuasaan Hadjon dibagi menjadi 2 yakni kewenangan
yang diberikan oleh undang-undang. Dalam i) untuk memutus secara mandiri, dan ii)
kepustakaan hukum administrasi terdapat kebebasan penilaian terhadap tersamar.
tiga cara utama memperoleh wewenang
d. Setiap wewenang itu dibatasi oleh isi/materi
pemerintahan, yaitu atribusi, delegasi dan
(materiae), wilayah/ruang (locus), dan
mandat.15 Perbedaan ketiga wewenang tersebut
waktu (tempus). Cacat dalam aspek-aspek
sebagaimana terlihat pada tabel 2 :
tersebut menimbulkan cacat wewenang
atau dalam artian bahwa di luar batas-
Tabel 2 batas itu suatu tindakan pemerintahan
Perbandingan Cara Memperoleh Wewenang merupakan tindakan tanpa wewenang
No Cakupan Atribusi Delegasi Mandat (onbevoegdheid). Tindakan tanpa wewenang
1 Bentuk Pemberian Pelimpahan Pelimpahan
bisa berupa i) onbevoegdheid ratione
Wewenang wewenang wewenang wewenang materiae, ii) onbevoegdheid ratione loci, dan
2 Pemberi Pemerintah Pemerintah Pejabat TUN iii) onbevoegdheid ratione temporis.
Wewenang yaitu pembuat yaitu suatu
undang- organ e. Suatu perbuatan hukum yang cacat hukum
undang pemerintahan jika perbuatan tersebut: dilakukan tanpa
3 Penerima Organ Organ Bawahan wewenang/alas hak yang jelas (cacat
Wewenang pemerintahan pemerintahan pejabat TUN wewenang), dilakukan melalui prosedur yang
lainnya
tidak benar (cacat prosedur), dan substansi

16 Penetapan adalah aturn tertulis yang dikeluarkan badan atau pejabat tata usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang bersifat konkrit, individual dan final serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Lihat
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

170
Kewenangan Desa Dan Penetapan Peraturan Desa.......(Lia Sartika Putri)

perbuatan itu sendiri (cacat substansi). Cacat Pasal 19 huruf c dan huruf d diurus oleh Desa.
wewenang mengakibatkan suatu perbuatan
Kewenangan Desa huruf a dan b sebagaimana
menjadi batal demi hukum (van rechtswege
dinormakan dalam Pasal 20 Undang-Undang
nietig). Cacat prosedur hanya tidak akan
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa diatur dan
menyebabkan suatu perbuatan menjadi
diurus oleh desa, kewenangan huruf c dan d
batal demi hukum, melainkan hanya dapat
dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
dimintakan pembatalan (vernietigbaar).
2014 tentang Desa diurus oleh Desa. Perbedaan
Cacat substansi berakibat pada batalnya
kewenangan ini adalah pada kata diatur. Kata
suatu perbuatan hukum (nietig)
diatur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Memperhatikan kewenangan dalam memiliki arti menata dengan baik sedangkan
pembentukan produk hukum dalam kata diurus menurut Kamus Besar Bahasa
penyelenggaraan pemerintah Desa, maka Indonesia mengurus dan melaksanakan serta
Peraturan Desa sejalan dengan otonomi Desa bertanggung jawab terhadapnya.
mempunyai materi muatan kewenangan desa
Frasa diatur dan diurus secara harafiah
dan penjabaran lebih lanjut dari ketentuan
dapat dianalogikan sebagai kewenangan
peraturan perundang-undangan yang lebih
atribusi dan kata diurus dianalogikan sebagai
tinggi, sementara itu, materi muatan Peraturan
kewenangan delegasi, sehingga menunjukkan
Kepala Desa adalah penjabaran pelaksanaan
bahwa desa memiliki kewenangan berdasarkan
Peraturan Desa yang bersifat pengaturan,
prakarsa, kebutuhan dan kondisi lokal desa
materi muatan Peraturan Bersama Kepala Desa
sesuai perkembangan masyarakat diluar
adalah kerjasama desa yang bersifat pengaturan
kewenangan yang telah ditetapkan oleh
sedangkan materi muatan Keputusan Kepala
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Desa dimaksudkan sebagai penjabaran
dan Permendesa PDTT Nomor 1 tahun 2015.
pelaksanaan. Pelaksanaan Peraturan Desa dan
Sehingga dalam menjalankan roda pemerintahan
Peraturan Bersama Kepala Desa serta Peraturan
desa, desa memiliki kewenangan atribusi dan
Kepala Desa yang bersifat penetapan.16
delegasi delegasi.
Pertanyaan selanjutnya apa saja yang menjadi
kewenangan pemerintah desa dan desa adat, Dari empat kewenangan yang disebutkan
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 di atas, kewenangan a dan b merupakan
tentang Desa menyatakan bahwa kewenangan kewenangan yang mengakomodir asas rekognisi
desa meliputi : dan subsidiaritas. Kewenangan berdasarkan
hak asal usul adalah hak yang merupakan
a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
warisan yang masih hidup dan prakarsa
b. Kewenangan lokal berskala desa;
Desa atau prakarsa masyarakat desa sesuai
c. Kewenangan yang ditugaskan Pemerintah,
dengan perkembangan kehidupan masyarakat,
Pemerintah Daerah Provinsi, atau
dan kewenangan lokal berskala desa adalah
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus
d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh
kepentingan masyarakat desa yang telah
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/
dijalankan oleh desa atau yang muncul karena
Kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perkembangan desa dan prakarsa masyarakat
perundang-undangan.
desa.17
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa Pasal 103 Undang-Undang Nomor 6
“Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak Tahun 2014 tentang Desa menyatakan bahwa
asal usul dan kewenangan lokal berskala kewenangan desa adat berdasarkan hak asal
desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 usul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf a dan huruf b diatur dan diurus oleh huruf a meliputi ; a. Pengaturan dan pelaksanaan
desa”. pemerintahan berdasarkan susunan asli; b.
pelestarian nilai sosial budaya Desa Adat;
Pasal 21 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
c.penyelesaian sengketa adat berdasarkan
2014 tentang Desa
hukum adat; d. yang berlaku di Desa Adat dalam
Kewenangan yang ditugaskan Pemerintah, wilayah yang selaras dengan prinsip hak asasi
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah manusia dengan mengutamakan penyelesaian
Daerah Kabupaten/Kota dan Kewenangan tugas secara musyawarah; e. penyelenggaraan sidang
lain yang ditugaskan Pemerintah, Pemerintah perdamaian peradilan Desa Adat sesuai dengan
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah ketentuan peraturan perundang-undangan; f.
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban

17 Perhatikan penjelasan Pasal 20 dan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

171
Vol. 13 N0. 02 - Juni 2016 : 161 - 176

masyarakat Desa Adat berdasarkan hukum adat Tabel 1


yang berlaku di Desa Adat; dan g. pengembangan Perbandingan Pengaturan Kewenangan Desa
kehidupan hukum adat sesuai dengan kondisi Dan Desa Adat
sosial budaya masyarakat Desa Adat. Kewenangan Lokal Berskala Desa
Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak
asal usul dan kewenangan berskala lokal Desa No
Ruang
Lingkup
Bidang
PP Nomor 43
tahun 2014
Permendesa PDTT
Nomor 1 Tahun 2015
Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 1 mengatur dan Pemerintahan a. Pengelolaan a. penetapan dan
huruf a dan huruf b serta Pasal 103 diatur dan mengurus
kepentingan
Desa tambatan
perahu;
penegasan batas
Desa;
diurus oleh Desa Adat dengan memperhatikan masyarakat
desa yang
b. Pengelolaan
pasar desa;
b. pengembangan
sistem administrasi
prinsip keberagaman. telah c. Pengelolaan dan informasi
dijalankan tempat Desa;
a. Kewenangan Desa dan Desa Adat oleh desa
atau mampu
pemandian
umum;
c. pengembangan tata
ruang dan peta sosial
Berdasarkan Hak Asal Usul dan efektif
dijalankan
d. Pengelolaan
jaringan
Desa;
d. pendataan dan
oleh desa atau irigasi; pengklasifikasian
yang muncul e. Pengelolaan tenaga kerja Desa;
karena lingkungan e. pendataan
perkembangan pemukiman penduduk yang
Tabel 1 desa dan masyarakat bekerja pada
prakarsa desa; sektor pertanian
Perbandingan Pengaturan Kewenangan Desa masyarakat f. Pembinaan dan sektor non
desa kesehatan pertanian;
Dan Desa Adat masyarakat f. pendataan
dan penduduk menurut
Berdasarkan Hak Asal Usul pengelolaan jumlah penduduk
pos pelayanan usia kerja,
terpadu; angkatan kerja,
g. Pengembangan pencari kerja, dan
Permendesa dan tingkat partisipasi
Pemerintahan Ruang PP Nomor 43
No PDTT Nomor 1 pembinaan angkatan kerja;
Desa Lingkup tahun 2014 sanggar seni g. pendataan
Tahun 2015
dan belajar; penduduk berumur
1 DESA warisan yang a. sistem organisasi a. sistem h. Pengelolaan 15 tahun ke atas
masih hidup masyarakat adat; organisasi perpustakaan yang bekerja
dan prakarsa b. pembinaan perangkat desa dan menurut lapangan
Desa atau kelembagaan Desa; taman bacaan; pekerjaan jenis
prakarsa masyarakat; b. sistem i. Pengelolaan pekerjaan dan
masyarakat c. pembinaan organisasi air minum status pekerjaan;
desa sesuai lembaga dan masyarakat berskala desa; h. pendataan
dengan hukum adat; adat; dan penduduk yang
perkembangan d. pengelolaan tanah c. pembinaan j. Pembuatan bekerja di luar
kehidupan kas desa;dan kelembagaan jalan desa negeri;
masyarakat e. pengembangan masyarakat; antar i. penetapan
peran masyarakat d. pembinaan pemukiman organisasi
desa. lembaga dan ke wilayah Pemerintah Desa;
hukum adat; pertanian. j. pembentukan
e. pengelolaan Badan
tanah kas Permusyaratan
Desa; Desa;
f. pengelolaan k. penetapan perangkat
tanah Desa Desa;
atau tanah l. penetapan BUM
hak milik Desa;
Desa yang m. penetapan
menggunakan APB Desa;
sebutan n. penetapan peraturan
setempat; Desa;
g. pengelolaan o. penetapan kerja sama
tanah antar-Desa;
bengkok; p. pemberian izin
h. pengelolaan penggunaan gedung
tanah pecatu; pertemuan atau
i. pengelolaan balai Desa;
tanah titisara; q. pendataan potensi
dan Desa;
j.pengembangan r. pemberian izin hak
peran pengelolaan atas
masyarakat tanah Desa;
Desa. s. penetapan
Desa dalam
2 DESA ADAT warisan yang a. penataan sistem a. penataan keadaan darurat
masih hidup organisasi dan sistem seperti kejadian
dan prakarsa kelembagaan organisasi dan bencana, konflik,
Desa atau masyarakat adat; kelembagaan rawan pangan,
prakarsa b. pranata hukum masyarakat wabah penyakit,
masyarakat adat; adat; gangguan keamanan,
desa sesuai c. pemilikan hak b. pranata dan kejadian luar
dengan tradisional; hukum adat; biasalainnya dalam
perkembangan d. pengelolaan c. pemilikan hak skala Desa;
kehidupan tanah kas Desa tradisional; t. pengelolaan arsip
masyarakat adat; d. pengelolaan Desa; dan
e. pengelolaan tanah kas u. penetapan pos
tanah ulayat; Desa adat; keamanan dan
f. kesepakatan e. pengelolaan pos kesiapsiagaan
dalam kehidupan tanah ulayat; lainnya sesuai
masyarakat Desa f. kesepakatan dengan kebutuhan
adat; dalam dan kondisi sosial
g. pengisian jabatan kehidupan masyarakat Desa.
kepala Desa adat masyarakat
dan perangkat Desa adat; a. pelayanan dasar
Desa adat; dan g. pengisian Desa;
h. masa jabatan jabatan kepala b. sarana dan prasarana
kepala Desa adat. Desa adat dan Desa;
perangkat c. pengembangan
Desa adat; ekonomi lokal Desa;
dan dan
h. masa jabatan d. pemanfaatan
kepala Desa sumberdaya alam dan
adat. lingkungan Desa

b. Kewenangan Lokal Berskala Desa

172
Kewenangan Desa Dan Penetapan Peraturan Desa.......(Lia Sartika Putri)

a. pengembangan seni pada Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor


budaya lokal;
b. pengorganisasian 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka Menteri
melalui pembentukan
dan fasilitasi lembaga adalah menteri yang menangani Desa. Artinya
kemasyarakatan
c. dan lembaga adat;
yang menetapkan kewenanga tersebut adalah
d. fasilitasi kelompok-
kelompok masyarakat
menteri Desa. Namun dengan adanya perubahan
melalui:
1) kelompok tani;
Peraturan Pemerintah nomor 43 Tahun 2014
2) kelompok nelayan;
3) kelompok seni
tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang
budaya; dan Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa melalui
e. 4) kelompok
masyarakat lain di Peraturan Pemerintah nomor 47 Tahun 2015,
Desa.
f. pemberian santunan dimana dalam Pasal 39 diubah sehingga berbunyi
sosial kepada keluarga
fakir miskin; Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan
g. fasilitasi terhadap
kelompok-kelompok kewenangan Desa diatur dengan peraturan
rentan, kelompok
masyarakat miskin, menteri yang menyelenggarakan urusan
h. perempuan,
masyarakat adat, dan pemerintahan di bidang pemerintahan dalam
difabel;
i. pengorganisasian negeri. Dalam menetapkan kewenangan Desa
melalui pembentukan
dan fasilitasi paralegal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menteri
untuk
j. memberikan bantuan
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
hukum kepada warga
masyarakat Desa;
bidang pemerintahan dalam negeri berkoordinasi
k. analisis kemiskinan
secara partisipatif
dengan menteri yang menyelenggarakan
di Desa; h. urusan pemerintahan di bidang pembangunan
penyelenggaraan
promosi kesehatan desa, pembangunan kawasan perdesaan, dan
dan gerakan hidup
bersih dan sehat; pemberdayaan masyarakat desa.
l. pengorganisasian
melalui pembentukan
dan fasilitasi kader
Permen PDTT Nomor 1 Tahun 2015 tentang
pembangunan
m. dan pemberdayaan
Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
masyarakat;
n. peningkatan kapasitas
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa
melalui pelatihan diundangkan pada tanggal 28 Januari 2015,
usaha ekonomi Desa;
o. pendayagunaan sementara Peraturan Pemerintah Nomor 47
teknologi tepat guna;
dan Tahun 2015 diundangkan pada tanggal 30 Juni
1. peningkatan
kapasitas Tahun 2015 sehingga sebaiknya apakah Permen
masyarakat melalui:
1. ) kader PDTT ini disesuaikan dengan Penormaan dalam
pemberdayaan
masyarakat Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
Desa;
2. ) kelompok 2015, dimana dalam penetapan kewenangan
usaha ekonomi
produktif; dikoordinasikan dengan kementerian desa,
3. ) kelompok
perempuan;
sehingga dikeluarkan Permendagri tentang
4. ) kelompok tani;
5. ) kelompok
Kewenangan Desa. Apabila Kementerian
masyarakat
miskin;
Dalam Negeri mengeluarkan produk hukum
6. ) kelompok
nelayan;
sebagaimana disebutkan diatas maka akan
7. ) kelompok terjadi tumpang tindih dengan Permen desa PDTT
pengrajin;
8. ) kelompok nomor 1 Tahun 2014 dan tidak berdasarkan
pemerhati dan
perlindungan kewenangannya.
anak;
9. ) kelompok

C. Penutup
pemuda; dan
10. ) kelompok lain
sesuai kondisi
Desa. Dengan berubahnya asas dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa
sebagaimana tercantum dalam Undang-
Kewenangan atribusi dipertegas lagi dalam
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Pasal 20 Permendesa PDTT Nomor 1 Tahun 2015
dari asas desentralisasi dan asas residualitas
tentang Kewenangan Desa yang menyatakan
menjadi asas rekognisi dan subsidiaritas
bahwa “Kepala Desa bersama-sama BPD dapat
keberadaan desa sebagai organ pemerintahan
menambah jenis kewenangan berdasarkan hak
untuk menyelenggarakan pemerintahan desa
asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa
menjadi nyata. Desa diberikan kewenangan
lainnya sesuai dengan prakarsa masyarakat,
untuk menyelenggarakan pemerintahan desa
kebutuhan dan kondisi lokal Desa”.
disertai dengan Anggaran Pendapatan dan
B.4. Penetapan Kewenangan Desa Belanja Desa dan kewenangan pembentukan
peraturan desa dan kewenangan lainnya
Pasal 39 Peraturan Pemerintah nomor
sebagaimana diperintahkan oleh Undang-
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Desa menyatakan bahwa Ketentuan lebih lanjut
jo Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
mengenai penetapan kewenangan Desa diatur
tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang
dengan Peraturan Menteri. Jika hal ini dirujuk

173
Vol. 13 N0. 02 - Juni 2016 : 161 - 176

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.


Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Teknik pembentukan peraturan perundang-
dan Transmigrasi nomor 1 Tahun 2015 tentang undangan memiliki seni dan keterampilan
Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal- tertentu yang harus dipahami dengan baik oleh
Usul dan Kewenangan lokal berskala desa. pemerintah desa dan masyarakat desa.
Pembentukan Peraturan Desa Berdasarkan
Pasal 32 ayat (1) Permendagri Nomor 111 Tahun
2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa
disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Tahapan pembentukan Daftar Pustaka
yaitu perencanaan, penyusunan, pembahasan,
penetapan, pengundangan dan penyebarluasan
merupakan tahapan yang krusial di dalam Buku-Buku
pembentukan peraturan perundang-undangan. Girling, John. 2002. Corruption, Capitalism, and
Hal ini secara implisit menyatakan Peraturan democrazy. London:Routledge Studies in
Desa juga termasuk ke dalam Produk Hukum, Social and Political Thought
dan Pemerintah Desa memiliki kewenangan baik Hendry Maddick dan Hanif Nurcholis. 2007.
secara atributif dan delegatif. Kewenangan Desa Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi
dikategorikan kedalam 4 hal yaitu kewenangan Daerah, Grasindo: Jakarta.
berdasarkan Hak Asal Usul, Kewenangan Lokal
Marjoko, Saputra Iswan dan Hasibuan Hawari.
Berskala Desa, Kewenangan yang ditugaskan
2013. Pemerintahan Desa yang baik.
dan Kewenangan lain yang ditugaskan
Medan: Bitra Indonesia, The Activator For
dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi atau
RuralProgress.
Pemerintah Kabupaten/Kota. Selanjutnya Pasal
20 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Sumber Saparin, Luas Bidang Kegiatan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi nomor 1 Pemerintahan, ,Tata Pemerintahan Dan
Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Administrasi Pemerintahan Desa, Ghalia
Berdasarkan Hak Asal-Usul dan Kewenangan Indonesia,
lokal berskala desa menyatakan desa dapat Widjaja, HAW. 2013. Penyelenggaraan Otonomi
menetapkan kewenangan lain berdasarkan Daerah di Desa. Jakarta: Rajawali Pers.
prakarsa, kebutuhan dan kondisi lokal Philipus M. Hadjon. 1997. Tentang Wewenang.
masyarakat desa. YURIDIKA, No.5&6 Tahun XII, September –
Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Desember , 1997.
Tahun 2014 jo Peraturan Pemerintah Nomor Tatiek Sri Djatmiati, (2004) Prinsip Izin Usaha
47 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksana Industri di Indonesia, Disertasi, Program
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pascasarjana Universitas Airlangga,
Desa dan Permendesa PDTT Nomor 1 Tahun 2015 Surabaya, 2004
Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak
Asal-Usul dan Kewenangan lokal berskala desa
adalah 2 peraturan yang mengatur mengenai Peraturan Perundang-undangan
kewenangan desa. Agar tidak terjadi tumpang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
tindih peraturan tentang penetapan kewenangan Desa.
desa, maka sebaiknya Permendesa PDTT Nomor Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Pemerintahan Desa.
Berdasarkan Hak Asal-Usul dan Kewenangan
Undang-Undang Nomor 12 Tentang Pembentukan
lokal berskala desa disesuaikan dengan Pasal
Peraturan Perundang-undangan.
39 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
jo Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang tentang Peraturan Pelaksana Undang-
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
Dengan keterbatasan SDM, sarana dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
prasarana maka sebaiknya desa diberikan 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pendampingan penuh tidak hanya dalam Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 tahun
melaksanakan APBDesa tetapi juga dalam 2014 tentang Desa.
pembentukan peraturan desa. Peraturan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014
desa yang merupakan produk hukum harus tentang Peraturan Pelaksana Undang-
sesuai dengan teknik pembentukan peraturan Undang Nomor 12 Tentang Pembentukan
perundang-undangan yang tercantum dalam Peraturan Perundang-undangan.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80

174
Kewenangan Desa Dan Penetapan Peraturan Desa.......(Lia Sartika Putri)

Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Pentingnya Otonomi Daerah, diakses


Hukum Daerah. dari http://www.hukumonline.com/
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah berita/baca/lt51d83f892322b/ada-tren
Tertinggal dan Transmigrasi Desa Nomor 1 -penurunan-pembatalan-perda.
Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Rudy Hendra Pakpahan, SH, M.Hum, dkk.
berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan PENGAWASAN PERATURAN DAERAH
Berskala Lokal DIKAITKAN DENGAN TUGAS DAN FUNGSI
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM
DAN HAK ASASI MANUSIA http://kumham-
Website
jakarta.info/download/cat_view/54-karya-
Ash. Ada Tren Penurunan Pembatalan Perda; ilmiah/61-birokrasi
Pemerintah Dianggap Semakin Menyadari
www.cifdes.com

175

Anda mungkin juga menyukai